PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu...

23
EXECUTIVE SUMMARY PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI DESA ROMBIYA BARAT GANDING SUMENEP Oleh: A. Mufti Khazin, MHI NIP: 19730313 2009011 004 Berdasarkan SK. Rektor IAIN Sunan Ampel No. In.02/1/TL.00/Kontrak/ /P/2013 FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2013

Transcript of PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu...

Page 1: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

EXECUTIVE SUMMARY

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUANTAHLILAN DI DESA ROMBIYA BARAT GANDING

SUMENEP

Oleh:A. Mufti Khazin, MHI

NIP: 19730313 2009011 004

Berdasarkan SK. Rektor IAIN Sunan AmpelNo. In.02/1/TL.00/Kontrak/ /P/2013

FAKULTAS SYARIAHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA2013

Page 2: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

2

ABSTRAKSI

Fokus penelitian ini Persepsi Masyarakat tentang Jamuan Tahlilan di DesaRombiya Barat Ganding Sumenep Pemilihan tema ini didasarkan pada pertimbanganbanyaknya kesalahfahaman dalam memaknai arti tradisi yang berkembang dalammasyarakat.

Untuk mencapai hasil penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan analisis isi. Hasil penelitian akan disajikan di bawah ini:

Pertama, masyarakat menganggap bahwa jamuan yang disuguhkan kepada jamaahtahlilan dimaksdukan sebagai penghormatan atas kehadiran para jamaah yang telahmeluangkan waktu dan tenaganya untuk datang ke rumah duka. Disampaing itu, merekamenganggap bahwa kehadiran mereka adalah moment yang tepat untuk bersedekah atasnama almarhum dan jamuan yang disuguhkan dimaksudkan sebagai perbuatan baik ahliwaris yang pahala diberikan kepada almarhum. Disamping juga menjaga komentar orangapabila dimelakukan hal itu karena tradisi ini sudah mengakar. Bahkan mereka akanmengorbankan segala kekuatannya untuk melakukan jamuah.

Kedua, besarnya pengorbanan harta benda yang mereka dedikasi kepada almarhumdengan menberi jamuan pada jamaah yang hadir tidak dibarengi dengan kesadaranmengamalkan ajaran agama. Misalnya mereka rela menyembelih sapi untuk kendurian tapimereka tidak melakukan ibadah kurban sebagaimana disyariatkan dan sangat dianjurkandalam Islam. Ini artinya ada perhatian yang besar pada tradisi/hal-hal yang tidak menjadiajaran dan meninggalkan sesuatu yang disyariatkan. Mementingkan tradisi danmendahulukannya dan mengesamping ibadah yang jelas dalilnya.

Ketiga, ada bahkan sebagian yang hingga menggadaikan atau bahkan menjualtanahnya untuk membiaya acara kendurian yang inti ada sikap yang berlebih-lebihan atautakalluf.

Keempat, perlunya ada sosial engineering atau rekayasa sosial untuk melakukanperubahan dan tradition engineering untuk mempersiapkan masyarakat ke masa akandatang yang penuh tantangan,

Dari uraian-uraian di atas, penulis menyimpulkan:Pertama, telah terjadi persepsi yang keliru dalam masyarakat dalam melaksanakan

dan melestarikan tradisi sehingga terjadi pengabaian sesuatu yang utama danmengutamakan yang tidak penting sehingga kehilang kemampuan daya finansial untukhal-hal yang memiliki urgensitas dalam menghadapi tantangan \zaman.

Kedua, bagi kalangan pemerhati masalah pengembangan dan pemberdayaanmasyarakat, ulama, pemerintah dan LSM hendaknya merumuskan pengembanganmasyarakat dan melestarikan tradisi seraya menggunakan paradigma fikih prioritas agartidak kehilangan elan vitalnya dalam mengantarkan masyarakat transformatif, produktif,kreatif dan progresif.

Page 3: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

3

Kata Kunci: Jamuan, Tahlilan, Fikih Prioritas, dan Perbedayaan.

Persepsi Masyarakat tentang Jamuan Tahlilan di DesaRombiya Barat Ganding Sumenep

A. Latar Belakang

Setiap masyarakat, komunitas dan daerah memiliki cara pandang yang berbeda-

beda berkaitan tentang kematian, perlakuan terhadap yang mati dan kesediaan berkorban

untuknya. Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat

penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben di masyarakat Hindu Bali, Wara bagi

suku Dayak yang menganut Hindu Kaharingan di Kalimantan dan masih banyak lainnya.

Dalam masyarakat Islampun, terdapat tradisi berkaitan kematian yang berbeda-

beda antara di suatu tempat dan tempat yang lain. Secara umum semua bentuk tradisi itu

merupakan perwujudan akulturasi antara nilai keyakinan (agama) dan unsur lokal yang

telah melembaga sebelumnya. Adakalanya unsur-unsur lokal disublimasi sehingga nampak

warna dan muatan keyakinan dengan wajah dan bentuk tradisi lokal.

Adakalanya ada anjuran agama untuk amalan tertentu. Namun perwujudannya sarat

dengan warna tradisi lokal. Implimentasinya mengambil bentuk lokal. Sehingga bisa

berbeda dengan apa yang terjadi di tempat lain dan oleh masyarakat lain.

Dalam banyak kasus, semua varian dari berbagai bentuk tradisi berkaitan kematian

timbul dan berkembang dari nuasa ketakutan akan kehidupan alam fana.1 Hal itu

diekspresikan dengan berbagai cara sesuai persepsi. Ada pembacaan ayat dan surah yang

1 Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Mawdhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat (Yokyakarta: Mizan,2008), 69.

Page 4: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

4

diambil dari Alquran, serta dikir. Ada juga kenduri yakni perjamuan makan untuk

memperingati kematian. Semua hal itu dilakukan dengan keyakinan untuk mendapatkan

keselamatan dan terhindarkan kesengsaran dan huru-hara di alam baka.

Di Madura, manyoritas masyarakat muslim melakukan acara ritual kematian dalam

format yang telah dibaku sebagaimana yang telah maklum dilaksanakan oleh masyarakat

NU kultural. Di antara ritual itu, mereka menyebutnya tahlilan dengan kenduri yang

dilaksanakan sejak malam pertama kematian sampai malam ketujuh.

Pelaksanaan kenduri atau selamatan tahlilan sangat bervariasi. Setiap daerah

memiliki perbedaan intensitas dan ekstensitasnya. Di daerah tertentu, orang-orang yang

hadir di acara tahlilan itu merupakan undangan. Ini artinya, ahli waris yang berduka dapat

mengukur kemampuannya secara finansial untuk menentukan jumlah undangan yang

hadir.

Di daerah yang lain, selamatan tahlilan merupakan undangan umum. Jadi siapa saja

yang merasa mempunyai hubungan atau relasi dengan keluarga almarhum dan mempunyai

kesempatan dapat hadir. Akibatnya, ahli waris atau s}ah}ib al-mus}ibah harus

menyediakan jamuan dengan jumlah standar atau kurang lebih yang berlaku bagi

tetangganya yang juga pernah tertimpah musibah yang sama, tidak mengukur kemampuan

finansial ahli waris.

Ada kasus yang menarik di suatu daerah dimana masyarakatnya sangat kompak

dalam menjalankan salat berjamaah. Di daerah yang ini pelaksanaan tahlilan tidak

\dibarengi kendurian. Karena masyarakat yang datang tidak secara khusus untuk

mendatangi acara tahlilan. Akan tetapi mereka datang untuk salat berjamaah. Tahlilan

Page 5: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

5

dilakukan secara insidentil apabila ada anggota jamaah salat yang meninggal dunia, tanpa

jamuan sebagaimana lazimnya. Mereka seyokyanya datang berkumpul untuk salat jamaah.

Karena ada anggota jamaah yang wafat, maka dilaksanakan tahlilan. Jadi tahlilan diadakan

tidak secara khusus mengumpulkan orang. Sekalipun harus diakui bahwa jamaah salat

akan bertambah banyak manakala ada acara tahlilan.

Semua ini menunjukkan bahwa acara selamatan tahlilan berbeda antara suatu

daerah dengan daerah lain. Varian pelaksananya tergantung kesepakatan anggota

masyarakat, baik by design atau terformat dengan sendirinya yakni berdasarkan tradisi

yang sudah berjalan sebelumnya.

Namum pada umumnya, pelaksanaan acara tahlilan merupakan undangan umum.

Di sinilah letak permasalahannya. Banyak masyarakat yang seyogyanya membatasi

undangan karena keterbatasan kemampun finansialnya, terpaksa harus menanggung biaya

kendurian. Masalah turunannya kemudian adalah lemahnya daya survive masyarakat untuk

hidup secara layak, dan apalagi meningkatkan taraf hidupnya lebih baik. Mereka,

khususnya kelas ekonomi menengah ke bawah, sangat dibebani dengan kewajiban tradisi

ini.

Di sisi lain, tantangan umat Islam ke depan sangat komplek. Umat ketinggalan

dalam banyak hal; ilmu pengetahuan, tekhnologi, ekonomi, budaya dan sebagainya. Untuk

mengejar ketertinggalan itu perlu terobosan-terobosan yang berani. Keberanian diperlukan

karena setiap kepeloporan selalu ditentang, dicemooh, atau dituduh dengan berbagai

tuduhan negatif. Strategi pengembangan umat harus dilakukan by design dan futuristik

Page 6: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

6

dalam rangka mempercepat proses pencerdasan dan pemberdayaan2 menuju umat yang

produktif, yang bisa melahirkan prilaku yang efektif dan efesien untuk mencapai prestasi

khair al-ummah atau umat yang unggul.

Untuk tujuan itu, maka perlu memberi penilaian secara kritis terhadap berbagai

tradisi yang berlaku dalam masyarakat kita khususnya yang menghambat progresifitas

masyarakat. Salah satunya adalah jamuan makan dalam tahlilan yang jika diarahkan

penggunaan dana segar (fresh money) itu untuk pemberdayaan tentu akan lebih berdaya

guna dan produktif. Ini mestinya dijadikan agenda di antara berbagai aganda-aganda

keumatan lainnya.

Sekalipun bagi sebagian orang, memberi makan atau jamuan pada saat tahlilan hari

pertama hingga hari ketujuh bukan masalah. Namun persoalannya bukan hanya soal

mampu atau tidak mampu, tetapi juga soal tepat dan daya guna. Apalagi ternyata bagi

sebagian yang lain,3 masyarakat yang tingkat perekonomian di bawah rata-rata, jamuan

tahlilan memberatkan dan bahkan sangat memberatkan. Ada pameo yang menjadi

pengetahuan mereka secara turun temurun bahwa seseorang dianggap matang (eanggep

towah) apabila telah mengalami serangkaian tanggung jawab keluarga; mengadakan

resepsi pernikahan anak (aparloh) dan menanggung biaya kematian anggota keluarga

(kepatean).

2 Nanih Machendrawaty, dkk., Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi, Sampai Tradisi(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) v.3 Sebagian memang bukan manyoritas apalagi semuanya. Namun untuk memberdayakan sebuah masyarakatharus dimulai dari unsur terkecil, yaitu individu. Menurut M. Natsir, dalam Abdul Qadir Djaelani, individuadalah batu bata pertama dalam membentuk masyarakat. Jadi pembangunan masyarakat tidak bolehmenyepelehkan sebagian. Vide Abdul Qadir Djaelani, Mewujudkan Masyarakat Madani (Surabaya: BinaIlmu, 2007), 467.

Page 7: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

7

Yang disebut terakhir ini terasa berat bukan karena telah kehilangan orang tua (jika

yang mati orang tuanya) yang telah membesarkan selama ini dan ini berarti saatnya ia

harus mandiri melainkan keharusan menanggung biaya jamuan tahlilan bagi ahli waris

dari hari pertama hingga hari ketujuh. Ada juga ungkapan kepatean du kalih (ketiban

musibah kematian dua kali) yang maksudnya adalah kehilangan anggota keluarga dan

harta benda untuk biaya jamuan dimaksud.

Jamaknya saat pelaksanaan tahlilan selama tujuh hari itu pihak ahli waris

memaksakan diri (takalluf) untuk membuat jamuan untuk orang-orang yang hadir. Bagi

masyarakat buruh tani yang miskin, biaya jamuan didapat dengan berhutang kepada sanak

famili, kerabat, tetangga dan pedagang kenalannya di pasar untuk keperluan pengadaan

bahan jamuan seperti gula, kopi, beras, tepung, minyak goreng, daging sapi, ayam dan

lain-lain sebagai bahan dasar jamuan. Bahkan yang paling mengherankan mengapa

lauknya harus daging sapi? Seakan menjadi keharusan. Setelah acara tujuh harian selesai

ahli waris menghitung semua pengeluaran dan pemasukan. Dalam kenyataannya,

pemasukan yakni oleh-oleh para pentakziyah tidak memadai untuk membiayai

pengeluaran. Sehingga untuk membayar hutang-hutang itu ahli waris menggunakan

berbagai cara untuk melunasinya hingga harus mengeluarkan ”jurus terakhirnya” yaitu

misalnya mengadaikan aset kekayaannya seperti pohon kelapa atau menjualnya, bahkan

banyak yang mengadaikan sawah atau menjualnya.

Masalahnya jurus ini (takalluf) tidak mereka lakukan untuk kepentingan

menyekolahkan atau memondokkan anak. Belum pernah terjadi seorang wali memaksakan

diri menyekolahkan anak-anaknya dengan menjual sawah dan kekayaan lainnya. Jika tidak

Page 8: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

8

mampu, ia tidak memaksakan diri. Dibiarkan saja anaknya mendapat pendidikan seadanya.

Sehingga muncul pameo bahwa masyarakat tradisional semacam ini lebih mementingkan

orang yang mati ketimbang orang yang hidup. Berani berkorban untuk kepentingan

kematian tetapi tidak berani investasi untuk masa depan anak-anaknya. Penulis sendiri

pernah menangani kasus seperti ini. Suatu ketika seorang wali siswa meminta beasiswa

untuk menyekolahkan anaknya ke tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama karena tidak

memiliki kemampuan finansial. Sementara setelah beberapa bulan sesudahnya ia berani

berhutang untuk menanggung biaya jamuan tahlilan kematian anggota keluarganya.

Ini artinya bahwa tradisi menjamu dalam tahlilan itu bagi sebagian masyarakat

telah melemahkan kemampuan finansial dan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan

sumber daya umat disamping adanya penggunaan potensi fresh money yang tidak

produktif.

Berbicara soal tradisi berarti menyangkut soal kebiasaan yang menjadi dasar

hubungan antar warga masyarakat, sehingga ia menjadi kaidah yang mengatur laku

perbuatan mereka. Kebiasaan kemudian meningkat menjadi adat atau tradisi tanpa

penilaian dan kritik sebagai kaidah yang mengandung saksi,4 sehingga masyarakat sulit

menghindarnya dan tidak ada pilihan lain kecuali terbawa arus di dalamnya. Sekalipun

demikian, tradisi adalah sesuatu yang diadakan, bukan pengejewantahan dari suatu ajaran

atau doktrin tertentu. Jadi ada peluang bagaimana membuat tradisi baru kembali

(remaking) yang lebih baik sesuai dengan tantangan zaman karena perubahan zaman

menuntut penilaian kembali terhadap apa yang kita terima dari pendahulu kita.

4 Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), 36.

Page 9: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

9

Tradisi yang akan dibuat kembali ini harus dapat memberdayakan demi

mewujudkan masyarakat modern, yaitu masyarakat madani. Menurut Masykur Halim,

unsur masyarakat madani yang fungsional dan sistimatik ada lima; pendidikan, respon

politik, supremasi hukum, ekonomi yang kuat, dan media yang independen.5 Jadi

penyediaan SDM yang berkualitas dan produktif menjadi prioritas, karena menurut A.

Qodri Azizy, ini bentuk jihad kontemporer6. Oleh karena itu semestinya tradisi harus

rancang sedemikian rupa dan diarahkan untuk memperkuat unsur-unsur ini jangan malah

melemahkan.

Sikap kritis terhadap tradisi adalah sah sebagai dinamika sosial demi mewujudkan

masyarakat yang lebih memiliki kemampuan diri untuk meningkatkan kecanggihan

wawasan dan pandangan hidupnya. Sikap kritis tidak harus mengubah esensinya, dan

bukan dalan arti menggugat keberadaannya, tapi dalam arti mengubah metode, cara dan

”kulit luar” lainya yang sering lebih penting diperhatikan dari esensi.7

Sementara di sisi lain tradisi tahlilan semacam ini tidak ada dalam tradisi awal

Islam. Justru takziyah yang diperintahkan agama dimaksudkan memberi hiburan pada ahli

waris agar tidak larut dalam kesedihan dengan meringankan beban penderitaan hidupnya

yang salah satunya dengan membawa oleh-oleh takziyah bukan malah dengan memberi

beban penjamuan tahlilan.

Persoalan lain yang tak kalah pentingnya adalah bahwa biaya penjamuan diambil

harta warisan yang menjadi hak yatim yang mahjur al-sharruf. Padahal dalam ajaran fikih

5 Masykur Halim, dkk., Model Masyarakat Madani (Jakarta: Inti Media, 2003), 66.6 A. Qodri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat Meneropong Prospek Berkembangnya EkonomiIslam (Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 54.7 Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1997), 77.

Page 10: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

10

Islam, hanya hutang dan biaya penguburan saja yang boleh diambil dari tirkah sebelum

dibagikan kepada para ahli waris.

Sebenarnya tradisi masyarakat Madura umumnya dan Rombiya Barat khususnya

telah banyak berubah. Di antaranya kini banyak yang telah dan hampir ditinggalkan

seperti carok, membawa celurit, mamacan, ludrukan dan tradisi lainnya. Tetapi mengapa

tradisi memaksa diri (takalluf) menjamu yang konsumtif ini justru tetap eksis di tengah-

tengah masyarakat sekalipun memberatkan? Fenomena ini seakan menunjukkan bahwa ada

legitimasi sosial yang menginginkan agar tradisi ini tidak hilang. Penelitian ini akan

mencoba mengeksplorasi dan mengkaji bagaimana masyarakat Rombiya Barat memaknai

fenomena jamuan tahlilan dan menemukan jalan keluar bagi permasalahan inefesien dana

umat semacam ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas terlihat jelas bahwa tradisi

manjamu dalam tahlilan menyisakan beberapa permasalahan terkait isu produkfitas dana

umat untuk peningkatan sumber daya umat, maka masalah yang ditelaah dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1. Bagaimana masyarakat Rombiya Barat memaknai tradisi manjamu dalam tahlilan?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kebertahanan tradisi menjamu dalam tahlilan?

3. Bagaimana perspektif fikih prioritas tentang jamuan tahlilan?

4. Bagaimana seharusnya jamuan dalam tahlilan dilaksanakan?

Page 11: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

11

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami: 1) faktor-faktor yang mempengaruhi

kebertahanan tradisi manjamu dalam tahlilan, 2) persepsi masyarakat Rombiya Barat

dalam memaknai tradisi manjamu dalam tahlilan, 3) perspektif fikih prioritas tentang

jamuan tahlilan, 4) format pelaksaan tahlilan yang baik berkaitan dengan jamuan sesuai

dengan kondisi dan tantangan zaman.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

penelitian dengan menggunakan instrumen dan langkah-langkah yang sistematis.

Penggunaan instrumen dan langkah-langkah penelitian harus tepat dan terukur untuk

menghasilkan kesimpulan penelitian yang tepat dan benar. Sedangkan penelitian itu sendiri

mempunyai konotasi makna suatu upaya untuk menemukan, mengembangkan, dan

menguji sebuah teori atau pengetahuan. Dari sini jelas bahwa metode penelitian sangat

penting untuk mengarahkan langkah-langkah upaya ini.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Rombiya Barat Kecamatan Ganding

Kabupaten Sumenep. Lokasi ini dipilih karena dua alasan. Pertama alasan subyektif

yaitu karena lokasi ini dapat dijangkau oleh penulis. Kedua alasan obyektif yakni

alasan logis yang mendasari penetapan lokasi yaitu karena di Desa Rombiya Barat

Page 12: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

12

ini sangat banyak acara dan kegiatan yang bersifat tradisi8 yang sangat menguras

kemampuan finansial penduduknya. Masyarakat seakan-akan terjerat oleh tradisi

yang melumpuhkan daya survive-nya untuk meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan

waktu penelitian dilakukan sepanjang paruh kedua tahun 2013 M.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif

yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Dalam penelitian

deskriptif, dititikberatkan pada observasi dan setting alamiah. Peneliti bertindak

sebagai pengamat yang hanya membuat kategori prilaku, mengamati gejala dan

mencatatnya dengan tidak memanipulasi variabel. Berbeda dengan penelitian

kuantitatif yang lebih menekankan hasil, penelitian kualitatif tidak selalu mencari

akibat sesuatu, tetapi lebih berupaya memahami situasi tertentu, kemudian mencoba

mendalami dan menerobos gejala sampai pada kesimpulan. Artinya, dalam penelitian

kualitatif lebih diartikan proses yang diamati seperti prilaku atau sikap. Sehingga

dalam penyajian datanya berupa data deskriptif.

3. Data Yang Dihimpun

Data yang akan dihimpun dalam penelitian adalah :

8 Tradisi di Desa Rombiya Barat antara lain; selamatan khatm al-Qur’an, selamatan peringkat tiga besar dikelas, selamatan kematian hari kesatu hingga ketujuh, empat puluh hari, seratus hari, dan seribu hari, danlain-lain yang dilakukan dengan keterpa

Page 13: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

13

a. Gambaran umum lokasi Desa Rombiya Barat, Kecamatan Ganding, Sumenep,

yang meliputi keadaan geografis, keadaan penduduk, keadaan sosial pendidikan

dan keadaan sosial budaya keagamaan.

b. Gambaran tentang pelaksanaan ritual tahlilan dan penjamuan oleh masyarakat

kepada jamaah tahlilan.

c. Persepsi masyarakat tentang penjamuan tahlilan.

4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini dibedakan menjadi dua :

a. Sumber data primer, yaitu data-data yang diperoleh dari sumber-sumber asli

yang memberi informasi langsung dalam penelitian dan data tersebut dianta-

ranya:

1). Respoden: Yaitu orang-orang yang memberikan pernyataan tentang suatu yang

berkenaan dengan dirinya sendiri. Dalam hal ini respondennya adalah masyarakat

Desa Rombiya Barat, Kecamatan Ganding , Sumenep yang ditimpa musibah

kematian salah satu anggota kerabatnya dari keluarga RTSM (rumah tangga

sangat miskin) berdasarkan kualifikasi depertemen sosial.

2). Informan: yaitu orang-orang yang memberikan keterangan atau pernyataan

ataupun informasi tentang sesuatu yang berkenaan dengn pihak lain. Dalam hal

ini sebagai informan adalah masyarakat Desa Rombiya Barat, Kecamatan

Ganding , Sumenep yang tidak termasuk masyarakat miskin.

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang tidak

Page 14: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

14

langsung memberi informasi atau data tersebut. Dalam kaitan ini sumber data

sekunder penelitian lapangan ini diantaranya:

1). Al-S{adaqah wa al-Tahli>l, oleh Syekh Muhammad Ali Bin Husain

2). Tradisi Orang-orang NU, oleh Munawir Abdul Fatah

3). Nuasa Fiqh Sosial, oleh MA. Sahal Mahfudh

4). Dan sebagainya.

5. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah masyarakat Desa

Rombiya Barat, Kecamatan Ganding , Sumenep yang ditimpa musibah kematian

salah satu anggota kerabatnya dari keluarga RTSM (rumah tangga sangat miskin)

berdasarkan kualifikasi depertemen sosial.

6. Metode Penggalian Data

Metode penggalian data yang penulis pakai adalah :

a. Pengamatan (observasi)

Yaitu penulis dalam rangka memperoleh data dengan melihat dan mengamati

secara langsung kegiatan pelaksanaan tradisi tahlilan guna memperoleh data yang

meyakinkan dalam proses tersebut.

b. Wawancara (interview)

Dalam mencari data, selain penulis menggunakan metode pengamatan,

penulis juga menggunakan wawancara langsung dengan pihak yang terkait, yaitu

para masyarakat, takmir, ketua RT dan tokoh masyarakat.

Page 15: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

15

7. Teknik Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data yang diperoleh secara kualitatif, maka tahap

berikutnya adalah teknik pengumpulan data dengan tahap sebagai berikut:

a. Pengolahan data secara editing, yaitu memeriksa kembali data yang

diperoleh dari proses ritual keagamaan (tahlilan).

b. Pengolahan data secara organizing, menganalisa hasil kumpulan data guna

memperoleh gambaran tentang tradisi tahlilan.

8. Metode Analisis Data

Untuk dapat menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini dilakukan

tahapan analisis data. Data dianalisis agar dapat memperoleh kebenaran yang

dijadikan jawaban terhadap persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, ada dua metode analisis data yang digunakan:

a. Metode induktif, metode ini dipakai untuk menganalisis data yang dinyata

kan oleh responden baik secara tertulis atau lisan, dan juga prilaku nyata

berdasarkan kenyataan-kenyataan dari hasil riset, kemudian diambil kesimpulan

yang bersifat umum.

b. Metode deduktif, metode ini dipakai untuk mencari dasar-dasar ketentuan

teks keagamaan dari hasil ijtihad ulama sebelumnya untuk diterapkan pada

kasus.

Page 16: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

16

E. Hasil Penelitian

Dari data dihimpun oleh peneliti, peneliti menemukan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, masyarakat menganggap bahwa jamuan yang disuguhkan kepada jamaah

tahlilan dimaksdukan sebagai penghormatan atas kehadiran para jamaah yang telah

meluangkan waktu dan tenaganya untuk datang ke rumah duka. Disampaing itu, mereka

menganggap bahwa kehadiran mereka adalah moment yang tepat untuk bersedekah atas

nama almarhum dan jamuan yang disuguhkan dimaksudkan sebagai perbuatan baik ahli

waris yang pahala diberikan kepada almarhum. Disamping juga menjaga komentar orang

apabila dimelakukan hal itu karena tradisi ini sudah mengakar. Bahkan mereka akan

mengorbankan segala kekuatannya untuk melakukan jamuah.

Kedua, besarnya pengorbanan harta benda yang mereka dedikasi kepada almarhum

dengan menberi jamuan pada jamaah yang hadir tidak dibarengi dengan kesadaran

mengamalkan ajaran agama. Misalnya mereka rela menyembelih sapi untuk kendurian tapi

mereka tidak melakukan ibadah kurban sebagaimana disyariatkan dan sangat dianjurkan

dalam Islam. Ini artinya ada perhatian yang besar pada tradisi/hal-hal yang tidak menjadi

ajaran dan meninggalkan sesuatu yang disyariatkan. Mementingkan tradisi dan

mendahulukannya dan mengesamping ibadah yang jelas dalilnya.

Ketiga, ada bahkan sebagian yang hingga menggadaikan atau bahkan menjual

tanahnya untuk membiaya acara kendurian yang inti ada sikap yang berlebih-lebihan atau

takalluf.

Page 17: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

17

Keempat, perlunya ada sosial engineering atau rekayasa sosial untuk melakukan

perubahan dan tradition engineering untuk mempersiapkan masyarakat ke masa akan

datang yang penuh tantangan,

F. Kesimpulan

Tradisi jamuan tahlilan khususnya yang dilakukan masyarakat Rombiya Barat

dipertahan oleh masyarakat setempat dan dipersepsikan sebagai wujud bakti kepada

almarhum. Ada beban pengadaan acara kendurian tidak membuat mereka berpikir ulang

dan bersikap kritis. Ini dikarenakan mereka adalah masyarakat yang tidak berdaya dan

cenderung menerima sebagai suatu kewajiban tradisi.

Tidak adanya tokoh yang berempati pada kondisi mereka juga memberi kontribusi

kebertahanan tradisi ini. Organisasi seperti NU tidak mampu melihat celah adanya

pemborosan dan keterpaksaan yang menambah keterpurukan masyarakat grassroot.

Terbukti tidak ada upaya-upaya serius dan sistimatis untuk melakukan pembedayaan dan

rekayasa sosial dengan mewujudkan masyarakat yang maju, berbudaya, berperadaban

tinggi, produktif, dan efesien.

Oleh karena itu merumuskan hukum Islam dalam kasus ini tidak cukup berhenti

pada soal haram halak, tapi juga ditinjau dari kaca mata kaidah produkfitas dan efesiensi

dengan menggunakan kacamata dan paradigma fikih prioritas. Karena dilhat dari

paradigma ini, pelaksanaan jamuan sangat tidak sesuai dengan produktifitas masyarakat

agar mencapai kesejahteraan, maju, dan mandiri.

Page 18: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

18

Sebagai tradisi buatan manusia sebenarnya bisa dilakukan perubahan dengan

melakukan social engineering dengan mengevaluasi sisi-sisi yang tidak efesien dan

mempertahankan nilai positif. Misalkan membudayakan sedekah jariyah ketimbang

sedekah yang bersifat konsumtif. Karena tradisi jamuan yang dilakukan masyarakat jelas

menbebani kemampuan finansial mereka, padahal masih banyak ajaran sunnah yang tidak

dilakukan, seperti menyembelih sapi saat kendurian kematian tapi tidak pernah berkurban..

Oleh karena itu merumuskan hukum Islam dalam kasus ini tidak cukup berhenti

pada soal haram halak, tapi juga ditinjau dari kaca mata kaidah produkfitas dan efesiensi

DAFTAR PUSTAKA

A. Mufti Khazin, Konsep Jihad dan Aplikasinya, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,2012.

A. Mufti Khazin, Sunnah menurut Pandangan Yusuf al-Qard}awi Studi Analisis KitabKayfa Nata’amal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyah. Surabaya: Tesis IAIN SunanAmpel, 2006.

A. Latief Wiyata, Madura Yang Patuh?: Kajian Antropologis Mengenai BuadayaMadura, Jakarta: Ceric-FISIP UI, 2003.

A. Qodri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat Meneropong ProspekBerkembangnya Ekonomi Islam, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Page 19: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

19

A. N. Nuril Huda, Ahlussunnah Wal Jama’ah Menjawab Persoalan Tradisi dan Kekinian,Jakarta: PP. LDNU, 2007.

Abd Allah al-Jurdani>, Fath al-‘Alam Sharh Murshid al-Ana>m, Juz 3, Beirut: Da>r al-‘Ulu>m al-‘Ilmiyah, 1990.

Abd al-Karim Bayyarah al-Baghdadi>, Jawa>hir al-Fatawa>, Juz 1, Beirut: Da>r al-‘Ulu>m al-‘Ilmiyah, 1990.

Abdul Muchith Muzadi, Mengenal Nahdlatul Ulama, Surabaya: Khalista, 2006.

Abdul Ghofir Muhaimin, Islam dalam Bingkai Budaya Lokal; Potret dari Cirebon, terj. A.Suganda. Banten: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001.

Abdul Qadir Djaelani, Mewujudkan Masyarakat Madani, Surabaya: Bina Ilmu, 2007.

Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama, Bandung: Alfabeta, 2011.

Bambang Pranowo, Islam Faktual; Antara Tradisi dan Relasi Kuasa, Yokyakarta: AdicitaKarya Nusa, 1998.

Bryn S. Turner, Sebuah Kritik tentang Weber dan Islam, terj. Zakiyah Darajat, Jakarta:DITBINPERTA, 1982.

Clifford Geertz, Abangan, Santri, dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa, terj. AswabMahasin, Jakarta: Pustaka Jawa, 1983.

Edi Suharto, Membangun masyarakat dan memberdayakan rakyat, Bandung: PT. RevikaAditama, 2005.

Erni Budiwati, Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu Lima, Yokyakarta: LKis, 2000.

Ibnu Hajar al-‘Asqala>ni> , al-Muthalib al-‘A<liyah, Juz 5, Beirut: Da>r Ihya’ al-Tura>ts,1995.

Indra Purwanti, Agama dan Budaya Jawa Studi Tahlilan sebagai Bentuk UpacaraKeagamaan dalam Tradisi selamatan kematian di Buntaran Tandes Surabaya,Surabaya: Skripsi, 2005.

John Obert, Islam: Continuity and Change in the modern World, Wistview World, 1982.Koentjaraningrat, Ritus Peralihan di Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985.

Page 20: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

20

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran Fungsi dan Peran Wahyu Dalam KehidupanMasyarakat, Bandung: Mizan, 1994.

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Mawdhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat,Yokyakarta: Mizan, 2008.

Martin Van Bruinessen, NU Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru,Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.

Masdar Farid Mas’udi untuk buku Munawir Abdul Fatah, Tradisi Orang-orang NU,Yokyakarta: Pustaka Pesantren, 2012i.

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian Tentang Unsur dan NilaiSistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994.

Masykur Halim, dkk., Model Masyarakat Madani, Jakarta: Inti Media, 2003.

Moh. Fatir, Tradisi selamatan kematian di desa Karduluk Pragaan Sumenep dalamTinjauab Filsafat Sosial, Surabaya: Skripsi, 2012.

Muh}ammad al-Dimya>t}i>, I‘a>nat al-T{<a>libi>{{{{n, Juz 2, Surabaya: Da>r Ihya’al-Kutub al-‘Arabiyah, tt.

Munir Baalbaki, dkk., Al-Mawrid Muzdawij. Beirut: Da>r Ilm li al-Mala>yi>n, 2012.

Nanih Machendrawaty, dkk., Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi,Sampai Tradisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

Nurcholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1997.

Piotr Sztompka, Sosilogi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, 2004.

Selo Sumarjan, Perubahan Sosial di Yokyakarta, Yokyakarta: Gadjah Mada UniversityPress, 1986.

Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta: BulanBintang, 1976.

Simuh, Sufisme Jawa Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa, Yokyakarta: BentangBudaya, 1989.

Yusu>f al-Qard}awi>, Fikih Prioritas Urutan Amal Yang Terpenting dari Yang Penting,Jakarta: Gema Insani Press, 1996

Page 21: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

21

----------------------, Maqa>s}id al-Shari>‘ah al-Muta‘alliq bi al-Ma>l, (Kairo: Da>r al-Shuru>q: 2012), 63.

Wahyana Giri, Sajen dan Ritual Orang Tua, Yogyakarta: Narasi, 2009.

WJS. Poerwoadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya

www.akhirzaman.info/menukonspirasi/konspirasi-islam/1990-sejarah-lahirnya-tahlilan-dalam-upacara-kematian.html (28 September 2013).

http://zheeable.blogspot.com/2013/04/klasifikasi-tindakkan-sosial-menurut.html(20/10/2013)

http:/www.fisip.ui.ed/ceric.(20/10/2013)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUANTAHLILAN DI DESA ROMBIYA BARAT GANDING

SUMENEP

Page 22: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

22

Oleh:A.Mufti Khazin, MHI

NIP: 19730313 2009011 004

Berdasarkan SK. Rektor IAIN Sunan AmpelNo. In.02/1/TL.00/Kontrak/ /P/2013

FAKULTAS SYARIAHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA2013

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUANTAHLILAN DI DESA ROMBIYA BARAT GANDING

SUMENEP

Page 23: PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JAMUAN TAHLILAN DI … · 2016-05-17 · Seperti upacara kematian Rambu Solo’ menurut kepercayaan masyarakat penganut Aluk To Dolo di Tanah Toraja, Ngaben

23

Oleh:A.Mufti Khazin, MHI

NIP: 19730313 2009011 004

Berdasarkan SK. Rektor IAIN Sunan AmpelNo. In.02/1/TL.00/Kontrak/ /P/2013

FAKULTAS SYARIAHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA2013