PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

71
LAPORAN PKP PGSD PENGGUNAAN TEKNIK PROBING DALAM KELOMPOK KECIL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA KELAS VI B SD NEGERI PALINGGIHAN PURWAKARTA DAN PENGGUNAAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MEMBACA SISWA KELAS VI SD NEGERI PALINGGIHAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) Disusun Oleh: Nama : N U R Y A T I NIM : 817280483 Program Studi : 089/PGSD-S1 Pokjar : Purwakarta Masa Registrasi : 2010.1 UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG TAHUN 2010 MATEMATIKA BAHASA INDONESIA

description

Read online only.Lebih lanjut langsung saja ke: [email protected]

Transcript of PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

Page 1: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

LAPORAN PKP – PGSD

PENGGUNAAN TEKNIK PROBING DALAM KELOMPOK KECIL

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA

KELAS VI B SD NEGERI PALINGGIHAN PURWAKARTA

DAN

PENGGUNAAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MEMBACA SISWA KELAS VI SD NEGERI

PALINGGIHAN PADA PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah

Pemantapan Kemampuan Profesional

(PDGK 4501)

Disusun Oleh:

Nama : N U R Y A T I

NIM : 817280483

Program Studi : 089/PGSD-S1

Pokjar : Purwakarta

Masa Registrasi : 2010.1

UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ BANDUNG

TAHUN 2010

MATEMATIKA – BAHASA INDONESIA

Page 2: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

i

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : PENGGUNAAN TEKNIK PROBING DALAM

KELOMPOK KECIL UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA KELAS VI B

SD NEGERI PALINGGIHAN PURWAKARTA

DAN

PENGGUNAAN METODE DISKUSI UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MEMBACA SISWA

KELAS VI B SD NEGERI PALINGGIHAN PADA

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Nama Mahaiswa : NURYATI

NIM : 817280483

Program Studi : PGSD-S1

Pokjar : PURWAKARTA

Masa Registrasi : 2010.1

Tempat Penelitian : SD NEGERI PALINGGIHAN PURWAKARTA

Menyetujui,

Supervisor

Dra. Puji Rahayu, M.Pd.

NIP. 196006011986112001

Purwakarta, 28 Maret 2010

Peneliti

Nuryati

NIM. 817280483

Page 3: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

ii

BIODATA MAHASISWA

UPBJJ : Bandung

Masa Registrasi : 2010.1

Pokjar : Purwakarta

Nama Mahasiswa : Nuryati

NIM : 817280483

Program Studi : PGSD-S1

Tempat Mengajar : SD Negeri Palinggihan

Teman Sejawat : Ida Nurjanah

Supervisor/Pembimbing : Dra. Puji Rahayu, M.Pd.

Jadwal Bimbingan/Tutorial : 1. Sabtu/Minggu, 21 – 02 – 2010

2. Sabtu/Minggu, 28 – 02 – 2010

3. Sabtu/Minggu, 07 – 03 – 2010

4. Sabtu/Minggu, 14 – 03 – 2010

5. Sabtu/Minggu, 21 – 03 – 2010

6. Sabtu/Minggu, 28 – 03 – 2010

Page 4: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas kudrot

dan irodatNya penulis dapat menyelesaikan laporan perbaikan pembelajaran ini

untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)

dengan judul “Penggunaan Teknik Probing dalam Kelompok Kecil untuk

Meningkatkan Pemahaman Matematika Siswa Kelas VI B SD Negeri Palinggihan

Purwakarta dan Penggunaan Metode Diskusi untuk Meningkatkan Pemahaman

Membaca Siswa Kelas VI B Negeri Palinggihan pada Pembelajaran Bahasa

Indonesia” yang merupakan salah satu syarat dalam mata kuliah Pemantapan

Kemampuan Profesional (PDGK 4501) pada Universitas Terbuka UPBJJ

Bandung. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahlimpahkan kepada

baginda yang agung Rasulullah SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan

kepada seluruh umatnya sampai akhir zaman.

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Palinggihan Plered

Purwakarta. Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini telah

diupayakan disusun dengan seoptimal mungkin, meskipun tidak menutup

kemungkinan terdapat kekurangan di dalamnya.

Laporan ini dapat disusun berkat kerjasama semua pihak, maka dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Ibu Dra. Puji Rahayu, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing.

2. Bapak Kosih Rohmansyah, S.Pd. sebagai Kepala Sekolah SD Negeri

Palinggihan.

3. Ibu Ida Nurjanah sebagai teman sejawat.

4. Bapak Drs. Adrian Lamato, suami tercinta yang telah memberikan

dorongan, serta memberikan semangat yang tulus selama penyusunan

laporan ini.

5. Aditya, Tyan, Nisrina, anak-anakku yang kurang mendapat perhatian dan

kasih sayang selama penyusunan laporan ini.

Page 5: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

iv

6. Guru-guru dan murid Kelas VI B SD Negeri Palinggihan yang membantu

dalam pembuatan laporan ini.

Semoga Laporan PKP ini dapat memberikan manfaat yang berharga bagi

pengembangan ilmu pendidikan, khususnya di lingkungan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar (PGSD). Hanya kepada Allah SWT jualah kita semua berpasrah

diri, semoga langkah kita senantiasa dalam bimbingan dan mendapat ridho

dariNya.

Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk

perbaikan laporan ini.

Purwakarta, 28 Maret 2010

Penulis

Page 6: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i

BIODATA MAHASISWA .............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran .......................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 7

A. Pembelajaran Matematika di SD .......................................................... 7

1. Belajar Matematika dan Tujuan Pembelajaran .............................. 7

2. Metode Mengajar Matematika di SD ............................................. 8

3. Teknik Probing .............................................................................. 9

4. Pembelajaran dengan Teknik Probing ........................................... 10

5. Kelompok Kecil ............................................................................. 12

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ................................................. 13

1. Pengertian dan Tujuan Membaca ................................................... 13

2. Metode Mengajar Bahasa Indonesia .............................................. 14

3. Metode Diskusi .............................................................................. 14

4. Keunggulan dan Kelemahan Metode Diskusi ................................ 15

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN ..................... 17

A. Subjek Penelitian .................................................................................. 17

B. Deskripsi Per-Siklus ............................................................................. 18

1. Mata Pelajaran Matematika............................................................ 18

2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia................................................... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 22

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 22

1. Mata Pelajaran Matematika............................................................ 22

2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia................................................... 32

B. Pembahasan .......................................................................................... 42

1. Pembahasan Hasil Pembelajaran Matematika ............................... 42

2. Pembahasan Hasil Pembelajaran Bahasa Indonesia ...................... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 45

A. Kesimpulan .......................................................................................... 45

B. Saran ..................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47

LAMPIRAN

Page 7: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui pola pikir yang digunakan

sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Pada umumnya proses belajar mengajar

berfokus pada guru dan bukan pada siswa akibatnya kegiatan belajar mengajar

lebih ditekankan pada pengajaran daripada pembelajaran.

Kata pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan

sikap atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari perjalanan

atau pelatihan.

Tugas seorang guru di antaranya membuat agar proses pembelajaran pada

siswa berlangsung secara efektif juga berkaitan erat dengan proses inovasi

pembelajaran yaitu kemampuan guru melakukan penelitian sederhana. Salah satu

penelitian sederhana yang dapat dilakukan guru sambil melaksanakan tugasnya di

kelas adalah “Penelitian Tindakan Kelas” yang bertujuan untuk memperbaiki

kualitas pembelajaran sekaligus memberikan kontribusi meyakinkan bagi upaya

memecahkan masalah-masalah pendidikan pada tataran praktis yaitu proses

pembelajaran di kelas.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan penyelidikan secara sistematis

dengan tujuan menginformasikan praktek pembelajaran dalam situasi tertentu.

PTK juga merupakan suatu cara bagi guru untuk menemukan apa yang terbaik di

dalam situasi kelas mereka itu sendiri, sehingga proses pembelajaran dapat

diambil dengan sebaik-baiknya.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang

dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dimanfaatkan sebagai alat untuk

mengembangkan dan perbaikan pembelajaran, Mc. Niff (1992:2).

Seiring dengan berkembangnya strategi pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik (student centred) yakni bagaimana peserta didik belajar dan

memperoleh pengetahuan mereka secara individual atau kelompok dapat

membangun sendiri pengetahuannya dari berbagai sumber belajar di sekitar kita.

Page 8: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

2

1. Mata Pelajaran Matematika

Aliran “konstruktidristik” menyatakan kekuatan matematika antara lain

terdiri dari kemampuan untuk: 1. mengkaji, menduga dan memberi alasan secara

logis, 2. menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, 3. mengkomunikasikan tentang

dan melalui matematika, 4. mengaitkan ide-ide dalam matematika dan ide-ide

antara matematika dan kegiatan intelektual lain, 5. mengembangkan percaya diri,

watak dan karakter untuk mencari, mengevaluasi dan mengembangkan informasi

kuantitatif dan spesial dalam menyelesaikan masalah dalam membuat keputusan.

Hal-hal yang dapat menumbuhkan kesadaran tentang kekuatan matematika adalah

ketekunan, keuletan, kekerasan hati, minat (interest), keingintahuan (eoriosity),

dan daya temu atau daya cipta (inventiress).

Mengingat pentingnya matematika bagi pengetahuan dan teknologi maka

matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh para siswa, hal ini dapat diwujudkan

manakala peletakan landasan dasar (Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar)

berdasarkan pada metode dan cara pendekatan yang dilakukan sehingga sasaran

yang diharapkan dapat tercapai.

Pada kenyataannya meskipun guru dengan segenap kemampuan, dengan

menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang dilakukan akan tetapi

kenyataanya hasil akhir dari pembelajaran kurang memuaskan.

Salah satu pembelajaran yang menjadi kendala di kelas VI B SD Negeri

Palinggihan adalah pada mata pelajaran matematika “kompetensi dasar

memecahkan masalah perbandingan dan skala.”

Pembelajaran ini dilaksanakan semester kedua tahun ajaran 2009/2010

pada tanggal 23 Februari 2010. Hasil ulangan dari kompetensi tersebut kurang

memuaska. Dari 33 siswa hanya 17 orang yang memenuhi standar kelulusan atau

51,51%. Kriteria ketuntasan klasikal ditetapkan 75% dari seluruh siswa,

permasalahan lainnya adalah dari proses pembelajaran itu sendiri yang belum

maksimal, guru kurang memberikan motivasi dan arahan, sehingga siswa tidak

ada keberanian untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru, hanya sebagian

siswa yang berani mengembangkan pendapatnya. Untuk mengatasi kesulitan-

Page 9: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

3

kesulitan tersebut penulis mengambil alternatif berupa pengajaran dengan teknik

probing dalam kelompok kecil.

Atas dasar uraian yang sudah dikemukakan sebelumnya, maka

pembelajaran dalam teknik probing dalam kelompok hasil kecil, dapat dijadikan

salah satu alternatif model pembelajaran matematika di kelas VI SD Negeri

Palinggihan Purwakarta. Sebagai usaha untuk meningkatkan permasalahan siswa

tentang memecahkan masalah perbandingan dan skala.

Pembelajaran dengan teknik probing yakni suatu teknik pembelajaran

dengan membimbing siswa agar mampu membangun pengetahuannya sendiri.

Pembelajaran berbasis masalah menuntut aktivitas mental siswa dalam memahami

suatu konsep, melatih siswa untuk refleksikan persepsinya, argumen dan

komunikasi ke pihak lain, sehingga guru dapat memahami sekaligus

membimbing, mengintervensi, ide baru berupa konsep atau prinsip.

Lebih lanjut penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas

dengan judul “Penggunaan Teknik Probing dalam Kelompok Kecil untuk

Meningkatkan Pemahaman Matematik Siswa Kelas VI B SD Negeri Palinggihan

Purwakarta”.

2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa menunjukkan bangsa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang

mengandung beberapa sifat sistematika, mana suka, ujar manusia, dan

komunikatif. Setiap bahasa mengandung dua sistem yakni sistem bunyi dan

sistem makna. Pembelajaran akan berlangsung efektif dan efisien apabila

didukung dengan kemahiran guru mengatur strategi pembelajaran.

Membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis, proses membaca

sangat rumit dan kompleks karena melibatkan beberapa aktivitas fisik dan mental.

Proses membaca terdiri dari beberapa aspek: a. aspek sensori yaitu kemampuan

untuk memahami simbol tertulis, b. aspek perseptual yaitu kemampuan untuk

menginterpretasi apa yang dilihat sebagai simbol, c. aspek skemata yaitu

kemampuan untuk menghubungkan informasi tertulis dengan struktur

pengetahuan yang telah ada, d. aspek berpikir yaitu kemampuan membuat

Page 10: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

4

inferensi, evaluasi, dan materi yang dipelajari, e. aspek afektif yaitu yang

berkenaan dengan minat pembaca yang terpengaruh terhadap kegiatan membaca.

Interaksi antara kelima aspek tersebut secara harmonis akan menghasilkan

pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya komunikasi yang baik antara

penulis dan pembaca. Membaca mempunyai peran yang sangat penting untuk

menambah pengetahuan seseorang. Oleh sebab itu, agar peningkatan pemahaman

dalam diri siswa itu terjadi, guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan

interaksi beberapa pihak dapat terjadi, guru harus membuat perencanaan

pembelajaran yang matang.

Pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya standar kompetensi

memahami teks dengan membaca intensif dan membaca teks drama dengan

kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, jalan

cerita, dan amat) pada teks drama anak mengalami kendala. Masalah yang

dihadapi melihat dari hasil ulangan yang dilaksanakan pada semester kedua tahun

2009/2010 pada tanggal 9 Maret 2010. Hasil ulangan kompetensi dasar tersebut

masih belum memuaskan, dari 33 siswa hanya 17 orang yang memenuhi standar

kelulusan klasikal atau 51,51%. Faktor lain karena pelatihan siswa masih belum

terpusat pada pembelajaran, guru kurang memberikan motivasi yang

menyebabkan siswa tidak ada minat untuk belajar Bahasa Indonesia.

Berdasarkan pada permasalahan di atas tentu harus ada upaya agar

pencapaian hasil belajar dapat meningkat, salah satu upaya yang dilakukan penulis

untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan menggunakan metode diskusi dalam

pembelajaran. Sebab metode ini dapat melibatkan seluruh siswa, siswa dapat

berbagi pengetahuan, pandangan, dan keterampilan, kegiatan siswa lebih aktif

terutama dalam bentuk melalui komunikasi verbal.

Untuk itu penulis mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan

Pemahaman Membaca Siswa Kelas VI B SD Negeri Palinggihan pada

Pembelajaran Bahasa Indonesia”.

Page 11: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

5

B. Rumusan Masalah

1. Mata Pelajaran Matematika

Berdasarkan latar belakang masalah maka indetifikasi masalah yang telah

diuraikan sebelumnya dan dari hasil analisis masalah maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: apakah pembelajaran matematika dengan

menggunakan teknik probing dalam kelompok kecil dapat meningkatkan nilai

matematika siswa?

Untuk lebih terfokusnya penelitian ini maka batasan penelitiannya adalah

sebagai berikut:

a. Apakah dengan menggunakan teknik probing dalam kelompok kecil pada

pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman matematika

siswa?

b. Apakah ada kendala penerapan teknik probing dalam kelompok kecil pada

pembelajaran matematika?

2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Hasil penelitian Bahasa Indonesia berdasarkan latar belakang masalah

yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:

apakah dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia dapat meningkatkan nilai siswa?

Untuk lebih terarahnya penelitian ini batasannya adalah sebagai berikut:

a. Apakah dengan metode diskusi pemahaman membaca siswa akan

meningkat?

b. Apakah ada kendala penerapan metode diskusi pada pembelajaran Bahasa

Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

1. Mata Pelajaran Matematika

Tujuan penelitian dengan menggunakan teknik probing dalam kelompok

kecil pada pelajaran matematika matematika adalah:

a. Untuk mengetahui pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika

dengan teknik probing.

Page 12: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

6

b. Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam KBM dengan menggunakan

teknik probing dalam kelompok kecil pada pembelajaran matematika.

2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Tujuan penerapan metode diskusi pada pembelajaran Bahasa Indonesia

adalah:

a. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia dengan metode diskusi.

b. Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam KBM dengan metode diskusi.

Page 13: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika di SD

1. Belajar Matematika dan Tujuan Pembelajaran

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

sangat pundamental dalam jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau

tidaknya pencapaian pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami

siswa baik di lingkungan sekolah atau di lingkungan masyarakat. Reber

(dalam Muhibbin, 2001: 91) membatasi belajar dengan dua macam definisi

yaitu :

Pertama belajar adalah the proces of acquiring knowledge, yakni

proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah A relaftively

permanent change in respons potentiality which occurs as a result of

reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang

relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dalam belajar matematika seseorang dituntut untuk mampu mencapai

apa yang menjadi tujuan pembelajaran. pembelajaran matematika sesuai

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas 2008:134 - 135)

yaitu:

a. Matematika befungsi untuk mengembangkan kemampuan

menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan

mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol,

tabel, diagram, dan media lain.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika Adalah :.

1) Memahami konsep matematika, menjelasakan keterkaitan antara

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes

akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan, dan pernyataan matemtika.

Page 14: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

8

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dam

menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah.

c. Matematika untuk jenjang Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:

1) Bilangan

2) Pengukuran dan Geometri

3) Pengelolaan Data

2. Metode Mengajar Matematika di SD

Menurut Lisnawati (dalam Setiawan, 2003:11) menyatakan bahwa:

Apabila kita ingin mengajarkan sesuatu pada peserta didik dan

berhasil, pertama-tama yang harus diperhatikan adalah metode atau

cara pendekatan yang yang dilakukan, sehingga sasaran yang

diharapkan dapat tercapai atau terlaksana dengan baik, karena metode

atau cara pendekatan yang dalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Metode secara harfiah berarti “cara” dalam pemakaian yang umum ,

metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan

pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep secara sistematis

(Muhibbin,2001 ) sedangkan yang dimaksud metode mengajar menurut Tardif

( dalam Muhibbin, 2001: 201) “adalah cara yang berisi prosedur baku untuk

melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian

materipelajaran kepada siswa”. Lebih lanjut Ruseffendi (1991:281)

mengungkapkan bahwa “metode mengajar adalah cara mengajar atau cara

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk setiap pelajaran atau

bidang studi.”

Page 15: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

9

Pemilihan metode yang benar, efektif dan efisien itu tergantung dari

strategi belajar mengajar yang telah dipilih. Guru yang profesional dan kreatif

akan memilih metode mengajar yang lebih tepat setelah menentukan topik

pembahasan materi dan tujuan pelajaran serta jenis kegiatan belajar siswa

yang dibutuhkan. Walaupun pada prinsipnya, tidak satu pun metode mengajar

yang dipandang sempurna dan tepat dengan semua pokok bahasan yang ada

dalam setiap pembelajaran, karena setiap metode mengajar memiliki

keunggulan dan kelemahan yang berbeda, jadi tugas guru di sini adalah

bagaimana menyeimbangkan atau memodifikasi setiap metode tersebut agar

bisa mengurangi setiap kelemahannya.

3. Teknik Probing

Pengertian teknik probing menurut bahasa adalah penyelidikan atau

pemeriksaan. Probing berupa pertanyaan yang sifatnya menggali untuk

mendapatkan jawaban lebih dari siswa yang akan mendorong siswa untuk

lebih mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.

Pandangan lain mengembangkan probing adalah teknik dalam

pembelajaran dengan mengajukan satu seri pertanyaan untuk membimbing

siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya menjadi

pengetahuan baru.

Teknik probing dalam pembelajaran adalah cara guru kepada siswa

melalui serangkaian pertanyaan yang bertujuan untuk mengiringi siswa

sampai pada pemahaman yang dimaksud untuk meningkatkan jawaban

sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta beralasan (Setiawan dan

Lina, 2006 :14 ).

Menurut Erman ( 2004) probing adalah pembelajaran dengan cara

guru memberikan serangkaian pertanyaan kepada siswa yang sifatnya

membimbing dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan

pengetahuan setiap siswa dan pengalamanya dengan pengetahuan yang

disajikan guru. Selanjutnya siswa mengkonstruksinya menjadi pengetahuan

baru, jadi konsep baru tidak diberitahu.

Page 16: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

10

Tehnik probing merupakan bagian dari metode tanya jawab dimana proses

tanya jawab secara acak menjadi dominan sehingga setiap siswa mau tidak

mau berpartisipasi aktif. Dalam tanya jawab inin memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung antara penanya dan yang menjawab. Dalam hal ini guru

berperan sebagai penanya dan siswa yang menjawab apabila ada sesuatu yang

kurang jelas bagi siswa.

4. Pembelajaran dengan Teknik Probing

Pembelajaran dengan Teknik probing menurut Dahar (dalam

Windayana, 2002 : 16 ) adalah “suatu teknik pembelajaran dengan

membimbing siswa agar mampu membangun pengetahuannya sendiri.”

Pembelajaran dengan teknik probing merupakan bagian dari pembelajaran

berbasis masalah, situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran.

Pembelajaran ini menuntut aktifitas mental siswa dalam memahami suatu

konsep, siswa dilatih untuk menrefleksikan persepsinya, mengemukakan dan

mengomunikasikan ke pihak lain sehingga memahami proses berpikir siswa,

dan guru bisa membimbing dan mengitervensikan ide baru berupa konsep atau

prinsip.

Dalam pembelajaran denga teknik probing kemungkinan suasana

tegang akan tejadi terutama bagi siswa yang tidak siap belajar, namun

demikian bisa dibiasakan dan untuk mengurangi ketegangan itu guru

menyajikan pertanyaan tersebut dengan disertai senda gurau.

Dalam pembelajaran denga teknik probing sama halnya dengan

metode inquiri dimana langkah pertamanya adalah menghadapkan siswa pada

situasi baru yang mengundang teka-teki, kemudian menyelidiki respon siswa

dan dilanjutkan dengan penyelidikan penalarannya. Selama tahap yang

dihadapi siswa, guru senantiasa membimbing untuk dapat

mengkomunikasikan perkembangan pengetahuannya.

More dan Parkel (dalam Sujarwo 2000 : 19 ) menyatakan bahwa :

Ketika siswa menghadapi situasi yang baru, siswa akan menghadapi

pertentangan dengan latar belakang pengetahuannya, sehingga muncul

tanggapanm berfikir siswa terhadap apa yang dihadapinya berdasarkan

pengetahuan yang telah ada. Latar belakang pengetahuan siswa ikut

Page 17: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

11

menentukan respon siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang

diahadapinya dan ketika respon itu kurang tepat maka tehnik probing

mulai diperlukan.

Terdapat dua aktifitas yang saling berhubungan dalam pembelajaran

menggunakan teknik probing, yaitu aktifitas berpikir dan fisik yang berusaha

membangun pengetahuan baru dan aktifitas guru yang berusaha membimbing

siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam membangun pengetahuan

baru.

Pembelajaran matematika dengan menggunakan teknik probing

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Langkah I: Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalnya

memperhatikan cerita, bagan gambar atau situasi lainnya yang

mengandung teka-teki.

b. Langkah II: Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai

dengan indikator.

c. Langkah III: Guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawabnya atau

mengerjakannya.

d. Langkah IV: Guru mengajukan soal ulangan yang sejenis kepada siswa

untuk mengecek apakah permasalahan sudah dikuasai siswa lain atau

belum

e. Langkah V: Siswa bersama guru membuat rangkuman dan kemudian

guru memberikan PR.

Sujarwo (2000) mengemukakan pola umum pembelajaran matematika

dengan menggunakan teknik probing meliputi tiga tahapan yaitu :

a. Kegiatan awal: guru menggali pengetahuan prasyarat yang sudah

dimiliki siswa atau membahas pekerjaan rumah (PR) dengan

menggunakan tehnik probing.

b. Kegiatan Inti : proses pembelajaran dengan teknik probing dimulai

dari pengembangan dan penerapan-penerapan materi.

Page 18: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

12

c. Kegiatan akhir ; membuat suatu rangkuman sebagai kesimpulan dari

proses kegiatan pembelajaran dan memberikan PR untuk mengetahui

keberhasilan siswa dalam belajarnya setelah selesai melakukan

kegiatan inti.

5. Kelompok Kecil

Pembelajaran kelompok kecil merupakan model yang didasari

sistematis mengelompokkan siswa agar tercipta pembelajaran yang efektif

serta dapat menghasilkan keterampilan sosial siswa bermuatan akademis.

Dalam pembelajaran kelompok kecil siswa dibagi dalam beberapa

kelompok yang saling bekerja sama untuk menyelesaikan masalah atau suatu

tugas dalam mencapai tujuan bersama (Tim MKPBM dalam siswa, 2006:17).

Pembelajaran kelompok kecil menurut Erman (2004) yaitu belajar

secara bersama dalam sutau kelompok tertentu untuk memecahkan suatu

persoalan kegiatan menemukan. Pembelajaran kelompok kecil sesuai dengan

fitrah siswa yaitu manusia sebagai mahluk sosial, yang penuh ketergantungan

dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama. Dengan

memanfaatkan kenyataan itu belajar kelompok diterapkan dalam matematika.

Dengan belajar kelompok, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling

membantu dan berbagi tanggung jawab, siswa belajar dan berlatih interaksi

dengan temannya, berbagi pengalaman dan pengetahuannya.

Guru memainkan peranan yang menentukan dalam menerapkan modal

pembelajaran kelompok kecil yang efektif. Materi dan pelajarannya harus

disusun sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat bekerja untuk

memberikan sumbangan pemikiran atau pengetahuannya pada kelompoknya.

Pembelajaran kelompok kecil memungkinkan terjadinya probing.

Dalam pembelajaran kelompok kecil akan terjadi diskusi baik antar siswa itu

sendiri maupun siswa denga guru. Seperti yang dikemukakan oleh Suhena

(dalam Lina, 2006:21) bahwa dalam pembelajaran kelompok kecil gagasan

awal siswa lebih mudah dimunculkan. Partisipasi siswa selama pembelajaran

lebih terlihat, reaksi siswa cukup baik terhadap kegiatan diskusi, karena

Page 19: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

13

masing-masing siswa terlibat diskusi baik dalam lingkup kelompok maupun

kelas.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

1. Pengertian dan Tujuan Membaca

Empat keterampilan berbahasa (language skill) yang fungsional dalam

interaksi linguistik meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keempat aspek keterampilan berbahasa itu dapat dibagi menjadi dua kelompok

besar, yaitu keterampilan yang besifat mengungkapkan (ekspresif) dan

keterampilan yang bersifat menerima (reseptif). Keterampilan berbicara dan

menulis termasuk ke dalam keterampilan ekspresif. Keempat aspek keterampilan

berbahasa tersebut memiliki keterkaitan secara fungsional.

Sebagai keterampilan reseptif, membaca merupakan kegiatan pikiran

untuk memperoleh dan memahami informasi dari lambang-lambang informasi

dari bahasa tulis. Dalam konteks teknologi makna ini, Nurgiyantoro (1988:225)

mengemukakan bahwa “membaca merupakan suatu aktifitas memahami apa yang

dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan.” Batasan ini memberi arti hakikat

membaca sebagai suatu proses kejiwaan untuk mengubah lambang-lambang

verbal menjadi wujud makna atau proses indetifikasi dan interprestasi terhadap

simbol-simbol tertulis dan mengasosiasikannya dengan makna secara luas.

Patede (1998:93) memutuskan hakikat membaca yaitu sebagai berikut:

Membaca merupakan suatu proses mengindentifikasi dan membaca

mengandung pengertian menyelusuri pesan yang disampaikan melalui

sistem bahasa. Jadi, membaca merupakan pengenalan dan persepsi struktur

bahasa sebagai keseluruhan untuk memadukan makna yang tersurat dan

yang tersirat dengan mengkomunikasikan struktur- struktur bahasa itu.

Aktifitas membaca dilakukan dengan beragam cara sesuai dengan fase,

tujuan dan metode membaca. Brongton seperti yang dikutip tangan (1990:11)

mengemukakan dua aspek keterampilan membaca yang dikaitkan dengan tujuan

membaca yaitu: “Keterampilan yang bersifat mekanis dan keterampilan yang

bersifat pemahaman (compreheurson skill).” Keterampilan mekanis bertujuan

untuk mengawali dan menyuarakan lambang tulisan yang bermakna, sedangkan

Page 20: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

14

keterampilan pemahaman bertujuan untuk mengubah wujud tulisan menjadi

wujud makna atau menskontruksi dan menangkap makna informasi dari lambang-

lambang berbahasa tulis.

Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang dibacanya. Dengan

demikian pemahan merupakan faktor yang amat penting dalam membaca.

Pemahaman terhadap bacaan dipandang suatu proses yang terus menerus, dan

berkelanjutan. Membaca pemahaman sebagai sebuah proses mempercayai bahwa

upaya memahami bacaan sudah terjadi ketika kita belum membaca buku apapun.

Begitu besar peran membaca untuk menambah pengetahuan seseorang.

Begitu besar pola peran orang lari dalam penyempurnaan pemahaman seseorang

terhadap apa yang dibacanya.

2. Metode Mengajar Bahasa Indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi bermakna, rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dalam proses

pembelajaran guru harus memiliki strategi agar siswa dapat mencapai tujuan

pembelajaran dengan baik. Dalam menyajikan nilai pembelajaran guru tidak

terpaku hanya pada satu tehnik saja.

Beberapa ciri metode yang baik adalah: mengandung rasa keingintahuan

siswa, menantang murid untuk belajar mengaktifkan mental, fisik dan psikis

siswa, memudahkan guru mengembangkan kreatif murid, mengembangkan

pemahaman murid terhadap materi yang dipelajari.

Metode yang perlu dikuasai guru dalam mengatur strategi pembelajaran

berbahasa yaitu: diskusi, sosio drama atau bermain peran, tanya jawab, penugasan

latihan, bercerita, pemecahan masalah, karya wisata. Bahwa tidak ada satu pun

metode yang paling tepat dalam pembelajaran, akan tetapi baik tidaknya suatu

metode tergantung dari orang yang memberikan pembelajaran.

3. Metode Diskusi

Diskusi adalah unsur penting dalam belajar kelompok (Jarahimek dan

Parku, 1999:33). Dengan berdiskusi terdapat keanekaragaman pendapat dan sudut

pandang dari berbagai kelompok karena partisipasi siswa secara luas sangat

diperlukan.

Page 21: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

15

Diskusi adalah suatu metode pembelajaran agar siswa dapat berbagi pengetahuan,

pandangan keterampilan. Tujuan diskusi adalah untuk mengekspresikan pendapat

atau pandangan yang berbeda dan untuk mengidentifikasi berbagai kemungkinan.

Jhendal dan Marjono (Depdiknas, 2004-16) mengatakan ada lima

kemampuan berpikir dan penalaran pada diri siswa yaitu:

a. Memahami dan menggunakan prinsip dasar logika dan menyampaikan

argumen.

b. Memahami dan menggunakan prinsip dasar menyampaikan argumen.

c. Menggunakan proses mental secara efektif berdasarkan kesamaan dan

perbedaan.

d. Memahami dan mengunakan prinsip dasar pengujian hipotesis dan

pemahaman saintipik.

Penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran memungkinkan adanya

keterlibatan siswa dalam proses interaksi yang lebih luas, antara lain

menggunakan tanya jawab sekitar masalah yang dibahas. Biasanya pertanyaan

dan jawaban dikemukakan sendiri oleh siswa sehingga hal ini mencerminkan

keaktifan siswa yang tinggi dalam belajar. Diskusi dilakukan bertolak dari

masalah.

4. Keunggulan dan Kelemahan Metode Diskusi

Setiap metode memilki kelebihan dan kelemahan sendiri. Kelebihan dari

metode diskusi adalah semua siswa terlibat secara maksimal, interaksi, spontan di

antara sesama anggota saling membimbing dan membantu dalam usaha-usaha

kelompok. Terlihat pada tujuan, setiap anggota bersifat demokrasi untuk mencapai

konsensus pendapat melalui argumentasi.

Denis. S. Couran (1974:145-149) mengidentifikasi kelemahan- kelamahan

metode diskusi sebagai berikut: adanya anggota kelompok yang tidak patuh,

adanya anggota yang mempunyai dukungan cenderung curang/tidak jujur, sebagai

anggota tidak setuju dengan pembahasan cenderung mempertahankan pendapat

kelompok, ada anggota yang lebih tahu dari anggota yang lain, kadang-kadang

timbul konflik pribadi dengan kata-kata yang kurang bijaksana.

Page 22: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

16

Langkah langkah penggunaan metode diskusi dalam membaca langkah

langkah yang dilakukan dalam pembelajaran membaca:

a. Mempersiapkan kondisi yang baik.

b. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.

c. Memberikan penjelasan topik yang akan didiskusikan.

d. Melaksanakan diskusi.

e. Mempersentasikan hasil diskusi.

f. Menyimpulkan hasil diskusi.

Page 23: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

17

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek Penelitian

Subyek yang menjadi penelitian ini adalah siswa kelas VI B SD Negeri

Palinggihan yang berlokasi di Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta.

Penelitian ini diambil dari proses pembelajaran Matematika (Eksakta) dan Bahasa

Indonesia (Non Eksakta), hal ini dilakukan karena peneliti mengajar tersebut.

Waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian tindakan dimulai

dari tanggal 2 Maret 2010 untuk Eksakta (Matematika) dan tanggal 15 Maret 2010

untuk Non Eksakta (Bahasa Indonesia), alasan peneliti untuk mengambil kedua

mata pelajaran tersebut karena melihat dari hasil proses pembelajaran keduanya

sangat minim, selain itu siswa kurang termotivasi bahkan kelihatan jenuh dan

males untuk belajar Matematika dan Bahasa Indonesia.

Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran tercantum pada tabel di

bawah ini:

Tabel 1

Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

Matematika (Eksakta) dan Bahasa Indonesia (Non Eksakta)

No Mata Pelajaran Pelaksanaan

Tindakan Hari/Tanggal Waktu

1.

2.

3.

4.

Matematika

Matematika

Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia

Siklus I

Siklus II

Siklus I

Siklus II

Selasa, 2 Maret 2010

Selasa, 9 Maret 2010

Senin, 15 Maret 2010

Sabtu, 20 Maret 2010

2 x 35 Menit

2 x 35 Menit

2 x 35 Menit

2 x 35 Menit

Karakteristik siswa Kelas VI B yang dijadikan subyek penelitian adalah

kelas VI B Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah 33 orang, terdiri dari 18 siswa

laki-laki dan 15 orang siswa perempuan. Siswa kelas ini rata-rata berusia 12-14

tahun dan berasal dari latar belakang yang berbeda baik dari segi ekonomi

maupun dari pendidikan orang tua, pada umumnya siswa-siswa tersebut berasal

dari ekonomi rendah.

Page 24: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

18

B. Deskripsi Persiklus

1. Mata Pelajaran Matematika

a. Tindakan Perbaikan Siklus I

1) Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus ini berdasarkan pada hasil

pembelajaran sebelumnya yang akan dicari solusinya. Melihat dari

hasil analisis dan masalah, peneliti berdiskusi dengan kepala

sekolah untuk menentukan waktu pelaksanaan penelitian,

menentukan guru yang akan membantu dalam penelitian

dilanjutkan dengan merancang dan menyusun rencana

pembelajaran, membuat rencana perbaikan pembelajaran dengan

menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada proses

pembelajaran, menyusun lembar observasi, menyusun instrumen

penilaian.

2) Pelaksanaan

Tindakan pembelajaran siklus ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2

Maret 2010 dengan kompetensi dasar memecahkan masalah

perbandingan dan skala dengan indikator menjelaskan masalah

perbandingan dan skala. Metode yang digunakan adalah

pendekatan teknik probing dengan waktu 2 x 35 menit. Peneliti

bertindak sebagai guru, peneliti dibantu oleh seorang pengamat

yang mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran

dengan mengisi lembar observasi.

3) Observasi

Lembar observasi yang digunakan adalah observasi yang ditujukan

untuk melihat aktivitas siswa dan observasi untuk melihat aktivitas

guru selama proses pembelajaran. Hasil dari observasi siklus ini

digunakan untuk perbaikan-perbaikan tindakan siklus selanjutnya.

Page 25: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

19

4) Refleksi

Setelah selesai proses pembelajaran, peneliti dan pengamat

mendiskusikan hasil temuan, kelebihan, kekurangan, dan kendala-

kendala yang dihadapi untuk perbaikan pada siklus selanjutnya.

b. Tindakan Perbaikan siklus II

1) Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun

rencana perbaikan pembelajaran dengan menentukan langkah-

langkah yang akan ditempuh, menentukan metode dan teknik

pembelajaran yang akan digunakan, selain itu peneliti menyusun

instrumen obsevasi dan soal tes yang akan dikerjakan oleh siswa.

2) Pelaksanaan

Pembelajaran dilaksanakan pada hari Selasa, 9 Maret 2010, dengan

kompetensi dasar memecahkan masalah perbandingan dan skala

indikator menjelaskan cara memecahkan masalah perbandingan

dan skala. Pada dasarnya perbaikan pada siklus ini hampir sama

dengan pelaksanaan siklus sebelumnya hanya berbedaan terletak

pada pembahasan materi pembelajaran.

Pada proses pembelajaran peneliti dibantu oleh seorang pengamat

yang memantau jalannya proses pembelajaran dengan mengisi

lembar observasi keaktifan anak dan peneliti.

3) Observasi

Lembar observasi digunakan untuk melihat keberhasilan dalam

proses pembelajaran, di mana hasil lembar observasi pada tahap ini

dapat membantu menentukan berhasil tidaknya peneliti dalam

perbaikan pembelajaran.

4) Refleksi

Setelah peneliti selesai melaksanakan perbaikan maka berdiskusi

dengan pengamat menganalisis penguasaan hasil belajar dari mulai

daya serap secara klasikal, hasil aktifitas siswa selama

Page 26: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

20

pembelajaran berlangsung, sehingga peneliti mengetahui berhasil

atau tidaknya proses perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

a. Tindakan Perbaikan Siklus I

1) Perencanaan

Pada siklus ini perencanaan diambil setelah menganalisis proses

pembelajaran sebelumnya yang mempunyai kendala untuk

diperbaiki, pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan kepala sekolah

dan guru-guru yang ada di lingkungan untuk mencapai

penyelesaian dari masalah yang dihadapi, peneliti menentukan

teman sejawat yang akan membantu dalam proses perbaikan

pembelajaran. Selanjutnya peneliti merancang dan menyusun

rencana perbaikan pembelajaran, dengan menentukan waktu

pelaksanaan, menentukan metode, menentukan bentuk tes

penilaian, juga membuat lembar obsevasi yang akan digunakan

oleh pengamat untuk memantau proses pembelajaran.

2) Pelaksanaan

Tindakan pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan pada hari Senin,15

Maret 2010, kompetensi dasar mengindentifikasi berbagai unsur

(tokoh, sifat, latar, tema, amanat, jalur cerita) dari teks drama anak.

indikator yang dicapai adalah menentukan tokoh, sifat, latar, dan

tema.

Pada pelaksanaan ini peneliti menggunakan metode diskusi siswa

dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan

materi pembelajaran dengan menyimak naskah drama yang

disediakan. Dalam perbaikan ini peneliti dibantu oleh seorang

pengamat yang mengamati proses pembelajaran dengan mengisi

lembar observasi yang sudah disediakan.

3) Observasi

Observasi dilakukan oleh pengamat dengan mengisi lembar

observasi yang telah tersedia, pengamat memantau jalanya proses

Page 27: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

21

pembelajaran, baik keaktifan siswa maupun usaha-usaha yang

dilakukan peneliti. Hasil dari observasi ini menetukan langkah

yang akan ditempuh pada proses pembelajaran selanjutnya.

4) Refleksi

Refleksi dilakukan setelah selesai pembelajaran, peneliti bersama

pengamat menganalisis hasil temuan-temuan, kelebihan, dan

kekurangan, untuk dijadikan bahan ancaman pada perbaikan

selanjutnya siklus II.

b. Tindakan Perbaikan Siklus II

1) Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada tahap ini, peneliti mengkaji dari

hasil pembelajaran pada siklus sebelumnya, membuat rencana

perbaikan pembelajaran dengan menentukan langkah-langkah yang

akan dilaksanakan, menentukan metode, mencari sumber belajar yang

berupa naskah drama, menentukan bentuk tes penilaian membuat

lembar obsevasi yang akan digunakan oleh pengamat.

2) Pelaksanaan

Tindakan pelaksanaan siklus II, pembelajaran dilaksanakan pada hari

Sabtu, 20 Maret 2010, dengan kompetensi dasar mengindentifikasi

berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, amanat, jalur cerita) dari teks

drama anak. Pada dasarnya pembelajaran pada siklus ini hampir sama

dengan pembelajaran sebelumnya hanya berbeda adalah pembahasan

naskah drama.

Page 28: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini dipaparkan mengenai data hasil penelitian dan

pembahasannya dari temuan-temuan seluruh kegiatan penelitian yang telah

dilaksanakan.

1. Mata Pelajaran Matematika

a. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus I

Pembelajaran pada siklus I berpedoman pada rencana pelaksanaan

perbaikan pembelajaran yang disusun peneliti. Kompetensi dasar yang diajarkan

adalah memecahkan masalah perbandingan dan skala. Pengajaran dilakukan oleh

peneliti yang disajikan dalam waktu dua jam pelajaran atau 2 x 35 menit. Metode

yang digunakan adalah metode tanya jawab dengan teknik probing dalam

kelompok kecil. Pada kegiatan awal dilakukan apersepsi untuk mengecek

pengetahuan awal siswa khususnya perbandingan yang telah dipelajarinya di kelas

V. Kegiatan inti diberikan pemahaman informasi atau pemahaman tentang cara

memecahkan masalah perbandingan dan skala yang dilakukan dengan

menggunakan teknik probing. Pada akhir kegiatan peneliti beserta siswa

menyimpulkan inti pembelajaran yang dilaksanakan pada hari itu menggunakan

teknik probing.

Pengamatan pada siklus I difokuskan pada pola probing dalam kegiatan

awal, inti dan akhir dan respon siswa terhadap probing, serta aktivitas guru dan

siswa dalam pembelajaran. Pada siklus I dalam kegiatan awal yaitu apersepsi

selalu mengundang jawaban serempak karena pertanyaan sifatnya mengingat

kembali, sehingga guru menunjuk kembali satu orang untuk mengulang jawaban.

Pada tahap ini pola probing tidak direncanakan karena tidak sampai pada

pembentukan pengetahuan baru siswa dan hanya mengulang materi.

Pertanyaan probing pada pembelajaran Siklus I memberikan respon

kurang baik, yaitu sebagian siswa hanya diam saja, sebagian siswa hanya diam

saja ketika diberi pertanyaan dan hanya sebagian kecil siswa yang memberikan

Page 29: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

23

jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan hal ini disebabkan karena siswa

merasa takut untuk memberikan jawaban. Untuk persentase aktivitas siswa pada

siklus I juga masih relatif kecil atau menghasilkan respon kurang baik (45,45%)

seperti dilihat pada tabel.

Tabel 2

Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Matematika

Siklus I

No. Kode Siswa L/P Aktivitas Siswa Keterangan

1 S – 01 L - - = Kurang

2 S – 02 L - + = Cukup

3 S – 03 L - ++ = Baik

4 S – 04 L -

5 S – 05 L -

6 S – 06 L -

7 S – 07 P +

8 S – 08 P +

9 S – 09 L ++

10 S – 10 L +

11 S – 11 L +

12 S – 12 P -

13 S – 13 P +

14 S – 14 P -

15 S – 15 P ++

16 S – 16 P +

17 S – 17 P -

18 S – 18 L -

19 S – 19 P -

20 S – 20 L +

21 S – 21 L +

22 S – 22 P +

23 S – 23 L +

24 S – 24 P +

25 S – 25 P +

26 S – 26 P ++

27 S – 27 L -

28 S – 28 P -

29 S – 29 L -

Page 30: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

24

30 S – 30 P +

31 S – 31 L +

32 S – 32 L ++

33 S – 33 P -

Kurang 45%

Cukup 42,42%

Baik 12,12%

Selain proses pembelajaran dan persentase aktivitas siswa yang relatif

kecil, pembelajaran Siklus I menghasilkan catatan yang kurang memuaskan pada

hasil pembelajaran, di mana hanya sebagian siswa yang memperoleh nilai yang

baik. Sehingga presentase ketuntasan belajar sekitar 66,66%, dan seluruh siswa

hanya mendapatkan rata-rata kelas 59,84. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Data Nilai Hasil Perbaikan Pembelajaran Matematika

Siklus I

No. Kode Siswa L/P Nilai Keterangan

1 S – 01 L 40

2 S – 02 L 40

3 S – 03 L 40

4 S – 04 L 50

5 S – 05 L 60

6 S – 06 L 60

7 S – 07 P 80

8 S – 08 P 70

9 S – 09 L 60

10 S – 10 L 70

11 S – 11 L 60

12 S – 12 P 60

13 S – 13 P 70

14 S – 14 P 40

15 S – 15 P 80

16 S – 16 P 70

17 S – 17 P 50

18 S – 18 L 50

19 S – 19 P 50

20 S – 20 L 70

21 S – 21 L 60

22 S – 22 P 70

23 S – 23 L 65

Page 31: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

25

24 S – 24 P 60

25 S – 25 P 60

26 S – 26 P 80

27 S – 27 L 50

28 S – 28 P 50

29 S – 29 L 50

30 S – 30 P 60

31 S – 31 L 60

32 S – 32 L 80

33 S – 33 P 50

Persentase Klasikal 63,63%

Rata-rata Kelas 59,84

Berdasarkan tabel 3 di atas, mengapa baru sebagian kecil siswa yang

berhasil belajarnya? Menurut pengamatan penelitian disebabkan karena siswa

masih beradaptasi dengan pembelajaran yang telah dikembangkan.

Refleksi tindakan pembelajaran siklus I berdasarkan orientasi pada

pembelajaran siklus I peneliti mengidentifikasi masalah untuk memperbaiki

tindakan pembelajaran selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Hasil Observasi Pembelajaran Matematika

Siklus I

No. Temuan Observasi Catatan Lapangan Saran Perbaikan

1. Pengelolaan waktu

masih belum tepat Keberanian siswa

dalam menjawab

serta bertanya

masih rendah

penunjukkan siswa

terutama kelompok

rendah

2. Masalah pembelajaran

masih lemah khususnya

pecahan

Sebagian siswa

masih takut

dengan

pembelajaran

teknik probing

Dalam memberi

contoh soal supaya

jelas

Dalam pembelajaran

agar diselingi

permainan

Page 32: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

26

b. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus II

Pembelajaran siklus II masih berpedoman pada rencana pelaksanaan

perbaikan pembelajaran yang telah disusun peneliti. Kompetensi Dasar yang

diajarkan adalah memecahkan masalah perbandingan dan skala waktu dan metode

yang digunakan sama seperti pembelajaran pada siklus I hanya perubahan pada

materi pelajaran. Pada kegiatan awal siswa diberi soal untuk mengecek

pengetahuan siswa terhadap materi yang telah disampaikan pada pembelajaran

siklus sebelumnya.

Pada kegiatan inti diberi contoh soal kemudian dibahas bersama-sama

dengan teknik probing dalam kelompok kecil. Langkah selanjutnya, guru meminta

siswa ke depan kelas untuk menjelaskan cara mencari perbandingan yang sudah

ditentukan, guru membimbing siswa dalam pengerjaannya. Kemudian bersama-

sama membahas hasil yang dikerjakan oleh siswa tersebut. Kegiatan akhir ditutup

dengan menyimpulkan materi dan pemberian tes akhir.

Pengamatan aktivitas siswa pada pembelajaran siklus II mengalami

peningkatan yang baik di mana pada umumnya siswa melakukan aktivitas

memperhatikan pertanyaan/penjelasan juga berdiskusi dengan kelompoknya

masing-masing, selanjutnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Matematika

Siklus II

No. Kode Siswa L/P Aktivitas Siswa Keterangan

1 S – 01 L + - = Kurang

2 S – 02 L - + = Cukup

3 S – 03 L - ++ = Baik

4 S – 04 L +

5 S – 05 L +

6 S – 06 L +

7 S – 07 P ++

8 S – 08 P +

9 S – 09 L -

10 S – 10 L +

11 S – 11 L +

Page 33: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

27

12 S – 12 P ++

13 S – 13 P +

14 S – 14 P -

15 S – 15 P ++

16 S – 16 P ++

17 S – 17 P +

18 S – 18 L +

19 S – 19 P -

20 S – 20 L ++

21 S – 21 L ++

22 S – 22 P ++

23 S – 23 L ++

24 S – 24 P ++

25 S – 25 P +

26 S – 26 P ++

27 S – 27 L +

28 S – 28 P ++

29 S – 29 L +

30 S – 30 P +

31 S – 31 L +

32 S – 32 L ++

33 S – 33 P -

Kurang 15,15%

Cukup 48,48%

Baik 36,36%

Berbeda dengan pembelajaran sebelumnya, tingkat penguasaan dan hasil

belajar pada siklus II mengenai peningkatan yang baik, yaitu siswa yang tuntas

pada pembelajaran siklus I hanya 21 orang (66,66%) dan pada pembelajaran

siklus II 28 orang (84,84%). Hal ini disebabkan karena siswa terbiasa dengan

pembelajaran menggunakan teknik probing. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel

6.

Page 34: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

28

Tabel 6

Data Nilai Hasil Perbaikan Pembelajaran Matematika

Siklus II

No. Kode Siswa L/P Nilai Keterangan

1 S – 01 L 50

2 S – 02 L 50

3 S – 03 L 50

4 S – 04 L 60

5 S – 05 L 70

6 S – 06 L 70

7 S – 07 P 80

8 S – 08 P 70

9 S – 09 L 70

10 S – 10 L 80

11 S – 11 L 70

12 S – 12 P 70

13 S – 13 P 80

14 S – 14 P 50

15 S – 15 P 90

16 S – 16 P 80

17 S – 17 P 60

18 S – 18 L 60

19 S – 19 P 50

20 S – 20 L 70

21 S – 21 L 70

22 S – 22 P 75

23 S – 23 L 70

24 S – 24 P 70

25 S – 25 P 70

26 S – 26 P 90

27 S – 27 L 60

28 S – 28 P 60

29 S – 29 L 60

30 S – 30 P 70

31 S – 31 L 70

32 S – 32 L 90

33 S – 33 P 60

Persentase Klasikal 84,84%

Rata-rata Kelas 68,03

Page 35: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

29

Refleksi tindakan pembelajaran siklus II berdasarkan orientasi pada

tindakan pembelajaran siklus II, peneliti mengidentifikasi masalah yang dapat

dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Hasil Observasi Pembelajaran Matematika

Siklus II

No. Temuan Observasi Catatan Lapangan Saran Perbaikan

1. Pengelolaan waktu

terdapat

ketidakcocokan dengan

RPP

Siswa sudah

berani mengajukan

dan menawab

pertanyaan

Penunjukkan

diutamakan pada

siswa kelompok

rendah

Untuk mengetahui keberhasiln dan kegagalan penelitian, dilakukan

serangkaian analisis di antaranya analisis tingkat penguasaan siswa, terhadap

pemahaman pembelajaran dengan menghasilkan nilai belajar, dan daya serap

klasikal terhadap materi untuk setiap siklus tindakan. Data yang dianalisis

diperoleh dari hasil setiap siklus yang hasilnya dirangkum dalam tabel 8.

Tabel 8

Tingkat Penguasaan Hasil Pembelajaran Matematika

No. Kode Siswa L/P Sebelum Hasil Perbaikan

Keterangan Siklus I Siklus II

1 S – 01 L 40 40 50

2 S – 02 L 30 40 50

3 S – 03 L 40 40 50

4 S – 04 L 40 50 60

5 S – 05 L 60 60 70

6 S – 06 L 50 60 70

7 S – 07 P 70 80 80

8 S – 08 P 70 70 70

9 S – 09 L 50 60 70

10 S – 10 L 60 70 80

11 S – 11 L 60 60 70

12 S – 12 P 50 60 70

13 S – 13 P 60 70 80

14 S – 14 P 40 40 50

15 S – 15 P 70 80 90

16 S – 16 P 60 70 80

Page 36: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

30

17 S – 17 P 40 50 60

18 S – 18 L 40 50 60

19 S – 19 P 40 50 50

20 S – 20 L 60 70 70

21 S – 21 L 50 60 70

22 S – 22 P 60 70 75

23 S – 23 L 60 65 70

24 S – 24 P 60 60 70

25 S – 25 P 60 60 70

26 S – 26 P 70 80 90

27 S – 27 L 40 50 60

28 S – 28 P 40 50 60

29 S – 29 L 40 50 60

30 S – 30 P 60 60 70

31 S – 31 L 60 60 70

32 S – 32 L 70 80 90

33 S – 33 P 40 50 60

Persentase Klasikal 51,51% 63,63% 84,84%

Rata-rata Kelas 52,72 59,54 68,03

Grafik 1

Grafik Penguasaan Hasil Pembelajaran Matematika

Berdasarkan tabel 8 dan grafik I di atas dapat dilihat tingkat keberhasilan

pembelajaran, dimana sebelum diadakan perbaikan, penguasaan hasil belajar

siswa kelas VI B hanya 51,51%, pada siklus I menjadi 63,63%, dan pada siklus II

84,84%. Sedangkan dilihat dari rata-rata kelas sebelum perbaikan 52,72, pada

siklus I 59,54 dan pada siklus II 68,03. Dengan demikian siklus I ke siklus II

mengalami kenaikan sekitar 21,21% sedangkan rata-rata kelas mengalami

kenaikan 8,45.

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

Persentase Klasikal

Sebelum

Siklus I

Siklus II

Page 37: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

31

Tabel 9

Tingkat Keaktifan Pembelajaran Matematika

No. Kode Siswa L/P Sebelum Aktifitas Siswa

Keterangan Siklus I Siklus II

1 S – 01 L - - + - = Kurang

2 S – 02 L - - - + = Cukup

3 S – 03 L - - - ++ = Baik

4 S – 04 L - - +

5 S – 05 L - - +

6 S – 06 L - - +

7 S – 07 P + + ++

8 S – 08 P + + +

9 S – 09 L ++ ++ -

10 S – 10 L + + +

11 S – 11 L + + +

12 S – 12 P - - ++

13 S – 13 P + + +

14 S – 14 P - - -

15 S – 15 P ++ ++ ++

16 S – 16 P - + ++

17 S – 17 P - - +

18 S – 18 L - - +

19 S – 19 P - - -

20 S – 20 L + + ++

21 S – 21 L + + ++

22 S – 22 P - + ++

23 S – 23 L + + ++

24 S – 24 P + + ++

25 S – 25 P + + +

26 S – 26 P ++ ++ ++

27 S – 27 L - - +

28 S – 28 P - - ++

29 S – 29 L - - +

30 S – 30 P + + +

31 S – 31 L + + +

32 S – 32 L ++ ++ ++

33 S – 33 P - - -

Kurang 51,51% 45,45% 15,15%

Cukup 36,36% 42,42% 48,48%

Baik 12,12% 12,12% 36,36%

Page 38: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

32

Dari hasil observasi proses pembelajaran diperoleh gambaran aktifitas

siswa sebagai berikut: aktifitas yang diamati dalam pembelajaran teknik probing

dalam kelompok kecil berhasil dengan baik terbukti dengan adanya peningkatan

dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan data hasil observasi dan perolehan penguasaan akhir pada

setiap siklus disertai diskusi dengan pengamat, maka pembelajaran matermatika

dengan teknik probing dengan kelompok kecil mengalami kemajuan dan

penelitian dianggap berhasil.

2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

a. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus I

Pembelajaran pada siklus I berpedoman pada rencana pelaksanaan

perbaikan pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti. Kompetensi Dasar yang

diajarkan mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, amanat dan

jalan cerita) dari teks drama anak. Indikator yang akan dicapai adalah siswa dapat

menentukan tokoh sifat latar dan tema. Pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2

x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Metode yang digunakan adalah metode diskusi

dalam siklus ini siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, pada kegiatan awal

guru memberikan apersepsi untuk mengecek pengetahuan awal siswa khususnya

masalah drama. Pada kegiatan inti dijelaskan cara-cara melakukan diskusi yang

baik, setiap siswa mendapatkan naskah drama untuk disimak dan dijadikan bahan

diskusi. Pada akhir kegiatan guru dan siswa menyimpulkan inti pembelajaran dan

memberikan tes akhir pembelajaran.

Pengamatan pada siklus I difokuskan pada diskusi pada kegiatan awal, inti

dan akhir. Respon siswa pada pembelajaran membaca dengan metode diskusi

pada siklus I pada kegiatan apersepsi siswa-siswa antusias menjawab karena

hanya mengulas pelajaran yang sudah lalu.

Pada kegiatan inti, siswa melakukan diskusi, pada waktu pelaksanaan

diskusi masing-masing siswa mendapatkan teks drama untuk menemukan unsur-

unsur drama. Dalam pelaksanaannya masih ada siswa yang masih bermain dengan

teman kelompok, perhatiannya kurang terfokus pada kegiatan diskusi, dan siswa

masih belum berani mengeluarkan pendapatnya. Pada kegiatan akhir guru

Page 39: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

33

memberikan tes tertulis untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran dan

keaktifan dalam diskusi. Untuk presentase dalam diskusi dapat dilihat dalam tabel

10.

Tabel 10

Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Siklus I

No. Kode Siswa L/P Aktivitas Siswa Keterangan

1 S – 01 L - - = Kurang

2 S – 02 L - + = Cukup

3 S – 03 L - ++ = Baik

4 S – 04 L ++

5 S – 05 L ++

6 S – 06 L +

7 S – 07 P +

8 S – 08 P -

9 S – 09 L +

10 S – 10 L -

11 S – 11 L -

12 S – 12 P +

13 S – 13 P -

14 S – 14 P +

15 S – 15 P -

16 S – 16 P +

17 S – 17 P -

18 S – 18 L +

19 S – 19 P +

20 S – 20 L -

21 S – 21 L +

22 S – 22 P -

23 S – 23 L +

24 S – 24 P -

25 S – 25 P +

26 S – 26 P -

27 S – 27 L +

28 S – 28 P -

29 S – 29 L +

30 S – 30 P -

Page 40: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

34

31 S – 31 L +

32 S – 32 L ++

33 S – 33 P -

Kurang 48,48%

Cukup 42,42%

Baik 9,09%

Selain proses pembelajaran dan aktifitas siswa yang masih rendah,

pembelajaran siklus I menghasilkan yang kurang memuaskan pada hasil akhir

pembelajaran. Hanya sebagian siswa yang mendapatkan nilai baik. Presentase

keberhasilan belajar 69,69% dari seluruh siswa dan hanya mendapatkan nilai rata-

rata kelas 60,00. Berikut hasil dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11

Data Nilai Hasil Perbaikan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Siklus I

No. Kode Siswa L/P Nilai Keterangan

1 S – 01 L 50

2 S – 02 L 40

3 S – 03 L 60

4 S – 04 L 80

5 S – 05 L 80

6 S – 06 L 70

7 S – 07 P 50

8 S – 08 P 60

9 S – 09 L 70

10 S – 10 L 50

11 S – 11 L 60

12 S – 12 P 50

13 S – 13 P 60

14 S – 14 P 60

15 S – 15 P 60

16 S – 16 P 70

17 S – 17 P 70

18 S – 18 L 50

19 S – 19 P 70

20 S – 20 L 60

21 S – 21 L 50

22 S – 22 P 50

23 S – 23 L 50

24 S – 24 P 60

Page 41: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

35

25 S – 25 P 60

26 S – 26 P 60

27 S – 27 L 60

28 S – 28 P 60

29 S – 29 L 70

30 S – 30 P 80

31 S – 31 L 60

32 S – 32 L 60

33 S – 33 P 40

Persentase Klasikal 69,69%

Rata-rata kelas 60,00

Berdasarkan pada tebel 11, siswa mendapat nilai yang kurang memuaskan.

Hal ini disebabkan karena siswa masih belum terfokus pada kegiatan

pembelajaran. Di samping itu adalah faktor dari guru, di mana guru kurang

memberi penjelasan, kurang memberi arahan dan bimbingan pada waktu

pelaksanaan diskusi.

Refleksi tindakan pembelajaran siklus I, berdasarkan orientasi pada proses

pembelajaran, peneliti mengidentifikasinya, hasil observasi dapat dilihat pada

tabel 12.

Tabel 12

Hasil Observasi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Siklus I

No. Temuan Observasi Catatan Lapangan Saran Perbaikan

1. Waktu masih belum

tepat Keberanian

mengeluarkan

pendapat masih

rendah

Motivasi dan arahan

supaya ditingkatkan

2. Pengkondisian siswa

sebelum pembelajaran Sebagian siswa

belum terfokus

pada kegiatan

diskusi

Bimbingan dan

arahan agar ditujukan

ke semua kelompok

Page 42: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

36

b. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus II

Pembelajaran siklus II masih berpedoman pada perencanaan perbaikan

pembelajaran yang disusun peneliti. Kompetensi Dasar yang diajarkan adalah

mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, amanat dan jalan cerita).

Waktu yang digunakan sama seperti pada pembelajaran siklus I, hanya perubahan

pada materi pembelajaran.

Pada awal pembelajaran guru mengadakan apersepsi untuk mengetahui

pengetahuan siswa terhadap materi yang telah disampaikan pada siklus

sebelumnya. Pada kegiatan inti siswa melakukan diskusi. Dan pada kegiatan akhir

guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran dan pengerjaan tes tertulis.

Pembelajaran siklus II difokuskan pada kegiatan diskusi. Kegiatan awal

pemberian apersepsi untuk mengukur pengetahuan siswa, pada kegiatan inti guru

memberikan naskah drama, masing-masing siswa mendapat naskah drama untuk

disimak selanjutnya didiskusikan dengan kelompoknya pada waktu pelaksanaan

diskusi guru berkeliling untuk memantau kegiatan diskusi serta memberikan

motivasi dan arahan kepada semua kelompok.

Respon siswa terhadap kegiatan diskusi pada pembelajaran Bahasa

Indonesia ternyata sangat antusias, siswa berani beradu argumen dengan

kelompoknya. Kegiatan akhir guru memberikan tes tertulis untuk mengetahui

keberhasilan proses belajar mengajar pada siklus ini. Hasil keaktifan siswa dapat

dilihat pada tabel 13.

Tabel 13

Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Siklus II

No. Kode Siswa L/P Aktivitas Siswa Keterangan

1 S – 01 L + - = Kurang

2 S – 02 L + + = Cukup

3 S – 03 L + ++ = Baik

4 S – 04 L ++

5 S – 05 L ++

6 S – 06 L +

7 S – 07 P +

8 S – 08 P +

Page 43: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

37

9 S – 09 L +

10 S – 10 L +

11 S – 11 L -

12 S – 12 P +

13 S – 13 P +

14 S – 14 P ++

15 S – 15 P -

16 S – 16 P -

17 S – 17 P -

18 S – 18 L ++

19 S – 19 P ++

20 S – 20 L +

21 S – 21 L ++

22 S – 22 P -

23 S – 23 L +

24 S – 24 P -

25 S – 25 P +

26 S – 26 P -

27 S – 27 L +

28 S – 28 P +

29 S – 29 L +

30 S – 30 P -

31 S – 31 L +

32 S – 32 L ++

33 S – 33 P +

Kurang 24,24%

Cukup 54,54%

Baik 21,21%

Berbeda dengan pembelajaran sebelumnya, tingkat penguasaan dan hasil

belajar pada siklus II mengenai peningkatan yang baik, yaitu siswa yang tuntas

pada pembelajaran siklus I hanya 23 orang (69,69%) dan pada pembelajaran

siklus II 27 orang (81,81%). Hal ini disebabkan karena siswa sudah memahami

pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Selanjutnya dapat dilihat

pada tabel 14.

Page 44: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

38

Tabel 14

Data Nilai Hasil Perbaikan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Siklus II

No. Kode Siswa L/P Nilai Keterangan

1 S – 01 L 60

2 S – 02 L 50

3 S – 03 L 70

4 S – 04 L 70

5 S – 05 L 70

6 S – 06 L 80

7 S – 07 P 50

8 S – 08 P 70

9 S – 09 L 70

10 S – 10 L 60

11 S – 11 L 60

12 S – 12 P 50

13 S – 13 P 70

14 S – 14 P 70

15 S – 15 P 50

16 S – 16 P 70

17 S – 17 P 70

18 S – 18 L 80

19 S – 19 P 70

20 S – 20 L 80

21 S – 21 L 70

22 S – 22 P 60

23 S – 23 L 60

24 S – 24 P 70

25 S – 25 P 70

26 S – 26 P 60

27 S – 27 L 70

28 S – 28 P 70

29 S – 29 L 70

30 S – 30 P 50

31 S – 31 L 90

32 S – 32 L 100

33 S – 33 P 50

Persentase Klasikal 81,81%

Rata-rata kelas 66,96

Page 45: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

39

Refleksi tindakan pembelajaran siklus II berdasarkan orientasi pada

tindakan pembelajaran siklus II, dan hasil diskusi dengan pengamat, peneliti

mengidentifikasi masalah dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15

Hasil Observasi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Siklus II

No. Temuan Observasi Catatan Lapangan Saran Perbaikan

1. Waktu pembelajaran

tidak sesuai dengan

RPP

Siswa sudah aktif

bertanya jawab

dalam kegiatan

diskusi

Motivasi siswa dalam

belajar harus tetap

ditingkatkan

Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan penelitian, peneliti

melakukan serangkaian analisis di antaranya analisis keaktifan dalam diskusi,

hasil belajar siswa daya serap klasikal dan rata-rata kelas yang diperoleh terhadap

materi pembelajaran dan metode yang digunakan setiap siklus tindakan. Data

yang dianalisis diperoleh dari hasil setiap siklus yang hasilnya dirangkum dalam

tabel 16.

Tabel 16

Tingkat Penguasaan Hasil Pembelajaran Bahasa Indonesia

No. Kode Siswa L/P Sebelum Hasil Perbaikan

Keterangan Siklus I Siklus II

1 S – 01 L 50 50 60

2 S – 02 L 40 40 50

3 S – 03 L 60 60 70

4 S – 04 L 50 80 70

5 S – 05 L 50 80 70

6 S – 06 L 60 70 80

7 S – 07 P 50 50 50

8 S – 08 P 50 60 70

9 S – 09 L 60 70 70

10 S – 10 L 50 50 60

11 S – 11 L 50 60 60

12 S – 12 P 50 50 50

13 S – 13 P 50 60 70

14 S – 14 P 50 60 70

15 S – 15 P 50 60 50

Page 46: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

40

16 S – 16 P 60 70 70

17 S – 17 P 60 70 70

18 S – 18 L 70 50 80

19 S – 19 P 60 70 70

20 S – 20 L 70 60 80

21 S – 21 L 40 50 70

22 S – 22 P 40 50 60

23 S – 23 L 50 50 60

24 S – 24 P 60 60 70

25 S – 25 P 60 60 70

26 S – 26 P 60 60 60

27 S – 27 L 60 60 70

28 S – 28 P 60 60 70

29 S – 29 L 70 70 70

30 S – 30 P 80 80 50

31 S – 31 L 70 60 90

32 S – 32 L 60 60 100

33 S – 33 P 40 40 50

Persentase Klasikal 51,51% 69,69% 81,81%

Rata-rata Kelas 55,75 60,00 66,96

Grafik 2

Grafik Penguasaan Hasil Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berdasarkan tabel 16 dan grafik 2 di atas dapat dilihat tingkat

keberhasilan pembelajaran, dimana sebelum diadakan perbaikan, penguasaan hasil

belajar siswa kelas VI B hanya 51,51%, pada siklus I menjadi 69,69%, dan pada

siklus II 81,81%. Sedangkan dilihat dari rata-rata kelas sebelum perbaikan 55,75,

pada siklus I 60,00 dan pada siklus II 66,96. Dengan demikian siklus I ke siklus II

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

Persentase Klasikal

Sebelum

Siklus I

Siklus II

Page 47: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

41

mengalami kenaikan sekitar 12,12% sedangkan rata-rata kelas mengalami

kenaikan 6,09.

Tabel 17

Tingkat Keaktifan Pembelajaran Bahasa Indonesia

No. Kode Siswa L/P Sebelum Aktifitas Siswa

Keterangan Siklus I Siklus II

1 S – 01 L - - + - = Kurang

2 S – 02 L - - + + = Cukup

3 S – 03 L - - + ++ = Baik

4 S – 04 L ++ ++ ++

5 S – 05 L ++ ++ ++

6 S – 06 L + + +

7 S – 07 P + + +

8 S – 08 P - - +

9 S – 09 L + + +

10 S – 10 L + - +

11 S – 11 L - - -

12 S – 12 P - + +

13 S – 13 P - - +

14 S – 14 P - + ++

15 S – 15 P - - -

16 S – 16 P + + -

17 S – 17 P - - -

18 S – 18 L + + ++

19 S – 19 P + + ++

20 S – 20 L - - +

21 S – 21 L + + ++

22 S – 22 P - - -

23 S – 23 L + + +

24 S – 24 P - - -

25 S – 25 P + + +

26 S – 26 P - - -

27 S – 27 L + + +

28 S – 28 P - - +

29 S – 29 L + + +

30 S – 30 P - - -

31 S – 31 L + + +

32 S – 32 L ++ ++ ++

33 S – 33 P - - +

Kurang 51,51% 48,48% 24,24%

Cukup 39,39% 42,42% 54,54%

Baik 9,09% 9,09% 21,21%

Page 48: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

42

Dari hasil observasi proses pembelajaran, tingkat penguasaan hasil

pembelajaran Bahasa Indonesia dan refleksi serta diskusi dengan teman sejawat,

maka pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode diskusi

mengalami kemajuan dapat membantu pemahaman siswa terhadap pembelajaran

Bahasa Indonesia.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pembahasan Hasil Pembelajaran Matematika

Dari hasil analisis yang dilakukan penggunaan teknik probing dalam

pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman Matematika pada

umumnya berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang diinginkan.

Tingkat penguasaan dan keberhasilan belajar siswa dalam pembelajaran

dengan teknik probing dapat meningkat meskipun siklus I belum

mencapai standar ketuntasan. Hal ini disebabkan siswa masih beradaptasi

dengan pembelajaran yang dikembangkan dan lemahnya kemampuan

berhitung siswa dalam pecahan. Peningkatan hasil belajar siswa secara

klasikal menjadi acuan guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran

cukup tinggi. Meski dalam siklus I belum mencapai pada ketuntasan.

Pada pembelajaran tindakan siklus II mencapai hasil 84,84%. Sementara

itu jawaban siswa terhadap pertanyaan cukup baik dan aktifitas siswa

dalam menanggapi probing juga baik. Aktifitas siswa yang terjadi dalam

pembelajaran menggunakan teknik probing akan meningkatkan

pemahaman Matematika siswa menunjukan aktifitas siswa, siswa

memperhatikan penjelasan atau pertanyaan guru, melakukan tanya jawab

antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru sangat dominan.

Pembelajaran dengan teknik ini menciptakan suasana belajar yang efektif.

Juga mobilitas siswa dalam pembelajaran dengan adanya siswa yang

berani mengajukan pendapat dan penjelasan ide mereka di depan kelas, di

mana hal ini tidak terjadi pada waktu pembelajaran sebelum menggunakan

teknik probing. Secara umum penggunaan teknik probing dalam

pembelajaran memecahkan masalah perbandingan dan skala dapat

Page 49: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

43

memberi pengaruh dalam meningkatkan pemahaman Matematika siswa

dan guru, dapat meningkatkan pembelajarannya. Namun demikian dari

hasil pengamatan dan penganalisisan penggunaan teknik probing memiliki

kelemahan dan keunggulan.

Kelemahannya adalah sebagai berikut:

a. Sulit merencanakan waktu yang tepat untuk setiap jenis kegiatan,

kadang-kadang ada jawaban yang tidak sesuai dengan yang diinginkan

oleh guru, sehingga guru mencari alternatif pertanyaan lain, serta

memberi bimbingan agar siswa dapat membangun pengetahuan baru.

b. Sulit merencanakan serangkaian pertanyaan untuk diajukan satu-satu

sampai selesai. Karena apabila pertanyaan dijawab dengan salah, maka

pertanyaan lain tidak tersampaikan.

c. Sulit menghindari jawaban serempak.

Keunggulannya adalah sebagai berikut:

a. Siswa diberi kepercayaan untuk membangun sendiri pengetahuannya

dan diarahkan untuk belajar mandiri.

b. Perhatian siswa dalam pembelajaran yang sedang dipelajarinya lebih

terjaga karena siswa selalu mempersiapkan jawaban, sehingga mereka

harus siap jika tiba-tiba ditanya oleh guru.

2. Pembahasan Hasil Pembelajaran Bahasa Indonesia

Hasil analisis yang dilakukan, penggunaan metode diskusi untuk

meningkatkan pemahaman Bahasa Indonesia sesuai yang diharapkan.

Tingkat penguasaan dan keberhasilan siswa cukup meningkat, meskipun

pada pembelajaran siklus I belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan

disebabkan pada siklus ini siswa belum memahami benar cara-cara

berdiskusi sehingga masih ada beberapa siswa yang belum aktif dan masih

lemahnya siswa untuk memahami bacaan.

Hasil pembelajaran secara klasikal menjadi acuan dalam keberhasilan

dalam pembelajaran. Pada siklus I hasil evaluasi belum mencapai kriteria

ketuntasan, akan tetapi pada pembelajaran siklus II telah tercapai dengan

memperoleh nilai 81,81% di atas kriteria ketuntasan klasikal yang

Page 50: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

44

ditetapkan, yaitu 75% dari seluruh siswa. Kegiatan siswa dalam berdiskusi

menunjukan keaktifan, dimana siswa dapat berkolaborasi dengan teman

kelompoknya. Menyampaikan ide-ide yang dimiliki dan belajar menerima

pendapat orang lain sehingga akan timbul sifat saling menghargai.

Kendala yang terjadi adalah penggunaan waktu melebihi jadwal yang

ditentukan. Pada umumnya pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

menggunakan metode diskusi dapat meningkat.

Page 51: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pembelajaran Matematika

Dari hasil penelitian tindakan kelas ini, maka dapat disimpulkan:

a. Jika dengan menggunakan teknik probing dalam kelompok kecil

dalam pembelajaran Matematika, maka terjadi peningkatan

pemahaman belajar siswa.

b. Dengan menggunakan teknik probing dalam pembelajaran Matematika

ketersediaan waktu tidak memadai.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Jika dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia dapat meningkatkan pemahaman terhadap pembelajaran

pada tujuan yang ingin dicapai.

b. Dengan menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia, ketersediaan waktu tidak memadai.

B. Saran

1. Pembelajaran Matematika

Setelah mengkaji masalah dan kesimpulan, maka penulis mengajukan

saran-saran sebagai berikut:

a. Untuk mencapai tujuan pembelajaran Matematika, maka hendaknya

menggunakan berbagai teknik, salah satunya teknik probing dalam

kelompok kecil.

b. Bagi guru bidang studi, dalam meningkatkan pemahaman dan

keterampilan siswa, guru dituntut untuk melakukan pendalaman

tentang teknik probing.

c. Untuk lebih efektitasnya waktu dalam pembelajaran dengan teknik

probing, disarankan kepada guru untuk lebih banyak menyediakan

waktu pada proses inti pembelajaran.

Page 52: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

46

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, maka

disarankan kepada guru untuk menggunakan berbagai macam teknik

pembelajaran, salah satunya dengan teknik diskusi.

b. Disarankan kepada guru yang menggunakan metode diskusi, untuk

selalu memberikan dorongan kepada siswa berperan aktif.

c. Untuk lebih efektifnya waktu diskusi, maka guru harus memfokuskan

siswa pada pokok persoalan yang sedang dibahas dalam diskusi.

Page 53: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

47

DAFTAR PUSTAKA

Asrori Mohamad. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. CV. Wacana Prima

BNSP Depdiknas, (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar. Jakarta:

Depdiknas.

Erman, (2004). Model-Model Pembelajaran Matematika. Bandung.

Lina, N. (2006). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMA

Melalui Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Probing Dalam

Kelompok Kecil. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Muhibbin, (2001). Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Probing Dalam

Kelompok Kecil Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar. Skripsi jurusan

matematika STKIP Siliwangi Bandung : Tidak diterbitkan.

Nurgiyantoro. (1988). Penilaian dalam Pengajaran. Yogyakarta

Nurkholis Hanif, Mafrukhi. (2007). Sasebi Saya Senang Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Pateda. (1998). Analisis Kesalahan. Flores: Nusa Indah

Santoso Puji, dkk. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: Universitas Terbuka.

Sumiati, Asra. (2008). Metode Pembelajaran. CV. Wacana Prima.

Setiawan, (2003). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Teknik

Probing Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Komunikasi Matematika

Siswa Kelas IC SLTP Negeri 15 Bandung. Skripsi Jurusan Pendidikan

Matematika FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sujarwo, (2000). Pembelajaran Dengan Menggunakan Teknik Probing Dalam

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa MAN: Tidak diterbitkan.

Tim Bina Karya Guru. (2007). Terampil Berhitung Matematika. Jakarta:

Erlangga.

Page 54: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

48

Wardani IGAK. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Universitas

Terbuka.

Warsidi Edi. (2008). Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas. Jakarta: Pusat

Perbukuan Depdiknas.

Windayana, H. (2002). Perbandingan Kemampuan Anak SD Dalam Memberi

Alasan Logis Yang Memperoleh Pembelajaran Teknik Probing Dengan

Yang Bisa. Jenis Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Page 55: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat pernyataan dari teman sejawat

2. Format kesediaan sebagai teman sejawat

3. RPP Siklus I Mata Pelajaran Eksakta

4. Lembar Observasi hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran Eksakta

Siklus I

5. RPP Siklus II Mata Pelajaran Eksakta

6. Lembar Observasi hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran Eksakta

Siklus II

7. RPP Siklus I Mata Pelajaran Non Eksakta

8. Lembar Observasi hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran Non Eksakta

Siklus I.

9. RPP Siklus II Mata Pelajaran Non Eksakta

10. Lembar Observasi hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran Non Eksakta

Siklus II.

11. Foto Copy TBS (Tanda Bukti Setor)

12. Foto Copy Kartu Mahasiswa

Page 56: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN EKSAKTA

SIKLUS I

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VI/2

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi

Melakukan operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah

B. Kompetensi Dasar

Memecahkan masalah perbandingan dan skala

C. Indikator

Menjelaskan cara memecahkan masalah yang berkaitan dengan perbandingan

I. Tujuan Perbaikan Pembelajaran

1. Meningkatkan pemahaman Matematika siswa dengan menggunakan

tehnik probing

2. Guru meningkatkan KBM dengan menggunakan teknik probing

II. Materi Pembelajaran

Perbandingan

Contoh:

Ayah membutuhkan 3 mobil truk untuk mengangkut 6 ton pasir yang dikirim

ke Jakarta.

Berapa mobil truk yang ayah butuhkan apabila akan mengirim 12 ton pasir.

Jawab:

3 mobil truk mengangkut 6 ton pasir

Truk yang dibutuhkan untuk mengangkut 12 ton pasir adalah

3 : 6 = n : 12 atau 3 = n

6 12

3 x 12 = n x 6

36 = n x 6

n = 36 = 6

6

Jadi, mobil truk yang dibutuhkan untuk mengangkut 12 ton pasir adalah 6.

III. Metode Pembelajaran

Ceramah, tanya jawab, pendekatan teknik probing, penugasan.

Page 57: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (10 Menit)

Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama-sama

Guru melakuakn absensi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Guru melakukan apersepsi

Guru menyampaikan langkah-langkah yang akan dicapai dalam proses

pembelajaran

2. Kegiatan Inti (45 Menit)

Siswa menyimak materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru

Siswa dan guru melakukan tanya jawab masalah-masalah yang

berhubungan dengan perbandingan

Siswa dengan teman sebangku menentukan perbandingan tertentu

secara terbimbing

Guru meminta beberapa siswa ke depan untuk mengerjakan soal, guru

membimbing cara pengerjaannya

Bersama-sama membahas soal-soal yang dikerjakan teman

3. Kegiatan Akhir (15 Menit)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan

pertanyaan tentang materi pembelajaran yang baru disampaikan

Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah

disampaikan

Siswa mengerjakan tes tertulis

Guru memberikan tugas pekerjaan rumah

Guru memberitahukan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang

akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

V. Alat dan Sumber Belajar

Alat : -

Sumber : - KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

- Buku Gemar Matematika 6 untuk SD/MI YD. Sumanto, dkk.

- Buku Trampil Berhitung Matematika untuk SD kelas VI Tim

Bina Karya Guru

VI. Evaluasi

1. Prosedur

Awal : ada

Proses : ada

Akhir : ada

2. Jenis : lisan, tertulis

3. Bentuk : uraian

4. Instrumen:

Soal-soal terlampir

Page 58: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

Mengetahui,

Kepala Sekolah

Kosih Rochmansyah, S.Pd.

NIP. 195504121975121003

Purwakarta, 2 Maret 2010

Mahasiswa

Nuryati

NIM. 817280483

Page 59: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN EKSAKTA

SIKLUS II

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : VI/2

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi

Melakukan operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah

B. Kompetensi Dasar

Memecahkan masalah perbandingan dan skala

C. Indikator

Menjelaskan cara memcahkan masalah yang berkaitan dengan perbandingan.

I. Tujuan Perbaikan Pembelajaran

1. Meningkatkan pemahaman Matematika siswa dengan menggunakan

teknik probing

2. Guru meningkatkan KBM dengan menggunakan teknik probing

II. Materi Pembelajaran

Perbandingan umur seorang ayah dan anaknya adalah 5 : 2 jumlah umur

mereka masing-masing?

Jawab:

umur ayah : umur anak adalah 5 : 2

Jumlah perbandingan umur mereka adalah 5 + 2 = 7

Umur ayah adalah 5 x 63 tahun = 45 tahun

7

Umur anak adalah 2 x 63 tahun = 18 tahun

7

Jadi, umur ayah 45 tahun dan umur anak 18 tahun

III. Metode Pembelajaran

Ceramah, tanya jawab, pendekatan teknik probing dalam kelompok kecil,

penugasan.

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (10 Menit)

Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama-sama

Guru melakukan absensi

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Guru melakukan apersepsi

Guru menyampaikan langkah-langkah yang akan dicapai dalam proses

pembelajaran

Page 60: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

2. Kegiatan Inti (45 Menit)

Siswa menyimak materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru

Siswa dan guru melakukan tanya jawab masalah-masalah yang

berhubungan dengan perbandingan

Siswa dengan teman sebangku menentukan perbandingan tertentu

secara terbimbing

Guru meminta beberapa siswa ke depan untuk mengerjakan soal, guru

membimbing cara pengerjaannya

Bersama-sama membahas soal-soal yang dikerjakan teman

3. Kegiatan Akhir (15 Menit)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan

pertanyaan tentang materi pembelajaran yang baru disampaikan

Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah

disampaikan

Siswa mengerjakan tes tertulis

Guru memberikan tugas pekerjaan rumah

Guru memberitahukan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang

akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

V. Alat dan Sumber Belajar

Alat : -

Sumber : - KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

- Buku Gemar Matematika 6 untuk SD/MI YD. Sumanto, dkk.

- Buku Trampil Berhitung Matematika untuk SD kelas VI Tim

Bina Karya Guru

VI. Evaluasi

1. Prosedur

Awal : ada

Akhir : ada

2. Jenis : lisan, tertulis

3. Bentuk : uraian

4. Instrumen:

Soal-soal terlampir

Mengetahui,

Kepala Sekolah

Kosih Rochmansyah, S.Pd.

NIP. 195504121975121003

Purwakarta, 9 Maret 2010

Mahasiswa

Nuryati

NIM. 817280483

Page 61: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN NON EKSAKTA

SIKLUS I

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VI/2

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi

Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca teks drama

B. Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, jalan, cerita dan

amanat) dari teks drama anak

C. Indikator

Menemukan unsur tokoh, sifat, latar dan tema dari teks drama anak

I. Tujuan Perbaikan Pembelajaran

Meningkatkan pemahaman membaca Bahasa Indonesia siswa dengan

menggunakan metode diskusi

II. Materi Pembelajaran

Drama anak (menemukan unsur dalam drama)

Drama Anak

Unsur-unsur yang terdapat dalam teks drama anak di antaranya:

Tokoh, sifat, latar, dan tema.

1. Tokoh adalah pelaku cerita atau drama

2. Sifat atau watak adalah prilaku tokoh

3. Latar adalah tempat atau waktu terjadinya cerita atau peristiwa

a. Latar tempat misalnya di jalan, di teras rumah, di sekolah, di kantor

polisi dan lain-lain.

b. Latar waktu misalnya pada siang hari, malam hari, sore dan lain-lain.

4. Tema adalah hal pokok yang dibicarakan dalam cerita atau drama .

Misal: persahabatan, nasihat berbuat baik, kejujuran, keserakahan dan

lain-lain

III. Metode Pembelajaran

Ceramah, diskusi, penugasan

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (10 Menit)

Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama-sama

Guru melakukan absensi

Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran

Guru melakukan apersepsi

Page 62: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

Guru menyampaikan langkah-langkah yang akan dicapai dalam proses

pembelajaran

2. Kegiatan Inti (45 Menit)

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok

Guru membagikan lembar kerja pada tiap-tiap kelompok

Guru menjelaskan materi pembelajaran yang akan didiskusikan

Siswa menerima penjelasan tentang materi yang akan didiskusikan

Siswa bekerja sama dengan kelompok untuk menemukan unsur yang

terdapat dalam drama anak

Guru mendampingi siswa dalam diskusi

Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi

Kelompok lain menanggapi

Guru mengakhiri kegiatan dengan memberi penegasan serta penguatan

berupa pujian

Siswa mengakhiri diskusi dan mencatat hasil diskusi

3. Kegiatan Akhir (15 Menit)

Siswa dibimbing untuk menyimpulkan materi pembelajaran

Guru memberikan tes tertulis

Guru memberikan tugas pekerjaan rumah

Guru memberitahu tentang materi yang akan dibahas pada pertemuan

selanjutnya

V. Alat dan Sumber Belajar

Alat : Naskah Drama Anak

Sumber : KTSP, Buku Bahasa Indonesia Kelas VI dan buku lain yang

relevan

VI. Evaluasi

1. Prosedur

Awal : ada

Proses : ada

Akhir : ada

2. Jenis Tes : Tertulis

3. Bentuk : Isian

4. Alat Evaluasi : Soal-soal

Mengetahui,

Kepala Sekolah

Kosih Rochmansyah, S.Pd.

NIP. 195504121975121003

Purwakarta, 15 Maret 2010

Mahasiswa

Nuryati

NIM. 817280483

Page 63: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN NON EKSAKTA

SIKLUS II

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VI/2

Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit

A. Standar Kompetensi

Memahami teks dengan membaca intensif dan membaca teks drama

B. Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, jalan, cerita dan

amanat) dari teks drama anak

C. Indikator

Menemukan unsur tokoh, sifat, latar, tema, jalan cerita dan amanat dari

teks drama anak

I. Tujuan Perbaikan Pembelajaran

Meningkatkan pemahaman membaca Bahasa Indonesia siswa dengan

menggunakan metode diskusi

II. Materi Pembelajaran

Drama anak (menemukan unsur dalam drama)

Drama Anak

Unsur-unsur yang terdapat dalam teks drama anak di antaranya:

Tokoh, sifat, latar, tema, alur cerita, amanat

1. Tokoh adalah pelaku cerita atau drama.

2. Sifat atau watak adalah prilaku tokoh.

3. Latar adalah tempat atau waktu terjadinya cerita atau peristiwa.

a. Latar tempat misalnya di jalan, di teras rumah, di sekolah, di kantor

polisi dan lain-lain.

b. Latar waktu misalnya pada siang hari, malam hari, sore dan lain-lain.

4. Tema adalah hal pokok yang dibicarakan dalam cerita atau drama .

Misal: persahabatan, nasihat berbuat baik, kejujuran, keserakahan dan

lain-lain.

5. Alur cerita adalah jalan cerita dari awal sampai akhir cerita.

6. Amanat adalah pesan yang disampaikan dalam cerita atau drama.

III. Metode Pembelajaran

Ceramah, diskusi, penugasan

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal (10 Menit)

Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama-sama

Guru melakukan absensi

Page 64: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran

Guru melakukan apersepsi

Guru menyampaikan langkah-langkah yang akan dicapai dalam proses

pembelajaran

2. Kegiatan Inti (45 Menit)

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok

Guru membagikan lembar kerja pada tiap-tiap kelompok

Guru menjelaskan materi pembelajaran yang akan didiskusikan

Siswa menerima penjelasan tentang materi yang akan didiskusikan

Siswa bekerja sama dengan kelompok untuk menemukan unsur yang

terdapat dalam drama anak

Guru mendampingi siswa dalam diskusi

Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi

Kelompok lain menanggapi

Guru mengakhiri kegiatan dengan memberi penegasan serta penguatan

berupa pujian

Siswa mengakhiri diskusi dan mencatat hasil diskusi

3. Kegiatan Akhir (15 Menit)

Bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran

Siswa mengerjakan tes tertulis

Guru memberikan tugas pekerjaan rumah

Guru memberitahu tentang materi yang akan dibahas pada pertemuan

selanjutnya

V. Alat dan Sumber Belajar

Alat : Naskah Drama Anak

Sumber : KTSP, Buku Bahasa Indonesia Kelas VI dan buku lain yang

relevan

VI. Evaluasi

1. Prosedur

Awal : ada

Proses : ada

Akhir : ada

2. Jenis Tes : Tertulis

3. Bentuk : Uraian

4. Alat Evaluasi : Soal-soal

Mengetahui,

Kepala Sekolah

Kosih Rochmansyah, S.Pd.

NIP. 195504121975121003

Purwakarta, 20 Maret 2010

Mahasiswa

Nuryati

NIM. 817280483

Page 65: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

Lembar Kerja Diskusi Kelompok Bahasa Indonesia (Non Eksakta)

Siklus I

Bacalah naskah drama anak yang tersedia lalu diskusikan dengan kelompok,

dan kerjakan perintah berikut!

1. Judul : .....................................................................................................

2. Latar : .....................................................................................................

3. Tokoh : .....................................................................................................

4. Tema : .....................................................................................................

5. No. Nama Tokoh Sifat/Watak Tokoh

1)

2)

3)

4)

5)

Kunci Jawaban Diskusi

1. Judul : Kebakaran

2. Latar : Diperkampungan, jam 3 pagi

3. Tokoh : Para penduduk, Ibu, Deni, Ayah, Pria

4. Tema : Peristiwa Kebakaran

5. No. Nama Tokoh Sifat/Watak Tokoh

1)

2)

3)

4)

5)

Para penduduk

Ibu

Deni

Ayah

Pria

Baik membangunkan penduduk

Cekatan

Hati-hati

Bijaksana

Penipu

Kriteria Penilaian

Nomor 1 skor 20

Nomor 2 20

Nomor 3 20

Nomor 4 20

Nomor 5 20

Nilai Akhir = Jawaban benar x 10

10

Page 66: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

Lembar Kerja Diskusi Kelompok Bahasa Indonesia (Non Eksakta)

Siklus II

Bacalah naskah drama anak yang tersedia lalu diskusikan dengan kelompok,

dan kerjakan perintah berikut!

1. Tuliskan nama-nama tokoh dalam drama tersebut!

2. Jelaskan bagaimana sifat tokoh-tokohnya!

3. Tuliskan latar yang ada dalam naskah drama tersebut!

4. Jelaskan tema dan amanat dari tema tersebut!

5. Susunlah kalimat berikut sesuai urutan jalan cerita naskah drama tersebut!

a. Kedua pengawal mencari cermin di pasar.

b. Sang Ratu baru bangun dari tidur.

c. Kedua pengawal bertemu pemilik toko.

d. Pemuda pemilik kaca bertemu dengan Ratu.

e. Ratu sadar akan kesalahannya.

f. Ratu bercermin dan salah satu cerminnya pecah.

g. Ratu memerintahkan pengawal mencari cermin.

h. Kedua pengawal bertemu pemuda pemilik cermin.

i. Ratu bercermin dan mendapati bayangan wajahnya dipenuhi ulat.

j. Kedua pengawal memaksa si pemuda bertemu sang Ratu.

Page 67: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

Kunci Jawaban Diskusi

1. Ratu, Pengawal 1, Pengawal 2, Pemilik Toko dan Pemuda.

2. a. Ratu sifatnya serakah

b. Pengawal 1 sifatnya pemarah

c. Pengawal 2 sifatnya bijaksana

d. Pemilik Toko sifatnya baik hati

e. Pemuda sifatnya berani

3. a. Latar tempat : Di kerajaan dan di pasar

b. Latar waktu : Pagi hari

4. a. Temanya adalah nasehat

b. Amanatnya adalah supaya tidak serakah

5. b. Sang Ratu bangun dari tidurnya.

f. Ratu bercermin dan salah satu cerminnya pecah.

g. Ratu memerintahkan pengawal mencari cermin di pasar.

a. Kedua pengawal mencari cermin di pasar.

c. Kedua pengawal bertemu pemuda pemilik cermin.

j. Kedua pengawal memaksa pemuda bertemu sang Ratu.

d. Pemuda pemilik kaca bertemu sang Ratu.

i. Ratu bercermin dan mendapati bayangan wajahnya dipenuhi ulat.

e. Ratu sadar akan kesalahannya.

Kriteria Penilaian

Nomor 1 skor 20

Nomor 2 20

Nomor 3 20

Nomor 4 20

Nomor 5 20

Nilai Akhir = Jawaban benar x 10

10

Page 68: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

Lembar Kerja Siswa Bahasa Indonesia (Non Eksakta)

Siklus II

Bacalah teks drama yang tersedia lalu jawablah pertanyaan berikut!

1. Sebutkan tokoh yang terdapat dalam teks drama tersebut!

2. Sebutkan latar dari teks drama tersebut!

3. Sebutkan amanat yang terkandung dari drama tersebut!

4. Sebutkan tema dari drama tersebut!

5. Susunlah kalimat berikut sesuai urutan jalan cerita naskahn drama tersebut!

a. Deri merasa malu

b. Ibu menasehati Deri agar menjaga kebersihan.

c. Deri pulang sekolah

d. Deri janji tidak akan membuang sampah sembarangan

e. Ibu menghampiri Deri

f. Deri menjerit-jerit ketakutan

g. Ibu memarahi Deri karena meletakkan sepatu sembarangan

h. Deri masuk ke kamar tidur

i. Ibu memarahi Deri karena jorok

j. Ibu kaget melihat sampah berserakan

Kunci Jawaban

1. Ibu dan Deri

2. Rumah, malam hari, pagi hari.

3. Menjaga kebersihan

4. Kebersihan

5. c. Deri pulang sekolah

g. Ibu memarahi Deri karena meletakkan sepatu sembarangan

h. Deri masuk ke kamar tidur

f. Deri menjerit-jerit ketakutan

e. Ibu menghampiri Deri

j. Ibu kaget melihat sampah berserakan

i. Ibu memarahi Deri karena jorok

a. Deri merasa malu

b. Ibu menasehati Deri agar menjaga kebersihan.

d. Deri janji tidak akan membuang sampah sembarangan

Kriteria Penilaian

Nomor 1 skor 20

Nomor 2 20

Nomor 3 20

Nomor 4 20

Nomor 5 20

Nilai Akhir = Jawaban benar x 10

10

Page 69: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

Naskah Lembar Kerja Siswa Bahasa Indonesia (Non Eksakta)

Siklus II

Tikus-Tikus Nakal

Suasana di depan sekolah pada suatu hari sepulang sekolah. Terlihat

seorang anak sekolah bernama Deri membeli beberapa kantung kacang dari

sebuah warung. Ia segera pulang ke rumahnya.

Suasana rumah Deri. Deri membuka sepatu dan kaus kakinya. Ia

meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya. Ia lalu segera pergi ke

kamarnya. Ibunya melihat tindakan Deri.

Ibu : (marah) “Deri, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah

ibu sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu.”

Deri : (menyeka keringat di keningnya) “Deri kan capek, Bu. Hari ini rasanya

gerah banget. Lagian, kan ada Bi Surti.”

Ibu : “Bi Surti pulang kampung selama tiga hari.lagian, kenapa kamu

menanyakan Bi Surti?”

Deri : “Biasanya kan Bi Surti yang suka membereskan sepatuku.”

Ibu : (kesal) “Untuk hal seperti ini, ibu rasa kamu bisa mengerjakannya

sendiri”

Deri : (segera mengambil sepatu dan kaus kakinya yang berserakan)

“Aahh…Ibu.”

Deri segera masuk ke kamarnya. Suasana berganti menjadi kamar Deri.

Di kamar, terdapat sebuah tempat tidur kecil, kipas angin, meja belajar, dan

sebuah tempat sampah. Deri merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Ia

melemparkan tasnya ke samping bawah meja belajarnya. Ia belum mengganti

baju seragamnya. Lalu ia menyalakan kipas angin.

Deri : (sambil membaca buku yang diambilnya dari meja belajar) “Ahh…

begini kan lebih enak…”

Deri membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu persatu

dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya.

Page 70: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

Suasana malam. Deri tidak bisa tidur. Ia mendengar suara-suara aneh.

Ciiittt…cit…cittt… Deri ketakutan. Dari kolong tempat tidurnya, keluar seekor

tikus. Deri kaget. Ia paling takut pada tikus. Tidak berapa lama kemudian,

beberapa ekor tikus keluar dari kolong tempat tidurnya. Deri mengambil sapu

ijuk.

Deri : (mencoba mengusir tikus-tikus) “Ukhhh… mengganggu saja!”

(memukul seekor tikus)

Beberapa tikus malah menghampiri Deri.

Deri : (ketakutan dan menjerit-jerit) “Ibu, ibu tolongin Deri!”

Ibu : (membuka pintu kamar Deri) “Ada apa kok kamu teriak-teriak?”

Deri : (wajahnya pucat) “Ibu, banyak si Jerry!”

Ibu : “Jerry, siapa itu si Jerry?”

Deri : (menunjuk ke bawah tempat tidurnya) “Maksud Deri banyak tikus

kecil.”

Ibu : (kebingungan) “Di mana?”

Deri : “Ibu di bawah tempat tidur Deri! Deri takut. Deri tidak mau tidru di

kamar Deri”

Ibu : “Ya sudah, malam ini kamu tidur bersama kakakmu saja.”

Suasana pagi hari. Ibu masuk ke kamar Deri. Ia kaget melihat sampah-

sampah berserakan di bawah tempat tidur Deri.

Ibu : (berteriak, mukanya cemberut) “Deriii… sini!”

Deri : (memakai seragam sekolah) “Ya ada apa, Bu?”

Ibu : “Lihat!” (menunjuk ke sampah yang berserakah) “Kamu jorok sekali.

Pantas banyak tikus di kamarmu.”

Deri : (malu dan tertunduk) “Habis bagaimana dong?”

Ibu : “Lho kok, malah tanya. Mulai sekarang kamu harus menjaga

kebersihan kamarmu. Kamu jangan membuang sampah semabarangan

lagi. Kan, sudah ibu sediakan tempat sampah di kamarmu (menunjuk

ke tempat sampah) Apa perlu ibu membuatkan plang peringatan di

sini?”

Page 71: PKP - Probing pada Matematika dan Diskusi pada B. Indonesia

Deri : “Ibu biasa saja. Deri janji tidak akan membuang sampah sembarangan

lagi. Deri kapok sama si Jerry-Jerry nakal.”

Ibu : (tersenyum) “Ya sudah, sekarang kamu pergi ke sekolah. Pulang

sekolah nanti, kamu harus membersihkan kamarmu.”

Deri : “Baik, Bu!”

Sejak saat itu, Deri selalu menjaga kebersihan kamarnya.

Naskah drama ini adalah hasil pengubahan dari cerpen “Tikus-Tikus Nakal”.

Sumber: Bobo, 22 Februari 2007