Panduan Budidaya Ikan Lele, Ikan Nila,Ikan Gurami, dan Ikan Cupang
pindang ikan
-
Upload
gerrygraha -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
description
Transcript of pindang ikan
-
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Usaha Pemindangan Gebyar Cakalang Kecamatan Palabuhanratu
Palabuhanratu merupakan daerah pesisir di Selatan Kabupaten Sukabumi
dan sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat,
Indonesia.Palabuhanratu terkenal dengan penghasil utama perikanan laut di
Kabupaten Sukabumi.Daerah ini merupakan daerah yang memiliki pantai karena
berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia.Keadaan yang berbatasan
langsung dengan Samudera Indonesia membuat daerah tersebut merupakan daerah
yang memiliki potensi perikanan tangkap yang baik, dengan jangkauan daerah
penangkapan yang luas. Sebagian besar daerah pantai di Kabupaten Sukabumi
membentuk teluk yang menyebabkan daerah tersebut terlindung dari gelombang
laut Samudera Indonesia yang cukup besar sehingga keberadaan PPN Pelabuhan
Ratu sebagai sentral kegiatan perikanan tangkap pada saat ini sudah sangat sesuai
dengan kondisi geografi pantai berupa teluk tersebut.Pelabuahan Ratu juga
termasuk salah satu daerah yang memiliki tempat pelelangan ikan di Jawa Barat.
Berdasarkankeadaan tersebut pemerintah Kecamatan Palabuhanratu
menjadikan sektor perikanan sebagai sektor unggulan.Menurut keterangan
DinasPerikanan Pelabuhan ratu merupakan sektor strategisdi wilayahnya karena
berhubungandengan kehidupan dan matapencaharian sebagian
masyarakatdiwilayah ini.
Salah satu mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Palabuhan Ratu
adalah hasil pengolahan ikan.Gebyar Cakalang merupakan suatu usaha
pengolahan pemindangan yang ada di Kecamatan Palabuhanratu.Usaha ini berdiri
pada tahun 1993.Pemilik usaha ini bernama Bapak Harun Taufik.Beliau berumur
50 tahun dan merupakan penduduk asli Sukabumi.Pada awal mulanya beliau
sempat menjadi karyawan di sebuah usaha pemindangan ikan di Cilacap selama
13 tahun.Kemudian beliau dipercayai oleh atasannya (Bapak Haji Kardi) ini untuk
membuka usaha sendiri di Palabuhanratu.Dengan bantuan dan dukungan Bapak
-
34
H. Kardi, maka Bapak Harun mulai membuka usahanya.Usaha pemindangan
Bapak Harun ini maju pesat, pembeli banyak yang mempercayai kualitas hasil
ikan pindangnya. Sehingga pesanan dari berbagai kota semakin banyak,
penjualannya sampai ke daerah Bogor, Cianjur. Pesanan ikan pindang dari
konsumen mencapai 1-2 ton setiap harinya.Jumlah karyawan Usaha Pemindangan
Gebyar Cakalang sebanyak 15 orang, termasuk 2 orang dari pihak keluarga Bapak
Harun.
Memasuki tahun 2012 akhir harga bahan baku ikan melonjak naik. Terlebih
pada musim paceklik ikan.Bapak Harunmengatakan harga ikan terus naik karena
tidak ada nelayan yang melaut karena takut dengan ketinggian ombak dan cuaca
yang buruk.Maka, stok ikan yang ada adalah ikan yang disimpan pengusaha ikan
di dalam cold storage (gudang pendingin), dan di jual pengusaha ikan ketika ikan
di pasaran sudah naik harganya.Usaha Bapak Harun ini merupakan usaha
pemindangan ikan grosiran, jadi tidak memungkinkan untuk membeli ikan dengan
jumlah yang sedikit.Ketika harga ikan naik, usaha Bapak Harun mulai
menurunkan jumlah produksinya. Perusahaan lainyang memiliki modal besar dan
cold storage inilah yang dapat menjadi hambatan terbesarusaha Bapak Harun.
4.2 Analisis Usaha Pemindangan
Sebagaimana diketahui ikanmerupakan produk yang sangatmudah
mengalami pembusukan.Secara umum kerusakan ataupembusukan ikan dan
hasilolahannya dapat digolongkan pada:1) Kerusakan biologi, 2)
Kerusakanenzimatis, 3) Kerusakan fisika, 4)Kerusakan kimiawi.
Untukmenghindari pembusukan dilakukanberbagai cara salah satunya adalah
pemindangan ikan.
Analisis usaha pemindangan dihitungkan berdasarkan investasi yang
dikeluarkan untuk kegiatan pemindangan ikan yang terdiri dari analisis
pemasaran, analisis teknik, analisis finansial (analisis pendapatan usaha, analisis
BCR).
-
35
4.2.1 Aspek Teknik
4.2.1.1 Bahan dan Alat Pemindangan
Industri pengolahan ikan pindang Gebyar Cakalang memperoleh bahan
baku ikan dari TPI yang bertempat di Pelabuhan Ratu. Jenis-jenis bahan dan alat
pemindangan yang digunakan dalam usaha ini adalah:
1. Ikan Segar
Untuk mendapatkan ikan segar tersebut pihak pengolah harus mendatangi
sendiri lokasi TPI dengan membawa mobil bak jenis L300 untuk mengangkut
ikan segar yang di simpan di dalam trays kotak untuk memudahkan pengangkutan
ikan. Jumlah bahan baku ikan yang dibeli tergantung ketersediaan ikan yang ada
di TPI, dan pembelian ikan segar dilakukan setiap hari.
