Pneumothorax Terapi Dan Komplikasi
-
Upload
muhammad-daniala-syuhada -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of Pneumothorax Terapi Dan Komplikasi
-
7/22/2019 Pneumothorax Terapi Dan Komplikasi
1/3
Pneumothorax (Therapy and Complication)
TREATMENT
Dasar terapi pneumothorax adalah menutup kebocoran, menurunkan resiko komplikasi, dan
menghilangkan ruang yang terbentuk. Pertimbangan dalam melakukan terapi adalah status
klinis pasien, penyebab pneumothorax, penyakit lain yang menyertai, riwayat pneumothorax,
resiko reccurent, pengalaman serta teknik yang akan digunakan dokter (availabiliy of thetreatment option
Observation
Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa apakah kebocoran udara telah tersegel (tidak
ada progress pneumothorax lebih lanjut). Treatment ini diaplikasikan pada asymptomatic
small unilateral pneumothorax. Adapun protokol nya :
1. Lakukan chest radiography pada 24 jam pertama untuk menilai progresifitas daripneumothorax
2. Beri oxygen pada pasien.3. Follow up secara berkala ketika pasien telah keluar rumah sakit
Aspiration
Prosedur : Gunakan catheter ukuran 16 atau 18 untuk aspirasi setelah melakukan anestesi
dengan teknik steril. Catheter dihubungkan dengan stopcock dan syringe. Aspirasi terus
dilakukan hingga tidak ada gas yang tersisa untuk di tarik. Setelah tindakan aspirasi lakukan
chest radiograph untuk follow up. Bila setelah dilakukan aspirasi tidak menghasilkan apapun,
maka tube thoracostomy harus segera dilakukan.
Long-Term Aspiration
Terapi ini dilakukan untuk mengeluarkan interpleural gas
secara terus menerus. Adapun metode ini dilakukan
berdasarkan dengan tube thoracostomy. Untuk
uncomplicated pneumothorax yang tanpa disertai cairan atau
darah dapat menggunakan catheter ukuran 16 hingga 25
untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan akibatnya ada
selang pada intercostal space. Selang ini dihubungkan dengan
pleural drainage system yang terdiri atas 3 chamber.
Tube thoracostomy akan mengakibatkan pada penutupan
daerah yang bocor. Adanya kebocoran udara terus pada 72
jam setelah terapi menandakan kebocoran tidak akan
tertutup dengan terapi ini. Biasanya akan dilakukan tindakan
surgical dengan atau tanpa pleurodesis.
Pleurodesis
Pleurodesis adalah sebuah terapi yang bertujuan untuk menutup lubang dengan cara
menmanfaatkan proses inflamasi untuk menghasilkan sebuah fibrois untuk menutup lubang
tersebut. Adapun tahapannya :
1.Drainage dari cairan dan gas2.Setelah gas dan cairan sudah tidak ada lagi, maka dokter akan memasukkan talc
(mengandung magnesium hydroxyl cilicate) sebanyak 2-10 g in 100 200 ml normal
saline atau 0.5 to 1.0 g of doxycycline in 50 to 100 ml normal saline and 600 mg of
minocycline in 50 to 100 ml of normal saline.
3.Setelah itu minta pasien untuk berposisi sesuai arah kebocoran yang akan ditutup.4.Talc akan memicu terbentuknya fibrosis sehingga akan menutup kebocoran.
Terdapat juga mechanical-pleurodesis dengan membuat sebuah insisi pada parietal pleura.
-
7/22/2019 Pneumothorax Terapi Dan Komplikasi
2/3
Sehingga setelah itu secara fisiologis akan terbentuk fibrosis yang akan menutup kebocoran.
Operative Therapy
Dilakukan apabila treatment lain yang less-invasive telah dilakukan namun gagal untuk
menutup kebocoran yang terjadi. Memang operative therapy memiliki tingkat kegagalan yang
rendah, namun perlu diperhatikan faktor patient discomfort, resiko anestesi general, dan
biaya.
Thoracoscopy
Disebut juga VATS (video-assisted thoracospocic surgery). Prinsipnya sama thocarotomy,
namun pada VATS hanya dibutuhkan sedikit tindakan invasive untuk memasukkan kamera.
Dan melakukan operasi dengan bantuan kamera.
Suggested Guidelines for Therapy
Primary Pneumothorax
Pasien dengan first-time primary spontaneous pneumothorax yang asymptomatic dilakukan
terapi observasi, pemberian oxygen. Sementara pada yang symptomatic dapat dilakukan
catheter aspiration.
Pasien yang telah menjalani tube thoracostomy dengan complete lung re-espansion dan
absence of an air leak dapat dipertimbangkan untuk mendapat treatment pleurodesis dengan
agent doxycyline atau talc. Apabila 72 jam setelah terapi masih terdapat kebocoran udara
maka harus dilakukan surgical therapy.
Secondary Pneumothorax
Terapi pada secondary pneumothorax dilakukan berdasarkan apa yang menjadi penyakit
penyerta.
COPD
Pada kasus pneumothorax dengan COPD pasien di terapi dengan long-term aspiration. Pada
pasien yang tidak memenuhi kriteria operasi dan telah mengalami reexpansion dan tidak ada
lagi kebocoran maka pleurodesis dengan doxycycline dan talc harus dilakukan. Sementara
pada pasin COPD yang memenuhi kriteria operasi maka dapat dilakukan thoracoscopy, VATS,
atau thoracotomy dan pleurodesis dapat dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
resiko terjadinya pneumothorax kembali.
Cystic Fibrosis
Dilakukan pleurodesis dengan tambahan surgical closure pada daerag yang mengalami
kebocoran udara.
AIDS
Sebagai initial treatment dapat dilakukan tube thoracostomy. Pada pasien dengan tidak ada
kebocoran udara lagi dan dengan complete lung reexpansion perlu dilakukan talc pleurodesis.
Sementara pada pasien yang memenuhi kriteria operasi direkomendasikan untuk melakukan
thoracoscopy, talc pleurodesis.
Other Conditions
Observasi -> Aspirasi -> (No air leak and complete lung reexpansion) Pleurodesis -> (Bila
Recurrent) Surgical Thoracostomy
COMPLICATIONS
Tension Pneumothorax
Tension pneumothorax dapat ditemukan bila intrapleural pressure lebih besar dibandingkan
atmospheric pada saat expirasi dan inspirasi. Mekanisme :
Disrupsi dari visceral atau parietal pleura. Pleural pressure tetap positif ketika proses inspirasi terjadi.
Pneumothorax diklasifikasikan berdasarkan etiologi. Ada Spontanous Pneumothorax, namun
-
7/22/2019 Pneumothorax Terapi Dan Komplikasi
3/3
yang sering terjadi adalah traumatic pneumothorax dengan mechanical ventilation atau
ketika cardiopulmonary resuscitation.
Ketika terjadi tension pneumothorax, pasien akan terlihat sakit, severe dyspnea, marked
tachycardia, keringat berlebih, dan cyanosis. Pada PE dapat ditemukan hyprotension dan
hypoxemia, distended neck veins, tracheal deviasi ke arah yang berlawanan dengan lokasi
pneumothorax, subcutaneous emphysema, dan terdapat unilateral chest hyperinlation. BGA
akan menunjukkan hypoxemia dan respiratory acidosis. Chest radiograph akan menunjukkanpergeseran mediastinal ke arah contralateral dengan pneumothorax. Ketika pada pasien
dilakukan mechanical ventilation, pasien akan mengalami penurunan cardiac output.
Pasien dengan hypothesia pneumothorax tidak perlu confirmasi chest radiograph. Large-bore
needle di masukkan pada Intercostal space kedua. Jarum dihubungkan dengan syringe yang
berisikan sterile saline. Adanya gelembung udara pada cairan dapat dianggap sebagai
konfirmasi diagnosis. Setelah itu pasien harus dipersiapkan untuk segera dilakukan tube
thoracostomy.
Bronchopleural Fistula
Bronchopleural fistula adalah adanya jalur antara pleural space dan bronchial tree.Ciri khasdari bronchopleural fistula adalah setelah melakukan tube thoracostomy, akan ditemukan
adanya air leak yang secara konstant selama 7-10 hari. Seing ditemukan pada pasien dengan
cystic fibrosis dan COPD. Protokol treatment nya adalah ketika ditemukan kebocoran > 4 hari,
maka pasien akan dievaluasi untuk dilakukan operasi untuk menutup kebocoran dan
pleurodesis juga dilakukan. Pada pasien yang tidak dapat dilakukan operasi, dilakukan injeksi
berbagai substansi untuk menutup kebocoran. Seperti fibrin glue, liquid bioadhesive (isobutyl
2-cyanocrylate), sterile gelatin sponge.
Re-expansion Pulmonary Edema
Re-expansion pulmonary edema (REPE) jarang terjadi namun terjadi pada kondisi dimana
terjadi rapid reexpansion of a collapsed lung setelah tube thoracostomy untuk mengeluarkan
udara (pneumothorax) atau cairan (pleural effusion) dari pleural space. Ini terjadi akibat
reexpansion terlalu cepat sehingga terjadi peningkatan permeabilitas pada pembuluh kapiler
pulmonal yang damaged.
Manifestasi klinis dari REPE adalah persisten cough dan ada chest pain yang tiba-tiba atau
dalam 1 jam setelah tube thoracostomy. Dapat ditemukan juga hypoxemia, tachypnea,
tachycardia, dan hypotension. Gejala biasanya muncul pada 24-48 jam.