PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI …repository.usd.ac.id/31032/2/141314019_full.pdf · SMA...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI …repository.usd.ac.id/31032/2/141314019_full.pdf · SMA...
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN LITERASI
DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA
DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
CATHARINA GINONG PRATIDHINA
141314019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN LITERASI
DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA
DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
CATHARINA GINONG PRATIDHINA
141314019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ucapan syukur kepada Tuhan Yesus, skripsi ini saya
persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku, Bapak Alm. JMV. Purwo Nugroho dan Ibu Agatha
Dalminah dan juga kedua kakakku Robertus Dhirotsaha dan Carolina
Dwiyatcitha, kakak iparku Venatius Didik Setiawan, serta Omku Suwondo
yang selalu mendoakan, memberi dukungan serta semangat dan motivasi.
2. Dosen pembimbing Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd. dan Bapak Hendra
Kurniawan, M.Pd. yang selalu membimbing, memberi semangat, dan
memotivasi penulis.
3. Keluarga besar Kost Uno terkhusus ibu kost drg. Pratiwi Setyowati, Sp. Ort.
yang selalu memberi semangat dan dukungan.
4. Sahabatku tersayang Ropita Dewi Sartika yang selalu memberi semangat dan
mendampingi dalam proses mengerjakan skripsi.
5. Semua yang mendukung dalam proses pembuatan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Lebih baik diselamatkan oleh kritikan dan celaan daripada hancur karena pujian”
(Penulis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN LITERASIDALAM MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA
DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA
Catharina Ginong Pratidhina141314019
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) perencanaanpembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia, (2) pelaksanaanpembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia, dan (3) hasilpembelajaran literasi dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studikasus. Subjek penelitian ini adalah guru sejarah dan peserta didik kelas X MIPA 4SMA Negeri 11 Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalahobservasi, kuesioner, wawancara, serta dokumen dan dokumentasi. Teknikanalisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri daripengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perencanaan pembelajaranliterasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia dilakukan guru melaluipenyusunan RPP dengan baik, (2) pelaksanaan pembelajaran literasi telahdilakukan guru dengan baik sesuai dengan RPP, (3) hasil pembelajaran literasidalam aspek kognitif menunjukkan bahwa peserta didik yang mencapai nilaiKKM 75 sebanyak 26 orang dengan nilai rata-rata 85,92 atau 96,30%. Dalamaspek afektif, pembelajaran literasi berhasil menarik minat peserta didik denganmencapai kategori tinggi (92,60%). Dalam aspek psikomotorik melalui penugasanstory telling nilai rata-rata kelompok mencapai 88,75.
Kata kunci: literasi, pembelajaran, Sejarah Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF LITERACY LEARNINGON HISTORY OF INDONESIA COURSE
AT SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA
Catharina Ginong Pratidhina141314019
This research aims to describe (1) the planning of literacy learning on theHistory of Indonesia course, (2) the implementation of literacy learning on theHistory of Indonesia course, and (3) the results of literacy learning on the Historyof Indonesia course.
This research uses qualitative approach with case study method. Thesubjects of this research are history teacher and students of X MIPA 4 class ofSMA Negeri 11 Yogyakarta. The data gathering techniques are observation,questionnaire, interview, document and documentation. The data analysistechnique uses Miles and Huberman’s interactive model which consists of datagathering, reduction, presentation, and conclusion drawing.
Based on the analysis, the results shows: (1) the planning of literacylearning on the History of Indonesia course is conducted by the teacher throughthe lesson plan, (2) the implementation of literacy learning on the History ofIndonesia course has been conducted based on the lesson plan by the teacher, (3)the result of literacy learning on cognitive aspect shows that the students can reachthe minimum learning mastery standard value 75 are as many as 26 students, themean of the students’ score reach 85.92 or 96.30%. On the affective aspect, theimplementation of literacy learning is successful as to gain students’ interest in ahigh category (92.60 %). On the psychometric aspect, by giving story-tellingassigmnment, the mean of groups’ score is 88.75.
Keywords: Literacy, Learning, History of Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Impementasi Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah
Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta” dalam rangka memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universutas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang senantiasa memberi
perhatian, arahan, semangat, kesabaran, dan motivasi kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang
senantiasa memberi perhatian, arahan, semangat, kesabaran, dan motivasi
kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. A.K. Wiharyanto, M.M., selaku Dosen Pembimbing Akademik
(DPA) yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberi ilmu
serta pengalaman kepada penulis selama menempuh studi.
7. Pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang selalu sabar dalam
membantu kebutuhan administrasi penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Hlm
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………….. Ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………… Iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………… Iv
HALAMAN MOTTO ………………………………………………… V
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………… Vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………. Vii
ABSTRAK …………………………………………………………….. Viii
ABSTRACT …………………………………………………………… Ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………… X
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. Xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………….. Xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. Xv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….. Xvi
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 7
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 7
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………. 10
A. Kajian Teori ……………………………………………………. 10
1. Gerakan Literasi Sekolah …………………………………... 10
2. Pembelajaran Sejarah ………………………………………. 29
3. Konstruktivisme ……………………………………………. 36
4. Kurikulum 2013 ……………………………………………. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
B. Penelitian yang Relevan………………………………………… 44
C. Kerangka Berpikir………………………………………………. 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………… 49
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….. 49
B. Pendekatan Penelitian ………………………………………….. 49
C. Sumber Data …………………………………………………… 51
D. Metode Pengumpulan Data …………………………………….. 52
E. Instrumen Pengumpulan Data ………………………………….. 55
F. Teknik Sampling ……………………………………………….. 57
G. Validitas Data ………………………………………………….. 58
H. Analisis Data …………………………………………………… 61
I. Sistematika Penulisan ………………………………………….. 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………. 65
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………. 65
B. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………… 70
C. Pembahasan ……………………………………………………. 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………. 124
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 124
B. Saran ……………………………………………………………. 126
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 128
LAMPIRAN …………………………………………………………... 132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Hlm
Tabel 1. Pihak Pelaksanaan Literasi …………………………………… 16
Tabel 2. Warga Sekolah yang Literat ………………………………….. 23
Tabel 3. Tahap 1 GLS (Tahap Pembiasaan)……………………………. 25
Tabel 4. Tahap 2 GLS (Tahap Pengembangan)………………………… 26
Tabel 5. Tahap 3 GLS (Tahap Pembelajaran)………………………….. 27
Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ……………………….………. 49
Tabel 7. Kisi-kisi Wawancara Peserta Didik …………………………... 56
Tabel 8. Data Nilai Kognitif Implementasi Pembelajaran
Literasi…….............................................................................................. 93
Tabel 9. Data Minat Belajar Peserta Didik terhadap Implementasi
Pembelajaran Literasi …………………………………………………... 95
Tabel 10. Kriteria Penilaian Keterampilan Peserta Didik ……………… 96
Tabel 11. Data Nilai Aspek Psikomotorik……………………………… 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Hlm
Gambar I. Kerangka Pikir………...…………………………………….. 48
Gambar II. Model Interaktif Miles dan Huberman …………………….. 62
Gambar III. Diagram Hasil Minat Belajar Peserta Didik terhadap
Implementasi Pembelajaran Literasi ……...……………………………. 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hlm
Lampiran 1. Instrumen Observasi ………...……………………………. 133
Lampiran 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Peserta Didik …………… 135
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara Peserta Didik ……...…….. 136
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru……………………… 137
Lampiran 5. Daftar Narasumber………………………………………... 138
Lampiran 6. Catatan Lapangan 1……………………………………….. 139
Lampiran 7. Catatan Lapangan 2……………………………………….. 141
Lampiran 8. Catatan Lapangan 3……………………………………….. 144
Lampiran 9. Catatan Lapangan 4………………………………………. 146
Lampiran 10. Catatan Lapangan 5……………………………………… 148
Lampiran 11. Catatan Lapangan 6……………………………………… 150
Lampiran 12. Catatan Lapangan 7……………………………………… 152
Lampiran 13. Catatan Lapangan 8……………………………………… 154
Lampiran 14. Catatan Lapangan 9……………………………………… 156
Lampiran 15. Catatan Lapangan 10…………………………………….. 158
Lampiran 16. Silabus Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X……... 160
Lampiran 17. Dokumen RPP…………………………………………… 167
Lampiran 18. Kisi-Kisi Soal Kognitif…………………………………... 193
Lampiran 19. Soal Kognitif…………………………………………….. 196
Lampiran 20. Data Nilai Kognitif Peserta Didik……………………….. 201
Lampiran 21. Kisi-kisi Kuesioner Minat……………………………….. 202
Lampiran 22. Instrumen Kuesioner Minat……………………………… 203
Lampiran 23. Data Hasil Minat Belajar Peserta Didik…………………. 206
Lampiran 24. Instrumen Penilaian Keterampilan………………………. 208
Lampiran 25. Data Nilai Aspek Psikomotorik………………………….. 209
Lampiran 26. Hasil Produk Literasi…………………………………….. 210
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 27. Dokumentasi Penelitian…………………………………. 214
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat.1
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada BAB I pasal I, mendefinisikan bahwa: Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.2
Pendidikan bukan hanya sebuah upaya menyalurkan pengetahuan
melainkan sebuah upaya yang dilakukan supaya anak-anak berkembang sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Pendidikan berdasarkan kurikulum terbaru
diharapkan menghasilkan generasi muda bangsa yang bukan hanya unggul dan
berkarakter dalam tataran dalam negeri melainkan mampu memainkan peran
pentingnya dalam konteks internasional.3 Pendidikan di Indonesia diharapkan
1 Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2015, hlm. 2.2 http://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional/. Diakses pada tanggal 21 Februari 2018, pada pukul 14.00.3 Yunus Abidin, Pembelajaran Multiliterasi, Bandung: PT Refika Aditama, 2015, hlm. 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu, dan berdaya saing dalam kehidupan
global.
Di Indonesia, banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
memperbaiki sistem pendidikan, hal tersebut dilakukan untuk mengurangi
permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia. Salah satu pokok
permasalahan pendidikan di Indonesia yaitu minat baca peserta didik yang rendah.
Padahal, budaya membaca merupakan salah satu ciri peradaban modern.
Rendahnya minat baca pada peserta didik ini juga terjadi di kota Yogyakarta.
Padahal, Yogyakarta merupakan salah satu dari banyak kota yang memiliki
kualitas pendidikan yang baik di Indonesia, sehingga Yogyakarta dikenal sebagai
kota pelajar.4 Sayangnya, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2016, DIY hanya menempati peringkat ke-empat dalam minat
bacanya, padahal pada tahun 2014 Yogyakarta memiliki indeks baca tertinggi di
Indonesia.5 Melihat hal itu, dapat disimpulkan bahwa minat baca peserta didik di
Yogyakarta mengalami penurunan.
Rendahnya minat baca peserta didik secara umum dilatarbelakangi oleh
perkembangan zaman modern yang menjadikan peserta didik lebih tertarik pada
kegiatan yang berbau teknologi, misalnya bermain game, menonton TV, dan
sosial media. Kegiatan tersebut menyebabkan kurangnya minat dan motivasi
budaya membaca pada diri peserta didik. Selain itu, rendahnya minat baca juga
dipengaruhi oleh lingkungan dimana peserta didik berada yang kurang
4 https://jogja.antaranews.com/berita/342002/minat-baca-pelajar-diy-cukup-tinggi. Diakses padatanggal 24 Februari 2018, pada pukul 20.00.5 http://jogja.tribunnews.com/2014/12/21/minat-baca-warga-diy-masih-rendah. Diakses padatanggal 24 Februari 2018, pada pukul 20.30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mendukung terjadinya aktivitas membaca. Minat baca yang rendah ini akan
berpengaruh pada rendahnya pengetahuan dan wawasan peserta didik untuk
menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Permasalahan ini menuntut masing-masing lembaga sekolah di
Yogyakarta untuk menciptakan strategi khusus dalam meningkatkan minat baca
peserta didik. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah dengan menjalankan
peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti. Pelaksanaan Pembudayaan Budi Pekerti (PBP)
didasarkan pada nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan yang meliputi
pembiasaan, salah satunya yaitu menumbuhkan penghargaan terhadap keunikan
potensi peserta didik untuk dikembangkan, yaitu mendorong peserta didik gemar
membaca dan mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi bakatnya untuk
memperluas cakrawala kehidupan untuk mengembangkan dirinya sendiri.
Pembudayaan Budi Pekerti (PBP) adalah kegiatan pembiasaan sikap prilaku
positif di sekolah yang dimulai berjenjang dari mulai SD, SMP, dan SMA/SMK.6
Dalam pelaksanaan Pembudayaan Budi Pekerti (PBP) dilakukan melalui
beberapa kegiatan. Kegiatan gerakan penumbuhan budi pekerti di sekolah
dilakukan melalui berbagai pembiasaan-pembiasaan, salah satu pembiasaan yang
digemakan oleh pemerintah yaitu dengan adanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) sebagai upaya membiasakan dan memotivasi peserta didik untuk
6 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015tentang Penumbuhan Budi Pekerti, hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti dan mengatasi
rendahnya minat baca pada peserta didik. Melihat tingkat minat baca yang masih
tergolong rendah, Gerakan Literasi Sekolah merupakan sesuatu yang sangat
diharapkan dan wajib diterapkan oleh lembaga-lembaga sekolah di Indonesia
khususnya di kota Yogyakarta yang memiliki julukan sebagai kota pelajar.
Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara
menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang
warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Upaya yang ditempuh
untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca oleh peserta didik.
Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran
sebelum waktu belajar dimulai. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti berupa
kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan
peserta didik. Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan
ke tahap pengembangan, dan pembelajaran yang dilakukan untuk mendukung
pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku
nonteks pelajaran.7 Melalui pembiasaan yang dilakukan di sekolah maka akan
muncul budaya membaca pada peserta didik. Dengan membaca peserta didik
mampu menambah pengetahuan diberbagai mata pelajaran dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Dalam proses pembelajaran, tidak semata-mata dipandang sebagai
kegiatan menyalurkan pengetahuan melainkan melibatkan peserta didik untuk
terlibat langsung dalam proses pengembangan pengetahuan. Pembelajaran yang
7 Dirjen Dikdasmen, Panduan Gerakan Literasi Sekolah: di Sekolah Menengah Atas, Jakarta:Kemendikbud, 2016, hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
demikian diharapkan peserta didik akan mampu menyadari pentingnya belajar,
mengetahui cara belajar, dan beroleh beragam pengetahuan dan keterampilan
sebagai hasil kegiatan belajar.8 Begitu juga dalam pembelajaran sejarah, dapat kita
ketahui bahwa pada zaman yang sudah modern ini pembelajaran sejarah masih
sangat kering padahal kaya akan sumber. Pelajaran sejarah terkesan
membosankan karena proses belajarnya hanya menggunakan buku paket saja, dan
dalam proses pembelajarannya identik dengan membaca buku paket tersebut.
Pembelajaran sejarah yang kering dan terkesan membosankan, menuntut
guru sejarah untuk menyempurnakan pembelajaran dengan mencari inspirasi
kegiatan pembelajaran yang lebih menarik dari sebelumnya, salah satunya guru
dapat memanfaatkan pelaksanaan kegiatan Gerakan Literasi Sekolah dengan
menerapkan pembelajaran literasi dalam melaksanakan proses pembelajaran
sejarah. Pembelajaran literasi dalam proses pembelajaran sejarah ini sesuai
dengan tahap ketiga pada pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah yaitu tahap
pelaksanaan pembelajaran. Dalam tahap pembelajaran, banyak kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan, salah satunya peserta didik dapat menggunakan lingkungan
fisik, sosial dan afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual,
auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya
pengetahuan dalam mata pelajaran.9 Dengan demikian diharapkan proses
pembelajaran sejarah tidak lagi terkesan membosankan,dan dapat juga
meningkatkan minat baca pada peserta didik, serta peserta didik juga beroleh
beragam pengetahuan serta keterampilan sebagai hasil kegiatan belajar.
8 Yunus Abidin 2015, op.cit., hlm 13.9 Dirjen Dikdasmen, op.cit., hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Gerakan Literasi Sekolah mulai diterapkan beberapa sekolah di
Yogyakarta, salah satu sekolah yang menerapkan yaitu SMA Negeri 11
Yogyakarta. SMA Negeri 11 Yogyakarta merupakan salah satu SMA negeri
terbaik di Yogyakarta, banyak prestasi-prestasi yang dicapai, baik dalam bidang
akademik maupun non akademik. SMA Negeri 11 Yogyakarta selalu mengikuti
perkembangan peraturan pendidikan, salah satunya Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan
Budi Pekerti yang menjadikan GLS sebagai salah satu kegiatannya.
SMA Negeri 11 Yogyakarta sudah terlebih dahulu melakukan kegiatan
literasi sebelum pemerintah mencanangkan GLS. Kegiatan yang sering dilakukan
yaitu literasi agama yang dilakukan setiap hari Jumat dengan aktivitas membaca
kitab suci sesuai dengan kepercayaan masing-masing dan literasi pada saat proses
pembelajaran di kelas dengan membaca buku pelajaran sebelum pelajaran
dimulai. Dalam menerapkan Gerakan Literasi Sekolah, SMA Negeri 11
Yogyakarta sudah menerapkan tahap pembiasaan tahap pengembangan dan
pembelajaran. Pada tahap pembiasaan kegiatan yang dilakukan merupakan 15
menit membaca buku non pelajaran, pada tahap pengembangan kegiatan yang
dilakukan oleh warga sekolah yaitu mengadakan lomba literasi, seperti menulis
puisi dan cerita, selanjutnya pada tahap pembelajaran guru mulai menerapkannya
dalam proses pembelajaran di kelas, contohnya guru mengarahkan peserta didik
untuk belajar di perpustakaan dan membaca buku yang berkaitan dengan materi
pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Peneliti memilih SMA Negeri 11 Yogyakarta sebagai tempat penelitian
berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas. Peneliti ingin
mengetahui implementasi Gerakan Literasi Sekolah pada tahap ketiga yaitu tahap
pelaksanaan pembelajaran khususnya dalam proses pembelajaran sejarah. Untuk
itu, Peneliti mengambil judul Implementasi Pembelajaran Literasi dalam Mata
Pelajaran Sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah
Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta ?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah
Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta ?
3. Bagaimana hasil pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia
di SMA Negeri 11 Yogyakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk
mendeskripsikan tentang:
1. Perencanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di
SMA Negeri 11 Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Pelaksanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di
SMA Negeri 11 Yogyakarta.
3. Hasil pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di SMA
Negeri 11 Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi universitas, sekolah,
penulis, guru, dan peserta didik dengan uraian sebagai berikut :
1. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk bahan kajian
penulis.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau rekomendasi bagi
warga sekolah dalam meningkatkan budaya literasi pada peserta didik.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang
ilmu pendidikan, dan praktek pembelajaran khususnya dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis literasi.
4. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan bagi
guru khususnya guru mata pelajaran sejarah untuk memanfaatkan pembelajaran
yang dapat menarik perhatian peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
5. Bagi Peserta Didik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peserta didik sebagai
bahan evaluasi diri agar dapat menjadi pribadi yang literat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
a. Pengertian Literasi
Istilah literasi dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa
Inggris literacy yang secara etimologi berasal dari bahasa Latin literatu, yang
berarti orang yang belajar. Dalam bahasa Latin juga terdapat istilah littera (huruf)
yaitu sistem tulisan dengan kesepakatan yang menyertainya. Pengertian literasi
menurut UNESCO adalah seperangkat keterampilan nyata, khususnya
keterampilan kognitif membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks di mana
keterampilan itu diperoleh dari siapa serta cara memperolehnya. Sedangkan
pengertian literasi secara umum adalah kemampuan individu mengolah dan
memahami informasi saat membaca dan menulis. 10
Kata literasi telah memiliki berbagai makna baru pada abad ke-21. Secara
tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Orang
yang dapat dikatakan literat dalam pandangan ini adalah orang yang mampu
membaca dan menulis atau bebas buata huruf. Literasi telah bergeser dari
pengertian yang sempit menuju pengertian yang lebih luas mencakup berbagai
bidang penting lainnya. Perubahan ini disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor
10 https://www.literasipublik.com/pengertian-literasi. Diakses pada tanggal 26 Februari 2018, padapukul 14.45.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
perluasan makna akibat semakin luas penggunaannya, perkembangan teknologi
informasi dan teknologi, maupun analogi.11
Pembelajaran literasi lebih dikenal sebagai pembelajaran dalam bidang
bahasa Indonesia padahal pemanfaatan literasi tidak melulu berkaitan dengan
mata pelajaran kebahasaan, namun dapat diterapkan untuk seluruh mata
pelajaran.12 Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca
dan menulis. Namun dalam perkembangannya literasi tidak hanya diartikan
sebagai kemampuan membaca dan menulis tetapi lebih berkembang lagi menjadi
kemampuan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara .13
1) Keterampilan Membaca
Dalam konsep literasi, membaca merupakan sebuah usaha untuk
memahami, menggunakan, merefleksi, dan melibarkan diri dalam berbagai jenis
teks untuk mencapai tujuan.14 Membaca berfungsi sebagai salah satu jalan yang
meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan. Keterampilan membaca berujung
pada kemampuan memahami informasi secara analitis, kritis dan reflektif.15
Aktivitas membaca diawali dengan membaca teks, memaknai teks, mendiskusikan
teks, dan membangun pemahaman atas isi teks. Setelah aktivitas-aktivitas tersebut
dilaksanakan, kemudian dilanjutkan pada menyimpulkan, mengevaluasi, dan
mengonfirmasi hasil bacaan.16
11 Yunus Abidin 2015 , op.cit., hlm. 51.12 Hendra Kurniawan, “Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah”, Historia Vitae, Vol32, No. 1, Universitas Sanata Dharma, hlm.1.13 Yunus Abidin dkk. Pembelajaran Literasi : Strategi Meningkatkan Kemampuan LiterasiMatematika, Sains, Membaca, dan Menulis, Jakarta: Bumi Aksara, 2017, hlm. 1.14 Ibid., hlm. 165.15 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 5.16 Ibid.,hlm. 10-11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2) Keterampilan Menyimak
Menyimak tidak sekedar kegiatan mendengarkan tetapi juga
memahaminya untuk memperoleh berbagai informasi. Menyimak berfungsi
sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Keterampilan
menyimak dapat menjadi cara untuk memahami secara lebih mendalam berbagai
bentuk sumber literasi digital yang berkembang. Keterampilan membaca dan
menyimak sifatnya saling menopang dan melengkapi untuk mengonstruksi
pemahaman literasi lebih optimal.17
3) Keterampilan Menulis
Menulis merupakan kemampuan untuk menghasilkan gagasan kreatif atas
pengetahuan yang sudah dimiliki.18 Menulis untuk membangun makna berarti
bahwa kegiatan menulis yang dilakukan tidak hanya sekedar berfungsi sebagai
sarana menyalurkan ide orang lain melainkan sarana untuk menyalurkan ide
peserta didik sendiri sehingga pemahamannya atas suatu hal akan semakin
meningkat. Melalui kegiatan menulis, peserta didik akan mampu
mengkomunikasikan ide-ide tersebut pada orang lain sehingga akan terbina pula
kemampuannya dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain
tersebut.
4) Keterampilan Berbicara
Berbicara diartikan sebagai kemampuan memproduksi ide secara lisan
dengan isi yang berbobot dan cara penyampaiannya yang tepat. Kemampuan ini
sangat berguna untuk berbagai kepentingan baik dalam hal menyampaikan ide,
17 Ibid., hlm. 12.18 Yunus Abidin, 2015, op.cit., hlm. 63.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mempengaruhi dan meyakinkan orang lain. Keterampilan berbicara secara
akuntabel merupakan ciri kepemilikan pengetahuan yang mendalam, kemampuan
berpikir yang kritis dan kreatif, dan sekaligus ciri kemampuan berkomunikasi
secara matang dan dewasa untuk berbagai tujuan.19
Dalam pembelajaran literasi, empat kemampuan ini dilakukan seefisien
mungkin untuk meningkatkan kemampuan berfikir meliputi kemampuan
mengkritisi, menganalisis, dan mengevaluasi informasi dari berbagai sumber
dalam berbagai ragam disiplin ilmu dan kemampuan mengkomunikasikan
informasi tersebut.
Pembelajaran literasi bertujuan untuk memperkenalkan anak-anak tentang
dasar-dasar membaca, menulis, memelihara kesadaran bahasa, dan motivasi untuk
belajar. Pembelajaran literasi pada jenjang sekolah menengah bertujuan untuk
membawa peserta didik agar semakin memiliki motivasi untuk menumbuhkan
minat berliterasi dalam dirinya guna meningkatkan minat baca dan menjadi
pembelajar sepanjang hayat. Adapun tujuan pembelajaran literasi pada abad ke 21
yaitu20:
1) Membentuk peserta didik menjadi pembaca, penulis, dan komunikator yangstrategis.
2) Meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan berpikirpada peserta didik
3) Meningkatkan dan memperdalam motivasi belajar peserta didik.4) Mengembangkan kemandirian peserta didik sebagai seorang pembelajar yang
kreatif, inovatif, produktif, dan sekaligus berkarakter.
Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana
peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang
19 Ibid., hlm. 63.20 Ibid., hlm. 54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan peserta
didik, baik dirumah maupun dilingkungan sekitarnya.21 Sejalan dengan
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi guru di sekolah harus
berpikir bahwa literasi merupakan sebuah konsep yang berkembang dan dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran di kelas.22 Pembelajaran literasi ini
diharapkan mampu mendukung proses dan pencapaian hasil pembelajaran secara
optimal bukan malah mempersulit proses pembelajaran.23
b. Komponen Literasi Sekolah
Literasi lebih dari sekedar membaca dan menulis, namun mencakup
keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk
cetak, visual, digital, dan auditori. Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai
literasi informasi.
Clay menjabarkan bahwa komponen literasi informasi terdiri atas literasi
dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan
literasi visual. Dalam konteks Indonesia, literasi ini diperlukan sebagai dasar
pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan
sebagai berikut24:
1) Literasi Dini
Literasi dini diartikan sebagai kemampuan untuk menyimak, memahami
bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah.
21 Dirjen Dikdasmen, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Jakarta: Kemendikbud, 2016, hlm.2.22 Yunus Abidin dkk, 2017, op.cit., hlm. 3.23 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 6.24 Dirjen Dikdasmen, op.cit., hlm. 8-9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2) Literasi Dasar
Literasi dasar diartikan sebagai kemampuan untuk mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, dan menghitung serta berkaitan juga dengan dengan
kemampuan analisis untuk memperhitungkan, mempersepsikan informasi,
mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi berdasarkan pemahaman dan
pengambilan kesimpulan pribadi.
3) Literasi perpustakaan
Memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, ,
memahami penggunaan katalog, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami
informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau
mengatasi masalah.
4) Literasi Media
Literasi media diartikan sebagai Kemampuan untuk mengetahui berbagai
bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio,
media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya.
5) Literasi Teknologi
Kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti
perangkat keras, perangkat lunak, serta etika dalam memanfaatkan teknologi.
Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak,
mempresentasikan, dan mengakses internet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
6) Literasi Visual
Literasi visual merupakan pemahaman tingkat lanjut antara literasi media
dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar
dengan memanfaatkan materi visual dan audio visual secara kritis dan
bermartabat.
Pihak yang berperan aktif dalam pelaksanaan komponen literasi
dipaparkan pada tabel berikut25:
Tabel 1. Pihak Pelaksanaan Komponen Literasi
No Komponen Literasi Pihak yang Berperan Aktif
1 Literasi Usia Dini Orangtua dan keluarga, guru/PAUD, pamongatau pengasuh
2 Literasi Dasar Pendidikan Formal
3 Literasi Perpustakaan Pendidikan Formal
4 Literasi Teknologi Pendidikan Formal dan Keluarga
5 Literasi Media Pendidikan Formal, keluarga, dan lingkungansosial
6 Literasi Visual Pendidikan Formal, keluarga, dan lingkungansosial
Literasi yang menyeluruh dan saling terkait ini memampukan seseorang
untuk berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan
perannya sebagai warga Negara global. Dalam Komponen literasi tersebut terdiri
dari enam kemampuan yang berbeda. Selain itu, diperlukan juga pendekatan
belajar-mengajar yang mengembangkan komponen-komponen literasi ini.
Kesempatan peserta didik tertuang dalam komponen literasi yang dapat
menentukan kesiapan peserta didik berinteraksi dengan literasi visual. Hal
25 Ibid., hlm. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tersebut membuktikan bahwa literasi tidak hanya didefinisikan sebagai aktivitas
membaca dan menulis saja.
c. Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat
sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Berdasarkan buku panduan yang dibuat
oleh Kemendikbud terkait kebijakan ini, GLS memiliki26:
1) Landasan Filosofi
Sumpah Pemuda butir ketiga (3) menyatakan, “menjunjung bahasa
persatuan bahasa Indonesia” yang memiliki makna pengakuan terhadap
keberadaan ratusan bahasa daerah yang memiliki hak hidup dan peluang
penggunaan bahasa asing sesuai dengan keperluannya.
a) Butir ini menegaskan pentingnya pembelajaran berbahasa dalam pendidikannasional.
b) Konvensi PBB tentang Hak Anak pada tahun 1989 tentang pentingnyapenggunaan bahasa ibu. Indonesia yang memiliki beragam suku bangsa,khususnya mikrokultur-mikrokultur tertentu tertentu perlu difasilitasi denganbahasa ibu saat mereka memasuki pendidikan dasar kelas rendah (kelas I, II,III).
c) Konvensi PBB di Praha tahun 2003 tentang kecakapan literasi dasar dankecakapan perpustakaan yang efektif merupakan kunci bagi masyarakat literatdalam menghadapi derasnya arus informasi teknologi.
2) Landasan Hukum
Landasan hukum Gerakan Literasi Sekolah adalah sebagai berikut:
a) Undang-Undang Dasar 1945, pasal 31, ayat 3: “Pemerintah mengusahakan danmenyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkankeimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
26 Ibid., hlm. 4-5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional.
c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentangperpustakaan.
d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera,Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
e) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentangPerubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
f) Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
g) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 tahun 2007 tentang Pedoman bagiKepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara danBahasa Daerah.
h) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2007 tentang StandarSarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Sekolah MenengahAtas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
i) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
j) Rencana Strategis KementerianPendidikan dan Kebudayaan 2015-2019.
d. Tujuan
GLS memiliki tujuan umun dan tujuan khusus, berikut adalah tujuan dari
Gerakan Literasi Sekolah27:
a) Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaanekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agarmereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
b) Tujuan Khusus
1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah
anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
27 Ibid., hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
e. Ruang Lingkup
Ruang lingkup GLS berupa28:
a) Lingkungan fisik sekolah yaitu ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi.
b) Lingkungan sosial dan efektif yaitu dukungan dan partisipasi aktif semua
warga sekolah dalam melaksanakan kegiatan literasi.
c) Lingkungan akademik yaitu adanya program literasi yang nyata dan bisa
dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah.
f. Sasaran
Dalam mendukung terlaksananya kegiatan Gerakan Literasi Sekolah yang
dicanangkan oleh pemerintah tentunya memiliki sasaran. Sasaran GLS adalah
ekosistem sekolah pada jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah
atas.29
g. Target
Gerakan Literasi Sekolah diharapkan dapat menciptakan ekosistem
Sekolah Menengah Atas yang literat, yang akhirnya dapat menumbuhkan budi
pekerti peserta didik.
Ekosistem sekolah yang literat tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut 30:
a) Menyenangkan dan ramah anak, sehingga menumbuhkan semangat warganyadalam belajar.
b) Semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama.c) Memampukan warganya untuk cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi
kepada lingkungan sosialnya.d) Mengakomodasi partipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal SMA.
28 Dirjen Dikdasmen, op.cit., 2016, hlm. 2.29 Ibid., hlm. 3.30 Ibid., hlm. 34.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
h. Prinsip-prinsip Literasi Sekolah
Menurut Beers, praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah
menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut31:
1) Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat di
prediksi.
Memahami tahap perkembangan literasi peserta didik dapat membantu
sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat
sesuai kebutuhan perkembangan mereka.
2) Program literasi yang baik bersifat berimbang
Sekolah yang menerapkan program literasi menyadari bahwa tiap peserta
didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh kerena itu, strategi membaca dan
jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang
pendidikan.
3) Program literasi terintegrasi dengan kurikulum
Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab
semua guru disemua mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran apapun
membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian,
pengembangan professional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru
semua mata pelajaran.
4) Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun
Misalnya, ‘menulis surat kepada presiden’ atau ‘membaca untuk
ibu’merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.
31Ibid, hlm. 11-12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
5) Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan
Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai
kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas.
Kegiatan diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat
agar kemampuan perpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk
menyampaikan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan
pandangan.
6) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman
Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di
sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya
Indonesia.
i. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah
Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya
literasi, Beers menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi
yang positif di sekolah sebagai berikut 32:
1) Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga
sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk
dijadikan sebagai sarana pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan
budaya literasi sebaiknya memasang karya peserta didik di seluruh area sekolah
dan karya-karya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan
pada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat mengakses buku dan
32 Ibid., hlm. 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bahan bacaan lain di sudut baca di semua kelas, dan area lain di sekolah.
Mengkondisikan lingkungan fisik ini akan memberikan kesan positif tentang
komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literasi.
2) Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan
interaksi yang literat
Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan
interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan
pengakuan atas pencapaian peserta didik sepanjang tahun. Pemberian
penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk
menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan
hanya akademik, tetapi juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian,
setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan
sekolah. Literasi diharapkan dapat mewarnai setiap perayaan penting di
sepanjang tahun pelajaran. Hal ini dapat direalisasikan dalam bentuk festival
buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya.
Pimpinan sekolah selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara
lain dengan membangun budaya kolaboratif antar guru dan tenaga kependidikan.
Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing.
Peran orang tua sebagai relawan gerakan literasi akan semakin memperkuat
komitmen sekolah dalam membangun budaya literasi.
3) Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan
akademik. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk
pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca
dalam hati dan guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum
pelajaran berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu
diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan
untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan
keterlaksanaanya.
Tabel 2 di bawah ini mencantumkan beberapa parameter yang dapat
digunakan sekolah untuk membangun budaya literasi sekolah yang baik.33
Tabel 2. Warga Sekolah yang Literat
a. Lingkungan Fisik1) Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk
koridor dan kantor.2) Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan
yang seimbang kepada semua peserta didik.3) Buku dan Materi bacaan lain tersedia dipojok-pojok baca semua ruang
kelas.4) Buku dan Materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang
tua/pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.5) Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan
untuk anak .6) Kepala sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah.b. Lingkungan Sosial dan Afektif1) Penghargaan terhadap prestasi peserta didik baik dalam bidang akademik
maupun non akademik.2) Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.3) Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya
merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya dan pada saatmemperingati bulan bahasa dengan mengadakan perlombaan sepertimembuat puisi, menulis cerita, dll.
4) Terdapat budaya kolaborasi antar guru dan staf, dengan mengakuikepakaran masing-masing.
5) Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi dalammenjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan
33 Ibid., hlm. 14-15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pelaksanaanya.6) Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama
dalam menjalankan program literasi.c. Lingkungan Akademik1) Terdapat Tim Literasi Sekolah (TLS) yang bertugas melakukan asesmen
dan perencanaan.2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan
pembiasaan literasi: membaca dalam hati , membaca buku dengannyaring, membaca bersama, membaca terpandu, diskusi buku, bedahbuku, presentasi.
3) Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untukkepentingan lain.
4) Disepakati waktu berkala untuk Tim Literasi Sekolah (TLS) membahaspelaksanaan gerakan literasi sekolah.
5) Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak disekolah..6) Ada beberapa buku yang wajib dibaca oleh warga sekolah.7) Ada kesempatan pengembangan professional tentang literasi yang
diberikan untuk staf, melalui kerja sama dengan institusi terkait(perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagipengalaman dengan sekolah lain).
8) Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengantujuan membangun organisasi sekolah yang suka belajar.
Aspek-aspek tersebut adalah karakteristik penting dalam pengembangan
budaya literasi sekolah. Dalam pelaksanaannya, sekolah dapat menyesuaikannya
dengan situasi dan kondisi sekolah. Guru dan kepala sekolah perlu bekerja sama
untuk mengimplementasikan strategi tersebut.
j. Tahapan Gerakan Literasi Sekolah
Program GLS dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan
kesiapan sekolah diseluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas
sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan
warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi public,
dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Berikut ini tahapan Gerakan Literasi Sekolah34:
1) Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem
sekolah
Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan
terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah.
Tabel 3. Tahap 1 GLS (Tahap Pembiasaan)
TAHAPAN KEGIATANPEMBIASAAN(belum ada tagihan)
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelumjam pelajaran melalui kegiatan membacakanbuku dengan nyaring.
2. Membangun lingkungan fisik sekolah yangkaya literasi, antara lain: (1) menyediakanperpustakaan sekolah, sudut baca, dan area bacayang nyaman; (2) pengembangan sarana lain(UKS, kantin, kebun sekolah); dan (3)penyediaan koleksi teks cetak, visual, digital,maupun multimodal yang mudah diakses olehseluruh warga sekolah; (4) pembuatan bahankaya teks.
Dalam tahap pembiasaan ini, sekolah yang peneliti gunakan sebagai
tempat penelitian juga telah menjalankan tahap tersebut. Kegiatan pada tahap
pembiasan tersebut dilakukan dengan membaca 15 menit sebelum jam pelajaran
dimulai. Kegiatan membaca ini dilakukan di dalam kelas dengan suasana yang
tenang dan kondusif.
34 Ibid., hlm. 28-30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2) Tahapan ke-2: Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan
literasi
Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan
memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis,
dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan
menanggapi bacaan pengayaan.
Tabel 4. Tahap 2 GLS (Tahap Pengembangan)
TAHAPAN KEGIATANPENGEMBANGAN(ada tagihan sederhanauntuk penilaian non-akademik)
1. Lima belas menit membaca setiap harisebelum jam pelajaran melalui kegiatanmembaca buku dengan nyaring, membacadalam hati, membaca bersama, dan/ataumembaca terpandu diikuti kegiatan laindengan tagihan non-akademik, bincang buku.
2. Mengembangkan lingkungan fisik, sosial,afektif sekolah yang kaya literasi danmenciptakan ekosistem sekolah yangmenghargai keterbukaan dan kegemaranterhadap pengetahuan dengan berbagaikegiatan, antara lain: memberikanpenghargaan kepada capaian perilaku positif,kepedulian sosial, dan semangat belajarpeserta didik.
3. Pengembangan kemampuan literasi melaluikegiatan di perpustakaansekolah/perpustakaan kota/daerah atau tamanbacaan masyarakat atau sudut baca kelasdengan berbagai kegiatan diantaranya yaitumembaca buku dengan nyaring, menontonfilm pendek, dan lain sebagainya.
Dalam tahap penegembangan, sekolah yang peneliti gunakan sebagai
tempat penelitian telah menerapkan tahap kedua ini. Kegiatan pada tahap
pengembangan dilakukan dengan mengadakan lomba literasi, seperti menulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
puisi, dan membuat cerpen. Lomba tersebut dilakukan secara umum dengan
melibatkan warga sekolah.
3) Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan
kemampuan memahamin teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi,
berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui
kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran. Dalam
tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran).
Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 2013
yang mensyaratkan peserta didik membaca buku tentang pengetahuan umum,
kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan
mata pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP,
dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. buku laporan kegiatan membaca pada tahap
pembelajaran ini disediakan oleh wali kelas.
Tabel 5. Tahap 3 GLS (Tahap Pembelajaran)
TAHAPAN KEGIATANPEMBELAJARAN (adatagihan akademik)
1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelumjam pelajaran melalui kegiatan membacakanbuku dengan nyaring, membaca dalam hati,membaca dalam hati, membaca bersama,dan/atau membaca terpadu diikuti kegiatan laindengan tagihan non-akademik dan akademik.
2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran,disesuaikan dengan tagihan akademikkurikulum 2013.
3. Melaksanakan berbagai strategi untukmemahami teks dalam semua mata pelajaran.
4. Menggunakan lingkungan fisik, sosial afektif,dan akademik disertai beragam bacaan (cetak,visual, auditori, digital) yang kaya literasi diluar buku teks pelajaran untuk memperkayapengetahuan dalam mata pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Dalam tahap pembelajaran, semua mata pelajaran sebaiknya menggunakan
ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam buku-buku pengayaan atau
informasi lain di luar buku pelajaran. Guru diharapkan bersikap kreatif dan
proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan. Selain itu, guru juga dapat
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang menarik dan dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik . Tahapan yang peneliti pilih untuk
melakukan penelitian ialah tahap 3 yaitu tahap pembelajaran
Dalam tahap pembelajaran, sekolah yang digunakan dalam melakukan
penelitian ini telah menerapkannya. Hal tersebut juga diterapkan pada mata
pelajaran sejarah. kegiatan pembelajaran literasi ini dilakukan oleh guru dengan
menginstruksikan peserta didik ke perpustakaan, mencari sumber tentang
pelajaran yang sedang dipelajari dan peserta didik ditugaskan untuk mengkritisi
informasi yang peserta didik dapatkan. Selain itu tahap pembelajaran dilakukan
melalui media audio visual, yaitu guru memutarkan sebuah film sejarah, dan
kemudian peserta didik diberi penugasan untuk menceritakan kembali film sejarah
tersebut.
Berdasarkan pemaparan tentang literasi dan Gerakan Literasi Sekolah
diatas dapat kita ketahui bahwa pada pengertian awalnya, literasi merupakan
kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca dan
menulis. Namun, dalam perkembangannya literasi didefinisikan sebagai
pembelajaran yang menempatkan empat kemampuan yaitu membaca, menulis,
menyimak, dan berbicara. Hal tersebut didukung dengan dicanangkannya
peraturan pemerintah mengenai GLS, yang didalamnya termuat tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pembelajaran. Untuk itu Empat kemampuan yang termuat dalam pembelajaran
literasi dapat dijadikan strategi guru dalam proses belajar mengajar di kelas, yang
diyakini dapat meningkatkan kreativitas, dan pengetahuan peserta didik
2. Pembelajaran Sejarah
a. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan oleh faktor eksternal agar
terjadi proses belajar pada diri individu yang belajar.35 Menurut UU No.20 Tahun
2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.36
Proses pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.37 Perencanaan belajar
mengajar yang paling penting untuk disiapkan terlebih dahulu ialah penyusunan
Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang didalamnya meliputi Kompetensi
Dasar, indikator, alat evaluasi, bahan ajar, metode pembelajaran, model
pembelajaran, media/alat pembelajaran,serta kegiatan pembelajaran. Selanjutnya,
dalam pelaksanaan proses aktivitas belajar, semua yang telah direncanakan dalam
RPP akan digunakan oleh guru sebagai panduan yaitu dengan menggunakan
metode, model, dan media yang telah dipilih oleh guru. Proses pembelajaran yang
terakhir ialah evaluasi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran perlu dilakukan
penilaian pembelajaran atas tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal
35 Karwono dan Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran: Serta Pemanfaatan Sumber Belajar,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2017, hlm. 19-20.36 Ibid., hlm. 23.37 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, hlm. 81.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tersebut dilakukan guna melihat pemahaman peserta didik selama mengikuti
proses pembelajaran.
Secara umum pembelajaran memiliki tujuan sebagai upaya mempengaruhi
peserta didik agar terjadi proses belajar. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu
cara atau metode serta dorongan motivasi bagi peserta didik guna membantu
terjadinya proses belajar agar belajar menjadi lebih efektif, efisien dan terarah
pada tujuan yang ditetapkan. Dorongan motivasi dalam diri peserta didik
bertujuan supaya peserta didik tertarik untuk melakukan aktivitas belajar.
Dalam proses pembelajaran motivasi peserta didik merupakan salah satu
hal terpenting untuk diperhatikan. Dalam konteks pembelajaran, motivasi berarti
seni atau upaya mendorong peserta didik agar dapat tergerak untuk melakukan
kegiatan belajar guna mencapai tujuan belajar. Motivasi memegang peran penting
dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang pada peserta didik dalam
melaksanakan proses pembelajaran.38 Untuk itu, dalam proses pembelajaran guru
dianjurkan untuk menciptakan suasana belajar yang dapat menggerakkan dan
mengaktifkan peserta didik secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat tercapai.
Pencapaian tujuan pembelajaran harus mempertimbangkan kesesuaian
antara karakteristik bahan ajar, karakteristik peserta didik, dan ketersediaan
sumber belajar. Misalnya, untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam
pembelajaran sejarah tentang “ Mampu mengaplikasikan nilai-nilai masa lampau
yang dapat digunakan dalam menghadapi masa kini”, tidak menarik jika hanya
38 Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1996, hlm. 88.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dicapai melalui metode ceramah dan evaluasi yang dilakukan melalui tes tertulis
karena peserta didik hanya akan menganggap lalu pembelajaran tersebut. Akan
lebih baiknya jika peserta didik digerakkan untuk mencari informasi-informasi di
berbagai sumber dan mengolah informasi tersebut, hingga peserta didik dapat
menemukan sendiri berbagai macam nilai-nilai yang kemudian dapat diaplikas
ikan dalam kehidupannya di masa kini.
Informasi merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran.
Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang
diterima individu dari lingkungan.39 Penerapan teori pengolahan informasi dalam
pembelajaran berasal dari asumsi bahwa memori manusia itu suatu sistem yang
aktif, yang menyeleksi, mengorganisasi, dan mengubahnya menjadi sebuah
informasi dan keterampilan untuk di pelajari. Komponen belajar menurut teori
pengolah informasi yaitu: (1) perhatian ditujukan pada stimulus, (2) pengodean
stimulus, (3) penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).
Atas dasar komponen belajar tersebut selanjutnya hal mendasar dari
pembelajaran yang dapat dilakukan adalah 40:
1) Membimbing Peserta didik dalam penerimaan Stimulus
Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan membimbing
perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus antara lain: (a) memusatkan
perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih, (b) menggali secara awal
stimulus dengan kode-kode tertentu. Hal penting agar kegiatan menyajikan focus
39 Karwono dan Heni Mularsih, op. cit., hlm. 150.40 Ibid., hlm. 153-156.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
adalah memudahkan peserta didik untuk menerima informasi yang cermat dan
lengkap.
2) Memperlancar Mengode
Selama belajar, fungsi pengodean adalah menyiapkan informasi baru
untuk disimpan kedalam memori jangka panjang. Proses ini menghendaki
transformasi informasi menjadi kode ringkasan untuk memudahkan mengingat
kembali diwaktu kemudian.
3) Memperlancar Penyimpanan dan Retrival
Siasat pengodean penting karena dapat meningkatkan kemampuan
mengingat kembali. Berbagai macam model salah satunya seperti citra visual
memberikan pengisyarat untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam belajar.
Elaborasi berbasis pembelajaran dan elaborasi basis peserta didik keduanya
memberi sumbangan dalam mengingat kembali.
Sistem pembelajaran yang baik dapat membantu peserta didik mencapai
tujuan-tujuan belajarnya. Pembiasaan pengelolaan informasi dari berbagai macam
sumber yang diterapkan pada diri peserta didik dapat menumbuhkan
perkembangan kemampuan secara optimal dalam beberapa aspek diantaranya,
aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.
b. Sejarah
Sejarah berasal dari kata syajaratun (bahasa Arab), yang berarti pohon.
Sejarah dalam bahasa Inggris ialah history (Bahasa Latin dan Yunani Historia).41
Sedangkan sejarah dalam pandangan R. Mohammad Ali adalah (1) jumlah
41 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
perubahan-perubahan, kejadian-kejadian, dan peristiwa-peristiwa dalam
kenyataan sekitar kita, (2) cerita tentang perubahan-perubahan itu dan sebagainya,
dan (3) ilmu yang bertugas menyelidiki tentang tentang perubahan dan
sebagainya.42 Sejarah dimaksudkan sebagai rekontruksi masa lalu dan yang
direkontruksi sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan,
dikerjakan, dirasakan, dan dialami manusia.
Sejarah memiliki arti subjektif dan objektif. Sejarah dalam arti subjektif
merupakan suatu konstruk, ialah bangunan yang disusun oleh penulis sebagai
suatu uraian atau cerita. Sejarah dalam arti objektif menunjuk kepada kejadian
atau peristiwa itu sendiri, ialah peristiwa sejarah dalam kenyataannya. Kejadian
itu sekali terjadi tidak dapat diulang atau terulang lagi. 43
Mengajar sejarah berarti membantu peserta didik untuk mempelajari
sejarah sehingga kita perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
pembelajaran sejarah sebelum menelaah strategi dan teknik yang dapat digunakan
guru untuk membantu peserta didik dalam belajar.44 Sampai saat ini sebagian
besar pembelajaran sejarah di sekolah menengah masih menitikberatkan pada
kegiatan menghafal fakta-fakta sejarah. Materi sejarah harus disusun sedemikian
rupa hingga membentuk sebuah urutan cerita yang logis dan mudah dipahami oleh
peserta didik.45 Oleh karena itu, sebagai seorang guru sejarah, harus memiliki
wawasan yang luas tentang sejarah dan strategi serta teknik pembelajaran yang
42 Abd Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta:Penerbit Ombak, 2011, hlm. 4-7.43 Aman, op.cit. hlm. 13-15.44 Brian Garvei dan Mary Krug, Model-Model Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2015,hlm. 1.45 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi Pembelajaran,Yogyakarta: Aswaja Pressido, 2014, hlm. 56.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
baru agar peserta didik nantinya dapat dengan mudah memahami penjelasan guru
tentang sejarah sehingga peserta didik tidak hanya menghafal pelajaran demi
keberhasilan dalam menjawab soal-soal ujian atau tes tetapi fakta sejarah itu
bener-benar dapat melekat pada pemahaman peserta didik.
Menurut Winata Putera dalam buku Aman, mengajar merupakan suatu
aktivitas professional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi. Guru dituntut
untuk mampu mengelola kegiatan pembelajaran dalam hal merencanakan,
mengatur dan mengarahkan.46 Dalam proses pembelajaran sejarah peran penting
pembelajaran terlihat jelas bukan hanya sebagai proses transfer ide, akan tetapi
juga proses pendewasaan peserta didik untuk memahami identitas, jati diri dan
kepribadian bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah. Dengan
demikian pembelajaran sejarah hendaknya memperhatikan beberapa prinsip 47:
1) Pembelajaran yang dilakukan haruslah sesuai terhadap perkembangan peserta
didik dan perkembangan zaman. Banyak nilai dan fakta sejarah yang bila
disampaikan dengan benar dan sesuai dengan alam pikiran peserta didik akan
mampu membangkitkan pemahaman dan kesadaran peserta didik terhadap
nilai-nilai nasionalisme, patriotisme dan persatuan.
2) Pembelajaran sejarah hendaklah berorientasi pada pendekatan nilai.
Menyampaikan fakta memang sangat penting dalam pembelajaran sejarah,
akan tertapi yang juga tidak kalah penting adalah bagaimana mengupas fakta-
fakta tersebut dan mengambil intisari nilai yang terdapat di dalamnya sehingga
46 Aman, op.cit., hlm.64.47 Ibid., hlm. 56-57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
si pembelajar akan menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman
nilai tersebut.
3) Strategi pembelajaran yang digunakan hendaklah tidak mematikan kreatifitas
dan memaksa peserta didik hanya untuk menghafal fakta dalam buku teks.
Sejarah sudah saatnya diajarkan dengan cara yang berbeda, kebekuan
pembelajaran yang terjadi sering kali dikarenakan rendahnya kreatifitas dalam
pembelajaran sejarah. Sebagai akibatnya kejenuhan seringkali menjadi faktor
utama yang dihadapi guru dalam mengajarkan sejarah dan siswa dalam belajar
sejarah.
Dari tiga hal tersebut dapat dipahami bahwa tantangan guru dalam
mengajarkan sejarah menjadi tidak mudah. Pengajar harus memahami betul apa
tujuan dari pembelajaran sejarah. Dalam proses pembelajaran sejarah berikut
terdapat tujuan pembelajaran sejarah nasional, yaitu:
1) Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan.2) Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala
lapangan.3) Membangkitkan hasrat mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya
sebagai bagian dari sejarah dunia.4) Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-Undang
Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itusepanjang masa.
Teori Bloom menganggap bahwa perlunya melakukan penilaian
pembelajaran sejarah atas tiga ranah atau domain yakni kognitif, afektif, dan
psikomotorik.48 Pembelajaran sejarah yang diimplementasikan secara baik dapat
mengembangkan kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada peserta
didik. Pembelajaran sejarah yang baik juga dapat menjadikan peserta didik untuk
48 Ibid., hlm. 75.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
berpikir kritis. Berpikir kritis inilah yang sebenarnya dapat menuntun peserta
didik untuk memahami makna sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah
umum. Untuk itu, pembelajaran sejarah harus diorganisir dan dalam kegiatan-
kegiatan yang bersifat nyata, menarik, dan berguna bagi diri peserta didik.49
Berdasarkan penjelasan mengenai pembelajaran sejarah, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah merupakan proses pembelajaran yang
menekankan peserta didik untuk memahami identitas, jati diri dan kepribadian
bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah. Pembelajaran sejarah
bukan hanya diartikan sebagai transfer ide atau materi, tetapi juga terdapat nilai-
nilai yang dapat ditanamkan bagi diri peserta didik. Pembelajaran sejarah yang
baik juga dapat menjadikan peserta didik untuk berpikir kritis untuk memahami
makna sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah umum.Pembelajaran sejarah
yang diimplementasikan secara baik dapat mengembangkan kemampuan ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor pada peserta didik.
3. Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang berpendapat
bahwa pengetahuan merupakan hasil bentukan dari orang yang sedang belajar.50
Menurut J. Piaget, konstruktivisme lebih mengarah pada penemuan sebuah teori
dari realitas keseharian peserta didik. Proses belajar mengajar bukan sekedar
49 Aman, op.cit., hlm. 110.50 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter, Jakarta: Rajawali Pers, 2014. hlm. 161.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menghafal, melainkan terdapat proses mengkonstruksi pengetahuan melalui
pengalaman yang didapat oleh peserta didik.51
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif peserta didik
dalam mengkontruksi teks, dialog, video, dan sumber belajar lainnya.52 Bagi
konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya. Hal tersebut merupakan proses
menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada
dalam pikiran peserta didik.53 Belajar adealah proses mengasimilasi. Proses
tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut54:
a) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh
pengertian yang telah dimiliki.
b) Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, secara baik
kuat maupun lemah.
c) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik,
konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan
bahan yang dipelajari.
Dalam hal ini konstruktivisme dapat diartikan bahwa pengetahuan dalam
proses pembelajaran yang memenuhi ialah peserta didik sendiri, sedangkan guru
hanya sebagai fasilitataor yang membantu agar proses belajar peserta didik
51 https://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/ diaksespada tanggal 10 Juni 2018. Pukul 17.0352 Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hlm. 61.53 Ibid., hlm. 62.54 Ibid., hlm. 61.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
berjalan dengan baik.55 Pembelajaran yang menggunakan pendekatan
konstruktivisma menuntut agar guru mampu menciptakan pembelajaran yang
sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat terlibat secara aktif dengan materi
pelajaran melalui interaksi sosial yang terjalin di dalam kelas. Aktivistas peserta
didik dalam pembelajaran konstruktivisme dapat dilakukan dengan kegiatan
mengamati fenomena-fenomena, mengumpulkan data-data, dan mampu bekerja
sama dengan orang lain.56
Pada dasarnya, konstruktivisme juga diartikan sebagai suatu paradigm
yang mengemukakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui interaksi
antara pengetahuan yang telah diperoleh sebelumya dan berbagai pengalaman-
pengalaman yang terus berakumulasi. Sesuai dengan isi undang-undang Nomor
20 Tahun 2003, yang mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat
aktif mengembangkan potensi dirinya, konstruktivisme juga menekankan bahwa
lingkungan dan proses pembelajaran adalah dua hal yang penting untuk terlebih
dahulu dibangun agar peserta didik dapat memaksimalkan potensinya untuk
belajar.57
Prinsip-prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam pendidikan.
secara umum prinsip-prinsip tersebut berperan sebagai referensi dan alat refleksi
55 Ibid., hlm. 65.56 Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisma: Teori dan Aplikasi Pembelajarandalam Pembentukan Karakter, Bandung: Alfabeta, 2014. Hlm. 28-2957 Ridwan Bachtra dan Achmad Fedyani , Environasionalisme: Suatu Wujud Pendidikankonstrukvisme, Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2015, hlm. 45-46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kritis terhadap praktek, pembaruan, dan perencanaan pendidikan. Prinsip-prinsip
dari konstruktivisme adalah sebagai berikut58:
a) Pengetahuan dibangun oleh peserta didik secara aktif.
b) Tekanan dalam proses belajar terletak pada peserta didik.
c) Guru adalah sebagai fasilitator yang membantu peserta didik untuk belajar.
d) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses, bukan bada hasil belajar.
e) Kurikulum menekankan partisipasi peserta didik.
Prinsip-prinsip tersebut diambil untuk membuat perencanaan proses
belajar mengajar. Sebagai referensi, guru mengambil prinsip konstruktivisme
untuk menyusun metode mengajar yang lebih menekankan keaktifan peserta didik
baik dalam belajar sendiri maupun bersama dalam kelompok. 59
Dalam pengertian yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan konstruktivisme merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik. di dalam proses pembelajaran melalui
pendekatan konstruktivisme ini, lebih berpusat pada peserta didik, adanya
masalah, proses menemukan, interaksi sosial dan pengetahuan atau pemahaman
baru.
Jika dikaitkan dalam penelitian ini, maka proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan konstruktivisme ini sangat sesuai dengan perencanaan
yang dibuat oleh guru, yaitu proses pembelajaran yang direncanakan guru ini akan
lebih berpusat pada peserta didik. Guru juga menyiapkan beberapa permasalahan
dalam bentuk pertanyaan, kemudian dalam proses menemukan, peserta didik
58 Paul Suparno, op.cit., hlm. 73.59 Ibid., hlm. 73.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
diinstruksikan mencari dan menemukan informasi tentang permasalahan yang
dibuat oleh guru, interaksi sosial yang akan diwujudkan dengan saling
berpendapat dalam mengkritisi informasi yang didapat dan yang terakhir peserta
didik akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman baru dalam aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik sesuai dengan yang diharapkan oleh guru.
4. Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan formal
atau dikenal sebagai sistem persekolahan yang didalamnya terdapat rancangan
pembelajaran yang mengarahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran kepada
peserta didik agar mereka memiliki kesiapan pribadi dan kemampuan sesuai
kebutuhan masyarakat.60 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan , isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.61
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis karakter dan kompetensi.
Kurikulum berbasis karakter dan kompetensi diharapkan mampu memecahkan
berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan, dengan
60 Dyah Tri Palupi, Cara Mudah Memahami Kurikulum, Surabaya: Jaring Pena, 2016, hlm. 1.61 Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah AliyahKejuruan. Hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mempersiapkan peserta didik, melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien dan berhasil guna.62
Sesuai dengan kondisi Negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai
perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam
pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut 63:
a) Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasionalpendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan denganprinsip diverivikasi sesuai dengan satuan pendidika, potensi daerah dan pesertadidik.
c) Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan ketercapaiankompetensi.
d) Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dankebutuhan masyarakat, Negara, serta perkembangan global.
e) Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan.f) Standar Proses dijabarkan dari Standar Isi.g) Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi,
dan Standar Proses.h) Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan kedalam Kompetensi Inti.i) Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar yang
dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran.j) Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional,
daerah dan satuan pendidikan:(1) Tingkat nasional dikembangkan oleh pemerintah.(2) Tingkat daerah dikembangkan oleh pemerintah daerah.(3) Tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan pendidikan.
k) Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasiaktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakars, kreativitas dankemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik sertapsikologis peserta didik.
l) Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk.m)Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach).
62 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2013, hlm. 7.63 Ibid., hlm. 81-82.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pada perkembangannya, Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada
pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi
tingkat berikutnya. Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada
keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan melalui berbagai tugas
keilmmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian apa yang dilihat, didengar,
dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter mereka.
Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti
dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.64
Dalam implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat
pada kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-
nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dan dihubungkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter pada tingkat satuan
pendidikan mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang
melandasi prilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta symbol-simbol yang
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitarnya.
Kurikulum 2013 merupakan desain kurikulum yang dikembangkan dengan
berbasis pada kesepakatan internasional tentang arah dan kebijakan pendidikan
pada abad 21 yang bukan hanya membangun kognisi melainkan juga membangun
karakter, afeksi dan keterampilan peserta didik.65 Kompetensi belajar dan
berkehidupan dalam abad ke-21 ini ditandai dengan empat hal penting yakni
64 Ibid., hlm. 7.65 Yunus Abidin 2015, op.cit., hlm 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kompetensi pemahaman yang tinggi, kompetensi berpikir kritis, kompetensi
berkolaborasi dan berkomunikasi, serta kompetensi berpikir kritis.66 Dalam
mendukung dan mengembangkan keempat kompetensi abad ke-21 ini perlu
menguasai keteraampilan-keterampilan literasi seperti, keterampilan membaca,
keterampilan menulis, keterampilan berbicara, dan keterampilan menyimak.67
Pendidikan yang berdasarkan Kurikulum 2013 ini diharapkan
menghasilkan generasi muda yang unggul, inovatif, kreatif, cerdas, dan
berkarakter. dalam konteks pembelajaran, Kurikulum 2013 tidak semata-mata
dipandang sebagai kegiatan menyalurkan pengetahuan melainkan melibatkan
peserta didik untuk terlibat langsung dalam proses pengembangan pengetahuan.68
Pengembangan pengetahuan pada peserta didik berdasarkan kurikulum
2013 ini diwujudkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan Budi Pekerti.
Pelaksanaan Pembudayaan Budi Pekerti (PBP) ini didasarkan pada nilai-nilai
kebangsaan dan kemanusiaan yang meliputi pembiasaan, salah satunya yaitu
memberikan penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk
dikembangkan, yaitu mendorong peserta didik gemar membaca dan
mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi bakatnya untuk memperluas
cakrawala kehidupan dalam mengembangkan diri sesuai dengan harapan
kurikulum 2013.
66 Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajan: Dalam Konteks Kurikulum 2013, Bandung: PTRefika Aditama, 2014, hlm.182.67 Ibid., hlm. 184.68 Yunus Abidin, 2014, op.cit., hlm 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter
di sekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam
setiap aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya.69 Perilaku tersebut antara
lain diwujudkan melalui pembiasaan dengan kegiatan-kegiatan yang positif, salah
satunya pembiasaan yang saat ini sedang digemakan oleh pemerintah yaitu
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) . Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah
upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai
organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat.
B. Penelitian yang Relevan
Peneliti yang relevan dapat dikatakan relevan jika penelitian tersebut
sudah dilakukan oleh yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Nurdiyanti
dan Edy Suryanto Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP
Universitas Sebelas Maret dengan judul Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran literasi yang diterapkan pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia menghasilkan dampak positif bagi siswa. Hasil pembelajaran
literasi pada siswa menunjukkan sebagian besar mereka mampu mencapai nilai
KKM, yaitu 7,5. Rata-rata nilai harian siswa mencapai 7,5 baik dalam
kemampuan membaca maupun kemampuan menulisnya. Hal ini didukung dengan
69. Mulyasa, op.cit., hlm 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pembelajaran literasi yang dilakukan guru didalam kelas telah sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran literasi.70
Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah Siti Nur mahasiswa Program Studi
S1 PGSD Universitas Negeri Malang dengan judul Pembelajaran Literasi Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Siswa di Kelas V SDN Pakisaji.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah mengikuti pembelajaran menulis
karangan dengan menerapkan pembelajaran literasi nilai rata-rata siswa kelas V
SDN Pakisaji 02 mengalami peningkatan.
Nilai rata-rata pada pra tindakan mencapai 50,6, setelah penerapan
pembelajaran literasi pada siklus pertama nilai rata-rata yang diperoleh 65,6,
sedangkan pada tindakan siklus II mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata
yang diperoleh 70,5. Perubahan sikap dan prilaku siswa kelas V SDN Pakisaji 02
menunjukkan perubahan yang positif, siswa menjadi lebih tertarik dan antusias
dalam pembelajaran menulis karangan. Berdasarkan hasil penelitian model
pembelajaran literasi mampu meningkatkan kemampuan menulis karangan pada
siswa kelas V SDN Pakisaji 02. 71
Mengacu pada kedua penelitian di atas, maka dapat dilakukan penelitian
yang sejenis dengan jenjang sekolah yang berbeda dan mata pelajaran yang
berbeda pula. Penelitian di atas menunjuk pada jenjang sekolah tingkat sekolah
dasar (SD) dengan mata pelajaraan Bahasa Indonesia, sedangkan penelitian ini
menunjuk pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) dengan mata pelajaran
70 Eko Nurdiyanti dan Edy Suryanto, Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesiapada Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Surakarta Universitas Sebelas Maret, 2010.71 Aisyah Siti Nur, Pembelajaran Literasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis KaranganSiswa di Kelas V SDN Pakisaji, Malang: Universitas Negeri Malang, 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Sejarah Indonesia yang bertujuan meningkatkan kemampuan berliterasi seperti,
membaca, menulis, menyimak, dan berbicara sejarah pada siswa SMA.
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran literasi sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah
mulai diterapkan pada tahun 2017. Penerapan Gerakan Literasi Sekolah ini seturut
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor
23 Tahun 2015 tentang penumbuhan Budi Pekerti. Peraturan ini dibuat untuk
menyikapi rendahnya kesadaran berliterasi pada peserta didik yang menjadi salah
satu permasalahan penting terkait mutu pendidikan di Indonesia.
Pembelajaran literasi merupakan upaya yang dilakukan secara menyeluruh
untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat
sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Pembelajaran literasi memiliki empat
aktivitas yang wajib dilakukan yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara.
Empat aktivitas ini dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran oleh guru
dalam melakukan proses pembelajaran sejarah.
Dalam penerapannya, pembelajaran literasi ini dapat didukung dengan
berbagai model pembelajaran, misalnya discovery learning. Salah satu ciri dari
discovery learning adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Di sini
peserta didik harus aktif menemukan informasi yang kemudian diolah menjadi
pengetahuan. Untuk itu guru dapat menggerakkan peserta didik agar mencari dan
mengumpulkan sumber-sumber informasi yang telah tersedia dalam berbagai
bentuk baik berupa benda yang harus diamati, referensi tertulis atau pun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
narasumber. Dalam pengumpulan informasi guru dapat mengarahkan peserta
didik untuk menggunakan empat aktivitas dalam pembelajaran literasi yaitu
membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Penerapan empat aktivitas ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berfikir meliputi kemampuan
mengkritisi, menganalisis, dan mengevaluasi informasi dari berbagai sumber
dalam berbagai ragam disiplin ilmu dan kemampuan mengkomunikasikan
informasi tersebut.
Pada dasarnya strategi pembelajaran literasi dengan melakukan empat
aktivitas tersebut dilakukan guna mengurangi tingkat kebosanan peserta didik
dalam belajar sejarah dan juga dapat mengurangi rendahnya minat baca, serta
pembelajaran literasi tersebut dapat melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan
mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif. Selain itu, strategi pembelajaran
sejarah dengan menerapkan literasi ini dapat membantu peserta didik dalam
mengembangkan pengetahuannya yang memuat tiga aspek yaitu, kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Dalam aspek kognitif, peserta didik dapat meningkatkan pemahamannya
mengenai materi yang sedang dipelajari. Dalam aspek afektif, peserta didik dapat
menumbuhkan minat dan motivasi belajar sejarah pada diri peserta didik. Selain
itu, dapat pula menumbuhkan sikap positif pada diri peserta didik dalam proses
pembelajaran, yaitu sikap keingintahuan peserta didik terhadap materi yang
sedang dipelajari. Dalam aspek psikomotorik, peserta didik dapat
mengembangkan keterampilannya dalam proses pembelajaran. Keterampilan itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dapat dilihat dari hasil produk literasi berupa story telling yang dibuat oleh peserta
didik.
Sehingga semakin intensifnya pemanfaatan GLS dalam pembelajaran
sejarah diyakini dapat meningkatkan hasil belajar berupa kemampuan dalam
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan uraian diatas dapat
digambarkan skema kerangka pikir sebagai berikut:
Gambar I. Alur Kerangka Pikir Penelitian
LITERASI
MEMBACA
MENYIMAK
MENULIS
BERBICARAGURUPEMBELAJARAN
SEJARAH
SEPESERTA
DIDIK
PSIKOMOTORIK
HASILBELAJAR
KOGNITIF
AFEKTIF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 11 Yogyakarta yang beralamat di
Jalan AM Sangaji No. 50, Cokrodiningratan, Jetis, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2018 dengan jadwal
penelitian sebagai berikut:
Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
NoKegiatan
Bulan
Maret April Mei Juni1 Penyusunan proposal √2 Perizinan √3 Pengumpulan data √ √4 Analisis data √ √5 Penulisan laporan √
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif dilakukan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
adalah instrument kunci. 72 Metode kualitatif bertujuan untuk memahami suatu
fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses
interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang
diteliti.
Terdapat beberapa ciri-ciri penelitian kualitatif sebagai berikut:73 1)
konteks dan settingnya bersifat alamiah, 2) tujuannya adalah untuk memberikan
pemahaman tentang suatu fenomena tertentu, 3) adanya keterlibatan dan
hubungan erat yang terjalin antara peneliti dengan subjek penelitian, 4) tanpa
adanya perlakuan atau manipulasi variabel, 5) adanya usaha penggalian nilai, 6)
bersifat fleksibel, 7) hubungan antara peneliti dengan subjek penelitian sangat
mempengaruhi tingkat akurasi data.
Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai
dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan, yakni fakta empiris. Peneliti terjun
ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang terjadi secara alami,
mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan, serta menarik kesimpulan-
kesimpulan dari proses tersebut.74
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian dibatasi oleh waktu dan
tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau
72 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 287.73 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: SalembaHumanika, 2012, hlm. 18.74 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013,hlm. 88.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
individu.75 Penelitian studi kasus adalah salah satu jenis penelitian kualitatif
deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terfokus pada satu kasus tertentu untuk
diamati dan dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud berupa
tunggal atau jama, misalnya berupa individu atau kelompok. Di sini perlu
dilakukan analisis secara tajam terhadap berbagai faktor terkait dengan kasus
tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh kesimpulan yang akurat.
Dalam bidang pendidikan studi kasus dapat diartikan sebagai metode
penelitian deskriptif untuk menjawab permasalahan pendidikan yang mendalam
dan komprehensif dengan melibatkan subjek penelitian yang terbatas sesuai
dengan jenis kasus yang diselidiki. Subjek penelitian dalam studi kasus bisa
individu, kelompok, lembaga, atau golongan masyarakat tertentu. Data studi kasus
dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam
studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber.
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Subjek
penelitian ini adalah guru, peserta didik dan peneliti sendiri. Sementara objeknya
adalah Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan Pembelajaran sejarah. Berdasarkan
sumbernya data penelitian dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan atau didapat oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya, dan data sekunder adalah data yang
75 Hamid Darmadi., op.cit. hlm. 291.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada.76. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya
wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan.
Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui
pemotretan atau rekaman video.77 Dalam penelitian ini sumber data yang
digunakan adalah berupa hasil wawancara terhadap peserta didik dan guru mata
pelajaran sejarah tentang implementasi pembelajaran literasi pada mata pelajaran
sejarah Indonesia, kuesioner mengenai minat peserta didik terhadap implementasi
pembelajaran literasi, observasi pelaksanaan implementasi pembelajaran literasi,
serta dokumen dan dokumentasi yang didapatkan dari guru dan peneliti sendiri.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian secara teliti serta pencatatan secara
sistematis.78 Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan
perasaan.79 Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya
tujuan yang dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat
76 Ibid., hlm. 35.77 Ibid., hlm. 36.78 Imam Gunawan., op.cit., hlm 143.79 Hamid Darmadi., op.cit., hlm. 291.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung dan dapat diukur80.
Dalam observasi tujuan yang dicapai harus tampak jelas. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode observasi untuk mendapatkan beberapa informasi
mengenai aktivitas pelaksanaan pembelajaran literasi.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara
tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab pada responden).
Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau
direspons oleh responden. 81 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner
untuk mengetahui ketertarikan peserta didik terhadap implementasi pembelajaran
literasi pada mata pelajaran sejarah.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang diarahkan pada suatu masalah
tertentu. Ini merupakan tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-
hadapan secara fisik. Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan
pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan
informal. 82
Dalam penelitian kualitatif wawancara yang digunakan adalah wawancara
mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan
80 Haris Herdiansyah., op.cit., hlm. 131-130.81 Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hlm. 77.82 Imam Gunawan., op.cit., hlm. 160.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.83 Dalam penelitian ini
wawancara akan dilakukan kepada guru mata pelajaran sejarah dan peserta didik.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai implementasi pembelajaran
literasi pada mata pelajaran sejarah serta ketertarikan peserta didik pada
pembelajaran literasi.
4. Dokumen dan Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu dan berbentuk
tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Sejumlah besar fakta dan
data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Biasanya berbentuk
surat-surat, catatan harian, laporan, artefak, foto, dan sebagainya.84 Dokumen
terdiri dari dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi adalah catatan
seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya.
Berupa buku harian, surat pribadi dan otobiografi.85 Dokumen resmi dibagi
menjadi dua yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal
dapat berupa catatan. Dokumen eksternal dapat berupa bahan-bahan informasi
yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial,seperti majalah, koran, bulletin, dan
lain sebagainya.86 Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan berasal dari
dokumen guru dan juga dokumen peneliti mengenai persiapan, pelaksanaan dan
hasil penelitian. Dokumen berupa RPP, bahan ajar, daftar nilai sesudah
pelaksanaan GLS, dan hasil karya peserta didik. Dokumentasi berupa foto proses
pelaksanaan penelitian.
83 Hamid Darmadi., op.cit., hlm. 291.84 Imam Gunawan., op.cit., hlm. 175.85 Ibid., hlm. 178.86 Haris Herdiansyah., op.cit., hlm. 145-146.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Instrumen Observasi
Dalam penelitian ini observasi akan dilakukan secara langsung dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Untuk melakukan observasi
langsung, peneliti menggunakan lembar observasi berupa chek list. Chek List
adalah pedoman observasi yang berisikan daftar aspek yang diamati. Dalam
penelitian ini, peneliti menyiapkan lembar observasi berupa chek list dengan 2
option yaitu “Ya dan Tidak” untuk setiap daftar pernyataan yang berkaitan dengan
aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran literasi.
2. Instrumen Kuesioner
Dalam hal ini peneliti menggunakan kuesioner untuk mengetahui
ketertarikan peserta didik terhadap implementasi pembelajaran literasi pada mata
pelajaran sejarah. Penentuan skor kuesioner menggunakan skala likert terdiri dari
lima kategori, yaitu: pernyataan positif, pilihan jawaban “Sangat Setuju” (SS)
diberi skor 5, “Setuju” (S) diberi skor 4, “Kurang Setuju” (KS) diberi skor 3,
“Tidak Setuju” (TS) diberi skor 2, “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 1.
Sebaliknya untuk pernyataan negatif, pilihan jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi
skor 1, “Setuju” (S) diberi skor 2, “Kurang Setuju” (KS) diberi skor 3, “Tidak
Setuju” (TS) diberi skor 4, “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 5.87
3. Instrumen Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada peserta didik yang
menempuh mata pelajaran sejarah dan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri
87 Sugiyono, Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2012, hlm. 93.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
11 Yogyakarta. Dengan menggunakan pertanyaan yang telah disusun oleh
peneliti. Pertanyaan wawancara disusun berkaitan dengan implementasi
pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah. Daftar pertanyaan wawancara
disusun berdasarkan kisi-kisi yang dibuat oleh peneliti sebagai berikut:
Tabel 7. Kisi-Kisi Wawancara Peserta Didik
FokusPenelitian Indikator Butir-butir Pertanyaan No
Pembelajaransejarah yangmemanfaatkanliterasi
Pelaksanaanpembelajaransejarah yangmemanfaatkanliterasi
Kelebihan proses pembelajaransejarah dengan memanfaatkanpembelajaran literasi.
Kesulitan yang dihadapi dalamproses pembelajan sejarah denganmemanfaatkan pembelajaranliterasi.
Cara mengatasi kesulitan yangdihadapi.
Pemahaman yang didapatkandalam pelajaran sejarah denganmemanfaatkan pembelajaranliterasi.
Kesan peserta didik dalam prosespembelajaran sejarah yangmemanfaatkan literasi.
1
2
3
4
5
4. Instrumen Dokumen atan Dokumentasi
Dalam hal ini peneliti mempelajari dokumen resmi yang dikeluarkan oleh
pemerintah yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Peneliti juga mempelajari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
perangkat pembelajaran dan penilaian yang dibuat oleh guru berupa RPP, daftar
nilai, dan lainnya. Peneliti juga mengambil dokumentasi berupa foto dalam proses
kegiatan pembelajaran di kelas.
F. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling yang digunakan. 88 Pada dasarnya teknik sampling dibedakan
menjadi dua, yaitu Proballity Sampling dan Nonprobality Sampling.
Proballity Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang sama bagi setiap unsur (anggota) untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Nonprobality Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik sampel ini meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental,
purposive, jenuh, snowball.
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah
purposive sampling, dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini
misalnya, orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan untuk memudahkan peneliti menjelajahi objek/ situasi sosial yang
diteliti. Sumber yang dipilih peneliti yaitu peserta didik dan guru mata pelajaran
sejarah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan purposive sampling dengan
88 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alvabeta, 2014, hlm. 52.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mendata nama-nama peserta didik yang akan diwawancara atas dasar hasil dari
kuesioner dan pengamatan secara langsung di kelas.
G. Validitas Data
Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data
yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antar data yang dilaporkan oleh
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Dalam
penelitian kualitatif untuk menguji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap
data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman
sejawat, analisis kasus negatif, membercheck.89 Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian yaitu
dengan triangulasi, meningkatkan ketekunan, dan diskusi teman sejawat.
1. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Dengan demikian terdapat beberapa triangulasi yaitu triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, triangulasi teori dan waktu.
89 Sugiyono, 2012, op.cit., hlm. 267.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
a) Triangulasi sumber
Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kreadibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.90
Dalam penelitian ini peneliti melakukan triangulasi berdasarkan sumber penelitian
yang diperoleh, yaitu peserta didik dan guru mata pelajaran sejarah.
b) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Dalah penelitian ini peneliti memperoleh data melalui observasi,
kuesioner, wawancara, serta dokumen dan dokumentasi.
c) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kreadibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari saat narasumber masih segar,
belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih
kredibel.91 Dalam hal ini peneliti memilih waktu yang tepat untuk dapat
melakukan wawancara pada peserta didik, yaitu pada saat pulang sekolah supaya
peneliti memiliki waktu yang banyak dan lebih optimal.
d) Triangulasi Teori
Dalam melakukan penelitian, fakta harus diperiksa derajat kepercayaannya
menggunakan satu atau lebih teori untuk menghasilkan data yang lebih akurat.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori mengenai Literasi,
90 Ibid., hlm. 274.91 Sugiyono, 2014, op.cit., hlm. 267.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gerakan Literasi Sekolah, pembelajaran sejarah, konstruktivisme dan kurikulum
2013.
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam dengan pasti dan sistematis.92 Dengan
meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali
apakah data yang telah ditemukan salah atau tidak. Sebagai bekal peneliti untuk
meningkatkan ketekunan, dalam penelitian ini peneliti membaca dan mempelajari
berbagai referensi buku serta melakukan pengamatan secara cermat dan
berkesinambungan terkait dengan proses pembelajaran.
3. Pemeriksaan Sejawat melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengancara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Dengan
demikian pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan
mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang
sama tentang apa yang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review
persepsi, pandangan, dan analisis yang sedang dilakukan.93 Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan pemeriksaan sejawat dengan teman-temen yang juga
melakukan penelitian yang sama dengan peneliti. Selain itu, peneliti juga
melakukan diskusi dengan dosen.
92 Ibid., hlm. 272.93 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,2006, hlm. 332-334
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
H. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain.94 Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu
analisis berdasarkan data yang diperoleh untuk dikembangkan. Analisis data
penelitian kualitatif dilakukan sejak awal peneliti terjun ke lapangan hingga pada
akhir penelitian (pengumpulan data).95
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model analisis data dari Miles
and Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas.96
Tahapan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu pngumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
94 Sugiyono, 2012, op.cit., hlm. 88.95 Ruslan Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 229.96 Sugiyono, 2012, op.cit., hlm. 91.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Berikut merupakan proses analisis data menurut Miles dan Huberman
dalam buku Sugiyono97:
Gambar II. Teknik Analisis Data Model Miles dan Huberman
1. Tahap pengumpulan data
Tahap pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yang setiap
tahapan tersebut saling terkait satu sama lain dan dengan menggunakan teknik
yang telah ditentukan sejak awal. Pada awal penelitian kualitatif, umumnya
peneliti melakukan studi pre-eliminary yang berfungsi untuk verifikasi dan
pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti itu benar-benar ada. Proses
pengumpulan data melibatkan informan, aktivitas, latar atau konteks terjadinya
peristiwa. Data yang diperoleh dapat berupa catatan lapangan, hasil kuesioner,
deskripsi wawancara, catatan harian/pribadi, foto, pengalaman pribadi, cerita
sejarah, riwayat hidup dan lainnya. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data
dari observasi, koesioner, wawancara, serta dokumen dan dokumentasi.
97 Ibid., hlm. 247.
PengumpulanData
PenyajianData
Reduksi Data PenarikanKesimpulan/
verifikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2. Tahap reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Perlu dicatat
secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dan membuang bagian data yang tidak diperlukan.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan penarikan kesimpulan.
Dalam hal ini peneliti melakukan reduksi data yang diperoleh dari observasi,
kuesioner, wawancara, serta dokumen dan dokumentasi. Data yang direduksi
yaitu hasil wawancara peserta didik yang tidak mendukung penelitian.
3. Tahap penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui
penyajian data maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,
sehingga akan mudah dipahami dan akan memudahkan peneliti untuk
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut. Data
yang peneliti sajikan berupa hasil penelitian atau temuan dan tabel.
4. Tahap verifikasi dan penarikan kesimpulan
Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data yang
telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
adalah usaha untuk mencari atau memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola,
penjelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Kesimpulan dalam penelitian
kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
verifikasi dan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam rangkaian analisis data
kualitatif.
I. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam menyusun skripsi ini,
penyusunan dibagi menjadi lima bab.
Bab I Pendahuluan, berisi pokok bahasan utama yang menjadi latar
belakang penelitian ini. Bab ini mencakup latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Bab II Kajian Pustaka, berisi tentang kajian teori, dan kerangka piker.
Kajian teori mencakup pembelajaran liteasi, Gerakan Literasi Sekolah,
pembelajaran sejarah, kurikulum 2013.
Bab III Metodologi Penelitian, mencakup tempat dan waktu penelitian,
pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, instrument
pengumpulan data, teknik sampling, validitas data, analisis data, dan sistematika
penulisan.
Bab IV Hasil Penelitian, mencakup deskripsi latar, deskripsi hasil
penelitian, dan pembahasan.
Bab V Kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dekripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Yogyakarta yang terletak di
Jalan AM Sangaji No. 50, Cokrodiningratan, Jetis, Daerah Istimewa Yogyakarta.
SMA Negeri 11 Yogyakarta dipimpin oleh Kepala Sekolah, yaitu Bapak Rudy
Rumanto, S.Pd. Keberadaan sekolah ini di tengah-tengah keramaian kota, namun
keberadaan tersebut tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar peserta didik
karena bangunan sekolah ini menjorok jauh dari jalan.
Menurut sejarahnya sekolah ini didirikan pada tahun 1989. Sebelum
menjadi SMA Negeri 11 Yogyakarta, sekolah ini ditempati untuk Sekolah
Pendidikan Negeri 1 Yogyakarta. SMA Negeri 11 Yogyakarta merupakan
Sekolah Menengaah Atas Negeri yang paling baru. Meskipun demikian, sekolah
ini menempati gedung yang bernilai sejarah karena telah digunakan sejak zaman
penjajahan. Gedung yang telah berdiri sejak tahun 1897 ini telah direnovasi, dan
hingga sampai saat ini digunakan untuk kegiatan belajar mengajar di SMA Negeri
11 Yogyakarta.98
Dalam sejarahnya ada beberapa catatan tentang gedung SMA Negeri 11
Yogyakarta sebagai berikut99:
1) Sebagai “Kwekschool Voor Inlandsche Onderwijzer ( Sekolah Calon GuruJaman Belanda)”.
98 http://sma11jogja.sch.id/. Diakses pada tanggal 27 Mei 2018, pada pukul 10.30.99 https://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_11_Yogyakarta. Diakses pada tanggal 27 Mei 2018,pada pukul 11.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
2) Pada tanggal 3-5 Oktober 1908 dijadikan sebagai ajang kongres BoediUtomo yang pertama dan menempati ruang makan Kweekschool (Aula).
3) Tahun 1927 kompleks gedung ini digunakan sebagai sekolah guru 4 tahundan 6 tahun (HIK).
4) Selama penjajahan Jepang gedung ini dipergunakan untuk SGL dan ditutuppada masa Revolusi Kemerdekaan RI, Tahun 1946 sekolah dibuka kembalidengan nama SGB dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru yangberpendidikan 6 tahun pada bulan November 1947.
5) Pemerintah membuka sekolah Guru A (SGA) sehingga kompleks gedungmenjadi SGA/SGB dipimpin oleh bapak Sikun Pribadi.
6) Clash II pecah. Sekolah terpaksa ditutup dan dibuka kembali ketikaYogyakarta kembali ke Pemerintah RI pada Juni 1949.
7) SGA/B dibuka kembali dengan menempati ruang-ruang STM Negeri karenakompleks SGA dipakai sebagai asrama tentara.
8) Tahun 1950 dengan bantuan Sri Sultan HB IX, SGA/B kembali menempatikampus Jalam AM Sangaji dan diadakan pemisahan yaitu SGB di Jalam AMSangaji 38 dan SGA di Jalam AM Sangaji 42.
9) Tahun 1959, SGA kembali menempati kampus Jalam AM Sangaji 38, karenaSGB tidak menerima siswa baru lagi dan berubah fungsi menjadi SMP 6Yogyakartamenempati Jalan Cemoro Jajar No. 1.
10) Dengan meningkatnya kebutuhan tenaga guru pada tahun 1953/1954 dibukaSGA II menempati lokasi yang sama dengan SGA I tetapi masuk sore hari.Tahun 1959/1960 kedua SGA digabung menjadi SGA I.
11) Tahun 1967 diadakan integrasi SGA dan SGTK. SGA menjadi SPG I danSGTK menjadi SPG II.
12) Tahun 1970 SPG Negeri 1 Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat latihan guruSD dan pada tahun 1971 dijadikan sebagai home base I di DIY.
13) Pada tahun 1979 di kompleks sekolah didirikan Perpustakaan Perintis.14) Pada tahun 1989 Pemerintah mengalih fungsikan SPG menjadi SMA, SPG
Negeri 1 menjadi SMA Negeri 11 Yogyakarta.
1. Visi dan Misi SMA Negeri 11 Yogyakarta
a. Visi SMA Negeri 11 Yogyakarta
Terwujudnya sekolah unggul yang memiliki intelektualitas, integritas,
santun, berbudaya lingkungan, berwawasan kebangsaan, dan bercakrawala global.
b. Misi SMA Negeri 11 Yogyakarta
1) Menerapkan sistem layanan pendidikan yang bermutu dan berpedoman padastandar nasional pendidikan.
2) Mengembangkan kemampuan akademik yang bercakrawala global denganmenerapkan dan mengembangkan kurikulum local, nasional, maupuninternasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
3) Mengembangkan potensi kreativitas peserta didik secara optimal yang berakarpada nilai-nilai agama dan budaya nasional Indonesia sesuai dengan tuntutanglobalisasi.
4) Mengembangkan mutu proses pembelajaran melalui integrasi nilai-nilaikarakter, penekanan pada keimanan dan ketakwaanterhadap Tuhan YangMaha Esa, kejujura, dan peduli lingkungan dengan memanfaatkan teknologiinformasi dan komunikasi.
5) Menciptakan budaya sekolah yang sportif, kreatif, menyenangkan, santun,beretika, dan penuh rasa kekeluargaan, baik dalam berlalu lintas maupunkehidupan sehari-hari.
6) Mengembangkan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, bersih dan rapidalam upaya penyelamatan lingkungan hidup, serta menjadikan sekolahadiwiyata tingkat kota Yogyakarta
7) Membangun kerja sama yang baik dengan pihak luar sekolah sesuai dengantuntutan global.
2. Tujuan
1) Membentuk peserta didik yang memiliki keimanan dan ketakwaan, akhlakmulia, budi pekerti luhur berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa.
2) Mengoptimalkan potensi dan kreaativitas peserta didik untuk mencapaiberbagai keunggulan dan mampu bersaing ditingkat local, nasional daninternasional.
3) Membekali pesera didik agar memiliki kemampuan akademik dan nonakademik, berwawasan global, berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
4) Mewujudkan profesionalisme dan etos kerja pendidik dan tenagakependidikan.
5) Mewujudkan sekolah yang memiliki budaya lingkungan sehat dan menjadikansekolah adiwiyata tingkat kota Yogyakarta.
6) Menjadikan warga sekolah bersikap jujur, kreatif, inovatif dan mandirisertatanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. 100
SMA Negeri 11 Yogyakarta memiliki fasilitas sarana dan prasarana, yaitu
27 kelas dilengkapi dengan CCTV, perpustakaan dengan koleksi buku yang
lengkap, Masjid, Laboratorium: biologi, fisika, kimia, computer, kesenian
(karawitan), studio music, aula Boedi Utomo, ruang pertemuan, lapangan olah
raga (basket, tenis, bulu tangkis), unit kesehatan sekolah beserta dokter jaga
dihari-hari tertentu, hotspot area, kantin, koperasi siswa, Green house, dapur siswa
100 Diperoleh dari papan Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 11 Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
(pembelajaran tata boga dan prakarya), parkiran yang luas, dan kamar mandi/wc
yang memadai.101
Berkaitan dengan kurikulum, SMA Negeri 11 Yogyakarta sudah
menerapkan kurikulum 2013 secara menyeluruh dari kelas X hingga kelas XII.
Dalam perkembangannya, SMA Negeri 11 Yogyakarta selalu mengikuti peraturan
terbaru dari kurikulum 2013 tersebut, hal ini terlihat dalam peraturan pemerintah
yaitu Permendikbud No 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti yang
salah satu kegiatannya adalah pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Untuk menanggapi kegiatan GLS tersebut para guru di SMA Negeri 11
Yogyakarta telah diwajibkan untuk mengikuti pelatihan, sehingga guru dapat
mengetahui apa saja yang perlu dilakukan dalam kegiatan-kegiatan literasi
tersebut. Dari segi kesiapannya, sekolah telah menyiapkan fasilitas maupun
kegiatan literasi yang akan dilakukan. Misalnya, menyediakan tempat yang
nyaman untuk kegiatan literasi, menyediakan perpustakaan dengan koleksi buku
yang komplit, dan juga membuat rak tempat menyimpan buku di dalam kelas.
Dalam segi kegiatan literasi sekolah telah melaksanakan kegiatan membaca 15
menit sebelum jam pelajaran dimulai, mengadakan lomba literasi, dan melakukan
proses pembelajaran dengan literasi.102
Mengacu pada pelaksanaan GLS di SMA Negeri 11 Yogyakarta, guru
mengatakan bahwa sebelum GLS dicanangkan oleh pemerintah, SMA Negeri 11
Yogyakarta sudah lebih dulu menjalankan kegiatan literasi ini. Kegiatan literasi
ini sudah sering dilakukan oleh warga sekolah SMA Negeri 11 Yogyakarta. Salah
101 http://sma11jogja.sch.id/. Diakses pada tanggal 27 Mei 2018, pada pukul 14.00.102 CL 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
satu contohnya yaitu literasi agama yang dilakukan setiap hari Jumat. Literasi
agama ini merupakan kegiatan yang dilakukan dengan membaca kitab suci sesuai
dengan kepercayaan masing-masing. Selain itu dalam proses pembelajaran di
kelas, guru sudah sering menggunakan literasi sebagai suatu kegiatan yang wajib
dilakukan yaitu membaca buku pelajaran sebelum pembelajaran tersebut
dimulai.103
Dari hasil pengamatan peneliti, SMA Negeri 11 Yogyakarta telah
menjalankan tiga tahapan yang wajib dilakukan dalam GLS. Tahap pertama
dimulai pada tahap pembiasaan yang membiasakan peserta didik membaca 15
menit sebelum jam pelajaran dimulai, tahap pengembangan dilakukan dengan
mengadakan lomba tentang literasi, seperti membuat puisi dan cerita, serta pada
tahap pembelajaran yang telah diterapkan guru pada proses pembelajaran di kelas.
Dalam melakukan penelitian mengenai implementasi pembelajaran literasi
dalam mata pelajaran sejarah Indonesia, peneliti melakukan penelitian di kelas X
MIPA 4. Jumlah peserta didik di kelas X MIPA 4 ini yaitu 29 orang. Peserta didik
di kelas X MIPA 4 ini terdiri dari 18 orang perempuan dan 11 orang laki-laki,
mereka secara keseluruhan berasal dari Yogyakarta. Suasana di kelas X MIPA 4
sangat kondusif walaupun masih ada beberapa peserta didik yang ribut sendiri dan
asik dengan dirinya sendiri. Dalam proses pembelajaran sejarah, peserta didik
kelas X MIPA 4 selalu diarahkan oleh guru di sebuah ruangan yang sering
digunakan sebagai gedung pertemuan yang dinamakan ruang Garuda. Ruangan
tersebut terlihat luas dan nyaman digunakan untuk kegiatan belajar mengajar.
103 CL 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Ruangan ini juga dilengkapi dengan fasilitas seperti kursi dan meja yang nyaman,
LCD, AC, dan Speaker. Hal tersebut dilakukan supaya dalam proses
pembelajaran, peserta didik menikmati suasana yang baru serta tempat yang
nyaman sehingga dapat mengikuti pembelajaran sejarah dengan baik.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Perencanaan Implementasi Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran
Sejarah Indonesia
Implementasi pembelajaran literasi di SMA Negeri 11 Yogyakarta
direncanakan oleh sekolah guna melaksanakan peraturan dari pemerintah yaitu
Permendikbud No 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti yang salah
satu kegiatannya adalah pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Di dalam
pelaksanaan GLS tersebut terdapat tiga tahapan yang harus dilakukan oleh
sekolah. Secara terprogram, SMA Negeri 11 Yogyakarta menjalankan
pelaksanaan GLS dimulai dari tahap pertama yaitu pembiasaan dan kemudian
dilanjutkan pada tahap pengembangan dan tahap pembelajaran.
Dalam perkembangannya, pembelajaran literasi dijadikan strategi guru
untuk diterapkan dalam proses pembelajaran salah satunya adalah pembelajaran
sejarah. Pada dasarnya implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran
sejarah ini dilakukan guna mengurangi tingkat kebosanan peserta didik dalam
belajar sejarah dan mengurangi rendahnya minat baca pada peserta didik supaya
menjadi pembelajar yang literat sepanjang hayat. Selain itu, implementasi
pembelajaran literasi tersebut dapat melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif, sehingga pengetahuan akan
mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Kegiatan belajar mengajar sejarah dengan menggunakan pembelajaran
literasi ini sudah sering dilakukan oleh guru sejarah di SMA Negeri 11
Yogyakarta . Salah satunya adalah kegiatan yang di teliti oleh peneliti ini. Dalam
merencanakan pembelajaran literasi tersebut, guru mempersiapkannya dengan
sedemikian rupa. Berbagai macam persiapan yang dilakukan oleh guru antara lain,
guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru juga
menyiapkan materi menggunakan power point dan video mengenai materi
pelajaran serta video di akhir pelajaran untuk bahan refleksi peserta didik.
Selanjutnya guru menyiapkan bahan ajar berbentuk narasi, menyiapkan penugasan
guna menumbuhkembangkan keterampilan serta kreatifitas peserta didik selama
melaksanakan pembelajaran literasi. Guru juga mempersiapkan kisi-kisi soal serta
soal tes untuk menguji seberapa paham peserta didik mengenai materi yang
dipelajari. Terakhir guru menyiapkan instrumen penilaian untuk mengetahui hasil
dari pelaksanaan pembelajaran literasi.
Dalam mengimplementasikan pembelajaran literasi pada mata pelajaran
sejarah, perencanaan pertama yang dilakukan oleh guru yaitu melakukan
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetesi
Dasar (KD) yaitu tentang (3.8) Menganalisis perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada
kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Berpasangan dengan (4.8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur
budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih berkelanjutan
dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini. Dengan kompetensi dasar
yang demikian, kemudian guru juga mengembangkan indikator yaitu sebagai
berikut 104:
3.8.1 Menganalisis sumber-sumber kerajaan Islam di Nusantara3.8.2 Mengidentifikasi bukti-bukti peninggalan kerajaan Isalm di Nusantara3.8.3 Menunjukkan letak dari kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara3.8.4 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan Samudra Pasai beserta bukti-buktipeninggalannya
3.8.5 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan danbudaya pada masa kerajaan Malaka beserta bukti-bukti peninggalannya
3.8.6 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan danbudaya pada masa kerajaan Aceh beserta bukti-bukti peninggalannya
3.8.7 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan danbudaya pada masa kerajaan Demak beserta bukti-bukti peninggalannya
3.8.8 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan danbudaya pada masa kerajaan Pajang beserta bukti-bukti peninggalannya
3.8.9 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan danbudaya pada masa kerajaan Mataran Islam beserta bukti-buktipeninggalannya
3.8.10 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan danbudaya pada masa kerajaan Gowa - Tallo beserta bukti-buktipeninggalannya
3.8.11 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan danbudaya pada masa kerajaan Ternate-Tidore beserta bukti-buktipeninggalannya
4.8.1 Menyajikan informasi mengenai perkembangan kerajaan-kerajaan Islamdi Nusantara melalui story telling
4.8.2 Menyajikan hasil identifikasi kehidupan masyarakat, pemerintahan danbudaya kerajaan Isam nusantara dalam bentuk tulisan.
Namun yang peneliti amati hanya 4 indikator saja, yaitu indikator (3.8.1)
Menganalisis sumber-sumber kerajaan Islam di Nusantara, (3.8.2)
Mengidentifikasi bukti-bukti peninggalan kerajaan Isalm di Nusantara, (3.8.3)
104 Dokumen RPP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Menunjukkan letak dari kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, dan (4.8.1)
Menyajikan informasi mengenai perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara melalui story telling.
Dalam melakukan penyusunan RPP ini, guru juga merencanakan suatu
pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, model pembelajaran, dan media
pembelajaran yang nantinya akan diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas.
Tentu saja, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, model pembelajaran ,
dan media pembelajaran akan disesuaikan dengan pembelajaran literasi. Guru
menggunakan pendekatan pembelajaran Student Center Learning dengan model
pembelajaran Discovery Learning, metode pembelajaran berupa ceramah, tanya
jawab, diskusi, dan penugasan serta media pembelajaran berupa power point dan
video.
Penggunaan model pembelajaran Discovery Learning ini bertujuan untuk
mendukung implementasi pembelajaran literasi karena pembelajaran ini berpusat
pada peserta didik. Dalam model pembelajaran ini peserta didik harus aktif
menemukan dan mengumpulkan informasi yang telah tersedia dalam berbagai
bentuk baik berupa benda, dan referensi tertulis maupun narasumber untuk diolah
menjadi pengetahuan. Hal ini jelas akan mendukung implementasi pembelajaran
literasi dalam proses pembelajaran, karena dalam menemukan dan mengumpulkan
informasi tentang materi pembelajaran peserta didik dapat menggunakan empat
aktivitas dalam pembelajaran literasi yaitu membaca, menulis, menyimak, dan
berbicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Perencanaan selanjutnya yang dilakukan oleh guru yaitu menyiapkan
materi pelajaran dengan menggunakan power point maupun video. Pembuatan
power point dan penayangan video ini merupakan upaya yang dilakukan guru
dalam pemberian stimulus guna menghantarkan peserta didik dalam materi
pelajaran yang akan dipelajari. Pada saat itu materi pelajaran yang akan dipelajari
yaitu “Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara”. Dalam tampilan power point, guru
memaparkan berbagai kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara serta gambar bukti-
bukti peninggalan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara. Selain power point,
guru juga menyiapkan video mengenai letak kerajaan-kerajaan serta sumber-
sumber kerajaan Islam Nusantara.
Perencanaan selanjutnya, guna memperdalam materi pelajaran, guru
menyiapkan bahan ajar berupa narasi mengenai kerajaan-kerajaan Islam
Nusantara, yaitu tentang letak kerajaan, bukti-bukti peninggalan, sumber-sumber
kerajaan, awal berdirinya kerajaan, masa kejayaan serta para pemimpinnya, dan
keruntuhan dari kerajaan tersebut. Pembuatan bahan ajar berbentuk narasi ini guna
memfasilitasi peserta didik untuk menambah sumber belajar.
Dalam mendukung terlaksanakannya implementasi pembelajaran literasi,
guru telah menyiapkan dua penugasan untuk peserta didik. Penugasan pertama
yang direncanakan guru yaitu menemukan dan mengumpulkan informasi melalui
studi literasi dengan berbagai macam sumber belajar mengenai:
a) Bukti-bukti dan sumber-sumber berita tentang berdirinya kerajaan-kerajaan
yang bercorak Islam di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
b) Letak kerajaan serta bagaimana kehidupan politik, ekonomi, dan sosial
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia
c) Proses berdirinya dan perkembangan serta keruntuhan kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di Indonesia
Penugasan kedua yang diberikan oleh guru yaitu story telling sebagai
produk dari pembelajaran literasi. Untuk mengerjakan penugasan yang diberikan
oleh guru, peserta didik difokuskan pada empat aktivitas dalam pembelajaran
literasi yaitu membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Perencanaan yang
dibuat oleh guru ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan keterampilan dan
kreativitas peserta didik serta menambah pengetahuan dalam materi pelajaran.
Dalam perencanaannya, sebelum mengerjakan penugasan yang diberikan
oleh guru, peserta didik akan terlebih dahulu dibagi dalam kelompok dan masing-
masing kelompok berjumlah 3-4 orang. Setelah itu, untuk menuntun peserta didik
dalam mengerjakan penugasan yang pertama, yaitu mencari dan menemukan
informasi mengenai permasalahan yang telah disiapkan, guru membagikan bahan
ajar berupa narasi mengenai materi pelajaran untuk memfasilitasi peserta didik
dalam mencari informasi. Penugasan yang kedua yaitu pembuatan story telling.
Dalam pembuatan story telling ini peserta didik juga dapat memanfaatkan narasi
yang diberikan guru sebagai bahan dalam menemukan suatu ide yang nantinya
dapat dikembangkan dan dijadikan story telling. Melalui story telling ini peran
literasi akan sangat ditampakkan. Peserta didik dituntut untuk menemukan
informasi dan mengembangkan informasi tersebut menjadi sebuah cerita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
nantinya akan dikomunikasikan melaui beberapa model cerita, diantaranya
mendongeng dan berdialog.
Dalam pembuatan story telling, guru merencanakan beberapa kegiatan
yang dilakukan oleh peserta didik yaitu sebagai berikut:
1) Peserta didik menemukan dan mengumpulkan informasi-informasi yang
berkaitan dengan materi pelajaran melalui berbagai sumber, baik yang sudah
disediakan guru maupun sumber lainnya.
2) Pencarian informasi ditempuh melalui membaca narasi yang telah disediakan
guru maupun sumber lain seperti buku LKS yang mereka miliki, dan
menyimak video yang ditayangkan oleh guru. Setelah informasi sudah
dikumpulkan kemudian informasi tersebut mulai diolah dan ditulis untuk
dijadikan story telling, dan yang terakhir dikomunikasikan di depan kelas
dengan keterampilan dan kreatifitas peserta didik dan kelompoknya.
Harapan dari kegiatan ini yaitu supaya peserta didik terdorong untuk lebih
teliti dan fokus dalam mencari informasi melalui membaca dan menyimak, serta
menjadi lebih kreatif dalam menulis cerita maupun mengkomuikasikannya,
sehingga peserta didik dapat dengan mudah memahami materi pelajaran serta
banyaknya pengetahuan yang didapatkan.
Perencanaan selanjutnya yang dilakukan oleh guru yaitu membuat
perangkat pembelajaran lainnya seperti menyiapkan kisi-kisi soal serta soal tes
dan lembar penilaian untuk aspek kognitif dan penilaian untuk aspek
psikomotorik melalui penugasan story telling. Pembuatan soal tes ini, sesuai
dengan materi yang sedang dipelajari yaitu tentang kerajaan-kerajaan Islam di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Nusantara. Hal tersebut dipersiapkan oleh guru guna melihat seberapa paham
peserta didik terhadap materi yang dipelajari, serta untuk melihat keberhasilan
guru dalam mengimplementasikan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran
sejarah.
Berkaitan dengan waktu pelaksanaannya, guru merencanakan
Implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia ini,
dilakukan sebanyak 2 pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Senin,
30 April 2018, sedangkan pertemuan kedua pada hari Senin, 7 Mei 2018. Dua
pertemuan yang direncanakan oleh guru, kemudian dirangkum dan dimasukkan
dalam sintak kegiatan, Pada sintak pertemuan pertama kegiatan yang dilakukan
guru adalah pendahuluan, guru merencanakan beberapa kegiatan seperti, guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian pemberian stimulus
kepada peserta didik guna menghantarkan pada materi pembelajaran yang akan
dipelajari. Kegiatan pendahuluan ini ditempuh dalam waktu 10 menit.
Kegiatan kedua yaitu kegiatan inti. Dalam perencanaannya, kegiatan inti
ini ditempuh dalam waktu 70 menit dengan uraian kegiatan sebagai berikut, guru
membagi peserta didik dalam kelompok, guru membagikan bahan ajar berupa teks
narasi pada masing-masing kelompok, guru memberikan permasalahan dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan mengenai bukti-bukti dan sumber-sumber berita
tentang berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia, letak
kerajaan serta bagaimana kehidupan politik, ekonomi, dan sosial kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia, serta proses berdirinya dan
perkembangan serta keruntuhan kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Indonesia. Berangkat dari permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang dibuat
oleh guru tersebut, kemudian peserta didik diinstruksikan untuk mencari dan
menemukan informasi melalui identifikasi masalah, pengumpulan data, dan
pengolahan data. Pada kegiatan ini peserta didik melakukan penemuan informasi
mengenai permasalahan yang berbentuk pertanyaan tersebut melalui beberapa
sumber, dan kemudian informasi yang didapatkan oleh peserta didik melalui
kelompok tersebut dikumpulkan serta diolah dengan cara mengkritisi melalui
diskusi. Dalam kegiatan inti, guru memberikan penugasan pada masing-masing
kelompok untuk mulai melakukan penyusunan draf story telling sebagai produk
literasi.
Kegiatan ketiga yang direncanakan oleh guru yaitu penutup, dalam
kegiatan ini guru melakukan penarikan kesimpulan mengenai informasi-informasi
yang telah di temukan oleh peserta didik, dan guru memberikan penugasan pada
peserta didik untuk mempersiapkan story telling yang akan ditampilkan pada
pertemuan selanjutnya, pada akhrir pertemuan guru menutup pelajaran dengan
salam. Kegiatan penutup ini ditempuh dalam waktu 10 menit.
Pada pertemuan kedua, guru merencanakannya dengan membuat sintak
uraian kegiatan untuk melanjutkan kegiatan pada pertemuan pertama. Pada
kegiatan pertama yaitu pendahuluan, guru membuka pelajaran dengan salam,
selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan menanyakan materi dipertemuan
sebelumnya, lalu guru melanjutkannya dengan menanyakan kesiapan masing-
masing kelompok untuk penampilan story telling. Pada kegiatan pendahuluan ini
guru merencanakan waktu yang akan ditempuh yaitu selama 5 menit. Selanjutnya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
guru melanjutkan pada kegiatan inti. Pada kegiatan inti ini guru merencanakan
kegiatan memverifikasi dengan mempersilahkan setiap kelompok untuk
mengkomunikasikan hasil diskusinya dengan penampilan story telling yang
nantinya akan disimak dan ditanggapi oleh guru kelompok lainnya, guru juga
merencanakan kegiatan menyimpulkan, yaitu peserta didik menyimpulkan
berbagai informasi yang didapat dari materi pelajaran dan juga dari penampilan
story telling serta guru juga menginstruksikan pada masing-masing kelompok
untuk menyempurnakan penugasan strory telling berdasarkan masukan dan
kesimpulan yang telah diambil. Dalam kegiatan inti guru memperkirakan waktu
selama 50 menit.
Kegiatan terakhir yaitu penutup. Pada kegiatan ini guru melakukan
penguatan konsep pada materi pelajaran, setelah guru melakukan penguatan
konsep, guru juga menugaskan peserta didik dalam kelompok untuk
menyelesaikan penyempurnaan penugasan story telling untuk dikumpulkan pada
pertemuan berikutnya apabila kelompok belum bisa menyelesaikannya di kelas,
setelah itu guru membagikan soal tes pilihan ganda berjumlah 20 soal yang
berkaitan dengan materi pelajaran yang telah dipelajari selama 2 pertemuan untuk
mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Sembari peserta
didik mengerjakan soal tes, guru juga menayangkan video tentang salah satu
contoh cara menghargai peninggalan bersejarah untuk bahan refleksi peserta didik
guna mengambil nilai kehidupan yang harus ditanamkan pada diri peserta didik
yang kemudian peserta didik akan menuliskan refleksi tersebut dilembar soal tes
yang telah disediakan oleh guru, setelah soal tes selesai dikumpulkan, selanjutnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
guru menutup pelajaran dengan salam. Dalam kegiatan penutup, guru telah
memperkirakan waktunya selama 35 menit.
Berbagai macam perencanaan dan persiapan yang dilakukan guru ini guna
mendukung terlaksananya implementasi pembelajaran literasi pada mata pelajaran
sejarah. Perencanaan disusun sedemikian rupa guna menjadikan implementasi
pembelajaran literasi ini dapat berjalan dengan baik, dan dapat menarik minat
serta motivasi belajar peserta didik dalam pelajaran sejarah.
2. Pelaksanaan Implementasi Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran
Sejarah Indonesia
Kegiatan Literasi Sekolah telah dilaksanakan di SMA Negeri 11
Yogyakarta sejak sebelum pemerintah mencanangkan GLS.105 Dalam konteks
pelaksanaan GLS SMA Negeri 11 Yogyakarta mulai menerapkannya pada tahun
2015 pada saat tahun ajaran baru. Kegiatan GLS tersebut dimulai dari tahap
pertama yaitu pembiasaan dan kemudian dilanjutkan dengan pengembangan dan
pembelajaran. Hal tersebut berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran
sejarah yang menyatakan bahwa: Gerakan literasi sekolah di SMA Negeri 11
Yogyakarta ini sudah berjalan dengan baik. Sekolah menjalankan kegiatan GLS
tersebut sesuai dengan aturan dalam buku pedoman GLS, bahwa pada tahap
pembiasaan sudah mulai dilakukan dengan kegiatan membaca 15 menit sebelum
pelajaran dimulai, pada tahap pengembangan sudah sering diadakan lomba literasi
seperti menulis puisi dan cerita, serta tahap pembelajaran yang dilakukan dalam
105 CL 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
proses pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah, guru telah menerapkan
pembelajaran literasi dalam proses pembelajaran sejarah, salah satu kegiatannya
adalah mengarahkan peserta didik untuk membaca buku tentang materi pelajaran
di perpustakaan dan mengkritisi hasil bacaan tersebut.106 Pelaksanaan
implementasi pembelajaran literasi ini pada dasarnya mendorong peserta didik
untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pelaksanaan implementasi pembelajaran literasi dalam mata
pelajaran sejarah, guru merencanakan beberapa kegiatan dalam proses
pembelajaran di kelas dan juga melakukan berbagai persiapan, yaitu dengan
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkam materi dan
bahan ajar, merencanakan penugasan untuk peserta didik guna mendukung
terlaksananya implementasi pembelajaran literasi, membuat kisi-kisi soal serta
soal tes, dan menyiapkan instrumen penilaian sebagai hasil evaluasi.
Implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah ini
dilakukan di kelas X MIPA 4 dengan jumlah peserta didik sebanyak 29 orang.
Pelaksanaan implementasi pembelajaran literasi ini dilakukan selama 2
pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Senin, 30 April 2018,
sedangkan pertemuan kedua pada hari Senin, 7 Mei 2018.
Pada awal pelaksanaan pembelajaran literasi Senin, 30 April 2018 pukul
14.00 guru menyiapkan beberapa peralatan pembelajaran, seperti bahan ajar
berupa narasi, buku pelajaran, laptop, LCD dan speaker. Setelah semua peralatan
sudah selesai disiapkan, kemudian guru mulai membuka pelajaran dengan
106 CL 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
mengucap salam, selanjutnya guru memberikan stimulus kepada peserta didik
untuk menghantarkan pada materi pelajaran yang akan dipelajari. Pada saat itu
guru menggunakan media yaitu power point yang berisi tentang penjelasan materi
dan gambar-gambar, guru juga menayangkan video yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Dalam proses pemberian stimulus pada peserta didik ini guru mulai
menggunakan aktivitas dalam pembelajaran literasi yaitu menyimak. Peserta didik
menyimak penjelasan guru, dan tayangan video tersebut dengan tenang.
Langkah selanjutnya, guru menginstruksikan peserta didik untuk
membentuk kelompok, guru membagi menjadi 8 kelompok masing-masing
kelompok berjumlah 3-4 orang. Setelah membentuk kelompok guru mengatur
tempat untuk masing-masing kelompok. Setelah masing-masing anggota
kelompok sudah memposisikan diri, kemudian guru memberikan bahan ajar
berupa narasi pada masing-masing kelompok tersebut. Narasi yang dibagikan
tersebut berisi mengenai materi tentang kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
Selain narasi guru juga memberikan beberapa permasalahan dalam bentuk soal
tentang materi pelajaran. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik dapat
menambah pengetahuan serta memahami materi lebih dalam lagi melalui
informasi yang ditemukan melalui studi literasi dengan berbagai macam sumber
belajar, sehingga peserta didik tidak hanya membaca dan menyimak lalu
diabaikan begitu saja.
Empat aktivitas dalam literasi berpengaruh kuat dalam implementasi
pembelajaran literasi. Aktivitas-aktivitas tersebut digunakan sebagai strategi guru
dalam mengimplementasikan pembelajaran literasi yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
1) Membaca
Pada kegiatan membaca guru mewajibkan masing-masing kelompok untuk
membaca narasi yang diberikan oleh guru. Dalam kegiatan ini, guru
mempersilahkan masing-masing kelompok memilih salah satu anggotanya untuk
membaca narasi tersebut. Perwakilan salah satu dari kelompok membacakan
narasi tersebut dan anggota kelompok menyimak. Dalam kegiatan ini peserta
didik juga dapat membaca dari buku pelajaran atau dari sumber lainnya untuk
dapat mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data berupa informasi, dan
mengolah informasi tersebut. Kegiatan membaca ini memiliki kelebihan untuk
membangun budaya membaca pada peserta didik, dan mengembangkan
keterampilan peserta didik dalam menemukan informasi serta dapat meningkatkan
pengetahuan dalam pelajaran.
2) Menyimak
Pada kegiatan menyimak, peserta didik melakukannya ketika guru
memberikan stimulus pada awal pelajaran, yaitu menyimak penjelasan guru, dan
menyimak tayangan video. Kemudian kegiatan menyimak ini dilakukan peserta
didik saat sudah berada di dalam kelompok, yaitu menyimak salah satu dari teman
yang membacakan informasi mengenai materi pelajaran dari narasi yang diberikan
oleh guru, dan dari sumber lain. Dalam kegiatan menyimak ini nantinya juga akan
dilakukan ketika penampilan story telling. Kegunaan dari kegiatan menyimak ini
yaitu melatih peserta didik supaya lebih fokus dalam menemukan berbagai
informasi serta dapat mengolah informasi tersebut menjadi pengetahuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
3) Menulis
Pada kegiatan menulis, peserta didik mulai melakukannya ketika mereka
menyimak teman yang membaca. Dalam hal ini peserta didik akan menuliskan
informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diberikan oleh guru pada
awal pelajaran. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran ini peserta didik juga
diberi tugas oleh guru untuk membuat story telling. Oleh karena itu, selain peserta
didik menulis informasi mengenai permasalahan yang diberikan guru, peserta
didik juga menuliskan draf dari story telling. Dalam pembuatan story telling ini,
masing-masing kelompok mengambil ide dari narasi yang disediakan guru yaitu
cerita mengenai kejayaan kerajaan, pemimpin kerajaan, serta permasalahan-
permasalahan yang terjadi pada kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
Kelebihan dari kegiatan menulis ini adalah peserta didik dapat
menumbuhkan keterampilannya dalam meringkas hasil membaca dan menyimak
yang telah dilakukan sebelumnya, selain itu peserta didik juga dapat lebih
terampil dalam membuat cerita sejarah atau story telling yang ditugaskan oleh
guru.
4) Berbicara
Pada kegiatan berbicara, guru melaksanakannya pada pertemuan ke 2
Senin,7 Mei 2018 pukul 14.00. Pada kegiatan ini peserta didik
mengkomunikasikan hasil penemuan informasi mengenai permasalahan yang
diberikan guru dan penampilan story telling. Dalam melakukan story telling,
peserta didik tampil di depan guru dan teman-teman yang lainnya dengan
mendongeng dan berdialog. Dalam kegiatan story telling ini guru juga melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
penilaian keterampilan dari segi konsep/gagasan, isi cerita, penyampaian cerita,
teknik dan gaya bercerita, dan yang terakhir adalah kreatifitas dari story telling
tersebut.
Dalam kegiatan selanjutnya, peserta didik mendapatkan penguatan konsep
serta kesimpulan dari guru. Selanjutnya, pada saat sekarang ini dalam proses
pembelajaran di kelas, peserta didik tidak hanya dituntut untuk memahami materi
pelajaran saja. Akan tetapi peserta didik juga diajak untuk menemukan nilai-nilai
kehidupan yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Pada
pelaksanaan pembelajaran ini, guru mengajak peserta didik untuk berefleksi
bersama melalui tayangan video tentang menghargai peninggalan sejarah. Melalui
kegiatan tersebut, peserta didik dapat menemukan nilai kehidupan mengenai
bagaimana cara mereka sebagai seorang generasi muda untuk dapat menghargai
peninggalan sejarah.
Pelaksanaan implementasi pembelajaran literasi yang dilakukan oleh guru,
ditutup dengan melakukan tes guna melihat aspek kognitif dari peserta didik, hal
ini dilakukan untuk melihat seberapa paham peserta didik terhadap materi yang
telah dipelajari menggunakan pembelajaran literasi tersebut. Tes ini dilakukan
dengan memberikan soal pilihan ganda pada peserta didik berjumlah 20 soal.
Dalam pelaksanaan implementasi pembelajaran literasi ini, perencanaan
yang telah dibuat oleh guru dapat terlaksana dengan baik. Berkaitan dengan
pelaksanaan implementasi pembelajaran literasi pada mata pelajaran sejarah di
kelas X MIPA 4, peserta didik merasakan perbedaan proses pembelajaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
menggunakan literasi dengan pembelajaran yang tanpa menggunakan literasi.
Untuk itu memunculkan beberapa respon peserta didik sebagai berikut:
a) Kelebihan Proses Pembelajaran Sejarah dengan Memanfaatkan
Pembelajaran Literasi
Implementasi pembelajaran literasi di kelas X MIPA 4, diharapkan dapat
memberi kelebihan bagi perkembangan pengetahuan dan kreativitas peserta didik
dalam mata pelajaran sejarah. Dalam pelaksanaannya respon peserta didik
terhadap pembelajaran literasi ini sangat positif. Sebagian besar peserta didik
mengatakan bahwa mereka menjadi lebih mudah dalam memahami materi
pelajaran.107 Peserta didik menyatakan bahwa materi pelajaran dapat mudah
dipahami, karena dalam proses pembelajaran peserta didik difokuskan pada
kegiatan membaca sehingga peserta didik menjadi lebih mudah mendapatkan
informasi tentang materi pelajaran.108 Peserta didik juga menyatakan bahwa
aktivitas dalam literasi ini dapat membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran sejarah.109 Peserta didik berpendapat pula, bahwa dengan
pembelajaran literasi materi pelajaran menjadi mudah dipahami dengan
memanfaatkan aktivitas pembelajaran literasi yang dilaksanakan dalam proses
pembelajaran sejarah.110
Peserta didik juga menyatakan bahwa dengan pembelajaran literasi ini,
pembelajaran menjadi lebih enak, menyenangkan dan tidak gampang bosan.111
Ada pula peserta didik yang menyatakan bahwa dengan mengikuti pembelajaran
107 CL 4, CL 6, CL 7, CL 8, CL 9, CL 10108 CL 4, CL 6, CL 7, CL 10109 CL 3110 CL 7,CL 9111 CL 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
literasi ini menjadi termotivasi untuk rajin membaca sehingga mudah dalam
menemukan informasi mengenai materi pelajaran.112 Selain itu, peserta didik juga
menyatakan bahwa dengan pembelajaran literasi mata pelajaran menjadi lebih
detail sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi pelajaran.113
b) Kesulitan yang dihadapi pesrta didik dalam dalam proses pembelajaran
sejarah dengan memanfaatkan literasi
Berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam pelaksanaan
implementasi pembelajaran literasi, sebagian peserta didik menyatakan bahwa
dalam menjalankan pembelajaran literasi, peserta didik masih kurang fokus dalam
membaca, sehingga peserta didik menjadi sedikit sulit untuk mendapatkan
informasi mengenai mata pelajaran.114 Ada pula peserta didik yang menyatakan
bahwa masih kurang suka dalam membaca, malas untuk menulis, dan masih
kurang percaya diri untuk berbicara.115
Selanjutnya, salah seorang peserta didik menyatakan bahwa dirinya tidak
menyukai literasi karena peserta didik ini malas membaca.116 Selain itu peserta
didik juga menyatakan bahwa mereka kesulitan jika dalam pelaksanaan literasi ini
guru menggunakan cara belajar dengan membentuk kelompok, karena hal tersebut
menyebabkan suasana belajar menjadi tidak kondusif karena adanya teman
kelompok yang tidak serius dalam mengikuti pembelajaran, ribut sendiri.117
112 CL 5113 CL 8114 CL 3, CL 4, CL 5115 CL 6116 CL 9117 CL 7, CL 8, CL 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
c) Cara Mengatasi Kesulitan dalam Proses Pembelajaran Literasi
Berkenaan dengan cara mengatasi kesulitan yang dihadapi peserta didik
dalam pelaksanaan pembelajaran literasi, sebagian besar peserta didik menyatakan
bahwa mereka berusaha untuk membiasakan diri dalam membaca, dan harus lebih
fokus lagi dalam membaca.118 Adapun peserta didik yang mengatakan bahwa
harus membiasakan diri untuk membaca supaya mudah memahami isi bacaan dan
mudah dalam mendapatkan informasi mengenai mata pelajaran.119 Selanjutnya
beberapa peserta didik juga menyatakan bahwa mereka akan memanfaatkan jam
literasi sekolah sebaik-baiknya guna membiasakan diri dan memotivasi diri untuk
membaca.120
Berkaitan dengan kesulitan peserta didik tentang cara belajar
menggunakan kelompok sehingga menjadikan pembelajaran menjadi tidak
kondusif, maka beberapa peserta didik berpendapat mengenai cara yang dapat
digunakan ntuk menjadikan kelas menjadi kondusif. Beberapa peserta didik
tersebut menyatakan bahwa masing-masing dari peserta didik harus menjaga diri
untuk lebih serius dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas , dan
tetap kondusif agar dapat menyimak, menyimak teman yang membacakan narasi
yang diberikan guru.121 Selain itu ada pula peserta didik yang mengatakan bahwa
mereka harus kompak lagi dalam mengkondisikan kelompok, agar bisa lebih
fokus lagi dalam menyimak teman yang sedang membaca.122 Adapun peserta
didik yang mengatakan bahwa sebaiknya dalam pembelajaran literasi ini tidak
118 CL 3, CL 4)119 CL 5120 CL 6, CL 9121 CL 7122 CL 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dibentuk kelompok tetapi lebih enak sendiri-sendiri saja supaya lebih fokus dan
tidak terganggu pada saat membaca, dan menyimak.123
d) Pemahaman yang Didapatkan dalam Mata Pelajaran Sejarah Melalui
Pembelajaran Literasi
Berkenaan dengan pemahaman yang didapatkan peserta didik dalam
pelaksanaan pembelajaran literasi pada mata pelajaran sejarah, secara keseluruhan
peserta didik mengatakan bahwa mereka menjadi lebih paham dengan materi
pelajaran sejarah yang sedang dipelajari. Pada saat peneliti melakukan penelitian
materi pelajaran sejarah Indonesia yang sedang dipelajari di kelas X MIPA 4
adalah “Masuknya Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara”.
Sebagian besar Peserta didik mengatakan bahwa dengan pembelajaran
literasi tersebut peserta didik menjadi paham dan mudah menyerap materi
pelajaran yang sedang dipelajari. Contohnya materi tentang kerajaan-kerajaan
Islam, peserta didik menjadi lebih paham dari berdiri hingga keruntuhannya.124
Adapula peserta didik yang menyatakan bahwa pada awalnya peserta didik ini
susah mengerti dengan materi sejarah tapi setelah belajar sejarah dengan literasi
yang memuat beberapa aktivitas tersebut, peserta didik menjadi lebih paham dan
mudah mengerti dengan materi sejarah. 125
e) Kesan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Literasi pada Mata
Pelajaran Sejarah Indonesia
Mengenai kesan peserta didik terhadap pembelajaran literasi, sebagian
besar peserta didik mengatakan bahwa pembelajarannya menjadi lebih seru dan
123 CL 10124 CL 4, CL 5, CL 8, CL 9125 CL 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
menyenangkan.126 Kesan dari peserta didik sangat positif. Ada beberapa peserta
didik yang mengatakan bahwa pembelajaran literasi ini menjadikan pembelajaran
sejarah menjadi asik, mereka menjadi lebih aktif dan tidak mudah bosan dalam
belajar.127 Adapun peserta didik yang berkesan yaitu pada saat disuruh membuat
cerita sejarah, karena peserta didik ini suka menulis dan membuat cerita.128
Salah satu peserta didik menyatakan bahwa dia mengalami perubahan
dalam dirinya, pada awalnya peserta didik ini tidak tertarik dengan literasi ,
karena dia berfikiran bahwa dalam pembelajaran literasi itu akan disuruh terus
menerus untuk membaca buku, tetapi ternyata tidak, ternyata ada kegiatan
menyimak video, menyimak guru membacakan materi, menulis cerita sejarah, dan
bercerita tentang sejarah didepan teman-teman, dengan begitu peserta didik ini
menjadi lebih tertarik dengan pembelajaran literasi.129 Adapun peserta didik yang
mengatakan bahwa dia sangat berkesan sekali dengan pembelajaran literasi
dikarenakan belajarnya menjadi lebih asik, dan tidak membosankan karena
banyak aktivitas yang dilakukan.130
Dalam pelaksanaan implementasi pembelajaran literasi dalam mata
pelajaran sejarah Indonesia di kelas X MIPA 4 ini peserta didik menjadi lebih
aktif dan terampil dalam proses pembelajaran. Keaktifan dan keterampilan peserta
didik ini dibangun melalui empat aktivitas yang terkandung dalam literasi, yaitu
membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Selain meningkatkan keaktifan dan
keterampilan peserta didik, diakhir pelajaran guru menayangkan video tentang
126 CL 4, CL 5, CL 7, CL 8, CL 10127 CL 4128 CL 10129 CL 9130 CL 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
contoh kasus mengenai seseorang yang tidak menghargai peninggalan sejarah.
Video ini dijadikan bahan refleksi untuk mengakhiri pelajaran. Harapan guru
dalam melakukan refleksi tersebut yaitu untuk menyeimbangkan antara
pengetahuan dan nilai-nilai luhur yang harus dimiliki oleh masing-masing peserta
didik.
Berdasarkan hasil observasi, implementasi pembelajaran literasi dalam
mata pelajaran sejarah Indonesia berhasil dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut
dapat dilihat dari aktivitas guru yang telah melaksanakan beberapa kegiatan
berupa pendahuluan, inti, dan penutup secara runtut sesuai dengan perencanaan
pembelajaran. Selain itu, keberhasilan dalam implementasi pembelajaran literasi
juga dilihat dari hasil wawancara dengan peserta didik yang menghasilkan respon
positif. Peserta didik mengatakan bahwa pembelajaran literasi terkesan seru,
menyenangkan, serta dapat menambah pemahaman dan pengetahuan peserta didik
dalam mata pelajaran sejarah.
3. Hasil implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah
Indonesia
Pada dasarnya, strategi pembelajaran literasi dilakukan guna mengurangi
tingkat kebosanan peserta didik dalam belajar sejarah dan juga dapat mengurangi
rendahnya minat baca peserta didik. Pembelajaran literasi juga dapat melatih
peserta didik untuk berfikir kritis dan mengolah kemampuan komunikasi secara
kreatif. Selain itu, strategi pembelajaran sejarah dengan menerapkan literasi ini
dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
memuat tiga aspek yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotor. Sehingga semakin
intensifnya pemanfaatan GLS dalam pembelajaran sejarah diyakini dapat
meningkatkan hasil belajar berupa kemampuan dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Hasil implementasi pembelajaran literasi yang memuat aspek kognitif
afektif dan psikomotorik ini dilihat melalui aktivitas peserta didik dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Hasil tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
a) Kognitif
Dalam aspek kognitif, guru menyiapkan soal untuk melakukan tes
pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari dengan menggunakan
pembelajaran literasi. Peserta didik yang mengikuti tes ini berjumlah 27 orang.
Soal tes yang disiapkan guru berbentuk pilihan ganda berjumlah 20 nomor. Dari
segi aspek kognitif peserta didik, yang dilakukan melalui tes ini, hasilnya sangat
baik. Rata-rata nilai peserta didik telah mencapai nilai KKM yang telah
ditetapkan oleh sekolah yaitu 75. Namun, masih ada peserta didik yang belum
mencapai KKM, tetapi nilainya tidak jauh dari KKM. Dilihat dari hasil tes ini,
hasil belajar peserta didik pada pelajaran sejarah Indonesia dengan menggunakan
pembelajaran literasi dapat dibilang berhasil, karena nilai peserta didik
memuaskan. Berikut ini dapat dilihat nilai aspek kognitif peserta didik melalui
implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di
SMA Negeri 11 Yogyakarta:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tabel 8. Data Nilai Aspek Kognitif Implementasi Pembelajaran Literasi
No.Urut
NAMA SISWAKKM NILAI T TTX MIPA 4
1 Adelia Disty N 75 90 √2 Adinda Nurrohmah 75 85 √3 Afkar WM 75 85 √4 Allysa Radhwa W 75 90 √5 Aprilia Dwi M 75 70 √6 Ardiansyah N.R 75 85 √7 Athaya Bunga Callistha 75 90 √8 Atika Larasati 75 85 √9 Athaya Zahra 75 90 √10 Aufa H.S 75 90 √11 Clarita P.H 75 85 √12 Devira N.Z 75 90 √13 Fattika Cahya K 75 90 √14 Geraldiana Pusparani 75 85 √15 Hugo Vale. P 75 85 √16 Iqbal Jamiarsad 75 75 √17 Ilma Aulia 75 85 √18 Jauzaili Wikan H 75 85 √19 M. Calvin W 75 85 √20 M. Rahan Didi M 75 90 √21 M. Yusuf 75 85 √22 Nanda Ayoe R D 75 85 √23 Nadifa Aulia Putri A 75 85 √24 Pramesthi Wicitra S 75 85 √25 Rizka Aulia F 75 90 √26 Rayhan Amiaji 75 85 √27 Viki Wijaya 75 90 √
JUMLAH 2320
RATA-RATA 85,92
PROSENTASE 96,30%
Keterangan:T : TuntasTT: Tidak Tuntas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata peserta didik
dapat mencapai 85,92 dengan prosentase 96,30%. Jumlah peserta didik yang
tuntas mencapai 26 orang, sedangkan yang tidak tuntas hanya 1 orang saja..
Dilihat dari perolehan nilai peserta didik yang sebagian besar mencapai nilai
KKM, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran literasi dalam
mata pelajaran sejarah Indonesia berhasil menarik minat dan motivasi peserta
didik sehingga dapat menambah pengetahuan dan pemahaman peserta didik
terhadap mata pelajaran sejarah yang sedang dipelajari.
b) Afektif
Dalam melihat aspek afektif peserta didik, guru dan peneliti telah
menyiapkan pengamatan. Guru mengamati sikap peserta didik melalui respon
peserta didik terhadap pembelajaran. Sedangkan peneliti telah menyiapkan
kuesioner untuk mengetahui minat peserta didik dalam implementasi
pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia. Dari hasil
pengamatan guru mengenai respon peserta didik terlihat bahwa Respon peserta
didik dalam proses pembelajaran literasi tersebut sangat positif. Peserta didik
mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dan mengerjakan penugasan
yang diberikan oleh guru dengan baik. Selanjutnya, kuesioner yang telah
disiapkan oleh peneliti tersebut di dalamnya mencakup pernyataan positif serta
negatif yang berkaitan dengan pembelajaran literasi. Hasil dari perolehan skor
kuesioner dapat dilihat pada tabel dan diagram dibawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Tabel 9. Data Minat Belajar Peserta Didik Terhadap Implementasi
Pembelajaran Literasi
Skala Jumlah Presentase Keterangan100-81 0 0% Sangat Tinggi80-61 25 92,60 % Tinggi60-41 2 7,40 % Sedang40-21 0 0% Rendah20-0 0 0% Sangat Rendah
Jumlah 27 100%
Gambar III. Diagram Hasil Minat Belajar Peserta Didik Terhadap
Implementasi Pembelajaran Literasi
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat dilihat bahwa minat peserta
didik X MIPA 4 terhadap pembelajaran literasi dalam kategori tinggi dan sedang.
Hal tersebut terlihat dalam perolehan skor yang mencapai 92,60% dengan kategori
tinggi dan 7,40% dengan kategori sedang. Dari hasil kuesioner tersebut, dapat
disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran
sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta dapat dikatakan berhasil
menarik minat dan motivasi belajar peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
c) Psikomotorik
Dari segi aspek psikomotorik, guru melakukan penilaian melalui
penugasan story telling dan penampilan story telling dalam kelompok. Penilaian
yang guru lakukan melalui beberapa kriteria, berikut merupakan kriteria penilain
keterampilan penugasan story telling peserta didik :
Tabel 10. Kriteria Penilaian Keterampilan Peserta Didik
No Kriteria
1 Konsep/Gagasan
2 Isi Cerita
3 Penyampaian Cerita
4 Teknik dan Gaya Bercerita
5 Kreatifitas
Dalam aspek psikomotorik guru melakukan penilaian melalui beberapa
kriteria, antara lain mengenai konsep/gagasan peserta didik dalam melakukan
kegiatan keterampilan tersebut, isi cerita, penyampaian story telling, teknik dan
gaya bercerita, serta melihat kreatifitas peserta didik dalam membuat story telling
yan ditugaskan oleh guru. Berikut merupakan hasil perolehan nilai masing-masing
kelompok melalui penugasan story telling:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tabel 11. Data Nilai Aspek Psikomotorik dalam Penugasan Story Telling
KELOMPOK KKM NILAI TuntasTidakTuntas
1 (Samudra Pasai) 75 90 √2 (Malaka) 75 90 √3 (Aceh) 75 90 √4 (Demak) 75 90 √5 (Pajang) 75 85 √6 (Mataram Islam) 75 90 √7 (Gowa-Talo) 75 85 √8 (Ternate-Tidore) 75 90 √
JUMLAH 710
RATA-RATA 88,75
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai masing-masing kelompok
telah mencapai nilai KKM. Penilaian tersebut dilihat berdasarkan kriteria yang
telah dibuat oleh guru. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh guru, kebanyakan
peserta didik sudah mulai kreatif dalam memunculkan konsep ide dan gagasan
untuk membuat penugasan story telling ini melalui mendongeng dan berdialog.
Dari masing-masing kelompok sudah mulai terlihat kreatif. Cerita sejarah yang
mereka ambil sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari, yaitu
mengenai “Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara”. Dalam materi tersebut, ide
yang diambil untuk dijadikan cerita yaitu tentang kejayaan kerajaan, pemimpin
kerajaan, permasalahan yang terjadi dalam kerajaan, serta keruntuhan dari
kerajaan tersebut.
Kelompok pertama adalah kelompok dengan topik “Kerajaan Samudra
Pasai”. Kelompok ini mendongeng mengenai sejarah kerajaan Samudra Pasai.
Dalam membuat konsep/gagasan dan isi cerita, kelompok telah terlihat baik,
kreatif serta menarik. Dari segi penampilan story telling kelompok ini sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
terlihat baik walaupun masih terlihat kaku dan kurang percaya diri. Kreatifitas
dari kelompok ini sudah mulai terlihat dari penyusunan cerita yang sudah baik dan
menarik.
Kelompok kedua adalah kelompok dengan topik “Kerajaan Malaka”.
Kelompok ini mendongeng tentang kisah Parameswara yaitu raja pertama dari
kerajaan Malaka. Konsep/gagasan dan isi cerita yang dibuat oleh kelompok ini
sudah terlihat baik. Dari segi penampilan story telling kelompok ini sudah terlihat
percaya diri dan cerita yang dibawakannya juga mencadi lebih jelas. Kreatifitas
dari kelompok ini juga terlihat melalui pemilihan judul dan penyusunan isi cerita
yang sangat menarik.
Kelompok ketiga adalah kelompok dengan topik “Kerajaan Aceh”.
Kelompok ini mengangkat cerita tentang Iskandar Muda. Cerita tersebut dibuat
menjadi sebuah dongeng yang sangat baik dan menarik. Konsep/gagasan dan isi
cerita yang dibuat oleh kelompok ini sudah terlihat kreatif dan menarik. Dari segi
penampilan story telling, kelompok ini terlihat baik dan sangat menghayati cerita.
Kreatifitas dari kelompok ini sudah mulai terlihat melalui susunan isi cerita yang
menarik.
Kelompok keempat adalah kelompok dengan topik “Kerajaan Demak”.
Kelompok ini mendongeng tentang Raden Patah. Konsep/gagasan dan isi cerita
yang dibuat oleh kelompok ini sudah kreatif dan baik. Dari segi penampilan story
telling, kelompok ini ternilai sangat baik, karena terlihat sangat ekspretif dan
mendalami cerita. Kreatifitas dari kelompok ini sudah mulai terlihat dari
penyusunan cerita dan gaya bercerita yang telah dibawakan oleh kelompok ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Kelompok kelima adalah kelompok dengan topik “Kerajaan Pajang”.
Kelompok ini mengangkat cerita mengenai sejarah kerajaan Pajang.
Konsep/gagasan dan isi cerita yang dibuat kelompok sudah terlihat baik dan jelas,
namun masih terlalu singkat. Dari segi penampilan story telling, kelompok ini
telah mampu membawakannya dengan baik dan sangat menghayati cerita.
Kreatifitas kelompok ini masih ternilai kurang, karena isi cerita masih terlalu
singkat.
Kelompok keenam adalah kelompok dengan topik “Kerajaan Mataram
Islam”. Kelompok ini mengangkat cerita tentang asal-usul kesultanan Mataram
Islam. Konsep/gagasan dan isi cerita yang dibuat oleh kelompok ini ternilai sangat
baik dan kreatif. Dari segi penampilan story telling, kelompok ini telah
membawakannya dengan sangat baik, menghayati, dan menarik perhatian.
Kreatifitas kelompok ini telah terlihat melalui penyusunan cerita dan pembuatan
alat peraga menggunakan kertas yang bertuliskan nama-nama tokoh dalam
kerajaan Mataram Islam.
Kelompok ketujuh adalah kelompok dengan topik “Kerajaan Gowa-
Tallo”.Kelompok ini adalah satu-satunya kelompok yang membawakan cerita
dengan menggunakan dialog. Dialog tersebut dibuat dengan konsep berbagi
pengetahuan mengenai sejarah kerajaan Gowa dan Tallo. Dilihat dari hasil dialog
tersebut maka konsep/gagasan yang telah dibuat oleh kelompok terlihat sangat
baik. dari segi penampilan story telling dengan berdialog tersebut, kelompok telah
membawakannya dengan baik. Dari segi kreatifitasnya juga ternilai baik karena
kelompok telah mampu menyusun dialog tersebut menjadi menarik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Kelompok kedelapan adalah kelompok dengan topik “Kerajaan Ternte dan
Tidore”. Kelompok ini membuat dongeng tentang sejarah dari kerajaan Ternate
dan tidore. Konsep/gagasan dan isi cerita yang dibuat oleh kelompok ternilai
cukup baik. Dari segi penampilan story telling, kelompok ini menghayati dan
terlihat percaya diri. Kreatifitas kelompok ini terlihat baik melalui penyusunan
cerita yang jelas dan mudah dipahami.
Berkaitan dengan hasil penilaian psikomotorik pada peserta didik melalui
kelompok yang telah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa Implementasi
pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia ini dikatakan
berhasil karena dapat menggali dan mengembangkan keterampilan peserta didik
dengan baik. Hal tersebut terbukti bahwa peserta didik dalam kelompok mampu
mencapai nilai KKM serta kriteria yang dibuat oleh guru meskipun masih ada
beberapa yang belum optimal dan masih membutuhkan pembiasaan yang lebih
sering lagi dalam mengembangkan keterampilan. Hal terkecil yang dilakukan
peserta didik merupakan kreatifitas mereka yang perlu dihargai dan terus
dikembangkan.
Hasil dari pembelajaran literasi ini tidak hanya berfokus pada bidang
pengetahuan, tetapi juga dapat menumbuhkan sikap positif pada diri peserta didik.
Dalam penelitian ini terlihat bahwa sikap positif yang tumbuh dalam diri peserta
didik yaitu sikap keingintahuan peserta didik terhadap mata pelajaran, dan sikap
menghargai yang tumbuh melalui refleksi yang dilakukan. Tumbuhnya sikap
positif ini membuktikan bahwa pembelajaran literasi tidak hanya berfokus pada
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peserta didik dalam proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
pembelajaran, tetapi juga dapat menumbuhkan nilai positif peserta didik untuk
dapat menjadi bekal dalam kehidupan sehari-hari.
C. Pembahasan
1. Perencanaan Implementasi Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran
Sejarah Indonesia
Implementasi pembelajaran literasi khususnya dalam mata pelajaran
sejarah tentunya masih sangat asing untuk didengar. Pembelajaran literasi lebih
dikenal sebagai pembelajaran dalam bidang bahasa Indonesia padahal
pemanfaatan literasi tidak melulu berkaitan dengan mata pelajaran kebahasaan,
namun dapat diterapkan untuk seluruh mata pelajaran termasuk sejarah.131 Secara
tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis.
Namun, dalam perkembangannya literasi tidak hanya diartikan sebagai
kemampuan membaca dan menulis tetapi lebih berkembang lagi menjadi
kemampuan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.132 Selain itu, sejalan
dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi guru di sekolah
harus berpikir bahwa literasi merupakan sebuah konsep yang berkembang dan
dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran di kelas.133 Sejalan dengan
perkembangan dari pengertian literasi tersebut, memunculkan ketertarikan
tersendiri bagi pemerintah.
Melihat semakin melemahnya tingkat minat baca di Indonesia,
Kemendikbud mempersiapkan pembelajaran dalam kurikulum 2013 untuk
131 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 1.132 Yunus Abidin dkk, 2017,op.cit., hlm. 1.133 Ibid., hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
menyongsong pendidikan di abad ke-21 salah satunya yaitu pemanfaatan
literasi.134 Hal ini diwujudkan dengan dikeluarkannya Permendikbud no 23 tahun
2015 mengenai Penumbuhan Budi Pekerti (PBP). Pelaksanaan PBP ini memiliki
beberapa tujuan salah satunya yaitu mendorong peserta didik gemar membaca dan
mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi bakatnya. Kegiatan PBP ini
dilakukan dengan membiasakan prilaku positif di sekolah, salah satu kegiatan
pembiasaan ini adalah adanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS).135
Pelaksanaan GLS terdiri dari 3 tahapan, yaitu tahap pembiasaan, tahap
pengembangan, dan tahap pembelajaran. Pada tahap pembiasaan kegiatannya
berupa 15 menit membaca setiap hari sebalum jam pelajaran dimulai. Selanjutnya
pada tahap pengembangan kegiatannya berupa pengembangan kemampuan literasi
melalui lomba membuat cerita dan lain sebagainya. Terakhir ialah tahap ketiga
yaitu pembelajaran, pada tahap ini lebih mementingkan peran guru guna
menerapkannya dalam proses pembelajaran, misalnya guru menuntun peserta
didik untuk memanfaatkan literasi dalam mencari informasi dan mengembangkan
informasi tersebut menjadi sebuah pengetahuan.
Pelaksanaan GLS sudah mulai diterapkan oleh sekolah-sekolah termasuk
SMA Negeri 11 Yogyakarta. Sesuai dengan yang dikatakan oleh guru di SMA
Negeri 11 Yogyakarta bahwa penerapan GLS tersebut sudah memenuhi 3 tahapan
dalam GLS. Dari ketiga tahapan dalam GLS, tahap pembelajaran merupakan salah
satu tahapan yang harus terus dikembangkan, karena dalam tahapan ini ada
tagihan yang bersifat akademis yang berkaitan dengan kurikulum 2013.
134 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm.2.135 Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015, op.cit., hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Terkait dengan tahap pembelajaran dalam GLS yang harus terus
dikembangkan, guru sejarah juga perlu memanfaatkannya sebagai strategi dalam
proses pembelajaran sejarah. Dalam hal ini guru perlu merencanakan serta
mempersiapkan beberapa hal dalam menerapkan pembelajaran literasi. Dalam
membuat perencanaan guru perlu memperhatikan segala sesuatunya dengan baik.
Perencanaan harus dibuat secara menarik supaya dapat membangkitkan minat dan
motivasi belajar peserta didik. Hal tersebut perlu diperhatikan supaya
pembelajaran sejarah menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi peserta didik
serta dapat mengurangi tingkat kebosanan peserta didik dalam belajar sejarah.
Pembelajaran sejarah di sekolah menengah atau dijenjang lainnya biasanya
berisi kegiatan membaca buku sejarah. Akan tetapi perlu diketahui bahwa
membaca saja tidak cukup dalam mempelajari tentang sejarah. Untuk itu guru
harus kreatif dalam mencari berbagai ragam gaya mengajar. Proses pembelajaran
pada masa sekarang ini perlu diubah menjadi pembelajaran yang mampu menarik
minat dan memotivasi peserta didik dalam belajar, terutama dalam belajar sejarah.
Pembelajaran sejarah bukan hanya diartikan sebagai transfer ide atau materi,
tetapi juga terdapat nilai-nilai yang dapat ditanamkan bagi diri peserta didik.136
Untuk itu perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru tidak hanya terfokus
pada materi pelajaran saja, tetapi juga harus ada nilai kehidupan yang didapatkan
dan ditanamkan dalam diri peserta didik.
Berdasarkan pada pendidikan abad 21 yang lebih menekankan bahwa
pembelajaran harus lebih terfokus pada membangun karakter dan keterampilan
136 Heri Susanto, op.cit., hlm. 56.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
peserta didik, langkah pertama yang diambil yaitu dengan menerapkan
pembelajaran literasi. Dalam pembelajaran literasi, peserta didik dapat
mengembangkan dirinya sebagai seorang pembelajar yang kreatif, inovatif,
produktif, dan berkarakter. Memasuki pada abad ke-21, pembelajaran literasi
memiliki tujuan utama untuk memberikan kesempatan atau peluang peserta didik
dalam mengembangkan dirinya.137
Pembelajaran literasi merupakan sebuah strategi guru untuk menuntun
peserta didik secara kreatif mencari informasi mengenai materi pelajaran supaya
peserta didik dapat lebih mudah memahami materi pelajaran karena informasi
yang peserta didik dapatkan akan lebih banyak. Implementasi pembelajaran
literasi ini diharapkan dapat melatih peserta didik untuk mampu berpikir kritis,
serta mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif sehingga pengetahuan akan
mengalami perkembangan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dalam merencanakan pembelajaran literasi, guru harus memperhatikan
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam penyusunan RPP
guru perlu memperhatikan pendekatan, metode, model, serta media pembelajaran
yang kemudian disesuaikan dengan pembelajaran literasi supaya proses
pembelajaran dapat terlaksana dengan seimbang. Guru juga perlu mempersiapkan
bahan ajar yang sesuai dengan materi pelajaran. Selain itu guru juga perlu
merencanakan penugasan yang nantinya akan menumbuhkembangkan
keterampilan dan kreativitas peserta didik. Guru juga mempersiapkan kisi-kisi
soal dan soal tes guna melihat seberapa paham peserta didik terhadap materi yang
137 Yunus Abidin, 2015, op.cit., hlm. 23.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
telah dipelajari. Dan yang terakhir guru juga perlu mempersiapkan lembar
penilaian guna melihat hasil dari implementasi pembelajaran literasi tersebut.
Berbagai persiapan pembelajaran yang sudah disebutkan tersebut perlu disiapkan
dengan matang oleh guru.
Perencanaan pembelajaran digunakan sebagai alat pandu pelaksanaan
pembelajaran yang harus disusun guru sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Berjalannya sebuah pembelajaran tentunya tidak terlepas dari RPP.
Dalam pembuatan RPP, langkah pertama yang dilakukan guru yaitu menentukan
Kompetensi Dasar (KD) dan kemudian guru mengembangkannya dalam beberapa
indikator. Selain itu hal yang terpenting dalam sebuah RPP yaitu menentukan
pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, metode pembelajaran, dan media
pembelajaran. Tentunya pendekatan, model, metode, serta media pembelajaran ini
harus disesuaikan dengan pembelajaran literasi yang sudah dipilih guru sebagai
strategi dalam proses pembelajaran sejarah.
Dalam perencanaannya guru mendesain pembelajaran literasi ini dengan
tujuan untuk membangun keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Untuk itu, guru mengambil prinsip konstruktivisme unuk merencanakan
pembelajaran. Guru menyusun metode mengajar yang lebih menekankan
keaktifan peserta didik baik dalam belajar sendiri maupun bersama dalam
kelompok.138 Dalam implementasi pembelajaran literasi pada pelajaran sejarah
ini guru menentukan pendekatan, model, metode yang menekankan keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang dipilih
138 Paul Suparno, op.cit., hlm. 73.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
guru adalah Student Center learning dengan model pembelajaran Discovery
learning. Model pembelajaran Discovery learning akan lebih berpusat pada
peserta didik. Dalam model pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk aktif
menemukan dan mengumpulkan informasi mengenai materi pembelajaran yang
sedang dipelajari dan kemudian diolah menjadi pengetahuan. Dalam hal ini
peserta didik akan lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Jika dikaitkan dengan pembelajaran literasi, dalam menjalankan kegiatan
dengan model pembelajaran Discovery learning peserta didik dapat
melakukannya dengan memanfaatkan empat aktivitas dalam pembelajaran literasi,
yaitu membaca, menyimak, menulis, dan berbicara dalam menemukan dan
mengumpulkan informasi. Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan
satu tujuan yaitu dapat menambah keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran, serta pengetahuan peserta didik melalui informasi yang digali
sendiri oleh peserta didik melalui empat aktivitas tersebut akan mengalami
perkembangan. Hal lain yang direncanakan oleh guru yaitu menentukan metode
pembelajaran berupa ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan.
Selain merencanakan pembelajaran dengan menentukan pendekatan,
model, dan metode, guru juga menentukan media seperti power point, video, dan
bahan ajar. Media pembelajaran ini penting karena dapat digunakan sebagai bahan
pengamatan dan sumber belajar peserta didik dalam proses pembelajaran. Power
point yang dipersiapkan guru yaitu mengenai materi pelajaran dan ditujukan
sebagai pemberian stimulus pada peserta didik guna menghantarkannya pada
materi pelajaran. Sedangkan video, guru menyiapkan video mengenai “Kerajaan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Kerajaan Islam di Nusantara”dan video refleksi yang akan ditayangkan diakhir
pelajaran yaitu video cuplikan tentang menghargai peninggalan sejarah. Pada
implementasi pembelajaran literasi ini, peserta didik tidak hanya difokuskan pada
mata pelajaran saja, tetapi peserta didik juga harus mampu mengambil nilai-nilai
kehidupan dan menanamkan dalam diri peserta didik. Selanjutnya guru juga
mempersiapkan bahan ajar, hal ini dilakukan guru guna memperdalam materi
pelajaran dan menambah sumber belajar peserta didik.
Implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah tersebut
tentunya tidak terlepas dengan empat aktivitas dalam pembelajaran literasi.
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif peserta didik dalam
mengkontruksi teks, dialog, video, dan sumber belajar lainnya.139 Pada bagian
menemukan dan mengumpulkan informasi mengenai materi pembelajaran yang
sedang dipelajari, guru merencanakan untuk menginstruksikan peserta didik
mengonstruksi informasi tersebut menggunakan empat aktivitas dalam
pembelajaran literasi yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sebuah
pengetahuan.
Berkaitan dengan empat aktivitas dalam literasi yang akan digunakan
dalam menemukan dan mengumpulkan informasi, hal yang dilakukan peserta
didik diantaranya adalah membaca bahan ajar dan sumber lain, menyimak video
yang ditayangkan, serta menuliskan informasi yang didapatkan. Sedangkan pada
aktivitas berbicara, guru telah memberikan penugasan pada peserta didik, yaitu
story telling. Story telling merupakan metode pembelajaran berbicara yang
139 Ibid., hlm. 61.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
menuntut peserta didik terampil menulis gagasan secara baik sekaligus terampil
menyampaikan gagasan tersebut dihadapan orang banyak.140 Dalam story telling
ini guru merencanakannya dengan mendongeng dan berdialog supaya lebih
terlihat menarik.
Guru merencanakan kegiatan story telling ini guna menghidupkan
pembelajaran literasi serta menumbuhkembangkan keterampilan peserta didik.
Selain itu, dapat menjadikan peserta didik lebih fokus dalam menemukan
informasi melalui membaca dan menyimak, kreatif dalam menuliskan cerita, serta
lebih berani mengkomunikasikannya dihadapan orang banyak. Hingga pada
akhirnya nanti guru dapat melihat tingkat keterampilan yang dimiliki peserta didik
dalam hasil story telling tersebut.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru wajib menyiapkan evaluasi untuk
mengambil penilaian pada saat diimplementasikannya pembelajaran literasi pada
mata pelajaran sejarah di kelas X MIPA 4. Evaluasi tersebut meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada aspek kognitif, guru menyiapkan kisi-kisi
soal serta soal tes. Soal tes yang dipersiapkan oleh guru tentunya berkaitan dengan
materi pelajaran yang sedang di pelajari, yaitu “Kerajaan-Kerajaan Islam di
Nusantara”. Soal tes yang dipersiapkan oleh guru tersebut berbentuk soal pilihan
ganda berjumlah 20 soal. Pada aspek afektif, guru juga mempersiapkan lembar
pengamatan untuk melihat sikap peserta didik terhadap proses pembelajaran.
Selanjutnya pada aspek psikomotorik, guru mempersiapkan beberapa kriteria
untuk dijadikan sebagai pedoman dalam penilaian keterampilan melalui
140 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
penugasan story telling. Setelah guru mempersiapkan evaluasi pembelajaran yang
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik tersebut, kemudian guru juga
menyiapkan lembar penilaian untuk melihat hasil dari implementasi pembelajaran
literasi.
Dalam merencanakan pembelajaran, disetiap pertemuan dibutuhkan
pendekatan yang sistematis. Untuk itu guru perlu merencanakan pembelajaran
dengan baik. Berbagai macam perencanaan serta persiapan yang dilakukan guru
pada penjelasan di atas bertujuan untuk mendukung terlaksananya implementasi
pembelajaran literasi pada mata pelajaran sejarah Indonesia agar dapat terlaksana
dengan baik dan dapat menambah pengetahuan peserta didik pada mata pelajaran
sejarah, serta menumbuhkan minat dan motivasi belajar pada peserta didik.
2. Pelaksanaan Implementasi Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran
Sejarah Indonesia
Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) telah dilaksanakan di SMA
Negeri 11 Yogyakarta sejak tahun 2015. Kegiatan GLS tersebut dimulai dari
tahap pembiasaan, tahap pengembangan, serta tahap pembelajaran. Sekolah telah
menerapkan kegiatan dimasing-masing tahapan sesuai dengan aturan buku
pedoman GLS. Hal tersebut berdasarkan wawancara dengan guru sejrah SMA
Negeri 11 Yogyakarta. Dalam tahap pembelajaran, pembelajaran literasi
diimplementasikan dalam proses pembelajaran diberbagai mata pelajaran salah
satunya dalam pembelajaran sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Implementasi pembelajaran literasi tidak akan berjalan secara optimal jika
guru tidak memahami tentang strategi pembelajaran literasi. Agar dapat
dilaksanakan secara optimal maka guru harus memiliki wawasan mengenai
strategi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah. Strategi ini mencakup
empat keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Dengan
demikian, upaya awal yang harus dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran
literasi adalah meningkatkan pengetahuan guru dalam memahami strategi
pembelajaran literasi.
Berdasarkan hasil penelitian, Dalam proses pelaksanaan implementasi
pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah, guru telah merencanakannya
dengan sebaik mungkin. Adapun perencanaan yang dibuat guru yaitu penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam penyusunan RPP guru
menentukan pendekatan, metode, model, serta media pembelajaran yang
disesuaikan dengan pembelajaran literasi supaya proses pembelajaran dapat
terlaksana dengan seimbang. Guru juga telah mempersiapkan bahan ajar yang
sesuai dengan materi pelajaran. Selain itu guru juga merencanakan penugasan
yang nantinya akan menumbuhkan kreativitas peserta didik. Selanjutnya guru
mempersiapkan kisi-kisi soal serta soal tes sebagai alat evaluasi aspek kognitif
peserta didik dalam pembelajaran. Dan yang terakhir guru juga telah
mempersiapkan lembar penilaian untuk melihat hasil dari implementasi
pembelajaran literasi tersebut.
Perencanaan yang telah dipersiapkan oleh guru tersebut, kemudian
diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran literasi pada mata pelajaran sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Dalam perencanaannya guru telah menyusun RPP beserta pendekatan, model,
metode, dan media pembelajaran yang telah disesuaikan dengan pembelajaran
literasi, serta kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada tahap awal
pembelajaran, guru memberikan stimulus dan beberapa permasalahan dalam
bentuk pertanyaan pada peserta didik guna menghantarkan pada materi yang akan
dipelajari.
Kegiatan selanjutnya, guru membentuk kelompok. Setelah peserta didik
telah mendapatkan kelompok dan bergabung dengan kelompoknya, kemudian
guru memberikan bahan ajar berupa narasi yang sesuai dengan materi plajaran
yaitu “ Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara” pada masing-masing kelompok.
Guru memberi waktu peserta didik untuk menemukan informasi mengenai
permasalahan dalam bentuk pertanyaan mengenai materi pelajaran yang telah
diberikan oleh guru. Selain itu guru juga memberi penugasan pada peserta didik
untuk membuat draf story telling sebagai produk dari pembelajaran literasi.
Penugasan tersebut bertujuan untuk menumbuhkembangkan keterampilan,
kreativitas, dan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga
peserta didik lebih dapat dengan mudah memahami materi.
Pelaksanaan pembelajaran literasi tidak terlepas dari empat keterampilan
dalam pembelajaran literasi, yaitu membaca menulis, menyimak dan berbicara
yang dijadikan strategi oleh guru dalam mendukung implementasi pembelajaran
literasi. Empat keterampilan dalam pembelajaran literasi ini akan berpengaruh
kuat dalam implementasi pembelajaran literasi. Kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan oleh guru terangkum didalam empat keterampilan literasi. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
keterampilan membaca peserta didik melakukannya pada saat mencari dan
menemukan informasi tentang materi pelajaran melalui membaca narasi yang
diberikan guru maupun dari sumber lain. Sehingga nantinya peserta didik dapat
mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data berupa informasi, serta mengolah
informasi tersebut untuk menjadi pengetahuan guna menjawab permaslahan yang
telah diberikan guru.
Dalam keterampilan menyimak kegiatan yang dilakukan peserta didik
yaitu menyimak penjelasan guru dengan memperhatikan power point,
memperhatikan cuplikan video mengenai materi pelajaran serta menyimak salah
satu teman kelompoknya yang sedang membacakan narasi yang diberikan oleh
guru. Pada keterampilan menulis, guru memfokuskannya pada kegiatan
penugasan story telling, dimana peserta didik memulainya dengan pembuatan draf
story telling dan kemudian akan dikembangkan menjadi cerita sejarah.
Selanjutnya adalah keterampilan berbicara, kegiatan yang dilakukan yaitu
mengkomunikasikan hasil dari story telling yang telah dibuat oleh peserta didik.
Kegiatan penutup dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru adalah melakukan penguatan konsep pada materi pelajaran, setelah guru
melakukan penguatan konsep, guru juga menugaskan peserta didik dalam
kelompok untuk menyelesaikan penyempurnaan penugasan story telling. Kegiatan
selanjutnya guru melakukan evaluasi pembelajaran dengan menggunakan soal tes.
Guru membagikan soal tes yang berjumlah 20 soal . Evaluasi ini dilakukan guna
mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang dipelajari
dengan menggunakan pembelajaran literasi. Selanjutnya guru melakukan refleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Dalam melakukan refleksi ini guru menayangkan video mengenai menghargai
peninggalan sejarah. Setelah peserta didik melihat tayangan video tersebut maka
peserta didik akan diajak mengambil nilai positif untuk selalu menghargai
peninggalan sejarah yang kemudian ditanamkan dalam dirinya agar peserta didik
dapat menjaga peninggalan bersejarah.
Dilihat melalui kegiatan-kegiatan yang telah dipaparkan diatas, maka
dapat dikatakan perencanaan yang telah dibuat guru terlaksana dengan baik.
Berkaitan dengan pelaksanaan implementasi pembelajaran literasi dalam mata
pelajaran sejarah ini, peserta didik dapat merasakan perbedaan antara belajar
dengan menggunakan literasi dan belajar dengan tidak menggunakan literasi
dalam pelaksanaan pembelajaran literasi di kelas. Oleh karena itu memunculkan
respon dari beberapa peserta didik yaitu sebagai berikut:
a) Kelebihan Proses Pembelajaran Sejarah dengan Memanfaatkan
Pembelajaran Literasi
Selama ini, pembelajaran sejarah di sekolah kurang begitu diminati oleh
peserta didik. pelajaran sejarah sering dianggap sebagai pembelajaran yang
membosankan karena seolah-olah cenderung dengan hafalan. Hal tersebut
dikarenakan beberapa faktor diantaranya dari diri peserta didik yang tidak
memeiliki minat dan motivasi dalam belajar sejarah, maupun faktor luar seperti
kurang kreatifnya guru dalam membawakan materi pembelajaran. Menurut
Winata Putera dalam buku Aman, mengajar merupakan suatu aktivitas
professional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi. Guru dituntut untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
mampu mengelola kegiatan pembelajaran dalam hal merencanakan, mengatur dan
mengarahkan.141
Dalam hal ini perlunya tindakan yang harus dilakukan guru dalam
menciptakan pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik dapat berminat
dan termotivasi dalam belajar sejarah. Salah satu cara yang dapat digunakan oleh
guru yaitu menerapkan pembelajaran literasi. Hal ini berkaitan dengan peraturan
pemerintah mengenai pelaksanaan Gerakan Literasi sekolah yang wajib
diterapkan di sekolah-sekolah. Untuk itu guru dapat mengambil tahap
pembelajaran dalam GLS untuk dijadikan strategi dalam proses pembelajaran
sejarah serta guru dapat mengembangkannya menjadi strategi pembelajaran yang
menarik dengan menggunakan empat aktivitas dalam pembelajaran literasi seperti,
membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Dengan demikian diharapkan
pembelajaran sejarah tidak lagi dianggap membosankan, tetapi dapat
mengembangkan pengetahuan dan kreatifitas peserta didik.
Dalam pelaksanaan Implementasi pembelajaran literasi diharapkan mampu
mendukung proses dan pencapaian hasil yang diharapkan secara optimal bukan
malah mempersulit proses pembelajaran.142 Berdasarkan hasil penelitian,
implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah di X MIPA 4
SMA Negeri 11 Yogyakarta dapat memberi kelebihan bagi perkembangan
pengetahuan dan kreatifitas peserta didik. hal tersebut diketahui melalui respon
sebagian besar peserta didik yang mengatakan mereka menjadi lebih mudah
dalam memahami materi pelajaran sejarah. selain itu, peserta didik juga
141 Aman, op.cit., hlm. 64.142 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
mengatakan bahwa materi pelajaran dapat mudah dipahami, karena dalam proses
pembelajaran peserta didik difokuskan pada kegiatan membaca sehingga peserta
didik menjadi lebih mudah mendapatkan informasi tentang materi pelajaran.
Sebagian peserta didik juga menyatakan bahwa empat aktivitas dalam
pembelajaran literasi tersebut dapat membantu merekan dalam mengembangkan
keterampilan dan kreatifitas mereka dalam proses pembelajaran sejarah. dengan
pembelajaran literasi ini peserta didik juga mengatakan bahwa pembelajaran
sejarah menjadi lebih menarin dan tidak membosankan.
b) Kesulitan yang Dihadapi Peserta Dididk dalam Proses Pembelajaran
Sejarah dengan Pemanfaatan Literasi
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar peserta didik X MIPA 4 SMA
Negeri 11 Yogyakarta mengalami kesulitan pada saat kegiatan membaca,
sehingga peserta didik merasa kesulitan dalam mencari informasi. Hal tersebut
dikarenakan peserta didik masih belum suka membaca. Selain itu peserta didik
juga masih kurang fokus dalam melakukan kegiatan tersebut. Sedangkan dalam
konsep literasi, membaca merupakan sebuah usaha untuk memahami,
menggunakan, merefleksi, dan melibarkan diri dalam berbagai jenis teks untuk
mencapai tujuan.143 Untuk itu membaca merupakan peranan penting dalam proses
pembelajaran.
Pada awal perencanaan pembelajaran guru memilih cara belajar dengan
menggunakan kelompok karena guru memiliki tujuan untuk dapat menghasilkan
produk literasi melalui story telling dengan hasil yang memuaskan. Namun
143 Yunus Abidin dkk, op.cit., hlm. 165.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
ternyata perencanaan tersebut malah menimbulkan kesulitan pada peserta didik.
Karena ada beberapa peserta didik dalam kelompok tersebut yang tidak dapat
kondusif tetapi malah ribut sendiri. Hal tersebut menjadi bahan masukan bagi
guru supaya dapat memilih cara belajar yang lebih menjadikan suasana belajar
menjadi lebih kondusif.
c) Cara Mengatasi Kesulitan dalam Proses Pembelajaran Literasi
Pada abad ke 21 ini, kemampuan literasi peserta didik berkaitan erat
dengan tuntutan keterampilan membaca yang berujung pada kemampuan
memahami informasi secara analitis, kritis dan reflektif.144 Untuk itu, dalam
proses pembelajaran membaca merupakan hal utama yang harus diminati oleh
peserta didik.
Berkaitan dengan kesulitan peserta didik dalam proses pembelajaran
literasi ini yaitu kesulitan membaca, maka peserta didik mengatakan bahwa dalam
menghadapi kesulitan yang mereka hadapi, Peserta didik akan lebih membiasakan
diri untuk membaca supaya dapat dengan mudah mencari informasi tentang
materi pelajaran. dalam membiasakan diri untuk membaca, peserta didik akan
melakukannya dengan memanfaatkan jam literasi pada awal pelajaran dengan
sebaik-baiknya.
Berkaitan dengan kesulitan kedua yang dihadapi oleh peserta didik
mengenai cara belajar dengan menggunakan kelompok yang menyebabkan
suasana belajar menjadi tidak kondusif, maka beberapa peserta didik
mengutarakan pendapat guna mengatasi kendala dan kesulitan tersebut. Beberapa
144 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
peserta didik tersebut mengatakan bahwa dalam menjaga suasana belajar agar
tetap kondusif, maka masing-masing dari peserta didik dapat menjaga dirinya
untuk lebih serius dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas yang
telah guru berikan. Adapun peserta didik yang berpendapat bahwa masing-masing
kelompok harus kompak dalam mengkodisikan kelompoknya agar bisa lebih
fokus lagi dalam mengikuti proses pembelajaran. namun adapula peserta didik
yang lebih suka jika dalam pembelajaran literasi ini tidak dibentuk kelompok
tetapi lebih pada individu saja.
d) Pemahaman yang Didapatkan dalam Mata Pelajaran Sejarah Melalui
Implementasi Pembelajaran Literasi
Pembelajaran literasi memiliki tujuan utama untuk memberikan
kesempatan atau peluang pada peserta didik dalam mengembangkan dirinya.145
Pengembangan tersebut dapat dilihat melalui bebrapa aspek, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Berkaitan dengan penelitian ini, implementasi
pembelajaran litersi berhasil menambah pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran. Hal tersebut dikatakan oleh peserta didik sendiri, bahwa dengan
pembelajaran literasi peserta didik menjadi haham dengan materi pelajaran serta
dengan mudah menyerap materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Perkembangan pembelajaran literasi yang menghadirkan empat
keterampilan seperti membaca, menyimak, menulis dan berbicara yang dijadikan
strategi guru dalam pembelajaran ini mendapat hasil yang positif. Hal ini
dikarenakan proses pembelajaran menjadi lebih hidup dan dapat membangkitkan
145 Yunus Abidin, 2015, op.cit. hlm 23.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
keterampilan dan aktivitas peserta didik. Dalam membahas mengenai pemahaman
yang didapatkan peserta didik, sebagian besar peserta didik mengatakan bahwa
empat keterampilan dalam pembelajaran literasi tersebut dapat membantu peserta
didik untuk lebih mudah mengerti dan memahami materi yang sedang dipelajari.
e) Kesan Peserta Didik Terhadap Proses Implementasi Pembelajaran
Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah
Sistem pembelajaran yang baik seharusnya dapat membantu peserta didik
dalam mencapai tujuan-tujuannya. Untuk itu, kegiatan-kegiatan dalam proses
pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan
dan berguna bagi peserta didik. Guru perlu memberikan suasana belajar yang
dapat menarik minat dan motivasi belajar peserta didik.
Implementasi pembelajaran literasi di X MIPA 4 SMA Negeri 11
Yogyakarta mengundang beberapa kesan dari peserta didik. dalam penelitian ini
kesan yang disampaikan oleh peserta didik sangat positif. Kebanyakan dari
peserta didik mengatakan bahwa dengan pembelajaran literasi pelajaran sejarah
menjadi lebih seru dan menyenangkan. Selain itu peserta didik juga merasa lebih
aktif berperan dalam pembelajaran karena banyak aktivitas yang dilakukan, yaitu
membaca, menyimak video, menulis cerita, serta berbicara yang dilakukan
melalui penampilan story telling, sehingga peserta didik tidak mengalami
kebosanan dalam belajar.
Keberhasilan dalam belajar mengajar sangat tergantung pada kemampuan
guru dalam merencanakan yang mencakup menentukan pendekatan, model,
metode, serta media yang cocok untuk diterapakan dalam proses pembelajaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
dan lain sebagainya yang menyangkut tentang perencanaan pembelajaran.
Pelaksanaan implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah
Indonesia yang memmuat materi mengenai “Kerajaan-Kerajaan Islam di
Nusantara” ini, terlaksana dengan sangat baik dan sesuai dengan perencanaan
yang dibuat oleh guru.
3. Hasil Implementasi Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah
Indonesia
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan
secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran
yang warganya literat sepanjang hayat.146 Literasi tidak dapat dipisahkan dari
dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal,
memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya disekolah. Dalam
perkembangannya, literasi dijadikan strategi oleh guru dalam proses pembelajaran
di kelas. Hal tersebut juga dilakukan oleh guru sejarah. Pada dasarnya,
implementasi pembelajaran literasi dilakukan guna melatih peserta didik untuk
dapat berpikir kritis, serta dapat mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif,
sehingga pengetahuan peserta didik akan menjadi berkembang dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Proses pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.147 Ketiga hal tersebut
merupakan rangkaian utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Berkaitan dengan
146 Dirjen Dikdasmen, op.cit., hlm. 2.147 Aman, op.cit., hlm. 81.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
penelitian ini, pelaksanaan implementasi pembelajaran literasi berhasil
dilaksanakan dengan baik karena sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
oleh guru. Selanjutnya guru akan melakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran
guna dapat mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran.
Teori Bloom menganggap bahwa perlunya melakukan penilaian
pembelajaran sejarah atas tiga ranah atau domain yakni kognitif, afektif, dan
psikomotorik.148 Untuk itu dalam penelitian ini hasil implementasi pembelajaran
literasi dalam mata pelajaran sejarah akan dilihat melalui beberapa aspek, yaitu
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam aspek kognitif, guru melakukan
evaluasi pembelajaran dengan menggunakan soal tes mengenai materi yang
sedang dipelajari. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman
dan pengetahuan peserta didik mengenai materi pelajaran sejarah yang dilakukan
melalui pembelajaran literasi.
Selanjutnya dalam aspek afektif, guru dan peneliti melakukan evaluasi
melalui pengamatan sikap dan minat peserta didik terhadap pelajaran sejarah
dengan menggunakan pembelajaran literasi tersebut. Guru mengamati respon
peserta didik dalam menanggapi proses pembelajaran, sedangkan peneliti
menggunakan kuesioner minat. Selanjutnya ialah aspek psikomotorik. Dalam
aspek ini guru dan melakukan evaluasi dengan melihat kecakapan atau
keterampilan peserta didik dalam story telling. Dalam penilaian keterampilan
peserta didik guru melakukannya dengan mengamati beberapa kriteria yang telah
dibuat guru yaitu, konsep/gagasan peserta didik , isi cerita, penyampaian story
148 Ibid., hlm. 75.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
telling, teknik dan gaya bercerita, serta melihat kreatifitas peserta didik dalam
membuat story telling yang ditugaskan oleh guru.
Berdasarkan pengamatan peneliti, hasil implementasi pembelajaran literasi
dalam mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 11 Yogyakarta dapat dikatakan
berhasil dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini dibuktikan oleh
hasil penilaian dari masing-masing aspek tersebut. Dalam aspek kognitif, hasil
yang diperoleh melalui tes mencapai predikat sangat baik. Sebagian besar nilai
peserta didik X MIPA 4 telah mencapai KKM bahkan adapula yang melebihi nilai
KKM. Melihat hasil yang demikian, implementasi pembelajaran literasi dalam
mata pelajaran sejarah juga telah berhasil menambah pengetahuan dan
pemahaman peserta didik dalam mata pelajaran sejarah.
