Plastisitas otak

5
Plastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradabtasi terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan sistem saraf. Kapasitas dari system saraf pusat untuk beradaptasi dan memodifikasi organisasi struktural dan fungsional terhadap kebutuhan, yang bisa berlangsung terus sesuai kebutuhan dan stimulasi. Mekanisme ini merupakan mekanisme kompleks yang melibatkan perubahan kimia dan kelistrikan saraf, struktur neuron dan reorganisasi otak. Plastisitas tidak hanya terjadi pada kerusakan otak seperti stroke, cedera kepala, tetapi juga terjadi pada degenerasi otak yang lain, misal Alzheimer dan Dementia. (Edwards.S, 2002).

Transcript of Plastisitas otak

Page 1: Plastisitas otak

Plastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan

reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas

merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradabtasi

terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf

(neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron

saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan

kematangan sistem saraf. Kapasitas dari system saraf pusat untuk beradaptasi dan

memodifikasi organisasi struktural dan fungsional terhadap kebutuhan, yang bisa

berlangsung terus sesuai kebutuhan dan stimulasi. Mekanisme ini merupakan

mekanisme kompleks yang melibatkan perubahan kimia dan kelistrikan  saraf,

struktur neuron dan reorganisasi otak. Plastisitas tidak hanya terjadi pada

kerusakan otak seperti stroke, cedera  kepala, tetapi juga terjadi pada degenerasi

otak yang lain, misal Alzheimer dan Dementia. (Edwards.S, 2002).

Untuk memberikan gambaran tentang plastisitas, maka peneliti memberikan

ilustrasi dengan membandingkan antara sifat plastisitas dan elastisitas.

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;

Sumber : (School of Physiotherapy, 2001)

Page 2: Plastisitas otak

Suatu benda dengan bentuk awal segi empat jika diberi intervensi atau

dimanipulasi untuk membentuk segi tiga, maka pada saat proses dilakukan benda

berbentuk segi tiga akan tetapi pada akhirnya benda tersebut akan kembali pada

bentuk awalnya, hal ini disebut sebagai kemampuan elestisitas. Jika bentuk awal

suatu benda berbentuk segi empat kemudian diberikan intervensi untuk

membentuk segi tiga, maka pada saat proses dilakukan benda akan membentuk

segi tiga dan juga menjadi bentuk akhir dari benda tersebut, hal ini disebut sebagai

kemampuan plastisitas.

Dengan demikian jelas bahwa sifat elastisitas berbeda dengan sifat

plastisitas. Sifat elastik artinya kemampuan suatu benda untuk dapat kembali pada

bentuk asalnya, sedangkan sifat plastisitas menunjukkan kemampuan benda untuk

berubah kedalam bentuk yang lain.

A. Penggolongan Plastisitas Otak

1. Plastisitas dari struktur Anatomi

a. Regenerasi (regeneration)

b. Penyebaran kolateral (collateral sprouting)

2. Penyesuaian fisiologis

    a. Diaschisis (neural shock) atau pemulihan spontan

    b. Peningkatan sensitivitas hubungan saraf (Denervation supersensitivity)

     c.  Pengefektifan sinapsis laten (Silent synapsis recruitment)

3. Cross modal plasticity meliputi:

        a.Aktivasi bilateral dari sistem motorik

      b. Penggunaan jalur ipsilateral

       c. Perekrutan area motorik tambahan

Page 3: Plastisitas otak

B. Perbaikan yang terus berlangsung dalam beberapa bulan bahkan beberapa

tahun (plastisitas otak)

1. Pengefektifan sinapsis laten (Silent synapsis recruitment):Pembukaan jalur

yang sebelumnya telah ada tetapi secara fungsional terdepresi melalui

belajar dapat dipanggil ketika sistem yang biasa telah gagal.

2. Peningkatan sensitivitas hubungan saraf (Denervation supersensitivity):

pasca sinapsis menjadi sangat sensitif sehingga impuls saraf minimal

mampu diterima, perubahan dalam konduksi dendrit termasuk peningkatan

pengeluaran transmitter & disinhibisi terminal eksitatoris.

3. Axonal regeneration yaitu terjadi regenerasi pada serabut saraf dimulai dari

proksimal menuju ke distal.

C. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan:

a. Ukuran lesi

b. Umur

c. Jenis kelamin

d. Tipe/perjalanan kerusakan

e. Kematangan dari area yang rusak

f. Fungsi dari area tersisa

g. Pemakaian/latihan motorik/ (dari therapeutic intervention)

h. Lingkungan

i. Intervensi obat-obatan (pharmacotherapy)

Page 4: Plastisitas otak

DAFTAR PUSTAKA

Carr JH., Shepherd RB, 1998., Neurological Rehabilitation: Optimizing Motor Performance, Butterworth-Heinemann, Oxford.

Edwards, S., 2002, Neurological Physiotherapy: A Problem Solving Approach, Churchill Livingstone, Edinburgh

School of Physiotherapy, 2001, Physiotherapy Studies 1: Neurological Physiotherapy, School of Physiotherapy The University of Melbourne.