POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015...

33
The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 170 POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan bermartabat, secara konstitusional mengakui hak atas jaminan sosial dan kehidupan yang layak sebagai hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Perubahannya tahun 2002, khususnya melalui pasal 28 H ayat (3) dan pasal 34 ayat (2). Hak atas jaminan sosial dan kehidupan yang layak telah diakui sebagai hak hukum (legal rights) bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana diatur dalam UU no 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sayangnya, pemerintah hingga saat ini belum menyelesaikan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Jaminan Pensiun. Padahal, Pasal 70 UU No 24/2011 tentang BPJS mengamanatkan peraturan pelaksana terkait BPJS Ketenagakerjaan harus selesai paling lambat dua tahun sejak UU tersebut diundangkan, yaitu tanggal 25 November 2013. Belum selesainya PP Jaminan Pensiun tidak lepas dari perdebatan ketiga aktor hubungan industrial, yaitu pemerintah, Asosiasi Pengusaha (APINDO) dan Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB). Jaminan pensiun diawali dengan iuran sebesar 8% dengan pembagian 3% oleh pekerja, dan 5% oleh Perusahaan, dengan berbagai kemungkinan bahwa premi tersebut akan mengalami kenaikan lagi tergantung inflasi perekonomian. Siapkah pengusaha dan atau pekerja menanggung iuran sebanyak itu ? Permasalahan yang hangat dibicarakan pada saat ini adalah mulai berlakunya salah satu program baru dalam BPJS Ketenagakerjaan, yaitu Program Jaminan Pensiun, yang akan efektif diberlakukan pada tanggal 1 Juli 2015. Walaupun akan dilaksanakan dalam waktu dekat, akan tetapi pemerintah hingga saat ini belum menyelesaikan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Jaminan Pensiun. Padahal, Pasal 70 UU No 24/2011 tentang BPJS mengamanatkan peraturan pelaksana terkait BPJS Ketenagakerjaan harus selesai paling lambat dua tahun sejak UU tersebut diundangkan, yaitu tanggal 25 November 2013. Belum selesainya PP Jaminan Pensiun tidak lepas dari perdebatan ketiga aktor hubungan industrial, yaitu pemerintah, Asosiasi Pengusaha (Apindo) dan Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB). Kesulitan yang dihadapi bukan tanpa alasan. Pasalnya kebijakan yang ada dinilai tidak mengakomodir seluruh kepentingan pihak terkait secara

Transcript of POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015...

Page 1: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 170

POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015

KOMISI I

Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

bermartabat, secara konstitusional mengakui hak atas jaminan sosial dan kehidupan

yang layak sebagai hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar

1945 dan Perubahannya tahun 2002, khususnya melalui pasal 28 H ayat (3) dan pasal 34

ayat (2). Hak atas jaminan sosial dan kehidupan yang layak telah diakui sebagai hak

hukum (legal rights) bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana diatur dalam UU no 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Sayangnya, pemerintah hingga saat ini belum menyelesaikan Rancangan

Peraturan Pemerintah (RPP) Jaminan Pensiun. Padahal, Pasal 70 UU No

24/2011 tentang BPJS mengamanatkan peraturan pelaksana terkait

BPJS Ketenagakerjaan harus selesai paling lambat dua tahun sejak UU tersebut

diundangkan, yaitu tanggal 25 November 2013. Belum selesainya PP Jaminan Pensiun

tidak lepas dari perdebatan ketiga aktor hubungan industrial, yaitu pemerintah, Asosiasi

Pengusaha (APINDO) dan Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB). Jaminan pensiun

diawali dengan iuran sebesar 8% dengan pembagian 3% oleh pekerja, dan 5% oleh

Perusahaan, dengan berbagai kemungkinan bahwa premi tersebut akan mengalami

kenaikan lagi tergantung inflasi perekonomian. Siapkah pengusaha dan atau pekerja

menanggung iuran sebanyak itu ? Permasalahan yang hangat dibicarakan pada saat ini adalah

mulai berlakunya salah satu program baru dalam BPJS Ketenagakerjaan, yaitu Program

Jaminan Pensiun, yang akan efektif diberlakukan pada tanggal 1 Juli 2015. Walaupun akan

dilaksanakan dalam waktu dekat, akan tetapi pemerintah hingga saat ini belum menyelesaikan

Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Jaminan Pensiun. Padahal, Pasal 70 UU No

24/2011 tentang BPJS mengamanatkan peraturan pelaksana terkait BPJS Ketenagakerjaan

harus selesai paling lambat dua tahun sejak UU tersebut diundangkan, yaitu tanggal 25

November 2013. Belum selesainya PP Jaminan Pensiun tidak lepas dari perdebatan ketiga aktor

hubungan industrial, yaitu pemerintah, Asosiasi Pengusaha (Apindo) dan Serikat

Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB). Kesulitan yang dihadapi bukan tanpa alasan. Pasalnya

kebijakan yang ada dinilai tidak mengakomodir seluruh kepentingan pihak terkait secara

Page 2: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 171

seimbang. Jangka waktu pelaksanaan yang semakin dekat tidak diimbangi dengan sistem dan

teknis pelaksanaan yang baik yang kemudian berujung pada melonjaknya cost yang harus

dikeluarkan pengusaha, belum lagi gejolak hubungan industrial yang menyertai. Adapun poin-

poin penting dari implementasi jaminan pensiun adalah sebagai berikut:

A. Review Kepesertaan Jaminan Pensiun

1. Proses kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan diatur secara khusus di dalam Bab V

mengenai Kepesertaan dan Iuran UU No.40 Tahun 2004 tentang BPJS. Pemberi

kerja secara bertahap wajib untuk mendaftarkan dirinya dan juga seluruh

pekerjanya sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Bagi

fakir miskin dan orang kurang mampu akan digolongkan sebagai penerima

bantuan iuran yang akan didaftarkan sebagai peserta jaminan sosial oleh

pemerintah. Peserta BPJS Ketenagakerjaan dibagi menjadi 3 (dua) jenis, yaitu:

a. Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggara negara;

b. Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara;

c. Bukan penerima upah.

Pentahapan kepesertaan untuk pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain

penyelenggara negara dikelompokkan berdasarkan skala usaha yang terdiri atas

usaha mikro, kecil, menengah, dan besar. Pemberi kerja mulai tanggal 1 Juli 2015

wajib untuk mendaftarkan pekerjanya kepada BPJS Ketenagakerjaan untuk

mengikuti program yang ada secara bertahap disesuaikan dengan skala usaha

yang dimiliki. Kepesertaan meliputi Segmen untuk perusahaan mikro, kecil,

menengah, dan besar, sekmen ini perlu mendapat perhatian tidak bisa langsung

“pukul rata” per tanggal 1 juli, sehingga perlu pentahapan, tahap pertama adalah

perusahaan besar harusnya mampu. Mestinya mereka punya proyeksi social

security, untuk perusahaan menengah lebih kecil kapasitasnya sulit dan dengan

fluktuasi ekonomi. Kalau perusahaan besar semestinya mampu berhitung. Di

negara-negara maju biasa ada multipilar jaminan pensiun seperti yang wajib,

perusahaan to up dan ada yang mampu bisa membayar lainnya. Namun ada

juklak juklisnya sementara kita belum mempunyai peraturan tersebut.

2. Dari segi kepesertaan, baik dari sektor formal dan sector informal, cakupan

kepesertaan dinilai belum optimal karena rendahnya tingkat kesadaran

masyarakat akan pentingnya jaminan social ditambah dengan lemahnya

penerapan penegakan hukum yang ada. Kepesertaan Program Jaminan Pensiun

Page 3: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 172

adalah Pekerja formal maupun Informal, dimana angkatan kerja dikisaran 110

juta orang, dimana 40 juta orang dalam sektor formal sisanya sekitar 70 jutaan

informal sektor. Sebagai pembelajaran penerapan di Prancis lebih didahulukan

yang formal kemudian informal melalui pentahapan. Hakikatnya, peserta BPJS

Ketenagakerjaan adalah seluruh pekerja penerima upah, baik yang bekerja pada

sektor formal maupun informal, sehingga dapat diasumsikan bahwa hal yang

sama akan berlaku pula pada ketentuan Program Jaminan Pensiun yang

diadakan BPJS Ketenagkerjaan. Akan tetapi RPP Jaminan Pensiun menjelaskan

bahwa peserta Program Jaminan Pensiun adalah:

a. Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggara negara;

b. Pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara negara.

Dengan demikian maka dipertanyakan posisi pekerja informal dalam program

ini. Padahal kebutuhan pekerja sebenarnya sama saja, mereka memerlukan

jaminan penghasilan ketika memasuki usia tidak produktif. Hal ini cukup

mengherankan mengingat pada kenyataannya pekerja sektor informal justru lebih

banyak dibandingkan dnegan sektor formal. Mengingat perubahan struktur

demografi Indonesia yang menunjukkan jumlah usia produktif yang terus

meningkat dan jika pemeirntah gagal menyediakan lapangan kerja yang cukup

besar, maka akan semakin banyak tenaga kerja masuk ke dalam sektor informal.

Bilamana pekerja informal tidak tercakup, maka tentunya ketentuan dalam

program Jaminan Pensiun tidak sejalan dengan spirit BPJS Ketenagakerjaan yang

ingin mewujudkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat

Indonesia melalui SJSN.

3. Dari segi regulasi, sampai saat ini belum ada harmonisasi peraturan perundang-

undangan antara Undang-Undang yang mengatur mengenai Jaminan Sosial,

Jamsostek, Kesejateraan Sosial, Ketenagakerjaan, Dana Pensiun, dan Otonomi

Daerah. Tidak singkronnya peraturan perundang-undangan tersebut tentunya

kana mengakibatkan banyak sekali kendala terkait dengan implementasi SJSN

dikemudian hari. Selain itu, belum ada tindak lanjut dari pemerintah untuk

membentuk Peraturan Pemerintah sebagai petunjuk pelaksanaan program SJSN.

Peraturan lanjutan memang sudah diterbitkan, yaitu Perpres No.109 Tahun 2013

tentang Pentahapan Kepesertaan Program Jaminan sosial akan tetapi Peraturan

tersebut tidak menjelaskan petunjuk pelaksanaan program SJSN. Untuk BPJS

Page 4: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 173

Ketenagakerjaan misalnya, belum ada Peraturan Lanjutan yang mengatur

mengenai iuran bagi fakir miskin dan tidak mampu, jenis dan besarnya manfaat

serta besarnya iuran seluruh program Jaminan yang menjadi ruang lingkup BPJS

Ketenagakerjaan, serta pengelolaan Dana Jaminan Sosial. Disamping itu,

jaminan pensiun yang bersifat mandatori ini tidak mengatur tentang eksistensi

DPPK/DPLK bagi perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar. Sehingga

apabila hanya mengikuti kata “wajib“ tanpa memberikan ruang bagi dana

pensiun tumbuh akan menimbulkan permasalahan yang lebih serius kedepannya.

4. Kata “wajib” berdampak cukup signifikan bagi pemikiran pengusaha untuk

mendaftarkan pekerjanya pada jaminan pensiun seperti DPPK/DPLK,

alasannnya jelas karena pemerintah mewajibkan untuk ikut dalam program BPJS

Ketenagakerjaan jaminan pensiun yang masih tidak ada kejelasannya. Untuk

menghindari double bayar pelaku usaha enggan untuk mengikuti program

jaminan pensiun lainnya. Hal ini berdampak pada lesunya industri dana pensiun

karena kurang minatnya pelaku usaha atau masyarakat.

5. Permasalahan lain terkait kepesertaan Jaminan Pensiun adalah adanya kebijakan

dalam UU SJSN (Pasal 41) yang membatasi penerima manfaat pensiun berkala

hanya bagi peserta yang telah membayar iuran 15 tahun atau lebih. Apabila usia

pensiun ditetapkan 60 tahun, maka peserta yang berusia 45 tahun atau lebih pada

saat implementasinya tidak akan menerima manfaat pensiun berkala, tetapi

hanya menerima pengembalian iurannya beserta hasil pengembangannya. Tidak

jelas akhiran “nya” dari kata “iurannya”, apakah termasuk iuran pemberi kerja

atau tidak. Pembatasan masa iiuran 15 tahun dapat mempengaruhi tingkat

partisipasi peserta kelompok ini dan menjadi rancu dengan progran Jaminan Hari

Tua yang ada (yang juga merupakan pengembalian iuran beserta hasil

pengembangannya). Selain itu, kelompok pekerja yang pada saat diberlakukan

Jaminan Pensiun pada Juli 2015 berusia 45 tahun atau lebih dan yang telah

menjadi peserta jaminan kesehatan nasional, mungkin akan menghadapi

kesulitan untuk dapat terus membayar iuran jaminan kesehatan nasional karena

tidak menerima manfaat pensiun akibat adanya pembatasan 15 tahun masa iuran

tersebut.

Menurut sensus penduduk 2010, BPS edisi 40, bulan September 2013, terdapat

lebih kurang 18 juta penduduk yang berusia 60 tahun ke atas dan lebih kurang 34

Page 5: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 174

juta penduduk berusia antara 45-59 tahun. Dari total 52 juta penduduk ini, hanya

ada sekitar 2 juta orang yang memiliki program pensiun (pensiunan PNS,

BUMN, Swasta), sisanya tidak akan memperoleh manfaat pensiun berkala.

Dengan adanya pembatasan 15 tahun masa iuran ini, berarti peserta pertama

yang akan menerima manfaat pensiun baru terjadi pada Juli 2030. Selama 15

tahun penundaan, BPJS Ketenagakerjaan semata-mata hanya mengumpulkan

iuran dan sama sekali tidak memberi nilai tambah kepada peserta atau penduduk

secara keseluruhan.

6. Untuk sektor swasta diwajibkan mengikuti jaminan pensiun 1 juli 2015 sementara

bagi pekerja yang memberi kerja penyelenggara negara akan diintegrasikan BPJS

Ketenagakerjaan selambat-lambatnya pada tahun 2029. Menjadi pertanyaan

mengapa sangat tergesa-gesa ? dengan kelengkapan regulasi, juklak, juklis yang

belum tersedia, sangat percaya diri ketika kesiapan yang dimiliki oleh pemerintah

mengumumkan 1 juli menjadi hal yang wajib untuk dilakukan.

Kepesertaan meliputi Segmen untuk perusahaan mikro, kecil, menengah, dan

besar, segmen ini perlu mendapat perhatian tidak bisa langsung “pukul rata” per

tanggal 1 juli, sehingga perlunya pentahapan1

Kepesertaan Program Jaminan Pensiun adalah Pekerja formal maupun Informal,

dimana angkatan kerja dikisaran 110 juta orang, 40 juta orang dalam sektor

formal sisanya sekitar 70 jutaan informal sektor. Sebagai pembelajaran penerapan

di Prancis lebih didahulukan yang formal kemudian informal melalui

pentahapan2

Kompleksitas Pekerja Formal adalah dari 40 juta pekerja formal dimana

mendapatkan penghasilan tetap dan terus menerus menurut data BPS

didefinisikan termasuk pekerja di warteg, dimana mereka dikategorikan sebagai

tenaga formal, hal ini mempunyai makna bahwa optimalisasi pekerja formal

menjadi peserta program jaminan pensiun tidak akan optimal karena yang riil

yang bekerja di sektor formal tidak hanya di perusahaan perusahaan saja tetapi

juga area UKM3

1 Tanggapan pakar FGD II Apindo Training Center High level Meeting, Jakarta, 5 Maret 2015

2 Tanggapan pakar FGD II Apindo Training Center High Level Meeting, Jakarta 5 Maret 2015

3 Tanggapan pakar FGD II Apindo Training Center High level Meeting, Jakarta, 5 Maret 2015

Page 6: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 175

Perlunya harmonisasi bagi pekerja yang telah mendaftarkan pekerjanya pada

lembaga jaminan pensiun DPPK/DPLK. Sehingga perusahaan tidak double

bayar4

Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK, Firdaus

Djaelani, mengatakan dampak yang akan terasa adalah menurunnya minat

masyarakat masuk ke industri dana pensiun. Soalnya, program yang

dihembuskan BPJS Ketenagakerjaan mewajibkan seluruh pelaku usaha

mendaftarkan karyawan ke program jaminan pensiun.5

Permasalahan lain terkait kepesertaan Jaminan Pensiun adalah adanya kebijakan

dalam UU SJSN (Pasal 41) yang membatasi penerima manfaat pensiun berkala

hanya bagi peserta yang telah membayar iuran 15 tahun atau lebih. Apabila usia

pensiun ditetapkan 60 tahun, maka peserta yang berusia 45 tahun atau lebih pada

saat implementasinya tidak akan menerima manfaat pensiun berkala, tetapi

hanya menerima pengembalian iurannya beserta hasil pengembangannya.6

Adapun dalam substansi akhir RPP itu dijelaskan peserta program jaminan

pensiun adalah pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain penyelenggara

Negara. Sedangkan bagi pekerja yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggara

negara akan diintegrasikan ke BPJS Ketenagakerjaan selambat-lambatnya pada

20297

7. Review Iuran Jaminan Pensiun

1. Sistem Jaminan Pensiun diterapkan adanya pilihan bagi peserta yang memasuki

usia pensiun dengan masa iur kurang dari 15 tahun, yaitu untuk menerima

manfaat langsung atau melanjutkan iuran hingga 15 tahun untuk mendapat

manfaat berkala, maka timbullah suatu pertanyaan: pilihan tersebut ditentukan di

awal pendaftaran atau di akhir kepesertaan? Bilamana pilihan ditentukan di awal,

akan ada banyak kemungkinan yang tidak diinginkan kedepannya seperti

ternyata pekerja yang bersangkutan tidak dapat mengiur setelah usia pensiunnya

4 Sutanto,Timoer,2015, DPN APINDO, FGD II Apindo Training Center High Level Meeting, Jakarta, 5 Maret 2015

5 http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/15/02/21/nk3uqv-revitalisasi-industri-asuransi-ojk-

gelar-sayembara-penulisan-ilmiah, Diakses pada tanggal 24 April 2015 6 Steven Tanner, Dayamandiri Dharmakonsilindo, SJSN: Jaminan Pensiun Sebuah Catatan, hlm.15

7 http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/04/08/383093/juli-2015-iuran-jaminan-pensiun-dipastikan-8,

Diakses 25 April 2014

Page 7: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 176

karena alasan tertentu sehingga tidak dapat mendapat manfaat berkala

sebagaimana yang ia inginkan. Apakah pekerja dapat mengubah pilihannya

sewaktu-waktu? Karena harus diakui bahwa apapun pilihan yang diambil oleh

pekerja jaminan pensiun dengan masa iur kurang dari 15 tahun akan

mempengaruhi stabilitas cash flow program Jaminan Pensiun BPJS

Ketenagakerjaan. Adanya pilihan yang ditentukan mendadak untuk tiba-tiba

memilih menggunakan manfaat sekaligus atau manfaat berkala tentu akan

mempengaruhi avalaibilitas dana yang miliki BPJS Ketenagakerjaan. Disamping

hal tersebut, kerumitan dalam implementasi jaminan pensiun terhadap besarnya

iuran manfaat pasti dengan ketidakcukupan iuran yang disebabkan oleh kenaikan

upah minimum yang tidak proporsional, penentuan besaran manfaat yang

mencukupi kebutuhan dasar, ketidakpastian pendanaan dan kecukupan karena

ketidakmampuan.

2. Besarnya iuran diperlukan study yang lebih mendalam dengan mengajak para

ahli dibidangnya, karena menentukan seberapa besar iuran jaminan pensiun

diperlukan kehati-hatian. Untuk itu, mengingat sekitar 200 perusahaan yang telah

mengikutsertakan pekerjanya pada dana pensiun DPPK/DPLK sudah

seyogyanya dibedakan iuran terhadap perusahaan-perusahaan yang belum

terdapat dana pensiun dengan memperhatikan kondisi perusahaan masing-

masing. Agar jangan sampai spirit dari jaminan pensiun ini baik tapi

menimbulkan resiko yang sngat buruk kedepannya bagi dunia investasi dan

pertumbuhan ekonomi.

3. Hal tersebut masih terkait dengan masa iur, bagaimanakah dengan besaran iuran.

Lagi-lagi iuran yang telah disetujui oleh menaker 8 % menyisakan sejumlah

pertanyaan dan permasalahan. Ketidaktersediaanya informasi yang akurat

mengenai landasan penetapan iuran membuat kalangan pengusaha berteriak

untuk menanyakan hal ini. Transparansi pemerintah menghitung besaran premi

menjadi sangat penting. Penghitungan dari kalangan aktuaria beserta yang ahli

dibidangnya dinanti-nanti untuk memperkirakan resiko yang nanti dihadapi.

Pasalnya ada beban yang harus ditanggung pengusaha setiap kali seorang

karyawan purna tugas. Yaitu perusahaan harus merekrut enam pegawai baru

untuk menanggung biaya pensiun pekerja lama.

Page 8: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 177

4. Diperlukan keterbukaan yang luas dari pemerintah selaku regulator, kesiapan

BPJS Ketenagakerjaan selaku operator dengan memperhatikan keadaan di

lapangan. Agar semua mendapatkan informasi yang jelas.

Kerumitan dalam implementasi jaminan pensiun adalah besarnya iuran, manfaat

pasti dengan ketidakcukupan iuran yang disebabkan oleh kenaikan upah

minimum yang tidak proposional, penentuan besaran manfaat yang mencukupi

kebutuhan dasar, ketidakpastian pendanaan dan kecukupan karena

ketidakmampuan.8

Anggota Komisi IX DPR Amelia Anggraini mengusulkan agar iurannya bisa

bersifat “luwes” dengan mempertimbangkan kondisi perusahaan masing-masing.

Hal ini dilakukan untuk mencari jalan keluar bagi alotnya pembahasan RPP

terkait program JP tersebut.9

Jaminan Pensiun diselenggarakan berdasarkan iuran pasti,

seperti penyelenggaraan JHT. Tidak hanya Apindo, ternyata Kemenkeu

juga menginginkan penyelenggaraan Jaminan Pensiun dilaksanakan

dengan iuran pasti, bukan manfaat pasti. Alasannya, dengan manfaat pasti ini

APBN akan berpotensi terbebani di kemudian hari.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Moneter,

Fiskal, dan Publik Hariyadi Sukamdani menyebut konsep jaminan pensiun BPJS

tak rasional. Pasalnya ada beban yang harus ditanggung pengusaha setiap kali

seorang karyawan purna tugas. Yaitu perusahaan harus merekrut enam pegawai

baru untuk menanggung biaya pensiun pekerja lama.

OJK perlu menyampaikan bahwa penetapan iuran pensiun BPJS ketenagakerjaan

oleh Kemenakertrans dan DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional) yaitu sebesar

8% memerlukan diskusi dan keterbukaan yang luas ke para stakehoder.10

8http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/21/105300126/Iuran.Pensiun.BPJS.8.Persen.Dapen.Swasta

.Ancam.Bubarkan.Diri., Diakses pada tanggal 24 April 2015 9 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt54c605a4c2794/besaran-iuran-jaminan-pensiun-diusulkan-

lebih-luwes,Diakses 24 April 2015 10

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/04/22/159506/ojk-minta-iuran-pensiun-dihitung-ulang/#.VTocwiHtmko, Diakses 24 April 2015

Page 9: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 178

8. Review Skema Jaminan Pensiun

Manfaat pensiun dibagi beberapa jenis dilihat dari status dan alasan pensiunnya Bagi

Peserta yang menerima manfaat pensiun hari tua, terdapat dua sistem manfaat yang

diberikan dilihat dari jangka waktu iuran peserta, sebagaimana berikut:

1. Manfaat Berkala, dibayarkan kepada peserta secara bulanan apabila peserta

telah mencapai usia pensiun dan memiliki masa iur paling sedikit 180 (seratus

delapan puluh) bulan.

2. Manfaat sekaligus, dibayarkan kepada peserta apabila peserta telah mencapai

usia pensiun akan tetappi memiliki masa iur kurang dari 180 (seratus delapan

puluh) bulan.

Dari jenis manfaat yang ada maka dapat dilihat bahwa bagi peserta yang memiliki mas

iur kurang dari 180 bulan atau 15 tahun, pada saat memasuki usia pensiun akan

mendapatkan jaminan pensiun secara sekaligus, sedangkan bagi peserta yang memiliki

masa iur paling sedikit 180 bulan atau 15 tahun, pada saat memasuki masa pensiun akan

mendapatkan jaminan pensiun setiap bulannya secara berkala dengan nominal yang

telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

Konsep Jaminan Pensiun sebagaimana dijelaskan diatas dinilai tidak rasional, pasalnya

sistem manfaat pasti dapat menimbulkan risiko finansial yang cukup besar bagi

perusahaan dan pemerintah karena beberapa alasan. Pertama, dengan sistem tersebut

nantinya akan ada beban yang harus ditunggung pengusaha setiap kali karyawan purna

tugas, yaitu perusahaan harus merekrut beberapa pegawai baru untuk menanggung

biaya pensiun pekerja lama.

Kedua, dengan sistem manfaat pasti maka perusahaan harus memberikan kontribusi

tambahan ke Program Jaminan Pensiun apabila program ini mengalami masalah defisit

finansial yang cukup serius. Di dalam Program Jaminan Pensiun, kemungkinan

timbulnya defisit cukup besar karena manfaat pensiun yang akan diberikan program ini

cukup besar, yaitu minimum senilai 70% dari upah minimum regional (UMR) daerah

setempat. Karena masih banyak pekerja Indonesia, terutama mereka yang bekerja di

sektor informal, yang mempunyai pendapatan dibawah UMR, sebagian besar pekerja ini

akan menerima pensiun dalam jumlah tersebut diatas. Dengan adanya jumlah kewajiban

Page 10: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 179

yang cukup besar, maka kemungkinan Program Jaminan Pensiun mengalami masalah

keuangan di masa depan akan cukup besar pula.

Selain itu, karena besar manfaat Program Jaminan Pensiun akan ditentukan oleh nilai

UMR, maka akan muncul kemungkinan permintaan dari pekerja dan serikat pekerja

kepada pemerintah dan pengusaha untuk menaikkan jumlah UMR agar pekerja dapat

memperoleh jumlah manfaat pensiun lebih besar. Apabila pemerintah memenuhi

permintaan pekerja tersebut, maka pemerintah harus menanggung kewajiban

pembayaran pensiun yang lebih besar di masa mendatang. Hal ini akan lebih

membahayakan posisi dan kesinambungan fiskal pemerintah di masa depan.

Beban fiskal yang harus ditanggung pemerintah untuk membiayai program jaminan

pensiun ini akan menggerus kekuatan fiskal. Sebab, porsi pekerja formal di Indonesia

masih dibawah pekerja informal. Padahal seharusnya BPJS Ketenagakerjaan lebih

banyak ditanggung pekerja sebuah perusahaan formal dan tergabung dengan Jamsostek.

Sehingga jaminan pensiun manfaat pasti ini masih diperlukan pertimbangan yang

matang dengan melihat keadaan ekonomi, demografi mengingat riskannya untuk

dilakukan.

Menentukan skema jaminan pensiun adalah hal yang penting untuk dilakukan

mengingat dampak yang sangat signifikan akan terjadi jika terdapat kesalahan dalam

merumuskannya. Dampak tersebut jelas akan memengaruhi dunia usaha dan pelaku

usaha itu sendiri. Sehingga, perlu disesuaikan dengan kondisi riil perekonomian bangsa

kita. Seperti contoh harga rupiah terhadap dolar Amerika, prediksi ini sudah diketahui

oleh APINDO dari beberapa tahun yang lalu, dimana APINDO mengusulkan untuk

meningkatkan ekspor. Melihat beberapa contoh negara-negara Asean lainnya seperti

Vietnam. Dahulu negara ini belajar menjahit di Indonesia, namun sekarang begitu

pesatnya perkembangan Vietnam dibandingkan negara Indonesia tempat mereka belajar

dahulu. Tidak hanya itu saja, hasil kopinya lebih menguasai daripada Indonesia.

Disamping itu, tidak henti-hentinya APINDO meminta agar kebutuhan pangan bisa

dicukupi dengan hasil pangan sendiri, agar jangan sampai garampun harus mengimpor

dari luar. Berefleksi dari fenomena tersebut melihat produktivitas yang menurun dan

tidak stabil, APINDO mencoba mencari titik dimana kajian serta kesiapan akan

pelaksanaan Program jaminan pensiun per tanggal 1 juli 2015 telah siap dilaksanakan

!!?, APINDO berupaya secara sistematis dan terstruktur melakukan diskusi diskusi yang

Page 11: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 180

mencoba untuk merefleksikan dan mengurangi Gap atas kesalahan dalam kebijakan

yang berdampak terhadap jangka panjang.

Dalam Penetapan Peraturan Pemerintah (PP) ada tahapan dalam menerapkan jaminan

pensiun. Target ini harus hati-hati apakah dapat dicantumkan tahapan yang spesifik

mengatur Skema jaminan pensiun. Di amerika serikat data serikat pekerja menurun

karena terdata secara baik. Begitu juga dengan jepang, Persetujuan benefit yang tinggi

atau rendah bukan menjadi isu utama tetapi kesiapan semua pihak untuk melaksanakan

Program jaminan Pensiun dan terencana dengan baik sampai saat pembayaran pensiun

atas ketersediaan dana adalah penting adanya.

Skema memperhatikan benefitnya agar jangan sampai kita tidak mampu membayar dan

memeberikan manfaat yang tinggi. Pertanyaan yang lebih customized adalah Apakah

ada dalam peraturan Program jaminan pensiun seperti di prancis dapat menambah masa

iuran- nya misalnya mereka berusia 41 tahun. Mustinya ketika jatuh tempo masa

pensiuannya akan dikembalikan iuran plus pengembangan, mustinya kita

memperhatikan peserta yang menginginkan jaminan pensiun sudah sejak awal

membayar iuran hanya sebatas dikembalikan iuran dan pengembanganya.

1. Sistem pay as you go yaitu sistem pendanaan pensiun yang dibiayai secara

langsung oleh pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) pada saat pegawai memasuki masa pensiun. Sedangkan sistem fully

funded adalah sistem pendanaan pensiun yang bersumber dari iuran bulanan yang

dilakukan secara bersama-sama oleh PNS sebagai pekerja dan pemerintah

sebagai pemberi kerja. Dana yang terkumpul akan dijadikan anggaran pensiun.

Besaran iuran sekarang ini memberatkan sehingga perlu dikaji ulang. penetapan

iuran pensiun BPJS ketenagakerjaan oleh Kemenakertrans dan DJSN (Dewan

Jaminan Sosial Nasional) yaitu sebesar 8% memerlukan diskusi dan keterbukaan

yang luas ke para stakehoder. Dasar perhitungan, asumsi, metodologi dan skema

yang digunakan untuk menemukan angka tersebut meragukan. Skema BPJS

tenaga kerja sesuai UU BPJS Ketenagakerjaan yang merupakan 'Pay As You Go

dengan manfaat pasti' tidak relevan digunakan dengan iuran pasti dengan

"Funding System". Sesuai UU BPJS bahwa sistem yang diterapkan bukan

funding system (pemupukan dana). Bagaimana rasionalnya hitung- hitungan

digunakan untuk ibarat main bulutangkis sementara yang kita sedang

Page 12: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 181

pertandingkan adalah tenis. Manfaat Pasti dan Perhitungan Aktuaris berdampak

kepada skema, iuran dan kesiapan pencadangan dana, dimana SJSN itu adalah

program negara itu selalu ada siapapun pemerintahnya dengan prinsip jangka

panjang. Manfaat pasti resikonya ada di tata kelola, investasi, goverment.

kekawatiran mengenai defisit harus dapat dikaji dan dipertanggung jawabkan

melalui penghitungan aktuaria secara profesional dan prudent. di Indonesia

masalahnya sangat komplek dan banyak pengaturan formil. Manfaat pasti

memang sulit karena ada gap dari perusahaan baik yang kecil dengan yang besar,

kenaikan upah yang tidak melihat kenaikan ekonomi dan inflasi, statusnya

dengan undang-undang ketenagakerjaan, adanya persoalan-persoalan seperti

tenaga kerja outsoursing dan kontrak, serta banyaknya pekerja sektor informal.

Usulan yang sangat menarik yang dilontarkan oleh kementrian keuangan konsep

dari pensiun itu adalah subsidi silang dari generasi kegenarasi sehingga tidak ada

beban antar generasi. Konsep pensiun ini apabila kekurangan dana maka usianya

akan diperpanjang. Yang mengandung arti bahwa ada program yang

disampaikan akan secara bertahap dinaikan iurannya sampai usia 65 tahun. Yang

namanya manfaat pasti jangan ditafsirkan seperti manfaat pasti yang ada saat ini.

Manfaat pasti itu ditentukan didepan, sedangkan iurannya sudah di rate. Untuk

skemanya lebih mendekati hampir iuran pasti dengan manfaat pasti.

2. Skema pemberian manfaat diberikan secara berkala bagi pekerja yang telah

mencapai masa iuran minimal 180 bulan atau 15 tahun. Pekerja dengan masa

iuran kurang dari 15 tahun, manfaat akan diberikan secara lumpsum atau sekali

bayar, dengan menghitung akumulasi iuran dan dana hasil pengembangannya.

Namun, peserta dengan masa iuran kurang dari 15 tahun, bisa menerima

manfaat berkala bila yang bersangkutan melanjutkan iurannya hingga masa iuran

15 tahun. Jika demikian jaminan pensiun tidak ada bedanya dengan jaminan hari

tua

Jaminan pensiun sendiri memiliki pengertian sebagai hak pekerja yang pensiun

setelah memenuhi masa iur. Esensi Jaminan Pensiun adalah untuk reduksi

kemiskinan dalam jangka panjang sebagai bagian dari Millenium Development

Goals (MDG’s) atau Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (TPM).

Pelaksanaan Jaminan Pensiun masa iur tidak harus 15 tahun, bisa lebih karena

pekerja belum usia 55 tahun; penetapan manfaat Jaminan Pensiun perlu

Page 13: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 182

konservatif untuk tahap awal tidak lebih dari 33% menyusul iuran minimal tidak

kurang dari 8% dan setelah itu harus ditinjau ulang. Agar tidak berisiko tinggi,

maka perlu menunda usia pensiun dari 55 ke 60 tahun sebagai bagian dari solusi

aging problem. Dalam kondisi perekonomian “krisis”, maka manfaat Jaminan

Pensiun perlu dikurangi dan agar tidak membebankan fiskal negara kemudian

setelah perekonomian pulih kembali dimana manfaat Jaminan Pensiun

dikembalikan seperti sebelumnya. Jangan sampai terjadi kemiskinan lansia di

masa datang di Indonesia, untuk itu perlu dilakukan regulasi preventif untuk

reduksi / pencegahan kemiskinan. Sehingga Dalam program manfaat pensiun

anuitas ini, pesertanya adalah yang telah memiliki masa iur sedikitnya 15 tahun,

kecuali ditetapkan lain.

Skema BPJS tenaga kerja sesuai UU BPJS Ketenagakerjaan yang merupakan

'Pay As You Go dengan manfaat pasti' tidak relevan digunakan dengan iuran

pasti dengan "Funding System". Sesuai UU BPJS bahwa sistem yang diterapkan

bukan funding system (pemupukan dana)."Bagaimana rasionalnya hitung-

hitungan digunakan untuk ibarat main bulutangkis sementara yang kita sedang

pertandingkan adalah tenis. Dua-duanya mirip tapi tidak sama.11

Kekhawatiran skema PAYG akibat berakhirnya bonus demografi dan

meningkatnya angka harapan hidup, dapat ditanggulangi dengan menjaga rasio

ketergantungan penduduk usia lanjut pada kisaran 20 %. Dengan rasio ini maka

usia pensiun akan bergeser menjadi 65 tahun pada tahun 2040.12

Skema pemberian manfaat diberikan secara berkala bagi pekerja yang telah

mencapai masa iuran minimal 180 bulan atau 15 tahun. Pekerja dengan masa

iuran kurang dari 15 tahun, manfaat akan diberikan secara lumpsum atau sekali

bayar, dengan menghitung akumulasi iuran dan dana hasil pengembangannya.

Namun, peserta dengan masa iuran kurang dari 15 tahun, bisa menerima

11

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/04/22/159506/ojk-minta-iuran-pensiun-dihitung-ulang/,Diakses 24 April 2015 12

Iuran jaminan pensiun 8% dinilai berlebihan dan bebani ekonomi, http://finansial.bisnis.com/read/20150415/215/422984/iuran-jaminan-pensiun-8-dinilai-berlebihan-bebani-ekonomi, Diakses 24 April 2015

Page 14: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 183

manfaat berkala bila yang bersangkutan melanjutkan iurannya hingga masa iuran

15 tahun.13

Dalam rancangan jaminan pensiun, skema atas jaminan tersebut dibuat dalam

tiga bagian yaitu;

1. Manfaat pasti

Dalam manfaat pasti terdapat batas atas dan batas bawah manfaat yang

didasarkan pada masa kerja dan upah terakhir yang diterima oleh pekerja.

Manfaat pensiun ini akan diterima secara berkala setiap bulannya.

Manfaat jaminan pensiun akan berupa uang tunai. Dengan beberapa manfaat

yang dicover adalah ;

a. Pensiun hari tua

b. Pensiun cacat

c. Pensiun janda/ duda

d. Pensiun anak

e. Pensiun orang tua

2. Peserta

Dalam program manfaat pensiun anuitas ini, pesertanya adalah yang telah

memiliki masa iur sedikitnya 15 tahun, kecuali ditetapkan lain.

3. Iuran

Iuran yang di keluarkan akan ditanggung secara bersama oleh pekerja dan

pemberi kerja. Akumulasi iuran + hasil pengembangan akan diterima oleh

peserta.

Iuran yang akan ditetapkan adalah sebesar 8% dengan 3% dibayarkan pekerja

dan 5% dibayarkan oleh perusahaan14

13

Iuran BPJS Jaminan Pensiun 8 % naik 1 tahun sekali, http://buruhonline.com/artikel-1171-iuran-pensiun-bpjs-8-

persen-naik-4-tahun-sekali.html#ixzz3YEPXEmnw, Diakses 24 April 2015 14

Bambang Purwoko, FGD II Apindo Training Center, 5 Maret 2015

Page 15: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 184

POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015

KOMISI II

Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

bermartabat, secara konstitusional mengakui hak atas jaminan sosial dan kehidupan yang

layak sebagai hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan

Perubahannya tahun 2002, khususnya melalui pasal 28 H ayat (3) dan pasal 34 ayat (2). Hak

atas jaminan sosial dan kehidupan yang layak telah diakui sebagai hak hukum (legal rights)

bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana diatur dalam UU no 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah wujud komitmen pemerintah dalam

penyelenggaraan Jaminan Sosial Nasional yang kemudian ditindaklanjuti dengan

membentuk Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS). Dengan telah disahkan dan diundangkannya UU BPJS, pada tanggal 25

November 2011, maka PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) ditransformasikan

menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Permasalahan yang hangat dibicarakan pada saat ini adalah mulai berlakunya

salah satu program baru dalam BPJS Ketenagakerjaan, yaitu Program Jaminan Pensiun, yang

akan efektif diberlakukan pada tanggal 1 Juli 2015. Walaupun akan dilaksanakan dalam

waktu dekat, akan tetapi pemerintah hingga saat ini belum menyelesaikan Rancangan

Peraturan Pemerintah (RPP) Jaminan Pensiun. Padahal, Pasal 70 UU No 24/2011 tentang

BPJS mengamanatkan peraturan pelaksana terkait BPJS Ketenagakerjaan harus selesai

paling lambat dua tahun sejak UU tersebut diundangkan, yaitu tanggal 25 November 2013.

Belum selesainya PP Jaminan Pensiun tidak lepas dari perdebatan ketiga aktor hubungan

industrial, yaitu pemerintah, Asosiasi Pengusaha (Apindo) dan Serikat Pekerja/Serikat Buruh

(SP/SB). Kesulitan yang dihadapi bukan tanpa alasan. Pasalnya kebijakan yang ada dinilai

tidak mengakomodir seluruh kepentingan pihak terkait secara seimbang. Jangka waktu

pelaksanaan yang semakin dekat tidak diimbangi dengan sistem dan teknis pelaksanaan

yang baik yang kemudian berujung pada melonjaknya cost yang harus dikeluarkan

pengusaha, belum lagi gejolak hubungan industrial yang menyertai. Adapun poin-poin

penting dari implementasi jaminan pensiun adalah sebagai berikut:

Page 16: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 185

A. Review Premi pada Rancangan Peraturan Pemerintah Program Jaminan

Pensiun

Hingga saat ini Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai hal

teknis Program Jaminan Pensiun yang diselenggarakan oleh BPJS

Ketenagakerjaan belum tuntas, padahal pelaksanaan program jaminan

pensiun itu sendiri akan efektif dilaksanakan mulai tanggal 1 Juli 2015.

Perdebatan terkait besaran premi hingga kini menjadi salah satu

persoalan mendasar belum selesainya PP tersebut. Banyak pihak

mempertanyakan dasar dari perhitungan besar premi yang ditetapkan

pemerintah dalam RPP yang dibuatnya. Pasalnya 8% dinilai terlalu

memberatkan pengusaha sebagai salah satu pengiur dengan porsi terbesar

dalam program Jaminan Pensiun. Berikut adalah informasi singkat terkait

premi pada asuransi dan teknis penetapan premi yang ada.

1. Perihal Premi kaitannya dengan Asuransi

Upaya untuk menetapkan tarif premi diserahkan kepada aktuaris.

Aktuaris itu sendiri adalah orang yang berpendidikan matematika yang

memiliki tanggung jawab untuk meramu data keuangan dan statistika

yang mempengaruhi tarif premi.

Terdapat tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam perhitungan

premi dasar, yaitu mortalita, bunga, dan biaya. Dari semua aspek ini,

faktor mortaita memiliki pengaruh terbesar.

a) Faktor Mortalita

Prinsip dasar asuransi adalah harus berdasar pada prakiraan

yang akurat tentang mortalita, misalnya rata-rata jumlah

kematian yang akan terjadi setiap tahun dalam setiap kelompok

usia. Kompilasi statistika dilakukan selama bertahun-tahun akan

menunjukkan jumlah dan kapan (usia) orang umumnya

diperkirakan meninggal. Hasil kompilasi statistika ini akan

menjadi tabel mortalita yang menggambarkan laju kematian

setiap usia. Agar tabel mortalita ini akurat, maka statistika harus

Page 17: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 186

berdasar pada dua hal, yaitu sejumlah besar orang antar usia

dan sejumlah besar kerangka waktu.

Prakiraan mortalita ini akan memberikan dasar taksiran lama

kehidupan tertanggung. Dengan kata lain, bagian premi yang

berkaitan dengan mortalita menggambarkan beban murni dalam

memberikan perlindungan, khususnya perlindungan kematian.

Aktuaris menggunakan tabel mortalita dan data mortalita

sebagai langkah awal dalam penetapan premi.

b) Faktor Bunga

Pendapatan bunga akan membantu pembebanan premi.

Terdapat dua asumsi mengenai bunga:

Pertama, diasumsikan bahwa suatu tingkat bungan bersih

yang spesifik akan diperoleh dari semua investasi. Keadaan

sebenarnya adalah beberapa investasi akan menghasilkan

lebih besar daripada tingkat bunga asumsi sedang beberapa

investasi lain menghasilkan lebih kecil daripada bunga asumsi,

maka lembaga asuransi memilih tingkat bunga rata-rata untuk

asumsi dalam perhitungan premi. Tingkat bunga yang

diasumsikan sering nampak cukup rendah dan mempengaruhi

tarif premi secara langsung, tetapi tingkat bunga yang dijamin

untuk pemilik polis. Oleh karena itu asumsi tingkat bunga

harus cukup konservatif.

Kedua, asumsi yang dibuat adalah bunga yang diperoleh

setahun penuh dari setiap premi pemiki polis. Oleh karena itu,

harus diasumsikan bahwa semua premi dibayarkan setiap

awal tahun.

c) Faktor Biaya

Setiap premi harus dibebani secara proporsional untuk

membiayai biaya operasional normal seperti pegawai yang harus

diadakan dan dibayar, tenaga pemasaran yang harus diadakan,

dilatih dan digaji, alat tulis dan peralatan kantor harus dibeli,

Page 18: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 187

sewa harus dibayar, gedung harus dipelihara, bahkan juga pajak

yang harus dibayar.

Jadi, faktor biaya dihitung dan dimasukkan dalam tarif premi

untuk asuransi, faktor ini biasa disebut “loading charge”

d) Faktor-Faktor Lain Pada Premi

- Usia : Usia seseorang mempunyai kaitan langsung terhadap

mortalita, dan mortalita mempengaruhi langsung

pada perhitungan premi. Makin tua tertanggung,

makiln tinggi risiko kematiannya.

- Jenis Kelamin : jenis kelamin calon tertanggung juga

mempengaruhi mortalita, karena

pengalaman menunjukkan, secara rata-

rata, kehidupan wanita lebih lama lima

atau enam tahun daripada kehidupan

laki-laki. Secara statitika, golongan

wanita dianggap mempunyai risiko

asuransi yang lebih baik daripada laki-

laki dan tarif premi kaum wanita

biasanya lebih renda daripada kaum

laki-laki.

- Kesehatan : Farktor lain yang mempengaruhi mortalita adalah

kesehatan calon tertanggung. Mereka yang tingkat

kesehatannya rendah akan dikenakan tarif premi yang

lebih tinggi.

- Jenis Pekerjaan : calon tertanggung yang bekerja pada jenis

pekerjaan yang berbahaya menggambarkan risiko

yang lebih besar demikian juga calon tertanggung

yang mempunyai hobi yang membahayakan.

- Kebiasaan : calon tertanggung yang menunjukkan adanya

risiko lebih tinggi daripada normal karena

karakteristik pribadinya dikatakan dalam “risiko sub-

standart”.

Page 19: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 188

Berdasarkan penjelasan diatas, tentunya sudah diperoleh gambaran

terkait hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan

besaran premi, begitu juga dengan premi sebesar 8%, dengan porsi 5%

diiur oleh perusahaan dan 3% diiur oleh pekerja dalam Program

Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan.

Hingga saat ini pemerintah tidak memberikan jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan pengusaha terkait atas dasar apa perhitungan

besaran premi tersebut ditetapkan. Karena tidak dapat dipungkiri

adanya pemambahan beban kepada perusahaan akan berpengaruh

kepada neraca keuangan perusahaan yang akan semakin berat.

Tentunya kewajiban untuk mengiur bukanlah suatu kendala apabila

besar iuran tersebut dapat dipertanggung jawabkan validitasnya, akan

tetapi karena sama sekali tidak ada kejelasan dan penjelasan terkait

transparansi perhitungan penentuan besar premi, hal tersebut menjadi

tidak beralasan.

2. Perihal Tanggungan Perusahaan Yang Semakin Berat

Lewat rapat koordinasi yang dilaksanakan 8 April 2015 lalu, pemerintah

sudah bulat menetapkan iuran pensiun sebesar 8% dari upah bulanan.

Besaran iuran pensiun ini akan ditetapkan dalam Rancangan Peraturan

Pemerintah tentang Program Jaminan Pensiun.

Soal beban tambahan inilah yang jadi sumber kerisauan pengusaha.