Selanjutnya, dalam aspek afektif guru mengamati sikap peserta didik
melalui respon peserta didik pada saat proses pembelajaran literasi. Respon
peserta didik dalam proses pembelajaran literasi tersebut menunjukkan sikap
positif. Peserta didik menunjukkan keingintahuannya dalam proses pembelajaran
dengan berperan aktif untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
dan mengerjakan penugasan yang diberikan oleh guru dengan baik. Berkaitan
dengan hasil kuesioner yang disiapkan oleh peneliti, hasilnya menunjukkan bahwa
minat peserta didik dalam pembelajaran literasi ini mencapai kategori tinggi. Dari
hasil kuesioner tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran
literasi dalam mata pelajaran sejarah dapat dikatakan berhasil menarik minat dan
motivasi peserta didik dalam belajar sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Dalam aspek psikomotorik penilaian yang dilakukan guru melalui kriteria
yang telah disiapkan, menunjukkan bahwa nilai masing-masing kelompok dalam
penugasan story telling ini telah mencapai KKM. Selain itu, masing-masing
kelompok sudah mulai kreatif dalam memunculkan konsep ide dan gagasan untuk
membuat cerita sejarah. Isi cerita yang dibuat oleh peserta didik sudah terlihat
menarik. Dalam penyampaian cerita yang disebut juga dengan story telling,
peserta didik dalam kelompok terlihat sangat antusias. Selanjutnya dalam
penilaian kreatifitas peserta didik. Kreatifitas peserta didik mulai tampak pada saat
penampilan story telling. Dalam hal ini peserta didik dan kelompoknya melakukan
story telling melalui dialog dan mendongeng.
Berdasarkan dari hasil penilaian psikomotorik pada peserta didik, dapat
disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran literasi dalam mata pelajaran
sejarah melalui penugasan story telling yang diberikan guru mencapai
keberhasilan karena telah mencapai nilai KKM serta dapat menggali dan
mengembangkan keterampilan peserta didik. Hal ini terbukti bahwa peserta didik
mampu memenuhi penilaian kriteria yang telah dipersiapkan oleh guru, meskipun
masih ada beberapa yang belum optimal. Hal tersebut wajar karena peserta didik
belum terbiasa dalam melakukan hal tersebut. Untuk itu peserta didik perlu lebih
membiasakan diri dalam mengembangkan keterampilan mereka. Dalam
menunumbuhkembangkan keterampilan peserta didik, maka guru harus
menghargai hasil dari kreatifitas peserta didik. Hal tersebut dilakukan supaya
peserta didik dapat terus berproses dalam membangun keterampilan yang ada
pada diri masing-masing peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Jika melihat hasil dari keseluruhannya, pembelajaran literasi yang
dilakukan oleh guru tersebut dikatakan berhasil. Dalam pembelajaran literasi ini
sikap positif pada diri peserta didik juga dapat tumbuh, yaitu sikap keingintahuan
peserta didik dalam proses belajar dan sikap menghargai yang ditumbuhkan
melalui refleksi. Pada pelaksanaan pembelajaran literasi, peserta didik terlihat
sangat aktif dalam proses belajar sehingga sikap keingitahuanya terhadap materi
yang sedang dipelajari tumbuh dalam diri peserta didik. Selanjutnya, dalam
implementasi pembelajaran literasi ini, peserta didik tidak hanya dituntut untuk
dapat memahami pengetahuan saja tetapi juga dapat menumbuhkan nilai-nilai
positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat diketahui dari salah satu kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru, yaitu mengajak peserta didik untuk berefleksi tentang
bagaimana cara peserta didik sebagai generasi muda dalam menghargai dan
menjaga peninggalan sejarah. Melalui refleksi yang dilakukan oleh guru,
menjadikan sikap menghargai tersebut dapat tumbuh dalam diri peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi
pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia di SMA Negeri 11
Yogyakarta, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran literasi pada mata pelajaran sejarah Indonesia di
SMA Negeri 11 Yogyakarta telah dilakukan secara baik. Perencanaan
implementasi pembelajaran literasi tersebut terdiri atas beberapa persiapan.
Persiapan pertama yang dilakukan oleh guru yaitu menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yang
sedang dipelajari. Dalam penyusunan RPP guru juga telah menentukan
pendekatan, metode, model, dan media pembelajaran yang telah disesuaikan
dengan pembelajaran literasi. Selain menyusun RPP, guru juga menyiapkan
materi pembelajaran dalam bentuk power point, video, dan bahan ajar
berbentuk narasi guna menambah sumber belajar peserta didik. Guru juga
menyiapkan penugasan sebagai produk dari pembelajaran literasi yaitu
penugasan story telling. Persiapan selanjutnya guru menyiapkan kisi-kisi soal
serta soal tes untuk melihat pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran yang sedang dipelajari dengan menggunakan pembelajaran literasi,
dan guru juga menyiapkan instrumen penilaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
2. Pelaksanaan pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia
telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan perencanaan yang telah
disiapkan oleh guru. Dalam pelaksanaannya, guru mendesain perencanaan
menjadi aktivitas-aktivitas di dalam proses pembelajaran. Aktivitas pertama
berupa pemberian stimulus guna menghantarkan peserta didik pada materi
pelajaran. Aktivitas kedua guru membentuk kelompok dan memberi
penugasan pada peserta didik untuk menjawab permasalahan tentang materi
pembelajaran dan penugasan strory telling. Aktivitas ketiga guru
menginstruksikan masing-masing kelompok untuk mengkomunikasikan hasil
penemuan informasi serta hasil story telling dan menyimpulkannya. Aktivitas
keempat guru mengajak peserta didik untuk berefleksi. Aktivitas kelima guru
memberikan soal tes untuk melihat pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran.
3. Hasil pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia telah
mencapai target yang telah diharapkan oleh guru dalam aspek kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Hasil dari implementasi pembelajaran literasi ini dilihat
dengan menggunakan instrumen penilaian dari guru dan kuesioner yang telah
dibuat oleh peneliti. Dari instrumen penilaian guru dapat diketahui aspek
kognitif peserta didik mengalami keberhasilan dengan predikat sangat baik,
nilai peserta didik yang mencapai nilai KKM 75 sebanyak 26 orang dengan
nilai rata-rata mencapai 85,92 atau 96,30%. Dari aspek afektif dapat dilihat
dari hasil kuesioner yang menunjukkan bahwa pembelajaran literasi berhasil
menarik minat peserta didik dengan mencapai kategori tinggi (92,60%). Dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
aspek psikomotorik, peserta didik dapat mengembangkan keterampilannya
dengan baik melalui penugasan story telling dengan perolehan nilai rata-rata
88,75. Hasil dari pembelajaran literasi ini juga dapat menumbuhkan sikap
positif dalam diri peserta didik, hal tersebut dilihat melalui proses pelaksanaan
pembelajaran dan refleksi. Sikap positif tersebut ialah sikap keingintahuan
peserta didik terhadap materi pembelajaran dalam proses pembelajaran, dan
sikap menghargai peninggalan sejarah melalui refleksi yang dilakukan pada
akhir pembelajaran.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
saran yang dapat dihasilkan untuk memperbaiki implementasi pembelajaran
literasi dalam mata pelajaran sejarah Indonesia diantaranya yaitu:
1. Bagi sekolah
Sekolah diharapkan lebih mengoptimalkan kegiatan gerakan literasi sekolah
(GLS) dengan melakukan pengawasan di masing-masing kelas supaya peserta
didik dapat melaksanakan dan memanfaatkan kegiatan membaca 15 menit
sebelum pelajaran dimulai dengan serius.
2. Bagi Guru
Guru diharapkan dapat terus mengembangkan tahap pembelajaran dalam
literasi dengan menyiapkan perencanaan yang sistematis dan kreatif supaya
dapat menarik perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
3. Bagi Peserta didik
Peserta didik diharapkan dapat terlibat serta aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran. Peserta didik juga harus lebih membiasakan dan memotivasi
diri untuk membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid. 2011. Pengantar Ilmu
Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Ali Imron. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Brian Garvei dan Mary Krug. 2015. Model-Model Pembelajaran Sejarah.
Yogyakarta: Ombak.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah: di Sekolah
Menengah Atas. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dirjen Dikdasmen. 2016 tentang Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dyah Tri Palupi. 2016. Cara Mudah Memahami Kurikulum. Surabaya: Jaring
Pena.
Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung:
Alfabeta.
Haris Herdiansyah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Heri Susanto. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressido.
Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Karwono dan Heni Mularsih. 2017. Belajar dan Pembelajaran: Serta
Pemanfaatan Sumber Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Ridwan Bachtra dan Achmad Fedyani. 2015.Environasionalisme: Suatu Wujud
Pendidikan konstrukvisme. Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.
Ruslan Ahmadi. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Sigit Mangun Wardoyo. 2014. Pembelajaran Konstruktivisma: Teori dan Aplikasi
Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung: Alfabeta.
Sudaryono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group
Sugiyono. 2012. Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alvabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta:
Kanisius
Suryosubroto. 2015. Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sutarjo Adisusilo. 2014. Pembelajaran Nilai-Karakter. Jakarta: Rajawali Pers.
Yunus Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajan: Dalam Konteks Kurikulum
2013. Bandung: PT Refika Aditama.
Yunus Abidin. 2015. Pembelajaran Multiliterasi. Bandung: PT Refika Aditama
Yunus Abidin,dkk.2017. Pembelajaran Literasi : Strategi Meningkatkan
Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis.Jakarta:
Bumi Aksara.
JURNAL :
Aisyah Siti Nur. 2010. Pembelajaran Literasi Untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Karangan Siswa di Kelas V SDN Pakisaji, Malang: Universitas
Negeri Malang.
Eko Nurdiyanti dan Edy Suryanto. 2010. Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Hendra Kurniawan. 2018. “Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah”.
Historia Vitae.Vol.32.No. 1.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
SUMBER INTERNET :
http://jogja.tribunnews.com/2014/12/21/minat-baca-warga-diy-masih-rendah.
Diakses pada tanggal 24 Februari 2018, pada pukul 20.30.
http://referensi.elsam.or.id/2014/11/uu-nomor-20-tahun-2003-tentang-sistem-
pendidikan-nasional/. Diakses pada tanggal 21 Februari 2018, pada pukul
14.00.
http://sma11jogja.sch.id/. Diakses pada tanggal 27 Mei 2018, pada pukul 10.30.
https://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_11_Yogyakarta. Diakses pada tanggal
27 Mei 2018, pada pukul 11.00.
https://jogja.antaranews.com/berita/342002/minat-baca-pelajar-diy-cukup-tinggi.
Diakses pada tanggal 24 Februari 2018, pada pukul 20.00.
https://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran
konstruktivisme/. Diakses pada tanggal 10 Juni 2018. Pukul 17.03.
https://www.literasipublik.com/pengertian-literasi. Diakses pada tanggal 26
Februari 2018, pada pukul 14.45.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN OBSERVASI
Aktivitas Implementasi Pembelajaran Literasi Yang Dilakukan Guru
Sekolah : SMA Negeri 11 Yogyakarta
Kelas : X MIPA 4
Hari/Tanggal : Senin, 30 April 2018 dan 7 Mei 2018
Waktu : 14.00-15.30
PETUNJUK:1. Amati kegiatan pembelajaran di kelas dalam melaksanakan pembelajaran literasi!
2. Tuliskan tanda cek (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai keadaan yang Anda
amati!
NO BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK
1 Guru membuka pelajaran dengan salam
2 Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3Guru mempersiapkan alat yang akan digunakan dalamproses pembelajaran
4Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akandicapai dan rencana kegiatan yang akan dilakukan
5Guru memberi stimulus guna menghantarkan pesertadidik pada materi pelajaran
6Guru mengarahkan peserta didik dalam pembelajaranliterasi
7Guru menumbuhkan partisipasi aktif peserta didikdalam pelaksanaan pembelajaran literasi
8Guru membimbing peserta didik agar dapatmenjalankan kegiatan pembelajaran literasi denganbaik
9Guru membimbing peserta didik untuk mengamatibahan ajar yang sudah di sediakan guru
10Peserta didik diberi kesempatan membaca danmemahami bahan ajar yang disediakan guru
11Guru menjalankan pembelajaran literasi dengan desainmetode dan model pembelajaran yang telah dirancang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
oleh guru
12Guru menerapkan pembelajaran literasi denganmenggunakan 4 aktivitas seperti membaca, menyimak,menulis, dan berbicara
13Guru menumbuhkan keceriaan dan antusiasme pesertadidik dalam pembelajaran literasi
14Guru melakukan evaluasi implementasi pembelajaranliterasi dalam mata pelajaran sejarah dengan tes.
15Guru memberikan penugasan pada peserta didik untukmenghasilkan produk dari pembelajaran literasi
16Merefleksikan materi pelajaran sejarah yang didapatdari pembelajaran literasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
LAMPIRAN 2
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA PESERTA DIDIK
FokusPenelitian Indikator Butir-butir Pertanyaan No
Pembelajaransejarah yangmemanfaatkanliterasi
Pelaksanaanpembelajaransejarah yangmemanfaatkanliterasi
Kelebihan proses pembelajaransejarah dengan memanfaatkanpembelajaran literasi.
Kesulitan yang dihadapi dalamproses pembelajan sejarahdengan memanfaatkanpembelajaran literasi.
Cara mengatasi kesulitan yangdihadapi.
Pemahaman yang didapatkandalam pelajaran sejarah denganmemanfaatkan pembelajaranliterasi.
Kesan peserta didik dalamproses pembelajaran sejarahyang memanfaatkan literasi.
1
2
3
4
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
LAMPIRAN 3
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA PESERTA DIDIK
No Daftar Pertanyaan
1. Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkanpembelajaran literasi?
2. Apa kesulitan Kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarahdengan memanfaatkan pembelajaran literasi?
3. Bagaimana cara Anda dalam mengatasi kesulitan tersebut?4. Menurut anda pemahaman apa saja yang Anda dapatkan dalam pelajaran
sejarah dengan memanfaatkan literasi?5. Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?6. Menurut Anda, Bagaimana jika Pembelajaran Literasi ini selalu diterapkan
oleh guru dalam pembelajaran sejarah ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
LAMPIRAN 4
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA GURU
No Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana menurut bapak tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yangdicanangkan oleh pemerintah ?
2. Apakah bapak pernah memperoleh sosialisasi atau pelatihan mengenaiGerakan Literasi Sekolah (GLS) ?
3. Bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS) di SMA Negeri 11Yogyakarta ?
4. Bagaimana antusias atau tanggapan peserta didik menegenai GerakanLiterasi Sekolah (GLS) yang dilaksanakan 15 menit sebelum prosespembelajaran dimulai ?
5. Apa yang bapak ketahui mengenai Gerakan Literasi Sekolah (GLS) padatahap pembelajaran ?
6. Apakah bapak pernah mencoba menerapkan literasi ( media) padapembelajaran sejarah ?
7. Apakah guru pernah memberikan tugas terkait dengan literasi ?8. Bagaimana hasil dari penugasan tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
LAMPIRAN 5
DAFTAR NARASUMBER
Guru Mata Pelajaran Sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta
1. Bapak B. Gartantyo, S.Pd.
Peserta Didik SMA Negeri 11 Yogyakarta
2. Ardiansyah N.R
3. Athaya Zahra
4. Viky Wijaya
5. Adelia Disty N
6. Adinda Nurrohmah
7. Hugo Vale. P
8. Atika Larasati
9. Nadifa Aulia Putri A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
LAMPIRAN 6
CATATAN LAPANGAN 1
Hasil Instrumen ObservasiAktivitas Implementasi Pembelajaran Literasi yang Dilakukan Guru
Sekolah : SMA Negeri 11 Yogyakarta
Kelas : X MIPA 4
Hari/Tanggal : Senin, 30 April 2018 dan 7 Mei 2018
Waktu : 14.00-15.30
PETUNJUK:3. Amati kegiatan pembelajaran di kelas dalam melaksanakan pembelajaran literasi!
4. Tuliskan tanda cek (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai keadaan yang Anda
amati!
NO BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK
1 Guru membuka pelajaran dengan salam √
2 Guru memeriksa kehadiran peserta didik √
3Guru mempersiapkan alat yang akan digunakan dalamproses pembelajaran
√
4Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akandicapai dan rencana kegiatan yang akan dilakukan
√
5Guru memberi stimulus guna menghantarkan pesertadidik pada materi pelajaran
√
6Guru mengarahkan peserta didik dalam pembelajaranliterasi
√
7Guru menumbuhkan partisipasi aktif peserta didikdalam pelaksanaan pembelajaran literasi
√
8Guru membimbing peserta didik agar dapatmenjalankan kegiatan pembelajaran literasi denganbaik
√
9Guru membimbing peserta didik untuk mengamatibahan ajar yang sudah di sediakan guru
√
10Peserta didik diberi kesempatan membaca danmemahami bahan ajar yang disediakan guru
√
11 Guru menjalankan pembelajaran literasi dengan desain √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
metode dan model pembelajaran yang telah dirancangoleh guru
12Guru menerapkan pembelajaran literasi denganmenggunakan 4 aktivitas seperti membaca, menyimak,menulis, dan berbicara
√
13Guru menumbuhkan keceriaan dan antusiasme pesertadidik dalam pembelajaran literasi
√
14Guru melakukan evaluasi implementasi pembelajaranliterasi dalam mata pelajaran sejarah dengan tes.
√
15Guru memberikan penugasan pada peserta didik untukmenghasilkan produk dari pembelajaran literasi
√
16Merefleksikan materi pelajaran sejarah yang didapatdari pembelajaran literasi
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
LAMPIRAN 7
CATATAN LAPANGAN 2
WAWANCARA GURU
Topik/Judul :Implementasi Pembelajaran Literasi Dalam Mata Pelajaran
Sejaarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta
Peneliti : Catharina Ginong Pratidhina
Informan : B. Gartantyo, S.Pd.
Waktu : 31 Mei 2018
Keterangan
P : Peneliti
I : Informan
P :Bagaimana menurut Bapak tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang
dicanangkan oleh pemerintah ?
I :Menurut saya, GLS ini terlambat, karena sebelum GLS dicanangkan warga
sekolah SMA Negeri 11 Yogyakarta sudah melaksanakan kegiatan literasi Agama
setiap hari jumat, jadi literasi agama ini mewajibkan peserta didik untuk membaca
kitab suci kepercayaan masing-masing. Selain itu, dengan melakukan
pembelajaran di perpustakaan. Jadi dengan adanya pencanangan ini maka kegiatan
tersebut lebih ditekunkan lagi.
P :Apakah bapak pernah memperoleh sosialisasi atau pelatihan mengenai Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) ?
I : Sudah, pada saat saya mengikuti Bimbingan Teknis BIMTEK kurikulum 2013 ada
yang khusus untuk membahas GLS.
P : Menurut bapak, bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS) di SMA
Negeri 11 Yogyakarta ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
I : Untuk pelaksanaannya sudah lancar dan baik, Sekolah menjalankan kegiatan GLS
tersebut sesuai dengan aturan dalam buku pedoman GLS. Sekolah juga telah
memfasilitasi perpustakaan dengan sumber buku yang lengkap. Selain di
perpustakaan sekolah ada juga perpustakaan kelas yang menyiapkan berbagai
bacaan seperti Koran, majalah, dan buku cerita yang digunakan untuk kegiatan 15
menit sebelum jam pelajaran. Sekolah juga pernah mengadakan lomba tentang
literasi.
P : Bagaimana antusias atau tanggapan peserta didik menegenai Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) yang dilaksanakan 15 menit sebelum proses pembelajaran
dimulai ?
I : Peserta didik kurang berantusias, karena mereka lebih tertarik dengan gadget
dibandingkan membaca buku. Tetapi peserta didik tetap ditekankan untuk
membaca buku.
P : Apa yang bapak ketahui mengenai Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tahap
pembelajaran ?
I : Sebagai guru, memang kita perlu memanfaatkan tahap pembelajaran dalam literasi.
Saya sudah sering menerapkannya, contohnya saya menginstruksikan peserta didik
untuk mencari sumber buku tentang materi pelajaran yang sedang dipelajarai, dan
kemudian saya memberi penugasan mereka untuk mendeskripsikan hasil sumber
yang mereka dapatkan. Selain itu, saya juga sering memutarkan film mengenai
sejarah lalu saya memberi penugasan pada peserta didik untuk menceritakan
kembali film tersebut.
P :Apakah bapak pernah mencoba menerapkan literasi ( media) pada pembelajaran
sejarah ?
I : Saya sering menggunakan media yaitu dengan memutarkan film, lalu saya
menyuruh peserta didik untuk mengamati film tersebut. Dengan begitu ternyata
peserta didik lebih dengan mudah memahami materi pelajaran.
P : Apakah bapak pernah memberikan tugas terkait dengan literasi ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
I : Pernah, saya dulu memberi penugasan pada peserta didik untuk membuat cerita
mengenai Jendral Sudirman.
P: Bagaimana hasil dari penugasan tersebut?
I : Hasilnya lumayan bagus, mereka sudah mulai kreatif dalam membuat cerita
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
LAMPIRAN 8
CATATAN LAPANGAN 3
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Topik/Judul : Implementasi Pembelajaran Literasi Dalam Mata Pelajaran
Sejarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta
Peneliti : Catharina Ginong Pratidhina
Informan : Ardiansyah N.R
Kelas : X IPA 4
Waktu : 14 Mei 2018
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Menurut Anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi ?
I : Siswanya menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, selain itu jadi
gampang menerima materi dengan baik.
P : Apa kesulitan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I : Kesulitannya itu jika disuruh mendapatkan informasi, contohnya seperti membuat
cerita. Saya masih susah dalam mendapatkan informasi itu karena saya tidak
terlalu suka membaca dan kadang kurang fokus juga dalam menyimak.
P : Bagaimana cara Anda dalam mengatasi kesulitan tersebut ?
I : Ya lebih memperbaiki dan membiasakan diri dalam membaca dan lebih fokus lagi
dalam menyimak agar lebih mudah dalam mendapatkan informasi.
P : Menurut anda pemahaman apa saja yang Anda dapatkan dalam pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan literasi?
I : Saya jadi lebih paham tentang materi pelajaran karena disini kita dituntut untuk
membaca bahan ajar yang diberikan guru maupun pencarian informasi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
kelompok, kemudian menyimak juga informasi pelajaran dari teman atau
kelompok lain , lalu kita diajari menulis, dan berbicara juga.
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Kesannya itu pembelajaran jadi lebih menyenangkan dan materinya jadi mudah
ditangkap karena banyaknya informasi terbaru tentang materi pelajaran dengan
kegiatan membaca dan menyimak.
P : Menurut Anda, Bagaimana jika Pembelajaran Literasi ini selalu diterapkan oleh
guru dalam pembelajaran sejarah ?
I : Saya sangat setuju, karena pembelajaran literasi ini menyenangkan dan membuat
kita menjadi aktif dan kreatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
LAMPIRAN 9
CATATAN LAPANGAN 4
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Topik/Judul : Implementasi Pembelajaran Literasi Dalam Mata Pelajaran
Sejaarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta
Peneliti : Catharina Ginong Pratidhina
Informan : Athaya Zahra
Kelas : X IPA 4
Waktu : 14 Mei 2018
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Menurut Anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi ?
I : Jadi lebih gampang memahami materi pelajaran karena dituntut untuk membaca,
biasanya saya males membaca jadi susah mengingat materi, terus belajarnya lebih
enak, menyenangkan, dan tidak gampang bosan.
P : Apa kesulitan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I : Saya susah fokus pada saat menyimak dan membaca
P : Bagaimana cara Anda dalam mengatasi kesulitan tersebut ?
I : Harus lebih membiasakan diri lagi untuk membaca dan harus lebih fokus lagi.
P : Menurut anda pemahaman apa saja yang Anda dapatkan dalam pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan literasi?
I : Lebih paham dan mudah menyerap materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Contohnya materi sekarang ini tentang kerajaan-kerajaan Islam, saya jadi lebih
paham dari berdiri hingga keruntuhannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Seru, cara belajarnya jadi tidak kaku tidak membosankan, dan juga membuat saya
lebih aktif.
P : Menurut Anda, Bagaimana jika Pembelajaran Literasi ini selalu diterapkan oleh
guru dalam pembelajaran sejarah ?
I : Sangat setuju, karena dengan pembelajaran literasi ini jadi memudahkan untuk
memahami materi pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
LAMPIRAN 10
CATATAN LAPANGAN 5
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Topik/Judul : Implementasi Pembelajaran Literasi Dalam Mata Pelajaran
Sejaarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta
Peneliti : Catharina Ginong Pratidhina
Informan : Viky Wijaya
Kelas : X IPA 4
Waktu : 14 Mei 2018
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Menurut Anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi ?
I : Kelebihannya itu jadi termotivasi untuk rajin membaca sehingga mudah dalam
mencari informasi tentang materi pelajaran.
P : Apa kesulitan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I : Susah fokus pada saat berliterasi, khususnya saat membaca.
P : Bagaimana cara Anda dalam mengatasi kesulitan tersebut ?
I : Ya saya harus lebih membiasakan diri untuk membaca, sehingga bisa lebih
memahami isi bacaan itu dan mudah mendapatkan informasi dalam mata
pelajaran.
P : Menurut anda pemahaman apa saja yang Anda dapatkan dalam pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan literasi?
I : Banyak yang saya dapatkan, saya paham dengan materi pelajaran, seperti kemaren
itu materi tentang kerajaan-kerajaan Islam, saya jadi lebih mudah paham dari
masing-masing kerajaan itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Kesannya seru, pelajarannya jadi menyenangkan, tidak mudah bosen saat belajar.
P : Menurut Anda, Bagaimana jika Pembelajaran Literasi ini selalu diterapkan oleh
guru dalam pembelajaran sejarah ?
I : Setuju banget, karena pembelajaran literasi ini dapat membantu saya dalam
berkreatifitas. Contohnya kemaren guru menyuruh membuat story telling, saya
jadi lebih kreatif saat membuat cerita itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
LAMPIRAN 11
CATATAN LAPANGAN 6
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Topik/Judul : Implementasi Pembelajaran Literasi Dalam Mata Pelajaran
Sejaarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta
Peneliti : Catharina Ginong Pratidhina
Informan : Adelia Disty N
Kelas : X IPA 4
Waktu : 14 Mei 2018
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Menurut Anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi ?
I : Kelebihannya membuat saya jadi lebih cepat paham dengan materi pelajaran
sejarah, karena dalam pembelajaran literasi ini dituntut untuk membaca,
menyimak, menulis cerita sejarah, lalu berbicara didepan teman-teman untuk
bercerita tentang sejarah, nah dengaan begitu saya jadi lebih bisa memahami
materi sejarah itu.
P : Apa kesulitan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I : Kesulitannya itu pada saat membaca, saya masih malas membaca, dan saya juga
malas menulis, dan juga masih takut berbicara kurang percaya diri.
P : Bagaimana cara Anda dalam mengatasi kesulitan tersebut ?
I : Ya saya harus lebih membiasakan diri untuk membaca, pada saat jam literasi saya
akan memanfaatkannya untuk membaca supaya lebih terbiasa untuk membaca.
P : Menurut anda pemahaman apa saja yang Anda dapatkan dalam pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan literasi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
I : Saya jadi lebih paham dengan materi sejarah, jadi sebenarnya saya susah mengerti
dengan materi sejarah tapi setelah belajar sejarahnya dengan literasi ini saya jadi
lebih mudah mengerti dengan materi sejarah
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Berkesan sekali, karena belajarnya jadi lebih asik, dan tidak membosankan karena
banyak aktivitas yang dilakukan.
P : Menurut Anda, Bagaimana jika Pembelajaran Literasi ini selalu diterapkan oleh
guru dalam pembelajaran sejarah ?
I : Saya sangat setuju, karena dengan literasi ini dapat membuat saya lebih gampang
memahami materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
LAMPIRAN 12
CATATAN LAPANGAN 7
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Topik/Judul : Implementasi Pembelajaran Literasi Dalam Mata Pelajaran
Sejaarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta
Peneliti : Catharina Ginong Pratidhina
Informan : Adinda Nurrohmah
Kelas : X IPA 4
Waktu : 14 Mei 2018
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Menurut Anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi ?
I : Saya cepet mengerti materi pelajaran, karena difokuskan pada beberapa aktivitas
salah satunya membaca.
P : Apa kesulitan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I : Kesulitannya itu pada saat mengerjakan tugas kelompok, karena dalam kelompok
ini belajar menjadi kurang kondusif karena adanya teman kelompok yang tidak
serius.
P : Bagaimana cara Anda dalam mengatasi kesulitan tersebut ?
I : Cara mengatasinya ya dari kitanya sendiri yang harus bisa menjaga suasana supaya
bisa kondusif dalam mengerjakan tugas, dan dalam menyimak teman saat
membacakan materi yang disediakan guru.
P : Menurut anda pemahaman apa saja yang Anda dapatkan dalam pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan literasi?
I : Saya dapat lebih mudah memahami materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Sangat senang dan seru, karena dapat melatih saya untuk lebih fokus dalam
pelajaran.
P : Menurut Anda, Bagaimana jika Pembelajaran Literasi ini selalu diterapkan oleh
guru dalam pembelajaran sejarah ?
I : Sangat setuju, karena pembelajaran literasi ini pelajaran sejarah menjadi tidak
membosankan karena banyak aktivitas yang harus dijalankan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
LAMPIRAN 13
CATATAN LAPANGAN 8
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Topik/Judul : Implementasi Pembelajaran Literasi Dalam Mata Pelajaran
Sejaarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta
Peneliti : Catharina Ginong Pratidhina
Informan : Hugo Vale. P
Kelas : X IPA 4
Waktu : 14 Mei 2018
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Menurut Anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi ?
I : Menurut saya pembelajarannya lebih detail, jadi saya lebih gampang paham
dengan pelajaran.
P : Apa kesulitan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I : Kesulitannya itu pada saat belajarnya itu disuruh bergabung dengan kelompok,
karena itu saya jadi susah fokus karena ribut, padahal disitu kita harus menyimak
salah satu dari anggota kelompok yang membacakan narasi bahan ajar.
P : Bagaimana cara Anda dalam mengatasi kesulitan tersebut ?
I : Cara mengatasinya ya dapat lebih kompak lagi dalam mengkondisikan kelompok,
agar bisa lebih fokus lagi dalam menyimak teman yang sedang membaca.
P : Menurut anda pemahaman apa saja yang Anda dapatkan dalam pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan literasi?
I : Pemahaman yang saya dapatkan itu saya jadi lebih mengerti tentang sejarah
misalnya seperti kemaren itu kita belajar tentang Kerajaan-kerajaan Islam, nah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
saya jadi lebih memahami tentang kisah-kisah dari berbagai macam kerajaan
Islam.
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Kesannya itu asik dan menyenangkan
P : Menurut Anda, Bagaimana jika Pembelajaran Literasi ini selalu diterapkan oleh
guru dalam pembelajaran sejarah ?
I : Sangat setuju, supaya pelajaran sejarah tidak membosankan dan jadi gampang
ngerti tentang materi pelajaran sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
LAMPIRAN 14
CATATAN LAPANGAN 9
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Topik/Judul : Implementasi Pembelajaran Literasi Dalam Mata Pelajaran
Sejaarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta
Peneliti : Catharina Ginong Pratidhina
Informan : Atika Larasati
Kelas : X IPA 4
Waktu : 14 Mei 2018
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Menurut Anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi ?
I : Kelebihannya saya jadi lebih gampang memahami materi pelajaran. Pelajaran jadi
lebih hidup lagi dengan banyaknya aktivitas.
P : Apa kesulitan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I : Saya tidak terlalu suka literasi, seperti membaca. Saya malas membaca, tetapi
dibantu tayangan video, jadi saya lebih suka ke menyimak video itu.
P : Bagaimana cara Anda dalam mengatasi kesulitan tersebut ?
I : Cara mengatasinya ya saya harus lebih membiasakan diri untuk membaca,
membiasakannya ini dengan melakukan literasi pada saat jam literasi yang 15
menit itu untuk menumbuhkan motivasi membaca saya.
P : Menurut anda pemahaman apa saja yang Anda dapatkan dalam pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan literasi?
I : Saya jadi lebih paham dengan materi pelajaran. Dapat mengetahui peristiwa-
peristiwa sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Kesannya itu pada awalnya saya tidak tertarik dengan literasi ini, karena pada
awalnya itu saya berfikiran bahwa literasi itu akan disuruh melulu membaca buku,
tetapi ternyata tidak, ternyata ada kegiatan menyimak video, menyimak guru
membacakan materi, menulis cerita sejarah, dan bercerita tentang sejarah didepan
teman-teman. Dengan begitu saya jadi lebih tertarik dengan literasi ini.
P : Menurut Anda, Bagaimana jika Pembelajaran Literasi ini selalu diterapkan oleh
guru dalam pembelajaran sejarah ?
I : Saya setuju, tetapi harus dibanyakin yang bagian menyimak, karena saya belum
terlalu suka membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
LAMPIRAN 15
CATATAN LAPANGAN 10
WAWANCARA PESERTA DIDIK
Topik/Judul :Implementasi Pembelajaran Literasi Dalam Mata Pelajaran
Sejaarah Indonesia di SMA Negeri 11 Yogyakarta
Peneliti : Catharina Ginong Pratidhina
Informan : Nadifa Aulia Putri A
Kelas : X IPA 4
Waktu : 14 Mei 2018
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Menurut Anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi ?
I : Kelebihannya itu membuat saya lebih paham tentang materi sejarah, karena dalam
literasi ini kita juga disuruh membaca, nah dengan membaca saya jadi dapat
mendapatkan informasi mengenai materi pelajaran.
P : Apa kesulitan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi ?
I : Kesulitannya itu tidak bisa fokus saat belajarnya itu membentuk kelompok, karena
membuat kelasnya ribut.
P : Bagaimana cara Anda dalam mengatasi kesulitan tersebut ?
I : Cara mengatasinya ya sebaiknya tidak dibentuk kelompok, tetapi lebih enak
sendiri-sendiri saja supaya lebih fokus dan tidak terganggu pada saat membaca,
dan menyimak.
P : Menurut anda pemahaman apa saja yang Anda dapatkan dalam pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan literasi?
I : Saya jadi lebih mengerti dengan materi pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
P : Apa kesan Anda dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
literasi?
I : Kesan saya, pembelajaran literasi itu seru, apalagi pada saat disuruh membuat
cerita sejarah, karena saya suka menulis dan membuat cerita saya sangat berkesan
sekali.
P : Menurut Anda, Bagaimana jika Pembelajaran Literasi ini selalu diterapkan oleh
guru dalam pembelajaran sejarah ?
I : Sangat setuju, karena pembelajaran literasi membuat belajar sejarah asik dengan
berbagai aktivitas dan juga dapat menambah wawasan baru dengan membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
LAMPIRAN 16
SILABUS MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA KELAS X
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1 Memahami konsep berpikirkronologis, diakronik, sinkronik,ruang, dan waktu dalam sejarah
4.1 Menyajikan hasil penerapan konsepberpikir kronologis, diakronik,sinkronik, ruang, dan waktu dalamperistiwa sejarah dalam bentuktulisan atau bentuk lain
Cara Berpikir Sejarah Cara berpikir kronologis
dalam mempelajari sejarah Cara berpikir diakronik dalam
mempelajari sejarah Cara berpikir sinkronik dalam
mempelajari sejarah
Membaca buku teks dan/melihat tayangan filmpendek tentang aktivitas manusia sehari-hari
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanyajawab/berdiskusi tentang informasi tambahanyang belum dipahami/ingin diketahui sebagaiklarifikasi tentang konsep berpikir kronologis,diakronik, sinkronik, ruang, dan waktu dalamsejarah
Mengumpulkan informasi terkait dengankonsep berpikir kronologis, diakronik,sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah darisumber tertulis, sumber lainnya dan/atauinternet.
Menganalisis hasil informasi mendapatkankesimpulan tentang konsep berpikir kronologis,diakronik, sinkronik, ruang, dan waktu dalamsejarah
Menyajikan secara tertulis kesimpulan tentangkonsep berpikir kronologis, diakronik,sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.2 Memahami konsep perubahan dankeberlanjutan dalam sejarah
4.2 Menerapkan konsep perubahan dankeberlanjutan dalam mengkajiperistiwa sejarah
Konsep Perubahan danKeberlanjutan Makna perubahan Makna keberlanjutan
Membaca buku teks dan/melihat tayangan filmpendek tentang aktivitas manusia sehari-hari
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanyajawab/berdiskusi tentang informasi tambahanyang belum dipahami/ingin diketahui sebagaiklarifikasi tentang konsep perubahan dankeberlanjutan dalam sejarah
Mengumpulkan informasi terkait dengankonsep perubahan dan berkelanjutan dalamsejarah dari sumber tertulis, sumber lainnyadan/atau internet
Menganalisis hasil informasi mendapatkankesimpulan tentang konsep perubahan danberkelanjutan dalam sejarah
Menyajikan secara tertulis kesimpulan tentangkonsep perubahan dan berkelanjutan dalamsejarah
3.3 Menganalisis kehidupan manusiapurba dan asal-usul nenek moyangbangsa Indonesia (Melanesoid, Proto,dan Deutero Melayu)
3.4 Memahami hasil-hasil dan nilai-nilaibudaya masyarakat praaksara
Indonesia Zaman Praaksara: AwalKehidupan Manusia Indonesia Manusia purba Asal-usul nenek moyang
bangsa Indonesia Corak kehidupan masyarakat Hasil-hasil budaya masyarakat
Membaca buku teks dan/atau melihat gambar-gambar tentang aktifitas kehidupan masyarakatzaman praaksara, peta persebaran asal-usulnenek moyang bangsa Indonesia danpeninggalan hasil kebudayaan pada zamanpraaksara.
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Indonesia dan pengaruhnya dalamkehidupan lingkungan terdekat
4.3. Menyajikan informasi mengenaikehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsaIndonesia (Melanesoid, Proto, danDeutero Melayu) dalam bentuktulisan
4.4. Menyajikan hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksaraIndonesia dan pengaruhnya dalamkehidupan lingkungan terdekatdalam bentuk tulisan
Nilai-nilai budaya masyarakat jawab/berdiskusi tentang informasi tambahanyang belum dipahami/ingin diketahui sebagaiklarifikasi tentang kehidupan manusia purba,asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,hasil-hasil budaya dan nilai-nilai budaya zamanpraaksara
Mengumpulkan informasi terkait denganpertanyaan mengenai kehidupan manusiapurba, asal-usul nenek moyang bangsaIndonesia, hasil-hasil dan nilai-nilai budayamasyarakat praaksara melalui bacaan sumber-sumber yang ada di museum atau peninggalan-peninggalan yang ada di lingkungan terdekat
Menganalisis informasi dan data-data yangdidapat baik dari bacaan maupun dari sumber-sumber lain yang terkait untuk mendapatkankesimpulan tentang kehidupan manusia purba,asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakatpraaksara Indonesia
Menyajikan informasi dalam bentuk laporantertulis mengenai ; kehidupan manusia purba,asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakatpraaksara Indonesia dan pengaruhnya dalamkehidupan lingkungan terdekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.5 Menganalisis berbagai teori tentangproses masuknya agama dankebudayaan Hindu dan Buddha keIndonesia
3.6 Menganalisis perkembangankehidupan masyarakat,pemerintahan, dan budaya padamasa kerajaan-kerajaan Hindu danBuddha di Indonesia sertamenunjukkan contoh bukti-buktiyang masih berlaku pada kehidupanmasyarakat Indonesia masa kini
4.5. Mengolah informasi tentang prosesmasuknya agama dan kebudayaanHindu dan Buddha ke Indonesiaserta pengaruhnya pada kehidupanmasyarakat Indonesia masa kini sertamengemukakannya dalam bentuktulisan
4.6. Menyajikan hasil penalaran dalambentuk tulisan tentang nilai-nilai danunsur budaya yang berkembang padamasa kerajaan Hindu dan Buddha
Indonesia Zaman Hindu danBuddha: Silang Budaya Lokal danGlobal Tahap Awal Teori-teori masuknya agama
dan kebudayaan Hindu danBuddha
Kerajaan-kerajaan Hindu danBuddha
Bukti-bukti kehidupanpengaruh Hindu dan Buddhayang masih ada sampai masakini
Membaca buku teks dan/atau melihat gambar-gambar peninggalan zaman Hindu dan Buddhadi Indonesia
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanyajawab/berdiskusi tentang informasi tambahanyang belum dipahami/ingin diketahui sebagaiklarifikasi tentang teori masuknya agama dankebudayaan Hindu dan Buddha, perkembanganmasyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-buktipengaruh Hindu dan Buddha yang masihberlaku pada kehidupan masyarakat Indonesiamasa kini.
Mengumpulkan informasi terkait denganpertanyaan mengenai teori masuknya agamadan kebudayaan Hindu dan Buddha,perkembangan masyarakat, pemerintahan danbudaya kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha,serta bukti-bukti pengaruh Hindu dan Buddhayang masih berlaku pada kehidupan masyarakatIndonesia masa kini melalui bacaan,pengamatan terhadap sumber-sumber zamanHindu dan Budha yang ada di museum ataupeninggalan-peninggalan yang ada dilingkungan terdekat
Menganalisis informasi dan data-data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
yang masih berkelanjutan dalamkehidupan bangsa Indonesia padamasa kini
didapat dari bacaan maupun sumber-sumberlain yang terkait untuk mendapatkankesimpulan tentang teori masuknya agama dankebudayaan Hindu dan Buddha, perkembanganmasyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-buktipengaruh Hindu dan Buddha yang masihberlaku pada kehidupan masyarakat Indonesiamasa kini
Menyajikan informasi dalam bentuk laporantertulis mengenai teori masuknya agama dankebudayaan Hindu dan Buddha, perkembanganmasyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-buktipengaruh Hindu dan Buddha yang masihberlaku pada kehidupan masyarakat Indonesiamasa kini
3.7 Menganalisis berbagai teori tentangproses masuknya agama dankebudayaan Islam ke Indonesia
3.8 Menganalisis perkembangankehidupan masyarakat, pemerintahandan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta
Zaman Kerajaan-Kerajaan Islamdi Indonesia Teori-teori masuknya agama
dan kebudayaan Islam Kerajaan-kerajaan Islam Bukti-bukti kehidupan
pengaruh Islam yang masih ada
Membaca buku teks dan melihat gambar-gambar peninggalan zaman kerajaan Islam diIndonesia
Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanyajawab/berdiskusi tentang informasi tambahanyang belum dipahami/ingin diketahui sebagaiklarifikasi tentang teori masuknya agama dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
menunjukkan contoh bukti-buktiyang masih berlaku pada kehidupanmasyarakat Indonesia masa kini
4.7. Mengolah informasi teori tentangproses masuknya agama dankebudayaan Islam ke Indonesiadengan menerapkan cara berpikirsejarah, serta mengemukakannyadalam bentuk tulisan
4.8. Menyajikan hasil penalaran dalambentuk tulisan tentang nilai-nilai danunsur budaya yang berkembang padamasa kerajaan Islam dan masihberkelanjutan dalam kehidupanbangsa Indonesia pada masa kini
sampai masa kini kebudayaan Islam, perkembangan kehidupanmasyarakat, pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sertamenunjukkan contoh bukti-bukti yang masihberlaku pada kehidupan masyarakat Indonesiamasa kini
Mengumpulkan informasi terkait denganpertanyaan tentang teori masuknya agama dankebudayaan Islam, perkembangan kehidupanmasyarakat, pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sertamenunjukkan contoh bukti-bukti yang masihberlaku pada kehidupan masyarakat Indonesiamasa kini melalui bacaan, pengamatan terhadapsumber-sumber zaman kerajaan-kerajaan Islamyang ada di museum atau peninggalan-peninggalan yang ada di lingkungan terdekat
Menganalisis informasi dan data-data yangdidapat baik dari bacaan maupun dari sumber-sumber lain yang terkait untuk mendapatkankesimpulan tentang teori masuknya agama dankebudayaan Islam, perkembangan kehidupanmasyarakat, pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesiaserta menunjukkan contoh bukti-bukti yangmasih berlaku pada kehidupan masyarakatIndonesia masa kini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Menyajikan informasi dalam bentuk laporantertulis tentang teori masuknya agama dankebudayaan Islam, perkembangan kehidupanmasyarakat, pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia sertamenunjukkan contoh bukti-bukti yang masihberlaku pada kehidupan masyarakat Indonesiamasa kini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
LAMPIRAN 17
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 11 Yogyakarta
Kelas/ Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah
Materi Pokok : Pengaruh agama dan kebudayaan
Islam di Indonesia
Alokasi waktu : 4 X 45 menit
Jumlah Pertemuan : 2
A. Kompetensi Inti
Kompetensi sikap spiritual yaitu “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial yaitu “Memiliki sikap
jujur, disiplin, kerjasama, responsif, dan proaktif dalam mencari solusi
permasalahan, sehingga dapat menyadari dirinya sebagai mahluk ciptaan yang
Maha Kuasa serta menjalankan kewajibannya sesuai dengan agama yang
dianutnya”.
KI.3.Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI.4.Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi DasarPengetahuan Keterampilan
No Uraian No Uraian3.8 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan-kerajaan Islamdi Indonesia sertamenunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku padakehidupan masyarakatIndonesia masa kini
4.8 Menyajikan hasil penalarandalam bentuk tulisan tentangnilai-nilai dan unsur budayayang berkembang pada masakerajaan Islam dan masihberkelanjutan dalamkehidupan bangsa Indonesiapada masa kini
Indikator Pencapaian Kompetensi3.8.1 Menganalisis sumber-sumber
kerajaan Islam di Nusantara4.8.1
4.8.2
Menyajikan informasimengenai perkembangankerajaan-kerajaan Islam diNusantara melalui storytelling
Menyajikan hasil identifikasikehidupan masyarakat,pemerintahan dan budayakerajaan Isam nusantaradalam bentuk tulisan.
3.8.2 Mengidentifikasi bukti-buktipeninggalan kerajaan Isalm diNusantara
3.8.3 Menunjukkan letak kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
3.8.4 Menganalisis karakteristikkehidupan masyarakat,pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan Samudra Pasaibeserta bukti-buktipeninggalannya
3.8.5 Menganalisis karakteristikkehidupan masyarakat,pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan Malaka besertabukti-bukti peninggalannya
3.8.6 Menganalisis karakteristikkehidupan masyarakat,pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan Aceh besertabukti-bukti peninggalannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Kompetensi DasarPengetahuan Keterampilan
No Uraian No Uraian3.8.7 Menganalisis karakteristik
kehidupan masyarakat,pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan Demak besertabukti-bukti peninggalannya
3.8.8 Menganalisis karakteristikkehidupan masyarakat,pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan Pajang besertabukti-bukti peninggalannya
3.8.9 Menganalisis karakteristikkehidupan masyarakat,pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan Mataran Islambeserta bukti-buktipeninggalannya
3.8.10 Menganalisis karakteristikkehidupan masyarakat,pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan Gowa - Tallobeserta bukti-buktipeninggalannya
3.8.11 Menganalisis karakteristikkehidupan masyarakat,pemerintahan dan budaya padamasa kerajaan Ternate-Tidorebeserta bukti-buktipeninggalannya
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model Discovery Learning berbasis literasi, peserta didik diharapkan
dapat menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta menunjukkan
contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini sekaligus mampu menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan
tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam
dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.
Selain itu dengan menggunakan pembelajaran aktif dan bermakna yang berbasis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
literasi, peserta didik juga dapat memiliki minat yang tinggi dalam pembelajaran
sejarah.
D. Materi Pembelajaran
1. Fakta : Sumber serta bukti awal agama dan kebudayaan Islam di
Indonesia beserta peninggalannya
2. Konsep : Islam Nusantara
3. Prosedur : Perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
4. Metakognitif : Keterkaitan antara perkembangan Islam di Indonesia
dengan kemunculan kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia
E. Pendekatan/Model/Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran : Student Center Learning
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning
3. Metode Pembelajaran : Ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan.
F. Media Pembelajaran
1. Alat: LCD, Laptop
2. Bahan:- Power point tentang gambar peninggalan kerajaan Islam
- Teks narasi tentang kerajaan Islam di Nusantara
- Video tentang cuplikan sejarah singkat kerajaan Islam Nusantara dan
video refleksi tentang menghargai peninggalan sejarah
G. Sumber Belajar:
Ratna Hapsari dan Adil,M.2013.Sejarah Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia III. Yogyakarta:
Kanisius
Referensi Lain
Internet:
http://wawasansejarah.com/sejarah-kesultanan-indonesia/
dan alamat lainnya yang terkait.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Lingkungan :
Hasil kebudayaan Islam di DIY, misalnya Keraton Kasultanan Yogyakarta,
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
IPK: 3.8.1, 3.8.2, 3.8.3.
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN ALOKASIWAKTUKegiatan Peserta Didik
Pendahuluan Membangun Karakter1. Peserta didik menjawab sapaan salam dari
guru dan menyampaikan informasi kehadiranpeserta didik ketika guru menanyakankehadiran peserta didik.
2. Peserta didik menyimak stimulus (stimulation)yang disampaikan guru melalui power pointberupa tayangan gambar peninggalan-peninggalan kerajaan Islam di Indonesia dantayangan video tentang cuplikan sejarahsingkat kerajaan Islam Nusantara
3. Peserta didik menyimak penjelasan gurutentang tujuan dan skenario pembelajaran.
4. Peserta didik menyiapkan buku sumber dansumber belajar lainnya untuk mencapaipenguasaan kompetensi religius, sosial,pengetahuan dan keterampilan
10 menit
Inti Guru membagi peserta didik menjadi 8 kolompok.Masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 orang.Setelah membagi kelompok, guru membagikanteks narasi tentang kerajaan Islam di Nusantarayang mengacu pada materi pembelajaran dimasing-masing kelompok yang telah ditentukan.1. Mengidentifikasi masalah (Problem
Statement): Secara berkelompok peserta didikmembaca narasi yang diberikan oleh guruuntuk menemukan permasalahan antara lain,apa saja bukti-bukti dan sumber-sumber beritatentang berdirinya kerajaan-kerajaan yangbercorak Islam di Indonesia? Di mana letakkerajaan serta bagaimana kehidupan politik,ekonomi, dan sosial kerajaan-kerajaan yangbercorak Islam di Indonesia? Bagaimanaproses berdirinya dan perkembangan sertakeruntuhan kerajaan-kerajaan yang bercorak
70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN ALOKASIWAKTUKegiatan Peserta Didik
Islam di Indonesia?2. Mengumpulkan data (Data Collecting):
melalui studi literasi/studi pustaka/internetpeserta didik mengumpulkan informasimengenai bukti-bukti dan sumber-sumberberita tentang berdirinya kerajaan-kerajaanyang bercorak Islam di Indonesia,mengidentifikasi informasi mengenai letakkerajaan, kehidupan politik, kehidupanekonomi, dan sosial kerajaan-kerajaanbercorak Islam di Indonesia, serta prosesberdirinya, perkembangan dan keruntuhankerajaan-kerajaan yang bercorak Islam diIndonesia
3. Mengolah data (Data Processing) : Secaraberkelompok peserta didik mengolah data,mengkritisi literasi melalui diskusi, konfirmasitentang letak kerajaan, kehidupan politik,kehidupan ekonomi, dan sosial kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia prosesberdirinya, perkembangan dan keruntuhankerajaan-kerajaan yang bercorak Islam diIndonesia sembari menghasilkan draf naskahuntuk story telling sebagai prodak literasi.
Penutup 1. Guru melakukan refleksi pembelajaran2. Guru memberi penugasan pada peserta didik
untuk mempersiapkan story telling yang akanditampilkan pada pertemuan selanjutnya
3. Guru menutup pelajaran dengan salam
10 menit
Pertemuan 2
IPK: 4.8.1
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN ALOKASI
WAKTUKegiatan Peserta Didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN ALOKASI
WAKTUKegiatan Peserta Didik
Pendahuluan 1. Peserta didik menjawab sapaan salam dariguru dan menyampaikan informasi kehadiranpeserta didik ketika guru menanyakankehadiran peserta didik.
2. Guru melakukan kegiatan apersepsi denganmenanyakan materi minggu lalu pada pesertadidik
3. Guru menanyakan kesiapan untuk penampilanstory telling pada masing-masing kelompok
5 menit
Inti 1. Memverifikasi (Verification): Setiapkelompok mengkomunikasikan hasil diskusimelalui penampilan story telling yang telahdisiapkan. Secara berkelompok peserta didikmengecek, membandingkan validitas/kebenaran data dari berbagai sumber tentangletak kerajaan, kehidupan politik, kehidupanekonomi, dan sosial serta proses berdirinya,perkembangan dan keruntuhan kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia
2. Menyimpulkan (Generalization): pesertadidik menyimpulkan informasi sertamenyempurnakan penugasan strory tellingberdasarkan masukan dan kesimpulan yangtelah diambil
50 menit
Penutup 1. Peserta didik menyimak penguatan konsepyang disampaikan guru, dan mencatatnya dibuku catatan harian
2. Guru menugaskan peserta didik dalamkelompok untuk menyelesaikanpenyempurnaan penugasan story telling
3. Guru membagikan soal tes kognitif4. Peserta didik mengerjakan soal yang diberikan
guru5. Guru mengajak peserta didik untuk berefleksi
melalui tayangan video6. Peserta didik mengamati video lalu
menuliskan pendapat mereka mengenai videoyang ditayangkan oleh guru
7. Guru menutup pelajaran dengan salam
35 menit
I. Instrumen Penilaian hasil Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Teknik Penilaian
1. Penilaian Sikap : Angket minat
2. Penilaian Pengetahuan : Tes tertulis
3. Penilaian Keterampilan : Penugasan story telling
Bentuk Penilaian
1. Penilaian Sikap : Kuesioner
2. Penilaian Pengetahuan : Soal pilihan ganda
3. Penilaian Keterampilan : Rubrik story telling
Mengetahui
Kepala Sekolah SMA Negeri 11
Yogyakarta
Rudy Rumanto, S.Pd
Yogyakarta, 15 April 2018
Guru Mata Pelajaran Sejarah
B. Gartantyo, S.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
MATERI PEMBELAJARAN
A. Sumber dan Bukti Awal Agama serta Kebudayaan Islam di Nusantara
1. Batu nisan Islam yang tertua ditemukan di Leran, Gresik, Jawa Timur.
Nisan itu milik seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun. Nisan
tersebut berangka tahun 475 H atau 1802 M. Dilihat dari hiasannya, nisan
tersebut dibuat di luar Indonesia. Penemuan bukti ini memunculkan
pendapat bahwa masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-11
Masehi.
2. Batu nisan sultan Kerajaan Samudera Pasai yang pertama, Sultan Malik As
Saleh. Nisan tersebut bertarikh 696 H (1297 M).
3. Dua batu nisan bertarikh 781 H (1380) dan 789 H (1389 M) di Munje
Tujoh, Aceh Utara. Kedua nisan ini menunjukkan tahun meninggalnya
putra sultan Samudera Pasai ketiga, yaitu Sultan Malik Az Zahir.
4. Beberapa batu nisan yang memuat kutipan dari Alquran ditemukan di
kuburan Trowulan dan Troloyo, Jawa Timur. Tempat tersebut berdekatan
dengan bekas istana Kerajaan Majapahit. Ciri dari batu nisan ini adalah
bertuliskan huruf Arab, tetapi menggunakan tarikh Saka dan angka-angka
Jawa Kuno. Nisan di Trowulan bertarikh 1920 Saka (1268-1369 M) dan
beberapa nisan di Troloyo bertarikh 1293-1533 Saka (1371-1611 M).
Makam ini dimungkinkan milik keluarga raja dari Kerajaan Majapahit.
5. Batu nisan milik Maulana Malik Ibrahim ditemukan di Gresik. Ia adalah
salah seorang dari wali sanga. Nisan ini bertarikh 822 H (1419 M). Hal ini
menunjukkan bahwa pada tahun itu agama Islam sudah masuk di pesisir
utara Jawa.
Masuk dan berkembangnya pengaruh agama dan kebudayaan Islam di
Indonesia juga diperkuat dengan beberapa sumber yang berasal dari luar negeri.
Sumber-sumber tersebut di antaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
1. Berita Arab
Diketahui melalui para pedagang Arab yang melakukan aktivitas
perdagangan dengan bangsa Indonesia. Para pedagang Arab telah datang ke
Indonesia sejak masa Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasai jalur
pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Selat
Malaka. Hubungan para pedagang Arab dengan Kerajaan Sriwijaya terbukti
dengan adanya sebuah sebutan para pedagang Arab untuk Kerajaan Sriwijaya,
yaitu Zabaq, Zabay, atau Sribusa.
2. Berita Eropa
Berasal dari Marcopolo dan Tome Pires. Marcopolo adalah orang Eropa
yang pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia, ketika ia kembali dari Cina
menuju Eropa melalui jalur laut. Ia mendapatkan tugas dari kaisar Cina untuk
mengantarkan putrinya yang dipersembahkan kepada kaisar Romawi. Dalam
perjalanannya ia singgah di Pulau Jawa bagian utara. Di daerah tersebut ia
menemukan adanya kerajaan Islam yaitu Kerajaan Samudera dengan ibukotanya
di Pasai. Tome Pires dalam bukunya Suma Orientalmenyebutkan bahwa pada
awal abad ke-16 daerah bagian pesisir timur Sumatra dari Aceh sampai
Palembang, telah banyak masyarakat yang beragama Islam. Namun, di daerah
pedalaman masyarakat setempat pada umumnya masih menganut keyakinan lama.
Proses Islamisasi ke daerah pedalaman Aceh dan Sumatra Barat terjadi sejak Aceh
melakukan ekspansi politik ke daerah pedalaman pada abad ke-16 sampai 17.
3. Berita India
Disebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat memiliki peranan
penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Di samping
berdagang mereka juga aktif mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada
masyarakat Indonesia, terutama masyarakat yang berada di daerah pesisir pantai.
4. Berita Cina
Diketahui melalui catatan dari Ma-Huan, seorang penulis yang mengikuti
perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Dalam tulisannya, ia menyatakan bahwa sejak
sekitar tahun 1400 M telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal di
pantai utara Pulau Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
B. Islam NusantaraSejarah telah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari
India & Tiongkok sudah mempunyai hubungan dengan bangsa
Indonesia/penduduk Indonesia. Tetapi, kapan tepatnya Islam datang ke
Nusantara? Telah menimbulkan berbagai teori. Walaupun ada beberapa pendapat
tentang kedatangan agama Islam ke Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung
percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan berita
Tiongkok zaman Dinasti Tang. Berita tersebut telah mencatat bahwa awad ke-7,
ada permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, yakni daerah pantai
barat Sumatera Utara. Kemudian pada abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada
perkembangan Islam bersamaan dengan mulai tumbuhnya kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara. Dari pendapat ini, berdasarkan catatan perjalanan yang
pernah dilakukan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di
Perlak pada 1292 & berjumpa dengan orang-orang yang sudah menganut agama
Islam. Bukti lain yang memperkuat pendapat tersebut ialah ditemukannya nisan
makam Raja Samudera Pasai, Sultan Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Agama Islam masuk & berkembang di Nusantara dibawa oleh para
pedagang dari Gujarat, Arab, & Persia. Agama Islam yang dibawa oleh para
pedagang itu untuk pertama kalinya melewati Selat Malaka & daerah yang
terpengaruh Islam adalah Barus & Perlak. Kemudian setelah itu muncul kerajaan
Samudera Pasai, yang mempercepat tersebarnya agama Islam ke pedalaman Pulau
Sumatera, serta menyebar ke arah selatan melewati Siak & Palembang. Dari Pulau
Sumatera, agama Islam selanjutnya menyebar ke wilayah Jawa, yakni kerajaan
Demak yang berperan dalam proses menyebarkan agama Islam ke Banten,
Cirebon, Gresik, & daerah-daerah di pesisir utara Pulau Jawa. Kerajaan Demak
mengembangkan Islam ke Kalimantan Selatan (Banjar), Sulawesi Selatan (Gowa-
Tallo) & Maluku (Ternate-Tidore). Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) di Sulawesi
Selatan ternyata berperan juga menyebarkan agama Islam ke Kalimantan Timur,
Bali, Lombok Sumba, Sumbawa & Timor.
C. Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di NusantaraTerdapat banyak kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia. Beberapa
kerajaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
1. Kesultanan Samudra Pasai (1267-1521)
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Samudra Pasai adalah kerajaan pertama di Indonesia yang menganut
agama Islam. Letaknya di pantai utara Sumatera (Aceh), dekat Perlak (Malaysia).
Kesultanan ini didirikan oleh Meurah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh,
sekitar tahun 1267. Sumber sejarah yang menyebutkan tentang keberadaan
kerajaan ini adalah berita Marco Polo, berita Ibnu Batutah, hikayat Raja-raja
Pasai.
b. Bidang Politik
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam (kerajaan bercorak Islam pertama di
Indonesia), Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan
pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina
serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai. Samudera Pasai
setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman,
meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang,
Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai.
Dalam rangka islamisasi, Sultan Malik al Saleh menikah dengan putri Raja
Perlak.
Sultan Malik al Saleh mangkat pada tahun 1297 dan dimakamkan di
Kampung Samudera Mukim Blang Me dengan nisan makam berciri Islam.
Jabatan Sultan Pasai kemudian diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir.
Sultan ini memiliki dua orang putra, yaitu Malik al Mahmud dan Malik al
Mansur. Ketika masih kecil, keduanya diasuh oleh Sayid Ali Ghiatuddin dan
Sayid Asmayuddin. Kedua orang putranya itulah yang kemudian mewarisi takhta
kerajaan. Sementara itu, kedua pengasuhnya itu diangkat menjadi perdana
menteri. Ibu kota kerajaan pernah dipindahkan ke Lhok seumawe. Pemegang
kekuasaan Samudera Pasai selanjutnya adalah Sultan Ahmad Perumadal Perumal.
Pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai sudah menjalin hubungan dengan
Kesultanan Delhi (India). Buktinya, ketika Muhammad Tughluq dari India pada
tahun 1345 mengirimkan utusan yang bernama Ibn Battuta ke Cina, utusan
tersebut sempat singgah dahulu diSamudera Pasai. Sekembalinya dari Cina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
(1346), Ibn Battuta singgah lagi dan diterima baik oleh Sultan Ahmad Perumadal
Perumal.
c. Aspek Kehidupan Sosial budaya dan Ekonomi
Para pedagang asing yang singgah di Malaka untuk sementara menetap
beberapa lama untuk mengurusi perdagangan mereka. Dengan demikian, para
pedagang dari berbagai bangsa itu bergaul selama beberapa lama dengan
penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh pedagang Islam dari Gujarat,
Persia, dan Arab untuk menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, kehidupan
sosial masyarakat dapat lebih maju, bidang perdagangan dan pelayaran juga
bertambah maju. Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu
terbukti terjadinya perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera
Pasai ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi
pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti
Mameluk yang beraliran Syafi’i. Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai
menyesuaikan dengan adatistiadat setempat sehingga kehidupan sosial
masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat istiadat setempat.
2. Kesultanan Malaka (1396-1511)
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Malaka merupakan kesultanan Islam kedua setelah Samudra
Pasai. Berdiri di akhir abad ke- 14, pusatnya adalah di daerah Malaka. Suatu
wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Malaysia. Wilayah kekuasaannya dan
pengaruhnya meliputi tidak saja Semenanjung Malaya, melainkan juga sampai ke
Riau (Indonesia). Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui beberapa
sumber yaitu Sulalatus Salatin, berita Cina/ Tiongkok, Laporan kunjungan
Laksamana Cheng ho dari Dinasti Ming.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Secara geografis, posisi Malaka sangat strategis, yaitu berada di jalur
pelayaran dan perdagangan internasional. Kapal-kapal dapat merapat di segala
musim. Bersekutu dengan Orang Laut, yaitu para perompak pengembara yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
senang berlalu lalang di Selat Malaka. Karena fasilitas dan pelayanan yang cukup
baik, kapal-kapal dagang tersebut lama-kelamaan singgah dengan sendirinya
tanpa harus di paksa. Kesultanan Malaka dalam urusan kenegaraan telah memiliki
susunan tata pemerintahan yang rapi. Kekuasaan sultan bersifat absolut. Dalam
administrasi pemerintahan sultan dibantu beberapa pembesar seperti bendahara,
tumenggung, penghulu bendahari, dan syahbandar. Terdapat pula beberapa
menteri yang bertanggung jawab atasan beberapa urusan Negara. Selain itu
terdapat jabatan Laksamana yang pada awalnya diberikan kepada kelompok
masyarakat Orang Laut.
c. Sistem Ekonomi Kehidupan Sosial-Budaya
- Perdagangan
- Pelayaran/ Nelayan
Pada kehidupan budaya, Perkembangan seni sastra Melayu mangalami
perkembangan yang sangat pesat seperti munculnya karya karya sastra yang
menggambarkan tokoh tokoh kepahlawanan dari kerajaan Malaka seperti Hikayat
Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat. Sedangkan Kehidupan
Sosial Kerjaan Malka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan
wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial
masyarakat sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat
sifat individualisme. Kelompok masyarakatpun bermunculan, seperti adanya
golonga buruh dan majikan.
3. Kesultanan Aceh (1507-1903)
a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Aceh (1507-1903), yang terletak di Aceh Rayeuk didirikan
oleh Ali Mughayat Syah pada tahun 1496 di atas bekas wilayah Kesultanan
Lamuri yang ditaklukkan oleh Mughayat Syah. Sumber sejarah tentang kesultanan
ini adalah Kitab Bustanul’salatin karya Nuruddin ar-Raniri tahun 1637 yang berisi
tentang silsilah sultan-sultan Aceh; batu nisan makam Sultan Ali Mughayat Syah.
Di batu nisan ini disebutkan Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada 12 Zulhijah
tahun 936 H atau 7 Agustus 1530 M.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Meskipun Kesultanan Aceh merupakan Negara Islam, kehidupan
masyarakatnya tetap feudal. Dalam tatanan masyarakatnya Aceh memiliki
golongan bangsawan yang memiliki gelar teuku, dan golongan ulama yang
bergelar tengku; kedua golongan ini sering bersaing untuk berebut pengaruh
dalam masyarakat. Dalam bidang politik yang jelas terlihat adalah adanya
perebutan kekuasaan, terutama antara golongan bangsawan (teuku) dengan
golongan ulama (tengku). Diantara para ulama sendiiri juga sering terjadi
pertikaian karena perbedaan aliran dalam agama. Aliran-aliran tersebut
diantaranya adalah aliran Syi’ah dan Ahlussunnah wal Jama’ah.
c. Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya
Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat.
Dengan demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena
sering berhubungan dengan bangsa lain. Contoh dari hal tersebut adalah
tersusunnya hukum adat yang dilandasi ajaran Islam yang disebut Hukum Adat
Makuta Alam. Menurut Hukum Adat Makuta Alam pengangkatan sultan haruslah
semufakat hukum dengan adat. Oleh karena itu, ketika seorang sultan dinobatkan,
ia berdiri di atas tabal, ulama yang memegang Al-Qur’an berdiri di kanan,
sedangkan perdana menteri yang memegang pedang berdiri di kiri. Pada
umumnya, di Aceh pangkat sultan turun kepada anak. Sultan diangkat oleh rakyat
atas mufakat dan persetujuan ulama serta orang-orang cerdik pandai.
Jika sultan mangkat sebelum ada pengganti oleh karena beberapa sebab
lain, Panglima Sagi XXII Mukim yang menjadi wakil raja. Ia bertugas
menjalankan pemerintahan dan menerima hasil yang didapat dari Aceh sendiri
dan daerah taklukkan. Jika sudah ada yang patut diangkat menjadi sultan,
perbendaharaan itu pun dengan sendirinya berpindah kepada yang berhak. Dalam
menjalankan kekuasaan, sultan mendapat pengawasan dari alim ulama, kadi, dan
Dewan Kehakiman. Mereka terutama bertugas memberi peringatan kepada sultan
terhadap pelanggaran adat dan syara’ yang dilakukan. Sultan Iskandar Muda
berhasil menanamkan jiwa keagamaan pada masyarakat Aceh yang mengandung
jiwa merdeka, semangat membangun, rasa persatuan dan kesatuan, serta semangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
berjuang antipenjajahan yang tinggi. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika
Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah. Itulah sebabnya, bangsa-bangsa Barat
tidak mampu menembus pertahanan Aceh.
Bidang perdagangan yang maju menjadikan Aceh makin makmur. Setelah
Sultan Ibrahim dapat menaklukkan Pedir yang kaya akan lada putih, Aceh makin
bertambah makmur. Dengan kekayaan melimpah, Aceh mampu membangun
angkatan bersenjata yang kuat. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda,
Aceh mencapai puncak kejayaan. Dari daerah yang ditaklukkan didatangkan lada
dan emas sehingga Aceh merupakan sumber komoditas lada dan emas. Pada masa
pemerintahan Iskandar Muda muncul ahli tasawuf yang terkenal, yaitu Hamzah
Fansyuri dan muridnya Syamsudin as Sumatrani. Sultan Iskandar Muda mangkat
pada tahun 1636 dan digantikan oleh menantunya, Iskandar Thani (1636–1641).
Masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani tidak lama karena ia tidak memiliki
kepribadian dan kecakapan yang kuat seperti Sultan Iskandar Muda. Pengawasan
kepada para panglima yang mengurusi perdagangan mengendur sehingga mereka
dapat berbuat semaunya. Daerah-daerah yang jauh dari pemerintah pusat mulai
kurang loyal terhadap sultan. Terlebih lagi setelah Nur ar Din al Raniri (Nurrudin
ar Raniri) ahli tasawuf yang beraliran ortodoks dari Gujarat datang ke Aceh. Sejak
Sultan Iskandar Muda mangkat, Aceh terus-menerus mengalami kemunduran dan
akhirnya pada permulaan abad ke-20 (1935) dapat dikuasai oleh Belanda
walaupun dengan susah payah.
