PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI...
PERTEMPURAN 27 JANUARI 1947 DI SANGA-SANGA KABUPATEN KUTAIKARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi persyaratanmemperoleh gelar Sarjana Sejarah
OLEH:Kevin Topan Kristianto
124314004
PROGRAM STUDI SEJARAHFAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO :
“Menjadi lemah bukanlah hal yang memalukan. Yang jadi memalukan
adalah terus-terusan menjadi lemah. ”
(Black Clover Anime)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Skripsi berjudul “Pertempuran 27 Januari 1947 di Sanga-Sanga Kabupaten
Kutai Kartanegara Kalimantan Timur” ini penulis persembahkan untuk kedua
orang tua saya yang selalu memberikan kepercayaan dan dukungan penuh kepada
saya untuk menuntut ilmu di tanah perantauan. Karya ini juga dipersembahkan
untuk H. Soedjoko yang telah bersedia untuk diwawancarai, dan untuk almamater
Program Studi Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan seslll1gguhnya bahwa skripsi ini merupakan
klll)'a sendiri dan belwn pemah saya ajukan sebagai syarat lll1tuk memperoleh
gelar kesarjanaan eli perguruan tinggi lain.
Skripsi ini tidak memuat klll)'a orang lain atau suatu lembaga atau bagian
dari klll)'a orang lain atau suatu lembaga, kecuali bagian-bagian tertentu yang
elisebutkan dalam kutipan catatan kaki dan daftar pustaka.
Yogyakarta,25 Juni 2018
Penulis,
Kevin Topan Kristianto
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Pertempuran 27 Januari 1947 di Sanga-Sanga
Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur” ini bertujuan untuk menjawab
empat permasalahan. Pertama, bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
Sanga-Sanga di Kalimantan Timur sebelum tahun 1947. Kedua, bagaimana proses
pendudukan Belanda di Sanga-Sanga. Ketiga, bagaimana jalannya pertempuran di
Sanga-Sanga. Keempat, bagaimana keadaan Sanga-Sanga setelah pertempuran 27
Januari 1947.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dan studi lapangan. Analisis
dilakukan dengan menggunakan metode heuristik (pengumpulan data), kritik
sumber, analisis sumber, wawancara hingga penulisan. Studi ini menggunakan
teori konflik dari Karl Marx untuk menjelaskan tekanan-tekanan sosial yang
ditimbulkan oleh pasukan Belanda terhadap para pejuang sehingga menyebabkan
terjadinya pertempuran di Sanga-Sanga.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab terjadinya
pertempuran 27 Januari 1947 di Sanga-Sanga disebabkan karena kecamatan
Sanga-Sanga memiliki minyak bumi terbesar di Kalimantan Timur setelah
Balikpapan. Lalu tekanan-tekanan sosial yang diberikan oleh tentara Belanda
terhadap masyarakat maupun pejuang hingga matinya Soecipto sebagai penyebab
terjadinya perang.
Kata kunci : Pertempuran, Pejuang, Belanda, Sanga-Sanga, Kalimantan Timur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Thesis entitled “Battle 27 January 1947 in Sanga-Sanga Kutai District
Kartanegara East Kalimantan” this aimed to answer four problems. First, what is
the social and economic condition of the Sanga-Sanga people in East Kalimantan
before 1947. Second, how the Dutch occupation process in Sanga-Sanga. Third,
how the battle in Sanga-Sanga. Fourth, how is the state of greed after the battle of
27 January 1947.
This research is literature and field study. The analysis is done by using
heuristic method (data collection), source critic, source analysis, interview, and
historiography. This study uses the conflict theory of Karl Marx to explain the
social pressures posed by the Dutch forces against the fighters causing the battle
in the grime.
The results of this study indicate that the cause of the battle of 27 January
1947 in Sanga-Sanga district has the largest oil in East Kalimantan after
Balikpapan. Then the social pressures given by the Ducth army against society
and fighters until the death of Soecipto as the cause of war.
Keywords: Battle, Fighters, Netherlands, Sanga-Sanga, East Kalimantan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Setelah melewati proses panjang, pada akhirnya skirpsi ini dapat diselesaikan.
Meskipun sedikit terlambat dari yang ditargetkan. Tentu saja, banyak ucapan
terima kasih yang harus disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama penulisan skripsi ini.
1. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus Kristus dan
Bunda Maria yang telah memberikan berkatnya kepada saya selama masa
perkuliahan sampai penulisan skrispsi.
2. Ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya yang selalu
mendukung, mendoakan dan memberikan kepercayaan yang tidak kenal
lelah. Tanpa kedua orang tua saya skripsi ini akan menjadi lebih berat.
3. Untuk keluarga dari Ibu saya di Yogyakarta, yang selalu memberi
dukungan selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi.
4. Untuk para dosen jurusan sejarah Pak Rio, Bu Ning, Pak Hery, Pak
Sandiwan, Pak Yerry, Romo Bas dan Mas Heri yang senantiasa
memberikan pelajaran dan ilmu-ilmu Humaniora selama masa
perkuliahan.
5. Untuk teman-teman Sejarah angkatan 2012 yang terkasih Aprian, Novi,
dan Ndoi yang selalu memberikan bantuan dan dukungan kepada saya
selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi.
6. Untuk teman-teman Lingkar Sejarah. Bang Bito, Mba Yasmin, Juan, Riko,
Fauzan, Tony, Angga, Hendi, Agung dan semua yang telah membantu
namun tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terimakasih semuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Untuk teman-teman Kos. Mas Wisnu, Mas Alex, Mas Juan, Bima, Arul,
Jack Alor, Jack Bikar, Bang Jacob, Arki, David, Adit, Juan Indal, Wandi,
Glorius, Silvano, Leon, Toni, Boni, yang selalu mendukung, menghibur
saya disaat jenuh dan membantu saya baik dalam keadaan senang maupun
susah. Terima kasih banyak.
8. Untuk teman-teman KKN Prengguk. Andina, Samuel, Tia dan Yessi
terima kasih karena selalu mensuport dan memberikan motivasi.
9. Untuk teman-teman saya yang berada di Samarinda. Fredi, Jerry, Domi,
Fajar, Rizky, Jeremy dan semua yang telah membantu dalam pencarian
infomarsi namun tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih
banyak.
10. Untuk teman-teman SMA yang kuliah di Yogyakarta. Yustinus dan
Awang terima kasih karena sudah membantu banyak hal selama di
Yogyakarta.
11. Untuk teman satu geng di Taekwondo USD. Simon, Chris, Erik, Kasmiran
terima kasih banyak karena sudah banyak membantu saya baik keadaan
susah maupun senang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………..ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………..iii
MOTTO…………………………………………………………………………iv
PERSEMBAHAN……………………………………………………………….v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………...vi
LEMBAR PERSETUJUAN AKADEMIS……………………………………..vii
ABSTRAK……………………………………………………………………..viii
ABSTRACT……………………………………………………………………..ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………………x
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………….1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah……………………………………4
C. Perumusan Masalah……………………………………………………...5
D. Tujuan Penelitian………………………………………………………...6
E. Manfaat Penelitian……………………………………………………….6
F. Kajian Pustaka…………………………………………………………...6
G. Landasan Teori…………………………………………………………..9
H. Metode Penelitian……………………………………………………….12
I. Sistematika Penulisan…………………………………………………...15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II SEKILAS TENTANG SANGA-SANGA DAN KEADAAN SANGA-
SANGA SEBELUM TAHUN 1947 16
A. Kecamatan Sanga-Sanga………………………………………………..16
B. Keadaan Sosial Masyarakat Sanga-Sanga………………………………20
C. Proklamasi 17 Agustus 1945……………………………………………27
D. Sekutu mendarat di Sanga-Sanga……………………………………….32
BAB III SEKUTU DENGAN PEJUANG SANGA-SANGA DAN LAHIRNYA
ORGANISASI DI SANGA-SANGA 39
A. Sekutu tiba di Sanga-Sanga……………………………………………..39
B. Menjelang Perebutan Kekuasaan………………………………………..47
C. Pertempuran dimulai dari merebut tangsi KNIL………………………..56
BAB IV KEADAAN SANGA-SANGA SETELAH JATUHNYA KEKUASAAN
BELANDA 67
A. Perang Masih Berlanjut…………………………………………………67
BAB V KESIMPULAN………………………………………………………...82
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..85
LAMPIRAN…………………………………………………………………….87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertempuran melawan kolonialisme di Sanga-Sanga ini ditulis dengan
didasarkan latar belakang peristiwa sejarah perlawanan rakyat Indonesia
khususnya di Sanga-Sanga terhadap koloniallisme Belanda pada masa pasca
kemerdekaan. Sanga-Sanga merupakan sebuah kota kecamatan yang sangat
penting di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur, dikarenakan
memiliki sumber tambang minyak terbesar setelah Balikpapan di Kalimantan
Timur. Kota ini merupakan salah satu sasaran utama dari para tentara Belanda di
Kalimantan Timur karena minyak buminya. Dengan dikuasainya Kalimantan
Timur khususnya Sanga-Sanga yang terkenal akan minyaknya, maka Belanda
memiliki potensi besar dalam melaksanakan operasinya terhadap tentara Jepang.
Setelah tentara Jepang bertekuk lutut kepada tentara sekutu, beberapa hari
kemudian yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya. Dengan diproklamasikannya kemerdekaan
bangsa Indonesia, maka seluruh bangsa Indonesia dengan penuh semangat bersiap
untuk membela dan menegakkan kemerdekannya. Seluruh pelosok tanah air
mulai banyak membentuk badan-badan atau organisasi-organisasi perjuangan dari
berbagai lapisan masyarakat demi satu tujuan yaitu mempertahankan kedaulatan
Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Demikian juga di Kalimantan Timur khususnya di daerah Sanga-Sanga,
berdiri sebuah organisasi perjuangan yaitu BPPD (Badan Penolong Perantau
Djawa). Pada tanggal 12 Oktober 1945 yang dipimpin oleh R. Soekasmo, nama
BPPD (Badan Penolong Perantau Djawa) kemudian dirubah menjadi BPRI
(Barisan Pembela Rakyat Indonesia).1 Badan ini kemudian terlibat dalam
perjuangan fisik melawan Belanda yang ingin merebut kembali tambang minyak
di Sanga-Sanga dan sekitarnya. Di Tenggarong juga dibentuk sebuah Gerakan
Rakyat Kutai di bawah pimpinan Doktor Soewondo dan para pengikutnya. Untuk
melumpuhkan kekuataan tentara Belanda dan memberikan semangat perjuangan
kemerdekaan kepada rakyat Kalimantan Timur barisan-barisan perjuangan itu
mengadakan serangan terhadap tangsi militer (markas militer) dan polisi di Sanga-
Sanga dan sekitarnya, lalu mengadakan sabotase dengan cara membakar gudang-
gudang perusahaan Belanda.
Setelah tentara sekutu ditarik dari Kalimantan Timur khususnya daerah
Sanga-Sanga lalu digantikan oleh Tentara NICA (Nederlandsch Indie Civil
Administration) Belanda2, maka kegiatan pemuda dan rakyat dilarang dan bahkan
banyak pemuda ditangkap dan dipenjarakan oleh NICA di Sanga-Sanga. Dengan
adanya hal tersebut, pimpinan pemuda itu makin menentang tentara Belanda.
Pejuang-pejuang tersebut mengadakan rapat untuk membentuk sebuah organisasi
1 Moh. Nur Ars, dkk. Sejarah Kota Samarinda. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai – nilai Tradisional Proyek Inventaris dan
Dokumentasi Sejarah Nasional, Jakarta, 1986, hlm. 26.
2 Fidy Finandar, dkk. Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan
Imperialisme di Kalimantan Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Sejarah dan Nilai – nilai Tradisional. Proyek Inventaris dan Dokumentasi Sejarah
Nasional, Jakarta, 1991, hlm.96.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dengan nama Barisan Pembela Rakyat Indonesia di bawah pimpinan Soekamso
dan kawan-kawan. Organisasi ini juga dibantu dengan adanya beberapa anggota
Badan Pembela Rakyat Indonesia dari Balikpapan yang bekerjasama dengan
anggota KNIL (Koninklijk Nederlands Indische Leger atau tentara kerajaan
Hindia Belanda yang anggotanya penduduk bumiputra di Hindia Belanda) di
bawah pimpinan Budiyono dan kawan-kawan yang pro Republik Indonesia dapat
menduduki markas militer dan polisi selama tiga hari.3 Terjadi rencana merebut
gudang senjata Belanda dengan cara mengalihkan perhatian para penjajah kepada
berbagai keramaian kesenian daerah pada 26 Januari 1947.
Ditengah keramaian itu, para pejuang membagikan senjata dan amunisi
untuk merebut kekuasaan pada pukul 01.00 wita dinihari 27 Januari 1947.
Perjuangan pun berhasil, sehingga pada pukul 09.00 WITA kota Sanga-Sanga
berhasil dikuasai pejuang, yang ditandai dengan diturunkannya bendera Belanda
di Sanga-Sanga Muara oleh La Hasan seorang pejuang di Sanga-Sanga. Bendera
Belanda yang terdiri tiga warna yakni merah, putih, dan biru ini kemudian dirobek
warna birunya, dan dinaikkan kembali bendera yang tinggal berwarna merah putih
dengan upacara yang dihadiri para pejuang dan seluruh masyarakat Sanga-Sanga.
Dalam pertempuran tersebut 70 orang pejuang dan rakyat gugur dan 30
orang luka-luka. Di pihak Belanda ada tiga orang terntara, satu orang komandan
polisi dan satu orang agen polisi tewas. Dari 15 orang anggota KNIL yang
memihak kaum pejuang enam orang tewas, lima orang dinyatakan hilang dan
3 Ibid., hlm. 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
empat orang ditahan, sementara 14 orang lainnya yang tersangka ikut kaum
pejuang masih dalam pencarian.
Sebagai akibat dari peristiwa pertempuran Sangasanga tersebut, berpuluh-
puluh pejuang anggota Badan Pembela Rakyat Indonesia Balikpapan, Sanga-
Sanga, Samarinda, orang-orang yang dicurigai, yang mendalangi, yang bersimpati
di Tenggarong, Loa Kulu, dan di sepanjang Sungai Mahakam ditangkap dan
dipenjarakan. Di antara mereka itu terdapat nama-nama Raden Mas Noto Sunardi,
J.F. Sitohang, H. Djunaid Sanusi, Bustani, Harun Nafsi, Hasan, Mas Sarman dan
aktivis Ikatan Nasional Indonesia (INI) seperti Aminuddun Nata, Tayib Kesuma,
S. Mawengkang, A.B. Djapri dan lain-lain ditangkap dan dipenjarakan, sedangkan
H. Abdul Gani sudah terlebih dahulu dipenjarakan karena dituduh membantu dan
merencanakan pemberontakan.
Topik penelitian ini adalah Pertempuran 27 Januari 1947 di Sanga-Sanga
melawan Belanda Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur yang menjadi
topik dari penelitian ini. Dengan demikian yang menjadi fokus penelitian ini
adalah mengenai tentang pendudukan Belanda selama menguasai Sanga-Sanga.
Adapun alasan mengapa Belanda datang ke kota kecil Sanga-Sanga yang
disebabkan oleh ingin menguasai kilang minyak yang berada di kota tersebut.
B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan masalah
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
a. Mengenai mengapa pemerintah Belanda menduduki Sanga-Sanga
yang merupakan sebuah kota kecil. Bagian ini akan menjelaskan
tentang kedatangan tentara Belanda serta bagaimana situasi kondisi
sosial dan ekonomi masyarakat menjelang tentara Belanda
memasuki Sanga-Sanga
b. Mengenai proses penjajahan dan pertempuran Belanda selama
menguasai Sanga-Sanga.
c. Mengenai keadaan Sanga-Sanga setelah pertempuran..
2. Pembatasan Masalah
Dalam sebuah penulisan sejarah, ada batasan untuk mengkaji suatu
permasalahan yaitu batasan dari segi temporal 27 Januari 1947 (waktu) dan
batasan spasial (tempat). Dari segi temporal (waktu ) penelitian ini membahas
tahun 1945, sebagai masa pendudukan Belanda dan salah satu periode yang
paling menentukan dalam sejarah Indonesia. Sementara dari segi batasan spasial
(tempat), fokus penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sanga-Sanga Provinsi
Kalimantan Timur.
C. Perumusan Masalah
Keadaan Sanga-Sanga selama masa pendudukan Belanda yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini. Untuk menjawab pokok permasalahan
tersebut, diajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Sanga-Sanga di
Kalimantan Timur sebelum tahun 1947 ?
2. Bagaimana proses pendudukan Belanda di Sanga-Sanga ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Bagaimana jalannya pertempuran Sanga-Sanga 27 Januari 1947 ?
4. Bagaimana Keadaan Sanga-Sanga setelah 27 Januari ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Menjelaskan tentang kondisi sosial dam ekonomi masyarakat Sanga-Sanga
di Kalimantan Timur selama pendudukan Belanda tahun 1945-1947
2. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pendudukan
Belanda di Sanga-Sanga.
3. Mendeskripsikan tentang jalanya pertempuran 27 Januari 1947 di Sanga-
Sanga.
4. Menjelaskankeadaan Sanga-Sanga setelah pertempuran.
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkarya kajian sejarah perang di
Kalimantan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
perjuangan rakyat Sanga-Sanga terhadap pendudukan Belanda.
F. Kajian Pustaka
Dalam sebuah penelitian sejarah, kajian pustaka sangat diperlukan karena
dengan mengkaji pustaka-pustaka yang ada dapat menambah data-data sebagai
referensi yang dibutuhkan demi kelengkapan dan kejelasan hasil dari penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
yang dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian literatur atau library
research yaitu, penelitian yang dilakukan dengan cara membaca atau memeriksa
bahan-bahan kepustakaan yang terdapat di perpustakaan.4
Ada beberapa buku yang menuliskan topik yang sama tentang Sanga-
Sanga di antaranya adalah Sanga-Sanga diterbitkan oleh Yayasan 27 Januari
Balikpapan. Buku ini berisikan sebuah naskah cerita yang menguraikan urutan
adengan, tempat, keadaan, dan dialog yang disusun untuk pembuatan film
sejarah peristiwa Sanga-Sanga 1947. Penulisan yang dilakukan dalam penelitian
saya pun berbeda, dimana buku tersebut lebih mengarah pada naskah cerita
pembuatan film dan cara penulisan saya bersifat ilmiah. selanjutnya Merah
Putih di Langit Sanga-Sanga,5 yang ditulis oleh Djumri Obeng, 1995. Buku ini
merupakan sebuah roman sejarah yang berlatar belakang tentang perebutan
kekuasaan dari tangan Belanda ke tangan Barisan Pembela Republik Indonesia
(BPRI). Karena buku ini merupakan karya sastra, maka yang harus diingat
pertama kali oleh pembaca yaitu di dalamnya terdapat bagian-bagian yang tidak
mutlak sebagai peristiwa sejarah. Penulisan yang dilakukan pun lebih mengarah
pada karya sastra daripada tulisan yang ilmiah sehingga sedikit akan sumber.
Bedanya dari buku karya Djumri Obeng dengan penelitian yang akan dibuat
yaitu buku ini merupakan sebuah roman sejarah, sedangkan penelitian saya ini
bersifat mutlak sebagai peristiwa sejarah dengan menggunakan metode
penelitian sejarah.
4 Dudung Abdurahman, Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Kurnia Kalam
Pustaka, 2003, hlm.7.
5 Djumri Obeng, Merah Putih di Langit Sanga-Sanga. Jakarta : PT. Puspa Swara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Buku berikutnya yaitu Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan
Imperialisme di Kalimantan Timur.6 Buku ini membahas tentang pergerakan dan
perlawanan rakyat Kalimantan Timur sejak zaman kerajaan sampai dengan masa
pemerintahan Republik Indonesia Serikat, secara garis besar buku ini memuat
uraian mengenai perjuangan rakyat Kalimantan Timur dalam usahanya untuk
menentang sistem imperialisme dan kolonialisme bangsa asing, baik berupa
perlawanan fisik maupun non-fisik yang mereka lakukan pada masa pergerakan
nasional. Buku berikutnya yaitu Kisah Gerila Kalimantan karya Kolonel H.
Hassan Basry. Buku ini merupakan buku yang membahas perang melawan
penjajahan yang berada di pulau Kalimantan. Dalam buku ini diterangkan
mengenai Kalimantan diakhir Perang Dunia II hingga lahirnya ALRI (Angkatan
Laut Republik Indonesia) Divisi IV di Kalimantan dan juga mengenai
pertempuran yang terjadi di pulau Kalimantan. Buku berikutnya yaitu Sejarah
Kota Samarinda.7 Buku ini membahas tentang Kota Samarinda dan juga
membahas Sanga-Sanga hanya secara garis besar pada masa Hindia Belanda dan
masa pendudukan Jepang hingga kehidupan politik. Sehingga pembahasan
tentang pertempuran 27 Januari 1947 di Sanga-Sanga tidak dikupas secara
menyeluruh dan mendalam. Buku berikutnya yaitu Hari Berdarah di Sanga-
Sanga. Buku ini berupa dokumentasi foto-foto dan keterangan dari peristiwa 27
Januari 1947 yang terjadi di Sanga-Sanga.
6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai – Nilai
Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Jakarta 1991.
7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai – Nilai
Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Jakarta 1986.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
G. Landasan Teori
Dalam penulisan sejarah dituntut untuk mengungkapkan suatu peristiwa
sejarah perlu dilakukan dengan menggunakan pendekatan yaitu mendekati suatu
peristiwa dari berbagai aspek kehidupan, seperti politik, sosial, kultural dan
ekonomi. Dalam penelitian ini, menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan
sosial, ekonomi dan pendekatan geografi. Teori yang digunakan ialah teori Karl
Marx. Berikut penjabarannya:
a. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk
mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakat yang terkait
dengan adat, kebiasaan, dan kepercayaan.8 Konstruksi sejarah dengan pendekatan
sosial dapat juga dikatakan sebagai sejarah sosial, karena pembahasannya
mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik
berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan dan status sosial.9 Dengan
demikian maka dalam tema yang dipilih akan dijelaskan mengenai keterlibatan
masyarakat yang akan berusaha mempertahankan Republik Indonesia khususnya
Sanga-Sanga. Kaitannya pendekatan ini berdasarkan pada pernyataan Durkheim
mengenai pandangannya terhadap realitas sosial yang menggunakan fakta
sosial.10
8 Hasan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara,
1984, hlm.82.
9 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, hlm. 4.
10 Emile Durkheim, The Rules of Sociological Method. France: The Free Press,
1982, hlm. 95.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Makna dari fakta sosial ini merupakan suatu kenyataan yang mengandung
cara berfikir dan perasaan di luar suatu individu serta merupakan cara bertindak
terdapat suatu gejala empirik, terukur secara eksternal, menyebar dan menekan.
Pendekatan tersebut bisa berupa penekanan terhadap individu maupun berupa
penekanan sosial. Penerapan dari keberadaan teori sosial dapat digunakan untuk
menjelaskan tekanan-tekanan sosial yang ditimbulkan oleh pasukan Belanda
terhadap masyarakat maupun para pejuang yang berada di wilayah Sanga-Sanga.
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji keadaan masyarakat pada masa
pendudukan Belanda di Kalimantan Timur khususnya Sanga-Sanga.
b. Pendekatan Geografi
Pendekatan geografi digunakan untuk menganalisis suatu peristiwa
sejarah, karena suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari lingkup waktu dan
ruang. Kedua-duanya merupakan faktor yang membatasi gejala sejarah tertentu
sebagai kesatuan, apakah itu perang, riwayat hidup, kerajaan dan lain sebagainya.
Keterkaitan ini dikatakan bahwa suatu daerah atau tempat mempunyai
karakteristik atau ciri khas karena bekas peristiwa sejarah yang terjadi di tempat
tersebut, terutama monumen-monumennya. Pendekatan geografi ini digunakan
untuk mengetahui di mana lokasi pertempuran Sanga-sanga ini terjadi, yaitu tepat
dipusat kota Sanga-Sanga.
c. Pendekatan Ekonomi
Dalam menjelaskan sudut perekonomian mengenai perubahan dan
perkembangan pada masa pendudukan Belanda dalam skripsi ini tidak lepas dari
teori ekonomi yang dipaparkan oleh Adam Smith yang menyatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
liberalisme yang Laissez-faire (bebas/tanpa campur tangan) dapat menjamin
alokasi sumber daya yang optimal dimana perkembangan suatu perekonomian
tergantung pada peran pemerintah.11
Teori tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan mengenai peran
pemerintah dalam kegiatan perekonomian Sanga-Sanga pada masa pendudukan
Belanda. Dengan demikian dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi
pada masyarakat terutama dalam bidang ekonomi pribumi sebagai dampak atas
adanya pendudukan Belanda. Hal ini terlihat jelas pada masyarakat Sanga-Sanga
yang berada dalam daerah pendudukan Belanda. Perubahan yang terjadi atas
adanya pendudukan Belanda menimbulkan perubahan terhadap perekonomian
masyarakat Sanga-Sanga, selain itu pendekatan ekonomi juga digunakan untuk
mengetahui bagaimana kekuatan ekonomi Sanga-Sanga yang nantinya faktor
tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung perjuangan rakyat
Sanga-Sanga.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konflik Karl Marx
mengenai kelompok borjuis atau kelas pemilik modal sebagai kelompok pemilik
faktor produksi atas sumber daya. Sedangkan kelompok Proletar atau kelas
pekerja yang tidak memiliki hak kepemilikan sumber daya. Karl Marx
menggambarkan bahwa eksitensi kelompok borjuis namun memiliki kekuasaan
atas sumber daya dan kelompok proletar yang tertindas karena tidak memiliki
kuasa atas sumber daya.12 Dalam teori konflik Karl Marx tersebut terlihat dari
11 Adam Smith, The Wealth of Nation. London, 1992, hlm.105.
12 Prof. Dr. Soerjono Soekanto, Fungsionalisme dan Teori Konflik dalam
Perkembangan Sosiologi. Jakarta: Sinar Grafika, 1988, hlm, 70.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
penjajah Belanda telah mendirikan pabrik-pabrik dan pusat-pusat pengeboran
minyak untuk mengambil bahan baku energi sumber kekayaan Indonesia untuk
menunjang kekuatan ekonomi dan kekayaan negaranya. Lalu orang-orang asing,
bangsa Belanda dan bangsa Eropa lainnya bermukim dan bekerja disitu sebagai
tenaga inti, pimpinan atau ahli dari perusahaan tersebut, sedangkan orang-orang
bumi putra sebagai tenaga kasar lapangan dan pada masa pemerintahan Jepang
para kelompok proletar membuat bangsal-bangsal panjang di distrik Sanga-
Sanga. Jepang sendiri memerintahkan untuk melakukan kerja paksa yang sangat
berat tanpa ada jaminan makan dan pakaian yang memadai.
Dalam penerapan teori tersebut dapat dijadikan sebagai penyebab mulanya
terjadinya perang.
H. Metode Penelitian
Dalam rangka menguji dan mengkaji kebenaran rekonstruksi sejarah yang
sudah ada peninggalannya, maka sebuah penelitian harus dilakukan dengan
analisa kritis. Analisa Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
sejarah. Terkait metode, Prof. Kuntowijoyo menjelaskan dalam bukunya
Pengantar Ilmu Sejarah bahwa terdapat lima tahapan dalam sebuah penelitian
sejarah. Tahapan tersebut berturut-turut adalah (1) pemilihan topik, (2)
pengumpulan sumber (heuristik), (3) verifikasi (kritik sumber), (4) interpretasi
(analisis dan sintesis), dan (5) penulisan sejarah (historiografi).13 Metode ini
diawali dengan pemilihan topik, kemudian mengumpulkan data (heuristik).
13 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah Edisi Baru Cetakan ke- I. Yogyakarta:
PT. Tiara Wacana Yogya, 2013, hlm. 69.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dengan mengumpulkan sumber tertulis dan sumber lisan. Pencarian sumber
dalam penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma,
Perpustakaan Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Badan Arsip Daerah Provinsi
Kalimantan Timur, Perpustakaan Grhatama Pustaka BPAD Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Perpustakaan Universitas Gadjah Mada. Sumber yang dipakai
dalam penelitian ini merupakan sumber tertulis yang memuat tentang
kolonialisme di Sanga-Sanga. Metode penelitian ini dikenal dengan metode
penelitian studi pustaka. Selain itu akan ditambah juga sumber lisan yang akan
didapat dengan mewawancarai saksi sejarah, agar dapat mendapatkan data
mengenai pandangan masyarakat tentang perlakuan Belanda terhadap mereka
dalam tahun 1945-1947. Setelah melewati proses mengumpulkan sumber, langkah
selanjutnya ialah melakukan kritik terhadap sumber. Verifikasi data (kritik
sumber) dilakukan dengan cara pembacaan menyeluruh terhadap sumber-sumber
yang berhasil dikumpulkan. Hasil dari pembacaan sumber akan diperbandingkan
satu sama lain. Dari perbandingan tersebut akan didapatkan data yang valid dan
saling mendukung.
Setelah verifikasi data dilakukan maka tahap selanjutnya interpretasi yaitu
memberikan penafsiran terhadap fakta yang ditemukan dalam sumber-sumber
yang didapat. Interpretasi ini dilakukan dengan menganalisa data-data yang telah
melewati proses kritik. Tahapan interpretasi terbagi dua, yaitu analisis dan
sintesis.14 Dalam fase analisis, data hasil kritik sumber diuraikan satu per satu.
Dari uraian yang dilakukan akan didapatkan fakta. Data dan fakta yang terkumpul
14 Ibid., hlm. 78-80.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kemudian dipersatukan dalam fase sintesis. Rangkaian interpretasi (analisis dan
sintesis) tersebut dilakukan untuk mendapatkan konsep umum dari data dan fakta
yang terkumpul. Tahapan penelitian sejarah kemudian ditutup dengan
historiografi atau penulisan sejarah. Dimana fakta-fakta sejarah yang ditemukan,
diseleksi, disusun, diberi tekanan dan ditempatkan dalam suatu urutan kronologis
dan sistematis. Dalam penelitian, peneliti menyeleksi dan memberi tekanan pada
fakta-fakta yang bisa menggambarkan keadaan Sanga-Sanga di bawah
pendudukan tentara Belanda. Metode penelitian yang dilakukan sendiri melalui
studi pustaka yaitu berupa buku, arsip daerah, jurnal, dan lain-lain yang mengkaji
tentang perlawanan rakyat Sanga-sanga terhadap kolonialisme. Selain melakukan
studi pustaka, penelitian ini juga menggunakan metode wawancara. Melalui
wawancara sendiri bisa secara langsung menambah informasi.
Adapun saksi sejarah yang akan diwawancarai yaitu Bapak H. Soedjoko.
Saksi-saksi tersebut merupakan seseorang yang pernah menjadi anggota Barisan
Pembela Rakyat Indonesia (BPRI).
I. Sistematika Penulisan
Dalam proses penulisan sebuah karya ilmiah selalu menggunakan
sistematika yang jelas. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan
untuk memahami isi dari pembahasan. Secara keseluruhan penulisan mengenai
tema yang dipilih akan disajikan dalam lima bab yang terdiri dari beberapa
pembahasan di dalamnya, penjabaran dari ke lima bab tersebut adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB I, berisi pendahuluan yang membahas latar belakang, tujuan dan
manfaat penulisan, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan
sistematika penulisan..
BAB II, menjelaskan tentang gambaran umum mengenai kota Sanga-
Sanga, keadaan sosial dan ekonomi di Sanga-Sanga pada masa kolonialisme dan
kondisi Sanga-Sanga di bawah pendudukan militer sebelum tahun 1947.
BAB III, menjelaskan tentang Sanga-Sanga di era revolusi, terbentuknya
organisasi perjuangan untuk melawan kolonialisme Belanda dan meletusnya
pertempuran 27 Januari 1947.
Dalam BAB IV dibahas tentang sejauh mana dampak fisik dari
pertempuran Sanga-Sanga bagi masyarakat dan akhir dari perlawanan para
pejuang Sanga-Sanga melawan kolonialisme Belanda.
Pada bagian akhir penelitian, yaitu BAB V merupakan bab penutup atau
akhir. Dalam bab ini merupakan hasil suatu kesimpulan atas keseluruhan
pembahasan penelitian ini. Kesimpulan akan menjawab secara singkat jawaban-
jawaban dari rumusan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
BAB II
SEKILAS TENTANG SANGA-SANGA DAN KEADAAN SANGA-SANGA
SEBELUM TAHUN 1947
A. Kecamatan Sanga-Sanga
Indonesia yang terletak di antara dua benua yaitu Australia dan Asia, diapit
dua samudra, samudra Pasifik dan samudra Indonesia, terdiri atas beribu-ribu
pulau. Diantara ribuan pulau itu, 5 diantaranya adalah pulau-pulau besar yaitu
Sumatera, Jawa, Irian, Sulawesi dan Kalimantan. Pulau Kalimantan merupakan
salah satu pulau terbesar yang ada di Indonesia. Beberapa provinsi yang ada di
Kalimantan adalah sebagai berikut Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Kalimantan Timur
memiliki luas wilayah daratan 127.267,52 km2 dan luas wilayah pengelolaan laut
25.656 km2 terletak pada 113o44 Bujur Timur dan 119o00 Bujur Timur serta
diantara 2o33 Lintang Utara dan 2o25 Lintang Selatan.1
Secara administratif Provinsi Kalimantan Timur memiliki batas wilayah
sebelah utara berbatasan dengan Kalimantan Utara, sebelah timur berbatasan
dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi, sebelah selatan berbatasan dengan
Provinsi Kalimantan Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Provinsi
1 Rudini, Profil Propinsi Kalimantan Timur Republik Indonesia. Jakarta : PT.
Intermasa Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara, 1992, hlm. 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat serta Negara Bagian Serawak
Malaysia Timur.2
Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari tiga kotamadya yaitu kotamadya
Samarinda, dengan Kota Samarinda sebagai ibukotanya dan sekaligus sebagai
ibukota Provinsi Kalimantan Timur, Kotamadya Balikpapan, dengan Kota
Balikpapan sebagai ibukotanya dan merupakan pintu gerbang Kalimantan Timur
dan Kotamadya Bontang, kota ini terletak sekitar 120 kilometer dari Kota
Samarinda. Kotamadya Samarinda sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur
merupakan Kota pusat Pemerintahan dengan segala kegiatan-kegiatannya. Kota
Samarinda ini terletak ditepi Sungai Mahakam merupakan kota pelabuhan yang
ramai disinggahi kapal-kapal besar dan kecil dari berbagai daerah. Kotamadya
Samarinda yang terdiri atas tujuh kecamatan ini luas seluruhnya 2.726.525 Km2
itu meliputi, Kecamatan Samarinda Ilir, Kecamatan Samarinda Ulu, Kecamatan
Samarinda Seberang, Kecamatan Palaran, Kecamatan Muara Jawa, Kecamatan
Samboja, dan Kecamatan Sanga-Sanga.3
Kota Sanga-Sanga terletak di Sungai Sanga-Sanga yang bermuara di Sungai
Mahakam ± 28 Km dihilir kota Samarinda ini merupakan salah satu wilayah
penghasil minyak bumi dan gas alam (migas) yang sangat penting di Kalimantan
Timur. Tambang minyak tersebut telah dikelola sejak masa penjajahan Belanda di
Indonesia. Disini penjajah Belanda telah mendirikan pabrik-pabrik dan pusat-
pusat pengeboran minyak untuk mengambil bahan baku energi sumber kekayaan
2 Ibid., hlm. 20.
3 Ibid., hlm. 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Indonesia untuk menunjang kekuatan ekonomi dan kekayaan negaranya.
Perusahaan yang menangani tambang minyak tersebut bernama N.V de
Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM).4 Belanda mulai menggali sumber-
sumber minyak di Sanga-Sanga sejak Sultan Kutai memberikan konsesi
pengusahaan minyak pada tahun 1888.5 Sejak itu Belanda mulai mendatangkan
ahli-ahlinya dan peralatan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber-
sumber minyak yang berada di Sanga-Sanga.
Proyek pertama memproduksi minyak dari sumber-sumber minyak di Sanga-
Sanga terjadi pada tahun 1897. Sejak saat itu di Sanga-Sanga didirikan dermaga-
dermaga untuk kapal-kapal tangki yang mengangkut minyak, lalu bangunan-
bangunan untuk pegawai, tangki-tangki minyak, bengkel dan fasilitas lain-lainya
pun juga dibangun. Dengan adanya sumber minyak di Sanga-Sanga penduduk
meningkat dan banyak pendatang dari daerah lain, terutama dari daerah-daerah
luar pulau Kalimantan sebagai pencari kerja. Orang-orang asing, bangsa Belanda
dan bangsa Eropa lainnya bermukim dan bekerja disitu sebagai tenaga inti,
pimpinan atau ahli dari perusahaan tersebut. Sedangkan orang-orang bumi putra
sebagai tenaga kasar lapangan.
Sampai dengan tahun 1939 sumur minyak yang ada di Sanga-Sanga terdapat
613 buah yang berproduksi sebesar 70.000 ton sebulan dan ada 7 buah dermaga
untuk bongkar muat barang atau penumpang kapal. Masyarakat Sanga-Sanga
sendiri seperti terpisah antara pegawai perusahaan minyak Belanda yang
4 Anderson G. Bartlett dkk, PERTAMINA: Perusahaan Minyak Nasional, terj.
Mara Karma. Jakarta: Inti Idayu Press, 1986, hlm. 44.
5 Ibid., hlm. 55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mendapatkan fasilitas perusahaan seadanya hal tersebut terlihat dari pegawai-
pegawai berkebangsaan Belanda atau Eropa lainnya merupakan pimpinan-
pimpinan yang berdiam di perkampungan tersendiri dengan rumah-rumah yang
cukup mewah, sedangkan buruh bangsa Asia lainnya dimukimkan tersendiri
masing-masing seperti orang-orang Cina yang tinggal di bangsal Cina, lalu orang-
orang pribumi yang berdiam di berbagai distrik.
Sebelum zaman Malaise6 (krisis ekonomi dunia 1929) jumlah penduduk di
daerah ini cukup besar, terutama pada saat-saat sedang majunya pembangunan
kilang dan sumur-sumur atau bor minyak. Menjelang Perang Dunia II penduduk
menyusut karena sebagian besar mengungsi. Namun pada saat Jepang menguasai
Indonesia, penduduk Sanga-Sanga meningkat kembali karena Jepang
mendatangkan tenaga-tenaga buruh dari daerah Jawa Timur dan kotanya adalah
Surabaya dan Malang. Untuk mendapatkan tenaga-tenaga buruh tersebut penguasa
Jepang menjanjikan pekerjaan serta pendidikan kepada siapa saja yang bersedia
ikut ke Kalimantan. Selain itu penguasa Jepang juga menjanjikan kemerdekaan
kepasa Bangsa Indonesia. Keadaan ini berjalan hingga masuknya sekutu hingga
berakhirnya Perang Dunia II.
6 Malaise atau Depresi Besar adalah sebuah peristiwa menurunnya tingkat
ekonomi secara dramatis di seluruh dunia yang mulai terjadi pada tahun 1929. Depresi
dimulai dengan peristiwa Black Tuesday, yaitu peristiwa jatuhnya bursa saham New York
pada tanggal 24 Oktober dan mencapai puncak terparahnya pada tanggal 29 Oktober
1929.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
B. Keadaan Sosial Masyarakat Sanga-Sanga
Pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerahkan kekuasaannya kepada
Jepang di Kalijati.7 Belanda menyerahkan kekuasaannya karena Belanda
bergabung dengan blok Sekutu. Saat 7 Desember 1941, Jepang menyerang Pearl
Harbour, Hawai. Karena angkatan laut sekutu lemah Belanda menyerah. Karena
peristiwa tersebut kedua belah pihak akhirnya sepakat untuk menandatangani
perjanjian. Isi perjanjian tersebut bahwa Belanda menyerahkan wilayah jajahan
Indonesia kepada Jepang tanpa syarat. Dengan penandatangan tersebut Jepang
mulai berkuasa atas wilayah Hindia Belanda atau Indonesia dengan demikian
mulailah masa penjajahan Jepang yang berlangsung hingga bulan Agustus tahun
1945.8 Seperti di tempat-tempat lain, rakyat kecil di Sanga-Sanga memuji-muji
angkatan perang tentara Jepang yang telah mengalahkan tentara Belanda dengan
sekutu-sekutunya Inggris dan Amerika di Asia Timur Raya termasuk Indonesia.
Bangsa Jepang sendiri dianggap sebagai juru selamat yang membebaskan rakyat
Indonesia dari belenggu penjajahan dan akan membawa rakyat ke pintu
kemakmuran dan kebahagiaan. Rakyat yang hidup dalam kemiskinan dan
kemelaratan selama penjajahan Belanda menginginkan perubahan kehidupan yang
makmur dan bahagia. Dalam pikiran mereka terlintas gagasan bahwa Pemerintah
Jepang akan mengirimkan barang-barang melimpah dengan harga murah. Pada
mulanya tentara Jepang bersikap simpatik pada rakyat di mana-mana mereka giat
berpropaganda, bahwa kemenangan pasti di pihak angkatan perang Jepang, tetapi
7 Aboe Bakar Loebis, Kilas Balik Revolusi: Kenangan, Pelaku dan Saksi, Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 1995, hlm, 35.
8 Dr. Arifin Bey, Pendudukan Jepang di Indonesia, Jakarta: PT. Kesaint Blanc
Indah Corp 1987, hlm. 89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kenyataanya adalah sebaliknya. Baru setahun lebih diduduki tentara Jepang,
barang-barang keperluan sehari-hari di toko-toko kian menipis, dan akhirnya
kosong sama sekali. Kapal-kapal yang membawa barang dagangan dari
Samarinda, Makassar dan Surabaya dapat dikatakan tidak datang lagi. Semua
kapal Koninklijk Paketvart Maatschapij (satu-satunya maskapai pelayaran
Belanda yang memegang monopoli pelayaran di Indonesia pada zaman
penjajahan) telah mengalihkan pelayarannya ke luar negeri.9
Setelah Jepang menerima kekuasaasan dari Belanda, mereka mengeluarkan
peraturan-peraturan pelaksanaan segala kegiatannya di Indonesia. Peraturan-
peraturan itu berdasarkan hukum buatan Jepang sendiri yang pada pasal 1
peraturan militer Jepang dikemukakan, bahwa sejalan dengan masksud
kedatangan Jepang ke Indonesia untuk memperbaiki nasib rakyat Indonesia, maka
Jepang memerlukan suatu pemerintahan Militer yang terbatas bagi seluruh
wilayah Indonesia dan segenap penduduknya. Dengan adanya peraturan tersebut
maka Jepang sangat berkuasa dan melancarkan roda pemerintahan yang berkaitan
politik, ekonomi, sosial, dan masalah pertahanan. Walau masa pendudukan Jepang
sangat relatif singkat, tampak ada beberapa perubahan sosial yang telah terjadi
selama masa kependudukannya itu. Perubahan tersebut baik yang bersifat untuk
kepentingan pemerintahan dan perang.
9 Moh. Nur Ars, dkk. Sejarah Kota Samarinda. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai – nilai Tradisional Proyek Inventaris dan
Dokumentasi Sejarah Nasional, Jakarta, 1986, hlm. 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Pada awal tahun 1942 Jepang mendatangkan rombongan perantau Jawa atau
Romusha dan langsung dididik lalu sebagian besar langsung dipekerjakan.10
Rombongan ini merupakan rombongan yang pertama dan dikenal sebagai
rombongan Malang I. Pada pertengahan tahun 1942 Jepang juga mendatangakan
pula rombongan pemuda-pemuda di Sanga-Sanga. Rombongan tersebut dikenal
sebagai rombongan Malang II yang jumlahnya lebih dari 1000 orang. Jepang
sendiri menjanjikan kepada para rombongan tersebut pekerjaaan serta pendidikan
kepada siapa saja yang bersedia ikut ke Kalimantan (saat itu masih Borneo).
Disamping itu penguasa Jepang menjanjikan kemerdekaan kepada Bangsa
Indonesia. Ribuan Cendekiawan-cendekiawan muda turut mendaftarkan diri
mereka sebagai pembela tanah air tercinta, mereka semua diangkut dengan kapal,
tetapi bagi mereka yang berstatus lajang diangkut dengan kapal pedagang Bugis
menuju Kalimantan Timur dan ditempatkan di kota minyak Sanga-Sanga.11
Pada bulan Mei tahun 1943 Jepang juga membawa sebanyak 150 orang
pemuda-pemuda dari Yogyakarta dan rombongan tersebut sampai pada bulan Juli
di Sanga-Sanga dan rombongan tersebut dikenal sebagai rombongan Yogyakarta.
Rombongan tersebut dibagi menjadi dua kelompok, sebagian besar ada yang
tinggal di Sanga-Sanga dan sebagian dipindahkan ke kecamatan Anggana.
Adapun rombongan yang didatangkan oleh Jepang dari Jawa Tengah, Jawa Barat,
dan Jawa Timur, khususnya yang berasal dari kota-kota Semarang, Surakarta,
Pekalongan, Cirebon, dan Indramayu. Rombongan tersebut datang di Sanga-
10 Rombongan perantau Jawa atau Romusha yang didatangkan Jepang untuk
membuat bangunan perumahan, jembatan, kilang minyak, dan Jalanan.
11 Saat itu Kalimantan Timur masih Borneo Timur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Sanga dalam kondisi yang menyedihkan, mereka datang dengan pakaian yang
seadanya dan tanpa perlengkapan keperluan sehari-hari.
Selain mendatangkan tenaga Romusha dan tenaga setempat, Jepang juga
mempunyai tenaga tawanan KNIL.12 Tawanan KNIL tersebut ditempatkan
terpisah dari masyarakat lainnya dengan penjagaan ketat dalam barak-barak yang
diberi kawat berduri. Para tenaga-tenaga tersebut membuat bangsal-bangsal
panjang di distrik Sanga-Sanga. Jepang sendiri telah memperlakukan para anggota
Romusha dan tawanan KNIL dengan sangat kejam tidak berprikemanusiaan.
Mereka melakukan kerja paksa yang sangat berat tanpa ada jaminan makan dan
pakaian yang memadai. Karung goni pun menjadi pengganti kain sarung dan
celana, segala umbi-umbian dan kacang-kacangan yang tidak dimakan menjadi
pengganti beras. Segala jenis makanan yang bermutu hanya dibagikan untuk bala
tentara Jepang, dan ini memang berlaku sejak mereka menguasai Indonesia.
Selain itu rumah-rumah penampungan untuk romusha dan para tawanan KNIL
sangat tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan. Akibatnya para tawanan KNIL
dan romusha tersebut menderita berbagai penyakit seperti penyakit beri-beri dan
penyakit malaria dikarenakan tidak tersedianya obat.13 Air kelapa muda pun
menjadi pengganti obat suntik; disuntikan ketubuh orang sakit. Manfaatnya dan
akibatnya pun tidak pernah dipermasalahkan. Lebih-lebih kaum romusha yang
didatangkan dari berbagai daerah di Jawa dan Bali sudah tidak bernilai manusia
lagi. Dimana-mana banyak manusia yang sudah tidak bernyawa dan jasadnya
12 Wawancara dengan H. Soedjoko, tanggal 27 November 2017, di Jalan Sumber
Mulia RT 062 No 14 Muara Rapak, Balikpapan Utara.
13 Moh. Nur Ars, dkk, Op.Cit., 17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dikubur dengan bungkusan tikar ke bumi. Tidak ada lagi yang menangisi, tidak
ada lagi air mata. Tubuh-tubuh yang sudah tinggal tulang dilapisi kulit, mata-mata
cekung karena tidak sanggup lagi menangisi rekan mereka yang pergi. Yang
terbayang waktu itu hanya menunggu mereka untuk menyusuli rekannya yang
pergi.
Rakyat setempat juga menderita dikarenakan kebutuhan logistik dan lainnya,
semuanya untuk bala tentara Jepang.14 Angkatan perang Jepang tidak mempunyai
kesempatan memikirkan keperluan rakyat dan para tawanan. Mereka sedang
berperang sehingga harus memusatkan pikiran dan mengarahkan segala kekuatan
pasukan armada untuk bisa menghadapi angkatan perang Sekutu. Oleh karena itu
makanan terutama beras, gula, dan lain-lain kecuali ikan harus didatangkan dari
daerah lain seperti dari Sulawesi Selatan.15 Tidaklah mengherankan kalau terjadi
hal seperti itu, karena Kalimantan Timur merupakan suatu daerah kering, tidak
ada yang mempunyai sawah, ladang, tidak mempunyai kebun ataupun tanaman
yang dapat memenuhi harapan untuk mencukupkan makanan.16 Untungnya
mereka yang dari Sulawesi Selatan bersedia mengirimkan beras untuk sementara
waktu. Tiap tahun Kalimantan Timur terutama Sanga-Sanga dan Balikpapan
selalu menghadapi bahaya kekurangan bahan makanan. Daerah-daerah di pinggir-
pinggir kota dan pedalaman menghadapi bahaya kelaparan dan kekurangan-
kekurangan ini diisi dengan mengambil sago dan pisang untuk dijadikan makanan
14 Ibid, hlm, 18.
15 Ibid. 16 Tjilik Riwut, Kalimantan Memanggil. Jakarta: Endang, 1958, hlm, 43.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
utama yang dipaksakan oleh keadaan kepada rakyat. Hasil hutan seperti damar,
tengkawang, rotan, kayu, dan lain-lain tidak laku lagi karena pedagang-pedagang
hasil hutan antarpulau telah menghentikan kegiatannya.
Blokade sekutu semakin hebat. Pada akhir tahun 1943 Laut Sulawesi dan Selat
Makasar sepenuhnya dikuasai kembali oleh angkatan laut Sekutu. Untuk
mengkoordinasi penggunanaan tenaga, pendudukan Jepang selama di Sanga-
Sanga ini mereka membentuk organisasi-organisasi yang bersifat sosial untuk
membantu pihak Jepang seperti organisasi Seinendan, Konan Hokoku Dan,
Fujinkai.17 Penguasa Jepang menghimpun pemuda-pemuda cerdik pandai dan
berbadan sehat masuk menjadi tentara militer Jepang untuk mempertahankan kota
minyak di Kalimantan (Borneo) dari serangan sekutu, dan mereka dilatih selama
enam bulan agar turut serta mempertahankan kepentingan Jepang selama
menjajah dan menguasai Indonesia, khususnya daerah Sanga-Sanga yang kaya
sumber minyak buminya dan sangat besar hasilnya. Sesudah tiga bulan pemuda-
pemuda siswa tersebut dilatih khusus kemiliteran, menggunakan senjata atau
senapan dan diberikan latihan bela diri dan ketrampilan prajurit Jepang. Setalah
mengikuti seluruh dari latihan militer Jepang lalu mereka kemudian diresmikan
menjadi Kaigun Heiho dan masing-masing dilantik menjadi Nyito Heiho
(prajurit).
Setelah mereka lulus pendidikan Kaigun Heiho, mereka digabungkan menjadi
satu dengan tentara Jepang yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa kesatuan
(kompi-kompi) untuk memperkuat pertahanannya dari serangan-serangan balasan
17 Mohamad Yanur Hafidz, Skripsi: “Pendudukan Jepang di Kalimantan Timur
1942-1945” (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008), 54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
di daerah Pasifik Timur yang dilancarkan oleh pasukan Sekutu (Australia) di
antaranya ada kompi I yang wilayahnya meliputi Sungai Tiram, Muara Jawa dan
perbatasan Samboja, tugas mereka mengamankan jembatan minyak yang
panjangnya satu kilometer dan berfungsi untuk menyalurkan minyak mentah
Sanga-Sanga ke kilang minyak yang berada di Balikpapan, terdapat delapan jalur
pipa yang dijaga dengan meriam canon double dan yang dapat menggunakannya
tentara Jepang sendiri. Kompi II yang wilayahnya meliputi sekitar Sanga-Sanga
dimana mereka bertugas mempertahankan sumber-sumber minyak (kilang-kilang
dan tanki-tanki minyak) atas serangan angkatan udara Sekutu. Kompi III sendiri
bertugas sebagai pasukan penangkis serangan-serangan udara pesawat sekutu dan
mereka ditempatkan di Sanga-Sanga seberang, Muara Sanga-Sanga dan ada juga
pasukan kompi IV yang bertugas mengamankan dan menangkis serangan-
serangan pesawat sekutu di sekitar Anggana. Selain mengerahkan laki-laki
sebagai romusha dan organisasi-organisasi lainya, pemerintah Jepang juga
mengerahkan tenaga wanita penghibur atau jugun ianfu.18
Jugun ianfu adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada perempuan
penghibur atau dalam istilah bahasa Inggris adalah comfort women. Perempuan-
perempuan ini terlibat dalam berbagai perbudakan seks, Jugun ianfu sendiri
merupakan wanita yang berasal dari wilayah kekuasaan yang berhasil dikuasai
oleh Jepang. Jugun ianfu di Indonesia sendiri didatangkan dari berbagai daerah di
Jawa yang pada umumnya dipaksa dengan cara-cara kekerasan, tipu muslihat, dan
ancaman untuk memenuhi kebutuhan biologis Jepang baik di kalangan militer
18 Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia VI Zaman
Jepang dan Zaman Republik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2008, hlm. 68.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
maupun sipil. Tipu muslihat orang-orang Jepang terhadap wanita-wanita itu ialah
dengan mengatakan bahwa mereka akan dididik untuk menambah pengetahuan
dan keterampilan berbagai bidang kewanitaan dengan kata-kata Jepang yang halus
dan meyakinkan, tetapi ternyata malah dijerumuskan ke lembah kehinaan pemuas
nafsu bala tentara Jepang.
Awal dari pembentukan sistem Jugun ianfu ini, pemerintah Jepang berharap
dengan adanya hiburan yang layak bagi para tentara akan meningkatkan moral
dan kinerja dari para tentaranya.19 Selain itu, dengan adanya pengadaan hiburan
yang terkontrol diharapkan penyebaran penyakit kelamin akan lebih mudah untuk
diatur dan menyingkirkan kebutuhan untuk memberikan ijin istirahat bagi para
tentara Jepang.
C. Proklamasi 17 Agustus 1945
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi , di lapangan Ikada banyak sekali tentara
Jepang yang bersenjata lengkap (diperkirakan bahwa rencana untuk
mengumumkan Proklamasi sudah bocor). Karenanya oleh Sudiro yang
menyaksikannya sendiri di tempat itu, maka Barisan Pelopor yang sudah mulai
berdatangan ke tempat tesebut, langsung disuruh terus ke rumah Bung Karno yang
berada di Pengangsaan Timur 56 Jakarta. Tanggal 17 Agustus 1945 sudah banyak
sekali orang yang berdatangan dari Ikada dan dari tempat lainnya ke rumah Bung
Karno di Pengangsaan Timur 56. Tampak hadir antara lain Suwiryo, Dr.
Muwardi, Mr. Wilopo, Mr. A. Gafar Pringgodigdo, M. Tabrani, SK. Trimurti,
19 George L. Hicks, Comfort Women: Japan’s Brutal Regime of Enforced
Prostitution in the Second World War, London: Paperback, 1997, hlm. 45.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Sayuti Melik, Sukardjo Wiryopranoto, Bu Fatmawati, Nona Mudjasih Yusman,
Sudiro, Latief Hendraningrat, dan beberapa orang anggota Barisan Pelopor
Istimewa dan lain-lainnya.
Sebagai penjaga keamanan, atas permintaan Dr. Muwardi, Latief
Hendraningrat telah menempatkan anak buahnya dari pasukan Pembela Tanah Air
(PETA) dengan senjata lengkap, di dalam rumah dan juga di sebelah selatan dari
rel Kereta api di belakang rumah Bung Karno (tempat Proklamasi).20 Apabila ada
serbuan tentara Jepang dari depan, maka prajurit-prajurit PETA ini harus segera
melepaskan tembakan; dengan demikian menurut perhitungan, antara Jepang akan
tahu bahwa rakyat yang berkumpul di depan gedung tidaklah sama sekali tanpa
perlindungan. Di dalam kamar rumah Bung Karno ada pembicaraan yang bernada
keras antara Bung Karno dan Dr. Muwardi, yaitu Bung Karno didesak agar segera
membacakan Proklamasi, tanpa menunggu Bung Hatta lagi, dengan alasan bahwa
teks Proklamasi yang akan dibacakan itu, sudah ditandatangani oleh Bung Hatta.
Semula Bung Karno menjawab dengan tenang, tetapi karena Dr. Muwardi
terus saja menuntut supaya jangan menunggu lagi, maka dengan nada marah Bung
Karno menjawab: “Saya Tidak Akan Membaca proklamasi Kalau Tidak Bersama
Bung Hatta. Kalau Mas Muwardi Tidak Mau Menunggu, Silakan Baca Sendiri !”.
Dr. Muwardi terus diam dan tidak berani lagi berdebat. Bersamaan waktu itu
terdengar orang-orang berkata, “Bung Hatta datang”. Bung Hatta datang sebelum
3 menit sebelum acara dimulai dan langsung masuk ke kamar Bung Karno
sebentar.
20 Kolonel H. Hassan Basry, Kisah Gerila Kalimantan, Banjarmasin: Yayasan
Lektur Lambung Mangkurat, 1961, hlm, 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Dan tepat pukul 10.10 waktu Indonesia Barat (12.40 waktu Tokyo), Bung
Karno terus langsung membacakan Proklamasi sebagai berikut:
PROKLAMASI21
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan
tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen
05.
Atas Nama Bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
Setelah selesai membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan, Bung Karno
mengucapkan kata-kata penutup sebagai berikut:
“Demikianlah Saudara-saudara. Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu
ikatan lagi yang mengikat tanah air dan bangsa kita. Mulai saat ini kita menyusun
21 Nugroho Notosusanto, Naskah Proklamasi Yang Otentik dan Rumusan
Pancasila Yang Otentik, Jakarta: Balai Pustaka, 1983, hlm,17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
negara kita. Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia, merdeka, kekal dan
abadi. Insya Allah Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.”22
Proklamasi 17 Agustus 1945 yang didengungkan oleh Bung Karno dari
Pengangsaan Timur 56 Jakarta itu, pada awalnya sama sekali tidak terdengar di
Kalimantan khususnya Sanga-Sanga. Kalaupun terdengar sampai Kalimantan juga
biasanya hanya kabar-kabar yang belum pasti. Hal ini sama sekali tidak
mengherankan karena semasa pendudukan Jepang di Indonesia, segala radio telah
disita ataupun dirusak oleh Jepang. Dan kebetulan waktu itu Soedirin yang
merupakan anggota Badan Penolong Perantau Djawa mencoba mencari radio dan
ada beberapa buah radio yang masih disimpan, disembunyikan dan masih dapat
digunakan.23 Dengan alat inilah Soedirin mencoba untuk mencuri berita-berita
tentang proklamasi kemerdekaan secara sembunyi.24 Akhirnya ada berita yang
terdengar agak jelas ialah bahwa Jepang bertetekuk lutut dihadapan Sekutu pada
tanggal 14 Agustus 1945. Dengan penyerahan tersebut maka pada tanggal 21
Agustus 1945 Pemerintah pendudukan Jepang di Sanga-Sanga mengumumkan
penghentian tembak menembak dan mereka pun bersiap-siap untuk pulang
kenegerinya. Para ex Romusha dan pasukan Heiho yang dibentuk oleh Jepang pun
terbengkalai dan terputus hubunganya begitu saja dengan Pemerintah Jepang.
Bendera Merah Putih sendiri baru berkibar pada tanggal 26 Oktober 1945,
Selasa pagi jam 08.00 mereka melakukan upacara atau apel didepan markas
22 Dr. Arifin Bey, Op.Cit., hlm, 98.
23 Wawancara dengan H. Soedjoko, tanggal 27 November 2017, di Jalan Sumber
Mulia RT 062 No 14 Muara Rapak, Balikpapan Utara.
24 Soedirin bekerja di Signal Office bagian menerima berita-berita dari luar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kantor Badan Penolong Perantau Djawa di distrik IV yang dipimpin langsung oleh
saudara Soedirin dan dihadiri oleh pemuda-pemuda yang cerdik dan pandai.25
Petugas penarik bendera adalah Soetrisno dan Effendi. Dengan tegapnya para
pejuang pemuda perjuangan memberikan hormat pada saat bendera pusaka Merah
Putih dinaikan, walaupun mereka berpakaian seadanya (compang camping)
dengan dalam suasana penderitaan saat itu dan sambil mereka mengucapkan
“Merdeka, Merdeka” !!.
Berkibarnya bendera Merah Putih sendiri telah diijinkan dan diawasi oleh
tentara Sekutu dari Batalion 25 dan 31 Divisi VII Australia. Inilah kisah yang
terjadi pada waktu itu di Sanga-Sanga. Tetapi saat pengibaran bendera Merah
Putih, tanpa diketahui pihak Sekutu (Australia) diam-diam NICA Belanda
mengirimkan mata-mata yang bertugas untuk menghitung dan merekapitilasi
sumber-sumber minyak di Sanga-Sanga yang hancur pada waktu itu saat serbuan
serangan udara tentara Sekutu, serta mereka mencari orang-orang Indonesia yang
pro NICA Belanda untuk membangun kembali perusahaan minyak BPM (Brotish
Petrolium Maatschapij) dengan mengumpulkan bekas-bekas Swapraja yang tetap
cinta kepada NICA Belanda. Mereka diminta untuk terus memata-matai gerakan
kemerdekaan bangsa Indonesia di kota Minyak Sanga-Sanga pada waktu itu.26
Apabila tentara Sekutu telah selesai tugasnya dan kembali meninggalkan Sanga-
Sanga, maka NICA Belanda setelah mendapat informasi dari mata-mata NICA
25 Ibid.
26 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tersebut akan dengan mudah menangkap para pemuda-pemuda Sanga-Sanga yang
ikut dalam gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Setelah tanggal 17 Desember 1945 tentara Sekutu Australia ditarik dari Sanga-
Sanga dan digantikan oleh dengan tentara KNIL Korps Manila (bekas KNIL di
Manila yang dipersenjatai).27 Seleruh kegiatan yang berada di Sanga-Sanga
dilarang, kegiatan-kegiatan yang menjurus politik dan perjuangan kemerdekaan
dilarang dan tidak diperbolehkan satupun. Budak-budak Belanda yang cinta
penjajahan semakin merajalela.
D. Sekutu mendarat di Sanga-Sanga
Pada awal tahun 1944 untuk pertama kalinya Jepang mendapatkan serangan
udara dari Sekutu (Australia).28 Dimana sasaran serangan udara ini ditujukan
kepada instalasi-instalasi militer dan minyak yang berada di Sanga-Sanga.
Serangan udara tersebut dilakukan dengan 3 buah pesawat yang bermuatan bom B
29 pada pagi hari yang datangnya dari jurusan Anggana melewati Muara Ujung
dan langsung mengadakan penembakan dan pemboman kepada tangki-tangki
minyak.29
Serangan dimulai dari Anggana pesawat-pesawat Pembom tersebut terbang
sangat rendah sehingga serangan-serangan itu tepat pada sasarannya. Akibat dari
27 Kolonel H. Hassan Basry, Op.Cit., hlm, 31.
28 Hilman Adil, Hubungan Australia dengan Indonesia 1945-1962, Jakarta :
Djambatan dan KITLV, 1993, hlm. 31.
29 Pesawat Pembom B 29 adalah pesawat pengebom berat pengintai
(reconnaissance aircraft) sayap rendah dengan empat mesin yang digunakan oleh United
States Army Air Forces dalam Perang Dunia II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
serangan-serangan udara yang dilancarkan oleh sekutu tangki-tangki minyak yang
letaknya dekat dermaga jembatan 7 terbakar.30 Serangan udara dan pembomban di
Sanga-Sanga oleh sekutu semakin intensif, demikian juga di kota minyak
Balikpapan. Beratus-ratus pesawat B 29 dan P 38 menembaki dan menghujani
Sanga-Sanga dengan bom api dan meledakan berabagai proyek vital dari
kedudukan Jepang. Pesawat-pesawat pembawa maut ini datang secara
bergelombang dan berlangsung setiap hari, tanpa diketahui dimana pangkalan
Jepang yng digunakan. Untuk mengatasi dari kebakaran yang diakibatkan oleh
Sekutu tersebut Jepang mengerahkan regu pemadam kebakaran yang dipimpin
oleh Kapten Leu Nagoya. Selain regu pemadam kebakaran dari Jepang, tawanan-
tawanan KNIL Belanda juga dikerahkan untuk membantu dan api pun dapat
dipadamkan setelah seminggu lamanya bekerja keras. Pada saat serangan udara
yang pertama itu datang, pertahanan udara dari Jepang sangat lemah dikarenakan
tidak memiliki meriam-meriam penangkis serangan udara yang memadai. Artileri
penangkis udara 15 mm, yang dimiliki oleh Jepang tidak berarti sama sekali untuk
menghadapi pesawat-pesawat pembom B 29 dari Sekutu karena jarak tembaknya
sangat terbatas.31
Sebulan setelah serangan Jepang kemudian mendatangkan meriam-meriam
berbagai ukuran dari Balikpapan. Jepang mulai menempatkan seluruh pasukan-
pasukannya pada pertengahan tahun 1944 ditempat-tempat yang sangat strategis
30 Wawancara dengan H. Soedjoko, tanggal 27 November 2017, di Jalan Sumber
Mulia RT 062 No 14 Muara Rapak, Balikpapan Utara.
31 Artileri merupakan persenjataan yang berupa senjata-senjata berat jarak jauh
anti udara https://id.m.wikipedia.org/wiki/Artileri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dan susah dijangkau oleh pasukan Sekutu.32 Selain itu pasukan Jepang juga mulai
membuat benteng-benteng pertahanan dan lubang-lubang disepanjang bukit-bukit
atau dataran tinggi yang menghadap ke Sungai. Pembuatan benteng-benteng
pertahanan, lubang-lubang perlindungan dan terowongan-terowongan itu
dikerjakan oleh romusha, tawanan KNIL dan Heiho. Mereka semua kerja siang
dan malam tiada henti-hentinya dengan mendapatkan pengawasan yang ketat dari
para tentara Jepang. Dengan didatangkannya meriam-meriam dari Balikpapan
maka pertahanan udara di Sanga-Sanga dan Anggana siap menangkis serangan-
serangan udara pesawat Sekutu.
Pasukan kompi III yang ditempatkan di Sanga-Sanga dengan bekerja keras
berusaha menangkis serangan-serangan udara pesawat sekutu dan berhasil
menenmbak jatuh salah satu pesawat B 29. Kapten Pilotnya menyelamatkan diri
dengan cara melompat dari pesawatnya dengan menggunakan parasut, sedangkan
pesawatnya yang terbakar jatuh di laut dekat Sungai Kelambu. Sedangkan
pasukan kompi IV yang bertugas mengamankan Anggana juga dalam suatu
serangan udara sekutu dan berhasil menembak jatuh pesawat terbang tipe P-38.
Pesawat tersebut hancur dan terbakar sehingga pilot dengan awaknya tewas.
Menjelang akhir tahun 1944 dan lebih-lebih setelah memasuki tahun 1945,
kekuatan Jepang nampak semakin merosot dan melemah akibat tekanan-tekanan
yang diberikan oleh Sekutu. Berbagai hal krisis menimpa bala tentara Jepang,
namun mereka semua gigih bertahan dan semangatnya tidak pernah pudar.
32 Wawancara dengan H. Soedjoko, Op.Cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Kantor berita Jepang DUMEI senantiasa menyiarkan berita-berita bohong
tentang kemenangan-kemenangan Jepang di berbagai front pertempuran dalam
menghadapi Sekutu.33 Dan belakangan juga disebarluaskannya berita tentang
kebaikan Jepang yang akan memerdekaan Bangsa Indonesia. Sekelumit orang
Indonesia yang percaya mau tampil jadi pemimpin bangsa, tapi nyatanya
diperbudak untuk menipu bangsanya sendiri demi kejayaan dan kekuasaan
Jepang. Pendaratan Sekutu di beberapa tempat dipantai Balikpapan sangat maju
pesat, walaupun korban yang berjatuhan cukup besar karena Jepang bertahan
gigih. Seluruh kota dan bangunan vital dibumihanguskan. Penduduk kota sampai
harus mengungsi ke kampung-kampung yang jauh di luar kota. Dalam beberapa
hari saja semenjak pendaratan 1 Juli 1945 di kota Balikpapan dan sekitarnya
sepenuhnya mulai dikuasai Sekutu.34 Di laut sendiri berjejer kapal-kapal perang,
kapal induk armada laut Sekutu dan di darat tentara menguasainya.
Maka berduyun-duyunlah penduduk keluar dari tempat pengungsian untuk
mencari tempat yang terjamin aman dan cukup makanan. Lalu untuk penduduk
yang sakit diberi pertolongan dan pengobatan dan kalau perlu diangkut ke Rumah
Sakit sementara, yang menggunakan bekas tangsi militer di daerah pinggiran dan
memang belum terasa aman benar dikarenakan pasukan-pasukan Jepang masih
ada berkeliaran dan bisa sewaktu-waktu dapat menggangu keselamatan penduduk.
Maka demikian pula keadaan didaerah Handil, Samboja, Sanga-Sanga dan
sekitarnya. Berita tentang kota Balikpapan yang telah dikuasai Sekutu memang
33 Dr. Arifin Bey, Op.Cit., hlm, 120.
34 Abdulrahman Karim, Kalimantan Berdjuang, Jakarta: Balai Pustaka, 1970,
hlm, 33.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
sudah sampai terdengar, tetapi Jepang masih berkeliaran di sekitar tempat itu.
Bahkan pasukan-pasukan Jepang yang mundur ke arah Utara dan ke arah Barat
justru sampai ke daerah itu. Sebuah pasukan Jepang yang sampai di Samboja dan
kemudian mundur sampai ke daerah Handil Baru, Sungai Sembilang dan Handil
dua sempat terjadi bentrok dengan rakyat.35 beberapa orang Indonesia menjadi
keganasan sisa-sisa pasukan tersebut. Karena merasa kuatir peristiwa itu terulang
kembali, maka sejak dari Handil dua sampai Senipah rakyat langsung menuju
Samboja dan Balikpapan. Bersamaan dengan itu patroli tentara Sekutu juga
sampai ke daerah Handil. Karena kesalahan informasi beberapa perahu yang
berasal dari Muara Jawa yang akan berlabuh di Handil Baru menjadi korban
tembakan tentara Sekutu. Mereka disangka sebagai pasukan-pasukan Jepang.
Beberapa orang korban jatuh akibat kesalahpahaman tersebut.
Pada akhirnya tanggal 11 September 1945 hari selasa sekitar jam 12.00 siang
Tentara Australia Bataliyon 25, 31 dan 60 mendarat dan masuk ke Sanga-Sanga
yang dipimpin oleh Kolonel Marsoon dan Mayor Robertsoon yang bertugas untuk
melucuti persenjataan Jepang dan memulangkan mereka semua ke negaranya.36
Tak lama berselang tiga pemuda dengan berjalan kaki dari Distrik IV menghadap
Sekutu yaitu R.Soedirin, R. Soekamso, dan R. Kasman Hadiwijono untuk
melaporkan bahwa 4.000 lebih bekas tenaga Romusha dari bermacam-macam
suku bangsa kelaparan, tidak ada bahan makanan, dan minta bantuan Sekutu
untuk memberikan bantuan makananan agar tetap hidup.
35 Wawancara dengan H. Soedjoko, Op.Cit
36 Wawancara dengan H. Soedjoko, tanggal 27 November 2017, di Jalan Sumber
Mulia RT 062 No 14 Muara Rapak, Balikpapan Utara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Kolonel Marsoon dan didampingi Mayor Robertsoon beserta stafnya
menanyakan kepada ketiga pemuda cerdik pandai yang datang menghadapinya
dari mana kalian pandai berbahasa Inggris, dan dijelaskanlah bahwa mereka
adalah lulusan AMS Yogyakarta.37 Kemudian pihak Sekutu meminta bahwa agar
mereka bertiga yang pandai berbahasa Inggris tersebut untuk menjadi
komunikator atau penghubung antara Komando Sekutu dengan Pemerintah
Sanga-Sanga serta rakyat setempat. Dan Koloenel Marsoon kemudian
menanyaakan tempat tinggal 4.000 Romusha yang kelaparan tersebut dan
diberitahukannya oleh R.Soedirin bahwa mereka tinggal di Distrik IV, kemudian
Sekutu setuju memberikan bantuan bahan makanan dan obat-obatan kepada
mereka, dan juga diberikan surat untuk pengambilan bantuan makanan dan obat-
obatan seminggu sekali dengan satu truck Jepang sebagai sarana transportasi
untuk mengangkut bahan makanan tersebut antara lain: tepung, beras, dan gula
secara cuma-cuma.
Kedatangan tentara Sekutu (Australia) ini dimana-mana disambut dan dielu-
elukan rakyat. Mereka disambut dengan hiburan-hiburan rakyat tradisional.
Rakyat Sanga-Sanga gembira karena merasa telah dibebaskan dari kekejaman
perang dan sudah bisa mulai dengan kehidupan yang wajar. Sebelum kekalahan
Jepang hubungan rakyat Indonesia dengan Sekutu, khususnya tentara Australia
yang tergabung dalam satuan Z-Force telah ada dan sangat baik.38 Sesudah
37 AMS Yogyakarta adalah Algemeene Middelbare School atau dalam ejaan
bahasa Belanda lebih baru Algemene Middelbare School yang disingkat AMS merupakan
pendidikan menegah umum pada zaman Hindia Belanda dengan masa studi 3 tahun –
sekolah setingkat SMP waktu itu.
38 Hilman Adil, Op.Cit , hlm. 55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
mereka menduduki wilayah ini maka makin terasa hubungan itu bertambah hangat
dan harmonis. Para tehknisi mulai berdatangan untuk mengadakan rehabilitasi
sumur-sumur minyak yang lebih dari 600 di daerah-daerah Sanga-Sanga dan
Anggana. Kesempatan bekerja kembali bagi bekas pegawai NV. De Bataafsche
Petroleum Maatschappij (BPM) mulai terbuka.
Lalu kehidupan organisasi sosial masyarakat juga mulai tumbuh lagi. Maka
hubungan pemuka-pemuka masyarakat dengan tentara Australia inipun turut
berkembang dan dari situlah pertama-tama diperoleh sebuah informasi mengenai
tentang Proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia dan tentang rakyat Indonesia
di Jawa dan Sumatera sudah berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dari rongrongan kaum yang ingin menjajah kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
SEKUTU DENGAN PEJUANG SANGA-SANGA DAN LAHIRNYA
ORGANISASI DI SANGA-SANGA
A. Sekutu tiba di Sanga-Sanga
Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus
1945. Pemerintahan pendudukan Jepang di Sanga-Sanga mengumumkan untuk
gencatan senjata dan mereka bersiap-siap untuk pulang kenegaranya. Dengan
penyerahan tersebut maka pada tanggal 11 September tahun 1945 hari Selasa
sekitar jam 12.00 datanglah pasukan Sekutu tentara Australia di Sanga-Sanga,
yaitu Batalyon 25 dengan Komandan Merson dan wakilnya Mayor Robertson
yang melucuti, menawan dan memulangkan Tentara Jepang serta menjaga tata
tertib di daerah pendudukan tersebut.1 Sebagaimana di kota-kota lain di Indonesia
Tentara Belanda masuk ke Indonesia dengan membonceng pada tentara Sekutu.2
Begitu pula di Sanga-Sanga kedatangan Tentara Sekutu diboncengi oleh dua
orang perwira Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang bertugas
untuk mengumpulkan tentara KNIL yang ditawan oleh Jepang, mereka adalah Mr.
Van Hello dan Mr. De Boon yang menginventariskan sisa-sisa sumur minyak
yang dibumihanguskan.
Secara rahasia De Boon dan Van Hello ini juga mengawasi adanya pergerakan
kegiatan politik rakyat Indonesia di daerah Sanga-Sanga. Tentara Australia juga
membutuhkan beberapa tenaga kerja untuk membantu mereka, terutama dibidang
1 Wawancara dengan H. Soedjoko, tanggal 27 November 2017, di Jalan Sumber
Mulia RT 062 No 14 Muara Rapak, Balikpapan Utara.
2 Abdulrahman Karim, Kalimantan Berdjuang, Jakarta: Dinas Penerbitan Balai
Pustaka, 1956, hlm, 25.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
pekerjaan teknik untuk perbaikan alat-alat elektronik dan kebetulan tenaga kerja
yang dipekerjakan untuk membantu mereka yaitu Soedirin. Kesempatan inilah
yang memperluas ruang gerak aktivis Ksatria.3 Soedirin dengan dibantu oleh
Sukamso mengambil prakarsa untuk menanggulangi kesulitan-kesulitan hidup
bagi para ex romusha. Pendekatan ini dilakukan dengan menghadap komandan
Pasukan Sekutu yang diwakili oleh Mayor Robertson. Pendekatan yang dilakukan
oleh Soedirin dan Soekamso melahirkan bantuan tentara Sekutu dan kewajiban
dalam rumusan sebagai berikut:4
1. Para perantauan supaya didaftarkan nama dan keahliannya.
2. Supaya tetap ditempatnya masing-masing.
3. Ikut serta menjaga ketertiban/keamanan.
4. Perantauan akan diberi jaminan bahan makanan.
Dengan adanya pendekatan antara penduduk Sanga-Sanga dengan tentara
Sekutu maka timbullah rasa simpati kedua pihak. Ksatria dibubarkan dan
didirikan sebuah badan sosial yang bernama Badan Penolong Perantau Djawa atau
disingkat dengan BPPD atas persetujuan wakil komandan pasukan Sekutu yaitu
Mayor Robertson. Dinamakan Badan Penolong Perantau Djawa dikarenakan yang
terbanyak saat itu adalah suku Jawa.5 Anggota BPPD Soedirin dan Soekamso
bekerja ditempatnya masing-masing. Soedirin bekerja di Signal Office bagian
3 Ksatria adalah organisasi pertama yang didirikan oleh Soedirin pada tahun
1943.
4 Kolonel H. Hassan Basry, Kisah Gerila Kalimantan, Banjarmasin: Yayasan
Lektur Lambung Mangkurat, 1961, hlm, 14.
5 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
menerima berita-berita dari luar, sedangkan Soekamso bekerja di Staf Komando
Sekutu, dan anggota pemuda-pemuda lainnya bekerja sebagai koki dan lain-lain.
Pertemuan pembentukan BPPD tersebut dilakukan pada tanggal 15 September
1945. Seperti halnya organisasi Ksatria, maka organisasi BPPD pun mempunyai
tujuan untuk menolong anggota yang sedang dalam kesusahan.6 Walaupun nama
organisasinya BPPD namun organisasi tersebut tidak bersifat Jawa sentris, artinya
bukan hanya beranggotakan orang yang berasal dari Jawa saja, tetapi dapat
menerima anggota dari berbagai suku daerah seperti dari Banjar, Maluku,
Sulawesi, dan lain-lain.7
Dengan perantaraan organisasi BPPD ini maka hubungan dengan tentara
sekutu menjadi lebih lancar, sehingga segala bantuan bahan makanan berupa
beras, sayur-sayuran dan garam secara cuma-cuma mudah didapat dan segala
yang diinginkan dapat dipenuhi, sejauh tidak menyimpang dari peraturan yang
berlaku. Selain bantuan bahan makanan, tentara Sekutu juga memberikan bantuan
transportasi berupa truk yang dapat digunakan untuk mengangkut barang-barang
dan keperluan lainnya. Dengan adanya saling pengertian antara tentara Sekutu
dengan rakyat Sanga-Sanga maka anggota BPPD diperkenankan untuk memakai
lencana Merah Putih didada dan mengibarkan bendera Merah Putih pada saat-saat
dianggap penting.
6 Ibid.
7 Drs. G. Moedjanto, M.A, Indonesia Abad ke-20 : Dari Kebangkitan Nasional
sampai Linggajati, Yogyakarta: PT. Kanisius, 1998, hlm, 135.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pengibaran bendera Merah Putih pertama kali terjadi pada tanggal 26 Oktober
1945 di lapangan samping markas BPPD.8 Sang Merah Putih berkibar dengan
megahnya dan melambai-lambai di atas bumi Kalimantan Timur. Jadi pada waktu
itu tentara Sekutu Australia memberikan kebebasan kepada rakyat untuk
mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih.9. Tetapi hanya suatu hal
yang harus dipertanggung jawabkan kepada mereka, yaitu harus dapat
mengendalikan masyarakat di daerah Sanga-Sanga agar tidak menimbulkan hal-
hal yang bertentangan dengan hukum, misalnya pencurian, pembakaran,
pengrusakan, huru-hara dan lain-lain.
Disamping tugas sosial, BPPD melakukan kegiatan penerangan dan
memberitakan kepada seluruh anggotanya tentang Proklamasi Kemerdekaan
Bangsa Indonesia. Penerangan itu diterima dari Soedirin yang bertugas pada
stasiun radio di Markas Tentara pendudukan Sekutu Australia. Soedirin mencatat
hal-hal yang penting dan hasilnya di sampaikan kepada pengurus BPPD. Di Kota
minyak Sanga-Sanga pada waktu itu hanya BPPD lah yang aktif. Organisasi ini
juga sekaligus mengkoordinasikan tentang kesenian seperti Ketoprak, Ludruk dan
SANDISA, singkatan dari Sandiwara Sanga-Sanga.10 Untuk mengenai
pertunjukkan Sandiwara Sanga-Sanga, Ludruk dan Ketoprak diarahkan untuk
mementaskan cerita yang bertemakan membangkitkan semangat perjuangan dan
kemerdekaan.
8 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
9 Ibid.
10 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BPPD juga melatih para pemuda-pemuda di tempat tersembunyi untuk latihan
baris-berbaris, taktik perang, menggunakan senjata laras panjang, pistol, dan
melempar granat. Latihan ini bersifat latihan tanpa mengeluarkan suara letusan.
Lalu BPPD juga melaksanakan tugas-tugas yang bersifat rahasia dalam rangka
untuk mengadakan kerjasama dengan anggota-anggota yang berada di Balikpapan
dan Samarinda.
Pada tanggal 17 Desember 1945 Tentara Sekutu Australia di Sanga-Sanga
mulai ditarik untuk dipulangkan ke negerinya dan digantikan oleh Tentara
Belanda NICA.11 Dengan adanya pergantian ini, berubahlah suasana di Sanga-
Sanga. Ketika Tentara Sekutu Australia masuk ke Sanga-Sanga rakyat merasa
lega karena telah membebaskan mereka dari tentara Jepang yang kejam dan juga
Tentara Sekutu Australia juga berbaur dengan masyarakat.12 Sebaliknya Tentara
Belanda NICA mulai melakukan tindakan-tindakan antara lain melarang
menggunakan lencana Merah Putih, dilarang mengibarkan bendera Merah Putih
dan semua kegiatan yang menjurus ke politik dan perjuangan dilarang.13
Dengan adanya larangan tersebut maka menyebabkan gerakan BPPD
terhambat, sementara mata-mata Belanda dikerahkan dan secara ketat mengawasi
setiap gerak-gerik BPPD dan juga berusaha mendapatkan dokumen-dokumen
BPPD. Sementara itu organisasi kesenian tetap berjalan seperti biasa dikarenakan
penduduk Sanga-Sanga memang membutuhkan hiburan. Pada hari Minggu malam
11 Hilman Adil, Hubungan Australia dengan Indonesia 1945-1962, Jakarta :
Djambatan dan KITLV, 1993, hlm. 49.
12 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
13 Kolonel H. Hassan Basry,op.cit, hlm,22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
tanggal 30 Desember 1945 bertempat di Bangsal pengurus BPPD, mengadakan
sebuah pertunjukkan hiburan kepada masyarakat Sanga-Sanga berupa Sandiwara
berjudul “Meja Hijau” karya Soedirin dan disutradarai oleh Soedirin sendiri.14
Judul Sandiwara ini seolah-olah memberikan firasat dan pesan-pesan kepada
para pemuda bersama pengurus bahwa seolah-olah mereka akan dihadapkan ke
Meja Hijau (akan ditangkap). Pada tanggal 31 Desember 1945 pagi, Belanda
mengadakan pembersihan di Sanga-Sanga dan sekitarnya khususnya di markas
BPPD. Seluruh markas BPPD dikepung rapat dan digrebek oleh Tentara NICA
dan mereka menemukan bukti-bukti 1 buah radio buatan Jepang yang digunakan
untuk memonitor siaran-siaran radio pemerintah Republik Indonesia lalu
disebarkan ke seluruh pelosok Sanga-Sanga, radio penerima, dokumen tentang
kegiatan BPPD, alat-alat seperti mesin tik, bendera Merah Putih berukuran besar
yang dikibarkan pada tanggal 26 Oktober 1945, satu pengeras suara dan lain-lain
yang digunakan sebagai bukti bagi semua pejuang untuk dihadapkan ke meja
Hijau.15 Ibu-ibu yang akan pergi ke pasar pun dicegah karena sedang diadakan
pemeriksaan yang ketat. Kurang lebih dari 400 pejuang dan pengurus BPPD
ditangkap dan dipenjarakan.
Pada tanggal 2 Januari 1946 penangkapan dilanjutkan untuk menangkap
anggota BPPD yang belum tertangkap atas petunjuk informasi dari mata-mata
NICA Belanda, orang-orang Indonesia yang berkhianat terhadap bangsanya
14 Badan Pengurus Exponen BPRI Sanga-Sanga, Sanga-Sanga, Balikpapan :
Yayasan 27 Januari Balikpapan, 1982, hlm, 20.
15 Ibid., hlm, 30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
sendiri.16 Sejumlah tahanan dibebaskan setelah menjalani pemeriksaan berkali-
kali. Fase pertama pemeriksaan sisa tinggal 28 orang, kemudian dilakukan
pemeriksaan intensif kembali yang akhirnya menyisahkan 16 orang salah satunya
Soedirin dan Soekamso.
Pada tanggal 14 Juli 1946 keenam belas orang tersebut dipindahkan ke
Balikpapan dan pada tanggal 26 Juli 1946 mereka dibebaskan setelah dipaksa
untuk membuat pernyataan setia kepada pemerintah NICA Belanda Sementara itu
di Sanga-Sanga tidak terjadi kekosongan dalam perjuangan rakyat. Organisasi-
organisasi sosial dan politik dari luar bertunas dan tumbuh di Sanga-Sanga seperti
FONI (Fonds Nasional Indonesia) yang berpusat di Balikpapan, KNI (Keputusan
Nasional Indonesia), PPK (Pers Pemuda Kalimantan), dan INI (Ikatan Nasional
Indonesia) yang berpusat di Balikpapan.17
Para pejuang BPPD setelah dibebaskan sebagian menyebar ke berbagai daerah
seperti Soedirin dengan beberapa orang ke Samarinda, Kasman Hadiwidjono ke
Pare-Pare Sulawesi Selatan untuk membentuk badan-badan perjuangan ditempat
yang baru dan sebagian lagi kembali ke Sanga-Sanga untuk melanjutkan
perjuangan dan cita-cita kemerdekaan Bangsa Indonesia yang bebas dari Kolonial
Belanda.18 Salah satu yang kembali ke Sanga-Sanga adalah Soekamso dan
ditemani beberapa pejuang lainnya. Soekamso dan yang lainnya mulai
memikirkan dan merencanakan serta mengatur kembali organisasi perjuangan,
16 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
17 Moh. Nur Ars, dkk. Sejarah Kota Samarinda. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai – nilai Tradisional Proyek Inventaris dan
Dokumentasi Sejarah Nasional, Jakarta, 1986, hlm. 30. 18 Badan Pengurus Exponen BPRI Sanga-Sanga, Hari Berdarah di Sanga-Sanga.
Balikpapan : Yayasan 27 Januari Balikpapan, 1979, hlm, 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
maka dibentuklah suatu Badan Perjuangan BPRI singkatan dari Badan Pembela
Rakyat Indonesia yang dipimpin langsung oleh Soekamso.
Barisan Pembela Rakyat Indonesia merupakan gabungan badan-badan
perjuangan yang berada di Sanga-Sanga, salah satunya KNIL bekas tawanan
Jepang dan mereka mengadakan gerakan dibawah tanah untuk menghancurkan
Kolonial Belanda yang berada di Sanga-Sanga. Pejuang-pejuang bekas KNIL dan
pemuda Sanga-Sanga selalu mengadakan rapat dalam menyatukan pendapat
diantara mereka, serta memberikan informasi dan nama-nama tentara KNIL yang
tidak Pro Kemerdekaan dan mereka sebagai cacing-cacing Belanda yang harus
diwaspadai.19 Dalam pertemuan tersebut juga dibicarakan mengenai cara agar
para babu-babu atau pelayan dan sopir-sopir Belanda memihak dan membantu
perjuangan Barisan Pembela Rakyat Indonesia.20
Para anggota KNIL yang sadar dan memihak kepada pejuang berusaha supaya
mempengaruhi teman-temanya agar menyadari perjuangan bangsanya. Dimana
nantinya para babu-babu yang bergabung ke Barisan Pembela Rakyat Indonesia
harus melaporkan setiap saat tentang keadaan yang mereka layani seperti senjata
apa yang mereka miliki dan dimana menyimpannya, terus berpergian kemana saja
mereka setiap harinya. Semuanya dipersiapkan dalam rangka pemantapan
perjuangan.
19 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
20 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
B. Menjelang Perebutan Kekuasaan
Siaran-siaran radio pemberontak Bung Tomo sering dapat ditangkap melalui
radio komunikasi dan didengarkan secara rahasia dan disebarkan kepada rekan-
rekan untuk menggugah semangat rakyat dalam membantu perjuangan
kemerdekaan.21 Pemberontakan pertama kali pun dimulai pada tanggal 25
Desember 1946 sebab pada saat Natal, para opsier-opsier KNIL Sanga-Sanga
pergi ke Samarinda untuk bersembahyang dimana di Sanga-Sanga tidak terdapat
Gereja, sehingga mereka harus ke luar Sanga-Sanga untuk ke Gereja. Namun
pemberontakan ini sempat ketahuan oleh salah satu petugas Military Intelligence
Department (MID) sehingga gagal pemberontakan yang pertama.
Pemberontakan yang kedua pun dipilih pada tanggal 1 Januari 1947, dimana
semangat para pejuang kemerdekaan sudah sangat memuncak dan juga pejuang-
pejuang tersebut mendesak pimpinan-pimpinan untuk segera mengambil sikap
dan mempercepat mencetuskan pemberontakan. Soekamso selaku pimpinan
Barisan Pembela Rakyat Indonesia dan anggota yang lain juga sudah sepakat pada
waktu yang ditentukan itu. Alasannya ialah bahwa setiap tahun baru biasanya
diadakan pesta dan orang-orang Belanda semalam suntuk berpesta pora dan
paginya semuanya berkumpul di Gereja.
Pada saat itulah direncanakan penyerbuan tangsi militer dan tempat-tempat
strategis lainnya. Sekitar sore hari terdengar suara raung dan ternyata sebuah
kapal datang dari Samarinda dan merapat di Dermaga, kapal tersebut bermuatan
pasukan KNIL pimpinan Sersan Mayor Van Dijk. Kedatangan mereka yang
21 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
mendadak ini diduga bahwa rencana pemberontakan mereka telah bocor dan
mereka datang untuk menangkap seluruh pejuang Sanga-Sanga. Pada tanggal 25
Januari tahun 1947, pimpinan BPRI Soekamso mendapat surat dari pejuang
utusan Balikpapan yaitu Koesnan untuk memberitahukan bahwa akan ada tamu
pejuang dari pulau Jawa yang hendak untuk membantu pejuang di Sanga-Sanga.22
Soekamso sendiri pun membalas surat tersebut bahwa pejuang-pejuang
bantuan diperbolehkan untuk bergabung, namun harus benar-benar diselidiki
mengingat bahwa perencanaan sudah sangat matang dan tinggal menunggu
komando. Ternyata berita inipun terdengar oleh MID Belanda. Mereka pun
memperkuat patroli disepanjang sungai dengan kapal patroli dan dipelosok-
pelosok kampung dengan mobil jeep terbuka bersenjata. Untunglah bahwa
diantara tentara KNIL yang berpatroli itu sebagian memihak pejuang sehingga
segala sesuatunya masih terjamin keamanannya.
Pejuang-pejuang bantuan pun tiba dan ternyata pejuang yang datang bukan
dari Jawa melainkan pelarian Polisi Balikpapan yaitu Herman Runturambe,
Basoemi dan lainnya. Mereka masuk ke Sanga-Sanga melalui kampung Bentunas
dan langsung melaporkan kepada Boedioyo, seorang anggota KNIL berpangkat
kolonel, tetapi juga seorang pimpinan pergerakan kemerdekaan di Sanga-Sanga.
Lalu Boedioyo dan Soekasmo mengadakan pertemuan dirumah, bahwa para
pejuang yang baru datang tersebut sebaiknya dipindahkan ke kampung Jawa yang
lebih aman. Boedioyo dan Soekasmo juga mengingatkan agar mereka tidak
keluar rumah pada siang hari, sebab mudah sekali untuk dikenali bahwa mereka
22 Kolonel H. Hassan Basry, op.cit., hlm. 60.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
adalah orang baru. Kedatangan anggota pejuang dari Balikpapan ini disampaikan
langsung oleh Soekamso kepada para pejuang lainnya untuk menyampaikan berita
ini kepada anggota KNIL yang Pro Republik. Lalu Soekasmo juga
memberitahukan kepada pejuang lainnya menghubungi masing-masing pimpinan
yang berada di Anggana untuk dikoordinasikan.23
Sewaktu Soekasmo bertemu dengan pasukan dari Balikpapan yaitu Herman
Runturambe dan kawan-kawannya, Soekasmo memberitahukan bahwa perjuangan
rakyat Sanga-Sanga yang ingin bebas dari belenggu Kolonial Belanda ini telah
lama dan telah terbina. Gerakan bawah tanah yang tergabung dalam BPRI telah
siap bergerak dan tinggal menunggu komando dari pimpinan. Begitu pula juga
pasukan KNIL yang Pro Republik telah terbina dan memihak pada pejuang Merah
Putih telah terorganisir dengan baik. Mereka semua telah siap untuk bertempur
melawan musuh dan akan membela mati-matian demi bangsa dan Negara.
Soekasmo juga memerintahkan kepada Soedirin yang berada di Samarinda
untuk memberitahukan kepada anggota KNIL yang Pro Republik untuk bersiap-
siap. Diinformasikan, bahwa tidak lama lagi di Sanga-Sanga akan dilakukan
pemberontakan dan diharapkan agar Samarinda, Anggana, dan Kutai secara
serentak memberontak dan menyerang Belanda jika telah mendengar meletusnya
pemberontakan di Sanga-Sanga.24 Lalu dijelaskan juga bahwa di Sanga-Sanga
telah tersusun pasukan dengan kelompoknya masing-masing. Salah satunya
kelompok Angakatan Darat oleh Boedioyo anggota KNIL. Dimana semua
23 Pimpinan di Anggana dipimpin oleh: Marsudi, R. Pringgosoemarto, Sambijo,
dan Sudarsono. Kolonel H. Hassan Basry, Kisah Gerila Kalimantan, Banjarmasin:
Yayasan Lektur Lambung Mangkurat, 1961, hlm, 63.
24 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kelompok-kelompok yang sudah tersusun ini sudah siap tempur untuk menyerang
dan menghancurkan serta merebut tangsi Belanda, bahkan kota Minyak Sanga-
Sanga.
Pada tanggal 26 Januari 1947 tiba-tiba terdengar berita telah terjadi keributan
pada pagi hari di pasar Sanga-Sanga, dimana Herman Runturambe berpakaian
baju kuning yang sedang sarapan nasi kuning di warung telah ketahuan oleh dua
PID.25 Kemudian Herman Runturambe berdiri dan langsung melarikan diri
melalui jalan Nanas Kampung Jawa Distrik VII. Laporan tentang pelarian
pendatang baru tersebut langsung disampaikan kepada Letnan Kisbery, kemudian
satu regu MID atau PID diberangkatkan untuk mengejarnya, dibantu dengan
anjing pelacak untuk mengikuti jejak Herman Runturambe menuju daerah Distrik
VII.
Pada siang hari terlihat sebuah gubuk di hutan Distrik VII oleh pasukan
MID/PID dan pasukan tersebut melihat Soecipto dan satu pejuang lainnya sedang
mencuci beras dipinggir sungai kecil lalu Soecipto pun ditangkap, namun pejuang
satunya berhasil melarikan diri. Soecipto pun langsung disiksa oleh pasukan
MID/PID dan gubuk tempat mereka digeledah dan ditemukan sebuah dokumen
yang berisi nama-nama pejuang dengan cap jempol darah tentang sumpah setia
kepada Bangsa Indonesia.26 Setelah ditanya dan diperiksa oleh pasukan MID/PID
tersebut namun Soecipto tetap tidak menjawab dan tidak mau memberikan
25 Police Intelligence Department.
26 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
keterangan, lalu Soecipto pun ditusuk dengan bayonet dan ditembak mati lalu
diseret dan dibuang di simpang tiga kampung Distrik VII Sanga-Sanga.27
Matinya Soecipto oleh Polisi Belanda dilaporkan kepada Komandan
Detasemen Sanga-Sanga Letnan Kisberydi Samarinda. Anggota-anggota KNIL
yang Pro Republik mengetahui bahwa dokumen-dokumen yang ada pada Soecipto
jatuh ke tangan Belanda. Dan mereka mengetahui pula, bahwa dokumen-dokumen
itu sedang dipelajari oleh Belanda dan tentunya akan dilaporkan kepada atasannya
di Samarinda. Diperkirakan pasti Belanda akan menangkap semua pejuang-
pejuang merah putih yang namanya tercantum dalam dokumen yang telah mereka
kuasai. Maka sebelum Belanda bertindak, pejuang-pejuang yang namanya
terdaftar dalam dokumen tersebut harus mengambil langkah-langkah. Pimpinan
BPRI Soekasmo pun harus disembunyikan dirumah Lurah Kampung Jawa yaitu
Simoen.28
Tanpa diketahui oleh pimpinan BPRI, pada jam 16.00 26 Januari 1947
tersebut tokoh BPRI Sukiman dan tokoh KNIL Pro Republik Soepandri
Ronodiwiryo29 ditangkap oleh MID Belanda.30 Hal ini pun diketahui oleh pejuang
KNIL Boedioyo, ia pun langsung memerintahkan anak buahnya memakai mobil
jeep terbuka dan senjata lengkap untuk pura-pura patroli menuju Distrik V ke
bangsal bekas Heiho, Toekiman salah satu pimpinan BPRI dan beberapa pejuang
lainnya di jemput menuju muara. Disitu di jelaskan bahwa kemungkinan
27 Bayonet adalah pisau belati yang diletakkan di moncong senjata laras panjang.
28 Ibid.
29 Soepandri Ronodiwiryo adalah seorang Pendeta
30 Badan Pengurus Exponen BPRI Sanga-Sanga, op.cit. hlm. 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
besoknya semua pejuang akan ditangkap dan Boedioyo memerintahkan untuk
menurunkan senjata-senjata dan amunisi dan ia menyuruh Toekiman dan pejuang
lainnya untuk berkumpul di rumah R.F. Romokarto seorang pastur. Letnan
Kisbery pun berangkat ke Samarinda meminta bantuan pasukan untuk melucuti
KNIL yang Pro Republik kemerdekaan dan menangkap rakyat yang namanya
tercantum dalam daftar.
Sekitar jam 19.00 Boedioyo menuju tempat terbunuhnya Soecipto dan
menemukan mayatnya disemak-semak. Kemudian jenazahnya dipindahkan ke tepi
jalan di Distrik VII dan sesudah itu ditutupi dengan mantel yang dibawa,
Boedioyo pun langsung menuju kampung Jawa ke rumah kepala lurah Simone. Di
rumah lurah tersebut diadakan rapat rahasia dan BPRI pun mengambil keputusan
kilat, yaitu pemberontakan terhadap kolonialis Belanda harus segera dilaksanakan.
Tidak ada pilihan lagi : “Merdeka atau ditangkap oleh Belanda kemudian dibunuh
atau dipenjara”.
Boedioyo langsung menghubungi Toekiman untuk melaksanakan “Hari
Mantu” sebagai kode dimulainya pemberontakan.31 Pimpinan-pimpinan kelompok
Heiho yang bermarkas di Distrik V memerintahkan semua ketua-ketua kelompok
untuk memberitahukan secara rahasia kepada seluruh bekas Heiho yang tersebar
dikampung-kampung atau pelosok-pelosok agar dalam keadaan siap siaga
menunggu Komando dari pimpinan BPRI untuk bergerak dan merebut kekuasaan
Belanda di Sanga-Sanga. Kesibukan proses perebutan kekuasaan tersebut agar
tidak diketahui oleh kaki-tangan Belanda dikaumflasikan dengan mengadakan
31 Manuntun G, 17 Februari 1991, hlm. 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
keramaian pada hari Sabtu atau malam Minggu tanggal 26 Januari 1947 itu.32
Dimana ditiap-tiap kampung secara serentak diadakan bermacam-macam hiburan
berupa ludruk, Wayang, Ketoprak, Orkes Keroncong dan lain-lain, dimana
kesempatan ini dipakai dan dimanfaatkan para pejuang untuk merebut kota
Minyak Sanga-Sanga.33
Semua kepala kelompok dan Komandan sektor diperintahkan untuk
mengirimkan anak buahnya untuk menerima senjata-senjata api lengkap dengan
pelurunya, yang berasal dari tangsi militer Belanda atas usaha anggota KNIL yang
pejuang Merah Putih. Beberapa pejuang diperintahkan untuk menghubungi
pejuang di Balikpapan melalui Samboja agar disampaikan kepada para pemimpin
perjuangan yang berada di Samboja dan Balikpapan, bahwa perebutan kekuasaan
di Sanga-Sanga akan dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 1947. Pada waktu itu
diterima jawaban dari Samboja dan Balikpapan yang menyatakan akan membantu
sepenuhnya. Namun tidak disadari, bahwa alat-alat komunikasi tersebut di sadap
oleh Belanda dan sejumlah pimpinan BPRI Balikpapan telah ditangkap.
Dari sumber lain Boedioyo mendapat informasi, bahwa akan ada pasukan
yang dikirim ke Sanga-Sanga dari Balikpapan melalui Sungai Tiram.34 Untuk
menyambut kedatangan bantuan itu beberapa pejuang diperintahkan berangkat ke
Gunung Krukut dengan sebuah mobil jeep lengkap dengan senjata api, pelempar
granat dan peralatan komunikasi. Sesampainya di kaki Gunung Krukut mobil jeep
tersebut disembunyikan. Sekitar jam 23.00 terdengar suara barisan yang berjalan
32 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
33 Ibid.
34 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
di atas jalan berbatu. Hal tersebut dilaporkan ke Markas Sanga-Sanga, namun tak
lama kemudian salah satu pejuang menegur dan memberi arahan jalan, tetapi tidak
dijawab. Malah sebagai jawaban terdengar suara tembakan, hal ini langsung
dilaporkan ke Sanga-Sanga. Kedua pelempar Granat mengimbangi tembakan-
tembakan itu dan diarahkan pada tempat datangnya tembakan, hal ini merupakan
kontak senjata pertama tengah malam tersebut. Karena kekuatan tidak seimbang
Boedioyo memerintahkan kembali ke Sanga-Sanga.
Dan untuk daerah Samarinda, salah satu pejuang mendapat perintah dari
pimpinan BPRI agar menghubungi para pejuang di Samarinda. Perintah tersebut
dilaksanakan dengan baik melalui central telepon Anggana dan jawaban dari para
pejuang daerah Samarinda pun sama, mereka akan membantu baik tenaga maupun
materil. Pada jam 24.00 senjata pertama yang dikirim kekampung Soumil diterima
oleh Toekiman, berupa dua pucuk Bren MK I, satu pucuk mortir 5, emapt pucuk
Own Gun dan beberapa pucuk senjata larasa panjang campuran.35
Pimpinan pasukan tempur Boedioyo memerintahkan agar semua pimpinan
kelompok dan komandan sektor segera menyiapkan anak buahnya untuk
ditempatkan pada tempat-tempat yang telah direncanakan sebelumnya. Sekitar
jam 01.00 tanggal 27 Januari pengiriman senjata api gelombang kedua
dilaksanakan dengan baik dan sempurna sesuai dengan rencana. Senjata-senjata
lengkap dengan pelurunya dimuat dalam dua mobil jeep dan diantar langsung oleh
35 Mortir merupakan senjata artileri yang diisi dari depan dan menenmbakkan
peluru dengan kecepatan rendah dan senjata Bren adalah senapan mesin ringan yang
diadopsi oleh Britania pada tahun 1930-an.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
para pejuang ex KNIL. Senjata-senjata tersebut langsung diserahkan kepada
pimpinan kelompok untuk segera dibagi-bagikan kepada anak buahnya.
Setelah mereka mendapatkan senjata lengkap dengan pelurunya, mereka
diperintahkan menduduki pos-pos yang telah ditentukan pada jam 02.00 dengan
memakai lencana Merah Putih disebelah kanan dada. Kemudian diadakan rapat
kilat yang dihadiri oleh unsur-unsur pimpinan seperti Boedioyo, dan lain-lain.
Dalam rapat tersebut semua tokoh-tokoh pejuang setuju melakukan
pemberontakan dan menduduki tangsi KNIL.36 Diinstuksikan kepada orang-orang
yang pro Republik yang bekerja di tangsi Belanda supaya berhati-hati dan
mengawasi gerak-gerik orang-orang yang menjadi budak Belanda.
Setelah rapat kilat antara pejuang selesai, diadakan lagi rapat khusus dengan
anggota KNIL yang pro Republik untuk mengadakan langkah-langkah yang lebih
tegas. Soekamso menekankan agar dalam perebutan tangsi KNIL tersebut,
Boedioyo langsung bertindak sebagai komandan sesuai dengan pengetahuan
Militer yang telah dimilikinya. Dikarenakan ia mengetahui pasti situasi tangsi
karena sudah seperti rumah sendiri. Kediaman orang-orang penting dan para
pejabat Belanda seperti Letnan Kisberry dan lain-lain sudah diketahui dengan
pasti. Semuanya ini untuk memudahkan pelaksanaan tugas dalam perebutan
kekuasaan dan penangkapan pejabat-pejabat KNIL dan Belanda tersebut.
Sementara itu koordinasi dan arus informasi antara para pejuang terus
berlangsung dan masing-masing mengikuti perkembangan dan siap menuggu
perintah. Lalu kepala komandan setiap kelompok dari Distrik ujung sampai
36 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Distrik VII diperintahkan untuk mengadakan aksi-aksi persiapan, pasang telinga,
dan mata yang lebar guna pengamanan demi suksesnya perebutan kekuasaan yang
tak lama lagi akan dilakukan. Begitu juga kepada para pembantu rumah tangga
yang bekerja untuk Belanda diinstruksikan oleh pimpinan BPRI, dengan cara
apapun mencari dan merebut senjata para pejabat Belanda untuk diserahkan
kepada pejuang Merah Putih.37
Golongan ini memang pada umumnya sudah memiliki kesadaran penuh
sebagai golongan yang paling merasakan penghinaan para majikan. Mereka
bahkan mendesak pimpinan BPRI supaya segera memberontak, merebut
kekuasaan dan bebas dari cengkeraman koloni Belanda. Mereka juga telah
mendengar siaran radio pemberontak Bung Tomo yang menyerukan agar laki-laki
dan perempuan baik di Jawa, Sumatera maupun diseluruh pelosok tanah air segera
angkat senjata melawan Belanda.38
C. Pertempuran dimulai dari merebut tangsi KNIL
Pada malam sebelumnya yang sudah ditentukan, Boedioyo dan beberapa
anggota lainnya sudah menghubungi pasukan keamanan untuk segera
mempersiapkan kendaraan untuk sewaktu-waktu dipergunakan demi kelancaran
operasi. Bagian alat komunikasi juga sudah siap dengan petugasnya masing-
masing untuk kepentingan perjuangan. Soekasmo juga sudah mempersiapkan para
pejuang untuk siap tempur pada hari H dan masing-masing sudah mendapat tugas
37 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
38 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
yang harus dilaksanakan dan siap untuk menguasai kota minyak Sanga-Sanga dari
tangan Belanda.39
Para pejuang pun bergerak mengepung Detasemen KNIL Sanga-Sanga yang
dipimpin langsung oleh Boedioyo, pada saat itu komandan jaga adalah saudara
Soemiran dan anak buahnya. Boedioyo memerintahkan jangan sampai ada yang
melakukan tembakan, bergerak melalui sela-sela tangki minyak, melewati pompa
air serta melintasi kantor BPM. Para pejuang satu persatu sudah berjaga dipos
masing-masing dan menunggu tanda dari komando jaga Soemiran. Beberapa
pejuang pun memasuki sel Barat di tangsi KNIL untuk mengeluarkan pejuang
yang ditahan anatara lain Soekiman dan Ronodiwiryo yang merupakan anggota
BPRI sekaligus anak buah Soekasmo dan pejuang tersebut dalam kondisi
badannya yang babak belur berlumuran darah. Setelah itu para pejuang tinggal
hanya menangkap para begundal-begundal Belanda KNIL yang merupakan
sebagai kaki tangan Sersan Mayor Van Heck dan Letnan Kisbery.40
Komandan jaga pejuang KNIL Soemiran dengan empat pejuang lainnya
memakai seragam KNIL untuk mengetuk pintu Kopral Soeparman, mereka
mengatakan bahwa Kopral Soepraman dipanggil untuk menghadap Sersan Mayor
Van Heck namun Soepraman minta waktu untuk berpakaian terlebih dahulu.41
Pada saat keluar Kopral Soepraman langsung disergap oleh ke empat pejuang
tersebut dan diseret masuk ke sel penjagaan, lalu diinjak-injak hingga tewas.
39 Manuntun G, loc.cit. hlm 6.
40 Sersan Mayor Van Heck merupakan Komandan MID/PID dan Letnan Kisbery
merupakan Komandan Detasemen Sanga-Sanga.
41 Kopral Soepraman merupakan anggota MID/PID dan kaki tangan dari Sersan
Mayor Van Heck.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Setelah itu para pejuang menuju ke kamar Prajurit Saman, Soemiran mengetuk
pintu dan mengatakan bahwa ada telpon dari Sersan Mayor Van Heck untuknya,
namun Prajurit Saman menduga kemungkinan ia diperintahkan untuk segera
berangkat ke Samarinda. Pada saat keluar pintu kamar langsung disergap dan
ditutup mulutnya agar tak berteriak, dan langsung diseret ke sel penjagaan lalu
disiksa hingga tewas.
Prajurit Saman adalah orang yang menikam Soecipto dengan Bayonet sewaktu
disarang Distrik VII.42 Soeparman dan Saman tidak mengetahui bahwa semua
yang berbaju KNIL adalah pejuang BPRI yang semuanya dendam kepada para
begundal Belanda. Lalu tiga kendaraan truk militer yang dipimpin oleh Kopral
Soewito siap menunggu didepan pos penjagaan. Semua anak, ibu, kakek, dan
nenek dibawa ke kampung Distrik VII untuk menghindari serangan balik tentara
Belanda. Semua peralatan dapur, beras, dan gula dibawa dari gudang tangsi yang
dibongkar oleh Kopral Soewito. Tugas Kopral Soewito adalah membuat dapur
umum untuk para anggota keluarga untuk mencegah anggota keluarga dari
kelaparan.
Sekitar jam 05.00 pagi Boedioyo memerintahkan anggotanya untuk
menjemput pejuang dari Balikpapan dengan dua kendaraan jeep. Sebelum sampai
ke tangsi Boedioyo memerintahkan berhenti dikarenakan para pejuang dari
Balikpapan tersebut meragukan perjuangan Boedioyo dan kawan-kawan. Lalu
Boedioyo bermaksud menyadarkan mereka pejuang Balikpapan bahwa semua ini
demi Bangsa dan Negara tercinta termasuk daerah asal para pejuang tersebut.
42 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Pada jam 06.30 terlihat dua anggota KNIL Belanda berjalan kaki menuju
tangsi untuk laporan. Sesampainya didepan pos penjagaan disambut dengan sikap
tegak Komandan jaga Soemiran yang melaporkan keadaan aman dalam bahasa
Belanda dengan hormat terpatah-patah.43 Namun tiba-tiba muncul 3 anggota
pejuang yang memakai seragam KNIL bersenjata pistol otomatis meneriak angkat
tangan dan jangan mencoba melawan. Kedua anggota KNIL Belanda tersebut
dilucuti senjatanya dan dimasukan kedalam sel. Tak lama kemudian muncullah
Sersan Mayor Van Heck berjalan kaki membawa pedang dan pistol. Sesampainya
di pos penjagaan disambut dengan laporan Soemiran dengan tegap dan hormat
terpatah-patah bahwa keadaan aman. Namun kembali muncul tiga pejuang tadi
dengan tiba-tiba untuk melucuti senjata Sersan Mayor Van Heck dan memasukan
ke dalam sel.44
Di sisi lain beberapa pejuang melaporkan bahwa sersan-sersan yang tinggal di
luar pagar tangsi ada yang berhasil lolos dari penangkapan. Diantara mereka
termasuk Van Nierop yang merupakan wakil dari Letnan Kisberry. Boedioyo
langsung segera memerintahkan untuk mengejar mereka dan berusaha jangan
sampai lolos. Pasukan pejuang langsung mengejar menuju kearah Distrik V dan
nampak sebuah kendaraan pick up BPM bersiap mau kabur, lalu para pejuang
mencegatnya dan mengeledah kendaraan itu dan terdapat dua senjata laras
panjang dan beberapa granat didalamnya.45 Kemudian pejuang melihat lagi
sebuah kendaraan warna hitam yang siap di pinggir jalan dan melihat bahwa itu
43 Badan Pengurus Exponen BPRI Sanga-Sanga, loc.cit. hlm. 66.
44 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
45 Manuntun G, loc.cit. hlm, 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
adalah Van Nierop. Begitu melihat pejuang, kendaraan itu langsung melaju
menuju ke arah Distrik V.
Di belokan Distirk IV Toekiman yang ikut dalam pengejaran menembakkan
senjata ke arah kendaraan Van Nierop, tetapi tidak kena sasaran dikarenakan
embun pagi yang sangat tebal. Kemudian Toekiman menyuruh memberhentikan
kendaraan dan memerintahkan beberapa pejuang agar kembali ke tangsi untuk
dilaporkan kepada Boedioyo bahwa orang-orang Belanda itu tidak sempat
ditangkap dan lolos masuk hutan Muara Ujung. Lalu Boedioyo memerintahkan
pasukan-pasukan pejuang yang dilengkapi dengan senjata laras panjang dan satu
mortir dengan personil, satu seksi Heiho, satu regu KNIL dan satu kelompok
Polisi dibawah pimpinan Toekiman dan Soemiran untuk mempertahankan Muara
dan membuat kubu pertahanan Muara Ujung, Muara Jembatan dan Gunung
Merah.46
Setelah tangsi KNIL dapat direbut dan jatuh ketangan pejuang BPRI maka
tangsi KNIL penuh dengan rakyat dan pejuang yang ramai, keluar masuk tangsi.
Mereka mengambil senjata dari gudang senjata untuk bersiap-siap
mempertahankan tiap jengkal tanah yang telah direbut. Kendaraan-kendaraan juga
keluar masuk dari tangsi mengangkut senjata-senjata untuk dibagi-bagikan kepada
para pejuang yang menempati pos-pos pertahanan.47 Pada saat itu tangsi KNIL
belum berkibar bendera Merah Putih. Soekasmo selaku pimpinan umum BPRI
menginstrusikan kepada para pejuang untuk mengibarkan bendera Merah Putih
46 Ibid.
47 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dengan merobek warna Biru pada bagian bendera. Upacara pengibaran bendera
Merah Putih dilaksanakan dengan tertib dan dipimpin oleh Boedioyo, selanjutnya
Soekasmo memberikan amanat yg isinya antara lain agar rakyat bersama-sama
dengan para pejuang turut serta mempertahankan kota Sanga-Sanga yang telah
direbut dari kekuasaan kolonial Belanda dan semuanya harus berjuang terus
dengan semboyan lebih mati daripada dijajah kembali oleh Belanda.
Setelah upacara selesai kemudian ditunjuk beberapa orang anggota BPRI
untuk bertugas pada berbagai bagian di markas BPRI yaitu: R.F. Soekarto, Kapten
Fathamsyah, Abdullah Thomas dan Soekiman.48 Para pengawal perusahaan
minyak ex BPM berkebangsaan Indonesia sebelum melaksanakan tugasnya
berkumpul di markas BPRI untuk mendapatkan pengarahan dari pimpinan BPRI.
Dalam kesempatan tersebut pimpinan BPRI mengatakan:
“Saudara-saudara sekalian, sekarang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di
Sanga-Sanga telah kita buktikan. Sebagaimana saudara-saudara maklum, Sanga-
Sanga telah diduduki oleh Barisan Pembela Rakyat Indonesia (BPRI) dan
kekuasaan Belanda di Sanga-Sanga telah kita hancurkan. Sebentar lagi mungkin
Samarinda akan segera menyusul. Karena kami telah menyerukan kepada saudara
Soedirin dan kawan-kawan untuk merebut Kota Samarinda dari kekuasaan
kolonial Belanda. Selanjutnya kami juga mengharapkan supaya roda perusahaan
ex BPM yang berganti nama menjadi Perusahaan Minyak BPRI jalan terus tanpa
ada hambatan. Perusahaan minyak ini kepunyaan kita, kepunyaan saudara-saudara
sekalian dan kami mengharapkan bekerjalah seperti biasanya untuk mencegah
macetnya produksi minyak sebagai sumber yang vital untuk perjuangan kita
semua. Saudara-saudara pejuang BPRI yang bertempur digaris depan supaya tetap
bertempur. Semuanya, selamat bekerja dan berjuang terus sampai titik darah
penghabisan.”49
48 Kapten Fathamsyah merupakan wakil kepala staf BPRI dan Abdullah Thomas
merupakan sekretaris BPRI.
49 Demikian pidato Pimpinan BPRI Soekasmo, Badan Pengurus Exponen
BPRI Sanga-Sanga, loc.cit. hlm. 177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Setelah pimpinan BPRI memberikan penjelasan dan wejangan, kemudian
diadakan rapat dengan tokoh-tokoh pimpinan pejuang seperti Boedioyo,
Soepandri Ronodiwiryo, Soekiman, R.F. Soekarto, dan lain-lainnya. Rapat
tersebut merumuskan langkah-langkah dalam mempertahankan kota Sanga-Sanga
dari serangan mush. Diperkirakan Belanda pasti kembali dan akan menyerang dari
arah muara dan sungai. Di markas tangsi KNIL yang sudah menjadi markas BPRI
banyak sekali pekerjaan administrasi mengenai membuat pengumuman-
pegumuman kepada masyarakat tentang pemerintahan Republik Indonesia di
Sanga-Sanga yang sudah merdeka.
Selain mengenai administrasi di markas ex KNIL Belanda juga disibukkan
tentang pemberian latihan-latihan kepada para pejuang BPRI yang belum
mengerti cara menggunakan senjata, lalu juga disibukkan dengan pengiriman
makanan untuk pasukan di garis depan dan lain-lain yang berhubungan dengan
kepentingan masyarakat dan pertahanan. Kepala penjawat atau kepala camat
Onderdistrict Sanga-Sanga, Awang Ishak datang melapor ke pimpinan BPRI di
markas BPRI dan menyerahkan pemerintahan yang dipimpinnya kepada pimpinan
BPRI.50 Penyerahan ini disaksikan oleh staf pemerintahan dan staf BPRI. Oleh
pimpinan BPRI diterima dan kemudian diserahkan kembali kepada Awang Ishak
untuk menjalankan pemerintahan sipil.51 Kepadanya dimanfaatkan untuk
melanjutkan pekerjaan pemerintahan agar tidak terjadi stagnasi.52
50 Onderdistrict adalah daerah kecamatan. https://kbbi.web.id/onderdistrik.html
51 Manuntun G, loc.cit. hlm 6.
52 Stagnasi artinya keadaan terhenti. https://kbbi.web.id/stagnasi.html
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Pimpinan markas BPRI juga memerintahkan kepada beberapa petugas agar
semua gudang-gudang, bengkel dan rumah-rumah Belanda atau orang asing di
Sanga-Sanga supaya diberi plakat milik Republik Indonesia dan diharuskan dijaga
agar jangan sampai terjadi pencurian, pembakaran dan lain-lain yang merugikan
perjuangan rakyat Sanga-Sanga. Sementara itu pembantu-pembantu yang bekerja
di rumah-rumah Belanda bergerak sesuai dengan tugas yang direncanakan oleh
pimpinan BPRI untuk langsung menangkap pegawai BPM berkebangsaan
Belanda baik laki-laki maupun perempuan, baik yang sudah dewasa maupun
masih anak-anak semuanya digiring ke gedung Sandisa untuk dijadikan
tawanan.53
Gerakan selanjutnya adalah menuju ke tangsi MID/PID di Distrik IV bekas
bangsal BPPD. Ditempat ini para pejuang BPRI mendapat perlawanan
dikarenakan Letnan Kisberry bersembunyi disitu, dengan bantuan anak buahnya
mereka dapat meloloskan diri dari kepungan dan tembakan-tembakan para
pejuang BPRI. Akhirnya tangsi MID/PID dapat dikuasai dan Soemiran
menjelaskan kepada anggota-anggotanya, bahwa Sanga-Sanga sekarang telah
dikuasai oleh BPRI.54 Setelah anggota-anggota MID/PID sadar akan kenyataan,
maka semua senjata diserahkan kepada para pejuang. Bendera merah, putih, biru
pun diambil dan disobek warna birunya lalu dikibarkan bendera Merah Putih di
tangsi MID/PID. Sudah jelas bahwa daerah Sanga-Sanga dan sekitarnya telah
53 “Sandisa” adalah singkatan dari Sandiwara Sanga-Sanga.
54 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dikuasai oleh pejuang kemerdekaan Republik Indonesia sejak hari Minggu tanggal
27 Januari 1947 pada pagi hari.
Sementara di markas BPRI dan di Distrik Louise para pejuang ex KNIL yang
tergabung dalam BPRI dengan giat memberikan pelajaran menembak, melempar
granat dan teknik bertempur kepada rakyat yang sudah dipersenjatai. Sekitar siang
hari, Soekasmo, Boedioyo, dan Soekiman memeriksa keadaan di Muara Ujung,
Louise dan sentral Listrik sambil mengatur pertahanan untuk menangkal jika
musuh berusaha masuk kembali ke Sanga-Sanga. Setelah pemeriksaan selesai,
rombongan pun menuju ketempat tawanan Belanda di Gedung Sandisa. Disini
Soekasmo dan Soekiman memeriksa para tawanan Belanda beserta keluarganya.
Mereka yang ditawan di gedung Sandisa terdiri dari orang-orang Belanda BPM
beserta keluarganya yang bukan tentara.55 Mereka diperlakukan secara baik dan
jaminan yang cukup. Begitu pula tawanan-tawanan tentara KNIL Belanda dan
Polisi Belanda diperlakukan dengan baik, asal mereka tidak melawan.
Di sisi lain Boedioyo yang tidak ikut memeriksa tawanan, mulai
memerintahkan para pejuang untuk menduduki pos-pos pertahanan, sesuai dengan
pengetahuan dan kemampuan yang mereka miliki tentang taktik perang.56 Pos I
yang terletak di Ujung Muara dibawah pimpinan Lomban ex KNIL dibantu oleh
beberapa bekas Heiho dan rakyat yang dipersenjatai. Di Pos II yang terletak di
Muara Jembatan dipimpin oleh Toekiman dan dibantu beberapa orang bekas
Heiho dan rakyat yang dipersenjatai. Dan Pos yang terakhir pos III terletak di
Gunung Merah dipimpin oleh Soemiran.
55 Ibid. 56 Badan Pengurus Exponen BPRI Sanga-Sanga, op.cit., hlm, 25.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Peristiwa lain pun menyusul sementara para pejuang disibukkan dengan
pengaturan pertahanan, membagi tenaga, terdengar suara kapal yang akan
merapat, para pejuang bersiap-siap kembali untuk menembak dan ternyata
memang kapal militer yang merapat penumpangnya adalah seorang Letnan yang
dikawal empat anggota KNIL dari Samarinda.57 Enam pejuang dari Pos II yang
dipimpin oleh Toekiman langsung melucuti semua senjata musuh dan mereka
adalah utusan yang membawa gaji anggota KNIL Detasemen Sanga-Sanga.
Setelah itu sebuah kapal Belanda yang bertuliskan Zee Arend mengarah ke Sanga-
Sanga, semua pejuang melihat tanda bahaya dan siap tempur.58 Selesai kapal
merapat dan ikat tali dijembatan muara tersebut langsung para pejuang dari atas
Gunung Merah membak, maka terjadilah pertempuran pertama kali di muara
Sanga-Sanga dan pimpinan yang berada di kapal tersebut mundur kearah muara
ujung. Pertempuran terhenti dan sementara dianggap aman.
Pada waktu para pejuang sedang menyusun pertahanan pada posnya masing-
masing dengan tidak disangka-sangka, Lomban pimpinan pos I beserta dua orang
kawannya bergabung dengan Algemene Polisi Belanda, dengan memakai perahu
milik penduduk dan melarikan diri ke tengah laut Anggana.59 Hal ini dapat terlihat
dari Pos III Gunung Merah dan dilaporkan ke markas BPRI. Peristiwa
penghianatan ini telah membuat beberapa pejuang gugur. Sore harinya di Pos
Muara Jembatan dan Gunung Merah ditembaki kapal musuh dengan mortir berat
dan senapan mesin dari kapal musuh. Hal ini dikarenakan musuh telah dibantu
57 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
58 Manuntun G, loc.cit. hlm 6.
59 Badan Pengurus Exponen BPRI Sanga-Sanga, loc.cit. hlm. 87.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dan dipandu oleh para penghianat pejuang dari Pos Muara Ujung yang
mengetahui semua lokasi pertahanan pejuang.
Para pejuang terus mengadakan perlawanan dan bertempur hingga larut
malam tanpa makan karena belum mendapat kiriman makanan dari markas.
Kapal-kapal perang Belanda berdatangan dan mulai bolak-balik di Muara Sanga-
Sanga sambil menembaki pertahanan rakyat Sanga-Sanga. Di sektor lain seperti
pertahanan sentral listrik, Louise, Distirk IV, V, dan VI atau Kampung Jawa para
pejuang terus siap siaga menghadapi serangan musuh. Pada hari pertama Belanda
belum dapat menembus pertahanan Muara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB IV
KEADAAN SANGA-SANGA SETELAH JATUHNYA KEKUASAAN
BELANDA
A. Perang Masih Berlanjut
Sehari setelah jatuhnya kekuasaan Belanda di Sanga-Sanga pada hari
Senin tanggal 28 Januari 1947, suasana di Sanga-Sanga tenang seakan-akan
tidak terjadi apa-apa. Pemerintahan sepenuhnya dikuasai oleh pejuang
kemerdekaan Republik Indonesia dengan Awang Ishak sebagai kepala
pemerintahan sipil sementara.1 Pekerja minyak bekerja seperti biasanya
begitupun juga dengan warung di pasar tetap berjualan seperti biasa. Pada
pagi hari tanggal 28 Januari 1947 di markas BPRI, para pimpinan dan
anggota yang tidak bertugas hadir dan rencananya untuk mengadakan
upacara bendera dibawah pimpinan Soepandri Ronodiwiryo dan Boedioyo.2
Pada kesempatan tersebut pimpinan umum BPRI Soekasmo mengucapkan
terima kasih kepada para petugas serta pimpinan-pimpinan sektor pertahanan
dan tak lupa juga kepada kepala pemerintahan Awang Ishak yang dapat
bekerja sama.
Saat bendera merah putih hendak dikibarkan salah satu pejuang dari seksi
perkapalan memberitahu kepada pimpinan BPRI untuk tidak melakukannya,
dikarenakan demi terjaminnya keamanan markas tersebut dari serangan udara
1 Badan Pengurus Exponen BPRI Sanga-Sanga, Sanga-Sanga, Balikpapan :
Yayasan 27 Januari Balikpapan, 1982, hlm, 145.
2 Wawancara dengan H. Soedjoko, tanggal 27 November 2017, di Jalan Sumber
Mulia RT 062 No 14 Muara Rapak, Balikpapan Utara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
musuh dan untuk keselamatan rakyat.3 Setelah dipertimbangkan pimpinan
umum BPRI memutuskan tidak mengibarkan bendera di halaman markas
BPRI. Selanjutnya para pimpinan berkumpul diruangan markas untuk
membicarakan situasi. Dimana musuh ternyata mulai mendarat di muara
Sanga-Sanga. Komandan pasukan yang berada di muara segera melaporkan
bahwa pertahanan sudah diatur dengan baik dan menduduki tempat-tempat
strategis. Begitupun persiapan kalau pasukan terdesak, tempat
pengundurannya telah diatur.
Sejak semalam sampai subuh pertahanan muara mendapat serangan
tembakan-tembakan senjata berat dari kapal musuh. Para pejuang yang
bertempur mempertahankan Sanga-Sanga di muara ujung mulai letih dan
mulai kelaparan karena belum adanya pengiriman makanan ke lokasi
pertempuran.4 Setelah dirundingkan, pimpinan pertempuran Boedioyo
memerintahkan pasukan pertahanan mundur ke pos dekat sentral listrik atau
di gunung bekas lubang benteng pertahanan Jepang bergabung dengan
pasukan lainnya. Di sentral listrik pasukan yang dipimpin oleh Toekiman dan
Soemiran baru mendapatkan makanan dan minuman. Pasukan-pasukan yang
tadi baru tiba langsung bergabung dengan pasukan sentral listrik untuk
menyusun kembali formasi pertahanan yang lebih kuat.
Belanda pun mulai menurunkan pasukannya dari Sepinggan, Balikpapan,
penurunan pasukan KNIL ini menggunakan kapal ex Jepang dan dilindungi
3 Ibid.
4 Manuntun G, 17 Februari 1991, hlm. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
kapal perang Belanda.5 Untuk melindungi pasukan yang sedang mendarat,
kapal perang Belanda tiada henti-hentinya menembakkan mortir dan
canonnya dari jarak jauh, yang diarahkan ke pertahanan BPRI. Kapal perang
tersebut berlindung dibalik Tanjung una, di seberang Anggana. Para pejuang
tidak dapat membalas karena diluar jangkauan jarak tembak. Oleh karena itu
mereka menunggu sampai musuh mendekat sampai jarak tembak senjata
yang mereka miliki. Pasukan musuh pun berjalan dan menyusuri mendekati
sentral listrik dan mereka bermaksud memblokade dan menyerang pertahanan
BPRI.
Pejuang BPRI pun akhirnya mendapat perintah dari pimpinan untuk
menembak musuh dan terjadilah pertempuran sengit selama berjam-jam.
Serangan yang sengit tersebut diluar dugaan pihak musuh dan memaksa
mereka mundur dengan meninggalkan korban yang cukup banyak. Sementara
masing-masing pasukan sedang berkomunikasi, tidak disangka-sangka ada
sebuah truk datang dari arah Sanga-Sanga menuju ke muara dengan
kecepatan tinggi. Para pejuang yang sedang diatas gunung dalam lubang
pertahanan berusaha mencegah dengan isyarat melambai-lambaikan
saputangan agar berhenti karena didepan ada musuh yang berlindung. Setelah
truk tersebut melewati garis pertahanan pejuang, truk tersebut mendapat
tembakan dari musuh sehingga truk tersebut terbalik. Para pejuang diatas
gunung tersebut tidak tau truk yang berisi tersebut diperintahkan oleh siapa,
sehingga hal tersebut terjadi.
5 Kolonel H. Hassan Basry, Kisah Gerila Kalimantan, Banjarmasin: Yayasan
Lektur Lambung Mangkurat, 1961, hlm, 50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Truk pejuang yang terbalik tersebut mau dibakar oleh musuh, kemudian
para pejuang yang bersembunyi di gunung tersebut langsung menyerang
dengan senjata laras panjang dan granat. Serangan balasan pasukan pejuang
membuat musuh mundur, setelah dianggap aman sebagian para pejuang
melakukan pengamanan terhadap truk yang terbalik dan sebagian lagi
menolong pejuang-pejuang yang menjadi korban. Ternyata didalam truk
tersebut masih ada pejuang yang hidup namun dalam keadaan luka berat. Dia
sempat menjelaskan, bahwa markas BPRI telah menerima telpon dari muara,
minta diantarkan makanan dan peluru. Rupanya yang menghubungi markas
adalah pihak musuh yang menyamar. Sekitar jam 13.00 Boedioyo datang ke
lokasi untuk menginspeksi peristiwa pertempuran digaris depan dan daerah
pertahanan.6
Setelah melihat apa yang terjadi, Boedioyo langsung memberi perintah
untuk pasukan-pasukan yang berada digaris depan supaya segera diganti
dengan pasukan yang masih fit, dan memberi perintah juga untuk memasang
ranjau dan pemasangan kawat yang dialiri aliran listrik disekitar muara dan
tepian.7 Tak lama kemudian, datanglah beberapa kendaraan truk yang
mengangkut pejuang sebagai pasukan pengganti. Mereka adalah pemuda-
pemuda yang berasal dari kampung Sanga-Sanga dalam yaitu kampung jalan
nanas, kampung jawa, kampung soumil dan lain-lain. Pasukan pejuang yang
masih bugar ini langsung dipimpin oleh pimpinan tempur Boedioyo. Sebelum
6 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit..
7 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
pasukan yang akan diganti meninggalkan daerah pertahanan diterima laporan
dari pasukan pegintai yaitu Amrin dan Said, bahwa ada tanda-tanda musuh
sudah siap menyerang kembali. Laporan tersebut diterima dan langsung
dianilisis untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Sekitar sore hari pasukan
pengintai di pos III tanah merah muara Sanga-Sanga melaporkan bahwa ada
dua kapal Landing sedang menuju kearah jembatan muara dekat tanah
merah.8 Tidak lama kemudian pasukan pejuang yang dipimpin oleh pimpinan
tempur itu mendapat serangan musuh dengan tembakan-tembakan mortir dan
canon dari kapal Landing. Sampai jarak yang sangat dekat pasukan pejuang
mulai dihujani dengan tembakan senjata berat musuh. Dengan adanya
serangan-serangan tersebut maka Boedioyo langsung menghubungi ke
markas untuk meminta bantuan senjata.
Pimpinan markas Kapten Fathamsyah segera mengirimkan senjata beserta
amunisinya dengan kendaraan melalui jalan-jalan yang penuh dengan
tembakan. Para pejuang umumnya tidak memiliki taktik perang sama sekali.
Mereka hanyalah rakyat biasa yang hanya mengandalkan semangat untuk
bertempur demi cita-cita Bangsa. Hanya beberapa orang pejuang bekas Heiho
yang pernah mendapatkan pendidikan militer dari Jepang dan ini merupakan
pasukan inti. Tanpa disadari musuh sudah mulai masuk dan menghadang lalu
lintas pengiriman logistik kegaris depan. Usaha untuk menghambat gerak
musuh dengan aliran listrik dari sentral listrik rupanya sudah diketahui
musuh, sehingga mereka mengarahkan tembakan-tembakan mortirnya kearah
8 Kapal Landing adalah sebuah kapal perang amfibi yang meluncurkan,
membawa dan mendaratkan elemen kekuatan darat untuk misi-misi perang gerak cepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
sentral listrik dan memecahkan tangki solar dari pusat listrik tersebut.
Padamlah seluruh aliran listrik di Sanga-Sanga dan pada malam hari menjadi
gelap. Sampai larut malam pertahanan di gunung dekat sentral listrik musuh
masih terus-menerus menembakkan peluru mortir dan canon mereka. Para
pasukan pejuang berlindung di pertahanan bekas Jepang yang sangat kokoh,
tidak tertembus oleh musuh dan hanya suara dari musuh yang menyerukan
lebih baik menyerah maka pemerintah Belanda akan memberi ampunan
kepada anggota KNIL yang memberontak di Sanga-Sanga.9
Pimpinan pasukan tempur mengingatkan para pejuang untuk sedikit
menghemat amunisi dikarenakan komunikasi dengan markas tidak
memungkinkan karena telah disadap oleh musuh. Bantuan tambahan amunisi
dan makanan juga tidak mungkin sampai ke lokasi pertempuran dan beberapa
pejuang lain juga sedang sibuk menghadapi serangan musuh yang datang dari
berbagai arah. Boedioyo berunding dengan pejuang-pejuang bekas Heiho,
sebab ada beberapa pejuang yang terluka akibat ledakan mortir musuh. Salah
satu bekas Heiho itupun memberi tau kepada Boedioyo bahwa ada jalan
pintas yang dapat membawa mereka keluar. Kemudian pasukan dibawah
pimpinan Boedioyo pun mundur melalui jalan pintas, ketika mereka sudah
mendekati kampung Distrik Louise mereka diperintahkan untuk berhenti
dikarenakan pimpinan kuatir mendekati distirk tersebut. Karena Distirk
Louise sedang bentrok dengan pasukan yang mempertahankan daerah
9 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
tersebut dan takut terjadi kesalahpahaman dan bisa menyebabkan
pertempuran sesama kawan.
Pada hari Selasa tanggal 29 Januari 1947 merupakan hari ketiga
mempertahankan Sanga-Sanga dari cengkeraman tentara Belanda sejak
malam hingga pagi musuh tidak menyerang secara frontal, tetapi sekitar jam
08.00 musuh mulai menyerang dari berbagai arah dalam jumlah besar dan
pertempuran pun kembali berkobar disepanjang dermaga.10 Pasukan yang
bertahan di Distrik Louise dipimpin oleh Sapari Dedemus yang merupakan
ex KNIL dan juga dibantu pasukan ex Heiho mereka melakukan perlawanan
tanpa dukungan senjata bren atau senapan mesin ringan, karena rusak dan
masih diperbaiki di markas BPRI. Serangan musuh semakin banyak dan
tidak dapat diimbangi kekuataan pasukan pertahanan BPRI. Pertahanan
pejuang pun akhirnya berhasil ditembus oleh pasukan musuh dari Samarinda
dan Balikpapan. Untuk menghindari korban yang lebih banyak, maka
pasukan pejuang melakukan pertempuran penghambatan. Mereka mundur
sambil melakukan penembakan-penembakan kearah musuh untuk
menghambat gerak musuh dan melindungi pasukan yang sedang mundur
secara teratur.
Banyak anak-anak, ibu-ibu bersembunyi dan berlindung di sepanjang pipa-
pipa minyak dan parit. Semuanya ditangkap, diperiksa dan ditanyai satu
persatu dengan nada kasar: “Apakah kamu pemberontak ? kemana larinya
para pemberontak ?” dan mereka yang dianggap pejuang langsung dibunuh
10 Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
ditempat.11 Setiap kelompok demi kelompok pasukan pejuang mengundurkan
diri dan mereka sampai di daerah Tanjung Priuk. Salah satu pejuang melapor
ke markas BPRI bahwa kampung Distrik Louise sudah sepenuhnya diduduki
oleh pihak musuh. Mendengar laporan tersebut, pimpinan umum BPRI
Soekasmo dan pimpinan tempur Boedioyo dan Soepandri Ronodiwiryo
mengirimkan bantuan dengan mengendarai kendaraan Jeep berupa senjata
Bren dan pasukan penembak Toekiman dibantu dengan beberapa anggota
lainnya.12
Setelah sampai di lokasi mereka turun dan mempersiapkan diri untuk
menghadang musuh di atas bukit. Lalu beberapa pejuang lainnya ditugaskan
sebagai pengintai dan mereka bersembunyi di parit untuk melihat datangnya
musuh. Beberapa saat kemudian terdengar suara musuh sedang memberikan
perintah dalam bahasa Belanda. Setelah dilihat musuh yang ditunggu datang
dari arah Distrik Louise dan pasukan pengintai langsung memberi isyarat.
Dalam waktu yang bersamaan datang sebuah truk penuh dengan penumpang
dan ternyata mereka adalah para pejuang yang dikirim oleh markas BPRI
untuk membantu pertahanan di Tanjung Priuk. Dalam perjalanan pasukan
bantuan tersebut mendapat tembakan dari musuh, truk tersebut berusaha
menghindar dari serangan musuh dan terpaksa mengubah arah menuju ke
Distrik IV agar selamat. Pasukan Belanda pun tidak tinggal diam, mereka pun
mengejar truk tersebut lengkap dengan senajata mereka. Setelah musuh
11 Ibid.
12 Manuntun G, 17 Februari 1991, hlm. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
makin mendekat pasukan Toekiman mulai melancarkan tembakan mereka
dari atas bukit, beberapa musuh pun tewas dan tergeletak di jalan.
Beberapa pejuang tanpa pikir panjang langsung turun mendekati musuh
dan mengambil senjatanya. Setelah selesai mengambil senjata dari musuh,
mereka langsung naik kembali keatas bukit untuk menghindari tembakan-
tembakan musuh yang kembali menyerang. Pihak musuh mengetahui
kedudukan kelompok pejuang diatas bukit, mereka pun langsung menembaki
ke kubu pejuang tersebut. Serangan dari musuh tersebut memaksa para
pejuang mundur dan meninggalkan pertahanan dan bergabung dengan
kelompok dari Distrik IV dan V, kemudian mereka menyusun formasi
pertahanan kembali. Pada saat itu ada sebuah mobil pick up hitam bertuliskan
Van Niroop melaju ke arah Distrik Louise dan langsung ditembak oleh
pejuang sehingga mobil tersebut masuk ke parit.13 Salah satu pejuang
langsung memeriksa mobil tersebut untuk mengambil senjata musuh dan
ternyata didalam mobil tersebut ada Letnan Kisbery beserta beberapa
anggotanya yang masih hidup. Lalu terjadi penembakan yang menyebabkan
salah satu pejuang tersebut tewas.
Sementara itu datanglah bantuan pasukan yang dikirim oleh markas BPRI
untuk memperkuat pertahanan, mereka menuju ke tempat pertahanan dengan
berjalan kaki. Sesampai di lokasi mereka mendapat tugas untuk membuat
lubang-lubang pertahanan untuk berlindung sambil menunggu perintah lebih
lanjut dari pimpinan. Pasukan KNIL Belanda pun mengerahkan pasukannya
13 Manuntun G, 17 Februari 1991, loc.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dalam jumlah besar pada sore hari. Pasukan dari Balikpapan tersebut
bergerak menuju ke Distrik IV dan menyusup ke kampung-kampung untuk
mengepung Sanga-Sanga dan berusaha mengurung para pejuang agar tidak
dapat melarikan diri ketempat lain dan mencegah datangnya bantuan dari
daerah-daerah lain.14 Karena besarnya pasukan KNIL Belanda yang
dikerahkan maka para pejuang yang sebagian besar terdiri dari rakyat biasa
dan belum berpengalaman menggunakan senjata, terpaksa harus mundur
kepertahanan Distrik V. 15
Pasukan KNIL Belanda pun berhasil menguasai daerah Tanjung Priuk dan
sekitarnya. Pada malam hari musuh tidak mengadakan serangan. Kesempatan
tersebut dimanfaatkan oleh para pimpinan pejuang BPRI mengadakan rapat
di markas untuk menentukan tindakan selanjutnya. Masing-masing pimpinan
melaporkan situasi yang dihadapinya dan menyarankan langkah-langkah
yang perlu diambil menghadapi serangan Belanda selanjutnya. Hasil rapat
tersebut memutuskan bahwa seluruh potensi dalam masyarakat diwajibkan
membawa senjata yang mereka miliki, mengadakan perang gerilya dimalam
hari sesuai dengan pengamalam para bekas Heiho waktu zaman pendudukan
tentara Jepang, mengadakan pengunduran kehutan sambil menyusun kembali
kekuatan di daerah pedalaman, mengadakan pembakaran dokumen-dokumen
penting atau rahasia yang tidak diperlukan lagi dan mengusahakan agar para
14 Ibid. 15 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
tawanan Belanda pegawai BPM selamat dan tidak ada yang luka-luka atau
tewas akibat perang.16
Pada pagi hari tanggal 30 Januari 1947 salah satu pejuang dari BPRI
dengan memakai seragam perjuangan dan bersenjatakan pistol menyerukan
melalui pengeras suara, kesegenap penjuru daerah yang belum diduduki
musuh agar semua pemuda berkumpul di markas BPRI dengan membawa
senjata apa saja yang dimiliki untuk menerima perintah dari pimpinan umum
BPRI.17 Seruan tersebut mendapat tanggapan positive dari rakyat dan
beberapa saat kemudian berbondong-bondong pemuda-pemuda datang ke
markas BPRI untuk memenuhi panggilan pimpinan umum BPRI. Mereka
semua datang dari seluruh pelosok Sanga-Sanga untuk bersedia berkorban
demi kemerdekaan di Sanga-Sanga dan di seluruh Indonesia. Sementara itu
KNIL Belanda dan polisi Belanda sejak pagi hari telah mulai menyusun
pasukannya untuk mengadakan serangan besar-besaran melalui berbagai arah
yang berada di Sanga-Sanga. Pertempuran pun mulai kembali berkobar
dibeberapa tempat. Tembakan-tembakan senjata berat musuh pun
menghancurkan pertahanan pejuang.
Lemahnya persenjataan pasukan pejuang memudahkan pasukan KNIL
Belanda untuk maju. Pasukan musuh yang bertambah besar jumlahnya dan
dengan persenjataan yang lengkap satu demi satu mematahkan pertahanan
pejuang. Penguduran pasukan pun tidak dapat dielakkan, pasukan demi
16 Badan Pengurus Exponen BPRI Sanga-Sanga, Sanga- Sanga, Op.Cit. hlm, 153.
17 Wawancara dengan H. Soedjoko.,loc.cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
pasukan mundur dan bergabung dengan pasukan garis belakang. Pada sore
hari datanglah sebuah kapal Landing dari arah muara Sanga-Sanga menuju
Sanga-Sanga dalam. Kapal tersebut perlahan-perlahan memasuki daerah-
daerah yang dimungkinkan masih banyak bersembunyi para pejuang Sanga-
Sanga. Pasukan Belanda yang berada di kapal tersebut berbuat licik dengan
menaikan bendera Merah Putih diatas kapal tersebut dan terlihat beberapa
orang Belanda bercelana pendek dijaga ketat oleh beberapa orang yang
menyamar seperti pejuang dan menodongkan senjatanya.18
Pemandangan tersebut menimbulkan keraguan bagi para pejuang yang
sedang bertahan disekitar dermaga. Mereka mengira bahwa bantuan dari
pejuang Samarinda telah datang sehingga mereka tidak mengeluarkan
tembakan sedikitpun. Akan tetapi setelah kapal tersebut melewati pertahanan
pejuang dengan aman, maka mereka pun mulai menembaki para pejuang dan
rakyat biasa yang sengaja mau menyambut mereka tetapi malah sebaliknya.19
Begitu pula disektor lain dimana pasukan pejuang yang bertahan di Distrik V
diserang habis-habisan dengan senjata berat. Para pejuang terpaksa mundur
ke Distrik VII sambil menghindari pecahan granat dan peluru-peluru meriam.
Pada saat-saat yang genting tersebut pimpinan umum BPRI Soekasmo sesuai
dengan saran-saran dari anggota stafnya memerintahkan kepada seluruh
pasukan dan staf untuk mundur kepedalaman karena perang gerilya tidak
mungkin dapat dilaksanakan didaerah Sanga-Sanga yang dilatarbelakangi
18 Ibid.
19Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
hutan rimba dan tanpa dukungan logistik pasukan akan mati konyol. Lalu
pasukan Belanda, ditinjau dari kemampuan tempur, persenjataan dan taktik
perang memang lebih unggul dari para pejuang dikarenakan mereka adalah
pasukan-pasukan yang berpengalaman dalam Perang Dunia II. Pada
malamnya para pejuang yang barusan mundur bergabung dengan beberapa
pasukan yang bertahan di jalan nanas dan lain-lain.
Ternyata sisa-sisa pejuang berkumpul dibukit dekat Distrik VI, Toekiman
dan pejuang lainnya bertemu Boedioyo. Boedioyo menjelaskan kepada
Toekiman dan pejuang lainnya bahwa rombongan Soekasmo dan lainnya
mundur ke Sungai Tiram menuju ke Handil muara Jawa sebab sudah banyak
pejuang yang ketangkap lalu diangkut truk militer dan dijatuhkan kedalam
jurang dan sebagian lagi ditawan untuk disiksa.20 Diantara sekian banyak
pejuang yang ditawan, Boedioyo pejuang ex KNIL yang merupakan
pimpinan pertempuran tidak bersedia mundur bersama-sama yang lainnya
dan tetap bertahan di tempatnya. Dari bangsal kompleks Distirk VI Boedioyo
menghubungi Letnan Kisbery di markas MID untuk meminta dijemput di
simpang tiga Distrik VI, karena ingin mempertanggungjawabkan
pemberontakan di Sanga-Sanga.21 Tak lama kemudian datang kendaraan Jeep
yang berisikan Letnan Kisbery dan beberapa prajurit lalu Boedioyo
menghadap Letnan Kisbery dan menegaskan bahwa dialah yang bertanggung
jawab atas seluruh peristiwa di Sanga-Sanga. Ketegasan dan pengakuan ini
20 Manuntun G, 17 Februari 1991, loc.cit. 21 Badan Pengurus Exponen BPRI Sanga-Sanga, Hari Berdarah di Sanga-Sanga.
Balikpapan : Yayasan 27 Januari Balikpapan, 1979, hlm,39.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
juga belum merubah sikap Letnan Kisbery. Seluruh tawanan diperiksa sampai
selesai dan terakhir Boedioyo disuruh menunjukkan pegawai BPM yang
terlibat pemberontakan. Boedioyo dengan keadaan diborgol disuruh
menunjuk pegawai BPM yang ikut terlibat pemberontakan yang diperiksa
meliputi kantor BPM, listrik dan telpon, tetapi Boedioyo tetap mengaku tidak
mengenal satupun dari mereka.22
Setelah itu Boedioyo dipertemukan dengan tawanan perjuangan di kolong
markas MID dan disuruh melihat satu-persatu siapa saja yang ikut bertempur
dan menggunakan senjata. Sekalipun Boedioyo mengetahui bahwa sebagian
besar tawanan mereka adalah pejuang kemerdekaan yang turut dalam
pertempuran tetapi Boedioyo dengan tegas mengatakan, “saya tidak
mempunyai anak buah seperti mereka kalian para penjajah salah tangkap,
mereka hanyalah rakyat biasa yang tidak tau apa-apa”.23 Boedioyo pun
akhirnya mendapat vonis hukuman mati dari Belanda, hal tersebut dibacakan
didepan Komandan Detasemen KNIL di Sanga-Sanga. Sebelum menerima
hukuman mati, Boedioyo meminta kepada Letnan Kisbery untuk
dipertemukan dengan rekan-rekannya di KNIL dan juga dengan istrinya.
Pada tanggal 17 Maret 1947 dia dipertemukan dengan istri dan rekan-
rekanya di KNIL. Dia muncul dalam keadaan tangan terikat dengan wajahnya
yang penuh luka dan dihadapan rekan-rekan KNIL ia berkata “Saudara-
saudaraku seangkatan KNIL yang terhormat, saya ingin mengucapkan
22 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
23 Badan Pengurus Exponen BPRI Sanga-Sanga, Sanga- Sanga, Op.Cit. hlm, 169.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
perpishan kepada Saudara semua, mungkin pidato saya ini merupakan pidato
yang terakhir. Saya ingin berkata bahwa saya mengambil jalan sendiri karena
saya cinta tanah air seperti yang saudara dengar dan lihat sendiri sebentar lagi
saya akan di eksekusi oleh pemerintah Belanda di Sanga-Sanga.24 Saya
ucapakan banyak terima kasih kepada saudara-saudara sekalian yang juga
mengambil jalan sendiri dan saya punya keyakinan Tanah Air kita pasti
merdeka dan saudara-saudara sekalian akan ikut merasakan kemerdekaan itu.
Terima kasih”.25
Kemudian Boedioyo dibawa menuju ke Jembatan Louise untuk dieksekusi
dengan tangan terikat. Mendengar suara tembakan yang terjadi di Jembatan
Louise rakyat Sanga-Sanga yang kebetulan berada tidak jauh dari lokasi
langsung mengangkat jenazah Boedioyo dan dibawa ke bangsal Louise untuk
dibersihkan dan dimakamkan.
24 Ibid, hlm, 170.
25 Wawancara dengan H. Soedjoko, loc.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BAB V
KESIMPULAN
Sanga-Sanga merupakan sebuah Kota yang sangat kecil dan memang tidak
strategis untuk dijadikan kota perjuangan karena diapit oleh Kota-kota yang
berkekuatan militer seperti Samarinda dan Balikpapan. Sanga-Sanga yang
terletak di Sungai Sanga-Sanga yang bermuara di Sungai Mahakam ± 28 Km
dihilir kota Samarinda ini merupakan salah satu wilayah penghasil minyak bumi
dan gas alam (migas) yang sangat penting di Kalimantan Timur. Sanga-Sanga
juga merupakan salah satu pintu masuknya para penjajah selain kota Tarakan
dan Balikpapan dikarenakan tiga wilayah ini merupakan wilayah pertambangan
minyak bumi terbesar di Kalimantan Timur dan Indonesia. Di mana Kalimantan
Timur ini sebagai salah satu tempat yang kaya akan minyak bumi yang menjadi
pemicu bagi Belanda untuk menguasai wilayah ini.
Pada masa pendudukan Belanda di Sanga-Sanga mereka mulai menggali
sumber-sumber minyak pada tahun 1888 sampai dengan 1939 hingga
menghasilkan 613 sumur yang berproduksi, hingga akhirnya Jepang mulai masuk
ke Sanga-Sanga dan Belanda menyerahkan kekuasaanya kepada Jepang di Kalijati
pada tanggal 8 Maret 1942. Pada masa pendudukan Jepang inilah keadaan sosial
dan ekonomi masyarakat di Sanga-Sanga mulai mengalami perubahan.
Selama masa Pendudukan Jepang mereka melakukan tindakan-tindakan
yang kejam seperti melakukan kerja paksa terhadap orang-orang yang
didatangkan dari berbagai daerah untuk membangun Jembatan, membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
bangunan perumahan, jalan, dan pertahanan buat pasukan Jepang tanpa ada
jaminan makan dan pakaian yang memadai. Segala jenis makanan yang bermutu
hanya dibagikan untuk bala tentara Jepang, dan ini memang berlaku sejak mereka
menguasai Indonesia. Lalu keadaan mulai membaik ketika Sekutu datang
mengusir Jepang dikarenakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal
14 Agustus 1945, dan Sekutu juga memberikan bantuan berupa bahan makanan
dan obat-obatan untuk masyarakat yang berada di Sanga-Sanga. Keadaan Sanga-
Sanga mulai berubah kembali ketika tentara Sekutu mulai ditarik untuk
dipulangkan ke negerinya dan digantikan oleh Tentara Belanda NICA. Tentara
Belanda NICA mulai melakukan tindakan-tindakan antara lain melarang
menggunakan lencana Merah Putih, dilarang mengibarkan bendera Merah Putih
dan semua kegiatan yang menjurus ke politik dan perjuangan dilarang. Hingga
pada puncak penyebab terjadinya pertempuran ketika salah satu anggota BPRI
Soecipto ditangkap dan mati dibunuh oleh salah satu anggota MID Belanda. Hal
inilah yang menyebabkan para pejuang ingin merebut kembali Sanga-Sanga dari
Belanda dengan melakukan pertempuran selama empat hari.
Tetapi dari segi militer, keterampilan, teknik, dan taktik bertempur para
pejuang bukanlah tandingan yang pantas dihadapkan dengan pasukan Belanda
yang unggul dari segi kwantitas, kwalitas dengan dukungan kelengkapan
peralatan dan persenjataan serta logistik mereka sangat sempurna. Namun para
pejuang dengan dukungan seluruh masyarakat tetap nekad melaksanakan
pertempuran demi mempertahankan kemerdekaan. Pergerakan kebangsaan yang
tumbuh sejak sebelum Perang Dunia Kedua telah dimatangkan dalam penderitaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
selama masa pendudukan Jepang. Berbagai organisasi lokal dan regional dengan
berbagai nama dan kesatuan berkembang secara legal. Tidak dipersoalkan besar
atau kecil peran dan sumbangan perjuangan yang dapat diberikan. Namun hanya
satu sasaran dan tujuan yaitu mengusir penjajah dari Sanga-Sanga dan
kemerdekaan bagi bangsa dan Tanah air Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abdulrahman Karim, 1970. Kalimantan Berdjuang. Jakarta: Dinas Penerbitan
Balai Pustaka.
Anderson G. Bartlett dkk, 1986. PERTAMINA: Perusahaan Minyak Nasional,
terj. Mara Karma. Jakarta: Inti Idayu Press.
Badan Pengurus Exponen BPRI Sanga-Sanga, 1982. Sanga-Sanga. Balikpapan :
Yayasan 27 Januari Balikpapan.
____________. Hari Berdarah di Sanga-Sanga, 1979. Balikpapan : Yayasan 27
Januari Balikpapan.
Djumri Obeng, 1995. Merah Putih di Langit Sanga – Sanga. Jakarta : PT. Puspa
Swara.
Drs. G. Moedjanto, M.A. 1988. Indonesia Abad ke-20: Dari Kebangkitan
Nasional Sampai Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius.
Drs. Soejitno Hardjosoediro, 1987. Dari Proklamasi ke Perang Kemerdekaan.
Jakarta: Balai Pustaka.
Dr. Arifin Bey, 1987. Pendudukan Jepang di Indonesia, Jakarta: PT. Kesaint
Blanc Indah Corp.
Fidy Finandar, dkk, 1991. Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan
Imperialisme di Kalimantan Timur. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai – nilai Tradisional Proyek
Inventaris dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Hilman Adil, 1973. Hubungan Australia dengan Indonesia 1945-1949. Jakarta:
Djambatan.
Kuntowijoyo, 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang.
Kolonel H. Hassan Basry, 1961. Kisah Gerila Kalimantan. Banjarmasin: Yayasan
Lektur Lambung Mangkurat.
Moh. Nur Ars, dkk, 1986. Sejarah Kota Samarinda. Jakarta :Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai – nilai
Tradisional Proyek Inventaris dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
Nugroho Notosusanto, 1979. Tentara PETA pada Jaman Pendudukan Jepang di
Indonesia, Jakarta : Gramedia.
_____________, 1983. Naskah Proklamasi yang Otentik dan Rumusan Pancasila
yang Otentik. Jakarta: Balai Pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A, 1988. Fungsionalisme dan Teori Konflik
dalam Perkembangan Sosiologi. Jakarta: Sinar Grafika.
Rudini, 1992. Profil Propinsi Kalimantan Timur Republik Indonesia. Jakarta : PT.
Intermasa Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara.
Shadily, Hassan, 1980. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta : Bina
Aksara.
Sartono Kartodirdjo, 1995. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tjilik Riwut, 1958. Kalimantan Memanggil. Jakarta: Endang.
SKRIPSI
Mohamad Yanuar Hafidz, 2008. Pendudukan Jepang di Kalimantan Timur 1942-
1945. Skripsi. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Jakarta.
SURAT KABAR
Manuntun G, terbitan 17 Februari 1991.
WAWANCARA
Nama Umur Alamat
H. Soedjoko 95 Jalan Sumber Mulia RT 062 No 14
Muara Rapak, Balikpapan Utara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI