pkn

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis, oleh sebab itu Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan keempat sila lainnya . Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Kesatuan Yang Maha Esa dan Kemanusian Yang Adil dan Beradab serta mendasari dan menjiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Perwujudan Persatuan Indonesia adalah tempat bagi keberagaman budaya atau etnis untuk mempereratnya persatuan, solidaritas tinggi, serta rasa bangga dan kecintaan kepada bangsa dan kebudayaan. Salah satu alat pemersatu bangsa Indonesia adalah bahasa indonesia itu sendiri. Hal yang dapat mempengaruhi lunturnya budaya indonesia yang beragam, salah stunya adalah dampak dari globalisasi. Makalah ini di tulis, bertujuan agar kita dapat menghayati dan mengamalkan sila Persatuan Indonesia ini dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.

description

gasdgasdgasdg

Transcript of pkn

Page 1: pkn

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis, oleh

sebab itu Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat

dipisahkan dengan keempat sila lainnya . Sila Persatuan Indonesia didasari dan

dijiwai oleh sila Kesatuan Yang Maha Esa dan Kemanusian Yang Adil dan

Beradab serta mendasari dan menjiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh

Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dan Keadilan

Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Perwujudan Persatuan Indonesia adalah tempat bagi keberagaman

budaya atau etnis untuk mempereratnya persatuan, solidaritas tinggi, serta rasa

bangga dan kecintaan kepada bangsa dan kebudayaan. Salah satu alat

pemersatu bangsa Indonesia adalah bahasa indonesia itu sendiri. Hal yang

dapat mempengaruhi lunturnya budaya indonesia yang beragam, salah stunya

adalah dampak dari globalisasi.

Makalah ini di tulis, bertujuan agar kita dapat menghayati dan

mengamalkan sila Persatuan Indonesia ini dalam berkehidupan berbangsa dan

bernegara. Saling hormat dan menghormati dan menghargai keberagaman

disekitarnya. Meyakini bahwa semboyan Bhineka Tunggal Ika merupakan

suatu hal yang nyata dan itu pasti adanya, karena dimanapun kita tinggal,

dengan bahasa apa kita berbicara, agama apa yang kita anut, dan adat yang kita

pakai

B. RumusanMasalah

1. Bagaimana hubungan antara sila ke-3 Pancasila dengan keanekaragaman

budaya Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap budaya Indonesia?

3.  Bagaimana fungsi bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa, dsri

beragam budaya?

Page 2: pkn

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Hubungan antara Sila ke-3 Pancasila dengan keanekaragaman budaya

Indonesia.

Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah

sebagai penjelmaan sifat kodrat manuasia monodualis yaitu sebagai makhluk

individu dan makhluk sosial. Negara adalah suatu persekutuan hidup bersama

diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa, suku, ras,

kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan

merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-

elemen yang membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah

beranekaragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang

diliukiskan dalam Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukan untuk diruncingkan

menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa

yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk

mewujudkan tujuan bersama sebagai bangsa.

Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, indvidu,

maupun golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas

tercapainya harkat dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan

kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk

merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat

integral. Oleh karena itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap

warganya dan seluruh tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum

(kesejahteraan seluruh warganya) mencerdaskan kehidupan warganya serta

dalam kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk

mewujudkan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan

keadilan sosial.

Keanekaragaman yang kita miliki harus dijaga sebaik mungkin.

Keanekaragaman yang kita inginkan adalah keanekaragaman yang

bermartabat, yang berdiri tegak di atas moral dan etika bangsa kita sesuai

Page 3: pkn

dengan keragaman budaya kita sendiri. Untuk menjaga keanekaragaman yang

bermartabat itulah, maka berbagai hal yang mengancam keanekaragaman

mesti ditolak, pada saat yang sama segala sesuatu yang mengancam moral

keanekaragaman mesti diberantas.

B. Separatisme di Negeri Rawan Konflik

Indonesia kembali bergejolak. Negeri kita bak karang yang diterjang ombak

terus-terusan. Kita lihat saja apakah karang itu mampu bertahan atau justru

terkikis oleh kerasnya badai lautan. Di tengah hangat-hangatnya kisruh

politik di Ibu Kota, di seberang timur Papua terjadi serangan oleh kelompok

separatis yang menewaskan 8 anggota TNI.

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menpolhukam),

Djoko Suyanto menduga kuat, Penembakan yang terjadi pada Kamis (21/02)

di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, itu merupakan

penyerangan yang dilakukan kelompok Gerakan Pengacau Keamanan (GPK)

pimpinan Goliath Tabuni. Sementara penembakan yang terjadi di Distrik

Sinak diduga dilakukan kelompok bersenjata pimpinan Murib.

Akhir-akhir ini memang banyak sekali kasus konflik yang mengancam

integritas bangsa Indonesia, baik yang bernuasa politik, sosial, ekonomi, atau

bahkan agama. Konflik tambang batu-bara di Papua, kekerasan agama di

Sampang, konflik lahan di Lampung, konflik tambang emas di Bima, dan

terakhir penyerangan oleh kelompok separatis di Papua ini.

Kekerasan dengan berbagai modus ternyata masih saja marak terjadi.

Selama delapan tahun belakang ini, kasus kekerasan diskriminasi meningkat

menjadi 1.483 kasus. Direktur Yayasan Denny JA, Novriantoni Kahar,

mengatakan, berdasarkan catatan yayasan yang bergerak di bidang

keberagaman itu, setidaknya ada 915 kasus kekerasan diskriminasi yang

terjadi pascareformasi tahun 1998-2004. Dari jumlah itu, kekerasan

diskriminasi per tahun mencapai 150 kasus.

Kasus penembakan di Papua ini bukan hal yang baru. Pada akhir

tahun 2012, penembakan juga terjadi terhadap 3 Polisi di Mapolsek Pirime,

Page 4: pkn

Kabupaten Lanny Jaya, Papua. Bahkan, pada akhir Mei 2012, seorang turis

warga negara Jerman, Dietmar Pieper, menjadi korban penembakan orang tak

dikenal di Pantai Base G, Jayapura, Papua. Sebelumnya juga sudah sering

terjadi konflik di daerah ini. Seperti konflik tambang, konflik antarsuku,

sampai aksi Organisasi Papua Merdeka (OPM) pernah terjadi. Ini

menandakan bahwa keberagaman di negeri ini belum sepenuhnya aman. TNI

yang notabene adalah alat pertahanan malah menjadi korban.

Separatisme

Penembakan yang terjadi di Papua ini diindikasikan adalah gerakan

separatis kelompok yang dulu menamakan diri sebagai Organisasi Papua

Merdeka (OPM). OPM ditengarai sering melakukan aksi kekerasan dan

melakukan penyerangan bersenjata terhadap warga sipil termasuk TNI dan

Polri di berbagai wilayah Papua untuk menciptakan ketidakstabilan.

Gerakan separatis biasanya berbasis nasionalisme atau kekuatan

religius. Separatisme juga bisa terjadi karena perasaan kurangnya kekuatan

politis dan ekonomi suatu kelompok. Sebagai contoh, di daerah Basque di

Spanyol, yang belum merdeka selama berabad-abad lamanya, mereka

mengembangkan kelompok separatis yang kasar sebagai reaksi terhadap aksi

penindasan oleh rezim Francisco Franco.

Di Indonesia gerakan ingin memisahkan diri dari NKRI sudah sering

terjadi. Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang memiliki tujuan supaya Aceh

merdeka dan lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah

salahsatu contohnya. Konflik antara pemerintah RI dan GAM yang

diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976 dan

menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15.000 jiwa.

Di Maluku Selatan juga terjadi gerakan separatis. Pada 25 April 1950,

telah dideklarasikan Republik Maluku Selatan (RMS) dengan maksud untuk

memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih

berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS

dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS

ditumpas tuntas pada November 1950.

Page 5: pkn

C. Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dalam Multikulturalisme

Untuk membangun bangsa ke depan diperlukan upaya untuk menjalankan

asas gerakan multikulturalisme menjadi sebuah ideologi yang dianggap

mampu menyelesaikan berbagai masalah, sebagai berikut:

a)  Manusia tumbuh dan besar pada hubungan sosial di dalam sebuah tatanan

tertentu, dimana sistem nilai di terapkan dalam berbagai simbol-simbol

budaya dan ungkapan-ungkapan bangsa.

b)  Keanekaragaman budaya menunjukkan adanya visi dan sistem dari

masing-masing kebudayaan sehingga budaya satu memerlukan budaya

lain. Dengan mempelajari kebudayaan lain, maka akan memperluas

cakrawala pemahaman akan makna multikulturalisme

c)  Setiap kebudayaan secara internal adalah majemuk sehingga dialog

berkelanjutan sangat diperlukan sebagai modal terciptanya semangat

persatuan dan kesatuan.

Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, paradigma

hubungan dialogal atau pemahaman timbal balik sangat dibutuhkan, untuk

mengatasi ekses-ekses negatif dari suatu problem disintegrasi bangsa.

Paradigma hubungan timbal balik dalam masyarakat multikultural

mensyaratkan tiga kompetensi normatif, yaitu kompetensi kebudayaan,

kemasyarakatan dan kepribadian.

Semangat kebersamaan dalam perbedaan sebagaimana terpatri dalam

wacana Bhineka Tunggal Ika perlu menjadi ruh atau spirit penggerak setiap

tindakan komunikatif, khususnya dalam proses pengambilan keputusan

politik, keputusan yang menyangkut persoalan kehidupan bersama sebagai

bangsa dan negara. Jika tindakan komunikatif terlaksana dalam sebuah

komunitas masyarakat multikultural, hubungan diagonal ini akan

menghasilkan beberapa hal penting, misalnya:

a)    Reproduksi kultural yang menjamin bahwa dalam konsepsi politik yang

baru, tetap ada kelangsungan tradisi dan koherensi pengetahuan yang

memadai untuk kebutuhan konsesus praktis dalam praktek kehidupan

sehari-hari.

Page 6: pkn

b)    Integrasi sosial yang menjamin bahwa koordinasi tindakan politis tetap

terpelihara melalui sarana-sarana hubungan antar pribadi dan antar

komponen politik yang diatur secara resmi (legitimate) tanpa

menghilangkan identitas masing-masing unsur kebudayaan.

c)    Sosialisasi yang menjamin bahwa konsepsi politik yang disepakati harus

mampu memberi ruang tindak bagi generasi mendatang dan penyelarasan

konteks kehidupan individu dan kehidupan kolektif tetap terjaga.

Dengan demikian kita melihat semboyan “Satu bangsa, satu tanah air

dan satu bahasa” dan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ bermakna bahwa bangsa

Indonesia adalah bangsa yang kokoh, beranekaragam budaya, etnik, suku, ras

dan agama, yang kesemuanya itu akan menjadikan Indonesia menjadi sebuah

bangsa yang mampu mengakomodasi kemajemukan itu menjadi suatu yang

tangguh sehingga ancaman disintegrasi dan perpecahan bangsa dapat

dihindari.

Dengan memperhatikan pokok-pokok tentang multikulturalisme dan

dihubungkan dengan kondisi negara Indonesia saat ini, kiranya menjadi jelas

bahwa multikulturalisme perlu dikembangkan di Indonesia, karena justru

dengan kebijakan inilah kita dapat memaknai Bhinneka Tunggal Ika secara

baik, seimbang dan proporsional. Dengan kebijakan ini pula kita dapat

membangun masa depan bangsa melalui penerapan “Persatuan Indonesia”

serta mengembangkan semangat nasionalisme sebagaimana diharapkan.

Untuk jangka waktu menengah dan panjang, ada lima agenda yang

perlu dilakukan untuk membangun bangsa Indonesia ke depan. Pertama,

bagaimana agar seluruh komponen bangsa dapat kembali pada komitmen

bersama yang mendasari lahirnya Republik Indonesia. Kita perlu

menghidupkan kembali dalam arti yang sedalam-dalamnya semangat Sumpah

Pemuda. Kita juga perlu memperbaharui cita-cita para “pendiri bangsa”.

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

perlu dihayati dan diamalkan kembali dan nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya harus dijadikan landasan tetap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kita perlu memperbarui makna dan pemahaman pada Pancasila yang sesuai

Page 7: pkn

dengan cita-cita di awal kemerdekaan dan cita-cita reformasi. Penerimaan

terhadap landasan dasar negara ini akan menghindarkan bangsa Indonesia

dari konflik ideologi yang tidak berkesudahan.

Kedua, mengkonsolidasikan demokrasi. Ada lima langkah yang harus

ditempuh bangsa Indonesia dalam rangka konsolidasi demokrasi, yaitu:

1. Membangun landasan konstitusional yang mampu menjamin

keberlangsungan demokrasi. Untuk ini diperlukan UUD yang telah

mengalami pembaruan dalam bentuk amandemen, sesuai dengan keadaan

nasional maupun global, yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi

informasi dan globalisasi dengan segala akibatnya. Untuk itu perlu

dibentuk suatu Komisi Negara, yang terdiri dari sejumlah ahli, untuk

menyusun konsep penyempurnaan UUD 45 yang lebih komprehensif,

yang mampu mengantar bangsa Indonesia memasuki abad pertama

milenium ketiga.

2. Membangun serta memperkuat institusi-institusi demokrasi, seperti:

berlakunya Trias Politika dalam kehidupan politik, berkembangnya

Masyarakat Madani, dan berlangsungnya Supremasi Hukum. Di samping

itu, perlu dipertegas berbagai hal yang berkaitan dengan tugas-tugas pokok

Polri dan TNI dalam sistem pertahanan dan keamanan.

3. Menaati proses dan mekanisme demokrasi, antara lain dalam hal: saling

menghargai perbedaan pendapat, menyelesaikan konflik melalui dialog

dan cara-cara damai, menabukan penggunaan kekerasan atau ancaman

kekerasan dalam menyelesaikan konflik, dan menghindari politisasi

agama.

4. Penghormatan terhadap HAM, antara lain dalam bentuk: menjamin civil

and political rights yang merupakan dasar demokrasi dan menjamin

kebebasan menyatakan pendapat, berserikat, dan lain-lain.

Ketiga, membangun hubungan yang setara dan adil antara pusat dan daerah.

Hal ini diwujudkan, antara lain dengan:

Page 8: pkn

1. Melaksanakan otonomi daerah secara bertahap tapi bersungguh-sungguh,

termasuk mempersiapkan berbagai peraturan perundangan dan

infrastruktur yang memadai.

2. Menjamin keadilan dalam pembagian kekayaan antara pusat dan daerah

serta antara daerah yang kaya dengan yang miskin.

Keempat, mengembalikan momentum pembangunan nasional, yang

dilaksanakan dengan merujuk pada UUD 45 yang telah disempurnakan serta

sejalan dengan aspirasi rakyat yang tertuang dalam berbagai Ketetapan MPR,

terutama dalam mewujudkan kehidupan demokrasi dan penghormatan pada

hak-hak asasi manusia sebagai wahana tercapainya masyarakat madani.

Kembalinya momentum pembangunan diupayakan dapat mencapai

pertumbuhan minimum yang mampu menampung dan menyiapkan lapangan

kerja bagi generasi penerus yang semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke

tahun.

Kelima, memperbaiki citra RI di dunia internasional. Dengan cara

mengembalikan peran Indonesia dalam kancah kehidupan regional maupun

internasional, dalam mewujudkan tata kehidupan global baru yang adil dan

damai. Di samping itu, perbaikan citra dilakukan dengan penanganan yang

serius terhadap berbagai permasalahan di dalam negeri. Politik luar negeri

dikembangkan dan dilaksanakan secara terencana dan sistematis, untuk

mencapai sasaran-sasaran yang jelas.

Hal penting lainnya dalam rangka membangun masa depan kehidupan

berbangsa adalah melalui kebijakan strategi kebudayaan nasional. Kita

mengetahui bahwa Indonesia merupakan bangsa yang pluralistik dan

multikultural. Ciri pluralistik, dengan keanekaragaman suku-suku bangsa

dengan adat istiadatnya masing-masing, bahasa, tradisi, keragaman agama dan

kepercayaan tradisional. Ciri multikultural, dengan melihat setiap suku bangsa

sebagai kesatuan budaya dan kearifan lokal yang dimilikinya, masing-masing

dengan keunggulan budayanya maupun hambatan budayanya. Keunggulan

diangkat untuk didayagunakan sebaik-baiknya dalam pembangunan nasional,

sedangkan hambatan budaya diatasi melalui pendekatan kultural yang seksama.

Page 9: pkn

Kepada anak-anak bangsa, sejak usia dini harus ditanamkan keyakinan bahwa

penduduk negara kita yang multikultural merupakan suatu mozaik yang

membentuk suatu gambar indah, dalam kesatuan bangsa di Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Strategi kebudayaan nasional pada dasarnya merupakan strategi untuk

membangun suatu pedoman bagi kehidupan bersama dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ciri bangsa Indonesia yang

pluralistik dan multikultural menyebabkan strategi kebudayaan nasional harus

diisi dengan nilai-nilai yang tepat, diantaranya prinsip mutualisme, yakni

kebersamaan dan kerjasama yang memberi manfaat kepada semua pihak yang

bekerjasama, bukan yang hanya searah dan menguntungkan satu pihak saja.

Strategi kebudayaan nasional Indonesia juga harus diisi dengan nilai-nilai

yang mendorong kemajuan bangsa, dimulai dengan membangun manusia yang

cerdas hidupnya, yang bukan hanya cerdas otaknya tetapi lebih penting lagi

mempunyai kehidupan yang berharkat dan bermartabat tinggi, tidak rendah

diri, sehingga mampu mendesain sendiri arah dan tujuan membangun bangsa

dan negara, tanpa ketergantungan terhadap pihak asing, baik negara atau

kekuatan asing. Dengan kata lain, menjadi tuan di negeri sendiri.

Dalam konteks ini nasionalisme merupakan landasan utama membangun

negara. Dengan mempertahankan nasionalisme yang diperoleh melalui

perjuangan kemerdekaan yang berat dan tangguh, kerjasama dengan dunia

internasional dilandasi oleh prinsip kesetaraan dan kemitraan, bukan

ketergantungan. Inilah yang harus ditanamkan pada bangsa Indonesia dalam

pendidikan mengenai karakter dan pekerti bangsa. Banyak pihak, baik

masyarakat awam, birokrat maupun intelektual sekalipun, dewasa ini sering

tidak menyadari bahwa nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pedoman

bagi kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai bangsa Indonesia telah

ditetapkan oleh para pendiri bangsa Indonesia secara serius sejak sebelum

kemerdekaan dan tertuang pada Dasar Negara Pancasila dan UUD 1945.

(Hidayat Nur Wahid, 2008)

Page 10: pkn

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telah kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang

memiliki banyak ragam budaya yang berbeda-beda dari setiap suku daerah yang

berbeda pula. Perbedaan itu sendiri justru memberikan kontribusi yang cukup

besar pada citra bangsa Indonesia. Kebudayaan dari tiap-tiap suku daerah inilah

yang menjadi penyokong dari terciptanya budaya nasional Indonesia.

Sebagai bangsa yang pluralistik, dalam membangun masa depan bangsa

dipandang perlu untuk memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan suku

bangsa dan kebudayaan agama yang ada di Indonesia. Dalam konteks itu pula

maka ribuan suku bangsa sebagai masyarakat yang multikultural yang terdapat di

Indonesia serta potensi-potensi budaya yang dimilikinya harus dilihat sebagai aset

negara yang dapat didayagunakan bagi pembangunan bangsa ke depan. Intinya

adalah menekankan pada pentingnya memberikan kesempatan bagi

berkembangnya masyarakat multikultural yang masing-masing harus diakui

haknya untuk mengembangkan dirinya melalui kebudayaan mereka.

Hal ini juga berarti bahwa masyarakat multikultural harus memperoleh

kesempatan yang baik untuk menjaga dan mengembangkan kearifan budaya lokal

mereka ke arah kualitas dan pendayagunaan yang lebih baik. Oleh karena itu,

walaupun masyarakat multikultural harus dihargai potensi dan haknya untuk

mengembangkan diri sebagai pendukung kebudayaannya di atas tanah kelahiran

leluhurnya, namun pada saat yang sama, mereka juga harus tetap diberi ruang  dan

kesempatan untuk mampu melihat dirinya, serta dilihat oleh masyarakat lainnya

yang sama-sama merupakan warga negara Indonesia, sebagai bagian dari bangsa

Indonesia, dan tanah leluhurnya termasuk sebagai bagian dari tanah air Indonesia.

Dengan demikian, membangun dirinya, membangun tanah leluhurnya, berarti

juga membangun bangsa dan tanah air tanpa merasakannya sebagai beban, namun

karena ikatan kebersamaan dan saling bekerjasama.

Page 11: pkn

B. Saran

Nilai-nilai dan identitas kebudayaan daerah yang menjadi citra bangsa,

yang juga merupakan sebagai alat untuk mempertahankan harga diri bangsa ini

mulai luntur. Masyarakat mulai enggan mengenali budaya nenek moyang mereka.

Padahal, sebagaimana yang telah tertulis di atas, bahwa kebudayaan daerah adalah

dasar dari kebudayaan nasional.

Oleh karena itu, demi terbentuknya kebudayaan Nasional yang benar-

benar dapat menyatukan kembali seluruh komponen budaya bangsa, perlu kita

mempelajari dan mengenal lebih dalam lagi tentang sejarah dan warisan-warisn

budaya kita, dan juga demi mencari jati diri yang bhineka itu. MERDEKA !!!

Page 12: pkn

DAFTAR PUSTAKA

http://dutashare.blogspot.com/2012/12/makalah-kewarganegaraan-

penerapan.html (Diakses pada tanggal 17 November 2013 pukul 21.57

WIB)

http://sumutpos.co/2013/03/53346/separatisme-di-negeri-rawan-konflik

(Diakses pada tanggal 17 November 2013 pukul 21.58 WIB)

http://technurlogy.wordpress.com/2010/03/31/multikulturalisme/ (Diakses pada

tanggal 17 November 2013 pukul 22.00 WIB)