4. Kesultanan Demak (1500-1568)
a. Lokasi dan Sumber sejarah
Kesultanan Demak (1500-1568) berlokasi di Demak, Jawa Tengah, adalah
merupakan kesultanan Islam pertama terbesar di Pantai Utara Jawa. Sebelum
menjadi kesultanan, Demak merupakan kadipaten dari Kerajaan Majapahit,
dengan Raden Patah sebagai adipatinya sejak 1478. Raden Patah jugalah perintis
sekaligus peletak dasar kesultanan Demak sejak tahun 1478. Kesultanan ini
merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Jawa dan Indonesia umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Kesultanan Demak tidak berumur lama karena adanya perebutan kekuasaan di
antara kerabat kerajaan.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Dalam bidang politik, terjadi konflik perebutan takhta di antara anggota
keluarga kesultanan. Akibat konflik yang terus berlanjut, kemudian berkembang
menjadi perang saudara.
c. Bidang Ekonomi, sosial, dan budaya
Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah
pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain
beras, madu, dan lilin. Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan
Jepara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik.
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur.
Pemerintahan diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-
tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja. Hasil kebudayaan Kerajaan Demak
merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang
cukup terkenal dan sampai sekarangmasih tetap berdiri adalah Masjid Agung
Demak. Masjid itu merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.
Masjid Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga
memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa
kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan (tatal). Selain Masjid
Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga juga meletakkan
dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak.Perayaan itu digunakan
oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk Islam. Sekaten
ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai
sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
5. Kerajaan Pajang
a. Letak dan Sumber Sejarah Kerajaan Pajang
Kesultanan Pajang pada awal terbentuknya dipimpin oleh Jaka Tingkir.
Sebelum menjadi Kesultanan Islam Utama di kawasan Jawa Tengah dan Jawa
Timur, Pajang menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit dan Kesulatanan
Demak. Pada masa Kerajaan Majapahit, Pajang lebih dikenal dengan nama
Pengging. Pengging pada saat itu tidak memiliki andil besar dalam kekuasaan
Majapahit. Hayam Wuruk pernah melewati daerah Pengging hanya satu kali
dalam setahun untuk menuju Sungai Bengawan Solo. Pengging pada massa
Majapahit dipimpin oleh seorang adipati bernama Jayadiningrat. Ketika awal
berdirinya Kesultanan Demak, Pengging masih menganut agam Budha yang
dianut Kerajaan Majapahit. Ketika keturunan Adipati Jayadiningrat memimpin
daerah Pengging, maka Pengging memeluk agama Islam.
Pada masa Kesultanan Demak, pemimpin daerah Pengging, yaitu Ki Kebo
Kenanga melakukan tindakan tidak menyenangkan terhadap Kesultanan Demak.
Pengging tidak memberi Demak upeti tahunan. Sultan Demak melihat hal itu
mengambil kesimpulan bahwa Pengging akan melakukan pemberontakan. Maka
Sultan Demak mengutus Sunan Kudus untuk menemui pemimpin Pengging.
Pemimpin Pengging menolak untuk menghadap ke Demak, maka Sunan Kudus
dan Pemimpin Pengging mengadu ilmu. Dalam pertarungan tersebut Ki Kebo
Kenanga terbunuh oleh Sunan Kudus, kemudian Pengging tunduk menjadi daerah
kekuasaan Demak. Setelah kejadian tersebut daerah Pengging lebih dikenal
dengan nama Pajang. Pajang baru memiliki andil yang cukup berpengaruh dalam
kekuasaan Demak. Daerah Pajang memiliki daerah yang subur, beras merupakan
komoditas utama yang diperjual belikan. Batu bata merah juga komoditas yang
penting dalam membangun ekonomi Pajang, karena terdapat pusat pembuatan
batu bata merah. Sebagian besar rumah penduduk Pajang dibangun menggunakan
batu bata merah. Keraton Pajang hampir seluruh bangunannya terdiri dari batu
bata merah. Hal ini membantu ekonomi Kesultanan Demak dalam hal pangan dan
pembangunan. Hal tersebut semakin maju pada masa kepepimpinan Jaka Tingkir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
b. Bidang ekonomi, sosial, dan Budaya Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang ini bisa dikatakan sebagai kerajaan bekas dari Demak.
Hal ini karena sejarah berdirinya Kerajaan Pajang tidak bisa dipisahkan dari
Kerajaan Demak. Pendiri Kerajaan Pajang adalah Joko Tingkir yang kala itu
berhasil menumpas Aryo Penangsang. Aryo Penangsang sendiri adalah raja di
Demak yang tidak diinginkan oleh peihak keluarga besar Demak. Dari sini
kemudian keluarga meminta bantuan Joko Tingkir untuk menyingkirkan Aryo
Penangsang. Setelah berjalannya waktu, Kerajaan Demak runtuh maka Joko
Tingkir kemudian menggeser pusat pemerintahan di Demak ke Pajang yang
sekaligus menjadi penanda berdirinya Kerajaan Islam Pajang. Kehidupan politik
Kerajaan Pajang ini sebenarnya mulai mapan dan stabil. Namun disayangkan
perjalanan Kerajaan Islam Pajang tidak cukup lama karena beberapa konflik yang
terjadi. Kerajaan Pajang sendiri berpusat di Jawa Tengah bekas Kerajaan Demak
lebih tepatnya yaitu di daerah Kartasura dekat Surakarta atau Solo. Kerajaan
Pajang ini sebenarnya meski muncul belakangan, pernah juga disebut oleh Hayam
Wuruk dalam kitab Negarakertagama. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit,
kerajaan Pajang dan kerajaan Demak sudah disinggung di dalam kitab tersebut.
Meski merupakan kerajaan baru jika dibanding dengan Kerajaan Demak,
namun secara ekonomi Kerajaan Pajang sangatlah baik. Kesejahteraan rakyatnya
cukup terjamin dengan berbagai hasil bumi yang dihasilkan. Ketika Kerajaan
Demak masih berkuasa, bahkan Kerajaan Pajang ini sudah berhasil mengekspor
beras ke beberapa daerah melalui perniagaan dengan memanfaatkan Bengawan
Solo sebagai jalur transportasi. Pada umumnya, masyarakat Pajang mengandalkan
hasil kebun dan pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan Pajang
berhasil menjadi lumbung beras pada sekitar abad ke 16 dan ke 17. Hal ini karena
irigasi di daerah Pajang sangat bagus dengan adanya Bengawan Solo sehingga
irigasi lancar yang kemudian membuat hasil pertanian melimpah. Kelemahan
masyarakat Pajang pada saat itu adalah ketidakmampuan dalam bidang
perniagaan. Sehingga meski memiliki hasil agraris yang sangat melimpah,
kedigdayaan ekonomi Kerajaan Pajang ini tidak berlangsung lama. Terlebih lagi
perniagaan dengan basis laut atau maritim yang sedang ngetrend pada saat itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
semakin membuat Kerajaan Pajang tertinggal dengan kerajaan lain di bidang
ekonomi perniagaan. Karena masyarakat pajang kurang ahli dalam masalah
kelautan, padahal pada saat itu semua perdagangan hampir dilakukan di lautan.
Meski kerajaan Pajang merupakan salah satu Kerajaan Islam di Jawa,
namun pengaruh tradisi Hindu masih kentara. Sehingga beberapa kebudayaan pun
masih ada yang menggunakan tradisi-tradisi Hindu. Masyarakat di Pajang juga
masih banyak yang menjalankan beberapa tradisi yang sudah turun temurun dari
nenek moyang mereka. Pada masa kejayaan Kerajaan Pajang, terjadi akulturasi
budaya antara Hindu dan Islam yang kuat. Bahkan, kemunculan Kerajaan Pajang
ini juga banyak yang menafsirkan kembalinya kekuasaan Islam kejawen dari
Islam ortodok.
6. Kesultanan Mataram (1586-1755)
a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Mataram (Islam) tidak ada hubungannya dengan kerajaan
Mataram Hindu; kebetulan saja memakai nama yang sama. Kemungkinan juga
pemakaian nama yang sama ini di dorong keinginan untuk menjadi besar seperti
kerajaan Mataram Kuno. Pemindahan pusat pemerintahan dari Pajang ke Mataram
pada tahun 1586 oleh Senopati menandai berdirinya Kesultanan Mataram.
Pusatnya adalah di kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Pada awalnya
pemerintahan Senopati mendapat banyak tantangan dari para bupati di sepanjang
Pantai Utara Jawa yaitu di Demak, Jepara, Kudus, Gresik, dan Surabaya.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kesultanan Mataram seperti:
1) Kutanegara, daerah pusat keratin, pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh
patih lebet yang dibantu oleh wedana lebet.
2) Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara, pelaksanaan pemerintahan
dipegang patih jawi (patih luar) yang dibantu wedana jawi.
3) Mancanegara, daerah luar Negara Agung, pelaksanaan pemerintahannya
dipegang oleh para bupati.
4) Pesisir, daerah pesisir. Pemerintahan dipegang oleh bupati atau syahbandar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Selain tangguh, Sultan Agung juga dikenal sebagai seorang yang ahli
politik, sastra, filsafat (Jawa), serta Agama. Pada masa ini tumbuh Kebudayaan
Kejawen, yaitu akulturasi antara kebudayaan Jawa asli, Hindu, Buddha, dan
Islam.
d. Bidang Sosial, ekonomi dan budaya
Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, raja merupakan pemegang
kekuatan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan yang diserahi
tugas-tugas tertentu. Kebesaran kerajaan dan kewibawaan raja lazim dicerminkan
dalam keraton sebagai kompleks bangunan kediaman raja, seperti sitinggil dan
masjid besar. Kesenian yang ada di kerajaan mempunyai fungsi untuk
melambangkan status raja. Segala benda di sekeliling raja, upacara, dan perayaan-
perayaan, selain mempunyai fungsi sakral-magis juga dapat menambah semarak
suasana kerajaan dengan segala keagungannya. Di bidang keagamaan terdapat
jabatan penghulu, ketib, naib, dan suranata. Pejabat-pejabat keagamaan ini disebut
abdi dalam pametakan atau abdi dalem pemutihan. Penghulu istana merupakan
jabatan tertinggi dalam bidang keagamaan. Tugas penghulu istana adalah
memimpin upacara-upacara keagamaan.
Di bidang pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa. Jabatan ini
merupakan wewenang wedana-wedana keparak. Di dalam sidang pengadilan
istana, jaksa berhak mengemukakan bukti dan mengajukan tuntutan, sedangkan
yang berhak mengadili adalah raja. Pejabat-pejabat kerajaan, seperti wedana dan
bupati tidak mendapat imbalan berupa gaji, tetapi mendapat hak tanah gaduhan
sebagai tanah lungguh. Dari hasil tanah tersebut para pejabat menggunakan
sebagai biaya keperluan hidupnya, sedangkan sebagian hasilnya harus diserahkan
kepada kas kerajaan. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan diciptakan
peraturan yang dinamakan angger-angger yang harus ditaati oleh seluruh
penduduk.
Letak geografisnya yang berada di pedalaman didukung tanah yang subur,
menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah pertanian (agraris) yang cukup
berkembang, bahkan menjadi daerah pengekspor beras terbesar pada masa itu.
Rakyat Mataram juga banyak melakukan aktivitas perdagangan laut. Hal ini dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
terlihat dari dikuasainya daerah-daerah pelabuhan di sepanjang pantai Utara Jawa.
Perpaduan dua unsur ekonomi, yaitu agraris dan maritim mampu menjadikan
kerajaan Mataram kuat dalam percaturan politik di nusantara.
7. Kesultanan Gowa-Tallo (1528-1670-an)
a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Gowa-Tallo (1528-1670-an) letaknya sangat strategis yaitu di
antara wilayah barat (Malaka) dan Timur Nusantara (Maluku). Makassar menjadi
Bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya akan rempah-rempah.
Kerajaan ini memiliki pelaut-pelaut yang tangguh, yang dapat memperkuat
barisan pertahanan laut Makassar. Sumber asing tertulis pertama dari catatan
Tome Pires. Dalam catatannya, ia melukiskan kemampuan pelayaran dan
perdagangan orang-orang Makassar. Tome Pires menulis bahwa orang-orang
Makassar telah berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Borneo, Negeri Siam, dan
juga semua tempat yang yang terdapat antara Pahang dan Siam.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Kesultanan ini desebut-sebut kaya akan beras, bahan-bahan makanan
lainnya, daging, dan kapur barus hitam. Mereka memasok barang-barang
dagangan dari luar, antara lain jenis pakaian dari Cambay, Bengal, dan Keling.
Penemuan banyak jenis keramik dari masa Dinasti Sung dan Ming di daerah
Sulawesi Selatan juga membuktikan kerajaan ini telah menjalin hubungan baik
dengan Cina. Meski memiliki kebebasan dalam mencapai kesejahteraan hidup,
dalam kehidupan sosial sehari-hari mereka sangat terikat dengan norma adat yang
mereka anggap sacral. Norma kehidupan sosial Makassar diatur berdasarkan adat
dan agama Islam yang disebut Pangadakkang. Selain norma tersebut, masyarakat
Makassar juga mengenal sistem pelapisan sosial: lapisan yang merupakan
golongan bangsawan disebut ”anakarung/ karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan
disebut “to maradeka”, dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya
disebut golongan “ata”.
c. Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan
internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di
Makasar. Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga
yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE
sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar
menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat. Selain perdagangan,
Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga
menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah
kemakmuran hidupnya.Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut,
kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari
Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk
Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan
Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian hampir
seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa
menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari
Minangkabau. Raja Gowa Tallo sangat besar perannya dalam menyebarkan Islam,
sehingga bukan rakyat saja yang memeluk Islam tapi kerajaan-kerajaan
disekitarnya juga menerima Islam, seperti Luwu, Wajo, Soppeg, dan Bone. Wajo
menerima Islam tahun 1610 M. Raja Bone pertama yang menerima Islam bergelar
Sultan Adam. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha
dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka
sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan
masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut
PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-
norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan
sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan
disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya
disebut dengan golongan “Ata”. Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar
banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia
pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh
orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo
merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.
8. Kesultanan Ternate (1257-sekarang) dan
Kesultanan Tidore (1322-akhir abad ke-18)
a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore adalah dua dari empat
kesultanan Islam di Maluku. Secara geografis letak kedua kesultanan ini di
Kepulauan Maluku, antara lain Sulawesi dan Papua. Kesultanan Ternate didirikan
oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Sumber berita yang menyatakan
tentang keberadaan kesultanan Ternate dan Tidore adalah sejarawan Belanda
F.S.A. de Clercq yang mencatat pada tahun 1334 Tidore dipimpin oleh seorang
yang bernama Hasan Syah.
b. Kondisi sosial-politik kesultanan
Awalnya Ternate dan Tidore hidup berdampingan dengan damai. Konflik
terjadi ketika para pedagang Eropa mulai datang. Bangsa Portugis memilih untuk
berhubungan dengan Ternate, sedangkan Spanyol sama-sama ingin menguasai
wilayah-wilayah yang ada dalam persekutuan kedua kesultanan. Sehingga,
mereka sengaja melancarkan taktik dengan cara membina hubungan baik dengan
penguasa setempat.
c. Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi
Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat
sehingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para
pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras
untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat
membangun armada laut yang cukup kuat.
Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Nuku (1780–1805). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore
untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta
terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapatkan apa-apa
kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan
waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis,
Spanyol, Belanda, maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus
meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Pulau
Halmahera, Kepulauan Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya,
Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
LAMPIRAN 18
KISI-KISI SOAL KOGNITIF
KISI-KISI ULANGAN PEMBELARAJAN SEJARAH
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 11 Yogyakarta Hari, tanggal : Minggu, 15 April 2018Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Waktu : 2 x 45 MenitKelas : X MIPA 4 Tahun Pelajaran : 2017/2018
No KompetensiDasar
Materi Pokok Indikator TingkatKesulitan
BentukSoal
NoSoal
KunciJawaban
1 2 3 4 5 6 7 81. 3.8
Menganalisisperkembangankehidupanmasyarakat,pemerintahandan budaya padamasa kerajaan-kerajaan Islamdi Indonesiasertamenunjukkancontoh bukti-
Teori-teorimasuknyaagama dankebudayaanIslam
Kerajaan-kerajaanIslam
Bukti-bukti
Mengidentifikasi kerajaan Islampertama di Indonesia
C4 PG 1D
2. Mengidentifikasi pedagang Islamyang pertama kali masuk keIndonesia
C1 PG 2A
3. Mengklasifikasikan faktor-faktorpendukung utama perkembangankerajaan Samudera Pasai.
C3 PG 3A
4. Mengidentifikasi cara kerajaanBanjar memperluas daerahkekuasaannya.
C1 PG 4D
5. Mengidentifikasikan raja pertamadari kerajaan Samudera Pasai
C1 PG 5D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
6. bukti yangmasih berlakupada kehidupanmasyarakatIndonesia masakini
kehidupanpengaruhIslam yangmasih adasampaimasa kini
Menentukan pusat masuknya Islamdi Maluku
C3 PG 6A
7. Mengidentifikasi tokoh di kerajaanGowa-Tallo
C1 PG 7A
8. Menemukan penyebab raja Ternatememeluk agama Islam
C4 PG 8A
9. Mengidentifikasi tujuan kedatanganbangsa Portugis ke kepulauanMaluku
C4 PG 9B
10. Menunjukkan peletak dasarkerajaan Demak
C1 PG 10E
11. Menunjukkan pendiri kerajaanDemak
C1 PG 11E
12. Menggali informasi mengenaipemindahan ibukota kesultanandari Demak ke Pajang
C3 PG 12C
13. Menunjukkan pendiri kerajaanPajang
C1 PG 13C
14. Menggali informasi mengenai masapemerintahan Sultan Agung
C3 PG 14A
15. Menggali informasi mengenai masapemerintahan Amangkurat II
C3 PG 15A
16. Mengidentifikasi berbagaiinformasi mengenai KesultananMalaka yang dipimpin olehParameswara.
C4 PG 16
E
17. Menunjukkan letak kerajaan Banjar C1 PG 17 A18. Menunjukkan bukti spesifik C1 PG 18 D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Kerajaan Mataram Islam di PulauJawa
19. Mengidentifikasi peninggalanKerajaan Demak
C4 PG 19E
20. Mengidentifikasi peninggalan dariKerajaan Gowa-Tallo
C4 PG 20C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
LAMPIRAN 19
TES KOGNITIF
ULANGAN SEJARAH INDONESIASMA NEGERI 11 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran : SejarahKelas/Program : X (Sepuluh) / MIPA 4Hari, Tanggal : Senin, 7 Mei 2018
PETUNJUK KHUSUS:
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat, dengan memberikan tanda
silang pada huruf A, B, C, D, atau E pada lembar soal pilihan ganda nomor
1-20!
1. Pernyataan yang paling tepat di bawah ini adalah ….A. Kerajaan Mataram merupakan kerajaan Islam pertama di NusantaraB. Kerajaan Malaka merupakan kerajaan Islam pertama di NusantaraC. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di NusantaraD. Kerajaan samudera pasai merupakan kerajaan pertama di NusantaraE. Kerajaan Aceh merupakan kerajaan Islam di Nusantara
2. Pertama kali para pedagang Islam datang di Nusantara adalah pada zamankerajaan….A. Samudra PasaiB. MajapahitC. SriwijayaD. DemakE. Aceh
3.Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa faktor - faktor pendukung utamaperkembangan Kerajaan Samudera Pasai di dunia maritim adalah….A. Letaknya strategis yaitu di jalur perdaganganB. Armada lautnya yang kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
C. Bandar-bandar dagang yang amanD. Terdapat sumber-sumber perdaganganE. Tidak pernah terjadi perebutan kekuasaan
4. Tokoh di bawah ini yang merupakan pendiri kerajaan Aceh adalah….A. Sultan HasanuddinB. Sultan Ageng TirtayasaC. Sultan TrenggonoD. Sultan Ali Mughayat SyahE. Sultan Agung
5. Berikut ini pernyataan yang tepat dari Kerajaan Samudra Pasai adalah….A. Zainal Abidin merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra PasaiB. Sultan Ahmad merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra PasaiC. Malik Al Tahir merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra PasaiD. Malik Al Saleh merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra PasaiE. Al Kamil merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
6. Pusat masuknya agama Islam di Maluku yaitu….A. TernateB. HalmaheraC. TidoreD. WetarE. Ambon
7. Tokoh yang mendapat julukan “Ayam Jantan dari Timur” adalah….A. Sultan HasanudinB. Amanna GappaC. Sultan BaabullahD. Sultan AlaudinE. Sultan Zainal Abidin
8. Penyebab raja Ternate tertarik untuk mengikuti ajaran agama Islam yaitu ....
A. Ada seseorang dari jawa yang namanya Maulana Husayu yangmenunjukkan kemahirannya dalam menulis dan membaca huruf arabdalam Al-Qur’an sehingga raja Ternate tertarik untuk mempelajarinya
B. Karena Islam tidak membedakan kedudukan dalam masyarakatC. Berbagai upacara dalam islam dilakukan secara sederhanaD. Ajaran Islam berupaya untuk dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat
dengan adanya kewajiban zakatE. Islam dilakukan dengan damai
9. Tujuan kedatangan bangsa Portugis di kepulauan Maluku adalah ....A. Berwisata dan menikmati keindahan pulau MalukuB. Menjalin perdagangan dan memperoleh rempah-rempahC. Menanamkan semua bidang kehidupan di Maluku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
D. Menjalin hubungan perdagangan dan mendirikan persekutuan dagangE. Menyebarkan agama Protestan kepada penduduk Maluku
10. Berikut ini tokoh yang menjadi peletak dasar Kerajaan Demak adalah….A. Pati UnusB. Abdul MufakirC. Maulana YusufD. Sultan HajiE. Raden Patah
11. Pernyataan di bawah ini yang paling tepat mengenai Raden Patah adalah ….
A. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan PajangB. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan AcehC. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan malakaD. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan MataramE. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Demak
12. Berikut ini perubahan besar yang dilakukan oleh Sultan Hadiwijaya adalah….
A. Membangun Masjid DemakB. Kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi duaC. Pemindahan ibu kota kesultanan dari Demak ke PajangD. Peletak dasar kerajaan DemakE. Menyejahterakan kehidupan rakyatnya
13. Tokoh yang merupakan pendiri Kerajaan Pajang adalah ….
A. Raden PatahB. Sultan Malik Al SalehC. Sultan HadiwijayaD. Sultan Iskandar MudaE. Sunan Kalijaga
14. Perhatikan data berikut ini
(1) Menyatukan pulau jawa di bawah kekuasaan Mataram.(2) Menyusun Karya sastra yang berjudul Gending.(3) Menyerang Belanda ke Batavia.(4) Menulis cerita wayang dengan lakon yang bernapaskan Islam.(5) Menyerang karajaan-kerajaan kecil di Bali.
Dari data tersebut hal mana sajakah yang telah dilakukan Sultan Agung padamasa Pemerintahannya di Mataram?A. (1), (2), (3)B. (1), (2), (4)C. (2), (3), (4)D. (2), (3), (5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
E. (3), (4), (5)
15. Pada masa pemerintahan Amangkurat II, wilayah Kerajaan Mataram semakinsempit karena sebagian besar dikuasai oleh Belanda. Hal ini dibuktikandengan adanya perjanjian pada 1755 M, yaitu….A. Perjanjian Giyanti.B. Perjanjian Tuntang.C. Perjanjian Bongaya.D. Perjanjian Salatiga.E. Perjanjian Saragosa
16. Penguasa pertama Kesultanan Malaka disebutkan bernama Parameswara.
Setelah memeluk agama Islam ia kemudian mengganti nama menjadi
sultan….
A. Mahmud SyahB. Mudzafat SyahC. Allauddin SyahD. BaharuddinE. Iskandar Syah
17. Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh bergerak dalam bidang ….A. Pelayaran dan perdaganganB. Peternakan dan perkebunanC. Pertanian dan perkebunanD. Pertanian dan peternakanE. Perikanan dan peternakan
18. Bukti spesifik Kerajaan Mataram Islam di Pulau Jawa adalah….A. CandiB. Pendopo AgungC. Masjid istiqlalD. KeratonE. Masjid Gede
19.Keempat tiang ini merupakan salah satu kekhasan yang ada di masjid Demak.Tiang ini dibuat sebagai penopang masjid yang terinspirasi dari konstruksitiang kapal jung Tiongkok. Salah satu tiang yang dibuat dari potongan-potongan kayu yaitu….A. Saka Bledeg yang dibuat oleh Sunan Gunung Jati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
B. Saka Guru yang dibuat oleh Sunan KalijagaC. Saka Serambi yang dibuat oleh Sunan AmpelD. Saka Tiang yang dibuat oleh Sunan BonangE. Saka tatal yang dibuat oleh Sunan Kalijaga
20. Salah satu peninggalan dari kerajaan Gowa-Tallo adalah….
A. Benteng MarboroughB. Benteng VredeburghC. Benteng ford RatterdamD. Masjid Agung BantenE. Keraton
Nilai =Ʃ
X 100
Tuliskan komentar anda mengenai pentingnya menghargai peninggalanbersejarah!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
LAMPIRAN 20
DATA NILAI KOGNITIF PESERTA DIDIK
No.Urut
NAMA SISWAKKM NILAI TUNTAS
TIDAKTUNTASX MIPA 4
1 Adelia Disty N 75 90 √2 Adinda Nurrohmah 75 85 √3 Afkar WM 75 85 √4 Allysa Radhwa W 75 90 √5 Aprilia Dwi M 75 70 √6 Ardiansyah N.R 75 85 √7 Athaya Bunga Callistha 75 90 √8 Atika Larasati 75 85 √9 Athaya Zahra 75 90 √10 Aufa H.S 75 90 √11 Clarita P.H 75 85 √12 Devira N.Z 75 90 √13 Fattika Cahya K 75 90 √14 Geraldiana Pusparani 75 85 √15 Hugo Vale. P 75 85 √16 Iqbal Jamiarsad 75 75 √17 Ilma Aulia 75 85 √18 Jauzaili Wikan H 75 85 √19 M. Calvin W 75 85 √20 M. Rahan Didi M 75 90 √21 M. Yusuf 75 85 √22 Nanda Ayoe R D 75 85 √23 Nadifa Aulia Putri A 75 85 √24 Pramesthi Wicitra S 75 85 √25 Rizka Aulia F 75 90 √26 Rayhan Amiaji 75 85 √27 Viki Wijaya 75 90 √
JUMLAH 2320RATA-RATA 85,92PROSENTASE 96,30%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
LAMPIRAN 21
KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER MINAT
Kisi-Kisi Angket PenelitianKetertarikan Peserta Didik dalam Implementasi Pembelajaran Literasi
Variabel Definisi Variabel Indikator
Pembelajaranliterasi
Pembelajaran literasi adalahpembelajaran yang memuatempat keterampilan yaitumembaca, menyimak,menulis, dan berbicara yangbertjuan untuk mengenalkanpeserta didik tentang dasar-dasar mebaca, menulis,memelihara kesadaranbahasa, dan memotivasiuntuk belajar.
Penerapan literasi dalamproses pembelajaransejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
LAMPIRAN 22
INSTRUMEN KUESIONER MINAT
KUESIONERIMPLEMENTASI PEMBELAJARAN LITERASI DALAM MATA
PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUNAJARAN 2017/2018
A. Pengantar
Kuesioner ini bertujuan sebagai alat pengumpul data peneliti. Dalamkuesioner ini anda diminta untuk dapat memberikan jawaban secara jujur danbenar sesuai dengan apa yang dialami dan telah Anda lakukan dengansebenarnya. Adapun jawaban Anda tidak akan berpengaruh terhadap nilaiapapun dan kerahasiaannya terjamin.Kesediaan Anda dalam mengisi kuesioner ini merupakan jasa yang sangatberharga bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Atasketersediaanya penulis mengucapkan terima kasih.
B. Petunjuk Pengisian
1. Tulislah data identitas Anda secara lengkap.
2. Bacalah semua pernyataan dan pilih salah satu jawaban sesuai dengan
penilaian Anda sendiri.
3. Berilah tanda check list (√) pada butir-butir pernyataan berikut ini sesuai
dengan kriteria sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang
Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
4. Sebelum Anda kembalikan kepada peneliti, periksalah kembali kuesioner
Anda apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, jawaban yang jujur sangat
diharapkan.
C. Data Responden
1. Nama :
2. Kelas :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN LITERASI DALAM MATAPELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN
AJARAN 2017/2018
NO PERNYATAAN SKORSS S KS TS STS
1Saya senang belajar sejarah denganpembelajaran literasi
2Minat belajar sejarah saya meningkatsetelah menggunakan pembelajaranliterasi
3Pembelajaran literasi pada matapelajaran sejarah sangat membosankan
4Saya mudah memahami materi sejarahdengan menggunakan pembelajaranliterasi
5Saya dapat memaknai sejarah melaluipembelajaran literasi
6Pembelajaran literasi memudahkansaya untuk mendapatkan informasidalam pelajaran sejarah
7
Pembelajaran literasi dapatmenumbuhkan empat keterampilanmembaca, menyimak, menulis, danberbicara pada diri saya
8Saya lebih senang belajar sejarahtanpa menggunakan pembelajaranliterasi
9Pembelajaran literasi tidak cocokdigunakan dalam proses pembelajaransejarah
10Saya sangat tertarik belajar sejarahdengan menggunakan pembelajaranliterasi
11
Dalam menerapkan empat aktivitasyang ada dalam literasi, Saya menjadilebih aktif dalam proses pembelajaransejarah
12Melalui pembelajaran literasi sayamudah mengingat dan berpikir kritistentang materi sejarah
13Pembelajaran literasi dapatmengembangkan pengetahuan dalamdiri saya
14Pembelajaran literasi membuat sayaterbiasa untuk membaca buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
15Pembelajaran literasi membuat sayasemangat dalam belajar sejarah
16saya sangat nyaman belajar sejarahdengan menerapkan pembelajaranliterasi
17Saya tidak tertarik belajar sejarahdengan menggunakan pembelajaranliterasi
18
Pelajaran sejarah denganmenggunakan pembelajaran literasimembuat saya kesulitan dalammemahami materi pembelajaran
19Saya sangat antusias mengikutipelajaran sejarah dengan pembelajaranliterasi
20
Saya senang belajar sejarahmenggunakan pembelajaran literasidengan desain pembelajaran yangmenarik
Keterangan:
5 = sangat setuju
4 = setuju
3 = kurang setuju
2 = tidak setuju
1 = sangat tidak setuju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
LAMPIRAN 23
DATA HASIL MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK
No NamaSkor Pernyataan Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 Adelia Disty N 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 602 Adinda Nurrohmah 5 4 2 4 5 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 743 Afkar WM 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 3 4 4 794 Allysa Radhwa Windiana 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 675 Aprilia Dwi M 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 3 3 4 4 4 4 656 Ardiansyah N.R 3 2 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 637 Athaya Bunga Callistha 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 778 Atika Larasati 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 679 Athaya Zahra 2 3 3 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 64
10 Aufa Herwina .S 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6311 Clarita P.H 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 4 2 4 4 3 3 3 6512 Devira N.Z 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 7213 Fattika Cahya K 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 6614 Geraldiana Pusparani 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 7115 Hugo Vale. P 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 5 4 4 4 3 4 3 4 5 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
16 Iqbal Jamiarsad 3 3 3 3 3 1 2 2 4 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 5417 Ilma Aulia 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 4 3 3 4 6918 Juuzaili Wikan H 3 2 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 6219 M. Calvin W 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 6420 M. Rahan Didi Murdana 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 5 6721 M. Yusuf 3 4 2 4 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 2 4 4 6422 Nanda Ayoe R D 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 6723 Nadifa Aulia Putri A 4 4 1 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 5 5 4 5 3 4 5 7724 Pramesthi Wicitra S 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 7425 Rizka Aulia Fachriza 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 6926 Rayhan Amiaji 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 7027 Viki Wijaya 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 76
JUMLAH 1843
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
LAMPIRAN 24
INSTRUMEN PENILAIAN KETRAMPILAN
Lembar Keterampilan
“Mengkomunikasikan informasi mengenai kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
Indonesia melalui story telling”
Rubrik penilaian Keterampilan:
Anggota Kelompok:
1. …………………………………………..
2. …………………………………………..
3. …………………………………………..
4. …………………………………………..
dst
Keterangan:
4 = sangat baik,
3 = baik,
2 = cukup baik,
1 = kurang baik
Nilai =
X 100
No. Kriteria Skor
4 3 2 1
1 Konsep/Gagasan
2 Isi Cerita
3 Penyampaian Cerita
4 Teknik dan Gaya Bercerita
5 Kreativitas
Jumlah skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
LAMPIRAN 25
DATA NILAI ASPEK PSIKOMOTORIK
KELOMPOK KKM NILAI Tuntas Tidak
Tuntas
1 (Samudra Pasai) 75 90 √
2 (Malaka) 75 90 √
3 (Aceh) 75 90 √
4 (Demak) 75 90 √
5 (Pajang) 75 85 √
6 (Mataram Islam) 75 90 √
7 (Gowa-Talo) 75 85 √
8 (Ternate-Tidore) 75 90 √
JUMLAH
710
RATA-RATA 88,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
LAMPIRAN 26
HASIL PRODUK LITERASI PESERTA DIDIK
Kelompok 1. (Samudra Pasai)
Kelompok 2. ( Malaka )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
Kelompok 3. ( Aceh )
Kelompok 4. ( Demak )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
Kelompok 5. ( Pajang )
Kelompok 6. ( Mataram Islam )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
Kelompok 7. ( Gowa Tallo )
Kelompok 8. ( Ternate-Tidore )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
LAMPIRAN 27
DOKUMENTASI PENELITIAN
Aktivitas membaca pada proses pelaksanaan pembelajaran literasi pada tanggal 30
April 2018
( Sumber: Dokumen pribadi)
Aktivitas menyimak video dan penjelasan guru pada proses pelaksanaan
pembelajaran literasi pada tanggal 30 April 2018
( Sumber: Dokumen pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
Aktivitas berdiskusi dalam menemukan dan mengumpulkan informasi
serta membuat draf story telling pada
proses pelaksanaan pembelajaran literasi pada tanggal 30 April 2018
( Sumber: Dokumen pribadi)
Penampilan story telling pada tanggal 7 Mei 2018
( Sumber: Dokumen pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
Penampilan story telling pada tanggal 7 Mei 2018
( Sumber: Dokumen pribadi)
Penampilan story telling pada tanggal 7 Mei 2018
( Sumber: Dokumen pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
Wawancara dengan Bapak B. Gartantyo, S.Pd. pada 31Mei 2018
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Wawancara dengan Ardiansyah N.R pada 14 Mei 2018
(Sumber: Dokumen Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
Wawancara dengan Athaya Zahra pada 14 Mei 2018
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Wawancara dengan Viky Wijaya pada 14 Mei 2018
(Sumber: Dokumen Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
Wawancara dengan Adelia Disty N pada 14 Mei 2018
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Wawancara dengan Adinda Nurrohmah pada 14 Mei 2018
(Sumber: Dokumen Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
Wawancara dengan Hugo Vale. P pada 14 Mei 2018
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Wawancara dengan Atika Larasati pada 14 Mei 2018
(Sumber: Dokumen Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
Wawancara dengan Nadifa Aulia Putri A pada 14 Mei 2018
(Sumber: Dokumen Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI