pkn athg demokrasi
-
Upload
rizka-choirunnisa -
Category
Documents
-
view
7 -
download
1
description
Transcript of pkn athg demokrasi
AGHT dalam Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
A. Konsep AGHT
Ancaman merupakan sesuatu yang aktif dari eksternal. Ancaman ini jelas
keberadaannya. Ancaman ini datang dari musuh, musuh yang akan kita hadapi atau
musuh yang menghalangi.
Gangguan merupakan sesuatu yang pasif dari internal. Gangguan ini
amplitudonya lebih rendah dibandingkan ancaman. Gangguan ini laten, bila dibiarkan
maka akan menjadi ancaman.
Hambatan merupakan sesuatu yang tidak menyerang tapi mempengaruhi
pencapaian tujuan. Hambatan ini bisa jadi hal-hal yang tidak mendukung tujuan kita
tetapi malah mempersulit tercapainya tujuan.
Tantangan merupakan sesuatu yang tidak membahayakan, pasif, tapi harus
dilakukan untuk menjaga kestabilan. Jika tidak dilakukan tidak masalah, tetapi jika
dilakukan akan jauh lebih baik.
B. AGHT dalam Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
B.1 Ancaman
Hampir 15 tahun sesudah Orde Baru berlalu, sebagian besar Orde Reformasi
dinilai gagal. Indonesia berhasil mewujudkan struktur-struktur demokratis,
mengurangi terjadinya pelanggaran hak-hak asasi manusia, dan memajukan
perekonomian. Namun tujuan untuk memberantas KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme) masih dianggap gagal.
Bahkan Indonesia, dalam pandangan Prof. Dr. Franz Magnis Suseno bak
situasi tidak menentu. Penilaian luar negeri memberi kesan Indonesia lebih positif
terhadap indonesia, terbukti Indonesia diterima dalam Kelompok 20 dan dipuji
sebagai negara demokratis terbesar ketiga di dunia. Namun, kita sebagai warganya
tahu bahwa indonesia tidak seindah yang mereka pikirkan. Bahwa keburukan-
keburukan yang terjadi semakin menjadi nyata terlihat. Republik ini diguncang krisis-
krisis kecil dan skandal-skandal, tak ada dobrakan apapun yang dapat dibanggakan.
Pertumbuhan ekonomis sebagian besar hanya berasal dari penjualan hasil bumi,
bukan hasil dari perindustrian dan efisiensi kerja yang meningkat.
Keberhasilan-keberhasilan tersebut, hanya karena Indonesia menjadi juara
dunia ekspor minyak sawit bukan dalam hal ekspor udang. Sedangkan tahun 1955,
pemerintah memutuskan indonesia untuk menganut sistem demokrasi terpimpin
yang berakhir dengan kehancuran ekonomi dan tragedi 1965-1966. Begitulah
pandangan �franz Magnis, di Balai Senat UGM, Sabtu (23/20) saat menjadi pembicara
pada Lokakarya Refleksi Kebangsaan Kembali ke Jati Diri Manusia Indonesia.
Menurutnya terdapat ancaman serius bisa membawa Indonesia pada
kehancuran demokrasi saat ini. Ancaman tersebut adalah:
1. kegagalan otonomi daerah
Ini semua terjadi karena distribusi kekuasaan (otonomi daerah) dipahami
sepenuhnya sebagai tujuan, bukan jalan atau cara untuk mendekatkan negara
pada masyarakat. "Otonomi daerah menjadi bacaan politik elit di daerah untuk
melanggengkan kepentingan kekuasaannya,"kata Pengamat Politik UIN Syarif
Hidayatullah, A Bakir Ihsan, Rabu(31/10/2012). Menurut Bakir, orientasi
kekuasaan yang dioperasikan oleh partai politik menyebabkan tergerusnya
kepentingan lokal (kearifan lokal) yang sejatinya terepresentasi oleh pemerintah
daerah seiring penerapan otonomi daerah. Pada titik ini, otonomi daerah belum
menjadi jalan keluar dari masalah yang selama ini disebabkan oleh kekuasaan
yang berpusat di Jakarta, tapi justru menjadi bagian dari masalah di daerah itu
sendiri.
2. Ketidakadilan keadilan sosial
Dari perspektif keadilan sosial, keadilan hukum belum tentu adil.
Misalnya menurut hukum setiap orang adalah sama, tetapi jika tidak ada
keadilan sosial maka ketentuan ini bisa menimbulkan ketidakadilan. Misalnya,
karena asas persamaan setiap warganegara setiap orang mendapatkan
pelayanan listrik dengan harga yang sama. Tetapi karena adanya sistem kelas
dalam masyarakat, orang kaya yang lebih bisa menikmatinya karena ia punya
uang yang cukup untuk membayar, sedangkan orang miskin tidak atau sedikit
sekali menikmatinya.
3. Tenggelamnya kelas politik dalam balutan money poltics dan korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Lembaga Transparency
International Indonesia (TII) tahun 2013 Indonesia berada pada empat negara
dengan tingkat korupsi tertinggi dari 118 negara. Korupsi yang terjadi di
Indonesia sudah merambah pada semua sektor mulai dari bidang pendidikan,
kehutanan hingga tataran ketahanan pangan. Dampak dari korupsi itu bisa
dirasakan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Mc Mullan (1961)
menyatakan bahwa akibat korupsi adalah ketidak efisienan, ketidakadilan,
rakyat tidak mempercayai pemerintah, memboroskan sumber-sumber negara,
tidak mendorong perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing,
ketidakstabilan politik, pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah dan tidak
represif.
4. Semakin bebas merajalelanya ideologi agamis radikalis, fundamentalis, ekstremis
yang dapat mengancam sistem demokrasi.
Kebanyakan negara-negara barat dan amerika termasuk indonesia,
mengganggap bahwa para teroris adalah orang yang terpinggirkan secara
ekonomi. Namun lebih dari pada itu, mereka sesungguhnya, bukan karena
miskin, tetapi karena merasa geram dengan “penindasan” yang dilakukan
negara maju terhadap negara berkembang.
Yang lebih mengkawatirkan lagi, berkembangnya kelompok-kelompok
yang mengklaim demokrasi sebagai kemenangan kaum mayoritas. Karena dalam
demokrasi adalah mengutamakan aspirasi masyarakat banyak. Maka dari itu
menurut pandangan mereka, umat islam adalah yang terbanyak, maka dari itu
harus diterapkan syariat islam dan mengubah negara indonesia menjadi negara
islam. Inilah tantangan terberat demokrasi indonesia kedepannya.
Hal yang dapat mengatasi ancaman berupa
1. Reorientasi politik yang harus dimotori oleh partai politik dan dikawal oleh
berbagai elemen masyarakat di tingkat daerah, agar kekuasaan betul-betul
untuk kepentingan rakyat. Penguatan otonomi daerah yang menghargai
terhadap potensi-potensi (kearifan) lokal, akan menjadi landasan kuat bagi
demokrasi sekaligus akan menutup celah munculnya konflik-konflik sosial yang
tidak perlu. mendekatkan negara pada rakyatnya. Hal senada disampaikan
Pengamat Politik Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, I
Nyoman Subanda yang melihat masih belum maksimalnya implementasi tujuan
utama otonomi daerah, yaitu. Otonomi daerah tak lebih perebutan kekuasaan di
tingkat daerah dan masyarakat tak juga merasakan manfaatnya yang maksimal.
Hal ini juga terkait dengan peran pemerintah pusat untuk secara optimal
mensosialisasikan dan mengkomunikasikan kebijakan pusat sehingga daerah
betul-betul mampu memahami dan mengimplementasikannya di tingkat daerah.
"Sehingga perlu monitoring dan advice yang intes dari pusat agar kerja-kerja di
tingkat daerah bisa maksimal dan tidak selalu melemparkan masalah di daerah
pada pusat, terlebih pada Presiden SBY. Di sinilah perlunya sinergisitas antara
pusat dan daerah," katanya.
2. Setiap orang berhak atas “kebutuhan manusia yang mendasar” tanpa
memandang perbedaan “buatan manusia” seperti ekonomi, kelas, ras, etnis,
agama, umur, dan sebagainya. Untuk mencapai itu antara lain harus dilakukan
penghapusan kemiskinan secara mendasar, pemberantasan butahuruf,
pembuatan kebijakan lingkungan yang baik, dan kesamaan kesempatan bagi
perkembangan pribadi dan sosial. Inilah tugas yang harus dilaksanakan
pemerintah.
3. Perlu adanya penanganan khusus terhadap ideologi agama yang radikalis. Dalam
hal ini pemerintah bersama tokoh agama terkemuka harus dapat lebih
merangkul umatnya agar tidak terjadi perpecahan dan perselisihan. Hal ini agar
demokrasi sebagai sistem pemerintahan tetap terjaga dengan baik dan tidak
menimbulkan konflik agama. Sebagai warga negara dan sebagai orang yang
beragama kita wajib menaati peraturan yang telah dibuat oleh pemimpin kita.
Adapaun ketidak puasan serta aspirasi yang mereka sampaikan haruslah
didengar oleh pemerintah.
4. Dalam menangani korupsi pemerintah harus bekerjasama agar korupsi bisa
diberantas hingga ke akarnya. Penegakan hukum yang adil dan tegas dibutuhkan
agar para pelaku jera dan mencegah para anggota lain melakukan hal yang sama.
Transparansi kasus korupsi pun dibutuhkan agar masyarakat dapat turut
mengawasi sehingga para dewan mengingat bahwa setiap yang ia lakukan akan
mendapatkan sanksi tidak hanya dari hukum tetapi dari masyarakat dan
kehidupan sosia.
B.2 Tantangan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan demokrasi di Indonesia
menghadapi tiga tantangan yang membutuhkan optimisme sehingga dapat
mewujudkan bangsa yang sejahtera, adil, dan maju.
1. Demokrasi yang multi partai yang rentan dengan instabilitas.
Banyaknya parpol, menjadikan banyaknya kepentingan pihak partai
semata. partai politik telah menjadi aktor utama dalam perpolitikan nasional
menggantikan militer dan birokrasi sipil sebagaimana di masa Orde Baru.
Ditambah lagi dengan diabsahkannya partai sebagai organisasi politik
yang paling berhak mencalonkan presiden dan wakilnya di tingkat pusat, dan
calon kepala daerah dan wakilnya di tingkat daerah. Ini berarti pemerintahan
selanjutkan diserahkan kepada partai pemenang pemilu. Sebagai akibatnya,
jumlah partai akan semakin sulit dibatasi. Dalam setiap pemilu akan lahir partai
baru yang hendak mengadu nasib. "Bisa diduga bahwa harga kursi akan semakin
mahal," katanya.
2. Demokrasi atau politik kita baru menuju ke tingkat kematangannya sehingga
wajar jika masih ada konflik, pertentangan, dan sebagainya. Hal ini disampaikan
oleh Presiden SBY saat memberikan sambutan dalam buka bersama dengan
forum koordinasi pimpinan daerah, alim ulama dan tyokoh masyarakat Jawa
Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.
3. Demokrasi multi budaya sebagai implikasi masyarakat Indonesia yang majemuk
dengan berbagai suku, ras, dan agama.
Menurut Robert W Hefner (2012), demokrasi multikultural harus
disepadankan dengan agama mayoritas maupun minoritas sebagai jalan menuju
pengakuan kemajemukan diantara masyarakat dunia. Indonesia pun menjadi
lahan besar nan subur untuk memberikan kontribusi positif dalam menciptakan
tatanan perdamaian di seluruh dunia dengan ciri khas gaya multikulturnya yang
unik sehingga dapat menjadi contoh bagi negara lainnya seperti eropa, AS, dan
Timur Tengah.
