Pilkada Serentak.docx

16
Senin, 04/05/2015 13:34 WIB Jelang Pilkada Serentak KPU Pakai Putusan Pengadilan, Ini Tanggapan Kubu Agung Laksono Ahmad Toriq - detikNews Agun Gunandjar Sudarsa. (Foto-detikcom) Jakarta - Komisi Pemilihan Umum telah menyelesaikan peraturan terkait syarat pencalonan kepala daerah tahun ini. Terkait adanya partai politik yang kini dilanda dualisme kepemimpinan, KPU memutuskan menggunakan putusan pengadilan bersifat final dan tetap untuk menentukan yang berhak ikut pilkada. Bagaimana tanggapan Partai Golongan Karya pimpinan Agung Laksono? Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar hasil Munas Ancol, Agun Gunandjar Sudarsa, menilai keputusan yang dituangkan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum itu belum memenuhi ketentuan Undang-undang tentang Partai Politik. "Menurut saya PKPU tersebut belum memenuhi ketentuan UU Parpol, masih mengakomodir penyelesaian konflik di pengadilan sampai 26 Juli," kata Agun saat berbincang dengan detikcom, Senin (4/5/2015). Tanggal 26 Juli adalah waktu dimulainya proses pendaftaran calon kepala daerah. Menurut Agun apabila sampai waktu pendaftaran belum ada putusan pengadilan bersifat tetap, maka KPU harus kembali menggunakan Undang-undang tentang Partai Politik sebagai acuan. "Apabila sampai dengan 26 Juli belum didapatkan putusan yang inkrah, maka KPU harus kembali kepada UU Parpol, yakni Parpol yang mendapatkan pengesahan SK

description

Isu Pilkada Serentak Part 1

Transcript of Pilkada Serentak.docx

Senin, 04/05/2015 13:34 WIBJelang Pilkada SerentakKPU Pakai Putusan Pengadilan, Ini Tanggapan Kubu Agung LaksonoAhmad Toriq- detikNewsAgun Gunandjar Sudarsa. (Foto-detikcom)Jakarta- Komisi Pemilihan Umum telah menyelesaikan peraturan terkait syarat pencalonan kepala daerah tahun ini. Terkait adanya partai politik yang kini dilanda dualisme kepemimpinan, KPU memutuskan menggunakan putusan pengadilan bersifat final dan tetap untuk menentukan yang berhak ikut pilkada.

Bagaimana tanggapan Partai Golongan Karya pimpinan Agung Laksono?

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar hasil Munas Ancol, Agun Gunandjar Sudarsa, menilai keputusan yang dituangkan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum itu belum memenuhi ketentuan Undang-undang tentang Partai Politik. "Menurut saya PKPU tersebut belum memenuhi ketentuan UU Parpol, masih mengakomodir penyelesaian konflik di pengadilan sampai 26 Juli," kata Agun saat berbincang dengan detikcom, Senin (4/5/2015).

Tanggal 26 Juli adalah waktu dimulainya proses pendaftaran calon kepala daerah. Menurut Agun apabila sampai waktu pendaftaran belum ada putusan pengadilan bersifat tetap, maka KPU harus kembali menggunakan Undang-undang tentang Partai Politik sebagai acuan.

"Apabila sampai dengan 26 Juli belum didapatkan putusan yang inkrah, maka KPU harus kembali kepada UU Parpol, yakni Parpol yang mendapatkan pengesahan SK Kemenkumham," kata Agun.

Partai Golkar pimpinan Agung Laksono sudah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Hamonangan Laoly. Namun kubu Aburizal Bakrie (Ical) menggugat SK Menkum HAM tersebut ke Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta.

KPU akan menggunakan putusan inkrah pengadilan untuk menentukan yang berhak ikut Pilkada. "KPU berpatokan pada kepengurusan yang terdaftar di Kemenkumham, jika SK Kemenkumham disengketakan ke pengadilan maka yang akan dipedomani adalah putusan bersifat final dan mengikat," kata Ketua KPU Husni Kamil Manik kepada detikcom, Minggu (3/5/2015).

Rakornas Pilkada Serentak Diwarnai Perdebatan soal Konflik Golkar-PPPSenin, 4 Mei 2015 | 11:26 WIBTRIBUNNEWS / DANY PERMANAMenteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengumumkan keputusan terkait penetapan kepengurusan DPP Partai Golkar pasca-putusan Mahkamah Partai Golkar di Kantor Kemenkum HAM, Jakarta, Selasa (10/3/2015). Kemenkum HAM akhirnya mengakui kepengurusan Partai Golkar hasil munas Ancol yang dipimpin Agung Laksono.Terkait Mau Ikut Pilkada atau Tidak? Ini Saran Kapolri soal Pilkada Serentak Menko Polhukam Ingatkan Partai yang Berkonflik Tidak Bisa Ikut Pilkada Serentak Idrus Sebut Kubu Agung Konsisten Melawan Hukum

0

JAKARTA, KOMPAS.com- Pelaksanaan rapat koordinasi persiapan pemilihan kepala daerah serentak di Balai Kartini, Jakarta, Senin (4/5/2015), diwarnai perdebatan terkait konflik Partai Golkar dan PPP. Perdebatan muncul ketika Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly hadir sebagai salah satu pemberi materi dalam rapat koordinasi tersebut."Keputusan diambil terkait dua kubu yang bersengketa dari sisi kepastian hukum untuk mengikuti pilkada," kata Yasonna.Yasonna menuturkan, untuk perselisihan Partai Golkar, ia mengakui kepengurusan Golkar hasil Munas Jakarta pimpinan Agung Laksono karena sesuai dengan putusan Mahkamah Partai Golkar.Ia menegaskan, tugas pemerintah hanya melakukan administrasi pencatatan karena konflik internal Golkar telah diselesaikan oleh Mahkamah Partai."Kita putuskan cepat supaya pemerintah tidak dianggap mengulur-ulur waktu mengambil keputusan," ujarnya.Menurut Yasonna, keputusannya menerbitkan SK untuk kepengurusan Golkar pimpinan Agung Laksono telah sesuai Undang-undang Partai Politik. Ia menilai wajar jika SK tersebut dipermasalahkan oleh kubu Aburizal Bakrie."Bahwa ada yang tidak bersepakat, tentu itu terjadi, makanya di PTUN-kan," kata politisi PDI Perjuangan itu.Saat masuk sesi tanya jawab, ada tiga peserta rapat koordinasi yang meminta Menkumham menjelaskan detail mengenai netralitas saat menangani konflik Golkar dan PPP. Langkah Menkumham yang mengajukan banding pada putusan PTUN terkait PPP dikritik oleh beberapa peserta."Kenapa sudah ada (putusan) PTUN, tapi ajukan banding? Saya harus membela keputusan yang saya buat, itu mekanisme hukum," jawab Yasonna.Jawaban Yasonna itu memicu sejumlah peserta melontarkan celetukan dalam rapat koordinasi."Menkumham jangan banding... Menkumham jangan banding," ucap beberapa peserta.Sadar dengan suasana rapat koordinasi yang menjadi riuh, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo langsung mengambil alih rapat dan mengendalikan suasana. Tjahjo meminta semua peserta untuk fokus pada persiapan pilkada serentak dan tidak menggunakan acara ini sebagai tempat untuk berdebat mengenai sengketa partai politik."Secara prinsip kita menunggu putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Kita tunggu putusan yang berkekuatan hukum tetap," ujar Tjahjo.Turut hadir dalam rakornas ini adalah unsur pimpinan Komisi II DPR, pimpinan BPK RI, pimpinan Kejaksaan Agung, komisioner KPU dan Bawaslu, serta Wakil Menteri Keuangan.Adapun pokok pembahasan dalam rakornas ini adalah hal yang terkait dengan kesiapan regulasi pelaksanaannya, dukungan anggaran dan personel, ketersediaan data kependudukan, dukungan keamanan dan ketertiban, penanganan dan penyelesaian sengketa pemilihan, serta aspek terkait lainnya.Rangkaian pelaksanaan pilkada serentak dimulai pada 9 Desember 2015 di 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 36 kota. Pilkada selanjutnya digelar pada Februari 2017 di 7 provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota.Pada Juni 2018, akan digelar pilkada di 17 provinsi, 115 kabupaten, dan 39 kota. Pilkada serentak secara nasional akan digelar pada tahun 2027, di 541 daerah.Pelantikan gubernur terpilih akan dilakukan oleh Presiden secara bersamaan di Istana Negara. Untuk bupati dan walikota pelantikannya akan tetap dilaksanakan dalam sidang paripurna DPRD kabupaten/kota.

