PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBEDAAN...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERBEDAAN...
PERBEDAAN TINGKAT EMPATI PADA ORANG DEWASA YANG
MEMELIHARA HEWAN DI MASA KECIL DENGAN ORANG DEWASA
YANG TIDAK PERNAH MEMELIHARA HEWAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Ikma Edewelma
NIM: 139114145
Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Good Things, Take Time
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberkati, menyertai dan
menjadi sumber kekuatanku.
Keluarga, saudara, anjingku dan sugar gliderku tersayang yang sudah
memberikanku semangat untuk melalui hal-hal yang sulit untuk kuhadapi.
Sahabat-sahabatku yang senantiasa menghiburku dan mendengarkan keluh
kesahku.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN TINGKAT EMPATI PADA ORANG DEWASA YANG
MEMELIHARA HEWAN DI MASA KECIL DENGAN ORANG DEWASA
YANG TIDAK PERNAH MEMELIHARA HEWAN
Ikma Edewelma
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat empati antara
orang dewasa yang memelihara hewan di masa kecil dengan orang dewasa yang
tidak pernah memelihara hewan. Hipotesis yang diajukan yaitu tingkat empati
pada orang dewasa yang memelihara hewan di masa kecil lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak pernah memelihara hewan. Subjek
penelitian ini berjumlah 322 orang yang terdiri dari 161 orang dewasa yang
memelihara hewan di masa kecil dan 161 orang dewasa yang tidak pernah
memelihara hewan. Data diperoleh dengan menggunakan skala empati. Pengujian
realibilitas skala empati dengan menggunakan koefisien realibilitas Alpha
Cronbach dan diperoleh hasil 0,928 dari 42 item dengan rentang indeks
diskriminasi aitem total antara 0,306 hingga 0,714. Data dianalisis menggunakan
Uji Mann-Whitney. Hasil menyatakan nilai p < 0,05 yaitu 0,003 < 0,05. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat empati yang signifikan
pada orang dewasa yang memelihara hewan di masa kecil bila dibandingkan
dengan orang yang tidak pernah memelihara hewan, dimana orang dewasa yang
memelihara hewan di masa kecil memiliki tingkat empati yang lebih tinggi, dilihat
dari perbandingan dengan nilai meanorang dewasa yang tidak pernah memelihara
hewan (125,80 > 122,38).
Kata kunci: empati, memelihara hewan, tidak memelihara hewan.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE DIFFERENCE OF EMPATHY DEGREE BETWEEN ADULT WHO
HAVE A PET AT CHILDHOOD AND ADULT WHO NEVER HAVE A
PET
Ikma Edewelma
ABSTRACT
This research was aimed to seek for the difference of empathy degree
between adult who have a pet at childhood and adult who never have a pet. The
hypothesis that proposed was that the empathy degree between adult who have a
pet at childhood was higher than who never have a pet. Subject of this research
was 322 people which consist of 161 adult who have a pet at childhood and 161
adult who never have a pet. Empathy scale was used as the data collection of this
research. The reliability of the empathy scale was verified by using reliability
coefficient method Alpha Cronbach and the result found was 0,928 from 42 items
with total index discrimination item range was 0,306 until 0,714. Data was
analyzed using Mann-Whitney test. The result found that p<0,05 was 0,003<0,05.
It means that there was significant difference of empathy degree between adult
who have a pet at childhood and adult who never have a pet, which was adult who
have a pet have higher empathy degree thanadult who never have a pet, it can be
seen from the comparison with mean values of adult who never have a pet (125,80
> 122,38).
Keywords: empathy, have a pet, never have a pet
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan menyertai sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di
Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti juga
menyadari bahwa banyak pihak lain yang memberikan kontribusi membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Monica Eviandaru M., M.App.Psych., Ph.D. selaku Kepala Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
menyediakan waktu untuk membimbimbing dan mengarahkan penulis
untuk mengerjakan skripsi ini.
4. Dosen Penguji yang telah memberikan waktunya untuk membimbing
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Robertus Landung Eko Prihatmoko M.Psi dan Drs. Hadrianus Wahyudi
M.Si yang telah menjadi dosen pembimbing akademik semasa
perkuliahan.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Segenap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah mengajar serta mendidik penulis selaku mahasiswa Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
7. Ibu Nanik, Mas Gandung dan Mas Muji selaku staff Psikologi yang telah
memberikan banyak bantuan selama masa perkuliahan.
8. Kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertai dan
memberkatiku.
9. Kepada kedua orang tua, om, tante, pakdhe, budhe, seluruh saudara, terima
kasih sudah memotivasi dan memberikan dukungan serta menjadi sumber
semangat, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Kepada para 5 CM / 5 Poin, yaitu Samuel, Randy, Fena dan Zerlinda,
terima kasih sudah memberikan banyak bantuan terkait dalam bidang
akademis maupun non akademis. Terima kasih sudah memberikan banyak
penghiburan dan menjadi tempat untuk berbagi kisah selama ini.
11. Kepada Rosario Wendy, sahabat baikku yang sudah membantu banyak hal
dalam pembuatan skripsi ini dan juga Syane yang sudah membantu untuk
menyebarkan kuisioner.
12. Untuk Karina, Dewi, Peni, Devina, Estu, Hans, Claudia, Putri (VOC),serta
seluruh angkatan 2013 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, yang sudah banyak membantu dalam proses pengerjaan
skripsi dan juga memberikan semangat agar skripsi cepat selesai.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Untuk Erlinda yang menemani dan mengantarku untuk memenuhi keperluan
pendaftaran ujian, serta hanifa, shela & dila yang memberikanku semangat
dan dukungan.
14. Untuk Dhila ichi yang sudah membantu menyebarkan kuisioner dan
mengajakku refreshing selama di Jogja.
15. Untuk saudaraku Mas Timot, yang sudah memotivasiku agar segera
menyelesaikan skripsi dan telah membantu menyebarkan kuesioner.
16. Untuk UNSecret yang menjadi media penyebaran kuesioner online.
17. Untuk teman-teman yang telah berbaik hati untuk membantu menyebarkan
dan mengisi kuesioner.
18. Untuk Dog Lovers Solo dan Golden RetrieverGroup Indonesia yang telah
memberikan ijin untuk penyebaran kuesioner.
19. Untuk KPSGI (Komunitas Pecinta Sugar Glider Solo) yang telah
memberikan dukungan dalam penulisan skripsi.
20. Untuk dedek Toshi dan Mas Asus yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi.
\
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING....................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................................. ii
HALAMAN MOTTO............................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................. v
ABSTRAK............................................................................................................. vi
ABSTRACT...........................................................................................................vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................ viii
KATA PENGANTAR........................................................................................... ix
DAFTAR ISI......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xviii
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................. xix
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xx
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
B. Rumusan Masalah............................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 12
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 13
1. Manfaat Teoritis............................................................................13
2. Manfaat Praktis.............................................................................13
BAB II. LANDASAN TEORI.............................................................................. 14
A. Empati................................................................................................ 14
1. Definisi.......................................................................................... 14
2. Aspek Empati................................................................................ 16
3. Perkembangan Empati................................................................... 18
4. Faktor yang Mempengaruhi Empati.............................................. 19
5. Keterkaitan antara Empati yang Dimiliki oleh Anak dengan
Masa Dewasanya........................................................................... 26
6. Empati pada Hewan........................................................................27
B. Memelihara Hewan............................................................................ 28
1. Definisi.......................................................................................... 28
2. Anjing............................................................................................ 30
3. Pengaruh Memelihara Hewan terhadap Perkembangan
pada Anak...................................................................................... 31
C. Dewasa...................................................................................................... 34
1. Definisi dan Batasan........................................................................... 34
2. Perkembangan pada Masa Dewasa..................................................... 35
D. Dinamika Pemeliharaan Hewan terhadap Perkembangan Empati............ 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
E. Skema Empati pada Pemelihara Hewan................................................... 44
F. Hipotesis.................................................................................................... 45
BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................... 46
A. Jenis Penelitian.......................................................................................... 46
B. Identifikasi Variabel Penelitian................................................................. 46
C. Definisi Operasional.................................................................................. 46
1. Empati................................................................................................. 46
2. Memelihara Hewan............................................................................. 47
D. Subjek Penelitian....................................................................................... 48
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data........................................................ 49
F. Kredibilitas Alat Ukur............................................................................... 51
1. Validitas.............................................................................................. 51
2. Seleksi item.........................................................................................52
3. Reliabilitas........................................................................................... 55
G. Metode Analisis Data................................................................................ 56
1. Uji Asumsi.......................................................................................... 56
a. Uji Normalitas............................................................................... 56
b. Uji Homogenitas............................................................................ 57
2. Uji Hipotesis........................................................................................ 57
BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 58
A. Pelaksanaan Penelitian.............................................................................. 58
B. Deskripsi Subjek Penelitian...................................................................... 59
C. Hasil Penelitian......................................................................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Deskripsi Data Penelitian.................................................................... 60
2. Uji Asumsi.......................................................................................... 65
a. Uji Normalitas............................................................................... 65
b. Uji Homogenitas........................................................................... 68
3. Uji Hipotesis........................................................................................ 69
D. Pembahasan............................................................................................... 71
BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 76
A. Kesimpulan............................................................................................... 76
B. Keterbatasan Penelitian..............................................................................76
C. Saran.......................................................................................................... 78
1. Terkait dengan Manfaat Penelitian.....................................................78
2. Terkait dengan Kelanjutan Penelitian................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 78
LAMPIRAN.......................................................................................................... 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.Blue Print Skala Empati (uji coba)...................................................... 49
Tabel 3.2.Distribusi Item Skala Empati (Uji coba).............................................. 50
Tabel 3.3.Penafsiran Indeks Diskriminasi Item................................................... 53
Tabel 3.4.Penyebaran item yang layak dan yang gugur pada Skala Empati........ 54
Tabel 4.1.Deskripsi Pembagian Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin................... 59
Tabel 4.2.Deskripsi Pembagian Subjek Berdasarkan Usia.................................. 60
Tabel 4.3.Mean Empiris Empati Subjek yang Memelihara
Hewan................................................................................................................... 61
Tabel 4.4.Mean Empiris Empati Subjek yang Tidak Memelihara
Hewan................................................................................................................... 61
Tabel 4.5.Mean Empiris Empati Subjek yang Memelihara Hewan & Tidak
Memelihara Hewan............................................................................................... 62
Tabel 4.6.Perbandingan Mean Empiris dan Mean Teoritis.................................. 62
Tabel 4.7.Acuan Kategori Data............................................................................ 63
Tabel 4.8.Data Skala Empati................................................................................ 64
Tabel 4.9.Kategori Skala Empati......................................................................... 64
Tabel 4.10.Kategori Tingkat Empati Pada Pemelihara Hewan dan Bukan
Pemelihara Hewan................................................................................................ 64
Tabel 4.11.Hasil Uji Normalitas Subjek yang Memelihara Hewan..................... 67
Tabel 4.12.Hasil Uji Normalitas Subjek yang Tidak Memelihara Hewan.......... 68
Tabel 4.13.Hasil Uji Homogenitas....................................................................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel 4.14.Hasil Uji hipotesis (Mann-Whitney).................................................. 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Empati pada Pemelihara Hewan.............................................. 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Hasil Uji Normalitas Subjek yang Memelihara Hewan..................... 66
Grafik 4.2. Hasil Uji Normalitas Subjek yang Tidak Memelihara Hewan........... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Skala Penelitian............................................................................... 85
Lampiran B. Hasil Reliabilitas........................................................................... 110
Lampiran C. Hasil Uji Normalitas...................................................................... 115
Lampiran D. Hasil Uji Homogenitas.................................................................. 124
Lampiran E. Hasil Uji Hipotesis (Mann-Whitney).............................................. 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahkluk sosial yang akan melakukan
interaksi dengan orang lain (Walgito, 2010). Ketika berinteraksi dengan
orang lain, empati dibutuhkan karena merupakan kualitas utama dalam
berinteraksi (Zuchdi, 2003). Rogers (dalam Taufik, 2012) pada penelitian
dan riset yang telah dilakukan diperoleh bahwa empati telah menjadi pusat
dalam interaksi antar pribadi yang efektif. Empati sendiri merupakan
kapasitas untuk berbagi dan mengerti sebagian dari pikiran atau emosi
yang dialami oleh orang lain (Ioannidou & Konstantikaki, 2008).
Empati juga dapat digambarkan sebagai perasaan yang menyatu
dengan keadaan emosional yang sedang dialami oleh orang lain (King,
2010).Howe (2015) mengungkapkan empati adalah hasil pemikiran dan
perasaan yang terdiri dari respon afektif berupa mampu merasakan
perasaan orang lain dan respon kognitif dimana seseorang mampu
memahami mengapa orang lain tersebut merasakannya. Dapat disimpulkan
bahwa empati terdiri dari 2 aspek yaitu aspek afektif dan kognitif. Aspek
afektif berupa kemampuan untuk merasakan perasaan yang sedang dialami
oleh orang lain dan aspek kognitif berupa kemampuan untuk mengetahui
serta memahami alasan mengapa orang lain mampu merasakan perasaan
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Menurut McDonald & Messinger (in press) pembentukan empati
terbaik diperoleh ketika bayi hingga masa-masa anak bersekolah. Seorang
anak mulai memasuki masa sekolah ketika berada pada masa anak
pertengahan, dimana anak berusia 6 hingga 11 tahun (Berk, 2012). Selman
(dalam Taufik, 2012) menemukan bahwa anak yang berusia 7-12 tahun
berada dalam tahap perspective-taking dimana dalam usia ini anak-anak
mampu masuk ke dalam diri orang lain dan mampu memandang perasaan,
pikiran, serta perilaku mereka sendiri melalui perspektif orang lain. Pada
masa tersebut dirasa merupakan usia yang tepat dimana anak mulai
mampu untuk merealisasikan empati, karena mereka telah mampu
memahami sekaligus merasakan kondisi orang lain dengan cara masuk ke
dalam alam pikiran dan perasaan orang lain tersebut (Taufik, 2012).
Meskipun pembentukan empati pada seseorang terjadi pada bayi
hingga masa anak pertengahan, namun empati memiliki peran penting
dalam kehidupan di masa dewasanya. Orang yang sedang berada dalam
masa dewasa yaitu seseorang yang berada dalam rentang usia 20 hingga 30
tahun (King, 2010). Empati memiliki peran penting dalam kehidupan
individu dewasa karena orang dewasa awal sedang berada dalam tahap
intimasi dan isolasi (Erikson dalam Feist & Feist, 2010). Pada tahap
tersebut seorang dewasa awal sedang berusaha untuk menjalin hubungan
intim dengan orang lain atau akan terisolasi secara sosial (King, 2010).
Selain itu Rubin (dalam Huffman, Vernoy & Vernoy, 2000)
mengungkapkan bahwa rasa empati dan percaya datang dari komunikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang dekat dan kedekatan hubungan antara satu sama lain dibutuhkan
untuk membentuk keintiman. Selain itu, menurut Ridzal (2017)
mendengarkan dengan penuh empati dan kesediaan menerima pesan dari
pasangan merupakan hal vital untuk berkomunikasi dengan baik antar
pasangan. Sehingga dalam pemaparan tersebut empati dirasa menjadi
modal penting dalam membentuk keintiman dengan pasangan.
Warneken & Tomasello (dalam Taufik, 2012) menyatakan dampak
yang paling jelas terlihat dari adanya empati adalah perilaku tolong
menolong (altruisme). Perilaku nyata altruisme yang ditunjukkan dalam
interaksi setiap hari yang dilakukan oleh para usia dewasa, khususnya pada
mereka yang telah menjadi orang tuayaitu ketika mereka mampu
memberikan pengajaran yang baik mengenai altruisme kepada anaknya
(Zahn-Waxler, Hollenbeck & Radke-Yarrow, 1984). Berdasarkan hal
tersebut maka dapat diketahui bahwa empati sangat dibutuhkan oleh para
orang dewasa dalam membentuk keintiman dan perilaku tolong menolong.
Howe (2015) menyatakan bahwa banyak studi yang mendukung
ungkapan bahwa empati, perilaku-perilaku sosial dan pertimbangan moral
yang berorientasi kepedulian dapat saling terkait.Beberapa penelitian yang
dilakukan di Indonesia mampu mendukung pernyataan tersebut. Sari,
Ramdhani & Eliza (2003) menemukan dalam penelitiannya yang
menyertakan 150 subjek dengan usia 15-22, menggunakan Empathy Scale
(ES) dan Smoking Behavior Scale (SBS), memiliki hasil korelasi yang
negatif antara empati dan perilaku merokok di tempat umum. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
memiliki arti bahwa semakin tinggi tingkat empati seseorang maka
semakin jarang seorang perokok merokok di tempat umum. Dimana
mereka mengurangi perilaku merokok ditempat umum karena lebih
toleran, menghargai perasaan orang lain serta peduli pada orang-orang di
sekelilingnya (Sari, Ramdhani & Eliza, 2003).
Penelitian mengenai empati juga dilakukan oleh Mawarni,
Hardjono & Handayani (2013). Penelitian dilakukan untuk mengetahui
hubungan mencari sensasi dan empati dengan school bullying pada 101
siswa remaja putra kelas X dan XI di Madrasah Mu’allimin
Muhammadiyah Yogyakarta. Pengukuran empati menggunakan skala
empati yang merupakan adaptasi dari Interpersonal Reactivity Index,
memperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan
antara tingkat empati dengan school bullying pada subjek. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat empati yang dimiliki para
siswa maka akan semakin rendah tingkat bullying.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Elvinawanty dan Mailani
(2016) yang melibatkan 60 pasangan di Kelurahan Binjai, Kecamatan
Medan Denai, menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
tingkat empati dengan tingkat pengampunan yang dimiliki subjek.
Semakin tinggi tingkat empati yang dimiliki maka akan semakin tinggi
pula tingkat pengampunan yang dimiliki terhadap pasangan.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa ketika seseorang memiliki tingkat empati yang tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
maka seseorang akan berperilaku baik sesuai dengan prinsip moral yang
diterima oleh masyarakat, begitu juga sebaliknya, ketika seseorang
memiliki tingkat empati yang rendah maka seseorang akan berperilaku
kurang baik yang ternyata kurang sesuai dengan prinsip moral masyarakat.
Empati dipercaya memiliki kekuatan untuk mengaktifkan prinsip-prinsip
moral (Howe, 2015). Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat usaha untuk
hidup dengan baik di tengah masyarakat, maka muncul perilaku yang
disebut perilaku bermoral (Howe, 2015). Kehidupan sosial yang dianggap
berhasil membutuhkan adanya aturan-aturan dan nilai moral (Howe,
2015).
Selain itu, banyak riset yang telah dilakukan dalam bidang
keperawatan, khususnya mengenai peran empati untuk mempercepat
kesembuhan pasien (Taufik, 2012). Banyak psikolog kesehatan yang
menyatakan bahwa dukungan, pemahaman, dan perhatian yang diberikan
oleh keluarga serta orang-orang yang terdekatnya memiliki pengaruh besar
terhadap kesembuhan pasien, sehingga hal tersebut menunjukkan betapa
pentingnya empati yang mampu berfungsi sebagai obat, dimana para ahli
menyatakan empati dari para keluarga dan orang-orang terdekatnya
mampu memberikan pengaruh yang lebih besar dari obat-obatan medis
(Taufik, 2012). Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa empati sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Goleman (1995) menyebutkan jika seseorang kurang memiliki
empati dapat menimbulkan berbagai masalah ketika berinteraksi di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kehidupan bermasyarakat. Gordon (dalam Howe, 2015) meyakini bahwa
terhadap hubungan negatif yang nyata antara empati dan agresi, dimana
kegagalan empati mampu menyebabkan ketidakacuhan, kekejaman dan
kekerasan. Gordon (dalam Howe, 2015) menyebutkan bahwa semakin
rendah empati, maka akan semakin mudah orang untuk melakukan tindak
kekerasan. Sedangkan semakin besar empati yang dimiliki oleh seseorang
maka semakin besar kemungkinannya untuk membantu dan menolong
orang lain (Howe, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa tanpa adanya
empati maka hubungan sosial dan perilaku menolong sulit terbentuk.
Kasus nyata yang terjadi di Indonesia perihal rendahnya perilaku
menolong sebagai bentuk kurangnya empati terjadi pada 10 Februari 2018.
Sebuah kecelakaan bus terjadi di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat.
Kecelakaan bus ini menewaskan 27 anggota Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Permata, Ciputat, Tangerang Selatan. Seorang anggota KSP
Permata yang selamat dalam kecelakaan, Karmila mengaku bahwa warga
sekitar tidak mau menolong para korban. Mereka sibuk merekam situasi di
lokasi kejadian pasca kecelakaan terjadi dengan menggunakan ponsel
mereka masing-masing. Ketika Karmila meminta tolong untuk meminjam
ponsel para warga karena ponselnya sendiri berada di dalam bus yang
telah ringsek, para warga tidak mau meminjamkan dengan alasan tidak
memiliki pulsa atau baterai ponsel mereka habis, namun banyak dari
warga tetep merekam kejadian sekitar dengan ponsel mereka. Setelah itu,
Karmila yang lemas karena harus berjuang keluar dari bus bergegas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mencoba menyelamatkan rekan-rekannya yang masih bisa diselamatkan di
dalam bus(https://megapolitan.kompas.com, 14 Februari 2018).
Kasus lain yang berkaitan dengan empati juga terjadi ketika
munculnya kasus pembunuhan berencana pemilik toko air soft gun yang
bernama Indra Gunawan karena dendam pribadi. Psikolog Irna Mauli
memaparkan bahwa pelaku kriminal dalam aksi tersebut umumnya
memiliki karakteristik yang ditandai dengan kecenderungan sikap
manipulatif dan kurangnya rasa empati (www.analisadaily.com, 24 Januari
2017).
Selain kasus pembunuhan terhadap manusia, terdapat pula kasus
penganiayaan dan pembunuhan terhadap hewan yang dilakukan oleh
seorang mahasiswa jurusan hukum salah satu universitas swasta di Kota
Surabaya. Dimana pemuda tersebut memukuli berkali-berkali seekor
anjing dalam sebuah jaring hijau.. Meskipun anjing tersebut mendengking
lemah ketika dipukuli, pemuda tersebut tidak menghentikan pukulannya.
Aksinya tersebut terekam dalam sebuah video yang kemudian diunggah ke
salah satu media sosial dan mendapat banyak kecaman dari warga.
(surabaya.tribunnews.com, 26 Desember 2017). Miller (dalam Petersen &
Farrington, 2007) menjelaskan bahwa kekerasan terhadap hewan
merupakan salah satu tanda dari kurangnya empati. Sehingga kasus
kekerasan terhadap hewan juga merupakan akibat dari kurangnya empati
dalam diri seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Berbagai berita tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat kasus
yang diakibatkan kurangnya rasa empati dalam diri individu yang terlibat.
maka dirasa penting jika seseorang memiliki tingkat empati yang tinggi
agar hal tersebut tak terulang kembali.Peningkatan empati sangat
diperlukan dalam hal ini. Howe (2015) menyebutkan bahwa salah satu
faktor dalam perkembangan empati yaitu adanya pengalaman. Sullivan
(dalam Taufik, 2012) mengungkapkan bahwa anak dan ibu memiliki
ikatan hubungan empatik. Pengalaman interaksi antar anak dengan orang
tuanya yang berkualitas baik di masa awal dapat mengembangkan
hubungan yang akrab dan empatik. Sehingga dapat disimpulkan interaksi
sosial yang dilakukan, mampu meningkatkan empati yang dimiliki
(Howe,2015).
Di sisi lain, empati tidak hanya dapat dimunculkan dengan
berinteraksi pada sesama manusia, namun juga interaksi dengan hewan.
Hal ini disebabkan empati mampu dibentuk dengan baik pada masa kanak-
kanak awal karena telah mampu memahami perspektif orang lain, dimana
memahami perspektif orang lain merupakan modal untuk berempati dan
pada usia 10-12 tahun, anak telah mampu membentuk empati pada orang
lain yang kurang beruntung (Santrock, 2007).
Selain itu diketahui sekitar 90% pemilik hewan percaya bahwa
hewan memiliki peran penting dalam kehidupan anak-anak (Horn & Meer
dalam Rothgerber & Mican, 2014). Hal tersebut dapat menunjukkan
sebuah keterkaitan bahwa berinteraksi dengan hewan peliharaan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
masa kanak-kanak mampu meningkatkan empati. Dimana anak-anak yang
berkomunikasi dengan mahkluk non verbal (salah satunya adalah
binatang) mampu meningkatkan empati, karena berkaitan dengan
kemampuan untuk membayangkan apa yang orang lain pikirkan dan
rasakan (Levinson, 1978).
Melson (2003) mengemukakan bahwa alasan yang memungkinkan
mengapa memelihara hewan dapat diasosiasikan dengan besarnya empati
yaitu adanya peran hewan peliharaan tersebut pada interaksi dalam
keluarga. Melson, Peet dan Sparks (1991) menemukan bahwa anak yang
memiliki kelekatan lebih banyak kepada hewan peliharaannya akan lebih
berempati terhadap teman sebayanya. Di sisi lain kelekatan pada binatang
peliharaan mampu memberikan dukungan secara psikologi dan sosial
(Chandler, dkk. 2015).
Dally & Suggs (2010) menemukan mayoritas guru yang telah
disurvey mengatakan bahwa adanya hewan peliharaan dalam kegiatan
mengajar di kelas mampu meningkatkan empati.Sebuah penelitian yang
lain menunjukkan bahwa hewan peliharaan mampu memberikan hasil
positif terhadap perkembangan pada empati dan perasaan kasihan pada
anak-anak (Levinson 1978). Temuan tersebut menunjukkan bahwa empati
pada anak mampu ditingkatkan dengan pemeliharaan hewan.Sehingga
dapat disimpulkan bahwa selain menjadi hobi yang berfungsi sebagai
teman bermain pemilik, memelihara hewan dapat memberikan manfaat
lain karena mampu meningkatkan empati pemiliknya. Hal ini dapat sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
menguntungkan karena pemilik tidak perlu melakukan hal-hal khusus
untuk meningkatkan empati, namun sudah dapat meningkatkan empatinya
cukup dengan berinteraksi dengan hewan peliharaan atau berinteraksi
dengan orang-orang yang terkait dalam pemeliharaan hewan tersebut.
Ada berbagai alasan mengapa seseorang memelihara hewan.
Menurut Rahmiati & Pribadi (2014), terdapat dua tujuan memelihara
hewan yaitu sebagai ternak dan sebagai companion animal dimana pemilik
menjadikan hewan sebagai teman bermain. Manusia telah menjadikan
hewan sebagai teman sudah dimulai sejak masa prahistoris (Levinson,
1978).Tujuan memelihara hewan ini disebabkan hobi yang mampu
mengurangi kesepian dengan berinteraksi dan merawat hewan tersebut
(Birsa, Marinsek & Tunsak dalam Smolkovic, Fajfar & Mlinaric, 2012).
Staats (dalam Chandler, dkk. 2015) mengungkapkan bahwa pada studi
yang mengeksplorasi alasan memelihara hewan, ditemukan jika
menghindari rasa kesepian adalah alasan yang paling sering muncul.
Sehingga dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini tujuan memelihara
hewan yang dimaksud sebagai companion animal karena membahas
interaksi anak dengan hewan peliharannya.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Cutt, Rijken & van Beek
(dalam Utz, 2014) mengungkapkan bahwa efek positif yang dikaitkan
antara memelihara hewan dengan interaksi manusia-hewan dapat berbeda
bergantung pada jenis hewan yang dipelihara. Sanders (1993) menemukan
bahwa berdasarkan hasil autoetnografi dan observasi yang ia lakukan, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menyimpulkan meski anjing tidak memiliki bahasa verbal, namun anjing
mampu berkomunikasi dengan manusia dan hubungan antara anjing
dengan manusia mampu memberikan perbedaan dari hubungan antar
manusia karena lebih berlandaskan pada afeksi dan mampu memberikan
interaksi yang bebas kritikan. Wood, et al (2015) menemukan bahwa
orang yang memelihara anjing menerima dukungan sosial lebih besar
dibandingkan pemilik hewan peliharaan lain, dimana dukungan sosial
sendiri mengandung unsur empati di dalamnya. Sehingga dapat diketahui
bahwa para pemilik anjing memiliki interaksi empati yang lebih tinggi
dibandingkan pemilik hewan peliharaan selain anjing. Pernyataan tersebut
yang menjadi alasan mengapa anjing dipilih dalam penelitian ini.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Utz (2012)
menemukan bahwa pemilik hewan memiliki kesehatan fisik yang lebih
baik dibandingkan orang yang tidak memelihara hewan, namun tidak
meneliti perbedaan yang dapat ditimbulkan dari segi empati. Sedangkan
Rothgeber & Mican (2001) mengungkapkan bahwa individu dewasa yang
memelihara hewan di masa kecil akan lebih berempati dengan hewan
dibandingkan individu dewasa yang tidak memelihara hewan. Namun
tidak diteliti lebih lanjut apakah individu dewasa yang memelihara hewan
sewaktu kecil tersebut juga memiliki empati yang lebih tinggi kepada
sesama manusia jika dibandingkan dengan individu yang tidak pernah
memelihara hewan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mencari tahu
apakah individu dewasa yang memelihara hewan sewaktu kecil memiliki
empati yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan individu yang tidak
pernah memelihara hewan. Mengingat empati juga diperlukan pada masa
dewasa seseorang meskipun pembentukan empati berada pada masa
kanak-kanak pertengahan. Diharapkan hasil penelitian nantinya dapat
menyumbang informasi lain mengenai empati sebagai dampak dari
pemeliharaan hewan.
B. Rumusan Masalah
Rendahnya tingkat empati pada orang dewasa menjadi masalah
karena dapat menyebabkan perilaku kekerasan, kurangnya perilaku tolong-
menolong dan sulitnya untuk menjalin hubungan intim. Sehingga empati
perlu ditingkatkan untuk menghindari hal tersebut. Di sisi lain banyak
studi yang menenukan bahwa memelihara hewan mampu meningkatkan
empati pada anak. Untuk mengetahui hal tersebut maka pertanyaan
penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan tingkat empati antara
orang dewasa yang memiliki hewan peliharaan di masa kecil dengan orang
yang tidak pernah memelihara hewan peliharaan?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan tingkat empati pada pemelihara
hewan peliharaan dengan orang yang tidak memelihara hewan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan bahwa hasil penelitian ini mampu memberikan
kontribusi baru dalam bidang psikologi, terutama pada topik empati.
Dimana menambah pembahasan mengenai empati yang dikaitkan
dengan pemeliharaan hewan. Khususnya keterkaitan pemeliharaan
hewan pada masa kanak-kanak terhadap tingkat empati pada masa
dewasanya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi
pemilik hewan peliharaan maupun orang yang akan memelihara hewan
mengenai dampak yang ditimbulkan dari memelihara hewan
peliharaan khususnya pada aspek empati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Empati
1. Definisi
Berdasarkan Kamus Psikologi APA (2006: 327), empati diartikan
sebagai memahami seseorang dari kerangka pada keterangan yang
cukup dimiliki pada seseorang, sehingga pengalaman orang lain berupa
perasaan, persepsi dan pemikiran seolah dialami sendiri. Empati tidak
digambarkan untuk menjadi sebuah bentuk pertolongan, di samping itu
hal tersebut akan berubah menjadi simpati atau distres pribadi, dimana
menghasilkan sebuah aksi nyata.
Menurut Zahn-Waxler, Hollenbeck & Radke-Yarrow (1984)
empati adalah kapasitas untuk merasakan perasaan orang lain. Lipps
(dalam Ioannidou & Konstantikaki, 2008) mengungkapkan kata
einfuhlung sebagai kata awal dari empati yang memiliki makna yang
menggambarkan apresiasi emosional terhadap perasaan orang lain.
Levenson & Ruef (1992) menyatakan empati adalah bagian
fundamental dari emosi struktur sosial, menyediakan jembatan antara
perasaan pada satu orang dengan orang lainnya.
Definisi empati yang diungkapkan oleh Goleman (dalam Rachmah,
2014) menyatakan bahwa empati merupakan suatu keadaan berupa
membagi perasaan dengan orang lain secara emosional. Hurlock
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(dalam Mawarni, Hardjono & Andayani, 2013) mendefiniskan empati
sebagai kemampuan seseorang untuk menempatkan diri sendiri dalam
keadaan psikologis orang lain dan untuk melihat suatu situasi dari
sudut pandang orang lain. Sedangkan menurut Hoffman (dalam Zahn-
Waxler, Hollenbeck & Radke-Yarrow, 1984) empati memiliki
komponen kognitif dan afektif, dimana komponen afektif merupakan
pengalaman emosional atau merasakan pengalaman orang lain,
sedangkan komponen kognitif berupa pengertian intelektual atau
interpretasi dari bagaimana sebuah pengalaman memiliki arti. Selain
itu menurut Howe (2015) empati merupakan hasil pemikiran dan
perasaan yang terdiri dari respon afektif dan kognitif dimana seseorang
mampu merasakan perasaan orang lain dan memahami mengapa orang
lain tersebut merasakannya.
Dapat disimpulkan dari berbagai definisi di atas, empati merupakan
hasil pemikiran dan perasaan untuk mampu merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain dengan menggunakan kesadaran kognitif
serta ikut merasakan kondisi yang dialami dan perasaan yang tengah
dirasakan oleh orang lain sebagai sebuah respon afektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2. Aspek Empati
Howe (2015) mengungkapkan bahwa empati dapat merupakan
hasil dari pikiran maupun perasaan. Empati terdiri dari respon afektif
dan kognitif, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dan
memahami mengapa orang lain tersebut merasakannya.
a. Empati secara afektif
Empati secara afektif ditandai ketika seseorang mampu
merasakan kesusahan yang dialami oleh orang lain, mampu melihat
dan memahami kesedihan orang lain (Howe, 2015). Secara pasti
kesusahan dan kesedihan dialami oleh orang lain, namun hal itu
mampu mempengaruhi secara emosional pada orang tersebut
(Howe, 2015). Di dalam empati emosional atau afektif, kita dapat
merasakan perasaan orang lain yang dan yang mendukung adanya
proses kerja sama, altruism, kekompakan dan keamanan (Howe,
2015).
b. Empati secara kognitif
Empati kognitif didasarkan pada kemampuan melihat,
berimajinasi dan memikirkan sebuah situasi dari sudut pandang
yang dimiliki oleh orang lain (Howe, 2015). Selain itu dalam
empati kognitif dibutuhkan kemampuan untuk membaca,
mengenali dan menegoisasikan perilaku & maksud-maksud dari
orang lain (Howe, 2015). Empati kognitif melibatkan sebuah
proses reflektif yang lebih berbasis kognitif untuk memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
perspektif orang lain (Howe, 2015). Diperlukan adanya sebagian
pengetahuan mengenai riwayat, kepribadian, keadaan dan situasi
orang lain, sebelum kita mampu menggerakkan otak kita untuk
membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang lain tersebut
(Howe, 2015).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diperoleh beberapa ciri
orang berempati yang dapat dikembangkan menjadi indikator dari
aspek empati yang diungkapkan oleh Howe (2015).
a. Aspek empati secara afektif
1) Kemampuan merasakan perasaan orang lain.
Empati ditandai ketika seseorang mampu merasakan
kesusahan yang dialami oleh orang lain, mampu melihat
dan memahami kesedihan orang lain.
b. Aspek empati secara kognitif
1) Mampu mengerti dan mengenali perilaku & maksud-
maksud dari orang lain.
Seseorang yang memiliki tingkat empati yang tinggi
akan cenderung menganalisis tujuan atau maksud yang
dimiliki oleh seseorang.
2) Mampu memahami perspektif orang lain
Seseorang yang empatik akan mampu memahami
pandangan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3) Mampu berimajinasi dan memikirkan sebuah situasi dari
sudut pandang orang lain.
Seseorang yang memiliki tingkat empati yang tinggi
akan semakin mampu untuk membayangkan bagaimana
menjadi orang lain.
3. Perkembangan Empati
Menurut Damon (dalam Santrock, 2007), terdapat beberapa proses
perkembangan empati sebagai berikut:
Pada masa bayi, empati yang dimunculkan masih secara global.
Respon individu pada usia bayi bercirikan pengertian akan perasaan
dan kebutuhan orang lain.
Di usia 1-2 tahun, individu mulai mampu merasakan
ketidaknyamanan yang dialami oleh orang lain dan mulai
memperhatikannya meskipun belum dapat memahaminya dengan jelas.
Namun individu pada usia ini belum mampu menerjemahkan perasaan
tersebut dalam tingkat laku yang efektif.
Memasuki masa kanak-kanak awal, anak menjadi lebih sadar akan
adanya perspektif orang lain yang berbeda dan mampu memahami
bahwa orang lain mungkin saja bereaksi berbeda terhadap suatu
situasi. Kesadaran ini memungkinkan anak untuk berespon lebih wajar
terhadap kesusahan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Pada usia 10-12 tahun, anak telah mampu membentuk empati
terhadap orang lain yang hidup dalam kondisi yang tidak
menguntungkan. Bahkan saat remaja, individu sudah memiliki
kesensitifan yang memberi pandangan humanistik pada ideologi dan
pemahamannya mengenai politik.
4. Faktor yang mempengaruhi empati
a. Kebudayaan
Semakin beragam etnis dan budaya dalam sebuah
masyarakat maka dapat terjadi peningkatan ketertarikan terhadap
empati dalam kaitannya dengan perbedaan kebudayaan dan
terkadang dideskripsikan sebagai ‘empati etnokultural’ (Wang,
dalam Howe, 2015). Rasoal et al. (dalam Howe, 2015)
mendefinisikan empati etnokultural sebagai ‘memahami,
merasakan dan peduli terhadap apa yang dirasakan oleh orang yang
yang berasal dari kebudayaan yang berbeda dari dirinya. Sebuah
studi yang dilakukan oleh Marthur et al. (dalam Howe, 2015)
menemukan bahwa pada individu-individu Amerika-Afrika dan
Amerika kaukasian memiliki level empati yang lebih tinggi ketika
mereka melihat kesusahan dari kelompok kebudayaan mereka
sendiri. Ridle dan Lingle (dalam Howe, 2015) mengungkapkan
bahwa empati kultural ‘melibatkan penguatan respons empatik
manusia yang mampu memunculkan rasa mutualis dan pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
di tengah perbedaan yang besar dalam nilai dan pengharapan yang
sering terjadi dalam interaksi lintas kultural.’ Hingga saat ini pokok
bahasan mengenai hal tersebut masih terbatas.
b. Person, Situasi dan Perilaku Sosial
Keragaman tingkat pada sifat dan kecenderungan manusia
seperti kecerdasaan atau kekuatan, rasa malu atau humor, juga
terjadi pada level empati (Howe, 2015). Penyebab dari berbagai
perbedaan tersebut mungkin bersifat bawaan dan biologis atau
hasil dari pengasuhan dan pengalaman (Howe, 2015). Kualitas
individu atau sifat kepribadian yang dimiliki seseorang, seringkali
merupakan hasil dari hubungan dinamis antara gen dan
lingkungan, bawaan dan pengasuhan, biologi dan pengalaman
(Howe, 2015). Pada intinya faktor-faktor lain selain jenis kelamin
atau gender, seperti kepribadian, temparemen dan kebudayaan
mampu memiliki pengaruh pada kemampuan untuk berempati.
c. Pengaruh Jenis Kelamin
Secara jelas jika semua jumlah laki-laki dibandingkan
dengan semua jumlah perempuan, maka laki-laki sedikit kurang
berbakat dalam hal membaca ekspresi emosi orang lain dan kurang
tertarik pada apa yang mereka pikirkan atau mereka rasakan
(Mehrabian & Trobst dalam Howe, 2015). Pada pertemanan
perempuan akan melibatkan lebih banyak keterbukaan dan empati,
sementara pertemanan laki-laki lebih sering berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kebersamaan, seperti melakukan pekerjaan atau kegiatan secara
bersama-sama (Vernon dalam Howe, 2015), meskipun diduga
bahwa karena ada anggapan di masyarakat bahwa perempuan lebih
empatik daripada laki-laki, mereka sering mendapati diri mereka
untuk sesuai dengan anggapan ini (Ickes dalam Howe, 2015).
d. Empatisan dan Sistematisan
Simon &Baron-Cohen (dalam Howe, 2015) menyatakan
bahwa otak perempuanlebih kuat dalam empati sedangkan otak
laki-laki lebih kuat dalam pemahaman dan pembangunan sistem-
sistem. Terdapat perbedaan secara umum antara jenis-jenis kelamin
di mana kelompok perempuan, secara umum, memiliki
kemampuan empati yang lebih baik dibandingkan laki-laki (Howe,
2015). Dalam hal ini, dan merefleksikan bias jenis kelamin, para
empatisan dikatakan memiliki ‘otak perempuan’ (Howe, 2015).
Di sisi lain, laki-laki cenderung menjadi ‘sistematisan’ yang
lebih baik (Howe, 2015). Sistematis adalah kecenderungan untuk
menganalisis, mengeksplorasi, dan menggambarkan bagaimana
segala sesuatunya berjalan dengan baik, menemukan berbagai
aturan dan prinsip dasar yang mengatur kerja sistem-sistem, seperti
misalnya mesin-mesin, organisme-organisme, program-program
komputer atau fenomena fisik (Howe, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
e. Kepribadian dan Temparemen
Respon empati dalam tiap orang akan berbeda tergantung
sebagian kepribadian dan temparemen mereka (Howe, 2015). Sifat
menyenangkan (agreeableness) yang dimiliki seseorang
berkolerasi positif dengan emosi-emosi prososial seperti empati
dan kemauan untuk menolong orang lain (Grasiono dalam Howe,
2015). Mereka yang memiliki sifat kurang menyenangkan
cenderung memperlihatkan tingkat empati yang lebih rendah dan
kurangnya kemauan untuk menolong (Howe, 2015). Selain itu
orang-orang yang memiliki skor tinggi dalam skala yang
digunakan untuk mengukur keinginan untuk diterima dan dimiliki
memiliki jaringan sosial yang luas dan cenderung lebih empatik
(Howe, 2015). Sedangkan mereka yang memiliki neurotikisme
tinggi, memiliki perasaan empati yang rendah dan perasaan
kesendirian yang tinggi (Beadle dalam Howe, 2015).
f. Keterampilan Sosial dan Gender
Anak perempuan memperlihatkan empati yang lebih
banyak dibandingkan anak laki-laki (Howe, 2015). Bayi
perempuan melakukan kontak mata lebih banyak daripada anak
laki-laki (Howe, 2015). Ketika telah berusia satu tahun, anak
perempuan tampak lebih peduli dibandingkan anak laki-laki dalam
menolong orang lain yang sedang kesusahan (Bloom dalam Howe,
2015). Saat remaja, para gadis memiliki kemampuan empati dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pemikiran-pemikiran prososial yang lebih baik dibandingkan para
remaja laki-laki (Dolan & Fullam dalam Howe, 2015)
g. Perkembangan Otak dan Janin
Otak perempuan diketahui memiliki kemampuan empatik
yang lebih baik ketika menafsirkan keadaan emosional orang lain
dan respon emosional mereka pada perasaan yang dimiliki orang
lain (Schulte-Ruther, dalam Howe, 2015). Penanda munculnya bias
otak yang sistematis atau otak yang empatis adalah level hormon-
hormon yang mengalir dalam tubuh bayi selama tahap-tahap
tertentu dari perkembangan janin (Howe, 2015). Kadar testoteron
mampu memengaruhi perkembangan otak janin, terutama selama
trimester kedua (Howe, 2015). Bayi laki-laki cenderung
memproduksi testoteron lebih banyak dibandingkan bayi
perempuan, meskipun kadar tersebut juga dapat lebih tinggi atau
lebih rendah dari kadar testosteron alami yang mengalir dalam
darah ibu (Howe, 2015). Kadar testosteron dapat memuncak
kembali sekitar lima bulan setelah kelahiran atau selama pubertas
(Howe, 2015).
Kadar testosteron yang rendah (umumnya pada perempuan)
mengantar kepada level yang lebih baik dalam keterampilan
bahasa, keterampilan komunikasi, kontak mata dan berbagai
keterampilan sosial, yang merupakan tanda dari empatisan yang
baik (Baron-Cohen dalam Howe, 2015). Jika ketertarikan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
terbatas menjadi salah satu indikator dari karakter sistematisan
yang mendalam, maka hasil ini akan memperlihatkan dengan jelas
bahwa kemampuan sistematisasi yang baik terkait dengan level
testosteron janin yang tinggi (Baron-Cohen dalam Howe, 2015).
h. Pengalaman
Selain sifat bawaan, biologis, dan hasil dari pengasuhan
yang menyebabkan perbedaan empati antar individu, pengalaman
dirasa juga dapat mempengaruhi perbedaan tersebut (Howe, 2015).
Pengalaman-pengalaman anak-orangtua yang berkualitas baik di
masa permulaan memberi anak adiksi pada hubungan-hubungan
yang akrab dan empatik (Howe, 2015). Orang tua yang pengertian
mampu memantulkan kembali apa yang mereka pahami mengenai
keadaan emosi anak mereka (Howe, 2015). Ini lebih dikenal
sebagai ‘pencerminan emosi’ (Fonagy & Winnicot dalam Howe,
2015). Pencerminan emosi merupakan deskripsi dari pengasuh
yang merespon bayi mereka dengan emosi yang diyakini sesuai
dengan perilaku sang anak (Howe, 2015). Pengalaman ini sangat
penting bagi anak agar dapat mengembangkan empati (Howe,
2015).
Diprogram untuk memahami pengalaman, otak bayi
pertama membutuhkan sentuhan dengan pengalaman sebelum
mampu memahaminya (Howe, 2015). Tatanan yang sangat indah
memiliki arti bahwa otak tersebut belajar untuk memroses dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
memahami dunia dimana ia berada dan untuk mengatasi dunia
tersebut untuk bertahan hidup (Howe, 2015). Sebagaimana ilmu
saraf membantu memahami kemampuan untuk berempati, begitu
pula pengalaman hidup kita dalam berempati memberikan banyak
petunjuk kreatif kepada para ilmuwan otak tentang bagaimana kita
mempelajari kerumitan dan kecanggihan otak sosial kita yang
mengagumkan (Howe, 2015). Dengan bertambahnya pengalaman,
dunia menjadi semakin jelas dan mulai dipahami (Howe, 2015).
Selain pengalaman berinteraksi dengan manusia,
pengalaman berinteraksi dengan hewan dipercaya mampu
meningkatkan empati. Zahn-Waxler, Hollenbeck & Radke-Yarrow
(1984) mengungkapkan bahwa hewan terkadang dapat menjadi
penerima dari ekspresi empati pertama dari anak. Selain itu dalam
berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki
hewan peliharaan memiliki skor yang lebih tinggi pada skala
empati jika dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki hewan
peliharaan (Endenburg & Lith, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa
pengalaman berinteraksi dengan hewan peliharaan secara akurat
mampu memberikan perbedaan tingkat empati pada anak, dimana
anak yang memelihara hewan memiliki tingkat empati yang lebih
tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman dalam
berinteraksi dengan orang lain maupun dengan hewan peliharaan
mampu mempengaruhi tingkat empati yang dimiliki seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
5. Keterkaitan antara Empati yang Dimiliki oleh Anak dengan Masa
Dewasanya
Kecerdasan emosional dan empati membantu menyiapkan anak-
anak menghadapi kehidupan sosial yang sulit dan keras (Howe, 2015).
Mereka yang disiapkan dengan baik akan dapat menjadi pemain sosial
yang terampil (Howe, 2015). Agar anak-anak dapat memaknai
berbagai hubungan dan dunia sosial, mereka perlu berinteraksi dengan
orang lain (Howe, 2015). Perkembangan pemahaman sosial yang
dimiliki anak didapatkan dari adanya interaksi sosial (Howe, 2015).
Anak-anak yang menderita penolakan akan kehilangan hubungan
yang mendalampadahubungan timbal balik (Howe, 2015).
Menyebabkan mereka tidak memiliki empati dalam dirinya (Howe,
2015). Anak-anak yang yang kekurangan interaksi sosial menghadapi
risiko tidak mampu memaknai dirinya sendiri atau kehidupan sosial
yang dimiliki (Howe, 2015).
Selain itu kemampuan empatik dapat bergantung pada seberapa
baik proses-proses fisiologis dan emosional antara ibu dan bayi
terkoordinasi, atau ‘tersambung’ (Woodruff dalam Howe, 2015).
Interaksi antara temparemen dan pola pengasuhan orang tua secara
umum dianggap sebagai faktor-faktor penting dalam perkembangan
empati (Woodruff dalam Howe, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Para pengasuh yang sensitif dan responsif membantu anak untuk
mengembangkan kelekatan yang aman (Bowlby dalam Howe, 2015).
Baron-Cohen (dalam Howe, 2015) mengungkapkan bahwa para orang
tua empatik, ketika membantu anak-anak untuk mengembangkan
kelekatan aman, memberikan mereka sebuah harapan, impian dan
kebahagiaan. Sumber daya ini memberikan mereka keterampilan sosial
dan emosional untuk menghadapi tantangan dan kesulitan dalam
kehidupan dan juga menfasilitasi empati anak itu sendiri (Howe,
2015). Dapat disimpulkan bahwa ketika anak mendapatkan cukup
banyak empati dan perhatian maka ia dapat berempati dan lebih sosial
di masa mendatang.
6. Empati pada Hewan
Meminjam dari definisi dasar empati, empati pada hewan memiliki
komponen afektif dan kognitif dimana berkaitan dengan menyadari
dan mengerti emosi dari hewan dan berbagi atau memiliki respon
emosional pada emosi yang ditunjukkan oleh hewan (Rothgeber &
Mican, 2014). Dimana tidak dibatasi pada emosi yang khusus, empati
secara umum mengacu pada hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa
menyedihkan yang dialami oleh mahkluk hidup (Zahn-Waxler,
Hollenbeck, & Radke-Yarrow, 1985). Terkhusus pada vegetarian,
empati yang tinggi membuat mereka secara kognitif dan emosional
menjadi alasan mengapa kesulitan untuk memakan hewan (Foer dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Rothgeber & Mican, 2014). Para peneliti mengidentifikasikan bahwa
hubungan dan pertemanan antar spesies menyebabkan pembentukan
empati tidak hanya pada hewan peliharaan namun kepada hewan yang
lainnya juga (Foer dalam Rothgeber & Mican, 2014). Mereka
beralasan bahwa hewan memiliki keterbatasan komunikasi secara
verbal kepada manusia, manusia harus membangun kemampuan untuk
berkomunikasi dengan mereka dimana tanpa kesiagaan empati akan
sulit untuk mengetahui keinginan, suasaana hati dan segala hal yang
menjadi kebutuhan hewan tersebut (Rothgeber & Mican, 2014).
B. Memelihara Hewan
1. Definisi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), hewan
memiliki arti sebagai makhluk bernyawa yang mampu bergerak
(berpindah tempat) dan mampu bereaksi terhadap rangsangan, tetapi
tidak berakal budi (seperti anjing, kerbau, semut). Sedangkan hewan
peliharaan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) memiliki arti
sebagai hewan yang biasa dipiara untuk kesenangan (seperti anjing,
kucing, dan burung). Menurut Rahmiati & Pribadi (2014) hewan
peliharaan adalah hewan yang kehidupannya secara sebagian atau
bahkan seluruhnya bergantung pada manusia untuk maksud tertentu.
Memelihara hewan yaitu kegiatan manusia yang memiliki
konsekuensi berupa adanya kewajiban untuk bertanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
terhadap keberlangsungan hidup hewan peliharaannya (Rahmiati &
Pribadi, 2014). Selain itu para pemilik memiliki beban dalam
memelihara hewan seperti beban waktu, materi, dan moril (Rahmiati &
Pribadi, 2014).
Beban waktu berupa pemilik harus meluangkan waktunya untuk
berinteraksi dengan hewan yang dipelihara seperti mengajak bermain,
jalan-jalan, memandikan dan mengecek kesehatan hewan
peliharaannya (Rahmiati & Pribadi, 2014). Beban materi dapat berupa
menyediakan kebutuhan hewan peliharaan seperti memberikan pakan,
minum, kandang, kesehatan dan lain sebagainya yang membutuhkan
biaya tertentu (Rahmiati & Pribadi, 2014). Sedangkan beban moril
yang ditanggung para pemilik hewan peliharaan yaitu dibutuhkannya
pemberian kasih sayang dan perhatian pada hewan yang dipelihara
karena hewan mampu memproses kognitif dan perasaan (Knight &
Barnett, dalam Rahmiati & Pribadi, 2014). Herzog & Galvin (dalam
Knight & Barnett, 2008) menyatakan bahwa pengalaman yang
melibatkan perasaan dan kemampuan kognitif pada hewan meliputi
perasaan siaga dan kemampuan untuk memecahkan masalah seperti
melakukan trik yang diberikan oleh pemilik agar dapat memperoleh
imbalan berupa makanan.
Smolkovic, Fajfar & Mlinaric (2012) menemukan bahwa pemilik
yang memelihara hewannya lebih dari tiga tahun, memiliki kelekatan
yang lebih kuat pada hewan peliharaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2. Anjing
Anjing merupakan hewan pertama yang di domestikasikan,
dimulai sekitar 15.000 tahun yang lalu di Asia Timur (Savolainen,
Zhang, Luo, Lundeberg, & Leitner, dalam Podberscek, 2009). Menurut
Clutton-Brock (dalam Podberscek, 2009) beberapa teori mengatakan
bahwa alasan mendomestikasi anjing dengan tujuan untuk membantu
berburu dan menjaga keamanan.
Valentincic (dalam Smolkovic, Fajfar & Mlinaric, 2012)
menyatakan bahwa anjing lebih menuntut perawatan secara individual
dibandingkan hewan peliharaan yang lain. Kelekatan antara pemilik
dengan anjingnya mampu dipengaruhi oleh semakin mahalnya harga
anjing dan besarnya rencana pengeluaran yang lebih panjang,
perawatan yang baik, perhatian serta keterlibatan dalam aktivitas
bersama anjing, kelekatan yang lebih tinggi ditemui pada pemilik
terhadap anjing ras (Smolkovic, Fajfar & Mlinaric, 2012).
Berinteraksi dengan anjing yang telah memiliki ikatan dengan
baik dapat meningkatkan relaksasi, ditandai dengan berkurangnya
tekanan darah, menaikkan temperatur pada kulit periphal (Baun,
Oetting & Bergstrom, dalam Velde, Cipriani, & Fisher, 2014). Dalam
penelitian ini anjing dipilih karena memiliki popularitas yang tinggi
dan lebih interaktif secara alami dibandingkan hewan lain. (Rost,
Hartman, Paul & Serpell dalam Hergovich, dkk., 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3. Pengaruh Memelihara Hewan terhadap Perkembangan pada Anak
Banyak orang tua yang memberikan pengakuan bahwa memelihara
hewan mampu membantu anak mereka untuk menjadi lebih
bertanggung jawab (Raupp Dalam Jalongo, 2015), menjadi lebih
sosial, dan membangun karakter mereka (Endenburg, dalam
Endenburg & Lith, 2011). Anak yang besar dalam keluarga yang
memelihara anjing memperlihatkan kompetensi sosial yang lebih besar
(Guttman, Melson, Endenburg & Baarda, dalam Endenburg &Lith,
2011).
Chandler, dkk (2015) menemukan bahwa hewan peliharaan
mampu membuat para pemilik untuk sering berinteraksi dalam sebuah
pertemuan, seperti ketika mengajak jalan-jalan hewan
peliharaannya.Selain itu hewan peliharaan mampu menyatukan
keluarga ketika menghabiskan waktu bersama dengan hewan
peliharaan mereka atau sekedar menceritakan kejadian yang dialami
bersama hewan peliharaannya, hal tersebut mampu membuat
hubungan dalam keluarga semakin kuat (Chandler, dkk. 2015).
Hubungan dalam keluarga juga dapat tumbuh semakin kuat sebagai
konsekuensi dari kerja keras untuk memenuhi keperluan sehari-hari
dari hewan peliharaan mereka, hal tersebut merupakan efek positif dari
memelihara hewan peliharaan yang dinyatakan oleh Smolkovic, Fajfar
& Mlinaric (2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kelekatan dengan hewan peliharaan yang dihasilkan dari
pemberian kasih sayang dari pemilik kepada hewan peliharaannya
mampu memberikan dukungan secara psikologis dan sosial (Beck &
Madresh, dalam Chandler, dkk., 2015). Hal ini sesuai dengan
Hirschman (dalam Smolkovic, Fajfar & Mlinaric, 2012) yang
menemukan bahwa seseorang memutuskan memelihara hewan sebagai
teman untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka. Pada anak-anak yang
berada pada daerah yang terisolasi dengan sedikitnya teman sebaya,
hubungan dengan hewan peliharaan mampu menggantikan pertemanan
dengan manusia (Levinson, 1978). Hewan peliharaan dapat berperan
sebagai teman, mampu memberikan kesenangan tanpa syarat dan tidak
menghakimi kepada pemiliknya (Hill, Gaines & Wilson, dalam
Smolkovic, Fajfar & Mlinaric, 2012).
Nebbe (dalam Smolkovic, Fajfar & Mlinaric, 2012)
mengungkapkan hewan peliharaan mampu menerima, memberikan
afeksi secara terbuka, jujur, setia dan konsisten, dimana semua hal
tersebut merupakan kebutuhan dasar seseorang untuk dicintai dan
merasa berharga. Hal ini disebabkan karena hewan peliharaan
merupakan mahkluk yang mampu menerima apa adanya dimana secara
tidak terbatas memberikan penerimaan dan afeksi tanpa mengikat
(Levinson, 1978). Penerimaan penuh yang diberikan oleh hewan
peliharaan dapat membuat anak merasa berharga dan merasa disayangi
dimana mungkin saja hal tersebut tidak mampu ia dapatkan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
lingkungannya (Levinson, 1978). Selain itu ketika anak-anak mampu
melatih hewan peliharaannya bersikap menerima atau bahkan mampu
menunjukkan sebuah trik, dapat membuat anak merasa lebih
berkompeten yang dapat menaikkan tingkat harga diri anak tersebut
(Levinson, 1978).
Banyak dari pemilik yang menganggap hewan peliharaan mereka
sebagai bagian dari keluarga, memperlakukan hewan peliharaannya
sebagai anak dan berbicara kepadanya (Wells dalam Endenburg &
Lith, 2011). Selain itu anak-anak yang menjadi “orang tua” dari hewan
peliharaannya mampu memiliki pandangan yang lebih realistik dari
orang tua mereka dan fungsi pola asuhnya (Levinson, 1978). Dimana
anak seringkali bermain peran dan berlaku sebagai orang tua dari
hewan peliharaan mereka, dengan adanya hal tersebut, anak mampu
untuk memiliki pandangan berada di posisi sebagai orang tua.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai dampak memelihara
hewan pada anak sebagai konsekuensi hasil interaksi dengan hewan
peliharaannya yaitu:
a. Meningkatkan interaksi dan hubungan dalam keluarga sebagai
konsekuensi karena adanya pemenuhan kebutuhan hewan
peliharaan seperti memberi makan, mengajak bermain,
memandikan, dsb.
b. Dapat memperoleh afeksi sehingga kebutuhan dasar seseorang
untuk dicintai dan merasa berharga mampu terpenuhi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
c. Pemilik hewan peliharaan mampu memiliki peran sebagai
orang tua dari hewan peliharaannya
d. Pemilik hewan peliharaan dapat menjadi lebih bertanggung
jawab
e. Pemilik hewan peliharaan menjadi lebih sosial.
C. Dewasa
1. Definisi dan Batasan
Menurut Arnett (dalam King, 2010) tumbuh dewasa merupakan
transisi dari remaja ke dewasa. Berdasarkan King (2010), seseorang
yang telah memasuki tahap dewasa, memiliki rentang usia 20-30
tahun.
Beberapa psikolog menyatakan bahwa pada masa dewasa telah
ditandai oleh indikator dari dalam sebagai bentuk otonomi, kontrol
diri, dan tanggung jawab personal, hal tersebut sebagai bentuk pikiran
dibanding peristiwa yang berlainan (Shanahan, Porfeli, & Mortimer,
dalam Papalia & Feldman, 2014).
Menurut Arnett (dalam Papalia & Feldman, 2014) terdapat tiga
kriteria untuk mendefinisikan masa dewasa; (1) Mampu menerima
tanggung jawab pada diri sendiri, (2) Sanggup membuat keputusan
mandiri, (3) Dapat mandiri secara finansial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Berdasarkan Papalia & Feldman (2014), banyak ilmuwan dalam
bidang perkembangan menyatakan bahwa banyak orang muda dalam
kelompok sosial industri, remaja akhir melalui pertengahan hingga
akhir usia 20-an menjadi periode kehidupan yang berbeda, dari
keseluruhan proses kehidupan peralihan masa dewasa. Pada fase ini,
seseorang dinilai berada pada titik dalam rentang ketika kehidupan
dewasa muda dapat mencari tahu siapa diri mereka dan memiliki
kesempatan untuk mencoba hal-hal baru dan cara hidup yang berbeda
(Papalia & Feldman, 2014).
2. Perkembangan pada Masa Dewasa
a. Perkembangan Kognitif
Kapasitas untuk berfikir secara reflektif tampaknya muncul
pada usia 20-25 tahun (Papalia & Feldman, 2014). Menurut
Papalia & Feldman (2014), meskipun hampir semua orang dewasa
mampu mengembangkan kapasitas untuk menjadi pemikir yang
reflektif, namun lebih sedikit yang dapat mencapai kecakapan yang
optimal dalam ketrampilan tersebut, bahkan lebih sedikit lagi yang
dapat menggunakannya secara konsisten untuk menghadapi
beragam masalah. Bagi kebanyakan individu dewasa, pendidikan
di perguruan tinggi menstimulasi kemajuan berfikir reflektif
(Papalia & Feldman, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Tingkat perkembangan kognisi yang lebih tinggi pada masa
dewasa sering disebut pemikiran pascaformal dan pada umumnya
dimulai di peralihan masa dewasa, sering kali melalui ekspos dari
pendidikan tinggi (Labouvie-Vief, dalam Papalia & Feldman,
2014). Pemikiran pascaformal bersifat fleksibel, terbuka adaptif
dan individualistik, menggambarkan intuisi dan emosi begitu juga
dengan logika untuk membantu individu mengatasi dunia yang
tampak kacau (Papalia & Feldman, 2014).
b. Perkembangan Psikososial
Jalan individu menuju masa dewasa di pengaruhi oleh
beberapa faktor seperti gender, kemampuan akademis, sikap awal
terhadap pendidikan, ras dan etnisitas, harapan di akhir masa
remaja, dan kelas sosial (Papalia & Feldman, 2014). Erikson
mengemukakan bahwa orang dewasa muda berada pada tahap
intimasi dan isolasi (Feist & Feist, 2010). Dalam tahap tersebut
seorang dewasa muda sedang berusaha untuk menjalin hubungan
intim (King, 2010). Dalam membentuk keintiman, Rubin (dalam
Huffman, Vernoy & Vernoy, 2000) mengungkapkan bahwa rasa
empati dan percaya sangat dibutuhkan. Dapat disimpulkan bahwa
empati dibutuhkan orang dewasa dalam membangun sebuah relasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
D. Dinamika Memelihara Hewan dalam Pembentukan Empati
Rothgerber & Mican (2014) menyatakan bahwa hubungan dengan
hewan peliharaan mampu menunjukkan peluang untuk membangun
empati. Hal tersebut diwujudkan dalam banyaknya kegiatan yang dapat
dilakukan ketika memelihara hewan peliharaan. Dalam memelihara
hewan, pemilik mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar
dalam memelihara hewan peliharaannya agar dapat menjaga kesejahteraan
hewan tersebut dan membuat hewan peliharaannya mampu bertahan
hidup, yaitu beban waktu, beban materi dan beban moril.
Beban waktu yang dimiliki oleh pemilik berupa kegiatan mengajak
bermain, mengajak berjalan-jalan, memandikan, mengecek kesehatan, dsb.
Mengajak hewan bermain mampu meningkatkan interaksi dan hubungan
dalam keluarga karena seringkali aktivitas bermain dengan hewan
peliharaan dilakukan bersama-sama dengan sebagian besar anggota
keluarga. Hal ini sesuai dengan temuan Chandler, dkk (2015) dimana
hewan peliharaan mampu membuat keluarga berkumpul bersama dengan
meluangkan waktu bersama hewan peliharaan atau berbagi cerita
mengenai hewan peliharaan sehingga mampu membuat hubungan keluarga
semakin erat.
Selain itu meningkatnya interaksi dalam keluarga dapat membantu
seseorang dalam merasakan perasaan orang lain. Berdasarkan informasi
verbal dan nonverbal yang kita terima dari orang lain, kita mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
mendapat kesan apakah orang lain yang kita temui ramah, baik hati, judes,
pelit, pemarah, pintar, dan sebagainya (Sarwono & Meinarno, 2009).
Terkadang ketika meniru ekspresi wajah orang lain, kita mampu
merasakan perasaan orang lain dalam ekspresi wajah kita sendiri (Howe,
2015). Hal tersebut merupakan salah satu aksi empati emosional atau
afektif (Howe, 2105).
Guttman (dalam Endenburg & Lith, 2011) menemukan bahwa anak
laki-laki yang memiliki hewan peliharaan mempunyai performa yang lebih
baik dalam mengukur kapasitas mereka saat memberikan kode pada
informasi non-verbal, berpotensi membuat mereka baik dalam
berkomunikasi, dibandingkan anak laki-laki yang tidak memelihara
binatang. Dapat disimpulkan semakin mudah seseorang menyadari kesan
seseorang, semakin mudah pula seseorang merasakan perasaan orang lain.
Howe (2015) mengungkapkan bahwa orang berempati maka orang
tersebut akan memiliki kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain,
ditandai dengan ketika seseorang mampu merasakan kesusahan yang
dialami oleh orang lain, mampu melihat dan memahami kesedihan orang
lain (Howe, 2015)
Ketika interaksi dalam keluarga meningkat, hal tersebut juga dapat
memudahkan seseorang untuk memiliki kemampuan dalam mengevaluasi
maksud atau tujuan yang dimiliki seseorang. Hal ini sesuai dengan
ungkapan King (2010), dimana ketika kita berinteraksi dengan orang lain,
kita dapat mengamati perilaku orang dan mendengarkan apa yang mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
katakan, namun untuk menentukan penyebab dasar perilaku orang lain,
seringkali harus membuat kesimpulan dari pengamatan ini, selanjutnya
kita harus dapat mengambil informasi yang kita punya dan menghasilkan
tebakan yang bagus mengenai siapa mereka dan apa yang mungkin
dilakukan di kemudian hari. Howe (2015) mengungkapkan semakin
mudah seseorang dalam membaca, mengenali dan menegoisasikan
perilaku & maksud-maksud dari orang lain maka semakin berempati orang
tersebut.
Kegiatan bersama hewan peliharaan berupa mengajak berjalan-
jalan,mampu membuat pemilik menjadi lebih sosial. Hal ini disebabkan
ketika mengajak berjalan-jalan hewan peliharaan (dalam hal ini anjing)
seringkali pemilik akan bertemu dengan pemilik yang lain sehingga
mampu memunculkan interaksi di dalamnya. Hal ini sesuai dengan temuan
Chandler, dkk. (2015) yang menemukan bahwa hewan peliharaan mampu
membuat para pemilik untuk saling bertemu, sehingga mampu
meningkatkan ikatan pada para pemilik. Para pemilik akan saling
berinteraksi dengan saling berbagi atau bercerita mengenai hewan
peliharaan mereka (Chandler, dkk., 2015).
Meningkatnya interaksi akan mampu membuat pemilik menjadi lebih
sosial. Semakin sosialnya seseorang, dapat dikaitkan dengan perspektif
sosial. Dimana ketika seseorang semakin sosial maka orang tersebut akan
cenderung memiliki perspektif sosial. Ketika anak-anak terlibat dengan
orang lain, mereka belajar untuk memperhitungkan perspektif orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(Howe, 2015). Kualitas-kualitas hubungan yang dimiliki oleh anak
memberikan peranan penting, bagaimana sebaiknya mereka untuk
menangani dunia sosial tersebut (Howe, 2015). Dalam hubungan semacam
ini anak secara bertahap belajar untuk mendestralisasi pandangan dunia
mereka (Piaget dalam Howe, 2015). Mereka menjadi lebih mengerti
bagaimana mengenali dan meniru perspektif yang dimiliki oleh orang lain
secara perseptual, kognitif dan emosional (Eisenberg dalam Howe, 2015).
Howe (2015) menyebutkan dalam berempati secara kognitif melibatkan
sebuah proses reflektif yang lebih berbasis kognitif untuk memahami
perspektif orang lain. Dapat disimpulkan semakin sosial seseorang
semakin berempati orang tersebut.
Selain beban waktu, pemilik juga mengalami beban materi, dimana
pemilik akan melakukan kegiatan untuk menunjang kehidupan
peliharaannya seperti memberi pakan, memberi minum, memberi kandang,
merawat kesehatan, dsb. Dengan adanya berbagai kegiatan tersebut,
pemilik akan menjadi lebih bertanggung jawab. Hal ini disebabkan karena
pemilik telah memenuhi kewajibannya dengan mencukupi kebutuhan
secara materi untuk hewan peliharaannya. Hal tersebut sesuai dengan
sebagian arti dari bertanggung jawab yang dikemukakan Susanti (2015)
yaitu mengerti kewajiban yang harus dipenuhi olehnya. Perilaku tanggung
jawab sendiri juga dapat berkembang melalui proses sosialisasi pada
keluarga (Apriani & Wangid, 2015). Maka dapat disimpulkan bahwa
tanggung jawab dalam memelihara hewan dapat melibatkan peran serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
anggota keluarga lain seperti pada kasus anak memelihara binatang, orang
tua akan membantu anak untuk bertanggung jawab pada hewan
peliharaannya. Dengan adanya proses tersebut, penanaman rasa tanggung
jawab juga dapat menimbulkan interaksi sosial antara anak dengan orang
tua. Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, dengan
semakin sosialnya individu tersebut maka akan semakin berempati orang
tersebut.
Beban moril juga merupakan sebuah konsekuensi yang harus
ditanggung oleh pemilik. Pada beban moril pemilik dituntut untuk
mampu memberikan kasih sayang kepada hewan peliharaannya.
Dampak dari hal tersebut yaitu pemilik mampu memperoleh afeksi
sehingga kebutuhan dasar seseorang untuk dicintai dan merasa
berharga mampu terpenuhi (Nebbe dalam Smolkovic, Fajfar &
Mlinaric, 2012). Ketika anak-anak mampu melatih hewan
peliharaannya bersikap menerima atau bahkan mampu menunjukkan
sebuah trik, dapat membuat anak merasa lebih berkompeten yang
dapat menaikkan tingkat harga diri anak tersebut (Levinson, 1978).
Lupitazari & Fauziah (2017) menemukan bahwa semakin tinggi
tingkat harga diri seseorang maka makin tinggi pula tingkat prososial
orang tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika
semakin sosial seseorang, maka orang tersebut akan memiliki tingkat
empati yang lebih tinggi. Dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang
memiliki tingkat harga diri yang tinggi sebagai dampak dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
memelihara hewan maka orang tersebut akan memiliki tingkat empati
yang lebih tinggi pula.
Dampak lain dari pemenuhan beban moril adalah pemilik dapat
memiliki peran sebagai orang tua dari hewan peliharaannya. Hal ini
disebabkan karena banyak dari pemilik menganggap hewan peliharaan
mereka sebagai bagian dari keluarga, memperlakukan hewan
peliharaannya sebagai anak dan berbicara kepadanya (Wells dalam
Endenburg & Lith, 2011). Pemilik akan menghabiskan waktu dengan
bermain serta berinteraksi bersama hewan peliharaan mereka. Mereka
berlaku seolah-olah mereka adalah orang tua dari hewan yang mereka
pelihara, sedangkan hewan peliharaan mereka adalah anak mereka
sendiri. Adanya permainan tersebut maka seseorang mampu
berimajinasi mengenai apa yang tengah ia perankan dan mengetahui
apa yang harus dilakukan. Bermain melibatkan aksi untuk berpura-
pura, pengambilan peran dan penggunaan imajinasi yang dimiliki
(Howe, 2015). Sedangkan dalam empati kognitif dibutuhkan
kemampuan melihat, berimajinasi dan memikirkan sebuah situasi dari
sudut pandang yang dimiliki oleh orang lain (Howe, 2015). Sehingga
hal ini dapat sesuai bahwa semakin orang mampu berimajinasi dari
sudut pandang orang lain maka makin berempati orang tersebut.
Banyak dari studi yang mampu menemukan bahwa memelihara
hewan mampu meningkatkan empati. Berbagai studi menemukan
bahwa anak muda dengan ikatan yang kuat atau hubungan yang dekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dengan hewan peliharaannya memiliki skor yang tinggi pada empati
dibandingkan dengan anak yang memiliki ikatan lemah maupun anak
yang tidak memiliki hewan peliharaan (Poresky & Vidovic, dalam
Endenburg & Lith, 2011).
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki sikap
positif pada binatang lebih empatik jika dibandingkan mereka yang
memiliki sikap negatif, atau kurang positif (Daly & Morton, dalam
Endenburg & Lith, 2011). Empati kepada hewan tampaknya mampu
memiliki efek memindah empati pada orang lain (Ascione dalam
Endenburg & Lith, 2011). Ascione (1992) menjelaskan bahwa ketika
anak mampu memperlakukan hewan dengan baik dan peduli maka
dapat memperlakukan teman sebayanya dengan baik pula sehingga
mampu menumbuhkan empati.
Konsisten dengan studi yang dilakukan oleh Vidovic, penelitian yang
dilakukan oleh Daly & Mortin (dalam Endenburg & Lith, 2011)
menemukan bahwa anak yang memiliki kelekatan kuat dengan hewan
peliharaannya, tidak hanya memiliki skor yang tinggi pada empati dan
skala perilaku prososial namun juga menilai suasana keluarga mereka
lebih menyenangkan dibandingkan anak yang memiliki kelekatan lebih
rendah dengan hewan peliharaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
E. Skema Empati pada Pemelihara Hewan
Gambar 1.
Skema Empati pada Pemelihara Hewan
Memelihara
Hewan Beban
Materi
Beban
Moril
Beban
Waktu
Mengajak
bermain
Mengecek
kesehatan
Memandikan
Mengajak
berjalan
jalan
Memberi
minum
Merawat
kesehatan
Memberi
kandang
Memberi
pakan
Memberikan
kasih
sayang
Meningkatkan
interaksi dan
hubungan
dalam
keluarga
Mampu
menjadi
lebih
sosial
Pemilik
hewan
mampu lebih
bertanggung
jawab
Pemilik
hewan
mampu
memiliki
peran
sebagai
orang tua
dari hewan
peliharaan
Dapat memperoleh afeksi
sehingga kebutuhan dasar
seseorang untuk dicintai
dan merasa berharga
mampu terpenuhi
Kemampuan
merasakanpe
rasaan orang
lain.
Mampu
mengerti dan
mengenali
perilaku &
maksud-
maksud dari
orang lain.
Mampu
memahami
perspektif
orang lain
Mampu
berimajinasi
dan
memikirkan
sebuah
situasi dari
sudut
pandang
orang lain.
Afektif
Kognitif
Empati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
F. Hipotesis
Berdasarkan pada penjabaran teori di atas maka peneliti memiliki
hipotesis bahwa terdapat perbedaan tingkat empati kepada sesama pada
orang dewasa yang memelihara hewan jika dibandingkan dengan orang
dewasa yang tidak pernah memelihara hewan, dimana empati kepada
sesama pada orang dewasa yang memelihara hewan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan orang dewasa tidak pernah memelihara hewan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian komparatif
adalah penelitian yang membandingkan kedua sampel yang berbeda dalam
satu variabel yang sama (Sugiyono, 2014). Penelitian ini akan
membandingkan antara pemilik hewan peliharaan dan bukan pemilik
hewan peliharaan.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Dependen: Empati
2. Variabel Independen: Memelihara hewan peliharaan
C. Definisi Operasional
1. Empati
Empati merupakan hasil pemikiran dan perasaan untuk mampu
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dengan menggunakan
kesadaran kognitif serta ikut merasakan kondisi yang dialami dan
perasaan yang tengah dirasakan oleh orang lain sebagai sebuah respon
afektif. Empati diukur dengan skala empati. Skala empati dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menggunakan konsep Howe (2015). Peneliti menggunakan aspek
empati secara afektif dan kognitif. Dalam aspek afektif memiliki satu
indikator yaitu kemampuan merasakan perasaan orang lain. Sedangkan
aspek kognitif memiliki 3 indikator yaitu mampu mengerti dan
mengenali perilaku & maksud-maksud dari orang lain,mampu
memahami perspektif orang laindan mampu berimajinasi dan
memikirkan sebuah situasi dari sudut pandang orang lain.
Semakin tinggi skor yang diperoleh akan menunjukkan semakin
tinggi empati seseorang. Skor tingkat empati diperoleh dari skor total
skala empati. Semakin tinggi skor total skala, maka subjek mempunyai
tingkat empati yang baik dan apabila skor total skala rendah, subjek
memiliki tingkat empati yang buruk.
2. Memelihara Hewan
Orang yang memelihara hewan adalah orang yang menghabiskan
sebagian waktunya untuk beraktivitas bersama hewan yang dipelihara
(dalam penelitian ini, hewan yang dimaksud adalah anjing), selain itu
mereka memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan secara
jasmani dan rohani hewan tersebut agar tetap terjaga kesejahteraannya.
Sedangkan orang yang tidak memelihara hewan adalah orang yang
memutuskan untuk tidak mengadopsi hewan dan tidak memiliki
kewajiban untuk merawat hewan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah orang dewasa dimana seseorang
yang masuk dalam golongan usia 20 – 30 tahun (King, 2010). Orang
dewasa yang dapat menjadi subjek dalam penelitian adalah orang dewasa
yang pada saat kanak-kanak usia 6 – 11 tahun (Berk, 2012) memelihara
hewan peliharan dalam rentang waktu minimal 3 tahun dan orang dewasa
yang tidak pernah memelihara hewan.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini purposive sampling.
Purposive sampling adalah metode yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengambilan sampel tersebut berdasarkan karakteristik tertentu
yang mampu menggambarkan populasi yang akan diukur (Arikunto,
2002). Pengambilan data uji coba dilakukan dengan menyebarkan
kuisioner di kampus Universitas Sanata Dharma.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa
skala, yaitu skala empati. Model skala yang digunakan dalam penelitian ini
berupa skala Likert.
Dalam skala ini subjek diminta untuk memberikan tanda (X) pada
kolom yang telah disediakan. Kolom yang tersedia berisi keterangan
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), atau Sangat Tidak
Setuju (STS), sesuai dengan keadaan subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 3.1
Blue Print Skala Empati (uji coba)
No Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Total
1 Afektif
Kemampuan
merasakan
perasaan
orang lain
15 item
(25%)
15 item
(25%)
30 item
(50%)
30 item
(50%)
3
Kognitif
Mampu
mengerti dan
mengenali
perilaku &
maksud-
maksud dari
orang lain
5 item
(8.3%)
5 item
(8.3%)
10 item
(16.6%)
30 item
(50%)
4
Mampu
memahami
perspektif
orang lain
5 item
(8.3%)
5 item
(8.3%)
10 item
(16.6%)
5
Mampu
berimajinasi
dan
memikirkan
5 item
(8.3%)
5 item
(8.3%)
10 item
(16.6%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 3.2
Distribusi Item Skala Empati (Uji coba)
Aspek Indikator Favorable Unfavorable Total
Afektif
Kemampuan merasakan
perasaan orang lain
2, 4, 8, 17,
18, 24, 32,
33, 36, 46,
48, 51, 53,
58, 60
6, 11, 12, 14,
16, 19, 22,
29, 30, 38,
49, 53, 55,
56, 57
30 item
Kognitif
Mampu mengerti dan mengenali
perilaku & maksud-maksud dari
orang lain
9, 35, 39,
47, 59
3, 7, 15, 26,
31 10 item
Mampu memahami perspektif
orang lain
5, 40, 42,
44, 54
13, 23, 25,
34, 37
10 item
Mampu berimajinasi dan
memikirkan sebuah situasi dari
sudut pandang orang lain
20, 27, 28,
43, 45
1, 10, 21, 41,
50 10 item
Total 30 30 60 Item
sebuah situasi
dari sudut
pandang
orang lain
Total
30 item
(50%)
30 item
(50%)
60 item
(100%)
60 item
(100%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
F. Kredibilitas Alat Ukur
1. Validitas
Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini berupa validitas
isi sebagai pengukur validitas skala. Pengujian validitas isi dapat
dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen (Sugiyono, 2014). Di
dalam kisi-kisi tersebut terdapat variabel, indikator dan item
pertanyaan atau pernyataan yang merupakan penjabaran dari indikator
tersebut (Sugiyono, 2014). Untuk mendapatkan skor indeks validitas
isi (IVI), peneliti membutuhkan penilaian pada tiap item yang
diberikan oleh ahli, dengan rentang skor ordinal dari 1 – 4
(Supratiknya, 2016). Skor IVI memiliki kisaran dari 0 – 1
(Supratiknya, 2016).
Skor IVI taraf aitem dihitung dengan rumus di bawah ini:
𝐼𝑉𝐼 − 𝐼 = jumlah skor dan ∑ 𝑝𝑒 𝑖 𝑎𝑖
Sementara untuk IVI taraf skala total:
𝐼𝑉𝐼 − 𝑆 = ∑𝐼𝑉𝐼 − 𝐼∑𝑎𝑖𝑡𝑒
Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
professional judgement dimana peneliti menunjukkan kumpulan aitem
kepada seorang dosen pembimbing skripsi. Hasil yang didapatkan yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
skor 1 untuk tiap item pada IVI-I, sedangkan skor IVI-S yang diperoleh
yaitu 1. Selain menggunakan profesional judgement, peneliti juga
menggunakan metode peer judgement, dimana peneliti menunjukkan
kumpulan aitem kepada rekan sejawat yang berjumlah 8 orang. Hasil yang
diperoleh yaitu skor 0.88 – 1 pada IVI-I dan skor 0.97 pada IVI-S.
Berdasarkan skor validitas isi, skala dapat dikatakan valid karena skor
yang didapatkan ≥0,78 (Supratiknya, 2016).
2. Seleksi item
Seleksi item digunakan untuk pemilihan item dengan parameter
yang memenuhi syarat untuk dimasukkan kedalam final tes
(Supratiknya, 2014). Item yang dirasa kurang layak untuk dijadikan
skala perlu untuk di revisi atau disingkirkan. Seleksi item dilakukan
dengan cara uji coba alat ukur atau sering disebut try out.
Try out dilaksanakan pada tanggal 15 – 20 Februari 2018 dengan
cara pembagian skala di beberapa tempat yang berbeda. Beberapa hasil
skala tidak dapat digunakan karena tidak memenuhi kriteria dan
terdapat pertanyaan yang terlewat untuk dijawab. Total skala yang
terisi berjumlah 63 dari 70 buah yang telah dibagikan.
Berdasarkan komputasi yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa indeks diskriminasi item memiliki rentang -0,112 hingga 0,679.
Batasan indeks daya diskriminasi dalam penelitian ini yaitu 0,30. Hal
tersebut diperoleh berdasarkan pedoman cara menafsirkan nilai-nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
indeks diskriminasi berikut (Ebel, Crocker & Algina dalam
Supratiknya, 2014).
Tabel 3.3
Penafsiran Indeks Diskriminasi Item.
Indeks
diskriminasi
item
Penafsiran
≥ 0.40
Item tersebut memiliki daya diskriminasi yang
memuaskan
0.30 - 0.39
Item tersebut dapat dipertahankan atau perlu
dikenai revisi kecil
0.20 – 0.29
Item tersebut kurang memiliki daya diskriminasi
dan perlu direvisi
≤ 0.20
Item tersebut harus digugurkan atau direvisi
secara total
Setelah di uji cobakan, aitem yang gugur berjumlah 15 buah
sedangkan aitem yang sahih berjumlah 45 buah. Namun untuk
menyamakan jumlah aitem antar aspek, maka beberapa aitem yang
memiliki daya diskriminasi rendah ikut digugurkan dan tersisa 42 item
sahih. Dengan indeks diskriminasi item memiliki rentang 0,306 hingga
0,714.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 3.4
Penyebaran item yang layak dan yang gugur pada Skala Empati.
Aspek Indikator
No Pernyataan
Sebelum Uji
Coba
Item yang
Gugur
Setelah Uji
Coba
F UF F UF F UF
Afektif
Kemampuan
merasakan
perasaan
orang lain
2, 4, 8,
17, 18,
24, 32,
33, 36,
46, 48,
51, 53,
58, 60
6, 11,
12, 14,
16, 19,
22, 29,
30, 38,
49, 52,
55, 56,
57
2, 4,
17, 58
14,
22
49,
52,
55
8, 18,
24, 32,
33, 36,
46, 48,
51, 53,
60
6, 11,
12, 16,
19, 29,
30, 38,
56, 57
Kognitif
Mampu
mengerti dan
mengenali
perilaku &
maksud-
maksud dari
orang lain
9, 35,
39, 47,
59
3, 7,
15, 26,
31
59 3 9, 35,
39, 47,
7, 15,
26, 31
Mampu
memahami
5, 40,
42, 44,
13, 23,
25, 34,
40, 54 5, 42,
44,
13, 23,
25, 34,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
perspektif
orang lain
54 37 37
Mampu
berimajinasi
dan
memikirkan
sebuah
situasi dari
sudut
pandang
orang lain
20, 27,
28, 43,
45
1, 10,
21, 41,
50
28 1, 10,
21,
41,
20, 27,
43, 45
50
Jumlah 30 30 8 10 22 20
Total 60 18 42
3. Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang hasil
pengukurannya konsisten jika prosedur pengetesannya dilakukan
secara berulang kali terhadap suatu populasi individu atau kelompok
(AERA, APA, & NCME dalam Supratiknya, 2014). Perhitungan
reliabilitas suatu alat ukur seringkali dengan mencari koefisien dari alat
ukur tersebut. Makin besar koefisien yang dimiliki maka akan semakin
kecil kesalahan dalam pengukuran, sehingga reliabilitas yang dimiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
akan semakin tinggi (Supratiknya, 2014). Rumus koefisien yang
digunakan adalah Alpha (α) metode Cornbach.
Reliabilitas Skala dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan program SPSS 22.0 for windows. Komputasi ini
menghasilkan reliabilitas Alpha (α) Cornbach 0,920. Setelah
menggugurkan beberapa item yang tidak sahih, maka reliabilitas Alpha
(α) Cornbach naik menjadi 0,928.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data
penelitian yang telah kita peroleh berasal dari populasi yang
sebarannya normal (Santoso, 2010). Santoso (2010)
menyebutkan jika p lebih kecil dari 0,05 maka data yang kita
miliki sebaran datanya tidak normal, sedangkan jika p lebih
besar dari 0,05 maka data yang kita miliki sebaran datanya
normal. Program yang digunakan dalam menguji normalitas
dalam penelitian ini yaitu SPSS 22.0 for windows, dengan
analisis Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan uji perbedaan varian antara
dua kelompok (Santoso, 2010). Jika signifikansi atau nilai
probabilitas < 0,05, data berasal dari populasi-populasi yang
mempunyai varian tak sama (Santoso, 2015). Jika signifikansi
atau nilai probabilitas > 0,05, data berasal dari populasi-
populasi yang mempunyai varian sama (Santoso, 2015).
Program yang digunakan dalam menguji homogenitas dalam
penelitian ini yaitu SPSS 22.0 for windows.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 22.0 for windows. Jika hasil data terbukti memenuhi syarat untuk
dilakukan uji parametrik maka uji hipotesis akan menggunakan uji
beda t (independent sample t-test) namun jika hasil data terbukti tidak
memenuhi syarat untuk dilakukan uji parametrik maka uji hipotesis
akan menggunakan uji nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 1 Maret 2018 hingga 8 Maret
2018. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara menyebarkan Skala
Empati kepada subjek. Skala diberikan secara online dengan cara
memberikan link skala kepada subjek. Penyebaran link skala dilakukan
melalui media sosial Line dan Whatsapp kepada subjek yang memenuhi
kriteria. Selain itu peneliti juga menggunakan jasa promo berbayar pada
sebuah akun online untuk mengunggah link pada post akun tersebut,
sehingga pengikut akun tersebut yang sesuai dengan kriteria yang
dibutuhkan dalam penelitian, dapat mengisi kuesioner online pada link
yang telah disertakan. Kriteria subjek yang disertakan yaitu kriteria
pertama adalah orang yang berusia 20-30 tahun, sedangkan kriteria yang
kedua yaitu orang yang pernah memelihara anjing pada usia 6-12 tahun
dengan akumulasi pemeliharaan minimal 3 tahun atau orang yang tidak
pernah memelihara hewan. Cara tersebut dilakukan karena dirasa dapat
memiliki jangkauan yang luas untuk memperoleh subjek.
Penelitian ini melibatkan total subjek sebanyak 322 orang.
Awalnya subjek yang mengisi kuesioner online berjumlah 364 orang yang
terdiri dari 161 orang yang pernah memelihara anjing pada usia 6-12 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dengan akumulasi pemeliharaan minimal 3 tahun dan 203 orang yang
tidak pernah memelihara hewan, namun untuk menyamakan jumlah antara
kedua kategori subjek, maka peneliti hanya melibatkan 161 orang subjek
yang tidak memelihara hewan.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Total jumlah subjek yang terpakai yaitu 322 orang. Subjek dalam
penelitian ini terbagi menjadi 2 jenis, yaitu subjek yang pernah
memelihara anjing pada usia 6 hingga 11 tahun dengan akumulasi
pemeliharaan minimal 3 tahun dan subjek yang tidak pernah memelihara
hewan. Data demografi subjek dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1
Deskripsi Pembagian Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Jenis Subjek
Total
Memelihara Hewan
Tidak Memelihara
Hewan
Laki-laki 60
(32%)
33
(20%)
92
(29%)
Perempuan 101
(68%)
128
(80%)
230
(71%)
Total
161
(100%)
161
(100%)
322
(100%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 4.2
Deskripsi Pembagian Subjek Berdasarkan Usia
Jenis
Kelamin
Jenis Subjek
Total Memelihara Hewan
Tidak Memelihara
Hewan
20 tahun 46
(29%)
35
(22%)
81
(25%)
21 tahun 19
(12%)
31
(19%)
50
(16%)
22 tahun 22
(14%)
36
(22%)
58
(18%)
23 tahun 7
(4%)
20
(12%)
27
(8%)
24 tahun 11
(7%)
10
(6%)
21
(6%)
25 tahun 7
(4%)
8
(5%)
15
(5%)
26 tahun 16
(10%)
8
(5%)
24
(7%)
27 tahun 11
(7%)
4
(3%)
15
(5%)
28 tahun 7
(4%)
3
(2%)
10
(3%)
29 tahun 0
(0%)
3
(2%)
3
(1%)
30 tahun 15
(9%)
3
(2%)
18
(6%)
Total 161
(100%)
161
(100%)
322
(100%)
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data digunakan untuk mengetahui informasi yang
berkaitan dengan data penelitian yang dapat menggambarkan
tanggapan subjek terhadap variabel penelitian. Apakah keseluruhan
subjek memiliki tingkat empati yang tinggi atau rendah. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dapat diketahui dengan membandingkan Mean Teoritis (MT) dan
Mean Empiris (ME). Berikut rumus MT:
MT = 𝑎ℎ× 𝑎ℎ + 𝑔𝑔 × 𝑎ℎ
MT = ×4 + 4×4
MT = 4 + 68
MT =
MT= 105
Mean Empiris didapat berdasarkan perhitungan One Sample t-test
menggunakan program SPSS 22 for Windows.
a. Subjek yang Memelihara hewan.
Tabel 4.3
Mean Empiris Subjek yang Memelihara Hewan
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation
Std. Error
Mean
PemeliharaHewan 161 125,80 12,101 ,954
b. Subjek yang Tidak Memelihara Hewan
Tabel 4.4
Mean Empiris Subjek yang Tidak Memelihara Hewan
One-Sample Statistics
N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
TidakMemeliharaHe
wan 161 122,38 7,881 ,621
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
c. Seluruh Subjek Terpakai (Subjek yang Memelihara Hewan &
Subjek yang Tidak Memelihara Hewan)
Tabel 4.5
Mean Empiris Subjek yang Memelihara Hewan & Tidak
Memelihara Hewan
One-Sample Statistics
N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
SeluruhSubjekTerpak
ai 322 124,09 10,338 ,576
Tabel 4.6
Perbandingan Mean Empiris dan Mean Teoritis
Jenis Subjek N
Mean
Empiris
Mean
Teoritis
Subjek yang Memelihara
Hewan
161 125,80 105
Subjek yang Tidak
Memelihara Hewan
161 122,38 105
Total 322 124,09 105
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa Mean
empiris kelompok subjek yang tidak memelihara hewan lebih besar
dari mean teoritis (122,38 > 105). Hal ini menunjukkan bahwa rata-
rata subjek penelitian memiliki tingkat empati yang tinggi. Sedangkan
subjek yang memelihara hewan memiliki nilai empiris yang lebih
besar dari mean teoritis (125,80 > 105). Artinya, empati subjek yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
memelihara hewan dan yang tidak memelihara hewan termasuk dalam
kategori tinggi.
Pada penelitian ini, peneliti menetapkan tiga kategori yaitu tinggi,
sedang, dan rendah. Kategori kurang terletak di sebelah kiri mean,
kategori baik terletak di sebelah kanan mean, dan kategori sedang
terletak pada rentang rendah dan tinggi. Penetapan rentang nilai pada
masing-masing kategori yaitu :
Tabel 4.7
Acuan Kategori Data
Kategori Keterangan
Rendah X < (x̄– 𝜎)
Sedang Rentang antara kurang - baik
Tinggi X > (x̄+ 𝜎)
Keterangan:
x̄ = Mean 𝜎 = Standar Deviasi
Mean yang digunakan merupakan yaitu mean teoritis, sedangkan
standar deviasi dicar menggunakan rumus berikut:
SD = 𝑎ℎ× 𝑎ℎ + 𝑔𝑔 × 𝑎ℎ6
SD = ×4 + 4×46
SD = 4 + 686
SD = 6
SD= 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel 4.8
Tabel Mean Teoritis dan Standar Deviasi
Mean Teoritis Std. Deviation
105 35
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan, nilai mean pada variabel
Empati adalah 105 dengan standar deviasi 35. Dengan demikian
penetapan rentang nilai kategori Empati adalah :
Tabel 4.9
Kategori Skala Empati
Kategori Nilai
Rendah < 70
Sedang 70 – 140
Tinggi > 140
Tabel 4.10
Kategori Tingkat Empati Pada Pemelihara Hewan dan Bukan
Pemelihara Hewan
Subjek Kategori Jumlah Presentase
Memelihara
Hewan
Rendah 0 0%
Sedang 146 45%
Tinggi 15 5%
Tidak Rendah 0 0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Memelihara
Hewan
Sedang 157 49%
Tinggi 4 1%
Total 322 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa subjek yang
memelihara hewan dengan kategori tingkat empati sedang berjumlah
146 orang dengan presentase 45%, dan pada tingkat kategori tinggi
berada berjumlah 15 orang dengan presentase 5%. Sedangkan untuk
subjek yang tidak memelihara hewan dengan kategori tingkat empati
sedang berjumlah 157 orang dengan presentase 49%, dan pada tingkat
kategori tinggi berada berjumlah 4 orang dengan presentase 1%.
2. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data
penelitian yang telah kita peroleh berasal dari populasi yang
sebarannya normal (Santoso, 2010). Program yang digunakan
dalam menguji normalitas dalam penelitian ini yaitu SPSS 22.0 for
windows, dengan analisis Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk.
Santoso (2010) menyebutkan jika p lebih kecil dari 0,05 maka data
yang kita miliki sebaran datanya tidak normal, sedangkan jika p
lebih besar dari 0,05 maka data yang kita miliki sebaran datanya
normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Dalam uji normalitas tersebut maka akan muncul grafik Q-
Q plots. Garis diagonal dalam dalam grafik tersebut
menggambarkan keadaan ideal dari data yang mengikuti distribusi
normal (Santoso, 2010). Titik-titik di sekitar garis merupakan
keadaan data yang kita uji (Santoso, 2010). Data dapat dikatakan
mengikuti distribusi normal jika kebanyakan titik berada sangat
dekat dengan garis atau bahkan menempel pada garis (Santoso,
2010).
1) Uji Normalitas Subjek yang Memelihara Hewan
Grafik 4.1
Hasil Uji Normalitas Subjek yang Memelihara Hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas Subjek yang Memelihara Hewan
Berdasarkan hasil uji SPSS diatas maka dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa data dinyatakan normal karena nilai
probabilitas sebesar 0,077 > 0,05. Selain itu berdasarkan grafik
yang telah disertakan dapat dilihat bahwa sebagian besar titik-
titik berada sangat dekat dengan garis atau bahkan menempel
pada garis.
2) Uji Normalitas Subjek yang Tidak Memelihara Hewan
Grafik 4.2
Hasil Uji Normalitas Subjek yang Tidak Memelihara Hewan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Memelihara_Hewa
n ,067 161 ,077 ,984 161 ,061
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas Subjek yang Tidak Memelihara Hewan
Berdasarkan hasil uji SPSS diatas maka dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa data dinyatakan normal karena nilai
probabilitas sebesar 0,072 > 0,05. Selain itu berdasarkan grafik
yang telah disertakan dapat dilihat bahwa sebagian besar titik-titik
berada sangat dekat dengan garis atau bahkan menempel pada
garis.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan uji perbedaan varian antara
dua kelompok (Santoso, 2010). Jika signifikansi atau nilai
probabilitas < 0,05, data berasal dari populasi-populasi yang
mempunyai varian tak sama (Santoso, 2015). Jika signifikansi atau
nilai probabilitas > 0,05, data berasal dari populasi-populasi yang
mempunyai varian sama (Santoso, 2015). Program yang digunakan
dalam menguji homogenitas dalam penelitian ini yaitu SPSS 22.0
for windows.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tidak_Memelihara_
Hewan ,067 161 ,072 ,989 161 ,213
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 4.13
Hasil Uji Homogenitas
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
d
a
t
a
Equal variances
assumed
19,9
22 ,000
3,00
7 320 ,003 3,422 1,138 1,183 5,661
Equal variances not
assumed
3,00
7
275,
042 ,003 3,422 1,138 1,182 5,663
Berdasarkan hasil uji SPSS diatas maka dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa data dinyatakan tidak homogen atau
memiliki varians yang tak sama, karena nilai probabilitas sebesar
0,000 < 0,05.
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Mann-
Whitney, program SPSS 22.0 for windows. Hal ini disebabkan data
terbukti tidak homogen. Santoso (2001) meyatakan jika metode
statistik parametrik mensyaratkan asumsi data berdistribusi normal
dan kedua sampel diambil dari dua populasi yang mempunyai variansi
sama. Jika terdapat salah satu dari asumsi tersebut, lebih baik
menggunakan prosedur statistik non parametrik untuk proses data
(Santoso, 2001). Uji Mann-Whitney sendiri memiliki tujuan untuk
mengetes kedua kelompok independen namun non parametik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(Suparno, 2015). Maka dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji Mann-Whitney. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu
tingkat empati pada orang yang pernah memelihara hewan dimasa
kecil lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak pernah memelihara
hewan.
Pengujian hipotesis berdasarkan nilai probabilitas:
Jika p > 0,05 maka Ho diterima
Jika p < 0,05 maka Ho ditolak
Tabel 4. 14
Hasil Uji hipotesis (Mann-Whitney)
Berdasarkan hasil uji SPSS diatas maka dapat ditarik
sebuah kesimpulan bahwa data memiliki p = 0,006. Namun karena
hipotesis yang digunakan satu arah, maka nilai p dibagi menjadi 2,
sehingga nilai p akhir menjadi 0,003. Nilai p akhir menandakan
bahwa Ho ditolak karena 0,003 < 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan tingkat empati orang yang memelihara
hewan jika dibandingkan dengan orang yang sama sekali tidak
pernah memelihara hewan. Selanjutnya, dapat diketahui pula
Test Statisticsa
Data
Mann-Whitney U 10653,000
Wilcoxon W 23694,000
Z -2,764
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006
a. Grouping Variable: A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
bahwa tingkat empati orang yang memelihara hewan lebih tinggi
jika dibandingkan dengan orang yang sama sekali tidak pernah
memelihara hewan, berdasarkan perbandingan nilai mean yang
dimiliki yaitu 125,80 > 122,38.
D. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat
empati subjek yang memelihara hewan dengan subjek yang tidak
memelihara hewan, dan diketahui pula bahwa tingkat empati subjek yang
memelihara hewan lebih tinggi bila dibandingkan subjek yang tidak
memelihara hewan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai p, karena nilai p
< 0,05 yaitu 0,003 < 0,05 dan nilai mean (125,80 > 122,38). Hasil
penelitian tersebut dapat disebabkan akibat adanya perbedaan pengalaman
yang dialami oleh subjek yang memelihara hewan yaitu memelihara
hewan pada masa kecil selama minimal 3 tahun (Smolkovic, Fajfar &
Mlinaric, 2012). Dengan adanya pengalaman yang dimiliki, kemampuan
berempati mampu berkembang karena adanya dinamika pemilik hewan
peliharaan bersama hewan peliharaannya dan juga orang-orang yang
terlibat dalam proses pemeliharaan hewan.
Selain itu standar deviasi data pada hasil penelitian ini yaitu 10,338.
Semakin kecil nilai suatu standar deviasi, maka dapat diartikan bahwa
tingkat penyebaran data akan semakin mendekati rata-ratanya (Supangat,
2007). Jika nilai standar deviasi = 0 maka dapat dikatakan bahwa data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
yang dimiliki sama dengan nilai rata-ratanya (Supangat, 2007). Karena
standar deviasi dalam data penelitian ini menjauhi angka 0 maka dapat
dikatakan bahwa penyebaran data menjauhi rata-ratanya, dengan kata lain
data jauh lebih bervariasi dan tidak menggerombol mendekati nilai rata-
rata.
Secara spesifik jumlah subjek yang memelihara hewan pada kategori
tingkat empati yang tinggi berjumlah 15 orang, sedangkan jumlah subjek
yang tidak memelihara hewan pada kategori tingkat empati tinggi
berjumlah 4 orang. Hal ini dapat menunjukkan perbedaan bahwa dengan
memelihara hewan jumlah orang yang memiliki tingkat empati tinggi jauh
lebih banyak jika dibandingkan orang yang tidak memelihara hewan.
Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak orang yang pernah memelihara
hewan pada masa kanak-kanak mampu berempati lebih baik.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rothgerber & Mican (2014)
yaitu terdapat peluang dalam membangun empati ketika seseorang
memiliki hubungan dengan hewan peliharaannya. Seseorang yang
memiliki hewan peliharaan akan lebih mampu berempati secara afektif
yaitu dengan mampu merasakan perasaan orang lain. Hal itu disebabkan
karena dalam memelihara hewan mampu meningkatkan interaksi dalam
keluarga (Chandler dkk., 2015). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Paul dan Serpell (1996) yang menemukan bahwa anak
yang memiliki hewan peliharaan, tingkat interaksi dengan keluarganya
cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
hewan peliharaan. Adanya peningkatan interaksi dengan orang lain
mampu membuat seseorang lebih mudah menjumpai berbagai macam
ekspresi dari orang lain. Orang tua berperan penting bagi anak untuk
mempelajari berbagai macam ekspresi (Taufik, 2012). Seringkali kita
mampu merasakan ekspresi wajah kita sendiri ketika meniru ekspresi
wajah orang lain (Howe, 2015). Hal tersebut termasuk ke dalam salah satu
bentuk nyata dari empati afektif atau empati emosional (Howe, 2015).
Selain berempati secara afektif, pemilik hewan peliharaan juga
memiliki kemampuan berempati secara kognitif yang lebih baik jika
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah memelihara hewan.
Menurut Hoffman (dalam Taufik, 2012) empati kognitif memiliki
kemampuan dimana seseorang mampu menempatkan diri sendiri ke dalam
situasi orang lain agar dapat mengetahui pikiran dan perasaan orang lain
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Howe (2015) dimana
empati kognitif membutuhkan kemampuan untuk mengetahui maksud-
maksud orang lain dengan membaca serta mengenali situasi orang lain.
Anak-anak perlu mengenal berbagai emosi seperti marah atau takut agar
dapat memperoleh referensi untuk memahami situasi dan kondisi dari
orang lain (Taufik, 2012). Pengenalan berbagai emosi tersebut dapat
diperoleh saat berinteraksi dengan orang tua ketika memelihara hewan.
Menurut Hoffman (dalam Taufik, 2012) empati kognitif memiliki
kemampuan dimana seseorang mampu menempatkan diri sendiri ke dalam
situasi orang lain agar dapat mengetahui pikiran dan perasaan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tersebut, hal ini dapat disebut role taking ability. Self focused dan other
focused merupakan dua bentuk dari role taking ability (Hoffman dalam
Taufik, 2012). Kedua role tersebut di tahap awal berfungsi untuk
memproyeksikan diri (the self) selanjutnya untuk memasuki perspektif
orang lain, dimana self focused yaitu seseorang membayangkan berada di
kondisi orang lain lalu kemudian merefleksikan perasaan orang lain
tersebut dan other focused yaitu perhatiannya terpusat pada orang lain
sehingga orang tersebut mampu memastikan perasaan serta kondisi orang
lain (Hoffman dalam Taufik, 2012). Hal ini dapat diperoleh para
pemelihara hewan ketika mengajak berjalan-jalan anjing mereka. Hal
tersebut dapat terwujud ketika mengajak anjing mereka berjalan-jalan
maka mereka dapat dengan mudah menjumpai sesama pemilik anjing yang
lain dan menumbuhkan interaksi di antara mereka. Anak-anak akan belajar
memperhitungkan perspektif orang lain ketika terlibat dengan orang lain
(Howe, 2015).
Dalam self focused terdapat proses dimana seseorang membayangkan
berada di kondisi orang lain (Hoffman dalam Taufik, 2012). Hal ini selaras
dengan ungkapan Howe (2015) dimana empati kognitif didasarkan dari
kemampuan berimajinasi, melihat dan memikirkan sebuah situasi dari
sudut pandang yang dimiliki oleh orang lain. Kemampuan tersebut dapat
diperoleh para pemelihara hewan dengan adanya interaksi antara pemilik
hewan peliharaan dengan peliharaannya. Wells (dalam Endenburg & Lith,
2011) mengungkapkan bahwa banyak dari pemilik menganggap hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
peliharaan sebagai bagian dari anggota keluarga, yang kerap kali
melakukan interaksi dengan berbicara kepada hewan peliharaannya atau
menganggap hewan peliharaannya sebagai anak. Terkadang para pemilik
juga akan menggendong dan memeluk hewan peliharaannya selayaknya
memperlakukan bayi (Carmack & Serpell dalam Archer, 1997). Dengan
adanya interaksi seperti permainan peran tersebut maka anak akan mampu
mengembangkan imajinasinya. Bermain rupanya mampu untuk
melibatkan aksi berpura-pura, pengambilan peran dan penggunaan
imajinasi yang dimiliki (Howe, 2015).
Dengan adanya pemaparan diatas maka semakin jelas mengapa anak
kecil yang memelihara hewan mampu memiliki tingkat empati yang lebih
tinggi. Sedangkan seorang anak yang memiliki empati lebih tinggi mampu
menjadi pemain sosial yang terampil (Howe, 2015). Hal ini disebabkan
karena kecerdasan emosional dan empati membantu menyiapkan anak-
anak menghadapi kehidupan sosial yang sulit dan keras (Howe, 2015).
Dimana ketika mereka menjadi pemain sosial yang terampil di masa
dewasanya maka akan lebih sering berinteraksi dengan orang lain juga di
saat ia dewasa. Sedangkan salah satu metode dalam meningkatkan empati
yaitu dengan meningkatkan interaksi dengan orang lain yang dapat
dilakukan dengan berkelompok (Timpe dalam Zuchdi, 2003). Inilah yang
mampu mendorong orang dewasa yang memiliki hewan peliharaan di
masa kecil memliki empati yang lebih tinggi dari orang yang tidak pernah
memelihara hewan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian terbukti mendukung hipotesis penelitian yaitu
terdapat perbedaan tingkat empati orang yang memelihara hewan jika
dibandingkan dengan orang yang sama sekali tidak pernah memelihara
hewan, dimana tingkat empati orang yang memelihara hewan lebih tinggi
jika dibandingkan dengan orang yang sama sekali tidak pernah
memelihara hewan, berdasarkan perbandingan nilai mean yang dimiliki
yaitu 125,80 > 122,38.
B. Keterbatasan penelitian
1. Kekurangan dalam penelitian ini yaitu tidak dicantumkannya manfaat
yang akan diperoleh subjek dalam mengisi skala yang diberikan serta
tidak mencantumkan kaitan antara skala dengan pengalaman
memelihara hewan atau tidaknya yang dimiliki oleh subjek. Hal
tersebut menimbulkan kebingungan pada beberapa subjek.
2. Penelitian ini tidak mengukur seberapa tingginya ikatan perasaan yang
dimiliki antara pemilik dengan peliharaannya sehingga tidak dapat
mengetahui apakah tingkat ikatan perasaan antara pemilik dengan
hewan peliharaannya berkaitan dengan tinggi rendahnya tingkat empati
pemilik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3. Tidak di kontrolnya jenis kelamin subjek dalam pengambilan data
pada penelitian ini. Di sisi lain, perbedaan jenis kelamin mampu
mempengaruhi perbedaan empati seseorang. Mehrabian & Trobst
(dalam Howe, 2015) menjelaskan bahwa laki-laki cenderung kurang
berbakat dalam membaca ekspresi orang lain dan kurang tertarik pada
apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Sebaliknya pada pertemanan
perempuan akan melibatkan lebih banyak keterbukaan dan empati
(Vermon dalam Howe, 2015). Sehubungan dengan hal tersebut maka
pengontrolan jenis kelamin pada subjek perlu untuk dilakukan.
Pengontrolan jenis kelamin dalam penelitian ini dapat dilakukan
dengan cara menyamaratakan jumlah subjek antara laki-laki dan
perempuan pada tiap kriteria yaitu kriteria subjek yang memelihara
hewan dan tidak memelihara hewan. Hal tersebut tidak dilakukan
karena berdampak pada jumlah subjek yang akan menjadi jauh lebih
sedikit, sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan hasil penelitian
tidak dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya.
C. Saran
1. Terkait dengan Manfaat Penelitian
Dengan terbuktinya hipotesis dimana tingkat empati subjek yang
memiliki pengalaman memelihara hewan semasa kecil lebih tinggi
dibandingkan subjek yang tidak memelihara hewan menunjukkan
bahwa memelihara hewan mampu memberikan dampak terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tingkat empati, maka dapat menjadi saran bagi orang tua untuk
memiliki hewan peliharaan untuk anak sebagai sarana untuk
meningkatkan empati, kepedulian terhadap mahkluk lain, rasa
tanggung jawab dan interaksi di dalam keluarga. Namun orang tua
diwajibkan untuk membimbing anak dalam memelihara hewan agar
kesejahteraan hewan tetap terjamin dan menghindari kekerasan pada
hewan.
2. Terkait dengan Kelanjutan Penelitian
a. Menyertakan manfaat yang akan diperoleh subjek dalam mengisi
skala yang diberikan serta mencantumkan kaitan antara skala
dengan pengalaman memelihara hewan atau tidaknya yang dimiliki
oleh subjeksehingga diharapkan mampu meminimalisir
kebingungan yang dialami oleh subjek serta meningkatkan
antusiasme subjek dalam mengerjakan kuisioner.
b. Penting bagi peneliti selanjutnya untuk mengukur ikatan perasaan
antara pemilik dengan hewan peliharaannya.
c. Penting bagi peneliti selanjutnya untuk mengontrol jenis kelamin
pada subjek.
d. Selain itu studi lungitudional merupakan studi yang akan lebih baik
untuk mengetahui efek dari memelihara binatang di masa kecil
terhadap masa dewasa seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, A. N., & Wangid, M. N. (2015). Pengaruh SSP Tematik-Integratif
Terhadap Karakter Disiplin. Jurnal Prima Edukasia, 12-25.
Archer, J. (1997). Why Do People Love Their Pets? Evolution and Human
Behavior, 237-259.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ascione, F.R., 1992. Enhancing Children’s Attitudes About the Humane
Treatment of Animals: Generalization to Human Directed Empathy.
Anthrozoos, 5: 176-191.
Bahasa, P. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Berk, L. E. (2012). Development Through the Lifespan 5th ed. Yogyakarta:
Pustaka pelajar.
Chandler, C. K., Fernando, D. M., Minton, C. A., & Portrie-Bethke, T. L. (2015).
Eight Domains of Pet-Owner Wellness: Valuing the Owner-Pet
Relationship in the Counseling Process. Journal of Mental Health
Counseling , 268-282.
Daly, B., & Suggs, S. (2010). Teachers' esperiences with humane education and
animals in elementary classroms: Implications for empathy development.
Journal of Moral Education, 101-112.
Elvinawanty, R., & Mailani, L. (2016). Forgiveness Ditinjau dari Empathy pada
Pasangan Suami Istri di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Rinai.
Tarbiyah, XXIII.
Endenburg, N., & van Lith, H. A. (2011). The Influence of Animals on the
Development of Children. The Veterinary Journal, 208-214.
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian (Vol. I). Yogyakarta: Salemba
Humanika.
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More than IQ.
New York: Bantam Book.
Hergovich, A., Monshi, B., Semmler, G., & Zieglmayer, V. (2002). The Effects of
the Presence of a Dog in the Classroom. Anthrozoos, 37-50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Howe, D. (2015). Empati: Makna dan Pentingnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Huffman, K., Vernoy, M., & Vernoy, J. (2000). Psychology in Action. New York:
Wiley.
Ionnadiou, F., & Konstantikaki, V. (2008). Empathy and emotional intelligence:
What is it really about? International Journal of Caring Sciences, 1
(3):118-123.
Jalongo, M. R. (2015). An attachment Perspective on the Child-Dog Bond:
Interdisciplinary and International Research Findings. Early Childhood
Educ J .
King, L. (2010). Psikologi Umum (Vol. 1). Jakarta: Salemba Humanika.
Knight S., & Barnett L. 2008. Justifying Attitudes toward Animal Use: A
Qualitative Study of People’s Views and Beliefs. Anthrozoos 21: 31-42
Levenson, R. E., & Ruef, A. M. (1992). Empathy: A Physiological Substrate.
Journal of Personality and Social Psychology, 234-246.
Levinson, B. M. (1978). Pets and Personality Development. Psychological
Reports, 1031-1038.
Lupitasari, N., & Fauziah, N. (2017). Hubungan antara Harga Diri dengan
Kecenderungan Perilaku Prososial pada Remaja Panti Asuhan di
Semarang. Jurnal Empati 7: 318-322.
Mawarni, R., Hardjono, & Andayani, T. R. (2013). Hubungan antara Mencari
Sensasi dan Empati dengan School Bullying pada Remaja Putra Kelas X
dan XI di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. 148-162.
McDonald, N. M., & Messinger, D. S. (in press). The Development of Empathy:
How, When and Why. Miami: University of Miami.
Melson, G. F., Peet, S., & Sparks, C. (1991). Children's Attachment to Their Pets:
Links to Socio-Emotional Development. Children's Environments
Quarterly, 55-61.
Melson, G. F. (2013). Children's Ideas about the Moral Standing Welfare of Non-
human Species. The Journal of Sociology & Social Welfare, 81-106.
Nikita, A. R. “Viral! Siksa Anjing Sampai Begini, Pemuda Diduga Mahasiswa
Surabaya Banjir Hujatan Netizen”. Diperoleh 10 Juli 2018, dari
surabaya.tribunnews.com/amp.2017/12/26/vira-siksa-anjing-sampai-
begini-pemuda-diduga-mahasiswa-surabaya-banjir-hujatan-
netizen?page=1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia.
Jakarta Selatan: Salemba Humanika.
Paul, E. S., & Serpell, J. A. (1996). Obtaining a New Pet Dog: Effect on Middle
Childhood Children and Their Families. Applied Animal Behaviour
Science, 17-29.
Petersen, M. S., & Farrington, D. P. (2007). Cruelty to Animals and Violence to
People. Victims and Offenders, 2: 21-43.
Pitoko, R. A. “Tak Ada Warga yang Menolong Saya, Mereka Hanya Merekam”. Diperoleh 16 Mei 2018, dari
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/14/14425941/tak-ada-
warga-yang-menolong-saya-mereka-hanya-merekam.
Podberscek, A. L. (2009). Good to Pet Eat: The Keeping and Consuming of Dogs
and Cats in South Korea. Journal of Social Issues, 615-632.
Rachmah, D. N. (2014). Empati Pada Pelaku Bullying. Jurnal Ecopsy, I, 51-58.
Rahmiati, D. U., & Pribadi, E. S. (2014). Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi
Pemilik Hewan Kesayangan dalam Hal Pengetahuan dan Penerapan
Kesejahteraan Hewan. Jurnal Veteriner, 386-394.
Rdn. "Pandangan Psikolog Terhadap Kasus Penembakan Kuna". Diperoleh 2 Mei
2018, dari m.analisadaily.com/read/pandangan-psikolog-terhadap-kasus-
penembakan-kuna/305804/2017/01/24
Ridzal, A. R. S. (2017). Rancangan Pelatihan Empati terhadap Kemampuan
Berkomunikasi Intim pada Pasangan Suami Istri. Journal of
Psychological Research, 69-78
Rothgerber, H., & Mican, F. (2014). Childhood pet ownership, attachment to pets,
and subsequent meat avoidance. The mediating role of empathy toward
animals. Appetite , 11-17.
Sanders, C. R. (1993). Understanding Dogs: Caretakers' Attributions of
Mindedness in Canin-Human Relationships. Journal of Contemporary
Ethnography , 205-226.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi: Dari Blog Menjadi Buku.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Santoso, S. (2001). Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Santoso, S. (2015). Menguasai SPSS 22. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Santrock, J. W. (2007). Child Development. New York: McGraw Hill.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Sari, A. T., Ramdhani, N., & Eliza, M. (2003). Sari, Ari Tris Ochtia., Ramdhani,
Neila & Eliza, Mira. (2003). Empati dan Perilaku Merokok di Tempat
Umum. Jurnal Psikologi, 2, 81-90.
Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Smolkovic, I., Fajfar, M., & Mlinaric, V. (2012). Attachment to Pets and
Interpersonal Relationships. Journal of European Psychology Students,
15-23.
Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Supangat, Andi. (2007). Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan
Nonparametik. Jakarta: Kencana.
Suparno, P. (2011). Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi.
Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi Validitas Isi dalam Asesmen Psikologi.
Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas
Sanata Dharma.
Susanti, R. H. (2014). Meningkatkan Kesadaran Tanggung Jawab Siswa SMP
Melalui Penggunaan Klarifikasi Nilai. Jurnal Konseling Indonesia, 38-
46.
Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Press.
Utz, R. L. (2014). Walking the Dog: The Effect of Pet Ownership on Human
Health and Health Behaviors. Soc Indic Res , 327-339.
VandenBos, G. R. (2006). APA Dictionary of Psychology. Washington DC:
American Psychological Association.
Velde, B. P., Cipriani, J., & Fisher, G. (2005). Resident and Therapist Views of
Animal-assisted therapy: Implications for Occupational Therapy Practice.
Australian Occupational Therapy Journal, 43-50.
Walgito, B. (2010). Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Andi.
Wood, et al. (2015). The Pet Factor – Companion Animals as a Conduit for
Getting to Know People, Friendship Formation and Social Support. Plos
One Journal, 1-17.
Wulandari, S., Setyowani, N., & Mugiarso, H. (2012). Upaya Meningkatkan
Empati dalam Berinteraksi Sosial Melalui Dinamika Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Pendekatan Experiental Learning. Indonesian Journal of Guidance and
Counseling: Theory and Application, 40-46.
Zahn-Waxler, C., Hollenbeck, B., & Radke-Yarrow, M. (1984). TheOrigins of
Empathy and Altruism. In M. W. Fox, & L. D. Mickley, Advances in
Animal Welfare Science (pp. 21-41). Washington DC: The Human
Society of the United States.
Zuchdi, D. (2003). Empati dan Keterampilan Sosial. Cakrawala Pendidikan, 49-
64.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
LAMPIRAN A
SKALA
PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
1. Skala Empati (Uji Coba)
SKALA PENELITIAN
Ikma Edewelma
139114145
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Salam sejahtera,
Perkenalkan, saya Ikma Edewelma dari Fakultas Psikologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam rangka
menyelesaikan tugas akhir, saya membutuhkan sejumlah data
untuk keperluan penelitian yang tengah saya lakukan.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya membutuhkan teman-
teman untuk mengisi kuisioner yang telah saya susun.Teman-
teman diharapkan untuk mengisi kuesioner sesuai dengan
situasi dan kondisi teman-teman yang sebenarnya.
Data yang telah diberikan oleh teman-teman bersifat rahasia
dan saya akan menjaga kerahasiaan data yang telah diberikan
oleh teman-teman.
Sehingga tidak perlu khawatir atau merasa malu dalam
memberikan jawaban sesuai dengan pribadi teman-teman.
Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan teman-teman
untuk terlibat dalam penelitian ini.
Yogyakarta, 13 Februari 2018
Ikma Edewelma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah saya membaca mengenai penjelasan dalam penelitian
ini, maka saya bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
yang dilakukan oleh Ikma Edewelma.
Jawaban yang saya berikan pada kuesioner ini berdasarkan
pada keadaan sesungguhnya yang saya alami yang sesuai
dengan perilaku dan pengalaman saya, tanpa adanya
pengaruh atau paksaan dari orang lain dan tidak bergantung
sesuai atau tidaknya pada norma yang berlaku di masyarakat.
Saya mengizinkan peneliti menggunakan jawaban-jawaban
yang saya berikan untuk kepentingan penelitian.
Menyetujui
……..., .. Februari 2018
(…………)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
DATA RESPONDEN
Nama (inisial) :
Jenis Kelamin * : Laki-laki/Perempuan
Usia :
(*) coret yang tidak perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PETUNJUK PENGISIAN
Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang
berhubungan dengan keadaan teman-teman. Bacalah setiap
pernyataan yang ada dengan teliti, kemudian berikan tanda
silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan diri
teman-teman pada kolom sebelah.
SS : jika teman-teman SANGAT SETUJU dengan
pernyataan tersebut
S : jika teman-teman Setuju dengan pernyataan tersebut
TS : jika teman-teman Tidak Setuju dengan pernyataan
tersebut
STS : jika teman-teman SANGAT TIDAK SETUJU
dengan pernyataan tersebut
Jika teman-teman ingin mengganti jawaban, coret
jawaban sebelumnya kemudian berikan tanda silang pada
jawaban yang dianggap benar.
Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Jawablah
semua pernyataan berdasarkan keadaan teman-teman yang
sesungguhnya dan jangan ada yang terlewatkan.
No. Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya merasa sedih ketika
melihat orang lain sedih X
2. Saya tidak peduli terhadap
lingkungan sosial X X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
No. Pernyataan Jawaban
SS S TS STS
1
Saya jarang menangis ketika melihat
adegan yang menyedihkan dalam suatu
film
2 Saya ikut merasa senang ketika teman
saya menceritakan keberuntungannya
3
Saya sulit memahami mengapa
seseorang berlaku kurang
menyenangkan
4 Saya mampu merasakan seseorang
yang merasa terasing di suatu pesta
5 Mudah bagi saya untuk melihat dari
sudut pandang orang lain
6
Saya tetap merasa cuek meskipun
seorang teman menceritakan
pengalaman menyedihkan yang ia
alami
7
Terkadang saya sulit memahami
mengapa teman saya melakukan
tindakan tertentu
8 Saya merasa sedih dan ingin menolong
ketika ada teman yang terluka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
9 Saya mampu merasakan orang yang
menolong saya dengan tulus
10 Saya sulit membayangkan bagaimana
teman saya memahami sesuatu
11 Sulit bagi saya mengetahui apakah
seseorang sedang marah
12 Saya tak terpengaruh ketika melihat hal
yang mengharukan
13 Sulit bagi saya untuk melihat dari sudut
pandang orang lain
14 Saya sulit merasakan seseorang yang
merasa terasing dalam suatu pesta
15 Saya sulit memahami mengapa teman
saya menangis karena patah hati
16
Menurut saya, orang yang menangis
karena bahagia adalah hal yang
berlebihan
17 Peristiwa buruk yang dialami oleh
orang lain membuat saya sedih
18 Saya ikut terharu ketika melihat hal
yang mengharukan
19 Saya tidak tau harus berbuat apa ketika
teman saya menangis di depan saya
20 Saya dapat membayangkan bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
perasaan orang lain ketika saya hendak
marah pada orang tersebut
21
Saya sulit membayangkan rasanya
menjadi suatu tokoh tertentu ketika
membaca buku atau menonton film
22
Orang lain harus menceritakan secara
terus terang bahwa mereka tidak
menyukai saya agar saya paham.
23
Pengambilan keputusan lebuh cepat
dilakukan dengan mengandalkan hasil
pemikiran sendiri tanpa memerlukan
pendapat orang lain
24
Saya mampu merasakan ketika teman
saya mengalami kesepian dan mencoba
menemaninya agar tidaklagi merasakan
kesepian
25 Saya merasa kebingungan mengapa
orang tua saya peduli kepada saya
26 Saya sulit memahami alas an dibalik
keputusan yang diambil oleh orang lain
27
Saya mampu membayangkan
bagaimana rasanya menjadi salah satu
tokoh dalam sebuah novel atau film
28 Saya menangis ketika melihat adegan
yang menyedihkan dalam suatu film
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
29
Saya sering cuek kepada teman saya
yang sedang memiliki permasalahan di
dalam hidupnya
30 Saya sulit merasakan apakah teman
saya sedang merasa kesepian
31
Saya sulit membedakan mana orang
yang menolong saya dengan tulus atau
tidak
32
Saya akan merasa sedih dan berusaha
menenangkan ketika teman saya
menangis di depan saya
33 Saya merasa senang saat melihat orang
lain dapat tertawa bahagia
34
Saya cenderung cepat mengambil
keputusan agar permasalahan cepat
selesai tanpa memikirkan
ketidaksetujuan dari orang lain
35
Saya dapat dengan mudah memahami
alas an dibalik keputusan yang diambil
oleh orang lain
36
Saya dapat memahami mengapa
seseorang dapat menangis karena
bahagia
37
Saya kesulitan memahami alasan
dibalik pengambilan keputusan orang
lain meskipun telah membayangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menjadi orang tersebut
38 Saya cenderung cuek ketika teman saya
menceritakan keberuntungannya
39 Saya mampu memahami mengapa
teman saya menangis karena patah hati
40
Pengambilan keputusan lebih mudah
dilakukan dengan menggabungkan
hasil pemikiran diri sendiri dengan
pendapat dari orang lain
41
Saya sulit merasakan perasaan
emosional ketika suatu hal terjadi pada
tokoh dalam film atau novel
42 Saya mengerti mengapa orang tua saya
peduli kepada saya
43
Saya sanggup merasakan perasaan
emosional ketika suatu hal terjadi pada
tokoh dalam film atau novel
44
Saya dapat memahami alasan dibalik
pengambilan keputusan orang lain
dengan membayangkan menjadi
dirinya
45 Saya sering membayangkan bagaimana
teman saya memahami sesuatu
46 Saya merasa sedih melihat orang
berkebutuhan khusus yang meminta-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
minta di pinggir jalan
47
Saya dapat dengan mudah memahami
mengapa teman saya melakukan
tindakan tertentu
48 Saya bias merasakan ketika seseorang
tidak menyukai saya
49
Orang berkebutuhan khusus yang
meminta- minta di jalanan adalah hal
yang lumrah dijumpai
50
Saya sulit membayangkan bagaimana
perasaan orang lain ketika saya hendak
marah pada orang tersebut
51
Ketika teman saya bersedih karena
idolanya meninggal dunia, saya ikut
merasakan kesedihan
52
Peristiwa buruk yang dialami oleh
orang lain tidak mempengaruhi suasana
hati saya
53
Saya merasa kasihan pada teman saya
yang sedang memiliki permasalahan
sulit di dalam hidupnya
54
Saya sering mempertimbangkan
ketidak setujuan orang lain sebelum
mengambil keputusan
55 Saya merasa cuek ketika melihat teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
yang bersedih karena idolanya
meninggal dunia
56 Saya tetap merasa tenang ketika ada
teman disekitar saya terluka
57
Orang yang menangis karena membaca
novel atau menonton film adalah
sesuatu yang aneh
58
Saya ikut merasa sedih ketika teman
saya mengalami peristiwa yang
menyedihkan
59
Saya mampu memahami mengapa
seseorang berlaku kurang
menyenangkan
60 Saya dapat mengetahui seseorang
sedang marah lewat mimik wajahnya
Silahkan periksa kembali jawaban anda, jangan sampai ada
yang terlewat.
Terima kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
2. Skala Empati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
LAMPIRAN B
HASIL
RELIABILITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
1. Uji Reliabilitas Awal
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 63 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 63 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,920 60
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
p1 173,38 282,207 ,175 ,921
p2 172,63 284,171 ,199 ,920
p3 173,62 282,046 ,186 ,920
p4 172,71 285,498 ,104 ,920
p5 173,16 278,297 ,334 ,919
p6 172,83 273,372 ,511 ,917
p7 173,48 278,318 ,385 ,918
p8 172,65 276,812 ,491 ,918
p9 172,57 280,926 ,349 ,919
p10 173,38 281,562 ,268 ,919
p11 172,90 275,668 ,533 ,917
p12 172,92 273,139 ,515 ,917
p13 173,16 274,878 ,539 ,917
p14 172,90 284,184 ,156 ,920
p15 172,97 273,483 ,610 ,917
p16 172,81 278,834 ,396 ,918
p17 172,92 283,429 ,216 ,920
p18 172,65 278,844 ,455 ,918
p19 173,32 274,865 ,490 ,918
p20 173,02 277,661 ,406 ,918
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
p21 172,95 281,336 ,294 ,919
p22 173,43 279,023 ,321 ,919
p23 173,24 278,023 ,400 ,918
p24 172,86 274,189 ,553 ,917
p25 172,62 277,240 ,504 ,918
p26 173,10 276,120 ,551 ,917
p27 172,86 280,286 ,347 ,919
p28 173,00 279,516 ,277 ,920
p29 173,05 273,562 ,679 ,916
p30 173,06 279,802 ,384 ,918
p31 172,98 279,371 ,358 ,919
p32 172,90 278,700 ,501 ,918
p33 172,43 279,765 ,473 ,918
p34 173,27 278,200 ,363 ,919
p35 173,19 279,512 ,409 ,918
p36 172,89 279,004 ,472 ,918
p37 173,16 276,136 ,569 ,917
p38 172,97 279,418 ,461 ,918
p39 172,94 271,415 ,657 ,916
p40 172,95 282,433 ,191 ,920
p41 173,08 281,268 ,259 ,920
p42 172,40 278,953 ,402 ,918
p43 172,84 275,329 ,577 ,917
p44 173,05 278,562 ,415 ,918
p45 173,17 277,598 ,468 ,918
p46 172,81 277,157 ,439 ,918
p47 173,22 276,305 ,515 ,917
p48 172,73 281,361 ,328 ,919
p49 173,37 290,365 -,112 ,923
p50 173,32 278,801 ,369 ,919
p51 173,59 275,504 ,431 ,918
p52 173,14 282,157 ,247 ,920
p53 172,86 278,899 ,481 ,918
p54 172,97 283,483 ,249 ,919
p55 173,33 278,581 ,352 ,919
p56 173,00 279,032 ,367 ,919
p57 172,90 274,023 ,586 ,917
p58 172,94 281,641 ,358 ,919
p59 173,06 283,415 ,171 ,920
p60 172,65 277,618 ,473 ,918
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
2. Uji Reliabilitas Setelah Pengguguran Item
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 63 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 63 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,928 42
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
p5 122,08 191,461 ,306 ,928
p6 121,75 186,547 ,522 ,925
p7 122,40 192,050 ,325 ,927
p8 121,57 189,152 ,520 ,925
p9 121,49 192,964 ,356 ,927
p11 121,83 189,017 ,516 ,925
p12 121,84 186,361 ,525 ,925
p13 122,08 188,913 ,494 ,926
p15 121,89 186,907 ,611 ,924
p16 121,73 191,232 ,402 ,926
p18 121,57 191,733 ,431 ,926
p19 122,24 187,346 ,524 ,925
p20 121,94 190,415 ,402 ,927
p23 122,16 191,749 ,343 ,927
p24 121,78 186,047 ,628 ,924
p25 121,54 189,543 ,533 ,925
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
p26 122,02 188,661 ,577 ,925
p27 121,78 192,434 ,353 ,927
p29 121,97 186,418 ,714 ,924
p30 121,98 191,597 ,417 ,926
p31 121,90 191,668 ,363 ,927
p32 121,83 190,856 ,528 ,926
p33 121,35 192,199 ,468 ,926
p34 122,19 191,253 ,340 ,927
p35 122,11 192,165 ,393 ,927
p36 121,81 190,737 ,522 ,926
p37 122,08 189,558 ,542 ,925
p38 121,89 192,004 ,450 ,926
p39 121,86 184,834 ,676 ,924
p42 121,32 190,769 ,440 ,926
p43 121,76 187,926 ,607 ,925
p44 121,97 190,741 ,436 ,926
p45 122,10 189,894 ,492 ,926
p46 121,73 190,942 ,387 ,927
p47 122,14 188,350 ,565 ,925
p48 121,65 193,586 ,319 ,927
p50 122,24 190,862 ,392 ,927
p51 122,51 189,351 ,394 ,927
p53 121,78 192,014 ,440 ,926
p56 121,92 191,203 ,382 ,927
p57 121,83 187,501 ,579 ,925
p60 121,57 189,668 ,512 ,926
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
LAMPIRAN C
HASIL UJI
NORMALITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
1. Uji Normalitas Pemilik Hewan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Memelihara_Hewan 161 100,0% 0 0,0% 161 100,0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Memelihara_Hewan Mean 125,80 ,954
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 123,92
Upper Bound 127,68
5% Trimmed Mean 125,60
Median 125,00
Variance 146,423
Std. Deviation 12,101
Minimum 93
Maximum 161
Range 68
Interquartile Range 15
Skewness ,241 ,191
Kurtosis ,753 ,380
Extreme Values
Case Number Value
Memelihara_Hewan Highest 1 6 161
2 78 160
3 20 157
4 62 156
5 115 154a
Lowest 1 132 93
2 70 93
3 31 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
4 53 102
5 142 103
a. Only a partial list of cases with the value 154 are shown in the table of upper
extremes.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Memelihara_Hewan ,067 161 ,077 ,984 161 ,061
a. Lilliefors Significance Correction
Memelihara_Hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Memelihara_Hewan Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
2,00 Extremes (=<93)
1,00 9 . 8
3,00 10 . 234
8,00 10 . 66678889
6,00 11 . 022444
29,00 11 . 55566666777777777788888999999
27,00 12 . 000011111112222223333344444
29,00 12 . 55555666666777788888888999999
24,00 13 . 000011111111123333334444
13,00 13 . 5556677889999
9,00 14 . 000012234
4,00 14 . 5569 2,00 15 . 44
4,00 Extremes (>=156)
Stem width: 10 Each leaf: 1 case(s)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
2. Hasil Uji Normalitas Bukan Pemilik Hewan
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tidak_Memelihara_H
ewan 161 100,0% 0 0,0% 161 100,0%
Descriptives
Stati
stic
Std.
Error
Tidak_Memelihara_Hewan Mean 122,
67 ,590
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
121,
51
Upper
Bound
123,
84
5% Trimmed Mean 122,
66
Median 123,
00
Variance 56,0
35
Std. Deviation 7,48
6
Minimum 105
Maximum 142
Range 37
Interquartile Range 9
Skewness -
,018 ,191
Kurtosis ,018 ,380
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Extreme Values
Case Number Value
Tidak_Memelihara_Hewan Highest 1 109 142
2 44 140
3 13 139
4 128 139
5 159 139
Lowest 1 148 105
2 138 105
3 72 106
4 139 108
5 100 108a
a. Only a partial list of cases with the value 108 are shown in the table of lower
extremes.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tidak_Memelihara
_Hewan ,067 161 ,072 ,989 161 ,213
a. Lilliefors Significance Correction
Tidak_Memelihara_Hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Tidak_Memelihara_Hewan Stem-and-Leaf Plot
Frequency Stem & Leaf
,00 10 .
9,00 10 . 556888899
15,00 11 . 001222223334444
27,00 11 . 556666677778888888889999999
48,00 12 .
000001111111122222222223333333334444444444444444
39,00 12 . 555555555555666666677778888889999999999
13,00 13 . 0001223333444
8,00 13 . 56667999
1,00 14 . 0
1,00 Extremes (>=142)
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
LAMPIRAN D
HASIL UJI
HOMOGENITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Group Statistics
A N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
data 1 161 125,80 12,101 ,954
2 161 122,38 7,881 ,621
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Da
ta
Equal
variances
assumed
19,922 ,000 3,00
7 320 ,003 3,422 1,138 1,183 5,661
Equal
variances not
assumed
3,00
7
275,
042 ,003 3,422 1,138 1,182 5,663
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
LAMPIRAN E
HASIL UJI
HIPOTESIS
(MANN-
WHITNEY)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Mann-Whitney Test
Ranks
A N Mean Rank Sum of Ranks
data subjek yang memelihara hewan 161 175,83 28309,00
subjek yang tidak memelihara
hewan 161 147,17 23694,00
Total 322
Test Statisticsa
data
Mann-Whitney U 10653,000
Wilcoxon W 23694,000
Z -2,764
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006
a. Grouping Variable: A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI