Pkn pancaila sebagai ideologi yangterbuka
-
Upload
islamic-state-university-of-alauddin-makassar -
Category
Education
-
view
2.451 -
download
0
Transcript of Pkn pancaila sebagai ideologi yangterbuka
Pengertian PANCASILA
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang
Maha Esa,kemanusiaan yang adil dan beradab,persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan)
Undang-undang Dasar 1945
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia merupakan ideologi
yang terbuka. Artinya pancasila memiliki nila-nilai yang bersifat tetap
dan tidak dapat berubah, namun dalam praktek sehari-hari pancasila
dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa harus mengubah
kandungannya.
Jika dasar negara bersifat tertutup maka bangsa Indonesia akan
tertinggal dari perkembangan zaman dan peradaban dunia. Akibatnya
Indonesia akan terkucilkan dari pergaulan internasional.
Sebagai Ideologi terbuka, Pancasila memberikan orientasi ke
depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi
globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang. Ideologi
Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam
jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam ikatan Negara kesatuan
Republik Indonesia.
PERBEDAAN IDEOLOGI TERBUKA DAN TERTUTUP
Ideologi Tertutup:
Merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan
memperbarui masyarakat
Atas nama ideologi dibenarkan pengorbananpengorbanan yang
dibebankan kepada masyarakat
Isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu melainkan terdiri
dari tuntutantuntutankonkret dan operasional yang keras, yang diajukan
dengan mutlak.
Ideologi Terbuka
Bahwa nilai-nilai dan citacitanya tidak dapat dipaksakan dari luar
melainkan digali dan diambildari moral, budaya masyarakat itu sendiri.
Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan
hasil musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut
Nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak
langsung operasional
1. Sebagai ideologi terbuka
Gagasan mengenai pancasila sebagai ideologi terbuka mulai
berkembang sejak tahun 1985. tetapi semangatnya sudah tumbuh sejak
Pancasila itu sendiri ditetapkan sebagai dasar Negara (Emran,
1994:38). Sebagai ideologi, Pancasila menjadi pedoman dan acuan kita
dalam menjalankan aktivitas di segala bidang, sehingga sifatnya harus
terbuka, luwes dan fleksibel dan tidak tertutup, kaku yang akan
membuatnya ketinggalan zaman. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Alfian, Pancasila telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka. Hal
ini dibuktikan dari adanya sifat-sifat yang melekat pada Pancasila
maupun kekuatan yang terkandung di dalamnya, yaitu pemenuhan
persyaratan kualitas tiga dimensi.
Yang dimaksud dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah
Pancasila merupakan ideologi yang mampu menyesuaikan diri
dengan perkembagan jaman tanpa pengubahan nilai dasarnya.
Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna bahwa
nilai-nilai dasar Pancasila itu dapat dikembangkan sesuai dengan
dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan
zaman secara kreatif dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan
perkembangan masyarakat Indonesia sendiri
2. proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara
Proses perumusan pancasila sebagi dasar negara menjelang tahun
1945 Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya, banyak cara
yang digunakan jepang untuk menarik simpati khususnya kepada
bangsa Indonesia, salah satunya adalah janji Jepang untuk memberi
kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh Perdana
Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Sebagai kelajutan
dari janji tersebut, maka pada tanggal 29 April 1945, Jepang
membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesi (BPUPKI atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai), yang bertugas
untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan
Indonesia. BPUPKI diketuai oleh DR. Rajiman Widiodiningrat,
wakil ketua R. Panji Suroso dan Tuan Hachibangase dari Jepang dan
beranggotakan 60 orang. Selama masa tugasnya BPUPKI melakukan
dua kali sidang.
3. Fungsi Pokok Pancasila sebagai dasar Negara dan Ideologi
Negara
Adapun fungsi pokok pancasila sebagai dasar negara adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai dasar Negara, pancasila berkedudukan sebagai norma
dasar atau norma fundamental (fundamental norm) Negara dengan
demikian Pancasila menempati norma hukum tertinggi dalam Negara
ideologi Indonesia. Pancasila adalah cita hukum ( staatside ) baik
hukum tertulis dan tidak tertulis ( konvensi ).
2. Sebagai sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan
kaidah Negara yang fundamental artinya kedudukannya paling
tinggi, oleh karena itu Pancasila juga sebagai landasan ideal
penyususnan arturan – aturan di Indonesia. Oleh karena itu semua
peraturan perundangan baik yang dipusat maupun daerah tidak
menyimpang dari nilai Pancasila atau harus bersumber dari nilai -
nilai Pancasila.
3. Sebagai Pandangan Hidup, yaitu nilai Pancasila merupakan
pedoman dan pegangan dalam pembangunan bangsa dan Negara agar
tetap berdiri kokoh dan mengetahui arah dalam memecahkan masalah
ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan
keamanan.
4. Sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, nilai pancasila itu
mencerminkan kepribadian bangsa sebab nilai dasarnya kristalisasi
nilai budaya bangsa Indonesia asli, bukan diambil dari bangsa lain.
5. Sebagai Perjanjian luhur bangsa Indonesia, pancasila lahir dari
hasil musyawarah para pendiri bangsa dan negara (founding fathers)
sebagi para wakil bangsa, Pancasila yang dihasilkan itu dapat
dipertanggungjawabkan secara moral, sisio kulturil. Moral dalam arti
tidak bertentangan dengan nilai agama yang berlaku di Indonesia,
sosio kultural berarti cerminan dari nilai budaya bangsa Indonesia,
karena itu Pancasila merangkul segenap lapisan masyarakat Indonesia
yang majemuk ini.
1.1. Pengertian Nilai
Dalam pandangan filsafat, nilai (value : Inggris) sering dihubungkan
dengan masalah kebaikan. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai, apabila
sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik
(nilai moral), religius (nilai religi), dan sebagainya. Nilai itu ideal,
bersifat ide. Karena itu, nilai adalah sesuatu yang abstrak dan tidak dapat
disentuh oleh panca indera. Yang dapat ditangkap adalah barang atau
laku perbuatan yang mengandung nilai itu.
Ada dua pandangan tentang cara beradanya nilai, yaitu :
1.a. Nilai sebagai sesuatu yang ada pada obyek itu sendiri
(obyektif)
Merupakan suatu hal yang obyektif dan membentuk semacam
“dunia nilai”, yang menjadi ukuran tertinggi dari perilaku manusia
(menurut filsuf Max Scheler dan Nocolia Hartman).
1.b. Nilai sebagai sesuatu yang bergantung kepada penangkapan
dan perasaan orang (subyektif)
Menurut Nietzsche, nilai yang dimaksudkan adalah tingkat atau
derajat yang diinginkan oleh manusia. Nilai, yang merupakan tujuan
dari kehendak manusia yang benar, sering ditata menurut susunan
tingkatannya yang dimulai dari bawah, yaitu : nilai hedonis
(kenikmatan), nilai utilitaris (kegunaan), nilai biologis (kemuliaan),
nilai diri estetis (keindahan, kecantikan), nilai-nilai pribadi (susial,
baik), dan yang paling atas adalah nilai religius (kesucian).
1.2. Ciri-ciri Nilai
Pada dasarnya nilai dapat dibedakan berdasarkan cirinya.
Pembedaan tersebut adalah sebagai berikut :
1.a. Nilai-nilai yang mendarah daging (internalized value)
Yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian bawah sadar atau yang
mendorong timbulnya tin dakan tanpa berfikir lagi. Bila dilanggar,
timbul perasaan malu atau bersalah yang mendalam dan sukar
dilupakan, misalnya :
1) Orang yang taat beragama akan menderita beban mental
apabila melanggar salah satu norma agama tersebut.
2) Seorang prajurit di medan pertempuran akan menolong
temannya yang terluka, mekipun akan membahayakan jiwanya.
3) Seorang ayah berani bertarung maut demi menyelamatkan
anaknya yang sedang terkurung kobaran api yang membakar
rumahnya.
1.b. Nilai yang dominan
Merupakan nilai yang dianggap lebih penting dari pada nilai-nilai
lainnya. Hal ini nampak pada pilihan yang dilakukan seseorang pada
waktu berhadapan dengan beberapa alternatif tindakan yang harus
diambil. Beberapa pertimbangan dominan tidaknya nilai tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.
2) Lamanya nilai itu dirasakan oleh para anggota kelompok tersebut.
3) Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai itu.
4) Tingginya kedudukan (prestise) orang-orang yang membawakan
nilai tersebut
1.3. Macam-Macam Nilai
Nilai, erat hubungannya dengan kebudayaan dan masyarakat.
Setiap masyarakat atau setiap kebudayaan memiliki nilai-nilai tertentu
mengenai sesuatu. Malah kebudayaan dan masyarakat itu sendiri
merupakan nilai yang tidak terhingga bagi orang yang memilikinya.
Koentjaraningrat menjelaskan bahwa “suatu sistem nilai budaya
biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia”.
No Nama Tokoh Pendapat/Uraian Keterangan
1. Alport Mengidentifikasi nilai-nilai yang terda-pat di dalam
kehidupan masyarakat, dalam 6 (enam) macam,
yaitu ;
nilai teori,
nilai ekonomi,
nilai estetika,
nilai sosial,
nilai politik, dan
nilai religi.
Manusia dalam memilih nilai-
nilai menempuh berbagai cara
yang dapat dibedakan menurut
tuju-annya, pertimbangan-nya,
penalarannya, dan
kenyataannya.
2. Sprange Nilai dapat dibedakan menjadi 6 (enam) antara lain
;
nilai ilmu pengetahuan,
nilai ekonomi,
nilai agama,
nilai seni,
nilai sosial, dan
nilai politik.
Nilai-nilai ini dapat digu-nakan
untuk mengenal tipe manusia.
Berberapa ahli telah mengidentifikasi macam-macam nilai yang selama
ini telah tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat, seperti berikut
ini :
3. Sprange, Harold
Lasswell
Mengidentifikasi 8 (delapan) nilai-nilai masyarakat
barat dalam hubungannya dengan manusia lain,
yaitu ;
kekuasaan,
pendidikan/penerangan (enlightenment),
kekayaan (wealth),
kesehatan (well-being),
keterampilan (skill),
kasih sayang (affection),
kejujuran (rectitude) dan keadilan
(rechtschapenheid) dan
kesegaran, respek (respect).
Dalam menganalisis macam-macam nilai selain para sarjana tersebut di atas,
dalam pandangan Prof. Dr. Notonagoro, nilai dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu :
1.Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2.Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kgt atau aktivitas.
3.Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rokahni manusia.
Nilai kerokhanian dapat dibedakan atas 4 (empat) macam, antara lain :
1) Nilai kebenaran/ kenyataan yang bersumber dari unsur akal manus
ia (ratio, budi dan cipta).
2) Nilai keindahan yang bersumber dari unsur manusia (perasaan dan
estetis).
3) Nilai moral/ kebaikan yang bersumber dari unsur kehendak/ kemauan
(karsa dan etika).
4) Nilai religius, yaitu merupakan nilai ke-Tuhanan, kerokhanian yang tinggi
dan mutlak yang bersumber dari keyakinan/ kepercayaan manusia.
Nilai-nilai Pancasila itu merupakan nilai instrinsik yang
kebenarannya dapat dibuktikan secara obyektif, serta mengandung
kebenaran yang universal. Nilai-nilai Pancasila, merupakan kebenaran
bagi bangsa Indonesia karena telah teruji dalam sejarah dan dipersepsi
sebagai nilai-nilai subyektif yang menjadi sumber kekuatan dan pedoman
hidup seirama dengan proses adanya bangsa Indonesia yang dipengaruhi
oleh dimensi waktu dan ruang.
Nilai-nilai tersebut tampil sebagai norma dan moral kehidupan yang ditempa
dan dimatangkan oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia untuk
membentuk dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dalam wadah
negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus
1945. Nilai-nilai Pancasila itu menjadi sumber inspirasi dan cita-cita untuk
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut tampil sebagai norma dan moral kehidupan yang
ditempa dan dimatangkan oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia
untuk membentuk dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dalam
wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17
Agustus 1945. Nilai-nilai Pancasila itu menjadi sumber inspirasi dan cita-
cita untuk diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Nilai-nilai Pancasila termasuk ke dalam nilai kerohanian, tetapi nilai
kerohanian yang mengakui pentingnya nilai material dan nilai vital secara
seimbang (harmonis). Hal ini dapat dibuktikan dengan susunan sila-sila
dari Pancasila yang tersusun secara sistematis-hirarki. Pancasila jika dikaji
dari sudut pandang metafisika, berlandaskan pada usaha-usaha untuk
menemukan kebenaran mengenal alam semesta yang lebih menekankan
pemikiran murni
Dengan demikian, tinjauan metafisika terhadap Pancasila
berlandasakan pada Tuhan, manusia, rakyat, dan adil sehingga nilai-nilai
Pancasila memiliki sifat objektif yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rumusan sila-sila Pancasila menunjukkan kenyataan adanya sifat-sifat
abstrak, umum dan universal.
1.Inti sila-sila Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia, baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan maupun
keagamaan. Hal ini disebabkan dalam Pancasila terkandung hubungan
kemanusiaan yang mutlak (manusia dengan Tuhan, antar sesama
manusia, dan lingkungan).
2.Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 menurut ilmu
hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang mendasar,
serta tidak dapat diabaikan oleh setiap orang atau badan/lembaga kecuali
oleh pembentuk negara, yaitu panitia persiapan kemerdekaan Indonesia
yang sekarang sudah tidak ada.
3.Pembukaan UUD 1945 (yang memuat jiwa Pancasila), secara hukum
tidak dapat diubah oleh setiap pun termasuk MPR hasil pemilihan umum
karena mengubah Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan negara.
Dengan demikian, Pancasila akan tetap ada.
4.Pembukaan UUD 1945 yang mengandung Pancasila tidak dapat diubah
(tetap) karena kemerdekaan merupakan karunia Tuhan.
1.Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan
1.a. Pengertian Paradigma Pembangunan
Kata paradigma (Inggris : paradigm), mengandung arti model, pola
atau contoh. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, paradigma
diartikan seperangkat unsur bahasa yang sebagian bersifat konstan
(tetap) dan yang sebagian berubah-ubah. Paradigma, juga dapat
diartikan suatu gugusan sistem pemikiran. Menurut Thomas S. Kuhn,
paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan
suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode serta
cara penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan
sifat, ciri dan karakter ilmu pengetahuan tersebut.
Paradigma juga dapat diartikan sebagai cara pandang, nilai-nilai,
metode-metode, prinsip dasar atau cara memecahkan masalah yang
dianut oleh suatu masyarakat pada masa tertentu. Dalam
pembangunan nasional, Pancasila adalah suatu paradigma, karena
hendak dijadikan sebagai landasan, acuan, metode, nilai dan tujuan
yang ingin dicapai di setiap program pembangunan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Sedangkan kata pembangunan (Inggris :
development) menunjukkan adanya pertumbuhan, perluasan
ekspansi yang bertalian dengan keadaan yang harus digali
dan yang harus dibangun agar dicapai kemajuan di masa
yang akan datang. Pembangunan tidak hanya bersifat
kuantitatif tetapi juga kualitatif (manusia seutuhnya). Di
dalamnya terdapat proses perubahan yang terus menerus
menuju kemajuan dan perbaikan ke arah tujuan yang dicita-
citakan. Dengan demikian, kata pembangunan mengandung
pemahaman akan adanya penalaran dan pandangan yang
logis, dinamis dan optimistis.
1.b. Sebagai Paradigma Pembangunan
Sejak tanggal 18 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah
sepakat bulat untuk menerima Pancasila sebagai dasar negara
sebagai perwujudan falsafah hidup bangsa (weltanschauung) dan
sekaligus ideologi nasional. Sejak negara republik Indonesia
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 hingga kapanpun —
selama kita masih menjadi warga negara Indonesia — maka
kesetiaan (loyalitas) terhadap ideologi Pancasila dituntut dalam
bentuk sikap, tingkah laku dan perbuatan yang nyata dan terukur.
Inilah sesungguhnya wujud tanggung jawab seorang warga
negara sebagai konsekuensi logis yang bangga dan mencintai
ideologi negaranya (Pancasila) yang benar-benar telah
menghayati, mengamalkan dan mengamankannya dari derasnya
sistem-sistem ideologi bangsa/ negara-negara modern dewasa
ini.
Pancasila dalam paradigma pembangunan sekarang dan dimasa-
masa yang akan datang, bukanlah lamunan kosong (utopis), akan tetapi
menjadi suatu kebutuhan sebagai pendorong semangat (drive) pentingnya
paradigma arah pembangunan yang baik dan benar di segala bidang
kehidupan. Jati diri atau kepribadian bangsa Indonesia yang religius,
ramah tamah, kekeluargaan dan musyawarah, serta solidertias yang tinggi
(kepedulian), akan mewarnai jiwa pembangunan nasional baik dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan maupun
dalam evaluasinya.
Berdasarkan konseptualisasi paradidgma pembangunan tersebut di atas,
maka unsur manusia dalam pembangunan sangat penting dan sentral.
Karena manusia adalah pelaku dan sekaligus tujuan dari pembangunan itu
sendiri. Oleh sebab itu, jika pelaksanaan pembangunan ditangan orang
yang sarat KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan tidak bertanggung
jawab, maka segala modal, pikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diterapkan dapat membahayakan sekaligus merugikan manusia,
masyarakat, bangsa dan negara.
1.c. Makna, Hakikat dan Tujuan Pembangunan Nasional
•Makna Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh
aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus
merupakan proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan
negara untuk mewujudkan Tujuan Nasional. Dalam pengertian lain,
pembangunan nasional dapat diartikan merupakan rangkaian upaya
pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan
Tujuan Nasional.
Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa, yaitu
aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara
berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk
memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan
kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju.
Oleh karena itu, sesungguhnya pembangunan nasional merupakan
pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat Indonesia secara benar, adil, dan merata, serta
mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggara negara yang
maju dan demokratis berdasarkan Pancasila.
•Hakikat Pembangunan Nasional
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini
berarti dalam pelaksanaan pembangunan nasional adalah sebagai berikut :
1) Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang
utuh dalam seluruh kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk
manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk pembangunan. Dalam
pembangunan dewasa ini dan jangka panjang, unsur manusia, unsur sosial
budaya, dan unsur lainnya harus mendapat perhatian yang seimbang.
2) Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di
seluruh wilayah tanah air.
3) Subyek dan obyek Pembangunan adalah manusia dan masyarakat
Indonesia, sehingga pembangunan harus berkepribadian Indonesia dan
menghasilkan manusia dan masyarakat maju yang tetap berkepriadian
Indonesia pula.
4) Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan
Pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan
pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta
menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan
Pemerintah saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi
dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan
nasional
•Tujuan Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan Tujuan
Nasional seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta mewujudkan
cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam alinea II Pembukaan UUD
1945.