4. Ketidak Adilan
Ketidak adilan akan selalu menjadi faktor utama penghalang demokrasi.
Pertama, Ketidakadilan dalam bidang ekonomi berkaitan erat dengan
kesenjangan sosial. Kesenjangan yang begitu jauh akan menimbulkan
pemberontakan dari masyarakat yang terpinggirkan, sehingga melahirkan
kekacauan dalam masyarakat.
Kedua, ketidak adilan dalam bidang politik, orang pandai belum tentu bisa
menjadi seorang pemimpin, karena akses terhadap partai politik itu sangat sulit.
Selain itu, lahirnya separatisme atau dalam lingkup kecil seperti pemekaran
daerah karena dipengaruhi oleh para intelektual yang tidak mendapatkan posisi
dalam pemerintahan pusat dimana ia berada.
5. Menurunnya kepercayaan publik terhadap intitusi-intitusi yang ada.
Dalam praktek demokrasi selama ini, meskipun masih relatif baru, ternyata
menimbulkan minimnya kepercayaan publik terhadap institusi-institusi, baik
pemerintahan ataupun partai politik. Seperti independensi pers, penegak hukum,
partai politik, lembaga perwakilan, bahkan pemimpin.
6. Globalisasi.
Pemerintahan dalam negri tidak mungkin lepas dari pengaruh global.
Dengan kebebasan mengakses media, mudah mengetahui permasalahan yang
dialami negara lain, dan masalah di negara lain itupun turut mempengaruhi politik
dalam negri.
keberhasilan negara lain dalam menolak demokrasi akan mempengaruhi
sistem pemerintahan di dalam negri, seperti misalnya, Venusiela menolak
demokrasi dan itu berhasil. Maka masyarakat indonesia akan terinspirasi oleh
keberhasilan tersebut, sehingga menimbulkan pemberontakan dalam masyarakat
Hal yang dapat mengatasi tantangan berupa
1. Perlu lebih selektif lagi mengenai jumlah partai politik. Perlu diadakan uji kualitas
terhadap kader-kadernya. Jika jumlah partai tidak terlalu banyak dan kualitasnya
baik hal ini dapat mengurangi paradigma partai sebagai ajang mengadu nasib
demi keuntungan finansial semata. Sehingga dapat menurunkan jumlah wakil
rakyat yang korupsi.
2. Karena demokrasi di Indonesia masih belum masuk ke titik kematangan maka
banyak terjadi pertentangan dan konflik. Untuk mengatasi ini sebaiknya
masyarakat diberi pengetahuan mengenai bagaimana menjalankan sistem
demokrasi yang baik. Perbedaan pendapat dalam mengatasi masalah pasti
muncul. Namun bagaimana masyarakat menghadapinya dengan bijak itu yang
terpenting.
3. Demokrasi multi budaya sebagai implikasi masyarakat Indonesia yang majemuk
dengan berbagai suku, ras, dan agama. Untuk itu, dalam masyarakat majemuk
harus dipupuk dan dikembangakan sikap saling menghormati, menghargai,
toleransi dan saling mengasihi. Selain itu perlunya membangun kekuatan baru
dengan kesamaan visi baik secara ideologi politik, agama, ekonomi maupun
budaya sehingga demokrasi dan agama dalam proses perbedaan tersebut dapat
saling mengisi satu sama lain atas spirit bersama membangun perdamaian dunia.
4. Perlu adanya regulasi yang tepat dari pemerintah mengenai kesenjangan
ekonomi ini. Pemerintah tidak hanya memperhatikan usaha baik makro maupun
mikro. Pemerintah dapat membantu usaha kecil menengah untuk mendapatkan
modal dan mengembangkan usahanya. Selain itu juga turut mendukung usaha
makro untuk dapat memperluas pasar dengan mempermudah kebijakan.
Pemerintah juga mengawasi tidak hanya BUMN tetapi usaha swasta yang sangat
berpengaruh banyak terhadap perekonomian negara. Selain itu diperlukan
pendidikan yang tepat bagi para pemegang usaha. Seminar-seminar dan
peyuluhan akan sangat bermanfaat bagi kemajuan masyarakat dalam perannya
sebagai penggerak ekonomi negara.
Dalam bidang politik perlu adanya seleksi lebih ketat dalam bidang politik. Meski
semua rakyat berhak berpolitik, jika pemerintah dapat menyeleksi secara tepat
orang-orng yang memiliki intelektualitas tinggi untuk masuk kedalam
pemerintahan maka akan membantu kemajuan serta adanya solusi-solusi yang
cermat bagi permasalahan bangsa. Msyarakat juga berhak untuk mendapat
informasi yang sama mengenai perkembangan politik. Pemerintah dapat
memfasilitasi daerah-daerah pedesaan agar perkembangan pengetahuan
mengenai politiknya tidak jauh dengan perkotaan.
5. Jika institusi yang ada lebih menggiatkan kerjanya dan meningkatkan kualitasnya
maka rakyat akan merasakan manfaat yang besar dan mulai mempercayai
mereka. Peningkatan kualitas ini tentunya tidak hanya dalam pelaksanaan
program kerja yang tepat dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat
tetapi juga pemenuhan janji-janji yang diucapkan ketika seorang calon pemimpin
meminta rakyat untuk memilihnya. Kesamarataan perlakuan dengan tidak
megenal status sosial, profesi, gender dan faktor lainnya juga dapat
menumbuhkan kembali kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
6. Perlu adanya wawasan yang luas dalam menghadapi masalah globalisasi ini.
Dalam menanggapi suatu isu global perlu dibahas mengenai aspek positif da
negatifnya. Bagi masryarakat yang berwawasan sempit, maka dapat salah
menginterpretasikan suatu isu dan membuatnya menjadi bagian dari
permasalahan di indonesia seperti pada kasus pemberontkan pada sistem
demokrasi. Jika masyarakat sudah memiliki informasi yang sama mengenai suatu
isu maka akan lebih mudah untuk menyaring pengaruh global yang ada tanpa
menyebabkan perpecahan.
B.3 HAMBATAN
Banyak orang Indonesia menghendaki demokrasi sejak ada pergerakan
kebangsaan pada permulaan Abad ke 20 dan semenjak orang indonesia mengalami
pendidikan formal. Akan tetapi, tumbuhnya demokrasi di Indonesia terus mengalami
hambatan yang tidak sedikit. Dalam zaman penjajahan hambatan itu datang dari
pihak penjajah, sebab demokrasi membuat penjajah harus memberikan banyak
kebebasan kepada rakyat Indonesia. Setelah menjadi bangsa merdeka pun
hambatan itu tidak berkurang. Sekarang Indonesia sudah lebih dari 50 tahun
merdeka dan mempunyai Dasar Negara yang menetapkan adanya demokrasi di
Indonesia, tetapi dalam kenyataan demokrasi masih terus belum lancar
pertumbuhannya.
Hambatan itu disebabkan oleh banyak hal. Sebab utama terletak pada
manusia Indonesia yang sifatnya dipengaruhi oleh berbagai faktor:
1. Kurangnya pendidikan umum yang cukup bermutu yang dapat menimbulkan
pandangan yang lebih luas tentang kehidupan serta kesadaran tentang demokrasi.
Karena pandangan kurang luas maka orang cenderung untuk memperhatikan
dirinya dan kepentingannya sendiri dan kelompoknya. Hal ini mempersulit
timbulnya sifat untuk menghargai perbedaan dan pendapat orang lain, terutama
dari kelompok lain.
2. Sedangkan masih lemahnya disiplin menyebabkan hukum kurang berjalan dalam
masyarakat. Orang sadar akan keadilan, tetapi lebih diorientasikan kepada dirinya
dan kelompoknya dan kurang kepada kepentingan umum.
3. Sisa-sisa feodalisme.
Kuatnya feodalisme di masa lalu membuat orang enggan untuk
mengeluarkan pendapat atau pikiran yang mungkin berbeda, apalagi
bertentangan, dengan pikiran orang yang dianggap lebih tinggi kedudukannya.
Sebaliknya, orang mengabaikan pendapat dan pikiran orang lain yang berada
dalam posisi yang dinilai lebih rendah dari posisinya sendiri.
4. Faktor kultural.
Ada orang berpendapat bahwa masyarakat Barat yang melahirkan demokrasi
mempunyai budaya yang berbeda dari budaya Indonesia. Ini dipakai alasan oleh
orang Indonesia yang tidak setuju dengan perkembangan demokrasi di Indonesia.
Bahwa budaya berpengaruh terhadap pelaksanaan demokrasi adalah benar. Akan
tetapi dalam setiap budaya dapat dikembangkan demokrasi. Memang kemudian
demokrasi tidak akan presis sama di lingkungan budaya yang berbeda.. Demokrasi
di Jepang tidak sepenuhnya sama dengan yang ada di Amerika Serikat karena
budaya Jepang dan Amerika berbeda. Jangankan antara budaya Timur dan Barat
seperti itu, demokrasi di Perancis dan Inggeris saja berbeda padahal sama–sama
bangsa Barat. Namun dalam semua perbedaan yang ditimbulkan oleh perbedaan
budaya tetap inti demokrasi selalu ada, yaitu bahwa yang berdaulat di negara itu
adalah rakyat.
5. Di beberapa negara, Amerika Serikat misalnya , tingkat partisipasi masyarakat
telah menurun.
Ini dapat dimakanai sebagai memudarnya daya tarik demokrasi dimata warga
negara. Munculnya rasa skeptis ini terjadi karena dalam pemahaman mereka, elit
politik yang dipilih melalui pemilihan umum lebih cenderung memperjuangkan
kepentingannya sendiri dan kelompoknya dibandingkan dengan memperjuangkan
kepentingan masyarakat luas. Akibatnya mereka tidak begitu peduli dengan
pemilihan umum yang memilih pejabat eksekutif atau wakil-wakil mereka di
parlemen
6. Undang-undang serta berbagai aturan pelaksana yang dilahirkannya, tidak
mampu mengakomodasi tuntutan perubahan yang ada. muncul pro dan kontra
yang sangat keras dalam masyarakat. Dilihat dari aktornya, demokratisasi di
Indonesia masih belum secara kualitatif menunjukkan adanya praktik kesetaraan
dan kemajemukan.
7. Rendahnya apresiasi terhadap perwakilan berkualitas. Hal ini membuat para wakil
rakyat kurang terpacu semangatnya dalam melaksanakan tugas dan meraih
pencapaian.
Hal yang dapat mengatasi hambatan :
1. Untuk mengurangi hambatan bagi demokrasi adalah perbaikan pendidikan umum
dalam kuantitas maupun kualitasnya. Tidak hanya pendidikan di daerah kota dengan
perkembangan yang cepat, tetapi daerah pedesaan juga. Setiap warga negara
berhak memiliki pengetahuan yang sama. Negara harus dapat mengatur dana agar
pendidikan dapat berjalan optimal. Selain itu perlu adanya evaluasi menyeluruh
terhadap pendidikan indonesia agar dapat memperbaiki kekurangan yang ada. Dapat
diadakan kunjungan terhadap negara dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan
mengambil hal positif untuk diterapkan dinegara kita.
Dengan begitu pandangan masyarakat dapat menjadi lebih luas dan mulai
terbuka untuk berpartisipasi sebagai warga negara yang baik. Hal ini akan
meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap negara dan mendukung terpenuhinya
aspirasi mereka sebab mereka turut berperan. Orang akan mampu menghargai
kebebasan berpendapat bagi semua pihak serta menyadari pluralitas sebagai
kenyataan dalam kehidupan bangsa dan umat manusia.
2. Dengan pendidikan yang baik diharapkan manusia Indonesia berpandangan luas dan
menyadari pentingnya disiplin. Dengan begitu hukum dapat berjalan dan Indonesia
menjadi negara hukum.
3. Dengan Pendidikan juga diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rakyat. Dengan
begitu rakyat akan lebih percaya diri dan feodalisme makin dapat dihilangkan.
Dengan pendidikan yang setara dan merata, masyarakat akan lebih percaya diri
dalam mengemukakan pendapat meski kepada orang yang lebih tinggi
kedudukannya. Hal ini lambat laun akan mengurangi sisa-sisa feodalisme.
4. Pendidikan yang baik juga akan menghasilkan kualitas SDM yang baik. Hal ini sangat
berguna sebab untuk mengadakan demokrasi yang sesuai dengan budaya di
indonesia perlu pandangan luas akan budaya dan pikiran kritis dalam membuat
kebijakan serta mengatur pemerintahan agar terjadi penurunan konflik di dalam
negri.
5. Adanya sosialisasi yang jelas dalam pemilihan umum. Pastikan rakyat benar-benar
berpartisipasi dalam pemilu. Adakan diskusi sosial didaerah-daerah mengenai calon-
calon perwakilan rakyat agar aspirai bisa disampaikan dan masyarakat merasa
bahwa perannya penting. Hal ini dapat menurunkan tingkat apatis masyarakat
6. Memperketat pelaksanaan hukum. Hal ini agar masyarakat patuh hukum dan merasa
diperlakuka adil oleh hukum. Hal ini dapat meningkatkan apresiasi rakyat terhadap
kinerja pemerintah. Hal ini berdampak baik terhadap ketahanan serta dapat memicu
peningkatan peran masyarakat sebagai warga negara yan baik.
7. Perlu adannya informasi terhadap rakyat mengenai wakil mereka yang berprestasi.
Hal ini sebagai penghargaan atas kerja keras yang telah mereka lakukan sehingga
para elitpolitik bersaing untuk dapat berprestasi dalam hal positif yang
menguntungkan rakyat. Bukan bersaing mengenai kekayaan semata.
Orang suka mengatakan bahwa yang penting adalah membangun sistem politik
demokratis. Kalau ada sistem orang harus menyesuaikan hidup dan langkahnya dengan
sistem itu. Akan tetapi dalam kenyataan pandangan demikian menghadapi dua persoalan
pertama. Persoalan pertama adalah bahwa sistem politik demokratis merupakan hasil
buatan orang, khususnya orang-orang yang mempunyai wewenang membangun sistem
politik negara. Kalau sifat orangnya kurang cocok dengan demokrasi akan sukar terwujud
sistem demokratis, sekalipun ada niat untuk itu. Hal itu terjadi di masa Orde Lama dan
Orde Baru. Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto mengatakan bahwa mereka
membangun demokrasi melalui Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Pancasila, namun
dalam kenyataan tidak ada demokrasi di Indonesia selama itu. Persoalan kedua adalah
bahwa sekalipun ada sistem politik demokratis tetapi para pelaku politik kurang bersifat
demokratis, maka tidak akan ada kondisi masyarakat yang demokratis. Hal itu dapat
dilihat di Indonesia sekarang.
B.4 GANGGUAN
1. Timbulnya konflik berkepanjangan akibat perbedaan pendapat atau prinsip.
Demokrasi memang menghalalkan setiap penganutnya untuk menyatakan
pendapat tetapi ada nilai yang harus dipenuhi. Jika masing-masing hanya
mementingkan kepentingan sendiri tanpa mengindahkan nilai yang ada, perpecahan
dan konflik akan terus terjadi dan mengurangi rasa persatuan. Baik konflik antar
partai politik maupun antar warga negara dan pemerintah.
2. Kegagalan demokrasi representatif.
Dibanyak negara, seringkali para wakil rakyat yang duduk di senat atau
dewan perwakilan rakyat membuat keputusan yang melawan kehendak mayoritas.
Rakyat bukan saja tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, tetapi juga
seringkali terjadi kebijakan yang menentukan hajat hidup orang banyak tidak
didiskusikan dalam debat publik yang matang
3. Pihak yang mementingkan kepentinganya semata.
Pihak yang sebenarnya tidak menghendaki demokrasi , tetapi memanfaatkan
demokrasi untuk memperoleh posisi yang kuat dan pada saat berkuasa justru
menyingkirkan demokrasi. Itu telah dilakukan Hitler di Jerman dan di masa lalu
merupakan taktik kaum komunis di Indonesia.
4. Apa yang dimaksud dengan kebebasan dan persamaan di era sekarang ini telah
tereduksi sedemikian rupa.
Ketidaksamaan ekonomi pada perkembangannya mendorong terjadinya
ketidaksamaan politik sehingga akses warga negara dalam mempengaruhi kebijakan
publik yang menentukan kehidupan mereka juga terbatas. Pada akhirnya, demokrasi
representatif yang merupaka alternatif terbaik dalam kondisi politik modern dewasa
ini telah gagal.
Hal yang dapat mengatasi gangguan
1. Demokrasi harus didesain sebagai mekanisme dalam ruang politik untuk
menciptakan keseimbangan kehidupan manusia. Karena itulah, demokrasi harus
tetap tumbuh mencari bentuk idealnya dengan tetap menjamin terpeliharanya nilai-
nilai kemanusiaan sejagad dalam pelaksanaan berdemokrasi. Meningkatkan daya
supremasi sistem demokrasi. Dalam ranah ini partai politik sebagai institusi sekaligus
variabel penting berjalannya sistem politik yang demokratis harus menyediakan
ruang lebih terbuka bagi regenerasi kepemimpinan. Bukan penerusan generasi
berdasarkan hubungan keluarga atau kerabat.
2. Peningkatan keja anggota DPR dengan terlibatnya masyarakat dalam pembuatan
kebijakan. Perlu adanya evaluasi terhadap kerja dewan agar kebijakan yang dibuat
benar-benar merupakan cerminan dari aspirasi rakyat agar rakyat tidak menjadi
apatis dan merasa acuh terhadap pemerintahan sebab merasa aspirasinya tidak
bermakna. Rakyatpun akan lebih menghargai pemerintah sebab kepentingan yang
diutamakan adalah kepentingan umum bukan kepentingan kaum elit politik semata.
3. Perlu adanya kepemimpinan nasional yang mampu menjalankan manajemen
nasional yang baik, sehingga kondisi obyektif dalam masyarakat dapat menjadi
landasan perbaikan demokrasi. Kualifikasi seorang pemimpin besertapara wakil
rakyat perlu diuji agar mereka tidak menyalah gunakan kekuasaan demi kepentingan
pribadi. Pengawasan dari yudikatif juga sangat mempengaruhi.
4. Menyamaratakan perkembangan ekonomi di tiap daerah. Hal ini akan mendukung
perkembangan tiap daerah sehingga saat ada kebijakan baru, semua daerah dapat
dengan mudah mendapat fasilitas dan informasi mengenai kebijakan tersebut.
Daftar pustaka
Dra. ERIKA REVIDA, MS. KORUPSI DI INDONESIA: MASALAH DAN SOLUSINYA. Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Tim dosen UNJ. 2012. pendidikan kewarganegaraan. Jakarta
Dahl. Dilemma of Pluralist Democracy
Dewi Rachmat Kusuma. SBY Bicara 3 Tantangan yang Dihadapi Indonesia. Web: detikNews
Jumat, 02/08/2013 19:03 WIB
Rusdianto. DEMOKRASI MULTIKULTURAL. Web ://www.mitranews.com/
Kuliah Pendidikan Anti Korupsi : Komitmen ITB Berantas Korupsi di Indonesia. Web :www.itb.ac.id/news/3996.xhtml
http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=1098
http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=5340
id.wikipedia.org/wiki/Keadilan_sosial