PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · 2017. 7. 12. · Salah satu budaya di Toraja yang...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · 2017. 7. 12. · Salah satu budaya di Toraja yang...
STRATEGI COPING PADA POLISI SUKU TORAJA YANG MENGALAMI
MASA PRA PENSIUN TERKAIT RAMBU SOLO’ DI TORAJA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun oleh:
Delvianty Tanga Parinding
NIM: 129114066
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Sesungguhnya, Allah penolongku; Tuhanlah yang menopangku”
Mazmur 54:4
“Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk
selama-lamanyaa kasih setia-Nya.”
Mazmur 107:1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tulisan ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Kedua orangtuaku,
Yacob Parinding & Yohana Tangnga
Saudaraku tercinta,
(Alm.) Yulianty Tanga Parinding dan Yohanis Tanga Parinding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
STRATEGI COPING PADA POLISI YANG MENGHADAPI MASA PRA
PENSIUN TERKAIT DENGAN ADAT RAMBU SOLO’ DI TORAJA
Delvianty Tanga Parinding
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi coping yang dimiliki oleh polisi
suku Toraja yang menghadapi masa pra pensiun terkait rambu solo’ di Toraja.
Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan adalah “Bagaimana strategi coping pada
polisi suku Toraja yang mengalami masa pra pensiun dalam menghadapi upacara
Rambu Solo’?”. Informan dalam penelitian ini yaitu polisi suku Toraja yang memiliki
jabatan perwira pertama yang berusia di atas 50 tahun atau mendekati masa pensiun
di Toraja. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan
menggunakan analisis isi terarah. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara semi terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa polisi yang
mengalami masa pra pensiun merasa siap karena telah memiliki pekerjaan sampingan
yang akan diteruskan saat pensiun nanti. Bagi ketiga informan, rambu solo’ bukanlah
beban bagi mereka karena telah memiliki pekerjaan sampingan. Gengsi dan status
sosial menjadi motif dibalik pelaksanaan upacara rambu solo’ yang besar. Apabila
datang dengan tangan hampa pada upacara rambu solo’, maka memberikan pengaruh
bagi seseorang yang memiliki pangkat dan jabatan yaitu munculnya perasaan malu.
Dalam menghadapi permasalahannya, para informan menggunakan salah satu strategi
coping atau menggabungkan beberapa strategi coping. Pemilihan strategi coping
tidak lepas dari adanya sumber coping seperti positif beliefs dan social support.
Kata kunci: strategi coping, pra pensiun, rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
POLICE COPING STRATEGY IN FACING PRE-RETIREMENT PERIOD
RELATED TO RAMBU SOLO’ TRADITION IN TORAJA
Delvianty Tanga Parinding
ABSTRACT
This research aims to acknowledge the coping strategy used by police to face pre-
retirement period related to Torajanese’s polices tradition Rambu Solo’. The question
used in this research will be “How is the coping strategy practiced by Torajanese’s
polices in pre-retirement period in facing Rambu solo’ ceremony? The informants of
this research were Torajanese’s polices in aged of over 50 who had their first officer
position and approaching retirement period in Toraja. The method applied in this
research was quantitative method by using directed content analysis. The researcher
employed semi-structured interview to gather the data. This result showed that the
polices were ready to face their preretirement period because they have already a side
job until the retirement. For the polices, Rambu Solo’ was not a problem. Prestige
and status social were the motif for Rambu Solo’s tradition. They would feel
embarrassed if they did not prepare anything for this ceremony. In facing their
problems, the informants applied one of coping strategies or combine several coping
strategies. This coping strategy selection depends on some coping sources such as
beliefs and social support.
Key words: coping strategy, pre-retirement, rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan-Nyalah sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini terselesaikan atas
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan kesehatan, waktu, semangat
kerja, dan menjadi tempat keluh kesahku. Terimakasih untuk kasih setiaMu,
Tuhanku Yesus.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., dekan Fakultas Psikologi, Universitas
Sanata Dharma.
3. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., Kaprodi Psikologi Universitas Sanata
Dharma.
4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. dan Lidwina Tri A. FCJ. MA. selaku dosen
pembimbing akademik.
5. Bapak R. Landung Eko P., M.Psi., Psi. selaku dosen pembimbing. Terima
kasih untuk setiap masukan, dukungan, kritik saran, dan semangatnya. Terima
kasih juga untuk ibu Sylvia Carolina MYM., M.Si., yang sebelumnya menjadi
dosen pembimbingku.
6. Terima kasih untuk dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk menguji hasil kerja saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Bapak dan ibu dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang berharga.
8. Papa, Mama, dan Anis yang selalu memberikan dukungan untuk terus
semangat mengerjakan skripsi, terima kasih sudah memahami dan selalu ada
buatku. Keluarga besar yang selalu mendukung dan mendoakanku.
9. Sepupu-sepupuku Ningsih, Lia, Cindy, dan Lin, semangat kuliahnya ya. Buat
Adi dan Wendy, semangat kerja skripsinya biar tahun ini bisa wisuda bareng.
10. Sahabat-sahabatku, Oktia Sudianti, Itha Alamako, dan Nila Hayu. Teman
dolan, teman makan, dan kerjaannya selfie muluk wkwkwk. Makasih sayang-
sayangku untuk dukungan dan semangatnya. Semangat buat revisi buat Itha,
semoga bisa ki wisuda bareng. Tetap semangat Tia, semoga tahun ini bisa
sidang dan cepat wisuda. Amiiiiin. Nilaaa, moga dapat kerjaan yaaaak, hehee.
11. Agung dan Patrick, teman dari SMA sampai sekarang yang mau aja bantuin
nyari buku tentang Toraja, makasih banyak nah. Ku doakan moga sukses ko
mi. semangatt agung semoga kejar S2nya. Patrick, semangat kuliah biar cepat
lulus trus jadi Romo deh, hehe.
12. Maria Moa dan Vita Kharisma, teman seperjuangan skripsi hingga saat ini,
terima kasih untuk setiap proses yang kita jalani bersama, terima kasih untuk
semangat dan dukungannya.
13. Teman-teman Dampok Insadha 2014 Ansel, Iwat, Andre, Dida, dan Yopek
yang nyemangatin dan memberikan dukungan. Makasih banyak buat Alvian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
dan Thomas yang mau aja direpotin secara dadakan, hehe. Makasih banyak
yaa.
14. S. Aji, makasih banyak untuk dukungannya yang mau nemenin nyekrip, mau
direpotkan, dan memberikan masukan meski kadang aku kurang paham kamu
bilang apa hahaa. Semangat kuliah ya biar cepat lulusnya.
15. Gue, Rini, Pipi, Edo, Dara, Nyak, Gektri, Gege, dan Sekkar. Terima kasih
untuk dukungan dan bantuannya. Semangat ya buat kalian yang masih dalam
proses.
16. Para informan yang telah percaya dan memberikan infomasi untuk penelitian
ini.
17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, yang telah
membantu dan memberikan dukungan selama ini.
Akhir kata, peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, peneliti sangat terbuka untuk menerima dan menghargai setiap kritik dan
saran yang disampaikan untuk membantu menyempurnakan penelitiaan ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi banyak orang.
Yogyakarta, Maret 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................................ vii
ABSTRACT ..................................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
1.2. Masalah Penelitian ........................................................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 9
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 9
1.4.1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 9
1.4.2. Manfaat Praktis .................................................................................. 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 11
2.1. Strategi Coping .............................................................................................. 11
2.1.1. Pengertian Strategi Coping ................................................................ 11
2.1.2. Fungsi Coping .................................................................................... 13
2.1.3. Bentuk-Bentuk Coping ....................................................................... 14
2.1.4. Faktor-Faktor Coping .......................................................................... 16
2.2. Rambu Solo’ pada Polisi yang menghadapi masa pra pensiun ...................... 19
2.2.1. Pengertian Rambu Solo’ ..................................................................... 19
2.2.2. Pengertian Pra Pensiun ....................................................................... 23
2.2.3. Karakteristik Pra Pensiun ................................................................... 25
2.3. Strategi Coping pada Polisi yang Mengalami Masa Pra Pensiun
terkait dengan Rambu Solo’ ........................................................................... 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 31
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................................... 31
3.2. Informan Penelitian ........................................................................................ 32
3.3. Fokus Penelitian ............................................................................................. 33
3.4. Refleksivitas Peneliti ................................................................................................. 33
3.5. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 34
3.6. Metode Analisis Data ..................................................................................... 36
3.7. Keabsahan Data .............................................................................................. 37
3.7.1. Kredibilitas .......................................................................................... 37
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN .............................................. 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
4.1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 38
4.1.1. Persiapan Penelitian dan Perizinan .................................................... 38
4.1.2. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 39
4.2. Informan Penelitian ........................................................................................ 40
4.2.1. Data Informan ................................................................................... 40
4.2.2. Latar Belakang Informan .................................................................... 40
4.3. Analisis Data Penelitian ................................................................................. 44
4.3.1. Informan 1 .......................................................................................... 44
4.3.2. Informan 2 .......................................................................................... 58
4.3.3. Informan 3 .......................................................................................... 72
4.4. Kesimpulan Analisis Ketiga Informan ........................................................... 78
4.5. Pembahasan .................................................................................................... 80
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 89
5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 89
5.2. Saran ............................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 92
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Panduan Pertanyaan Wawancara ...................................................................... 35
Tabel 4.1 Waktu dan tempat penelitian............................................................................. 39
Tabel 4.2 Data Informan ................................................................................................... 40
Tabel 4.3 Latar Belakang Informan 1 ............................................................................... 40
Tabel 4.4 Latar Belakang Informan 2 ............................................................................... 42
Tabel 4.5 Latar Belakang Informan 3 ............................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Skema strategi coping pada polisi suku Toraja yang mengalami masa pra
pensiun terkait dengan rambu solo’ ............................................................ 30
Gambar 4.1: Skema Informan 1 ........................................................................................ 57
Gambar 4.2: Skema Informan 2 ........................................................................................ 71
Gambar 4.3: Skema Informan 3 ........................................................................................ 77
Gambar 4.4: Skema Pembahasan ..................................................................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu budaya di Toraja yang menjadi daya tarik wisata paling populer
di Provinsi Sulawesi Selatan adalah rambu solo’ atau upacara pemakaman.
Upacara ini termasuk salah satu upacara yang penting dalam kehidupan
masyarakat Toraja. Hal itu dapat dimengerti oleh karena dalam pandangan
hidup orang Toraja, kematian merupakan titik permulaan kehidupan baru di
“alam yang lain” (Paseru, 2004).
Menurut Said (2004, dalam Tumirin dan Abdurahim, 2015), upacara
rambu solo’ sudah mulai dilaksanakan sekitar abad ke-9 masehi dan
dilaksanakan secara turun-temurun hingga saat ini. Setiap tahapan pelaksanaan
upacara rambu solo’ merupakan peristiwa yang mengandung dimensi religi dan
sosial, serta ditunjang pula dengan realitas kehidupan di puya (surga), yang
digambarkan sebagai suatu kehidupan yang kekal dan apabila arwah tersebut
telah menjadi dewa akan memberikan berkat bagi kaum keluarganya (Rahleda,
2016). Iskandar (2013) mengatakan bahwa nilai-nilai yang dianut oleh
seseorang tidak terlepas dari proses belajar yang dialami oleh seseorang dengan
lingkungannya. Upacara rambu solo’ memiliki nilai-nilai tersendiri bagi
masyarakat Toraja seperti nilai religi, sosial, dan ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Selain nilai-nilai yang telah dianut oleh masyarakat, terdapat juga norma-
norma sosial yang menjadi aturan adat di Toraja. Iskandar (2013) mengatakan
bahwa norma sosial akan digunakan sebagai standar tingkah laku masyarakat
yang kelak dapat berkembang menjadi aturan hukum adat Toraja, khususnya
pada upacara rambu solo’. Nilai dan norma sosial tentang adat rambu solo’ telah
ditanamkan oleh orangtua sejak kecil sehingga orang Toraja memiliki ikatan
atau kelekatan yang kuat terhadap adat budayanya. Ainsworth (dalam
Nurhidayah, 2011) mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang
dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat
mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu dan
terbentuk karena adanya hubungan antar individu dalam lingkungan sosialnya.
Ketika kelekatan berlangsung secara terus menerus dan dalam jangka waktu
yang berlangsung lama, maka akan menimbulkan sebuah ikatan afeksional
(Ainsworth,1978 dalam Indrawati dan Fauziah, 2012). Kelekatan antar anak dan
orangtua dalam kebudayan Toraja dapat menumbuhkan nilai dan norma budaya
Toraja hingga mereka beranjak dewasa dan hidup bermasyarakat.
Merujuk pada penjelasan sebelumnya, upacara adat rambu solo’
terselenggara dikarenakan adanya dorongan perasaan berutang budi,
melestarikan budaya dan meningkatkan pendapatan daerah (melalui retribusi
potong hewan), kebiasaan atau ritual, mempererat kekerabatan persaudaraan,
dan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi. Perasaan berutang budi yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dengan membayar hutang keluarga pada keluarga lain yang sedang mengadakan
rambu solo’ atau pesta pemakaman (Andilolo, 2012). Adanya ketetapan adat
yang di anggap sangat penting dalam ritual rambu solo’, mewajibkan
masyarakat atau anggota keluarga yang memiliki sanak keluarga yang
meninggal untuk meminjam uang pada keluarga yang lain. Bahkan tidak sedikit
yang harus menjual rumah ataupun menjadi budak pada kalangan bangsawan
Tana Toraja demi memenuhi tuntutan adat tersebut (Baharuddin, 2016).
Ada banyak tingkatan upacara pemakaman yang dilaksanakan di kalangan
masyarakat Toraja dan itu disesuaikan dengan kelasnya, atau status sosial dari
yang meninggal serta jumlah kerbau yang akan dikorbankan. Cyndia (2015)
memaparkan status sosial keluarga yang meninggal dapat terlihat di prosesi
rambu solo’. Status sosial dapat dilihat dari jumlah hewan yang dikorbankan.
Semakin banyak jumlah kerbau yang disembelih, status sosialnya semakin
tinggi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pelaksanaan upacara rambu solo’
dikarenakan beberapa faktor, yaitu faktor fanatisme yang sudah melekat berupa
emosi keagamaan dalam ajaran Aluk Todolo, dorongan dari kelompok
masyarakat yang ingin menampilkan status dan lapisan sosialnya disertai
kemampuan ekonomi, sehingga gengsi sosial timbul dan menjadi ukuran
penilaian oleh masyarakat sekitarnya (Ansaar, 2014).
Ada’ (2014) mengatakan bahwa upacara kematian telah berangsur-angsur
berubah menjadi konsentrasi dan manifestasi siri’ (harga diri) yaitu pelaksanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
upacara kematian yang semarak dan mahal akan menaikkan gengsi yang
bersangkutan atau keluarganya, sedangkan kegagalan melaksanakannya akan
membuat malu yang bersangkutan atau keluarganya. Adanya perasaan gengsi
dan malu, mendorong setiap orang untuk bekerja dengan lebih giat agar dapat
mendapat penghasilan sesuai dengan jabatannya.
Tuntutan sosial yang harus dipenuhi oleh masyarakat Toraja memberikan
motivasi untuk bekerja dengan giat mencari penghasilan yang tinggi demi
membiayai upacara adatnya. Menurut Suardirman (2011), bekerja merupakan
bagian fundamental kehidupan bagi hampir semua orang dewasa, baik pria
maupun wanita, yang memberikan kebahagiaan dan kepuasan. Masyarakat
dapat mengembangkan potensi pada bidang pekerjaan yang diminatinya,
dengan memiliki penghasilan yang sesuai dengan usaha kerjanya. Penghasilan
yang diperoleh dari hasil kerja seseorang disesuaikan dengan pangkat jabatan
yang dimilikinya. Untuk mendapatkan jabatan yang tinggi, seseorang perlu
bekerja dengan giat untuk mencapai posisi tersebut. Masyarakat menilai
seseorang yang memiliki jabatan yang tinggi akan mendapatkan pengakuan atau
memiliki status sosial.
Status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya
sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestise,
dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya (Soekanto, 2006). Status sosial yang
dimiliki seseorang dapat dilihat dari pekerjaan yang dimilikinya, jenjang karir,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
atau penghasilan yang besar. Salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh
masyarakat Toraja yaitu polisi. Seseorang yang berprofesi sebagai polisi dengan
jabatan yang tinggi memiliki status sosial yang tinggi bagi masyarakat Toraja.
Hal ini dikarenakan polisi memiliki pendidikan dan kemampuan ekonomi yang
tinggi sehingga dianggap mampu untuk melaksanakan upacara Rambu solo’.
Pada kenyataannya, pekerjaan yang dilakukan tidak akan berlangsung
selamanya karena ada batasan usia tertentu dalam bekerja yang disebut dengan
masa pensiun. Pensiun diartikan sebagai berhentinya seseorang dari
pekerjaannya yang selama ini ia tekuni dan menjadi sumber hidup bagi
keluarganya, serta tidak lagi bekerja ditempat itu untuk selama-lamanya
(Tarigan, 2009). Pada masa ini, individu bukan hanya kehilangan pekerjaan
tetapi juga kehilangan jabatan, karir, dan penghasilan tetap yang dimilikinya.
Kehilangan jabatan atau kedudukan itu dapat menimbulkan efek yang negatif,
seperti rasa takut, khawatir, cemas, depresi, dan stress. Tak dapat dipungkiri,
faktor stres dapat berdampak buruk pada mental dan fisik seseorang, apalagi
jika hal tersebut berlangsung lama dan tidak segera diatasi dengan baik
(Tarigan, 2009). Makin cemas seseorang dalam meningkatkan kelas sosialnya,
maka simbol status terasa semakin penting. Jahja (2011) memaparkan bahwa
apabila karena mobilitas sosial individu pada usia madya pindah lingkungan
yang baru, maka masyarakat yang berada di lingkungan tersebut akan menerima
atau menolaknya dengan melihat dari simbol sosialnya. Makin banyak simbol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
status yang dapat dimilikinya, maka makin tinggi kemungkinan dan kesempatan
untuk memperoleh pengakuan.
Secara psikologis, aturan dan norma adat yang ada di Toraja termasuk
sebagai superego yang dimiliki oleh orang Toraja untuk dilakukan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bion (1962 dalam Carvert, 2011) bahwa
“Where superego was, there ego shall come to be.” Aturan adat tersebut tercipta
karena diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang orang Toraja
sehingga wajib untuk dijaga dan dilestarikan. Selain itu, adanya keterikatan
antara orang Toraja dengan adat budayanya yang telah berakar dan mendarah
daging dalam kehidupan orang Toraja membuat mereka tidak dapat lepas dari
budayanya. Seperti yang diungkapkan oleh Rousseau dan Pascal (1969, dalam
Carvert, 2011) bahwa “conscience is fundamentally grounded in non-rational,
emotional processes of attachment, sympathy, concern and love.”. Keterikatan
(attachment) ini tercipta sebagai wujud rasa hormat kepada leluhurnya sehingga
adat budaya tidak bisa dilepas atau diabaikan. Hal ini membuat superego
menjadi agen ideologi budaya (Barnet, dalam Carvert, 2011) sehingga orang
Toraja harus berusaha untuk memenuhi tuntutan adatnya yaitu bekerja dengan
keras untuk membiayai upacara rambu solo’ yang tidak sedikit.
Sumber pengeluaran terbesar bagi orang Toraja yaitu untuk membiayai
pesta adat rambu solo’. Di samping itu, ada beberapa pengeluaran lain yang
juga perlu dipertimbangkan bagi orang Toraja khususnya seorang polisi.
Pengeluaran biaya hidup untuk keluarganya seperti pendidikan anak, kredit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
rumah atau kendaraan pribadi, kesehatan, kebutuhan rumah tangga, dan lain-
lain. Dengan adanya beban ekonomi dan tuntutan sosial yang harus dihadapi,
polisi perlu memikirkan usaha untuk mempersiapkan masa pensiunnya. Hal ini
disebabkan ketika masa pensiun tiba, polisi tidak mendapatkan gaji yang besar
sesuai dengan jabatannya, akan tetapi mendapatkan dana pensiun yang lebih
sedikit. Bagi polisi yang tidak dapat mengatasi berbagai masalah atau tuntutan
tersebut, maka akan menjadi sumber stres. Besarnya dana yang dikeluarkan
dalam rambu solo’ dapat menyebabkan tekanan bagi polisi yang mengalami
masa pensiun. Hal ini dikarenakan sumber penghasilan yang didapatkan saat
bekerja, sudah tidak ada lagi sehingga diperlukan strategi coping untuk
menghadapi tuntutan sosial di Toraja.
Berbagai masalah dan tuntutan sosial yang dialami individu dapat
diselesaikan dengan menggunakan strategi coping. Coping adalah pemikiran
atau perilaku adaptif bertujuan mengurangi atau meringankan stress yang
bersumber dari kondisi yang berbahaya, mengancam, atau menantang (Papalia,
2009). Ada berbagai cara yang berbeda dalam menghadapi situasi yang ada
dengan melakukan strategi coping. Strategi coping bisa jadi berfokus pada
masalah atau berfokus pada emosi. Pada coping berfokus pada masalah merujuk
kepada upaya untuk menangani masalah dengan mengubah fitur situasi yang
menekan. Sedangkan pada coping berfokus emosi, di mana individu berjuang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
memperbaiki kondisi emosional internalnya, misalnya, dengan penenangan
emosional atau mencari dukungan sosial.
Ada berbagai penelitian yang membahas tentang rambu solo, seperti
penelitian Ansaar (2014) dalam “Rapasan: Upacara Pemakaman bagi Kasta
Tana’ Bulaan di Tana Toraja” mengungkapkan upacara pemakaman merupakan
ritual yang paling penting dan biayanya tergolong mahal. Sirajuddin &
Andilolo (2013) dalam “Beberapa Motivasi Masyarakat Toraja Memotong
Ternak Kerbau” menuliskan motivasi untuk memotong kerbau tidak lagi
berdasarkan adat Toraja yang sesungguhnya tetapi disesuaikan dengan strata
sosial masyarakat. Hasil penelitian lain juga mengungkapkan dalam kehidupan
masyarakat Toraja, kerbau berkaitan dengan lapisan sosial, status sosial, dan
peran sosial. Nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat Toraja juga
mempengaruhi nilai jual kerbau yang ada di Toraja, masyarakat yang memiliki
status dan lapisan sosial tinggi di Toraja akan membeli kerbau dengan nilai
yang lebih tinggi. (Sadidan, Sulaeman, dan Homzah, 2015).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi coping pada
polisi yang bersuku Toraja dalam menghadapi masa pra pensiunnya terkait
dengan rambu solo’. Oleh sebab itu, peneliti memilih pendekatan kualitatif
dengan menggunakan analisis isi terarah. Menurut Supratiknya (2015), analisis
isi terarah cocok diterapkan pada teori yang sudah ada atau hasil penelitian
tertentu pada suatu fenomena, kemudian divalidasi atau diuji kembali dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
konteks baru atau menggunakan informan yang baru. Pendekatan ini dinilai
sesuai digunakan untuk menguji kembali strategi coping pada polisi yang
mengalami masa pra pensiun terkait rambu solo’ karena pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Marwing (2011) mengenai strategi coping
dengan kriteria informan yang tidak memiliki pekerjaan tetap di Toraja.
Berdasarkan uraian tersebut menjadi pertimbangan untuk melakukan penelitian
mengenai strategi coping pada polisi suku Toraja yang menghadapi masa
pensiun terkait rambu solo’.
1.2. Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini, masalah umum yang ingin diangkat oleh peneliti
adalah “Bagaimana strategi coping pada polisi suku Toraja yang menghadapi
masa pra pensiun terkait rambu solo’ di Toraja?”
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi coping pada polisi
suku Toraja yang menghadapi masa pra pensiun terkait rambu solo’ di Toraja.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
tambahan teori baru bagi para akdemisi dan peneliti selanjutnya.
Berkaitan dengan bidang psikologi khususnya pada bidang psikologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
sosial dan psikologi budaya, penelitian ini diharapkan memberikan
manfaat dalam menjelaskan dengan lebih baik mengenai strategi coping
pada polisi suku Toraja yang menghadapi masa pra pensiun terkait
upacara rambu solo’ di Toraja.
1.4.2. Manfaat Praktis
a. Bagi para polisi dan keluarga polisi suku Toraja yang memasuki
masa pra pensiun, penelitian ini dapat memberi gambaran tentang
pengaruh rambu solo’ terhadap polisi menjelang pensiunnya
sehingga menggunakan strategi coping.
b. Menambah wawasan dan bahan reflektif untuk melihat strategi
coping yang digunakan polisi suku Toraja menghadapi masa pra
pensiun terkait upacara rambu solo’.
c. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu kepolisian
memperhatikan anggotanya khususnya pada polisi yang termasuk
suku Toraja yang menghadapi masa pensiun dengan menggunakan
strategi coping dalam menghadapi upacara rambu solo’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Strategi Coping
2.1.1. Pengertian Strategi Coping
Kata coping sendiri berasal dari kata cope yang dapat diartikan
sebagai menghadapi, melawan ataupun mengatasi, walaupun demikian
belum ada istilah dalam bahasa Indonesia yang tepat untuk mewakili
istilah ini (Wardani, 2009). Lazarus & Folkman (dalam Smet, 1994)
menggambarkan coping sebagai suatu proses pada individu mencoba
untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (tuntutan yang
berasal dari diri individu maupun dari lingkungan) dengan sumber-
sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi yang
menekan. Coping adalah cara berpikir atau perilaku adaptif yang
bertujuan mengurangi atau menghilangkan stres yang timbul dari
kondisi berbahaya, mengancam, atau menantang (Papalia, 2009).
Sedangkan menurut Arumwardhani (2011), coping adalah suatu proses
usaha untuk mempertemukan tuntutan yang berasal dari diri sendiri dan
lingkungan.
Coping dilakukan untuk menyeimbangkan emosi individu dalam
situasi yang penuh tekanan (Wardani, 2009). Jika individu dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
menggunakan perilaku copingnya dengan baik maka ia dapat melakukan
penyesuaian sosial dengan baik pula. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa, sebagian besar informan mempunyai orientasi
penyelesaian masalah yang berfokus pada cara atau strategi untuk
menyelesaikan masalah atau Problem Focused Coping. Coping
merupakan reaksi terhadap tekanan yang berfungsi memecahkan,
mengurangi dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan (Hapsari,
dkk, 2002 dalam Wardani, 2009). Perilaku coping juga diartikan sebagai
tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan
sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah (Chaplin,
2001 dalam Wardani, 2009). Fleming (1984 dalam Prasetyo, 2016)
mengungkapan bahwa perilaku coping adalah sebagai respon individu
terhadap tekanan yang dirasakan atau merupakan suatu bentuk respon
psikologis yang dilakukan individu untuk mengurangi akibat dari suatu
persoalan yang muncul. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, peneliti
memahami bahwa strategi coping adalah suatu cara yang dilakukan oleh
individu untuk mengatasi masalah atau tuntutan yang timbul dari
berbagai sumber baik dari dalam diri sendiri atau lingkungan sosialnya.
Coping stress yang ditampilkan individu dapat berbeda-beda
tergantung pada masalah yang dihadapi, tetapi apabila coping stress
yang ditampilkan dan digunakannya pada suatu masalah dirasa cocok
dan dapat menyelesaikan masalah maka ada kemungkinan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mengulangi jika dihadapkan pada masalah serupa dimasa mendatang
(Effendi,1999; dalam Darmalia, Giyono dan Utaminingsih, 2015).
2.1.2. Fungsi Coping
Secara umum coping itu sendiri mempunyai dua macam fungsi
(Cohen & Lazarus, 1983; Lazarus & Folkman, 1984; Rutter, 1983;
Eiser, 1990, Taylor, 1991; dalam Smet, 1994), yaitu:
a. Emotion-focused coping
Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres.
Pengaturan ini melalui perilaku individu, seperti penggunaan
alkohol, bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak
menyenangkan, melalui strategi kogntif. Bila individu tidak
mampu mengubah kondisi yang ‘stressful’, individu akan
cenderung untuk mengatur emosinya.
b. Problem-focused coping
Untuk mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan
mempelajari cara-cara atau keterampilan-keterampilan yang baru.
Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila dirinya
yakin akan dapat merubah situasi. Metode atau fungsi masalah ini
lebih sering digunakan oleh para dewasa.
Rutter (dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa strategi coping
yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stress dan
situasi. Sementara itu, Taylor (dalam Smet, 1994) mengungkapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
bahwa keberhasilan coping lebih tergantung pada penggabungan strategi
coping yang sesuai dengan ciri masing-masing kejadian yang penuh
stres, daripada mencoba menemukan satu strategi coping yang paling
berhasil. Manfaat dari strategi coping adalah pada intinya agar seseorang
tetap dapat melanjutkan kehidupan selanjutnya walaupun memiliki
masalah, yaitu untuk mempertahankan keseimbangan emosi,
mempertahankan self image yang positif, mengurangi tekanan
lingkungan atau menyesuaikan diri terhadap kajian negatif dan tetap
melanjutkan hubungan yang memuaskan dengan orang lain (Firdaus,
2004 dalam Wardani, 2009).
2.1.3. Bentuk-Bentuk Coping
Carver dan Scheier (1989) mengembangkan bentuk-bentuk strategi
coping, yaitu:
a. Strategi coping berorientasi pada masalah (problem focus coping)
1. Coping aktif (Active coping), yaitu usaha untuk menghilangkan
atau mengatasi masalah maupun memperbaiki dampak dari
masalah tersebut dengan cara langsung.
2. Perencanaan (Planning), yaitu usaha yang dilakukan individu
dengan berpikir mengenai bagaimana cara mengatasi suatu
masalah yang ada. Planning berisikan strategi suatu tindakan,
dengan pemikiran mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
bagaimana cara mengatasi suatu masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
3. Focus pada suatu aktifitas (Suppression of competing activities),
yaitu usaha individu untuk menyelesaikan masalahnya dengan
cara mengurangi perhatian pada aktivitas lain.
4. Pengendalian diri (Restraint coping), yaitu usaha individu
dengan menahan diri dengan menunggu suatu kesempatan yang
tepat untuk bertindak.
5. Mencari dukungan sosial untuk alasan instrumental (Seeking
social support for instrumental reasons), yaitu usaha individu
untuk mencari dukungan sosial seperti meminta pendapat,
bantuan atau informasi untuk menyelesaikan masalah.
6. Mencari dukungan sosial untuk alasan emosional (Seeking social
support for emotional reasons), yaitu usaha individu untuk
mendapatkan dukungan moral, simpati dan dimengerti oleh
lingkungan sosial.
b. Stategi coping berorientasi pada emosi (emotional focus coping)
1. Focus dan mengekspresikan perasaan (Focusing on and venting
of emotions), yaitu kecenderungan individu untuk fokus pada
tekanan apapun dengan mengekspresikan perasaannya terhadap
masalah atau tekanan yang dialami.
2. Penyimpangan perilaku (Behavioral disengagement), yaitu
kecenderungan kurangnya usaha untuk mengatasi suatu tekanan,
bahkan menyerah untuk mencapai suatu tujuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3. Penyimpangan Mental (Mental disengagement), yaitu upaya
alternatif individu untuk mengalihkan masalah dengan
melakukan aktivitas lain yaitu melamun, tidur, atau
menenggelamkan diri dengan menonton televisi.
4. Reinterpretasi dan perkembangan positif (Positive
reinterpretation and growth), yaitu coping yang bertujuan untuk
mengatasi tekanan emosi daripada menghadapi tekanan itu
sendiri.
5. Penolakan (Denial), yaitu respon individu untuk menolak dan
menyangkal sebauh kenyataan.
6. Penerimaan (Acceptance), yaitu individu yang menerima realitas
suatu situasi yang stressful akan lebih mudah untuk menerima
atau berusaha menangani situasi tersebut.
7. Kembali pada agama (Turning to religion), yaitu usaha individu
menenangkan dan menyelesaikan masalah secara keagamaan.
2.1.4. Faktor-Faktor Coping
Kemampuan seseorang untuk melakukan coping yang efektif
tergantung pada jenis stressor dan coping yang digunakan. Lazarus dan
Folkman (dalam Huffman, Vernoy, & Vernoy, 2000) membagi faktor-
faktor pendukung coping sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
a. Health and energy
Semua stres menyebabkan beberapa jenis perubahan fisiologis.
Oleh karena itu, kesehatan individu secara signifikan berpengaruh
terhadap kemampuan individu untuk mengatasi masalah. Orang-
orang yang lebih kuat dan sehat, semakin baik mereka mengatasi
suatu masalah dan semakin lama mereka tetap pada posisi bertahan
tanpa memasuki tahap kelelahan.
b. Positive beliefs
Citra diri yang positif dan sikap positif dapat menjadi sangat
signifikan mengatasi sumber daya. Menurut Lazarus dan Folkman,
berharap bisa datang dari kepercayaan diri sendiri, yang dapat
memungkinkan kita untuk merancang strategi coping yang dimiliki
oleh diri sendiri; kepercayaan pada orang lain, seperti dokter yang
membuat kita merasakan pengaruh dari hasil yang positif; atau
keyakinan pada pertolongan Tuhan.
c. Problem-solving skills
Ketika orang-orang memiliki internal lokus kontrol, perasaan
yang dimiliki oleh individu secara signifikan telah mengontrol setiap
peristiwa dalam kehidupannya, dalam mengatasi masalah mereka
lebih berhasil daripada orang-orang yang merasa tidak memiliki
kontrol, bahwa mereka tidak mampu menangani peristiwa dalam
hidup mereka (Strickland, 1978; dalam Huffman, 2000). Orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dengan lokus kontrol eksternal merasa bahwa mereka tidak berguna
dan tidak berdaya untuk mengubah keadaan mereka.
d. Social Skills
Seseorang dengan keterampilan sosial seperti mengetahui
perilaku yang sesuai untuk situasi tertentu, mampu memulai
percakapan dan mengekspresikan diri dengan baik memiliki
kecemasan yang lebih rendah daripada mereka yang tidak
memilikinya. Keterampilan yang efektif dapat membantu seseorang
tidak hanya berinteraksi dengan yang lainnya tetapi juga
mengkomunikasikan kebutuhan dan keinginan yang dimiliki,
meminta bantuan ketika sedang membutuhkan, dan mengurangi
permusuhan saat menghadapi situasi yang tegang.
e. Social Support
Dukungan sosial bisa mencegah efek stres akibat perceraian,
kehilangan orang yang dicintai, penyakit kronis, kehamilan,
kehilangan pekerjaan, dan kelebihan beban kerja. Ketika berhadapan
dengan situasi stres, teman-teman dan keluarga dapat membantu
menjaga kesehatan seseorang, mendengarkan dan memeluk,
membuat seseorang merasa penting bagi mereka, mencegah
seseorang melakukan tindakan yang menimbulkan penyesalan, dan
memberi stabilitas untuk mengimbangi perubahan hidup seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
f. Material Resources
Kita sering mendengar uang bukan segalanya, tetapi saat
mengatasi stress, uang dan hal-hal lain yang bisa dibeli dengan uang
dapat menjadi sumber daya yang nyata. Uang meningkatkan jumlah
pilihan yang tersedia untuk menghilangkan sumber stres atau
mengurangi efek stres.
2.2. Rambu solo’ pada Polisi yang menghadapi masa pra pensiun
2.2.1. Pengertian Rambu solo’
Adat merupakan merupakan norma-norma yang sah dan berfungsi
mengatur ketertiban dan keserasian hidup masyarakat (Tallulembang,
2012). Salah satu adat yang wajib dilakukan oleh masyarakat Toraja
yaitu upacara Rambu solo’. Rambu solo’ atau upacara pemakaman
adalah salah satu rangkaian budaya adat istiadat di Toraja. Masyarakat
Toraja mengadakan upacara pemakaman yang telah diwariskan secara
turun-temurun oleh leluhur. Tangdilintin (2014) mengatakan bahwa ada
beberapa ketentuan yang harus diperhatikan pada upacara rambu solo’
yang dilakukan menurut Aluk Todolo, yaitu upacara rambu solo’
ditentukan oleh kedudukan sosialnya dan kemampuan keluarganya
mengadakan kurban pada upacara tersebut.
Menurut hasil penelitian Tim Peneliti dari Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (Paseru, 2004), ada tiga faktor yang melatarbelakangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mengapa begitu banyak kerbau yang dikorbankan dalam upacara
pemakaman, yaitu:
a. Faktor religi
Menurut Aluk Todolo, roh dari kerbau-kerbau yang
dikorbankan akan menjadi harta kekayaan dari roh orang yang
meninggal di “dunia sana”.
b. Faktor Prestise (Harga Diri)
Hal ini disebabkan karena susunan kasta yang ada dalam
masyarakat Toraja, sehingga kalau yang meninggal orang kelas
tinggi dan jumlah kerbau yang dikorbankan tidak sesuai dengan
statusnya, maka anggota masyarakat akan “menertawakan”
(menghina atau memandang rendah) keluarganya yang masih hidup.
c. Faktor Ekonomi
Faktor ini ikut menentukan, karena jumlah kerbau yang
dikorbankan, menunjukkan bahwa keluarga itu mampu.
Pada penelitian Tumirin & Abdurahim (2015) memaparkan bahwa
perngorbanan biaya yang besar untuk rambu solo’ memiliki makna yang
mendalam bagi masyarakat Tana Toraja karena berdampak jangka
panjang. Walaupun dari perspektif ekonomi pengorbanan biaya tersebut
dapat dipandang sebagai pemborosan namun ternyata tidak dianggap
sebagai beban yang berat, terbukti dengan tetap lestarinya upacara
rambu solo’ hingga saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Sedangkan pada penelitian lain yang dilakukan oleh Marwing
(2011) mengenai “dinamika psikologis dengan cara memahami faktor
motivasional individu dari tana’ bulaan miskin dalam melaksanakan
upacara rambu solo’” mengungkapkan bahwa para informan dari
berbagai tingkatan upacara tidak hanya menghadapi dampak langsung
beban keuangan rambu solo’ melainkan juga harus menghadapi berbagai
dampak jangka panjang atau dampak tidak langsung sebagai implikasi
dari ketidakmampuannya dalam mengatasi dan mengontrol
permasalahan asal beban keuangan rambu solo’ sebagai sumber tekanan.
Menurut Paranoan (1990, dalam Guntara dan Ruja, 2016),
motivasi sosio-kultural memainkan peranan penting dalam memberi
perlakuan pada orang yang meninggal di suku Toraja antara lain:
a. Sebagai wadah pemersatu keluarga, artinya melalui ritus rambu
solo’, relasi kekeluargaan disegarkan kembali. Ritual ini menjadi
ajang reuni para kaum kerabat, bahkan dengan semua handai tolan
atau kenalan biasa. Orang bertamu, duduk bercerita massalu nene’
(menelusuri garis keturunan) sambil ma’ panggan (siri-pinang)
sehingga hubungan kekerabatan antara keluarga besar kembali
erat.
b. Sebagai tempat membagi warisan, artinya suatu kebiasaan yang
dilakukan keluarga si mati dalam ritus rambu solo’ adalah ma’
tallang atau mangrinding (membagi warisan). Ma’tallang artinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mendapatkan harta warisan “orang yang meninggal” lewat
mantunu (mengorbankan kerbau dan babi pada saat upacara
kematian si mati. Yang berhak ikut ma’tallang ialah anak kandung
dari orang yang meninggal, kalau orang yang meninggal tersebut
tidak mempunyai anak, maka saudaranya berkewajiban
menyelenggarakan upacara kematian dan berhak atas harta benda
orang yang meninggal dengan jalan ma’tallang.
c. Sebagai tempat menyatakan martabat, artinya dalam setiap ritus
rambu solo’ martabat dan harga diri orang Toraja dinyatakan lewat
ma’tallang. Anak dan keluarga “orang yang meninggal” akan
berlomba mencari kerbau yang nilainya tinggi dalam konteks
budaya Toraja. Sehingga banyaknya kerbau dan babi serta
keberhasilan dan kemeriahan penyelenggaraan ritus rambu solo’
akan meningkatkan martabat keluarga dan menciptakan nilai
budaya tinggi. Di sinilah letak keunikan orang Toraja dalam
menghadapi upacara kematian karena tidak berhitung ekonomis,
tetapi yang ditonjolkan ialah karapasan (kedamaian).
d. Sebagai tempat bergotong royong, artinya salah satu ciri khas
orang Toraja adalah gotong-royong, hal ini terlihat dalam tradisi
sembangan ongan (bantuan keluarga atau kenalan sebagai
ungkapan belasungkawa) yang ditujukan untuk membantu
pelaksanan ritus rambu solo’. Semua sembangan ongan berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kerbau dan babi tidak boleh ditolak oleh keluarga “orang yang
meninggal”. Pada waktu si pemberi sembangan ongan mengalami
kedukaan, barulah bantuan sembangan ongan-nya dikembalikan
yang disebut umbaya’ indan (membayar utang). Utang sembangan
ongan tidak boleh ditagih, walaupun begitu setiap kelurga yang
berhutang akan menggantinya dan membayarnya kembali sesuai
dengan prinsip saling mempercayai dengan penuh tanggung jawab.
e. Sebagai wadah pengembangan seni, artinya dalam ritus rambu
solo’, kesenian orang Toraja dipertunjukkan. Hal ini terlihat pada
balun (kain kafan) berwarna merah dan kuning diukir dengan
corak matahari yang bahannya bergantung pada status sosial
“orang yang meninggal”. Selama upacara berlangsung secara
berganti-ganti ditampilkan berbagai kesenian hingga lagu duka
yang mengungkapkan keberanian, kebaikan hati atau riwayat
hidup “orang yang meninggal”.
f. Sebagai wadah berdonasi; Sebelum hewan kurban disembelih
sebagian disisihkan untuk sumbangan pembangunan, seperti
pendidikan, kesehatan, jalanan, rumah ibadat, pengairan, dan
fasilitas umum lainnya.
2.2.2. Pengertian Pra Pensiun
Masa pensiun adalah saat dimulainya seseorang karyawan tidak
mendapatkan upah atau gaji secara penuh karena sudah memasuki usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
pensiun (Paidi, 2013). Sedangkan menurut Schwartz (dalam Jahja, 2011)
menyatakan bahwa pensiun dapat merupakan akhir pola hidup baru.
Pensiun selalu menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan dan
nilai, dan perubahan secara keseluruhan terhadap pola hidup setiap
individu (Jahja, 2011). Paidi (2013) menambahkan masa pensiun selalu
dianggap sebagai masa yang tidak menyenangkan karena menurunnya
penghasilan dan hilangnya wewenang yang dimilikinya.
Masa pensiun tidak datang secara tiba-tiba, melainkan melalui
suatu proses (Fardila, Rahmi, Putra, 2014). Untuk itu dibutuhkan
persiapan yang dipaparkan lebih lanjut oleh (Fardila, Rahmi, Putra,
2014) yaitu dengan penerimaan, kesiagaan, dan kesediaan individu
terhadap keseluruhan perubahan yang terjadi dimana dirinya tidak lagi
bekerja dan diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Parkinson (1990)
menyatakan bahwa usia pensiun di kebanyakan negara ditetapkan antara
55 dan 65 tahun. Ini bervariasi menurut negara dan tingkat kemajuan
negara bersangkutan. Namun, sebagian besar dari orang-orang ini
kurang siap menghadapi apa yang mereka anggap sebagai ‘hari-hari
buruk’.
Pada umumnya, usia madya atau usia setengah baya dipandang
sebagai masa usia di antara 40 sampai 60 tahun. Masa ini pada akhirnya
ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Usia
madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
manusia, biasanya usia tersebut dibagi dalam dua subbagian, yaitu usia
madya dini yang membentang dari usia 40 hingga 50 tahun dan usia
madya lanjut yang terbentang antara usia 50 sampai 60 tahun (Jahja,
2011).
Dengan demikian, masa pra pensiun merupakan masa transisi yang
dialami individu yang berada pada usia madya yang akan mengalami
masa pensiun.
2.2.3. Karakteristik Pra Pensiun
Usia madya atau setengah baya, khususnya usia madya lanjut
berada pada rentang usia 50 sampai 60 tahun. Ada beberapa
karakteristik pada usia setengah baya, yaitu perubahan fisik, kognitif,
psikis, dari segi ekonomi, karir, dan pekerjaan.
Perubahan fisik di usia paruh baya berlangsung secara bertahap.
Perubahan-perubahan fisik yang terjadi dapat mencakup perubahan yang
terlihat jelas dalam penampilan fisik seperti kerutan dan bercak penuaan,
tinggi badan menurun, berat badan meningkat, kekuatan, persendian,
dan tulang; penglihatan dan pendengaran; sistem kardiovaskuler; paru-
paru; dan tidur (Santrock, 2012). Hal ini juga terjadi pada perkembangan
kognitif pada usia paruh baya. Buruknya kesehatan dan sikap-sikap
negatif dapat berkaitan dengan kemunduran daya ingat.
Secara psikis, stres terjadi ketika kemampuan tubuh untuk
mengatasinya tidak sesuai dengan tuntutan. Stres sering kali terjadi di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
usia pertengahan dan dihubungkan dengan masalah-masalah yang
beragam. Selain itu, kepribadian dan emosi negatif dapat mempengaruhi
kesehatan. Emosi yang positif cenderung dihubungkan dengan
kesehatan yang baik (Papalia, 2014).
Kepuasan kerja meningkat secara stabil sepanjang kehidupan kerja
dari usia 20 sampai setidaknya 60 tahun, baik orang dewasa yang
berpendidikan tinggi, maupun yang tidak berpendidikan tinggi (Rhodes,
1983; Tamir, 1982; dalam Santrock, 2002). Kepuasan mungkin
meningkat karena semakin kita tua semakin tinggi gaji yang kita
peroleh, kita berada dalam posisi yang lebih tinggi, dan kita memiliki
lebih banyak jaminan kerja (Santrock, 2002).
Pengalaman perubahan karir di paruh kehidupan digambarkan
sebagai titik perubahan di masa dewasa oleh Levinson (dalam Santrock,
2002). Satu aspek dari periode paruh kehidupan melibatkan penyesuaian
harapan yang ideal pada kemungkinan realistik dipandang dari berapa
waktu yang tersisa di sebuah jabatan. Orang tengah baya mungkin
memfokuskan pada berapa banyak waktu yang tersisa sebelum pensiun
dan kecepatan mereka mencapai tujuan pekerjaan mereka (Pines &
Aronson, 1988; dalam Santrock, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.3. Strategi Coping pada Polisi suku Toraja yang Menghadapi Masa Pra
Pensiun terkait dengan Rambu solo’
Hasil penelitian di Universitas Michigan yang meneliti para pensiunan
menunjukkan bahwa sebanyak 75 persen pekerja yang membuat persiapan
sebelumnya akan menikmati masa pensiunnya dibanding 25 persen lainnya
yang tidak membuat persiapan (Sutarto & Cokro, 2008 dalam Christian dan
Moningka, 2012). (Fardila, Rahmi, Putra, 2014) menambahkan sebagian besar
pegawai negeri sipil yang akan pensiun memiliki kategori dukungan sosial
keluarga yang positif dan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi. Penelitian lain
juga mengungkapkan bahwa pegawai negeri sipil yang akan menjelang pensiun
memiliki penilaian yang positif bahwa setelah pensiun mereka tidak kehilangan
segalanya, mereka tetap memperoleh gaji pensiun, tunjangan kesehatan
walaupun tidak sama besaran seperti ketika masih menjadi pegawai negeri sipil
(Christian dan Moningka, 2012). Penyesuaian diri yang baik pada pensiunan
tidak hanya bergantung pada training pra pensiun tetapi juga dibutuhkan
dukungan sosial keluarga (Humaira dan Rahmatan, 2017).
Masa pensiun tidak dapat dihindari oleh individu karena merupakan masa
akhir dari pekerjaannya. Bagi individu yang telah memiliki persiapan dengan
matang akan lebih menerima dan menyambut masa pensiunnya. Adanya gaji
pensiun dan tunjangan kesehatan diperoleh saat pensiun nanti berlaku bagi
setiap individu yang mengalami masa pensiun tergantung dari kebijakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
instansi atau perusahaan tempatnya bekerja. Begitu pula yang dialami oleh
polisi yang sedang menghadapi masa pra pensiun di Toraja.
Seorang polisi yang termasuk suku Toraja perlu membuat rencana untuk
menghadapi tuntutan sosial dalam menghadapi masa pensiun di Toraja. Polisi
juga perlu mempersiapkan mental dan menyadari bahwa dirinya akan
kehilangan jabatan serta sumber penghasilan karena sudah tidak bekerja. Ketika
individu merasa kehilangan jabatannya maka akan muncul gejala-gejala
kejiwaan, seperti emosi yang tidak stabil tidak bisa berpikir rasional, dan tidak
bisa menerima kenyataan dalam hidupnya (Tarigan, 2009). Bagi individu yang
tidak memiliki persiapan apapun menghadapi masa pensiunnya, akan merasa
cemas, stres, dan emosi yang tidak stabil, serta tidak dapat berpartisipasi untuk
menyumbang hewan kurban pada upacara rambu solo’. Hal ini akan
menimbulkan rasa malu dan menurunkan gengsi pada diri mereka sehingga
menimbulkan perasaan bersalah dan tidak berdaya.
Upacara rambu solo’ terkesan sebagai upacara yang terpenting dalam
kehidupan masyarakat Toraja. Hal tersebut dapat dipahami karena dalam
pandangan hidup orang Toraja, kematian merupakan titik permulaan kehidupan
baru di “alam yang lain” (Paseru, 2004). Untuk mengadakan upacara ini,
dibutuhkan biaya dengan jumlah yang besar dan waktu yang lama. Biaya yang
besar akan digunakan untuk membeli hewan kurban seperti kerbau dan babi
yang memiliki harga yang mahal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Permasalahan yang terjadi pada rambu solo’ memberikan dampak bagi
polisi untuk mengatasi tuntutan sosial tersebut. Untuk itu, diperlukan usaha
dengan strategi coping. Dengan adanya strategi coping, seorang polisi dapat
membuat rencana untuk mengatasi tuntutan sosial yang akan dialaminya
menjelang masa pensiunnya. Di samping itu, tekanan yang dialami oleh seorang
polisi akan bertambah besar jika tidak adanya strategi untuk mengatasi tuntutan
sosial yang akan dialaminya. Hal ini dikarenakan, bagi polisi yang akan
mengalami pensiun, mereka kehilangan sumber penghasilan dan jabatan seperti
sebelum pensiun. Di sisi lain, tuntutan sosial pun tidak dapat terhindarkan
sehingga mereka perlu membuat rencana atau strategi coping agar dapat
mengatasi tuntutan sosial tersebut. Dengan demikian, melalui penelitian ini,
peneliti ingin memberikan gambaran strategi coping pada polisi yang
mengalami masa pra pensiun terkait budaya rambu solo’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Skema:
Masalah
• Tuntutan Sosial
Rambu Solo’
Polisi pada masa
pra pensiun
Problem Focus Coping
• Active coping
• Planning
• Suppression of
competing activities
• Restraint coping
• Seeking social support
for instrumental
reasons
• Seeking social support
for emotional reasons
Emotional Focus Coping
• Focusing on and
venting of emotions
• Behavioral
disengagement
• Mental disengagement
• Positive
reinterpretation and
growth
• Denial
• Acceptance
• Turning to religion
Strategi Coping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang merupakan
metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap
berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Creswell, 2009). Sedangkan
menurut Herdiansyah (2012) penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah
yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara
alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam
antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Alasan peneliti menggunakan
pendekatan ini karena belum banyak penelitian mengenai topik ini sehingga
kurang tepat data pada situasi sosial tersebut diperoleh dengan pendekatan
kuantitatif.
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik, yaitu data yang diperoleh
seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen,
catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam
bentuk dan angka-angka (Gunawan, 2013). Dalam penelitian ini, data yang
dihasilkan merupakan hasil wawancara yang akan di olah secara deskriptif
sehingga sesuai dan memenuhi penelitian kualitatif deskriptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan analisis isi terarah.
Menurut Hsieh dan Shannon (2005, dalam Supratiknya, 2015), pendekatan
analisis isi terarah bertujuan untuk memvalidasi dengan menguji ulang sebuah
kerangka teoretis atau bahkan sebuah teori. Pendekatan ini cocok diterapkan
manakala sudah ada teori atau hasil-hasil penelitian tertentu tentang suatu
fenomena, kemudian divalidasi atau mengujinya kembali dalam konteks baru
atau menggunakan informan yang baru pula. Peneliti ingin dapat menggali lebih
dalam mengenai informasi tentang strategi coping yang digunakan oleh individu
yang akan menghadapi masa pensiun. Di sisi lain, individu juga dihadapkan
oleh tuntutan sosial yaitu upacara pemakaman (Rambu Solo’) dengan biaya
yang besar.
3.2. Informan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tiga orang informan. Seluruh
informan berada pada usia 55-60 tahun. Pemilihan Informan berdasarkan
kriteria tertentu dan sesuai dengan tujuan dari penelitian. Kriteria-kriteria yang
dimaksud yaitu:
a. Individu dewasa akhir atau berada pada usia setengah baya yang mengalami
masa pra pensiun.
b. Individu yang berprofesi sebagai polisi suku Toraja yang bekerja sebagai
kapolsek di daerah Toraja Utara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3.3. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada strategi coping yang digunakan oleh polisi
dalam menghadapi masa pra pensiun terhadap tuntutan sosial yang ada di
Toraja yaitu membiayai upacara Rambu Solo’. Strategi coping yang digunakan
yaitu segala usaha yang dilakukan oleh polisi, baik dengan cara berpikir atau
melakukan suatu upaya atau tindakan untuk mengatasi tuntutan yang tidak
dapat terelakkan.
3.4. Refleksivitas Peneliti
Saya adalah seorang dengan suku Toraja. Saya memiliki salah satu
anggota keluarga yang berprofesi sebagai polisi yaitu ayah saya sendiri. Ayah
saya memiliki jabatan sebagai kapolsek di salah satu daerah di Toraja dan akan
segera pensiun. Sebagai orang Toraja, saya melihat dan mengalami sendiri
mengenai adat rambu solo’ yang membutuhkan biaya yang besar karena harus
membeli kerbau dan babi sebagai hewan kurban untuk pesta pemakaman
tersebut. Selain sebagai pelaku rambu solo’, keluarga saya terutama ayah saya
juga berkewajiban untuk membawa babi atau kerbau kepada keluarga lain yang
mengadakan pesta rambu solo’ sebagai bentuk balas budi. Adanya balas budi
dianggap sebagai membayar hutang untuk mengganti hewan kurban yang
dibawakan saat keluarga saya melakukan pesta rambu solo’. Kegiatan rambu
solo’ tidak dilakukan oleh keluarga saya saja tetapi oleh seluruh rumpun
keluarga sehingga pengeluaran untuk membiayai kegiatan tersebut tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
memberatkan. Hal ini memberikan dampak pada ayah saya yang akan segera
memasuki masa pensiun yang berarti berhenti dari pekerjaannya dan
mendapatkan gaji pensiun yang sedikit serta masih menghadapi tuntutan sosial.
Atas dasar alasan personal tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana para polisi
mengahadapi masa pra pensiunnya dengan menggunakan strategi coping terkait
rambu solo’.
Dalam penelitian ini, saya menyadari ada beberapa hal yang berkaitan
dengan latar belakang saya dan turut menjadi bahan pertimbangan selama
melakukan penelitian. Latar belakang saya sebagai orang toraja yang telah
mengalami rambu solo’ dan memahami akan budaya yang saya miliki. Selain
itu, adanya keterikatan emosional dengan salah satu informan membuat peneliti
berhati-hati dalam melakukan analisis data. Peneliti berusaha untuk berhati-hati
dalam melakukan interpretasi agar hasil penelitian yang diperoleh bukan
berdasarkan penilaian secara subjektif terhadap para informan.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
melalui wawancara. Menurut Moleong (2005; dalam Herdiansyah, 2014),
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Proses wawancara akan di rekam dengan menggunakan digital recorder
agar peneliti tidak lupa dan akan mengarsipkannya dalam bentuk verbatim.
Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara semi terstruktur dengan
menggunakan panduan pertanyaan umum, sesuai dengan pedoman wawancara
pada umumnya. Peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur agar peneliti
dapat bebas berimprovisasi dalam mengajukan pertanyaan yang sesuai dalam
mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan situasi dan alur alamiah yang
terjadi asalkan tetap pada topik penelitian (Herdiansyah, 2014).
Walaupun menggunakan wawancara semi terstruktur, peneliti membuat
daftar pertanyaan agar tetap berada pada fokus dan alur dari topik penelitian.
Tabel 3.1
Panduan Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan Penelitian Tujuan Pertanyaan
Dimana tempat tinggal Informan?
Berapa jumlah anak Informan?
Berapa jumlah tanggungan keluarga?
Berapa lama pensiun lagi?
Adakah usaha yang dimiliki oleh Informan?
Untuk mengetahui
latar belakang
Informan
Bagaimana sikap Informan terhadap rambu
solo’?
Bagaimana cara Informan mengatasi biaya
yang dikeluarkan untuk rambu solo’?
Mengetahui
pandangan Informan
tentang rambu solo’
Apa yang akan dilakukan Informan ketika
pensiun nanti?
Bagaimana cara Informan mengatasi tuntutan
sosial untuk membiayai rambu solo’?
Melihat strategi
coping yang
digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Bagaimana pengaruh rambu solo’ terhadap
Informan?
Adakah usaha yang sedang dilakukan dalam
menghadapi masa pensiun?
Bagaimana perasaan Informan ketika
memasuki masa pensiun?
Mengetahui perasaan
dan persiapan untuk
pensiun nanti
3.6. Metode Analisis Data
Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga
diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab
(Gunawan, 2013). Data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu hasil transkrip
dari wawancara semi terstruktur dan pertanyaan terbuka.
Analisis data kualitatif yang digunakan sesuai dengan langkah-langkah
berikut (Creswell, 2014):
1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.
2. Membaca keseluruhan data.
3. Menganalisis lebih detail dengan mengcoding data.
4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,
kategori-kategori, dan tema-tema yang akan dianalisis.
5. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali
dalam narasi atau laporan kualitatif.
6. Menginterpretasi atau memaknai data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3.7. Keabsahan Data
3.7.1. Kredibilitas
Penelitian ini menggunakan kredibilitas penelitian yaitu validitas
kualitatif. Menurut Gibbs (dalam Creswell, 2014), validitas kualitatif
merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan
menerapkan prosedur-prosedur tertentu, Peneliti menerapkan member
checking. Hal ini diterapkan untuk mengetahui akurasi hasil penelitian
dengan membawa kembali deskripsi-deskripsi atau tema-tema kepada
informan. Peneliti melakukan wawancara tindak lanjut dengan para
informan dan memberikan kesempatan pada mereka untuk berkomentar
tentang hasil penelitian. Peneliti mengajak seorang auditor (external
auditor) dalam hal ini dosen pembimbing untuk mereview keseluruhan
proyek penelitian seperti keakuratan transkrip penelitian, hubungan
rumusan masalah dan data, tingkat analisis data mulai dari data mentah
hingga interpretasi. External auditor akan memberikan penilaian
objektif, mulai dari proses hingga kesimpulan penelitian. Selain itu,
peneliti mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam
penelitian. Menurut Creswell (2014), dengan melakukan refleksi diri
terhadap kemungkinan bias penelitian, peneliti mampu membuat narasi
yang terbuka dan jujur. Refleksivitas pada penelitian ini dipengaruhi
oleh latar belakang peneliti seperti kebudayaan, sejarah, dan status sosial
ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
4.1.1. Persiapan Penelitian dan Perizinan
Dalam penelitian ini, informan yang dipilih yaitu polisi suku
Toraja yang akan pensiun. Peneliti memilih informan yang berada di
Toraja untuk memudahkan dalam proses pengambilan data dan sesuai
dengan tujuan dari penelitian ini. Peneliti mencari informan yang sesuai
dengan kriteria penelitian, kemudian menghubungi informan. Setelah
itu, peneliti dan informan menentukan waktu dan tempat untuk
melakukan wawancara.
Sebelum melakukan wawancara, peneliti menjelaskan tujuan dari
wawancara kepada informan dan memberikan informed consent atas
kesediaan informan. Peneliti juga meminta izin kepada informan untuk
merekam proses wawancara dengan menggunakan alat perekam berupa
ponsel untuk merekam proses wawancara. Peneliti menggunakan
panduan wawancara yang telah disusun sebelumnya berdasarkan teori-
teori yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
4.1.2. Pelaksanaan Penelitian
Tabel 4.1
Waktu dan tempat penelitian
No. Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3
1. Wawancara
Informan
Wawancara 1:
Selasa, 19 Juli
2016 (18.00
WIB) di rumah
informan
Wawancara
1:
Selasa, 20
September
2016 (12.00
WITA) di
kantor
informan.
Wawancara 1:
Selasa, 20
September
2016 (10.00
WITA) di
rumah
informan.
Wawancara 2:
Kamis, 21 Juli
2016, (18.30
WIB) di rumah
informan
Wawancara
2:
Selasa, 18
Oktober
2016, (17.10
WIB) di
rumah
informan.
Wawancara 2:
Minggu, 23
Oktober
2016, (12.45
WIB) di
rumah
informan.
Selain menggunakan wawancara, peneliti juga menggunakan
kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup digunakan karena pada saat
wawancara pertama yang dilakukan di lapangan, menghasilkan data yang
kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan, peneliti memiliki waktu yang
terbatas untuk melakukan wawancara. Kuesioner ini juga dibuat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
tujuan agar para informan dapat secara langsung mengungkapkan
informasi dengan menulis secara langsung.
4.2. INFORMAN PENELITIAN
4.2.1. Data Informan
Tabel 4.2
No. Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3
1. Nama Inisial YP YB MP
2. Usia 52 tahun 56 tahun 56 tahun
3. Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki
4. Pendidikan terakhir SMA STM SMA
5. Jabatan pekerjaan Kapolsek Kapolsek Kapolsek
6. Sisa masa jabatan 5 tahun 2 tahun 2 tahun
4.2.2. Latar Belakang Informan
Berikut ini adalah gambaran dari latar belakang dari polisi yang akan
pensiun.
a. Informan Yacob P. (YP)
Tabel 4.3
Latar Belakang Informan 1 (YP)
Usia 52 tahun
Masa Akhir Jabatan 6 tahun
Respon dalam menghadapi
masa pensiun
Tidak sabar dan berharap bisa
pensiun dini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tanggungan keluarga 1 orang anak
Jumlah anak 2 orang
YP (52) termasuk dalam kasta Tana’ Bulaan. Saat
melaksanakan upacara rambu solo’ untuk orangtuanya, YP (52)
memotong 16 kerbau dan disesuaikan dengan kemampuan finansial
yang dimilikinya. YP (52) bekerja sebagai polisi dan memiliki
jabatan sebagai kapolsek di salah satu daerah di Toraja. YP (52)
akan menghadapi masa pensiun 6 tahun kemudian. Selain itu, YP
(52) merasa tidak sabar untuk pensiun karena dirinya dapat bebas
dari masa kerja dan dapat pergi ke tempat yang diinginkan. Saat ini,
YP (52) memiliki tanggungan keluarga 1 orang anak. Dengan
memiliki istri dan anak yang bekerja membuat YP (52) merasa
beban yang dimilikinya tidak terlalu berat.YP (52) mengatakan
bahwa pelaksanaan rambu solo’ tidak dilaksanakan oleh keluarga
inti tetapi oleh segenap rumpun keluarga. Pada kegiatan rambu solo’,
akan ada bantuan dari keluarga, baik keluarga yang ada di Toraja
maupun keluarga yang ada di luar kota. Saat ini, beban pikiran yang
dimiliki oleh YP (52) yaitu tentang pendidikan anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
b. Informan Yulius B. (YB)
Tabel 4.4
Latar Belakang Informan 2 (YB)
Usia 56 tahun
Masa Akhir Jabatan 2 tahun
Respon dalam menghadapi
masa pensiun
Menanti masa pensiun
Tanggungan keluarga 2 orang anak
Jumlah anak 6 Orang
YB (56) memiliki 6 orang anak dan tanggungan keluarga
sejumlah 2 orang anak. YB (56) termasuk kasta Tana’ Bassi. Selain
bekerja sebagai polisi, YB (56) memiliki pekerjaan sampingan yaitu
bertani. Saat ini, YB (56) sedang menanti masa pensiun dan merasa
tenang karena dirinya sudah tidak memiliki beban pikiran lagi. Bagi
YB (56), adat rambu solo’ tidak wajib lagi dilakukan oleh dirinya
karena sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya melarang
untuk mengikuti adat tersebut. YB (56) akan mengikuti kegiatan
rambu solo’ seperti tetap memberikan sumbangan berupa materi saat
orangtuanya dipestakan, tetapi tidak mengikuti rangkaian adatnya.
Selain itu, informan lebih mengutamakan pendidikan anaknya. YB
(56) lebih memilih untuk membiayai pendidikan anaknya
dibandingkan rambu solo’. Upacara rambu solo’ bukanlah beban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
bagi informan melainkan pendidikan dan masa depan anaknyalah
yang menjadi beban pikirannya.
c. Informan Mathius P. (MP)
Tabel 4.5
Latar Belakang Informan 3 (MP)
Usia 56 tahun
Masa Akhir Jabatan 2 tahun
Respon dalam menghadapi
masa pensiun
Menerima masa pensiun
Tanggungan keluarga 2 orang anak
Jumlah anak 4 orang
MP (56) memiliki 4 orang anak dan tanggungan keluarga
yang dimiliki saat ini yaitu 2 orang anak. Selain bekerja sebagai
polisi, MP (56) memiliki pekerjaan sampingan yaitu bertani dan
beternak. MP (56) merasa biasa saja dalam menghadapi masa
pensiunnya karena sejak awal dirinya menyadari akan akhir dari
masa pekerjaannya tersebut yang akan kembali ke masyarakat.
Informan mendukung kegiatan rambu solo’. Baginya, kegiatan
rambu solo’ dilakukan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan
tidak dipaksakan untuk memotong banyak kerbau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
4.3. ANALISIS DATA PENELITIAN
4.3.1. YP (52)
a. Strategi coping
1. Menghadapi Rambu Solo’
➢ Membiayai pendidikan anak
Bagi YP (52), pendidikan anak merupakan prioritasnya
sehingga dirinya lebih memilih untuk membiayai pendidikan
anak dibandingkan mengikuti rambu solo’.
Saya lebih cenderung bahwa lebih baik saya
menyekolahkan anak saya, membiayai anak
saya, daripada mengikuti rambu solo’. (line
200-203)
➢ Memiliki usaha sampingan
Selain bekerja sebagai polisi, YP (52) memiliki usaha
sampingan yaitu memelihara kerbau dan menjualnya kembali
atau menggunakannya saat adanya upacara rambu solo’
muncul secara tiba-tiba. Penghasilan tambahan juga
diperolehnya dari usaha kendaraan, yaitu sebagai jasa untuk
mengangkut barang-barang dengan menggunakan truck.
Untuk sementara ini, ee usaha-usaha itu ya
kumpul-kumpul kerbau itu baru dijual. Jadi kita
pelihara-pelihara kerbau, pada saat ada pesta
ada yang jual murah kerbau, kita beli terus kalo
ada yang butuh, kita jual. (line 69-73)
Selain itu, usaha kendaraan. Ya contohnya truk
untuk ngangkut-ngangkut barang gitu. (line 74-
76)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
➢ Perasaan gembira karena sudah sukses
Berdasarkan hasil wawancara, YP (52) merasa gembira
karena telah mencapai kesuksesan pada saat ini. Selain itu,
YP (52) juga merasa bebas apabila pensiun nanti karena
dirinya dapat pergi kemana saja yang dirinya inginkan.
Perasaan saya biasa-biasa saja tidak, saya
malah gembira, berarti saya sudah mencapai
kesuksesan yang ee sampai pada akhirnya. (line
149-151) Artinya, saya sudah bebas setelah saya pensiun,
saya sudah bebas. Mau kemana saja, saya
sudah bisa.; (line 152-154)
➢ Memiliki perencanaan
Membuat perencanaan dengan mengatur setiap
pengeluaran telah dilakukan oleh YP (52) untuk mengatasi
masalah beban keluarga. Hal ini dilakukan oleh YP (52)
untuk mengantisipasi dana yang dikeluarkan pada saat
adanya kegiatan rambu solo’.
Tetapi kalo beban keluarga, dalam hal
pembayaran uang kuliah anak, terus ee
kehidupan sehari-hari, itu kan kita sudah
mengatur... (line 294-297)
Kecuali kalo membiayai anak saya itu masih
ada lebihnya itulah kita pakai untuk rambu
solo’. (line 204-206)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
➢ Kesiapan menghadapi rambu solo’
Selain memiliki gaji bulanan, YP (52) memiliki usaha
dengan memelihara kerbau dan babi yang akan digunakan
apabila ada pesta rambu solo’ yang mendadak dilaksanakan.
Hal ini dilakukan agar dirinya siap dalam menghadapi
upacara rambu solo’.
...selain kita punya ee gaji tiap bulan, kan
kadang-kadang kita pelihara contohnya kalo di
rumah, babi, kalo di ladang kerbau. Nah, kalo
atau kadang juga ada yang di titip di keluarga,
suruh pelihara. Nah, kalo ada kegiatan yang
tiba-tiba begitu, kadang-kadang itu yang
diambil kalo memang itu yang terpaksa harus
begitu (line 312-320)
2. Menghindari Rambu Solo’
➢ Memiliki sifat gotong royong
Menurut YP (52), sebelum upacara rambu solo’
berlangsung, masyarakat akan ikut ambil bagian untuk
membantu mempersiapkan upacara tersebut, salah satunya
dengan membuat pondokan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan berikut:
Kalo bikin lantang itu secara gotong royong
dari masyarakat. Gotong royong dari
masyarakat termasuk dari menyiapkan bahan
untuk membuat pondok-pondok, (line 56-60)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
➢ Koordinasi dengan rumpun keluarga
Selain itu, pelaksanaan rambu solo’ tidak dilakukan
oleh satu keluarga melainkan oleh seluruh rumpun keluarga.
Menurut YP (52), untuk melakukan upacara rambu solo’,
seluruh keluarga akan sepakat menentukan kapan waktu yang
tepat untuk menyelenggarakan upacara tersebut dan hadir
pada saat upacara berlangsung.
Ee, acara rambu solo itu dalam keluarga itu
bukan kita laksanakan sendiri tapi segenap
rumpun keluarga. (line 91-93) Jadi, kalo keluarga kita itu ya sama, kalo
memang belum waktunya, seharusnya kita
sudah mau pesta, tapi karna rumpun keluarga
belum kumpul terus ada yang masih mau di
tunggu, ya terpaksa ditunda dulu sampai kita
sepakat kita hubungi, kapan kira-kira ada
waktunya untuk datang. (line 251-257) Nah kalo dia bilangnya bulan sekian, ya kita
sepakat di situ semua rumpun keluarga bahwa
akan salah satu keluarga ini bulan sekian baru
datang, ya mungkin bulan itu kita adakan
pestanya, begitu. (line 258-262)
➢ Tidak memaksakan diri mengikuti rambu solo’
Salah satu adat di Toraja yaitu upacara rambu solo’
merupakan kewajiban bagi masyarakat Toraja. YP (52)
sebagai bagian dari masyarakat Toraja juga mengalami dan
melaksanaan kegiatan tersebut. Akan tetapi, YP (52) tidak
memaksakan dirinya dalam melaksanakan kegiatan rambu
solo’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Namun, tidak bisa juga kita memaksakan diri.
(line 80-81) Kalo memang itu mampu kita laksanakan, kita
laksanakan. Tapi kalo tidak bisa, tidak bisa kita
memaksakan diri. (line 85-87) Rambu solo’ itu adalah adat, adat Toraja. Adat
itu wajib diikuti. Tetapi, kita tidak boleh
memaksakan diri. (line 192-194)
➢ Bantuan dari keluarga
Pelaksanaan rambu solo’ membutuhkan sejumlah dana
yang tidak sedikit. Untuk itu segenap rumpun keluarga, baik
yang berada di Toraja maupun di luar kota saling membantu
untuk melaksanakan upacara tersebut. Hal ini berdasarkan
dengan pernyataan berikut:
Jadi ada bantuan dari keluarga. ada bantuan
dari keluarga lain baik itu yang merantau
maupun yang ada di Toraja sendiri. (line 93-96) Tapi biasanya dalam keluarga itu, kalau itu
keluarga besar, biasanya kan ada saling
membantu. Umpamanya ada yang meninggal,
berapa bersaudara, semuanya kumpul... (line
320-324)
➢ Penyesuaian kemampuan finansial
YP (52) melakukan kegiatan rambu solo’ sesuai dengan
kemampuan finansial yang dirinya miliki. Hal ini sesuai
dengan pernyataan berikut:
Itu yang saya bilang tadi, untuk membiayai
rambu solo itu tergantung dari kemampuan...
(line 168-169)
Jadi kemampuan kita kita sesuaikan dengan
keluarga. (line 372-373)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Walaupun YP (52) memiliki kasta tana’ bulaan, dirinya
menyadari akan kemampuan finansial yang dimilikinya. Pada
tingkatan kasta tersebut tidak wajib untuk memotong kerbau
dengan jumlah 24 ekor karena kasta tersebut mengikuti
kemampuan finansial yang dimiliki. Sehingga kasta tana’
bulaan tidak memberikan dampak bagi YP (52) dalam
menyediakan sejumlah kurban untuk kegiatan rambu solo’.
hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
Jadi kasta tana’ bulaan itu tidak harus dia mau
potong 24 ekor ke atas. Tidak. Itu sesuai dengan
kemampuannya. (line 379-382)
Kalo kasta tana’ bulaan tidak ada dampaknya
itu karena apa, karena kasta tana’ bulaan itu
dia bisa potong mengikuti dia punya
kemampuan. (line 444-447)
b. Gambaran rambu solo’
1. Pelaksanaan rambu solo’
Adat rambu solo’ di daerah Toraja semua sama. Akan
tetapi perbedaannya terletak pada pelaksanaannya yaitu lama
waktu pesta adat tersebut. Waktu pelaksanaan kegiatan rambu
solo’ tergantung dari kesepakatan keluarga. Hal ini dapat terlihat
dari pernyataan hasil wawancara YP (52).
Sebenarnya tidak, namanya di Toraja itu sama
semua. Rambu Solo’, Rambu Solo’. Hanya di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dalam pelaksanaannya itu yang beda (line 215-
218)
di dalam pesta rambu solo’ itu ada bermacam-
macam modelnya. Maksudnya begini, ada yang
cuma 2 hari, hari ini orang ibadah, besok
pemakaman. Ada yang tiga hari, hari ini ibadah,
besok terima tamu, lusa pemakaman. Ada yang 4
hari, hari ini ibadah, besok terima tamu, lusa
potong kerbau, hari berikutnya lagi hari keempat
pemakaman. (line 221-230)
Bukan adat yang beda, tidak, adat satu saja.
Cuma di dalam pelaksanaannya itu yang berbeda.
(line 267-269)
Mungkin dalam satu tahun muncul dua kali, tiga
kali, bahkan mungkin tidak, aa itu rambu solo.
(line 292-294)
2. Penyesuaian pada rambu solo’
Jumlah kerbau sebagai hewan kurban dari jaman dulu
dengan jaman sekarang telah berbeda. Berdasarkan hasil
wawancara YP (52) yang menyatakan bahwa jaman dulu, hewan
kurban mencapai 24 ekor kerbau sedangkan sekarang dapat
dipotong di bawah 24 ekor.
Kalo dulu ee nenek-nenek ee leluhur itu itu
sampai mencapai 24 kerbau kalo dulu. Tapi kalo
sekarang waktu orangtuanya bapak itu e sudah
turun jadi diatas 12. Ohh sudah jadi 12? Di atas
12. Jadi bapaknya bapak itu dulu itu sudah 16
kerbau (line 35-41)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3. Pengaruh dari kasta
Adanya kasta dalam lapisan masyarakat juga
berpengaruh pada kegiatan rambu solo’. Bagi YP (52) kasta yang
dimiliki oleh seseorang akan tetap sama tetapi kemampuan
dalam melakukan kegiatan rambu solo’ yang disesuaikan.
Menurut YP (52), seseorang yang mempunyai kasta selain tana’
bulaan dapat membuat pesta rambu solo’ yang besar ketika orang
tersebut mampu atau kaya raya.
Terus kalo sekarang ini sayang kita tetap kasta
itu cuma kemampuan kita itu tidak sampai di sana
artinya karena turunan kita sekarang ini gak ada
yang kaya raya, tidak ada yang mampu untuk
melaksanakan itu. (line 365-370)
Tapi itu tidak mempengaruhi dia bahwa karena
dia cuma potong 1 ekor atau 3 ekor, dia sudah
pindahnya kastanya. Tidak. Tidak mempengaruhi
itu.(line 385-389)
Kalo memang dia mampu, walaupun bukan kasta
tana’ bulaan tapi sudah kaya raya karena dia
punya usaha atau berhasil lah, berhasillah di
rantau orang, datang ke Toraja mungkin ada
keluarganya atau neneknya yang meninggal itu
saja dia potong 24 bahkan 100 kalau dia mampu,
begitu. (line 393-399)
4. Adat yang wajib
Menurut YP (52), salah satu adat budaya Toraja yaitu
rambu solo’ merupakan adat yang tidak dapat ditinggalkan dan
wajib untuk dilakukan oleh orang Toraja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Rambu solo’ adalah adat di ee Toraja dan adat
itu tidak bisa kita tinggalkan. (line 79-80)
5. Pengaruh rambu solo’
Berdasarkan hasil wawancara yang dimiliki oleh YP (52)
menyatakan bahwa motif seseorang melakukan pesta rambu
solo’dengan memotong banyak kerbau yaitu kemampuan yang
dimiliki orang tersebut untuk membuat pesta yang besar dan
adanya status dalam masyarakat.
Kalo orang Kristen di potongkan banyak ya
semata-mata karena dia mampu untuk potong itu,
artinya dia memperlihatkan bahwa dia mampu
untuk potong itu, dia mampu untuk bikin pesta
besar. (line 500-505)
Terus yang ke dua ya itu gengsinya bahwa oo
saya ini besar, (line 505-506)
berikutnya juga karena statusnya dalam
masyarakat. Karena kalo statusnya dalam
masyarakat contohnya dia Puang, baru dia
mampu, taro lah tadi yang kau bilang tadi tana’
bulaan itu. (line 507-511)
Jadi jabatan dan pangkat itu tidak terlalu
berpengaruh kepada rambu solo’, tetapi yang
sangat berpengaruh dalam rambu solo’ itu
kemampuan atau kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang. (line 574-578)
6. Kepercayaan yang di anut
Dahulu, latar belakang seseorang memotong banyak
kerbau yaitu sebagai bekal menuju Puya atau surga. Menurut
hasil wawancara YP (52), bagi orang Kristen yang beriman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
percaya pada Tuhannya maka akan selamat tanpa perlu
memotong banyak kerbau.
Itu kalau yang melatarbelakangi orang potong
kerbau menurut adat pada zaman dahulu bahwa
makin banyak kerbau yang dia potong, makin
banyak bekalnya dia bawa ke tempat akhir, istilah
Torajanya itu Puya. (line 475-479)
Potong banyak kerbau itu bukan untuk bawa
bekal ke sana karena sudah ada keyakinan orang
kristen bahwa kalau dia mati itu, itu kalau dia
mati itu, kalau memang di percaya Tuhan Yesus,
dia pasti selamat, kan begitu. (line 483-488)
7. Kedudukan status sosial
Status sosial seperti pangkat dan jabatan yang dimiliki
oleh seseorang tidak berpengaruh pada upacara rambu solo’. Hal
ini sesuai dengan hasil wawancara YP (52) yang menyatakan
bahwa dirinya yang memiliki pangkat AKP dalam kepolisian
tidak memiliki pengaruh pada upacara rambu solo. menurut YP
(52), kemampuan seseorang lah yang sangat berpengaruh seperti
pengusaha atau perantau yang memiliki banyak materi dan dapat
memotong banyak kerbau saat upacara tersebut.
Itu pangkat dan jabatan nak umpamanya kayak
bapak kan, kalo bapak kan baru AKP, kalo bapak
tidak berpengaruh kalo ada acara karena yang
berpengaruh itu sesuai dengan kemampuan kita.
(line 561-565)
Biar dia tidak berpangkat tapi dia pengusaha, dia
punya uang, biar berapa dia potong bisa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
terutama yang perantau-perantau itu. (line 578-
581)
c. Gambaran mengenai pensiun
1. Masa pensiun
YP (52) mengatakan bahwa dirinya akan pensiun 6 tahun
lagi. Bahkan, ada wacana yang menyatakan bahwa usia pensiun
diperpanjang menjadi 60 tahun sehingga waktu pensiun untuk
YP (52) menjadi 8 tahun. Hal ini seperti pernyataan YP (52)
berikut:
Saya pensiun 6 tahun lagi. (line 65)
Kalo pensiun saya kan masih 6 tahun, bahkan
kalo ada aturan baru 8 tahun, karena sementara
dalam wacana ini untuk kepolisian itu sementara
di godok untuk pensiun ee 60 tahun. (line 333-
337)
2. Gaji pensiun
Berdasarkan hasil wawancara dengan YP (52) yang
menyatakan bahwa ada perbedaan yang cukup besar antara gaji
yang terima saat masih bekerja dengan jumlah gaji ketika
pensiun nanti.
Itu memang beda jauh. (line 128-130)
Oohh, itu beda banget po pak gaji pensiun
dengan gaji saat masih kerja?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
3. Kesiapan pensiun
YP (52) merasa pensiun bukanlah masalah. YP (52)
menyatakan bahwa dirinya berharap dapat pensiun dini apabila
mendapat tawaran pensiun yang diberikan oleh kantornya. YP
(52) juga merasa sudah tidak memiliki persiapan untuk pensiun
nanti. Hal ini dikarenakan YP (52) telah memiliki rumah dan
uang pensiun yang dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya
pada masa pensiun nanti. Selain itu, jika tiba masa pensiun nanti,
anak-anak YP (52) juga telah hidup mandiri sehingga gaji
pensiun cukup untuk dirinya dan istrinya.
Ya persiapaan saya secara ini tidak ada lagi
karna rumah ada, rumah sudah ada. Jadi kalo
pensiun kan, 2.. 3 jutaan itu masih cukup untuk
makan 1 bulan. (line 139-142)
Jadi saya rasa itu cukup untuk kami berdua karna
untuk anak-anak itu sudah jadi semua, sudah
selesai semua. (line 342-345)
Pensiun itu tidak ada masalah, bahkan saya kalo
seandainya bisa dikasih, bilang dua tiga tahun ke
depan mau pensiun, saya mau seandainya bisa
tapi kan aturan yang menentukan. (line 349-354)
d. Permasalahan yang Dihadapi
1. Beban pikiran
Permasalahan yang dihadapi dapat menjadi beban
pikiran. Hal ini dialami oleh YP (52) yang menyatakan bahwa
beban yang dihadapinya saat ini terkait dengan pendidikan
anaknya yang belum selesai. Selain itu, dalam hal tugas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
tanggung jawab pada pekerjaanya, dirinya merasa tidak ada
beban. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut:
Kalo sekarang beban yang bapak hadapi itu
tinggal 1, kapan anakku selesai. Terus ya itu
setelah selesai kapan segera urus S2nya, itu. (line
588-590)
Kalo dalam tugas, tidak ada yang menjadi beban,
kita melaksanakan tugas itu sesuai dengan aturan
yang ada… (line 601-603)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Skema Informan 1 (YP)
• Tana’ Bulaan
• Waktu pelaksanaan rambu
solo’ yang berbeda
• Adanya gengsi dan status
sosial
• Tidak ada pengaruh pangkat
dan jabatan pada rambu solo’
Menghadapi:
- Membiayai pendidikan
anak
- Memiliki usaha
sampingan
- Perasaan gembira
karena sudah sukses
Rambu solo’ yang
wajib
Menghindar:
• Memiliki sifat gotong
royong
• Koordinasi dengan
rumpun keluarga
• Tidak memaksakan diri
mengikuti rambu solo
• Bantuan dari keluarga
• Penyesuaian kemampuan
finansial
Pendidikan anak
Gambaran
Rambu Solo’
Permasalahan yang dihadapi
Gambaran
tentang pensiun
• Masa pensiun 6 tahun lagi
• Gaji pensiun yang sedikit
• Memiliki persiapan pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
4.3.2. Informan 2
a. Strategi coping
1. Menghadapi Rambu Solo’
➢ Memiliki usaha sampingan
YB (56) memiliki pekerjaan sampingan selain bekerja
sebagai polisi yaitu menggarap sawah orangtua yang
nantinya akan memberikan penghasilan tambahan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan berikut:
artinya disamping untuk ini kerja di kepolisian,
ya kalau ada waktu ee bertani lah. (line 27-28)
Iya tentunya sudah sudah itulah artinya karena
ada lahan sawah orangtua tidak ada yang
garap, saudara-saudara jauh semua, jadi ya
itulah. (line 39-42)
Artinya di samping juga ada hasil tambahan.
(line 45)
➢ Ketidaksetujuan
YB (56) menyatakan bahwa dirinya kurang
sependapatan dengan orang lain dalam melaksanakan adat
upacara rambu solo’. Hal ini berdasarkan dengan pernyataan
berikut:
Dulu itu saya kurang sependapat dengan yang
dilakukan orang sebenarnya kalo adat (line 48-
49)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
➢ Mengatur adat sendiri
Pada pelaksanaan rambu solo’, YB (56) memiliki
prinsip yaitu dirinyalah yang memegang kendali untuk
mengatur adat, bukan orang lain atau adat itu sendiri.
...jangan kita yang diatur oleh adat tapi kita
yang harus mengatur adat, nah itu. (line 51-53)
...prinsip saya, kita yang harus mengatur adat
jangan kita yang diatur. (line 55-56)
➢ Mengutamakan anak dan keluarga inti
Bagi YB (56), pendidikan anak merupakan prioritas
utamanya sehingga dirinya. YB (56) lebih mengutamakan
memenuhi kebutuhan anak dan keluarga intinya daripada
kegiatan rambu solo’. Hal ini sesuai dengan pernyataan
berikut:
...memang saya utamakan biaya untuk anak
saya daripada rambu solo’. (line 63-64)
Saya mengutamakan kebutuhan anak saya,
kebutuhan keluarga (line 67-69)
anak saya ada 4 yang kuliah, saya utamakan
itu. (line 95-96)
➢ Keterbukaan pada keluarga
Selain itu, YB (56) juga terbuka pada keluarga dengan
memutuskan untuk tidak mengikuti adat rambu solo. YB (56)
juga meminta keluarganya untuk memahami keputusannya
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tetapi memang saya terbuka kepada keluarga
bahwa itu artinya kami sudah tidak mengikuti
lagi jadi maklumi saja kalo ada kegiatan kamu,
kami datang dengan tangan kosong, begitu.
(line 299-303)
Yang penting kita juga terbuka kepada
keluarga. (line 309-310)
➢ Melakukan pesta rambu solo’ hanya pada nenek
Keputusan yang dibuat oleh YB (56) yaitu dengan
mengikuti dan melaksanakan upacara rambu solo’ hanya
pada neneknya dibandingkan orangtuanya. Upacara rambu
solo’ untuk orangtuanya, YB (56) menyerahkannya kepada
saudara-saudaranya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
berikut:
Kalo saya selama ini hanya mulai dari nenek
saya toh, nenek kalau orangtua tidak. Baru
nenek laki-laki dengan nenek perempuan. (line
90-92)
Kalau orangtua saya tidak termasuk, artinya
hanya saudara-saudara saya yang laksanakan...
(line 93-94)
➢ Memberikan bantuan
Walaupun pelaksanaan rambu solo’ pada orangtuanya
hanya dilakukan oleh saudara-saudaranya, YB (56) tetap
memberikan bantuan bukan berupa hewan kurban melainkan
berupa materi.
...ya hanya orangtua laki-laki yang gereja
Toraja jadi ya itu tetap dilakukan tapi itu yang
lakukan itu hanya saudara-saudara saya, ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kalo saya tidak. Tapi tetap artinya tetap juga
ada bantuan toh. Mungkin kalo dihitung biasa
seimbang mereka tapi tidak merupakan kerbau
dan babi. (line 105-111)
➢ Tidak wajib ikut kegiatan rambu solo’
Adat rambu solo’ tidak lagi diikuti oleh YB (56). Hal
ini dikarenakan oleh agama yang tidak mengizinkannya.
Bagi YB (56), dirinya tetap mengikuti pemakamannya tetapi
tidak dengan proses rangkaian adat rambu solo’nya. Dengan
demikian, kegiatan rambu solo’ sudah tidak wajib untuk
dilakukan oleh YB (56). Hal ini sesuai dengan pernyataan
berikut:
Tapi artinya kalo masalah pemakaman apa kita
ikuti. Tapi kalau adatnya kita tidak ikuti lagi.
(line 166-167)
Kalo rambu solonya kita tetap anu, tapi
adatnya itu kita tidak ikutin lagi karena itu tidak
di izinkan lagi oleh agama. (line 168-170)
Kalo kita tidak, tidak mengikuti lagi. (line 181-
182)
tidak wajib lagi istilahnya, tidak wajib lagi
mengikuti kegiatan rambu solo itu. (line 194-
195)
➢ Merasa ringan
YB (56) merasa ringan karena beban yang dirinya
miliki telah berkurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tapi bagi saya artinya malah saya merasa
ringan karena beban sudah berkurang. (line
137-139)
➢ Keyakinan pada agama
Berdasarkan hasil wawancara, YB (56) memiliki
keyakinan tentang apa yang harus diperjuangkan walaupun
bertentangan dengan keluarganya.
Jadi istilahnya walaupun orang keluarga
artinya tidak setuju di dalam dunia tapi di
akhirat Tuhan terima, jadi ya lebih baik itu
yang kita perjuangkan. (line 349-352)
➢ Pengalihan perhatian agar tenang
Berbeda halnya yang dilakukan oleh YP (52) dan MP
(56) dalam menghadapi masa pensiun. YB (56) cenderung
mengalihkan perhatian agar bisa tenang saat pensiun nanti.
Hal ini dikarenakan YB (56) tidak memiliki beban berupa
beban kedinasan sehingga dirinya juga merasa ringan.
Malah malah saya merasa tenang nanti apabila
sudah pensiun karena tidak ada beban lagi toh.
Itu beban dinas, kedinasan. (line 35-37)
2. Menghindari Rambu Solo’
➢ Mendapat bantuan dari keluarga
YB (56) merasa tidak memiliki beban lagi karena
masalah biaya pendidikan anaknya masih sanggup dibiayai
oleh dirinya sendiri. Selain itu, anaknya yang telah bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dan mandiri juga dapat membantu untuk membiayai
pendidikan adik-adiknya.
...biasa kita pikirkan masalah biaya anak-anak
saya, sudah saya anggap tidak ada beban lagi
karena kakaknya sudah bisa bantu. (line 144-
146)
Saya masih bisa juga, masih sanggup untuk
biayai, kakaknya juga bisa bantu, apalagi yang
kita pikirkan. (line 146-148)
➢ Penyesuaian kemampuan finansial
Berdasarkan hasil wawancara, YB (56) menyatakan
bahwa dirinya sudah tidak memikirkan mengenai masalah
pengeluaran pada kegiatan rambu solo’. Menurutnya, ketika
dirinya mampu dan memiliki uang maka akan YB (56)
lakukan tetapi jika tidak memiliki dana yang mencukupi,
maka tidak dilakukan. Pelaksanaan rambu solo’ dilakukan
sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki dan tidak
memaksakan diri untuk mewujudkan untuk melaksanakan
upacara tersebut.
Bagi saya tidak, harus bisa kita lakukan sesuai
kemampuan kita, jangan kita paksakan. (line
59-61) Kalo saya, memang dari dulu saya tidak pernah
pikirkan itu anu karena saya bilang kalo saya
mampu, ada uangku, ya saya lakukan. Kalau
tidak ya tidak. (line 116-119 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
➢ Adanya perasaan malu
Menurut YB (56), seseorang yang memiliki jabatan
akan merasa malu jika datang pada upacara rambu solo
dengan tidak membawa apa-apa. Perasaan malu tersebut
telah mendarah daging karena adanya pengaruh adat. Tidak
ada aturan mengenai membawa sesuatu pada saat acara
tersebut, tetapi karena telah menjadi budayalah yang mau
tidak mau muncul perasaan malu. Hal ini sesuai dengan
pernyataan berikut:
…kadang kita ada pegang jabatan, kita juga
kadang merasa malu kalo umpamanya ada
kegiatan rambu solo merasa malu kalo datang
dengan tangan kosong toh. Nah itulah
pengaruhnya dari situ, pengaruhnya dari
jabatan itu. (line 271-275)
…sebenarnya tidak ada tidak ada aturannya
cuma karena malu sendiri, begitu. (line 276-
277)
Merasa malu karena sudah apa namanya
mendarah daging ke dalam tubuh itu pengaruh
adat… (line 277-279)
…akhirnya kita merasa malu kalo umpamanya
kita datang dengan tangan kosong, begitu kalo
ada acara-acara rambu solo. (line 279-281)
➢ Memiliki kesepakatan dengan keluarga
Ada kesepakatan antara YB (56) dengan saudara-
saudaranya yaitu YB (56) memiliki prioritas untuk
pendidikan anaknya. YB (56) tidak memaksakan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
mengikuti kegiatan rambu solo’ karena anaknya sedang
membutuhkan biaya sehingga saudara-saudaranya
memahami akan kondisi yang sedang dialami oleh YB (56).
Bagi YB (56), kasta yang dimilikinya tidak berpengaruh
untuk menjadi beban terkait dengan adat rambu solo’.
...jadi memang sudah ada kesepakatan dengan
saudara bahwa kalau saya, saya tidak paksakan
karena anak saya butuh biaya. (line 99-102)
Tapi bagi saya pribadi ee artinya tetap tidak
menjadi beban walaupun itu kasta itu. (line
334-336)
Artinya tidak terlalu tidak menjadi beban lagi
karena rata-rata keluarga juga sudah tau toh,
jadi ee kalau ada anu begitu ya orang maklumi
saja. (line 336-339)
b. Gambaran rambu solo’
➢ Pelaksanaan rambu solo’
YB (56) yang menyatakan bahwa perbedaan adat rambu
solo’ terletak pada orang-orang yang melakukan kegiatan rambu
solo’ itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara YB
(56).
Ya artinya kalau ada perbedaan tidak jauh beda
karena itu satu adat budaya dari Toraja.... (line 72-
73)
...yang membedakan itu bagi saya tinggal pelaku-
pelakunya. (line 74-75)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
➢ Pengaruh rambu solo’
YB (56) merasa tidak terbebani dalam menghadapi upacara
rambu solo’. Hal ini dikarenakan dirinyalah yang memutuskan
sendiri untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut atau tidak tanpa
terpengaruh oleh orang lain.
Saya merasa tidak pernah terbebani karena artinya
saya yang tentukan saya mau lakukan atau tidak.
(line 65-67)
Tapi kalau kita paksakan, kita mau ikuti, ya jelas
menjadi beban bagi kita. (line 80-82)
Nah itu, itu tidak pernah jadi beban saya. (line 119-
120)
Selain itu, YB (56) sendiri melihat bahwa orang Toraja
merasa terbebani dengan kegiatan rambu solo’. YB (56)
menyatakan bahwa orang Toraja merasa terpaksa dalam kegiatan
tersebut karena harus meminjam demi mengikuti kegiatan rambu
solo’ tersebut.
...saya itu tidak pernah menjadi beban kalo
namanya rambu solo karena ya saya lakukan sesuai
dengan kemampuan yang ada ……(line 124-126)
Ya kan kadang memang kita orang Toraja kadang
dipaksakan menurut saya… (line 256-257)
…saya sudah tidak mengikuti jadi saya tidak
pernah artinya dipaksakan oleh adat toh…. (line
257-259)
Itu namanya sudah dipaksakan toh, karena kita
harus meminjam untuk kebutuhan itu.(line 263-265)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
➢ Kepercayaan yang di anut
YB (56) memiliki keyakinan pada agamanya. YB (56)
memilih untuk mengikuti ajaran agamanya yaitu dengan tidak
mengikuti lagi adat budaya yaitu adat rambu solo’. Hal ini
dikarenakan dalam ajaran agamanya, upacara rambu solo’
termasuk berhala karena membuat pesta untuk orang yang sudah
meninggal.
Bagi saya karena artinya sesuai dengan agama
yang saya anuti tidak wajib itu acara rambu solo.
(line 164-165)
Kalo dalam agama pantekosta memang sudah tidak
diijinkan lagi mengikuti acara itu. (line 171-173)
…rambu solo itu sesuai dengan budaya tana
Toraja, cuma cuma kita juga orang asli Toraja
tapi artinya yang tidak mengijinkan kita ikut lagi
dari segi agama.(line 176-179)
…berhala itu orang yang sudah meninggal itu
dipestakan lagi, diacarakan seperti orang masih
hidup. Ya itu artinya gereja kami itu larang
mengikuti hal-hal seperti itu lagi….. (line 217-220)
➢ Kedudukan status sosial
YB (56) menyatakan bahwa pangkat dan jabatan dalam
kepolisian memiliki pengaruh pada upacara rambu solo’.
Menurut YB (56), acara rambu solo’ yang muncul secara
mendadak membuat seseorang terpaksa membeli keperluan
untuk upacara tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
Makanya ya di dalam kepolisian memang artinya
ada pengaruhnya itu kalo kita di Toraja ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
pengaruhnya itu adat karena kadang kalo tiba-tiba
muncul acara-acara rambu solo dan lain-lain
sebagainya, itu kan biasanya kita paksakan untuk
beli ini dan beli itu. (line 245-250)
Ya artinya secara umum memang ada
pengaruhnya, (line 269-270)
c. Gambaran mengenai pensiun
1. Masa pensiun
Bagi YB (56) sendiri, dirinya akan pensiun 2 tahun lagi dan
hal tersebut tidak dapat dihindari. Hal ini seperti pernyataan YB
(56) berikut:
Om berapa lama lagi pensiun? Kalau saya tinggal
2 tahun. (line 22-23)
Kalo namanya pensiun itukan tidak bisa kita
hindari. (line 31-32)
2. Kesiapan pensiun
YB (56) merasa bahwa dirinya telah siap untuk pensiun
karena sudah tidak memiliki beban lagi. Selain itu, YB (56) juga
telah memiliki persiapan dalam menghadapi pensiun yang dapat
dilakukannya nanti.
…… jauh-jauh sebelumnya tinggal 2 tahun, tapi
saya sudah siap untuk anu menurut saya tidak ada
beban. (line 33-35)
Artinya persiapkan untuk disamping nanti istirahat
pensiun.... (line 42-43)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
3. Alokasi pendapatan
Berdasarkan hasil wawancara, YB (56) menyatakan bahwa
kesejahteraan gaji yang diberikan seharusnya cukup untuk
membiayai kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, gaji tersebut juga
digunakan untuk membiayai upacara rambu solo’. Dengan
demikian, gaji tersebut kurang mencukupi kebutuhan hidup. Hal
ini sesuai dengan pernyataan berikut:
.....kesejahteraan itu sudah terbagi-bagi, akhirnya
ee kadang kita sudah tidak mencukupi lagi untuk
biaya hidup. (line 243-245)
Akhirnya kesejahteraan untuk gaji yang diberikan
oleh negara sudah tidak mencukupi kebutuhan
sehari-hari. (line 251-253)
d. Permasalahan yang dihadapi
1. Beban pikiran
Sama halnya dengan pernyataan YP (52), salah satu yang
menjadi beban bagi YB (56) yaitu pendidikan anaknya yang
belum selesai dan biaya pendidikan tersebut. Selain itu, YB (56)
juga memikirkan tentang masa depan anaknya nanti seperti
bekerja dan menghidupi dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat
pada pernyataan berikut:
sekarang yang termasuk salah satu beban saya
karena anak saya masih ada yang masih ada yang
kuliah, jadi itulah biaya-biaya itu yang harus kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pikirkan toh, jadi itu termasuk beban toh. (line 320-
323)
Artinya jadi beban ya bagaimana caranya anak
saya bisa bekerja bisa menghidupi dirinya sendiri,
paling tidak begitu. (line 326-328)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Skema Informan 2 (YB)
Menghadapi:
- Memiliki usaha sampingan
- Ketidaksetujuan
- Mengatur adat sendiri
- Mengutamakan anak dan
keluarga inti
- Keterbukaan pada keluarga
- Adanya perasaan malu
- Merasa ringan
- Keyakinan pada agama
- Pengalihan perhatian agar tenang
Menghindar:
• Memiliki sifat gotong
royong
• Bantuan dari keluarga
• Penyesuaian kemampuan
finansial
Pendidikan
anak
Adanya keyakinan
pada agama
Permasalahan yang dihadapi
Gambaran
tentang pensiun
• Masa pensiun 2 tahun lagi
• Memiliki persiapan pensiun
• Adanya alokasi pendapatan
• Tana’ Bassi
• Perbedaan pada pelaku
rambu solo’
• Pengaruh pangkat dan
jabatan pada rambu solo’
• Memiliki pandangan religi
Gambaran
Rambu Solo’
Temuan Unik:
Tidak mengikuti
rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4.3.3. Informan 3
a. Strategi coping
1. Menghadapi Rambu Solo’
➢ Memiliki usaha sampingan
Ketika pensiun nanti, MP (56) akan melanjutkan usaha
yang telah ia laksanakan sebelumnya yaitu berternak dan
bertani.
Sebenarnya belum, tapi artinya untuk beternak
kita sudah laksanakan itu, bertani ya kita sudah
laksanakan. (line 42-44)
Jadi mungkin kalau sudah ya pensiun nanti ya
tekuni aja. (line 44-45)
➢ Rencana memakamkan keluarga
MP (56) memiliki rencana untuk mengkebumikan
orangtuanya yang akan di laksanakan tahun depan.
Ini bahkan sekarang ini ada nenek yang sedang
terbaring di sini. Rencana dikebumikan tahun
depan kalo umur panjang. (line 37-39)
➢ Pertimbangan tentang kemampuan yang dimiliki
Berbeda halnya dengan YP (52) dan YB (56), menurut
MP (56) pelaksanaan upacara rambu solo’ dipikirkan secara
matang agar dapat dilihat mampu atau tidak dalam
menyelenggarakan upacara tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Jadi dari awal itu kita pikir matang-matang
memang apa kita mampu seperti itu atau tidak.
(line 132-134)
➢ Merasa biasa saja menghadapi pensiun
MP (56) memiliki perasaan biasa saja dalam
menghadapi masa pensiun. Hal ini sesuai dengan pernyataan
berikut:
Biasa saja, hal yang biasa. Malah seandainya
kita di kasih MPP, ya saya minta MPP. (line
50-51)
Masa pensiun itu ya biasa saja (line 122)
➢ Mendukung rambu solo’
Dalam menghadapi upacara rambu solo’, MP (56) lebih
memilih untuk memberi dukungan terhadap kegiatan
tersebut.
adapun kalo umpamanya menyangkut masalah
keluarga dengan masalah rambu solo’ maupun
rambu tuka, tetap kita mendukung tetap kita
dukung. (line 5-8)
2. Menghindari Rambu Solo’
➢ Koordinasi dengan keluarga
Selain itu, pelaksanaan rambu solo’ dilakukan dengan
cara berkoordinasi dengan keluarga, sesuai dengan
pernyataan berikut:
Mampu tidaknya kita melakukan pesta rambu
solo kan kita berkoordinasi dengan keluarga.
(line 130-132)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
➢ Penyesuaian kemampuan finansial
MP (56) menyatakan bahwa dalam melaksanakan
kegiatan rambu solo’ disesuaikan dengan kemampuan
finansial yang dimiliki oleh keluarga. Bagi MP (56), kegiatan
tersebut tidak perlu untuk dipaksakan jika tidak mampu
melaksanakan adat rambu solo’ tersebut.
Tidak mutlak, ya tidak mampu karena sesuai
dengan kemampuan. (line 74-75)
Tidak juga kan sesuai dengan kemampuan,
begitu. Kan tidak mungkin mau dipaksakan kalo
artinya tidak mampu baru mau laksanakan adat
seperti itu. Jadi sesuai saja kemampuan. (line
80-83)
Jadi itu sesuai kemampuan saja. (line 95-96)
Selain itu, pangkat yang dimiliki oleh seseorang tidak
berpengaruh untuk memotong banyak kerbau. Menurut MP
(56), seseorang yang memiliki pangkat tamtama bisa
memotong banyak kerbau apabila keluarganya mampu. Hal
ini sesuai dengan pernyataan berikut:
Tidak, tidak berpengaruh. Biar pangkat
tamtama kalo keluarganya mampu, dia potong
berapa bisa. (line 99-100)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
b. Gambaran rambu solo’
1. Pelaksanaan rambu solo’
Menurut MP (56), rambu solo’ harus dilalui oleh orang
Toraja. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan hasil wawancara
MP (56).
Rambu solo itu adalah adat istiadat orang Toraja
yang harus dilalui orang Toraja itu sendiri. (line
105-107)
Kalo masalah itu sudah banyak kali lah karena
banyak keluarga yang meninggal. (line 110-111)
2. Pengaruh rambu solo’
MP (56) merasa tidak terlalu memikirkan rambu solo’
termasuk beban atau tidak. Hal ini sesuai dengan pernyataan
berikut:
Dalam menghadapi pesta rambu solo, ya untuk
selama ini yang lalu tidak ada tapi tidak tau …..
(line 113-114)
3. Kedudukan status sosial
Pernyataan MP (56) sesuai dengan YP (52) yang
menyatakan bahwa pangkat dan jabatan dalam kepolisian tidak
memiliki pengaruh pada upacara rambu solo’. Menurut MP (56),
seseorang yang memiliki pangkat yang tinggi tidak harus
memotong banyak kerbau saat upacara rambu solo’.
Oo tidak tidak mempengaruhi pangkat dan jabatan
di dalam kepolisian itu. (line 91-92)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Jadi ndak mutlak itu bahwa orang tinggi
pangkatnya itu berarti dalam pesta adatnya nanti
itu bahwa banyak juga kerbau di potongkan, tidak,
ndak begitu. (line 92-95)
c. Gambaran mengenai pensiun
1. Masa pensiun
MP (56) menyatakan bahwa akan ada waktunya untuk
pensiun dan kembali pada masyarakat. Hal ini berdasarkan
dengan pernyataan berikut:
…… memang dari awal itu kita sudah tau bahwa
ada saatnya kita masuk polisi, ada saatnya kita
keluar. Tentu kita kembali ke masyarakat. (line
123-126)
2. Kesiapan pensiun
Hal yang dialami YP (52) dan YB (56) jjuga terjadi pada
MP (56) yang merasa siap untuk pensiun. Usaha sampingan yang
dilakukan MP (56) ketika pensiun nanti yaitu bertani dan
berternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
Pensiun ya kita siap. (line 2)
Mungkin ee yang dapat kita lakukan nanti kalau om
sudah pensiun, bisa bertani, bisa beternak, kita
siap-siap saja itu menyangkut masalah pensiun.
(line 9-12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Skema Informan 3 (MP)
Menghadapi:
- Memiliki usaha
sampingan
- Rencana memakamkan
keluarga
- Pertimbangan tentang
kemampuan
- Merasa biasa saja
menghadapi pensiun
Rambu solo’ wajib
Menghindar:
- Mendukung rambu solo’
- Koordinasi dengan
keluarga
- Penyesuaian kemampuan
finansial
Tidak ada beban
rambu solo’
Permasalahan yang dihadapi
Gambaran
tentang pensiun
• Masa pensiun 2 tahun lagi
• Memiliki persiapan pensiun
• Tana’ Bulaan
• Tidak ada perbedaan pada
pelaksanaan rambu solo’
• Tidak ada pengaruh
pangkat dan jabatan pada
rambu solo’
• Memiliki pandangan religi
Gambaran
Rambu Solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
4.4. Kesimpulan Analisis Ketiga Informan
Berdasarkan analisis di atas, dapat ditemukan tiga tema besar pada
penelitian ini, yaitu gambaran mengenai rambu solo’, permasalahan-
permasalahan yang dihadapi informan, dan strategi coping yang digunakan.
Pada gambaran mengenai rambu solo’ ditemukan ada beberapa subtema
yang dijabarkan oleh para informan, yaitu tentang pelaksanaan rambu solo’,
pengaruh dari rambu solo’, penyesuaian pada rambu solo’, pengaruh kasta pada
rambu solo’, dan kepercayaan yang dianut.
Temuan lain yang ditemukan pada penelitian ini yaitu pada YP (52) yang
mengungkapkan bahwa alasan membuat upacara rambu solo’ yang besar
dengan memotong banyak kerbau dikarenakan adanya gengsi dan untuk
menunjukkan status sosial. YP (52) dan MP (56) juga mengungkapkan bahwa
pangkat dan jabatan yang mereka miliki tidak berpengaruh pada kegiatan rambu
solo’. Lain halnya dengan YB (56) yang mengungkapkan bahwa ada pengaruh
dari pangkat dan jabatan terhadap kegiatan rambu solo’. Menurutnya, ada
perasaan malu apabila seseorang datang pada acara rambu solo’ tanpa
membawa sesuatu atau datang pada acara tersebut dengan tangan hampa.
Perasaan malu tersebut telah mendarah daging dalam tubuh masyarakat Toraja.
Dari gambaran tersebut menimbulkan permasalahan khususnya bagi YP
(52) dan MP (56) yang menganggap pelaksanaan rambu solo’ merupakan
kewajiban bagi mereka. Berbeda dengan yang dialami oleh YB (56) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
mengganggap bahwa dirinya sudah tidak memiliki kewajiban untuk melakukan
adat rambu solo’ karena YB (56) memiliki keyakinan pada agamanya yang
melarang untuk ikut melaksanakan adat rambu solo’ tersebut. Selain itu, tema
permasalahan lainnya yaitu tentang beban pikiran yang dimiliki oleh YP (52)
dan YB (56) mengenai pendidikan dan masa depan anaknya.
Dalam menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut, para informan
memiliki strategi coping yaitu dengan cara menghadapi atau menghindari
masalah tersebut. Pada YP (52) dan MP (56), menghadapi kegiatan rambu solo’
dengan cara menghindari permasalahan seperti mendukung kegiatan rambu
solo’, berkoordinasi dengan keluarga, tidak memaksakan diri mengikuti
kegiatan rambu solo’, dan menyesuaikan dengan kemampuan finansial. Lain
halnya dengan yang dilakukan oleh YB (56) yang memilih untuk menghadapi
permasalahan secara langsung dengan cara menolak kegiatan rambu solo’
karena adat tersebut bertentangan dengan keyakinan yang dianut. Namun,
ketiga informan memiliki persamaan dalam menghadapi permasalahan lainnya
yaitu memiliki usaha sampingan. YP (52) dan YB (56) mengatasi beban pikiran
yang dimilikinya yaitu dengan memilih untuk membiayai pendidikan anaknya
dibandingkan dengan membiayai pesta rambu solo’.
Pada YP (52), dirinya memiliki perasaan gembira karena merasa telah
mencapai kesuksesan hingga saat ini. Sedangkan YB (56) merasa ringan karena
tidak memiliki beban pikiran lagi sehingga siap untuk pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
4.5. Pembahasan
Adat merupakan norma-norma yang sah dan berfungsi mengatur
ketertiban dan keserasian hidup masyarakat (Tallulembang, 2012). Sejalan
dengan teori ini, adat budaya Toraja wajib untuk dilakukan oleh masyarakat
setempat karena diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang sehingga
perlu untuk dilestarikan. Masyarakat Toraja memiliki pandangan yang berbeda
dalam menyikapi adat budayanya, salah satunya budaya rambu solo’. Dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa para informan memiliki perbedaan perspektif
terkait rambu solo’ seperti pengaruh dari pangkat dan jabatan, adanya gengsi
dan status sosial, dan pandangan religi. Seperti yang diungkapkan oleh
informan YB (56) bahwa pangkat dan jabatan yang dimiliki oleh orang Toraja
memiliki pengaruh pada acara rambu solo’. Adanya pengaruh kedudukan sosial
menyebabkan timbulnya perasaan malu apabila datang dengan tangan hampa
pada acara tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Tangdilintin (2014) bahwa
upacara rambu solo’ ditentukan oleh kedudukan sosialnya dan kemampuan
keluarganya mengadakan kurban pada upacara tersebut. Penelitian ini telah
memperlihatkan adanya gengsi yang dimiliki oleh orang Toraja, yang
ditunjukkan dengan melaksanakan upacara rambu solo’ yang meriah dan besar
seperti memotong banyak kerbau (informan YP). Perbedaan perspektif
mengenai rambu solo’ muncul karena adanya proses yang dialami oleh para
informan dalam melakukan upacara rambu solo’ sesuai dengan adat yang
berlaku di daerahnya masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Kedudukan sosial yang dimiliki oleh individu tidaklah berlangsung lama
karena akan ada masa akhir, yaitu pensiun. Masa pensiun tidak datang secara
tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses (Fardila, Rahmi, Putra, 2014). Proses
tersebut dialami oleh setiap orang yang bekerja sebagai bagian dari perjalanan
karir mereka. Begitu pula yang dialami oleh para informan ketika dihadapkan
pada masa akhir dari pekerjaan mereka yaitu masa pensiun. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ketiga informan sedang menanti masa pensiunnya dengan
perasaan bahagia dan tidak sabar untuk segera pensiun. Perasaan gembira
dirasakan oleh informan YP (52) karena telah mencapai kesuksesan dan
menunggu untuk masa pensiun agar dirinya bebas dari pekerjaannya. Hal ini
juga dialami oleh YB (56) merasa lebih tenang dan ringan karena akan segera
pensiun sehingga beban yang dimilikinya telah berkurang. Berbeda dengan
yang dirasakan oleh MP (56) yang merasa biasa saja karena dirinya sadar
bahwa masa pensiun merupakan masa akhir dari pekerjaannya dan pada
akhirnya akan kembali dalam lingkungan masyarakat. Hal ini sejalan dengan
yang dikatakan Carver, Scheier, dan Weintraub (1989) mengekspresikan
perasaan terhadap masalah atau tekanan yang dialami disebut focusing on and
venting of emotion. yaitu. Respon yang ditunjukkan oleh ketiga informan
sebagai salah satu bentuk strategi coping mereka dengan mengungkapkan rasa
bahagia karena telah lepas dari beban pekerjaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Namun, ketika para informan pensiun nanti, mereka masih dihadapkan
oleh tuntutan sosial yaitu membiayai upacara adat rambu solo’. Pelaksanaan
upacara yang mahal membuat mereka perlu memikirkan strategi agar
mendapatkan penghasilan tambahan selain mengandalkan gaji pensiun yang
akan terima nanti. Hal ini sesuai dengan yang diungkapan oleh Paidi (2013)
bahwa masa pensiun adalah saat seseorang tidak lagi mendapatkan upah atau
gaji secara penuh karena sudah memasuki usia pensiun. Dalam penelitian ini,
ketiga informan mencari penghasilan tambahan dengan cara memiliki pekerjaan
sampingan seperti usaha kendaraan truck dan memelihara kerbau dan babi
(informan YP). Begitu pula dengan informan YB (56) dan MP (56) yang
memiliki pekerjaan sampingan yaitu bertani dan beternak.
Pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh ketiga informan sejalan
dengan yang dikatakan oleh Carver, Scheier, dan Weintraub (1989) salah satu
bentuk strategi coping yaitu problem focus coping berupa perencanaan
(planning). Planning adalah usaha yang dilakukan individu dengan berpikir
mengenai bagaimana cara mengatasi suatu masalah yang ada. Informan tidak
hanya merencanakan tetapi telah merealisasikannya dengan memiliki usaha
pada saat ini sebagai persiapan sejak dini yang akan dilanjutkan saat pensiun
nanti. Persiapan pensiun yang dilakukan yaitu dengan penerimaan, kesiagaan,
dan kesediaan individu terhadap keseluruhan perubahan yang terjadi dimana
dirinya tidak lagi bekerja dan diwujudkan dalam bentuk tingkah laku (Fardila,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
2014). Teori tersebut sejalan dengan perilaku yang ditunjukkan para informan
dengan memiliki pekerjaan sampingan. Adanya pekerjaan sampingan membuat
para informan dapat mengantisipasi jika ada pelaksanaan upacara rambu solo’
atau membayar hutang hewan kurbannya. Hewan ternak yang mereka miliki
dapat digunakan untuk diberikan pada upacara tersebut. Selain itu, istri dan
anak yang bekerja mampu meringankan beban dari tuntutan sosial yang
menekan informan. Kondisi ini membuat ketiga informan lebih siap
menghadapi masa pensiunnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa coping telah dilakukan oleh
para informan, namun tidak mereka sadari. Coping yang digunakan sebagai
usaha untuk mengatasi permasalahan yang dialami oleh para informan
menjelang masa pensiunnya. Sejalan dengan teori Hapsari (2002, dalam
Wardani, 2009) bahwa coping merupakan reaksi terhadap tekanan yang
berfungsi memecahkan, mengurangi dan menggantikan kondisi yang penuh
tekanan. Orang Toraja pun mengunakan strategi coping untuk mengatasi
tuntutan sosial seperti adat rambu solo’ harus dipenuhi karena merupakan
kewajiban bagi mereka. Begitu pula yang dialami oleh para informan yang
harus memenuhi tuntutan adat tersebut yang saat ini berada dalam masa pra
pensiunnya. Situasi yang menekan membuat mereka menggunakan strategi
coping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Menjelang masa pensiun, para informan dihadapkan pada berbagai
masalah yang harus mereka hadapi. Permasalahan tersebut berkaitan erat
dengan salah satu adat budayanya yaitu rambu solo’. Permasalahan yang
dihadapi para informan kurang lebih sama yaitu mengenai kewajiban mengikuti
adat rambu solo’, pendidikan anak dan keyakinan pada agama. Para informan
pun mengatasi permasalahan yang mereka alami dengan menggunakan strategi
coping. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Papalia (2009) menyatakan
bahwa coping adalah cara berpikir atau perilaku adaptif yang bertujuan
mengurangi atau menghilangkan stres yang timbul dari kondisi berbahaya,
mengancam, atau menantang.
Pada penelitian Tumirin & Abdurahim (2015) memaparkan bahwa
pengorbanan biaya yang besar untuk rambu solo’ memiliki makna yang
mendalam bagi masyarakat Tana Toraja karena berdampak jangka panjang.
Hasil penelitian tersebut juga dialami oleh YP (52) dan MP (56) yang dapat
merasakan makna tersebut karena memiliki kewajiban untuk melaksanakan adat
tersebut. Bagi mereka, pelaksanaan upacara adat rambu solo’ sebagai bentuk
penghormatan terakhir pada salah satu anggota keluarganya yang meninggal.
Rambu solo’ wajib untuk dilakukan karena merupakan tradisi yang diwariskan
secara turun-temurun sehingga harus dilakukan oleh seluruh orang Toraja
sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun, pelaksanaan upacara
tersebut disesuaikan dengan kemampuan finansial yang mereka miliki dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
memaksakan diri untuk mengikuti upacara rambu solo’. Perilaku yang
ditunjukkan oleh YP (52) dan MP (56) tersebut sejalan dengan teori active
coping sebagai usaha untuk menghilangkan atau mengatasi masalah maupun
memperbaiki dampak dari masalah tersebut dengan cara langsung (Carver,
Scheier, dan Weintraub, 1989). Selain itu, active coping yang dilakukan oleh
para informan yaitu lebih mengutamakan membiayai pendidikan anak
dibandingkan acara rambu solo’.
Temuan unik dalam penelitian ini terlihat pada informan dua (YB) yang
menolak untuk mengikuti adat rambu solo’ (denial). Bagi informan, upacara
rambu solo’ merupakan kewajiban bagi orang Toraja, tetapi dirinya dengan
tegas menolak untuk mengikuti rangkaian adat tersebut. Adat rambu solo’
merupakan kegiatan yang berhala karena membuat pesta untuk orang yang
sudah meninggal. Adanya keyakinan pada agamanya membuat dirinya
memutuskan untuk tidak lagi mengikuti kegiatan rambu solo’ dan meminta
pengertian serta dukungan dari rumpun keluarga tentang keputusannya tersebut.
Keputusan untuk menolak menjalani adat rambu solo’ dilakukan sebagai bentuk
pilihan hidupnya karena dirinyalah yang mengontrol kehidupannya sendiri
untuk mengatur adat. Perilaku menolak adat rambu solo’ karena memiliki
keyakinan pada agamanya ditunjukkan oleh informan YB (56) sejalan dengan
teori turning to religion, yaitu usaha individu menenangkan dan menyelesaikan
masalah secara keagamaan (Carver, Scheier, dan Weintraub, 1989). Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
mengindikasikan bahwa informan tidak sepenuhnya menolak untuk melakukan
upacara rambu solo’ tetapi tetap menghormati budayanya itu dengan ikut
berperan dalam memberikan sumbangan seperti materi sesuai dengan
kemampuan finansialnya.
Menurut Paranoan (1990, dalam Guntara dan Ruja, 2016), rambu solo’
sebagai tempat bergotong royong, artinya salah satu ciri khas orang Toraja
adalah gotong-royong, hal ini terlihat dalam tradisi sembangan ongan (bantuan
keluarga atau kenalan sebagai ungkapan belasungkawa) yang ditujukan untuk
membantu pelaksanan ritus rambu solo’. Penelitian ini mengungkapkan bahwa
pada pelaksanaan upacara rambu solo’ dilakukan secara bergotong royong dan
mendapat bantuan dari seluruh rumpun keluarga. Sifat gotong royong dan
bantuan dari keluarga merupakan strategi yang digunakan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi ketiga informan. Hal ini sejalan dengan teori seeking
social support for instrumental reasons, yaitu usaha individu untuk mencari
dukungan sosial seperti meminta pendapat, bantuan atau informasi untuk
menyelesaikan masalah (Carver, Scheier, dan Weintraub, 1989). Hal ini
dikarenakan rambu solo’ merupakan upacara yang besar sehingga segenap
rumpun keluarga berkoordinasi dan saling membantu untuk dapat
melaksanakannya. Sebelum melaksanakan rambu solo’, informan satu (YP)
berkoordinasi dengan keluarga untuk menentukan waktu yang sesuai agar dapat
dihadiri oleh semua anggota keluarga. Hal ini sebagai wujud solidaritas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
ajang berkumpulnya keluarga sebagai suatu kesatuan. Dengan berkoordinasi
dengan keluarga, informan dua (YB) merasakan beban yang dimilikinya
berkurang karena pada saat pelaksanaan rambu solo’ untuk anggota
keluarganya, informan masih membiayai pendidikan anak-anaknya. Keluarga
informan pun dapat memahami kondisi yang dialami oleh informan. Walau
demikian, informan tetap memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Strategi coping yang digunakan oleh informan tidak terlepas dari adanya
faktor-faktor pendukung coping tersebut. Menurut Lazarus dan Folkman (dalam
Huffman, et al. 2000), faktor-faktor pendukung coping terdiri dari health and
energy, positive beliefs, problem-solving skills, an internal locus of control,
social skills, social support, dan material resources. Pada penelitian ini, faktor-
faktor pendukung coping yang digunakan cenderung pada positive beliefs dan
social support. Hal ini dapat dilihat dari keyakinan pada agama (turning to
religion) yang dimiliki oleh informan YB (56) yang memutuskan untuk tidak
mengikuti adat rambu solo’. Keputusan tersebut dikarenakan adanya larangan
dari agamanya. Walau demikian, keluarga menghormati dan berusaha
memahami akan keputusan yang telah dilakukan oleh informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Skema Pembahasan
Deskripsi tentang Rambu Solo’ :
Deskripsi tentang pensiun:
Permasalahan yang
dihadapi:
- Rambu solo’ yang
wajib
- Pendidikan anak
- Keyakinan pada
agama
- Tidak ada beban
pada rambu solo’
PFC
✓ Active Coping
o Seeking social
support for
instrumental
reasons
• Planning
Strategi dengan pendekatan
masalah:
✓ Penyesuaian kemampuan
finansial
✓ Tidak memaksakan diri
mengikuti rambu solo’
✓ Mengatur adat sendiri
• Memiliki usaha sampingan
➢ Keyakinan pada agama
❖ Ketidaksetujuan o Bantuan dari keluarga
o Koordinasi dengan
keluarga
o Memiliki sifat gotong
royong
Strategi dengan pendekatan
emosi:
Perasaan gembira
karena sudah sukses
Adanya perasaan malu
Merasa ringan
Faktor pendukung:
positive beliefs dan
social support
Perspektif:
Pelaksanaan
rambu solo’
Kasta
pengaruh pangkat
dan jabatan
pandangan religi
Perspektif:
Gaji pensiun
yang sedikit
Rentang masa
pensiun
Memiliki
persiapan pensiun
Adanya alokasi
pendapatan
EFC
❖ Denial
Focusing on and venting
of emotion
➢ Turning to religion
Catatan:
: pembanding pada kedua strategi
coping.
: tanda perilaku sesuai
dengan coping
Adanya keyakinan
pada agama
Temuan Unik:
Tidak mengikuti
rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa adanya persiapan
pensiun sejak dini membuat para informan merasa siap untuk pensiun dan
mengangap bahwa kegiatan rambu solo’ tidak menjadi beban bagi mereka
karena telah memiliki pekerjaan sampingan. Hal menarik dalam penelitian ini
ialah informan YB secara tegas menolak untuk mengikuti adat rambu solo’
yang merupakan kewajiban bagi orang Toraja karena memiliki nilai religi yang
dianut dan keyakinan pada agamanya. Walau demikian, informan tetap
menghormati budayanya dan berpartisipasi pada kegiatan rambu solo’ dengan
cara memberikan bantuan secara finansial.
Selain itu, adanya gengsi dan kedudukan status sosial yang dimiliki
sebagai alasan bagi seseorang dalam melakukan upacara rambu solo’ secara
besar-besaran dengan memotong banyak kerbau. Di samping itu, pangkat dan
jabatan yang dimiliki berpengaruh rambu solo’ yaitu timbulnya perasaan malu
apabila datang dengan tangan hampa. Pelaksanaan rambu solo’ tidak hanya
dilakukan oleh satu keluarga tetapi oleh segenap rumpun keluarga. Para
informan menggunakan strategi coping untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang mereka alami. Strategi coping yang muncul yaitu mengatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
adat sendiri, koordinasi dengan keluarga, penyesuaian kemampuan finansial dan
keterbukaan pada keluarga. Selain itu, ketiga informan tidak hanya
menggunakan satu strategi coping, tetapi menggunakan strategi coping lainnya
sesuai dengan permasalahan yang mereka hadapi. Dari penelitian juga diketahui
bahwa pemilihan strategi coping tidak lepas dari adanya faktor-faktor
pendukung coping yaitu positif beliefs dan social support.
5.2. SARAN
5.2.1. Bagi instansi kepolisian
Instansi kepolisian dapat memperhatikan anggotanya khususnya yang
akan menghadapi masa pra pensiun karena terkait dengan budaya Toraja
yang dimiliki oleh anggotanya. Selain itu, program masa pensiun yang
diberikan oleh instansi ditinjau kembali dan disesuaikan dengan latar
belakang polisi (kultur budaya Toraja) yang menerima program tersebut
agar nantinya saat pensiun nanti, polisi mempunyai keterampilan untuk
menjalani masa pensiunnya.
5.2.2. Bagi Keluarga
Adanya dukungan dari keluarga khususnya keluarga besar dapat
membantu mereka dalam menghadapi permasalahan yang dialami
terkait dengan kegiatan rambu solo’ dan kondisi mereka yang saat ini
berada pada masa pra pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
5.2.3. Bagi peneliti selanjutnya
a. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti hal yang serupa,
hendaknya memperhatikan hal-hal yang belum terungkap dalam
penelitian ini dan menggali lebih mendalam lagi, sehingga akan lebih
memperkaya pengetahuan tentang budaya Toraja dalam ranah
psikologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
DAFTAR PUSTAKA
Ada’, J. L. (2014). Aluk To Dolo Menantikan Kristus. Yogyakarta: Penerbit Gunung
Sopai.
Andilolo, D. (2012). Motivasi Masyarakat Memotong Kerbau pada Pesta Adat
(Rambu Tuka’ dan Rambu Solo’) di Kecamatan Makale Kabupaten Tana
Toraja. Makassar: Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Ansaar. (2014). Rapasan: Upacara Pemakaman Bagi Kasta Tana’ Bulaan Di Tana
Toraja. Makassar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar. WALASUJI
Volume 5, No. 2, Desember 2014: 225—238.
Arumwardhani, A. (2011). Psikologi Kesehatan, Buku 1. Yogyakarta: Percetakan
Galangpress.
Baharuddin, H. (2016). Dampak Pengembangan Pariwisata melalui Tradisi Spiritual
Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Tana Toraja. Universitas Pamulang.
Carver, C., Scheier, M., Weintraub, J. (1989). Assessing Coping Strategies: A
theoretically Based Approach. Journal of personality and social psychology
Vol. 56, No. 2, 267-283.
Carverth, D. L. (2011). Four Contributions to the Theory of the Superego, Guilt and
Conscience. York University: Canadian Journal of Psychoanalysis.
Christian, Moningka, C. (2012). Self Efficacy dan Kecemasan Pegawai Negeri Sipil
Menghadapi Pensiun. Jakarta Utara: Program Studi Psikologi, Univeristas
Bunda Mulia. Jurnal Psikologi Ulayat, Edisi I/ Desember 2012, hlm. 45–56.
Cyndia, A. (2015). Rambu Solo, Pesta Kematian yang Meriah. Kompas.com, diunduh
pada 22 April 2016.
http://travel.kompas.com/read/2015/10/03/200700427/Rambu.Solo.Pesta.Kem
atian.yang.Meriah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmalia, S. Giyono. Utaminingsih, D. (2015). Penggunaan Strategi Coping Pada
Siswa Kelas X Smk Swadhipa 2 Natar.
Fardila, N. Rahmi, T. Putra, Y. Y. (2014). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga
dengan Kesiapan Menghadapi Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil.
Universitas Negeri Padang: Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan dan
Konseling, dan Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 2,
November 2014, hlm. 157-168.
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Guntara, F. Fatchan, A. Ruja, I. N. (2016). Kajian Sosial-Budaya Rambu Solo’ dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik. Malang: Pendidikan Geografi
Pascasarjana-Universitas Negeri Malang. Jurnal Pendidikan, Vol. 1 No. 2, Bln
Februari, Thn 2016, Hal 154—158.
Herdiansyah, H. (2012). Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Huffman, K., Vernoy, M., Vernoy, J. (2000). Psychology in Action 4th ed. Canada:
John Wiley & Son, Inc.
Humaira, Rahmatan, R. (2017). Perbedaan Penyesuaian Diri Pensiunan yang
Mendapatkan Training Pra Pensiun dengan yang Tidak Mendapatkan Training
Pra-Pensiun. Banda Aceh: Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala. Jurnal Ecopsy, Volume 4 Nomor 1, April 2017.
Iskandar, Z. 2013. Psikologi Lingkungan: Metode dan Aplikasi. PT. Refika Aditama.
Bandung.
Indrawati E. S. Fauziah,N. (2012). Attachment dan Penyesuaian Diri dalam
Perkawinan. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal
Psikologi Undip Vol. 11, No.1, April 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Kusuma, B. (2015). Rambu Solo, Tradisi Pemakaman Unik di Tana Toraja.
Kompas.com, di unduh pada tanggal 22 April 2016.
http://travel.kompas.com/read/2015/03/31/193800427/Rambu.Solo.Tradisi.Pemakam
an.Unik.di.Tana.Toraja
Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Marwing, A. (2011). Problem Psikologis Dan Strategi Coping Pelaku Upacara
Kematian Rambu Solo’ di Toraja (Studi fenomenologi pada tana’ bulaan).
Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.
PSIKOISLAMKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI) Vol. 8 No. 2, Januari 2011.
Nurhidayah, S. (2011). Kelekatan (Attachment) dan Pembentukan Karakter. Bekasi:
Universitas Islam 45. Turats, Vol. 7, No. 2, Agustus 2011.
Paidi, (2013). Strategi Persiapan Masa Pensiun bagi Para Karyawan. Jakarta: STIE
Dharma Bumiputera. E-Journal WIDYA Ekonomika, Volume 1 Nomor 1
Mei-Agustus 2013.
Panggara, R. (2014). Konflik Kebudayaan menurut Teori Lewis Alfred Coser dan
Relevansinya dalam Upacara Pemakaman (Rambu Solo’) di Tana Toraja.
Jurnal Jaffray, Vol. 12, No. 2, Oktober 2014.
Papalia. D. E., dkk. (2009). Human Development (Psikologi Perkembangan), Edisi
10, buku 2. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.
Papalia, D. E. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia Ed. 12-Buku 2. Jakarta
Selatan: Salemba.
Paseru, S. (2004). Aluk To Dolo Toraja: Upacara Pemakaman masa Kini masih
Sakral. Salatiga: Widya Sari Press.
Parkinson, C. N. (1990). Masa Pensiun yang Bahagia. Jakarta Barat: Binarupa
Aksara.
Prasetyo, Y. (2016). Efikasi Diri, Kematangan Emosi dan Problem Focus Coping.
Fakultas Psikologi: Universitas 17 Agustus 1945. Jurnal Psikologi Indonesia
Mei 2016, Vol. 5, No. 02, hal 181-186.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Rahleda. (2016). Transformasi Sosial Pada Upacara Rambu Solo Dirapai di
Rantepao Toraja Utara. Yogyakarta: Program Studi Sosiologi Agama.
Vol. 10, No. 1, Januari-Juni 2016/ISSN: 1978-4457 (p), 2548-477X.
Sadidan, I. Sulaeman, M. Homzah, S. (2015). Faktor Sosial dan Budaya Kaitannya
dengan Nilai Jual Kerbau (Kasus di Pasar Bolu, Kabupaten Toraja Utara,
Provinsi Sulawesi Selatan). Bandung: Universitas Padjadjaran.
Soekanto, S. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi 5.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi 13.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sirajuddin, S. N. Baba, S. dan Andilolo, D. (2013). Beberapa Motivasi Masyarakat
Toraja Memotong Ternak Kerbau pada Acara Adat (Rambu Solo’ dan Rambu
Tuka’). Makassar: Program Studi Peternakan Unhas. JIIP Volume 1 Nomor
1, Desember 2013, h. 44-55.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.
Suardiman, S. P. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Supraktiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam
Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Tallulembang, B. (2012). Reinterpretasi dan Reaktualisasi Budaya Toraja.
Yogyakarta: Penerbit Gunung Sopai.
Tangdilintin, HC. L. T. (2014). Toraja dan Kebudayaannya. Toraja: Lembaga Kajian
dan Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan.
Tarigan, N. (2009). Happy and Healthy Retiree: Cara Pensiun Sehat dan Bahagia.
Yogyakarta: Andi Offset.
Tumirin dan Abdurahim, A. (2015). Makna Biaya dalam Upacara Rambu Solo.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 2, Halaman 175-340.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Wardani, D. S. (2009). Strategi Coping Orang Tua Menghadapi Anak Autis.
Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah. Indigenous, Jurnal
Ilmiah Berkala Psikologi. Vol. 11, No. 1, Mei 2009 : 26-35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
INFORM CONCENT
Pada kesempatan kali ini, saya mahasiswa Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang akan menyelesaikan tugas akhir dengan judul:
Strategi Coping pada Polisi yang Menghadapi Masa Pra Pensiun Terkait
dengan Upacara Rambu Solo’ Di Toraja
Memohon kesediaan saudara/i untuk berpartisipasi menjadi narasumber dalam
penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan
bagaimana strategi coping pada polisi yang menghadapi masa pra pensiun terkait
dengan upacara rambu solo. Pengumpulan data diperoleh dengan metode wawancara.
Selama proses wawancara akan direkam dengan menggunakan digital recorder.
Dalam prosesnya, wawancara dapat berlangsung antara 20-30 menit. Namun, peneliti
sangat fleksibel terhadap kesediaan waktu Anda.
Kerahasian data akan dilindungi dan terjamin. Peneliti tidak akan membagikan
hasil pengumpulan data kepada siapapun kecuali dosen pembimbing peneliti. Nama
Anda akan dirahasiakan dengan menggantinya dengan inisial. Selain itu, Anda juga
berhak untuk mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini sebelum
berpartisipasi. Anda secara sukarela membuat keputusan untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Tanda tangan Anda menyatakan bahwa Anda telah memutuskan untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini namun tidak mengikat keberadaan Anda untuk
tetap menjadi subjek penelitian hingga penelitian ini berakhir.
Narasumber Peneliti
_____________________ Delvianty T. Parinding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Verbatim Informan 1
No. Verbatim Ringkasan Ringkasan dipadatkan Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bapak tinggal dimana?
Di Laang Tanduk, kelurahan Pangrante.
Oh, terus? Bapak anaknya ada berapa?
Ada 2.
Ada kah yang sudah menikah atau
kerja?
Belum, belum ada yang nikah. Kerja? ada
1 yang kerja namanya Yohanis. Kerjanya
dimana? Di kapal... di kapal Amerika di
atas kapal pesiar.
P1 tinggal di Laang Tanduk,
kelurahan Pangrante (2).
P1 memiliki 2 orang anak
dan belum menikah (4-7)
Anaknya ada satu orang yang
bekerja di kapal pesiar
Amerika (7-9).
Tinggal di Laang
Tanduk, kelurahan
Pangrante.
Memiliki 2 anak yang
belum menikah.
1 anak yang bekerja di
kapal pesiar Amerika.
Tinggal di Laang
Tanduk, Pangrante
2 anak belum nikah
1 anak bekerja
11
12
13
14
15
Oh, terus, bapak kerjanya dimana?
Saya bekerja di Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Terus jabatannya? Kapolsek.
Di? Polsek Sa’dan Balusu, Kabupaten
Toraja Utara, Polres Tana Toraja.
P1 bekerja di Kepolisian
Negara Republik Indonesia
(12-13).
Memiliki jabatan sebagai
Kapolsek di Polsek Sa’dan
Balusu, Kabupaten Toraja
Utara, Polres Tana
Toraja.(13-15)
P1 bekerja di kepolisian.
Memiliki jabatan
sebagai Kapolsek di
Polsek Sa’dan Toraja
Utara.
Bekerja di kepolisian
Jabatan sebagai
Kapolsek
16
17
Terus, berapa jumlah tanggungan
keluarga?
Tanggungan keluarga yaitu
istri dan anak 2. (18)
Tanggungan keluarga
istri dan 2 anak
Tanggungan keluarga
istri dan 2 anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
18
19
20
tanggungan keluarga istri, anak 2. Istri
kerja. Berarti tanggungan sekarang
tinggal 1 dong? Iya.
istri P1 bekerja(18-19)
Tanggungan keluarga sisa 1.
(19-20)
Istri bekerja
Tanggungan keluarga
sisa 1
Istri bekerja
Tanggungan keluarga
sisa 1
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Terus, di toraja ada pembagian kasta.
Bapak termasuk dalam kasta yang
mana?
Oh itu yang saya tidak tahu haha.. mungkin
kasta yang biasa hahaa. Coba sebutkan
kastanya nanti saya jawab. Oke, kan ada 4
kasta yang ada di toraja itu ada tana
Bulaan, tana Bassi, bukan kasta itu. Oh
lapisan masyarakat. Dari 4 kasta yang
tadi, bapak itu termasuk yang mana di
lapisan masyarakat? Lapisan ke dua tana’
bassi. Berarti kalo lapisan kedua yang
tana bassi, kan kedua dari tinggi toh, itu
tuh berapa banyak biaya yang bapak
keluarkan pada saat rambu solo? Kalo
dulu ee nenek-nenek ee leluhur itu itu
sampai mencapai 24 kerbau kalo dulu. Tapi
kalo sekarang waktu orangtuanya bapak itu
e sudah turun jadi diatas 12. Ohh sudah
jadi 12? Di atas 12. Jadi bapaknya bapak
P1 berada pada kasta tana’
Bassi, yaitu lapisan ke 2.
(31-32)
Kalo dulu, upacara rambu
solo’ mencapai 24 kerbau.
Saat rambu solo sekarang,
waktu orangtuanya P1, turun
jadi di atas 12, sudah 16
kerbau. (35-41)
Berada pada kasta tana’
bassi.
Dulu, upacara rambu
solo’ mencapai 24
kerbau sedangkan
sekarang saat orangtua
P1 turun menjadi 16
kerbau.
Kasta tana’ bassi
Rambu solo’ dulu 24
kerbau dan sekarang
turun jadi 16 kerbau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
itu dulu itu sudah 16 kerbau berarti sudah
masuk di dalam kasta kedua. 16 kerbau
untuk kerbau kan yang di hitung itu kerbau
bukan babi. Kalau kita hitung dengan duit,
kalo di hitung dengan sekarang itu 14
kerbau itu kali 30 juta kurang lebih 500lah
500an juta kurang lebih. Itu dalam berapa
hari? Dalam 4 hari. Jadi mulai dari ee
diawali dengan mulainya pesta itu,
kemudian hari kedua menerima tamu,
terus? hari ketiga pemotongan kerbau dan
dibagi- bagi ke masyarakat, dan hari ke
empat pemakaman. Itu baru yang
kerbaunya saja ya, belum yang untuk
buat lantang-lantangnya (lantang=
pondokan)? Kalo bikin lantang itu secara
gotong royong dari masyarakat. Gotong
royong dari masyarakat termasuk dari
menyiapkan bahan untuk membuat pondok-
pondok, selain kita punya pohon-pohon
bambu sendiri, juga dibantu dari masyarakat
sekitar.
Bikin pondokan itu secara
gotong royong dari
masyarakat termasuk dari
menyiapkan bahan untuk
membuat pondok-
pondok.(56-60)
Bikin pondokan secara
gotong royong dari
masyarakat.
Gotong royong dari
masyarakat
63
64
65
Nah terus, bapak berapa lama lagi
pensiun?
Saya pensiun 6 tahun lagi.
P1 pensiun 6 tahun lagi.(65) Pensiun 6 tahun lagi. Pensiun 6 tahun lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
Nah 6 tahun lagi toh, kalo memasuki
masa pensiun itu toh, adakah usaha-
usaha yang bapak miliki?
Untuk sementara ini, ee usaha-usaha itu ya
kumpul-kumpul kerbau itu baru dijual. Jadi
kita pelihara-pelihara kerbau, pada saat ada
pesta ada yang jual murah kerbau, kita beli
terus kalo ada yang butuh, kita jual. Ada
yang lain lagi gak? Selain itu, usaha
kendaraan. Ya contohnya truk untuk
ngangkut-ngangkut barang gitu.
P1 memiliki usaha
mengumpulkan kerbau baru
dijual. Di pesta ada yang jual
kerbau murah, P1 beli,
kemudian di jual kembali
kalo ada yang butuh. (69-73)
Selain itu, P1 memiliki usaha
kendaraan seperti truk, untuk
mengangkut barang. (74-76)
P1 memiliki usaha
mengumpulkan kerbau
yang di beli murah saat
ada pesta, kemudian
menjual kembali.
Memiliki usaha
kendaraan seperti truk.
Memiliki usaha
kerbau
Memiliki usaha
kendaraan
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
Terus bagaimana sikap bapak terhadap
rambu solo’?
Rambu solo’ adalah adat di ee Toraja dan
adat itu tidak bisa kita tinggalkan. Namun,
tidak bisa juga kita memaksakan diri. Tidak
bisa kita memaksanakan diri bahwa kita
harus melaksanakan pesta secara besar-
besaran. Tidak. Tapi kita mengikuti
keadaan. Kalo memang itu mampu kita
laksanakan, kita laksanakan. Tapi kalo tidak
bisa, tidak bisa kita memaksakan diri.
Rambu solo’ adalah adat di
Toraja yang tidak bisa
ditinggalkan. (79-80)
Rambu solo’ tidak dilakukan
dengan memaksakan diri.
(80-81)
Kalo memang mampu untuk
melaksanakan, ya
dilaksanakan. Tapi kalo
tidak, tidak memaksakan
diri. (85-87)
Rambu solo’ sebagai
adat yang tidak bisa
ditinggalkan.
Tidak memaksakan diri
melakukan rambu solo’.
Kalo mampu maka
lakukan, kalo tidak,
jangan memaksakan
diri.
Adat rambu solo’
tidak bisa
ditinggalkan
Tidak memaksakan
diri melakukan rambu
solo’
Kalo mampu lakukan
kalo tidak, jangan
paksakan
88 Terus, bagaimana cara bapak mengatasi Rambu solo’ bukan Rambu solo’ Rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
biaya yang dikeluarkan untuk rambu
solo’?
Ee, acara rambu solo itu dalam keluarga itu
bukan kita laksanakan sendiri tapi segenap
rumpun keluarga. Jadi ada bantuan dari
keluarga. ada bantuan dari keluarga lain
baik itu yang merantau maupun yang ada di
toraja sendiri. Mereka akan membantu kita
pada saat pesta rambu solo itu. Jadi,
umpamanya ee kerbau, kita diantara
keluarga yang membawakan kerbau. Dan
itu nanti pada saat ia melaksanakan pesta
rambu solo’ pada saat itu kena, kalo ada
sama kita, kita ganti lagi itu membantu dia.
Jadi sifatnya gotong royong.
dilaksanakan sendiri tetapi
segenap rumpun keluarga.
(91-93)
Ada bantuan dari keluarga
baik yang merantau maupun
yang ada di toraja sendiri.
(93-96)
Diantara keluarga ada yang
membawakan kerbau,
nantinya saat keluarga itu
melaksanakan pesta rambu
solo’, kita ganti lagi
membantu dia (98-102)
Jadi sifatnya gotong royong
(103)
dilaksanakan oleh
segenap rumpun
keluarga.
Ada bantuan dari
keluarga.
Keluarga yang
memberikan kerbau,
suatu saat kerbau
tersebut akan
dikembalikan saat
melaksanakan pesta
rambu solo’.
Memiliki sifat gotong
royong
dilakukan rumpun
keluarga
Bantuan dari keluarga
Dibawakan kerbau
dan
mengembalikannya
saat rambu solo’
Sifat gotong royong
104
105
106
107
Lanjut ya pak, bapak kan mendekati
masa pensiun toh, apa yang akan
dilakukan P1 ketika pensiun nanti?
Bapak ini lagi menunggu. Saya ini lagi
P1 lagi menunggu untuk
pensiun. (107-108)
P1 sudah rencanakan kalo
Menunggu untuk
pensiun.
Memiliki rencana untuk
Menunggu untuk
pensiun
Memiliki rencana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
menunggu. Kalo seumpama pensiun itu,
katanya pensiun itu akan dibagikan
sekaligus. Jadi saya sudah rencanakan
bahwa kalo betul-betul dibayarkan begitu,
syukurlah. Dan itu uang bisa kita bikin
untuk usaha. Kalo saya, kalo saya itu
contohnya saya kalo pensiun baru mendapat
pesangon 1M, berarti itu saya bisa belikan
eskapator untuk saya kelola. Itu rencana
saya. Ohh, sekarang dana pensiunnya
sekaligus turun kayak gitu? Belum itu
baru wacana. Tapi menurut informasi dan
sudah katanya sudah disetujui DPR, nanti
mulai tahun 2017 itu akan begitu, itukan
masih wacana, nanti sampai di sana, apa
betul atau tidak. Hmm, jadi gak yang gak
dapat gaji pensiunan tiap bulan? Iya
tidak, tidak nantinya. Kalo memang jadi
wacana itu. Karna itu baru wacana. Kalo
enggak, berarti tetap gaji tiap bulan.
dana pensiun dibagikan
sekaligus, uang itu bisa buat
untuk usaha. (108-113)
menggunakan uang
pensiun jika dibagikan
sekaligus untuk
membuat usaha.
untuk membuat usaha
128
129
130
131
132
Oohh, itu beda banget po pak gaji pensiun
dengan gaji saat masih kerja?
Itu memang beda jauh. Contohnya sekarang
ini saya terima anunya diatas kertas itu
6juta, kurang lebih 6 juta. Sementara nanti
Gaji pensiun berbeda jauh
dengan gaji saat bekerja tiap
bulan. (130)
Gaji pensiun yang
berbeda jauh dengan
gaji saat masih bekerja.
Perbedaan gaji
pensiun dan saat
bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
133
134
135
kalo pensiun tinggal 3 jutaan, atau Rp
3.150.000,- hampir segitu. Itu saya lihat dari
teman-teman saya yang sudah pensiun.
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
Nah, bapak sendiri ada rencana atau
persiapan yang dilakukan untuk
menghadapi masa pensiun?
Ya persiapaan saya secara ini tidak ada lagi
karna rumah ada, rumah sudah ada. Jadi
kalo pensiun kan, 2.. 3 jutaan itu masih
cukup untuk makan 1 bulan. Cukup itu.
Tapi kalo syukur-syukur sekaligus
dibayarkan berarti bisa untuk buka usaha,
usaha baru, gitu.
Persiapan P1 sudah tidak ada
lagi karena rumah sudah ada,
kalo pensiun, gaji pensiun
masih cukup. (139-142)
P1 ingin membuka usaha
dengan uang pensiunnya.
(143-145)
Sudah tidak ada lagi
persiapan.
Ingin membuka usaha
dengan dana pensiun.
Tidak ada lagi
persiapan
Keinginan membuat
usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
Hhmmm, oke. Nah terus, bagaimana
perasaan bapak ketika memasuki masa
pensiun?
Perasaan saya biasa-biasa saja tidak, saya
malah gembira, berarti saya sudah mencapai
kesuksesan yang ee sampai pada akhirnya.
Artinya, saya sudah bebas setelah saya
pensiun, saya sudah bebas. Mau kemana
saja, saya sudah bisa. Karna semasa dinas
saya, ada acara atau kegiatan apalagi kalo
itu di luar, di tempat yang jauh tidak
mungkin saya pergi. Tapi setelah pensiun,
saya sudah bisa kemana-mana dan saya bisa
mengunjungi keluarga dimana-mana,
begitu.
P1 merasa gembira karena
sudah mencapai kesuksesan
sampai pada akhirnya (149-
151)
P1 sudah bebas, mau kemana
saja sudah bisa. (152-154)
P1 merasa gembira
karena sudah mencapai
kesuksesan.
P1 merasa bebas untuk
pergi kemana saja.
Perasaan gembira
karena mencapai
kesuksesan
Bebas untuk kemana
saja
161
162
163
164
Oke, bapak punya tabungan untuk masa
depan gak?
Ada tabungan tapi habis tiap bulan
dibawakan anakku yang sementara kuliah.
Tabungan yang dimiliki P1
habis karena membiayai
anaknya yang sedang
kuliah.(163-164)
Tabungan yang dimiliki
habis untuk biaya kuliah
anak.
Tabungan habis
untuk biaya kuliah
anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
Terus, bagaimana cara bapak mengatasi
tuntutan sosial untuk membiayai rambu
solo’?
Itu yang saya bilang tadi, untuk membiayai
rambu solo itu tergantung dari kemampuan
kita. Kalo itu ada berarti kita kita turut.
Contohnya umpamanya potong kerbau.
Kalo memang ada dananya ya kita ikut.
Tapi kalo tidak ada dananya, tidak mungkin
kita memaksakan diri, tidak mungkin
begitu. Kalo memang ada, ya kita turut.
Namun, kalo yang di Toraja ini kebanyakan
dana-dana itu dari luar. Jadi keluarga-
keluarga yang sudah berhasil di luar, yang
apa namanya populer dibilang perantau,
perantau kembali ke toraja itu, mereka-
mereka itu yang melaksanakan rambu solo’,
yang potong kerbau ada 1 atau bahkan ada
yang sampai berpuluh-puluh ekor, mereka-
mereka itu yang sudah berhasil di luar. Nah
itu, yang kembali melaksanakan rambu
solo’, khususnya rambu solo’ yang besar-
besaran itu sampai milyar-milyar habis. Itu
mereka yang sudah sangat berhasil di luar,
begitu.
Untuk membiayai rambu
solo’ tergantung dari
kemampuan (168-169)
Seseorang yang sukses
merantau akan kembali ke
Toraja dan membantu
keluarganya melaksanakan
upacara rambu solo’ bahkan
dengan merayakan secara
besar-besaran (180-188)
Membiayai rambu solo’
tergantung dari
kemampuan.
Perantau yang sukses
akan membantu
keluarganya
melaksanakan upacara
rambu solo’ bahkan
dirayakan secara besar-
besaran.
Membiayai rambu
solo’ tergantung
kemampuan
Perantau sukses
membantu keluarga
untuk pesta rambu
solo yang besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
Oh gitu, terakhir pak, bagaimana
pengaruh rambu solo’ terhadap bapak?
Rambu solo’ itu adalah adat, adat Toraja.
Adat itu wajib diikuti. Tetapi, kita tidak
boleh memaksakan diri. Artinya, kalo
memang ada, okelah kita ikut. Namun, di
dalam pelaksanaan kegiatannya tetap kita
ikut, tapi tidak wajib, tidak harus kita
potong kerbau, itu tidak. Kalo memang
mampu, silakan. Tapi kalo tidak mampu,
apa yang kita mau potong. Saya lebih
cenderung bahwa lebih baik saya
menyekolahkan anak saya, membiayai anak
saya, daripada mengikuti rambu solo.
Kecuali kalo membiayai anak saya itu
masih ada lebihnya itulah kita pakai untuk
rambu solo.
Rambu solo’ adalah adat
yang wajib untuk diikuti
tetapi tidak memaksakan diri
(192-194)
P1 cenderung memilih untuk
membiayai anak daripada
mengikuti rambu solo’ (200-
203)
Kalo membiayai anak masih
ada lebihnya, itu yang
dipakai untuk rambu solo’
(204-206)
Rambu solo’ wajib
diikuti tetapi tidak
memaksakan diri.
P1 cenderung memilih
untuk membiayai anak
untuk pendidikannya
dibandingkan untuk
rambu solo’.
Jika ada dana lebih,
maka digunakan untuk
rambu solo’.
Rambu solo’ wajib
tetapi tidak
memaksakan diri
Memilih membiayai
pendidikan anak
dibanding rambu
solo’
Dana lebih digunakan
untuk rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
Oke pak. O iya, satu lagi. Bapak kan
tinggal di daerah, bukan Sa’dan kan, tapi
dari? Rantepao. Bapak itu asalnya dari?
Dari Rantepao. Oh dari Rantepao. Nah itu
tuh kan, beda daerah beda adat rambu
solo’ kan? Misalnya dari daerah Sa’dan,
daerah Makale, itu kan beda-beda dalam
menyikapi rambu solo’?
Sebenarnya tidak, namanya di Toraja itu
sama semua. Rambu Solo’, Rambu Solo’.
Hanya di dalam pelaksanaannya itu yang
beda. Pelaksanaannya yang beda tapi
namanya sama. Kan namanya pesta rambu
solo’ itu pesta pemakaman, pesta adat
pemakaman, itu.. itu. Nah, di dalam pesta
rambu solo’ itu ada bermacam-macam
modelnya. Maksudnya begini, ada yang
cuma 2 hari, hari ini orang ibadah, besok
pemakaman. Ada yang tiga hari, hari ini
ibadah, besok terima tamu, lusa
pemakaman. Ada yang 4 hari, hari ini
ibadah, besok terima tamu, lusa potong
kerbau, hari berikutnya lagi hari keempat
pemakaman. Ada yang lebih dari itu, ada
kalau ee namanya ee adatnya itu bahasa
Adat rambu solo’ itu sama
bagi semua daerah di Toraja
tetapi pelaksanaannya yang
berbeda (215-218)
Pelaksanaan rambu solo’ ada
bermacam-macam yaitu ada
yang 2 hari, 4 hari, bahkan
lebih dari itu (221-230)
Adat rambu solo’ sama
semua di Toraja tetapi
ada perbedaan pada
pelaksanaannya.
Ada beberapa macam
pelaksanaan rambu solo’
yaitu 2 hari, 4 hari, atau
lebih dari 4 hari.
Ada perbedaan
pelaksanaan rambu
solo’
Ada beberapa macam
pelaksanaan rambu
solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
torajanya Aluk, Aluknya itu, dimulai dari
awal. Ada yang namanya Mangriu’ Batu
dulu, Mangriu’ Batu itu pasang prasasti. Itu
pasang prasasti saja itu, tarik batu itu, baru
dikasih berdiri, itu namanya prasastinya, itu
sudah mulai potong kerbau, dari awal.
Bahkan dari matinya, hari ini dia
meninggal, istilahnya namanya
Ma’karamman, itu besok itu orang mulai
berdatangan, datang mengunjungi dan itu
potong kerbau. Kalo itu nantinya pestanya
besar. Tapi kalo bukan untuk pesta besar, ya
tidak ji tidak potong kerbau tapi tetap orang
datang. Dan di Toraja itu, ada orang mati
yang disimpan sampai bertahun-tahun, ada
yang berbulan-bulan, tergantung dari
kesiapan rumpun keluarga untuk
melaksanakan upacara tersebut. Terus
kalau keluarga bapak sendiri? Ya itu a.
Jadi, kalo keluarga kita itu ya sama, kalo
memang belum waktunya, seharusnya kita
sudah mau pesta, tapi karna rumpun
keluarga belum kumpul terus ada yang
masih mau di tunggu, ya terpaksa ditunda
dulu sampai kita sepakat kita hubungi,
Kalo belum waktunya
mengadakan pesta karena
rumpun keluarga belum
terkumpul dan masih ada
yang di tunggu, terpaksa di
tunda sampai ada waktunya
untuk datang. (251-257)
Sebelum semua rumpun
keluarga belum
terkumpul semua, pesta
rambu solo’ akan
ditunda pada waktu
semua keluarga bisa
datang.
Rambu solo
dilakukan saat
rumpun keluarga
datang semua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
kapan kira-kira ada waktunya untuk datang.
Nah kalo dia bilangnya bulan sekian, ya kita
sepakat di situ semua rumpun keluarga
bahwa akan salah satu keluarga ini bulan
sekian baru datang, ya mungkin bulan itu
kita adakan pestanya, begitu. Okee, kalo
yang tadi ditanyakan bilang lain tempat lain
ee acara pestanya, itu sebenarnya bukan
adatnya berbeda, bukan. Tapi dalam
caranya, pelaksanaan rambu solo’ itu.
Bukan adat yang beda, tidak, adat satu saja.
Cuma di dalam pelaksanaannya itu yang
berbeda. Karna pesta rambu solo’ itu ada
yang sampai 7 hari, ada yang lebih dari itu.
Oke sipp. Masih ada pertanyaan?
Pada bulan sekian, semua
keluarga sepakat, maka akan
diadakan pesta. (258-262)
Bukan adat yang beda, cuma
pelaksanaannya itu yang
beda. (267-269)
Pada bulan sekian
dirundingkan dengan
rumpun keluarga kapan
waktu yang sesuai untuk
mengumpulkan semua
rumpun keluarga untuk
mengadakan pesta
rambu solo’.
Bukan adat yang beda
tetapi pelaksanaanya
yang beda.
Waktu pelaksanaan
rambu solo’
dirundingkan dengan
rumpun keluarga.
Pelaksanaan rambu
solo’ yang beda
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
Nah, bagaimana kalo yang adat yang
bayar-bayar hutang gitu?
Untuk istilahnya gotong royong atau
membawakan kita kerbau pada saat kita
yang menghadapi rambu solo’, ada keluarga
yang datang membawakan kerbau, terus
berikutnya ada juga keluarga yang
meninggal orangtuanya, neneknya, atau
kakeknya, nah, kalo pada saat itu ada, kita
punya, kita wajib membawakan dia juga
Istilah gotong royong
dilakukan dengan cara ada
keluarga yang datang
membawakan kerbau untuk
kita saat pesta, kemudian
saat keluarga tersebut ada
keluarganya yang meninggal,
kita wajib membawakan
Istilah gotong royong
yaitu membawakan
kerbau pada keluarga
yang meninggal
kemudian kerbau
tersebut akan
dikembalikan lagi
apabila ada keluarga
Gotong royong
dilakukan dengan
membawakan kerbau
yang pernah
dibawakan oleh
keluarga saat rambu
solo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
kerbau. Tapi kalo pada saat itu, kita tidak
ada, tidak bisa kita paksakan untuk
membawakan dia kerbau, karna masih
adakan keluarganya yang lain, masih ada
orangtuanya atau masih dia sendiri masih
ada. Begitu. Jadi nanti pada saat itu kita
bawakan dia, kecuali kalau sudah tidak ada
keluarga lainnya tempat untuk membayar
nanti, ya kita berusaha untuk mencarikan
dia. Oh kayak gitu, oke oke. Rambu solo’ itu
tidak selalu ada. Mungkin dalam satu tahun
muncul dua kali, tiga kali, bahkan mungkin
tidak, aa itu rambu solo. Tetapi kalo beban
keluarga, dalam hal pembayaran uang
kuliah anak, terus ee kehidupan sehari-hari,
itu kan kita sudah mengatur, berapa biaya
untuk kehidupan sehari-hari dalam satu
bulan, berapa yang harus dikirimkan untuk
ee anak yang kuliah, itu kan udah ada pos-
posnya semua. Nah, kalo itu kita sudah
perhitungkan begitu, berarti kan untuk
masalah lain, saya rasa tidak ada masalah,
hanya saja kadang-kadang kalo tiba-tiba
muncul rambu solo’, karna rambu solo’ itu
kan tidak.. tidak.. pasti. Artinya karna orang
kerbau (274-282)
Bagi P1, tidak perlu
memaksakan diri untuk
membawakan kerbau bagi
keluarga yang mengadakan
rambu solo’ karena masih
ada anggota keluarga
tersebut yang nantinya bisa
diberikan, tetapi jika hanya
tersisa keluarga itu, maka
diusahakan untuk
membawakan kerbau (282-
291)
Mungkin dalam setahun
muncul 2 kali, 3 kali, bahkan
tidak sama sekali itu rambu
solo (292-294)
Kalo beban keluarga, dalam
tersebut meninggal.
Tidak perlu
memaksakan diri untuk
membawakan kerbau
pada keluarga yang
mengadakan pesta
karena masih ada
keturunannya yang
nantinya bisa diberikan.
Akan tetapi jika tidak
ada keturunannya, maka
akan diusahakan untuk
membawakan kerbau.
Pesta rambu solo’
biasanya terjadi dua
kali, tiga kali, atau tidak
sama sekali dalam
setahun.
P1 sudah mengatur
Tidak memaksakan
diri membawakan
kerbau
Adanya pesta rambu
solo’
Mengatur setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
mati itu kadang-kadang langsung dikubur,
atau kadang-kadang di tahan-tahan sampai
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, kan
begitu. Begitu. Jadi kalo masalah rambu
solo’ itu tidak terlalu harus dipaksakan.
Terus kedua, selain kita punya ee gaji tiap
bulan, kan kadang-kadang kita pelihara
contohnya kalo di rumah, babi, kalo di
ladang kerbau. Nah, kalo atau kadang juga
ada yang di titip di keluarga, suruh pelihara.
Nah, kalo ada kegiatan yang tiba-tiba
begitu, kadang-kadang itu yang diambil
kalo memang itu yang terpaksa harus
begitu. Tapi biasanya dalam keluarga itu,
kalau itu keluarga besar, biasanya kan ada
saling membantu. Umpamanya ada yang
meninggal, berapa bersaudara, semuanya
kumpul.. kumpul untuk beli. Aa itulah yang
di bawa untuk ke sana. Jadi bukan
perorangan begitu. Lain halnya kalo itu
utang pribadi, kalo itu utang pribadi, pribadi
yang bayar. Tapi kalo itu dalam keluarga,
otomatis keluarga semua saling membantu
untuk membayar hutang itu. Begitu.
hal pembayaran kuliah anak,
kehidupan sehari-hari, sudah
di atur (294-297)
Kalo muncul rambu solo’
kan itu tidak pasti (305-306)
Masalah rambu solo’ tidak
terlalu harus dipaksakan
(310-311)
Selain gaji bulanan, kadang
P1 pelihara babi dan kerbau
yang dipelihara dan kadang
di ambil untuk kegiatan
rambu solo’ (312-320)
Biasanya dalam keluarga
besar saling membantu untuk
beli kerbau (320-324)
setiap pengeluaran
untuk kehidupan sehari-
hari dan pendidikan
anak
Rambu solo’ itu tidak
pasti munculnya
Rambu solo’ tidak
terlalu dipaksakan.
P1 memiliki gaji tiap
bulan dan memelihara
babi dan kerbau
sehingga jika tiba-tiba
ada pesta rambu solo’
maka menggunakan
peliharaan tersebut
Ketika ada pesta rambu
solo’, keluarga
berkumpul dan saling
membantu untuk
membeli kerbau.
pengeluaran
Rambu solo’ tidak
pasti muncul
Rambu solo’ tidak
dipaksakan
Memiliki gaji dan
ternak untuk rambu
solo’
Saling membantu saat
ada pesta rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Dalam keluarga, otomatis
keluarga semua saling
membantu untuk membayar
hutang (328-330)
Di dalam keluarga,
semua saling membantu
untuk membayar hutang.
Saling membantu
membayar hutang
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
Nah, kalo dana pensiunnya kecil kalo
dibayar perbulan kayak gitu toh..
Kalo pensiun saya kan masih 6 tahun,
bahkan kalo ada aturan baru 8 tahun, karena
sementara dalam wacana ini untuk
kepolisian itu sementara di godok untuk
pensiun ee 60 tahun. Jadi kalo itu berlaku,
berarti 6 tahun ke depan. Berartikan untuk
pembiayaan ee kehidupan sehari-hari saya
itu tinggal saya dan istri saya, tinggal saya
berdua, sementara istri saya kan punya
pensiun nanti, saya juga punya pensiun. Jadi
saya rasa itu cukup untuk kami berdua
karna untuk anak-anak itu sudah jadi semua,
sudah selesai semua.
P1 pensiun masih 6 tahun
bahkan kalo ada aturan baru
8 tahun, karena sementara
dalam wacana kepolisian
(333-337)
Untuk biaya kehidupan
sehari-hari tinggal P1 dan
istrinya yang masing-masing
mempunyai gaji pensiun
(338-342)
P1 merasa cukup untuk
mereka berdua karena anak-
anaknya sudah jadi semua
(342-345)
P1 akan pensiun 6 tahun
kemudian, bahkan dapat
diperpanjang selama 8
tahun, tergantung
kebijakan dari
kepolisian.
Gaji pensiun yang
dimiliki P1 cukup untuk
kehidupan sehari-
harinya dengan gaji
pensiun yang
dimilikinya dan istri.
P1 merasa cukup untuk
dirinya dan istri karena
anak-anaknya sudah jadi
semua.
Pensiun 6 tahun lagi
Gaji pensiun yang
cukup
Merasa cukup untuk
pensiun nanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
346
347
348
349
350
351
352
353
354
Ohh, jadi bapak merasa ee masa pensiun
itu adalah masa yang bahagia, masa yang
bapak tunggu-tunggu?
Iya begitu. Sama saja semua. Pensiun itu
tidak ada masalah, bahkan saya kalo
seandainya bisa dikasih, bilang dua tiga
tahun ke depan mau pensiun, saya mau
seandainya bisa tapi kan aturan yang
menentukan.
Pensiun itu tidak masalah
bahkan jika P1 dikasih untuk
pensiun, akan P1 terima
tetapi ada aturan yang
menentukan (349-354)
Bagi P1, pensiun
bukanlah masalah
sehingga jika
ditawarkan untuk
pensiun, maka P1
terima.
Pensiun bukanlah
masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
KUESIONER PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program studi Psikologi
Disusun Oleh :
Delvianty Tanga Parinding
129114066
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Yth. Bapak Kapolsek
Di Toraja
Dengan hormat,
Dalam rangka penulisan skripsi, saya selaku mahasiswi Universitas
Sanata Dharma meminta kesediaan Anda untuk meluangkan waktu membaca
dan mengisi pertanyaan yang ada. Pada kuesioner ini tidak terdapat jawaban
yang benar maupun salah oleh karena itu dimohon untuk menjawab sesuai
dengan keadaan Anda saat ini.
Hasil dari jawaban atas pertanyaan dalam kuesioner ini sangat
membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir. Untuk itu, mohon kesediaan
Anda untuk membaca setiap pertanyaan agar tidak ada yang terlewati. Semua
jawaban dan identitas Anda saya jamin kerahasiaannya. Jawaban yang
diberikan tidak akan mempengaruhi pekerjaan Anda.
Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Delvianty Tanga Parinding
(129114066)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Wawancara Tambahan Informan 1
No. Verbatim Ringkasan Ringkasan dipadatkan Kode
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
Ada gak pengaruh kasta dalam
menjalankan rambu solo?
Kasta itu ada 4 kasta tana’ bulaan, tana’
bassi, tana’ karurung, dan tana’ kua-kua.
Dalam hal ini kalau nenek moyang kita itu
ada di kasta tana’ bulaan, artinya nenek kita
dulu, neneknya bapak. Jadi pestanya dulu
besar-besaran, jadi di potongkan kerbau itu
diatas 24 bahkan mungkin itu lebih dari
50an. Nah, itu kasta tana’ bulaan, itu nenek
moyang kita itu. Terus kalo sekarang ini
sayang kita tetap kasta itu cuma
kemampuan kita itu tidak sampai di sana
artinya karena turunan kita sekarang ini gak
ada yang kaya raya, tidak ada yang mampu
untuk melaksanakan itu. Kenapa tidak
mampu karena ya tidak ada yang kaya raya
kayak dulu, begitu. Jadi kemampuan kita
kita sesuaikan dengan keluarga. Contohnya
waktu nenek, nenek meninggal itu bapaknya
bapak itu dipotongkan Cuma 16 ekor, tapi
Ada 4 kasta yaitu tana’
bulaan, tana’ bassi, tana’
karurung, dan tana’ kua-kua
(357-358)
Neneknya P1 ada di kasta
tana’ bulaan yang potong
kerbau di atas 24 bahkan
50an (359-361)
Kalo sekarang tetap kasta itu
tetapi kemampuannya tidak
sampai artinya karena
turunan kita tidak ada yang
mampu untuk melaksanakan
(365-370)
Jadi kemampuan kita
Ada 4 kasta yaitu tana’
bulaan, tana’ bassi, tana’
karurung, dan tana’ kua-
kua
Neneknya P1 termasuk
kasta tana’ bulaan yang
memotong banyak
kerbau di atas 24 ekor.
Tetap pada kasta yang
sama tetapi tidak
mampu untuk
melaksanakan pesta
seperti itu.
Kemampuan yang
Ada 4 kasta
Termasuk kasta tana’
bulaan
Kasta tetap sama
Sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
kalo seandainya kita mampu bisa
dipotongkan sampai di atas 24 ekor
seandainya kita mampu, ya begitulah dan
itu tidak mempengaruhi. Jadi kasta tana’
bulaan itu tidak harus dia mau potong 24
ekor ke atas. Tidak. Itu sesuai dengan
kemampuannya. Mau dia potong di bawah
ee 24 mau dia potong di bawah 12, mau dia
potong 1 ekor, dia potong 3 ekor, tidak ada
masalah karena kemampuannya di situ. Tapi
itu tidak mempengaruhi dia bahwa karena
dia cuma potong 1 ekor atau 3 ekor, dia
sudah pindahnya kastanya. Tidak. Tidak
mempengaruhi itu. Jadi dia bisa untuk
potong berapa saja. Itu e adat dulu. Tapi
kalo sekarang itu, pesta rambu solo
sekarang itu sudah tidak memandang kasta.
Kalo memang dia mampu, walaupun bukan
kasta tana’ bulaan tapi sudah kaya raya
karena dia punya usaha atau berhasil lah,
berhasillah di rantau orang, datang ke toraja
mungkin ada keluarganya atau neneknya
yang meninggal itu saja dia potong 24
bahkan 100 kalau dia mampu, begitu. Kalau
dia mampu, bisa saja setelah adanya
sesuaikan dengan keluarga
(372-373)
Kasta tana’ bulaan tidak
harus memotong kerbau di
atas 24, tetapi disesuaikan
dengan kemampuan (379-
382)
Tidak mempengaruhi bahwa
karena cuma potong 1 atau 3
ekor sudah pindah kastanya,
itu tidak mempengaruhi
(385-389)
Kalo memang mampu walau
bukan kasta tana’ bulaan tapi
sudah kaya raya karena
punya usaha atau sudah
berhasil di rantau orang, saat
datang ke toraja untuk
keluarga yang meninggal
disesuaikan dengan
keluarga.
Pada kasta tana’ bulaan
tidak harus memotong
kerbau lebih dari 24
ekor tetapi disesuaikan
dengan kemampuan.
Tidak berpengaruh
dengan memotong 1
atau 3 ekor sudah
pindah kasta.
Kalo mampu walau
bukan kasta tana’
bulaan, apalagi punya
usaha atau berhasil di
rantau orang saat datang
ke toraja karena ada
keluarga yang
kemampuan keluarga
Potong kerbau sesuai
kemampuan
tidak ada pengaruh
potong kerbau bisa
pindah kasta
kasta manapun bisa
potong kerbau berapa
pun kalo mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
reformasi. Tapi kalau dulu, adat dulu itu
tidak boleh. Kalau memang dia di kasta di
bawah tana’ bulaan ya dia harus potong di
bawah 24, umpamanya dia tana’ bassi dia
harus potong di bawah 12. Itu itu adat, adat
dulu. Tapi kalau sekarang, sekarang sudah
tidak terlalu berlaku yang begitu. artinya
walaupun dia tana’ karurung, walaupun dia
tana’ kua-kua, walaupun dia tana’ bassi,
atau tana’ apa saja, dia sudah bisa potong
disesuaikan dengan kemampuannya. Jadi
kalau dia umpamanya karena e
keberhasilannya terus di rantau orang, anak-
anaknya sudah berhasil, dia sudah mampu
potong lebih dari 24. Itu sekarang, tapi tapi
belum semua tempat di toraja, begitu.
karena di toraja itu masih punya adat
istiadat yang kental di beberapa tempat.
Artinya di beberapa kampung. Artinya
kental, masih memegang teguh adat yang
dulu. Jadi kalau memang dia kasta kua-kua,
dia potong sesuai dengan tana’ kua-kua,
kalau memang dia kasta tana’ karurung ya
dia potong sesuai dengan tana’ karurung,
tapi tidak semua tempat di toraja, begitu.
dapat potong 24 bahkan 100
kerbau kalau mampu (393-
399)
meninggal dapat
memotong kerbau lebih
dari 24 ekor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
Tapi secara keseluruhan itu sudah berlaku
yang saya bilang tadi setelah adanya
reformasi. Dulukan masih ada istilah
kaunan. Kaunan itu artinya orang yang
dibeli dulunya, orang yang di suruh-suruh.
Tapi setelah sudah ada reformasi, sudah
tidak mi, walaupun masih ada satu dua yang
masih menganggap masih ada, istilah kalau
di toraja itu kaunan atau budak. Masih ada
di beberapa tempat itu di toraja. Tapi secara
keseluruhan, ada mi juga yang bekas
turunan budak yang tidak mau lagi di
anggap budak, dengan alasan bahwa kita
sudah merdeka, sudah ada undang-undang
yang mengatur kalau tidak ada lagi
perbudakan, begitu.
442
443
444
445
446
447
448
449
450
Terus, ada gak dampaknya kalau tidak
sesuai dengan kasta?
Kalo kasta tana’ bulaan tidak ada
dampaknya itu karena apa, karena kasta
tana’ bulaan itu dia bisa potong mengikuti
dia punya kemampuan. Kalau dia mampu,
dia bisa potong di atas 100 bahkan pernah
terjadi di toraja itu dia potong 300 ekor
lebih. Ada kalau tidak salah 6 atau 7 ekor
Kasta tana’ bulaan tidak
memiliki dampak karena
kasta tersebut bisa potong
sesuai dengan kemampuan
(444-447)
Tidak mempengaruhi bahwa
Tidak ada dampak yang
ditimbulkan pada kasta
tana’ bulaan karena pada
kasta tersebut dapat
memotong kerbau sesuai
dengan kemampuan.
Potong 1 atau 3 ekor
Potong kerbau sesuai
kemampuan
Tidak berpengaruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
kerbau belang yang harganya di atas 800
juta, ada yang sampai 5 atau 6 ekor dalam
satu pesta, karena anaknya mampu, semua
anak-anaknya mampu, karena anak-anaknya
pengusaha di luar, perantau anaknya semua,
pengusaha. Itu itu yang saya bilang tadi,
kalau dia mampu biar sampai ratusan ekor
bisa di potong, tapi walaupun dia tana
bulaan tapi tidak mampu untuk potong itu,
biar satu ekor bisa, biar tiga ekor bisa. Jadi
itu tidak mempengaruhi bahwa dia hanya
potong satu ekor atau tiga ekor, dia tidak di
bilang lagi tana’ bulaan, tidak.
potong satu atau tiga ekor
kerbau tidak di bilang lagi
tana’ bulaan (461-463)
kerbau tidak
berpengaruh kalo kasta
tana’ bulaan.
potong sedikit pada
tana’ bulaan
464
465
466
467
468
469
470
471
472
Itu, bagaimana dengan pandangan
orang-orang sekitar?
O tidak, tidak. Orang liat dia bahwa dia
tidak mampu untuk potong itu, tapi kalau di
lihat dari dia punya darah, tetap dia itu
keturunan darah bangsawan, tetap dia
keturunan tana’ bulaan, tetap orang
ngomong begitu karena neneknya itu
berasal dari tana’ bulaan, begitu.
Orang melihat dia tidak
mampu potong kerbau tetapi
dari darah keturunan
bangsawan, tetap keturunan
tana’ bulaan karena
neneknya berasal dari tana’
bulaan (466-472)
Bagi orang yang tidak
mampu potong kerbau,
walaupun tidak darah
bangsawan atau tana’
bulaan, tetap dianggap
bangsawan karena
neneknya berasal dari
tana’ bulaan
Kasta tetap walau
tidak mampu potong
kerbau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
473
474
475
476
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
Apa yang melatarbelakangi orang untuk
potong banyak kerbau, pak?
Itu kalau yang melatarbelakangi orang
potong kerbau menurut adat pada zaman
dahulu bahwa makin banyak krbau yang dia
potong, makin banyak bekalnya dia bawa ke
tempat akhir, istilah torajanya itu Puya. Itu
menurut anggapan atau pemikiran orang
dahulu. Kalau istilahnya sekarang ini
umpamanya orang ee islam atau orang
kristen, tidak begitu lagi. Potong banyak
kerbau itu bukan untuk bawa bekal ke sana
karena sudah ada keyakinan orang kristen
bahwa kalau dia mati itu, itu kalau dia mati
itu, kalau memang di percaya Tuhan Yesus,
dia pasti selamat, kan begitu. sekarang itu
berubah. Itu tadi yang saya bilang tadi,
zaman berubah bahwa pemikiran orang
dahulu bahwa kalau dia mati makin banyak
dia potong maka arwahnya itu di Puya akan
banyak juga anunya pengawalnya karena
banyak harta yang dia bawa ke sana
contohnya umpamanya banyak kerbau di
potong, banyak babi di potong. Karena
banyak kerbau yang di potong itu di anggap
Orang potong banyak kerbau
sebagai bekal ke Puya, itu
anggapan orang jaman dulu
(475-479)
Potong banyak kerbau bukan
untuk bawa bekal karena
sudah ada keyakinan orang
Kristen yang percaya Tuhan
Yesus, kalo mati pasti
selamat (483-488)
Orang Kristen dipotongkan
banyak karena mampu untuk
potong dan mampu buat
pesta besar (500-505)
Orang jaman dulu
menganggap memotong
kerbau dalam jumlah
yang banyak sebagai
bekal menuju Puya atau
surga.
Memotong banyak
kerbau bukan sebagai
bekal karena keyakinan
orang Kristen yang
percaya pada Tuhan
Yesus, kalau meninggal
pasti akan selamat.
Orang Kristen potong
banyak kerbau karena
mampu untuk buat pesta
besar.
Anggapan dulu
potong kerbau
sebagai bekal ke
surga
Keyakinan orang
Kristen
Potong kerbau karena
mampu buat pesta
besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
498
499
500
501
502
503
504
505
506
507
508
509
510
511
512
513
514
515
516
517
518
519
520
521
522
sebagai untuk dia bawa ke alam baka. Tapi
kalo sekarang tidak begitu kalau orang
Kristen. Kalo orang Kristen di potongkan
banyak ya semata-mata karena dia mampu
untuk potong itu, artinya dia
memperlihatkan bahwa dia mampu untuk
potong itu, dia mampu untuk bikin pesta
besar. Terus yang ke dua ya itu gengsinya
bahwa oo saya ini besar, kami ini ini dan
berikutnya juga karena statusnya dalam
masyarakat. Karena kalo statusnya dalam
masyarakat contohnya dia Puang, baru dia
mampu, taro lah tadi yang kau bilang tadi
tana’ bulaan itu. Dia orang tana’ bulaan, na
dia mampu untuk potong itu, na dia tidak
potong, itu begitu. Apalagi kan orang yang
kemampuannya yang saya bilang tadi itu
kan contohnya Puang, dimana-mana dia
dulu yang, kalo ada pesta dia dulu yang di
kasih bagiannya, bagiannya daging itu. Apa
yang di kasih itu dalam bentuk kerbau hidup
atau kalau daerahnya bapak ke sana itu,
tempat tugasnya bapak itu di bagi hidup.
Jadi mereka itu di kasih kerbau, tinggal
berapa orang, atau satu kelompok di kasih 3
Gengsinya bahwa orang
besar (505-506)
Statusnya dalam masyarakat
seperti Puang yang mampu
dan berasal dari tana’ bulaan
(507-511)
Gengsinya karena orang
besar.
Ada status dalam
masyarakat sepeti Puang
Gengsi karena orang
besar
Adanya status dalam
masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
atau 4 ekor, tinggal mereka yang ini mau
kah di potong semua atau yang lainnya di
bagi-bagi, terus uangnya di pakai untuk
keperluan kelompok itu. Jadi sekarang itu
sudah bergeser itu adat dulu. Karena adat
dulu itu nak, umpamanya di kasih kerbau
100 ekor, 100 ekor itu dipotong semua,
mungkin tinggal 1 atau 2 ekor yang tidak di
potong, tapi sekarang tidak. Umpamanya
dia di kasih 100, contohnya itu dia di kasih
100 terus di situ yang bagi ada 10 saroan
atau kelompok, kelompok itu ada yang
terima 10 ekor. Kan setiap kelompok itu
tidak rata semua dia terima, tidak. Ada yang
terima mungkin 20, ada yang 15, ada yang
cuma 5 ekor, kan begitu. Aa kan itu tidak di
potong semua, tinggal mereka pikirkan
dalam kelompok itu berapa kita mau
potong, berapa yang kita mau jual, apa saja
yang kita butuhkan dalam kelompok. Jadi di
dalam kelompoknya itu, belum ada papan
untuk pesta orang mati itu, dia beli, atau
belum ada piringnya dia, atau belum ada
tenda, mereka beli itu untuk perlengkapan
kelompok. Itu pergeseran, pergeseran adat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
548
549
550
551
namanya itu yang dulunya setiap ada pesta,
kerbau itu di potong semua tapi tidak semua
daerah begitu. Kalau daerah bagian atas itu,
semuanya (kerbau) mati.
552
553
Kalau daerahnya bapak?
Kalo ee di rantepao tidak begitu, kita masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
554
555
556
557
hitung kalo umpamanya memang kita sudah
tentukan 10 ekor yang dipotong ya cuma 10
itu. Kalo ada sisanya, ada lebihnya itu
tinggal bagaimana kita pakai kerbaunya itu.
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
Pangkat dan jabatan itu berpengaruh
gak pak sama jumlah sumbangan yang
diberikan?
Itu pangkat dan jabatan nak umpamanya
kayak bapak kan, kalo bapak kan baru AKP,
kalo bapak tidak berpengaruh kalo ada acara
karena yang berpengaruh itu sesuai dengan
kemampuan kita. Jadi kalo umpamanya ee
contohnya waktu bapaknya bapak
meninggal, itu kan cuma di kasih 16 ekor
kerbau. Bapak itu cuma potong 1. Saudara-
saudara bapak potong lainnya, terus
saudara-saudara orangtuanya bapak juga
ada yang potong. Jadi saling membantu di
situ, ada saling membantu dari keluarga
potong kerbau akhirnya jumlahnya 16 ekor,
begitu. Jadi jabatan dan pangkat itu tidak
terlalu berpengaruh kepada rambu solo’,
tetapi yang sangat berpengaruh dalam
rambu solo’ itu kemampuan atau kekayaan
yang dimiliki oleh seseorang. Biar dia tidak
Pangkat dan jabatan P1 tidak
berpengaruh karena yang
berpengaruh itu sesuai
kemampuan (561-565)
P1 bersama keluarga saling
membantu untuk memotong
kerbau (571-573)
Jabatan dan pangkat tidak
terlalu berpengaruh kepada
rambu solo’, tetapi yang
sangat berpengaruh itu
kemampuan atau kekayaan
yang dimiliki oleh seseorang
(574-578)
Pangkat dan jabatan
yang dimiliki oleh P1
tidak berpengaruh
karena yang
berpengaruh adalah
kemampuan yang
dimiliki.
P1 bersama keluarga
saling membantu
menyediakan kerbau
untuk di potong.
Jabatan dan pangkat
tidak berpengaruh tetapi
kemampuan atau
kekayaan yang
berpengaruh pada rambu
solo’.
Pangkat dan jabatan
tidak berpangaruh
Saling membantu
dalam keluarga
Kemampuan dan
kekayaan yang
berpengaruh pada
rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
579
580
581
582
583
584
585
berpangkat tapi dia pengusaha, dia punya
uang, biar berapa dia potong bisa, terutama
yang perantau-perantau itu. Perantau-
perantau itu kalo datang, kalo memang dia
di luar banyak usahanya, sukses, na datang
ke toraja pesta dia punya orang tua itu pasti
dia potong banyak.
Biar tidak berpangkat tetapi
pengusaha dan punya uang,
bisa potong banyak kerbau
terutama yang perantau itu
(578-581)
Perantau-perantau kalau di
luar banyak usahanya, lalu
datang ke toraja untuk pesta
orang tuanya, banyak
memotong kerbau (581-585)
Walaupun tidak
memiliki pangkat tetapi
pengusaha dan
mempunyai uang
terutama yang perantau
dapat memotong banyak
kerbau.
Perantau yang memiliki
banyak usaha di luar
Toraja, ketika kembali
ke Toraja untuk
melakukan rambu solo,
akan banyak memotong
kerbau.
Tidak ada pangkat
yang penting ada
uang untuk potong
kerbau
Memiliki banyak
usaha dapat
memotong banyak
kerbau
586
587
588
589
590
591
592
593
594
595
Beban apa yang bapak hadapi untuk saat
ini?
Kalo sekarang beban yang bapak hadapi itu
tinggal 1, kapan anakku selesai. Terus ya itu
setelah selesai kapan segera urus S2nya, itu.
Kan tinggal itu pikiranku. Kalo anakku
sudah selesai terus bisa lanjut S2, karena
kalo sudah selesai itu bapak belum pensiun
jadi bapak masih mampu untuk biayai kalo
ambil S2 tapi kalo bapak sudah pensiun,
Beban yang dihadapi P1
yaitu kapan anaknya selesai,
lalu melanjutkan S2 (588-
590)
Selama P1 belum pensiun,
gajinya masih bisa untuk
membiayai itu (598-600)
P1 memiliki beban
pikiran mengenai
anaknya yang masih
kuliah dan kapan
melanjutkan pendidikan
S2.
Selama belum pensiun,
gajinya masih dapat
digunakan untuk
Beban pikiran tentang
pendidikan anak.
Gaji untuk biaya
kuliah anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
596
597
598
599
600
601
602
603
604
605
untuk makan saja tinggal berapa. Jadi sudah
tidak mampu untuk biayai kalo sudah
pensiun. Tapi selama bapak belum pensiun,
berarti kan gajinya bapak masih bisa untuk
membiayai itu, gajinya bapak dengan
mama. Kalo dalam tugas, tidak ada yang
menjadi beban, kita melaksanakan tugas itu
sesuai dengan aturan yang ada, yang sudah
digariskan. Jadi tidak ada yang menjadi
beban.
Dalam tugas tidak ada beban
karena melaksanakan tugas
sesuai dengan aturan yang
ada (601-603)
membiayai kuliah
anaknya.
Tidak ada beban dalam
tugas karena
dilaksanakan sesuai
dengan aturan yang ada.
Tidak ada beban
tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Kode Informan 1
Kode Sub kategori Kategori Tema
Tinggal di Laang Tanduk, Pangrante Tempat tinggal Tempat tinggal Latar belakang
informan Memiliki 2 anak belum nikah Anak yang belum menikah Anak yang belum menikah
Bekerja di kepolisian
1 anak bekerja
Istri bekerja
Anggota keluarga yang bekerja
pekerjaan
Jabatan sebagai Kapolsek Memiliki jabatan Pangkat dan jabatan
Tanggungan keluarga istri dan 2 anak
Tanggungan keluarga 1
Jumlah tanggungan keluarga
Tanggungan keluarga
Kasta tana’ bassi
Termasuk kasta tana’ bulaan
Kasta yang dimiliki Kasta dalam masyarakat
Tabungan habis untuk biaya kuliah
anak
Memilih membiayai pendidikan anak
dibanding rambu solo’
Gaji untuk biaya kuliah anak
Membiayai pendidikan anak Membiayai pendidikan
anak
Strategi Coping:
Menghadapi
Dana lebih digunakan untuk rambu
solo’
Mengatur setiap pengeluaran
Perencanaan Memiliki perencanaan
Memiliki usaha kerbau
Memiliki usaha kendaraan
Memiliki usaha sampingan Memiliki usaha sampingan
Memiliki gaji dan ternak untuk rambu
solo’
Kesiapan untuk pesta rambu
solo’
Kesiapan untuk pesta
rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Perasaan gembira karena mencapai
kesuksesan
Perasaan gembira
Perasaan gembira karena
sudah sukses
Bebas untuk kemana saja Merasa bebas
Gotong royong dari masyarakat
Sifat gotong royong
Gotong royong dilakukan dengan
membawakan kerbau yang pernah
dibawakan oleh keluarga saat rambu
solo
Dibawakan kerbau dan
mengembalikannya saat rambu solo’
Memiliki sifat gotong royong Memiliki sifat gotong
royong
Strategi Coping:
Menghindari
Saling membantu saat ada pesta rambu
solo’
Saling membantu membayar hutang
Bantuan dari keluarga
Perantau sukses membantu keluarga
untuk pesta rambu solo yang besar
Saling membantu dalam keluarga
Saling membantu Bantuan dari keluarga
Rambu solo’ dilakukan rumpun
keluarga
Rambu solo dilakukan saat rumpun
keluarga datang semua
Waktu pelaksanaan rambu solo’
dirundingkan dengan rumpun keluarga.
Koordinasi dengan segenap
rumpun keluarga
Koordinasi dengan rumpun
keluarga
Tidak memaksakan diri melakukan Tidak memaksakan diri Tidak memaksakan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
rambu solo’
Kalo mampu lakukan kalo tidak, jangan
paksakan
Tidak memaksakan diri membawakan
kerbau
Rambu solo’ wajib tetapi tidak
memaksakan diri
Rambu solo’ tidak dipaksakan
mengikuti pesta rambu solo’ mengikuti pesta rambu
solo’
Membiayai rambu solo’ tergantung
kemampuan
Sesuai dengan kemampuan keluarga
Potong kerbau sesuai kemampuan
Disesuaikan dengan
kemampuan finansial
Penyesuaian kemampuan
finansial
Ada perbedaan pelaksanaan rambu
solo’
Ada beberapa macam pelaksanaan
rambu solo’
Pelaksanaan rambu solo’ yang beda
Perbedaan pada pelaksanaan
rambu solo
Pelaksanaan rambu solo’ Gambaran adat
rambu solo’
Adanya pesta rambu solo’
Rambu solo’ tidak pasti muncul
Ketidakpastian rambu solo’
Rambu solo’ dulu 24 kerbau dan
sekarang turun jadi 16 kerbau
Penurunan jumlah kerbau Penyesuaian pada rambu
solo’
Ada 4 kasta
Kasta tetap sama
kasta manapun bisa potong kerbau
Pengaruh dari kasta Pengaruh kasta pada rambu
solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
berapa pun kalo mampu
tidak ada pengaruh potong kerbau bisa
pindah kasta
Tidak berpengaruh potong sedikit pada
tana’ bulaan
Kasta tetap walau tidak mampu potong
kerbau
Potong kerbau karena mampu buat
pesta besar
Gengsi karena orang besar
Adanya status dalam masyarakat
Kemampuan dan kekayaan yang
berpengaruh pada rambu solo’
Penyebab adanya rambu solo’ Pengaruh rambu solo
Adat rambu solo’ tidak bisa
ditinggalkan
Adat yang tidak dapat
ditinggalkan
Kewajiban dalam adat
Anggapan dulu potong kerbau sebagai
bekal ke surga
Keyakinan orang Kristen
Keyakinan orang kristen Kepercayaan yang dianut
Pangkat dan jabatan tidak berpangaruh
Tidak ada pangkat, yang penting ada
uang untuk potong kerbau
Memiliki banyak usaha dapat
memotong banyak kerbau
Pengaruh pangkat dan jabatan Kedudukan status sosial
Pensiun 6 tahun lagi
Menunggu untuk pensiun
Masa pensiun Masa pensiun Gambaran tentang
pensiun
Perbedaan gaji pensiun dan saat bekerja Perbedaan gaji Gaji pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Tidak ada lagi persiapan Persiapan pensiun yang cukup Kesiapan pensiun
Memiliki rencana untuk membuat
usaha
Keinginan membuat usaha
Rencana saat pensiun
Gaji pensiun yang cukup
Gaji pensiun yang cukup
Merasa cukup untuk pensiun nanti
Pensiun bukanlah masalah
Gaji pensiun yang cukup
Beban pikiran tentang pendidikan anak.
Tidak ada beban tugas
Beban pikiran Masalah yang dihadapi Permasalahan yang
dihadapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Verbatim Informan 2
No. Verbatim Ringkasan Ringkasan dipadatkan Kode
1
2
3
4
5
Om kerjanya dimana? Di Polsek Sallu Putti.
Tinggalnya dimana? Di Rante lemo, oooh.
Asalnya darimana? Ee, dari rante lemo juga.
Mau tinggal di sini tapi tidak ada tempat. Jadi ya
itu bolak-balik.
P2 bekerja di Polsek Sallu
Putti (1)
Tinggal di Rante Lemo (2)
P2 berasal dari Rante
Lemo (3)
P2 mau tinggal di sini tapi
tidak ada tempat jadi
bolak-balik (4-5)
P1 bekerja di Polsek
Sallu Putti
Tinggal di Rante
Lemo.
Berasal dari Rante
Lemo.
Mau tinggal di Sallu
Putti tapi tidak ada
tempat sehingga
bolak-balik
Bekerja di Polsek
Sallu Putti
Tinggal di Rante
Lemo
Berasal dari Rante
Lemo
Keinginan tinggal di
Sallu Putti
6
7
8
9
10
11
12
Berapa jumlah anaknya om? Kalau anak 6, ada
6. Laki, perempuan, laki, perempuan, laki,
perempuan. Hahaaa. Itu ada yang sudah
menikah atau kerja? Satu sudah nikah, ee 3 yang
sudah sarjana, tinggal 2 yang belum, artinya satu
lagi tahap penyelesaian sarjananya, satu baru
kelas 5 SD. Oo, ada yang paling kecil hehee.
Anak ada 6 laki,
perempuan, laki,
perempuan, laki,
perempuan (6-8)
1 sudah nikah, 3 sudah
sarjana, 1 tahap
penyelesaian sarjana, 1
kelas 5 SD (9-12)
P1 memiliki 6 orang
anak
1 sudah menikah, 3
yang sudah sarjana, 1
yang masih kuliah,
dan 1 masih SD.
Memiliki 6 anak
Anak yang sudah
nikah, kerja dan
masih pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Jadi, jumlah tanggungan keluarganya sendiri
ada berapa om? Ya untuk sekarang tinggal, yang
ini tinggal karena yang lain sudah kerja. Jadi
artinya dia sudah bisa hidup mandiri toh. Yang
satu sudah kawin, itu juga sudah mandiri,
kemudian yang ini yang tiga yang sudah kerja
juga jadi itu sudah mandiri. Jadi tanggung jawab
tinggal anak dengan istri, anak 2, istri 1. Istri
juga kerja. Jadi beban ndak terlalu berat.
Yang sudah kawin sudah
mandiri, yang 3 oang
sudah kerja juga sudah
mandiri (16-19)
Tanggung jawab tinggal 2
anak dengan istri (19-20)
Istri juga bekerja jadi
beban tidak terlalu berat
(20-21)
ada yang sudah
menikah dan sudah
bekerja sehingga
sudah mandiri.
Tanggungan keluarga
yang dimiliki P2 yaitu
2 anak dengan istri.
istri bekerja sehingga
beban keluarga tidak
berat.
Anak yang sudah
menikah dan bekerja
Tanggungan
keluarga 2 anak
dengan istri
Istri yang bekerja
22
23
Om berapa lama lagi pensiun? Kalau saya
tinggal 2 tahun. Oo sebentar lagi. Iya.
P2 tinggal 2 tahun pensiun
(22-23)
Pensiun 2 tahun lagi Pensiun 2 tahun lagi
24
25
26
27
28
29
Adakah usaha yang sudah om lakukan sebelum
pensiun? Karena kita tinggal di kampung, ya
usaha-usaha itu ya artinya untuk cari sampingan
toh, artinya disamping untuk ini kerja di
kepolisian, ya kalau ada waktu ee bertani lah.
Artinya menggarap sawah orangtua.
Usaha di samping kerja di
kepolisian, kalau ada
waktu ya bertani (27-28)
Usaha sampingan
yang dilakukan P2
yaitu bertani.
Memiliki usaha
seperti bertani
30
31
32
33
34
Bagaimana perasaan om ketika memasuki masa
pensiun? Kalo namanya pensiun itukan tidak bisa
kita hindari. Nah itu, akan ketemu nantinya. Jadi
artinya, jauh-jauh sebelumnya tinggal 2 tahun,
tapi saya sudah siap untuk anu menurut saya tidak
Pensiun tidak bisa kita
hindari (31-32)
Jauh sebelum tinggal 2
tahun, P2 sudah siap dan
Pensiun tidak bisa
dihindari.
P2 sudah siap jauh
sebelum masa pensiun
Pensiun tidak bisa
dihindari
Kesiapan
menghadapi pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
35
36
37
ada beban. Malah malah saya merasa tenang nanti
apabila sudah pensiun karena tidak ada beban lagi
toh. Itu beban dinas, kedinasan.
tidak ada beban (33-35)
P2 merasa tenang nanti
apabila sudah pensiun
karena tidak ada beban
dinas. (35-37)
tinggal 2 tahun dan
merasa tidak ada
beban.
Merasa tenang apabila
pensiun nanti karena
sudah siap sebelum
memasuki masa
pensiun dan tidak ada
beban dinas lagi.
Perasaan tenang
untuk pensiun
38
39
40
41
42
43
44
45
Adakah rencana atau persiapan yang dilakukan
setelah pensiun nanti? Iya tentunya sudah sudah
itulah artinya karena ada lahan sawah orangtua
tidak ada yang garap, saudara-saudara jauh
semua, jadi ya itulah. Artinya persiapkan untuk
disamping nanti istirahat pensiun ya juga untuk
artinya mengalihkan perhatian supaya bisa tenang
toh. Artinya di samping juga ada hasil tambahan.
Ada lahan sawah orangtua
dan tidak ada yang garap
jadi ya itulah (39-42)
Persiapan di samping
istirahat pensiun (42-43)
Mengalihkan perhatian
supaya bisa tenang (44)
Di samping juga ada hasil
tambahan (45)
Ada lahan sawah
orangtua dan tidak ada
yang garap.
Pensiapan untuk
istirahat pensiun.
Pengalihan perhatian
agar bisa tenang
Ada hasil tambahan.
Memiliki lahan
sawah
persiapan pensiun
pengalihan perhatian
agar tenang
tambahan
penghasilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
Bagaimana pandangan om tentang rambu
solo’?
Dulu itu saya kurang sependapat dengan yang
dilakukan orang sebenarnya kalo adat itu tidak
ada salahnya, cuma bagi saya itu biasa juga saya
kasih tau keluarga, rambu solo’ adat itu jangan
kita yang diatur oleh adat tapi kita yang harus
mengatur adat, nah itu. Jadi banyak orang yang
menderita, banyak orang susah karena dia diatur
oleh adat. Bagi saya, prinsip saya, kita yang harus
mengatur adat jangan kita yang diatur.
Contohnya, artinya ada satu artinya kegiatan
memang harus kita ini tapi karena kita tidak
mampu, kita tetap paksakan. Bagi saya tidak,
harus bisa kita lakukan sesuai kemampuan kita,
jangan kita paksakan. Nah, macam saya, selama
anak saya ada berapa yang sudah selesai itu
memang saya utamakan biaya untuk anak saya
daripada rambu solo’. Jadi makanya saya tidak
pernah terbebani masalah rambu solo’. Saya
merasa tidak pernah terbebani karena artinya saya
yang tentukan saya mau lakukan atau tidak. Saya
mengutamakan kebutuhan anak saya, kebutuhan
keluarga. Oke om.
P2 kurang sependapat
dengan yang dilakukan
orang tentang adat (48-49)
Jangan kita yang diatur
oleh adat tapi kita yang
harus mengatur adat (51-
53)
Prinsip P2 kita yang harus
mengatur adat jangan kita
yang di atur (55-56)
Bagi P2, lakukan sesuai
dengan kemampuan dan
jangan dipaksakan (59-61)
P2 utamakan biaya untuk
anak daripada rambu solo’
(63-65)
P2 tidak pernah terbebani
karena P2 yang tentukan
Kurang sependapat
dengan orang-orang
yang melakukan adat.
Jangan diatur oleh
adat tetapi kita yang
harus mengatur
Prinsip P2 yaitu kita
yang harus mengatur
adat, bukannya kita
yang di atur
Lakukan sesuai
kemampuan dan tidak
dipaksakan.
P2 mengutamakan
biaya untuk anak
daripada rambu solo’
P2 tidak pernah
terbebani karena P2
kurang sependapat
tentang adat
kita yang mengatur
adat
kita yang mengatur
adat
lakukan sesuai
dengan kemampuan
mengutamakan
biaya anak
tidak pernah
terbebani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
mau lakukan atau tidak
(65-67)
P2 mengutamakan
kebutuhan anak dan
keluarga (67-69)
yang menentukan
sendiri mau lakukan
atau tidak.
P2 mengutamakan
kebutuhan anak dan
keluarga.
mengutamakan anak
dan keluarga
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
Om kan asalnya dari Rante Lemo. Ada kah
perbedaan dengan daerah lain di Toraja?
Ya artinya kalau ada perbedaan tidak jauh beda
karena itu satu adat budaya dari Toraja, cuma
yang membedakan itu bagi saya tinggal pelaku-
pelakunya. Artinya.. contohnya.. umpamanya
rambu solo’, keluarga meninggal umpamanya
orangtua atau keluarga sepupu toh yang
seharusnya dia potong kerbau dengan babi tapi
karena dia batasi ya mungkinlah dikurangi supaya
tidak terlalu berat beban itu. Tapi kalau kita
paksakan, kita mau ikuti, ya jelas menjadi beban
Kalau ada perbedaan tidak
jau beda karena satu adat
budaya dari toraja (72-73)
Yang membedakan bagi
P2 tinggal pelaku-
pelakunya (74-75)
Kalau kita paksakan,
diikuti, ya menjadi beban
bagi kita (80-82)
Tidak ada perbedaan
karena satu adat
budaya toraja
Bedanya yaitu orang
yang melakukan
upacara rambu solo’
Kalo dipaksakan dan
diikuti maka akan
menjadi beban
Tidak ada perbedaan
karena satu adat
Perbedaaan pada
orang yang
melakukan upacara
rambu solo’
Menjadi beban bila
dipaksakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
82 bagi kita.
83
84
85
86
87
Nah om, kan dilapisan masyarakat ada 4 kasta.
Om termasuk dalam kasta mana?
Kalo kami masuk dalam kasta apa namanya, kalo
kami termasuk dalam tana’ Bassi, kalo mulai dari
nenek toh.
P2 termasuk dalam kasta
tana’ Bassi kalo mulai dari
nenek (86-87)
P2 termasuk kasta
tana’ Bassi
berdasarkan nenek
sebelumnya.
Termasuk kasta
tana’ bassi
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
Berapa kali om lakukan rambu solo’ dalam
setahun?
Kalo saya selama ini hanya mulai dari nenek saya
toh, nenek kalau orangtua tidak. Baru nenek laki-
laki dengan nenek perempuan. Baru itu yang kita
itu. Kalau orangtua saya tidak termasuk, artinya
hanya saudara-saudara saya yang laksanakan
karena ya itu itu dulu saya bilang, anak saya ada 4
yang kuliah, saya utamakan itu. Jadi, saya juga
hanya artinya saya tetap ada kurban tapi bukan
kerbau toh hanya materi uang saja. Ya itu sesuai
dengan kemampuan. Begitu, jadi memang sudah
ada kesepakatan dengan saudara bahwa kalau
saya, saya tidak paksakan karena anak saya butuh
biaya. Nah makanya yang saya ikuti dulu hanya
nenek, itu kedua nenek toh laki-laki perempuan
kalo orangtua tidak, karena orangtua perempuan
itu pantekosta jadi tidak ada istilah itu ya hanya
orangtua laki-laki yang gereja Toraja jadi ya itu
Selama ini, P2 hanya
mulai melakukan rambu
solo’ dari nenek, kalau
orangtua tidak (90-92)
Kalo orangtua tidak
termasuk, hanya saudara-
saudara yang laksanakan
(93-94)
Ada 4 anak yang kuliah
dan diutamakan (95-96)
P2 tetap ada kurban
berupa materi uang saja
dan sesuai kemampuan
(97-99)
P2 melakukan upacara
rambu solo’ mulai dari
neneknya tetapi tidak
pada orangtua
Hanya saudara-
saudara P2 yang
laksanakan pada
orangtua
P2 lebih
mengutamakan 4
anaknya yang sedang
kuliah
P2 juga memberikan
kurban berupa materi
uang dan sesuai
kemampuan
Upacara rambu solo’
pada nenek
Hanya saudara yang
melaksanakan pada
orangtua
Mengutamakan anak
yang kuliah
Memberi sumbangan
materi sesuai
kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
107
108
109
110
111
tetap dilakukan tapi itu yang lakukan itu hanya
saudara-saudara saya, ya kalo saya tidak. Tapi
tetap artinya tetap juga ada bantuan toh. Mungkin
kalo dihitung biasa seimbang mereka tapi tidak
merupakan kerbau dan babi.
Sudah ada kesepakatan
dengan saudara bahwa P2
tidak paksakan karena
anaknya sedang butuh
biaya (99-102)
Untuk orangtua hanya
dilakukan oleh saudara-
saudara tetapi P2 tidak,
tetapi tetap ada bantuan
bukan merupakan kerbau
atau babi (105-111)
Ada kesepakatan
antara P2 dengan
saudaranya untuk
tidak memaksa P2
karena anaknya
sedang membutuhkan
biaya.
P2 tidak ikut dalam
upacara rambu solo’
untuk orangtuanya
melainkan hanya
saudara-saudaranya
saja, tetapi tetap
memberikan bantuan
materi.
Kesepakatan dengan
keluarga
Tetap memberikan
sumbangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
Om, ada gak kekhawatiran kalo pensiun nanti,
kan sudah tidak ada pendapatan lagi, apalagi
harus bayar-bayar untuk rambu solo’. Ada gak
sih om?
Kalo saya, memang dari dulu saya tidak pernah
pikirkan itu anu karena saya bilang kalo saya
mampu, ada uangku, ya saya lakukan. Kalau
tidak ya tidak. Nah itu, itu tidak pernah jadi beban
saya. Kecuali kalo memang kita harus, kalo ada
rambu solo’, harus, itukan jadi beban. Bagi saya
tidak, kalo ada uang saya bisa bantu atau
bagaimana, kalau tidak ya sabar saja. Aa itu. Jadi
saya itu tidak pernah menjadi beban kalo
namanya rambu solo karena ya saya lakukan
sesuai dengan kemampuan yang ada jadi tidak
pernah jadi beban.
Dari dulu P2 tidak pernah
pikirkan karena bila
mampu dan ada uang
maka dilakukan, tetapi
jika tidak ya tidak (116-
119)
Itu tidak pernah jadi beban
P2 (119-120)
Kalo P2 ada uang maka
bisa bantu, kalo tidak ya
sabar saja (122-123)
Rambu solo’ tidak pernah
menjadi beban karena
dilakukan sesuai dengan
kemampuan yang ada
(124-126)
P2 tidak pernah
pikirkan karena kalo
mampu dan ada uang
maka dilakukan tetapi
kalo tidak ya tidak.
Rambu solo’ tidak
pernah jadi beban
Kalo ada uang maka
dibantu tapi kalo tidak
ya sabar saja
Rambu solo’ tidak
pernah menjadi beban
karena dilakukan
sesuai kemampuan
Kalo mampu akan
dilakukan
Rambu solo’
bukanlah beban
Ada uang maka di
bantu
Bukanlah beban
karena dilakukan
sesuai kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
Apakah ada pelatihan tentang pensiun dari
kantor?
Ya kan kemarin pernah kami anu pengadaan dari
anu polda toh kalau sudah ini ada pembekalan-
pembekalan, ya kan itu secara umum itu bahwa
biasanya polisi kalo mau pensiun biasa itu ada
yang stres atau bagaimana toh. Kalau ya memang
itu yang dilaksanakan pimpinan ya termasuk ya
ada perhatian khusus pimpinan untuk anggotanya
yang mau pensiun. Tapi bagi saya artinya malah
saya merasa ringan karena beban sudah
berkurang. Ya jadi tidak terbebani bahwa dimana
mau saya ambil nanti anu apa, itu kan namanya
kalo anu sepanjang kita masih kuat dan sehat, kita
berusaha. Kalau tidak berusaha, ya susah, mau
datang sendiri tidak mungkin. Baru kedua kan
biasa kita pikirkan masalah biaya anak-anak saya,
sudah saya anggap tidak ada beban lagi karena
kakaknya sudah bisa bantu. Saya masih bisa juga,
masih sanggup untuk biayai, kakaknya juga bisa
bantu, apalagi yang kita pikirkan. Oke om.
Ada pengadaan dari Polda
kalau sudah ada
pembekalan, biasanya
polisi yang mau pensiun
ada yang stres (130-134)
P2 merasa ringan karena
beban sudah berkurang
(137-139)
Sepanjang masih kuat dan
sehat, ya berusaha (141-
142)
P2 mengganggap masalah
biaya anak-anak tidak ada
beban karena kakaknya
bisa bantu (144-146)
P2 masih bisa dan
sanggup untuk biayai,
kakaknya juga bisa bantu
sehingga apalagi yang
dipikirkan (146-148)
Ada pembekalan yang
diadakan oleh Polda
untuk polisi yang akan
pensiun.
P2 merasa ringan
karena beban telah
berkurang.
Sepanjang masih kuat
dan sehat maka
berusaha
Masalah biaya anak-
anak bukan beban
karena kakaknya bisa
bantu
Masih sanggup untuk
biayai anak dan
mendapat bantuan dari
anaknya sehingga apa
yang mau dipikirkan
lagi.
Pembekalan pensiun
dari polda
Perasaan ringan
karena beban
berkurang
Berusaha saat masih
kuat dan sehat
Bantuan dari anak
yang bekerja
Masih sanggup dan
dibantu anak yang
sudah bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
Terus menurut om sendiri, program yang
dijalankan oleh kantor sudah sesuai bagi polisi
yang akan pensiun nanti?
Ya artinya ada yang cocok, ada juga yang tidak,
tergantung dari masing-masing yang menilainya
toh. Tapi kalo bagi saya memang kalo sudah ada
program itu kalo kita lakukan memang artinya ee
ada kebaikan untuk masa depan kalo kita mau
laksanakan toh karena sudah ada program-
program itu yang sudah ini ee apa namanya
menambah pengetahuan untuk persiapan-
persiapan pensiun. Jadi kalo tidak ada kegiatan
lain, ya kita lakukan itu yang sudah dibagi toh.
Oke om, terima kasih banyak om.
Kalo melakukan program
itu ada kebaikan untuk
masa depan dan
menambah pengetahuan
untuk persiapan pensiun
(154-160)
Jadi, kalo tidak ada
kegiatan lain, maka
lakukan yang sudah di
bagi (160-161)
Dengan adanya
program yang
diberikan oleh kantor
dapat menambah
pengetahuan dan
bermanfaat untuk
persiapan dalam
menghadapi pensiun.
Apabila tidak ada
kegiatan lain, maka
dapat melakukan
program yang
diberikan oleh kantor.
Manfaat program
pensiun
Program dari kantor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
KUESIONER PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program studi Psikologi
Disusun Oleh :
Delvianty Tanga Parinding
129114066
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Yth. Bapak Kapolsek
Di Toraja
Dengan hormat,
Dalam rangka penulisan skripsi, saya selaku mahasiswi Universitas
Sanata Dharma meminta kesediaan Anda untuk meluangkan waktu membaca
dan mengisi pertanyaan yang ada. Pada kuesioner ini tidak terdapat jawaban
yang benar maupun salah oleh karena itu dimohon untuk menjawab sesuai
dengan keadaan Anda saat ini.
Hasil dari jawaban atas pertanyaan dalam kuesioner ini sangat
membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir. Untuk itu, mohon kesediaan
Anda untuk membaca setiap pertanyaan agar tidak ada yang terlewati. Semua
jawaban dan identitas Anda saya jamin kerahasiaannya. Jawaban yang
diberikan tidak akan mempengaruhi pekerjaan Anda.
Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Delvianty Tanga Parinding
(129114066)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Wawancara Tambahan Informan 2
No. Verbatim Ringkasan Ringkasan dipadatkan Kode
163
164
165
166
167
168
169
170
Bagi om rambu solo itu wajib gak sih?
Bagi saya karena artinya sesuai dengan agama
yang saya anuti tidak wajib itu acara rambu solo.
Tapi artinya kalo masalah pemakaman apa kita
ikuti. Tapi kalau adatnya kita tidak ikuti lagi.
Kalo rambu solonya kita tetap anu, tapi adatnya
itu kita tidak ikutin lagi karena itu tidak di izinkan
lagi oleh agama.
Sesuai dengan agama
yang di anut, rambu solo’
itu tidak wajib (164-165)
Kalo pemakaman, P2
masih mengikuti tapi tidak
kalo adat (166-167)
Adatnya tidak ikutin lagi
karena tidak diizinkan
agama (168-170)
Rambu solo’ tidak
wajib sesuai dengan
agama yang dianut.
P2 mengikuti proses
pemakaman rambu
solo’ tetapi tidak
dengan adatnya.
Adat tidak diikuti
karena tidak diizinkan
oleh agama.
Rambu solo’ tidak
wajib sesuai agama
Ikut proses
pemakaman tetapi
adatnya tidak
Tidak mengikuti
adat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
Itu ada aturannya dalam agama? Kalo dalam
agama pantekosta memang sudah tidak diijinkan
lagi mengikuti acara itu. Itu memang ada
aturan tertulisnya om? Tertulisnya? Iya om. Ya
kalo kita mau ikuti, itukan budaya toh. Artinya
rambu solo itu sesuai dengan budaya tana toraja,
cuma cuma kita juga orang asli toraja tapi artinya
yang tidak mengijinkan kita ikut lagi dari segi
agama. Dari segi agama yang tidak mengikuti
lagi pesta-pesta begitu sa yang biasa yang
dilakukan orang yang di toraja toh. Kalo kita
tidak, tidak mengikuti lagi. Kalo macam kita dari
agama kita kalo meninggal kan langsung dikubur,
sama dengan agama islam itu. Jadi tidak
melaksanakan lagi kegiatan-kegiatan rambu solo’
itu. Macam dipestakan lagi toh, itu kalo di agama
kita itu paling tinggi 3 hari itu harus di kubur.
Jadi tidak bisa tinggal lama-lama ya seperti
agama katolik, dari gereja toraja, dll. Itu masih
bisa di simpan sampai kapan saja. Tapi kalo kita
paling lama 3 hari. Jadi makanya makanya yang
kita tidak mengikuti lagi kegiatan rambu solo
artinya acaranya itu yang kita tidak ikuti lagi,
tidak wajib lagi istilahnya, tidak wajib lagi
mengikuti kegiatan rambu solo itu.
Dalam agama pantekosta
sudah tidak diijinkan lagi
mengikuti acara itu (171-
173)
Rambu solo’ sesuai
dengan budaya tana
Toraja, tetapi dari segi
agama tidak mengijinkan
untuk ikut (176-179)
Kalo P2 tidak mengikuti
lagi (181-182)
Kegiatan rambu solo’
tidak wajib lagi diikuti
oleh P2 (194-195)
Dalam agama
pantekosta sudah tidak
diijinkan mengikuti
rambu solo’.
Walaupun upacara
rambu solo’ termasuk
budaya di tana toraja,
tetapi dari segi agama
tidak mengijinkan
untuk ikut.
P2 tidak mengikuti
lagi.
merasa tidak wajib
dalam mengikuti
kegiatan rambu solo’.
Agama tidak
mengizinkan
mengikuti rambu
solo’
Agama tidak
mengizinkan untuk
ikut
Tidak ikut lagi
rambu solo’
Tidak wajib
mengikuti kegiatan
rambu solo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
Itu om, maksudnya ada tertulis gak dalam
aturan gereja kayak gitu atau?
Iya iya memang bukan tertulis di anu, di dalam
alkitab itu memang ada tercantum di situ bahwa
aa saya lupa ayat-ayatnya itu tapi dikatakan
bahwa jangan mengikuti adat istiadat nenek
moyangmu, itu sudah harus ditinggalkan, ya itu
ya itu yang begitu. Itu kan rambu solo yang di
toraja itu kan adat istiadat nenek moyang kita
orang toraja. Nah itu yang di larang di dalam
alkitab itu ya itu yang kami tidak ikuti lagi.
Kemudian itu artinya ee memang ada di larang
juga artinya eee menyembah kepada berhala toh,
artinya ini orang yang sudah meninggal kita mau
pestakan lagi. Biasanya kalo kita adakan pesta itu,
syukuran itu pada umpamanya syukuran kalo
sudah berhasil, rumahnya sudah selesai, syukuran
karena pernikahan, itu yang kami ikuti. Kalo di
luar itu tidak dikuti lagi karena orang sudah
meninggal kok di pestakan lagi di ini. Itu yang
kami anggap di alkitab itu berhala. Artinya
berhala itu orang yang sudah meninggal itu
dipestakan lagi, diacarakan seperti orang masih
hidup. Ya itu artinya gereja kami itu larang
mengikuti hal-hal seperti itu lagi, itu dari nenek
Aturannya ada di dalam
Alkitab untuk jangan
mengikuti adat istiadat
nenek moyang dan itu
sudah harus ditinggalkan
(198-202)
Rambu solo’ itu adat
istiadat nenek moyang
orang toraja, itu dilarang
dalam Alkitab sehingga
P2 tidak ikuti lagi (203-
206)
Orang yang sudah
meninggal kok dipestakan
sehingga di dalam Alkitab
itu termasuk berhala.
Gereja pun melarang
mengikuti hal-hal seperti
itu (217-220)
Ada tercantum di
dalam Alkitab untuk
tidak mengikuti adat
nenek moyang dan itu
harus ditinggalkan.
Rambu solo’ termasuk
adat istiadat dari
nenek moyang orang
toraja sehingga P2
tidak mengikuti lagi
karena sudah di larang
dalam Alkitab.
Ketika orang
meninggal dipestakan
seperti orang yang
masih hidup, maka itu
termasuk berhala di
dalam Alkitab
sehingga gereja
memberi larangan
untuk mengikuti
kegiatan tersebut.
larangan mengikuti
adat tercantum di
alkitab
adat rambu solo
dilarang untuk
diikuti karena ada
dalam alkitab
termasuk berhala
sehingga di larang
oleh gereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
moyang kita itu tetap kita ikuti orang toraja.
Artinya sejak dari nenek moyang kita itu.
Makanya itu, mungkin apakah artinya di gereja
lain itu artinya lain anunya toh kan masing-
masing tafsiran, masing-masing gereja
menafsirkan, menafsirkan apa yang tercantum di
dalam alkitab itu. Ya begitu. Sampai kita ada
perbedaan gereja katolik, gereja toraja, dan gereja
kami pantekosta, karena itu tergantung dari
penafsiran dari alkitab itu sendiri sampai ada
perbedaan toh, nah begitu.
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
Bagi om, pangkat dan jabatan dalam
kepolisian itu mempengaruhi sumbangan
untuk rambu solo?
Iya kalo bagi saya memang mempengaruhi
karena kadang artinya gaji kan sudah di atur oleh
pemerintah, artinya itu artinya dipaksa cukup
sebenarnya, dipaksa cukup karena banyak banyak
yang dibiayai pemerintah itu adalah itu biaya
makan hidup, makan dengan pakaian. Tapi kita
orang toraja lari ke pesta sebagian. Makanya ee
saya kurang setuju juga karena itu seolah-olah
kita punya kesejahteraan itu sudah terbagi-bagi,
akhirnya ee kadang kita sudah tidak mencukupi
lagi untuk biaya hidup. Makanya ya di dalam
Memang berpengaruh
karena gaji yang diberikan
pemerintah seharusnya
sudah cukup untuk
kebutuhan sehari-hari,
tetapi sebagian lari ke
pesta (235-241)
Kesejahteraan sudah
terbagi-bagi akhirnya
sudah tidak cukup lagi
untuk biaya hidup (243-
245)
Bagi P2 pangkat dan
jabatan berpengaruh
terhadap gaji yang
diberikan untuk
mencukupi kebutuhan
hidup, tetapi sebagian
digunakan untuk
pesta.
Kesejahteraan sudah
terbagi-bagi sehingga
tidak cukup lagi untuk
biaya hidup.
Adanya pengaruh
pangkat dan jabatan
Kesejahteraan yang
terbagi-bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
246
247
248
249
250
251
252
253
kepolisian memang artinya ada pengaruhnya itu
kalo kita di toraja ada pengaruhnya itu adat
karena kadang kalo tiba-tiba muncul acara-acara
rambu solo dan lain-lain sebagainya, itu kan
biasanya kita paksakan untuk beli ini dan beli itu.
Akhirnya kesejahteraan untuk gaji yang diberikan
oleh Negara sudah tidak mencukupi kebutuhan
sehari-hari.
Dalam kepolisian di
toraja, adat memiliki
pengaruh, misalnya acara
rambu solo’ yang tiba-
tiba, biasanya dipaksakan
untuk beli ini dan beli itu
(245-250)
Kesejahteraan untuk gaji
dari negara sudah tidak
mencukupi kebutuhan
sehari-hari (251-253)
Rambu solo’
mempunyai pengaruh
bagi polisi yang ada di
toraja karena dalam
acara rambu solo’
yang tiba-tiba, secara
tidak langsung merasa
terpaksa untuk
membeli sesuatu untuk
diberikan pada acara
tersebut.
Kesejahteraan gaji dari
negara sudah tidak
mencukupi kebutuhan
sehari-hari.
Pengaruh rambu
solo’ pada polisi
Kesejahteraan gaji
yang tidak cukup
254
255
256
257
258
259
260
261
Om tadi bilang dipaksakan begitu. Nah
kenapa sampai dipaksakan om?
Ya kan kadang memang kita orang toraja kadang
dipaksakan menurut saya, saya sudah tidak
mengikuti jadi saya tidak pernah artinya
dipaksakan oleh adat toh, kalo yang masih
mengikuti kadang kan umpamanya contohnya
baru selesai terima gaji, anaknya pakai untuk
Kadang orang toraja
kadang dipaksakan (256-
257)
P2 sudah tidak mengikuti
rambu solo’ jadi P2 tidak
pernah dipaksakan oleh
adat (257-259)
Orang toraja kadang
dipaksakan
P2 tidak merasa
terpaksa oleh tuntutan
adat karena sudah
tidak mengikuti
orang toraja yang
dipaksakan
tidak terpaksa
karena tidak ikut
rambu solo’ lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
262
263
264
265
266
biaya sekolah tiba-tiba muncul itu (rambu solo),
biasanya meminjam itu. Itu namanya sudah
dipaksakan toh, karena kita harus meminjam
untuk kebutuhan itu. Makanya saya bilang saya
tidak setuju untuk rambu solo itu.
Harus meminjam untuk
kebutuhan namanya sudah
dipaksakan toh (263-265)
P2 tidak setuju untuk
rambu solo’ (265-266)
upacara rambu solo’.
Harus meminjam
untuk kebutuhan
termasuk sudah
dipaksakan.
Tidak setuju dengan
rambu solo’
meminjam termasuk
dipaksakan
ketidaksetujuan
dengan rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
Bagi om sendiri, pangkat dan jabatan itu
berpengaruh gak?
Ya artinya secara umum memang ada
pengaruhnya, kadang juga kan umpamanya
kadang kita ada pegang jabatan, kita juga kadang
merasa malu kalo umpamanya ada kegiatan
rambu solo merasa malu kalo datang dengan
tangan kosong toh. Nah itulah pengaruhnya dari
situ, pengaruhnya dari jabatan itu. Nah artinya
sebenarnya tidak ada tidak ada aturannya cuma
karena malu sendiri, begitu. Merasa malu karena
sudah apa namanya mendarah daging ke dalam
tubuh itu pengaruh adat, akhirnya kita merasa
malu kalo umpamanya kita datang dengan tangan
kosong, begitu kalo ada acara-acara rambu solo.
Jadi memang ada pengaruhnya.
Pangkat dan jabatan ada
pengaruhnya (269-270)
Kalo pegang jabatan,
datang pada saat rambu
solo’, akan merasa malu
kalo datang dengan tangan
kosong (271-275)
Sebenarnya tidak ada
aturannya Cuma malu
sendiri (276-277)
Merasa malu karena sudah
mendarah daging dalam
tubuh karena pengaruh
adat (277-279)
Malu kalo datang dengan
tangan kosong pada acara
rambu solo (279-281)
Pangkat dan jabatan
ada pengaruhnya
Jika mempunyai
jabatan ketika datang
pada acara rambu
solo’ dengan tangan
kosong, maka akan
merasa malu.
Tidak ada aturan tetapi
malu sendiri
Perasaan malu telah
mendarah daging
karena adanya
pengaruh adat.
Malu saat datang pada
acara rambu solo’
dengan tangan kosong
Pangkat dan jabatan
berpengaruh
Perasaan malu
datang dengan
tangan kosong
Perasaan malu
Perasaan malu
karena pengaruh
adat
Perasaan malu
karena datang
dengan tangan
kosong
283
284
Itukan berpengaruh kalo masih bekerja kan
om. Gimana kalo sudah pensiun? Ada
Pengaruhnya tergantung
yang bersangkutan (286-
Pengaruhnya
tergantung yang
Berpengaruh pada
yang bersangkutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
285
286
287
288
289
290
291
292
pengaruhnya gak?
Ya itu pengaruhnya itu ya tergantung dengan
yang bersangkutan toh. Tergantung dari yang
berangkutan ada pengaruhnya atau tidak. Kalo
bagi saya ya tidak ada pengaruhnya. Cuma ya
biasanya saya liat dari teman-teman saya itu ya
memang ada pengaruhnya juga karena dia merasa
malu toh. Tapi kalo saya tidak, begitu.
287)
Tidak ada pengaruhnya
bagi P2 ketika pensiun
nanti dengan rambu solo’
(288-289)
bersangkutan
Tidak ada
pengaruhnya ketika
pensiun nanti dengan
rambu solo’
Tidak ada pengaruh
ketika pensiun nanti
dengan rambu solo’
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
Bagaimana respon atau tanggapan keluarga
mengenai om yang tidak terlalu mengikuti
adat?
Keluarga sendiri memang kadang umpamanya
kalo mereka kan masih mengikuti, sedangkan
saya dan keluarga saya kan sudah tidak
mengikuti. Tetapi memang saya terbuka kepada
keluarga bahwa itu artinya kami sudah tidak
mengikuti lagi jadi maklumi saja kalo ada
kegiatan kamu, kami datang dengan tangan
kosong, begitu. Jadi maklumi kami harus
mengikuti adat agama kami, bahwa itu sudah
tidak kami lakukan lagi hal seperti itu. Iya, jadi ya
keluarga karena sudah terbiasa juga ya sudah
maklumi karena mereka memang sudah tau
bahwa ya memang begitulah di agamanya. Jadi
ya keluarga maklumi juga toh, iya begitu. Yang
P2 terbuka kepada
keluarga bahwa P2 tidak
mengikuti lagi, jadi
dimaklumi kalo datang
dengan tangan kosong
(299-303)
Yang penting terbuka
kepada keluarga (309-
310)
P2 pangku tangan kalo
rambu solo (314-315)
P2 terbuka pada
keluarga bahwa tidak
berpartisipasi pada
upacara rambu solo’
lagi sehingga jika
datang saat acara
rambu solo’ dengan
tangan kosong, maka
dimaklumi saja.
Yang penting terbuka
pada keluarga
Berpangku tangan
kalo rambu solo’
Terbuka pada
keluarga
Terbuka pada
keluarga
Berpangku tangan
saat rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
310
311
312
313
314
315
penting kita juga terbuka kepada keluarga. Tapi
kalo hal-hal lain contohnya seumpamanya
syukur-syukuran atau pernikahan, ya kita tetap
sama dengan mereka. Begitu. Karena kita masih
diijinkan oleh agama toh. Begitu. Kecuali rambu
solo, memang ya kita pangku tangan itu.
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
Untuk saat ini apa sih yang menjadi beban
yang om hadapi?
Itu yang beban itu asal kita masih hidup itu pasti
ada beban toh, artinya beban hidup. Tetapi
sekarang yang termasuk salah satu beban saya
karena anak saya masih ada yang masih ada yang
kuliah, jadi itulah biaya-biaya itu yang harus kita
pikirkan toh, jadi itu termasuk beban toh. Karena
setelah selesai nanti tamat kan harus cari
pekerjaan lagi untuk masa depan. Jadi ya itu tetap
jadi beban. Artinya jadi beban ya bagaimana
caranya anak saya bisa bekerja bisa menghidupi
dirinya sendiri, paling tidak begitu. Artinya masa
depannya toh.
Asal masih hidup pasti
ada beban hidup (318-
319)
Yang menjadi beban P2
yaitu biaya anak yang
masih kuliah (320-324)
jadi beban bagaimana cara
anaknya bisa bekerja
menghidupi dirinya
sendiri (326-329)
Asal masih hidup pasti
ada beban hidup
Beban pikiran P2 yaitu
masalah biaya
pendidikan anak
Menjadi beban tentang
bagaimana cara
anaknya bisa bekerja
menghidupi dirinya
sendiri nantinya.
Beban hidup
Beban pikiran
tentang pendidikan
anak
Beban pikiran
tentang masa depan
anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
Om kan termasuk dalam kasta tana’ bassi. Itu
ada gak pengaruhnya dalam menjalankan
rambu solo’?
Iya kalo ada pengaruhnya itu kalo kita artinya
masih melakukan toh. Tapi bagi saya pribadi ee
artinya tetap tidak menjadi beban walaupun itu
kasta itu. Artinya tidak terlalu tidak menjadi
beban lagi karena rata-rata keluarga juga sudah
tau toh, jadi ee kalau ada anu begitu ya orang
maklumi saja. Karena itu sudah sudah arti turun
temurun juga itu begitu dari masih dari nenek itu
sudah ya sudah tidak mengikuti itu. Jadi rata-rata
keluarga itu mengetahui. Berarti sudah pada
menerima semua ya om. Iya iya, jelas itu.
Artinya dia terima atau tidak, ya urusan mereka
karena itu yang kita perjuangkan. Nah itulah
masalah akhirat bukan dunia sementara saja toh.
Yang penting itu akhirat, artinya kita jalani di
dunia ee lebih-lebih di akhirat kita harus
perhatikan. Jadi istilahnya walaupun orang
keluarga artinya tidak setuju di dalam dunia tapi
di akhirat Tuhan terima, jadi ya lebih baik itu
yang kita perjuangkan.
Oke om terima kasih banyak om.
P2 merasa kasta bukanlah
beban (334-336)
Tidak menjadi beban lagi
karena keluarga sudah tau
dan maklum (336-339)
Ada istilah walaupun
keluarga tidak setuju di
dunia, tetapi di akhirat
Tuhan terima sehingga itu
yang diperjuangkan P2
(349-352)
Kasta tidak menjadi
beban bagi P2
Tidak menjadi beban
karena keluarga tau
dan memaklumi.
P2 memiliki
pandangan tentang apa
yang harus
diperjuangkan
walaupun keluarganya
tidak setuju, tetapi
perjuangan tersebut di
terima oleh Tuhan di
akhirat.
Kasta bukanlah
beban
Bukan beban karena
keluarga sudah
maklum
Pandangan tentang
apa yang harus
diperjuangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Kode Informan 2
Kode Sub kategori Kategori Tema
Bekerja di Polsek Sallu
Istri yang bekerja
Anak yang sudah menikah
dan bekerja
Anak yang sudah nikah,
kerja dan masih pendidikan
Anggota keluarga yang
bekerja
Pekerjaan Latar belakang informan
Tinggal di Rante Lemo Tempat tinggal Tempat tinggal
Berasal dari Rante Lemo Daerah asal
Keinginan tinggal di Sallu
Putti
Keinginan yang dimiliki Keinginan partisipan
Termasuk kasta tana’ bassi Kasta tana’ bassi Kasta dalam masyarakat
Memiliki 6 anak
Tanggungan keluarga 2
anak dengan istri
Jumlah tanggungan
keluarga
tanggungan keluarga
Memiliki usaha seperti
bertani
memiliki lahan sawah
Adanya usaha sampingan
Memiliki usaha sampingan Strategi Coping:
Menghadapi
tambahan penghasilan Manfaat memiliki usaha
kurang sependapat tentang
adat
ketidaksetujuan dengan
Ketidaksetujuan dengan
adat rambu solo’
Ketidaksetujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
rambu solo’
kita yang mengatur adat Mengatur adat sendiri Mengatur adat sendiri
mengutamakan biaya anak
mengutamakan anak dan
keluarga
Mengutamakan anak yang
kuliah
Mengutamakan anak dan
keluarga inti
Memiliki prioritas
Ada uang maka di bantu
Memberi sumbangan
materi sesuai kemampuan
Tetap memberikan
sumbangan
Memberikan bantuan Memberikan bantuan
Perasaan ringan karena
beban berkurang
Merasa ringan karena
beban telah berkurang
Merasa ringan
Ikut proses pemakaman
tetapi adatnya tidak
Tidak mengikuti adat
Tidak ikut lagi rambu solo’
Tidak wajib mengikuti
kegiatan rambu solo
Tidak wajib ikut adat
rambu solo’
Tidak wajib ikut adat
rambu solo’
Terbuka pada keluarga
Terbuka pada keluarga
Berpangku tangan saat
rambu solo’
Keterbukaan pada keluarga Terbuka dengan keluarga
Upacara rambu solo’ pada Melakukan upacara rambu Melakukan upacara rambu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
nenek
Hanya saudara yang
melaksanakan pada
orangtua
solo dalam hanya pada
nenek
solo dalam hanya pada
nenek
pengalihan perhatian agar
tenang
Perasaan tenang untuk
pensiun
Mengalihkan perhatian
agar tenang
Pengalihan perhatian agar
tenang
Pandangan tentang apa
yang harus diperjuangkan
Pandangan religi Keyakinan pada agama
Bantuan dari anak yang
bekerja
Masih sanggup dan dibantu
anak yang sudah bekerja
Mendapat bantuan Mendapat bantuan dari
keluarga
Strategi Coping:
Menghindari
Perasaan malu datang
dengan tangan kosong
Perasaan malu
Perasaan malu karena
pengaruh adat
Perasaan malu karena
datang dengan tangan
kosong
Perasaan malu terkait
rambu solo’
Adanya perasaan malu
Kesepakatan dengan
keluarga
Kasta bukanlah beban
Adanya kesepakatan Adanya kesepakatan
dengan keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Bukan beban karena
keluarga sudah maklum
lakukan sesuai dengan
kemampuan
Kalo mampu akan
dilakukan
Sesuai kemampuan
finansial
Penyesuaian kemampuan
finansial
tidak pernah terbebani
Menjadi beban bila
dipaksakan
Rambu solo’ bukanlah
beban
Bukanlah beban karena
dilakukan sesuai
kemampuan
Rambu solo bukan beban Pengaruh rambu solo’ Gambaran adat rambu
solo’
orang toraja yang
dipaksakan
tidak terpaksa karena tidak
ikut rambu solo’ lagi
meminjam termasuk
dipaksakan
Keterpaksaan pada rambu
solo’
Berpengaruh pada yang
bersangkutan
Tidak ada pengaruh ketika
pensiun dengan rambu
solo’
Pengaruh pada rambu solo’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Tidak ada perbedaan
karena satu adat
Perbedaaan pada orang
yang melakukan upacara
rambu solo’
Perbedaan pada pelaku
upacara rambu solo’
Pelaksanaan rambu solo’
Rambu solo’ tidak wajib
sesuai agama
Agama tidak mengizinkan
mengikuti rambu solo’
Agama tidak mengizinkan
untuk ikut
adat rambu solo dilarang
untuk diikuti karena ada
dalam alkitab
termasuk berhala sehingga
di larang oleh gereja
larangan mengikuti adat
tercantum di alkitab
Larangan agama tentang
adat rambu solo’
Kepercayaan yang dianut
Adanya pengaruh pangkat
dan jabatan
Pengaruh rambu solo’ pada
polisi
Pangkat dan jabatan
berpengaruh
Pengaruh pangkat dan
jabatan
Kedudukan status sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Pensiun 2 tahun lagi
Pensiun tidak bisa
dihindari
masa akhir jabatan
Masa pensiun Gambaran tentang pensiun
Kesiapan menghadapi
pensiun
persiapan pensiun
Persiapan pensiun
Kesiapan pensiun
Pembekalan pensiun dari
polda
Program dari kantor
Pembekalan pensiun
Program pensiun
Manfaat program pensiun Manfaat program pensiun
Kesejahteraan yang
terbagi-bagi
Kesejahteraan yang terbagi Alokasi pendapatan
Kesejahteraan gaji yang
tidak cukup
Kesejahteraan gaji
Beban hidup
Beban pikiran tentang
pendidikan anak
Beban pikiran tentang
masa depan anak
Masalah yang dihadapi Beban pikiran Permasalahan yang
dihadapi
Berusaha saat masih kuat
dan sehat
Berusaha saat masih sehat Healthy and energy Sumber Coping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Verbatim Informan 3
No. Verbatim Ringkasan Ringkasan dipadatkan Kode
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Hubungannya dengan pensiun.
Pensiun ya kita siap. Kemudian menyangkut
masalah rambu solo’ itukan budaya adat toraja.
Kita tidak terluput dari budaya kita sendiri jadi
adapun kalo umpamanya menyangkut masalah
keluarga dengan masalah rambu solo’ maupun
rambu tuka, tetap kita mendukung tetap kita
dukung. Menyangkut masalah pensiun, kita siap
saja. Mungkin ee yang dapat kita lakukan nanti
kalau om sudah pensiun, bisa bertani, bisa
beternak, kita siap-siap saja itu menyangkut
masalah pensiun.
P3 siap pensiun (2)
P3 tetap mendukung
terkait masalah rambu
solo’ dan rambu tuka (5-
8)
P3 siap-siap saja
menyangkut masalah
pensiun yaitu bisa bertani
dan beternak (9-12)
Siap untuk pensiun
P3 mendukung terkait
dengan kegiatan
rambu solo’
P3 merasa siap untuk
pensiun nanti karena
bisa bertani dan
berternak.
Kesiapan untuk
pensiun
Mendukung
kegiatan rambu
solo
Merasa siap saat
pensiun
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Om anaknya ada berapa orang? Ada empat. Itu
sudah ada yang nikah atau kerja? Ee yang 2
sudah kerja, yang satu sementara KKN, yang satu
masih kecil, masih kelas 5. Berarti sekarang
jumlah tanggungan keluarga ada berapa om?
Artinya ee tinggal 2. Karena yang satu masih
kuliah yang dalam tahap penyelesaian jadi tetap
masih kita biayai, kemudian adek masih kelas 5.
Sementara ibu kan kerja artinya sekitar 6 tahunan
pensiun lagi.
P3 memiliki empat orang
anak (13)
Dua sudah kerja, satu
sementara KKN, dan
yang masih kecil kelas 5
(14-16)
Jumlah tanggungan
keluarga tinggal 2 karena
P3 memiliki empat
orang anak
Dua orang yang sudah
bekerja dan satu
kuliah dan terakhir
masih SD
Tanggungan keluarga
P3 tersisa dua anak
Memiliki 4 anak
Anak yang sudah
bekerja dan yang
lain menempuh
pendidikan
tanggungan
keluarga 2 anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
yang satu masih kuliah
dan adek masih kelas 5
(18-20)
Ibu kan kerja masih 6
tahunan pensiun lagi (21-
22)
yang menempuh
pendidikan
istri bekerja dan
pensiun 6 tahun
kemudian.
Istri yang bekerja
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Om asalnya darimana? Dari Toraja. Maksudnya
dari kampung mana om? Dari Lilikira, Sa’dan
Balusu. Ibu yang orang asli di sini. Ada gak om
perbedaan pelaksanaan rambu solo dengan yang
umumnya terjadi di toraja? Aa sama saja,
namanya menyangkut toraja itu sama. Om
termasuk dalam kasta mana dalam lapisan
masyarat? Kita ini, kalo kasta kita itu yang
mungkin ada istilahnya tana’ Bulaan, iya jadi
mungkin termasuk kita di situ tapi menyangkut
masalah keadaan, kita tidak termasuk seperti
orang.
Kampungnya di Lilikira,
Sa’dan Balusu (24-25)
Pelaksanaan rambu solo’
di toraja yaitu
menyangkut toraja itu
sama (27-28)
Kalo kasta mungkin ada
istilahnya tana’ Bulaan.
P3 termasuk di dalamnya
tetapi menyangkut
keadaan, P3 tidak
termasuk orang seperti
itu (30-34)
Kampungnya di
Lilikira, Sa’dan
Balusu
Pelaksanaan rambu
solo’ di toraja itu
sama.
P3 termasuk kasta
tana’ Bulaan tetapi
menyangkut keadaan,
P3 tidak termasuk
orang kebanyakan.
Asal dari Lilikira,
Sa’dan Balusu
Pelaksanaan rambu
solo’ semua sama
termasuk kasta
tana’ bulaan
35
36
Om mengadakan rambu solo’ berapa kali
setahun? Itu tergantung dari keluarga yang
Pengadaan rambu solo’
tergantung dari keluarga
Pengadaan rambu
solo’ tergantung dari
Pengadaan rambu
solo’ tergantung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
37
38
39
meninggal. Ini bahkan sekarang ini ada nenek
yang sedang terbaring di sini. Rencana
dikebumikan tahun depan kalo umur panjang.
yang meninggal (36-37)
Saat ini ada nenek yang
sedang terbaring dan
rencana dikebumikan
tahun depan (37-39)
keluarga yang
meninggal.
P3 memiliki nenek
yang terbaring di
rumah dan akan
dikebumikan tahun
depan.
keluarga
Rencana
kebumikan nenek
40
41
42
43
44
45
Ada gak usaha-usaha yang sudah om miliki saat
ini?
Sebenarnya belum, tapi artinya untuk beternak kita
sudah laksanakan itu, bertani ya kita sudah
laksanakan. Jadi mungkin kalau sudah ya pensiun
nanti ya tekuni aja.
Belum ada usaha-usaha
yang dimiliki, tetapi
beternak dan bertani
sudah dilaksanakan (42-
44)
Ketika pensiun nanti ya
ditekuni saja (44-45)
Saat ini, P3 belum
memiliki usaha-usaha,
tetapi sudah berternak
dan bertani
Ditekuni saat pensiun
nanti.
Usaha bertani dan
berternak
Ditekuni saat
pensiun nanti
46
47
48
Usaha-usaha ini mulai sejak kapan?
Sejak kita pindahan ke sini ke toraja. Jadi sudah
biasalah kita.
Usaha-usaha dimulai
sejak pindahan ke toraja
jadi sudah biasa (47-48)
Usaha-usaha yang
dimiliki P3 dimulai
sejak pindah ke toraja.
Usaha dimulai
sejak pindah ke
toraja
49
50
51
Bagaimana perasaan om akan pensiun nanti?
Biasa saja, hal yang biasa. Malah seandainya kita
di kasih MPP, ya saya minta MPP. Artinya MPP
P3 merasa biasa saja dan
meminta MPP (Masa
Persiapan Pensiun) bila
P3 merasa biasa saja
dan meminta MPP
apabila di kasih.
Merasa biasa saja
untuk pensiun nanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
52
53
54
55
56
57
58
apa om? Masa Persiapan Pensiun. Itu sudah ada
dari kantor? Iya. Aa belum belum. Kita belum di
kasih. Tapi itu program dari kantor? Iya. MPP
itu kayak gimana om? Itu artinya kita di kasih
waktu selama satu tahun untuk memasuki masa
pensiun. Jadi ee kita artinya kita mempersiapkan
diri itu diberikan waktu selama satu tahun.
di kasih (50-51)
59
60
61
Ada gak usaha lain selain beternak dan bertani?
Untuk saat ini sih belum.
Makasih om atas waktunya. Iya gak papa.
Untuk saat ini belum ada
usaha lain (60)
P3 belum memiliki
usaha lain untuk saat
ini.
Belum memiliki
usaha lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
KUESIONER PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program studi Psikologi
Disusun Oleh :
Delvianty Tanga Parinding
129114066
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Yth. Bapak Kapolsek
Di Toraja
Dengan hormat,
Dalam rangka penulisan skripsi, saya selaku mahasiswi Universitas
Sanata Dharma meminta kesediaan Anda untuk meluangkan waktu membaca
dan mengisi pertanyaan yang ada. Pada kuesioner ini tidak terdapat jawaban
yang benar maupun salah oleh karena itu dimohon untuk menjawab sesuai
dengan keadaan Anda saat ini.
Hasil dari jawaban atas pertanyaan dalam kuesioner ini sangat
membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir. Untuk itu, mohon kesediaan
Anda untuk membaca setiap pertanyaan agar tidak ada yang terlewati. Semua
jawaban dan identitas Anda saya jamin kerahasiaannya. Jawaban yang
diberikan tidak akan mempengaruhi pekerjaan Anda.
Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Delvianty Tanga Parinding
(129114066)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Wawancara Tambahan Informan 3
No. Verbatim Ringkasan Ringkasan dipadatkan Kode
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
Om asli dari toraja? Iya iya.
Om itu kan dari kasta tana’ bulaan. Kalo
dalam keluarga om, gimana pelaksanaan?
Dalam pelaksanaannya itu, dia di pesta itu artinya
di potongkan kerbau 24 ekor, itu dasar 24 ekor.
Ada gak pengaruh kasta dalam pelaksanaan
rambu solo’?
Sebetulnya juga tidak walaupun artinya orang
tana’ bulaan kalo e tidak mampu maslah itu ya
artinya dasar 24 itu tidak mutlak juga dilaksanakan
seperti itu.
Kenapa tidak mutlak om?
Tidak mutlak ya tidak mampu karena sesuai
dengan kemampuan. Walaupun orang itu tana’
bulaan tapi ee tidak mampu memotong kerbau
sebanyak itu.
Dalam pelaksanaan pesta
dipotongkan 24 ekor
kerbau dan itu dasarnya
(65-66)
Orang tana’ bulaan jika
tidak mampu, dasar 24
tidak mutlak
dilaksanakan (69-71)
Tidak mutlak ya tidak
mampu karena sesuai
kemampuan (74-75)
Pada pelaksanaan
pesta potong 24
kerbau sebagai
dasarnya.
Dasar 24 kerbau tidak
harus dilaksanakan
bagi orang yang
memiliki kasta tana’
bulaan jika tidak
mampu.
Tidak mutlak karena
sesuai kemampuan
Dasar 24 kerbau
Dasar 24 kerbau
tidak harus
dilaksanakan
Tidak mutlak
karena sesuai
kemampuan
78
79
80
81
82
Kalo tidak mampu, ada gak pandangan
keluarga yang…
Tidak juga kan sesuai dengan kemampuan, begitu.
Kan tidak mungkin mau dipaksakan kalo artinya
tidak mampu baru mau laksanakan adat seperti itu.
Tidak mungkin
dipaksakan kalo tidak
mampu baru mau
laksanakan adat, tetapi
sesuai kemampuan saja
Untuk melaksanakan
adat rambu solo’
disesuaikan dengan
kemampuan yang
dimiliki dan tidak
Disesuaikan dengan
kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
83
84
85
86
87
Jadi sesuai saja kemampuan. Tapi walaupun kasta
orang itu tinggi, tidak berarti bahwa kasta tinggi
itu berarti harus mampu memotong sebanyak itu.
Ya banyak orang yang kastanya rendah tapi e tidak
artinya mampu memotong seperti itu.
(80-83)
Walaupun kasta tinggi
tidak berarti harus
mampu potong banyak
(83-85)
akan dipaksakan jika
tidak mampu.
Kasta tinggi tidak
berarti harus potong
banyak
Memotong kerbau
disesuaikan dengan
kemampuan
88
89
90
91
92
93
94
95
96
Terus, apakah pangkat dan jabatan
mempengaruhi jumlah sumbangan dalam
rambu solo?
Oo tidak tidak mempengaruhi pangkat dan jabatan
di dalam kepolisian itu. Jadi ndak mutlak itu
bahwa orang tinggi pangkatnya itu berarti dalam
pesta adatnya nanti itu bahwa banyak juga kerbau
di potongkan, tidak, ndak begitu. Jadi itu sesuai
kemampuan saja.
Rambu solo’ tidak
mempengaruhi pangkat
dan jabatan di dalam
kepolisian (91-92)
Ndak mutlak orang tinggi
pangkatnya berarti dalam
pesta adatnya nanti
banyak potong kerbau
(92-95)
Jadi sesuai kemampuan
saja (95-96)
Pangkat dan jabatan
tidak berpengaruh
pada rambu solo’
Tidak mutlak orang
yang tinggi
pangkatnya potong
banyak kerbau saat
pesta adat
Sesuai kemampuan
saja
Pangkat dan jabatan
tidak berpengaruh
pada rambu solo’
Pangkat tinggi tidak
mutlak potong
banyak kerbau
Disesuaikan dengan
kemampuan
97
98
99
100
101
102
Bagi om sendiri, pangkat dan jabatan itu
berpengaruh gak?
Tidak, tidak berpengaruh. Biar pangkat tamtama
kalo keluarganya mampu, dia potong berapa bisa.
Bagaimana pandangan om tentang rambu
solo’?
Biar pangkat tamtama
kalo keluarganya
mampu, bisa potong
berapa saja (99-100)
Bagi P3, rambu solo’
Pangkat tamtama kalo
keluarganya mampu
bisa potong berapapun
Bagi P3, rambu solo’
Kalo mampu bisa
potong berapapun
Rambu solo’ dilalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
103
104
105
106
107
Sebenarnya rambu solo itu, sudah pada umumnya
sudah merupakan ee adat istiadat orang toraja yang
kita harus lalui. Rambu solo itu adalah adat istiadat
orang toraja yang harus dilalui orang toraja itu
sendiri.
adalah adat istiadat orang
toraja yang harus dilalui
orang toraja itu sendiri
(105-107)
merupakan adat
istiadat yang harus
dilalui oleh orang
toraja.
orang toraja
108
109
110
111
Orang sudah berapa kali melakukan rambu
solo?
Kalo masalah itu sudah banyak kali lah karena
banyak keluarga yang meninggal.
P3 sudah banyak kali
melakukan upacara
rambu solo’ (110-111)
P3 sudah sering
melakukan upacara
rambu solo’.
Sering melakukan
upacara rambu
solo’
112
113
114
115
116
117
118
119
Untuk saat ini beban apa yang om hadapi?
Dalam menghadapi pesta rambu solo, ya untuk
selama ini yang lalu tidak ada tapi tidak tau, kan
kita tidak bisa memprediksi masa yang akan
datang. Kalo yang lalu ya tidak. Artinya kita masih
e biasa-biasa. Jadi untuk yang masa yang akan
datang karena apalagi kalo kita sudah pensiun, ya
itu kita tidak bisa prediksi itu.
Dalam menghadapi pesta
rambu solo’ selama ini
tidak ada beban yang lalu
tidak ada beban (113-
114)
Tidak bisa memprediksi
masa yang akan datang
(115-116)
Untuk masa yang akan
datang ketika sudah
pensiun, tidak bisa
diprediksi (117-119)
Bagi P3 selama ini
pesta rambu solo’
bukanlah beban
Untuk kedepannya
tidak dapat diprediksi.
P3 tidak dapat
memprediksi tentang
beban saat pensiun
nanti.
Rambu solo’ bukan
beban
Tidak dapat
diprediksi ke
depannya
Tidak dapat
diprediksi saat
pensiun nanti
120
121
Bagaimana perasaan om menghadapi masa
pensiun?
Masa pensiun itu biasa
saja (122)
P3 merasa biasa saja
untuk pensiun
Merasa biasa saja
untuk pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
122
123
124
125
126
Masa pensiun itu ya biasa saja. Kalo om ya biasa-
biasa saja karena itu memang dari awal itu kita
sudah tau bahwa ada saatnya kita masuk polisi,
ada saatnya kita keluar. Tentu kita kembali ke
masyarakat.
Dari awal sudah tahu ada
saatnya masuk polisi, ada
saatnya keluar, dan
kembali ke masyarakat
(123-126)
Dari awal tau akan
ada waktunya masuk
polisi dan kembali ke
masyarakat.
Masa akhir
pekerjaan
127
128
129
130
131
132
133
134
O iya om. Gimana tanggapan keluarga tentang
rambu solo yang sesuai dengan kemampuan?
Ya kalo mampu tidaknya itu kan kita
berkoordinasi dengan keluarga. Mampu tidaknya
kita melakukan pesta rambu solo kan kita
berkoordinasi dengan keluarga. Jadi dari awal itu
kita pikir matang-matang memang apa kita mampu
seperti itu atau tidak.
Mampu tidaknya
melakukan rambu solo’
dikoordinasikan dengan
keluarga (130-132)
Dari awal dipikirkan
matang-matang apa
mampu atau tidak (132-
134)
Mampu atau tidaknya
dalam melakukan
upacara rambu solo’
dikoordinasikan
dengan keluarga
jadi dari awal
dipikirkan secara
matang, mampu atau
tidak.
Dikoordinasikan
dengan keluarga
Mampu atau tidak
dipikirkan secara
matang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Kode Informan 3
Kode Sub kategori Kategori Tema
Memiliki 4 anak Jumlah anak Jumlah anak Latar belakang
partisipan Asal dari Lilikira, Sa’dan Balusu Asal partisipan Daerah asal
Anak yang sudah bekerja dan
yang lain menempuh pendidikan
Istri yang bekerja
Keluarga yang bekerja Pekerjaan
tanggungan keluarga 2 anak Tanggungan keluarga Tanggungan keluarga
termasuk kasta tana’ bulaan Kasta rambu solo’ Kasta pada masyarakat
Mendukung kegiatan rambu solo Dukungan pada rambu solo’ Mendukung kegiatan rambu
solo’
Strategi coping:
Menghadapi
Merasa biasa saja untuk pensiun
nanti
Merasa biasa saja untuk pensiun
Perasaan biasa dalam
menghadapi pensiun
Merasa biasa saja menghadapi
pensiun
Rencana kebumikan nenek Rencana memakamkan keluarga Rencana memakamkan keluarga
Usaha bertani dan berternak
Usaha dimulai sejak pindah ke
toraja
Ditekuni saat pensiun nanti
Belum memiliki usaha lain
Memiliki usaha sampingan Memiliki usaha sampingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Mampu atau tidak dipikirkan
secara matang
Pertimbangan tentang
kemampuan
Pertimbangan tentang
kemampuan yang dimiliki
Disesuaikan dengan kemampuan
Disesuaikan dengan kemampuan
Kalo mampu bisa potong
berapapun
Tidak mutlak karena sesuai
kemampuan
Disesuaikan dengan kemampuan Penyesuaian kemampuan
finansial
Strategi coping:
Menghindari
Pengadaan rambu solo’
tergantung keluarga
Dikoordinasikan dengan
keluarga
Koordinasi dengan keluarga Koordinasi dengan keluarga
Kesiapan untuk pensiun
Merasa siap saat pensiun
Kesiapan untuk pensiun
Kesiapan pensiun Gambaran tentang
pensiun
Masa akhir kerja Masa akhir jabatan Masa pensiun
Rambu solo’ dilalui orang toraja
Sering melakukan upacara
rambu solo’
Pelaksanaan rambu solo’ Pelaksanaan rambu solo’ Gambaran adat
rambu solo’
Pelaksanaan rambu solo’ semua
sama
Pelaksanaan rambu solo’
Rambu solo’ bukan beban Rambu solo’ bukan beban Pengaruh rambu solo’
Dasar 24 kerbau
Dasar 24 kerbau tidak harus
dilaksanakan
Jumlah kerbau yang dipotong
Pangkat dan jabatan tidak Pengaruh pangkat dan jabatan Kedudukan status sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
berpengaruh pada rambu solo’
Pangkat tinggi tidak mutlak
potong banyak kerbau
Tidak dapat diprediksi ke
depannya
Tidak dapat diprediksi saat
pensiun nanti
Masa depan yang tidak dapat
diprediksikan
Pandangan pada masa depan Gambaran masa
depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI