PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan...

230
i KAJIAN LITERATUR RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIKA BERDASARKAN KRITERIA GYSSENS PADA PASIEN PEDIATRIK RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA PERIODE JULI 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Gede Wiwid Santika Prabawa NIM : 108114092 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

i

KAJIAN LITERATUR RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIKA

BERDASARKAN KRITERIA GYSSENS PADA PASIEN PEDIATRIK

RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA

PERIODE JULI 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Gede Wiwid Santika Prabawa

NIM : 108114092

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

ii

KAJIAN LITERATUR RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIKA

BERDASARKAN KRITERIA GYSSENS PADA PASIEN PEDIATRIK

RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA

PERIODE JULI 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Gede Wiwid Santika Prabawa

NIM : 108114092

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

iii

Persetujuan Pembimbing

KAJIAN LITERATUR RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIKA

BERDASARKAN KRITERIA GYSSENS PADA PASIEN PEDIATRIK

RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO

YOGYAKARTA PERIODE JULI 2013

Skripsi yang diajukan oleh :

Gede Wiwid Santika Prabawa

NIM: 108114092

Telah disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Tanggal : 25 Juli 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk :

Tuhanku Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sebagai pencipta dan pelindungku

Orang tua

Adikku

Semua orang yang bersedia ada di sekitarku yang aku sayangi

Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul

“Kajian Literatur Rasionalitas Peresepan Antibiotika Berdasarkan Kriteria Gyssens

Pada Pasien Pediatrik Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode

Juli 2013”, tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(Gede Wiwid Santika Prabawa)

Yogyakarta, 25 Juli 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Gede Wiwid Santika Prabawa

Nomor mahasiswa : 108114092

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

KAJIAN LITERATUR RASIONALITAS PERESEPAN ANTIBIOTIKA

BERDASARKAN KRITERIA GYSSENS PADA PASIEN PEDIATRIK

RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO YOGYAKARTA

PERIODE JULI 2013

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan

dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun member

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 25 Juli 2014

Yang menyatakan

Gede Wiwid Santika Prabawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

viii

PRAKATA

Puji dan syukur tak terhingga penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas cinta kasih, berkat, kesempatan, dan pertolongan-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Literatur Rasionalitas Peresepan

Antibiotika Berdasarkan Kriteria Gyssens Pada Pasien Pediatrik Rawat Inap di

Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Juli 2013”.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan, pengarahan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak,

sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Dengan kerendahan hati, penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya selama ini.

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan

penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, dukungan, waktu, semangat,

saran, kritik, dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini

sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. beserta seluruh staf Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Pak Tarno sebagai Kepala Rekam Medis Rumah Sakit Panti Nugroho, dan Mas

Ari yang telah memfasilitasi penulis dalam pengambilan data.

5. Bu Sisca sebagai Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Nugroho yang telah

banyak membantu penulis dalam pengambilan data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

ix

6. Kedua orang tua dan adik saya yang telah memberi dukungan hingga penulis bias

menyelesaikan penelitian ini.

7. Teman-teman seperjuangan Realita Rosada, Putri Laksmi, Maria Carolina,

Sagung Intan dan Defilia dalam satu kebersamaan selama proses penelitian dan

dalam penyusunan skripsi.

8. Sahabat-sahabatku Tyas, Erin, Ike, Jepe, Febby, Nelly, dan Hendy Larsen atas

kebersamaan dan dukungan dalam penelitian skripsi ini.

9. Penghuni Wisma Jenggala Krisna, Ade, dan kawan-kawan lainnya atas

kebersamaan dan dukungan dalam penelitian skripsi ini.

10. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2010 (FKK dan FST).

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan telah membantu

dalam pembuatan skripsi ini dengan doa dan dukungannya penulis ucapkan

terimakasih.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi

ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini

memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan.

Penulis

Yogyakarta, 25 Juli 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………..

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………..

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………..

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………………

PRAKATA………………………………………………………………..

DAFTAR ISI ……………………………………………………………...

DAFTAR TABEL ………………………………………………………...

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………...

INTISARI ………………………………………………………………....

ABSTRACT ………………………………………………………………..

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………..

A. Latar Belakang ……………………………………………………...

B. Perumusan Permasalahan …………………………………………...

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………

D. Manfaat Penelitian …………………………………………………..

E. Keaslian Penelitian ………..………………………………………...

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………

A. Antibiotika…………………………………………………………...

1. Definisi Antibiotika……………………………………………...

2. Penggolongan Antibiotika……………………………………….

a. Berdasarkan struktur kimia………………………………….

b. Berdasarkan sifat toksisitas selektif…………………………

c. Berdasarkan aktivitas dan spektrum antibiotika…………….

d. Berdasarkan mekanisme kerja antibiotika…………………..

B. Prinsip Penggunaan Antibiotika……………………………………..

C. Penggunaan Antibiotika Pada Anak .................................................

D. Penggunaan Antibiotika Secara Rasional…………………………...

E. Resistensi Antibiotika.……………………………………………....

F. Penyebab Kegagalan Terapi..………………………………………..

G. Evaluasi Penggunaan Antibiotika...………………………………....

H. Keterangan Empiris………………………..………………………...

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xiii

xiv

xv

xvi

xvii

1

1

3

4

4

5

7

7

7

7

8

8

9

10

11

15

17

18

19

21

24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

xi

BAB III. METODE PENELITIAN……...………………………………...

A. Jenis dan Rancangan Penelitian …………………………………...

B. Variabel Penelitian ………………………………………………...

C. Definisi Operasional ……………………………………………....

D. Subyek dan Bahan Penelitian.……………………………………..

E. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................

F. Alat / Instrumen Penelitian..............................................................

1. Formulir untuk mengambil data ……………………………….

2. Diagram Gyssens…………………………………....................

3. Kategori Gyssens…...…………………………………………..

4. Literatur sebagai referensi evaluasi…………………………......

G. Tata Cara Penelitian dan Analisis Data …………………………...

1. Melakukan seleksi data ………………………………………...

2. Melakukan pengumpulan data...................................................

3. Analisis data….………………………………………………....

H. Keterbatasan Penelitian……………………………………………

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………....

A. Profil Penyakit……….…………………………………………….

B. Profil Peresepan Antibiotika……………………………………….

1. Golongan dan Jenis Antibiotika……………………………….

2. Cara Pemberian Antibiotika……………………………………

3. Durasi Penggunaan Antibiotika………………………………..

C. Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Gyssens....….…

1. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa gastroenteritis akut…………………………..

2. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa febris…………………………………………

3. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa demam tifoid………………………………...

4. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa tonsilisitis……………………………………

5. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa gastritis………………………………………

6. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa gastroenteritis akut………………………….

7. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa asma bronchiale……………………………..

25

25

25

26

27

28

28

28

28

29

29

29

29

29

29

30

32

32

33

34

36

37

38

42

58

64

70

72

73

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

xii

8. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa asma bronchiale disertai bronchopneumonia..

9. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa ISPA disertai vomistus………………………

10. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa ISK………………………………………….

11. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa vomitus………………………………………

12. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa candidiasis…………………………………..

13. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa dengue fever………………………………..

14. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa ichterik neonatus…………………………….

15. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa polydactyly………………………………….

16. Evaluasi penggunaan antibiotika pada pesien

dengan diagnosa Perioperatif Aff Plate Fraktur Cruris………

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….

A. Kesimpulan ………………………………………………………..

B. Saran ……………………………………………………………....

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..

LAMPIRAN ……………………………………………………………....

BIOGRAFI PENULIS …………………………………………………….

76

78

81

85

88

89

90

91

92

95

95

95

96

98

212

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I Daftar Antibiotika Yang Tidak Dianjurkan Untuk

Pediatrik………….……………………………………………………………....16

Tabel II Profil Penyakit Berdasarkan Diagnosa Utama Dan Penyerta Pada

Pasien Pediatrik Rawat Inap Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta

Periode Juli 2013…………………………………………………….…….….….32

Tabel III Profil Peresepan Antibiotika Pada Pasien Peditarik Rawat Inap Di

Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Juli

2013……………………………………….………………………….……….….34

Tabel IV Distribusi Rasionalitas Peresepan Antibiotika Berdasarkan Kategori

Gyssens Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Juli

2013…………………………………………………………………….…….…..38

Tabel V Distribusi Hasil Evaluasi Peresepan Tiap Jenis Antibiotika Berdasarkan

Metode Gyssens Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Juli

2013…………………………………………………………………….……..….39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram alir pejumlahan rasionalitas peresepan antibiotika

Metode Gyssens……………………………………………………………….…..23

Gambar 2 Cara Pemberian Antibiotika Pada Pasien Peditarik Rawat Inap

Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Juli 2013..………................36

Gambar 3 Durasi penggunaan antibiotika pada pasien peditarik rawat

inap di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta periode Juli 2013………………37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekam Medis Kasus 1……..……………………………..……….…99

Lampiran 2. Rekam Medis Kasus 2……..………………………………….…….103

Lampiran 3. Rekam Medis Kasus 3……..…………………………………….….106

Lampiran 4. Rekam Medis Kasus 4……..………………………………………..109

Lampiran 5. Rekam Medis Kasus 5……..……………………………………..…112

Lampiran 6. Rekam Medis Kasus 6……..…………….…………………….……114

Lampiran 7. Rekam Medis Kasus 7……..……………….…………………….…118

Lampiran 8. Rekam Medis Kasus 8……..………………….………………….…122

Lampiran 9. Rekam Medis Kasus 9……..…………………….……………….…126

Lampiran 10. Rekam Medis Kasus 10…..……………………….…………….…130

Lampiran 11. Rekam Medis Kasus 11…..………………………….………….…133

Lampiran 12. Rekam Medis Kasus 12…..…………………………….……….…136

Lampiran 13. Rekam Medis Kasus 13…..……………………………….…….…139

Lampiran 14. Rekam Medis Kasus 14…..………………………………….…….143

Lampiran 15. Rekam Medis Kasus 15….…..………………………………….…146

Lampiran 16. Rekam Medis Kasus 16……...………………………………….…149

Lampiran 17. Rekam Medis Kasus 17………..…………………………………..152

Lampiran 18. Rekam Medis Kasus 18…………….……………………………...155

Lampiran 19. Rekam Medis Kasus 19……………….…………………………...158

Lampiran 20. Rekam Medis Kasus 20………………….………………………...167

Lampiran 21. Rekam Medis Kasus 21…………………….……………………...170

Lampiran 22. Rekam Medis Kasus 22……………………….…………………...174

Lampiran 23. Rekam Medis Kasus 23………………………….………………...177

Lampiran 24. Rekam Medis Kasus 24…………………………….……………...180

Lampiran 25. Rekam Medis Kasus 25……………………………….…………...184

Lampiran 26. Rekam Medis Kasus 26………………………………….………...187

Lampiran 27. Rekam Medis Kasus 27…………………………………….……...190

Lampiran 28. Rekam Medis Kasus 28……………………………………….…...193

Lampiran 29. Rekam Medis Kasus 29….………………………………………...196

Lampiran 30. Rekam Medis Kasus 30…….……………………………………...199

Lampiran 31. Rekam Medis Kasus 31……….…………………………………...201

Lampiran 32. Rekam Medis Kasus 32………….………………………………...204

Lampiran 33. Rekam Medis Kasus 33…………….……………………………...206

Lampiran 34. Rekam Medis Kasus 34……………….…………………………...209

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

INTISARI Anak-anak sangat mudah terserang berbagai macam penyakit termasuk

penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien

anak. Antibiotika adalah obat yang paling banyak diresepkan di rumah sakit. Hal

inilah yang menjadi tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengkaji peresepan antibiotika

pada pasien anak rawat inap dengan pendekatan kualitatif di salah satu rumah sakit

swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta. Jenis

penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan data retrospektif. Metode

Gyssens digunakan untuk mengevaluasi rasionalitas penggunaan antibiotika pada

pasien pediatrik yang di rawat inap pada periode Juli 2013. Metode Gyssen

merupakan suatu diagram alir yang memuat indikator-indikator yang digunakan

untuk menentukan rasionalitas peresepan antibiotika.

Dari 34 jumlah kasus, diperoleh pola penyakit terbanyak yang dialami

pasien adalah gastrointestinal akut dengan sefotaksim sebagai antibiotika yang paling

banyak diresepkan. Penelitian ini menemukan 52% peresepan antibiotika termasuk

kategori 0 menurut metode Gyssens yang berarti rasional, 6% kategori I, 8% kategori

IIA, 4% kategori IIB, 2% kategori IIIA, 4% kategori IIIB, 8% kategori IVA, 4%

kategori IVC, dan 12% kategori V. Adanya penggunaan antibiotika yang kurang

rasional menyebabkan perlunya pengawasan untuk meningkatkan rasionalitas

peresepan antibiotika.

Kata kunci: rasionalitas, antibiotika, pediatrik, rawat inap, Gyssens

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

ABSTRACT

Children are highly susceptible to a variety of diseases including infectious

diseases. This is causes high prescribing of antibiotic in pediatric patients. Antibiotics

is the most widely prescribed drugs in the hospital. This is the purpose of this study,

which is to assess antibiotic prescribing in pediatric patients hospitalized with a

qualitative approach in a private hospital in Yogyakarta.

This research was conducted at Panti Nugroho Hospital Yogyakarta. This is

a type of observational study by using retrospective data. Gyssens methods used to

evaluate the rationality of antibiotics prescribing in pediatric patients hospitalized in

the period July 2013. Gyssen method is a flow diagram that includes the indicators

which used to determine the rationality of prescribing antibiotics.

In 34 number of cases, the highest disease that found is acute

gastrointestinal, with cefotaxime is the most widely prescribed antibiotic. The study

found 52% of prescribing antibiotics including category 0 according to the method

Gyssens which means rational, 6% category I, 8% category IIA, 4% category IIB, 2%

category IIIA, 4% category IIIB, 8% category IVA, 4% category IVC, and 12%

category V. Irrational use of antibiotics requires monitoring to improve the rationality

of prescribing antibiotics.

Keywords: rationality, antibiotics, pediatric, hospitalized, Gyssens

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antibiotika adalah senyawa kimia yang penting dalam menyembuhkan

penyakit infeksi. Selain itu antibiotika juga merupakan golongan obat yang paling

banyak diresepkan di rumah sakit (Jozef & Hromadova, 2007).

Golongan pediatrik merupakan kelompok usia yang rentan terserang

berbagai penyakit, termasuk penyakit infeksi. Tingginya angka kejadian infeksi juga

berbanding lurus dengan jumlah penggunaan antibiotika pada anak. Penelitian tim

AMRIN study mendapatkan peresepan antibiotika terjadi pada anak dengan

prevalensi tinggi yaitu 76%. Penggunaan antibiotika yang tinggi di usia ini

menyebabkan kemungkinan terjadinya penyimpangan atau ketidakrasionalan

penggunaan antibiotika sangatlah besar terjadi (Hadi, et al., 2008).

Peresepan antibiotika sering kali kurang optimal, khususnya di negara

berkembang seperti di Indonesia. Hal ini berdasarkan penelitian tim AMRIN di dua

rumah sakit pendidikan di Indonesia dengan hasil hanya 21% peresepan antibiotika

yang tergolong rasional (Hadi, et al., 2008).

Menurut penelitian sebelumnya oleh Febiana (2012) di salah satu rumah sakit umum

di Semarang pada tahun 2012 diketahui hanya sekitar 55% penggunaan antibiotika

yang rasional, sehingga sekitar 45% yang kurang rasional dan itu merupakan angka

yang cukup tinggi. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Pamela

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

2

(2011) di RSCM Jakarta dengan hasil 61% penggunaan antibiotika yang rasional.

Kedua hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada penggunaan antibiotika

yang kurang rasional dan menjadi acuan peneliti untuk melakukan penelitian serupa

di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Antibiotika haruslah digunakan secara benar dan rasional sesuai aturan

pakai yang berlaku. Penggunaan antibiotika berlebih akan menyebabkan timbulnnya

resistensi terhadap antibiotika. Hal ini akan berpengaruh ke waktu penyembuhan dan

biaya yang membengkak dalam usaha penyembuhan (WHO, 2001).

Pada penelitian ini digunakan metode Gyssens untuk mengkaji rasionalitas

peresepan antibiotika pada pasien pediatrik di Rumah Sakit Umum Panti Nugroho

Yogyakarta pada perode Juli 2013. Pemilihan metode Gyssens dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui kualitas peresepan antibiotika pada pasien pediatrik dengan

mengevaluasi rasionalitas penggunaan antibiotika seperti ketepatan indikasi,

pemilihan berdasarkan efektivitas, toksisitas, spektrum, harga, durasi pemberian,

dosis, interval, cara dan waktu pemberian.

Penelitian dilakukan dengan studi retrospektif yaitu dengan melihat data

yang telah lampau dan kemudian dilakukan evaluasi terhadap data tersebut. Penelitian

dilakukan di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta yang terletak di Kecamatan

Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan pemilihan lokasi

penelitian di rumah sakit ini adalah untuk mengetahui bagaimana kualitas peresepan

antibiotika pada pasien anak menggunakan model rumah sakit swasta yang ada di

Yogyakarta. Berdasarkan informasi dari Puskesmas Kecamatan Pakem, Kabupaten

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

3

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, penyakit yang mendominasi 10 besar penyakit

terbanyak pada anak di wilayah ini adalah penyakit infeksi, sehingga kemungkinan

terdapat banyak kasus infeksi pada anak yang ditangani di Rumah Sakit Panti

Nugroho Yogyakarta. Di rumah sakit ini juga terdapat bangsal khusus anak sehingga

data yang tersedia mendukung pelaksanaan penelitian ini. Selain itu, informasi

mengenai pengurusan perizinan penelitian di rumah sakit ini cukup jelas. Berdasarkan

ketiga hal tersebut dipilihlah Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta sebagai lokasi

pelaksanaan penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan mengetahui kerasionalan peresepan antibiotika pada

pasien pediatrik di Rumah Sakit Umum Panti Nugroho Yogyakarta. Penelitian ini

diharapkan dapat meningkatkan kerasionalan pemberian antibiotika kepada pasien

pediatrik.

B. Perumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang memerlukan jawaban sehubungan dengan

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana profil penyakit infeksi yang diderita pasien pediatrik rawat inap di

bangsal anak Rumah Sakit Umum Panti Nugroho Yogyakarta?

2. Bagaimana profil peresepan antibiotika pada pasien pediatrik rawat inap di

bangsal anak Rumah Sakit Umum Panti Nugroho Yogyakarta?

3. Bagaimana rasionalitas peresepan antibiotika pada pasien pediatrik rawat inap di

bangsal anak Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta yang dievaluasi dengan

metode Gyssens?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Mengetahui rasionalitas peresepan antibiotika bagi pasien pediatrik dengan

metode Gyssens di bangsal anak Rumah Sakit Umum Panti Nugroho Yogyakarta

periode Juli 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan profil penyakit infeksi yang diderita pasien pediatrik rawat

inap di bangsal anak Rumah Sakit Umum Panti Nugroho Yogyakarta.

b. Mendeskripsikan profil peresepan antibiotika pada pasien pediatrik rawat di

bangsal anak Rumah Sakit Umum Panti Nugroho Yogyakarta.

c. Mengevaluasi rasionalitas peresepan antibiotika pada pasien pediatrik rawat

inap di bangsal anak Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta dengan metode

Gyssens berdasarkan literatur.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yaitu:

1. Mendapatkan data kerasionalan mengenai peresepan antibiotika berdasarkan

kriteria Gyssens sebagai bahan evaluasi bagi tenaga medis dalam

meningkatkan rasionalitas peresepan antibiotika dari segi kualitas di rumah

sakit yang bersangkutan. Khususnya bagi apoteker, dapat sebagai bahan

evaluasi untuk lebih berperan dalam meningkatkan kualitas penggunaan

antibiotika kepada pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

5

2. Dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan kerasionalan peresepan antibiotika.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang mirip dengan penelitian ini antara lain:

1. Penelitian dengan judul “Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Di Bangsal

Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus-Desember 2011”. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah pada lokasi penelitian yaitu di Rumah Sakit Dr.

Kariadi Semarang Periode Agustus-Desember 2011. Selain itu penelitian tersebut

tidak hanya meneliti rasionalitas peresepan antibiotika, tetapi juga meneliti

penggunaan antibiotika yang dikaji dengan pendekatan kuantitatif dengan metode

DDD (Febiana, 2012).

2. Penelitian dengan judul “Evaluasi Kualitatif Penggunaan Antibiotika Dengan

Metode Gyseens Di Ruang Kelas 3 Infeksi Departemen Ilmu Kesehatan Anak

RSCM Secara Prospektif”. Perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi

penelitian yaitu di RSCM Jakarta yang dilaksanakan pada tahun 2011, dan jenis

penelitian yaitu secara prospektif dengan disertai intervensi pada objek yang

diteliti. Selain itu penelitian tersebut tidak hanya meneliti rasionalitas peresepan

antibiotika, tetapi juga meneliti mengenai penggunaan antibiotika yang dikaji

dengan pendekatan kuantitatif dengan metode DDD (Pamela, 2011).

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, studi literatur rasionalitas

peresepan antibiotika pada pasien pediatrik di Rumah Sakit Umum Panti Nugroho

Yogyakarta dengan metode Gyssens belum pernah dilakukan. Hasil penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

6

dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya terkait dengan evaluasi

kerasionalan peresepan antibiotika yang dievaluasi dengan pendekatan kualitatif

meggunakan metode Gyssens. Penelitian diharapkan ini dapat melengkapi rangkaian

penelitian mengenai rasionalitas pengunaan antibiotika di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antibiotika

1. Definisi

Antibiotika merupakan senyawa yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri

yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,

sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Pada umumnya antibiotika

dibuat secara mikrobiologi, yaitu pembiakan fungi dalam suatu tempat bersama

zat-zat gizi khusus. Selain secara mikrobiologi, pembuatan antibiotika juga

dilakukan secara sintetis dan semi sintetis. Secara sintetis, pembuatan antibiotika

sama sekali tidak melalui proses biosintesis. Sedangkan antibiotika yang dibuat

secara semisintetis dilakukan dengan kombinasi antara proses biosintetis dengan

penambahan zat-zat tertentu (Tan & Raharja, 2007).

2. Penggolongan Antibiotika

a. Berdasarkan struktur kimia

Berdasarkan struktur kimianya, antibiotika digolongkan sebagai

berikut (Setiabudy, 2012; Tan & Rahardja, 2007).

1) Golongan β-laktam, yaitu termasuk didalamnya golongan penisilin

(penisilin, amoksisilin), sefalosporin (Generasi pertama: sefalotin,

sefaloridin, sefaleksin, sefadroksil; generasi kedua: sefaklor dan

sefuroksim; generasi ketiga: sefotaksim, seftriakson, sefoperazon, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

8

seftazidin; generasi keempat: sefepim), karbapenem (ertapenem,

imipenem, meropenem), dan β-laktam monosiklik.

2) Golongan aminoglikosida, yaitu streptomisin, kanamisin, gentamisin,

tobramisin, neomisin, paromomisin.

3) Golongan poliketida, termasuk didalamnya golongan makrolida

(eritromisin, klaritromisin, roksitomisin, azitromisin), ketolida

(telitromisin), tetrasiklin (doksiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

4) Golongan polimiksin, yaitu polimiksin dan kolistin.

5) Golongan glikopeptida, yaitu ramoplanin, vankomisin, dan dekaplanin.

6) Golongan kuinolon (fluorokuinolon), yaitu asam nalidiksat, ofloksasin,

siprofloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

7) Golongan oksazolidinon, yaitu lizenoid.

8) Golongan streptogramin, yaitu virginiamisin, mikamisin, pristinamisin.

9) Golongan sulfonamida, yaitu kotrimoksazol dan trimetoprim.

10) Antibiotik lain, seperti kloramfenikol, tiamfenikol, asam fusidat,

metronidazol dan klindamisin.

b. Berdasarkan sifat toksisitas selektif

Berdasarkan sifat toksisitas selektif yang dimiliki, antibiotika

dikelompokkan menjadi dua. Pertama, antibiotika yang bersifat

menghambat pertumbuhan mikroba. Aktivitas ini disebut aktivitas

bakteriostatik. Kedua, antibiotika yang bersifat membunuh mikroba yaitu

aktivitas bakterisid. Dalam aktivitasnya, diperlukan jumlah minimal untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

9

menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba itu sendiri yang

dikenal sebaga jumlah hambat minimum (KHM) dan jumlah bunuh

minimum (KBM). Antibiotika tertentu dapat meningkatkan aktivitasnya

dari bakteriostatik menjadi bakterisid apabila jumlah antibiotikanya

ditingkatkan melebihi KHM (Setiabudy, 2012).

c. Berdasarkan aktivitas dan spektrum antibiotika

Secara umum, antibiotika dapat digolongkan berdasarkan luas

jangkauan aktivitasnya terhadap jenis kuman,yaitu :

1) Antibiotika Aktivitas Sempit (Narrow Spectrum).

Antibiotika ini terutama aktif terhadap beberapa jenis kuman saja. Sebagai

contoh, penisilin G dan penisilin V, eritromisin, klindamisin, canamisin,

dan asam fusidat yang hanya bekerja terhadap kuman gram positif.

Sebaliknya, antibiotika stertomisin, gentamisin, polimiksin B dan asam

nalidiksat khususnya aktif terhadap kuman gram negatif (Tan & Rahardja,

2007).

2) Antibiotika Aktivitas Luas (Broad Spectrum)

Golongan antibiotika ini bekerja terhadap lebih banyak jenis kuman gram

positif maupun gram negatif. Yang termasuk dalam antibiotika spektrum

luas ini diantaranya sulfonamid, ampisilin, sefalosporin, kloramfenikol,

tetrasiklin, dan rifampisin (Tan & Rahardja, 2007).

Dalam kenyataan di lapangan, walaupun suatu antibiotika memiliki

spektrum luas, efektivitas kliniknya belum tentu seluas spektrumnya. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

10

karena efektivitas maksimal diperoleh dengan menggunakan obat terpilih

untuk infeksi yang terjadi, terlepas dari efeknya terhadap mikroba lain.

Antibiotika berspektrum luas juga dapat menimbulkan infeksi oleh kuman

atau jamur yang resisten (Setiabudy, 2012).

d. Berdasarkan mekanisme kerja antibiotika

Menurut Setiabudy (2012) dan Tan & Rahardja (2007), Antibiotika

dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri memiliki

mekanisme kerja yang berbeda-beda. Berdasarkan mekanisme kerjanya,

antibiotika dibagi dalam lima kelompok yaitu (Setiabudy, 2012; Tan &

Rahardja, 2007).

1) Antibiotika Penghambat Metabolisme Sel Mikroba

Berbagai macam antibiotika yang tergolong dalam kelompok ini antara

lain; sulfonamida, trimetroprim, asam p-aminosalisilat (PAS), dan sulfon.

Antibiotika ini memiliki efek bakteriostatik.

2) Antibiotika Yang Menghambat Sintesis Dinding Sel Mikroba

Contoh antibiotika dengan mekanisme kerja seperti ini antara lain golongan

β-Laktam seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan

inhibitor sintesis dinding sel lainnya sepertivancomysin, basitrasin,

fosfomysin, dan daptomysin. Golongan ini memiliki efek bakteriosidal

dengan cara memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam

sintesis dinding sel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

11

3) Antibiotika Pengganggu Permeabilitas Membrane Sel Mikroba

Antibiotika yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin, amfoterisin

B, gramisidin, nistatin, kolistin. Obat-obatan ini memiliki efek

bakteriostatik dan bakteriosidal dengan menghilangkan permeabilitas

membran dan menyebabkan sel menjadi lisis.

4) Antibiotika Yang Menghambat Sintesis Protein Sel Mikroba

Antibiotika yang termasuk golongan ini antara lain golongan

aminoglikosida, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan klorafenikol.

Antibiotika tersebut memiliki efek bakteriosidal atau bakteriostatik dengan

cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel normal dan

menghambat tahap-tahap sintesis protein.

5) Antibiotika Yang Menghambat Sintesis Asam Nukleat Mikroba

Antibiotika golongan ini antara lain rifampisin dan quinolone. Rimfapisin

berikatan dengan enzim polymerase-RNA sehingga menghambat sintesis

RNA dan DNA oleh enzim tersebut. Sedangkan golongan quinolone

menghambat enzim DNA girase pada kuman yang berfungsi menata

kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral sehingga bisa masuk

dalam sel kuman yang kecil.

B. Prinsip Penggunaan Antibiotika

Menurut Kemenkes (2011), penggunaan antibiotika dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu penggunaan antibiotika secara empiris, definitif, dan profilaksis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

12

1. Terapi Empiris

Merupakan terapi penggunaan antibiotika pada kasus yang belum diketahui jenis

penyebab infeksi tersebut. Terapi ini bertujuan untuk menghambat pertumbuhan

bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil

pemeriksaan mikrobiologi. Lama terapi ini berkisar antara 48 – 72 jam,

selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi

klinis pasien.

2. Terapi Definitif

Terapi definitif merupakan terapi penggunan antibiotika pada kasus yang telah

diketahui jenis bakteri penginfeksinya. Tujuan terapi ini adalah menghambat

pertumbuhan bakteri penyebab infeksi berdasarkan uji mikrobiologi.

3. Terapi Profilaksis

Terapi profilaksis adalah penggunaan antibiotika yang bertujuan untuk mencgah

timbulnya infeksi, biasanya diberikan pada operasi pembedahan.

Menurut Kemenkes (2011) tentang pedoman umum penggunaan antibiotika,

dalam penggunaan antibiotika perlu diperhatikan beberapa faktor berikut ini.

1. Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotika.

Kemampuan mikroorganisme untuk melemahkan daya kerja antibiotika akan

menyebabkan terapi tidak berjalan maksimal bahkan dapat mengakibatkan

kegagalan terapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

13

2. Faktor farmakokinetika dan farmakodinamika.

Penetapan jenis dan dosis antibiotika yang diberikan kepada pasien sangat penting

untuk mengetahui cara, lama, dan interval pamberian antibiotika yang sesuai

dengan kondisi tubuh pasien.

3. Faktor interaksi dan efek samping obat.

Pemberian antibiotika yang dikombinasikan dengan obat lain perlu

dipertimbangkan ada atau tidaknya kemungkinan menimbulkan efek yang tidak

diharapkan pada pasien.

4. Faktor biaya

Harga antibiotika yang terlalu tinggi berdampak pada tidak mampunya pasien

dalam membeli antibiotika yang dibutuhkan dalam terapi pasien.

Berdasarkan beberapa faktor yang disebutkan di atas, prinsip penggunaan

antibiotika secara bijak yang disarankan adalah sebagai berikut ini.

1. Antibiotika yang digunakan sebaiknya merupakan terapi lini pertama penyakit

yang bersangkutan, berspektrum sempit, dengan disertai indikasi, interval, dan

lama pemberian yang tepat serta dosis yang akurat.

2. Menerapkan pedoman penggunaan antibiotika dalam menggunakan antibiotika

tertentu kepada pasien.

3. Menegakkan diagnosis penyakit infeksi dengan menggunakan informasi klinis

dan hasil pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjang

lainnya. Ada tidaknya infeksi bakteri pada pasien dapat diketahui dari hasil uji

kultur bakteri. Selain itu dapat diketahui dari kadar leukosit dan hitung jenis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

14

leukosit (diferential count) yaitu neutrofil, euinofil, basofil, monosit, dan limfosit.

Kadar leukosit yang melebihi nilai normal mengindikasikan adanya infeksi akut

yang dialami pasien.

4. Antibiotika tidak diresepkan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

atau penyakit yang dapat sembuh sendiri.

5. Pemilihan jenis antibiotika harus berdasar pada Informasi kepekaan kuman dan

bagaimana sifat bakteri penginfeksi terhadap antibiotika yang akan diberikan,

perkiraan bakteri penyebab infeksi yang berdasarkan pada hasil pemeriksaan

mikrobiologi pasien.

6. Penggunaan antibiotika secara bijak dilakukan dengan beberapa langkah sebagai

berikut.

a) Meningkatkan pemahaman setiap tenaga medis dalam pemberian antibiotika

secara bijak kepada pasien.

b) Meningkatkan ketersediaan dan kualitas fasilitas penunjang seperti

laboratorium hematologi, imunologi, dan mikrobiologi atau laboratorium lain

yang digunakan berkaitan dengan penyakit infeksi.

c) Menjamin adanya tenaga kesehatan yang kompeten, dapat diandalkan

dibidang infeksi, dan mampu bekerja sama dalam tim dalam pengembangan

penanganan infeksi.

d) Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan antibiotika secara

bijak secara intensif dan berkelanjutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

15

e) Menetapkan dan menerapkan pedoman penggunaan antibiotika secara rinci

ditingkat nasional, rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan

masyarakat.

C. Penggunaan Antibiotika Pada Anak

Penentuan konsentrasi keefektifan obat pada golongan anak tidaklah mudah.

Penelitian dalam bidang farmakologi dan toksikologi mengenai obat baru umumnya

dilakukan pada orang dewasa. Sangat sedikit yang benar-benar diujikan pada anak-

anak. Dalam penggunaan obat pada golongan pediatrik perlu diperhatikan perubahan

fungsi organ yang sedang tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan organ pada

golongan anak masih belum sempurna seperti pada orang dewasa. Hal ini dapat

mempengaruhi distribusi, metabolisme dan eliminasi obat pada anak (Dipiro, et al.,

2005).

Resiko pediatrik mendapatkan efek merugikan lebih tinggi akibat infeksi

bakteri daripada orang dewasa karena tiga faktor, yaitu:

1. Sistem imun pada anak yang belum berfungsi secara sempurna seperti pada orang

dewasa

2. Pola tingkah laku anak yang lebih banyak berisiko terpapar bakteri

3. Beberapa antibiotika yang cocok digunakan pada dewasa belum tentu cocok bila

diberikan kepada anak karena perbedaan proses absorbsi, distribusi, metabolisme

dan ekskresi obat serta tingkat kesempurnaan atau kematangan organ dengan

orang dewasa. Hal ini akan menyebabkan perbedaan respon terapetik atau dapat

menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Bueno & Stull, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

16

Penggunaan antibiotika yang tidak tepat memudahkan terjadinya resistensi

terhadap antibiotika serta dapat menimbulkan resiko efek samping. Hal-hal yang

perlu diperhatikan adalah dosis obat yang tepat bagi anak-anak, cara pemberian,

indikasi, kepatuhan, durasi yang tepat dan dengan memperhatikan keadaan

patofisiologi pasien secara tepat, diharapkan dapat memperkecil efek samping yang

akan terjadi. Hal ini diperlukan untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotika yang

diberikan secara tepat (Rudolph, 2003).