Berdasarkan informasi yang dipublikasikan oleh Tabloid Kontan No.30 –

XIX, 2015 dalam artikelnya yang berjudul “Repotnya Saat Perusahaan

Ketambahan Beban”, dijelaskan bahwa setiap bulan rata-rata

perusahaan harus menanggung beban kesejahteraan antara 15,24% -

17,74% dari upah setiap karyawan. Perinciannya adalah sebagai berikut:

a) iuran BPJS Ketenagakerjaan yang terdiri dari Jaminan Hari Tua

(3,70%), Jaminan Kematian (0,30%), dan Jaminan Kecelakaan

Kerja (0,24% - 1,74%).

b) iuran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang dibayarkan ke BPJS

Kesehatan sebesar 4%.

Page 20: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 189

c) Pesangon yang diberikan kepada karyawan dengan prosentase

7% - 8%. Jika ditambah dengan bagian iuran Jaminan Pensiun

sebesar 5% dari take home pay, maka beban perusahaan akan

menjadi 20,24% - 22,74%.

Pada waktu yang hampir bersamaan, perusahaan menghadapi lonjakan

beban, seperti kenaikan harga BBM, kenaikan tarif listrik, dan

pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS. Situasi yang ada semakin

menghimpit posisi perusahaan, dimana di satu sisi pemerintah

membebankan tanggung jawab besar kepada perusahaan untuk

menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya, akan di sisi yang lain

pemerintah membuat berbagai kebijakan yang isinya membuat

perusahaan sulit untuk menyerap banyak tenaga kerja, selain itu

pemerintah juga tidak sanggup menjembatani kepentingan pengusaha

dan pekerja dan menjaga kestabilan harga pokok serta upah minimum

sehingga menjadi sulit untuk mengembangkan bisnis pada saat ini.

3. Resistensi yang Tinggi dari Pihak Buruh

Penolakan akan besaran premi Program Jaminan Pensiun BPJS

Ketenagakerjaan bukan hanya timbul dari sisi perusahaan. Nyatanya

buruh pun merasa hal tersebut dapat memberatkan. Pasalnya, harga

bahan pokok dan barang-barang kebutuhan hidup lainnya yang tidak

terkendali sudah dirasa cukup berat untuk pekerja, terlebih bagi pekerja

informal atau pekerja formal yang hanya memperoleh pendapatan

sesuai UMP atau UMR. Oleh karena itu, adanya penambahan beban

untuk membayar Program Jaminan Pensiun menjadi hal yang cukup

berat untuk dilaksanakan secara sukarela oleh pekerja.

Berikut adalah keypoints atau alasan-alasan utama mengapa pelaksanaan

Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan harus ditunda terkait dengan

besaran premi yang diberikan:

Page 21: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 190

Premi Program Jaminan Pensiun yang sebesar 8% dinilai terlalu berat

dan dapat menimbulkan potensi menggugurkan bisnis Lembaga Dana

Pensiun.15

Iuran 8% dalam Program Jaminan Pensiun memberatkan perusahaan

sebagai penanggung iuran. Sebelum adanya jaminan pensiun,

perusahaan menanggun beban sebesar 15,24% - 17,24% dari upah

setiap pekerja. Setelah adanya peraturan baru ini, maka perusahaan

menanggung hingga 20,24% - 22,74% dari upah setiap pekerja. Skema

pembiayaan tersebut akan berdampak buruk terhadap industri dan

pekerja. Kondisi ini membuat beban yang ditanggung perusahaan

semakin besar. Jangan sampai investor lebih memilih investasi di

Vietnam, Laos atau Kamboja dibanding di Indonesia.16

Sebaiknya pelaksanaan Program Jaminan Pensiun ditunda, karena waktu

yang ada tidak cukup untuk membahas seluruh permasalahan yang ada

sebelum tanggal 1 Juli mendatang. Jika dipaksakan implementasinya

tidak akan berjalan dengan baik seperti halnya implementasi BPJS

Kesehatan. Ditambah lagi hampir semua sektor sedang dalam kondisi

yamng tidak baik (terjadi lonjakan beban biaya seperti kenaikan harga

BBM, traif listrik, dan pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS).17

Buruh menolak besaran iuran jaminan pensiun 8% dengan alasan bahwa

dengan trend kenaikan harga dan jasa yang terus melambung tinggi luar

biasa, besaran iuran tersebut tidak masuk akal.18

15

Sujatmoko, Manager Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Bank Negara Indonesia (BNI) dalam artikel “Kenaikan Iuran BPJS Ketenagakerjaan Tuai Protes” yang dipublikasikan oleh Kompas.com pada Kamis, 16 April 2015 pukul 07:32 WIB. 16

Adhi S. Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makananan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) dalam artikel “Pengusaha Keberatan, Pemeirntah Belum Sepakat. Polemik Iuran Wajib Pensiun BPJS Ketenagakerjaan.” Yang dipublikasikan oleh Harian Ekonomi Neraca pada hari Selasa, tanggal 21 April 2015. 17

Timoer Soetanto , Ketua Bidang Jaminan Sosial Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dalam artikel “Pengusaha Keberatan, Pemerintah Belum Sepakat. Polemik Iuran Wajib Pensiun BPJS Ketenagakerjaan.” Yang dipublikasikan oleh Harian Ekonomi Neraca pada hari Selasa, tanggal 21 April 2015. 18

Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dalam artikel “Pensiun BPJS 8 Persen, Berlaku Juli 2015” yang dipublikasikan oleh kompas.com pada hari Kamis, 9 April 2015 pukul 07:52 WIB.

Page 22: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 191

B. Skema Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan

1. Penggunaan Sistem Manfaat Pasti dalam Program Jaminan Pensiun

BPJS Ketenagakerjaan

Kendala selanjutnya muncul dari sistem manfaat pasti yang akan

diterapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan dalam Program Jaminan

Pensiunnya. Cara pembiayaan yang berbeda sangat mempengaruhi

keberlanjutan pembiayaan (financial sustainability) dari program

jaminan sosial. Pengalaman internasional menunjukkan bahwa,

program pensiun yang menjanjikan defined benefit dibiayai dari

pungutan dari pekerja (payroll taxes) dan menggunakan cara pay-as-

you-go, biasanya mengalami kesulitan keuangan dan akhirnya

menyebabkan hutang publik yang besar.

Sistem manfaat pasti yang digunakan BPJS Ketenagakerjaan dinilai

tidak cocok untuk penerapan Program Jaminan Pensiun dalam

perjalanannya kedepan, bukan hanya 15-20 tahun kedepan, akan tetapi

sampai waktu panjang yang tidak dapat ditentukan. Pengalaman

menunjukkan bahwa banyak negara maju maupun berkembang, yang

mulai mengembangkan program pensiun seperti di atas sekitar

pertengahan abad ke 20, untuk 40 tahun pertama memang dapat

berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan orang yang bekerja jumlahnya

masih banyak sedangkan orang yang pensiun pada saat program

dimulai masih sedikit. Tetapi pada saat banyak orang memasuki masa

pensiun dan rasio dari jumlah pekerja dengan jumlah orang pensiun

mengecil maka biaya yang harus dikeluarkan meningkat dengan pesat

sementara pemasukan tidak berubah banyak.

Negara Philipina contohnya.

Pemerintah Philipina memperkenalkan program pensiun menggunakan

defined benefit pada tahun 1950 dengan kontribusi 6 % dari gaji

pekerja. Pada tahun 1990 pemerintah Philipina mulai merasakan

kesulitan yang diakibatkan oleh besarnya biaya yang harus dikeluarkan

karena jumlah orang yang pensiun mencapai puncaknya. Biaya yang

Page 23: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 192

harus ditanggung meningkat dari 1 % PDB pada tahun 1990 menjadi 4

% PDB pada tahun 1999, hutang publik yang ditimbulkannya adalah US

21 miliar pada tahun 2000. Untuk menanggulangi ini pemerintah

Philipina meningkatkan kontribusi menjadi 9,4 % dan tidak

meningkatkan manfaat sejak tahun 2001. Dengan demikian dapat

diambil pelajaran bahwa skema jaminan sosial menggunakan defined

benefit sangat rawan terhadap kesulitan keuangan di masa depan.

Banyak negara sekarang berpindah ke skema iuran pasti (defined

contribution) yang mengaitkan antara iuran yang dibayarkan oleh

pekerja dengan besarnya manfaat yang akan diperoleh. Untuk itu

kecermatan perhitungan aktuaria sangat dibutuhkan.

Akan tetapi pada kenyataannya, pada saat ini pemerintah pun tidak

dapat transparansi perhitungan aktuaria atas besaran premi Program

Jaminan Pensiun yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Banyak

aktuaria di Indonesia pun mempertanyakan perhitungan besaran premi

yang ditetapkan pemerintah. Mengetahui ketidakjelasan perhitungan

yang ada membuat perusahaan semakin enggan untuk menyisihkan

pengeluarannya di tengah situasi bisnis yang sedang tidak baik.

Bukan masalah spiritnya, bukan masalah tujuannya, akan tetapi masalah

pertanggung jawaban pemerintah kedepan terhadap rakyatnya. Karena

apabila nantinya ternyata Program Jaminan Pensiun tidak berjalan

dengan baik sebagaimana telah diprediksikan sebelumnya, mau tak

mau pengusaha menjadi salah satu pihak yang juga harus ikut

bertanggung jawab kepada karyawannya.

2. Tingkat Generasi Pensiun di Masa Depan

Pada saat ini hanya sekitar 10 % penduduk Indonesia menjadi anggota

dana pensiun dan hanya 15 % yang mempunyai asuransi kesehatan.

Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia usia 55 tahun ke atas akan

meningkat dari 10% dari seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2000

(kira-kira 23 juta orang) menjaid sekitar 30% dari seluruh penduduk

Indonesia pada tahun 2050 (kira-kira 100 juta orang). Pada saat yang

Page 24: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 193

sama, penduduk Indonesia berusia 65 tahun ke atas akan meningkat

dengan drastis, yaitu dari 10 juta penduduk pada tahun 2000 (4,5% dari

seluruh penduduk Indonesia) menjadi 60,5 juta penduduk pada tahun

2050 (sekitar 18% dari seluruh penduduk Indonesia). Dengan

peningkatan jumlah penduduk seperti ini, kelompok penduduk lanjut

usia di Indonesia akan semakin menjadi beban yang besar untuk

keluarga Indonesia, juga bagi para pembayar pajak, pada tahun 2050.19

Kombinasi faktor usia yang cukup rendah (55 tahun), jumlah waktu kerja

yang relatif singkat untuk berhak mendapat pensiun penuh (15 tahun)

dan populasi yang menua dengan cukup drastis, merupakan situasi yang

kurang menguntungkan program pensiun publik manapun, dan

dikhawatirkan Program Jaminan Pensiun akan mengalami nasib sama

dengan program pensiun publik lainnya di dunia, yaitu secara finansial

menjadi tidak berkesinambungan. Usaha-usaha untuk memperbaiki

masalah ini, misalnya dengan menaikkan iuran atau mengurangi besar

manfaat program, hanyalah merupakan perbaikan sementara yang hanya

akan membuat program Jaminan Pensiun semakin kurang diminati

peserta. Pada akhirnya program ini akan bangkrut dan menjadi

kewajiban finansial yang besar bagi pemerintah dan perusahaan, serta

menyebabkan hilangnya pendapatan hari tua pekerja.

Berikut adalah keypoints atau alasan-alasan utama mengapa pelaksanaan

Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan harus ditunda terkait dengan

skema jaminan pensiun yang diberikan:

Ada hal-hal yang merisaukan mengenai jaminan pensiun BPJS, karena

menganut manfaat pasti di mana dari apa yang disimulasikan Jamsostek

menunjukkan satu pekerja yang masuk pensiun harus didukung 6 pekerja

baru. Selain itu, beban fiskal yang harus ditanggung pemerintah untuk

membiayai program jaminan pensiun ini bakal menggerus kekuatan

fiskal. Sebab, porsi pekerja formal di Indonesia masih di bawah pekerja

19

Alex Arifianto, Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia: Sebuah Analisis Atas Rancangan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional, 2004, hlm.30.

Page 25: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 194

informal. Padahal seharusnya BPJS lebih banyak ditanggung pekerja

sebuah perusahaan formal dan tergabung dengan Jamsostek.20

RPP Jaminan Pensiun kurang memperhatikan fakta bahwa penduduk

Indonesia akan menua secara drastis dalam beberapa dekade

mendatang. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia usia 55 tahun ke

atas akan meningkat dari 10% dari seluruh penduduk Indonesia pada

tahun 2000 (kira-kira 23 juta orang) menjaid sekitar 30% dari seluruh

penduduk Indonesia pada tahun 2050 (kira-kira 100 juta orang). Pada

saat yang sama, penduduk Indonesia berusia 65 tahun ke atas akan

meningkat dengan drastis, yaitu dari 10 juta penduduk pada tahun 2000

(4,5% dari seluruh penduduk Indonesia) menjadi 60,5 juta penduduk

pada tahun 2050 (sekitar 18% dari seluruh penduduk Indonesia). Dengan

peningkatan jumlah penduduk seperti ini, kelompok penduduk lanjut

usia di Indonesia akan semakin menjadi beban yang besar untuk

keluarga Indonesia, juga bagi para pembayar pajak, pada tahun 2050.21

Kombinasi faktor usia yang cukup rendah (55 tahun), jumlah waktu kerja

yang relatif singkat untuk berhak mendapat pensiun penuh (15 tahun)

dan populasi yang menua dengan cukup drastis, merupakan situasi yang

kurang menguntungkan program pensiun publik manapun, dan

dikhawatirkan Program Jaminan Pensiun secara finansial menjadi tidak

berkesinambungan.

20

Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum DPN Apindo, dalam artikel “Pengusaha Keberatan Tanggung Jaminan Pensiun BPJS.” Yang dipublikasikan oleh Managemen Pembiayaan Kesehatan dalam websitenya http://www.manajemen-pembiayaankesehatan.net/index.php/list-berita/707-pengusaha-keberatan-tanggung-jaminan-pensiun-bpjs. 21

Alex Arifianto, Reformasi Sistem Jaminan Sosial di Indonesia: Sebuah Analisis Atas Rancangan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional, 2004, hlm.30.

Page 26: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 195

C. Review Kepesertaan

1. Kedudukan Pekerja Sektor Informal dalam Program Jaminan Pensiun

Walaupun spirit Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan adalah

melindungi masa tua seluruh pekerja di Indonesia, baik pekerja sektor

formal maupun sektor informal, nyatanya sampai saat ini tidak ada

peraturan tertulis terkait teknis pelaksanaan jaminan pensiun kepada

pekerja sektor informal. Padahal hal tersebut sangat penting, karena

nyatanya jumlah pekerja sektor informal jauh lebih besar dari pekerja

sektor formal. Penghasilan pekerja di sektor informal yang rendah dan

tidak teratur menjadi hambatan besar dalam memastikan sumber daya

yang aman. Situasi ini mempersulit perhitungan upah bulanan kotor atau

bersih yang diperoleh sehingga tidak dapat diandalan. Kondisi ini

membuat sebagian besar pekerja di sektor perekonomian informal tidak

mampu membayar iuran jaminan sosial.

2. Penggolongan Kepesertaan Berdasarkan Masa Iur

Pasal 41 ayat 2 UU SJSN membatasi penerima manfaat pensiun berkala

hanya bagi peserta yang telah membayar iuran 15 tahun atau lebih.

Apabila usia pensiun ditetapkan 60 tahun, maka peserta yang berusia 45

tahun atau lebih pada saat implementasinya tidak akan menerima

manfaat pensiun berkala, tetapi hanya menerima pengembalian iurannya

beserta hasil pengembangannya. Tidak jelas akhiran “nya” dari kata

“iurannya”, apakah termasuk iuran pemberi kerja atau tidak. Pembatasan

masa iuran 15 tahun dapat mempengaruhi tingkat partisipasi peserta

kelompok ini dan menjadi rancu dengan progran Jaminan Hari Tua yang

ada (yang juga merupakan pengembalian iuran beserta hasil

pengembangannya).

Menurut sensus penduduk 2010, BPS Edisi 40 September 2013, terdapat

lebih kurang 18 juta penduduk berusia 60 tahun ke atas dan lebih

kurang 34 juta penduduk berusia antara 45-59. Dari total 52 juta

penduduk ini, hanya ada sekitar 2 juta orang yang memiliki program

pensiun, sisanya tidak akan memperoleh manfaat pensiun berkala.

Page 27: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 196

Dengan adanya pembatasan 15 tahun masa iuran ini, berarti peserta

pertama yang akan menerima manfaat pensiun baru terjadi pada Juli

2030. Selama 15 tahun penundaan, BPJS Ketenagakerjaan (jaminan

pensiun) semata-mata hanya mengumpulkan iuran dan sama sekali tidak

memberikan nilai tambah kepada peserta atau penduduk secara

keseluruhan.22

Berikut adalah keypoints atau alasan-alasan utama mengapa

pelaksanaan Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan harus

ditunda terkait dengan review kepesertaan:

Posisi pekerja informal dalam program Jaminan Pensiun dipertanyakan

karena hingga saat ini tidak ada bahasan terkait dengan kepesertaan

pekerja informal dalam Program Jaminan Pensiun. Padahal kebutuhan

pekerja sebenarnya sama saja, mereka memerlukan jaminan penghasilan

ketika memasuki usia tidak produktif. Hal ini cukup mengherankan

mengingat pada kenyataannya pekerja sektor informal justru lebih

banyak dibandingkan dnegan sektor formal. Mengingat perubahan

struktur demografi Indonesia yang menunjukkan jumlah usia produktif

yang terus meningkat dan jika pemeirntah gagal menyediakan lapangan

kerja yang cukup besar, maka akan semakin banyak tenaga kerja masuk

ke dalam sektor informal.

Kebijakan dalam UU SJSN (Pasal 41) membatasi penerima manfaat

pensiun berkala hanya bagi peserta yang telah membayar iuran 15 tahun

atau lebih. Apabila usia pensiun ditetapkan 60 tahun, maka peserta yang

berusia 45 tahun atau lebih pada saat implementasinya tidak akan

menerima manfaat pensiun berkala, tetapi hanya menerima

pengembalian iurannya beserta hasil pengembangannya. Tidak jelas

akhiran “nya” dari kata “iurannya”, apakah termasuk iuran pemberi kerja

atau tidak. Pembatasan masa iuran 15 tahun dapat mempengaruhi

tingkat partisipasi peserta kelompok ini dan menjadi rancu dengan

progran Jaminan Hari Tua yang ada (yang juga merupakan

pengembalian iuran beserta hasil pengembangannya).

22

Steven Tanner, Dayamandiri Dharmakonsilindo, SJSN: Jaminan Pensiun Sebuah Catatan, hlm.14-15.

Page 28: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 197

D. Mekanisme Overlap

1. Tumpang Tindih dengan DPLK/DPPK

Sampai saat ini sama sekali tidak ada bahasan dari pemerintah baik

melalui forum formal diskusi ataupun klausa dalam RPP Jaminan

Pensiun yang mengatur mengenai teknis harmonisasi Program Jaminan

Dana Pensiiun dengan DPLK/DPPK. Apabila hingga 1 Juli mendatang

hal tersebut belum juga menjadi bahasan pemerintah, maka akan

terjadi efek yang luar biasa bagi perekonomian negara.

Dengan wajib berlakunya Program Jaminan Pensiun BPJS

Ketenagakerjaan, akan ada kemungkinan perusahaan yang telah

mengikutsertakan karyawannya dalam Program Jaminan Pensiun dari

Dana Pensiun Lemaga Keuangan (DPLK) akan menarik keikutsertaannya

dalam DPLK dan mendaftarkan karyawannya dalam BPJS

Ketenagakerjaan. Apabila hal tersebut terjadi maka eksistensi

DPLK/DPPK akan terancam. Dengan hancurnya DPLK/DPPK tentu akan

berpengaruh pada kondisi perekonomian Indonesia dan akan

berpengaruh pula pada kondisi hubungan industrial yang keruh akibat

banyaknya PHK yang terjadi dari karyawan-karyawan DPLK/DPPK.

Hal lainnya yang mungkin terjadi adalah dengan masih berlakunya

DPLK/DPPK di perusahaan dan kewajiban perusahaan untuk bergabung

dengan Porgram Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan, maka

perusahaan pasti akan membayar iuran kepada dua lembaga tersebut.

Hal ini akan menimbulkan double cost dan lonjakan pengeluaran yang

cukup tinggi di perusahaan. Untuk mengimbangi pengeluaran dengan

pemasukkan tentunya perusahaan akan membuat kebijakan baru, yang

mungkin salah satunya adalah pengurangan jumlah karyawan karena

employee cost yang cukup tinggi. Adanya tingkat PHK yang cukup

tinggi tentu akan berpengaruh kepada kondisi perekonomian dan

hubungan industrial di negara kita.

Page 29: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 198

2. Tumpang Tindih dengan Program Wajib BPJS Ketenagakerjaan Lainnya

Terdapat beberapa program kesejahteraan pekerja di Indonesia yang

sifatnya wajib yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

berbeda dan dianggap saling tumpang tindih. Program-program wajib

ini adalah Jaminan Hari Tua (JHT) dan ketentuan pesangon sesuai

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Sebenaranya, JHT dan Pesangon dapat dianggap sebagai sistem yang

berada pada lapisan second-tier, dan Jaminan Pensiun berada pada

lapisan first-tier sebagai manfaat dasar yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.

Beberapa pihak beragumen bahwa Jaminan Hari Tua dan Pesangon

tidak dapat dicampuradukkan dengan Jaminan Pensiun, karena imbalan

Jaminan Hari Tua dan Pesangon dibayarkan sekaligus. Sementara pihak

lain berpendapat, walaupun pembayaran Jaminan Hari Tua dan

Pesangon dilakukan secara sekaligus, keduanya harus diperhitungkan

sebagai bagian dari Tingkat Penghasilan Pensiun (TPP).23

Berikut adalah keypoints atau alasan-alasan utama mengapa pelaksanaan

Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan harus ditunda terkait dengan

mekanisme overlap:

Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) khawatir,

implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) akan mematikan

industri pengelolaan dana pensiun. Pasalnya, tunjangan pensiun

merupakan satu dari lima jaminan yang dilindungi SJSN. Apalagi

pemerintah mewajibkan agar jaminan pensiun tersebut mengcover

seluruh masyarakat. Ini berarti, mengancam keberlangsungan industri

pengelola dana pensiun karena pasarnya menjadi dimonopoli oleh

badan penyelenggara SJSN. Seharusnya justru SJSN mendukung

keberlangsungan industri ini dengan mengsinkronisasi regulasi yang ada

agar tidak overlapping (tumpang tindih).24

23

Ibid, hlm.17. 24

Ricky Samsoci, Kepala Bidang Humas Asosiasi DPLK, dalam artikel yang dimuat di website http://issuu.com/pdanthony/docs/social-security-newsletter-ijsi-edisi-04-feb-2012

Page 30: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 199

Terdapat beberapa program kesejahteraan pekerja di Indonesia yang

sifatnya wajib yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

berbeda dan dianggap saling tumpang tindih. Program-program wajib

ini adalah Jaminan Hari Tua (JHT) dan ketentuan pesangon sesuai

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Sebenaranya, JHT dan Pesangon dapat dianggap sebagai sistem yang

berada pada lapisan second-tier, dan Jaminan Pensiun berada pada

lapisan first-tier sebagai manfaat dasar yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar hidup yang layak.

Beberapa pihak beragumen bahwa Jaminan Hari Tua dan Pesangon tidak

dapat dicampuradukkan dengan Jaminan Pensiun, karena imbalan

Jaminan Hari Tua dan Pesangon dibayarkan sekaligus. Sementara pihak

lain berpendapat, walaupun pembayaran Jaminan Hari Tua dan

Pesangon dilakukan secara sekaligus, keduanya harus diperhitungkan

sebagai bagian dari Tingkat Penghasilan Pensiun (TPP).25

25

Steven Tanner, Dayamandiri Dharmakonsilindo, SJSN: Jaminan Pensiun Sebuah Catatan, hlm.15.

Page 31: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 200

E. Risk & Impact

Berikut adalah risiko-risiko dan kendala yang mungkin timbul dari adanya

pelaksanaan Program Jaminan Pensiun BPJS ketenagakerjaan pada tanggal 1 Juli

mendatang. Sebenarnya hal ini dapat dihindari apabila waktu persiapan

dilaksanakan lebih lama dan sosialisasi sudah dilakukan sejak awal.

Berikut adalah keypoints atau alasan-alasan utama mengapa pelaksanaan

Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan harus ditunda terkait dengan

risiko-risiko yang akan terjadi:

Sampai sekarang belum ada peraturan yang mengatur sedikitpun hal

terkait harmonisasi penyelenggaraan Program Pensiun Wajib oleh BPJS

Ketenagakerjaan dengan DPPK/DPLK, akan memunculkan kemungkinan

bahwa perusahaan harus membayar premi ganda untuk masing-masing

program yang perusahaan ikuti, baik kepada BPJS Ketenagakerjaan dan

kepada DPPK/DPLK, sehingga akan menimbulkan lonjakan pengeluaran

yang besar dari segi employee cost.

Apabila Jaminan Pensiun dilaksanakan, dengan sistem Jaminan Pensiun

yang cukup buruk dan tidak ada regulasi sebagai payung yang memuat

kepentingan para stakeholder secara seimbang akan memunculkan

gejolak: akan banyak perusahaan yang karena beratnya biaya iur dan juga

melakukan double cost kepesertaan akan memilih untuk memotong

employee cost yang tinggi dengan mengurangi jumlah karyawannya

sceara besar-besaran, atau jika tidak, mau tidak mau, tidak dapat

dihindari, keadaan bisnis perusahaan akan terganggu dan hal tersebut

akan berpengaruh pada keadaan perekonomian negara.

Page 32: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 201

F. Pentahapan Implementasi Jaminan Pensiun

Pelaksanaan Jaminan Pensiun pada tanggal 1 Juli 2015 mendatang

merupakan program prematur dimana baik tidak ada kesiapan baik dari

sistem ataupun dari pihak penyelenggaranya. Sehingga dengan menunda

waktu pelaksanaan Program Jaminan Pensiun hingga tahun 2019

sebagaimana telah ditetapkan pada awalnya, akan memberikan sedikit waktu

bagi Pemerintah untuk mempersiapkan dan mematangkan sistem

pelaksanaan, serta bagi Pengusaha sebagai pihak yang akan turut mengiur

untuk mempersiapkan perusahaannya agar ketika nanti program berlangsung

tidak akan mempengaruhi keadaan bisnis yang telah berkembang.

Berikut adalah keypoints atau alasan-alasan utama mengapa pelaksanaan

Program Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan harus ditunda:

Sistem Jaminan Pensiun saat ini yang mewajibkan seluruh perusahaan baik

dengan skala besar hingga skala mikro, serta menyamaratakan besar

premi yang harus dibayar adalah kebijakan yang tidak dewasa. Mengingat

Indonesia sebagai negara besar yang sedang berkembang dengan

beragamnya jenis usaha, rumitnya hubungan industrial yang ada, dan

fokus pemerintah untuk meningkatkan kondisi perekonomian negara,

seharusnya Program Jaminan Pensiun dilaksanakan secara bertahap

dimana dilaksanakan terlebih dahulu kepada Perusahaan dengan skala

menengah-besar, lalu dilanjutkan dengan pelaksanaan oleh usaha skala

kecil-mikro setelah pelaksanaan Program Jaminan Pensiun oleh

perusahaan sedang-besar telah berjalan dengan baik.

Besarnya kemungkinan doble cost yang akan dikeluarkan perusahaan

yang menjadi peserta dana pensiun DPLK/DPPK apabila Program Pensiun

BPJS Ketenagakerjaan dilaksanakan akan benar-benar mempengaruhi

stabilitas bisnis perusahaan, bahkan negara. Oleh karena itu, seharusnya

program jaminan pensiun dapat dilaksanakan khusus perusahaan-

perusahaan yang bukan merupakan peserta dana pensiun DPLK/DPPK

sehingga tidak ada perusahaan yang double cost.

Page 33: POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 … 1 DAN 2...POKOK-POKOK PIKIRAN JAMINAN PENSIUN 2015 KOMISI I Negara Republik Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang beradab dan

The 3rd Idustrial Relations Convention 2015 – Jaminan Pensiun ATC00125042015A

Strategic Studies Yang Dilakukan Oleh ATC PT Pusat Studi Apindo – DPN APINDO 2015 202

Demikianlah paparan Komisi I dan Komisi II dalam The 3rd Industrial Relations

Convention 2015 – Jaminan Pensiun mengenai iuran, skema, kepesertaan, overlap,

pentahapan, risk and impact.