pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian...

21
UNIVERSITAS INDONESIA PENGGUNAAN BAR CODE DALAM PEMBERIAN OBAT Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SIM Keperawatan O l e h SRI MARYATUN 0906574770 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN KEKHUSUSAN ILMU KEPERAWATAN JIWA UNIVERSITAS INDONESIA 1

Transcript of pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian...

Page 1: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGGUNAAN BAR CODE DALAM PEMBERIAN OBAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SIM Keperawatan

O l e h

SRI MARYATUN0906574770

PROGRAM PASCA SARJANAFAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN ILMU KEPERAWATAN JIWAUNIVERSITAS INDONESIA

2010

1

Page 2: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

ABSTRAK

Kesalahan dalam pemberian obat merupakan kesalahan terbesar didalam praktek intervensi keperawatan dengan 4 tahapan proses pengobatan yaitu pemesanan, transkripsi, pengeluaran dan administrasi. Kesalahan pemberian obat yang paling sering terjadi dalam dua tahapan yaitu pemesanan (56%) dan administrasi (34%).Hal tersebut merupakan ancaman bagi keselamatan nyawa pasien dan perawat bertanggung jawab terhadap 7.000 kematian yang terjadi setiap tahunnya

Sebagai upaya penanggulangan dan pencegahan terhadap kesalahan pengobatan tersebut maka pada tahun 1999-2001, Departemen Urusan Veteran Medical center di Topeka Texas mempromosikan sistem bar code .Hasilnya terjadi peningkatan keefektifan pemberian obat dari 6.723 menjadi 7.318 pada unit rumah sakit tersebut.Selain itu tercatat bahwa terjadi penurunan 41 %dalam kesalahan pemberian obat yang tidak sesuai dengan jadwal ,penurunan 27% dalam kesalahan pemberian dosis dan 51 %pengurangan pada potensi kejadian buruk narkoba yang terkait dengan jenis kesalahan. Besarnya keuntungan bar code digunakan di beberapa area praktek rumah sakit seperti di icu , ruang bedah, rawat inap dan komunitas.

2

Page 3: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

Penggunaan Bar Code Dalam Pemberian Obat

A. Latar Belakang

Di era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan

untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan pelayanan

kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada pemberi pelayanan

kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini sepertinya belum didukung

dengan kesiapan pelayanan kesehatan, , khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan

baik oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan.

Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan

kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu

melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian sampai

dengan evaluasi Namun pada realitanya dilapangan, asuhan keperawatan yang dilakukan

masih bersifar manual dan konvensional, belum disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi

yang memadai sehingga perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya

kelalaian dalam praktek.Salah satu kelalaian yang sering terjadi adalah kesalahan dalam

intervensi pemberian obat yang merupakan kesalahan dengan frekuensi paling sering terjadi

dengan posisi ke 2 diantara kesalahan medis lainnya. (Leape, et al 1991.,). Sedangkan

menurut Institute of Medicine (IOM,1999) kesalahan pemberian obat adalah kesalahan

urutan ke delapan yang terjadi di Negara Amerika Serikat.Beberapa studi penelitian

menemukan hampir 41% setiap tahunnya terjadi kesalahan dalam pemberian obat (Ferner,

1995; Fuqua & Stevens, 1988; Keill & Johnson, 1993; Rajas, Kecskes, Thornton, Perry, &

Feldman, 1989). Stevens, 1988).

Kesalahan dalam pemberian obat terfokus pada tahapan proses pengobatan

(Bates,Cullen,et all 1995).Adapun empat tahapan proses pengobatan yaitu pemesanan,

transkripsi, pengeluaran dan administrasi. Kesalahan pemberian obat yang paling sering

terjadi dalam dua tahap: pemesanan (56%) dan administrasi (34%).Hal tersebut merupakan

3

Page 4: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

ancaman yang fatal bagi keselamatan nyawa pasien .dan perawat bertanggung jawab atas

7.000 kematian yang terjadi setiap tahunnya (Phillips, Christenfeld, & Glynn, 1998).

Bahkan lebih jauh lagi (Pape,2001) mengemukakan bahwa setiap tahunnya ditemukan 2%

angka kematian iatrogenic akibat kesalahan pemberian obat di Amerika Serikat.Selain

menyebabkan kematian, kesalahan dalam pemberian obat juga berdampak pada meningkatnya

biaya/cost penggantian obat oleh pihak rumah sakit.Hal tersebut sangat merugikan pihak rumah

sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan.Seperti yang dilaporkan bahwa 2 orang dari 100

pasien yang mendapatkan kerugian akibat kesalahan pemberian obat akan berdampak pada

meningkatnya biaya pengobatan sebesar $5000 yang harus ditanggung pihak rumah sakit

tersebut(Bates,et All 1997).

Berdasarkan fenomena masalah tersebut maka sebagai bagian dari upaya untuk

meningkatkan keselamatan pasien atau warganya ,badan pengawas obat dan makanan Amerika

Serikat memutuskan pada tanggal 4 April 2004 untuk membuat bar code wajib pada label ribuan

manusia/pasien serta produk obat dan biologi . BCMA pada awalnya dilaksanakan oleh Veteran

Medical Center di Topeka Texas. Antara tahun 1999-2001, Departemen Urusan Veteran

mempromosikan sistem bar code untuk lebih dari 161 fasilitas pelayanan di rumah sakit

terutama di dalam perawatan akut dan perawatan jangka panjang pada 118 tempat tidur

pasien.Sistem perangkat lunak tersebut dirancang untuk meningkatkan akurasi pemberian obat

yang tepat dan untuk menghasilkan catatan dokumentasi yang benar secara online.

Penelitian banyak dilakukan untuk menguatkan manfaat bar code dalam pemberian pengobatan

seperti yang dilakukan di Brigham dan Women's Hospital di Boston dimana membandingkan

pemberian obat kepada sejumlah pasien sebelum dan sesudah pemakaian bar code.Hasilnya

terjadi peningkatan keefektifan pemberian obat dari 6.723 menjadi 7.318 pada unit rumah sakit

tersebut.Selain itu tercatat bahwa terjadi penurunan 41 persen dalam kesalahan pemberian obat

yang tidak sesuai dengan waktu/jadwal ,penurunan 27% dalam kesalahan pemberian dosis dan

51 persen pengurangan pada potensi kejadian buruk narkoba yang terkait dengan jenis kesalahan.

Oleh karena itu,maka penulis tertarik untuk mengenalkan system teknologi inovatif bar

code tersebut untuk bisa dikembangkan didalam negeri di pusat pelayanan kesehatan terutama

dirumah sakit – rumah sakit .Dengan demikian diharapkan dapat mencegah dan menurunkan

kesalahan perawat dalam pemberian obat kepada pasien.

4

Page 5: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

B. Tinjauan Literatur

1. Pengertian Bar Code

Bar code berasal dari bahasa Inggris, bar berarti batang, sedangkan code berarti

sandi/kode. Jadi secara harfiah bar code berarti kode batang. Sedangkan menurut istilah, bar code

berarti “garis-garis hitam yang dibuat menurut kode tertentu, umumnya digunakan sebagai

identifikasi terhadap suatu objek atau barang”.Kode ini dicetak di atas stiker atau di kotak

bungkusan barang. Kode tersebut akan dibaca oleh alat pengimbas (Barcode reader) yang akan

menerjemahkan kode ini ke data/informasi yang mempunyai arti. Di supermarket, barcode reader

ini biasanya digunakan oleh kasir dalam pencatatan transaksi oleh customer. Bar code

merupakan suatu peralatan input yang didesain untuk tujuan yang spesifik dan direpresentasikan

sebagai data numerik yang dibentuk oleh serangkaian bar (garis). Garis-garis tersebut memiliki

panjang dan ketebalan yang bervariasi.

2. Jenis Barcode

Bar code dibedakan menjadi 2 jenis :

1. barcode 1 dimensi, terdiri dari garis-garis yang berwarna putih dan hitam. warna putih untuk

5

Page 6: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

nilai 0 dan warna hitam untuk nilai 1.

2. barcode 2 dimensi, sudah tidak berupa garis-garis

lagi, akan tetapi seperti gambar, jadi formasi yang

tersimpan di dalamnya akan lebih besar.Spesifikasi

untuk tipe barcode, ukuran, penempatan dan mutu

semuanya tergantung kepada di mana pembacaan

barcode tersebut akan dilakukan .

Bar kode teknologi telah digunakan untuk pengelolaan bahan dan penjualan selama lebih dari

empat puluh tahun (Simpson, 2001). Bar coding menggantikan dokumentasi manual dengan

elektronik melalui pemindahan kode unik yang ditransmisikan ke database (Grotting, Yang,

Kelly, Brown & Trohimovich, 2002).

Sistem ini terdiri dari seorang pembaca barcode, komputer portabel (dengan WiFi),

sebuah server komputer dan perangkat lunak.. Ketika pasien mendapatkan obat yang diresepkan,

pertama kali yang harus dilakukan perawat adalah melakukan scanning barcode pada gelang

pasien dan kemudian barcode pada obat. Laptop akan membiarkan perawat mengetahui bahwa

barcode tersebut cocok.  Jika mereka tidak cocok, perawat akan melihat pesan kesalahan.

Barcode menampung semua informasi penting tentang pasien dan obat-Nya, informasi ini

disebut sebagai "Hak Lima./Lima Benar Obat” yaitu Benar pasien, Benar obat,Benar

Waktu,Benar Dosis dan Benar rute/pemberian

Bar-code Emar adalah kombinasi dari teknologi yang memastikan bahwa obat yang benar

diberikan dalam dosis yang tepat pada waktu yang tepat untuk pasien yang benar.Konsep dasar

untuk menguji kode bar dalam perawatan adalah

bahwa informasi yang dikodekan dalam kode

adalah untuk perbandingan obat yang diberikan

dengan apa yang diperintahkan untuk masing-

masing pasien (Sakowski et al, 2005.).

6

Page 7: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

3. Proses pelaksanaan pemberian obat dengan menggunakansistem Bar Code

Apkh pengobatan

terkait dgn byk

ps

Tugas diselesaikan pada

YA Pasien (ps) ini

Ya

Perawat memberikan

Obat ke ps

Ya

Apakah semua

Obat diprtggjwbS

Ya

Tidak Apkh bar

Perintah tertulis code sesuai

muncul data obat lgkp

Ps dilayar monitor

Pilih obat yang tertera

& lakukan scanning

GAMBAR 1. Diagram Kode Bar Administrasi/Pemberian Obat (Southern Arizona Veterans Administration Health Care System (SAVAHCS) Training Guide, 2000)

7

Pencatatan order obat di computer

rekam pasien

Obat diverifikasi farmasi &

Obat dikeluarkan

Perawat memasukkan data di code bar

medication

Page 8: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

Proses ini dimulai dengan penyedia order obat masuk ke dalam medis pusat elektronik catatan

kesehatan. Berikutnya seorang apoteker memverifikasi order dan pengobatan dikeluarkan ke

unit keperawatan. Pada awal tiap shift, semua laporan yang terkait dengan pemberian obat

ke pasien ,di cetak /diprint out oleh perawat yang saat itu sedang bertanggung jawab memberikan

obatLaporan tersebut menjadi informasi bagi perawat terhadap waktu/kapan jadwal pemberian

obat kepada pasien.Kemudian perawat melakukan registrasi/memasukkan data tersebut ke

sistem kode bar /BCMA ketika saatnya untuk memulai pemberian obat. Kemudian perawat

memindahkan kotak obat ke ruangan atau samping tempat tidur pasien yang akan diberikan obat.

Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi secara lisan /verbal pasien dan melakukan

scanning atau menandai pengenal unik kode bar pada pasien .Tindakan ini mendapat sinyal dan

disampaikan kelayar laptop Virtual Due List (VDL) dan tidak berapa lama dalam jam

berikutnya muncul pemberian obat. Perawat mengambil unit dosis obat dari laci kotak obat

dan menandai kode bar. Layar VDL akan menunjukkan apakah ada ketidakcocokan antara

pengenal dan pengobatan pasien, dan jika ada maka akan muncul tanda atau pesan yang

membutuhkan tindakan. Jika pemberian obat yang berlebih diberikan pada pasien yang sama

dan pada waktu yang bersamaan,maka perawat tetap harus memilih dan menandai dosis unit obat

sampai semua obat telah dipilih. Setelah penandaan otomatis maka dilanjutkan dengan

dokumentasi terhadap obat yang diberikan (yang dapat secara manual diperbaiki jika dosis

ditolak atau diberikan). Jika pengobatan pasien dan kode bar obat tersebut kompatibel,dengan

demikian perawat bisa dan mampu mengelola obat dengan benar.Pada akhir kegiatan shift ,

laporan obat yang hilang dapat dicetak untuk menentukan apakah semua dosis telah diberikan ke

pasien dengan tepat.

4. Keuntungan

a. Mencegah dan menurunkan kesalahan pemberian obat.

Berdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1%

dari semua administrasi pengobatan yang telah dicobakan dengan penggunaan kode bar

pemberian obat (BCMA). Kesalahan terutama dicegah dalam dosis yang diberikan lebih awal

8

Page 9: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

dari jadwal, diberikan tanpa catatan.Selain itu dilaporkan dari pusat kesehatan uiversitas

Pittburgh yaitu kesalahan pemberian obat adalah berkurang sebesar 55% dalam studi efek yang

memiliki kode bar untuk mencegah kesalahan pengobatan (Raczkiewicz, 2005).

b.Mencegah kesalahan pemberian tranfusi darah.

Menurut Badan Pengawas makanan dan obat Amerika serikat, bahwa kode bar pemberian obat

dapat mencegah terjadinya kesalahan 500.000 prosedur pemberian transfuse darah dalam 20

tahun, mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan(c) Menurunkan nyeri dan penderitaan pasien

akibat komplikasi kesalhan pemberian obat dan (d) menurunkan kehilangan waktu pekerjaan

untuk mengerjakan pekerjaan lainnya dengan menyelamatkan simpanan rata-rata 93 million

dolar pada periode sama.(www.fda.gov/bbs/topics/news/2004/hhs_022504.html)

c. Memberikan keselamatan bagi pasien

Dilaporkan dari rumah sakit veteran Harry S.Truman Amerika Serikat bahwa dengan penggunan

bar code pada 10 tempat tidur diruang bedah jantung dan ruang Intensive Care Unit memberikan

keselamatan pasien bedah jantung sebanyak 200orang/tahunnya

(www.ahrq.gov/downloads/pub/advances/vol3/wideman.pdf,)

d. Menurunkan nyeri dan penderitan pasien

Dilaporkan dari rumah sakit Hospital Information Management System Society (HIMSS) bahwa

terjadi peningkatan pemberian obat anti kanker dari 58% - 67% dengnanpenurunan derajat nyeri

berat-sedang sebanyak 30%(ynapse.koreamed.org/Synapse/Data/PDFData/.../jksmi-15-303.pdf)

e. Menurunkan biaya cost rumah sakit

C. Pembahasan

Perawat memegang peranan penting dalam pemebrian obat karena perawat memberi obat

beberapa kali per shift menurut studi intervensi keperawatan (Bulechek, McCloskey, Titler, &

Denehey, 1994). Sebagai intervensi, pemberian obat memiliki frekuensi terbesar kedua dari

semua intervensi, trailing hanya mendengarkan aktif. Karena pemberian obat adalah seperti

komponen integral dari praktek keperawatan, kesalahan pengobatan telah diidentifikasi sebagai

9

Page 10: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

hasil yang sesuai indikator untuk praktek keperawatan (American Nurses Association [ANA],

1995). Keamanan pasien dan akurasi telah ditekankan dalam standar keperawatan untuk

obat administrasi (Taylor, Lillis, & Lemone, 2001). Perawat diajarkan untuk mengikuti

lima hak, juga dikenal sebagai 5 benar obat, "memberikan perawat 1) hak obat (ke (2) hak

pasien di 3) tepat dosis (melalui 4) rute yang tepat (di 5) tepat waktu ("(hal. 581).