Tidak semua antibiotika dapat diberikan kepada anak-anak. Contoh-contoh

antibiotika yang tidak dapat diberikan kepada anak-anak dapat dilihat pada Tabel I

berikut ini.

Tabel I. Contoh antibiotika yang tidak dianjurkan untuk pediatrik

(Kemenkes, 2011).

Nama Obat Kelompok Usia Alasan

Siprofloksasin < 12 tahun Merusak tulang rawan (cartillage

disgenesis)

Norfloksasin < 12 tahun Merusak tulang rawan (cartillage

disgenesis)

Tetrasiklin < 4 tahun atau pada

dosis tinggi

diskolorisasi gigi, gangguan

pertumbuhan tulang

Kotrimoksazol < 2 bulan Tidak ada data efektivitas dan

keamanan

Kloramfenikol Neonatus Menyebabkan Grey baby

syndrome.

Tiamfenikol Neonatus Menyebabkan Grey baby

syndrome

Linkomisin HCl Neonatus Fatal toxic syndrome

Piperasilin-Tazobaktam Neonatus Tidak ada data efektivitas dan

keamanan

Azitromisin Neonatus tidak ada data keamanan

Tigesiklin < 18 Tahun tidak ada data keamanan

Spiramisin neonatus dan bayi tidak ada data keamanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

17

D. Penggunaan Antibiotika Secara Rasional

Menurut WHO (2001), kriteria penggunaan obat yang rasional adalah

sebagai berikut.

1. Sesuai dengan indikasi penyakit

Pemberian antibiotika berdasarkan pada keluhan yang dialami pasien dan hasil

pemeriksaan fisik yang akurat dari pasien yang bersangkutan.

2. Diberikan dengan dosis yang tepat

Pemberian dosis obat sesuai dengan umur, berat badan dan kronologis penyakit

yang dialami individu yang bersangkutan.

3. Cara pemberian dan interval waktu pemberian yang tepat

Rentang waktu pemberian obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah

ditentukan.

4. Lama pemberian yang tepat

Pada kasus tertentu pemberian antibiotika memerlukan durasi tertentu. Tidak

terlalu singkat atau terlalu lama.

5. Obat yang diberikan harus efektif dan terjamin mutunya

Menghindari pemberian obat yang kedaluwarsa dan tidak sesuai dengan jenis

keluhan penyakit.

6. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau

Jenis obat mudah didapatkan kapanpun diperlukan dan dengan harganya relatif

terjangkau bagi pasien.

7. Meminimalkan efek samping dan alergi obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

18

Mengurangi kemungkinan timbulnya efek yang tidak diharapkan dari penggunaan

obat tersebut.

E. Resistensi Antibiotika

Resistensi antibiotika oleh mikroba merupakan hal yang sangat

dikhawatirkan dalam mengobati penyakit infeksi. Menurut Soedarmo, Garna,

Hadinegoro, Satari, (2008), resistensi ini secara mendasar disebabkan oleh hal – hal

sebagai berikut ini.

1. Mikroorganisme penginfeksi berkembang dan menghasilkan enzim-enzim

seperti adenyllacting, fosforilacting, acetylacting agent yang dapat

menghancurkan antibiotika.

2. Antibiotika tidak dapat menembus dinding bakteri untuk mencapai tempat aksi

yang potensial akibat penurunan permeabilitas mikroorganisme dinding sel.

3. Mikroorganisme penginfeksi dapat berkembang dan melakukan perubahan

struktur tubuh, seperti perubahan kromosom dengan menghilangkan protein

tertentu pada subunit ribosom

4. Kemampuan mikroorganisme untuk meningkatkan sintesis metabolismenya

sehingga tahan terhadap antimikroba.

Menurut Kemenkes (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi

berkembangnya resistensi antibiotika di klinik adalah sebagai berikut.

1. Penggunaan antibiotika yang terlalu sering.

2. Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dengan anjuran.

3. Penggunaan antibiotika baru yang berlebihan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

19

4. Penggunaan antibiotika dalam durasi yang terlalu lama.

5. Penggunaan antibiotika untuk ternak.

6. Lain-lain seperti sanitasi dan kebersihan yang kurang baik, serta kondisi

lingkungan yang tidak memenuhi syarat.

F. Penyebab Kegagalan Terapi

Kegagalan dalam setiap pengobatan sangat mungkin terjadi, termasuk pada

penggunaan antibiotika. Menurut Setiabudy (2012) faktor - faktor yang dapat

menyebabkan kegagalan terapi antibiotika antara lain;

1. Dosis yang kurang

Pemberian dosis yang kurang dari dosis seharusnya akan menyebabkan kegagalan

terapi pada pasien. Hal ini akibat kurangnya obat yang diabsorpsi dalam tubuh

sehingga efek terapi tidak timbul.

2. Durasi terapi yang kurang

Durasi terapi yang kurang dari durasi yang ditentukan akan berakibat pada belum

tercapainya tujuan terapi yang diinginkan tetapi proses pengobatan sudah

dihentikan. Contohnya adalah pada penyakit akibat infeksi bakteri. Apabila terapi

dihentikan sebelum waktu yang ditentukan akan menyebabkan kemungkinan

bakteri penyebab infeksi belum mati seluruhnya, sehingga memberikan

kesempatan bakteri berkembang lagi bahkan menyebabkan resistensi pada

antibiotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

20

3. Adanya faktor mekanik

Faktor mekanik yang dimaksud seperti abses, benda asing, jaringan debrimen,

sekuester tulang, batu saluran kemih, dan lain-lain, merupakan faktor – faktor yang

dapat menggagalkan terapi antibiotik. Pengatasan faktor mekanik tersebut yaitu

dengan pencucian luka, debrimen, insisi, serta upaya lain sangat menentukan

keberhasilan dalam mengatasi infeksi.

4. Kesalahan dalam menetapkan etiologi penyakit

Pemberian antibiotika yang tidak sesuai dengan bakteri penginfeksi dapat

menyebabkan terapi yang kurang efektif. Bahkan bila dilakukan dalam durasi lama

akan mengakibatkan resistensi bakteri terhadap antibiotika.

5. Pilihan antibiotik yang kurang tepat.

Pemilihan antibiotika yang kurang tepat terhadap kondisi ataupun penyebab

infeksi, dapat menyebabkan terapi yang kurang optimal bahkan dapat

membahayakan pasien.

6. Faktor farmakokinetika

Pertimbangan bagaimana kondisi dan jumlah obat dalam tubuh. Hal ini karena

tidak semua bagian tubuh dapat ditembus dengan mudah oleh antibiotika, sehingga

tidak mencapai jumlah terapetik untuk memberi efek yang diinginkan.

7. Faktor pasien

Keadaan dan mekanisme pertahanan tubuh pasien yang buruk merupakan faktor

penting yang menyebabkan gagalnya terapi antibiotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

21

G. Evaluasi Penggunaan Antibiotika

Sesuai dengan Kemenkes (2011) tentang pedoman umum penggunaan

antibiotika, terdapat dua cara atau pendekatan dalam pejumlahan penggunaanya yaitu

secara kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan secara kuantitatif yaitu evaluasi

penggunaan antibiotika berdasarkan jumlah yang digunakan, sedangkan pendekatan

kualitatif yaitu berdasarkan ketepatan dalam memilih jenis, dosis, lama waktu

pemberian, dan harga antibiotika.

Evaluasi penggunaan antibiotika secara kuantitatif bisa dilakukan secara

prospektif maupun retrospektif. Parameter uji kuantitatif penggunaan antibiotika

adalah persentase pasien yang mendapat terapi antibiotika selama rawat inap dirumah

sakit yang ditetapkan dengan Defined Daily Doses (DDD) 100 patient-days dan

Defined Daily Dose (DDD) 100 bed-days (Kemenkes, 2011).

Evaluasi penggunaan antibiotika secara kualitatif juga dapat dilakukan

secara retrospektif atau prospektif. Secara retrospektif dilakukan dengan melihat

rekam medis dari pasien, sedangkan secara prospektif yaitu dengan mengikuti

perkembangan terapi pasien. Terdapat berbagai macam pendekatan, metode dan

indikator evaluasi penggunaan antibiotika yang rasional atau tidak rasional, salah

satunya adalah metode Gyssens yang digunakan dalam penelitian ini (Gyssens &

Meers, 2001).

Evaluasi rasionalitas peresepan antibiotika yang dievaluasi dengan

menggunakan alur Gyssens (Gyssens & Meers, 2001) yang terbagi dalam beberapa

kategori yaitu 0-VI kategori.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

22

Kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut ini.

0 : penggunaan tepat /rasional

I : timing tidak tepat

IIA : tidak tepat dosis

IIB : tidak tepat interval

IIC : tidak tepat cara pemberian

IIIA : pemberian yang terlalu lama

IIIB : pemberian yang terlalu singkat

IVB : ada antibiotika lain yang kurang toksik

IVC : ada antibiotika lain yang lebih murah

IVD : ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit

V : penggunaan antibiotika tanpa ada indikasi

VI : rekam medis tidak lengkap untuk dievaluasi

IVA : ada antibiotika lain yang lebih efektif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

23

Gambar 1. Diagram alir pejumlahan rasionalitas peresepan antibiotika metode

Gyssens (Kemenkes, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

24

H. Keterangan Empiris

Masih terdapat ketidakrasionalan dalam peresepan antibiotika pada pasien

pediatrik yang menjalani rawat inap. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran rasionalitas peresepan antibiotika di bangsal anak Rumah Sakit Panti

Nugroho Yogyakarta yang dievaluasi dengan metode Gyssens pada periode Juli

2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah non-eksperimental, karena peneliti tidak

memberikan intervensi terhadap subyek penelitian. Penelitian ini menggunakan

rancangan deskriptif evaluatif dengan menggunakan data retrospektif, yaitu

berdasarkan data yang sudah ada. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

Cross sectional yaitu pengukuran dan pengamatan datanya dilakukan satu kali dalam

suatu waktu yang bersamaan. Data yang disajikan bersifat apa adanya tanpa

manipulasi dan tanpa intervensi mengenai kondisi data tersebut, sehingga tidak

memerlukan adanya hipotesis (Nursalam, 2008; Sastroasmoro & Ismael, 2002).

Penelitian ini dilakukan dengan menelusuri profil peresepan antibiotika

yang diberikan terhadap pasien pediatrik rawat inap di bangsal anak Rumah Sakit

Panti Nugroho Yogyakarta pada periode Juli tahun 2013 melalui rekam medis pasien.

Selanjutnya dilakukan analisa kualitatif peresepan antibiotika yang dikaji berdasarkan

literatur dengan menggunakan metode Gyssens.

B. Variabel Penelitian

1. Profil penyakit infeksi yang diderita pasien

2. Profil peresepan antibiotika

3. Rasionalitas peresepan antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

26

C. Definisi Operasional

1. Profil penyakit infeksi yang diderita pasien dalam penelitian ini adalah jenis-

jenis penyakit infeksi yang ditetapkan menurut diagnosa utama dan diagnosa

penyerta pasien, misalnya: infeksi saluran kemih, bronkitis, dan demam tifoid.

2. Profil peresepan antibiotika pada penelitian ini meliputi golongan, jenis, cara

pemberian, dan durasi pemakaian

a) Golongan antibiotika adalah semua golongan antibiotika yang diberikan

pada pasien pediatrik yang menjalani perawatan di rawat inap di bangsal

anak Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta pada periode Juli tahun

2013, misalnya sefalosporin, penisilin, dan lain lain.

b) Jenis antibiotika adalah semua jenis antibiotika yang diberikan pada

pasien pediatrik yang menjalani perawatan di rawat inap di bangsal anak

Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta pada periode Juli tahun 2013,

misalnya amoksisilin, ampisilin, sefotaksim, dan lain lain.

c) Cara pemberian adalah cara yang digunakan dalam memasukkan

antibiotika ke dalam tubuh, misalnya oral, intravena, dan lain-lain.

d) Durasi pemakaian adalah lama waktu (hari) pemakaian antibiotika kepada

pasien.

3. Rasionalitas peresepan antibiotika dalam penelitian ini adalah rasionalitas

peresepan antibiotika yang dievaluasi secara kualitatif menggunakan kriteria

Gyssens (Gyssens & Meers, 2001). Evaluasi dilakukan dengan menggunakan

literatur sebagai sebagai referensi. Literatur yang digunakan yaitu Sukandar,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

27

dkk., (2009), Lacy, Amstrong, Goldman, Lance, (2011), Kemenkes (2011),

berbagai buku farmakoterapi seperti Setiabudy (2012), Wells, Dipiro,

Schwinghammer, Dipiro (2009), Tan & Rahardja (2007), dan berbagai jurnal

terkait.

D. Subyek dan Bahan Penelitian

1. Subyek penelitian adalah seluruh pasien pediatrik yang menjalani perawatan di

rawat inap di bangsal anak Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta pada periode

Juli tahun 2013.

2. Bahan penelitian adalah seluruh rekam medis pasien pediatrik yang menjalani

perawatan di rawat inap di bangsal bangsal anak rumah sakit Panti Nugroho

Yogyakarta pada periode Juli tahun 2013.

3. Rekam medis adalah semua berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang

identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lainyang

telah diberikan kepada pasien.

4. Kriteria inklusi :

a) Rekam medis pasien pediatrik rawat inap di bangsal anak rumah sakit Panti

Nugroho Yogyakarta pada periode Juli tahun 2013.

b) Rekam medis yang jelas terbaca.

5. Kriteria eksklusi :

a) Data rekam medis tidak jelas terbaca oleh lebih dari satu orang.

b) Rekam medis pasien tidak lengkap seperti tidak tercantumnya berat badan

pasien, lama pengobatan, dan diagnosa penyakit pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

28

c) Pasien yang mendapatkan antibiotika pulang paksa atau meninggal dunia

sebelum program pemberian antibiotika pasien tersebut selesai.

d) Pasien melanjutkan pengobatan di tempat lain.

E. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Panti Nugroho Daerah Istimewa

Yogyakarta. Waktu penelitian dilakukan pada September sampai Oktober tahun 2013.

F. Alat / Instrumen Penelitian

Alat atau instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut ini.

1. Formulir untuk mengambil data

Dalam penelitian ini digunakan formulir yang memuat data rekam medis

pasien. Formulir ini digunakan untuk pengambilan data-data yang diperlukan

dalam penelitian ini diantaranya: identitas pasien, diagnosa pasien, nama

antibiotika, indikasi, dosis pemberian, frekuensi pemberian, lama pemberian,

cara pemberian, jenis penggunaan, data klinis, dan data laboratorium.

2. Diagram Gyssens.

Diagram Gyssen adalah suatu diagram alir yang memuat ketepatan

penggunaan antibiotika seperti: ketepatan indikasi, pemilihan berdasarkan

efektivitas, toksisitas, harga dan spectrum, lama pemberian, dosis, interval,

cara, dan waktu pemberian (Gyssens & Meers, 2001).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

29

3. Kategori Gyssens.

Skala nominal 0-VI yang digunakan untuk mengkategorikan rasionalitas

peresepan suatu antibiotika berdasarkan metode Gyssens.

4. Literatur sebagai referensi evaluasi

Literatur yang digunakan yaitu Sukandar dkk. (2008), Lacy, Amstrong,

Goldman, Lance, (2011), Kemenkes (2011), berbagai buku farmakoterapi

seperti Setiabudy (2012), Dipiro & Schwinghammer (2009), Tan & Rahardja

(2007), dan berbagai jurnal terkait.

G. Tata Cara Penelitian dan Analisis Data

1. Melakukan seleksi data

Memilih data yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria

eksklusi.

2. Melakukan pengumpulan data

Mengumpulkan data mengenai terapi antibiotika yang diresepkan oleh dokter dari

rekam medis dan pengobatan.

3. Analisis data

Analisis data dilakukan secara analisa deskriptif. Analisa deskriptif dilakukan

dengan menguraikan data-data yang didapatkan dari rekam medis, untuk

menggambarkan pola penyakit infeksi dan pola penggunaan antibiotika. Data

yang diperoleh diperiksa kelengkapannya dan dipastikan tidak ada kekeliruan

pemasukan data. Selanjutnya dilakukan evaluasi sesuai dengan alur Gyssens.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

30

Hasil evaluasi dikategorikan sebagai berikut:

Kategori 0 : penggunaan tepat /rasional

Kategori I : timing tidak tepat

Kategori II : dosis dan cara pemberian kurang tepat

Kategori III : lama pemberian kurang tepat

Kategori IV : pemilihan antibiotika kurang tepat karena adanya alternatif

yang lebih efektif, lebih tidak toksik, lebih murah, atau lebih

spesifik dengan spektrum lebih sempit

Kategori V : penggunaan antibiotika tanpa ada indikasi

Kategori VI : rekam medis tidak lengkap untuk dievaluasi

H. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut.

1. Dengan metode pendekatan secara retrospektif, kelengkapan dan kesulitan dalam

pembacaan rekam medis menjadi suatu kesulitan tersendiri.

2. Adanya beberapa data yang dapat mendukung hasil penelitian namun tidak dapat

diakses atau tidak dapat perijinan dari pihak rumah sakit dalam penggunaannya.

Data yang dimaksud yaitu data mengenai ada tidaknya alergi pasien terhadap

suatu jenis obat dan Standar Pelayanan Medis (SPM) dari rumah sakit itu sendiri.

Selain itu keterbatasan waktu dan kesempatan peneliti dalam melakukan

wawancara mendalam dengan dokter maupun apoteker untuk mengetahui kondisi

yang lebih mendalam dari pasien dalam proses pemberian terapi antibiotika

menjadi kekurangan tersendiri dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

31

3. Metode yang digunakan untuk evaluasi yaitu metode Gyssens tidak selalu dapat

diselaraskan dengan kondisi yang dialami pasien baik dari diagnosa awal sampai

dengan outcome terapi pasien. Sangat sulit apabila hanya berpatokan dari teoritis

metode ini berdasarkan buku-buku pegangan tanpa mengetahui kondisi

sebenarnya yang dialami oleh pasien. Banyak kasus yang bertentangan dengan

tiap-tiap alur dalam metode ini namun memberikan outcome terapi yang justru

baik bagi pasien yang bersangkutan. Beberapa antibiotika yang sebenarnya bukan

antibiotika yang disarankan sebagai terapi lini pertama atau kedua penyakit

infeksi justru memberi hasil terapi yang baik dan bahkan pasien menjadi sembuh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Penyakit

Dari 34 rekam medis pasien yang diteliti, terdapat 34 diagnosis penyakit

berdasarkan diagnosa utama dan diagnosa penyakit penyerta. Dalam penelitian ini

diperoleh bahwa satu pasien dapat didiagnosa lebih dari satu jenis penyakit.

Tabel II. Profil Penyakit Berdasarkan Diagnosis Per Pasien Pada Pasien

Pediatrik Rawat Inap Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Juli

2013

No Diagnosa Jumlah Persentase (%)

1 Asma bronchiale 1 3%

2 Asma bronchiale, bronchopneumonus 1 3%

3 Demam tifoid 1 3%

4 Demam tifoid, vomitis 1 3%

5 Dengue fever 1 3%

6 Dengue fever komplikasi gastroenteritis akut 1 3%

7 Febris 2 6%

8 Febris, dehidrasi sedang 1 3%

9 Febris, candidiasis 1 3%

10 Febris, ISK 1 3%

11 Gastritis 2 6%

12 Bronkitis 1 3%

13 Gastroenteritis akut 4 12%

14 Gastroenteritis akut dan kejang demam kompleks 2 6%

15 Gastroenteritis akut dengan dehidrasi 1 3%

16 Gastroenteritis akut dengan febris tinggi, hipertermi 1 3%

17 Gastroenteritis akut dengan febris 1 3%

18 Hematuri, albuminuria, colic abdomen 1 3%

19 Ichterik neonates 1 3%

20 ISPA dengan vomitus 1 3%

21 Obs vomitus; ISPA; cacingan 1 3%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

33

Lanjutan Tabel II.

22 Obs. Febris 1 3%

23 Obs. Proteinuria dan hematuria, susp. sindrom nefrotik 1 3%

24 Obs. Vomitus, susp. ISK 1 3%

25 Perioperatif aff plate frakturcruris 1 3%

26 Polydactyly 1 3%

27 Tonsilisitis 2 6%

29 Vomitus, dehidrasi sedang 1 3%

Jumlah 34 100%

Dari hasil pada Tabel II menunjukkan penyakit yang paling banyak dialami

adalah Gastrointeritis Akut (GEA) jumlah 10 kasus (29%) dari jumlah keseluruhan

kasus. Hasil penelitian lain dengan metode dan pendekatan yang sama dilakukan oleh

Febiana (2011) di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa penyakit terbanyak yang dialami pasien pediatrik adalah demam

tifoid. Demam tifoid merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Salmonella, sama halnya degan penyakit gastroenteritis akut, hanya manifestasi

klinisnya yang berbeda (Pelczar & Chan, 2005).

B. Profil Peresepan Antibiotika

Pada profil peresepan antibiotika ini akan dijelaskan mengenai golongan,

jenis, cara pemberian, dan durasi pemberian antibiotika yang diresepkan pada pasien

pediatrik rawat inap di RS Panti Nugroho selama periode Juli 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

34

1. Golongan dan Jenis Antibiotika

Tabel III. Profil Golongan Dan Jenis Antibiotika Pada Pasien Peditarik

Rawat Inap Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Juli 2013

No Golongan dan Jenis

Antibiotika

Jumlah satuan

resep (R/) Persentase (%)

1 Penisilin

Amoksisilin 11 22

Ampisilin 1 2

2 Sefalosporin

Sefotaksim 15 30

Seftriakson 4 8

Sefiksim 4 8

3 Karbapenem

Meropenem 1 2

4 Aminoglikosida

Gentamisin 2 4

5 Sulfonamida

Trimetoprim-Sulfametoksazol 1 2

Metronidazol 7 14

6 Antimikobakteri

Rifampisin 1 2

7 Antibiotika Lain

Nistatin 2 4

Fradiomisin-Gramisidin 1 2

Jumlah 50 100

Pada Tabel III menunjukkan antibiotika yang paling sering digunakan yaitu

golongan sefalosporin dengan jumlah 23 satuan resep (R/) atau 46% dari jumlah

keseluruhan penggunaan antibiotika. Dari golongan tersebut, sefotaksim paling

banyak digunakan yaitu sebanyak 15 satuan resep (R/) atau 30% dari jumlah

keseluruhan satuan resep. Hal ini sesuai dengan profil penyakit yang terdapat di

bangsal anak rawat inap yang terdapat banyak kasus gastroenteritis akut dan demam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

35

tifoid. Kedua penyakit ini disebabkan bakteri Salmonella dengan salah satu terapi lini

pertamanya adalah antibiotika golongan sefalosporin yaitu sefotaksim. Antibiotika

yang paling jarang digunakan yaitu dari golongan karbapenem dan antimikobakteri

dengan masing-masing jumlah 1 satuan resep (R/) atau sebanyak 2%.

Pada penelitian ini diperoleh hasil sebanyak 12 variasi jenis antibiotika yang

digunakan selama periode Juli 2013. Variasi jumlah satuan resep antibiotika (R/) per-

pasien adalah 1 sampai dengan 7 antibiotika. Dari 34 kasus penggunaan antibiotika

pada penelitian ini, terdapat 8 kasus (20%) penggunaan kombinasi lebih dari satu

jenis antibiotika, termasuk 2 kombinasi antibiotika dalam satu sediaan obat seperti

trimetoprim-sulfametoksazol, dan fradiomisin-gramisidin. Selain itu juga terdapat 2

kasus terapi penggantian antibiotika (switching), dan 1 kasus terapi kombinasi dan

penggantian antibiotika, sedangkan sisanya adalah penggunaan satu jenis antibiotika

(80%). Dalam penelitian ini penggunaan antibiotika kombinasi paling banyak terjadi

pada kasus infeksi bakteri beserta adanya infeksi amoeba, seperti pada penggunaan

amoksisilin dan metronidazol dalam kasus gastrointestinal akut yang disertai adanya

infeksi amoeba. Amoksisilin merupakan salah satu terapi lini pertama infeksi akibat

Salmonella, sedangkan metronidazol memiliki aktivitas terhadap amoeba. Terapi

penggantian antibiotika, tidak diketahui secara pasti alasan dilakukan penggantian

tersebut karena tidak dicantumkan alasan tersebut pada rekam medis pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

36

2. Cara Pemberian Antibiotika

Gambar 2. Cara Pemberian Antibiotika Pada Pasien Peditarik Rawat

Inap Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Juli 2013

Cara penggunaan antibiotika yang paling banyak adalah intravena yaitu

sebanyak 80%, sedangkan sisanya sebanyak 20% diberikan secara oral. Hal ini terkait

banyaknya kondisi pasien yang mengalami mual dan muntah, sehingga sulit untuk

diberikan antibiotika secara oral. Selain itu pasien juga banyak kondisi pasien yang

harus diberikan infus berupa antibiotika metronidazol sehingga banyak peresepan

antibiotika yang diberikan secara intravena.

Dari keseluruhan kasus penggunaan antibiotika, terdapat 8 (16%) kasus

penggunaan antibiotika secara definitif akibat infeksi bakteri Salmonella, sebanyak

40 (80%) kasus merupakan penggunaan antibiotika secara empiris, dan sebanyak 3

(6%) kasus antibiotika yang digunakan dalam terapi profilaksis. Tidak semua pasien

melakukan uji kultur. Hal ini diakibatkan faktor biaya, melihat sebagian besar biaya

pasien berasal dari biaya pribadi pasien sendiri. Selain itu beberapa pasien yang

n = 50

Cara pemberian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

37

melakukan uji kultur tidak langsung memperoleh hasil uji kultur. Lamanya hasil

kultur menjadi salah satu alasan banyaknya dilakukan terapis secara empiris,

sedangkan kondisi pasien yang mendesak sudah harus diberikan terapi.

3. Durasi Penggunaan Antibiotika

Gambar 3. Durasi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Peditarik Rawat

Inap Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Juli 2013

Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan berbagai variasi durasi

penggunaan antibiotika. Mulai dari hanya 1 hari, sampai dengan 12 hari penggunaan.

Durasi penggunaan antibiotika terlama adalah 12 hari yaitu metronidazol sebanyak 1

kasus atau 2% dari jumlah keseluruhan kasus. Sedangkan terdapat 8% penggunaan

antibiotika tersingkat selama satu hari yaitu sefotaksim, amoksisilin, nistatin,

meropenem, dan trimetoprim-sulfametoksazol. Durasi terbanyak penggunaan

antibiotika adalah selama 3 hari ( 37%).

n = 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

38

C. Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Gyssens

Evaluasi penggunaan antibiotika dengan pendekatan kualitatif dilakukan

dengan menggunakan alur Gyssens & Meers, (2001) yang terbagi dalam 12 kategori

dan dinyatakan dalam presentase.

Tabel IV. Distribusi Rasionalitas Peresepan Antibiotika Berdasarkan Kategori

Gyssens Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Juli 2013

Kategori Gyssens Jumlah Persentase (%)

0 : penggunaan tepat /rasional 26 52

I : timing tidak tepat 3 6

IIA : tidak tepat dosis 4 8

IIB : tidak tepat interval 2 4

IIC : tidak tepat cara pemberian 0 0

IIIA : pemberian yang terlalu lama 1 2

IIIB : pemberian yang terlalu singkat 2 4

IVA : ada antibiotika lain yang lebih efektif 4 8

IVB : ada antibiotika lain yang kurang toksik 0 0

IVC : ada antibiotika lain yang lebih murah 2 4

IVD : ada antibiotika lain yang lebih spesifik 0 0

V : penggunaan antibiotika tanpa ada indikasi 6 12

Total 50 100

Tabel IV didapat hasil sebesar 52% penggunaan antibiotika memenuhi

kategori 0 Gyssens (rasional). Kemudian 48% penggunaan antibiotika yang tidak

rasional dengan rincian sebesar 6% termasuk dalam kategori I (timing pemberian

antibiotika tidak tepat), 8% kategori IIA (pemberian antibiotika yang tidak tepat

dosis), 4% kategori IIB (pemberian antibiotika tidak tepat interval), 2% kategori IIIA

(pemberian antibiotika terlalu lama), 4% kategori IIIB (pemberian antibiotika terlalu

singkat), 8% kategori IVA (ada alternatif antibiotika yang lebih efektif), 4% kategori

IVC (ada antibiotika lainyang lebih murah), dan 12% kategori V (Pemberian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

39

antibiotika tanpa indikasi). Tidak ditemukan antibiotika yang termasuk dalam

kategori IIC (penggunaan antibiotika yang tidak tepat cara pemberian), kategori IVB

(Ada antibiotika lain yang kurang toksik), dan IVD (ada antibiotika lain dengan

spektrum lebih sempit).

Tabel V. Distribusi Hasil Evaluasi Peresepan Tiap Jenis Antibiotika

Berdasarkan Metode Gyssens Di Rumah Sakit Panti Nugroho

Yogyakarta Periode Juli 2013

No Antibiotika Kategori Gyssens Total

0 I II III IV V

1 Sefotaksim 10 1 - 1 1 2 15

2 Amoksisilin 7 - 1 1 - 2 11

3 Metronidazol 6 - - 1 - - 7

4 Seftriakson 1 2 1 - - - 4

5 Sefiksim 1 - 1 - 1 1 4

6 Gentamisin - - - - 2 - 2

7 Nistatin 1 - - - 1 - 2

8 Rifamisin - - - - 1 - 1

9 Ampisilin - - - - - 1 1 10 Meropenem - - 1 - - - 1

11 Trimetoprim-Sulfametoksazol - - 1 - - - 1

12 Fradiomisin-Gramicidin - - 1 - - - 1

Jumlah 26 3 6 3 6 6 50

Tabel V menunjukkan hasil antibiotika dengan kriteria rasional terbanyak

adalah sefotaksim. Antibiotika ini paling banyak digunakan untuk kasus infeksi

bakteri Salmonella typhi berupa demam tifoid dan gastroenteritis akut.

Terdapat 1 jenis antibiotika kategori I (timing tidak tepat) yaitu sefotaksim

yang dalam jam pemberiannya selalu berbeda setiap harinya. Terdapat juga 3 kasus

antibiotika yang masuk kategori IIA (penggunaan antibiotika yang tidak tepat dosis).

Hasil evaluasi diketahui dosis yang diberikan melebihi dosis yang disarankan dalam

literatur. Selain itu terdapat 1 jenis antibiotika yang termasuk kategori IIB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

40

(penggunaan antibiotika dengan interval yang kurang tepat) yaitu penggunaan

seftriakson pada operasi patah kaki untuk pencegahan infeksi.

Terkait lama waktu penggunaan, terdapat masing-masing 1 kasus antibiotika

kategori IIIA (penggunaan antibiotika yang terlalu lama) dan kategori IIIB

(penggunaan antbiotika terlalu singkat). Dalam beberapa kasus, penggunaan

antibiotika dihentikan dalam 2 atau 3 hari karena kondisi pasien yang sudah

dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. Bila dilihat dari acuan Kemenkes

2011, durasi penggunaan antibiotika untuk terapi empiris adalah 48 – 72 jam,

selanjutnya harus dilakukan evaluasi mengenai keefektifan antibiotibiotika tersebut

terhadap penyakit atau bakteri penginfeksi pasien yang diketahui dari hasil uji

hematologi, uji kultur, dan kondisi pasien. Apabila tidak ada tanda kondisi pasien

yang membaik, maka antibiotika dapat diganti sesuai dengan jenis bakteri penginfeksi

pasien, dan apabila terdapat peningkatan kondisi pasien maka pemberian antibiotika

dapat diteruskan 5 sampai 7 hari atau sesuai dengan anjuran durasi masing-masing

antibiotika. Penggunaan antibiotika dalam 2 – 3 hari tanpa dilakukan evaluasi atau

tanpa diteruskan dalam 5 hingga 7 hari memang terhitung singkat, tetapi kondisi

pasien yang dinyatakan sembuh dan sudah diperbolehkan pulang menjadi

pertimbangan peneliti untuk meloloskan penggunaan antibiotika dalam durasi yang

sesuai.

Ditemukan antibiotika yang masuk kategori IVA (adanya antibiotika yang

lebih efektif). Terdapat pemilihan antibiotika yang bukan merupakan terapi lini

pertama ataupun lini kedua untuk penyakit yang diderita pasien. Hasil diskusi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

41

tenaga medis pada rumah sakit ini menyatakan hal ini dapat diakibatkan karena

adanya alergi dari pasien terhadap obat atau antibiotika yang menjadi terapi lini

pertama kasus tersebut. Tidak diketahui secara pasti pasien mana saja yang memiliki

alergi tersebut dikarenakan peneliti tidak memperoleh akses untuk mengetahui dan

mengolah data mengenai alergi pada pasien. Terdapat juga 2 kasus dengan hasil

kategori IVC yaitu adanya antibiotika yang lebih murah. Harga antibiotika yang

digunakan adalah harga antibiotika yang terdapat di Apotek Rumah Sakit Panti

Nugroho Yogyakarta, karena obat-obat yang digunakan dalam terapi pasien berasal

dari apotek ini. Pada kasus tersebut antibiotika yang digunakan bukanlah antibiotika

generik yang harganya mencapai dua kali lipat harga obat generiknya.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya antibiotika yang masuk

kategori V (pemberian antibiotika tanpa indikasi) dengan persentase sebanyak 12%.

Ada atau tidaknya infeksi bakteri pada pasien diketahui dari hasil uji hematologi dan

uji kultur bakteri. Dari hasil uji hematologi pada beberapa kasus tersebut tidak

menunjukkan tingginya jumlah leukosit. Kenaikan kadar leukosit dan penghitungan

jenis leukosit yang berada diatas nilai normal mengindikasikan adanya infeksi bakteri

yang dialami pasien. Pada kasus ini terdapat pemberian antibiotika pada penyakit

yang bukan disebabkan oleh infeksi bakteri seperti vomitus, dehidrasi, dan febris.

Tidak adanya hasil infeksi bakteri dan kadar leukosit yang masih dalam batas normal

mengindikasikan bahwa penyakit tersebut tidaklah disebabkan oleh bakteri (IDI,

1998; Soedarmo, et al., 2008; Sutedjo, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

42

Penjelasan yang lebih terperinci terkait hasil kajian literatur peresepan

antibiotika berdasarkan metode Gyssen, dibawah ini akan disajikan hasil evaluasi

yang dilakukan berdasarkan diagnosa penyakit yang dialami pasien.

1. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Kasus 1, 3, 9, 11, 12, 21, 23, 24, 27,

dan 29 dengan Diagnosa Gastroenteritis Akut.

Gastroenteritis akut merupakan suatu inflamasi yang terjadi pada saluran

intetinal yang dapat disebabkan oleh bakteri. diantaranya Salmonella, Shigella,

dan E. coli (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Pada beberapa kasus, ditemukan penyakit gastroenteritis akut yang

penyakit penyerta atau gejala lain seperti dehidrasi, febris, dan kejang demam

kompleks yang bukan merupakan penyakit akibat infeksi bakteri. Hasil kajian

peresepan antibiotika pada gastroenteritis akut ini akan dijelaskan sebagai berikut.

a) Kasus 1

Pasien anak dengan diagnosa gastroenteritis akut menerima

antibiotika berupa sefotaksim, metronidazol, dan gentamisin. Pasien

diindikasikan mengalami infeksi bakteri sehingga lolos kategori V (ada

indikasi penyakit infeksi). Sefotaksim dan metronidazol merupakan salah

satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut (Dipiro & Schwinghammer,

2009). Peresepan kedua antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien

terbukti membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika yang

lebih efektif). Gentamisin bukanlah merupakan terapi lini pertama atau kedua

penyakit ini dan ada antibiotika lini pertama lain yang lebih efektif, sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

43

gentamisin tidak lolos kategori IVA. Untuk sefotaksim dan metronidazol,

tidak ditemukan interaksi merugikan dengan obat lain dan harganya termurah

untuk antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi

merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih

murah). Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri

penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap

berbagai jenis bakteri seperti sefotaksim dan metronidazol. Berdasarkan hal

tersebut, peresepan kedua antibiotika ini lolos kategori IVD (tidak ada

antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaan kedua

obat ini selama 3 hari. Tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat, sudah

sesuai aturan Kemenkes (2011), yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi empiris

sehingga lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan

IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval,

menurut Lacy et al. (2011) dan Sukandar dkk. (2008), peresepan sefotaksim

adalah 50 mg sampai 200 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang

diberikan setiap 6 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat badan 14,5 kg

menerima obat sebanyak 1200 mg/hari dalam 4 dosis terbagi yang diberikan

setiap 6 jam, hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan, yaitu sebanyak 750

mg sampai 2900 mg/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang diberikan setiap

6 sampai 12 jam. Untuk metronidazol, pasien diberikan 600 mg obat setiap

hari. Dosis yang disarankan adalah 30 mg sampai 50 mg/kgBB/hari dalam 3

dosis terbagi yang diberikan setiap 8 jam. Hal ini sesuai kisaran dosis yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

44

disarankan, yaitu sebanyak 435 mg sampai 725 mg/hari dalam 3 dosis terbagi

yang diberikan setiap 8 jam sehingga kedua antibiotika ini lolos kategori IIA

(tepat dosis) dan IIB (tepat interval). Untuk cara pemberian dilakukan secara

intravena. Cara ini dirasa paling efektif karena kondisi pasien yang mengalami

muntah dan mual dan agar kondisi pasien segera kembali normal sehingga

lolos kategori IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat

setiap harinya, yaitu sefotaksim setiap pukul 6.00, 12.00, 18.00, dan 24.00 dan

metronidazol pukul 8.00, 16.00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat

waktu pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

sefotaksim dan metronidazol termasuk kategori 0 yaitu rasional.

b) Kasus 3

Pasien anak dengan diagnosa gastroenteritis akut menerima

antibiotika berupa sefotaksim. Pasien mengalami infeksi bakteri sehingga

lolos kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Menurut Dipiro &

Schwinghammer (2009) sefotaksim merupakan salah satu terapi lini pertama

untuk gastroenteritis akut dan terbukti efektif karena kondisi pasien yang terus

membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih

efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan dengan obat lain dan harganya

juga termurah untuk antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada

indikasi merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis

yang lebih murah). Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui

jenis bakteri penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

45

terhadap berbagai jenis bakteri. Menurut Tan & Rahardja (2007), sefotaksim

merupakan antibiotika berspektrum luas, sehingga dapat diterapkan dalam

terapi empiris. Berdasarkan hal tersebut, peresepan antibiotika ini lolos

kategori IVD (tidak ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit).

Durasi penggunaan selama 2 hari. Tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat.

Sudah sesuai aturan Kemenkes (2011), yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi

empiris sehingga lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu

lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Dosis dan

interval, menurut Lacy et al. (2011) dan Sukandar dkk. (2008), peresepan

sefotaksim adalah 50 mg sampai 200 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 4 dosis

terbagi yang diberikan setiap 6 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat

badan 24 kg menerima obat sebanyak 1500 mg/hari dalam 3 dosis terbagi

yang diberikan setiap 8 jam, hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan,

yaitu sebanyak 1200 mg sampai 4800 mg/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi

yang diberikan setiap 6 sampai 12 jam, sehingga lolos kategori IIA (tepat

dosis) dan IIB (tepat interval). Untuk cara pemberian dilakukan secara

intravena. Cara ini dirasa paling efektif, karena kondisi pasien yang

mengalami muntah dan mual, sehingga lolos kategori IIC (tepat cara

pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya sehingga lolos

kategori I (tepat waktu pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi

tersebut, penggunaan sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

46

c) Kasus 9

Pasien anak dengan diagnosa gastroenteritis akut menerima antibiotika

berupa amoksisilin dan metronidazol. Pasien diindikasikan mengalami infeksi

bakteri sehingga lolos kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Menurut

Dipiro & Schwinghammer (2009) amoksisilin dan metronidazol merupakan

salah satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut dan terbukti efektif

karena kondisi pasien terbukti membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak

ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan

dengan obat lain dan harganya termurah untuk antibiotika sejenis sehingga

lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan dengan obat lain) dan IVC

(tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah). Terapi diberikan secara

empiris karena tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga dipilih

antibiotika dengan spektrum luas terhadap berbagai jenis bakteri seperti

amoksisilin dan metronidazol. Berdasarkan hal tersebut, peresepan kedua

antibiotika ini lolos kategori IVD (tidak ada antibiotika lain dengan spektrum

lebih sempit). Durasi penggunaan kedua obat ini selama 3 hari. Tidak terlalu

lama dan tidak terlalu singkat, sudah sesuai aturan Kemenkes (2011), yaitu 48

sampai 72 jam untuk terapi empiris sehingga lolos kategori IIIA (penggunaan

antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu

singkat). Untuk dosis dan interval, menurut Lacy et al. (2011), peresepan

amoksisilin adalah 20 mg sampai 50 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi

yang diberikan setiap 8 jam sehari. Pasien dengan berat badan 16 kg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

47

menerima obat sebanyak 750 mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan

setiap 8 jam, hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan, yaitu sebanyak 320

mg sampai 800 mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 jam.

Untuk metronidazol, pasien diberikan 750 mg obat setiap hari. Dosis yang

disarankan adalah 30 mg sampai 50 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi yang

diberikan setiap 8 jam. Hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan, yaitu

sebanyak 480 mg sampai 800 mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan

setiap 8 jam sehingga kedua antibiotika ini lolos kategori IIA (tepat dosis) dan

IIB (tepat interval). Untuk cara pemberian dilakukan secara intravena. Cara

ini dirasa paling efektif karena kondisi pasien yang mengalami muntah dan

mual dan agar kondisi pasien segera kembali normal sehingga lolos kategori

IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya,

yaitu sefotaksim setiap pukul 6.00, 12.00, 18.00, dan 24.00 dan metronidazol

pukul 8.00, 16.00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat waktu

pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

sefotaksim dan metronidazol termasuk kategori 0 yaitu rasional.

d) Kasus 11

Pasien anak dengan diagnosa gastroenteritis akut menerima

antibiotika berupa sefotaksim. Pasien diindikasikan mengalami infeksi bakteri

sehingga lolos kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Menurut Dipiro &

Schwinghammer (2009) sefotaksim merupakan salah satu terapi lini pertama

untuk gastroenteritis akut dan terbukti efektif karena kondisi pasien yang

membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

48

efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan dengan obat lain dan tidak

ditemukan antibiotika sejenis dengan harga lebih murah, sehingga lolos

kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak

ada antibiotika sejenis yang lebih murah). Terapi diberikan secara empiris

karena tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika

dengan spektrum luas terhadap berbagai jenis bakteri. Menurut Tan &

Rahardja (2007) sefotaksim merupakan antibiotika berspektrum luas,

sehingga dapat diterapkan dalam terapi empiris. Berdasarkan hal tersebut,

peresepan antibiotika ini lolos kategori IVD (tidak ada antibiotika lain dengan

spektrum lebih sempit). Durasi penggunaan selama 3 hari. Tidak terlalu lama

dan tidak terlalu singkat. Sudah sesuai aturan Kemenkes (2011) yaitu 48

sampai 72 jam untuk terapi empiris sehingga lolos kategori IIIA (penggunaan

antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu

singkat). Untuk dosis dan interval, menurut Lacy et al. (2011) dan Sukandar

dkk. (2008) peresepan sefotaksim adalah 50 mg sampai 200 mg/kgBB/hari

dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang diberikan setiap 6 sampai 12 jam sehari.

Pasien dengan berat badan 10 kg menerima obat sebanyak 1000 mg/hari

dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 jam. Hal ini sesuai dengan

kisaran dosis yang disarankan yaitu sebanyak 500 mg sampai 2000 mg/hari

dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang diberikan setiap 6 sampai 12 jam,

sehingga lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB (tepat interval). Untuk cara

pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif karena kondisi pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

49

yang mengalami muntah dan mual, sehingga lolos kategori IIC (tepat cara

pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya sehingga lolos

kategori I (tepat waktu pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi

tersebut, penggunaan sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

e) Kasus 12

Pasien anak dengan diagnosa gastroenteritis menerima antibiotika

berupa sefotaksim. Pasien diindikasikan mengalami infeksi bakteri sehingga

lolos kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Sefotaksim merupakan salah

satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut dan terbukti efektif karena

kondisi pasien yang membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada

antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan dengan

obat lain dan tidak ditemukan antibiotika sejenis dengan harga lebih murah,

sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan dengan obat lain)

dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah). Terapi diberikan

secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga

dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap berbagai jenis bakteri.

Menurut Tan & Rahardja (2007) sefotaksim merupakan antibiotika

berspektrum luas, sehingga dapat diterapkan dalam terapi empiris.

Berdasarkan hal tersebut, peresepan antibiotika ini lolos kategori IVD (tidak

ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaan

selama 3 hari. Tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat. Sudah sesuai

aturan Kemenkes (2011) yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi empiris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

50

sehingga lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan

IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval,

menurut Lacy et al. (2011) dan Sukandar dkk. (2008) peresepan sefotaksim

adalah 50 mg sampai 200 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang

diberikan setiap 6 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat badan 7,5 kg

menerima obat sebanyak 600 mg/hari dalam 2 dosis terbagi yang diberikan

setiap 12 jam. Hal ini sesuai dengan kisaran dosis yang disarankan, yaitu

sebanyak 375 mg sampai 1500 mg/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang

diberikan setiap 6 sampai 12 jam, sehingga lolos kategori IIA (tepat dosis)

dan IIB (tepat interval). Cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling

efektif karena kondisi pasien yang mengalami muntah dan mual, sehingga

lolos kategori IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat

setiap harinya yaitu setiap pukul 6.00 dan 18.00 sehingga lolos kategori I

(tepat waktu pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut,

penggunaan sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

f) Kasus 21

Pasien anak dengan diagnosa gastroenteritis menerima antibiotika

berupa metronidazol, dan trimetoprim-sulfametoksazol. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi bakteri sehingga lolos kategori V (ada indikasi penyakit

infeksi). Menurut Dipiro & Schwinghammer (2009) metronidazol dan

trimethoprim-sulfametoksazol merupakan salah satu terapi lini pertama untuk

gastroenteritis akut. Dalam kasus ini, peresepan kedua antibiotika terbukti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

51

efektif karena kondisi pasien terbukti membaik, sehingga lolos kategori IVA

(tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi

merugikan dengan obat lain dan harganya juga tidak ada yang lebih murah

untuk antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi

merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih

murah). Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri

penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap

berbagai jenis bakteri seperti sefotaksim dan metronidazol. Kedua antibiotika

ini juga spesifik untuk penyakit ini sehingga lolos kategori IVD (tidak ada

antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaan kedua

antibiotika adalah selama 3 hari. Tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat.

Sudah sesuai aturan Kemenkes (2011), yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi

empiris sehingga lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu

lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Dosis dan

interval, menurut Lacy et al. (2011) dan Sukandar dkk. (2008) peresepan

metronidazol adalah 30 mg sampai 50 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi

yang diberikan setiap 8 jam. Pasien dengan berat badan 12 kg diberikan 600

mg obat/hari dalam 3 dosis terbagi setiap 8 jam. Hal ini sesuai kisaran dosis

yang disarankan yaitu sebanyak 360 sampai 600 mg/hari dalam 3 dosis

terbagi yang diberikan setiap 8 jam sehingga lolos kategori IIA (tepat dosis)

dan IIB (tepat interval), sedangkan untuk trimetoprim-sulfametokasazol

kisaran dosis yang disarankan adalah 20 mg sampai 30 mg/kgBB/hari atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

52

240 sampai 360 mg/hari. Diketahui pasien menerima 480 mg obat/hari yaitu

melebihi dosis yang seharusnya, sehingga tidak lolos kategori IIA. Cara

pemberian secara intravena dirasa paling efektif karena kondisi pasien yang

mengalami muntah dan mual, sehingga lolos kategori IIC (tepat cara

pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya yaitu pukul

8.00, 16,00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat waktu pemberian).

Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan metronidazol

termasuk kategori 0 yaitu rasional.

g) Kasus 23

Pasien anak dengan diagnosa dengue fever disertai gastroenteritis

akut menerima antibiotika berupa sefotaksim. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi bakteri sehingga lolos kategori V (ada indikasi penyakit

infeksi). Menurut Dipiro & Schwinghammer (2009) sefotaksim merupakan

salah satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut dan terbukti efektif

karena kondisi pasien yang membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada

antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan dengan

obat lain dan tidak ditemukan antibiotika sejenis dengan harga lebih murah,

sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan dengan obat lain)

dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah). Terapi diberikan

secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga

dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap berbagai jenis bakteri.

Menurut Tan & Rahardja (2007) sefotaksim merupakan antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

53

berspektrum luas, sehingga dapat diterapkan dalam terapi empiris. Sefotaksim

juga merupakan antibiotika yang spesifik untuk penyakit ini sehingga lolos

kategori IVD (tidak ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit).

Menurut Kemenkes (2011) durasi penggunaan antibiotika untuk terapi empiris

adalah 48 sampai 72 jam kemudian dilakukan evaluasi kondisi pasien apakah

antibiotika efektif atau tidak. Pada kasus ini penggunaan antibiotika diberikan

selama 5 hari karena kondisi pasien yang terus membaik, sehingga terapi tetap

dilanjutkan. Berdasarkan hal tersebut, penggunaan antibiotika ini lolos

kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB

(penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval,

menurut Lacy et al., (2011) dan Sukandar dkk. (2008) peresepan sefotaksim

adalah 50 mg sampai 200 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang

diberikan setiap 6 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat badan 16 kg

menerima obat sebanyak 1000 mg/hari dalam 2 dosis terbagi yang diberikan

setiap 12 jam, hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan yaitu sebanyak 800

mg sampai 1600 mg/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang diberikan setiap

6 sampai 12 jam, sehingga lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB (tepat

interval). Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif

karena kondisi pasien yang mengalami muntah dan mual, sehingga lolos

kategori IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap

harinya yaitu setiap pukul 6.00 dan 18.00 sehingga lolos kategori I (tepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

54

waktu pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

h) Kasus 24

Pasien anak dengan diagnosa gastroenteritis akut menerima

antibiotika berupa seftriakson dan metronidazol. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi sehingga lolos kategori V (ada indikasi penyakit infeksi).

Menurut Dipiro & Schwinghammer (2009) seftriakson dan metronidazol

merupakan salah satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut dan

terbukti efektif, ditunjukkan dari kondisi pasien terbukti membaik sehingga

lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan

interaksi merugikan dengan obat lain dan harganya juga termurah untuk

antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan

dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah).

Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri

penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap

berbagai jenis bakteri seperti seftriakson dan metronidazol. Kedua antibiotika

ini juga spesifik untuk penyakit ini sehingga lolos kategori IVD (tidak ada

antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaan selama 3

hari. Tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat. Sudah sesuai aturan

Kemenkes (2011), yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi empiris sehingga lolos

kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB

(penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

55

menurut Lacy et al. (2011) dan Sukandar dkk. (2008) peresepan seftriakson

adalah 50 mg sampai 100 mg/kgBB/hari dalam 1 sampai 2 dosis terbagi yang

diberikan setiap 12 atau 24jam. Pasien dengan berat badan 19 kg menerima

obat sebanyak 1500 mg/hari dalam 2 dosis terbagi yang diberikan setiap 12

jam, hal ini sesuai dengan kisaran dosis yang disarankan yaitu sebanyak 800

mg sampai 1900 mg/hari dalam 1 sampai 2 dosis terbagi yang diberikan setiap

12 sampai 24 jam. Untuk pemberian metronidazol, pasien diberikan 750 mg

obat setiap hari. Dosis yang disarankan adalah 30 mg sampai 50

mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 jam, hal ini

sesuai dosis yang disarankan, yaitu sebanyak 570 mg sampai 900 mg/hari

dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 jam. Berdasarkan hasil tersebut,

kedua antibiotika ini lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB (tepat interval).

Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif karena

kondisi pasien yang mengalami muntah dan mual, sehingga lolos kategori IIC

(tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya yaitu

sefotaksim setiap pukul setiap pukul 6.00, dan 18.00 dan metronidazol pukul

8.00, 16,00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat waktu pemberian).

Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan sefotaksim dan

metronidazol termasuk kategori 0 yaitu rasional.

i) Kasus 27

Pasien anak anak dengan diagnosa gastroenteritis akut disertai febris

menerima antibiotika berupa metronidazol. Pasien diindikasikan mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

56

infeksi bakteri sehingga lolos kategori V (ada indikasi penyakit infeksi).

Menurut Dipiro & Schwinghammer (2009) metronidazol merupakan salah

satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut. Metronidazol terbukti

efektif karena kondisi pasien yang membaik, sehingga lolos kategori IVA

(tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi

merugikan dengan obat lain dan tidak ditemukan antibiotika sejenis dengan

harga lebih murah, sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan

dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah).

Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri

penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap

berbagai jenis bakteri seperti sefotaksim dan metronidazol. Kedua antibiotika

ini spesifik untuk penyakit ini sehingga lolos kategori IVD (tidak ada

antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaan selama 3

hari. Tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat. Sudah sesuai aturan

Kemenkes (2011) yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi empiris sehingga lolos

kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB

(penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval,

menurut Lacy et al. (2011), pasien dengan berat badan 19 kg diberikan 775

mg obat setiap hari. Dosis yang disarankan adalah 30 sampai 50

mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 jam, hal ini

sesuai dengan kisaran dosis yang disarankan, yaitu sebanyak 570 sampai 900

mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 jam sehingga kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

57

antibiotika ini lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB (tepat interval). Untuk

cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif karena kondisi

pasien yang mengalami muntah dan mual, sehingga lolos kategori IIC (tepat

cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya yaitu

setiap pukul 8.00, 16,00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat waktu

pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

metronidazol termasuk kategori 0 yaitu rasional.

j) Kasus 29

Pasien anak menerima antibiotika berupa sefotaksim. Pasien

diindikasikan mengalami infeksi bakteri sehingga lolos kategori V (ada

indikasi penyakit infeksi). Menurut Dipiro & Schwinghammer (2009)

sefotaksim merupakan salah satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut

dan terbukti efektif karena kondisi pasien yang membaik sehingga lolos

kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan

interaksi merugikan dengan obat lain dan tidak ditemukan antibiotika sejenis

dengan harga lebih murah, sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi

merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih

murah). Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri

penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap

berbagai jenis bakteri seperti sefotaksim. Sefotaksim merupakan antibiotika

yang spesifik untuk penyakit ini sehingga lolos kategori IVD (tidak ada

antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaan selama 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

58

hari. Tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat. Sudah sesuai aturan

Kemenkes (2011), yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi empiris sehingga lolos

kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB

(penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval,

menurut Lacy et al. (2011) dan Sukandar dkk. (2008) peresepan sefotaksim

adalah 50 mg sampai 200 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang

diberikan setiap 6 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat badan 11 kg

menerima obat sebanyak 1050 mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan

setiap 8 jam, hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan, yaitu sebanyak 550

mg sampai 2200 mg/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang diberikan setiap

6 sampai 12 jam, sehingga dinyatakan lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB

(tepat interval). Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling

efektif karena kondisi pasien yang mengalami muntah dan mual, sehingga

lolos kategori IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat

setiap harinya yaitu setiap pukul 8.00, 16.00. dan 24.00 sehingga lolos

kategori I (tepat waktu pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi

tersebut, penggunaan sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

2. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Kasus 2, 16, 18, dan 25 dengan

Diagnosa Febris.

Febris atau demam merupakan suatu keadaan meningkatnya suhu tubuh

dari keadaan normal. Menurut IDI (1998), penatalaksanaan febris tidak

memerlukan terapi antibiotika karena penyebab utama demam bukan akibat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

59

infeksi bakteri, tetapi dapat disebabkan oleh virus atau merupakan gejala dari

beberapa jenis penyakit lain. Dalam beberapa kasus febris, ditemukan adanya

kenaikan jumlah leukosit dan hasil kultur bakteri yang mengindikasikan

terjadinya infeksi akut pada pasien sehingga antibiotika dapat diresepkan pada

pasien yang bersangkutan.

Pada penelitian ini selain sebagai penyakit penyerta, terdapat beberapa

pasien dengan febris sebagai diagnosa utama pasien. Hasil evaluasinya akan

dijelaskan sebagai berikut.

a) Kasus 2

Pasien anak dengan diagnosa febris menerima antibiotika berupa

sefotaksim dan sefiksim. Tidak ditemukan adanya indikasi infeksi bakteri baik

dari uji leukosit maupun hasil kultur. Jumlah leukosit pasien diketahui

10,430/µL. Jumlah ini sesuai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai

12.000/µL. Menurut Sutedjo (2012), penurunan nilai leukosit

mengindikasikan inveksi virus, bukan oleh bakteri. Persentase jumlah

neutrofil diketahui 63%, masih dalam nilai normal yaitu 50% sampai 70%.

Tidak ditemukan kenaikan jumlah leukosit ataupun jumlah neutrofil yang

menunjukkan tidak adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri, tetapi

tetap diresepkan antibiotika. Dalam kasus ini, peresepan penggunaan kedua

jenis antibiotika termasuk kategori termasuk kategori V, yaitu pemberian

antibiotika tanpa indikasi infeksi bakteri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

60

b) Kasus 16

Pasien anak dengan diagnosa febris menerima antibiotika berupa

amoksisilin. Pasien mengalami infeksi bakteri Salmonella dilihat dari hasil

kultur bakteri. Hal ini menunjukkan pasien lolos kategori V (ada indikasi

penyakit infeksi). Menurut Tan & Rahardja (2007) amoksisilin merupakan

antibiotika yang efektif terhadap infeksi Salmonella dan terbukti efektif

karena kondisi pasien terbukti membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak

ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan

dengan obat lain dan tidak ditemukan antibiotika sejenis dengan harga lebih

murah, sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan dengan

obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah).

Amoksisilin juga memiliki efektivitas yang tinggi dan spesifik terhadap

infeksi Salmonella seperti yang terjadi pada kasus ini, sehingga lolos kategori

IVD (tidak ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Menurut Lacy

et al. (2011) durasi penggunaan amoksisilin untuk terapi anaerob adalah 7

sampai 10 hari. Pada kasus ini waktu penggunaannya selama rawat inap

adalah 5 hari, kemudian pasien dinyatakan pulang dan terapi tetap dilanjutkan

selama rawat jalan, sehingga tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat.

Dengan demikian penggunaan amoksisilin pada kasus ini lolos kategori IIIA

(penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika

tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval, menurut Lacy et al. (2011)

peresepan amoksisilin adalah 20 mg sampai 50 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

61

3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan

berat badan 8 kg menerima obat sebanyak 375 mg/hari dalam 3 dosis terbagi

yang diberikan setiap 8 jam. Hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan,

yaitu sebanyak 160 mg sampai 400 mg/hari sehingga lolos kategori IIA (tepat

dosis) dan IIB (tepat interval). Untuk cara pemberian adalah secara intravena

dirasa paling efektif agar kondisi pasien segera kembali normal sehingga lolos

kategori IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap

harinya yaitu setiap pukul 8.00, 16.00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I

(tepat waktu pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut,

penggunaan sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

c) Kasus 18

Pasien anak dengan diagnosa febris menerima antibiotika berupa

amoksisilin. Pasien diindikasikan mengalami infeksi akut dilihat dari

persentase jumlah neutrofil pasien yaitu 75,7% yang melebihi jumlah normal

yaitu 50% sampai 70%. Hal ini menunjukkan pasien lolos kategori V (ada

indikasi penyakit infeksi). Dalam kasus ini, peresepan amoksisilin terbukti

efektif karena kondisi pasien terbukti membaik sehingga lolos kategori IVA

(tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ada interaksi merugikan

dengan obat lain dan harganya juga termurah untuk antibiotika sejenis

sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan dengan obat lain)

dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah). Terapi diberikan

secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

62

dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap berbagai jenis bakteri.

Menurut Tan dan Rahardja (2007) amoksisilin merupakan antibiotika dengan

spektrum luas dan dapat digunakan sebagai terapi empiris, sehingga lolos

kategori IVD (tidak ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit).

Durasi penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat. Sesuai aturan

Kemenkes (2011), Durasi penggunaan antibiotika dalam terapi empiris adalah

48 sampai 72 jam, kemudian harus dievaluasi dengan kondisi pasien. Terlihat

dari rekam medis dan data uji hematologi pasien, kondisi pasien berangsur

membaik sehingga antibiotika tetap dilanjutkan sampai 5 hari. Berdasarkan

hal tersebut, antibiotika ini lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak

terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk

dosis dan interval, menurut Lacy et al. (2011), peresepan amoksisilin adalah

20 mg sampai 50 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 3 dosis terbagi yang

diberikan setiap 8 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat badan 59 kg

menerima obat sebanyak 1500 mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan

setiap 8 jam, hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan yaitu sebanyak 1180

mg sampai 2950 mg/hari sehingga lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB

(tepat interval). Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling

efektif agar kondisi pasien segera kembali normal sehingga lolos kategori IIC

(tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya yaitu

setiap pukul 8.00, 16.00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

63

pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

d) Kasus 25

Pasien anak dengan diagnosa febris disertai dehidrasi sedang

menerima antibiotika berupa sefotaksim. Pasien diindikasikan mengalami

infeksi bakteri dilihat dari jumlah leukosit yang diketahui berjumlah

14,790/µL. Jumlah ini melebihi jumlah rujukan leukosit yaitu 4.000/µL

sampai 12.000/µL. Persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka

92,1%, berada diatas jumlah normal yaitu 50% sampai 70% yang menandakan

adanya infeksi akut yang dialami pasien. Hal ini menunjukkan pasien lolos

kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Dalam kasus ini sefotaksmi

terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik sehingga lolos

kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan

interaksi merugikan dengan obat lain dan harganya juga termurah untuk

antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan

dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah).

Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri

penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap

berbagai jenis bakteri. Menurut Tan & Rahardja (2007) sefotaksim merupakan

antibiotika berspektrum luas, sehingga dapat diterapkan dalam terapi empiris.

Berdasarkan hal tersebut, peresepan antibiotika ini lolos kategori IVD (tidak

ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

64

selama 3 hari. Tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat. Sudah sesuai

aturan Kemenkes (2011) yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi empiris

sehingga lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan

IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval,

menurut Lacy et al. (2011) dan Sukandar dkk. (2008), peresepan sefotaksim

adalah 50 mg sampai 200 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang

diberikan setiap 6 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat badan 17 kg

menerima obat sebanyak 1600 mg/hari dalam 4 dosis terbagi yang diberikan

setiap 6 jam. Hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan yaitu sebanyak 850

mg sampai 3400 mg/hari sehingga lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB

(tepat interval). Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling

efektif agar kondisi pasien segera kembali normal sehingga lolos kategori IIC

(tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya yaitu

setiap pukul 6.00, 12.00, 18.00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat

waktu pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

3. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 4 dan 19 dengan Diagnosa

Demam Tifoid

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi akut yang biasanya

terjadi di saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri Salmonella dengan gejala

berupa demam dan rasa nyeri yang sangat tinggi (Tan & Rahardja, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

65

Hasil evaluasi peresepan antibiotika pada kasus demam tifoid akan

dijelaskan sebagai berikut.

a) Kasus 4

Pasien anak dengan diagnosa demem tifoid menerima antibiotika

berupa amoksisilin. Pasien diindikasikan mengalami infeksi bakteri, sehingga

lolos kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Amoksisilin merupakan

antibiotika yang efektif untuk infeksi Salmonella terbukti efektif karena

kondisi pasien terbukti membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada

antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan dengan

obat lain dan harganya juga termurah untuk antibiotika sejenis sehingga lolos

kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak

ada antibiotika sejenis yang lebih murah). Menurut Tan & Rahardja (2007)

amoksisilin diketahui memiliki efektivitas yang tinggi terhadap Salmonella

sehingga spesifik untuk penyakit ini. Berdasarkan hal tersebut penggunaan

amoksisilin lolos kategori IVD (tidak ada antibiotika lain dengan spektrum

lebih sempit). Menurut Lacy et al. (2011) durasi penggunaan amoksisilin

untuk terapi anaerob adalah 7 sampai 10 hari. Pada kasus ini waktu

penggunaannya selama rawat inap adalah 4 hari, kemudian pasien dinyatakan

pulang dan terapi tetap dilanjutkan selama rawat jalan, sehingga tidak terlalu

lama dan tidak terlalu singkat. Dengan demikian penggunaan amoksisilin

pada kasus ini lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama)

dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

66

interval, menurut Lacy et al. (2011) dan Sukandar dkk. (2008) peresepan

amoksisilin adalah 20 mg sampai 50 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 3 dosis

terbagi yang diberikan setiap 8 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat

badan 10 kg menerima obat sebanyak 375 mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang

diberikan setiap 8 jam, hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan yaitu

sebanyak 200 mg sampai 500 mg/hari, sehingga lolos kategori IIA (tepat

dosis) dan IIB (tepat interval). Untuk cara pemberian adalah secara intravena

dirasa paling efektif agar kondisi pasien segera kembali normal sehingga lolos

kategori IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap

harinya yaitu setiap pukul 8.00, 16.00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I

(tepat waktu pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut,

penggunaan sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

b) Kasus 19

Pasien anak dengan diagnosa demam tifoid disertai vomitus

menerima 7 jenis antibiotika berupa amoksisilin, gentamisin, metronidazol,

sefotaksim, rifamisin, nistatin, dan meropenem. Amoksisilin dan metronidazol

diberikan sejak pertama pasien dirawat. Kemudian setelah 6 hari agar

penggunaannya tidak terlalu lama, amoksisilin digantikan dengan sefotaksim

bersamaan dengan gentamisin, rifamisin, dan metronidazol. Setelah 5 hari

penggunaan semua antibiotika kecuali metronidazol dihentikan

penggunaannya dan digantikan dengan nistatin. Tidak diketahui alasan pasti

penggantiannya, tetapi hal ini kemungkinan karena pada hasil uji hematologi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

67

menunjukkan semua kadar leukosit ada di nilai normal dan terapi semua

antibiotika tersebut sudah tidak diperlukan. Pada durasi penggunaan nistatin

tidak diperoleh hasil uji lab pasien. Kemudian setelah 3 hari penggunaan

nistatin kondisi pasien tidak membaik, antibiotika ini dihentikan dan

digantikan dengan meropenem sampai pasien sembuh dan diperbolehkan

pulang. Pasien diindikasikan mengalami infeksi akut dilihat dari hasil kultur

yang positif terinfeksi bakteri Salmonella, sehingga hal ini menunjukkan

pasien lolos kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Amoksisilin,

metronidazol, dan sefotaksim merupakan terapi lini pertama untuk penyakit

ini. Sedangkan meropenem cukup efektif terhadap Salmonella karena

merupakan turunan dari antibiotika golongan sefalosporin sehingga memiliki

sifat yang mirip dengan sefotaksim. Antibiotika-antibiotika ini terbukti efektif

karena kondisi pasien terbukti membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak

ada antibiotika yang lebih efektif). Sedangkan gentamisin, rifampisin, dan

nistatin tidak lolos kategori IVA karena bukan merupakan terapi lini pertama

atau kedua penyakit ini sehingga ada antibiotika lini pertama lain yang lebih

efektif. Ketiga jenis antibiotika ini diberikan saat hasil uji kultur terbaru

pasien belum keluar, sehingga dirasa tidak efektif dan digantikan dengan

antibiotika meropenem. Amoksisilin dan metronidazol yang digunakan

bersamaan tidak ditemukan interaksi merugikan dengan obat lain. Demikian

juga dengan sefotaksim dan meropenem. Harga keempat antibiotika ini juga

termurah untuk antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

68

indikasi merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis

yang lebih murah). Seperti yang dijelaskan di atas menurut Tan & Rahardja

(2007), amoksisilin dan sefotaksim merupakan antibiotika yang memiliki

efektivitas tinggi terhadap infeksi Salmonella, meropenem memiliki sifat yang

mirip dengan sefotaksim dan metronidazol spesifik terhadap amoeba yang

juga terdapat pada hasil kultur, sehingga lolos kategori IVD (tidak ada

antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaan

amoksisilin dan sefotaksim adalah 7 dan 5 hari. Menurut Lacy et al. (2011),

untuk terapi anaerob kedua jenis antibiotika ini memiliki durasi terapi

maksimal sampai 10 hari, sehingga penggunaannya tidak terlalu lama atau

terlalu singkat. Untuk meropenem digunakan selama 3 hari secara empiris

sesuai Kemenkes (2011), untuk durasi terapi empiris adalah 48 sampai 72

jam. Ketiga antibiotika ini lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak

terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk

metronidazol, penggunannya berlangsung selama 12 hari, melebihi durasi

terapi maksimum yaitu 10 hari, sehingga metronidazol tidak lolos kategori

IIIA (penggunaan antibiotika terlalu lama). Untuk dosis dan interval. menurut

Lacy et al. (2011) dan Sukandar dkk. (2008), peresepan sefotaksim adalah 50

mg sampai 200 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang diberikan

setiap 6 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat badan 22 kg menerima

obat sebanyak 2000 mg/hari dalam 4 dosis terbagi yang diberikan setiap 6

jam, hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan yaitu sebanyak 1100 mg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

69

sampai 4400 mg/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang diberikan setiap 6

sampai 12 jam. Untuk peresepan amoksisilin adalah 20 sampai 50

mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 sampai

12 jam sehari. Pasien mendapatkan amoksisilin dengan dosis sebanyak 1050

mg, sesuai kisaran dosis yang disarankan adalah 440 mg sampai 1100 mg

mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 jam. Untuk

peresepan meropenem yang disarankan adalah 30 mg sampai 120

mg/kgBB/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 jam, atau bila

dikalikan dengan berat badan pasien adalah 660 mg sampai 2640 mg/hari.

