PITIRIASIS ROSEA

12
BAB I PENDAHULUAN A.Skenario Seorang wanita 20 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan gatal dan bercak kemerahan di sertai sisik pada daerah badan yang telah dialami sejak 2 minggu yang lalu. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama tidak ada. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. B.Kata kunci Wanita 20 tahun Gatal dan bercak kemerahan disertai sisik daerah badan Sejak 2 minggu lalu Riwayat Keluarga (-) Lab: Normal C.Pertanyaan Jelaskan Anatomi, Histologi, dan Fisiologi kulit! Jelaskan patomekanisme gatal!

Transcript of PITIRIASIS ROSEA

BAB IPENDAHULUANA. SkenarioSeorang wanita 20 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan gatal dan bercak kemerahan di sertai sisik pada daerah badan yang telah dialami sejak 2 minggu yang lalu. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama tidak ada. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.

B. Kata kunci Wanita 20 tahun Gatal dan bercak kemerahan disertai sisik daerah badan Sejak 2 minggu lalu Riwayat Keluarga (-) Lab: Normal

C. Pertanyaan Jelaskan Anatomi, Histologi, dan Fisiologi kulit! Jelaskan patomekanisme gatal! Jelaskan patomekanisme skuama dan jenis-jenisnya! Jelaskan patomekanisme bercak kemerahan! Apa Deferential Diagnosis dari skenario?

BAB IIPEMBAHASANPITIRIASIS ROSEAA. DefinisiPitiriasis rosea berasal dari kata pityriasis yang berarti skuama halus dan rosea yang berarti berwarna merah muda. Pitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan, dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya sembuh dalam waktu 3-8 minggu.Pitiriasis rosea adalah erupsi kulit yang dapat sembuh sendiri, berupa plak berbentuk oval, soliter dan berskuama pada trunkus (herald patch) dan umumnya asimptomatik. Penyakit kulit ini merupakan peradangan kulit berupa eksantema yang ditandai dengan lesi makula-papula berwarna kemerahan ( salmon colored ) berbentuk oval, circinate tertutup skuama collarette, soliter dan lama kelamaan menjadi konfluen. Ketika lesi digosok menurut aksis panjangnya, skuama cenderung terlipat melewat garis gosokan (hanging curtain sign).

B. EpidemiologiPitiriasis rosea dilaporkan terjadi pada semua ras di seluruh dunia dan tidak dipengaruhi oleh iklim. Rata-rata insiden tahunan pada satu pusat kesehatan dilaporkan 0,16% (158,9 kasus per 100.000 orang/tahun). Meskipun pitiriasis rosea biasanya diperkirakan lebih sering terjadi pada musim semi dan gugur pada daerah beriklim sedang namun variasi musim tidak diterima dengan baik pada penelitian-penelitian dibelahan dunia. Prevalensi pitiriasis rosea adalah 0,13% pada laki-laki dan 0,14% pada perempuan per total penduduk dengan usia 10-34 tahun. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dan usia dewasa muda dengan rentang usia 15-40 tahun, jarang terjadi pada bayi dan orang lanjut usia.

C. EtiopatogenesisEtiologinya belum diketahui, demikian pula cara infeksi. Ada yang mengemukakan hipotesis bahwa penyebabnya virus, karena penyakit ini merupakan penyakit swasima ( self limiting disease ), umumnya sembuh sendiri dalam waktu 3-8 minggu.Watanabe et al melakukan penelitian dan mempercayai bahwa Pitiriasis rosea disebabkan oleh virus. Mereka melakukan replikasi aktif dari Human Herpes Virus (HHV 6 dan 7) pada sel mononuklear dari kulit yang mengandung lesi, kemudian mengidentifikasi virus pada sampel serum penderita. Jadi, Pitiriasis rosea ini merupakan reaksi sekunder dari reaktivasi virus yang didapatkan pada masa lampau dan menetap pada fase laten sebagai sel mononuclear. Pitiriasis rosea juga dapat disebabkan oleh obat-obatan atau logam, misalnya arsenik, bismuth, emas, methopromazine, metronidazole, barbiturate, klonidin, kaptopril, dan ketotifen. Hipotesis lain menyebutkan peranan autoimun, atopi dan predisposisi genetik dalam kejadian Pitiriasis Rosea.

D. Gejala KlinisTempat predileksi Pitiriasis rosea adalah badanm lengan atas bagian proksimal dan paha atas sehingga membentuk seperti pakaian renang. Sinar matahari mempengaruhi distribusi lesi sekunder, lesi dapat terjadi pada daerah yang terkena sinar matahari, tetapi pada beberapa kasus sinar matahari melindungi kulit dari pitiriasis rosea. Pada 75% penderita biasanya timbul gatal di daerah lesi dan gatal berat pada 25% penderita.1. Gejala klasik Gejala klasik dari pitiriasis rosea mudah untuk dikenali. Penyakit dimulai dengan lesi pertama berupa eritematosa yang berbentuk oval atau bulat dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian tengah ditutupi oleh skuama halus dan bagian tepi mempunyai batas tegas yang ditutupi oleh skuama tipis yang berasal dari keratin yang terlepas dan juga melekan pada kulit normal (skuama collarette). Lesi ini dikenal dangan nama herald patch. Pada lebih dari 69% penderita ditemui adanya gejala prodormal berupa malaise, mual, hilang nafsu makan, demam, nyeri sendi, dan pembengkakan kelenjar limfe. Setelah timbul lesi primer, 1 sampai 2 minggu kemudian akan timbul lesi sekunder generalisata. Pada lesi sekunder akan ditemukan 2 tipe lesi. Pertama lesi yang sama dengan lesi primer namun ukurannya lebih kecil (diameter 0,5 1,5) dengan aksis panjangnya sejajar dengan kosta sehingga memberikan gambar Christmas tree. Lesi lain berupa papul-papul kecil berwarna merah yang tidak berdistribusi sejajar dengan garis kulit dan jumlah bertambah sesuai dengan derajat inflamasi dan tersebar perifer. Kedua lesi ini timbul secara bersamaan.2. Gejala atipikal Terajadi pada 20% penderita Pitiriasis rosea. Ditemukannya lesi yang tidak sesuai dengan lesi pada pitiriasis rosea pada umumnya. Berupa tidak ditemukannya herald patch atau berjumlah 2 atau multiple. Bentuk lesi lebih bervariasi berupa urtika, eritema multiformis, purpura, pustule dan vesikuler. Distribusi lesi biasanya menyebar ke daerah aksila, inguinal, wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Adanya gejala atipikal membuat diagnosis pitiriasis rosea menjadi lebih sulit untuk ditegakkan sehingga diperlukan pemerikasaan lanjutan.

Gambar : Herald Patch

Gambar : Christmas tree

E. Langkah-langkah Diagnosis1. Anamnesis Anamnesa harus bisa memberikan informasi yang berkenaan dengan munculnya erupsi kulit pertama kali dan pengobatan apa saja yang sudah dilakukan oleh pasien. Informasi mengenai gejala prodormal atau infeksi traktur respiratorius bagian atas harus bisa didapatkan. Karena gejalanya hampir mirip dengan sifilis sekunder makan perlu ditanyakan riwayat hubungan seksual.2. Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik harus didapatkan adanya erupsi kulit berupa papiloeritroskuamosa. Pada pemeriksaan klinis minimal terdapat dua lesi dari tiga criteria berikut: Makula berbentuk oval atau sirkuler. Skuma menutupi hampir semua lesi. Terdapatnya koleret pada tepi lesi bagian tengah yang lebih tenang.3. LaboratoriumTidak ada tes laboratorium yang membantu dalam membuat diganosa. Hasil biopsy lesi kulit yang dilakukan hanya menanmpakkan terjadinya inflamasi nonspesifik. Namun karena gejala pitiriasis rosea mirip dengan sifilis sekunder maka dapat dilakukan RPR (Rapid Plasma Reagin) dan FTA-Abs (Fluoresent Treponemal Antibody Absorbed) untuk skrining siflis.

F. Penatalaksanaan Untuk semua pasien : edukasi tentang proses penyakitnya dan berikan ketenangan Pasien dgn flu-like symptoms dan kelainan kulit yang luas : acyclovir oral 5 x 800 mg 1 minggu Sistemik : Anti gatal (antihistamin) seperti klortrime 3x1 tab. Topikal : Bedak kocok yang mengandung asam salisilat 2% atau menthol 1%

G. KomplikasiPasien dapat merasakan gejala seperti flu, tetapi hal seperti ini relative ringan terjadi. Sekitar 1/3 pasien dengan riwayat pitiriasis rosea mengalami anxietas dan depresi. Tidak ada komplikasi yang serius pada pasien pitiriasis rosea, akan tetapi pitiriasis rosea yang terjadi selama kehamilan memerlukan perhatian khusus, dalam suatu penelitian yang melibatkan 36 wanita hamil dengan pitiriasis rosea, Drago dkk melaporkan sebanyak 9 bayi dilahirkan premature, dan 5 wanita mengalami keguguran dan lebih sering pada trimester pertama.

H. PrognosisPrognosis pada penderita pitiriasis rosea adalah baik karena penyakit ini bersifat self limiting disease sehingga dapat sembuh spontan dalam waktu 3-8 minggu. Dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas. Relaps dan rekuren jarang ditemukan.

BAB IIIKESIMPULANPitiriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan, dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya sembuh dalam waktu 3-8 minggu. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dan usia dewasa muda dengan rentang usia 15-40 tahun, jarang terjadi pada bayi dan orang lanjut usia.Etiologinya belum diketahui, demikian pula cara infeksi. Ada yang mengemukakan hipotesis bahwa penyebabnya virus yaitu Human Herpes Virus (HHV- 6 dan HHV- 7).

REFERENSI1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Ed. Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 20052. Wolff, Klaus. Dkk. Pityriasis Rosea In: Dermatology in General Medicine Fitzpatricks. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008.3. Hand out Pityriasis Rosea. dr. Diany Nurdin, Sp.KK4. Sarindah, Annisa. Pityriasis Rosea. Dermato-veneorolgy Departement School Of Medicine Syiah Kuala University Dr. Zainoel Abidin General Hospital Banda Aceh, 2013.5. Fermando, Leo. Pitiriasis Rosea. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang. 2010