Makalah Pmp

23
TUGAS MAKALAH PENYAKIT MIKROBIAL DAN PARASITER 1 MAMMOMONOGAMIASIS KELAS A/2013 Aziz Aninur Rahman 135130107111004 Duwi Fatmawati 135130101111015 Putri Stefy Graf 135130101111004 Aidia Latifatul Fajeria 135130101111016 Setya Pambudi 135130101111014 PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

description

penyakit mikrobial parasiter

Transcript of Makalah Pmp

Page 1: Makalah Pmp

TUGAS MAKALAH

PENYAKIT MIKROBIAL DAN PARASITER 1

MAMMOMONOGAMIASIS

KELAS A/2013

Aziz Aninur Rahman 135130107111004

Duwi Fatmawati 135130101111015

Putri Stefy Graf 135130101111004

Aidia Latifatul Fajeria 135130101111016

Setya Pambudi 135130101111014

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: Makalah Pmp

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak spesies dari cacing yang merupakan parasit pada tanaman dan

hewan. Cacing-caing tersebut terdapat di seluruh dunia, dengan distribusi

geografis spesies yang secara spesifik tergantung pada kondisi ekologi dan iklim

tiap daerah.

Sebagian cacing parasit hidup dalam organ-organ internal dari hospes mereka

(paru-paru, jantung, ginjal, hati, usus, lambung dan lain-lain) dan karena itulah

mereka sering dikelompokkan ke dalam parasit internal atau disebut juga

endoparasit. Cacing parasit disebut Helminth dan infestasi cacing parasit dapat

disebut helminthiasis atau penyakit cacingan.

Cacing parasit sangat disesuaikan dengan cara hidup mereka dalam hospes

mereka. Kebanyakan spesies cacing tidak memiliki sistem peredaran darah

(jantung, darah, pembuluh darah, dan lain-lain).Semua cacing parasit adalah

parasit obligat, yaitu mereka tidak dapat menyelesaikan siklus hidup mereka tanpa

berada dalam hospes mereka.

Beberapa parasit cacing mempunyai hospes yang spesifik, yaitu cacing

yang mampu menyelesaikan siklus hidup mereka hanya pada spesies hospes

tertentu (misalnya Toxocara vitullorum hanya pada ternak, atau Chabertia ovina,

yang infests hanya domba dan kambing). Spesies lain dapat berkembang pada

banyak spesies hospes yang berbeda (misalnya cacing hati, Fasciola hepatica).

Page 3: Makalah Pmp

Berdasarkan taksonomi, cacing parasit atau helminth dibagi menjadi

Nemathelminthes dan Platyhelminthes.

Nemathelminthes berasal dari bahasa yunani, nema: benang, helminthes:

cacing. Nemathelminthes disebut sebagai nematoda/cacing gilig karena tubuhnya

berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Lebih dari 16.000 spesies nematoda

yang hidup sebagai parasit tumbuhan dan hewan, termasuk sapi, domba, kambing,

babi, unggas, anjing, kucing dan juga banyak hewan liar dan domestik lainnya,

manusia dan juga tanaman. Nematoda dalam ilmu veteriner termasuk dalam

parasit obligat, yaitu parasit tidak dapat berkembang secara lengkap tanpa menjadi

parasit dari hospes mereka. Diantara berbagai genus dari nematoda, satu

diantaranya adalah Mammomonogamus yang akan dibahas secara rinci dalam

makalah ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :

Memberikan info tentang cacing Mammomonogamus yang menjadi parasit

pada beberapa hewan ternak.

Mengerti tentang penyakit Mammomonogamiasis yang disebabkan oleh

cacing Mammomonogamus.

Mengerti bagaimana penanganan dalam menghadapi penyakit

Mammomonogamiasis termasuk cara mencegah dan pengobatannya.

Page 4: Makalah Pmp

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mammomonogamus

Mammomonogamus, merupakan genus cacing nematoda parasit yang

umum untuk sapi, kambing, domba, rusa, kucing, orangutan, dan gajah, kadang-

kadang ditemukan sebagai parasit manusia dan menyebabkan penyakit yang

disebabkan Mammomonogamiasis. Sementara saat ini ada tiga spesies yang

dikenal dan secara taksonomi berada di bawah genus Mammomonogamus, akan

tetapi hanya Mammomonogamus laryngeus dapat menginfeksi manusia dan

karena itu cacing tersebut memiliki kepentingan klinis tersendiri. Infeksi yang

disebabkan M. laryngeus pada manusia sangat jarang terjadi dengan hanya sekitar

100 kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, sebagian besar dari Kepulauan

Karibia atau Brasil.

Cacing ini biasanya mendiami pada daerah saluran pernapasan atas seperti

di trakea, bronkus, atau laring sehingga dapat menimbulkan batuk kronis dan

gejala seperti asma. Salah satu kasus yang terjadi baru-baru ini di Thailand

melaporkan menemukan cacing M. laryngeus di duodenum yang menunjukkan

bahwa M. laryngeus juga mungkin parasit gastrointestinal. Penelitian lebih lanjut

diperlukan karena siklus hidup M. laryngeus tidak sepenuhnya diketahui dan

sedikitnya jumlah informasi yang tersedia mengenai parasit ini didalam literatur.

Page 5: Makalah Pmp

2.2 Taksonomi dan Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Nematoda

Class : Secernentea

Order : Strongylida

Family : Syngamidae

Genus : Mammomonogamus

Klasifikasi Mammomonogamus berada di bawah keluarga Syngamidae.

Syngamidae dalam superfamili Strongyloidae dan ordo Strongylida, membuat

mereka memiliki kerabat dekat dengan cacing tambang dan nematoda lainnya.

Gambar 1 Diagram taksonomi dari Mammomonogamus

Nama genus Mammomonogamus berasal dari akar bahasa Latin "Mammo"

(payudara) dan akar Yunani "mono" (tunggal) dan "gamus" (pernikahan).

Penyebab penamaan tersebut yang paling mungkin adalah mengacu pada

karakteristik yang berbeda dari cacing jantan dan betina yang bertindak sebagai

satu kesatuan melalui cacing jantan yang selalu menempel saat kopulasi permanen

pada bagian tengah tubuh betina. Beberapa spesies dalam genus ini adalah

Parasit manusia

Page 6: Makalah Pmp

Mammomonogamus laryngeus, Mammomonogamus nasicola, dan

Mammomonogamus gangguiensis. Dari ketiga spesies tersebut hanya M.

laryngeus diketahui menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada manusia sejauh

ini. Karena kemiripan M. laryngeus ke gapeworm yang berasal dari genus

Syngamus yang biasanya menginfeksi burung, M. laryngeus awalnya disebut

Syngamus laryngeus dan Syngamus kingi. Kemudian klasifikasi tersbut direvisi

pada tahun 1948 ketika Ryzhikov merekonstruksi hubungan filogenetik dari

keluarga Syngamidae dan kembali dikategorikan sebagai parasit M. laryngeus,

Infeksi M. laryngeus telah disebut Mammomonogamiasis, Mammomonogamosis,

Syngamosis, atau Syngamiasis.

2.3 Anatomi dan Morfologi

Karakteristik yang paling berbeda dari Mammomonogamus adalah bentuk

"Y" yang terbentuk ketika cacing jantan bergabung dengan cacing betina saat

kopulasi. Cacing jantan yang tubuhnya lebih kecil menggunakan bursa posterior

untuk melekatkan diri ke vulva betina yang terletak di sisi dekat tengah cacing

betina. Cacing dewasa biasanya melekat secara permanen bergabung dalam

formasi "Y" saat mereka menetap di epitel mukosa laring, trakea atau bronkus.

Gambar 2 Bentukan 'Y' sebagai ciri khas dari Mammomonogamus

Page 7: Makalah Pmp

Cacing dewasa Mammomonogamus berwarna merah atau coklat

kemerahan karena sifat mereka hemophagous (pemakan darah).

Mammomonogamus memiliki buccal capsules berbentuk cangkir (mulut) yang

membuka pada ujung anterior. Terletak jauh di dalam buccal cavity terdapat 8

sampai 10 gigi yang belum diketahui digunakan untuk melekat pada mukosa.

Seperti nematoda lain, tubuh mereka ditutupi dengan kutikula, yang fleksibel tapi

agak keras. Cacing tersebut tidak memiliki tanda-tanda eksternal dari adanya

segmentasi. Mereka memiliki sistem pencernaan tubular dengan dua lubang, yaitu

mulut dan anus. Mereka juga memiliki sistem saraf tetapi tidak ada organ ekskresi

dan tidak ada sistem peredaran darah, karena tidak terdapat hati atau pembuluh

darah. Ovarium dari cacing betina ukurannya besar dan uteri berujung di sebuah

lubang yang disebut vulva dan terbuka dekat ujung posterior. Cacing jantan

memiliki spikula chitinous untuk dipasang ke cacing betina selama kopulasi

dengan ukuran panjang mulai dari 23-30 μm.

Page 8: Makalah Pmp

Gambar 3 Morfologi dari Mammomonogamus : (1) Buccal Capsule, (2) Bursa copulatory, (3) Ujung posterior betina, (4) Ujung Anterior jantan, (5) Telur-Telur dengan perbesaran 400x

Cacing jantan dewasa memiliki panjang sekitar setengah dari panjang

cacing betina dewasa. Berdasarkan laporan-laporan dari berbagai kasus, telah

ditemukan cacing jantan dengan panjang mulai dari 3-6.3 mm dan lebar 360-380

μm. Cacing betina dewasa memiki ukuran lebih besar dengan panjang sekitar 8.7-

23.5 mm dan lebar 550-570 μm. Cacing betina juga memiliki ujung posterior

runcing dengan ekor yang panjang atau pendek. Cacing betina saat kopulasi

menelurkan banyak telur berbentuk ellipsoid yang memiliki ukuran sekitar 40 x

80 μm, tidak mempunyai operculum dan biasanya memiliki kulit (albumin) lebih

tebal dari telur hookworm.

Page 9: Makalah Pmp

Gambar 4 Telur Mammomonogamus

2.4 Penyebaran

Mammomonogamiasis adalah penyakit yang sangat jarang terjadi pada

manusia namun sering menjadi parasit pada hewan secara umum. Hanya 100

kasus manusia dari M. laryngeus telah dilaporkan sejauh ini. Hospes dari

Mammomonogamus sebagian besar berada di daerah tropis, yang paling umum

adalah hewan ternak, kucing, orangutan, ruminansia dan hewan ungulates lainnya.

Oleh karena itu, manusia adalah hospes accidental, di mana infeksi yang paling

mungkin terjadi adalah karena paparan dekat dengan sapi atau kucing yang

terinfeksi.

Sementara siklus hidup secara lengkap masih belum sepenuhnya

diketahui, transmisi dianggap melaui oral-fecal, di mana infeksi berasal dari

mencerna makanan yang terkontaminasi atau air yang mengandung telur

berembrio, larva atau hospes perantara. Dari berbagai laporan kasus, daerah

endemis termasuk Martinique, Brasil, Puerto Rico, Dominika Hindia Barat, Santa

Lucia, Trinidad, Guayana, Guadaloupe, India, daerah tropik di Afrika, Malaysia,

Filipina, Vietnam, Cina, Korea dan Thailand.

Page 10: Makalah Pmp

Gambar 5 Distribusi global Mammomonogamus

2.5 Siklus Hidup

Meskipun siklus hidup lengkap Mammomonogamus tidak sepenuhnya

diketahui karena sedikitnya informasi yang terdapat dalam literatur, beberapa

telah mendalilkan bahwa cacing tersebut mengadopsi siklus hidup yang mirip

dengan Syngamus trachea, yaitu cacing parasit umum pada burung yang awalnya

dianggap sebagai Mammomonogamiasis. Saat ini, terdapat dua hipotesis

mengenai siklus hidup yang ada yang akan membantu diagnosa medis, terutama

di daerah endemik seperti daerah tropis, Karibia, dan Brasil.

Hipotesis #1

Infeksi pada awalnya dimulai oleh mengonsumsi makanan, air, atau

hospes perantara yang terkontaminasi oleh cacing dewasa. Cacing-cacing dewasa

infektif bermigrasi ke laring atau trakea dan melekat pada dinding mukosa.

Page 11: Makalah Pmp

Reproduksi seksual terjadi di organ tersebut, dan betina mulai bertelur di wilayah

saluran pernapasan bagian atas. Telur tidak berkembang pada suhu tubuh dan

akan dikeluarkan dalam sputum atau tertelan kembali dan selanjutnya dikeluarkan

melalui feses.

Hipotesis #2

Agen infektif dapat berupa telur berembrio atau larva infektif, dan infeksi

akan disebabkan oleh mengonsumsi makanan, air, atau hospes perantara yang

terkontaminasi. Ketika larva dilepaskan ke daerah usus, larva tersebut kemudian

menggali melalui dinding usus, lalu melakukan perjalanan melalui pembuluh

darah mesenterika dan bermigrasi ke alveoli. Di sini, larva tersebut menjalani

siklus paru, dimana larva berkembang menjadi cacing dewasa dalam sebuah

proses yang bisa memakan waktu 7 hari. Setelah mencapai usia dewasa,

Mammomonogamus bermigrasi ke saluran pernapasan atas seperti trakea, laring,

atau bronkus, dimana reproduksi seksual akan terjadi. Produksi telur dimulai

sekitar 3 minggu kemudian, dan telur akan dibatukkan oleh hospes sehingga akan

keluar melalui dahak atau kotoran. Larva dapat menetas dari telur berembrio di

luar tubuh hospes.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya menjelaskan siklus

hidup, tetapi mungkin muncul pemikiran bahwa bentuk larva dan dewasa dapat

menjadi infektif. Salah satu kasus baru-baru ini dilaporkan telah menemukan

cacing dewasa di duodenum, yang merupakan presentasi pertama bahwa cacing

dewasa Mammomonogamus tidak hanya hidup di wilayah pernapasan bagian atas.

Ada kemungkinan bahwa cacing dewasa mungkin telah dibatukkan dan kembali

tertelan sebelum menetap di duodenum. Perkembangan dari larva ke dewasa

Page 12: Makalah Pmp

adalah sekitar 3 minggu, tetapi masih belum terdapat kepastian mengenai adanya

siklus paru pada fase larva. Meskipun hospes perantaranya tidak sepenuhnya

diketahui, terdapat kemungkinan bahwa cacing tanah (yang juga merupakan

hospes perantara untuk genus Syngamus, parasit pada burung), siput, atau

arthropoda yang digunakan sebagai hospes perantara dalam siklus hidup

Mammomonogamus. Selain hospes perantara, belum ada literatur yang

menyebutkan vektor biologis atau mekanis lainnya dari Mammomonogamus.

Gambar 6 Hipotesa mengenai siklus hidup Mammomonogamus

2.6 Gejala Klinis

Gejala biasanya mulai muncul 6-11 hari setelah infeksi awal, dimulai

dengan demam dan batuk. Kebanyakan kasus yang dilaporkan tedapat gejala

batuk secara terus-menerus, berdahak dan kadang-kadang hemoptisis (batuk

darah). Cacing di wilayah bronkial dapat memicu batuk kronis dan gejala seperti

asma karena obstruksi saluran napas oleh cacing. Gejala tersebut dapat muncul

bersamaan dengan demam ringan yang dapat berlangsung selama beberapa bulan

Page 13: Makalah Pmp

jika pada awal kejadian tidak didiagnosis dengan benar. Sebuah sensasi seperti

ada yang menggaruk atau merangkak dapat dirasakan di tenggorokan jika cacing

terebut melekat dalam laring.

Baru-baru ini, M. laryngeus cacing ditemukan di duodenum dari pasien

Thailand, yang merupakan kasus gastrointestinal pertama Mammomonogamiasis.

Pasien mengeluh nyeri dada, haematemesia, melena, perut kembung, tetapi tidak

ada gejala pernapasan. Meskipun tidak ada penjelasan yang meyakinkan, terdapat

kemungkinan bahwa cacing dewasa yang keluar dari laring, kembali tertelan dan

kemudian ditemukan di duodenum.

Gambar 7 M. laryngeus pada duodenum

2.7 Diagnosis

Diagnosis definitif adalah didapatkannya dari cacing dewasa baik pada

batuk mereka atau mengangkat mereka dengan forceps, bronkoskop, atau

instrumen endoskopi. Namun Mammomonogamus akan mungkin sulit untuk

terangkat jika melekat erat pada dinding bronkus. Telur Mammomonogamus yang

ditemukan di dahak atau feses adalah tanda pasti lain dari adanya infestasi

Mammomonogamus.

Page 14: Makalah Pmp

Gambar 8 Gambar endoscopic dari M. laryngeus pada bronkus (kiri) dan Mammomonogamus yang telah diangkat dari pasien (kanan)

Telur dari Mammomonogamus sangat mirip dengan telur cacing tambang,

tapi telur Mammomonogamus memiliki kulit (albumin) lebih tebal.

Gambar 9 Telur saat pembelahan 4 sel ditemukan pada feses (kiri) dan telur yang ditemukan pada sputum (kanan)

2.8 Pencegahan dan Pengobatan

Mammomonogamiasis relatif mudah untuk diobati. Pengangkatan cacing

secara manual atau bronchoscopic telah dilaporkan berhasil. Meskipun tidak ada

studi terkontrol tentang efikasi dari obat-obatan anti-helmintics dalam mengobati

Mammomonogamiasis telah dilakukan, sebagian besar pasien dapat diberi

Albendazole, Mebendazol, Thiabendazole atau Ivermectin tanpa efek samping.

Sejauh ini belum terdapat vaksin yang sesuai untuk melawan Mammomonogamus

sehingga perlu ditingkatkan lagi biosecurity dalam peternakan untuk mencegah

Page 15: Makalah Pmp

masuknya cacing tersebut melalui pakan, air ataupun hospes perantara yang

diduga dapat menyebarkan telur atau larva Mammomonogamus.

Page 16: Makalah Pmp

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mammomonogamus, merupakan genus cacing nematoda parasit yang

umum untuk sapi, kambing, domba, rusa, kucing, orangutan, dan gajah, kadang-

kadang ditemukan sebagai parasit manusia dan menyebabkan penyakit yang

disebabkan Mammomonogamiasis. Siklus hidup dari cacing tersebut belum

sepenuhnya diketahui. Karakteristik yang paling berbeda dari Mammomonogamus

adalah bentuk "Y" yang terbentuk ketika cacing jantan bergabung dengan cacing

betina saat kopulasi.

Mammomonogamiasis relatif mudah untuk diobati karena belum terdapat

laporan mengenai resistensi terhadap anthelminthics sehingga dapat diobati

dengan pemberian Albendazole, Mebendazol, Thiabendazole atau Ivermectin.

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan biosecurity serta

pengawasan dalam pakan dan air yang dicurigai terdapat kontaminasi telur atau

larva Mammomonogamus.

Page 17: Makalah Pmp

DAFTAR PUSTAKA

Acha P.N., dan Szyfres B. Mammomonogamiasis. Zoonosis and communicable

diseases common to man and animals. Washington (DC): Pan American

Health Organization, 2003. Scientific and Technical Publication No. 580.

Anderson R.C., Chabaud A.G., dan Willmott S. CIH keys to the nematode

parasites of vertebrates, no 7.Keys to genera of superfamily Strongyloidea.

Commonwealth Agricultural Bureaux, England, 1980.

Beaver P.C., Jung R.C., dan Wayne E. Clinical parasitology. Philadelphia: Lea

and Febiger, 1984.

Costa, J.C., Delgado, M.L., Vieira, P., Afonso, A., Conde, B., dan Cross, J.H.

Syngamoniasis in Tourist. Emerging Infectious Diseases. Vol 11, No. 12,

2005. www.cdc.gov/eid.