2. Garam
Garam berfungsi dalam pemindangan adalah sebagai pengawet dan
pemberi rasa pada ikan yang dipindang.
3. Air
Air untuk pengolahan ikan pindang yang digunakan adalah air bersih yang
didapat dari air PDAM, digunakan untuk pencucian ikan dan perebusan saat
memasak ikan pindang.
4. Badeng
Badeng adalah wadah yang digunakan dalam proses pemindangan.
Badeng ini digunakan dari awal proses pemasakan, sampai proses pemasaran.
5. Kayu Bakar
Usaha pengolah ikan pindang Gebyar Cakalang ini menggunakan kayu
bakar sebagai bahan bakar untuk memasaknya, karena jika menggunakan kayu
bakar ikan pindang akan memberikan rasa yang nikmat dibandingkan memasak
menggunakan kompor.
4.2.1.2 Proses Produksi
Berikut adalah cara-cara pembuatan ikan pindang yang dilakukan di unit
usaha Gebyar Cakalang dan alur prosesnya dapat dilihat pada lampiran 3.
-
36
a. Pemilihan dan Pencucian ikan
Ikan yang akan diproses sebagai bahan baku pindang sebaiknya
dikelompokan terlebih dahulu menurut ukuran dan kesegaran ikan. Setelah itu
ikan dicuci bersih untuk menghilangkan lendirnya. Pada ikan yang berukuran
besar (lebih dari 1 kilogram) pencucian sekaligus dilakukan penyiangan dengan
membuang isi perut, pembuangan isi perut dilakukan dengan cara menariknya
dari lubang operculum agar perut ikan tidak rusak sedangkan pada ikan kecil
hanya dilakukan pencucian saja pada tubuh ikan.
b. Penyiapan Wadah
Wadah yang digunakan untuk membuat ikan pindang adalah badeng yang
terbuat dari almunium atau besi/seng.Sebelum digunakan wadah badeng dicuci
supaya tidak ada kotoran yang menempel dibagian dalam wadahnya, setelah
wadah dicuci dibagian dasar wadah diletakkan palang bambu dan anyaman bambu
yang berguna untuk memberi ruang air saat perebusan.
c. Penyusunan dan Penggaraman
Ikan yang telah dibersihkan disusun di dalam wadah badeng secara
berlapis-lapis dengan cara tubuh ikan disimpan secara vertikal jadi perut ikan
membawahi punggung ikan yang ada dibawahnya, sedangkan kepala ikan
menghadap ekor ikan lainnya, setiap lapisan ditaburi garam sampai lapisan ikan
paling atas. Setelah penyusunan dan penggaraman selesai tambahkan air bersih ke
dalam wadah sampai seluruh lapisan ikan terendam.
d. Perebusan
Setelah ikan disusun, digarami dan di isi air di dalam wadah selesai,
wadah badeng di tutup menggunakan kertas semen yang telah dicuci. Kemudian
di panaskan di atas tungku, dengan bahan bakar yang digunakan adalah kayu
bakar, hal ini dikarenakan pemanasan dengan menggunakan kayu bakar menurut
pengusaha tersebut akan memberikan rasa ikan pindang yang khas dibandingkan
dengan menggunakan kompor, proses perebusan berlangsung selama 6-8 jam.
Lama perebusan ini tergantung pada ukuran ikan yang di pindang. Tanda ikan
telah masak pada proses perebusan adalah terdapat retakan-retakan pada tubuh
-
37
ikan terutama pada bagian punggung dan kepala ikan. Selama proses perebusan
dilakukan pengecekan secara berkala untuk melihat kematangan ikan, apabila ikan
sudah matang air perebusan dibuang dengan membuka penutup lubang didinding
bagian bawah wadah. Air sisa dari perebusan ikan pindang ini biasanya oleh
warga sekitar di tampung untuk dibuat sebagai bahan pembuatan baku petis ikan.
e. Penyimpanan
Dalam proses pengemasan dan penyimpanan ikan pindang dibiarkan tetap
berada dalam wadah pemindangan yang ditutup rapat, penutupan ini harus benar-
benar di perhatikan agar mutu ikan pindang tidak menurun. Wadah ikan harus
tertutup rapat dan sebaik mungkin agar tidak terkontaminasi kotoran dari luar
karena pada saat dipasarkan ikan pindang masih tetap berada di dalam
badeng.Untuk mendapatkan daya awet yang tinggi, sebaiknya ikan pindang
diletakan di dalam ruangan yang kering dan bertemperatur lingkungan cukup
rendah.Setelah itu ikan pindang siap untuk dipasarkan.
4.2.2 Aspek Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu
dalam menciptakan nilai ekonomi.Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga
barang dan jasa.Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi,
pemasaran dan konsumsi.Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan
produksi dan konsumsi.Definisi yangpaling sesuai dengan tujuan tersebut
adalahManajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa
untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan
organisasi (Kotler, 1997).
Hasil dari produksi ikan pindang yang dihasilkan oleh Usaha Pemindangan
Gebyar Cakalang akan langsung dijual kepada pedagang-pedagang eceran. Untuk
Usaha Pemindangan Gebyar Cakalang pemasarannya meliputi pasar Bogor,
Cibinong, Citeureup, Ciampea, Cipanas. Dalam menganalisis pemasaran ada
beberapa aspek yang harus diperhatikan antara lain:
-
38
(a) Strategi Produk
Jenis ikan pindang yang dijual oleh Usaha Pemindangan Gebyar Cakalang
beragam, yaitu ikan Cakalang, Tongkol, Layang.Untuk ikan yang banyak
digemari oleh masyarakat adalah Ikan Cakalang.
(b) Strategi Harga
Harga merupakan faktor yang sangat penting.Hal ini disebabkan harga
menentukan apakah penerimaan yang diperoleh akan mampumenutup berbagai
biaya yang dikeluarkan, menghasilkan keuntungan dan sesuai dengantarget yang
ingin dicapai oleh Usaha Pemindangan Gebyar Cakalang. Penentuan harga
dilakukan berdasarkan harga pasar yang berlaku danberbeda untuk setiap jenis
ikannya.
Namun dalam kenyataannya untuk usaha pemindangan ikan di Usaha
Pemindangan Gebyar Cakalang ini dalam keadaan penurunan. Adanya beberapa
hambatan yaitu jumlah ikan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan produsen, hal
ini disebabkan pada 2 tahun belakangan ini persediaan ikan kurang, dikarenakan
terdapat saingan dari perusahaan lain yang memborong serta menimbun ikan di
cold storage. Usaha Pemindangan Gebyar Cakalang ini merupakan perusahaan
pemindangan ikan dengan skala kecil menengah. Unit usaha ini memproduksi
ikan pindang kurang lebih sebanyak 1-2 ton dalam 1 hari. Dalam keadaan
kesulitan mencari ikan yang murah, maka unit usaha ini terkadang tidak
memproduksi ikan pindang, karena akan merugikan perusahaannya.
c. Strategi Tempat
Lokasi Usaha Gebyar Cakalang ini berlokasi di Desa Jayanti yang
berdekatan dengan tempat pelelangan ikan (TPI) sehingga untuk mendapatkan
bahan baku ikan segar lebih mudah. Penentuan tempat menjadi sangat penting
karena agar pelanggan mudah menjangkau lokasi tempat usaha.
d. Strategi Promosi
Gebyar Cakalang tidak melakukan promosi khusus dalam memasarkan
produknya.Promosi yang dilakukan, yaitu promosi secara langsung dengan
-
39
memperkenalkan hasil produknya kepada pembeli atau disebut penjualan
langsung.
4.2.3 Aspek Finansial
Aspek finansial merupakan kajian keuangan untuk mengetahui
keberhasilan dan keuntungan yang telah dicapai selama usaha pemindangan
tersebut berlangsung. Dengan analisis ini, pengelola dapat membuat perhitungan
dan menentukan tindakan apa untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan
dalam usahanya. Keuntungan berarti memperoleh kelebihan hasil dari modal yang
telah dikeluarkan.
Selain untuk mengetahui keuntungan dari usaha yang dilakukan, analisis
finansial juga digunakan untuk mengetahui kelayakan dari usaha yang dilakukan
oleh pengelola pemindangan ikan.
Jones (2004) mendefinisikan investasi sebagai komitmen menanamkan
sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa
mendatang.Biaya Investasiadalah biaya yang digunakannya dapat berlangsung
dalam waktu yang relatif lama (lebih dari satu tahun).Biaya investasi biasanya
berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan
kapasitas produksi.Contoh: Pembangunan gedung, alat-alat yang diperlukan
dalam proses pemindangan ikan, dan lain-lain. Untuk biaya investasi Usaha
Pemindangan Ikan Gebyar Cakalang pertahun dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Biaya Investasi pertahunNo Alat dan
Bahan Harga Satuan
(Rp)Umur Teknik(tahun)
Harga Total (Rp)
Nilai Penyusutan/ tahun (Rp)
1234567
891011
BangunanMobil L300Bak fiberCool boxBatu tungkuBadengTimbangan JarumTraysBaskomSelang AirPisau
11223003001
20414
75.000.00080.000.0001.500.0005.000.000
15.00015.000
1.500.000
100.000100.00040.00025.000
251035515
3322
75.000.00080.000.0003.000.000
10.000.0004.500.0004.500.0001.500.000
2.000.000400.00040.000
100.000
3.000.0008.000.0001.000.0002.000.000
900.0004.500.000
300.000
666.667133.33320.00050.000
-
40
Total 181.040.000 20.570.000
Sumber: Data Primer, diolah (2013)
Biaya investasi yang dibutuhkan untuk membangun satu unit usaha
pemindangan ikan yaitu sebesar Rp181.040.000 (tanah tidak diperhitungkan,
karena tanah diperoleh dari warisan keluarga).Modal investasi tersebut digunakan
untuk membeli berbagai peralatan pemindangan ikan serta untuk bangunan dan
kendaraan.Biaya investasi bangunan dan kendaraan relatif lebih besar
dibandingkan biaya untuk peralatan.
Biaya produksi terdiri dari dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya tidak
tetap. Biaya tetap yaitu sejumlah biaya yang tetap harus dikeluarkan saat proses
pemindangan berproduksi atau tidak, misalnya biaya pembayaran listrik dan
biaya-biaya penyusutan. Biaya tetap tertera pada Tabel 8.
Tabel 8. Biaya Tetap Usaha Pemindangan
No Biaya Tetap / tahun Harga (Rp)12345
Biaya penyusutanPembayaran ListrikPajak Pembayaran Telepon Biaya Air
20.570.0001.200.000
30.000.000600.000240.000
Jumlah 52.610.000Sumber: Data Primer, diolah (2013)
Biaya tidak tetap (biaya/variabel) yaitu sejumlah biaya yang digunakan
untuk memproduksi ikan pindang dan jumlahnya sangat tergantung pada jumlah
kapasitas dan masa produksi yang bersangkutan. Beberapa variabel yang termasuk
ke dalam biaya tidak tetap yaitu upah karyawan, bahan baku ikan, garam, bensin,
kayu bakar dan tali plastik. Jumlah biaya tidak tetap yang dikeluarkan sangat
mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh.Biaya variabel pada usaha
pemindangan Gebyar Cakalang terdapat perbedaan perhitungan ketika musim
ikan dan pada musim panceklik.Pada umumnya biaya variabel pada musim ikan
lebih besar dari musim panceklik ikan, dikarenakan pada musim ikan jumlah
produksinya lebih besar dibanding musim panceklik.Perhitungan biaya variabel
ketika musim ikan sepuluh bulan setiap tahunnya antara Bulan April sampai
Bulan Januari, sedangkan pada musim panceklik ikan dua bulan setiap tahunnya
-
41
di Bulan Februari dan Bulan Maret.Biaya tidak tetap (variabel) pada saat musim
ikan tertera pada Tabel 9 dan biaya tidak tetap pada saat panceklik ikan tertera
pada tabel 10.
Tabel 9.Biaya Variabel Pada Saat Musim Ikan
No Biaya Variabel / Bulan Total Harga (Rp)12345678910
Ikan Cakalang (12500 kg x Rp 12.000/kg)Ikan Tongkol (5000 kg x Rp 14.000/kg)Ikan Layang ( 7500 kg x Rp 13.000/kg)Upah Pegawai (15 orang)BensinGaramKayu Bakar/trukTali plastikKertas SemenBiaya operasional
150.000.00070.000.00097.500.00013.125.0001.000.000
875.0001.500.000
60.000400.000
6.000.000Jumlah 340.460.000Biaya Variabel/ 10 bulan 3.404.600.000Sumber: Data Primer, diolah (2013)
Tabel 10. Biaya Variabel Pada Saat Musim Paceklik ikanNo Biaya Variabel / Bulan Total Harga (Rp)12345678910
Ikan Cakalang (6000 kg x Rp 12.500/kg)Ikan Tongkol (2400 kg x Rp 15.000/kg)Ikan Layang ( 3600 kg x Rp 14.000/kg)Upah Pegawai (15 orang)BensinGaramKayu Bakar/trukTali plastikKertas SemenBiaya operasional
75.000.00036.000.00050.400.0006.300.000
600.000400.000750.00040.000
250.0003.000.000
Jumlah 172.740.000Biaya Variabel / 2 bulan 345.480.000Sumber: Data Primer, diolah (2013)
Biaya Variabel = (Saat Musim Ikan) + (Saat Musim Paceklik)
= Rp3.404.600.000 + Rp 345.480.000
= Rp 3.750.080.000
Total Biaya = (Biaya Tetap + Biaya Variabel)
= Rp 52.610.000+ Rp 3.750.080.000
= Rp 3.802.690.000
-
42
Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya total yang dikeluarkan oleh Usaha
Pemindangan Gebyar Cakalang setiap tahunnya adalah Rp 3.802.690.000.Dari
jumlah biaya total tersebut berasal dari modal pribadi.
Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah
output atau dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh
perusahaan hasil dari penjualan hasil produksinya. Total biaya penerimaan tertera
pada Tabel 11 untuk penerimaan pada saat musim ikan sedangkan untuk
penerimaan pada saat musim penceklik ikan tertera pada tabel 12.
Tabel 11. Penerimaan Pada Saat Musim Ikan
No Ikan yang Terjual JumlahxHarga(Rp) Total (Rp)123
Ikan Cakalang Ikan TongkolIkan Layang
12500 kg x (Rp 500.000 / 35 kg (1 badeng))5000 kg x (Rp 550.000 / 35 kg (1 badeng))7500 kg x (Rp 550.000 / 35 kg (1 badeng))
178.571.428 78.571.428117.857.142
Jumlah penerimaan per bulan 374.999.998Jumlah penerimaan (10 bulan) 3.749.999.980Sumber: Data Primer, diolah (2013)
Tabel 12. Penerimaan Pada Saat Musim Paceklik Ikan
No Ikan yang Terjual JumlahxHarga(Rp) Total (Rp)123
Ikan Cakalang Ikan TongkolIkan Layang
6000 kg x (Rp 500.000 / 35 kg (1 badeng))2400 kg x (Rp 550.000 / 35 kg (1 badeng))3600 kg x (Rp 550.000 / 35 kg (1 badeng))
85.714.284 37.714.285 56.571.428
Jumlah penerimaan per bulan 179.999.997Jumlah penerimaan (2 bulan) 359.999.994Sumber: Data Primer, diolah (2013)
Total Penerimaan = (Pada Saat Musim Ikan)+(Pada Saat Musim Paceklik)
= Rp 3.749.999.980 + Rp 359.999.994
= Rp 4.109.999.974
Penyusutan berat ikan, dari ikan mentah sampai menjadi ikan pindang
tidak mempengaruhi perhitungan penjualan ikan pindang di unit usaha ini karena
penjualan ikan pindangnya menggunakan sistem penjualan grosiran yang tidak
menjual ikan pindangnya secara perkilo tetapi langsung perbadeng. Jadi ikan
mentah yang sudah ditimbang (35 kilogram perbadeng) dan dimasak akan
menyusut sekitar dua kilogram perbadengnya, tidak dianggap rugi untuk
penjualan ikan pindangnya.
-
43
4.2.3.1Analisis Pendapatan Usaha
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang
diperoleh dari usaha pemindangan ikan. Analisis pendapatan dihitung berdasarkan
selisih antara penerimaan total (T R) dengan biaya total (T C) dengan rumus
sebagai berikut:
Keuntungan ( ) = Penerimaan Total (T R) - Biaya Total (T C)= Rp4.109.999.974 Rp3.802.690.000
= Rp307.309.974
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan Usaha
Pemindangan Gebyar Cakalang dapat dikatakan menguntungkan, dengan besar
keuntungan tiap tahunnya adalah Rp307.309.974 atau sebesar Rp 25.109.974 per
bulannya.
4.2.3.2 Analisis Kelayakan Usaha (BCR)
Hasil perhitungan dari analisis ini menunjukkan bahwa usaha tersebut
layak untuk dijalankan maka usaha tersebut layak untuk memperoleh investasi
untuk kegiatan perkembangan usahanya dan jika hasil anlisis menunjukkan
bahwa suatu usaha tidak layak untuk dijalankan maka perlu dilakukan evaluasi
usaha yang sudah berjalan.
Analisis ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
B/C = Total Penerimaan
Biaya Total
= Rp 4.109.999.974
Rp 3.802.690.000
= 1,1
Hasil perhitungan diatas mendapatkan hasil B/C = 1,1 maka dapat
disimpulkan bahwa Usaha Pemindangan Gebyar Cakalang dapat dikatakan
menguntungkan, sesuai dengan kriteria B/C > 1. Sehingga perusahaan ini layak
untuk memperoleh investasi perkembangan usahanya.
-
44
4.3 Arah Pengembangan Usaha
4.3.1 Analisis IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) dan EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary)
4.3.1.1 Identifikasi Lingkungan Internal
Dalam melakukan kegiatan usaha pemindangan ini, usaha pemindangan
Gebyar Cakalang memperhatikan beberapa hal yang menjadi faktor internal
bauran pemasarannya, yaitu:
a. Produk
Produk ikan pindang yang diperdagangkan di Gebyar Cakalang ini yaitu
Ikan Cakalang, Ikan Tongkol, dan Ikan Layang. Kualitas ikan pindang yang
dihasilkan perusahaan ini sangat baik, sehingga memiliki banyak pelanggan setia.
Ikan yang dihasilkan merupakan suatu hal yang harus terus dipertahankan. Ciri
khusus ikan pindang yang berkualitas baik, yaitu memiliki cita rasa yang gurih,
daging ikan tidak rusak, aroma ikan pindang sedap, kematangan daging merata.
b. Harga
Gebyar Cakalang menentukan harga produk ikan pindangnya berdasarkan
harga bahan baku ikan mentah. Harga untuk ikan pindang Cakalang dijual Rp
500.000 per-badeng (35 kg), ikan pindang Tongkol dan ikan pindang Layang
dijual dengan harga Rp 550.000 per-badeng (35 kg). Dengan harga jual ikan
pindang Cakalang Rp 500.000 per-badeng (35 kg), Gebyar Cakalang
mendapatkan keuntungan sebesar 13% dari per-badengnya.
Harga ikan mentah akan melonjak naik, ketika sedang tidak musim
ikan.Maka produsenakan membatasi jumlah produksi ikan pindangnya. Produsen
tidak berproduksi jika harga ikan melonjak drastis. Meskipun harga bahan baku
ikan mentah naik, produsen tidak menaikkan harga ikan pindangnya.
c. Distribusi
Gebyar Cakalang ini merupakan unit usaha pemindangan grosiran.
Perusahaan ini memproduksi paling sedikit 1 ton ikan pindang setiap harinya.
Sesuai dengan perannya sebagai pedagang grosir, maka perusahaan ini
mendistribusikan hasil produksinya ke pedagang eceran. Perusahaan ini dalam
mendistribusikan
-
45
d. Keuangan
Sumber pendanaan terhadap kegiatan usaha berasal dari modal sendiri. Pada
Tahun 2012Industri Pengolahan Gebyar Cakalang mendapat bantuan usaha dari
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi sebesar Rp 50.000.000, dana
bantuan tersebut diberikan untuk menambah alat pemindangan baru seperti trays,
bak pemindangan untuk pindang air garam, badeng, cool box, timbangan dan
memperaiki saluran pembuangan limbah, dana bantuan tersebut diberikan secara
grant atau tanpa harus dikembalikan. Dengan dijadikannya usaha Gebyar
Cakalang ini percontohan bagi pengusaha pindang lain pada umumnya didaerah
Sukabumi.Namun dalam kenyataannya perusahaan pemindangan ini kurang baik
dalam pembukuan anggarannya. Biaya pengembangan usaha dan penambahan
modal kerja berasal dari keuntungan yang diperoleh dari penjualannya.
e. Sumberdaya Manusia
Pemilik usaha Gebyar Cakalang membina karyawannya dengan sangat
tekun dan disiplin. Kualitas kerja menjadi kunci utama dihasilkan produk yang
baik. Setiap pekerjaan harus dilakukan dengan baik, bersih dan tepat waktu.