Selama persiapan untuk pemberian obat, perawat bertanggung jawab untuk mengkonfirmasikan

pesanan, waktu pemberian, dan memilih obat yang benar dan dosis. Pemberian obat adalah

tanggung jawab perawat untuk mengidentifikasi yang benar terhadap pasien dan menggunakan

rute yang benar dalam pemberian obat. Secara tradisional atau manual, perawat biasanya

mengkonfirmasikan secara langsung terhadap obat yang akan diberikan sebelumnya kepasien

Hal tersebut tidaklah efektif apalagi jika beban kerja perawat overload diakibatkan banyaknya

jumlah pasien saat itu, serta tugas intevensi keperawatan lain nya yang juga harus

dikerjakan.Belum lagi jika ada kendala dalam penundaan waktu dan jarak tersedianya order obat

dari farmasi yang mennyebabkan terhambatnya waktu pemberian obat.Hal tersebut akan

mengakibatkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemberian obat dan merugikan

keselamatan pasien.Kesalahan adalah masalah yang mempengaruhi kualitas penjagaan yang

diberikan kepada pasien. Kesalahan adalah sebuah isu yang berpotensi tragis dan mahal baik

secara manusia dan ekonomi, untuk pasien dan profesional sama (Cohen, 1999).

Perawat memainkan peran penting dalam menyediakan lingkungan yang aman dan aman untuk

pasien. Maka muncullah terobosan baru perkembangan teknologi inovatif pemberian obat oleh

badan federasi veteran kesehatan internasional (VHA)dengan mengambil konsep kode bar

teknologi yang dipolakan dari framework Roger 1995.

Kegiatan tahap yang terdiri dari 5 Tahapan.Tahap pertama adalah agenda pengaturan dan

pencocokan. Agenda Pengaturan ini didefinisikan sebagai proses dimana organisasi atau

instansi rumah sakit memprioritaskan "kebutuhan, permasalahan, dan masalah "(Rogers, hal

391). Tahap ini tercermin bagaimana mengidentifikasi VHA system dengan masalah yang

berhubungan pengobatan.

Tahap berikutnya, pencocokan, didefinisikan sebagai "panggung di mana masalah dari agenda

organisasi sesuai dengan suatu inovasi "(Rogers, 1995, hal 394). Dalam studi ini atching

10

Page 11: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

menggambarkan proses dimana sebuah inovasi dipilih untuk mengatasi obat kesalahan dan

akuntabilitas.

Pemurnian / restrukturisasi didefinisikan sebagai penemuan kembali inovasi "untuk

mengakomodasi kebutuhan organisasi ,instansi dan struktur yang lebih erat, dan ketika

Perangkat organisasi dimodifikasi agar sesuai dengan inovasi "(Rogers, 1995, hal 394).

Tahap ini menjelaskan bagaimana kode bar pemberian obat (BCMA) telah dimodifikasi untuk

diadopsi di seluruh sistem VHA dari 172 pusat kesehatan. BCMA diciptakan dari pelatihan,

prototipe dan manual pendidikan ditulis, dan pelatihan rencana dan jadwal yang direncanakan,

semua pada VHA tingkat kantor pusat. Pelatihan perwakilan dari seluruh fasilitas dilakukan.

Perwkilan ini, pada gilirannya, bertanggung jawab untuk menyiapkan pusat-pusat medis sendiri

mereka untuk BCMA sebagai proses transisi ke tahap klarifikasi.

Tahap mengklarifikasi didefinisikan sebagai bagaimana arti dari suatu inovasi "secara bertahap

menjadi lebih jelas untuk organisasi anggota "(Rogers, 1995, hal 399). Selama BMCA tahap

klarifikasi diperkenalkan pada setiap pusat kesehatan VHA. Inovasi berkembang dari makro ke

level mikro organisasi, menjadi "tertanam

Tahap akhir, routinizing, didefinisikan seperti ketika "proses inovasi dalam organisasi selesai

"(Rogers, 1995, hal 399) terjadi. Routinizing ketika BCMA tidak lagi dipandang sebagai baru

dan di luar organisasi lokal namun sebagai bagian rutin pemberian perawatan pasien.

Perkembangan pemanfaatan bar code pemberian obat di dunia keperawatan Indonesia

nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat.

Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan

teknologi informatika khususnya BCMA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan

pendidikan perawat, dan belum terintegrasinya sistem infirmasi manajemen berbasis IT dalam

parktek keperawatan di klinik serta terhambatnya sosialisasi kelima tahapan diatas terkait dengan

dana,sarana fasilitas yang tidak tersedia serta kebijakan rumah sakit yang tentunya jika system

kelima tahapan tersebut dijalankan maka akan mempengaruhi struktur system organisasi

sebelumnya serta kebijakan –kebijakan pemberian pelayanan kesehatan Mungkin perlu ada

terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan institusi pelyanan

kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi manajemen berbasis IT dalam

memberikan pelayanan ke pasien.

11

Page 12: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

Di sini, peran penting teknologi informasi tidak lepas dari potensinya untuk mencegah edication

error. Seperti kesalahan dalam prosedur pemberian obat. Seperti kita ketahui, ada dua pandangan

mengapa error dapat muncul di rumah sakit. Yang pertama, error terjadi karena kesalahan

individual tenaga kesehatan. (Reason, 1990, 1997). Yang kedua, kesalahan individual tidak akan

muncul jika manajemen memiliki mekanisme untukmencegah.

Teknologi informasi dapat berperan dalam mencegah kejadian medication error melalui tiga

mekanisme yaitu (1) pencegahan adverse event, (2) memberikan respon cepat segera setelah

terjadinya adverse event dan (3) melacak serta menyediakan umpan balik mengenai adverse

event dengan rincian sebagai berikut:

a. Pencegahan adverse event

Hasil penelitian klinis memerlukan waktu lama (rata-rata 17 tahun) sampai diterapkan dalam

praktek sehari-hari. Penyediaan fasilitas teknologi informasi akan mendorong penyebarluasan

informasi dengan cepat.. Pencegahan adverse event juga dapat dilakukan melalui pengembangan

berbagai aplikasi yang memungkinkan pemberian obat serta dosis secara akurat. Penggunaan

barcode serta barcode reader untuk kemasan obat akan mencegah kesalahan pengambilan obat.

b. Memberikan respon cepat setelah terjadinya adverse event.

Selanjutnya, sistem informasi klinik yang baik akan mampu memberikan umpan balik secara

cepat jika terjadi kesalahan atau adverse event. Pada pemberian obat yang salah, maka sinyal dari

barcode akan menyala sebagai peringatan bahwa jenis obat yang akan dimasukkan tidak sesuai

dengan apa yang telah diresepkan selain itu tidak akan terbaca di layar computer dan biasanya

muncul tulisan “salah” di layar komputer

c. Melacak dan menyediakan umpan balik secara cepat

Teknologi database dan pemrograman saat ini memungkinkan pengolahan data pasien dalam

ukuran terra byte secara cepat. Metode datawarehouse dan datamining memungkinkan komputer

mendeteksi pola-pola tertentu dan mencurigakan dari data klinis pasien. Metode tersebut relatif

tidak memerlukan operator untuk melakukan analisis, tetapi komputer sendirilah yang akan

memberikan hasil analisis dan interpretasi tersebut. Ketika kesalahan terjadi dalam pemberian

obat yang ditandai oleh bunyi alarm di barcodenya maka computer akan langsung memberikan

respon cepat berupa perintah singkat dilayar untuk tindakan selanjutnya apakah perlu pergantian

jenis obat, dosis obat yang ditambahkan atau waktu pemberian yang seharusnya diberikan

beberapa jam kemudian dan lain sebagainya.

12

Page 13: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

D. Kesimpulan

Bar code merupakan terobosan tehnologi inovatif didunia kesehatan yang menggunakan

perangkat lunak dan system computer dan telah terbukti bermanfaat untuk mencapai status

safety/keamanan bagi pasien , meminimalkan kesalahan akibat proses pemberian obat,

mengurangi pengeluaran biaya cost ,meningkatkan efektifitas kerja dan kepuasan perawat serta

menurunkan lama hari rawat pasien..Manfaat yang luar biasa ini, seyogyanya bisa diterapkan di

Indonesia. Rumah sakit di Indonesia seharusnya menerjemahkan patient safety ke dalam

rencana strategis pengembangan sistem informasi rumah sakit dengan kesiapan infrasturuktur

yang matang dan terorganisasi jelas ,didakannya pelatihan serta sosialisasi tehnologi kesehatan

tersebut bagi pendidikan keperawatan di Indonesia.

REFERENSI

Bar-coded medication administration (BCMA)systems. Future promise, present Challenges. Health Devices. 2003;32(10):373–81

Bates, D.W., Boyle, D.L., Vander Vliet, M.B., Schneider, J. & Leape, L. (1995).Relationship between medication errors and adverse drug events. Journal of General Internal Medicine, 10, 199-205.

13

Page 14: pkko.fik.ui.ac.idpkko.fik.ui.ac.id/files/tugas sim atun.doc · Web viewBerdasarkan penelitian terhadap 27 rumah sakit di California selatan,kesalahan dicegah 1,1% dari semua administrasi

Food and Drug Administration: FDA issues barcode regulation; fact sheet. Washington, DC: 2004.Available at: http://www.fda.gov/oc/initiatives/barcode-sadr/fs-barcode.html. Accessed April 11,2004.

Leape, L.L., Bates, D.W., Cullen, D.J., Cooper, J., Demonaco, H.J., Gallivan, T., et al.(1995). Systems analysis of adverse drug events. Journal of the AmericanMedical Association, 284(1), 95-97

Patterson, E.S., Cook, R.I. & Render, M.L. (2002). Improving patient safety by dentifying side effects from introducing bar coding in medication administration. Journal of the American Medical Informatics Association, 9(5),540-553.

Phillips, D. P., Christenfeld, N., & Glynn, L. M. (1998). Increase in US medication-errordeaths between 1983 and 1993. The Lancet, 351, 643-644

Perry AG, Potter PA. Preparing for medication administration. In: Clinical nursing skills & techniques, 5th ed. St. Louis, MO: Mosby, Inc.;2004:435–52.

R a c z k i ewicz, F. ( 2005).Bar codes are helpingp r event medication errors at UPMC.Retrieved on February 5, 2009 from http:// www. upmc. com/ MediaRelations/NewsReleases/ 2005/ Pages/ UPMCBar coding. Aspx

S a kowski, J., Leonard, T., Colburn, S. ,Michaelsen, B., Schiro, T., Schneider, J., et al. ( 2005). Using a bard-coded medication administration system to prevent medication errors. A m e rican Journal of Health-System Pharm a c y, 62, 2619-2625.

Simpson, N.J. (2001). Advocacy White Paper: Bar Coding for Patient Safety. HealthcareInformation and Management Systems Society. Retrieved 11/10/02 athttp://www.himss.org/content/files/Bar_Coding_White_Paper.pdf

Southern Arizona Veterans Administration Health Care System. (2000). Bar Code Medication Administration SAVAHCS - Training Guide. Tucson, AZ: SAVAHCS BCMA Implementation Team.Southern Arizona Veterans Administration

Veterans Health Administration National Center for Patient Safety (NCPS), homepage. Ann Arbor, MI:Department of Veterans Affairs; 2003. Available at:http://vaww.ncps.med.va.gov (note: this is an intranet

14