PMP Uji Transmisi
description
Transcript of PMP Uji Transmisi
PRAKTIKUM PERAWATAN MESIN PERKAKAS
UJI TRANSMISI MESIN MILLING DAN BUBUT
LABORATORIUM PEMESINAN
LAPORAN
Ditulis sebagai tugas mata kuliah Perawatan Mesin Perkakas
pada Program Studi D3 Teknik Mesin
Oleh:
M. Geovany F. R. 131211018
M. Yusuf Qordhowi 131211019
3-MM
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Pembelajaran
1. Memahami prinsip kerja transmisi mesin milling dan bubut.
2. Mengetahui bagian-bagian dari mesin milling dan bubut.
3. Dapat menganalisis dan memperbaiki penyebab kerusakan yang terjadi pada
sistem transmisi mesin milling dan bubut.
1.2 Latar Belakang
1.2.1 Mesin Milling
Mesin milling adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengerjakan/menyelesaikan
suatu benda kerja dengan mempergunakan pisau milling (cutter) sebagai pahat
penyayat yang berputar pada sumbu mesin.
Mesin milling termasuk salah satu mesin yang gerak utamanya berputar, di mana
pahat potong (pisau milling) dipasang pada spindle. Spindle ini dapat berputar serah
jarum jam (clock wise) atau berlawanan arah jarum jam (counter clock wise)
disesuaikan dengan arah mata potong dari pisau milling, sedang putarannya dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan rumus yang telah disediakan.
Umumnya mesin milling digunakan untuk meratakan permukaan, membuat alur,
membuat roda gigi, membuat benda kerja yang mempunyai segi banyak beraturan,
membuat profil dan bentuk yang tak beraturan dan lain sebagainya.
Prinsip kerja mesin milling adalah alat potong (cutter) mempunyai gerak putar,
sedangkan benda kerja yang terpasang pada meja mempunyai gerak mendatar, tegak,
atau berputar secara lambat (sesuai dengan kecepatan pemakanan).
1.2.2 Mesin Bubut
Mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk memotong benda
yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang
sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada
pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja.
Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi
dari pahat disebut gerak umpan. Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi
benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir
dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar
roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindle dengan poros ulir.
Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan pembuatan
ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi besarnya mulai
dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127. Roda gigi penukar dengan
jumlah 127 mempunyai kekhususan karena digunakan untuk konversi dari ulir metrik
ke ulir inci.
Gambar 1.1 Bagian-bagian Mesin Bubut
1.3 Komponen-komponen pada Mesin
1.3.1 Komponen Mesin Milling
Mesin milling yang digunakan saat praktikum adalah Mesin Milling Aciera F3.
Berikut ini adalah bagian-bagian yang terdapat dalam mesin milling konvensional,
diantaranya:
1. Spindle Utama
Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam
alat potong. Dibagi menjadi 3 jenis:
a. Vertical Spindle
b. Horizontal Spindle
Gambar 1.2 Bagian-bagian Mesin Milling
c. Universal Spindle
2. Meja/Table
Merupakan bagian mesin milling, tempat untuk clamping device atau benda kerja.
Di bagi menjadi 3 jenis:
a. Fixed Table
b. Swivel Table
c. Compound Table
3. Motor Drive
Merupakan bagian mesin yang berfungsi menggerakkan bagian – bagian mesin
yang lain seperti spindle utama, meja (feeding) dan pendingin (cooling). Pada
mesin milling sedikitnya terdapat 3 buah motor:
a. Motor Spindle Utama
b. Motor Gerakan Pemakanan (feeding)
c. Motor Pendingin (cooling)
4. Transmisi
Merupakan bagian mesin yang menghubungkan motor penggerak dengan yang
digerakkan. Berdasarkan bagian yang digerakkan dibedakan menjadi 2 macam
yaitu :
a. Transmisi Spindle Utama
b. Transmisi Feeding
Berdasarkan sistem tranmisinya dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a. Transmisi gear box
b. Transmisi V – belt
5. Knee
Merupakan bagian mesin untuk menopang / menahan meja mesin. Pada bagian ini
terdapat transmisi gerakan pemakanan (feeding).
6. Column/tiang
Merupakan badan dari mesin. Tempat menempelnya bagian – bagian mesin
yang lain.
7. Base/Dasar
Merupakan bagian bawah dari mesin milling. Bagian yang menopang badan/tiang.
Tempat cairan pendingin.
8. Control
Merupakan pengatur dari bagian – bagian mesin yang bergerak. Ada 2 sistem
kontrol yaitu:
a. Mekanik
b. Elektrik
Dibagi menjadi 2 bagian:
1) Sederhana
2) Komplek (CNC)
1.3.2 Komponen Mesin Bubut
1. Kepala Tetap
Bagian mesin bubut yang terletak disebelah kiri mesin yang terdiri dari 4
bantalan pencekam dan digunakan untuk menyangga benda kerja sejajar
dengan sumbu utama. Kecepatan putaran kepala tetap dapat diatur dengan
menyesuaikan tuas spindle dengan kecepatan yang sudah dihitung dengan
mepertimbangkan jenis bahan kerja yang dipakai. Pemindahan kecepatan
dilakukan saat mesin berhenti berputar dan tidak boleh mengubah kecepatan
saat sedang bekerja.
Gambar 1.3 Kepala Tetap
2. Bed Mesin (Alas)
Sebagai tumpuan dari tekanan / gaya-gaya yang dihasilkan saat proses
pembubutan. Adapun kegunaan bed mesin yang lebih spesifikasi adalah :
1) Tempat kepala lepas
2) Tempat kedudukan eretan
3) Tempat kedudukan penyangga
Bed mesin terdiri dari bermacam-macam bentuk, ada yang datar, ada yang
kedua sisinua mempunya ketinggian tertentu, dan lain-lain. Selain itu, bed
mesin juga berfungsi sebagai pondasi mesin bubut.
3. Eretan
Eretan membantu kita dalam proses pemakanan benda kerja, kita dapat
mengukur kedalaman, panjang, saat proses pemakanan berlangsung.
Menggunakan eretan dengan memutarnya sesuai dengan kebutuhan kita.
Berikut macam – macam eretan dalam mesin bubut :
1) Eretan Atas
Eretan yang terletak di bagian atas pada tool post dengan gerakan ke kiri
dan ke kanan dengan ketelitian pemakanan yang lebih akurat
dibandingkan dengan eretan bawah.
Gambar 1.4 Bed Mesin (Alas)
2) Eretan Melintang
Eretan yang terletak di tengah tool post dengan posisi roda mengadah
keluar. Berfungsi untuk pemakanan depan dan belakang untuk pengaturan
tebal benda kerja sesuai dengan prosedur.
3) Eretan Bawah
Sama halnya dengan eretan atas yang berfungsi untuk memakan benda
kerja dengan gerakan ke kiri dan ke kanan tetapi dengan ketelitian
pemakan yang lebih besar.
1.4 Teori Dasar Perawatan
Perawatan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk
menjaga suatu produk atau barang dalam memperbaikinya sampai pada kondisi yang
dapat diterima.
Pentingnya dilakukan pekerjaan perawatan diantaranya adalah:
1. Agar alat tersebut selalu siap pakai pada saat yang diperlukan.
2. Agar kinerja suatu alat tetap dalam kondisi yang baik secara teknis maupun
ekonomis.
3. Agar umur pakai dari alat tersebut dapat diperpanjang.
Gambar 1.5 Eretan Atas, Melintang, dan Bawah
1.5 Definisi Perawatan
Perawatan terencana adalah perawatan yang diorganisasi dan dilakukan dengan
pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya. Jenis perawatan terencana, adalah sebagai
berikut:
1. Perawatan pencegahan adalah perawatan yang dilakukan pada selang waktu
yang ditentukan sebelumnya, atau terhadap kriteria lain yang diuraikan, dan
dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain yang tidak
memenuhi kondisi yang bisa diterima.
2. Perawatan korektif adalah perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki
suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk
memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima.
3. Perawatan jalan adalah perawatan yang dapat dilakukan selama mesin dipakai.
4. Perawatan berhenti adalah perawatan yang hanya dapat dilakukan selama
mesin berhenti.
5. Perawatan darurat adalah perawatan yang perlu segera dilakukan untuk
mencegah akibat yang serius.
1.6 Strategi Perawatan
1. Breakdown Maintenance
Suatu pekerjaan yang dilakukan terhadap suatu alat/fasilitas berdasar
perencanaan sebelumnya yang diduga telah mengalami kerusakan. Jadi, cara
perawatan ini dapat dilakukan bila terjadi kerusakan (breakdown) pada mesin.
Penyebab kerusakan pada mesin yaitu ada kerusakan komponen yang tidak
diperkirakan dan tidak dapat dicegah sehinggan perlu adanya pergantian.
Kejadian ini dapat diatasi dengan pengecekan secara teratur dan mengetahui
cara pencegahannya. Cara perawatan ini sangat menggangu jalannya proses
produksi selain itu cara perawatan ini juga sangat mahal karena adanya
tambahan biaya seperti membayar operator yang mengangur dan membayar
lembur bagi tenaga perawatan yang melakukan kerja perbaikan darurat.
2. Scheduled Maintenance
Suatu daftar menyeluruh yang berisi kegiatan maintenance dan kejadian-
kejadian yang menyertainya.
3. Preventive Maintenance
Perawatan dilakukan dengan cara perkiraan dan inspeksi secara
berkala,sehingga perawatan seperti ini sering disebut perawatan yang
direncanakan atau perawatan yang dijadual. Tujuan dari perawata ini adalah
melokasikan sumber-sumber kerusakan dan menghilangkannya sebelum
kerusakan terjadi. Perawatan ini lebih ekonomis dibandingkan breakdown
maintenance. Adapun cara penanganan terhadap kerusakan yaitu mengadakan
inspeksi, pelumasan, dan pengecekan peralatan . Selain itu perlu pengukuran
untuk mencegah beban lebih, kelembaban, kerugian pada mesin, kelalaian,
dan sebagainya. Dengan demikian waktu yang dibutuhkan dengan cara ini
lebih pendek dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk breakdown.
BAB II
PRAKTIKUM INSPEKSI UJI TRANSMISI
MESIN MILLING DAN BUBUT
2.1 Mesin Milling
1. Tujuan Praktikum
1) Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja mesin milling.
2) Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian dan fungsi komponen mesin.
3) Mahasiswa dapat melakukan identifikasi transmisi pada mesin.
4) Mahasiswa mengetahui flow diagram transmisi dan analisis permasalahan
yang ada pada komponen mesin.
2. Alat dan Bahan yang Digunakan
1) Kunci L 4
2) Kunci L 6
3) Kunci L 8
4) Jangka Sorong
5) Oli
6) Palu Plastik
7) Kuas
8) Majun/lap pembersih
3. Mesin yang Dipakai Saat Praktikum
5) Tipe mesin: ACIERA type F3
6) Nomer seri: ML.
4. Studi Kasus
Pengecekan transmisi yang bekerja pada mesin milling.
5. Langkah Kerja
1) Pastikan sumber arus listrik dalam posisi OFF, periksa lingkungan kerja
dan gunakan alat keselamatan kerja.
2) Lakukan test drive untuk memastikan mesin masih berjalan dengan baik
setelah itu matikan mesin.
3) Pinjam peralatan yang dibutuhkan saat melakukan praktikum.
4) Lepaskan baut head mesin milling menggunakan kunci L 6 dan tarik head
mesin milling ke arah depan.
5) Buka sekat yang berada di dalamnya menggunakan kunci L 4 dan
bersihkan sekitarnya menggunakan majun.
6) Periksa sistem transmisi gear yang berada di dalamnya.
7) Periksa juga transmisi ulir yang berada pada bagian depan mesin.
8) Identifikasi transmisi tersebut berikut jenis, modul, diameter pitch
maupun jumlah gigi lalu catat di buku catatan dan lakukan pengecekan.
9) Selanjutnya periksa transmisi belt dengan membuka penutup pada badan
mesin/column (lihat Gambar 1.2) dan lakukan pengecekan.
10) Selanjutnya melakukan identifikasi permasalahan yang ada pada
komponen transmisi dan catat kembali.
11) Setelah melakukan pengambilan data, lakukan pelumasan pada transmisi
gear dan ulir.
12) Kemudian pasang komponen-komponen ke posisi semula.
13) Lakukan test drive kembali sampai keadaan mesin berjalan seperti kondisi
awal.
14) Bersihkan mesin milling dengan kuas dan majun pembersih.
15) Melapor kepada instruktur.
6. Data yang Didapatkan setelah Melakukan Praktikum
Tabel 2.1 Spesifikasi Roda Gigi Payung dan Roda Gigi Lurus
No. Jenis Roda Gigi Jumlah Gigi (z)Diameter
Pitch (mm)Modul
1. Payung besar 35 70 2
2. Payung kecil 14 28 2
3. Lurus 40 60 1,5
Cara Kerja Mesin Milling
2.2 Mesin Bubut
1. Tujuan Praktikum
1) Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja mesin bubut.
2) Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian dan fungsi komponen mesin.
3) Mahasiswa dapat melakukan identifikasi transmisi pada mesin.
4) Mahasiswa mengetahui flow diagram transmisi dan analisis permasalahan
yang ada pada komponen mesin.
2. Alat dan Bahan yang Digunakan
1) Kunci L 4
2) Kunci L 6
3) Kunci L 8
4) Jangka Sorong
5) Palu Plastik
6) Grease dan Oli
7) Kuas
8) Majun/Lap Pembersih
3. Mesin yang Dipakai Saat Praktikum
1) Tipe mesin: MAXIMAT V3
2) Nomer seri: BU. 6.32
MotorSpindle Motor
(Belt)Roda Gigi
Payung Kecil
Kepala Lepas
Roda Gigi Payung Besar
Spindle
Roda Gigi Lurus
Spindle
Output
4. Studi Kasus
Pengecekan transmisi yang bekerja pada mesin bubut.
5. Langkah Kerja
1) Pastikan sumber arus listrik dalam posisi OFF, periksa lingkungan kerja
dan gunakan alat keselamatan kerja.
2) Lakukan test drive untuk memastikan mesin masih berjalan dengan baik
setelah itu matikan mesin.
3) Pinjam peralatan yang dibutuhkan saat melakukan praktikum.
4) Untuk melihat gearbox lepaskan baut deck plate mesin bubut dan angkat
penutupnya.
5) Periksa sistem transmisi roda gigi yang berada di dalamnya.
6) Identifikasi transmisi tersebut berikut jenis, modul, diameter pitch
maupun jumlah gigi lalu catat di buku catatan dan lakukan pengecekan.
7) Selanjutnya periksa transmisi belt dengan membuka cover pada badan
bagian mesin samping kiri (lihat Gambar 1.1) dan lakukan pengecekan.
8) Selanjutnya melakukan identifikasi permasalahan yang ada pada
komponen transmisi dan catat kembali.
9) Setelah melakukan pengambilan data, lakukan pelumasan pada transmisi
roda gigi.
10) Kemudian pasang komponen-komponen ke posisi semula.
11) Lakukan test drive kembali sampai keadaan mesin berjalan seperti kondisi
awal.
12) Bersihkan mesin bubut dengan kuas dan majun pembersih.
13) Melapor kepada instruktur.
6. Data yang Didapatkan setelah Melakukan Praktikum
Tabel 2.2 Spesifikasi Roda Gigi pada Bagian Cover
No. Roda Gigi Jumlah Gigi (z)Diameter
Pitch (mm)Modul
1. Change Gear 40 40 40 1
2.Change Gear
127127 127 1
3.Change Gear
100 m120 100 1
4. Change Gear 80 80 80 1
Spesifikasi Pulley Motor Kecil
1) Tipe : D1A 110 040
2) Diameter : 56 mm
3) Lebar : 28,18 mm
4) Tebal : 36,18 mm
Tabel 2.3 Spesifikasi Roda Gigi pada Bagian Deck Plate
No. Roda Gigi Jumlah Gigi (z)Diameter
Pitch (mm)Modul
1. Gear No. 5 85 127,5 1,5
2. Gear No. 42 34 51 1,5
3. Gear No. 43 74 111 1,5
4. Gear No. 44 47 70,5 1,5
5. Gear No. 45 61 91,5 1,5
6. Gear No. 49 1,5
7. Gear No. 52 34 51 1,5
8. Gear No. 53 61 91,5 1,5
9. Gear No. 54 47 70,5 1,5
Line of Power Mesin Bubut
Gambar 1.6 Line of Power Mesin Bubut
BAB III
TROUBLE SHOOTING SISTEM TRANSMISI
PADA MESIN BUBUT
3.1 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi sistem transmisi pada mesin.
2. Mahasiswa dapat menganalisis permasalahan apa saja yang ada terkait sistem
transmisi mesin.
3. Mahasiswa dapat menentukan strategi perawatan yang perlu digunakan pada
mesin bubut.
4. Mahasiswa dapat memberikan rekomendasi masalah dan perbaikan terkait
masalah pada sistem transmisi mesin.
3.2 Alat yang Digunakan
5. Kunci L 6
6. Kunci L 8
7. Rachet
8. Kunci Shock 14, 12, 17
9. Manual Book
3.3 Mesin yang Digunakan saat Praktikum
1. Tipe mesin: MAXIMAT V3
2. Nomor mesin: BU 6.35 dan BU 7.01
3.4 Studi Kasus
1. Melakukan identifikasi kerusakan pada sistem transmisi.
2. Membuat daftar permasalahan yang memuat hipotesis penyebab masalah,
rekomendasi, dan strategi perawatan.
3. Melakukan perbaikan di lapangan apabila diperlukan.
3.5 Permasalahan di Lapangan dan Langkah Perawatan
1. Masalah Sistem Transmisi Mesin Bubut BU. 6.32
a. Ring Patah
Hipotesis Masalah
Ring patah dapat disebabkan karena pemakaian mesin bubut yang terus-
menerus tanpa memperhatikan penggantian komponen yang sesuai
jadwalnya.
b. Belt Aus
Gambar 3.1 Ring Roda Gigi yang Patah
Hipotesis Masalah
Belt aus dapat disebabkan karena
pemakaian mesin bubut yang terus-
menerus tanpa memperhatikan penggantian
komponen yang sesuai jadwalnya.
Gambar 3.2 V-Belt Mulai Mengalami Keausan
c. Oli pada Gear Box Kurang
Hipotesis Masalah
Kurangnya kepedulian terhadap pelumasan secara berkala di lapangan
sehingga diperlukan pembuatan jadwal pelumasan sesuai dengan
waktunya (lihat rujukan manual book).
2. Masalah Sistem Transmisi Mesin Bubut BU. 7.01
a. Pergerakan Eretan Tidak Lancar
Gambar 3.3 Pelumasan yang Kurang pada Gear Box
Gambar 3.4 Eretan Atas
Hipotesis Masalah
Penyetelan kekencangan baut pengunci eretan yang terlalu kencang
sehingga slide pada alur sesak dan menyebabkan eretan atas sulit diputar.
b. Eretan Bawah Longgar
Hipotesis Masalah
Penyetelan kekencangan baut pengunci eretan yang terlalu longgar
sehingga eretan gojlak.
Gambar 3.5 Eretan Bawah
c. Kecepatan Potong Otomatis Posisi D dan K yang Tidak Beroperasi
Hipotesis Masalah
Sistem transmisi roda gigi yang bermasalah di dalam gear box pada
bagian tuas posisi D dan K, sehingga tidak dapat dioperasikan.
Diperlukan pembongkaran transmisi roda gigi dan perbaikan agar dapat
berjalan dan berfungsi kembali.
3. Rekomendasi Trouble Shooting
1) Diperlukan perawatan secara berkala pada setiap mesin bubut yang ada di
Lab. Pemesinan untuk mengetahui kondisi komponen-komponen yang
masih baik dan yang perlu pergantian. Selain itu dengan adanya
perawatan berkala dapat mengetahui kapan penggantian oli pelumas, dan
baut-baut yang perlu dikencangkan.
2) Untuk komponen-komponen yang sudah terlanjur rusak apabila
memungkinkan dapat melakukan perbaikkan atau apabila sudah tidak
memungkinkan lagi dapat dilakukan penggantian komponen.
3) Tambahan adalah melakukan condition based maintenance untuk
mengetahui segala kerusakan yang ada pada mesin bubut.
Gambar 3.6 Tuas Penyetelan Kecepatan Otomatis
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Pada praktikum perawatan mesin perkakas bagian transmisi yang telah
dilakukan, mahasiswa dapat mengenal cara kerja dan komponen-komponen
transmisi bubut dan milling dari mulai penggerak (motor) sampai ke spindle
penggerak nya.
2. Identifikasi komponen yang telah dilakukan pada transmisi bubut dan milling,
didapatkan bagian yang sudah mulai rusak seperti V-Belt yang kondisinya
kurang baik, dll.
3. Pada praktikum troubleshooting mesin bubut, didapatkan kondisi eretan yang
kurang baik dan telah dilakukan tindak lanjut agar fungsi eretan kembali
dalam kondisi terbaiknya.
4.2 Saran
1. Instruktur atau dosen terkait agar memberikan job dan sheet yang jelas kepada
para mahasiswa yang akan melakukan praktek.
2. Perlu dilakukannya pengawasan agar mahasiswa yang tidak mengerti dapat
leluasa untuk bertanya kepada instruktur atau dosen.
3. Praktek yang dilakukan seharusnya di standarisasi agar terstruktur
4. Para mahasiswa/praktikan agar fokus terhadap jobdesk yang diberikan oleh
instruktur atau dosen.
LAMPIRAN