Pasien mendapatkan 555 mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap

8 jam, sehingga kurang dari dosis yang disarankan. Dengan demikian,

amoksisilin dan sefotaksim lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB (tepat

interval), sedangkan meropenem tidak lolos kategori IIA. Cara pemberian

adalah secara intravena dirasa paling efektif agar kondisi pasien segera

kembali normal sehingga lolos kategori IIC (tepat cara pemberian). Waktu

pemberian juga sudah tepat setiap harinya yaitu sefotaksim setiap pukul setiap

pukul 6.00, 12.00, 18.00, dan 24.00. Untuk amoksisilin diberikan setiap pukul

8.00, 16,00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat waktu pemberian).

Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan amoksisilin dan

sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

70

4. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 5 dan 26 dengan Diagnosa

Tonsilisitis

Menurut Mansjoer & Wardhani (2000) tonsilisitis merupakan infeksi

atau inflamasi pada tonsila palatina yang bersifat menetap. Tonsilisitis dapat

disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus yang kerap menyebabkan infeksi di

jaringan kulit atau jaringan lunak. Terdapat 2 kasus peresepan antibiotika pada

tonsilisitis di penelitian ini. Hasil evaluasinya akan dijelaskan sebagai berikut.

a) Kasus 5

Pasien anak dengan diagnosa Tonsila palatine hipertropi grade 3

menerima antibiotika berupa amoksisilin. Tidak ditemukan indikasi infeksi

bakteri, baik dari hasil uji leukosit maupun hasil kultur. Hal ini berdasarkan

hasil pemeriksaan hematologi pasien yang dalam jumlah normal, sehingga

tidak ditemukan adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Jumlah

leukosit pasien diketahui 8,230/µL. Jumlah ini sesuai rujukan leukosit yaitu

4.000/µL sampai 12.000/µL. Untuk persentase jumlah neutrofil diketahui

46,3%, dibawah dari nilai normal yaitu 50% sampai 70%. Menurut Sutedjo

(2012) penurunan nilai neutrofil mengindikasikan inveksi virus, bukan oleh

bakteri. Berdasarkan hal tersebut, dalam kasus ini penggunaan kedua jenis

antibiotika termasuk kategori V (pemberian antibiotika tanpa indikasi infeksi

bakteri).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

71

b) Kasus 26

Pasien anak menerima antibiotika berupa seftriakson. Pasien

mengalami tonsisilisitis kronis dan dioperasi. Menurut Kemenkes (2011),

walaupun tidak terdapat infeksi, pasien tetap memerlukan terapi antibiotika

untuk mencegah infeksi sebelum/pasca operasi, sehingga hal ini menunjukkan

pasien lolos kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Antibiotika ini terbukti

efektif karena kondisi pasien terbukti membaik sehingga lolos kategori IVA

(tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi

merugikan dengan obat lain dan harganya juga termurah untuk antibiotika

sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan dengan

obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah). Menurut

Sukandar dkk. (2008) seftriakson merupakan antibiotika dengan spektrum

luas dan dapat diterapkan dalam terapi profilaksis bedah guna mencegah

infeksi bakteri. Berdasarkan hal itu, seftriakson dalam kasus ini lolos kategori

IVD (tidak ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi

penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat. Pasien hanya menerima

24 jam sebelum dan sesudah operasi. Sesuai aturan Kemenkes (2011) durasi

penggunaan antibiotika dalam profilaksis bedah yaitu 24 jam sebelum dan

sesudah operasi. Berdasarkan hal tersebut, antibiotika ini lolos kategori IIIA

(penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika

tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval, menurut Lacy et al. (2011)

dan Sukandar dkk. (2008) peresepan seftriakson untuk profilaksis bedah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

72

adalah adalah 1 sampai gram/hari dalam 1 sampai 2 dosis terbagi yang

diberikan setiap 12 sampai 24 jam sehari, sesuai dengan terapi yang diterima

pasien yaitu 1 gram/hari dalam satu kali pemberian, sehingga lolos kategori

IIA (tepat dosis) dan IIB (tepat interval). Untuk cara pemberian adalah secara

intravena dirasa paling efektif untuk terapi profilaksis sebelum dan pasca

operasi, sehingga lolos kategori IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian

tidak sesuai yaitu pukul 19.00 dan 12.00 pada keeseokan harinya, karena

pasien diperbolehkan pulang sebelum pukul 19.00 dan antibiotika diberikan

sebelum waktu tersebut, sehingga tidak lolos kategori I (tidak tepat waktu

pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

5. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 15 dengan Diagnosa Gastritis

Gastritis merupakan suatu keadaan nyeri dan terbakar pada saluran

pencernaan khususnya lambung, yang dapat disebabkan oleh bakteri H. pylori

(Tan & Rahardja, 2007).

Terdapat 1 kasus pasien yang mengalami gastritis tanpa penyakit penyerta

lain. Hasil evaluasinya akan dijelaskan sebagai berikut.

Pasien anak dengan diagnosa gastritis menerima antibiotika berupa

ampisilin. Pasien diindikasikan mengalami infeksi bakteri, sehingga penggunaan

antibiotika ini lolos kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Dalam kasus ini,

peresepan ampisilin bukanlah terapi lini pertama atau kedua untuk gastritis.

Untuk penyakit pencernaan seperti gastritis, digunakan antibiotika berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

73

clarithromisin dan amoksisilin. Menurut Tan & Rahardja (2007) ampisilin

diketahui mempunyai efek samping, salah satunya gastritis. Berdasarkan hal

tersebut, ampisilin dalam kasus ini tidak lolos kategori IVA (ada antibiotika yang

lebih efektif).

6. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 8 dengan Diagnosa Gastritis

Akut disertai Bronkitis

Pada penelitian ini juga terdapat satu kasus pasien yang mengalami

penyakit gastritis disertai dengan bronkitis. Bronkitis merupakan suatu infeksi

pada saluran pernapasan akibat virus, bakteri, atau mikroorganisme yang

menyerupai bakteri (Tan & Rahardja, 2007).

Hasil evaluasi peresepan antibiotika pada kasus ini akan dijelaskan

sebagai berikut.

Pasien anak menerima antibiotika berupa sefotaksim dan fradiomisin-

gramisidin. Pasien diindikasikan mengalami infeksi bakteri sehingga lolos

kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Dalam kasus ini, peresepan sefotaksim

dan fradiomisin-gramisidin terbukti efektif karena kondisi pasien yang membaik

sehingga lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak

ditemukan interaksi merugikan dengan obat lain dan tidak ditemukan antibiotika

sejenis dengan harga lebih murah, sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi

merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih

murah). Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri

penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap berbagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

74

jenis bakteri seperti sefotaksim, sedangkan friadiomisin-gramisidin merupakan

antibiotika memang yang diindikasikan untuk infeksi bakteri pada saluran

pernapasan seperti pada bronkitis. Berdasarkan hal tersebut, peresepan antibiotika

ini lolos kategori IVD (tidak ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit).

Durasi penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat, sudah sesuai aturan

Kemenkes (2011) yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi empiris kemudian harus

dievaluasi berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Diketahui kondisi pasien

membaik dan terapi tetap dilanjutkan sampai 5 hari. Berdasarkan keterangan

tersebut, penggunaan sefotaksim lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika

tidak terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk

dosis dan interval, menurut Lacy et al. (2011) dan Sukandar dkk. (2008)

peresepan sefotaksim adalah 50 sampai 200 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 4

dosis terbagi yang diberikan setiap 6 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat

badan 17 kg menerima obat sebanyak 1500 mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang

diberikan setiap 8 jam, hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan sebanyak 850

mg sampai 3400 mg/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang diberikan setiap 6

sampai 12 jam, sehingga lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB (tepat interval).

Sedangkan untuk fradiomisin-gramisidin, penggunaan sesuai anjuran adalah 4

sampai 5 tablet dalam sehari. Pasien hanya diberikan 2 tablet, sehingga tidak

memenuhi dosis yang seharusnya. Berdasarkan hal tersebut, antbiotika ini tidak

lolos kategori IIA (penggunaan tidak tepat dosis). Untuk cara pemberian adalah

secara intravena dirasa paling efektif karena kondisi pasien yang mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

75

muntah dan mual dan agar kondisi pasien segera kembali normal sehingga lolos

kategori IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap

harinya yaitu setiap pukul 8.00, 16.00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat

waktu pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional

7. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 32 dengan Diagnosa Asma

Bronchiale

Asma bronchiale adalah suatu reaksi hipersensitivitas bronchi terhadap

berbagai stimulasi spesifik yang masuk ke dalam saluran pernapasan.

Penatalaksanaannya tidak memerlukan antibiotika dalam penangananna (Tan &

Rahardja, 2007).

Hasil evaluasi peresepan antibiotika pada kasus ini akan dijelaskan

sebagai berikut.

Pasien anak dengan diagnosa asma bronchiale menerima antibiotika

berupa sefotaksim. Pasien diindikasikan mengalami infeksi bakteri dilihat dari

jumlah leukosit yang melebihi jumlah normal. Jumlah leukosit pasien diketahui

15,940/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai

12.000/µL. Selain itu persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka

89,0%, berada diatas jumlah normal yaitu 50% sampai 70% yang menandakan

adanya infeksi akut yang dialami pasien. Hal ini menunjukkan pasien lolos

kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Terapi diberikan secara empiris karena

tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

76

spektrum luas terhadap berbagai jenis bakteri seperti sefotaksim. Antibiotika ini

terbukti efektif karena kondisi pasien yang membaik sehingga lolos kategori IVA

(tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan

dengan obat lain sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan

dengan obat lain), tetapi ada antibiotika sejenis yang lebih murah. Pasien

diberikan sefiksim sirup dengan nama dagang Tocef®, sedangkan ada obat

sejenis dengan merk dagang Sporetic® dan sefiksim generik memiliki harga yang

lebih murah. Berdasarkan hal ini, penggunaan sefiksim pada kasus ini termasuk

kategori IVC (ada antibiotika lain yang lebih murah).

8. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 22 dengan Diagnosa Asma

Bronchiale disertai Bronchopneumonia

Pada penelitian ini juga terdapat kasus pasien menderita asma bronchiale

disertai bronchopneumonia. Bronchopneumonia merupakan salah satu bagian dari

penyakit pneumonia. Bronchopneumonia adalah suatu infeksi atau radang saluran

pernafasan akut bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronchus atau

bronchiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak. Penyakit ini

sebagian besar disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri (Mansjoer & Wardhani,

2000).

Pasien anak menerima antibiotika berupa sefotaksim. Pasien

diindikasikan mengalami infeksi bakteri sehingga lolos kategori V (ada indikasi

penyakit infeksi). Dalam kasus ini, peresepan sefotaksim terbukti efektif karena

kondisi pasien yang membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

77

yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan dengan obat lain dan

harganya juga termurah untuk antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB

(tidak ada indikasi merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika

sejenis yang lebih murah). Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui

jenis bakteri penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas

terhadap berbagai jenis bakteri seperti sefotaksim. Berdasarkan hal tersebut,

peresepan antibiotika ini lolos kategori IVD (tidak ada antibiotika lain dengan

spektrum lebih sempit). Durasi penggunaan selama 3 hari. Tidak terlalu lama dan

tidak terlalu singkat. Sudah sesuai aturan Kemenkes (2011), yaitu 48 sampai 72

jam untuk terapi empiris sehingga lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika

tidak terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk

dosis dan interval, menurut Lacy et al. (2011) dan Sukandar dkk. (2008)

peresepan sefotaksim adalah 50 sampai 200 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 4

dosis terbagi yang diberikan setiap 6 sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat

badan 15 kg menerima obat sebanyak 1250 mg/hari dalam 4 dosis terbagi yang

diberikan setiap 6 jam. Hal ini sesuai kisaran dosis yang disarankan yaitu

sebanyak 750 mg sampai 3000 mg/hari dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang

diberikan setiap 6 sampai 12 jam. Kemudian dosis pemberian diganti tanpa

keterangan yang jelas menjadi 1000 mg tetapi masih dalam kisaran dosis yang

disarankan, sehingga lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB (tepat interval).

Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif karena kondisi

pasien yang sulit makan sehingga, lolos kategori IIC (tepat cara pemberian).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

78

Waktu pemberian tidak sama setiap harinya. Jam-jam pemberian selalu berubah,

sehingga tidak lolos kategori I (tidak tepat waktu pemberian).

9. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 10 dan 28 dengan Diagnosa

Infeksi Saluran Pernapasan Akut Disertai Vomitus

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan suatu keadaan

terjadinya infeksi pada saluran pernapasan dengan gejala seperti demam, batuk,

hidung tersumbat, bahkan dapat menimbulkan komplikasi seperti pneumonia

dengan sesak napas. ISPA dapat disebabkan oleh virus atau bakteri. Bakteri

penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,

Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Vomitus atau

muntah tidak selalu disebabkan oleh bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh

berbagai sebab diantaranya adalah intoleransi terhadap makanan, reaksi terhadap

obat, atau infeksi virus (Depkes RI, 2002; Soedarmo et al. 2008).

Evaluasi peresepan antibiotika pada kasus ini akan dijelaskan sebagai

berikut.

a) Kasus 10

Pasien anak dengan diagnosa ISPA disertai vomitus menerima

antibiotika berupa sefotaksim. Pasien diindikasikan Pasien diindikasikan

mengalami infeksi bakteri sehingga lolos kategori V (ada indikasi penyakit

infeksi). Dalam kasus ini, peresepan sefotaksim terbukti efektif karena kondisi

pasien yang membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika yang

lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan dengan obat lain dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

79

tidak ditemukan antibiotika sejenis dengan harga lebih murah, sehingga lolos

kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak

ada antibiotika sejenis yang lebih murah). Terapi diberikan secara empiris

karena tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika

dengan spektrum luas terhadap berbagai jenis bakteri seperti sefotaksim.

Berdasarkan hal tersebut, peresepan antibiotika ini lolos kategori IVD (tidak

ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaannya

tidak terlalu singkat. Pasien diberikan terapi selama 1 hari. Sesuai aturan

Kemenkes (2011) durasi penggunaan antibiotika dalam terapi empiris adalah

48 sampai 72 jam, kemudian harus dievaluasi dengan kondisi pasien.

Berdasarkan hal tersebut, antibiotika ini tidak lolos kategori IIIA (penggunaan

antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu

singkat).

b) Kasus 28

Pasien anak menerima antibiotika berupa amoksisilin. Pasien

diindikasikan mengalami infeksi bakteri sehingga lolos kategori V (ada

indikasi penyakit infeksi). Dalam kasus ini, peresepan amoksisilin terbukti

efektif karena kondisi pasien yang membaik sehingga lolos kategori IVA

(tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi

merugikan dengan obat lain dan tidak ditemukan antibiotika sejenis dengan

harga lebih murah, sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan

dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

80

Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri

penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap

berbagai jenis bakteri seperti amoksisilin. Menurut Tan & Rahardja (2007)

amoksisilin merupakan antibiotika berspektrum luas, sehingga dapat

diterapkan dalam terapi empiris. Berdasarkan hal tersebut, peresepan

antibiotika ini lolos kategori IVD (tidak ada antibiotika lain dengan spektrum

lebih sempit). Durasi penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat.

Pasien diberikan terapi selama 3 hari. Sesuai aturan Kemenkes (2011) durasi

penggunaan antibiotika dalam terapi empiris adalah 48 sampai 72 jam,

kemudian harus dievaluasi dengan kondisi pasien. Berdasarkan hal tersebut,

antibiotika ini lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama)

dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan

interval, menurut Lacy et al. (2011), peresepan amoksisilin adalah 20 sampai

50 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8

sampai 12 jam sehari. Pasien dengan berat badan 11 kg menerima obat

sebanyak 450 mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 jam. Hal

ini sesuai kisaran dosis yang disarankan yaitu, sebanyak 220 mg sampai 550

mg/hari sehingga lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB (tepat interval).

Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif agar

kondisi pasien segera kembali normal sehingga lolos kategori IIC (tepat cara

pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya yaitu setiap

pukul 8.00, 16.00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

81

pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

10. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Kasus 20, 7, Dan 13 Dengan

Diagnosa Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu keadaan adanya infeksi

bakteri pada saluran kemih. Sebagian besar ISK disebabkan oleh bakteri aerob

dari flora usus seperti E.coli. Gejala ISK antara lain sering kemih, kemih terasa

sakit, nyeri pinggang, terdapat darah pada urin (hematuria), terdapat protein pada

urin (Albuminuria), dan urin beraroma tidak wajar (Tan & Rahardja, 2007).

Evaluasi peresepan antibiotika pada ISK akan dijelaskan sebagai

berikut.

a) Kasus 20

Pasien anak dengan diagnosa ISK disertai febris menerima

antibiotika berupa sefotaksim. Pasien diindikasikan mengalami infeksi bakteri

Salmonella dilihat dari hasil kultur pasien, sehingga pasien lolos kategori V

(ada indikasi penyakit infeksi). Menurut Tan & Rahardja (2007) sefotaksim

merupakan salah satu antibiotika yang memiliki efektivitas tinggi terhadap

infeksi Salmonella dan dalam beberapa penyakit juga digunakan sebagai

terapi lini pertama untuk infeksi Salmonella. Antibiotika ini terbukti efektif

karena kondisi pasien terbukti membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak

ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan

dengan obat lain sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

82

dengan obat lain), tetapi ada antibiotika sejenis yang lebih murah. Dalam

kasus ini, sefotaksim generik memiliki harga yang jauh lebih murah dari

sefotaksim dengan merk dagang yang diberikan. Harga yang diketahui adalah

dari apotek rumah sakit, karena obat yang digunakan didapatkan dari apotek

rumah sakit sendiri. Berdasarkan hal ini, penggunaan sefotaksim pada kasus

ini termasuk kategori IVC (ada antibiotika lain yang lebih murah).

b) Kasus 7

Pasien anak dengan diagnosa Obs. Proteinuria, hematuria, dan

suspect sindrom nefrotik menerima antibiotika berupa amoksisilin dan

metronidazol. Pasien diindikasikan mengalami infeksi bakteri sehingga lolos

kategori V (ada indikasi penyakit infeksi). Dalam kasus ini, peresepan

amoksisilin dan metronidazol terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti

membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih

efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan dengan obat lain dan harganya

juga termurah untuk antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada

indikasi merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis

yang lebih murah). Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui

jenis bakteri penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas

terhadap berbagai jenis bakteri. Menurut Tan & Rahardja (2007) amoksisilin

dan metronidazol merupakan antibiotika berspektrum luas, sehingga dapat

diterapkan dalam terapi empiris. Berdasarkan hal tersebut, peresepan

antibiotika ini lolos kategori IVD (tidak ada antibiotika lain dengan spektrum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

83

lebih sempit). Durasi penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat.

Pasien diberikan terapi selama 3 hari. Sesuai aturan Kemenkes (2011) durasi

penggunaan antibiotika dalam terapi empiris adalah 48 sampai 72 jam,

kemudian harus dievaluasi dengan kondisi pasien. Berdasarkan hal tersebut,

antibiotika ini lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama)

dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan

interval, menurut Lacy et al. (2011) peresepan amoksisilin adalah 20 sampai

50 mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8

sampai 12 jam sehari, sedangkan metronidazol adalah 30 sampai 50

mg/kgBB/hari. Pasien dengan berat badan 12 kg menerima obat masing-

masing sebanyak 600 mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8

jam, hal ini sesuai kisaran dosis amoksisilin yang disarankan yaitu 240 mg

sampai 600 mg/hari dalam 3 dosis terbagi setiap 8 hingga 12 jam dan

metronidazol sebanyak 300 sampai 600 mg/hari dalam 3 dosis terbagi setiap 8

jam, sehingga kedua antibiotika lolos kategori IIA (tepat dosis) dan IIB (tepat

interval). Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif

agar kondisi pasien segera kembali normal sehingga lolos kategori IIC (tepat

cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya yaitu

setiap pukul 8.00, 16.00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat waktu

pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

84

c) Kasus 13

Pasien anak dengan diagnosa hematuri, albuminuria, dan colic

abdomen menerima antibiotika berupa amoksisilin dan sefiksim. Pasien

diindikasikan mengalami infeksi bakteri sehingga lolos kategori V (ada

indikasi penyakit infeksi). Dalam kasus ini, peresepan amoksisilin dan

sefiksim terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik sehingga

lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan

interaksi merugikan dengan obat lain dan harganya juga termurah untuk

antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan

dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah).

Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri

penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap

berbagai jenis bakteri seperti amoksisilin dan sefiksim. Menurut Tan &

Rahardja (2007) kedua antibiotika ini merupakan antibiotika berspektrum

luas, sehingga dapat diterapkan dalam terapi empiris. Berdasarkan hal

tersebut, peresepan antibiotika ini lolos kategori IVD (tidak ada antibiotika

lain dengan spektrum lebih sempit). Amoksisilin hanya diberikan satu hari,

kemudian penggunaannya dihentikan. Berdasarkan hal ini, penggunaan

amoksisilin tidak lolos kategori IIIB (penggunaan antibiotika terlalu singkat).

Untuk sefiksim, durasi penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat.

Pasien diberikan terapi selama 3 hari. Sesuai aturan Kemenkes (2011), durasi

penggunaan antibiotika dalam terapi empiris adalah 48 sampai 72 jam,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

85

kemudian harus dievaluasi dengan kondisi pasien. Diketahu kondisi pasien

berangsur membaik, sehingga penggunaan sefiksim terus diberikan.

Berdasarkan hal tersebut, antibiotika ini lolos kategori IIIA (penggunaan

antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu

singkat). Untuk dosis dan interval, menurut Lacy et al. (2011) dosis sefiksim

untuk anak adalah 200 mg dalam 2 sampai 4 dosis terbagi yang diberikan

setiap 6 sampai 12 jam sehari. Hal ini sesuai dengan yang diberikan kepada

pasien yaitu 200 mg dalam 2 dosis terbagi yang diberikan setiap 12 jam dalam

sehari, sehingga dalam kasus ini sefiksim lolos kategori IIA (tepat dosis) dan

IIB (tepat interval). Untuk cara pemberian adalah secara oral, karena pasien

masih memungkinkan untuk diberikan terapi melalui, sehingga lolos kategori

IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya

yaitu setiap pukul 6.00 dan 18.00, sehingga lolos kategori I (tepat waktu

pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

11. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Kasus 6 Dan 17 Dengan Diagnosa

Vomitus

Vomitus atau muntah tidak selalu disebabkan oleh bakteri (biasanya

pada vomitus disertai diare cair akut), tetapi juga dapat disebabkan oleh berbagai

sebab diantaranya adalah intoleransi terhadap makanan, reaksi terhadap obat, atau

infeksi virus (Soedarmo, et al., 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

86

Terdapat 2 kasus pasien dengan vomitus sebagai diagnosa utama. Kasus

pertama yaitu vomitus disertai dehidrasi dam kasus berikutnya adalah vomitus

disertai suspect ISK. Evaluasi peresepan antibiotika pada kasus ini akan

dijelaskan sebagai berikut.

a) Kasus 6

Pasien anak dengan diagnosa observasi vomitus dengan suspect ISK

menerima antibiotika berupa sefotaksim dan sefiksim. Tidak ditemukan

indikasi infeksi bakteri, baik dari hasil uji leukosit maupun hasil kultur. Hal

ini berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi pasien yang dalam jumlah

normal, sehingga tidak ditemukan adanya indikasi penyakit akibat infeksi

bakteri. Jumlah leukosit pasien diketahui 10,230/µL. Jumlah ini sesuai

rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Untuk persentase jumlah

neutrofil diketahui 68,4%, masih dalam batas nilai normal yaitu 50% sampai

70%. Berdasarkan hal tersebut, dalam kasus ini penggunaan kedua jenis

antibiotika termasuk kategori V (pemberian antibiotika tanpa indikasi infeksi

bakteri).

b) Kasus 17

Pasien anak dengan diagnosa vomitus disertai dehidrasi sedang

menerima antibiotika berupa amoksisilin. Pasien diindikasikan mengalami

infeksi bakteri, dilihat dari jumlah leukosit pasien diketahui 13.760/µL.

Jumlah ini melebihi jumlah rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai

12.000/µL. Selain itu diindikasikan dari persentase jumlah neutrofil pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

87

sebesar 93,3% yang melebihi jumlah normal yaitu 50% sampai 70% yang

mengindikasikan infeksi bakteri. Hal ini menunjukkan pasien lolos kategori V

(ada indikasi penyakit infeksi). Dalam kasus ini, peresepan amoksisilin

terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti membaik sehingga lolos

kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif). Tidak ditemukan

interaksi merugikan dengan obat lain dan harganya juga termurah untuk

antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi merugikan

dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih murah).

Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri

penginfeksi, sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap

berbagai jenis bakteri. Menurut Tan dan Rahardja (2007), amoksisilin

memiliki spektrum yang luas, sehingga dapat diterapkan dalam terapi empiris.

Berdasarkan haltersebut, penggunaan antibiotika ini lolos kategori IVD (tidak

ada antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaannya

tidak terlalu lama atau terlalu singkat. Pasien diberikan terapi amoksisilin

selama 3 hari. Sesuai aturan Kemenkes (2011), durasi penggunaan antibiotika

dalam terapi empiris adalah 48 sampai 72 jam, kemudian harus dievaluasi

dengan kondisi pasien. Berdasarkan hasil tersebut antibiotika ini lolos

kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB

(penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval,

menurut Lacy et al. (2011) peresepan amoksisilin adalah 20 mg sampai 50

mg/kgBB/hari dalam 2 sampai 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 sampai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

88

12 jam sehari. Pasien dengan berat badan 13 kg menerima obat sebanyak 750

mg/hari dalam 3 dosis terbagi yang diberikan setiap 8 jam, hal ini tidak sesuai

kisaran dosis yang disarankan yaitu sebanyak 260 mg sampai 650 mg/hari

sehingga tidak lolos kategori IIA (tidak tepat dosis).

12. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 14 dengan Diagnosa

Candidiasis

Candidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur, yaitu

Candida albicans yang merupakan bagian dari flora normal selaput lendir di

saluran pernapasan, saluran cerna, dan vagina (Sukandar, et al., 2008).

Terdapat 1 kasus candidiasis pada penelitian ini yang hasil evaluasinya

akan disajikan sebagai berikut.

Pasien anak menerima antibiotika berupa nistatin. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi bakteri , sehingga lolos kategori V (ada indikasi penyakit

infeksi). Dalam kasus ini, peresepan nistatin terbukti efektif karena kondisi pasien

terbukti membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih

efektif). Tidak ditemukan interaksi merugikan dengan obat lain dan harganya juga

termurah untuk antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi

merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih

murah). Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi sehingga terapi diberikan secara

empiris. Menurut Tan & Rahardja (2007) nistatin merupakan antibiotika yang

spesifik untuk penyakit candidiasis, sehingga lolos kategori IVD (tidak ada

antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaannya selama 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

89

hari. Tidak terlalu lama atau terlalu singkat, sudah sesuai aturan Kemenkes

(2011), yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi empiris sehingga lolos kategori IIIA

(penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika

tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval sudah sesuai anjuran pemakaian

yaitu 1-2cc dalam 4 kali pemberian / hari, sehingga lolos kategori IIA (tepat

dosis) dan IIB (tepat interval). Untuk cara pemberian adalah secara oral karena

pasien masih memungkinkan untuk diberikan secara oral, sehingga lolos kategori

IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian juga sudah tepat setiap harinya

yaitu setiap pukul 6.00, 12.00, 18.00, dan 24.00 sehingga lolos kategori I (tepat

waktu pemberian). Berdasarkan keseluruhan evaluasi tersebut, penggunaan

sefotaksim termasuk kategori 0 yaitu rasional.

13. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 30 dengan Diagnosa Dengue

Fever

Dengue Fever bukan disebabkan oleh bakteri, melainkan oleh virus

dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang

ditandai dengan gejala demam akut disertai timbulnya bercak darah pada kulit

(Depkes RI, 2006).

Terdapat kasus dengan diagnosa demam dengue pada penelitian ini yang

hasil evaluasinya disajikan sebagai berikut.

Pasien anak dengan diagnosa dengue fever menerima antibiotika berupa

sefotaksim. Dengue Fever bukan disebabkan oleh bakteri, melainkan oleh virus

dengue. Tidak ditemukan indikasi infeksi bakteri, baik dari hasil uji leukosit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

90

maupun hasil kultur. Hal ini berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi pasien

yang dalam jumlah normal, sehingga tidak ditemukan adanya indikasi penyakit

akibat infeksi bakteri. Jumlah leukosit pasien diketahui 9,210/µL. Jumlah ini

sesuai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Untuk persentase

jumlah neutrofil diketahui 57,2%, masih dalam nilai normal yaitu 50% sampai

70%. Berdasarkan hal tersebut, dalam kasus ini penggunaan kedua jenis

antibiotika termasuk kategori V (pemberian antibiotika tanpa indikasi infeksi

bakteri).

14. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 34 dengan Diagnosa Ichterik

Neonatus

Ichterik neonatus adalah keadaan bayi yang baru lahir tampak berwarna

kuning akibat penimbunan bilirubin dengan jumlah bilirubin pada serumnya 6

mg/dL. Penatalaksanaannya tidak memerlukan terapi antibiotika (Mansjoer &

Wardhani, 2000).

Evaluasi peresepan antibiotika pada kasus ichterik neonatus pada

penelitian ini yang akan dijelaskan sebagai berikut.

Pasien anak menerima antibiotika berupa amoksisilin. Ichterik neonatus

bukanlah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Peresepan antibiotika

pada kasus ini dilakukan tanpa indikasi infeksi bakteri. Hasil uji hematologi dan

uji kulturpun tidak tersedia, sehingga penggunaan antibiotika pada kasus ini

termasuk kategori V (Pemberian antibiotika tanpa indikasi infeksi bakteri).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

91

15. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 31 dengan Diagnosa

Polydactyly.

Pada penelitian ini terdapat kasus penggunaan antibiotika untuk

pencegahan terjadinya infeksi bakteri pasca operasi yaitu polydactyly.

Polydactyly adalah suatu keadaan jumlah jari yang berlebih, sehingga dilakukan

rekonstruksi jari tangan pada pasien (Mansjoer & Wardhani, 2000). Hasil evaluasi

peresepan antibiotika pada kasus ini akan disajikan sebagai berikut.

Pasien anak dengan diagnosa polydactyly menerima antibiotika berupa

seftriakson. Menurut Kemenkes (2011), walaupun tidak terdapat infeksi, pasien

tetap memerlukan terapi antibiotika untuk mencegah infeksi sebelum/pasca

operasi, sehingga hal ini menunjukkan pasien lolos kategori V (ada indikasi

penyakit infeksi). Antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti

membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Tidak ditemukan interaksi merugikan dengan obat lain dan harganya juga

termurah untuk antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi

merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih

murah). Menurut Lacy et al, (2011) seftriakson merupakan antibiotika yang dapat

diterapkan dalam terapi profilaksis bedah guna mencegah infeksi bakteri.

Berdasarkan hal itu, seftriakson dalam kasus ini lolos kategori IVD (tidak ada

antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaannya tidak

terlalu lama atau terlalu singkat. Pasien hanya menerima 24 jam sebelum dan

sesudah operasi. Sesuai aturan Kemenkes (2011) durasi penggunaan antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

92

dalam profilaksis bedah yaitu 24 jam sebelum dan sesudah operasi. Berdasarkan

hal tersebut, antibiotika ini lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak

terlalu lama) dan IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis

dan interval, menurut Lacy et al. (2011) peresepan seftriakson untuk profilaksis

bedah adalah adalah 1 sampai gram/hari dalam 1 sampai 2 dosis terbagi yang

diberikan setiap 12 sampai 24 jam sehari, sesuai dengan terapi yang diterima

pasien yaitu 1 gram/hari dalam satu kali pemberian. sehingga lolos kategori IIA

(tepat dosis) dan IIB (tepat interval). Untuk cara pemberian adalah secara

intravena dirasa paling efektif agar kondisi pasien segera kembali normal

sehingga lolos kategori IIC (tepat cara pemberian). Waktu pemberian tidak, yaitu

sesuai pukul 00.00 dan 14.15 keeseokan harinya sebelum pulang sehingga tidak

lolos kategori I (tidak tepat waktu pemberian).

16. Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Kasus 33 dengan Diagnosa

Perioperatif Aff Plate Fraktur Cruris.

Perioperatif aff plate fraktur cruris adalah suatu cedera atau trauma atau

bahkan patahan yang terjadi pada tulang tibia fibula sehingga dalam

perawatannya memerlukan antibiotika untuk mencegah timbulnya bakteri pada

bekas operasi (Mansjoer & Wardhani, 2000 ).

Hasil evaluasi peresepan antibiotika pada kasus ini akan disajikan

sebagai berikut.

Pasien anak dengan diagnosa perioperatif aff plate fraktur cruris

menerima antibiotika berupa seftriakson. Pasien mengalami patah kaki dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

93

dioperasi. Menurut Kemenkes (2011), walaupun tidak terdapat infeksi, pasien

tetap memerlukan terapi antibiotika untuk mencegah infeksi sebelum/pasca

operasi, sehingga hal ini menunjukkan pasien lolos kategori V (ada indikasi

penyakit infeksi). Antibiotika ini terbukti efektif karena kondisi pasien terbukti

membaik sehingga lolos kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Tidak ditemukan interaksi merugikan dengan obat lain dan harganya juga

termurah untuk antibiotika sejenis sehingga lolos kategori IVB (tidak ada indikasi

merugikan dengan obat lain) dan IVC (tidak ada antibiotika sejenis yang lebih

murah). Menurut Lacy et al, (2011) seftriakson merupakan antibiotika yang dapat

diterapkan dalam terapi profilaksis bedah guna mencegah infeksi bakteri.

Berdasarkan hal itu, seftriakson dalam kasus ini lolos kategori IVD (tidak ada

antibiotika lain dengan spektrum lebih sempit). Durasi penggunaannya tidak

terlalu lama atau terlalu singkat. Pasien hanya menerima 24 jam sebelum dan

sesudah operasi. Sesuai aturan Kemenkes (2011) durasi penggunaan antibiotika

dalam profilaksis bedah yaitu 24 jam sebelum dan sesudah operasi, sehingga

antibiotika ini lolos kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama) dan

IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat). Untuk dosis dan interval,

menurut Lacy et al. (2011) peresepan seftriakson untuk profilaksis bedah adalah

adalah 1 sampai gram/hari setiap 24 jam, sesuai dengan terapi yang diterima

pasien yaitu 1 gram/hari, sehingga lolos kategori IIA (tepat dosis). Interval

pemberian pada kasus ini adalah setiap 12 jam, tidak sesuai dengan interval yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

94

disarankan yaitu setiap 24 jam, sehingga tidak lolos kategori IIB (tidak tepat

interval pemberian).

Penelitian dengan metode serupa pernah dilakukan di rumah sakit lain di

luar Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki perbedaan kelas dari Rumah Sakit

Panti Nugroho Yogyakarta yang merupakan rumah sakit tipe D. Penelitian yang

dilakukan oleh Febiana (2012) dengan metode dan pendekatan sejenis dilakukan di

Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang yang merupakan rumah sakit tipe A. Hasil yang

diperoleh adalah 55,51 % antibiotika yang digunakan secara rasional. Penelitian lain

oleh Pamela (2011) dilakukan di RSCM Jakarta yang merupakan rumah sakit tipe A

dengan metode yang sama namun dengan pendekatan yang berbeda yaitu secara

prospektif. Diperoleh hasil 60,4 % penggunaan antibiotika secara rasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

95

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesesuaian profil penyakit infeksi dan profil peresepan antibiotika di

bangsal anak rawat inap Rumah Sakit Panti Nugroho sudah sesuai. Rasionalitas

peresepan antibiotika di bangsal anak rawat inap Rumah Sakit Panti Nugroho

Yogyakarta pada periode Juli 2013 diperoleh sebesar 52% penggunaan antibiotika

secara rasional dengan sefotaksim sebagai antibiotika yang paling banyak digunakan.

B. Saran

Beberapa saran yang dapat dilakukan yaitu:

1. Metode Gyssens lebih disarankan dilakukan dengan pendekatan prospektif

disertai dengan monitoring kondisi pasien dari hari ke hari. Selain itu metode ini

lebih mudah diterapkan dalam evaluasi antibiotika tunggal dan sulit digunakan

untuk evaluasi antibiotika kombinasi secara retrospektif.

2. Perlunya penulisan rekam medis yang lengkap dan jelas terbaca guna

mempermudah dilakukannya pembacaan kembali untuk kepentingan penelitian

atau evaluasi.

3. Perlu ada penelitian lanjutan dengan pendekatan yang berbeda dan jenis penyakit

infeksi yang spesifik, serta memiliki jangkauan yang lebih luas, bukan hanya di

bangsal anak tetapi juga di bangsal lainnya agar nantinya menjadi suatu data yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

96

dapat menggambarkan rasionalitas peresepan antibiotika secara keseluruhan dan

sebagai bahan evaluasi penggunaan antibiotika yang rasional di rumah sakit ini.

4. Perlunya pengawasan penggunaan antibiotika oleh tenaga medis di rumah sakit

yang bersangkutan yang lebih lanjut guna menjaga dan meningkatkan rasionalitas

peresepan antibiotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

96

DAFTAR PUSTAKA

Bueno, S.C., Stull T.L., 2009, Antibacterial Agents In Pediatrics.

http://d.yimg.com/kq/groups/18310505/144502028/name/Infectious., diakses tanggal 25 April 2013.

Depkes R.I., 2002, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Akut, Dirjen PPM & PLP, Jakarta.

Depkes R.I., 2005, Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di

Indonesia, Depkes R.I., Jakarta.

Dipiro, J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G., Posey L.M., 2005,

Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th

Edition, The McGraw-

Hill, New York.

Dipiro, J.T., Schwinghammer, 2009, Pharmacotherapy Handbook, 7th

edition. Dalam:

T.L, Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.L, Dipiro, C.V., editor,

McGraw-Hill, New York.

Febiana, T., 2012, Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Di Bangsal Anak Rsup

Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus-Desember 2011, Karya Tulis Ilmiah,

9, Universitas Diponegoro, Semarang.

Gyssens I.C., Van der Meers, J.W.M., 2001, Quality of Antimicrobial Drug

Prescription in Hospital, Clinical Microbiology Infection, Volume 7,

Supplement 6, December 2001.

Hadi, U., Deurink, D.O., Lestari, E.N., Nagelkerke, N.J., Werter, S., Keuter, M., et

al., 2008, Survey Of Antibiotic Use Of Individual Visiting Public Healthcare

Facilities In Indonesia

,https://openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/13821/03.pdf;jsessi

onid=DBED9A1D38747EBF2D64A500F2183E37?sequence=8 Diakses

tanggal 25 April 2013.

Jozef V. K., Hromadova, R., 2007, Analysis of Antibiotic Utilization in Hospitalized

Paedatric Patients. Journal of Chinese Medichine, vol.2, no.9, pp.496-503.

Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2011, Drug Information

Handbook, 20th

Edition, Lexi Comp, America.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

97

Mansjoer, A., Wardhani, W.I., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2,

Penerbit Media Aesculapius FK UI, Jakarta.

Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Ed.2,

Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal. 80-81

Pamela, D.S., 2011, Evaluasi Kualitatif Penggunaan Antibiotika Dengan Metode

Gyssens di Ruang Kelas 3 Infeksi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM

Secara Prospektif, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia, 2011, Pedoman Umum Penggunaan

Antibiotik, Menteri Kesehatan Indonesia, Jakarta.

Pelczar, M.J., Chan, E.C.S., 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta.

Rudolph AM., 2003, Rudolph's Pediatrics, 21st edition, McGraw-Hill, New York.

Sastroasmoro, S., Ismael, S., Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi 2,

Sagung Seto, Jakarta, h. 97

Setiabudy, R., 2012, Pengantar Antimikroba. Dalam: Gunawan, S.G., Setiabudy, R.,

Nafrialdi, Elysabeth, penyunting, Farmakologi dan Terapi, Edisi kelima,

Balai Penerbit FKUI, Jakarta, h. 585 - 598

Soedarmo, S. S., Garna, H., Hadinegoro, S.R., Satari H.I., 2008, Buku Ajar Infeksi &

Pediatrik Tropis.Edisi ke-2. IDAI, Jakarta.

Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I K., Setiadi, A.A.P., Kusnandar,

2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.

Sutedjo, A.Y., 2012, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan

Laboratorium, Amara Books, Yogyakarta.

Tan, H.T., dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan

Efek-efek Sampingnya, Edisi VI, Penerbit PT. Elex Media Komputindo,

Jakarta.

World Health Organization, 2001, WHO Global Strategy For Containment Of

Antimicrobial Resistence, WHO, Switzerland.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

98

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

99

Lampiran 1. Rekam Medis Kasus 1

No Data :138319

Tgl Masuk :30/6/13 (pk 20:34:09)

Tgl Keluar :2/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : APM (L)

Umur : 2th , BB : 14,5kg , Suhu: 39,5oC

Nama Dokter : TSR

Diagnosis : Gastroenteritis akut, Kejang demam kompleks

Keluhan Utama : Sakit perut, diare 6x, muntah 1x, demam

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : pk 7.30 sakit perut, diare. Pk 08.00 demam, diare 6x, muntah 1x. sudah

minum praxion pk 17.00 dan diazepam puyer pk. 19.50

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

30/6/2013 1/7/2013 2/7/2013

praxion forte da pct ; 4x3ml - 4x6ml 24:00 6:00 6:00

12:00 12:00

18:00 18:00

sefotaksim inj. ; 4x300mg 24:00 6:00 6:00

12:00 12:00

18:00 18:00

24:00 24:00

gentamicyn inj da sagestan ; 2x35mg 24:00 8:00 8:00

18:00 18:00

Trogyl infus da. Metronidazol ; 3x200mg 24:00 8:00 8:00

16:00 16:00

24:00 24:00

Lacto B ; 3x1 24:00 6:00 6:00

12:00 12:00

18:00 18:00

Resep pulang: Lacto B 3x1

Trogyl syrup 3x1 cth

Sefiksim 2x2 mdt

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

100

V. Pemerikasaan Radiologi dan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

1/7/2013

2/7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein Albumin - -

Warna

kuning

coklat

kuning

hijau

Glukosa - -

Konsistensi Lunak Lembek

Bilirubin - -

Darah - -

Urobilinogen - -

Lendir - -

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 – 6 1-3

Lekosit - +1

Eritrosit 0 – 1 0-2

Eritrosit - -

Epithel +1 + 1

Telur cacing - -

Bakteri - + 1

Amoeba

Histolitica - -

Selinder - 0 - 1

Lemak - -

Kristal - -

Amilum - +1

Jamur - -

Serat Tumbuhan - -

Lain- Lain - -

Jamur - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

30/6/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 13,8

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 38,9

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 6,34

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 211

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,81

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 56,9

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 37,6

Monosit (%) 3,0 - 12,0 4,7

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,6

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,2

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 3,61

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 2,38

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,30

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,04

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,01

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

101

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Kasus 1

1. Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap.

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang

dapat disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli. Hasil uji kultur

menunjukkan hasil positif adanya infeksi akibat bakteri (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: : Obat ini merupakan salah satu terapi lini pertama GEA dan terbukti kondisi pasien

membaik / sembuh (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IVB Lolos kategori IVB (Tidak ada antibiotika yang kurang toksik).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos kategori IVC (Tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos kategori IVD (Tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Obat ini merupakan terapi lini pertama GEA, khususnya akibat Salmonella , sehingga

spesifik untuk penyakit ini (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos kategori IIIA (Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 1200mg obat sehari. Dosis untuk anak 50 – 200mg/kgBB/hari atau

dalam kasus ini dengan berat badan anak 14,5 kg adalah 750 – 2900mg dalam 2 – 4 dosis terbagi

(Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 – 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011;

Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika sefotaksim tepat/bijak (kategori 0)

2. Gentamisin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap)

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang

dapat disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, Dan E. coli (Tan & Rahardja,

2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

102

Kategori IVA Tidak lolos kategori IVA (ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Bukan merupakan salah satu terapi lini pertama atau kedua GEA

Kesimpulan ada antibiotika lain yang lebih efektif (kategori IVA).

3. Metronidazol Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri.Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang

dapat disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli (Tan & Rahardja,

2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Obat ini merupakan salah satu terapi GEA dan terbukti kondisi pasien membaik /

sembuh (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Obat ini merupakan terapi lini pertama GEA akibat Clostridium dificile, sehingga

spesifik pada penyakit ini (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 600mg obat sehari. Dosis anak untuk amebiasis/muntah-muntah 30 –

50 mg/kg BB/ hari atau dalam kasus ini 435 – 725mg dalam 3 dosis terbagi (Tan & Rahardja,

2007).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 8 jam dalam sehari (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika sefotaksim tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

103

Lampiran 2. Rekam Medis Kasus 2

No Data :148126

Tgl Masuk :29/6/13 (pk 00:44:57)

Tgl Keluar :2/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : SAB (L)

Umur : 8bulan , BB : 7kg , Suhu: 38oC

Nama Dokter : ADL

Diagnosis : Febris

Keluhan Utama : demam

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : dalam seminggu demam naik turun, tadi malam muntah 3x, batuk

terdengar grok-grok

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

29/6/13 30/6/2013 1/7/2013 2/7/2013

Propiretik 6:00

Lametic inj 6:00 6:00 6:00

3x1 mg 11:00 11:00 11:00

18:00 18:00 18:00

sefotaksim inj. 6:00 6:00

2x300 mg 18:00 18:00

Nebulizer 6:00 8:00

17:00 18:00 18:00

Sanmol drop 6:00 6:00 6:00

3 x 0,8 ml 11:00 11:00 11:00 11:00

18:00 18:00 18:00

salbuvent ekspektoran 6:00 6:00 6:00

11:00 11:00 11:00 11:00

18:00 18:00 18:00

Sporetic Syrup 18:00 6:00 6:00

2x1ml 18:00

Resep pulang: sporetik 2x 1,2 ml

Rofilas 2 x 1,2 ml

Salbuvent 3 x 1 ml

Sanmol 3 x 0,8 u/p

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

104

V. Pemerikasaan Radiologi dan Mikrobiologi

Tgl Pemeriksaan Keterangan

- - -

- - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

29/6/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 9,7

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 29,4

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 10,43

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 210

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 3,80

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 63,0

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 33,4

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,0

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 1,2

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,4

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 6,57

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 3,48

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,21

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,13

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,04

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

105

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Kasus 2

1. Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Tidak lolos Kategori V (Tidak ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Bukan merupakan penyakit yang memerlukan terapi antibiotika. Penatalaksanaan febris sendiri

tidak memerlukan antibiotika (IDI, 1998). Tidak ditemukan adanya indikasi infeksi bakteri baik

dari uji leukosit maupun hasil kultur. Jumlah leukosit pasien diketahui 10,430/µL. Jumlah ini

sesuai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Menurut Sutedjo (2012), penurunan nilai

leukosit mengindikasikan inveksi virus, bukan oleh bakteri. Untuk persentase jumlah neutrofil

diketahui 63%, masih dalam nilai normal yaitu 50% sampai 70%. Tidak ditemukan kenaikan

jumlah leukosit ataupun jumlah neutrofil yang menunjukkan tidak adanya indikasi penyakit akibat

infeksi bakteri

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tanpa indikasi (kategori V)

2. Sefiksim Kategori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Tidak lolos Kategori V (Tidak ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Bukan merupakan penyakit yang memerlukan terapi antibiotika. Penatalaksanaan febris sendiri

tidak memerlukan antibiotika (IDI, 1998). Tidak ditemukan adanya indikasi infeksi bakteri baik

dari uji leukosit maupun hasil kultur. Jumlah leukosit pasien diketahui 10,430/µL. Jumlah ini

sesuai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Menurut Sutedjo (2012), penurunan nilai

leukosit mengindikasikan inveksi virus, bukan oleh bakteri. Untuk persentase jumlah neutrofil

diketahui 63%, masih dalam nilai normal yaitu 50% sampai 70%. Tidak ditemukan kenaikan

jumlah leukosit ataupun jumlah neutrofil yang menunjukkan tidak adanya indikasi penyakit akibat

infeksi bakteri

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tanpa indikasi (kategori V)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

106

Lampiran 3. Rekam Medis Kasus 3

No Data :111580

Tgl Masuk :30/6/13(pk21:00:00)

Tgl Keluar :2/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : DAA (P)

Umur : 3th , BB : 24kg , Suhu: 39,4oC

Nama Dokter : ADL

Diagnosis : Gastroenteritis akut dengan febris tinggi, hipertermi

Keluhan Utama : demam, muntah, diare

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : anak mengalami demam, muntah, diare sampai 5x, sudah minum sanmol

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

30/6/13 1/7/2013 2/7/2013

antracin inj. 250mg 21:00 5:00

(bila suhu diatas 39°C

sefotaksim inj. 9:00 6:00

3x500 mg 16:00 16:00

0:00 24:00

sanmol syrup 9:00 6:00

3x1 13:00

20:00

lacto B 9:00

3x1 13:00

20:00

Obat pulang: sporetik 2 x 5 cth

Curmonas syrup 2 x 1 cth

Sanmol syr 2 x 10ml

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

107

V. Pemerikasaan Radiologi dan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

1 /7/2013

2 /7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein Albumin - -

Warna

kuning

coklat Coklat

Glukosa - -

Konsistensi Lunak Lunak

Bilirubin - -

Darah - -

Urobilinogen - -

Lendir - -

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 – 6 1-3

Lekosit - +1

Eritrosit 0 – 1 0-1

Eritrosit - -

Epithel +1 + 1

Telur cacing - -

Bakteri - + 1

Amoeba

Histolitica - -

Selinder - -

Lemak - -

Kristal - -

Amilum - -

Jamur - -

Serat Tumbuhan - -

Lain- Lain - -

Jamur - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

30/6/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 13,9

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 40,6

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 16,91

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 239

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 8,9

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 72,2

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 24,3

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,3

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,4

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,3

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 12,29

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 4,10

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,40

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,07

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,05

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

108

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Kasus 3

1. Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan

penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli. Selain

itu didukung dari jumlah leukosit yang melebihi nilai normal. Jumlah leukosit pasien diketahui

16.910/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Kemudian

ditegaskan dengan persentase neutrofil pasien yaitu 72,2% yang berada di atas jumlah normal yaitu

50% sampau 70%, yang menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien (Sutedjo, 2012; Tan

& Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Obat ini merupakan salah satu terapi lini pertama GEA dan terbukti kondisi pasien

membaik / sembuh (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Pemilihan sefotaksim karena merupakan terapi lini pertama GEA,

khususnya akibat infeksi Salmonella (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama yaitu selama 2 hari, sesuai dengan waktu yang

dianjurkan untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 1500 mg/hari. Dosis untuk anak 50 – 200mg/kgBB/hari atau dalam

kasus ini disarankan 1200 – 4800mg dalam 2 – 4 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk.,

2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: , interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 – 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011;

Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

109

Lampiran 4. Rekam Medis Kasus 4

No Data :132313

Tgl Masuk :28/6/13 (pk 20:00:00)

Tgl Keluar :2/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : AAP (L)

Umur : 2th , BB : 10kg , Suhu: 36oC

Nama Dokter : TSR

Diagnosis : Demam Tiphoid

Keluhan Utama : Panas

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : pasien mangalami badan panas, pilek, dan hipertermi akibat peningkatan

tingkat metabolism akibat infeksi usus

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

28/6/13 29/6/2013 30/6/2013 1/7/2013

amoxsan inj 20:00 8:00 8:00 8:00

3x125mg 16:00 16:00 16:00

0:00 0:00 0:00

lacto B 20:00 6:00 6:00 6:00

3x1 11:00 11:00

18:00 18:00

praxion forte 20:00 11:00 11:00

3-4 x 2ml 18:00 18:00

0:00 24:00

Propiretic 14:00

160mg (3/4 tube)

Obat pulang ; Praxion F 4 x2 ml

Lacto B 3 x 1

Amoxan 3 x ¾ cth

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

110

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

28/6/2013

28/6/2013

Urinalisa

Widal

Protein Albumin - -

Salmonella Paratyphi AH - -

Glukosa - -

Salmonella Paratyphi AO - 1/80

Bilirubin - -

Salmonella Paratyphi BH - 1/160

Urobilinogen - -

Salmonella Paratyphi BO - 1/80

Urinalisa Sedimen

Salmonella Typhi H - -

Leukosit 0 – 6 1 – 2

Salmonella Typhi O - -

Eritrosit 0 – 1 0-1

Salmonella Paratyphi CH - -

Epithel +1 + 1

Salmonella Paratyphi CO - -

Bakteri - -

Selinder - -

Kristal - -

Jamur - -

Lain- Lain - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

28/6/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 14,0

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 41,0

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 14,66

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 256

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 5,34

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 61,9

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 28,7

Monosit (%) 3,0 - 12,0 8,3

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,6

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,5

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 9,08

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 4,20

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 1,21

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,09

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,08

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

111

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Amoksisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Demam typhoid merupakan salah satu

penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, dan hal itu dipertegas dari hasil uji kultur

pasien yang positif terinfeksi Salmonella (Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Obat ini cukup efektif terhadap infeksi salmonella, ditunjukkan oleh kondisi pasien

yang membaik / sembuh (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: amoksisilin sendiri diketahui memiliki efektivitas yang tinggi terhadap Salmonella

sehingga spesifik untuk penyakit ini (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: Durasi penggunaan amoksisilin untuk terapi anaerob adalah 7 sampai 10 hari. Pada

kasus ini waktu penggunaannya selama rawat inap adalah 4 hari, kemudian pasien dinyatakan

pulang dan terapi tetap dilanjutkan selama rawat jalan, sehingga tidak terlalu lama (Lacy, et al.,

2011)

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat. Lama terapi dengan amoksisilin adalah 7

sampai 10 hari. Tetapi pasien dinyatakan bias pulang pada hari ke 5 dan terapi dilanjutkan dalam

rawat jalan (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan dosis 425mg/hari, sesuai kisaran dosis yang disarankan. Dosis untuk

anak 20 – 50mg/kgBB/hari atau 200 – 500mg dalam 2 -3 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011)

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: obat diberikan setiap 8 jam, sesuai dengan interval pemberian yang dianjurkan setiap

8 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011)

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif agar kondisi pasien

segera kembali normal.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

112

Lampiran 5. Rekam Medis Kasus 5

No Data :148206

Tgl Masuk :1/7/13 (pk 14:45:38)

Tgl Keluar :3/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : RP (L)

Umur : 10th , BB : 25kg , Suhu: -

Nama Dokter : BS

Diagnosis : Tonsilisitis grade 3

Keluhan Utama : ketika menelan terasa sakit

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : -

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

2/7/2013 3/7/2013

Amoksisilin 20:00 4:00

3x300mg 12:00

20:00

mefenamic acid 8:00 8:00

1x1

Kliran injeksi 24:00

V. Pemerikasaan Radiologi dan Mikrobiologi

Tgl Pemeriksaan Keterangan

- - -

- - -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

113

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

1/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 11,3

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 34,8

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 8,23

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 300

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,58

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 46,3

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 47,3

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,9

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 2,9

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,6

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 3,81

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 6,20

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,24

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,24

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,05

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Kasus 5

Amoksisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Tidak Lolos Kategori V (Tidak ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Tidak adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Tonsilisitis disebabkan oleh bakteri seperti

Streptococcus yang kerap menyebabkan infeksi di jaringan kulit atau jaringan lunak. Tidak

ditemukan indikasi infeksi bakteri, baik dari hasil uji leukosit maupun hasil kultur. Hal ini

berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi pasien yang dalam jumlah normal, sehingga tidak

ditemukan adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Jumlah leukosit pasien diketahui

8,230/µL. Jumlah ini sesuai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Untuk persentase

jumlah neutrofil diketahui 46,3%, dibawah dari nilai normal yaitu 50% sampai 70%. Penurunan

nilai neutrofil mengindikasikan inveksi virus, bukan oleh bakteri (Sukandar, dkk., 2008; Sutedjo,

2012).

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tanpa indikasi (kategori V)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

114

Lampiran 6. Rekam Medis Kasus 6

No Data :146730

Tgl Masuk :2/7/13 (pk 12:04:00)

Tgl Keluar :4/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : BAP (P)

Umur : 1th , BB : 9,2kg , Suhu: 36,2oC

Nama Dokter : NW

Diagnosis : Obs. Vomitus, susp. ISK

Keluhan Utama : Muntah-muntah

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : sejak 2 hari muntah-muntah lebih dari 10x, mencret 2x, sulit buang air

besar

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

2/7/2013 3/7/2013 4/7/2013

lametic inj. 11:30

3x1,5 mg 19:00

sefotaksim inj. 8:00 8:00

3x250mg 11:30 16:00 16:00

19:00 0:00

sanmol drop 6:00 6:00

3x0,9 ml 12:00 11:00

19:00 18:00

Lacto B 6:00 6:00

2x1 13:00 18:00

19:00

sporetic syrup 19:00 19:00

2x1/2 cth

neukalona syrup 19:00 6:00

3x1/2 cth

Obat Pulang: Sanmol drop 3 x 0.9 ml

Lacto B 2 x 1

Sporetic 2 x ½ cth

Neo kaolara syr. 3 x ½ cth

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

115

V. Pemerikasaan dan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

2/7/2013

2/7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein Albumin - -

Warna

kuning

coklat Kuning

Glukosa - -

Konsistensi Lunak Lembek

Bilirubin - -

Darah - -

Urobilinogen - -

Lendir - -

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 – 6 0-1

Lekosit - +1

Eritrosit 0 – 1 0-2

Eritrosit - +1

Epithel +1 + 1

Telur cacing - -

Bakteri - -

Amoeba

Histolitica - -

Selinder - -

Lemak - +1

Kristal - -

Amilum - -

Jamur - -

Serat Tumbuhan - -

Lain- Lain - -

Jamur - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

2/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 12,3

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 35,7

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 10,23

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 301

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,25

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 68,4

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 27,5

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,9

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,5

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,7

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 7,0

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 2,81

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,30

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,05

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,07

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

116

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

1. Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: Vomitus atau muntah tidak selalu disebabkan oleh bakteri (biasanya pada vomitus

disertai diare cair akut), tetapi juga dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya adalah

intoleransi terhadap makanan, reaksi terhadap obat, atau virus. Vomitus atau muntah-muntah yang

disertai gangguan gastrointestinal dapat disebabkan oleh bakteri (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Dari hasil uji mikrobiologi terdapat leukosit pada feses pasien sehingga mengindikasikan adanya

infeksi bankteri.

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: terbukti kondisi pasien membaik / sembuh (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Pemilihan sefotaksim karena merupakan terapi lini pertama GEA,

khususnya akibat infeksi Salmonella (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama yaitu selama 2 hari, sesuai dengan waktu yang

dianjurkan untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 750 mg/hari. Dosis untuk anak 50 – 200mg/kgBB/hari atau dalam

kasus ini disarankan 460 – 1480 mg dalam 2 – 4 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk.,

2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: , interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 – 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011;

Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

2. Sefiksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: Vomitus atau muntah tidak selalu disebabkan oleh bakteri (biasanya pada vomitus

disertai diare cair akut), tetapi juga dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya adalah

intoleransi terhadap makanan, reaksi terhadap obat, atau virus. Vomitus atau muntah-muntah yang

disertai gangguan gastrointestinal dapat disebabkan oleh bakteri (Dipiro & Schwinghammer,

2009). Dari hasil uji mikrobiologi terdapat leukosit pada feses pasien sehingga mengindikasikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

117

adanya infeksi bankteri.

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Antibiotika ini cukup efektif untuk terapi empiris, terbukti kondisi pasien membaik /

sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Sefiksim merupakan salah satu antibiotika dengan spektrum luas dan

dapat digunakan untuk terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: Untuk sefiksim, durasi penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat. Pasien

diberikan terapi selama 2 hari. Sesuai aturan Kemenkes (2011), durasi penggunaan antibiotika

dalam terapi empiris adalah 48 sampai 72 jam, kemudian harus dievaluasi dengan kondisi pasien.

Diketahu kondisi pasien berangsur membaik, sehingga penggunaan sefiksim terus diberikan.

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat.

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan obat dengan dosis 2 x 5cc setiap harinya. Diketahui setiap 5cc sirup

mengandung 100mg sefiksim. Hal ini sesuai dengan dosis untuk anak yaitu 200mg dengan dosis

terbagi setiap 6 – 12 jam sehari (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Tidak Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian).

Assesment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 - 12 jam dalam sehari, sedangkan pasien

hanya diberikan setiap 24 jam atau satu kali dalam sehari (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk.,

2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

118

Lampiran 7. Rekam Medis Kasus 7

No Data :148265

Tgl Masuk :27/6/13 (pk 21:30:00)

Tgl Keluar :5/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : ASA (L)

Umur : 9 bulan , BB : 12kg , Suhu: 37,1oC

Nama Dokter : EB

Diagnosis : Obs. Proteinuria dan hematuria, susp. Syndrome nefrotik

Keluhan Utama : sakit saat kencing, air kencing keruh

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : sakit saat kencing, air kencing keruh

III. Tujuan Keluar : Obat Jalan

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

2/7/2013 3/7/2013 4/7/2013 5/7/2013

amoxan inj. 21:30:00 8:00 8:00

3x200mg 16:00 16:00

0:00 24:00

trogyl iv 13:00 8:00

3x200mg 21:00 16:00

0:00

Obat pulang;

Amoxsan syrup : 3 x 4ml

Trogyl syrup : 3 x 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

119

V. Pemerikasaan Radiologi dan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

3/7/2013

4 /7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein Albumin - -

Warna

kuning

coklat Hijau

Glukosa - -

Konsistensi Lunak Kental

Bilirubin - -

Darah - -

Urobilinogen - -

Lendir - -

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 – 6 7-12

Lekosit - +1

Eritrosit 0 – 1 2-5

Eritrosit - +1

Epithel +1 + 1

Telur cacing - -

Bakteri - +1

Amoeba

Histolitica - +

Selinder - -

Lemak - -

Kristal - -

Amilum - -

Jamur - -

Serat Tumbuhan - -

Lain- Lain - -

Jamur - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

2/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 12,2

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 38,3

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 16,38

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 527

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,9

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 49,0

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 45,9

Monosit (%) 3,0 - 12,0 6,3

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,5

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,3

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 8,28

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 7,38

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 1,07

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,18

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,05

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

120

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

1. Amoksisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

pasien mengalami infeksi pada saluran kencingnya dan dipertegas dengan hasil uji lab ang

menunjukan kadar leukosit yang tinggi disertai adanya hasil positif pada uji kultur bakteri yang

mengindikasikan penyakit akibat infeksi bakteri. Selain itu jumlah leukosit pasien diketahui

16.380/µL. Jumlah ini melebihi jumlah rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL.

Menurut Sutedjo (2012), kenaikan kadar leukosit melenihi normal menandakan adanya infeksi akut

yang dialami pasien.

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Kondisi pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Amoksisilin merupakan antibiotika dengan spektrum luas dan dapat

digunakan untuk terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: terapi dilakukan selama 3 hari yaitu tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang

dianjurkan untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: Pasien diberikan 600mg obat/hari sesuai dengan kisaran dosis yang disarankan. Dosis

untuk anak 20 – 50mg/kgBB/hari atau bila disesuaikan dengan berat badan pasien yaitu 240 –

600mg obat dalam 2 – 3 dosis terbagi/hari (Lacy, et al., 2011)

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: pasien diberikan obat setiap 8 jam, sesuai interval pemberian yang dianjurkan setiap 8

jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011)

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif agar kondisi pasien

segera kembali normal

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

2. Metronidazol Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

pasien mengalami infeksi pada saluran kencingnya dan dipertegas dengan hasil uji lab ang

menunjukan kadar leukosit yang tinggi disertai adanya hasil positif pada uji kultur bakteri yang

mengindikasikan penyakit akibat infeksi bakteri. Selain itu jumlah leukosit pasien diketahui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

121

16.380/µL. Jumlah ini melebihi jumlah rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL.

Menurut Sutedjo (2012), kenaikan kadar leukosit melenihi normal menandakan adanya infeksi akut

yang dialami pasien.

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: metronidazol merupakan terapi untuk amoebiasis dan cukup efektif bagi pasien, dilihat

dari kondisi pasien juga membaik / sembuh (Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Pemilihan metronidazol karena terdapat amoeba pada hasil lab, sehingga

obat ini cukup spesifik dengan kebutuhan terapi pasien (Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: Pasien diberikan 600mg obat/hari, sesuai dosis yang diasarankan. Dosis anak untuk

amebiasis/muntah-muntah 30 – 50 mg/kg BB/ hari atau bila disesuaikan dengan berat badan pasien

yaitu 360 – 600mg obat dalam 3 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: pasien diberikan obat setiap 8 jam, sesuai interval pemberian yang dianjurkan setiap 8

jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif agar kondisi pasien

segera kembali normal

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

122

Lampiran 8. Rekam Medis Kasus 8

No Data :148183

Tgl Masuk :27/6/13 (pk 22:31:15)

Tgl Keluar :5/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : MSDM (L)

Umur : 5 th , BB : 17kg , Suhu: 38oC

Nama Dokter : TSR

Diagnosis : gastritis akut; vomitus frekuen dehidrasi sedang; bronchitis

Keluhan Utama : mual, muntah

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : panas 5 hari, mual, muntah, sudah diberikan obat tapi tidak ada

perubahan. Diberian pct + domperidon, muntah

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

30/6/2013 1/7/2013 2/7/2013 3/7/2013 4/7/2013 5/7/2013

ondansetron inj. 22:30 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

3x2mg 11:00 11:00 11:00 11:00

17:00 17:00 17:00 17:00

sefotaksim inj. 22:45 8:00 8:00 8:00 8:00 8:00

3x500mg 16:00 16:00 16:00 16:00

18:00 0:00 0:00 0:00

sanmol da pct 22:50 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

3x1,5 cth 11:00 11:00 11:00 11:00

17:00 17:00 17:00 17:00

Lacto B 6:00 5:00 6:00 6:00 6:00 6:00

2x1 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00

Propiretic 0:30 6:00

18:00

FG troches 19:30 6:00 6:00 6:00

2x1 tab

18:00 18:00

Amlocort 19:30 6:00 6:00 6:00

3x1/2 cth

12:00 12:00

18:00 18:00

inj. Norages (bila suhu

>39°C) 120 mg 19:00

Obat pulang : rehadoxin 170mg

Cetrizine 1/3

Curmonas 1 x 1

Teeptasan 1/3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

123

V. Pemerikasaan Radiologi dan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

2 /7/2013

1 /7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein Albumin - -

Warna

kuning

coklat Coklat

Glukosa - -

Konsistensi Lunak agak keras

Bilirubin - -

Darah - -

Urobilinogen - -

Lendir - -

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 - 6 1-2

Lekosit - -

Eritrosit 0 - 1 0-1

Eritrosit - -

Epithel +1 + 1

Telur cacing - -

Bakteri - -

Amoeba

Histolitica - +

Selinder - -

Lemak - -

Kristal - -

Amilum - -

Jamur - -

Serat Tumbuhan - -

Lain- Lain - -

Jamur - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

30/6/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 11,9

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 33,8

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 26,24

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 304

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,07

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 91,7

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 4,0

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,5

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 1,7

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,1

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 24,05

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 1,03

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,66

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,45

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,05

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

124

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

1. Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gastritis akut merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri H. pylori. Bronchitis merupakan suatu infeksi saluran pernapasan akibat

virus, bakteri, atau mikroorganisme yang menyerupai bakteri. Pasien diindikasikan mengalami

infeksi akut dilihat dari jumlah leukosit yang melebihi jumlah normal. Jumlah leukosit pasien

diketahui 26,240/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL.

Selain itu persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka 91,7%, berada diatas jumlah

normal yaitu 50% sampai 70%. Peningkatan kadar leukosit mengindikasikan adanya infeksi akut

yang dialami pasien, sehingga diperlukan terapi antibiotika. Dari hasil kultur tidak ditemukan

adanya infeksi akibat bakteri. Kemungkinan saat uji kultur, bakteri tidak tumbuh karena saat itu

keberadaan bakteri masih minim atau lemah karena pasien sudah diterapi antibiotika terlebih

dahulu sebelum uji kultur dilakukan, sehingga bila tidak diberikan terapi antibiotika akan dapat

mengakibatkan berkembangnya bakteri dan memperparah keadaan pasien sehingga dapat diberikan

terapi antibiotika (Sutedjo, 2012; Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: sefotaksim merupakan antibiotika dengan spektrum luas dan cukup efektif bagi pasien,

dilihat dari kondisi pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Obat ini merupakan antibiotika dengan spektrum luas dan dapat

digunakan untuk terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: Durasi penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat, sudah sesuai aturan

Kemenkes (2011), yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi empiris kemudian harus dievaluasi

berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Diketahui kondisi pasien membaik dan terapi tetap

dilanjutkan sampai 5 hari .

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: Durasi penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat, sudah sesuai aturan

Kemenkes (2011), yaitu 48 sampai 72 jam untuk terapi empiris kemudian harus dievaluasi

berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Diketahui kondisi pasien membaik dan terapi tetap

dilanjutkan sampai 5 hari .

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 1500mg obat sehari, sesuai dosis yang disarankan. Dosis untuk anak

50 – 200mg/kgBB/hari atau dalam kasus ini 850 – 3400 mg dalam 2 – 4 dosis terbagi (Lacy, et al.,

2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment:pasien diberikan obat setiap 8 jam, sesuai interval pemberian yang dianjurkan setiap 6

– 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

125

Kesimpulan Penggunaan antibiotika sefotaksim tepat/bijak (kategori 0)

2. Fradiomycin-Gramicidin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gastritis akut merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri H. pylori. Bronchitis merupakan suatu infeksi saluran pernapasan akibat

virus, bakteri, atau mikroorganisme yang menyerupai bakteri. Pasien diindikasikan mengalami

infeksi akut dilihat dari jumlah leukosit yang melebihi jumlah normal. Jumlah leukosit pasien

diketahui 26,240/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL.

Selain itu persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka 91,7%, berada diatas jumlah

normal yaitu 50% sampai 70%. Peningkatan kadar leukosit mengindikasikan adanya infeksi akut

yang dialami pasien, sehingga diperlukan terapi antibiotika. Dari hasil kultur tidak ditemukan

adanya infeksi akibat bakteri. Kemungkinan saat uji kultur, bakteri tidak tumbuh karena saat itu

keberadaan bakteri masih minim atau lemah karena pasien sudah diterapi antibiotika terlebih

dahulu sebelum uji kultur dilakukan, sehingga bila tidak diberikan terapi antibiotika akan dapat

mengakibatkan berkembangnya bakteri dan memperparah keadaan pasien sehingga dapat diberikan

terapi antibiotika (Sutedjo, 2012; Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Antibiotika ini cukup efektif dilihat dari kondisi pasien yang membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Obat ini merupakan antibiotika dengan indikasi infeksi saluran pernapasan seperti

bronchitis yang dialami pasien (Wells, et al., 2009)

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Tidak Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tidak tepat dosis).

Assesment: Pada penggunaan fradiomisin-gramisidin pasien diberikan 2 tablet dalam sehari,

sedangkan dosis yang tertera pada petunjuk penggunaan untuk anak adalah 4-5 tablet sehari.

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tidak tepat dosis (kategori IIA)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

126

Lampiran 9. Rekam Medis Kasus 9

No Data :102540

Tgl Masuk :2/7/13 (pk 00:56:07)

Tgl Keluar :6/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : SL (L)

Umur : 4 th , BB : 16kg , Suhu: 36oC

Nama Dokter : EB

Diagnosis : Gastroenteritis akut

Keluhan Utama : mual, muntah

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : pasien mual, muntah

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

2/7/2013 3/7/2013 4/7/2013 5/7/2013 6/7/2013

lametic inj 8:00

0,6mg

amoxsan inj 8:00 8:00 8:00

3x250mg 16:00 16:00 16:00

0:00 0:00 0:00

tempra syrup 60ml 8:00 8:00 8:00 6:00 6:00

3x1cth 11:00 11:00 11:00 11:00

18:00 18:00 18:00 18:00

23:00

L. Bio 8:00 8:00 8:00 6:00 6:00

3x1 11:00 11:00 11:00 11:00 11:00

18:00 18:00 18:00 18:00 18:00

Trogyl infus 8:00 8:00

3x250

16:00 16:00

0:00 24:00

Obat Pulang: Lacto B 3 x 1

Trogyl 3 x 1 cth

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

127

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

4 /7/2013

Feces

Makroskopis

Warna

kuning

coklat Kuning

Konsistensi Lunak Lembek

Darah - -

Lendir - -

Mikroskopis

Lekosit - +1

Eritrosit - -

Telur cacing - -

Amoeba

Histolitica - -

Lemak - +2

Amilum - +1

Serat Tumbuhan - -

Jamur - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

2/7/2013 4/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 12,6 13,3

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 36,5 37,9

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 3,10 3,40

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 116 197

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,44 4,68

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 65,0 56,8

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 31,1 36,5

Monosit (%) 3,0 - 12,0 1,9 3,3

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 1,3 2,4

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,7 1,0

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 2,02 1,93

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 0,96 1,25

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,06 0,11

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,04 0,08

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,02 0,03

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

128

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

1. Amoksisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri,

diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli (Tan & Rahardja, 2007)

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Amoksisilin cukup efektif diberikan untuk terapi empiris. Hal ini dibuktikan dari

kondisi pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga terapi antibiotika dilakukan secara

empiris. Pemilihan amoksisilin karena amoksisilin merupakan antibiotika dengan spectrum luas

dan dapat digunakan untuk terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 750 mg dosis amoksisilin sehari, sesuai dengan dosis yang

disarankan. Dosis untuk anak 20 -50 mg/kgBB atau dalam kasus ini 320 – 800mg dalam 2 – 3

pembagian dosis/hari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: pasien diberikan obat setiap 8 jam, sesuai interval pemberian yang dianjurkan setiap 8

jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif agar kondisi pasien

segera kembali normal

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

2. Metronidazol Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan

penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli (Tan &

Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Obat ini merupakan salah satu terapi GEA dan terbukti kondisi pasien membaik /

sembuh (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

129

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Obat ini merupakan terapi lini pertama GEA akibat Clostridium dificile, sehingga

spesifik pada penyakit ini (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 750mg obat sehari. Dosis anak untuk amebiasis/muntah-muntah 30 –

50 mg/kg BB/ hari atau dalam kasus ini 480 – 800 mg dalam 3 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 8 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika sefotaksim tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

130

Lampiran 10. Rekam Medis Kasus 10

No Data :148352

Tgl Masuk :5/7/13 (pk 22:40:31)

Tgl Keluar :7/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : WA (L)

Umur : 3th , BB : 12kg , Suhu: 38oC

Nama Dokter : ADL

Diagnosis : ISPA dengan vomitus

Keluhan Utama : demam, batuk

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : sejak kemarin mengalami demam, batuk, pilek, muntah-muntah, obat

tidak dapat masuk, tidak mau makan-minum

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

5/7/2013 6/7/2013

propiretik 160 mg 23:00

3/4 tube

inj. D 4% + WFI 23:15

12ml + 12ml iv

Sefotaksim inj. 0:15

2 x 500mg 18:00

injeksi lametic 6:00 6:00

3 x 1,5mg 16:00

Sanmol 6:00 6:00

3 x 500mg 12:00 12:00

18:00

Obat pulang : Rhenasistin F 2 x 5cc

Curvit 1 x 1 cth

Sanmol 3 x 500

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Tgl Pemeriksaan Keterangan

- - -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

131

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

57/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 11,2

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 33,9

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 6,03

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 363

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,50

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 74,3

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 16,9

Monosit (%) 3,0 - 12,0 7,6

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,4

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,8

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 4,48

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 1,02

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,46

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,02

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,05

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

132

VII.Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Sefotaksim

Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

ISPA dapat disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus

Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Tetapi

hasil dari uji hematologi, kadar leukosit masih dalam batas normal. Jumlah leukosit pasien

diketahui 6,030/µL. Jumlah ini sesuai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Untuk

persentase jumlah neutrofil diketahui 74,3%, diatas nilai normal yaitu 50% sampai 70%. Hal ini

meunjukkan indikasi infeksi bakteri (Sutedjo, 2012).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: sefotaksim merupakan antibiotika dengan spektrum luas dan cukup efektif bagi pasien,

dilihat dari kondisi pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Obat ini merupakan antibiotika dengan spektrum luas dan dapat

digunakan untuk terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: Durasi penggunaannya tidak terlalu lama. Sesuai aturan Kemenkes (2011), yaitu 48

sampai 72 jam untuk terapi empiris kemudian harus dievaluasi berdasarkan perkembangan kondisi

pasien. Diketahui kondisi pasien membaik dan terapi tetap dilanjutkan sampai 5 hari .

Kategori IIIB Tidak Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika terlalu singkat).

Assesment: Durasi penggunaannya terlalu singkat, pasien hanya diberikan terapi selama 1 hari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

133

Lampiran 11. Rekam Medis Kasus 11

No Data :148383

Tgl Masuk :5/7/13 (pk 24:40:31)

Tgl Keluar :8/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : IAS (L)

Umur : 1th , BB : 10kg , Suhu: 36,4oC

Nama Dokter : ADL

Diagnosis : Gastroenteritis Akut

Keluhan Utama : muntah

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : sore ini muntah sampai 4x setelah makan kacang rebus

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

6/7/2013 7/7/2013 8/7/2013

lametic inj. 23:42 6:00

3 x 1,5mg

11:00

17:00

Sefotaksim 0:50 6:00 6:00

2 x 500mg 18:00 18:00

Lacto B 13:00 6:00

2 x 1 18:00 18:00

Rantin Inj. 13:00 6:00 6:00

2 x 1/4 ampul 0:00 18:00

Primpsan inj 9:30

antrazan inj. 11:30

18:00

propiretic suppo 120mg 22:30 5:30

sanmol 3 x 500mg 12:00

Obat Pulang: Fixiphar 2 x 1

Ranival 2 x ½ cth

Lacto B 2 x 1 bks

Narfoz 2 x1 cth

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

134

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

6 /7/2013

(pk 10.07)

6 /7/2013

(pk 18.12)

Feces

Makroskopis

Warna

kuning

coklat coklat muda coklat

Konsistensi Lunak Kental kental

Darah - - -

Lendir - - -

Mikroskopis

Lekosit - +1 +1

Eritrosit - - -

Telur cacing - - -

Amoeba

Histolitica - - -

Lemak - +2 -

Amilum - +1 +1

Serat Tumbuhan - - -

Jamur - - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

5/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 12,9

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 38,1

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 19,96

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 370

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,59

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 68,6

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 26,6

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,7

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 1,8

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,3

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 13,69

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 5,30

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,55

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,36

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,06

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

135

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi akut dilihat dari jumlah leukosit pasien yang diketahui 19,960/µL. Jumlah ini

melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Hal ini menandakan adanya

infeksi akut yang dialami pasien (Sutedjo, 2012; Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Obat ini merupakan salah satu terapi lini pertama GEA dan terbukti kondisi pasien

membaik / sembuh (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Pemilihan sefotaksim karena merupakan terapi lini pertama GEA dan

spesifik untuk penyakit ini khususnya akibat infeksi Salmonella (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama yaitu selama 3 hari, sesuai dengan waktu yang

dianjurkan untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: dosis yang diberikan pada pasien ini 1000mg/hari. Dosis untuk anak 50 –

200mg/kgBB/hari atau dalam kasus ini disarankan 500- 2000mg sesuai berat badan pasien dalam 2

– 4 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 – 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011;

Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

136

Lampiran 12. Rekam Medis Kasus 12

No Data :148371

Tgl Masuk :5/7/13 (pk 12:27:17)

Tgl Keluar :8/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : AH (L)

Umur : 10 bulan , BB : 7,5 kg , Suhu: 38oC

Nama Dokter : TSR

Diagnosis : Gastroenteritis Akut dengan dehidrasi

Keluhan Utama : diare

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : diare 1 minggu, dalam sehari BAB bias sampai 15x, encer ampas,

muntah 2x

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

5/7/2013 6/7/2013 7/7/2013 8/7/2013

Sefotaksim

6:00 6:00 6.00

2 x 300mg 18:00 18:00 18:00

sanmol drop 13:00 6:00 6:00 6:00

3 x 0,8ml 18:00 12:00 12:00

18:00 18:00

Lacto B 6:00 6:00 6:00

3x150cc 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00

Orezink 6:00 6:00 6:00

3x1 sacc 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00

Sequest 6:00 6:00 6:00

3 x 1/2 bks 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00

Obat Pulang: Cotrimoxasol 2 x ½ cth

Sanmol 3 x 0.8 ml

Lacto B 3 x 1 bks

Orezink 1 x 1 bks

Squest 3 x 1/5 bks

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

137

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan

Lab. Rujukan

Tanggal

5 /7/2013

5 /7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein

Albumin - -

Warna

kuning

coklat Kuning

Glukosa - -

Konsistensi Lunak Encer

Bilirubin - -

Darah - -

Urobilinogen - -

Lendir - -

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 – 6 2 – 4

Lekosit - +1

Eritrosit 0 – 1 0 – 1

Eritrosit - -

Epithel +1 +1

Telur cacing - -

Bakteri - +1

Amoeba

Histolitica - -

Selinder - -

Lemak - +2

Kristal - -

Amilum - -

Jamur - -

Serat Tumbuhan - -

Lain- Lain - -

Jamur - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

5/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 11,9

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 36,5

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 13,31

Trombosit (10³/uL) 150 - 450 492

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,57

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 65,3

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 32,9

Monosit (%) 3,0 - 12,0 1,1

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,1

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,6

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 8,69

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 4,37

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,16

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,01

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,08

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

138

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang dapat

disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi akut dilihat dari jumlah leukosit yang melebihi jumlah normal. Jumlah leukosit

pasien diketahui 13,310/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai

12.000/µL yang menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien dan hasil kultur yang positif

mengindikasikan adanya infeksi akibat bakteri (Sutedjo, 2012; Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Sefotaksim merupakan salah satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut. Dalam

kasus ini, peresepan sefotaksim terbukti efektif karena kondisi pasien yang membaik (Dipiro &

Schwinghammer, 2009).

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Pemilihan sefotaksim karena merupakan terapi lini pertama GEA,

khususnya akibat Salmonella (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama yaitu selama 3 hari, sesuai dengan waktu yang

dianjurkan untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: dosis yang diberikan pada pasien ini 600mg/hari sesuai dengan dosis yang disarankan.

Dosis untuk anak 50 – 200mg/kgBB/hari atau dalam kasus ini sesuai berat badan pasien 7,5 kg

disarankan 375 – 1500mg dalam 2 – 4 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: sudah sesuai dengan interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 – 12 jam dalam sehari

(Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

139

Lampiran 13. Rekam Medis Kasus 13

No Data :148164

Tgl Masuk :30/6/13 (pk 10:54:28)

Tgl Keluar :6/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : NNF (P)

Umur : 9th , BB : 24kg , Suhu: 36oC

Nama Dokter : AW

Diagnosis : Hematuri, Albuminuria, OG Colic abdomen

Keluhan Utama : kencing terasa sakit

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : pasien sesak di sore hari, bila kencing terasa sakit, perut terasa sakit

mulai pagi, tidak ada riwayat jatuh. BAK berwarna seperti teh, ada batuk pilek selama 3 hari

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

30/6/2013 1/7/2013 2/7/2013 3/7/2013 4/7/2013 5/7/2013 6/7/2013

Trolac inj 15:00

0,5cc

amoxsan forte

syrup 14:00

3x1cth

sporetic syrup

6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

2x5cc 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00

Urispas 6:00 6:00 6:00 6:00

2x1/2 tab 18:00 17:00 17:00 17:00 18:00

Biscopan plus 6:00 6:00 6:00 6:00

3 x 1/2 tab 12:00 12:00 12:00 12:00

18:00 17:00 17:00 17:00 18:00

k/pprofemid suppo 18:00 1:00 9:00

1/2 tube

Obat Pulang: Cefotaxin 250mg 2 x 1 bks

Elkana syr 2 x 1cth

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

140

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

30 /6/2013 3 /7/2013

Urinalisa

Protein Albumin - +1 -

Glukosa - - -

Bilirubin - - -

Urobilinogen - - -

Urinalisa Sedimen

Leukosit 0 – 6 1 – 2 3 – 8

Eritrosit 0 – 1 >100 12 – 16

Epithel +1 +1 +1

Bakteri - - -

Selinder - - -

Kristal - - -

Jamur - - -

Lain- Lain - - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

30/6/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 14,2

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 41,6

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 12,92

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 252

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,90

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 90,0

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 7,5

Monosit (%) 3,0 - 12,0 1,1

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 1,1

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,3

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 11,63

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 0,96

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,14

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,15

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,04

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

141

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

1. Amoksisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

pasien mengalami infeksi pada saluran kencingnya dan dipertegas dengan hasil uji hematologi yang

menunjukan tingginya kadar leukosit dan neutrophil. Jumlah leukosit pasien diketahui 12.920/µL.

Jumlah ini melebihi jumlah rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Selain itu persentase

neutrofil pasien juga mencapai 90%, diatas dari jumlah normal yaitu 50% sampai 70% yang

menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien. Hal ini menandakan adanya infeksi akut pada

pasien. Dari hasil kultur tidak ditemukan adanya infeksi akibat bakteri. Kemungkinan saat uji kultur,

bakteri tidak tumbuh karena saat itu keberadaan bakteri masih minim atau dalam keadaan lemah dan

bila tidak diberikan terapi antibiotika akan dapat mengakibatkan berkembangnya bakteri dan

memperparah keadaan pasien sehingga dapat diberikan terapi antibiotika (Sutedjo, 2012).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Antibiotika ini cukup efektif untuk terapi empiris, terbukti kondisi pasien membaik /

sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Amoksisilin merupakan antibiotika dengan spektrum luas dan dapat

digunakan untuk terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika terlalu singkat, yaitu hanya diberikan sekali kemudian

pemberian dihentikan tanpa keterangan yang jelas. Hal ini tidak sesuai dengan waktu yang

dianjurkan untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kesimpulan Penggunaan antibiotika terlalu singkat (kategori IIIB)

2. Sefiksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

pasien mengalami infeksi pada saluran kencingnya dan dipertegas dengan hasil uji hematologi yang

menunjukan tingginya kadar leukosit dan neutrophil. Jumlah leukosit pasien diketahui 12.920/µL.

Jumlah ini melebihi jumlah rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Selain itu persentase

neutrofil pasien juga mencapai 90%, diatas dari jumlah normal yaitu 50% sampai 70% yang

menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien. Hal ini menandakan adanya infeksi akut pada

pasien. Dari hasil kultur tidak ditemukan adanya infeksi akibat bakteri. Kemungkinan saat uji kultur,

bakteri tidak tumbuh karena saat itu keberadaan bakteri masih minim atau dalam keadaan lemah dan

bila tidak diberikan terapi antibiotika akan dapat mengakibatkan berkembangnya bakteri dan

memperparah keadaan pasien sehingga dapat diberikan terapi antibiotika (Sutedjo, 2012).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Antibiotika ini cukup efektif untuk terapi empiris, terbukti kondisi pasien membaik /

sembuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

142

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Sefiksim merupakan salah satu antibiotika dengan spektrum luas dan

dapat digunakan untuk terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: Untuk sefiksim, durasi penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat. Pasien

diberikan terapi selama 3 hari. Sesuai aturan Kemenkes (2011), durasi penggunaan antibiotika

dalam terapi empiris adalah 48 sampai 72 jam, kemudian harus dievaluasi dengan kondisi pasien.

Diketahu kondisi pasien berangsur membaik, sehingga penggunaan sefiksim terus diberikan.

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat.

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan obat dengan dosis 2 x 5cc setiap harinya. Diketahui setiap 5cc sirup

mengandung 100mg sefiksim. Hal ini sesuai dengan dosis untuk anak yaitu 200mg dengan dosis

terbagi setiap 6 – 12 jam sehari (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 - 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011;

Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: rute pemberian tepat, pasien masih dapat menerima obat melalui oral.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

143

Lampiran 14. Rekam Medis Kasus 14

No Data :116749

Tgl Masuk :8/7/13 (pk 9:12:01)

Tgl Keluar :10/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : GN (P)

Umur : 3 th , BB : 11kg , Suhu: 37oC

Nama Dokter : YM

Diagnosis : febris, candidiasis

Keluhan Utama : demam, diare

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : demam sudah 3 hari, mengalami diare 3x

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

8/7/2013 9/7/2013 10/7/2013

Orezink 13:00 6:00 6:00

2x1sacc 18:00 18:00 18:00

Lacto B 13:00 6:00 6:00

2x1sacc 18:00 17:00

Paracetamol syrup 6:00 6:00

3x1cth 12:00 12:00 12:00

18:00 18:00

Candistin 6:00 6:00

12:00 12:00 12:00

4x1cc 18:00 18:00 18:00

0:00 0:00 0:00

Phenitoin inj

8:00 (tdk

mau)

2x30mg 10:00

0:00

Bolus D 10% 10:00

55cc

Obat Pulang; Lacto B 2 x 1

Candistin 4 x 1 cc

Orezink 2 x 1 sacc

Paracetamol syr 3 x 1 cth

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

144

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Tgl Pemeriksaan Keterangan

- - -

- - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

8/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 12,5

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 35,5

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 16,59

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 351

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,46

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 69,9

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 20,8

Monosit (%) 3,0 - 12,0 8,3

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,5

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,5

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 11,60

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 3,45

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 1,37

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,08

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,09

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

145

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Kasus 14

Nistatin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

candidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur, yaitu Candida albicans dan

didukung dari hasil uji hematoogi yang menunjukkan tingginya Jumlah leukosit pasien yang

diketahui berjumlah 16,590/µL. Jumlah ini melebihi jumlah rujukan leukosit yaitu 4.000/µL

sampai 12.000/µL yang menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien. Hal ini sebagai

indikasi adanya infeksi akut yang dialami pasien. (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Antibiotika ini cukup efektif untuk terapi empiris, terbukti kondisi pasien membaik /

sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Nistatin merupakan antibiotika antifungal yang memang digunakan untuk terapi pada

penderita candidiasis (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IVD (penggunaan antibiotikatidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama yaitu selama 3 hari, sesuai dengan waktu

yang dianjurkan untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: dosis sesuai yang dianjurkan yaitu 4 x 1-2 mL (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment:pasien diberikan obat setiap 6 jam, sesuai interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 –

8 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011)

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: rute tepat. Kondisi pasien memungkinkan diberikan secara oral.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

146

Lampiran 15. Rekam Medis Kasus 15

No Data :145259

Tgl Masuk :11/7/13 (pk 18:49:40)

Tgl Keluar :13/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : GEP (L)

Umur : 1,10 th , BB : 12kg , Suhu: 38oC

Nama Dokter : -

Diagnosis : gastritis

Keluhan Utama : mual, muntah

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : panas 5 hari, mual, muntah, sudah diberikan obat tapi tidak ada

perubahan. Diberian pct + domperidon, muntah

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

11/7/2013 12/7/2013 13/7/2013

Kliran 19:50 6:00 6:00

3x1mg

18:00

(stop) 18:00

Propiretic 19:00

120mg 21:00

Viccillin 20:00 8:00 8:00

3x500mg iv 16:00 16:00

0:00 24:00

Sanmol Syrup 6:00 6:00

3x1cth 11:00 11:00

17:00 17:00

Obat Pulang: Elkana 1 x 1cth

Sanmol 3 x 1 cth

Fixiphar 2 x 3mg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

147

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

12 /7/2013

Urinalisa

Protein Albumin - -

Glukosa - -

Bilirubin - -

Urobilinogen - -

Urinalisa Sedimen

Leukosit 0 – 6 0 – 1

Eritrosit 0 – 1 0 – 2

Epithel +1 +1

Bakteri - -

Selinder - -

Kristal - -

Jamur - -

Lain- Lain - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

11/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 11,3

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 33,5

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 14,63

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 259

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,15

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 27,7

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 61,4

Monosit (%) 3,0 - 12,0 9,8

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,5

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,6

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 4,05

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 8,97

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 1,45

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,07

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,09

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

148

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Ampisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Gastritis akut merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri H. pylori. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi akut dilihat dari jumlah leukosit pasien yang diketahui 14,630/µL. Jumlah ini

melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL.. Hal ini menandakan adanya

infeksi akut pada pasien. Dari hasil kultur tidak ditemukan adanya infeksi akibat bakteri.

Kemungkinan saat uji kultur, bakteri tidak tumbuh karena saat itu keberadaan bakteri masih minim

atau dalam keadaan lemah karena pasien sudah diberikan antibiotika terlebih dahulu sebelum

dilakukannya uji kultur, dan bila tidak diberikan terapi antibiotika akan dapat mengakibatkan

berkembangnya bakteri dan memperparah keadaan pasien sehingga dapat diberikan terapi antibiotika

(Sutedjo, 2012; Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Tidak lolos Kategori IVA (ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment:

Untuk penyakit pencernaan seperti gastritis, digunakan antibiotika berupa clarithromisin dengan

amoksisilin. Ampisilin diketahui mempunya efek samping, salah satunya gastritis (Lacy, et al., 2011;

Tan & Rahardja, 2007)

Kesimpulan Ada antibiotika yang lebih efektif (kategori IVA)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

149

Lampiran 16. Rekam Medis Kasus 16

No Data :148488

Tgl Masuk :9/7/13 (pk 11:08:16)

Tgl Keluar :13/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : AUI (L)

Umur : 8 bulan , BB : 8kg , Suhu: 37oC

Nama Dokter : -

Diagnosis : Febris

Keluhan Utama : panas

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : 1/7 panas, 4/7 panas reda, 7/7 panas, diare, BAB seperti bubur, bau

busuk bintik-bintik di kulit, 8/7 diare, panas

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

9/7/2013 10/7/2013 11/7/2013 12/7/2013 13/7/2013

Praxion drop 18:00 6:00 6:00

3x0,8cc 12:00 12:00

18:00 18:00

Lacto B 6:00

2x1 18:00 18:00

Amoxsan Inj. 20:00 8:00 8:00 8:00

3x125mg 16:00 16:00

24:00 24:00

Asiklovir 20:30 6:00 6:00 6:00

4x80mg 12:00 12:00

18:00 18:00

0:00 0:00

Viridis da Isprinol 20:30 6:00 6:00 6:00

3x1,5mg 12:00 12:00

18:00 18:00

Lacto B 6:00 6:00 6:00

3x1sacc 12:00 12:00 12:00

18:00 18:00

Ondansetron k/p : 1,25mg

Obat pulang: Amoxsan 3 x 1ml

Aciclovir 4 x 80mg

Viridis 3 x 1.5ml

Praxion drop 3 x 0.8ml

Lacto B 1 x 1 sacc

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

150

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

10 /7/2013

9 /7/2013

Urinalisa

Widal

Protein Albumin - Trace

Salmonella Paratyphi AH - -

Glukosa - -

Salmonella Paratyphi AO - -

Bilirubin - -

Salmonella Paratyphi BH - 1/160

Urobilinogen - -

Salmonella Paratyphi BO - -

Urinalisa Sedimen

Salmonella Typhi H - -

Leukosit 0 – 6 2-3

Salmonella Typhi O - -

Eritrosit 0 – 1 0-1

Salmonella Paratyphi CH - -

Epithel +1 +2

Salmonella Paratyphi CO - -

Bakteri - +1

Selinder - -

Kristal - -

Jamur - -

Lain- Lain - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

9/7/2013 10/7/2013 11/7/2013 12/7/2013 13/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 11,5 11,4 12,5 10,2 10,7

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 34,6 33,9 38,0 30,7 32,6

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 6,87 8,76 7,95 6,57 6,38

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 38 35 62 83 163

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 463 4,45 4,89 4,06 4,27

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 29,2 32,4 29,0 26,3 24,5

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 68,9 63,9 66,3 68,7 73,1

Monosit (%) 3,0 - 12,0 1,4 3,1 0,7 2,9 0,5

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,1 0,2 3,5 1,7 1,6

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,4 0,4 0,5 0,4 0,3

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 2,01 2,4 2,31 1,73 1,56

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 4,73 5,60 5,27 4,52 4,67

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,10 0,26 0,05 0,19 0,03

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,08 0,02 0,28 0,11 0,10

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,03 0,04 0,04 0,02 0,02

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

151

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Amoksisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Dalam penatalaksanaannya menurut IDI (1998), febris tidak memerlukan terapi antibiotika karena

penyebab demam bukan hanya akibat infeksi bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh virus atau

merupakan gejala dari beberapa jenis penyakit lain, namun hasil kultur menunjukkan adanya infeksi

bakteri Salmonella pada hasil uji laboratorium.

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment:Amoksisilin terbukti efektik untuk infeksi Salmonella dan itu dibuktikan dari kondisi

pasien yang membaik / sembuh (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Amoksisilin merupakan salah satu antibiotika yang memilini efektivitas tinggi infeksi

Salmonella, sehingga spesifik terhadap infeksi yang dialami pasien (Tan & Rahardja, 2007)

Kategori IIIA Lolos Kategori IVD (penggunaan antibiotikatidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama. Lama terapi dengan amoksisilin adalah

maksimal sampai 10 hari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat. Lama terapi dengan amoksisilin adalah 7

sampai 10 hari (Lacy, et al., 2011). Namun, setelah hari ke 5, pasien dinyatakan membaik dan

dipersilahkan pulang dan terapi dilanjutkan saat rawat jalan.

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: Dosis yang diberikan pada pasien 375 mg/hari sudah sesuai dengan dosis yang

disarankan. Dosis untuk anak 20 – 50mg/kgBB/hari atau 160 – 400mg sesuai dengan perhitungan

berat badan pasien dan diberikan dalam 2 – 3 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment:pasien diberikan obat setiap 8 jam, sudah sesuai interval pemberian yang dianjurkan

setiap 8 – 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: rute pemberian tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

152

Lampiran 17. Rekam Medis Kasus 17

No Data :148517

Tgl Masuk :10/7/13 (pk 12:51:15)

Tgl Keluar :13/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : FN (L)

Umur : 3th , BB : 13kg , Suhu: 36oC

Nama Dokter : L

Diagnosis : vomitus, dehidrasi sedang

Keluhan Utama : lemas, mual, muntah

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : anak tampak lemah, mual, muntah berulang, BAB terhair tgl 9/7, tidak

panas, tidak ada riwayat penyakit sebelumnya

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

10/7/2013 11/7/2013 12/7/2013 13/7/2013

Pronalges suppo 50mg 13:00

Narfoz 2mg k/p 6:00

3x5 18:00

Amoxsan Inj. 8:00 8:00 8:00

3x250mg 16:00 16:00

0:00 24:00

sanmol syrup 20:30 6:00 6:00 6:00

3x1 cth 12:00 12:00

18:00 18:00

Lacto B 20:30 6:00 6:00 6:00

3x1 sachet 12:00 12:00

18:00 18:00

Ranitidine 20:30 12:00 12:00 6:00

2x1,3 mg 18:00 18:00

Obat Pulang: Ranivil 2 x 1.5 ml

Amoxsan F 3 x 1 cth

Lacto B 3 x 1

Narfoz 3 x ½ cth k/p

Sanmol 3 x 1 sacc (Bila panas)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

153

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

11 /7/2013

Urinalisa

Protein Albumin - -

Glukosa - -

Bilirubin - -

Urobilinogen - -

Urinalisa Sedimen

Leukosit 0 – 6 1 – 3

Eritrosit 0 – 1 0 – 1

Epithel +1 +1

Bakteri - -

Selinder - -

Kristal - -

Jamur - -

Lain- Lain - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

10/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 12,5

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 36,4

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 13,76

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 360

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,58

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 93,3

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 4,2

Monosit (%) 3,0 - 12,0 1,4

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,8

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,3

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 12,83

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 0,50

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,19

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,12

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,04

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

154

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Amoksisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: Vomitus dan dehidrasi bukan merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

Pasien diindikasikan mengalami infeksi akut, dilihat dari jumlah leukosit pasien diketahui

13.760/µL. Jumlah ini melebihi jumlah rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Selain

itu diindikasikan dari persentase jumlah neutrofil pasien sebesar 93,3% melebihi jumlah normal

yaitu 50% sampai 70% yang mengindikasikan infeksi bakteri. Dari hasil kultur tidak ditemukan

adanya infeksi akibat bakteri. Kemungkinan saat uji kultur, bakteri tidak tumbuh karena saat itu

keberadaan bakteri masih minim atau dalam keadaan yang lemah tetapi belum mati dan bila tidak

diberikan terapi antibiotika akan dapat mengakibatkan berkembangnya bakteri dan memperparah

keadaan pasien sehingga dapat diberikan terapi antibiotika.

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Amoksisilin cukup efektif diberikan untuk terapi empiris. Hal ini dibuktikan dari

kondisi pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga terapi antibiotika dilakukan secara

empiris. Pemilihan amoksisilin karena amoksisilin merupakan antibiotika dengan spectrum luas dan

dapat digunakan untuk terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IVD (penggunaan antibiotikatidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika selama 3 hari yaitu tidak terlalu lama. Sesuai dengan waktu

yang dianjurkan untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Tidak Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tidak tepat dosis).

Assesment: Pasien diberikan 750mg obat/hari, sedangkan dosis untuk anak adalah 20 –

50mg/kgBB/hari atau bila disesuaikan dengan berat badan pasien yaitu 260 – 650mg obat dalam 2

– 3 dosis terbagi/hari (Lacy, et al., 2011)

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tidak tepat dosis (kategori IIA)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

155

Lampiran 18. Rekam Medis Kasus 18

No Data :010237

Tgl Masuk :11/7/13 (pk 23:46:07)

Tgl Keluar :16/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : JWKSW (L)

Umur : 7th , BB : 59kg , Suhu: 36oC

Nama Dokter : VH

Diagnosis : Obs. febris 4

Keluhan Utama : panas

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : panas disertai perut sakit

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

11/7/2013 12/7/2013 13/7/2013 14/7/2013 15/7/2013 16/7/2013

Inpepsa 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

2x3/4 cth 18:00 18:00 17:00 17:00

Lacto B 8:00 8:00 8:00 6:00 6:00

3x1 sachet 11:00 11:00 11:00 11:00 11:00

18:00 18:00 18:00 17:00

Amoxsan Inj. 8:00 8:00 8:00 8:00 8:00

3x500mg 16:00 16:00 16:00 16:00

0:00 24:00 24:00 24:00 24:00

Lametic 1 ampul 23:40 21:00

Obat Pulang: Propepsa 2 x ¾ cth

Praxion syr 3 x 10 cc

Amoxan 3 x 10ml

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Tgl Pemeriksaan Keterangan

- - -

- -

- -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

156

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan

Tanggal

10/7/2013 11/7/2013 12/7/2013 13/7/2013

(pk. 11:21)

13/7/201

(pk. 18:35) 14/7/2013 15/7/2013 16/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 12,9 15,5 16,4 14,6 13,0 12,7 12,0 12,4

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 38,2 46,8 49,4 43,9 39,5 37,5 36,4 37,3

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 6,42 5,45 5,24 8,48 5,22 4,34 3,40 4,42

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 179 104 95 73 61 55 97 154

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 5,06 6,21 6,48 5,82 5,21 5,02 4,75 4,93

Hitung Jenis

Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 75,7 83,5 73,5 69,5 48,8 56,6 41,3 44,0

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 12,4 9,0 12,9 23,6 33,9 28,2 39,1 38,0

Monosit (%) 3,0 - 12,0 9,7 4,7 12,6 3,5 13,8 12,3 13,1 12,1

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 1,5 2,0 0,2 2,0 1,6 1,8 4,7 4,4

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,7 0,8 0,8 1,4 1,9 1,1 1,8 1,5

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 4,86 4,56 3,85 5,09 2,55 2,46 1,41 1,95

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 0,80 0,49 0,68 2,00 1,77 1,22 1,33 1,68

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,63 0,25 0,66 6,31 0,72 0,53 0,45 0,54

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,09 0,11 0,01 0,17 0,08 0,08 0,15 0,19

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,04 0,04 0,04 0,13 0,10 0,05 0,06 0,06

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

157

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Amoksisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Bukan merupakan penyakit yang memerlukan terapi antibiotika. Penatalaksanaan febris sendiri tidak

memerlukan antibiotika. Pasien diindikasikan mengalami infeksi akut dilihat dari persentase jumlah

neutrofil pasien yaitu 75,7% yang melebihi jumlah normal yaitu 50% sampai 70% dan dapat

diberikan terapi antibiotika (Sutedjo, 2012).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Amoksisilin cukup efektif diberikan untuk terapi empiris. Hal ini dibuktikan dari kondisi

pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga terapi antibiotika dilakukan secara

empiris. Pemilihan amoksisilin karena amoksisilin merupakan antibiotika dengan spectrum luas dan

dapat digunakan untuk terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IVD (penggunaan antibiotikatidak terlalu lama).

Assesment: terapi dilakukan selama 5 hari. Sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk terapi

empiris yaitu 2 – 3 hari, kemudian dianjurkan melakukan evaluasi dengan uji mikrobiologi untuk

mengetahui respon dari pasien terhadap terapi yang diberikan. Dari hasil uji mikro dilihat bahwa

kondisi pasien membaik, jadi pemberian terapi dapat dilanjutkan (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: dosis yang diberikan pada pasien 1500mg/hari sudah sesuai dengan dosis yang

disarankan. Dosis untuk anak 20 – 50mg/kgBB/hari atau bila disesuaikan dengan berat badan pasien

1180 – 2950mg dalam 2 – 3 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: pasien diberikan obat setap 8 jam, sudah sesuai interval pemberian yang dianjurkan

setiap 8 – 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif agar kondisi pasien

segera kembali normal

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

158

Lampiran 19. Rekam Medis Kasus 19

No Data :065795

Tgl Masuk :2/7/13 (pk 21:34:04)

Tgl Keluar :16/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : FA (L)

Umur : 7 th , BB : 22kg , Suhu: 39,7oC

Nama Dokter : ADL

Diagnosis : Demam typhoid, vomitis

Keluhan Utama : panas

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : 10 hari yang lalu panas, epsitasis sedikit, temple panas tidak sembuh,

periksa ke dokter tidak menolong. 23/6 masih panas, naik turun

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

2/7/2013 3/7/2013 4/7/2013 5/7/2013 6/7/2013 7/7/2013 8/7/2013

Lacto B 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

3x1 sachet 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00

Sefotaksim 6:00

4x500mg

12:00

18:00

24:00 24:00

Praxion Forte 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

3-4 x 8ml 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00

24:00 24:00 24:00 24:00

Amoxsan inj. 8:00 8:00 8:00 8:00 8:00 08.00

3 x 350mg 16:00 16:00 16:00 16:00 16:00

0:00 0:00 0:00 0:00 0:00 0:00

Propyretic 240mg 21:00

Andosetran iv. 2mg 21:30 0:00 0:00 5:30

Trogyl iv. 6:00 8:00 8:00 8:00 8:00 8:00

3x300mg 13:00 16:00 16:00 16:00

0:00 0:00 0:00 0:00

Ondansetron 8:00 8:00 6:00 18:00

k/p : 1,25mg

16:00 12:00 16:00

3x300mg 0:00 0:00 0:00 0:00

Hep/CO6

6:00 6:00 6:00 6:00

2x1

18:00 18:00 18:00 18:00

Sagestan 19:00 8:00 8:00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

159

2x50mg 18:00 18:00

Sefotaksim inj.

24:00 6:00

4x500mg

12:00

18:00

24:00

Trogyl Syrup 6:00

3x8ml

12:00

18:00

Inj. Cortidex

0,4 ml (suhu

>38°C)

Rimcure Paed 6:00

1x2tab

Lacto B

3 x 1

Trogyl syrup

3 x 2,5ml

Tramenza syrup

3x4 ml

Fixiphar syrup

2x3 ml

Propiretic 240

Candistine drop

4x1ml

Cortidex 0,5 ml iv.

Meropenem inj.

3x180 mg

Cortidex

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

160

Lanjutan table pemberian obat

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

8/7/2013 9/7/2013 10/7/2013 11/7/2013 12/7/2013 13/7/2013 14/7/2013 15/7/2013 16/7/2013

Lacto B 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

3x1 sachet 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00

Sefotaksim 6:00 6:00 6:00 6:00

4x500mg 12:00 12:00 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00 18:00

24:00 24:00 24:00 24:00

Praxion Forte 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

3-4 x 8ml 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00

Amoxsan inj.

3 x 350mg

Propyretic

240mg

Andosetran iv.

2mg 18:00

Trogyl iv.

3x300mg

Ondansetron

k/p : 1,25mg

3x300mg

Hep/CO6 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

2x1 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00

Sagestan 8:00 8:00 8:00 8:00

2x50mg 18:00 18:00 18:00

Trogyl Syrup 6:00 6:00 6:00

3x8ml 12:00 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00

Inj. Cortidex

1:00

0,4 ml (suhu

>38°C)

Rimcure Paed 6:00 13:00 18:00 20:00 10:00

1x2tab

Lacto B 6:00 6:00 6:00 6:00

3 x 1 12:00 12:00 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00 18:00

1:30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

161

Trogyl syrup 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

3 x 2,5ml

11:00 11:00 12:00 11:00 11:00

17:00 17:00 17:00 17:00 17:00

Tramenza

syrup

20:30 8:00 6:00 6:00 6:00 6:00

3x4 ml

12:00 12:00 11:00 11:00 11:00

18:00 18:00 18:00 18:00

Fixiphar syrup 8:00

2x3 ml 18:00

Propiretic 240

0:00

Candistine

drop 6:00

4x1ml

12:00

18:00

Cortidex 0,5

ml iv. 19:30

Meropenem

inj. 18:00 8:00 8:00

3x185 mg

16:00 16:00

24:00 24:00

Cortidex 19:15

Obat pulang: Fixiphar 2 x 1 cth

Rimcure Paed 1 x 2 tab

Praxion F 3 – 4 x 8ml

V. Pemerikasaan Radiologi dan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

3 /7/2013

3 /7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein Albumin - -

Warna

kuning

coklat Coklat

Glukosa - -

Konsistensi Lunak Kental

Bilirubin - -

Darah - -

Urobilinogen - -

Lendir - -

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 – 6 2-3

Lekosit - +2

Eritrosit 0 – 1 1-2

Eritrosit - +1

Epithel +1 +1

Telur cacing - -

Bakteri - + 1

Amoeba

Histolitica - +1

Selinder - -

Lemak - -

Kristal - -

Amilum - -

Jamur - -

Serat Tumbuhan - -

Lain- Lain - -

Jamur - -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

162

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

2 /7/2013 (9:09)

Widal

Salmonella Paratyphi AH - 1/80

Salmonella Paratyphi AO - -

Salmonella Paratyphi BH - 1/160

Salmonella Paratyphi BO - 1/80

Salmonella Typhi H - 1/320

Salmonella Typhi O - -

Salmonella Paratyphi CH - -

Salmonella Paratyphi CO - 1/80

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan

Tanggal

2/7/2013

(pk 8:53)

2/7/2013

(pk 21:57) 8/7/2013 11/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 11,6 12,6 11,0 10,5

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 36,8 35,8 32,2 31,2

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 21,90 20,95 10,29 8,16

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 301 319 245 170

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,37 4,31 4,12 3,87

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 80,4 79,3 69,4 59,1

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 30,7 29,7 28,7 33,5

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,5 1,9 1,5 2,3

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 1,3 1,0 0,3 4,7

Basofil (%) 0,0 - 1,0 1,1 1,3 0,1 0,4

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 8,14 7,94 7,14 4,82

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 2,95 2,95 2,95 2,73

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,25 0,19 0,16 0,19

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,11 0,09 0,03 0,38

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,04 0,04 0,01 0,04

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

163

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

1. Amoksisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: ada indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Demam tiphoid merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella. Hal ini didukung dari hasil uji hematologi pasien

yang menunjukkan kadar leukosit yang tinggi, melebihi kadar normal dan adanya hasil positif

pasien terinfeksi bekteri Salmonella (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Amoksisilin cukup efektif diberikan untuk terapi infeksi akibat Salmonella. Hal ini

dibuktikan dari kondisi pasien membaik / sembuh.

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment:

amoksisilin merupakan salah satu antibiotika yang memiliki efektivitas tinggi terhadap infeksi

bakteri salmonella, sehingga cukup spesifik terhadap penyakit pasien (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika ini selama 7 hari, tidak terlalu lama. Penggunaan antibiotika ini

diganti setelah 7 hari penggunaan. Lama terapi amoksisilin adalah 7 sampai 10 hari (Lacy, et al.,

2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat. penggunaan antibiotika ini diganti setelah

7 hari penggunaan. Lama terapi amoksisilin adalah 7 sampai 10 hari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan amoksisilin sebanyak 1050mg/hari sesuai dengan dosis yang

disarankan. Dosis untuk anak 20 – 50mg/kgBB/hari, atau masuk dalam range 440 – 1100mg

dalam 2 – 3 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment:obat diberikan setiap 8 jam, sudah sesuai dengan interval pemberian yang dianjurkan

setiap 8 – 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif agar kondisi pasien

segera kembali normal

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

2. Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: ada indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Demam tiphoid merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella. Hal ini didukung dari hasil uji hematologi pasien

yang menunjukkan kadar leukosit yang tinggi, melebihi kadar normal dan adanya hasil positif

pasien terinfeksi bekteri Salmonella (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Sefotaksim cukup efektif diberikan untuk terapi infeksi akibat Salmonella. Hal ini

dibuktikan dari kondisi semakin membaiknya kondisi pasien dilihat dari hasil uji hematologi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

164

keadaan pasien

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Sefotaksim merupakan salah satu antibiotika yang memiliki efektivitas tinggi terhadap

infeksi bakteri salmonella, sehingga cukup spesifik terhadap penyakit pasien (Tan & Rahardja,

2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika ini selama 5 hari, tidak terlalu lama. Penggunaan antibiotika ini

diganti setelah 5 hari penggunaan. Lama terapi maksimal sampai 10 hari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan dosis sefotaksim sebanyak 2000mg/hari sudah sesuai dosis yang

disarankan. Dosis untuk anak 50 – 200mg/kgBB/hari, atau dalam kasus ini sesuai dengan range

dosis yang disarankan yaitu 1100 – 4400mg dalam 2 – 4 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011;

Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: pasien diberikan obat setiap 6 jam, sudah sesuai interval pemberian yang dianjurkan

setiap 6 – 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif agar kondisi pasien

segera kembali normal

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

3. Metronidazol Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: ada indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Demam tiphoid merupakan penyakit yang

disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella. Hal ini didukung dari hasil uji hematologi pasien

yang menunjukkan kadar leukosit yang tinggi, melebihi kadar normal dan adanya hasil positif

pasien terinfeksi bekteri Salmonella (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Metronidazol cukup efektif diberikan untuk terapi infeksi akibat Salmonella. Hal ini

dibuktikan dari kondisi semakin membaiknya kondisi pasien dilihat dari hasil uji hematologi dan

keadaan pasien

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment:

metronidazol merupakan antibiotika dengan spectrum luas dan juga obat ini aktif terhadap amoeba

(Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIIA Tidak Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika terlalu lama). Assesment: penggunaan antibiotika terlalu lama, lama terapi diberikan selama 12 hari. Lama terapi

yang disarankan adalah 10 hari (Lacy, et al., 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

165

Kesimpulan Penggunaan antibiotika terlalu lama (kategori IIIA)

4. Gentamisin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

ada indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Demam tiphoid merupakan penyakit yang disebabkan

oleh bakteri, diantaranya Salmonella. Hal ini didukung dari hasil uji hematologi pasien yang

menunjukkan kadar leukosit yang tinggi, melebihi kadar normal dan adanya hasil positif pasien

terinfeksi bekteri Salmonella (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Tidak Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: bukan merupakan terapi yang disarankan untuk infeksi yang dialami pasien

Kesimpulan Ada antibiotika yang lebih efektif (kategori IVA)

5. Rifamisin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

ada indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Demam tiphoid merupakan penyakit yang disebabkan

oleh bakteri, diantaranya Salmonella. Hal ini didukung dari hasil uji hematologi pasien yang

menunjukkan kadar leukosit yang tinggi, melebihi kadar normal dan adanya hasil positif pasien

terinfeksi bekteri Salmonella (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Tidak lolos Kategori IVA (ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: ada antibiotika yang lebih efektif untuk demam typhoid akibat salmonella, yaitu

sefotaksim dan amoksisilin yang merupakan antibiotika lini pertama untuk infeksi Salmonella (Tan

& Rahardja, 2007).

Kesimpulan Ada antibiotika yang lebih efektif (kategori IVA)

6. Nistatin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

ada indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Demam tiphoid merupakan penyakit yang disebabkan

oleh bakteri, diantaranya Salmonella. Hal ini didukung dari hasil uji hematologi pasien yang

menunjukkan kadar leukosit yang tinggi, melebihi kadar normal dan adanya hasil positif pasien

terinfeksi bekteri Salmonella (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Tidak lolos Kategori IVA (ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: : ada antibiotika yang lebih efektif untuk demam typhoid akibat salmonella, yaitu

sefotaksim dan amoksisilin yang merupakan antibiotika lini pertama untuk infeksi Salmonella (Tan

& Rahardja, 2007).

Kesimpulan Ada antibiotika yang lebih efektif (kategori IVA)

7. Meropenem Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

ada indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Demam tiphoid merupakan penyakit yang disebabkan

oleh bakteri, diantaranya Salmonella. Hal ini didukung dari hasil uji hematologi pasien yang

menunjukkan kadar leukosit yang tinggi, melebihi kadar normal dan adanya hasil positif pasien

terinfeksi bekteri Salmonella (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: cukup efektif diberikan untuk terapi infeksi akibat Salmonella. Hal ini dibuktikan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

166

kondisi semakin membaiknya kondisi pasien dilihat dari hasil uji hematologi dan keadaan pasien

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan merugikan

dengan obat lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: antibiotika ini merupakan derivat dengan sifat dan khasiat yang sama dengan

golongan antibiotika lactam seperti sefalosporin, sehingga dapat diterapkan pada kasus ini (Tan &

Rahardja, 2007)

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: Dosis yang diberikan pada pasien ini adalah 555mg/hari, kurang dosis yang

disarankan. Dosis yang disarankan adalah 30 – 120mg/kgBB/hari atau untuk kasus ini 660 –

2640mg/hari dalam 3 – 4 dosis terbagi (Lacy, et al., 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

167

Lampiran 20. Rekam Medis Kasus 20

No Data :140982

Tgl Masuk :16/7/13 (pk 22:54:12)

Tgl Keluar :18/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : FF (L)

Umur : 3 th , BB : 15kg , Suhu: 38,3oC

Nama Dokter : ADL

Diagnosis : Febris hr 5, ISK

Keluhan Utama : panas

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : panas mulai 12/7, sudah periksa panas tidak turun, panas lagi mulai sore.

Muntah 1x

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

16/7/2013 17/7/2013 18/7/2013

Propiretic 160 mg 23:30

Tempra Syrup 6:00 6:00

3-4 x 1 cth 12:00

18:00

Lapixime 6:00 6:00 6:00

4x350mg 12:00

18:00

24:00

Obat pulang: Tempra 3 – 4 x 1cth

Tocef 2 x 2 ml

Diazepam 1.5 mg (bila suhu > 38oC)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

168

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

6 /7/2013

6 /7/2013

Imunoserologi

Urinalisa

Widal

Protein Albumin - -

Salmonella Paratyphi AH - -

Glukosa - -

Salmonella Paratyphi AO - -

Bilirubin - -

Salmonella Paratyphi BH - 1/80

Urobilinogen - -

Salmonella Paratyphi BO - -

Urinalisa Sedimen

Salmonella Typhi H - -

Leukosit 0 – 6 3-9

Salmonella Typhi O - -

Eritrosit 0 – 1 1-3

Salmonella Paratyphi CH - -

Epithel +1 +1

Salmonella Paratyphi CO - -

Bakteri - +1

Selinder - -

Kristal - -

Jamur - -

Lain- Lain - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

16/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 11,6

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 34,6

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 20,02

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 370

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,21

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 80,2

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 12,0

Monosit (%) 3,0 - 12,0 6,2

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 1,2

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,4

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 16,05

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 2,39

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 1,25

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,24

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,09

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

169

Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Dalam penatalaksanaannya menurut IDI (1998), febris tidak memerlukan terapi antibiotika karena

penyebab demam bukan hanya akibat infeksi bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh virus atau

merupakan gejala dari beberapa jenis penyakit lain, namun dari hasil kultur menunjukkan adanya

hasil positif pasien terinfeksi bakteri Salmonella

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Sefotaksim merupakan salah satu terapi lini pertama akibat infeksi salmonella dan

terbukti efektif pada pasien dilihat dari kondisi pasien yang membaik (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Tidak Lolos Kategori IVC (ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: ada antibiotika yang lebih murah. Dalam kasus ini, sefotaksim generic memiliki harga

yang jauh lebih murah dari sefotaksim dengan merk dagang yang diberikan. Harga yang diketahui

adalah dari apotek rumah sakit, karena obat yang digunakan didapatkan dari apotek rumah sakit

sendiri.

Kesimpulan Ada antibiotika yang lebih murah (kategori IVC)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

170

Lampiran 21. Rekam Medis Kasus 21

No Data :010846

Tgl Masuk :17/7/13 (pk 15:20:48)

Tgl Keluar :19/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : APA (L)

Umur : 1,5th , BB : 12kg , Suhu: 36oC

Nama Dokter : SM

Diagnosis : Gastroenteritis akut

Keluhan Utama : mual, muntah

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : 11/7 anak mual, tidak panas ; 13/7 muntah 3x, mual, makan

minum mau, tidak panas; 14/7 muntah 6x, BAB cair 3x ; 15/7 mual, nafsu makan kurang,

panas, diare; 16/7 diare 6x cair, ampas banyak, mual, makan tdk mau

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

17/7/2013 18/7/2013 19/7/2013

Trogyl 16:30 8:00 8:00

3x200mg 0:00 16:00

0:00

Sanprima 6:00 6:00

2 x 1 17:00

Narfoz k/p 16:30 9:00 6:00

3x2mg iv 0:00 18:00 11:00

0:00

Sanmol iv 6:00

2x60mg 18:00

Obat pulang: promuba 3 x 4 ml

Narfoz 3 x ¾ cth

Candistine drop 4 x 1 ml

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

171

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

18 /7/2013 19 /7/2013

Feces

Makroskopis

Warna

kuning

coklat Kuning

kuning

kehijauan

Konsistensi Lunak Cair Lunak

Darah - -

Lendir - + -

Mikroskopis

Lekosit - +1 -

Eritrosit - +1 -

Telur cacing - - -

Amoeba

Histolitica - - -

Lemak - - +1

Amilum - - +1

Serat Tumbuhan - - -

Jamur - - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

17/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 14,3

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 42,5

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 13,53

Trombosit (10³/uL) 150 - 450 466

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 5,51

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 49,4

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 37,0

Monosit (%) 3,0 - 12,0 12,6

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,4

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,6

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 6,69

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 5,00

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 1,70

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,05

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,09

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

172

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

1. Metronidazol Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang

dapat disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi akut dilihat dari jumlah leukosit yang melebihi jumlah normal. Jumlah leukosit

pasien diketahui 13,310/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai

12.000/µL yang menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien (Sutedjo, 2012; Tan &

Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Metronidazol merupakan salah satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut

(Dipiro & Schwinghammer, 2009). Dalam kasus ini, antibiotika terbukti efektif karena kondisi

pasien terbukti membaik / sembuh.

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga terapi antibiotika dilakukan secara

empiris. Pemilihan terapi metronidazol karena obat ini merupakan terapi lini pertama GEA,

khususnya akibat Clostridium difficile (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama yaitu selama 3 hari, sesuai dengan waktu

yang dianjurkan untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: Dosis anak untuk amebiasis/muntah-muntah 30 – 50 mg/kg BB/ hari atau dalam kasus

ini 360 – 600 mg/hari dalam 3 dosis terbagi. Dosis yang diberikan adalah 600mg/hari, masih

masuk kisaran dosis yang disarankan (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 8 jam dalam sehari, sudah sesuai yang

disarankan (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

2. Trimetropim-sulfametoksazole Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

173

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang

dapat disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi akut dilihat dari jumlah leukosit yang melebihi jumlah normal. Jumlah leukosit

pasien diketahui 13,310/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai

12.000/µL yang menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien (Sutedjo, 2012; Tan &

Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: trimethoprim-sulfametoksazol merupakan salah satu terapi lini pertama untuk

gastroenteritis akut (Dipiro & Schwinghammer, 2009). Dalam kasus ini, terbukti efektif karena

kondisi pasien terbukti membaik / sembuh.

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga terapi antibiotika dilakukan secara

empiris. Pemilihan trimethoprim-sulfametoksaol karena obat ini merupakan terapi lini pertama

GEA, khususnya akibat Salmonella (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Tidak Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: dosis untuk anak adalah 20-30mg/kgBB/hari. 1 kaplet mengandung 480 mg zat ini.

Sedangkan dosis yang disarankan adalah 240mg – 360mg, sehingga dosis yang diberikan melebihi

dosis yang disarankan (Lacy, et al., 2011).

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tidak tepat dosis (kategori IIA)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

174

Lampiran 22. Rekam Medis Kasus 22

No Data :116880

Tgl Masuk :17/7/13 (pk 22:59:09)

Tgl Keluar :20/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : HHA (L)

Umur : 4 th , BB : 15kg , Suhu: - oC

Nama Dokter : TSR

Diagnosis : asma bronchiale, bronchopneumonus

Keluhan Utama : sesak napas

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : 3 hari sulit makan, semalam sesak nafas, riwayat batuk berdahak, periksa

ke RS diberi nebulizer pukul 19, malam hari sesak lagi

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

17/7/2013 18/7/2013 19/7/2013 20/7/2013

Cortidex 22:00 8:00

3x1,5mg iv

16:00

0:00

NaCl 1cc, Flixotide 2cc,

Combivent 22:00 6:00 6:00 8:00

Nebulizer

12:00

16:00

18:00

Na Lapixime 6:00 6:00 24:00

Clacef 4x350mg iv

12:00 11:00

18:00

0:00

Histapan 2/5; mucohexin ¼ 22:00 6:00 6:00 6:00

na ikt 1/4; ambocort 2/5

12:00

18:00

Sefotaksim inj. 6:00 6:00

2 x500 mg 18:00

Nebulizer Flixotide; 11:00

ventolin 3x1 17:00

Ozen syrup 1x1/2 cth 18:00 18:00

Fartolin 3x1/2 cth 6:00

12:00 12:00

18:00

cefat 2x5cc 6:00 6:00

18:00

Puyer (amvocort 2,5mg; 6:00

theofilin 30mg; profilas 1/3;

12:00 12:00

codein 1mg) 3x1 18:00 18:00

Obat pulang: Cefat syr 2x1 cth Ozan 1 x ½ cth

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

175

Tremenza 3 x ½ cth

Fartolin 3 x ½ cth

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

18 /7/2013

18 /7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein Albumin - -

Warna

kuning

coklat Coklat

Glukosa - -

Konsistensi Lunak Lembek

Bilirubin - -

Darah - -

Urobilinogen - -

Lendir - -

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 – 6 0-2

Lekosit - +1

Eritrosit 0 – 1 0-1

Eritrosit - -

Epithel +1 +1

Telur cacing - -

Bakteri - + 1

Amoeba

Histolitica - -

Selinder - -

Lemak - -

Kristal - -

Amilum - -

Jamur - -

Serat Tumbuhan - -

Lain- Lain - -

Jamur - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

12/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 12,0

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 38,1

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 15,18

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 295

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 6,15

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 82,0

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 13,4

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,2

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 1,7

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,7

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 12,45

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 2,02

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,33

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,26

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,12

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

176

Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Asma bronchiale bukan disebabkan oleh infeksi bakteri, melainkan reaksi hipersensitivitas bronchi

terhadap berbagai stimulasi spesifik, namun dilihat dari hasil uji hematologi menunjukkan adanya

peningkatan kadar leukosit melebihi normal yang mengindikasikan adanya infeksi akut. Jumlah

leukosit pasien diketahui 15,180/µL. Jumlah ini melebihi jumlah rujukan leukosit yaitu 4.000/µL

sampai 12.000/µL. Selain itu persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka 82,0%, berada

diatas jumlah normal yaitu 50% sampai 70% yang menandakan adanya infeksi akut yang dialami

pasien (Sutedjo, 2012; Tan & Rahardja, 2007)

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: sefotaksim cukup efektif diberikan untuk terapi empiris. Hal ini dibuktikan dari kondisi

pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penyebab infeksi, sehingga terapi dilakukan secara

empiris. Sefotaksim merupakan antibiotika dengan spectrum luas terhadap berbagai jenis bakteri

sehingga digunakan dalam terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: durasi penggunaan antibiotika ini selama 3 hari, tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu

yang dianjurkan untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan dosis 1000mg/hari, sesuai kisaran dois yang disarankan. Dosis untuk

anak 50 – 200mg/kgBB/hari atau sesuai dalam kasus ini 750 – 3000mg/hari dalam 3 – 4 dosis

terbagi (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: pasien diberikan obat setiap 6 jam, sesuai interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 –

12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif karena kondisi

pasien yang sulit makan sehingga rute pemberian dirasa tepat

Kategori I Tidak Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tidak tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tidak tepat. Jam pemberian selalu berubah.

Kesimpulan Timing pemberian tidak tepat (kategori I)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

177

Lampiran 23. Rekam Medis Kasus 23

No Data :120104

Tgl Masuk :15/7/13 (pk 21:23:35)

Tgl Keluar :21/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : FT (L)

Umur : 3th , BB : 16kg , Suhu: 36,8oC

Nama Dokter : EB

Diagnosis : Dengue Fever komplikasi gastroenteritis akut

Keluhan Utama : mual muntah

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : anak mual, muntah 10x sejak pk 15.00, diare 1x

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

15/7/2013 16/7/2013 17/7/2013 18/7/2013 19/7/2013 20/7/2013 21/7/2013

Lametic inj. 2mg 20:45 4:00 6:00 6:00

sanmol syrup 22:30 4:00 8:00 8:00 8:00

3x7,5cc 16:00 16:00

sanmol syrup 11:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

3x5cc 18:00 11:00 11:00 11:00 11:00

22:00 18:00 18:00 18:00 18:00

Sefotaksim inj. 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

2x500mg 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00

Lacto B 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00 6:00

2x1 18:00 18:00 18:00 18:00 18:00

Narfoz inj. 6:00 6:00 12:30

3x2mg 11:00 11:00 18:00

18:00 18:00 0:00

Elkana 1x1cth 6:00 6:00 6:00

Hipolac Inj. 16:00

11:30 8:00

3x25mg 18:00 18:00 24:00 16:00

24:00

Obat pulang: Sanmol syr 3 x 5cc

Lacto B 2 x 1

Curvit syr 1 x 1 cth

Cefat syr 1 x 1 cth

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

178

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

16 /7/2013

Urinalisa

Protein Albumin - -

Glukosa - -

Bilirubin - -

Urobilinogen - -

Urinalisa Sedimen

Leukosit 0 – 6 2 – 4

Eritrosit 0 – 1 0-1

Epithel +1 +1

Bakteri - -

Selinder - -

Kristal - -

Jamur - -

Lain- Lain - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

12/7/2013 19/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 11,9 11,5

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 35,7 34,0

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 15,96 3,13

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 255 147

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,23 4,08

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 93,5 47,1

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 4,8 40,9

Monosit (%) 3,0 - 12,0 1,4 5,3

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,2 6,0

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,1 0,7

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 14,92 1,48

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 0,76 1,28

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,23 0,16

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,04 0,19

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,01 0,02

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

179

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, contohnya

Salmonella, Shigella, dan E. coli. Hasil uji hematologi terdapat kadar leukosit dan jumlah neutrofil

yang cukup tinggi. Jumlah neutrofil pasien diketahui 14.920/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan

yaitu 2.000/µL sampai 8.000/µL. Selain itu persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka

93,5%, berada diatas jumlah normal yaitu 50% sampai 70% yang menandakan adanya infeksi akut

yang dialami pasien. Dari hasil kultur tidak ditemukan adanya infeksi akibat bakteri. Kemungkinan

saat uji kultur, bakteri tidak tumbuh karena saat itu keberadaan bakteri masih minim dan

kemungkinan sedang melemah karena pasien sudah diterapi antibiotika lenih dulu sebelum dilakukan

uji kultur, sehingga bila tidak diberikan terapi antibiotika akan dapat mengakibatkan berkembangnya

bakteri dan memperparah keadaan pasien sehingga dapat diberikan terapi antibiotika (Sutedjo, 2012;

Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Obat ini merupakan salah satu terapi lini pertama GEA dan terbukti kondisi pasien

membaik / sembuh (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat lain

(Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Pemilihan sefotaksim karena merupakan terapi lini pertama GEA,

khususnya akibat Salmonella (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: Menurut Kemenkes (2011), durasi penggunaan antibiotika untuk terapi empiris adalah 48

sampai 72 jam kemudian dilakukan evaluasi kondisi pasien apakah antibiotika efektif atau tidak.

Pada kasus ini penggunaan antibiotika diberikan selama 5 hari karena kondisi pasien yang terus

membaik, sehingga terapi tetap dilanjutkan.

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: Dosis untuk anak 50 – 200mg/kgBB/hari, dengan berat badan 16 kg dosis yang

disarankan 800 – 1600mg dalam 2 – 4 dosis terbagi. pasien diberikan 1000mg obat sehari, sehingga

sudah sesuai dosis yang disarankan (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: pasien diberikan obat setiap 12 jam, sesuai interval pemberian yang dianjurkan yaitu

setiap 6 – 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika sefotaksim tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

180

Lampiran 24. Rekam Medis Kasus 24

No Data :054152

Tgl Masuk :28/7/13 (pk 16:09:35)

Tgl Keluar :31/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : AN (L)

Umur : 9 Th ,BB : 19 Kg , Suhu: 38 Oc

Nama Dokter : ADL

Diagnosis : Gastroenteritis Akut

Keluhan Utama : Diare, Muntah

Sumber Biaya : Jamkesmas

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : 28/7, pk 02.00 mulai diare dan muntah, jumlah tidak terhitung. Pk 07.00

pasien diperiksa ke mantra, diberi 3 macam obat, tidak berkurang. 16.00 masih diare, tidak

muntah, setiap akan BAB perut sakit. BAK terahir pk 15.00

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

28/7/2013 29/7/2013 30/7/2013 31/7/2013

Ondansetron pro metro 16:15 6:00 8:00 8:00

inj. 3x2 mg 0:00 12:00 12:00

18:00

Seftriakson 18:45 6:00 6:00 6:00

2x750mg 18:00 18:00

Kodein syrup

3x5mg k/p

Paractamol syrup 20:30 8:00 6:00 6:00

3-4 x 7,5 ml 12:00 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00

kp. Propiretic

Metronidazol inj. 8:00 Stop

3x250mg

16:00 16:00

24:00 24:00

Obat Pulang: Sefiksim syr 2 x ¾ cth

Kaolin syr 2 x 1 cth

Paracetamol syr 3-4 x 2.5

Metronidazol syr 3 x 7.5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

181

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

29 /7/2013

29 /7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein Albumin - -

Warna

kuning

coklat Hijau

Glukosa - -

Konsistensi Lunak Kental

Bilirubin - -

Darah - -

Urobilinogen - -

Lendir - +

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 – 6 3-6

Lekosit - +2

Eritrosit 0 – 1 0-2

Eritrosit - +1

Epithel +1 +1

Telur cacing - -

Bakteri - +1

Amoeba

Histolitica - +

Selinder - -

Lemak - -

Kristal - -

Amilum - +

Jamur - -

Serat Tumbuhan - -

Lain- Lain - -

Jamur - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

28/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 16,2

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 48,1

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 17,98

Trombosit (10³/uL) 150 - 450 330

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 6,07

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 96,7

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 0,9

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,0

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,2

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,2

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 17,39

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 0,17

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,36

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,03

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,03

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

182

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

1. Seftriakson Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang dapat

disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi akut dilihat dari jumlah neutrofil yang melebihi jumlah normal. Jumlah neutrofil

pasien diketahui 17.980/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan yaitu 2.000/µL sampai 8.000/µL.

Selain itu persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka 96,7%, berada diatas jumlah normal

yaitu 50% sampai 70% yang menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien. Hasil kultur juga

menunjukkan hasil yang positif adanya infeksi akibat bakteri (Sutedjo, 2012; Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Seftriakson merupakan salah satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut (Dipiro &

Schwinghammer, 2009). Dalam kasus ini, peresepan antibiotika terbukti efektif, ditunjukkan dari

kondisi pasien terbukti membaik / sembuh.

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat lain

(Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi pasien, sehingga pemberian antibiotika

dilakukan secara empiris. Pemilihan seftriakson karena merupakan terapi lini pertama GEA,

khususnya akibat Salmonella (Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 1500mg, sudah sesuai dosis yang diarankan. Dosis untuk anak 50 –

100mg/kgBB/hari, atau 800 – 1900 mg sesuai yang diberikan pada pasien dalam 1 – 2 dosis terbagi

(Lacy, et al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment:sudah interval pemberian yang dianjurkan yaitu setiap 12 jam dalam sehari (Lacy, et al.,

2011).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

2. Metronidazol Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

183

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang dapat

disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi akut dilihat dari jumlah neutrofil yang melebihi jumlah normal. Jumlah neutrofil

pasien diketahui 17.980/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan yaitu 2.000/µL sampai 8.000/µL.

Selain itu persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka 96,7%, berada diatas jumlah normal

yaitu 50% sampai 70% yang menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien. Hasil kultur juga

menunjukkan hasil yang positif adanya infeksi akibat bakteri (Sutedjo, 2012; Tan & Rahardja,

2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Metronidazol merupakan salah satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut (Dipiro

& Schwinghammer, 2009). Dalam kasus ini, peresepan antibiotika terbukti efektif, ditunjukkan dari

kondisi pasien terbukti membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment:

Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi sehingga terapi dilakukan secara empiris. Pemilihan

metronidazole karena obat ini merupakan terapi lini pertama GEA, khususnya akibat Clostridium

(Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 750mg obat/hari, sesuai dosis yang disarankan. Dosis anak untuk

amebiasis/muntah-muntah 30 – 50 mg/kg BB/ hari atau untuk pasien ini 570 - 900mg dalam 3 dosis

terbagi, sesuai dengan yang diberikan pada pasien (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: pasien diberikan obat setiap 8 jam, sesuai interval pemberian yang dianjurkan setiap 8

jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

184

Lampiran 25. Rekam Medis Kasus 25

No Data :099592

Tgl Masuk :21/7/13 (pk 9:16:7)

Tgl Keluar :23/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : MAA (L)

Umur : 6 th , BB : 17kg , Suhu: 37 oC

Nama Dokter : ADL

Diagnosis : febris hari 2, dehidrasi sedang

Keluhan Utama : panas

Sumber Biaya : jamkesda

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : 19/7; anak panas, diberi termorex, pagi muntah. Minggu di bawa ke

klinik, dianjurkan ke RS. Pernah riwayat kejang saat usia 13 bulan.

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

21/7/2013 22/7/2013 23/7/2013

Ondansetron inj. 2mg 9:45

Propiretic 160mg 18:45 8:00 8:00

3x1 18:00 18:00

Sefotaksim 6:00 6:00

4x400 mg

12:00

18:00 18:00

24:00 24:00

Paracetamol syrup

6:00 6:00

3x7,5 cc 16:00 16:00

21:00 21:00

Ondansetron inj. 22:00 6:00

3x2,5 mg 12:00

Obat pulang: paracetamol 3 x 7.5 mg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

185

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

21 /7/2013

21 /7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein Albumin - -

Warna

kuning

coklat coklat kehijauan

Glukosa - -

Konsistensi Lunak Lunak

Bilirubin - -

Darah - -

Urobilinogen - -

Lendir - -

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 – 6 0-2

Lekosit - -

Eritrosit 0 – 1 1-2

Eritrosit - -

Epithel +1 +1

Telur cacing - -

Bakteri - -

Amoeba

Histolitica - -

Selinder - -

Lemak - -

Kristal - -

Amilum - -

Jamur - -

Serat Tumbuhan - -

Lain- Lain - -

Jamur - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

21/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 13,7

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 39,4

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 14,79

Trombosit (10³/uL) 150 - 450 274

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,66

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 92,1

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 4,9

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,1

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,7

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,2

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 13,61

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 0,73

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,31

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,10

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,04

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

186

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: Penatalaksanaan febris sendiri tidak memerlukan antibiotika. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi akut dilihat dari jumlah leukosit yang melebihi nilai normal. Jumlah leukosit

pasien diketahui 14,790/µL. Jumlah ini melebihi jumlah rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai

12.000/µL. Selain itu persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka 92,1%, berada diatas

jumlah normal yaitu 50% sampai 70% yang menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien.

Dari hasil kultur tidak ditemukan adanya infeksi akibat bakteri. Kemungkinan saat uji kultur, bakteri

tidak tumbuh karena saat itu keberadaan bakteri masih minim dan bila tidak diberikan terapi

antibiotika akan dapat mengakibatkan berkembangnya bakteri dan memperparah keadaan pasien

sehingga dapat diberikan terapi antibiotika (IDI, 1998; Sutedjo, 2012).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: sefotaksim cukup efektif diberikan untuk terapi empiris. Hal ini dibuktikan dari kondisi

pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga terapi antibiotika dilakukan secara

empiris. Pemilihan sefotaksim karena merupakan antibiotika dengan spectrum luas dan dapat

digunakan untuk terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: Terapi dilakukan selama 3 hari. Penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai

dengan waktu yang dianjurkan untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 1600mg obat sehari, sudah sesuai dosis yang disarankan. Dosis untuk

anak 50 – 200mg/kgBB/hari atau dalam kasus ini 850 – 3400mg dalam 2 – 4 dosis terbagi (Lacy, et

al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: pasien diberikan obat setiap 6 jam, sudah sesuai interval pemberian yang dianjurkan

setiap 6 – 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika sefotaksim tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

187

Lampiran 26. Rekam Medis Kasus 26

No Data :148602

Tgl Masuk :18/7/13 (pk 10:15:42)

Tgl Keluar :20/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : ARP (P)

Umur : 12 th , BB : 50 kg , Suhu: 36oC

Nama Dokter : BS

Diagnosis : Tonsilitis Kronis

Keluhan Utama : sakit bila menelan, susah napas

Sumber Biaya : askes

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : sudah 2 minggu sakit bila menelan, pilek, kalau tidur susah bernapas.

Periksa ke dokter keluarga dapat obat amoksisilin dan paracetamol, tidak ada perubahan.

Periksa RSPN operasi

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat tanggal & waktu pemberian

18/7/2013 19/7/2013 20/7/2013

Seftriakson 1x1g iv 19:00 12:00

Ranitidine inj. 1 amp. 24:00

R/ pulang: Amoxicilin 3x2 cth

Asam Mefenamat 3x250 mg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

188

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

13 /7/2013

2013

Protrombin Time

PTT test (mm/jam) 10.8 - 14.4 14.2

PTT control (mm/jam) 11.5 - 15.5 13.8

APTT test (mm/jam) 23.9 - 36.20 28.0

APTT control (mm/jam) 30.0 - 40.0 32

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

13/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 13,8

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 41,8

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 10,71

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 455

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,93

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 57,4

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 31,0

Monosit (%) 3,0 - 12,0 5,0

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 5,7

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,9

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 6,14

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 3,31

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,54

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,63

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

189

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Seftriakson Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

pasien mengalami tonsisilisitis kronis dan dioperasi, sehingga perawatannya memerlukan antibiotika

untuk mencegah infeksi sebelum/pasca operasi (Kemenkes, 2011).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Kondisi pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment:

merupakan antibiotika dengan spectrum luas. Dapat diterapkan dalam terapi empiris guna mencegah

infeksi bakteri (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi profilaksis yaitu 24 sebelum dan sesudah operasi (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi profilaksis yaitu 24 sebelum dan sesudah operasi (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: dosis untuk pencegahan infeksi 1 – 2 gram dalam 1 – 2 pembagian dosis dalam sehari

sesuai yang diberikan pada pasien ini (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 1 kali dalam sehari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: rute pemberian tepat

Kategori I Tidak Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tidak tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tidak tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

190

Lampiran 27. Rekam Medis Kasus 27

No Data :148905

Tgl Masuk :24/7/13 (pk 17:18:28)

Tgl Keluar :26/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : AZS (L)

Umur : 2 th , BB : 19 kg , Suhu: 39 oC

Nama Dokter : SM

Diagnosis : Gastroenteritis dengan febris

Keluhan Utama : panas

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : 24/7 siang anak mulai panas, diberi proris panas turun. Sore tiba-tiba

anak kejang sekitar 5 menit, diare cair 2x, berlendir, dibawa ke RSPN opname

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

24/7/2013 25/7/2013 26/7/2013

Sanmol 5cc 18:10

Trogyl inj. 24:00 8:00 8:00

3x 225 mg 16:00

0:00

Lacto B 22:30 6:00 6:00

2x1 12:00

Praxion Forte 22:30:00 6:00 6:00

3x3cc k/p 12:00 12:00

18:00

Diazepam oral 1,5mg

iv 0,3 ml (bila suhu >38,5°C)

Obat pulang: praxion syrup 3x3ml

Promuba syrup 3x1cth

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

191

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan

Lab. Rujukan

Tanggal

Pemeriksaan

Lab. Rujukan

Tanggal

24 /7/2013 25 /7/2013

24 /7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein

Albumin - -

Warna

kuning

coklat Coklat Coklat

Glukosa - -

Konsistensi Lunak Lembek kental

Bilirubin - -

Darah - - -

Urobilinogen - -

Lendir - + +

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 – 6 2- 4

Lekosit - +1 + 2

Eritrosit 0 – 1 0 – 1

Eritrosit - - + 1

Epithel +1 + 1

Telur cacing - - -

Bakteri - + 1

Amoeba

Histolitica - - +

Selinder -

Lemak - - -

Kristal - -

Amilum - +1 +

Jamur - -

Serat

Tumbuhan - - -

Lain- Lain - -

Jamur - - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

24/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 12,7

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 38,2

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 17,50

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 190

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 5,01

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 75,2

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 18,7

Monosit (%) 3,0 - 12,0 5,5

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,5

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,1

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 13,16

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 3,37

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,96

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,09

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,02

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

192

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Metronidazol Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang dapat

disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi akut dilihat dari hasil kultur yang positif terdapat bakteri dan jumlah leukosit

pasien diketahui 17.500/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai

12.000/µL (Sutedjo, 2012; Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Metronidazol merupakan salah satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut.

Metronidazol terbukti efektif karena kondisi pasien yang membaik (Dipiro & Schwinghammer, 2009)

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat lain

(Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga terapi antibiotika dilakukan secara

empiris. Pemilihan obat ini karena merupakan salah satu terapi lini pertama GE, khususnya akibat

Clostridium ((Dipiro & Schwinghammer, 2009).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 775mg dosis/hari sesuai dosis yang disarankan. Dosis anak untuk

amebiasis/muntah-muntah 30 – 50 mg/kgBB/hari atau untuk pasien ini 570 – 900mg dalam 3 dosis

terbagi (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment:pemberian obat dilakukan setiap 8 jam, sudah sesuai interval pemberian yang

dianjurkan setiap 8 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

193

Lampiran 28. Rekam Medis Kasus 28

No Data :130508

Tgl Masuk :24/7/13 (pk 16:39:17)

Tgl Keluar :27/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : CA (P)

Umur : 2 th , BB : 11kg , Suhu: 36,7 oC

Nama Dokter : EB

Diagnosis : ISPA, Obs vomitus, cacingan

Keluhan Utama : panas

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : 24/7 anak panas, muntah-muntah, BAK terahir jam 11.00

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV.

V. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

24/7/2013 25/7/2013 26/7/2013

Ondansetron inj. 2mg iv 17:00

Sanmol Syrup 22:30 6:00 6:00

3x1 cth k/p Muntah 12:00 12:00

24:00 18:00

Amoxsan inj. 8:00 8:00

3x175mg 16:00

0:00 0:00

Nafos k/p 24:00 6:00 6:00

3x2mg

Stop

mucohexin, nairet 0:00 6:00 6:00

3x1 bks oral 12:00 12:00

18:00

Obat pulang: amoxan 3 x ¾ cth

Narfoz 3 x ½ cth

Sanmol 3 x 1 cth

Puyer (mucohexin, naivet 3 x 1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

194

VI. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

Pemeriksaan Lab. Rujukan

Tanggal

25 /7/2013

25 /7/2013

Feces

Urinalisa

Makroskopis

Protein Albumin - -

Warna

kuning

coklat Kuning

Glukosa - -

Konsistensi Lunak agak keras

Bilirubin - -

Darah - -

Urobilinogen - -

Lendir - +

Urinalisa Sedimen

Mikroskopis

Leukosit 0 – 6 2- 4

Lekosit - +1

Eritrosit 0 – 1 0 – 1

Eritrosit - -

Epithel +1 + 1

Telur cacing - -

Bakteri - + 1

Amoeba

Histolitica - -

Selinder -

Lemak - -

Kristal - -

Amilum - +1

Jamur - -

Serat Tumbuhan - -

Lain- Lain - -

Jamur - +1

VII. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

24/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 11,6

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 36,1

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 19,53

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 385

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,71

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 87,0

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 10,1

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,0

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 0,5

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,4

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 16,99

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 1,98

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,39

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,09

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,08

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

195

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Amoksisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Pasien diindikasikan mengalami infeksi akut, dilihat dari hasil kultur yang positif terdapat bakteri.

Selain itu jumlah leukosit pasien diketahui 19.530/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan leukosit

yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Selain itu persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka

87%, berada diatas jumlah normal yaitu 50% sampai 70% yang menandakan yang menandakan

adanya infeksi akut yang dialami pasien (Sutedjo, 2012).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Amoksisilin cukup efektif diberikan untuk terapi empiris. Hal ini dibuktikan dari

kondisi pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment:

Tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi, sehingga terapi antibiotika dilakukan secara empiris.

Pemilihan amoksisilin karena amoksisilin merupakan antibiotika dengan spectrum luas dan dapat

digunakan untuk terapi empiris (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 450 mg dosis amoksisilin sehari, sesuai dengan dosis yang

disarankan. Dosis untuk anak 20 -50 mg/kgBB atau dalam kasus ini 220 – 550mg dalam 2 – 3

pembagian dosis/hari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: pasien diberikan obat setiap 8 jam, sesuai interval pemberian yang dianjurkan setiap 8

jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Untuk cara pemberian adalah secara intravena dirasa paling efektif agar kondisi pasien

segera kembali normal

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

196

Lampiran 29. Rekam Medis Kasus 29

No Data :128739

Tgl Masuk :25/7/13 (pk 7:8:25)

Tgl Keluar :27/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : LH (L)

Umur : 2 th , BB : 11kg , Suhu: 39,2 oC

Nama Dokter : TSR

Diagnosis : Gastroenteritis akut, kejang demam kompleks

Keluhan Utama : panas

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : pk 20.00 panas, suhu 38,4C, jam 3.00 kejang 5-40x sekitar 5- 30 detik.

Pk 6.15 kejang lagi. BAK pk 06.15 banak, riwayat kejang saat usia 17 bulan 5-30 detik.

Pernah mengalami hiperbilirubin saat bayi

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

25/7/2013 26/7/2013 27/7/2013

Sanmol Syrup 6:00 6:00

3x1 cth 12:00 11:00

18:00 17:00

L.Zinc 6:00 6:00

2x1 cth 12:00

18:00 17:00

Lacto B 6:00 6:00

2x1 sachet 12:00

18:00 17:00

inj. Phenitoin 12:00 6:00

3x25 mg 0:00 18:00

inj. Sefotaksim

8:00 8:00

3x350 mg 16:00 16:00 16:00

24:00 24:00 24:00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

197

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Tgl Pemeriksaan Keterangan

- - -

- -

- -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

25/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 12,4

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 35,3

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 13,86

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 197

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,32

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 84,6

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 9,7

Monosit (%) 3,0 - 12,0 4,4

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 1,0

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,3

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 11,72

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 1,34

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,62

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,14

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,04

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

198

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Gatroenteritis akut merupakan penyakit yang

dapat disebabkan oleh bakteri, diantaranya Salmonella, Shigella, dan E. coli. Pasien diindikasikan

mengalami infeksi akut dilihat dari jumlah leukosit yang melebihi nilai normal. Jumlah leukosit

pasien diketahui 13,860/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai

12.000/µL. Selain itu persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka 84,6%, berada diatas

jumlah normal yaitu 50% sampai 70% yang menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien

(Sutedjo, 2012; Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Sefotaksim merupakan salah satu terapi lini pertama untuk gastroenteritis akut (Dipiro

& Schwinghammer, 2009). Dalam kasus ini, peresepan sefotaksim terbukti efektif karena kondisi

pasien yang membaik.

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment: Terapi diberikan secara empiris karena tidak diketahui jenis bakteri penginfeksi,

sehingga dipilih antibiotika dengan spektrum luas terhadap berbagai jenis bakteri seperti

sefotaksim. Sefotaksim sendiri merupakan antibiotika yang spesifik untuk penyakit (Tan &

Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu lama, sesuai dengan waktu yang dianjurkan untuk

terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan

untuk terapi empiris yaitu 2 – 3 hari (Kemenkes, 2011).

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: pasien diberikan 1050mg obat/hari, sesuai dosis yang disarankan. Dosis untuk anak 50

– 200mg/kgBB/hari atau dalam kasus ini 550 - 2200 mg/hari dalam 2 – 4 dosis terbagi (Lacy, et

al., 2011; Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 6 – 12 jam dalam sehari (Lacy, et al., 2011;

Sukandar, dkk., 2008).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: Pasien mengalami muntah-muntah, sehingga pemberian obat secara intravena dirasa

tepat.

Kategori I Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tepat.

Kategori 0 Lolos kategori 0.

Assesment: lolos pada semua kategori di atas. Termasuk pemberian antibiotika secara rasional

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tepat/bijak (kategori 0)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

199

Lampiran 30. Rekam Medis Kasus 30

No Data :148890

Tgl Masuk :24/7/13 (pk 10:39:15)

Tgl Keluar :28/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : AW (P)

Umur : 6 bulan , BB : 6,1 kg , Suhu: 36,5 oC

Nama Dokter : YM

Diagnosis : Dengue fever

Keluhan Utama : demam

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : riwayat demam tinggi sejak 20/7. Muntah setelah batuk, minum asi

berkurang, sesak

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

5/7/2013 6/7/2013 21/7/2013 22/7/2013 23/7/2013

Paracetamol syrup 15:00 6:00 6:00 6:00 6:00

3 x 1/2 cth 21:00 12:00 12:00 12:00 12:00

18:00 18:00 18:00

Salbutamol 6:00 6:00 6:00 6:00

3 x 0,5 mg 15:00 12:00 12:00 12:00 12:00

21:00 18:00 18:00 18:00

Sefotaksim inj. 6:00 3:00 6:00

(dosis intra cranial) 12:00 6:00

4 x 300mg 15:00 18:00 12:00

0:00 0:00 18:00 18:00

Dexametason inj. 8:00 8:00 8:00 8:00

(5 meniit sebelum AB) 12:00 16:00 16:00 16:00

3 x 1,25 mg 18:00 24:00 24:00 24:00

k/p Diazepam

2 mg

Nebulizer (ventolin, NaCl 0,9g;

1cc) 8:00

3 x 1 17:00

Combivent 1/2; NaCl 0,9%, 1cc 6:00 6:00

3 x 1 11:00 11:00

6:00 8:00

Sefotaksim 16:00

3 x 200mg 24:00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

200

Obat pulang:

- Paracetamol syrup 3 x ½ cth

- Salbutamol 3 x 0,5 mg

- Meptin syrup 2 x ½ cth

- Apralis syrup 1 x 0,3 cth

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Tidak dilakukan

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan

Tanggal

24/7/2013

(pk 11.50)

24/7/2013

(pk 20.11)

25/7/2013

(pk 11.03)

25/7/2013

(pk 19.15)

26/7/2013

(pk 10.33)

26/7/2013

(pk. 18.35)

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 9,0 - - - - -

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 27,0 25,8 24,7 24,9 24,3 24,4

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 9,21 - - - - -

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 118 77 62 47 86 73

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 3,70 - - - - -

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 57,2 - - - - -

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 38,2 - - - - -

Monosit (%) 3,0 - 12,0 1,7 - - - - -

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 2,7 - - - - -

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,2 - - - - -

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 5,26 - - - - -

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 3,52 - - - - -

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,16 - - - - -

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,25 - - - - -

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,02 - - - - -

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Kasus 30

Sefotaksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Tidak Lolos Kategori V (Tidak ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: Dengue Fever bukan disebabkan oleh bakteri, melainkan oleh virus dengue. Tidak

ditemukan indikasi infeksi bakteri, baik dari hasil uji leukosit maupun hasil kultur. Hal ini

berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi pasien yang dalam jumlah normal, sehingga tidak

ditemukan adanya indikasi penyakit akibat infeksi bakteri. Jumlah leukosit pasien diketahui

9,210/µL. Jumlah ini sesuai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Untuk persentase

jumlah neutrofil diketahui 57,2%, masih dalam nilai normal yaitu 50% sampai 70%.

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tanpa indikasi (kategori V)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

201

Lampiran 31. Rekam Medis Kasus 31

No Data :148199

Tgl Masuk :9/7/13 (pk 11:02:38)

Tgl Keluar :11/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : MWK (L)

Umur : 12th , BB : 35kg , Suhu: - oC

Nama Dokter : TSR

Diagnosis : polydactyly

Keluhan Utama : -

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : pro rekonstruksi polydachili jari 1 tangan kanan

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

10/7/2013 11/7/2013

Starxon 1x1g 0:00 14:15

Korthidoc 22:30 8:00

2x1

Obat pulang:

Amoxsan 3x1 tab

As. Mefenamat 3x50mg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

202

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Pemeriksaan Lab. Rujukan Tanggal

9 /7/2013

2013

Protrombin Time

PTT test (mm/jam) 10.8 - 14.4 14.5

PTT control (mm/jam) 11.5 - 15.5 13.8

APTT test (mm/jam) 23.9 - 36.20 31.8

APTT control (mm/jam) 30.0 - 40.0 32

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

9/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 12,4

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 36,3

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 5,78

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 300

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,24

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 55,2

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 38,2

Monosit (%) 3,0 - 12,0 2,7

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 3,7

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,3

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 3,20

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 2,20

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,15

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,22

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,01

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

203

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Seftriakson Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment: pasien mengalami rekonstruksi jari tangan, sehingga perawatannya memerlukan

antibiotika untuk mencegah infeksi sebelum/pasca operasi.

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Kondisi pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment:

merupakan antibiotika dengan spectrum luas. Dapat diterapkan dalam terapi empiris guna

mencegah infeksi bakteri (Tan & Rahardja, 2007).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: Durasi penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat. Pasien hanya menerima

24 jam sebelum dan sesudah operasi. Sesuai aturan Kemenkes (2011), durasi penggunaan

antibiotika dalam profilaksis bedah yaitu 24 jam sebelum dan sesudah operasi.

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: dosis untuk pencegahan infeksi 1 gram dalam sekali pemberian dalam sehari (Lacy, et

al., 2011).

Kategori IIB Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tepat interval pemberian).

Assesment: interval pemberian yang dianjurkan setiap 1 kali dalam sehari (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIC Lolos Kategori IIC (penggunaan antibiotika tepat rute pemberian).

Assesment: rute pemberian tepat

Kategori I Tidak Lolos Kategori I (penggunaan antibiotika tidak tepat waktu pemberian).

Assesment: waktu pemberian setiap harinya tidak tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

204

Lampiran 32. Rekam Medis Kasus 32

No Data :054617

Tgl Masuk :19/7/13 (pk 22:12:26)

Tgl Keluar :21/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : SAD (P)

Umur : 9 th , BB : 29kg , Suhu: 37 oC

Nama Dokter : ADL

Diagnosis : asma bronchiale

Keluhan Utama : sesak napas

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : 19/7 sore anak sesak, nafas berat, opname. Pada bulan april anak pernah

opname di ICU tegal yoso

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

19/7/2013 20/7/2013 21/7/2013

Cortidex inj. 21:00 8:00 8:00

3x3mg 16:00

0:00

Ryvel Syrup 1:00 18:00

1x7,5 ml

Tocef syrup 1:00 1:00

2x3ml 12:00

Nebulizer (Combivent; ixotide) k/p 21:15:00 6:00 6:00

2x1 18:00

Aminopilin inj. 2,5cc 21:30 6:00

NaCl 2,5cc 18:00

Obat pulang: Tocef syrup 2x3ml

Ryvel Syrup1x7,5ml

Imnunos syrup 2x1cth

Vectim syrup 3x1cth

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Tgl Pemeriksaan Keterangan

- - -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

205

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

20/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 13,3

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 39,4

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 15,94

Trombosit (10³/uL) 150 – 450 270

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 4,59

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 89,0

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 7,9

Monosit (%) 3,0 - 12,0 1,3

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 1,7

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,1

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 14,18

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 1,26

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,21

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,27

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,02

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Sefiksim Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Asma bronchiale bukan disebabkan oleh infeksi bakteri, melainkan reaksi hipersensitivitas bronchi

terhadap berbagai stimulasi spesifik. Namun dilihat dari hasil uji Jumlah leukosit pasien diketahui

15,940/µL. Jumlah ini melebihi nilai rujukan leukosit yaitu 4.000/µL sampai 12.000/µL. Selain itu

persentase jumlah neutrofil juga menunjukkan angka 89,0%, berada diatas jumlah normal yaitu

50% sampai 70% yang menandakan adanya infeksi akut yang dialami pasien (Sutedjo, 2012; Tan

& Rahardja, 2007).

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif)..

Assesment: Cukup efektif, terlihat dari kondisi pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Tidak Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis ada yang lebih murah. Sporetic syrup memiliki harga yang lebih

terjangkau daripada Tocef syrup.

Kesimpulan Ada antibiotika yang lebih murah (kategori IVC)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

206

Lampiran 33. Rekam Medis Kasus 33

No Data :123384

Tgl Masuk :4/7/13 (pk 13:41:03)

Tgl Keluar :6/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : AW (L)

Umur : 9 th , BB : 38kg , Suhu: - oC

Nama Dokter : VH

Diagnosis : perioperatif aff plate frakturcruris

Keluhan Utama : -

Sumber Biaya : askes sosial

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : -

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

5/7/2013 6/7/2013

Seftriakson 12:00 8:00

2 x 500mg 0:00 17:00

Ketolorat 12:00 8:00

2 x 30 mg 0:00

Obat pulang:

- Cefadroxil 2 x 1

- Asam Mefenamat 3 x ½

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 225: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

207

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Tgl Pemeriksaan Keterangan

- - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

1/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 15,7

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 45,8

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 10,48

Trombosit (10³/uL) 150 - 450 460

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 5,86

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 46,1

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 45,4

Monosit (%) 3,0 - 12,0 3,6

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 4,5

Basofil (%) 0,0 - 1,0 0,4

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 4,83

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 4,76

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 0,37

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 0,48

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 0,04

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 226: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

208

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Seftriakson Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Lolos Kategori V (Ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

perioperatif aff plate frakturcruris adalah suatu cedera atau trauma atau bahkan patahan yang

terjadi pada tulang tibia fibula sehingga dalam perawatannya memerlukan antibiotika untuk

mencegah timbulnya bakteri pada bekas operasi (Marilynn, 1993)

Kategori IVA Lolos Kategori IVA (tidak ada antibiotika yang lebih efektif).

Assesment: Kondisi pasien membaik / sembuh

Kategori IVB Lolos Kategori IVB (tidak ada antibiotika yang lebih aman).

Assesment: antibiotika ini cukup aman digunakan dan tidak ada interaksi merugikan dengan obat

lain (Kemenkes, 2011).

Kategori IVC Lolos Kategori IVC (tidak ada antibiotika yang lebih murah).

Assesment: untuk obat sejenis tidak ada yang lebih murah

Kategori IVD Lolos Kategori IVD (tidak ada antibiotika yang lebih spesifik).

Assesment:

merupakan antibiotika dengan spectrum luas. Dapat diterapkan dalam terapi pencegahan infeksi

bakteri pasca operasi (Lacy, et al., 2011).

Kategori IIIA Lolos Kategori IIIA (penggunaan antibiotika tidak terlalu lama).

Assesment: Durasi penggunaannya tidak terlalu lama atau terlalu singkat. Pasien hanya menerima

24 jam sebelum dan sesudah operasi. Sesuai aturan Kemenkes (2011), durasi penggunaan

antibiotika dalam profilaksis bedah yaitu 24 jam sebelum dan sesudah operasi

Kategori IIIB Lolos Kategori IIIB (penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat).

Assesment: penggunaan antibiotika tidak terlalu singkat

Kategori IIA Lolos Kategori IIA (penggunaan antibiotika tepat dosis).

Assesment: dosis untuk pencegahan infeksi 1 gram dalam sekali pemberian dalam sehari (Lacy,

et al., 2011).

Kategori IIB Tidak Lolos Kategori IIB (penggunaan antibiotika tidak tepat interval pemberian).

Assesment: interval yang diberikan pada pasien ini adalah 2 kali sehari. Interval pemberian yang

dianjurkan setiap 1 kali dalam sehari atau setiap 24 jam (Lacy, et al., 2011).

Kesimpulan Interval pemberian tidak tepat (kategori IIB)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 227: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

209

Lampiran 34. Rekam Medis Kasus 34

No Data :148430

Tgl Masuk :12/7/13 (pk 15:17:00)

Tgl Keluar :15/7/13

I. Identitas Pasien

Nama Pasien : AAF (L)

Umur : 5 hari , BB : 2,6 kg , Suhu: - oC

Nama Dokter : AMK

Diagnosis : Ichterik neonatus

Keluhan Utama : -

Sumber Biaya : Pribadi

II. Riwayan Kesehatan

Riwayat Penyakit : -

III. Tujuan Keluar : sembuh

IV. Pengobatan

Obat Tanggal & Waktu Pemberian

12/7/2013 13/7/2013 14/7/2013

Amoxsan drop 18:00 6:00 6:00

3x0,4ml 12:00 12:00

18:00 18:00

L/V puyer 18:00 6:00 6:00

3x1bks 12:00 12:00

18:00 18:00

Istaplex 18:00 6:00 6:00

Terapi Penyinaran 14.00 14.00

Obat pulang

- Vitaplex 1 x 0,3

- Amoxsan drop 3 x 0,4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 228: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

210

V. Pemerikasaan Mikrobiologi

Tgl Pemeriksaan Keterangan

- - -

VI. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

Parameter Rujukan Tanggal

12/7/2013

Hematologi

Hemoglobin (g/dL) 12,00 - 16,00 -

Hematokrit (%) 35,00 - 49,00 -

Leukosit (10³/uL) 4,00 - 12,00 -

Trombosit (10³/uL) 150 - 450 -

Eritrosit (juta/uL) 3,50 - 5,20 -

Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil (%) 50,0 - 70,0 -

Limfosit (%) 20,0 - 60,0 -

Monosit (%) 3,0 - 12,0 -

Eosinofil (%) 0,5 - 5,0 -

Basofil (%) 0,0 - 1,0 -

Neutrofil (10³/uL) 2,0 - 8,0 -

Limfosit (10³/uL) 0,80 -7,0 -

Monosit (10³/uL) 0,12 - 1,20 -

Eosinofil (10³/uL) 0,02 - 0,80 -

Basofil (10³/uL) 0,0 - 0,10 -

Bilirubin

Total 0,0 – 0,5 14,0

Direk 0,05 – 0,3 0,4

Indirek 13,6 -

Imunofluorometri

TSH < 20 8,5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 229: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

211

VII. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Menurut Alur Gyssen

Amoksisilin Katogori Gyssen Hasil Assessment (Lolos / Tidak Lolos Per Kategori)

Kategori VI Lolos kategori VI (Data rekam medis pasien lengkap).

Assessment: data rekam medis lengkap

Kategori V Tidak Lolos Kategori V (Tidak ada indikasi infeksi bakteri).

Assesment:

Ichterik neonatus bukanlah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Peresepan antibiotika

pada kasus ini dilakukan tanpa indikasi infeksi bakteri. Hasil uji hematologi dan uji kulturpun tidak

tersedia, sehingga penggunaan antibiotika pada kasus ini termasuk kategori V (Pemberian

antibiotika tanpa indikasi infeksi bakteri).

Kesimpulan Penggunaan antibiotika tanpa indikasi infeksi (kategori V)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 230: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · penyakit infeksi. Hal ini menyebabkan tingginya peresepan antibiotika pada pasien anak. Antibiotika adalah obat yang paling

212

BIOGRAFI PENULIS

Gede Wiwid Santika Prabawa merupakan anak

pertama dari pasangan I Ketut Wijadi dan Sang Ayu Putu

Widiyanti, lahir di Klungkung pada tanggal 22 Oktober

1991. Pendidikan awal dimulai di Taman Kanak-kanak

Kemala Bhayangkari 4 Gianyar pada tahun 1996-1998.

Dilanjutkan ke jenjang pendidikan di Sekolah Dasar

Negeri 1 Gianyar pada tahun 1998-2004. Selanjutnya ke

jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

Gianyar pada tahun 2004-2007. Kemudian naik ke jenjang

pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gianyar

pada tahun 2007-2010. Selanjutnya pada tahun 2010 melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi

di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis cukup aktif dalam

kegiatan kemahasiswaan di dalam fakultas maupun universitas, antara lain sebagai anggota

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) Farmasi periode 2012-2013 dan pengurus

Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) Universitas Sanata Dharma periode 2012-2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI