PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan...

57
Pendidikan agama berperan penting bagi pembentukan paham keagamaan siswa. Dalam kaitan ini, Muhammadiyah berhasil memberikan pelayanan pendidikan untuk semua kalangan, (education for all). Lembaga pendidikan Muhammadiyah menerima siswa tanpa memandang latar belakang agama, etnis, kewarganegaraan dan ekonomi (non-discriminative). Pendidikan Muhammadiyah terbukti toleran terhadap perbedaan agama, nyatanya secara institusional mengakomodir siswa non Muslim yang belajar di sekolah Muhammadiyah. Model pendidikan agama dalam Muhammadiyah berkontribusi terhadap harmoni sosial, kerukunan antar agama dan penerimaan terhadap pluralisme. M uhammadiyah sebagai gerakan Islam modern yang mempromosikan kemurnian ajaran Islam. Akan tetapi, Muhammadiyah secara empirik berhadapan dengan keragaman agama dan budaya di Indonesia. Sebagaimana karakternya yang adaptif, Muhammadiyah selalu bernegosiasi dengan kultur dan budaya masyarakat. Berangkat dari pemahaman ini, buku ini hendak mengulas konsep dan implementasi pluralisme positif dalam Pendidikan Muhammadiyah. Pluralisme positif dibangun dari identitas Muhammadiyah gerakan Islam dan dakwah amar ma'ruf nahi munkar sebagai proses Islamisasi kultural. Karena corak kultural ini, Muhammadiyah menampilkan Islam yang inklusif, non- konfrontatif dan solutif. Pemahaman Muhammadiyah dan praktik pluralisme positif dibangun atas dasar ideologi Muhammadiyah sebagai Islam puritan yang pluralis. Pertama, Islam puritan didasari atas doktrin “tauhid murni” yang melahirkan pembebasan diri dari hawa nafsu, sehingga mendorong semangat egalitarianisme sebagai dasar hidup bersama dalam masyarakat plural. Kedua, Islam puritan berpedoman “kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah” yang melahirkan prinsip beragama dengan sumber otentik (aseli), memilah antara wahyu dan ra'yu (Agama dan pemahaman agama), serta semangat tiada berhenti untuk melakukan ijtihad. Prinsip-prinsip inilah yang membentuk pemikiran dan praktik pluralisme positif dalam Muhammadiyah. PLURALISME positif abdul mu’ti azaki khoirudin | Enlightening, Empowering PLURALISME positif MAJELIS PUSTAKA & INFORMASI PP MUHAMMADIYAH PLURALISME POSITIF Konsep dan Implementasi dalam Pendidikan Muhammadiyah abdul mu’ti azaki khoirudin MAJELIS PUSTAKA & INFORMASI PP MUHAMMADIYAH 9 786026 097040 ISBN: 978-602-60970-4-0 Enlightening, Empowering

Transcript of PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan...

Page 1: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

Pendidikan agama berperan penting bagi pembentukan paham keagamaan

siswa. Dalam kaitan ini, Muhammadiyah berhasil memberikan pelayanan

pendidikan untuk semua kalangan, (education for all). Lembaga pendidikan

Muhammadiyah menerima siswa tanpa memandang latar belakang agama,

etnis, kewarganegaraan dan ekonomi (non-discriminative). Pendidikan

Muhammadiyah terbukti toleran terhadap perbedaan agama, nyatanya

secara institusional mengakomodir siswa non Muslim yang belajar di sekolah

Muhammadiyah. Model pendidikan agama dalam Muhammadiyah

berkontribusi terhadap harmoni sosial, kerukunan antar agama dan

penerimaan terhadap pluralisme.

Muhammadiyah sebagai gerakan Is lam modern yang

mempromosikan kemurnian ajaran Islam. Akan tetapi ,

Muhammadiyah secara empirik berhadapan dengan keragaman

agama dan budaya di Indonesia. Sebagaimana karakternya yang

adaptif, Muhammadiyah selalu bernegosiasi dengan kultur dan

budaya masyarakat. Berangkat dari pemahaman ini, buku ini

hendak mengulas konsep dan implementasi pluralisme positif

dalam Pendidikan Muhammadiyah. Pluralisme positif dibangun dari

identitas Muhammadiyah gerakan Islam dan dakwah amar ma'ruf

nahi munkar sebagai proses Islamisasi kultural. Karena corak

kultural ini, Muhammadiyah menampilkan Islam yang inklusif, non-

konfrontatif dan solutif.

Pemahaman Muhammadiyah dan praktik pluralisme positif dibangun atas

dasar ideologi Muhammadiyah sebagai Islam puritan yang pluralis. Pertama,

Islam puritan didasari atas doktrin “tauhid murni” yang melahirkan

pembebasan diri dari hawa nafsu, sehingga mendorong semangat

egalitarianisme sebagai dasar hidup bersama dalam masyarakat plural.

Kedua, Islam puritan berpedoman “kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah”

yang melahirkan prinsip beragama dengan sumber otentik (aseli), memilah

antara wahyu dan ra'yu (Agama dan pemahaman agama), serta semangat

tiada berhenti untuk melakukan ijtihad. Prinsip-prinsip inilah yang

membentuk pemikiran dan praktik pluralisme positif dalam Muhammadiyah.

PLU

RA

LISM

E p

os

itifa

bd

ul m

u’ti

aza

ki k

ho

iru

din

|

Enlightening, Empowering

PLURALISME positifMAJELIS PUSTAKA & INFORMASI

PP MUHAMMADIYAH

PLURALISMEPOSITIF

Konsep dan Implementasi dalam Pendidikan Muhammadiyah

abdul mu’tiazaki khoirudin

MAJELIS PUSTAKA & INFORMASIPP MUHAMMADIYAH

9 786026 097040

ISBN: 978-602-60970-4-0

Enlightening, Empowering

Page 2: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 1 01/08/2019 15.38.06

Page 3: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 2 01/08/2019 15.38.06

Page 4: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

ABDUL MU'TI AZAKI KHOIRUDIN

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 3 01/08/2019 15.38.08

Page 5: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

Karya: Abdul Mu’ti | Azaki Khoirudin

Copyright © 2019 Abdul Mu’ti dan Azaki KhoirudinHak cipta dilindungi undang-undang

All rights reserved

Penyelaras: Dinan Hasbudin ARPewajah sampul: Galih Qoobid MulqiPewajah isi: [email protected]

Diterbitkan oleh:Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah

Jl. Menteng Raya No. 62 JakartaTelp. 021-3903021-22; Email: [email protected]

bersama: Universitas Muhammadiyah Jakarta

Jl. KH. Ahmad Dahlan, Ciputat, Cireundeu, Ciputat Timur, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 15419

Telp. 021-7492862; Email: [email protected]

ISBN: 978-602-60970-4-0Cetakan I: Agustus 2019

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 4 01/08/2019 15.38.09

Page 6: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

5

Isi Buku

Sekapur Sirih—7

1. PENDAHULUAN—9Pendidikan Agama dalam Masyarakat Multirelijius:

Konteks—11Muhammadiyah Education for All: Studi Pustaka—17Pluralisme Positif: Definisi Konseptual—26

2. ISLAMISASI KULTURAL—37Dakwah Muhammadiyah: Amar Ma’ruf Nahi Munkar—40Dakwah Wasathiyah—43

Inklusif-Partisipatoris—45Transformatif Non-Konfrontatif—49Dakwah Kultural Pro-Pluralistik—53

3. PURITAN YANG PLURALIS—61Purifikasi ala Ahmad Dahlan—63

Spiritualisasi: Purifikasi Jiwa—64Rasionalisasi: Purifikasi Akal—67Aktualisasi: Purifikasi Amal—69

Dari Puritanisme ke Pluralisme—76Tauhid: Pembebasan Diri—78Egalitarianisme: Tauhid dan Pembebasan Sosial—82Pluralisme: Tauhid dan Masyarakat Egaliter—85

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 5 01/08/2019 15.38.09

Page 7: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

6

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

4. SALAFI REFORMIS—91Islam Reformis—93Al-Ruju’ ila Qur’an wa Sunnah: Produktif, bukan

Konservatif—97Beragama dengan Sumber Otentik—100Memilah Wahyu dan Ra’yu: Agama dan Pemahaman

Agama—105Ijtihad Kreatif —109

5. PLURALISME POSITIF—113Masyarakat Majemuk dan Kosmopolitan—114Prinsip Ijtihad: Non-Madhab, Relativitas dan Keterbukaan

—122Praktik Pluralisme dan Toleransi dalam Muhammadiyah—131

6. PENDIDIKAN PLURALIS- INKLUSIF—139Konsep Pendidikan Islam Modern: Iman dan Kemajuan—140

Etika Welas Asih: Asas Pendidikan Muhammadiyah—144Kecerdasan Ma’rifat: Tujuan Pendidikan

Muhammadiyah—150

Fungsi Pendidikan Muhammadiyah: Dakwah dan Kaderisasi—156

Praktik Pluralisme Positif dalam Pendidikan Mummadiyah—164Konvergensi Kristen dan Muhammadiyah—166Toleransi Positif—171

7. PENUTUP—175

Daftar Pustaka—179

Profil Penulis—197

Indeks—201

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 6 01/08/2019 15.38.10

Page 8: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

7

Sekapur Sirih

Alhamdulillah, setelah melakukan tirakat intelektual, akhirnya buku ini hadir di hadapan pembaca. Buku ini merupakan kolabo-rasi intelektual dua penulis yang berlatar keilmuan bidang tarbi-yah (pendidikan Islam). Kedua penulis memiliki kesamaan minat pada kajian pluralisme positif, Islam inklusif, dan studi tentang pendidikan Muhammadiyah. Kolaborasi yang saling mengisi, memperkaya kedalaman dan keluasan pengetahuan antara dua generasi intelektual Muhammadiyah.

Kehadiran buku ini berangkat dari kehendak penulis untuk menyumbangkan ide tentang bagaimana konsep dan praktik Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dakwah amar makruf nahi munkar ini mengembangkan pendidikan agama yang ber-wawasan multikultural. Dengan kata lain, kajian utama dalam buku ini adalah tentang pluralisme keagamaan dalam pendidik-an Muhammadiyah.

Istilah ”Pluralisme Positif” dalam buku ini meminjam dari gagasan Kuntowijoyo dalam buku monumentalnya Muslim Tanpa Masjid (2001). ”Pluralisme Positif” yakni sikap berterus terang dan berpegang teguh terhadap suatu keyakinan, tetapi—pada saat yang sama—bisa menerima dan orang lain yang berbeda. Bukan kecenderungan sikap untuk berpindah-pindah, mencampuradukkan atau tidak berterus terang terhadap

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 7 01/08/2019 15.38.10

Page 9: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

8

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

keyakinan agama, ini ”Pluralisme Negatif”. Dalam konteks pendidikan, istilah Positive Pluralism juga terinspirasi dari Denise Cush (2001), yakni mengakomodir perbedaan agama dengan memberikan pendidikan agama sesuai dengan keyakinannya. Pendidikan agama diarahkan agar siswa lebih yakin dan percaya diri terhadap agamanya dan menghormati orang lain yang berbeda agama. Kedua teori inilah yang mengilhami lahirnya buku ini, untuk melihat implementasi pluralisme positif dalam Muhammadiyah, khususnya pendidikan.

Kami berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi, memberi inspirasi dan dukungan dalam penulisan dan penerbitan buku ini. Sebagai sebuah karya tentu masih banyak celah kelemahan. Itu semua menjadi ruang bagi para akademisi untuk melakukan kritik dan mengembangkan gagasan “pluralisme positif” lebih lanjut. Pesan penting yang ingin disampaikan kepada pembaca adalah bahwa untuk menjadi pluralis, tidak mengurangi kemurnian Tauhid. Karena itu, kepada pembaca, silakan membaca buku ini dengan sikap yang pluralis. Karena tiada pemikiran yang final, dan pintu ijtihad masih selalu terbuka.

Dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan selamat membaca. Siapa tahu, buku ini dapat memercikkan inspirasi inte-lektual kepada pembaca.

Jakarta-Surakarta, 31 Juli 2019Salam Takzim

Abdul Mu’ti dan Azaki Khoirudin

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 8 01/08/2019 15.38.11

Page 10: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

9

1PENDAHULUAN

PENDIDIKAN agama masih menjadi faktor penting dalam mem-pengaruhi pemahaman agama peserta didik. Sebagian pendapat menyatakan, terjadinya kekerasan keagamaan di Indonesia dise-babkan oleh kegagalan pendidikan agama dalam membangun sikap keagamaan yang inklusif, toleran dan pluralis. Penekanan pendidikan agama yang terlalu menekankan domain kognitif de-ngan pendekatan pembelajaran yang doktriner cenderung mem-bentuk pemahaman agama yang sempit dan eksklusif.1 Maka wajar jika sebagian besar pendidikan agama selama ini meng-hasilkan orang-orang memiliki pemikiran yang terpecah dalam beragama. Akibatnya mereka fanatik dalam mencintai agamanya

1Kautsar Azhari Noer, “Pluralisme dan Pendidikan Agama di Indonesia: Menggugat Ketidakberdayaan Sistem Pendidikan Agama,” dalam Th. Su-martana, dkk., Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia, (Yog-yakarta: Interfidei, 2001), 234-239.

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 9 01/08/2019 15.38.13

Page 11: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

10

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

sendiri, sehingga mudah dipicu kebenciannya terhadap agama lain.”2

Faktor internal yang bermuara pada pemahaman agama juga bisa menjadi salah satu penyebab kekerasan keagamaan. Menurut Charles Kimball, jika dimaknai secara inklusif, agama mampu mempersatukan umat manusia. Sebaliknya, pemaham-an agama yang sempit dan eksklusif bisa menimbulkan masalah. ”Keyakinan arogan terhadap agama seseorang dibarengi dengan penolakan yang menyakitkan atas agama lain sesungguhnya malah memperkuat argumen bahwa agama memang merupa-kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik konsep mulia seperti jihad dapat menjadi dalih untuk bersikap agresif, melakukan tindak kekerasan kepada pihak lain bahkan terorisme.4 Padahal, pluralitas agama sebagai koeksistensi sosiologis yang damai telah menjadi tradisi bangsa Indonesia. Dalam bidang pendidikan, banyak siswa Muslim yang belajar di sekolah-sekolah non-Muslim atau sebaliknya. Perni-kahan beda agama sekarang semakin lazim terjadi. Bahkan, da-lam suku-suku tertentu ikatan kekerabatan dalam bentuk marga atau yang lainnya lebih kuat dibanding agama.

Kalau begitu, apakah dapat dikatakan bahwa pendidikan agama benar-benar gagal? Dengan segala kekurangannya, pen-didikan agama berperan penting dalam membangun relijiusitas dan moralitas bangsa. Bahkan, menurut Kuntowijoyo, formalisa-si pendidikan agama di sekolah merupakan faktor penting yang

2Wahyu Pramudya, “Pluralitas Agama: Tantangan ‘Baru’ Bagi Pendidik-an Keagamaan di Indonesia”, Veritas, 6/2 (Oktober 2005): 279-290.

3Charles Kimball, Kala Agama Jadi Bencana, terjemah Nurhadi (Ban-dung: Mizan, 2003), 65.

4Richard Bonney, Jihad from Qur’an to bin Laden (New York: Palgrave Macmillan, 2004).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 10 01/08/2019 15.38.15

Page 12: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

11

PENDAHULUAN

mempengaruhi terjadinya konvergensi sosial dan Islam di Indo-nesia yaitu konvergensi sosial antara wong cilik dengan priyayi, konvergensi budaya antara abangan dan santri serta konvergensi aliran antara tradisionalis, modernis, dan puritan.

Sayangnya, karakter kebudayaan dan keberagamaan bangsa Indonesia yang toleran tampaknya mulai luruh. Dalam satu da-sawarsa terakhir paskareformasi politik, serangkaian aksi anarkis dan konflik komunal bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras, Antar Golongan) meledak di beberapa kawasan di Indonesia.

Selain itu, kewajiban mengikuti pendidikan agama di se-kolah, memungkinkan siswa dari berbagai latar belakang sosi-al mempelajari agama melalui guru agama dan sumber belajar yang sama.5 Karena itu, pokok masalahnya bukan pada substansi agama dan pendidikan agama melainkan pada aspek metodolo-gi pemahaman dan pendidikan agama. Permasalahannya terle-tak pada sistem pendidikan agama.

Pendidikan Agama dalam Masyarakat Multirelijius: Konteks

Dalam praktiknya, terdapat tiga aliran pendidikan agama. Perta-ma, pendidikan agama tidak perlu diajarkan sebagai studi wajib dalam kurikulum sekolah, tetapi cukup diberikan di dalam ke-luarga dan masyarakat melalui lembaga-lembaga keagamaan.6

5Kuntowijoyo, “Konvergensi dan Politik Baru Islam” dalam Abdul Munir Mulkhan, Runtuhnya Mitos Politik Santri, (Yogyakarta: Sipress, cetakan ke 2, 1999), xi.

6Pendapat ini antara lain dikemukakan olen Daoed Joesoef, menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (1978-1983). Menurut Joesoef: ”... pendidikan agama, agar efektif, sebaiknya diberikan di luar jalur pendidikan umum formal, berupa Zondagschool bagi agama Kristen dan Katolik. Bila mengenai agama Islam kiranya baik pula surau difungsikan sebagai tem-

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 11 01/08/2019 15.38.16

Page 13: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

12

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Kedua, pendidikan agama diajarkan di sekolah dalam kedu-dukannya sebagai ilmu sosial (social science) yang bersifat non- confessional. Sistem pendidikan agama bertujuan semata-mata untuk mempelajari agama sebagai ilmu dan pengetahuan ten-tang masyarakat (learning to know about religion), bukan untuk menanamkan keyakinan dan membentuk manusia taat kepada agamanya (learning to be religious persons). Ketiga, pendidikan agama diajarkan di sekolah sebagai studi wajib yang bersifat con-fessional. Sistem pendidikan agama bertujuan untuk menanam-kan dan memperteguh keyakinan terhadap agama untuk mem-perkuat identitas bangsa.7

Pemerintah Indonesia mengembangkan sistem pendidikan agama confessional. Secara historis, sistem pendidikan agama confessional bukanlah sistem yang baru karena pernah diberlakukan pada masa penjajahan Portugis dan Belanda. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, pendidikan agama confessional bersifat pilihan, bukan merupakan studi wajib bagi setiap siswa. Pada pemerintah Orde Baru melakukan formalisasi dan institusionalisasi pendidikan agama sebagai studi wajib yang diajarkan kepada seluruh siswa di semua jenjang pendidikan.8

Pengembangan sistem pendidikan agama confessional didasarkan atas tiga alasan. Pertama, alasan konstitusional yang

pat pengajian ... dengan begitu penduduk juga didorong menjadi semakin erat hubungannya dengan surau yang ada di RT atau RW masing-masing.”. Daoed Joesoef, Dia dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran, (Jakarta: Kompas, 2006), 814.

7Denise Cush, “Should Religious Studies be Part of the Compulsory Sta-te School Curriculum?” British Journal of Religious Education, 29 (3), Septem-ber 2007, 221-227.

8M. Saerozi, Politik Pendidikan Agama dalam Era Pluralisme, (Yogyakar-ta: Tiara Wacana, 2004).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 12 01/08/2019 15.38.16

Page 14: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

13

PENDAHULUAN

mengacu kepada sila pertama Pancasila—Ketuhanan Yang Maha Esa—dan pasal 29 (1) Undang-undang Dasar 1945: ”Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kedua, alasan sosiologis untuk memelihara karakteriktik bangsa Indonesia yang relijius. Ketiga, alasan politis agama sebagai hak azasi manusia dan pengalaman politik Indonesia dengan komunisme. Sistem pendidikan agama confessional ditegaskan dalam Undang-undang nomor 2/1989 tentang Pendidikan Nasional juncto Undang-undang nomor 20/2003 tentang Pendidikan Nasional terutama pada rumusan tujuan pendidikan nasional,9 pengembangan dan muatan kurikulum10 dan hak peserta didik.11 Selain itu, pemerintah Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 55/2007 tentang pelaksanaan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.

Dalam praktiknya, peraturan perundangan tentang pendi-dikan agama yang sudah tidak terlaksana sebagaimana mesti-nya. Ada dua alasan utama mengapa pendidikan agama tidak dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan. Pertama, keterbatasan tenaga pendidik (guru). Karena sekolah tidak me-

9Pasal 3 Undang-undang 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: “Pendidikan nasional…. bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta di-dik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,...”.

10Pasal 36 (3, a, b, h) Undang-undang 20/2003: “Kurikulum disusun se-suai dengan jenjang pendidikan… dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan akhlak mulia; ... (h) agama.”. Pasal 37 (1): ” Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) pendidik-an agama... (2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: (a) pendidikan agama...”.

11Undang-undang 20/2003, pasal 12 (1): “Setiap peserta didik pada se-tiap satuan pendidikan berhak: (a) mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.”

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 13 01/08/2019 15.38.17

Page 15: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

14

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

miliki guru agama maka pendidikan agama diajarkan oleh guru bidang studi lain yang dinilai memiliki kompetensi pengetahuan agama. Kedua, alasan ideologis. Sekolah mengembangkan sis-tem pendidikan agama tersendiri karena lebih mengutamakan ”misi” agama sebagaimana dikembangkan oleh Muhammadiyah, Ahmadiyah, Kristen dan Katolik.

Secara umum terdapat tiga model sistem pendidikan agama di sekolah-sekolah agama. Pertama, model ”eksklusif” di mana siswa yang berbeda-beda agama hanya menerima satu pendi-dikan agama confessional yang sesuai dengan agama sekolah yang diajarkan oleh guru agama. Sebagai contoh, tanpa mem-perhatikan agamanya seluruh siswa yang belajar di sekolah Kris-ten wajib mengikuti pendidikan agama Kristen yang diajarkan oleh guru Kristen. Kedua, model ”inklusif” di mana siswa yang berbeda-beda agama mempelajari ajaran beberapa agama. Da-lam model ini pendidikan agama bersifat non-confessional yang menekankan aspek kognitif: siswa memahami dan membanding-kan ajaran beberapa agama, menemukan nilai-nilai persamaan antar agama. Selama proses pembelajaran siswa dipandu oleh seorang guru agama yang berperan sebagai fasilitator. Model ”pendidikan relijiusitas” ini dikembangkan sebagai ”strategi” untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran siswa tentang pluralitas agama dalam masyarakat.12 Ketiga, model ”pluralis” di mana siswa mendapatkan dua ”pendidikan agama”. Yang perta-ma, siswa menerima pendidikan agama confessional sebagaima-na diatur di dalam perundang-undangan pendidikan. Selain itu,

12Listia, dkk., Problematika Pendidikan Agama di Sekolah: Hasil Peneli-tian Tentang Pendidikan Agama di Yogyakarta 2004-2006, (Yogyakarta: In-terfidei, 2007).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 14 01/08/2019 15.38.17

Page 16: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

15

PENDAHULUAN

siswa wajib mengikuti ”pendidikan keagamaan” non-confessional sesuai dengan agama sekolah.

Perbedaan model sistem pendidikan agama di sekolah-sekolah agama disebabkan oleh perbedaan ”ijtihad” dalam mensinergikan ketentuan undang-undang, misi agama dan konteks sosial-budaya masyarakat. Pertama, sekolah sebagai lembaga publik terikat oleh hukum dan perundang-undangan. Sekolah tidak hanya terikat oleh undang-undang pendidikan nasional, tetapi juga undang-undang tentang perlindungan anak, peraturan pemerintah tentang penyebaran agama dan perundang-undangan lainnya. Kedua, sekolah sebagai lembaga agama didirikan sebagai agen penyebaran agama (an agent of religious missionary). Ketiga, sekolah sebagai lembaga sosial terikat oleh konteks sosial-budaya dan agama masyarakat. Sebagai lembaga sosial berperan untuk memelihara kerukunan sosial dan memberikan pelayanan kepada sesama.

Idealnya, sekolah agama dapat mengintegrasikan tiga fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan, dakwah dan sosial. Tetapi, sekolah agama kadangkala berada dalam posisi yang dilema-tis: antara mematuhi undang-undang dengan pengembangan dakwah agama. Jika sekolah lebih mengutamakan pelaksanaan undang-undang, maka peranannya sebagai lembaga misi tidak maksimal. Jika sekolah lebih mengutamakan misi, maka ada ke-cenderungan sekolah melanggar undang-undang. Pilihan-pilih-an prioritas inilah yang menyebabkan pendidikan agama di se-kolah agama bisa menjadi sumber konflik dan ketegangan antar umat beragama.13

13Adian Husaini, Solusi Damai Islam-Kristen di Indonesia, (Jakarta: Pus-taka Da’i, 2003).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 15 01/08/2019 15.38.17

Page 17: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

16

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Karena itu bagaimana sekolah agama mengembangkan mo-del sistem pendidikan yang mensinergikan kewajiban yuridis- politis, mengembangkan misi agama dan memelihara pluralitas keagamaan merupakan kajian yang menarik.

Pertanyaanya, apakah kebijakan pendidikan agama yang pluralistik mampu membentuk sikap positif terhadap pluralisme? Beberapa penelitian tentang model atau pola pendidikan aga-ma menunjukkan bahwa sikap pluralisme dapat dibentuk melalui pendidikan. Penelitian Ruswan, Listia, Yayah Khisbiyah, Ibnu Ha-djar, dan Jeny Elna. Ruswan meneliti perbandingan sikap tole-ransi beragama mahasiswa yang hanya menerima mata kuliah Agama Islam (Wahid Hasyim) dengan mahasiswa yang menerima mata kuliah agama-agama (Akademi Kebidanan). Hasil uji sta-tistik menunjukkan mahasiswa yang mempelajari agama-agama memiliki sikap toleransi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang hanya mempelajari satu agama saja.14

Senada dengan Ruswan, Jeny Elna menemukan adanya ko-relasi antara pendidikan agama berwawasan pluralis dengan peningkatan sikap, perilaku dan wawasan pluralitas siswa. Jeny yang melakukan penelitian di sekolah dan madrasah di Bali juga menemukan bahwa kualitas penyelenggaran pendidikan agama di sekolah masih rendah karena sistem dan kurikulumnya tidak mengakomodir perbedaan latar belakang agama dan kebuda-yaan siswa.15

14Ruswan, Studi Komparasi Sikap Toleransi Beragama Mahasiswa Aka-demi Kebidanan dan Universitas Wahid Hasyim, (Semarang: Puslit IAIN Wa-lisongo, 2003).

15Jeny Elna Mahupale, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural: Analisis Hubungan dan Pandangan Agama terhadap Pandangan Sikap Peri-laku Pluralis, Tesis, Universitas Gajahmada, Yogyakarta, 2007.

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 16 01/08/2019 15.38.18

Page 18: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

17

PENDAHULUAN

Listia, dkk., membandingkan tiga model pendidikan agama alternatif: model relijiusitas (Keuskupan Agung Semarang), mo-del inklusif (SMA PIRI I Yogyakarta), dan model komunikasi iman (SMA BOPKRI 1 Yogyakarta). Ketiga model alternatif tersebut di-kembangkan dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa yang majemuk dan penekanan aspek partisipatoris. Listia menemukan dua kesimpulan penting tentang hubungan model pendidikan agama dengan sikap toleransi. Pertama, model pendidikan alter-natif yang dikembangkan tiga sekolah penelitian berpengaruh positif terhadap pembentukan sikap toleran. Kedua, model pe-misahan (segregasi) yang dikembangkan pemerintah sesuai de-ngan UUSPN berpotensi memupuk benih-benih intoleransi dan diskriminasi.16

Muhammadiyah Education for All: Studi Pustaka

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern yang sa-ngat peduli terhadap lembaga pendidikan sekolah. Melalui ja-ringan anggotanya yang tersebar di berbagai pelosok tanah air, Muhammadiyah telah banyak mendirikan lembaga pendidikan mulai tingkat anak usia dini hingga perguruan tinggi yang terse-bar di berbagai daerah. Motivasinya adalah dakwah agama Islam melalui lembaga pendidikan.17 Dengan jumlah sekolah yang sa-ngat besar dan latar belakang keagamaan siswa yang beragam,18

16Listia, dkk., Problematika Pendidikan Agama di Sekolah, (Yogyakarta: Interfidei, 2007).

17Imam Tholkhah, “Pendidikan Toleransi Keagamaan: Studi Kasus SMA Muhammadiyah Kupang Nusa Tenggara Timur”, EDUKASI Volume 11, No-mor 2, Mei-Agustus 2013.

18Sampai tahun 2000, Muhammadiyah memiliki 3.979 Taman Kanak--kanak (TK); 6 Sekolah Luar Biasa (SLB); 940 Sekolah Dasar (SD); 1.332 Mad-rasah Ibtidaiyyah (MI)/Diniyyah (Madin); 2.143 Sekolah Menengah Pertama

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 17 01/08/2019 15.38.18

Page 19: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

18

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Muhammadiyah juga harus berhadapan dengan situasi yang di-lematis. Dilema antara sebagai lembaga pendidikan yang meng-ikuti pemerintah, dengan organisasi yang memiliki misi dakwah. Mengingat Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang bertujuan untuk membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Latar belakang kela-hiran Muhammadiyah erat kaitannya dengan berbagai problem sosial dan keagamaan yang disebabkan oleh kehidupan agama yang sinkretik menyimpang dari ajaran Al-Qur'an dan Hadits, kemunduran pendidikan Islam dan keterbelakangan umat Mus-lim, agresivitas kegiatan misionaris Kristen/Katolik dan penetrasi bangsa-bangsa Eropa.19

Sejak berdiri pada tahun 1912, Muhammadiyah menyeleng-garakan pendidikan yang terbuka untuk semua (education for all). Lembaga pendidikan Muhammadiyah menerima siswa tan-pa memandang latar belakang agama, etnis, kewarganegaraan dan ekonomi (non-discriminative). Sekolah sebagai amal usaha Muhammadiyah memiliki tiga fungsi: pendidikan, dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar dan perkaderan. Hal tersebut tambak dalam visi dan misi Majelis Pendidikan Dasar Menengah (Dik-

(SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs); 979 Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA); 101 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 13 Mualli-min/Muallimat; 3 Sekolah Farmasi dan 65 Pondok Pesantren. Muhammadi-yah memiliki 36 Universitas; 72 Sekolah Tinggi; 54 Akademi dan 4 Politeknik. Siswa dan mahasiswa di lembaga pendidikan Muhammadiyah berasal dari latar belakang agama yang berbeda-beda. Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Berita Resmi Muhammadiyah: Edisi Khusus Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 45 di Malang, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, Rajab 1426 H/September 2005), 43.

19Musthafa Kamal Pasha dan Adaby Darban, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Dalam Perspektif Historis dan Ideologis, (Yogyakarta: LPPI Uni-versitas Muhammadiyah Yogyakarta, cetakan III, 2003), 121-126.

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 18 01/08/2019 15.38.18

Page 20: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

19

PENDAHULUAN

dasmen) sebagai majelis yang secara khusus berkhidmat dalam penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah. Visi Majelis Dik-dasmen adalah tertatanya manajemen dan jaringan pendidikan yang efektif sebagai gerakan Islam yang maju, profesional dan modern serta untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi pe-ningkatan kualitas pendidikan Muhammadiyah. Adapun misi Majelis Dikdasmen adalah: (a) menegakkan keyakinan Tauhid yang murni; (b) menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur'an dan Sunnah. (c) mewujudkan amal Islami da-lam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat; (d) menjadikan lembaga pendidikan Muhammadiyah sebagai pusat pendidikan, dakwah dan perkaderan.20 Berdasarkan konteks tersebut, pene-litian ini berusaha mengulas pengalaman pendidikan Muham-madiyah dalam mengembangkan pluralisme pada masyarakat majemuk Indonesia.21

Kajian tentang pluralisme dalam pendidikan dapat dikla-sifikasikan menjadi dua jenis. Pertama, penelitian yang terkait dengan kebijakan politik dan perundang-undangan pendidikan sebagai hard-pluralism. Dua penelitian penting mengenai hal ini

20Surat Keputusan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah tentang Tanfidz Kepuutusan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pendidikan Da-sar dan Menengah (Dikdasmen) se-Indonesia.

21Kajian tentang pluralisme agama dan multikulturalisme mulai men-dapatkan perhatian semenjak reformasi politik yang ditandai oleh perkem-bangan demokrasi yang cenderung liberal, otonomi daerah, good gover-nance, keterbukaan politik dan merebaknya kekerasan bernuansa etnis dan agama. Meskipun gagasan tentang pluralisme, demokrasi, civil society dan multikulturalisme cukup banyak ditulis dan diterbitkan, penelitian tentang pluralisme dalam pendidikan masih sangat terbatas, khususnya yang terkait dengan Muhammadiyah.

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 19 01/08/2019 15.38.18

Page 21: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

20

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

dilakukan oleh M. Saerozi22 dan Abdurrahman Assegaf.23 Saerozi dan Assegaf melakukan kajian historis tentang kebijaksanaan pendidikan agama sejak masa kolonialisme Belanda dan Portugis sampai era reformasi. Dalam penelitiannya, Saerozi menemukan bahwa meskipun pola kebijakannya berbeda-beda, pemerintah Belanda, Portugis dan Indonesia sama-sama mengembangkan pola pendidikan agama konfesional di mana negara memberikan legitimasi pendidikan agama untuk meningkatkan keimanan dan ketaatan siswa terhadap ajaran agamanya. Jika pemerintah VOC dan Portugis menerapkan kebijaksanaan dominasi terhadap Kelompok Keyakinan Minoritas (KKM), pemerintah Hindia Belanda memberlakukan pola penerlantaran terhadap KKM. Pemerintah Indonesia berupaya mengembangkan kebijakan pendidikan agama konfesional yang lebih ideal, tetapi ”warisan” kolonial yang berpola mendominasi atau menerlantarkan KKM tidak bisa dihindari. Karena itu, menurut Saerozi, Indonesia memerlukan kebijaksanaan pendidikan agama yang bersumber dari konsep ”pluralisme agama konfesional” yang memberdayakan KKM sehingga negara bisa membebaskan diri dari pola dominasi maupun penerlantaran.

Senada dengan Saerozi, penelitian Assegaf menjelaskan bagaimana perubahan kebijakan atau politik pendidikan agama di Indonesia banyak dipengaruhi oleh kepentingan politik pemerintah, konteks dan dinamika politik nasional dan kontestasi kepentingan dari berbagai kelompok, termasuk di

22M. Saerozi, Politik Pendidikan Agama Dalam Era Pluralisme: Telaah Historis atas Kebijaksanaan Pendidikan Agama Konfesional di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004).

23Abdurrahman Assegaf, Politik Pendidikan Nasional: Pergeseran Kebi-jakan Pendidikan Agama Islam dari Praproklamasi ke Reformasi, (Yogyakar-ta: Kurnia Kalam, 2005).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 20 01/08/2019 15.38.19

Page 22: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

21

PENDAHULUAN

dalamnya umat beragama. Masalah pluralisme agama selalu menyertai hampir semua perdebatan tentang pendidikan agama khususnya di sekolah. Menurut Assegaf, dalam era demokrasi yang meniscayakan keterbukaan dan kebebasan, meningkatnya kesadaran tentang hak azasi manusia dan identitas merupakan kondisi yang mengharuskan kebijakan pendidikan agama yang pro pluralisme.

Lembaga-lembaga pendidikan Islam—madrasah dan pesan-tren—telah lama memiliki konsep dan tradisi pluralisme. Peneli-tian Fuad Fachruddin dan Badrus Sholeh menjelaskan berkem-bangnya kultur pluralisme dalam masyarakat Muslim. Dalam penelitiannya, Fachruddin menemukan perbedaan pandangan antara kelompok “rejeksionis” dan “akomodatif” di kalangan anggota Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) tentang de-mokrasi, jender, toleransi dan pluralisme. Meskipun kedua ke-lompok berbeda sikap terhadap demokrasi, jender dan toleransi, baik Muhammadiyah maupun NU memahami pluralisme sebagai penghargaan atau memberi kesempatan kepada pemeluk aga-ma lain untuk hidup berdampingan secara damai.24

Bagaimana dengan sekolah Muhammadiyah? Sebutan Mu-hammadiyah sebagai gerakan Islam puritan yang menyerukan pemurnian Islam dari sinkretisme, bid’ah, khurafat dan anasir lain yang merusak agama serta prinsip berpegang teguh kepada tau-hid yang murni, Al-Qur'an dan Hadits yang shahih sering menge-sankan bahwa Muhammadiyah merupakan gerakan yang eks-klusif. Muhammadiyah dinilai sebagai gerakan radikal dan tidak toleran, terutama terhadap tradisi lokal dan misionaris Kristen/Katolik. Tetapi, penelitian Mitsuo Nakamura, James L Peacock,

24Fuad Fachruddin, Agama dan Pendidikan Demokrasi: Pengalaman Muhammadiyah dan NU, (Jakarta: INSEP, 2006).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 21 01/08/2019 15.38.19

Page 23: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

22

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Achmad Jainuri dan Alwi Shihab menunjukkan bahwa meskipun Muhammadiyah sangat menekankan pengamalan Islam yang murni, para pendiri dan tokoh Muhammadiyah bersikap terbu-ka dan toleran terhadap tradisi masyarakat dan pemeluk agama lain, khususnya Kristen/Katolik.

Nakamura menemukan empat paradoks dalam Muhamma-diyah. Sebagai gerakan reformasi Islam yang berusaha memur-nikan ajaran Islam Muhammadiyah justru mendapat dukungan kuat di jantung pusat tradisi kebudayaan Jawa. Para tokoh dan nggota yang menjadi pendukung Muhammadiyah bukanlah ka-langan santri yang taat beragama (religiously devout) dan kaum pribumi borjuis (indigenous bourgoisie). Ideologi Muhammadi-yah bukanlah merupakan difusi kultural gerakan reformasi Islam Timur Tengah tetapi transformasi internal tradisi religio-ethical Jawa, generalisasi dan rasionalisasi tradisi.25 Meskipun interaksi Muhammadiyah dengan budaya Jawa diwarnai beberapa kete-gangan, secara keseluruhan gerakan reformasi Islam ini memiliki apresiasi dan toleransi yang tinggi terhadap tradisi Jawa.26

Dalam konteks dan fokus kajian yang berbeda, Achmad Jai-nuri menemukan akar-akar toleransi dan pluralisme dalam Mu-hammadiyah. Penelitiannya tentang ideologi Muhammadiyah menunjukkan bahwa sebagai gerakan reformasi yang mengan-jurkan kehidupan berdasarkan tauhid yang murni dan keteguh-an berpedoman kepada Al-Qur'an dan Hadits Muhammadiyah memiliki ideologi sosial yang terbuka. Ideologi pluralisme dalam

25Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in A Central Java Town, (Cornell University: Unpublished Thesis, 1976).

26Ahmad Najib Burhani, Muhammadiyah and Javanese Culture: Appreciation and Tension, (Leiden, Unpublished Thesis, 2004).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 22 01/08/2019 15.38.20

Page 24: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

23

PENDAHULUAN

Muhammadiyah berakar pada prinsip relativisme pemahaman agama dan ijtihad. Dengan prinsip relativisme tersebut, Muham-madiyah terbuka terhadap paham dan ide-ide baru dari mana pun datangnya. Keterbukaan Muhammadiyah terhadap plura-lisme keagamaan tambak jelas dalam pembaharuan pendidikan Muhammadiyah yang meliputi: adopsi sistem sekolah model Be-landa, pengajaran studi sekuler dan diterimanya siswa non mus-lim (Kristen) dan abangan dalam sekolah Muhammadiyah. Refor-masi pendidikan Muhammadiyah memiliki bangunan ideologis yang kuat berdasarkan pemahaman tentang iman, amal shalih, birr, amar ma’ruf nahi munkar dan fastabiq al-khairat. 27 Karena itu, sikap kritis dan resistensi Muhammadiyah terhadap misi Kris-tenisasi di Indonesia tidak didasarkan di atas prinsip rivalitas dan permusuhan, tetapi persaingan, kompetisi yang sehat, dialog dan saling menghormati secara jujur.28

Kajian lain tentang Muhammadiyah yang cukup penting adalah karya Alfian, MT. Arifin dan Amir Hamzah Wirjosukarto. Dalam disertasinya, Alfian menjelaskan secara jelas bagaimana sikap politik Muhammadiyah terhadap kebijakan politik peme-rintah. Meskipun dalam beberapa hal bersikap kooperatif, Mu-hammadiyah menentang sangat keras kebijakan pemerintah kolonial yang kontraproduktif terhadap kebebasan beragama,

27Achmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis: Melacak Pandangan Mu-hammadiyah Masa Awal, (Surabaya: LPAM, 2002). Lihat juga Achmad Jai-nuri, The Muhammadiyah Movement in The Twentieth Century Indonesia: A Socio-Religious Study, (Montreal: Unpublished Thesis, 1992).

28Alwi Shihab, Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap Misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, cetakan I, 1998).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 23 01/08/2019 15.38.20

Page 25: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

24

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

salah satunya Ordonansi Guru.29 MT. Arifin30 dan Amir Hamzah31 mengkaji secara filosofis dan historis pembaharuan Muhamma-diyah dalam Pendidikan. Keduanya memaparkan pergulatan Mu-hammadiyah dalam bidang pendidikan dan kontribusinya dalam memajukan bangsa.

Selain itu, studi tentang pandangan keagamaan dalam Muhammadiyah dilakukan oleh Biyanto dengan judul “Pluralisme Keagamaan dalam Perspektif Kaum Muda Muhammadiyah: Studi Tinjauan Sosiologi Pengetahuan.” Biyanto mengkaji pandangan kaum muda Muhammadiyah tentang pluralisme keagamaan dengan pendekatan sosiologi pengetahuan. Studi ini menyimpulkan bahwa terjadinya perbedaan pandangan tentang pluralisme keagamaan disebabkan oleh latar belakang sosial dan pendidikan kaum muda Muhammadiyah, faktor-faktor internal dan eksternal, dan perkembangan global. Dalam hal ini, kaum muda Muhammadiyah terbelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang menerima dan kelompok yang menolak pluralisme keagamaan. Di kalangan kelompok penerima pluralisme keagamaan terdapat varian-varian, mulai hard pluralism sampai soft pluralism, dan yang bergerak di antara hard dan soft pluralism. Sedangkan di kalangan kelompok penolak pluralisme keagamaan juga terdapat varian-varian, dari yang moderat (yang mamaknai pluralisme sebagai pluralitas

29Alfian, Muhammadiyah: The Political Behavior of a Muslim Modernist Organization Under Dutch Colonialism (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, 1989).

30MT. Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah Dalam Bidang Pendidikan (Jakarta: Pustaka Jaya, 1987).

31Amir Hamzah Wirjosukarto, Pendidikan dan Pengadjaran Muhamma-dijah Dalam Masa Pembaharuan Semesta (Jogjakarta: Pembaharuan dan Pengadjaran Islam, 1962).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 24 01/08/2019 15.38.20

Page 26: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

25

PENDAHULUAN

dan merupakan keniscayaan) sampai yang radikal (berdasarkan pertimbangan teologis dan filosofis).32

Kajian penting yang membahas pandangan Muhammadiyah mengenai pluralisme adalah Tafsir Tematik Al-Qur’an yang diter-bitkan oleh Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam. Buku yang merupakan hasil dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Tarjih tersebut memberikan kajian tafsir yang sangat luas dan mendalam mengenai hubungan sosial antar umat beragama. Secara keseluruhan, buku ini menunjukkan keterbukaan Muham-madiyah terhadap pluralisme khususnya menyangkut pandang-annya mengenai Ahli Kitab, kerja sama antar umat beragama, keadilan sosial dan pernikahan antaragama.33

Kajian terdahulu tentang Muhammadiyah dan pluralisme masih menyisakan beberapa pertanyaan. Pertama, jika Muham-madiyah tidak ”anti” terhadap Kristenisasi atau toleran terhadap perbedaan agama, bagaimana Muhammadiyah secara institusio-nal mengakomodir siswa non Muslim (Kristen dan Katolik) yang belajar di sekolah Muhammadiyah? Kedua, bagaimanamodel pendidikan agama di sekolah Muhammadiyah berkontribusi ter-hadap harmoni sosial, kerukunan antar agama dan penerimaan terhadap pluralisme?

32Biyanto, “Pluralisme Keagamaan Dalam Perspektif Kaum Muda Mu-hammadiyah: Studi Tinjauan Sosiologi Pengetahuan,” (Disertasi Doktor, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2008).

33Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP. Muhammadi-yah, Tafsir Tematik Al-Qur’an Tentang Hubungan Sosial Antar Umat Beraga-ma (Yogyakarta: Pustaka SM, 2000).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 25 01/08/2019 15.38.20

Page 27: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

26

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Pluralisme Positif: Definisi Konseptual

Kajian utama dalam buku ini adalah tentang pluralisme keaga-maan dalam pendidikan Muhammadiyah. Bahwa Pluralitas ada-lah sunnatullah: sesuatu yang terjadi secara alamiah sebagai ke-hendak Allah Swt. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial yang berbeda-beda ras, bahasa,34 suku dan bangsa agar me-reka saling mengenal dan berbuat yang terbaik kepada sesama.35 Perbedaan bukanlah faktor pemisah dan pemecah belah karena pada hakikatnya umat manusia adalah satu. Mereka tidak akan tercerai berai selama berpegang kepada tuntunan yang benar.36

Selain pluralitas kebudayaan, manusia juga hidup dalam plu-ralitas keagamaan. Hal ini dijelaskan di dalam beberapa ayat Al- Qur'an,37 antara lain Qs. 5, al-Maidah: 48:38 Ayat tersebut mene-

34Qs. 30, al-Rum: 22: ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulit-mu. Sesunguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tan-da bagi orang yang mengetahui.”

35Qs. 49, al-Hujurat: 13: ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

36Qs. 2, al-Baqarah: 213: ”Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan benar untuk memberi keputusan di antara manusia tentang apa yang mereka perselisihkan....”. Senada dengan ayat ini, lihat juga al: Qs. 10, Yunus: 19; Qs. 21, al-Anbiya’: 92; Qs. 23: al-Mu’minun: 52.

37Lihat antara lain: Qs. 11, Hud: 118; Qs. 16, an-Nahl: 93; Qs. 42, asy--Syura: 8 dan Qs. 43: az-Zukhruf: 33.

38Qs. 5, al-Maidah: 48: “… Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 26 01/08/2019 15.38.21

Page 28: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

27

PENDAHULUAN

gaskan bahwa pluralitas keagamaan adalah sebuah keniscayaan. Di dalam tafsirnya, Wahbah al-Zuhaili menjelaskan bahwa kalau sekiranya Allah mengehendaki niscaya manusia dijadikan seba-gai satu umat saja. Mereka senantiasa sependapat dengan Sya-riat yang tunggal. Tetapi Allah tidak menghendaki hal tersebut. Allah menghendaki manusia hidup dalam pluralitas Syariah se-panjang masa dan zaman.39 Al-Qurthubi mengatakan, kalau seki-ranya Allah menghendaki maka manusia dijadikan sebagai umat yang memiliki Syariat tunggal, dan dengannya manusia manusia senantiasa berada di jalan kebenaran. Tetapi Allah menghendaki manusia dengan perbedaan keagamaan: sebagian manusia beri-man dan sebagian lainnya kafir.40 Berdasarkan penafsiran al-Qur-thubi, menjadi Muslim atau non-Muslim adalah bagian dari ke-hendak atau sunnatullah.

Kemajemukan menegaskan adanya perbedaan-perbedaan keyakinan intern agama maupun antar agama dalam suatu ma-syarakat. Islam sebagai suatu agama tidak berdimensi tunggal. Sepanjang sejarah, umat Islam tidak pernah lepas dari perbeda-an pendapat, khususnya dalam penafsiran agama. Islam meman-dang perbedaan sebagai kekayaan (tsarwah). Perbedaan penda-pat di kalangan para ulama telah memberikan kontribusi penting dalam dinamika dan khazanah intelektual. Karena itu, menurut Yusuf Qardhawi, perbedaan dalam gerakan-gerakan Islam tidak menjadi masalah sepanjang perbedaan atau pluralitas yang ber-

terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat ke-bajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahu-kannya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”

39Wahbah al-Zuhaili, al-Tafsir al-Wajiz ‘ala Hamisy al-Qur’an al- Adzim (Damaskus, Syuriah: Dar al Fikr, 1415 H), 118.

40Abi Abdillah Muhammad ibn Ahmad al-Anshari Al-Qurthubi, al- Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Kairo, Mesir: Dar al-Hadits, cetakan ke 2, Juz V, 1996)203.

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 27 01/08/2019 15.38.21

Page 29: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

28

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

sifat variatif (ta’addudu tanawu’) bukan perbedaan yang bersifat kontradiktif (ta’addudu ta’arudh). Selain itu, masing-masing ke-lompok yang berbeda tetap bisa menjalin koordinasi sehingga justru bisa saling memperkuat dan menyempurnakan.41

Secara subtantive, pluralitas berbeda dengan pluralisme. Jika pluralitas adalah sesuatu yang terjadi secara alamiah, pluralisme adalah sesuatu yang diciptakan. Makna pluralisme lebih dari seka-dar toleransi moral atau koeksistensi pasif. Toleransi adalah per-soalan kebiasaan dan perasaan pribadi, sementara koeksistensi adalah semata-mata penerimaan pihak lain sehingga tidak ter-jadi konflik. Pluralisme menuntut suatu pemahaman yang serius terhadap pihak lain dan kerja sama untuk membangun kebaikan semua.42 Ringkasnya, menurut Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah, pluralisme adalah world-view, filsafat, ideologi atau pemahaman sebagai salah satu prinsip dalam melihat orang lain agama (the religious other) dan hubungan antar umat beragama.43

Menurut Panikkar, ide dasar pluralisme adalah: ”communica-tion in order to bridge the gulfs of mutual ignorance and misunde-rstandings between different cultures of the world, letting them speak and speak out their own insights in their own languages.”44 Dua kata kunci dalam definisi pluralisme menurut Panikkar ada-lah adanya komunikasi dan kebebasan mengekspresikan iden-

41Yusul al-Qardhawi, Al-Shawatu al-Islamiyyatu baina al-Ikhtilafu al- Masyru’u wa al-Tafarruqu al-Mazmum (Kairo, Mesir: Dar al-Shahwah li Al- Nasri wa a-Tauzi, 1990), 4.

42Mohamed Fathi Osman, Islam, Pluralisme & Toleransi Keagamaan: Pandangan al-Qur’an, Kemanusiaan, Sejarah dan Peradaban, terjemah Irfan Abu Bakar (Jakarta: PSIK Universitas Paramadina, 2006), 2-3.

43Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP. Muhammadi-yah, Tafsir Tematik Al-Qur’an tentang Hubungan Sosial Antar Umat Beraga-ma (Yogyakarta: Pustaka SM, 2000), 18.

44Raimon Panikkar, The Intra., 10.

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 28 01/08/2019 15.38.21

Page 30: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

179

Daftar Pustaka

A., Nickles “A Religion in A Pluralist Society” dalam Pobee, J.S., (ed). Religion in A Pluralistic Society, (Leiden: E.J. Brill, 1976).

Abdullah, M. Amin. “Manhaj Tarjih dan Pengembangan Pemikir-an Keislaman,” dalam Pengembangan Pemikiran Keislaman Muhammadiyah: Purifikasi dan Dinamisasi, eds. Muhammad Azhar dan Hamim Ilyas (Yogyakarta: LPPI UMY, 2000).

Abdullah, M. Amin. “Memaknai Al-Rujû’ ilâ al-Qur’ân wa al-Sun-nah” dalam Wawan Abdul Wahid dkk (ed.), Fikih Kebhinneka-an (Bandung: Mizan, 2015).

Abdullah, M. Amin. “Metode Kontemporer Dalam Tafsir Al-Qur’an: Kesalingterkaitan Asbab al-Nuzul al-Qadim dan al-Jadid da-lam Tafsir Al-Qur’an kontemporer”, Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al- Qur’an dan Hadis, Vol. 13, No. 1, Januari 2012, 1-21.

Abdullah, M. Amin. “Religion, Science, And Culture: An Integra-ted, Interconnected Paradigm of Science”. Al-Jami’ah: Jo-urnal of Islamic Studies 52 (1) 2015. 175. doi:10.14421/ajis. 2014.521.175-20318.

Abdullah, M. Amin. Fresh Ijtihad: Manhaj Pemikiran Muhamma-diyah di Era Disrupsi (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2019).

Abdurrahman, Muslim. “Menghadang Kemungkaran Sosial” da-lam Maliki, Zainuddin. (ed.), Islam Varian Rasio dalam Dis-kursus Cendekiawan, (Suarabaya: UM Surabaya Press, 2005).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 179 01/08/2019 15.39.03

Page 31: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

180

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Ahmad Najib Burhani, ”The Muhammadiyah’s Attitude to Javane-se Culture in 1912-1930: Appreciation and Tension”, Thesis, (Netherland, The Leiden University: 2004).

Al-Ghazali, Syaikh Muhammad. Berdialog Dengan Al-Qur’an: Me-mahami Pesan Kitab Suci Dalam Kehidupan Masa Kini, terje-mahan Masykur Hakim dan Ubaidillah, Cetakan 2, (Bandung: Mizan, 1996).

Al-Qurthubi, Abi Abdillah Muhammad ibn Ahmad al-Anshari al- Jami’ li Ahkam Al-Qur’an (Kairo, Mesir: Dar al-Hadits, cetakan ke 2, Juz V, 1996).

Al-Zuhaili, Wahbah. al-Tafsir al-Wajiz ‘ala Hamisy Al-Qur’an al- Adzim (Damaskus, Syuriah: Dar al Fikr, 1415 H).

Alfian, Muhammadiyah: The Political Behavior of a Muslim Mo-dernist Organization Under Dutch Colonialism (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989).

Ali, Muhamad. “ The Muhammadiyah’s 47th Congress and “Islam Berkemajuan”, Studia Islamika, Vol. 22, No. 2, 2015.

Ali, Mukti. ”The Muhammadiyah Movement: A Bibliographical In-troduction,” M.A. Thesis Institute of Islamic Studies, (Montreal: McGill University, 1957).

An-Na’im, Abdullahi Ahmed. Islam dan Negara Sekuler: Mene-gosiasikan Masa Depan Syariah, terjemah Sri Murniati, (Ban-dung: Mizan, 2007).

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 45, di Malang, Jawa Timur, 2005.

Anggaran Dasar Muhammadiyah hasil keputusan Muktamar Mu-hammadiyah ke 41 di Surakarta.

Arifin, MT. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah Dalam Bi-dang Pendidikan (Jakarta: Pustaka Jaya, 1987).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 180 01/08/2019 15.39.03

Page 32: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

181

PENUTUP

Arifin, MT. Gerakan Pembaruan Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan: Reformasi Gagasan dan Teknik (Surakarta: Bagi-an Penalaran, Lembaga Pembinaan Mahasiswa UMS, 1985), 74. Tulisan MT. Arifin itu sendiri mengacu kepada Ky. Sahlan Rosyidi, Perkembangan Filsafat Pendidikan Dalam Muham-madiyah (Semarang: PWM Dikdasmen Jawa Tengah, 1975).

Aritonang, Jan S. Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indone-sia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cetakan ke 3, 2006).

Asrofie, Yusron. Kyai Haji Ahmad Dahlan Pemikiran dan Kepe-mimpinannya (Yogyakarta: MPKSDI PPM, 2005).

Assegaf, Abdurrahman. Politik Pendidikan Nasional: Pergeseran Kebijakan Pendidikan Agama Islam dari Praproklamasi ke Re-formasi, (Yogyakarta: Kurnia Kalam, 2005).

Asyari, Suaidi. “A Real Treath from Within: Muhammadiyah’s Identity Methamorphosis and the Dilemma of Democracy,” Journal of Indonesian Islam, Vol. 1, No. 1 (2017).

Auda, Jasser. Maqasid al-Syari’ah as Philosophy of Islamic Law: A Systems Approach, (London and Washington: The Internatio-nal Institute of Islamic Thought, 2008).

Azra, Azyumardi. Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Is-lam, (Jakarta: Paramadina, 1999).

Baidhawy, Zakiyuddin. “Lazismu and Remaking the Muhammadi-yah’s New Way of Philanthropy”, Al-Jāmi‘ah: Journal of Islam-ic Studies, Vol. 53, No. 2 (2015), 387-412.

Baidhawy, Zakiyuddin. “Lazismu and Remaking the Muhammadi-yah’s New Way of Philanthropy”, Al-Jāmi‘ah: Journal of Islam-ic Studies, Vol. 53, No. 2 (2015), 387-412.

Baidhawy, Zakiyuddin. “The Muhammadiyah’s Promotion of Mo-deration”, The American Journal of Islamic Social Sciences 32:3 July 2015.

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 181 01/08/2019 15.39.03

Page 33: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

182

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Baidhawy, Zakiyuddin. “The Role of Faith-Based Organization in Coping With Disaster Management and Mitigation: Muhammadiyah’s Experience”, Journal of Indonesian Islam, Volume 09, Number 02, December 2015.

Badarussyamsi. “Pemikiran Abdulkarim Soroush Tentang Perso-alan Otoritas Kebenaran Agama”. ISLAMICA: Jurnal Studi Ke-islaman 10, no. 1 (September 7, 2015): 56-81. Accessed July 28, 2019.

Beck, Herman L. “The Borderline between Muslim Fundamenta-lism and Muslim Modernism: An Indonesian Example” dalam Jan Willem van Henten dan Anton Houtepen (peny.), Religi-ous Identity and The Invention of Tradition (Assen: Royal van Gorcum, 2001), 280-291.

Biyanto, “Pluralisme Keagamaan Dalam Perspektif Kaum Muda Muhammadiyah: Studi Tinjauan Sosiologi Pengetahuan,” (Disertasi Doktor, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2008).

Boeah Congres 26 (Jogjakarta: Hoefdcomite Congres Moeham-madijah, t.t.), 32.

Bonney, Richard. Jihad from Qur’an to bin Laden (New York: Pal-grave Macmillan, 2004).

Burhani, Ahmad Najib Muhammadiyah and Javanese Culture: Ap-preciation and Tension, (Leiden, Unpublished Thesis, 2004).

Burhani, Ahmad Najib. “Islam Murni VS Islam Progresif di Mu-hammadiyah: Melihat Wajah Islam Reformis Indonesia”, da-lam Bruinessen, Martin van. Conservative Turn: Islam Indo-nesia dalam Ancaman Fundamentalisme, (Bandung: Mizan, 2014).

Burhani, Ahmad Najib. “Pluralism, Liberalism and Islamism: Religious Outlook of Muhammadiyah”, Studia Islamika, Vol. 25, No. 3, 2018, 457-458.

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 182 01/08/2019 15.39.03

Page 34: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

183

PENUTUP

Burhani, Ahmad Najib. ”The Muhammadiyah’s Attitude to Java-nese Culture in 1912-1930: Appreciation and Tension”, M.A. Thesis, (The Netherland: Universiteit Leiden, 2004).

Chamim, Asykuri Ibn., dkk., Purifikasi & Reproduksi Budaya di Pantai Utara Jawa: Muhammadiyah dan Seni Lokal, (Surakar-ta: PSB-PS UMS, 2003).

Cush, Denise. “Positive Pluralism to Awareness Mystery and Va-lue: a Case Study in Religious Education Curriculum Deve-lopment”, British Journal of Religious Education, 24 (1), 2001, 1-12.

Cush, Denise. “Should Religious Studies be Part of the Compulso-ry State School Curriculum?” British Journal of Religious Edu-cation, 29 (3), September 2007, 221-227.

Dahlan, Ahmad. “Tali Pengikat Hidup Manusia” Naskah pidato yang diterbitkan dalam Album Muhammadiyah tahun 1923. (Yogyakarta: Hoofdbestuur Muhammadiyah Bagian Taman Pustaka, 1923) dalam AR., Sukriyanto., dan Mulkhan, Abdul Munir., Perkembangan Pemikiran Muhammadiyah dari Masa ke Masa (Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985).

Eck, Diana L. A New Religious America: How “a Christian Country” Has Become the World’s Religiously Diverse Nation ( San Fran-sisco: HarperSan Fransisco, 2001).

Efendi, David. & Suswanta. “Politics of Education: Multicultura-lism Practice in Universitas Muhammadiyah Kupang, NTT”, ISEEDU Volume 1, Nomor 1, November 2017.

El Fadl, Khaled Abou. Atas Nama Tuhan: Dari Fikih Otoriter ke Fikih Otoritatif, (Jakarta, Serambi, 2004).

El Fadl, Khaled Abou. Speaking in God’s Name: Islamic Law, Authority, and Women, (Oxford, Oneworld Publications, 2001).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 183 01/08/2019 15.39.04

Page 35: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

184

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

El-Fadl, Khaled Abou. Selamatkan Islam dari Muslim Puritan, terj. Helmi Mustofa, (Jakarta: Serambi, 2006).

F., Hamsah. “Dasar Pemikiran Islam Berkemajuan Muhammadiyah 1912-1923” Tesis, (Makasar: UIN Alauddin, 2016).

Fachruddin, Fuad. Agama dan Pendidikan Demokrasi: Pengalam-an Muhammadiyah dan NU, (Jakarta: INSEP, 2006).

Fachrudin, “Statuten Reglemen dan Extac der Besluit dari Perhim-punan Muhammadiyah Yogyakarta” dalam Mukhan, Abdul Munir. Boeah Fikiran Kijahi H.A. Dachlan (Jakarta, Global Base Review & STIEAD Press, 2015).

Fakhruddin, HAR. ”Menjadikan Muhammadiyah Perserikatan yang Terbuka” dalam Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Muhammadiyah, Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogja-UMM Press, 1990).

Fatimah Husein, Muslim-Christian Relation in the New Order In-donesia: The Exclusivist and the Inclusivist Muslims Perspecti-ves (Bandung: Mizan, 2005).

Fazlur Rahman, Islam & Modernity: Transformation of an Intellec-tual Tradition (Chicago & London: The University of Chicago Press, 1987).

Forough Jahanbakhsh, Islam, Democracy, and Religious Moder-nism in Iran 1953-2000: from Bazargan to Soroush (Leiden: Brill, 2001).

Fuad, Ahmad Nur. “Kontinuitas dan Diskontinuitas Pemikiran Keagamaan Dalam Muhammadiyah (1923-2008): Tinjauan Sejarah Intelektual”, Disertasi, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2010).

Gellner, Ernest. “The Importance of Being Modular”, dalam John A. Hall (editor), Civil Society: Theory, History, Comparison, ( Cambridge, UK: Polity Press, 1995).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 184 01/08/2019 15.39.04

Page 36: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

185

PENUTUP

Gellner, Ernest. Muslim Society, (Cambridge: Cambridge Univer-sity Press, 1981).

Guessoum, Nidhal Islam’s Quantum Question: Reconciling Muslim Tradition and Modern Scince. (London: I.B Tauris and Co. Ltd, 2011).

Hadikusumo, Djarnawi. Matahari-Matahari Muhammadiyah, (Yogya karta: Percetakan Persatuan, t.th).

Hadjid, KRH. Pelajaran KHA Dahlan: 7 Falsafah Ajaran dan 17 Ke-lompok Ayat Al-Qur’an, (Yogyakarta: LPI-PPM, cetakan ke 3, 2008).

Hambali, Hamdan. Ideologi dan Strategi Muhammadiyah, (Yogya-karta: Suara Muhammadiyah, 2006).

Hamka. Ayahku: Riwayat Hidup DR. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera, (Jakarta: Umminda, 1982).

Harun, Lukman. Muhammadiyah dan Pancasila, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987).

Hassan, Riaz. Keragaman Iman: Studi Komparatif Masyarakat Muslim, terjemahan Jajang Jahroni, dkk (Jakarta: Raja Grafindo Persada-PPIM, 2006).

Hefner, Robert W., Mulyadi, Sukidi., dan Mulkhan, Abdul Munir. Api Pembaharuan Kiai Ahmad Dahlan, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2008).

Hick, John Problems of Religious Pluralism, (Houndmills, Basings-toke: The Macmillan Press, 1985).

Hidayat, Komaruddin. (Ed.), Kontroversi Khilafah: Islam, Negara, dan Pancasila, (Jakarta: Penerbit Mizan, 2014).

Hisyam, Ibn. Al-Sirah al-Nabawi (Libanon: Dan Ibn Hazm, cetakan pertama 2001).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 185 01/08/2019 15.39.04

Page 37: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

186

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Husaini, Adian. Solusi Damai Islam-Kristen di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Da’i, 2003).

Ilyas, Hamim., dan Azhar, Muhammad., (ed), Pengembangan Pemikiran Keislaman Muhammadiyah: Purifikasi dan Dinamisasi, (Yogyakarta: MTPPI-LPPI, 2000).

Imarah, Muhammad. “ Al-Ta’addudiyyah: Al-Ru’yah al Islamiyyah wa al-Taladdiyyah al-Gharbiyyah” dalam Majallah al-Jami’atu al Islamiyyah, London, Volume 2, tahun 1, (Shawwal-Dzulhij-jah 1414 H).

Immanuel, Jimmy Marcos dalam When the Outsiders Become Insiders: Roles of Muhammadyah in Shifting the Apeman through State Power and Society (https://www.academia.edu/3486524/When_the_Outsiders_Become_Insiders_Roles_of_Muhammadyah_in_Shifting_the_Apeman_through_Sta-te_Power_and_Society, akses 16 Sept 2018).

Iqbal, Muhammad Zafar. Kafilah Budaya: Pengaruh Persia Terha-dap Kebudayaan Indonesia, (Jakarta: Citra, 2006).

Jackson, Robert. Rethinking Religious Education and Plurality: Is-sues in Diversity and Pedagogy (London: Routledge Falmer, 2004).

Jainuri, Achmad Ideologi Kaum Reformis: Melacak Pandangan Muhammadiyah Masa Awal, (Surabaya: LPAM, 2002).

Jainuri, Achmad. “The Muhammadiyah Movement in The Twentieth Century Indonesia: A Socio-Religious Study”, Thesis, (Montreal: 1992).

Jainuri, Achmad. Ideologi Kaum Reformis: Melacak Pandangan Muhammadiyah Periode Awal, (Surabaya: LPAM, 2002).

Jinan, Mutohharun. “Gerakan Purifikasi Islam di Pedesaan: Studi tentang Majelis Tafsir Al-Qur’an Surakarta”, Disertasi (Yogya-karta: UIN Sunan Kalijaga, 2010).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 186 01/08/2019 15.39.05

Page 38: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

187

PENUTUP

Joesoef, Daoed. Dia dan Aku: Memoar Pencari Kebenaran, (Jakar-ta: Kompas, 2006).

John Hick, An Interpretation of Religion: Human Responses to the Transendent, (London: Macmillan, 1989).

Johnston, Hank., Larana, Enrique., Gusfield, Joseph R. (Eds), New Social Movement: From Ideology to Identity, (Philadelphia, USA: Temple University Press, 1994).

K.H. Suja’, Muhammadiyah dan Pendirinya, (Yogyakarta: Majelis Pustaka PP. Muhammadiyah, 1989).

Kaptein, Nico. The Muhimmat al-Nafais: a Bilingual Meccan Fat-wa Collection for Indonesian Muslims from the End of the Ni-neteenth Century, (Jakarta: INIS, 1997).

Keputusan Musyawarah Nasional XXV Tarjih Muhammadiyah di Jakarta Tahun 2000, (Yogyakarta: Sekretariat Majelis Tarjih dan Tajdid, 2012).

Khisbiyah, Yayah., dan Sabardila, Atiqa. (ed), Pendidikan Apresiasi Seni: Wacana dan Praktik untuk Toleransi Pluralisme Budaya, (Surakarta: PSB-PS UMS, 2004).

Khoirudin, Azaki. Teologi al-‘Ashr: Etos dan Ajaran KHA. Dahlan yang Terlupakan (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2015).

Kim, Hyung-Jun. “Praxis and Religious Authority in Islam: The Case of Ahmad Dahlan, Founder of Muhammadiyah”, Studia Islamika, Vol. 17, No. 1, 2010.

Kim, Hyung-Jun. “Reformist Muslims in Yogyakarta Village: The Islamic Transformation of Contemporery Socio-Religious Life”, Thesis (Cambera: ANU, 2007).

Kimball, Charles. Kala Agama Jadi Bencana, terjemah Nurhadi (Bandung: Mizan, 2003).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 187 01/08/2019 15.39.05

Page 39: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

188

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Kuntowijoyo, ‘Menghias Islam” dalam Mulkhan, Abdul Munir. Marhaenis Muhammadiyah: Ajaran dan Pemikiran K.H. Ah-mad Dahlan (Yogyakarta, Galang Pustaka, 2013),18.

Kuntowijoyo, “Konvergensi dan Politik Baru Islam” dalam Abdul Munir Mulkhan, Runtuhnya Mitos Politik Santri, (Yogyakarta: Sipress, cetakan ke 2, 1999).

Kuntowijoyo, “Muhammadiyah dalam Perspektif Sejarah”, dalam Rais, Amin., dkk. (ed), Pendidikan Muhammadiyah dan Peru-bahan Sosial (Yogyakarta: PLP2M, 1985).

Kuntowijoyo, ”Jalan Baru Muhammadiyah” dalam Mulkhan, Ab-dul Munir. Islam Murni Dalam Masyarakat Petani, (Yogyakar-ta: Yayasan Bentang Budaya, 2000).

Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid: Esei-esei Agama, Budaya dan Politik Dalam Bingkai Strukturalisme Transendental (Ban-dung: Mizan cetakan ke-2, 2001).

Latief, Hilman. “Philanthropy and “Muslim Citizenship” in Post--Suharto Indonesia”, Southeast Asian Studies, Vol. 5, No. 2, August 2016.

Listia, dkk., Problematika Pendidikan Agama di Sekolah: Hasil Penelitian Tentang Pendidikan Agama di Yogyakarta 2004-2006, (Yogyakarta: Interfidei, 2007).

Lukman Harun dalam Muhammadiyah dan Azas Pancasila, (Ja-karta: Pustaka Panjimas, 1989).

M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pende-katan Integratif-interkonektif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).

M. Sairozi, Politik Pendidikan Agama dalam Era Pluralisme: Telaah Historis atas Kebijaksanaan Pendidikan Agama Konvensional di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 188 01/08/2019 15.39.05

Page 40: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

189

PENUTUP

Mahupale, Jeny Elna. ”Pendidikan Agama Berwawasan Multikul-tural: Analisis Hubungan dan Pandangan Agama terhadap Pandangan Sikap Perilaku Pluralis”, Tesis, Universitas Gajah-mada, Yogyakarta, 2007.

Majelis Dikdasmen PP. Muhammadiyah, Hasil-hasil Rakernas Ma-jelis Dikdasmen, Jakarta 2006.

Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah: Ideologi, Khittah dan Langkah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2015).

Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP. Muham-madiyah, Tafsir Tematik Al-Qur’an Tentang Hubungan Sosial Antar Umat Beragama (Yogyakarta: Pustaka SM, 2000).

Majelis Tarjih Muhammadiyah, Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah, (Yogyakarta: PP. Muhammadiyah, cetakan ke 3, 1967).

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Fatwa nomor 7/MUNAS VII/MUI/II/2005.

Maksum. Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Lo-gos, 1999).

Marihandono, Djoko. K.H. Ahmad Dahlan Perintis Modernisasi di Indonesia (Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jendeal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudaya-an, 2015).

Marlow, Louise. Masyarakat Egaliter: Visi Islam, (Bandung: Mizan, 1999).

Meijer, Roel. “Introduction”, dalam Roel Meijer (Ed.), Global Sa-lafism: Islam’s New Religious Movement, (London: Hurst & Comopany, 2009).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 189 01/08/2019 15.39.05

Page 41: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

190

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Mu’tasim, Radjasa. Agama dan Pariwisata: Telaah Atas transfor-masi Keagamaan Komunitas Muhammadiyah Borobudur, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013).

Mu’ti, Abdul. “Akar Pluralisme dalam Pendidikan Muhammadi-yah”, Jurnal Afkaruna, Vol. 12 No. 1 Juni 2016.

Mu’ti, Abdul., dan Ul-Haq, Fajar Riza. Kristen Muhammadiyah: Konvergensi Kristen dan Muslim dalam Pendidikan (Jakarta: Al-Wasath Publishing House, 2009)

Mu’ti, Abdul., Mulkhan, Abdul Munir., Marihandono, Djoko. K.H. Ahmad Dahlan ( 1868 - 1923 ) (Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015).

Muhammadiyah: RUU Sisdiknas Sudah Sesuai, Hidayatullah.com. 07 Mei 2003.

Mulkhan, Abdul Munir. “Gerakan Pemurnian Islam di Pedesaan”, Disertasi (Yogyakarta: UGM, 1999).

Mulkhan, Abdul Munir. Boeah Fikiran Kijahi H.A. Dachlan (Jakar-ta, Global Base Review & STIEAD Press, 2015).

Mulkhan, Abdul Munir. Islam Murni Dalam Masyarakat Petani, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000).

Mulkhan, Abdul Munir. Kiai Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan So-sial dan Kemanusiaan (Jakarta: Kompas, 2010).

Mulkhan, Abdul Munir. Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Muhammadiyah, (Yogyakarta: Percetakan Persatu-an, 1990).

Mulkhan, Abdul Munir “Islamic Education and Da’wah Liberaliza-tion: Investigating Kiai Achmad Dachlan’s Ideas”, Al-Jami‘ah, Vol. 46, No. 2, 2008

Mulkhan, Abdul Munir Islam Murni dalam Masyarakat Petani, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2000).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 190 01/08/2019 15.39.06

Page 42: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

191

PENUTUP

Munawar-Rachman, Budhy. Karya Lengkap Nurcholish Madjid, (Jakarta Selatan: Nurcholish Madjid Society (NCMS), 2019), 603.

Nakamura, Mitsuo The Crescent Arises Over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in A Central Java Town, (Cornell University: Unpublished Thesis, 1976).

Nakamura, Mitsuo. The Crescent Arises over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1983).

Nashir, Haedar. ”Muhammadiyah dan Pembentukan Masyarakat Islam: Konsep dan Konteks Perumusan Tujuan”, Suara Mu-hammadiyah, nomor 14, tahun ke 93, 16-31 Juli 2008, 14-15.

Nashir, Haedar. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan, (Yogyakar-ta; Suara Muhammadiyah, 2010).

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, cetakan ke 13, 2003).

Noer, Kautsar Azhari. “Pluralisme dan Pendidikan Agama di In-donesia: Menggugat Ketidakberdayaan Sistem Pendidikan Agama,” dalam Th. Sumartana, dkk., Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Interfidei, 2001).

Osman, Mohamed Fathi. Islam, Pluralisme & Toleransi Keagama-an: Pandangan Al-Qur’an, Kemanusiaan, Sejarah dan Pera-daban, terjemah Irfan Abu Bakar (Jakarta: PSIK Universitas Paramadina, 2006).

Pasha, Musthafa Kamal dan Darban, Adaby. Muhammadiyah Se-bagai Gerakan Islam Dalam Perspektif Historis dan Ideologis, (Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, cetakan III, 2003).

Peacock, James L. Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajar-an Islam di Indonesia, (terj.) Yusron Asrofi, (Jakarta: Kreatif, 1980).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 191 01/08/2019 15.39.06

Page 43: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

192

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Peacock, James L. Purifiying of the Faith: The Muhammadiyah Movement in Indonesia Islam, (Menlo Park, California: The Benjamin Publishing Company, 1978).

Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah (PHIM) ditetapkan dalam Muktamar Muhammadiyah ke 44, di Jakarta, 2000.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Berita Resmi Muhammadiyah: Edisi Khusus Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 45 di Malang, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, Rajab 1426 H/September 2005).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Himpunan Putusan Tarjih, cet. ke-3 (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, t.t.).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Berita Resmi Muhammadiyah, edisi khusus, No. 1/2005 (Rajab 1426 H / September 2005 M).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dakwah Kultural Muhammadi-yah, (Yogyakarta: PP. Muhammadiyah, 2004).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Isu-isu Strategis Keumatan, Ke-bangsaan, dan Kemanusiaan (2015)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2001).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Tanfidz Muktamar Seabad Mu-hammadiyah (2010).

PP Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadi-yah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003).

PP Muhammadiyah, Tanfidz Muktamar Seabad (Yogyakarta: PPM, 2010).

Pramudya, Wahyu. “Pluralitas Agama: Tantangan ‘Baru’ Bagi Pendidikan Keagamaan di Indonesia”, Veritas, 6/2 (Oktober 2005).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 192 01/08/2019 15.39.06

Page 44: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

193

PENUTUP

Prasetyo, Hendro., Munhanif, Ali. dkk., Islam & Civil Society: Pandangan Muslim Indonesia, (Jakarta: Gramedia-PPIM IAIN Jakarta, 2002).

Prodjokusumo, HS. Pendidikan Muhammadiyah, Pendidikan Nasional Berciri Islam dan Generasi Baru Siap Maju (Jakarta: A.B.M., 1989).

Rae, Simon Hugh. “Beyond Toleration: Managing Religion in Ci-vil Society”. Makalah disampaikan dalam Public Lecture di Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Jakarta, 31 Juli 2008.

Rahardja, M. Dawam. Intelektual Intelegensia dan Prilaku Poli-tik Bangsa: Risalah Cendekiawan Muslim (Bandung: Mizan, 1993).

Rahman, Fazlur. Islam (Chicago: The University of Chicago Press, 1979), 210-220.

Rahman, Fazlur. Islam (Chicago: University of Chicago Press, 1979), 193-196; 205-206.

Ramadhan, Tariq. Western Muslim and The Future of Islam (Oxford: OUP, 2004).

Rais, Amien. Tauhid Sosial: Formula Menggempur Kesenjangan Sosial, (Bandung: Mizan, 1998).

Ramadan, Tariq. Western Muslim and the Future of Islam, (Oxford, University Press, 2004).

Ruswan, Studi Komparasi Sikap Toleransi Beragama Mahasiswa Akademi Kebidanan dan Universitas Wahid Hasyim, (Semarang: Puslit IAIN Walisongo, 2003).

Saeed, Abdullah. Interpreting the Qur’an: Towards a Contempo-rarary Approach, (London and New York: Routledge, 2006).

Saeed, Abdullah. Islamic Thought: An Introduction, (London and New York, Routledge, 2006).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 193 01/08/2019 15.39.06

Page 45: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

194

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Saerozi, M. Politik Pendidikan Agama Dalam Era Pluralisme: Tela-ah Historis atas Kebijaksanaan Pendidikan Agama Konfesio-nal di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004).

Salam, Yunus. Riwayat Hidup K.H.A. Dahlan: Amal dan Perdjoang-annja, (Jakarta: Depot Pengadjaran Muhammadijah, cetakan ke 2, 1968).

Saleh, Fauzan. Modern Trends in Islamic Theological Discourse in Twentieth Century Indonesia (Leiden: Brill, 2001).

Sayuti, Muhammad. “Muhammadiyah Perekat Kebinekaan dan Tole-ransi” dalam https://www.republika.co.id/ (26 Juli 2019).

Shihab, Alwi Membendung Arus: Respons Gerakan Muhamma-diyah Terhadap Misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, cetakan I, 1998).

Shihab, Alwi. Membendung Arus: Respons Gerakan Muhammadi-yah terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung: Mizan, cetakah 1, 1998).

Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, (Jakarta: Teraju, 2003).

Soedja’, Islam Berkemajuan; KRH Hadjid, Pelajaran KHA Dahlan, 7 Falsafah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat Al-Qur’an (ed. Budi Setiawan dan Arief Budiman Ch. (Yogyakarta: LPI PP Muham-madiyah, 2005).

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, edisi ke 4, 1990).

Soroush, Abdolkarim. Reason, Freedom, and Democracy in Islam Essential Writings of ‘Abdolkarim Soroush (Oxford: Oxford University Press, 2000).

Statuten dan Hushoudelijk Moehammadijah Pengoroes Besar Mo-ehammadijah, cetakan ke 3, 1924.

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 194 01/08/2019 15.39.07

Page 46: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

195

PENUTUP

Steenbrink, Karel A. Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, cetakan ke 2, 1994).

Suharto, Toto. “Gagasan Pendidikan Muhammadiyah dan NU sebagai Potret Pendidikan Islam Moderat di Indonesia”, ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman Volume 9, Nomor 1, September 2014

Suja’, K.H. Muhammadiyah dan Pendirinya, (Yogyakarta: Majelis Pustaka PP. Muhammadiyah, 1989).

Suminto, Aqib. Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, ce-takan 3, 1996).

Surat Keputusan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah tentang Tanfidz Kepuutusan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) se-Indonesia

Suryadinata, Leo., Arifin, Evi Nurvidya., dan Ananta, Aris. Pendu-duk Indonesia: Etnis dan Agama Dalam Era Perubahan Politik, (Jakarta: LP3ES, 2003).

Suyatno dkk (ed.) Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah di Tengah Persaingan Nasional dan Global (Jakarta: Uhamka Press, 2010).

Tanfidz Muktamar Se-Abad Muhammadiyah (Yogyakarta: PPM, 2010).

Tholkhah, Imam. “Pendidikan Toleransi Keagamaan: Studi Kasus SMA Muhammadiyah Kupang Nusa Tenggara Timur”, EDU-KASI Volume 11, Nomor 2, Mei-Agustus 2013.

Tholkhah, Imam. “Pendidikan Toleransi Keagamaan: Studi Kasus SMA Muhammadiyah Kupang Nusa Tenggara Timur”, EDU-KASI Volume 11, Nomor 2, Mei-Agustus 2013.

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 195 01/08/2019 15.39.07

Page 47: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

196

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Tobroni and Purwojuwono, Ribut. “Islamic and Indonesianic Cha-racters Perspective of Higher Education of Muhammadiyah”, Journal of Education and Practice Vol.7, No.18, 2016.

Widhayat, Wahyu., dan Jatiningsih, Oksiana. “Sikap Toleransi An-tar Umat Beragama Pada Siswa SMA Muhammadiyah 4 Po-rong”, Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 06 No-mor 02 Jilid III Tahun 2018.

Wirjosukarto, Amir Hamzah (peny.), Kiyahi Haji Mas Mansur: Pemikiran Tentang Islam dan Muhammadiyah, (Yogyakarta: YP2LPM-Hanindita, 1986).

Wirjosukarto, Amir Hamzah. Pendidikan dan Pengadjaran Mu-hammadijah Dalam Masa Pembaharuan Semesta (Jogjakar-ta: Pembaharuan dan Pengadjaran Islam, 1962).

Wiryosukarto, Amir Hamzah (peny.), Kiyai Haji Mas Mansur: Kumpulan Karangan Tersebar, (Yogyakarta: Percetakan Persatuan, cetakan ke 3, 1992).

Yusul al-Qardhawi, Al-Shawatu al-Islamiyyatu baina al-Ikhtilafu al-Masyru’u wa al-Tafarruqu al-Mazmum (Kairo, Mesir: Dar al-Shahwah li Al-Nasri wa a-Tauzi, 1990).

Z.T.F, Pradana Boy. “In Defence of Pure Islam: Conservative-Pro-gressive Debate Within Muhammadiyah,” M.A. Thesis, (Can-berra: Australian National University, 2007).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 196 01/08/2019 15.39.07

Page 48: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

197

Profil Penulis

ABDUL MU’TI adalah dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta (2014-Sekarang). Sebelumnya Mu’ti menga-jar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Se-marang (1993-2014).

Jenjang pendidikan dimulai dari Mad-rasah Ibtidaiyah Manafiul Ulum (Kudus, 1980), Madrasah Tsana-wiyah Negeri (Kudus, 1983), Madrasah Aliyah Negeri Purwodadi Filial di Kudus (Kudus, 1986), Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo (Semarang, 1991), Pembibitan Calon Dosen IAIN (Jakarta, 2002-2003), School of Education, Flinders University of South Australia (Adelaide, 1997), Short Course on Governance and Shariah the University of Birmingham (Birmingham, UK, 2005), dan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah (Jakarta, 2008).

Tulisan dan karya Mu’ti dipresentasikan dalam berbagai forum ilmiah di dalam dan di luar negeri serta media massa nasional antara lain Kompas, Republika, Sindo, Suara Merdeka, Media Indonesia, The Jakarta Post, dan sebagainya.

Di antara buku yang ditulis adalah Kristen Muhammadiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen Dalam Pendidikan (al-Wasath

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 197 01/08/2019 15.39.08

Page 49: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

198

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Publishing House, 2009), Inkulturasi Islam (al-Wasath Publishing House, 2009).

Selain itu, Mu’ti juga menjadi editor dan kontributor buku Islam in Indonesia: A to Z Basic Reference (CDCC, 2010), Bijak Ber-tindak: Mengambil Keputusan Berdasar Etika Agama, (al-Wasath Publishing House, 2016), Taawun Untuk Negeri: Transformasi al--Maun Dalam Konteks Keindonesiaan, (Majelis Pustaka dan Infor-masi PP. Muhammadiyah dan Muhammadiyah University Press: Februari, 2019), Beragama yang Mencerahkan, (Universitas Mu-hammadiyah Malang, Majelis Pustaka dan Informasi PP. Muham-madiyah: Mei, 2019), Beragama dan Pendidikan yang Mencerah-kan, (Uhamka Press: 2019).

Selain posisinya sebagai sekretaris umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2015-2020), Mu’ti juga aktif bergelut dalam dunia pendidikan dan dialog antariman. Sekarang ini, Mu’ti men-jabat ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) periode 2019-2023, setelah sebelumnya menjabat ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) periode 2011-2017 dan anggota BAN-S/M periode 2006-2011.

Di level internasional, Mu’ti adalah anggota British Council Advisory Board 2006-2008, Indonesia-United Kingdom Advisory Board (2007-2009), Executice Committee of Asian Conference of Religion for Peace (2010-2015), dan Indonesia-United Council of Religion and Pluralism (2016-Sekarang). Penerima penghargaan Australian Alumni Award (2008), Mu’ti aktif dalam berbagai fo-rum dialog dan kerja sama antar iman di dalam dan di luar negeri.

Mu’ti dapat dihubungi via email: [email protected]

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 198 01/08/2019 15.39.08

Page 50: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

199

PENUTUP

AZAKI KHOIRUDIN Lahir di Lamongan, 25 November 1989. Sejak kecil memperoleh pendidikan di Muhammadiyah: TK Aisyiyah Busthanul Atfal Kebalankulon (1997), MI Mu-hammadiyah 08 Sekaran (2002), SMP Mu-hammadiyah 19 Lamongan (2005), SMA Mu-hammadiyah 1 Gresik (2008) dan Universitas

Muhammadiyah Surakarta Prodi Pendidikan Agama Islam seka-ligus nyantri di Pondok Hajjah Nuriyah Shabran Program Pendi-dikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2013). Setelah me-namatkan S1 ia menjadi guru Al-Islam dan Kemuhammadiyahan di SMP Muhammadiyah 12 GKB, kemudian melanjutkan S2 di UIN Sunan Kalijaga jurusan Pemikiran Pendidikan Islam PPI. Saat ini ia sedang menempuh program doktor Studi Islam konsetrasi Kependidikan Islam (KI) di kampus yang sama.

Ia memiliki minat studi bidang filsafat Islam, Islam di Indone-sia, dan pendidikan Agama serta Muhammadiyah Studies. Dalam waktu enam tahun terahir, ia berhasil menelurkan karya publikasi berupa buku antara lain: Nun-Tafsir Gerakan al- Qalam (2012, 2013, 2014); Fajar Baru (2012), Pendidikan Akhlak Tasawuf (2013); Mewujudkan Impian Masyarakat Berkemajuan: Sejarah Muham-madiyah Gresik Kota Baru (2013); Pelajar Bergerak: Menuju Indo-nesia Berkemajuan (dkk., 2014); Mercusuar Peradaban: Manifesto Gerakan Pelajar Berkemajuan (2015); Teologi Al-‘Ashr: Etos dan Ajaran K.H.A. Dahlan yang Terlupakan (2015); Islam Berkemajuan untuk Peradaban Dunia (dkk., 2015); Demi Pena: Sejarah dan Di-namika IPM (1961-2016); Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan: Catatan Kritis Muktamar Teladan ke-47 Makassar (dkk., 2016); Eti-ka Muhammadiyah dan Spirit Peradaban (2018).

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 199 01/08/2019 15.39.09

Page 51: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

200

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

Selain menulis dan menjadi editor konten beberapa buku, ia juga sempat menulis beberapa artikel yang telah diterbitkan di berbagai jurnal ilmiah seperti: Afkaruna (Universitas Muhamma-diyah Yogyakarta); Journal of Al-Tamaddun (University of Malaya); Iseedu (Universitas Muhammadiyah Surakarta); Jurnal At-Ta’dib (UNIDA Gontor); Jurnal of Muhammadiyah Studies (Universitas Muhammadiyah Malang); dan Jurnal Tajdida (Universitas Mu-hammadiyah Surakarta).

Selain menjadi Pimpinan Redaksi di IBTimes.ID: Kanal Indo-nesia berkemajuan, ia adalah Editor-in-Chief Iseedu: Journal of Islamic Educational Thoughts and Practices yang berafiliasi de-ngan Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta dan sebagai Direktur Program Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSBPS). Pengalaman organisasi banyak ia da-pat sejak di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), terahir menjadi Sekretaris Jenderal (2014-2016) di Pimpinan Pusat. Kini menjadi anggota Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadi-yah (2015-2020). Ia dapat dihubungi melalui email: [email protected].

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 200 01/08/2019 15.39.09

Page 52: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

201

Indeks

12 langkah perjuangan, 55

Aabangan, 11, 23, 156, 165, 174, 177Abdurrahman Assegaf, 20Achmad Jainuri, 22, 23, 96, 128, 129,

132, 159, 160Adaby Darban, 18, 58, 91Ahmad Ibn Zaini Dahlan, 125Ahmadiyah, 14, 135, 136Ahmad Najib Burhani, 22, 47, 70, 71, 78,

125, 180Ahmad Siddiq, 58Alfian, 23, 24, 47, 70, 132, 134, 135, 136,

180, 201Alwi Shihab, 22, 23, 52, 61, 64, 136, 162amar makruf nahi munkar, 7, 53, 164Amien Rais, 116Amir Hamzah, 23, 24, 45, 55, 116, 124,

126, 133, 196Amir Hamzah Wirjosukarto, 23, 24, 55,

116, 124, 126, 133antikolonialisme, 135apologetic, 101Asar, 33asbab al-nuzul, 104aurat, 133Author, 105, 106

BBadarussyamsi, 182Badrus Sholeh, 21Baghdad, 127Bali, 16, 38, 53, 150Bandung, 10, 23, 33, 38, 49, 51, 57, 61,

72, 78, 85, 92, 101, 113, 116, 136, 163, 172, 173, 179, 180, 182, 184, 187, 188, 189, 193, 194

battle ground, 161Beck, Herman L, 182, 201Beck, Herman L., 62, 63Belanda, 12, 20, 23, 48, 50, 57, 73, 95,

130, 132, 133, 135, 145, 147, 159, 160, 195

Biyanto, 24, 25, 182Buddha, 38, 39Budi Utomo, 46, 47, 132, 135, 156, 201Bustanul Athfal, 157

CCandi Borobudur, 39centrality on God, 116Civil Society, 34, 57, 58, 75, 184, 193Coca Cola, 33confessional, 12, 13, 14, 15, 165, 168Creative imagination, 109Cush, Denise, 8, 12, 34

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 201 01/08/2019 15.39.09

Page 53: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

202

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

DDakwah Wasathiyah, 5, 43Dawam Rahadjo, 68Dewan Bishop Indonesia, 162dhu’afa, 144diniyyah, 49Din Syamsuddin, 38, 56, 162, 188Durkheim, Emile, 88

Eegalitarianisme, 46, 83, 84, 176Egalitarianisme, 5, 82el-Fadl, Khaled Abou, 62, 63Eropa, 18ethico legal, 102

FFachroeddin, 73fastabiqu al khairât, 134, 136Fauzan Saleh, 63fellowship, 108feodalisme, 42, 55, 84fitrah majbulah, 86, 88FPI, 53Fuad Fachruddin, 21

GGarut, 161GBHN, 161Gellner, Ernest, 58, 62gender, 54, 110, 150, 202gerakan Salafi, 93, 94ghulf, 81Golden Rule, 38Guessoum, Nidhal, 108, 109, 185, 202

HHamim Ilyas, 53, 59, 72, 179Hamka, 160, 185hard pluralism, 24hard-pluralism, 19

hati suci, 64, 67, 73, 76, 146, 147, 150, 151, 153

Hefner, Robert W., 185Hick, John, 29, 30, 185, 187, 202Hindia Belanda, 20, 50, 159, 195Hindu, 38, 39, 85hizbiyyah, 86, 88hoax, 82Hodgson, Marshall, 87HTI, 53Hyung-Jun Kim, 62, 70

Iiblis, 57Ibn Taimiyah, 79Ibnu Hadjar, 16ijtihad, 8, 15, 23, 76, 94, 100, 109, 110,

111, 122, 124, 125, 126, 127, 128, 174, 176

ijtihad jamâi’, 127ijtihad Muhammadiyah, 125ijtimaiyyah, 49indigenous bourgoisie, 22intoleransi, 17Islamic Studies, 64, 97, 109, 124, 149,

150, 179, 180, 181, 188Islam Reformis, 6, 78, 93, 182istikbār, 81

JJackson, Robert, 34Jakarta, 4, 8, 12, 15, 21, 24, 28, 34, 38,

39, 45, 46, 47, 48, 56, 61, 63, 68, 75, 78, 88, 95, 98, 105, 125, 127, 140, 142, 143, 145, 151, 156, 157, 159, 160, 161, 167, 181, 183, 184, 185, 186, 187, 188, 189, 190, 191, 192, 193, 194, 195, 197

Jatiningsih, 171, 172, 196Jawa, 22, 37, 39, 40, 47, 49, 51, 84, 125,

144, 145, 147, 149, 157, 180, 181, 183, 194

Jawaisme, 67, 68, 141, 142

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 202 01/08/2019 15.39.13

Page 54: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

203

INDEKS

Jeny Elna, 16, 189jihad, 10jimat, 68John Hick, 29, 30, 187

Kkafir, 27, 44, 57, 133kapitalisme, 42Katolik, 11, 14, 18, 21, 22, 25, 118, 145,

161, 162, 163, 165, 167Kautsar Azhari Noer, 9kecerdasan makrifat, 154kepanduan, 134, 141Kepribadian Muhammadiyah, 40, 53, 58,

74, 114, 175Kimball, Charles, 10Kiyai Kafir, 132Kiyai Kristen, 132konfesional, 20Kristen, 6, 11, 14, 15, 18, 21, 22, 23, 25,

38, 45, 52, 61, 118, 119, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 145, 159, 160, 161, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 172, 173, 177, 181, 186, 190, 194, 197, 202

Kuntowijoyo, 7, 10, 11, 32, 33, 46, 49, 51, 54, 67, 68, 113, 141, 142, 164, 188

Kupang, 17, 167, 168, 169, 170, 171, 183, 195

Kweek School, 156, 157, 165

LLazismu, 64, 148, 149, 181Lembaga Penanggulangan Bencana

(LPB), 149liberal, 19, 44, 77, 111Listia, 14, 16, 17, 188Lukman Harun, 38, 56, 162, 188

MMadrasah Ibtidayah Muhammadiyah

(MIM), 174Magelang, 48, 145, 156Majapahit, 84Majelis Dikdasmen, 19, 156, 189Majelis Dikdasmen PP. Muhammadiyah,

156, 189Majelis Tarjih dan Pengembangan Pe-

mikiran Islam, 25, 28, 121, 129, 149, 189

Majelis Tarjih Muhammadiyah, 93, 125, 189

Majelis Ulama Indonesia (MUI), 30, 189MUI, 30, 189

makrifat, 152, 153, 154Maksum, 160, 189Malang, 18, 40, 41, 54, 77, 95, 110, 145,

150, 180, 184, 192, 198, 200M. Amin Abdullah, 72, 88, 97, 100, 104,

109, 110, 179, 188MaQ (Ma’rifat Quotient), 154Marmud (Marhaenis-Muhammadiyah),

56Mas Mansur, 45, 55, 76, 77, 93, 116, 124,

126, 131, 133, 196Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup

Muhammadiyah (MKCH), 74, 175

MKCH, 74, 175mazhabiyyah, 86Meijer, Roel., 189Mekah, 124Minangkabau, 38, 124, 160mistifikasi agama, 67MKCH, 56, 74, 94, 113, 175modernisme, 67, 94, 141Mohammad Ali, 155M. Saerozi, 12, 20MT. Arifin, 23, 24, 48, 133, 144, 156, 157,

158, 181, 203Muhammad Darwisy, 124Muhammadiyah Disaster Management

Center (MDMC), 149MDMC, 149

Muktamar Muhammadiyah ke-47, 44

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 203 01/08/2019 15.39.14

Page 55: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

204

ABDUL MU'TI & AZAKI KHOIRUDIN

multikultural, 7, 37, 122, 168, 177Munu (Muhammadiyah-NU), 56

Munu, 56Muqaddimah Anggaran Dasar Muham-

madiyah, 41Musthafa Kemal Pasha, 58mutual ignorence, 29

NNahdlatul Ulama (NU), 21

NU, 21Nakamura, Mitsuo, 21, 22, 37, 47Nasrani Najran, 33, 34Nawawi al-Bantani, 124Nawawi Muhtaram Banyumas, 124neosufisme, 65nonfalsifiable, 105non-Muslim, 10, 27, 49, 57, 58, 85, 110,

114, 115, 165, 166, 167, 169, 170, 171, 177

Nurcholish Madjid, 78, 79, 86, 191Cak Nur, 78, 79, 86, 191

Nusantara, 54, 84, 124, 150, 174Nusa Tenggara Timur (NTT), 166

NTT, 166

OOrde Baru, 12Ordonansi Guru, 24, 159, 160, 203OSVIA, 48, 156, 160

PPancasila, 13, 38, 39, 56, 87, 88, 95, 185,

188panti asuhan, 50, 134Pasha, Musthafa Kemal, 58Peacock, James L, 21Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO),

134Perguruan Tinggi Muhammadiyah

(PTM), 166PTM, 166

Pluralisme Negatif, 8

pluralisme positif, 7, 8, 33, 35, 113, 114, 131, 169, 174, 176

Pluralisme Positif, 5, 6, 7, 26, 113, 164poligami, 101Porong, 171, 172, 196Portugis, 12, 20, 145Pradana Boy ZTF, 78Prambanan, 39purifikasi, 44, 59, 61, 62, 64, 67, 68, 69,

75, 76, 78, 93, 141Purifikasi Jiwa, 5, 64Puritanisme, 5, 62, 76Purwojuwono, 169, 196

Qqalbiyah, 55Qardhawi, Yusuf, 27qaul al-jadîd, 127qaul al-qadîm, 127qunut, 125, 127

RRae, Simon Hugh, 193Rahman, Fazlur, 193rajih, 111, 126Ramadan, Tariq, 193Rasyid Ridha, 69religiously devout, 22religious plurality, 85Romo Widjojo, 162rumah jompo, 134Ruswan, 16, 193

SSaeed, Abdullah, 100, 105, 109, 110,

193, 204Salafi Reformis, 6, 91, 94, 95Sarah Huwaidah, 173Sarekat Islam, 130Sayyid Bakri, 124, 125Secular Studies, 150Semarang, 16, 17, 38, 144, 145, 181,

193, 197

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 204 01/08/2019 15.39.15

Page 56: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

205

INDEKS

Sema’un, 130shadaqah, 148sinkretik, 18, 39, 55sinkretis, 141sinkretisme, 21, 39Sistem Pendidikan Nasional, 13, 95, 162,

163SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, 17SMA Muhammadiyah, 17, 169, 170, 171,

172, 195, 196, 199SMA PIRI I Yogyakarta, 17Soedarsono, 130Soekarno, 12, 57Soetomo, 147soft pluralism, 24Soroush, Abdolkarim, 194Soroush, Abdul Karim, 106Sosialis Kiri, 130spiritualisasi, 64, 73, 76sufisme, 65, 76Suja’, 50, 124, 187, 195Sumatera Barat, 174Surakarta, 8, 38, 40, 49, 69, 74, 144, 158,

174, 180, 181, 183, 186, 187, 199, 200

syaddu al-dzarî’ah, 127Syiah, 120, 121

Ttabligh, 45, 46, 67, 141, 142, 157, 204Tafsir Tematik Al-Qur’an, 25, 28, 122,

149, 189tahayul, 68, 141takfiri, 44taklid, 42, 55, 92talfiq, 126tarbiyah, 7, 45, 46, 127tasawwuf, 63, 103Tauhid Sosial, 57, 116, 148, 193tawasuth, 44, 120, 155teologi al-‘Ashr, 145, 148teologi al-Ma’un, 145teologi positif, 42, 142teologi sosial, 42, 72, 74Th. Sumartana, 9, 191

Timur Tengah, 22, 45, 64, 120toleransi, 16, 17, 21, 22, 28, 32, 34, 35,

44, 59, 113, 116, 120, 121, 122, 130, 131, 132, 137, 155, 168, 170, 171, 172, 173

tradisionalisme, 67, 141, 142tsarwah, 27tuyul, 68

Uukhrawi, 94, 107unity of God, 116unity of guidance, 116

Vvernakularisasi, 73

WWahbah al-Zuhaili, 27Wahid Hasyim, 16, 193wahyu, 93, 99, 107, 108, 111, 153, 176Wahyu Pramudya, 10Welas Asih, 6, 144Widhayat, 171, 172, 196wong cilik, 11, 177, 204

YYayah Khisbiyah, 16, 174

ZZakat, 148Zakiyuddin Baidhawy, 64, 148, 149, 150

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 205 01/08/2019 15.39.15

Page 57: PLURALISME positifrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46910... · 2019-12-22 · kan satu masalah”.3 Dalam konteks Islam, jika dipahami secara literal skripturalistik

PLURALISME POSITIF (15X23) isi set3.indd 206 01/08/2019 15.39.15