Plan

5
Plan 1. Pemberian Alopurinol Alopurinol merupakan inhibitor xantin oksidase yang dapat mempengaruhi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Alopurinol diberikan tidak langsung saat mengalami serangan akut, yaitu saat setelah nyeri yang dialami pasien menghilang untuk menurunkan kadar asam urat pasien. Alopurinol bukan merupakan pengobatan untuk gout akut tetapi apabila terjadi serangan ketika telah memakai alopurinol, penggunaan diteruskan dan diatasi serangan secara khusus. Alopurinol juga dapat menurunkan konsentrasi intraseluler Phosphorobisil Pirophosphate (PRPP). Hampir 90% obat ini diabsorbsi di saluran cerna. Hambatan xantin oksidase efektif dipertahankan lebih dari 24 jam dengan dosis harian tunggal. Umumnya alopurinol diberikan satu kali sehari dengan dosis oral harian sebesar 300 mg. Akan tetapi kadang-kadang dapat diberikan dosis lebih tinggi sebesar 600-800 mg/hari (Sukandar, dkk., 2008). Penggunaan alopurinol sebagai langkah profilaksis setelah serangan akut berhasil diatasi dapat dilakukan sebagai langkah preventif terjadinya pengulangan serangan akut. Perlu diperhatikan saat pertama kali pemberian adakah timbul efek samping obat seperti ruam. Jika terjadi ruam segera hentikan penggunaan atau jika diketahui ruam yang terjadi bersifat ringan gunakan

description

master plan

Transcript of Plan

Page 1: Plan

Plan1. Pemberian Alopurinol

Alopurinol merupakan inhibitor xantin oksidase yang dapat mempengaruhi

perubahan hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat.

Alopurinol diberikan tidak langsung saat mengalami serangan akut, yaitu saat

setelah nyeri yang dialami pasien menghilang untuk menurunkan kadar asam urat

pasien. Alopurinol bukan merupakan pengobatan untuk gout akut tetapi apabila

terjadi serangan ketika telah memakai alopurinol, penggunaan diteruskan dan

diatasi serangan secara khusus. Alopurinol juga dapat menurunkan konsentrasi

intraseluler Phosphorobisil Pirophosphate (PRPP). Hampir 90% obat ini

diabsorbsi di saluran cerna. Hambatan xantin oksidase efektif dipertahankan lebih

dari 24 jam dengan dosis harian tunggal. Umumnya alopurinol diberikan satu kali

sehari dengan dosis oral harian sebesar 300 mg. Akan tetapi kadang-kadang dapat

diberikan dosis lebih tinggi sebesar 600-800 mg/hari (Sukandar, dkk., 2008).

Penggunaan alopurinol sebagai langkah profilaksis setelah serangan akut

berhasil diatasi dapat dilakukan sebagai langkah preventif terjadinya pengulangan

serangan akut. Perlu diperhatikan saat pertama kali pemberian adakah timbul efek

samping obat seperti ruam. Jika terjadi ruam segera hentikan penggunaan atau jika

diketahui ruam yang terjadi bersifat ringan gunakan kembali dengan hati-hati

namun hentikan segera ketika muncul kembali reaksi kulit berupa pengelupasan

kulit. Terapi profilaksis dapat dilakukan hingga 6 bulan. Untuk pasien tanpa tophi,

terapi profilkasis dapat dihentikan pada bulan ke 3 setelah target asam urat darah

tercapai. Untuk pasien dengan tophi, terapi profilaksis dapat dihentikan setelah 6

bulan setelah target asam urat darah telah tercapai. Pemberian dosis pertama

diusahakan tidak melebihi 100 mg/hari dan pasien dengan penyakit ginjal kronis

stadium 4 atau lebih harus diberikan dosis awal 50 mg/hari. Dosis selanjutnya

dititrasi/disesuaikan setiap 2 - 5 minggu untuk mencapai target yang diinginkan

dan dapat ditingkatkan hingga lebih dari 300 mg/hari asalkan pasien diedukasi

dan dimonitor efek samping yang mungkin timbul (Kelsey et al, 2007; Khana et

al, 2012; Sukandar, dkk, 2008)

Page 2: Plan

2. Konsultasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Salah satu penatalaksanaan penyakit gout adalah dengan mengatur jumlah

kalori yang masuk ke dalam tubuh dan jenis makanan yang boleh dimakan. Hal-

hal tersebut dapat dilakukan dengan cara:

a. Membatasi mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi menjadi

100-150 mg purin per hari (asupan normalnya mengandung 600-1000 mg purin

per hari).

b. Jumlah kalori yang berasal dari makanan harus sesuai dengan kebutuhan tubuh

berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan aktivitas fisik. Bagi pasien obesitas atau

kegemukan, masuknya kalori harus dikurangi secara bertahap guna

menghindari pembakaran lemak tubuh secara berlebihan.

c. Kurangi konsumsi karbohidrat sederhana seperti buah-buahan, gula pasir, gula

aren, madu dan hasil olahan seperti sirup, permen, gulali, manisan buah, selai,

dodol, onde, kelepon yang mengandung gula merah hingga 5-10%, sebaliknya

konsumsi yang mengandung karbohidrat kompleks seperti nasi, kentang, roti,

mi, ubi jalar dsb dikonsumsi 55-75% dari asupan kalori.

d. Membatasi konsumsi protein hingga 15% dari total kalori.

e. Menghindari konsumsi makanan yang mengandung kadar purin yang tinggi.

Contoh makanan yang memiliki kadar purin tinggi yaitu jeroan seperti hati,

ginjal, limpa, babat, usus, otak, paru dan jantung, daging berwarna merah, ikan

sarden, salmon, angsa, kerang, dan udang kecil. Sayuran yang mengandung

purin tinggi perlu dibatasi juga seperti bayam, buncis, kembang kol, brokoli,

daun dan buah melinjo, labu siam, daun singkong, jamur dan asparagus.

f. Pasien dianjurkan mengonsumsi protein yang kandungan purinnya rendah.

Contoh makanan yang memiliki kadar purin rendah adalah susu, telur, keju,

hasil olahan kacang-kacangan seperti tahu, oncom dan tempe.

g. Konsumsi lemak jenuh dan tak jenuh hanya dibatasi 15% dari total kalori.

Pasien perlu membatasi konsumsi lemak seperti santan, daging berlemak,

margarin, mentega atau pengolahan makanan dengan menggunakan minyak

dan lemak. Konsumsi lemak setiap hari dari makanan dibatasi hanya sebanyak

Page 3: Plan

15% dari total kalori. Pembatasan ini perlu dilakukan karena lemak dapat

menghambat pembuangan asam urat melalui ginjal.

h. Banyak minum untuk mencukupi kebutuhan cairan, kira-kira 2,5 liter air putih

atau sekitar 10-12 gelas per hari. Anjuran ini diberikan karena cairan dapat

meningkatkan pembuangan asam urat melalui urin.

i. Menghindari alkohol. Alkohol tidak mengandung purin. Alkohol akan

dimetabolisme menjadi asam laktat yang akan menghambat pembuangan asam

urat melalui ginjal. Oleh karena itu, penderita harus menghindari makanan

yang banyak mengandung alkohol seperti tape, brem, tuak dan minuman

beralkohol.

(Misnadiarly, 2007)

.