Tingkat pengawasan terhadap kinerja karyawan tinggi dan langsung dilakukan
oleh pemilik Gebyar Cakalang. Tidak segan-segan terkadang beliau pun ikut turun
tangan dalam pelaksanaan produksi ini. Sehingga dihasilkan karyawan yang
mahir melakukan segala cakupan kegiatan produksi pemindangan ikan.
4.3.1.2 Identifikasi Lingkungan Eksternal
Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi usaha pemindangan Ikan
Pindang Gebyar Cakalang ini, yaitu:
a. Ancaman Pendatang Baru
Ancaman yang datang dari perusahaan-perusahaan asing yang masuk
sebagai pendatang baru menimbulkan sejumlah permasalahan bagi perusahaan
pemindangan ikan yang sudah ada. Ancaman yang datang dari perusahaan ini
bukan dari produk ikan pindangnya melainkan dari bahan baku ikan yang
digunakan untuk pemindangan,Perusahaan ini bergerak di bidang usaha penjualan
ikan segar. Modal perusahaan mereka yang besar dapat menyaingi jumlah
-
46
produksi ikan pindang yang dihasilkan.Adanya perusahaan asing yang
bermodalkan cold storageuntuk menimbun ikandan dapat membeli sejumlah ikan
dalam volume yang besar, mengakibatkan perusahaan ikan pindang grosiran
seperti Gebyar Cakalang ini pun kalah bersaing.
b. Sosial Budaya
Dari hasil wawancara dengan responden pemilik usaha Gebyar Cakalang
bahwaperubahan kondisi sosial budaya yang terus menerus mengalami perubahan
seiring dengan kemajuan zaman, dapat mempengaruhi sikap konsumen dalam
mempengaruhi pembelian ikan pindang sesuai dengan gaya hidupnya.Misalkan
konsumen beralih ke produk lain seperti nugget ikan dan produk ikan jenis
lainnya atau lebih menyukai membeli ikan mentahnya.
c. Ekonomi
Ketidakstabilan kondisi ekonomi Indonesia akhir-akhir ini, menyebabakan
harga ikan, garam, biaya operasional dan kebutuhan lainnya menjadi meningkat.
Proses meningkatnya harga-harga secara umum dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, sampai akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang.
d. Persaingan Antar Industri Pemindangan
Persaingan antar industri pemindangan dapat mempengaruhi kebijakan
perusahaan. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi jumlah
pengolah ikan pindang di Kabupaten Sukabumi berjumlah 1225 orang pengolah
pindang. Strategi dalam menghadapi persaingan ini yaitu meningkatkan kualitas
kinerja perusahaan.
4.3.2 Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)
Setelah menganalisis faktor internal dan eksternal pada kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman usaha pemindangan ikan Gebyar Cakalang, maka dapat
diperoleh suatu matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor
Evaluation (EFE). Kemudian dapat kita hitung bobot dan rating dari masing-
masing faktor tersebut. Pemberian bobot dan rating berdasarkan pada faktor
subyektifitas yang dilakukan peneliti melalui pengamatan, wawancara dan
-
47
dokumentasi yang dilakukan pada perusahaan untuk menilai besar kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang dapat dihadapi oleh perusahaan tersebut.
Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat dari tiap faktor, dapat diketahui bobot
skor dari tiap faktor.Nilai ini merupakan perkalian antara bobot dengan peringkat.
Nilai skor ini akan menunjukkan faktor internal yang paling kuat dan paling
lemah baik secara kekuatan maupun kelemahan dariIndustri Pengolahan Gebyar
Cakalang. Matriks IFE dari Industri Pengolahan Gebyar Cakalang dapat dilihat
pada Tabel 13.
Tabel 13. Matriks IFE
KekuatanFaktor Internal Bobot Rating Skor
a Keterampilan karyawan baik 0.29 4 1.16b Fasilitas operasional dan transportasi
memadai0.33 3 0.99
c Modal usaha baik 0.13 3 0.39d Kualitas produk ikan pindang baik 0.25 4 1.00
Jumlah 1.00 3.54
Kelemahan Faktor Internal Bobot Rating Skor
a Tidak berani mengambil resiko usaha 0.42 3 1.26b Proses pembukuan anggaran kurang
baik0.42 3 1.26
c Produksi terganggu oleh perusahaan pembeli ikan segar
0.16 4 0.64
Jumlah 1.00 3.16Sumber: Data Primer, diolah (2013)
Berdasarkan tabel diatas pada faktor internal terdapat empat faktor
kekuatan dan tiga faktor kelemahan. Faktor kekuatan tersebut yaitu:
a. Keterampilan karyawan baik memiliki rating empat, sesuai dengan data
karyawan memiliki pengalaman kerja baik yang sudah membuat pindang
selama lima belas tahun dansemua karyawan pernah sampai ke Aceh dan
Cilacap untuk membuat pindang, kemudian disiplin waktu dalam sehari
karyawan bekerja 8-9 jam.
-
48
b. Fasilitas operasional dan transportasi memadai memiliki rating tiga, sesuai
dengan kondisi usaha ini sudah memiliki fasilitas pemindangan yang baik
hanya saja belum dilengkapi cold storage untuk menyimpan ikan.
c. Modal usaha baik memiliki rating tiga, sesuai dengan modal usaha pengusaha
lebih dari cukup dan pengusaha pandai memutar modal uang usahanya.
d. Kualitas produk ikan pindang baik memiliki rating empat, karena dapat dilihat
dari pelanggan yang terus menjadi pelanggan tetap, meskipun pelanggan
tersebut tidak satu kota dengan pengusaha.
Faktor kelemahan yang ada diperusahaan ini yaitu:
a. Tidak berani mengambil resiko usaha memiliki rating tiga, sesuai dengan
keadaan perusahaan ini tidak berani mengambil resiko membeli ikan ketika
ikan mahal dan tidak berani menaikkan harga ikan pindangnya.
b. Proses pembukuan anggaran kurang baik memiliki rating tiga, karena dapat
dilihat dari baru dibuatnya pembukuan penjualan dan pemasukan dimulai dari
tahun 2012, padahal usaha ini sudah berjalan dari tahun 1993.
c. Produksi terganggu oleh perusahaan pembeli bahan baku ikan segar memiliki
rating empat,dapat dilihat dari pengusaha yang kalah saing dalam pembelian
ikan segar untuk bahan baku ketika adanya perusahaan yang membeli ikan
segar dalam jumlah besar.
Berdasarkan hasil perhitungan matrik IFE diatas didapat bahwa nilai
kekuatan yang paling besar adalah keterampilan karyawan baik dengan nilai 1,16.
Sedangkan nilaikelemahan yang paling besar adalah tidak berani mengambil
resiko usaha dan proses pembukuan anggaran kurang yang memiliki nilai
1,26.Sedangkan matrik EFE yang digunakan untuk menganalisis lingkungan
eksternal sehingga diperoleh faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman
yang dihadapi industri pemindangan.Matrik EFE dapat dilihat pada Tabel 14.
-
49
Tabel 14. Matrik EFE
Peluang
Ancaman
Sumber : Data Primer, diolah (2013)
Berdasarkan tabel diatas pada faktor eksternal terdapat empat faktor
peluang dan tiga faktor ancaman. Faktor peluang tersebut yaitu:
a. Ikan pindang diminati oleh masyarakat memiliki rating tiga,dilihat dari ikan
pindang diminati oleh masyarakat merupakan peluang yang baik bagi
pengusaha ikan pindang untuk memasarkan produk ikan pindangnya.
b. Permintaan ikan pindang banyak memiliki rating tiga, karena dapat dilihat dari
permintaan ikan pindang yang selalu ada dari pelanggan yang membeli ikan
pindang ke tempat usaha ini.
c. Memiliki pelanggan setia memiliki rating empat, karena terbukti dengan
adanya pelanggan setia yang sudah berlangganan hampir 15 tahun.
d. Adanya bantuan dari pemerintah memiliki rating dua, karena dengan adanya
bantuan dari pemerintah, pengusaha pemindangan ini dapat membeli peralatan
baru untuk pemindangan.
Faktor ancaman yang ada diperusahaan ini yaitu:
a. Perubahan selera konsumen memiliki rating dua, karena perubahan selera
konsumen merupakan ancaman bagi pengusaha ikan pindang. Perubahan
selera ini dapat mempengaruhi pembelian ikan pindang karena konsumen bisa
saja berganti ke produk lain.
Faktor Eksternal Bobot Rating Skora Ikan pindang diminati oleh masyarakat 0.25 3 0.75b Permintaan ikan pindang banyak 0.20 3 0.80c Memiliki pelanggan setia 0.17 4 0.68d Adanya bantuan dari pemerintah 0.37 2 0.74
Jumlah 1.00 2.97
Faktor Eksternal Bobot Rating Skora Perubahan selera konsumen 0.33 2 0.66b Persaingan bisnis semakin ketat 0.25 3 0.75c Perekonomian Indonesia yang tidak stabil 0.42 3 1.26
Jumlah 1.00 2.67
-
50
b. Persaingan bisnis semakin ketat memiliki rating tiga, karena dengan
banyaknya pengusaha pindang yang tidak hanya dari daerah Sukabumi
membuat persaingan untuk memasarkan produknya semakin sulit.
c. Perekonomian Indonesia yang tidak stabil memiliki rating tiga, karena
mempengaruhi usaha bapak Harun, ketika harga-harga bahan untuk
pemindangan misalkan ikan segar, garam naik harganya usaha ini terhambat
dalam proses produksinya.
Berdasarkan hasil perhitungan matrik EFE diatas didapat bahwa nilai
peluang yang paling besar adalah permintaan ikan pindang banyak dengan nilai
0.80. Sedangkan nilai ancaman yang paling besar adalah perekonomian Indonesia
tidak stabil yang memiliki nilai 1,26.
4.3.3 Analisis Matrik Strategi
Setelah diketahui faktor-faktor dari proses analisis matrik IFE yang
menjelaskan tentang kekuatan dan kelemahan yang ada pada Industri Pengolahan
dan analisis matrik EFE yang memberikan gambaran peluang dan ancaman yang
dihadapi Industri Pengolahan Gebyar Cakalang maka tahap selanjutnya yang
harus dilakukan adalah penggabungan dari nilai IFE dan EFE dengan
menggunakan matrik strategi. Berdasarkan analisis matriks IFE didapat total skor
dari kekuatan adalah 3,54 dan total skor kelemahan adalah 3,16. Sedangkan dari
analisis matriks EFE didapat total skor dari peluang adalah 2,97 dan total skor
ancaman adalah 2,67. Kemudian dari nilai total skor tersebut dimasukan ke dalam
rumus SWOT untuk menentukan posisi perusahaan dalam matriks strategi, maka
diperoleh nilai sebagai berikut:
;
=
,, ;
,,
= 0,19 ; 0,15
Kemudian hasilnya dapat digambarkan dalam diagram matriks strategi
untuk mengetahui posisi dari perusahaan serta strategi yang sesuai untuk
diterapkan. Hasil matriks strategi dapat dilihat pada Gambar 6.
-
51
(0,19 ; 0,15)
Gambar 6. Matriks Strategi Pengembangan Usaha PindangSumber : Data Primer, diolah (2013)
Dapat dilihat pada Gambar 6 bahwa hasil dari matriks strategi berada pada
posisi strategi agresif (kuadran 1).Rangkuti (2006), kuadran 1 merupakan situasi
yang sangat menguntungkan.Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan
sehingga dapat memanfaatkan peluang dan kekuatan yang ada untuk kemajuan
perusahaan.Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif.Strategi agresif ini bisa dilakukan
olehIndustri Pengolahan Gebyar Cakalang dengan melakukan perbaikan tempat
produksi, memperluas daerah pemasaran serta dapat menjalin kerjasamadengan
pemindang lain.
4.3.4 Pemaknaan Strategi
Analisis pemaknaan strategi merupakan tahap pencocokan untuk
menghasilkan alternatif strategi yang cocok dilakukan perusahaan dengan
melibatkan faktor internal yaitu kekuatan, kelemahan dan faktor eksternal yaitu
peluang dan ancaman yang dimiliki oleh industri pengolahan Gebyar Cakalang
yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan menggunakan matrik IFE dan matrik
EFE. Berdasarkan analisis matrik strategi pengembangan usaha pengolahan ikan
pindang di Gebyar Cakalang yaitu disarankan menggunakan strategi agresif, yaitu
perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
FAKTOR PELUANG
FAKTOR KELEMAHAN
FAKTOR ANCAMAN
FAKTOR KEKUATAN
IMendukung
StrategiAgresif
IIMendukung
StrategiDiversifikasi
IVMendukung
StrategiDefensif
IIIMendukung Strategi
Turnaround
-
52
memanfaatkan peluang dan kekuatan yang ada untuk kemajuan perusahaan
sehingga dapat memungkinkan untuk terus melakukan perbaikan tempat produksi,
memperluas daerah pemasaran serta dapat menjalin kerjasamadengan pemindang
lain. Alternatifnya antara lain adalah Strategi S-O, yaitu: (a)mempertahankan dan
meningkatkan kualitas ikan pindang serta pengawasan dan pelayanan,(b)
menambah fasilitas produksi dengan peralatan yang lebih baik, (c) meningkatkan
jumlah produksi.Selengkapnya analisis matriks Strategi dapat dilihat pada Tabel
15.
Tabel 15. Pemaknaan Strategi
Internal
Eksternal
Strenght (S)/ Kekuatan
1.Keterampilan karyawan baik2.Fasilitas operasional dan
transportasi memadai3.Modal usaha baik4.Kualitas produk ikan pindang
baik
Weaknesses (W)/ Kelemahan1. Tidak berani
mengeluarkan modal yang besar
2. Produksi terganggu oleh pasokan ikan
3. Proses pembukuan anggaran kurang baik
Oppourtinities(O)/ Peluang1.Ikan pindang
diminati oleh masyarakat
2.Permintaan ikan pindang banyak
3.Memiliki pelanggan setia
4.Adanya bantuan dari pemerintah
Strategi S-O1. Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas ikan pindang serta pengawasan dan pelayanan (S1, S2, S4,S5, O2, O3)
2. Menambah fasilitas produksi dengan peralatan yang lebih baik (S1, S3, O2, O3, O4)
3. Meningkatkan jumlah produksi (S2, S3, S4, O1, O2, O3, O4)
Strategi W-O1. Melakukan kegiatan
kemitraan dengan pemasok ikan (W1, W2, O2, O3, O4)
2.Meningkatkan modal yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi (W1, O1, O2, O3)
Threats(T)/Ancaman1.Perubahan selera
konsumen2.Persaingan bisnis
semakin ketat3.Perekonomian
Indonesia yang tidak stabil
Strategi S-T1. Meningkatkan daya saing
(S1, S4, S5, T2)2. Meningkatkan kedekatan
dengan konsumen (S1, S5, T1)
Strategi W-T1. Mengoptimalkan
kapasitas produksi (S1, S2, T1)
2. Memperbaiki pembukuan anggaran (S1, S3, T3)
3.