Pkn pancaila sebagai ideologi yangterbuka

28

Transcript of Pkn pancaila sebagai ideologi yangterbuka

Pengertian PANCASILA

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini

terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti

prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman

kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang

Maha Esa,kemanusiaan yang adil dan beradab,persatuan Indonesia,

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan,dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan)

Undang-undang Dasar 1945

Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia merupakan ideologi

yang terbuka. Artinya pancasila memiliki nila-nilai yang bersifat tetap

dan tidak dapat berubah, namun dalam praktek sehari-hari pancasila

dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa harus mengubah

kandungannya.

Jika dasar negara bersifat tertutup maka bangsa Indonesia akan

tertinggal dari perkembangan zaman dan peradaban dunia. Akibatnya

Indonesia akan terkucilkan dari pergaulan internasional.

Sebagai Ideologi terbuka, Pancasila memberikan orientasi ke

depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi

kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi

globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang. Ideologi

Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam

jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam ikatan Negara kesatuan

Republik Indonesia.

PERBEDAAN IDEOLOGI TERBUKA DAN TERTUTUP

Ideologi Tertutup:

Merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan

memperbarui masyarakat

Atas nama ideologi dibenarkan pengorbananpengorbanan yang

dibebankan kepada masyarakat

Isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu melainkan terdiri

dari tuntutantuntutankonkret dan operasional yang keras, yang diajukan

dengan mutlak.

Ideologi Terbuka

Bahwa nilai-nilai dan citacitanya tidak dapat dipaksakan dari luar

melainkan digali dan diambildari moral, budaya masyarakat itu sendiri.

Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan

hasil musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut

Nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak

langsung operasional

1. Sebagai ideologi terbuka

Gagasan mengenai pancasila sebagai ideologi terbuka mulai

berkembang sejak tahun 1985. tetapi semangatnya sudah tumbuh sejak

Pancasila itu sendiri ditetapkan sebagai dasar Negara (Emran,

1994:38). Sebagai ideologi, Pancasila menjadi pedoman dan acuan kita

dalam menjalankan aktivitas di segala bidang, sehingga sifatnya harus

terbuka, luwes dan fleksibel dan tidak tertutup, kaku yang akan

membuatnya ketinggalan zaman. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Alfian, Pancasila telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka. Hal

ini dibuktikan dari adanya sifat-sifat yang melekat pada Pancasila

maupun kekuatan yang terkandung di dalamnya, yaitu pemenuhan

persyaratan kualitas tiga dimensi.

2. proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara

Proses perumusan pancasila sebagi dasar negara menjelang tahun

1945 Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya, banyak cara

yang digunakan jepang untuk menarik simpati khususnya kepada

bangsa Indonesia, salah satunya adalah janji Jepang untuk memberi

kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh Perdana

Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Sebagai kelajutan

dari janji tersebut, maka pada tanggal 29 April 1945, Jepang

membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesi (BPUPKI atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai), yang bertugas

untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan

Indonesia. BPUPKI diketuai oleh DR. Rajiman Widiodiningrat,

wakil ketua R. Panji Suroso dan Tuan Hachibangase dari Jepang dan

beranggotakan 60 orang. Selama masa tugasnya BPUPKI melakukan

dua kali sidang.

3. Fungsi Pokok Pancasila sebagai dasar Negara dan Ideologi

Negara

Adapun fungsi pokok pancasila sebagai dasar negara adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai dasar Negara, pancasila berkedudukan sebagai norma

dasar atau norma fundamental (fundamental norm) Negara dengan

demikian Pancasila menempati norma hukum tertinggi dalam Negara

ideologi Indonesia. Pancasila adalah cita hukum ( staatside ) baik

hukum tertulis dan tidak tertulis ( konvensi ).

2. Sebagai sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan

kaidah Negara yang fundamental artinya kedudukannya paling

tinggi, oleh karena itu Pancasila juga sebagai landasan ideal

penyususnan arturan – aturan di Indonesia. Oleh karena itu semua

peraturan perundangan baik yang dipusat maupun daerah tidak

menyimpang dari nilai Pancasila atau harus bersumber dari nilai -

nilai Pancasila.

3. Sebagai Pandangan Hidup, yaitu nilai Pancasila merupakan

pedoman dan pegangan dalam pembangunan bangsa dan Negara agar

tetap berdiri kokoh dan mengetahui arah dalam memecahkan masalah

ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan

keamanan.

4. Sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, nilai pancasila itu

mencerminkan kepribadian bangsa sebab nilai dasarnya kristalisasi

nilai budaya bangsa Indonesia asli, bukan diambil dari bangsa lain.

5. Sebagai Perjanjian luhur bangsa Indonesia, pancasila lahir dari

hasil musyawarah para pendiri bangsa dan negara (founding fathers)

sebagi para wakil bangsa, Pancasila yang dihasilkan itu dapat

dipertanggungjawabkan secara moral, sisio kulturil. Moral dalam arti

tidak bertentangan dengan nilai agama yang berlaku di Indonesia,

sosio kultural berarti cerminan dari nilai budaya bangsa Indonesia,

karena itu Pancasila merangkul segenap lapisan masyarakat Indonesia

yang majemuk ini.

1.1. Pengertian Nilai

Dalam pandangan filsafat, nilai (value : Inggris) sering dihubungkan

dengan masalah kebaikan. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai, apabila

sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik

(nilai moral), religius (nilai religi), dan sebagainya. Nilai itu ideal,

bersifat ide. Karena itu, nilai adalah sesuatu yang abstrak dan tidak dapat

disentuh oleh panca indera. Yang dapat ditangkap adalah barang atau

laku perbuatan yang mengandung nilai itu.

Ada dua pandangan tentang cara beradanya nilai, yaitu :

1.a. Nilai sebagai sesuatu yang ada pada obyek itu sendiri

(obyektif)

Merupakan suatu hal yang obyektif dan membentuk semacam

“dunia nilai”, yang menjadi ukuran tertinggi dari perilaku manusia

(menurut filsuf Max Scheler dan Nocolia Hartman).

1.b. Nilai sebagai sesuatu yang bergantung kepada penangkapan

dan perasaan orang (subyektif)

Menurut Nietzsche, nilai yang dimaksudkan adalah tingkat atau

derajat yang diinginkan oleh manusia. Nilai, yang merupakan tujuan

dari kehendak manusia yang benar, sering ditata menurut susunan

tingkatannya yang dimulai dari bawah, yaitu : nilai hedonis

(kenikmatan), nilai utilitaris (kegunaan), nilai biologis (kemuliaan),

nilai diri estetis (keindahan, kecantikan), nilai-nilai pribadi (susial,

baik), dan yang paling atas adalah nilai religius (kesucian).

1.2. Ciri-ciri Nilai

Pada dasarnya nilai dapat dibedakan berdasarkan cirinya.

Pembedaan tersebut adalah sebagai berikut :

1.a. Nilai-nilai yang mendarah daging (internalized value)

Yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian bawah sadar atau yang

mendorong timbulnya tin dakan tanpa berfikir lagi. Bila dilanggar,

timbul perasaan malu atau bersalah yang mendalam dan sukar

dilupakan, misalnya :

1) Orang yang taat beragama akan menderita beban mental

apabila melanggar salah satu norma agama tersebut.

2) Seorang prajurit di medan pertempuran akan menolong

temannya yang terluka, mekipun akan membahayakan jiwanya.

3) Seorang ayah berani bertarung maut demi menyelamatkan

anaknya yang sedang terkurung kobaran api yang membakar

rumahnya.

1.b. Nilai yang dominan

Merupakan nilai yang dianggap lebih penting dari pada nilai-nilai

lainnya. Hal ini nampak pada pilihan yang dilakukan seseorang pada

waktu berhadapan dengan beberapa alternatif tindakan yang harus

diambil. Beberapa pertimbangan dominan tidaknya nilai tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.

2) Lamanya nilai itu dirasakan oleh para anggota kelompok tersebut.

3) Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai itu.

4) Tingginya kedudukan (prestise) orang-orang yang membawakan

nilai tersebut

1.3. Macam-Macam Nilai

Nilai, erat hubungannya dengan kebudayaan dan masyarakat.

Setiap masyarakat atau setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai tertentu

mengenai sesuatu. Malah kebudayaan dan masyarakat itu sendiri

merupakan nilai yang tidak terhingga bagi orang yang memilikinya.

Koentjaraningrat menjelaskan bahwa “suatu sistem nilai budaya

biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia”.

No Nama Tokoh Pendapat/Uraian Keterangan

1. Alport Mengidentifikasi nilai-nilai yang terda-pat di dalam

kehidupan masyarakat, dalam 6 (enam) macam,

yaitu ;

nilai teori,

nilai ekonomi,

nilai estetika,

nilai sosial,

nilai politik, dan

nilai religi.

Manusia dalam memilih nilai-

nilai menempuh berbagai cara

yang dapat dibedakan menurut

tuju-annya, pertimbangan-nya,

penalarannya, dan

kenyataannya.

2. Sprange Nilai dapat dibedakan menjadi 6 (enam) antara lain

;

nilai ilmu pengetahuan,

nilai ekonomi,

nilai agama,

nilai seni,

nilai sosial, dan

nilai politik.

Nilai-nilai ini dapat digu-nakan

untuk mengenal tipe manusia.

Berberapa ahli telah mengidentifikasi macam-macam nilai yang selama

ini telah tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat, seperti berikut

ini :

3. Sprange, Harold

Lasswell

Mengidentifikasi 8 (delapan) nilai-nilai masyarakat

barat dalam hubungannya dengan manusia lain,

yaitu ;

kekuasaan,

pendidikan/penerangan (enlightenment),

kekayaan (wealth),

kesehatan (well-being),

keterampilan (skill),

kasih sayang (affection),

kejujuran (rectitude) dan keadilan

(rechtschapenheid) dan

kesegaran, respek (respect).

Dalam menganalisis macam-macam nilai selain para sarjana tersebut di atas,

dalam pandangan Prof. Dr. Notonagoro, nilai dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

bagian, yaitu :

1.Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

2.Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

mengadakan kgt atau aktivitas.

3.Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rokahni manusia.

Nilai kerokhanian dapat dibedakan atas 4 (empat) macam, antara lain :

1) Nilai kebenaran/ kenyataan yang bersumber dari unsur akal manus

ia (ratio, budi dan cipta).

2) Nilai keindahan yang bersumber dari unsur manusia (perasaan dan

estetis).

3) Nilai moral/ kebaikan yang bersumber dari unsur kehendak/ kemauan

(karsa dan etika).

4) Nilai religius, yaitu merupakan nilai ke-Tuhanan, kerokhanian yang tinggi

dan mutlak yang bersumber dari keyakinan/ kepercayaan manusia.

Nilai-nilai Pancasila itu merupakan nilai instrinsik yang

kebenarannya dapat dibuktikan secara obyektif, serta mengandung

kebenaran yang universal. Nilai-nilai Pancasila, merupakan kebenaran

bagi bangsa Indonesia karena telah teruji dalam sejarah dan dipersepsi

sebagai nilai-nilai subyektif yang menjadi sumber kekuatan dan pedoman

hidup seirama dengan proses adanya bangsa Indonesia yang dipengaruhi

oleh dimensi waktu dan ruang.

Nilai-nilai tersebut tampil sebagai norma dan moral kehidupan yang ditempa

dan dimatangkan oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia untuk

membentuk dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dalam wadah

negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus

1945. Nilai-nilai Pancasila itu menjadi sumber inspirasi dan cita-cita untuk

diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai tersebut tampil sebagai norma dan moral kehidupan yang

ditempa dan dimatangkan oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia

untuk membentuk dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dalam

wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17

Agustus 1945. Nilai-nilai Pancasila itu menjadi sumber inspirasi dan cita-

cita untuk diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Nilai-nilai Pancasila termasuk ke dalam nilai kerohanian, tetapi nilai

kerohanian yang mengakui pentingnya nilai material dan nilai vital secara

seimbang (harmonis). Hal ini dapat dibuktikan dengan susunan sila-sila

dari Pancasila yang tersusun secara sistematis-hirarki. Pancasila jika dikaji

dari sudut pandang metafisika, berlandaskan pada usaha-usaha untuk

menemukan kebenaran mengenal alam semesta yang lebih menekankan

pemikiran murni

Dengan demikian, tinjauan metafisika terhadap Pancasila

berlandasakan pada Tuhan, manusia, rakyat, dan adil sehingga nilai-nilai

Pancasila memiliki sifat objektif yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Rumusan sila-sila Pancasila menunjukkan kenyataan adanya sifat-sifat

abstrak, umum dan universal.

1.Inti sila-sila Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan

bangsa Indonesia, baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan maupun

keagamaan. Hal ini disebabkan dalam Pancasila terkandung hubungan

kemanusiaan yang mutlak (manusia dengan Tuhan, antar sesama

manusia, dan lingkungan).

2.Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 menurut ilmu

hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang mendasar,

serta tidak dapat diabaikan oleh setiap orang atau badan/lembaga kecuali

oleh pembentuk negara, yaitu panitia persiapan kemerdekaan Indonesia

yang sekarang sudah tidak ada.

3.Pembukaan UUD 1945 (yang memuat jiwa Pancasila), secara hukum

tidak dapat diubah oleh setiap pun termasuk MPR hasil pemilihan umum

karena mengubah Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan negara.

Dengan demikian, Pancasila akan tetap ada.

4.Pembukaan UUD 1945 yang mengandung Pancasila tidak dapat diubah

(tetap) karena kemerdekaan merupakan karunia Tuhan.

1.Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

1.a. Pengertian Paradigma Pembangunan

Kata paradigma (Inggris : paradigm), mengandung arti model, pola

atau contoh. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, paradigma

diartikan seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan

(tetap) dan yang sebagian berubah-ubah. Paradigma, juga dapat

diartikan suatu gugusan sistem pemikiran. Menurut Thomas S. Kuhn,

paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan

suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode serta

cara penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan

sifat, ciri dan karakter ilmu pengetahuan tersebut.

Paradigma juga dapat diartikan sebagai cara pandang, nilai-nilai,

metode-metode, prinsip dasar atau cara memecahkan masalah yang

dianut oleh suatu masyarakat pada masa tertentu. Dalam

pembangunan nasional, Pancasila adalah suatu paradigma, karena

hendak dijadikan sebagai landasan, acuan, metode, nilai dan tujuan

yang ingin dicapai di setiap program pembangunan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Sedangkan kata pembangunan (Inggris :

development) menunjukkan adanya pertumbuhan, perluasan

ekspansi yang bertalian dengan keadaan yang harus digali

dan yang harus dibangun agar dicapai kemajuan di masa

yang akan datang. Pembangunan tidak hanya bersifat

kuantitatif tetapi juga kualitatif (manusia seutuhnya). Di

dalamnya terdapat proses perubahan yang terus menerus

menuju kemajuan dan perbaikan ke arah tujuan yang dicita-

citakan. Dengan demikian, kata pembangunan mengandung

pemahaman akan adanya penalaran dan pandangan yang

logis, dinamis dan optimistis.

1.b. Sebagai Paradigma Pembangunan

Sejak tanggal 18 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah

sepakat bulat untuk menerima Pancasila sebagai dasar negara

sebagai perwujudan falsafah hidup bangsa (weltanschauung) dan

sekaligus ideologi nasional. Sejak negara republik Indonesia

diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 hingga kapanpun —

selama kita masih menjadi warga negara Indonesia — maka

kesetiaan (loyalitas) terhadap ideologi Pancasila dituntut dalam

bentuk sikap, tingkah laku dan perbuatan yang nyata dan terukur.

Inilah sesungguhnya wujud tanggung jawab seorang warga

negara sebagai konsekuensi logis yang bangga dan mencintai

ideologi negaranya (Pancasila) yang benar-benar telah

menghayati, mengamalkan dan mengamankannya dari derasnya

sistem-sistem ideologi bangsa/ negara-negara modern dewasa

ini.

Pancasila dalam paradigma pembangunan sekarang dan dimasa-

masa yang akan datang, bukanlah lamunan kosong (utopis), akan tetapi

menjadi suatu kebutuhan sebagai pendorong semangat (drive) pentingnya

paradigma arah pembangunan yang baik dan benar di segala bidang

kehidupan. Jati diri atau kepribadian bangsa Indonesia yang religius,

ramah tamah, kekeluargaan dan musyawarah, serta solidertias yang tinggi

(kepedulian), akan mewarnai jiwa pembangunan nasional baik dalam

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan maupun

dalam evaluasinya.

Berdasarkan konseptualisasi paradidgma pembangunan tersebut di atas,

maka unsur manusia dalam pembangunan sangat penting dan sentral.

Karena manusia adalah pelaku dan sekaligus tujuan dari pembangunan itu

sendiri. Oleh sebab itu, jika pelaksanaan pembangunan ditangan orang

yang sarat KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan tidak bertanggung

jawab, maka segala modal, pikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi yang

diterapkan dapat membahayakan sekaligus merugikan manusia,

masyarakat, bangsa dan negara.

1.c. Makna, Hakikat dan Tujuan Pembangunan Nasional

•Makna Pembangunan Nasional

Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh

aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus

merupakan proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan

negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional. Dalam pengertian lain,

pembangunan nasional dapat diartikan merupakan rangkaian upaya

pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan

masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Tujuan Nasional.

Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa, yaitu

aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara

berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk

memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan

kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju.

Oleh karena itu, sesungguhnya pembangunan nasional merupakan

pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan

dan kemakmuran rakyat Indonesia secara benar, adil, dan merata, serta

mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggara negara yang

maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.

•Hakikat Pembangunan Nasional

Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini

berarti dalam pelaksanaan pembangunan nasional adalah sebagai berikut :

1) Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang

utuh dalam seluruh kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk

manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk pembangunan. Dalam

pembangunan dewasa ini dan jangka panjang, unsur manusia, unsur sosial

budaya, dan unsur lainnya harus mendapat perhatian yang seimbang.

2) Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di

seluruh wilayah tanah air.

3) Subyek dan obyek Pembangunan adalah manusia dan masyarakat

Indonesia, sehingga pembangunan harus berkepribadian Indonesia dan

menghasilkan manusia dan masyarakat maju yang tetap berkepriadian

Indonesia pula.

4) Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan

Pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan

pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta

menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan

Pemerintah saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi

dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan

nasional

•Tujuan Pembangunan Nasional

Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan Tujuan

Nasional seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta mewujudkan

cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam alinea II Pembukaan UUD

1945.

THANK FOR YOUR ATTENTIONGood LUCK