Pilkada Serentak 2015 Lebih Mahal, Ini Kata TjahjoAditya Fajar Indrawan- detikNews

Jakarta- Gelombang pertama pilkada serentak akan dimulai pada 26-28 Juli 2015 mendatang. Pesta demokrasi itu akan memakan biaya Rp 6,7 triliun untuk 269 daerah, lebih mahal bila tidak serentak. Mengapa bisa begitu?

"Pilkada serentak ini kan tujuannya untuk efektivitas dan efisiensi. Cuma efisiensi yang belum. Pilkada ini lebih mahal dibanding tidak serentak. Ini sebuah proses memilih pimpinan. Sebuah proses pilkada itu mahal," ujar Mendagri Tjahjo Kumolo di sela-sela acara rapat koordinasi persiapan pilkada serentak 2015 di Balai Kartini, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Senin (4/5/2015).

Tjahjo menjelaskan, KPU menganggarkan dana distribusi cukup tinggi untuk sejumlah daerah yang secara geografis cukup sulit seperti Papua, Maluku, dan Maluku Utara.

Politisi PDIP ini menjelaskan, pilkada serentak dilakukan agar siklus pemerintahan secara nasional dan daerah bisa berjalan dengan baik dan teratur. Hal ini juga harus diikuti konsolidasi parpol.

"Kalau pelantikan presiden dimulai tanggal 20 Oktober, akan sangat baik kepala daerah berakhir atau pergantiannya di bulan-bulan Oktober," kata Tjahjo.

Pertimbangan lainnya yakni penyusunan APBD dan pelaksanaan program. Lalu persiapan pertanggungjawaban pada November-Desember.

"Lima tahun ini pusat sampai daerah sama. Kalau sekarang ini kan nggak, ini terpotong-potong. Maka tahun 2027 (pemilu) serentak secara nasional," katanya.

Di Publish Pada Tanggal :Sabtu, 02 Mei 2015 09:50 WIBPilkada Serentak 2015, Anggota DPR: `Ujian` Bagi Pemilihan Langsung

Ilustrasi. (Ist)Medan, HanTer-Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang dilaksanakan secara serentak di berbagai daerah di Indonesia menjadi `ujian` bagi kelangsungan proses pemilihan secara langsung.

Anggota DPR RI Fadly Nurzal, mengatakan, sebelum UU Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) disahkan, terjadi perdebatan yang cukup sengit di lembaga legislatif. Di satu sisi, kata dia, ada pihak yang menginginkan agar pemilihan secara langsung melalui Pilkada tersebut dipertahankan karena dianggap bagian dari kemerdekaan berdemokrasi.

Pihak tersebut menilai pemilihan secara langsung memberikan kesempatan lebih besar kepada masyarakat untuk memilih pemimpin yang diminati dan dianggap dapat menyahuti aspirasinya. Selain itu, Pilkada juga ingin dipertahankan karena memberikan kesempatan lebih luas bagi tokoh nonformal untuk menjadi pemimpin di daerah tertentu.

Namun di sisi lain, ada juga pihak yang menginginkan pemilihan secara langsung yang diterapkan dalam Pilkada tersebut dihentikan dan diganti dengan pemilihan melalui legislatif. Pihak tersebut beranggapan Pilkada secara langsung yang diterapkan selama ini dinilai cukup `mahal` karena menghabiskan anggaran yang relatif besar.

Lain lagi dengan kemungkinan adanya konflik sosial akibat adanya kelompok masyarakat yang berbeda kepentingan dalam memberikan dukungan kepada calon yang bertarung dalam Pilkada. Namun, setelah melalui diskusi dan perdebatan yang cukup panjang, disepakati agar Pilkada secara langsung masih tetap diberlakukan pada 2015.

Meski disepakati, penyelenggaraan pilkada serentak tersebut akan diawasi untuk menjadi pertimbangan dalam memutuskan kegiatan serupa pada tahun-tahun selanjutnya. "Jadi, ini menjadi proses evaluasi apakah Pilkada dapat diteruskan pada masa mendatang atau tidak," kata Fadly yang juga politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.

Secara pribadi, Fadly mengakui jika Pilkada yang akan diselenggarakan secara serentak tersebut memiliki banyak kerawanan, terutama praktik politik uang (money politic). Karena itu, menurutnya, seluruh elemen masyarakat harus dapat memanfaatkan Pilkada yang akan diselenggarakan tersebut secara cerdas dan bijaksana guna menghadirkan proses demokrasi yang berkualitas.

10 Pedoman PKPU Pilkada Serentak Telah Ditetapkan KPU

Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Google +044JAKARTA, indopos.co.id Pembahasan Peraturan KPU (PKPU) yang menjadi pedoman dalam pelaksanaanpemilihankepala daerah (pilkada) serentak 2015 di 269 daerah akhirnya telah ditetapkan saat rapat pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) tadi malam, Kamis (30/4).Dari sepuluh PKPU, tujuh di antaranya baru berhasil ditetapkan Kamis (30/4) malam, sekitar Pukul 22.30 WIB.Sementara tiga lainnya telah ditetapkan beberapa waktu lalu dan telah disahkan Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia. Dengan demikian penyelenggara pemilu memenuhi target penyusunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota.Komisioner KPU Arief Budiman mengatakan, pihaknya dalam menetapkan PKPU tentang pedoman pilkada memang tak boleh melampaui tanggal 30 April. Sebab, melampaui tanggal 30 April berarti melanggar UU Pilkada."Ini sudah selesai semua. Tadi sebenarnya tinggal satu lagi yang masih kita finishing," ujarnya menjawab JPNN.Menurut Arief, salah satu PKPU yang ditetapkan itu mengatur tentang pencalonan kepala daerah. Ia menegaskan, dengan selesainya PKPU maka seluruh tahapan pilkada telah dapat dilaksanakan sepenuhnya.(gir/jpnn)- See more at: http://www.indopos.co.id/2015/05/10-pedoman-pkpu-pilkada-serentak-telah-ditetapkan-kpu.html#sthash.BJYsFdFp.dpufBerikut 10 PKPU Tentang Pedoman Pilkada:PKPU tentang Tahapan Pilkada (disahkan Kemenkumham)PKPU tentang Tata Kerja (disahkan Kemenkumham)PKPU tentang Pemutakhiran Daftar Pemilih (disahkan Kemenkumham)PKPU tentang Partisipasi Masyarakat,PKPU tentang Norma dan Standar LogistikPKPU tentang KampanyePKPU tentang Pemungutan dan Penghitungan SuaraPKPU tentang Rekapitulasi dan Penetapan Pasangan CalonPKPU tentang Dana KampanyePKPU tentang Pencalonan- See more at: http://www.indopos.co.id/2015/05/10-pedoman-pkpu-pilkada-serentak-telah-ditetapkan-kpu.html/2#sthash.eu0fCNzm.dpuf

Seluruh Daerah di Sulteng Siap Laksanakan Pilkada Serentak

Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola (Istimewa)Palu -Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengatakan seluruh daerah yang akan masuk dalam agenda pemilihan kepala daerah sudah siap melaksanakan agenda pemilihan serentak tersebut."Dari laporan yang saya terima, semua daerah sudah siap melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak," kata Longki Djanggola pada rapat koordinasistakeholdersoleh Badan Pengawas Pemilu RI di Palu, Jumat (1/5).Rapat koordinasi tersebut dalam rangka pendidikan pengawasan partisipatif pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta wali kota dan wakil wali kota se Provinsi Sulawesi Tengah.Pada pemilihan kepala daerah serentak 9 Desember 2015 sebanyak delapan daerah akan melaksanakan pemilihan kepala daerah yakni Kota Palu, Kabupaten Donggala, Tolitoli, Poso, Tojo Unauna, Morowali Utara, Banggai dan Banggai Laut, serta pemilihan gubernur.Gubernur mengatakan kesiapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah tersebut didukung dengan anggaran dan fasilitas pendukung lainnya dari pemerintah daerah masing-masing."Sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak melaksanakan pemilihan kepala daerah," katanya.Longki mengatakan dua daerah yang belakangan ditetapkan akan mengikuti pemilihan kepala daerah juga sudah siap meski APBD 2015 ditetapkan."Termasuk provinsi yang tadinya dananya tidak siap akhirnya sudah siap setelah konsultasi ke Mendari. Begitu juga dengan Kabupaten Banggai," katanya.Longki yakin masyarakat juga sudah siap dan memahami demokrasi yang sudah terbangun di Sulteng.Longki juga berharap para pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah dapat bekerja sama mengawal proses demokrasi tersebut sehingga melahirkan pemilihan kepala daerah yang profesional, jujur dan akuntabel.

Modal Tenar, 12 Artis Ini Ikuti Pilkada Serentak Pada Desember 2015

IlustrasiJakarta, HanTer- Berbagai daerah diseluruh tanah air tengah bersiap-siap menghadapi pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (pilkada) yang diselenggarakan secara serentak Desember 2015. Beberapa calon sudah bermunculan, baik dari incumbent yang kembali maju, ada juga para anggota DPR, mantan anggota DPR hingga kalangan artis.

Dari catatan Harian Terbit, ada 12 artis yang bakal mencalonkan diri menjadi kepala daerah. Mereka adalah, Pasha Ungu calon Walikota Palu, Tommy Kurniawan (Tangsel), Ahmad Dhani (Kota Surabaya), Zumi Zola (Gubernur Jambi), Penyanyi Tere (Kabupaten Bandung Barat).

Artis lain Maya Rumantir, artis senior yang kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), menyatakan siap maju mencalonkan diri sebagai calon gubernur dalam Pilkada Sulawesi Utara pada 9 Desember 2015. Dia mengaku bersedia jika warga di provinsi itu memintanya.

Hengky Kurniawan turut maju dalam bursa calon Bupati di Pilkada Kediri. Ia mengaku didorong oleh sejumlah kalangan termasuk dari internal Partai Amanat Nasional (PAN).

Jamal Mirdad juga ikutan pilkada. Mantan suami dari Lidya Kandau ini dan sekarang menjadi anggota DPR RI dari Partai Gerindra siap dicalonkan sebagai calon wali kota pada pemilihan kepala daerah Kota Semarang.

Helmi Yahya juga telah memastikan siap maju menjadi balon Bupati Ogan Ilir 2015 2019. Menurut Helmi, pihaknya saat ini sedang berkonsolidasi dengan jaringan politik lamanya guna mempersiapkan persaingan Politik Pilkada Ogan Ilir 2015.

Ya saya akan maju dan saat ini sedang konsolidasi serta meminta restu dengan berbagai pihak, Tegasnya.

Artis dangdut Indonesia yaitu Evi Tamala akan menjadi alternatif calon Wakil Bupati Tasikmalaya. Evi di sebut-sebut bisa menjadi alternatif calon Wakil Bupati Tasikmalaya bagi incumbent Uu Ruzhanul Ulum dan Ade Sugianto, jika keduanya maju lagi di Pilkada dengan pasangan yang berbeda.

Artis sekaligus anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI, Arzetti Bilbina dicalonkan sebagai Wali Kota Surabaya dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Pilkada Surabaya 2015.

Arzeti dinilai memiliki daya tarik dan nilai jual yang tinggi untuk menjadi wali kota. Jika maju sebagai calon kepala daerah Walikota Surabaya, Arzeti Bilbina akan bersaing bersama Ahmad Dhani dan Tri Risma.

Nama lain adalah Desi Ratnasari sebagai calon Bupati Sukabumi. Yandri mengatakan, berdasarkan survei, popularitas Desi juga cukup baik.

"Tapi sampai saat ini, Desi belum bersedia," kata Sekretaris Fraksi PAN ini.

Mengenai ketertarikan para anggota DPR, para artis ikut dipilkada bukan hal yang baru. Seperti dikatakan Konsultan Politik dari Konsep Indonesia Very M Ariefuzzaman, para artis maju dinilai lantaran dianggap mudah untuk tampil di pilkada, dikarenakan dirinya merasa sudah terkenal.

Modal dasar sudah terkenal, yang membuat mereka berlomba-lomba maju. Mereka melihat menjadi kepala daerah adalah kesempatan emas, paparnya.

Pilkada Serentak, Antusiasme Warga MeningkatIni sudah menjadi isu nasional.Kamis, 30 April 2015 | 15:12 WIBOleh :Nur Azizah, Moh Nadlir

Warga mencelupkan kelingking ke tinta khusus sebagai tanda telah menggunakan hak suaranya dalam pilkada. VIVA.co.id/ D.A. Pitaloka/Malang(D.A. Pitaloka/Malang)

VIVA.co.id- Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menilai antusiasme masyarakat terhadap pelaksanaan Pilkada serentak meningkat. Jika dibandingkan dengan Pilkada periode sebelumnya, Pilkada serentak yang akan diselenggarakan pada 9 Desember mendatang sudah menyedot perhatian publik di Indonesia.

Kalau sekarang ini, kan, digelar di sembilan Provinsi, saya kira euforia pemberitaannya juga menjadi isu nasional, beda dengan dulu. Sekarang lebih tersebar beritanya, mungkin karena besarnya jumlah daerah dalam pilkada, ujar Direktur Ekskutif Perludem Titi Anggraini di Jakarta, Kamis, 30 April 2015.

Isu Pilkada saat ini, menurut Titi, relatif membuat masyarakat lebih sadar dan tahu bagaimana proses juga tahapannya. Ini yang ditengarai memicu antusiasme masyarakat sebagai pemilih.

Namun demikian ia mengingatkan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan juga Pemerintah untuk tetap menjaga antusiasme publik.

Euforianya beda, sudah tidak lokal lagi seperti dulu. Tetapi harus tetap ada anggaran untuk menjaga antusias itu, untuk menjaga euforia itu, kata Titi.

Antusiasme publik juga dipicu pemberitaan media yang dianggap ikut menyosialisasikan Pilkada serentak. Konteks lokal dalam Pilkada biasanya menjadi alasan media untuk tidak ikut melakukan sosialisasi pelaksanaan Pilkada karena dianggap biasa, dibanding dengan Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres).

"Ini kalau tidak dijaga bisa jenuh pemilih, kalau tidak ada strategi pemilih dan tawaran yang jelas, itu juga berpengaruh, kata Titi.

Jelang Pilkada SerentakBerkonflik Menjelang Pilkada Serentak, Golkar dan PPP Terancam SanksiAditya Fajar Indrawan- detikNews

Jakarta- Pendaftaran calon kepala daerah akan dimulai pada 26 Juli 2015 nanti. Namun Partai Golongan Karya dan Partai Persatuan Pembangunan hingga kini masih dilanda dualisme kepemimpinan.

Dua partai politik itu pun terancam sanksi bila tak lekas menyelesaikan konflik internalnya. "Memang ada dua partai yang apabila tidak diselesaikan masalahnya mungkin akan terkena sanksi tidak bisa ikut pilkada serentak 2015," kata Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno.

Hal itu dikatakan oleh Menteri Tedjo di sela rapat koordinasi Pilkada serentak 2015 di Balai Kartini, jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (4/5/2015).

Menteri Tedjo pun mengingatkan agar Partai Golkar dan PPP segera menyelesaikan konflik internal dengan menggelar islah jika tak ingin kena sanksi. "Aturannya demikian, undang-undang mengatakan demikian parpol tidak bisa mengikuti (pilkada) apabila masih terjadi perselisihan internal," kata Tedjo tanpa menyebut nomor dan jenis undang-undang yang dimaksud.

Menurut Menteri Tedjo, jika konflik internal tak segera diselesaikan, maka yang dirugikan adalah kader partai itu sendiri. Selain tak bisa ikut pilkada, berlarut-larutnya konflik internal juga rentan memicu keributan sesama kader partai.

"Sebetulnya jika tidak diselesaikan nanti justrunya di kalangan bawah nanti akan terjadi kericuhan dan lain sebagainya, jadi harus diselesaikan," kata Menteri Tedjo yang juga politisi Partai Nasional Demokrat itu.

Kemarin Komisi Pemilihan Umum akhirnya menyelesaikan peraturan terkait syarat pencalonan kepala daerah tahun ini. Tentang adanya partai politik yang kini dilanda dualisme kepemimpinan, KPU akhirnya memutuskan akan menggunakan putusan pengadilan bersifat final dan tetap untuk menentukan yang berhak ikut pilkada.

"KPU berpatokan pada kepengurusan yang terdaftar di Kemenkumham, jika SK Kemenkumham disengketakan ke pengadilan maka yang akan dipedomani adalah putusan bersifat final dan mengikat," kata Ketua KPU Husni Kamil Manik kepada detikcom, Minggu (3/5/2015) kemarin.