PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

13
PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL Code Choice Used by Santri in the Communication in Social Media Eka Susylowati 1 Program Pascasarjana Linguistik Universitas Sebelas Maret Jl. Ir Sutami No. 36 A Surakarta, Kode Pos 57126, Telp (0271) 646994 Rahmat Wisudawanto 2 Universitas Sahid Surakarta Jl. Adi Sucipto No. 154 Jajar, Surakarta, Telp (0271) 743493 Pos-el: 1 [email protected], 2 [email protected] Abstract The era of modernization of social media has always been associated with teenagers, especially those on Facebook. This social media can be used as a medium to show their existence. The language used for communication interactions varies. The purpose of this study is to identify the choice of language codes and the function of language used by students in the Islamic Modern Assalaam Islamic Boarding School in Indonesia in their communication interactions. This research is a qualitative in nature. The data under investigation are students’ conversations on Facebook, which are particularly related to the choice of codes. Data collection includes observation, field notes, and interviews. This research analysis employs the components of the Hymes (SPEAKING) speech. The research results demonstrate that the choice of language codes used by students to communicate in social media are Indonesian, Arabic, English, and Javanese. The function of language namely to convey their intents, to show their identity, as language for foreign language training of the santri, as language of intimacy. The development of technology can make communication effective for students. Besides, that can drive the changes in behavior and language they use. Keywords: choice of codes, santri, social media. Abstrak Zaman modernisasi selalu dikaitkan dengan remaja, terutama facebook. Media sosial ini dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menunjukkan eksistensi bagi santri. Bahasa yang digunakan untuk interaksi komunikasi bervariasi. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pilihan kode dan fungsi bahasa yang digunakan oleh santri di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam di Indonesia dalam interaksi komunikasi di media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah percakapan para santri di facebook yang mengandung pilihan kode. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, catat, dan wawancara. Analisis penelitan ini menggunakan komponen tutur Hymes (SPEAKING). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pilihan kode bahasa yang digunakan oleh santri untuk berkomunikasi dalam media sosial adalah bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Jawa. Fungsi bahasa dalam media sosial yaitu untuk menyampaikan maksud, melatih bahasa asing bagi santri, menunjukkan identitas diri, dan menunjukkan rasa keakraban. Perkembangan teknologi dapat mengefektifkan komunikasi bagi santri, selain itu dapat mempengaruhi perubahan perilaku dan bahasa yang digunakan. Kata kunci: pilihan kode, santri, sosial media

Transcript of PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Page 1: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Code Choice Used by Santri in the Communication in Social Media

Eka Susylowati1

Program Pascasarjana Linguistik Universitas Sebelas Maret Jl. Ir Sutami No. 36 A Surakarta, Kode Pos 57126, Telp (0271) 646994

Rahmat Wisudawanto2

Universitas Sahid Surakarta Jl. Adi Sucipto No. 154 Jajar, Surakarta, Telp (0271) 743493 Pos-el:[email protected], [email protected]

Abstract

The era of modernization of social media has always been associated with teenagers, especially those on Facebook. This social media can be used as a medium to show their existence. The language used for communication interactions varies. The purpose of this study is to identify the choice of language codes and the function of language used by students in the Islamic Modern Assalaam Islamic Boarding School in Indonesia in their communication interactions. This research is a qualitative in nature. The data under investigation are students’ conversations on Facebook, which are particularly related to the choice of codes. Data collection includes observation, field notes, and interviews. This research analysis employs the components of the Hymes (SPEAKING) speech. The research results demonstrate that the choice of language codes used by students to communicate in social media are Indonesian, Arabic, English, and Javanese. The function of language namely to convey their intents, to show their identity, as language for foreign language training of the santri, as language of intimacy. The development of technology can make communication effective for students. Besides, that can drive the changes in behavior and language they use. Keywords: choice of codes, santri, social media.

Abstrak

Zaman modernisasi selalu dikaitkan dengan remaja, terutama facebook. Media sosial ini dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menunjukkan eksistensi bagi santri. Bahasa yang digunakan untuk interaksi komunikasi bervariasi. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pilihan kode dan fungsi bahasa yang digunakan oleh santri di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam di Indonesia dalam interaksi komunikasi di media sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah percakapan para santri di facebook yang mengandung pilihan kode. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, catat, dan wawancara. Analisis penelitan ini menggunakan komponen tutur Hymes (SPEAKING). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pilihan kode bahasa yang digunakan oleh santri untuk berkomunikasi dalam media sosial adalah bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Jawa. Fungsi bahasa dalam media sosial yaitu untuk menyampaikan maksud, melatih bahasa asing bagi santri, menunjukkan identitas diri, dan menunjukkan rasa keakraban. Perkembangan teknologi dapat mengefektifkan komunikasi bagi santri, selain itu dapat mempengaruhi perubahan perilaku dan bahasa yang digunakan. Kata kunci: pilihan kode, santri, sosial media

Page 2: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Kelasa, Vol. 15, No. 1, Juni 2020: 115—127

116

1. Pendahuluan

Pesantren atau Islamic boarding school memiliki nilai plus tersendiri dibandingkan dengan pendidikan umum karena dalam lingkungan pesantren menyeimbangkan antara materi pendidikan formal dengan materi diniyah atau keagamaan yang lebih mendalam. Pesantren merupakan sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan ‘kyai’. Asrama untuk para santri berada dalam lingkungan pesantren, di sekitar pesantren kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruangan untuk belajar dan kegiatan-kagiatan keagamaan yang lain. Pesantren menjadi favorit karena para ustaz maupun ustazah telah memberikan bekal iman dan pengetahuan secara emosional, intelektual, dan spriritual sehingga mampu menghadapi era modernisasi serta diajarkan nilai-nilai Islam yang ‘rahmatan lil aalamin’ yang dapat bersinergi dengan semangat nasionalisme dan internasionalisme. Masyarakat pesantren yang multietnik dan multilingual dapat memunculkan adanya kontak bahasa dan gejala bilingualisme maupun multilingualisme. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, alat komunikasi yang paling populer dan cukup lama digunakan untuk interaksi komunikasi di media sosial yaitu facebook, instgram, twitter. Dalam interaksi komunikasi di facebook, masyarakat santri di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki variasi bahasa. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pertama yang digunakan

untuk interaksi sosial sehari-hari di lingkungan pesantren. Santri yang tinggal di asrama pesantren akan dapat pengaruh dari variasi bahasa seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Jawa, maupun bahasa daerah lainnya. Pilihan kode terlihat jelas dalam komunikasi yang digunakan masyarakat pesantren, seperti interaksi sosial antara ustazah dan santri, ustaz dan santri, antarsantri santri dan karyawan di lingkup pesantren. Masyarakat santri di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam memanfaatkan media sosial (facebook) untuk memberitahukan informasi dan para pengguna menguasai lebih dari satu bahasa sehingga perlu diteliti terutama pilihan kode dalam interaksi komunikasi yang digunakan dalam situasi informal. Penelitian mengenai pilihan kode merupakan kajian yang diminati oleh peneliti baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini dikarenakan fenomena sosial budaya yang selalu bergerak sehingga mempengaruhi struktur sosial serta penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Rokhman (2004) melakukan penelitian mengenai pilihan kode yang dimuat dalam artikel dengan judul Kode Bahasa dalam Interaksi Sosial Santri: Kajian Sosiolinguistik di Pesantren Banyumas. Rokhman (2004) menjelaskan bahwa variasi kode bahasa dalam interaksi sosial di pesantren meliputi: bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Arab. Bahasa Jawa terdiri atas variasi ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus. Faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan kode bahasa dalam interaksi sosial di pesantren meliputi: a) pilihan bahasa Arab dilatarbelakangi oleh faktor masyarakat di pondok pesantren yang sedang mempelajari dan mendalami

Page 3: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Pilihan Kode Santri Dalam Komunikasi Di Media Sosial (Eka Susylowati/Rahmat Wisudawanto)

117

agama Islam; b) pilihan bahasa Indonesia dilatarbelakangi oleh faktor situasi formal dan karakteristik mitra tutur atau masyarakat yang datang ke pondok pesantren dengan menggunakan bahasa Indonesia; c) pilihan bahasa Jawa ragam ngoko lugu dilatarbelakangi oleh adanya penutur mencari kemudahan dalam berkomunikasi, sudah akrab dan menciptakan suasana santai; d) pilihan bahasa Jawa ragam ngoko alus dilatarbelakangi oleh adanya penutur yang berusaha menghormati mitra tutur; e) pilihan bahasa Jawa ragam krama lugu dilatarbelakangi oleh adanya penutur yang ingin menghormati mitra tutur, baik yang sudah kenal maupun belum kenal karena status usianya yang lebih tua, f) pilihan bahasa Jawa ragam krama alus dilatarbelakangi oleh adanya penutur yang ingin menghormati mitra tutur (yang memiliki status dan kedudukan yang tinggi di pesantren), adanya peraturan, dan dalam situasi formal. Mulyani (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Alih Kode dan Campur Kode dalam Kegiatan Belajar Mengajar di Pesantren Modern Arrisalah Kabupaten Ponorogo (Kajian Sosiolinguistik) menjelaskan bahwa wujud alih kode yang muncul dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas adalah wujud alih bahasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, Arab, dan bahasa Jawa atau sebaliknya. Sementara itu, wujud campur kode yang muncul adalah berupa campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Wujud campur kode di antaranya penyisipan kata, frasa, idiom, kata ulang, dan klausa antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris, Arab, dan Jawa. Pemakaian bahasa Indonesia nampak dominan dalam peristiwa alih kode dan campur kode. Peristiwa yang menonjol terjadinya alih kode dan campur kode adalah pada kegiatan awal (meliputi:

salam, tegur sapa, dan memberikan motivasi), kegiatan inti (meliputi: memberikan penjelasan, merespon pemahaman santri, dan menarik kesimpulan tentang topik pelajaran tertentu), dan kegiatan akhir (meliputi: menutup pelajaran, salam, dan motivasi). Faktor penentu yang menonjol mempengaruhi peristiwa alih kode adalah adanya kebiasaan penutur untuk menyesuaikan dengan topik dan situasi pembicaraan tertentu serta peraturan yang ada di lingkungan pesantren modern “Arrisalah” dalam pemakaian bahasa. Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada peneliti karena ditemukan keterkaitan antara pilihan kode pada saat interaksi belajar-mengajar dalam kelas yaitu antara guru (ustazah/ustaz) dan siswa yang dapat memperlancar proses belajar-mengajar dan mempermudah pelajaran yang disampaikan. Kajian yang berkaitan dengan pilihan bahasa pernah dibahas oleh Ma’alip (2015) yang terbit di Jurnal Komunikasi berjudul Pilihan Bahasa dalam Komunikasi di Laman Sosial. Hasil penelitiannya menggambarbkan bahwa bahasa Melayu dan bahasa Inggris menjadi pilihan pengguna laman sosial selanjutnya diikuti oleh bahasa Cina, bahasa India, dan bahasa-bahasa lain. Selain itu, dalam kajian ini menunjukkan bahwa pola pilihan bahasa yang digunakan di laman sosial yaitu bahasa Melayu dan bahasa Inggris menjadi pilihan utama. Tahun 2016 artikel dari Fahme dan Fung yang terbit pada tahun 2016 di Jurnal 3L: Language, Linguistics, Literature mengenai Language Choice in Online Written Communication among Maldivian Professionals. Penelitian tersebut mengkaji mengenai pilihan bahasa dalam komunikasi online masyarakat profesional Maldivian pada domain keluarga, persahabatan, dan pekerjaan. Hasilnya menunjukkan

Page 4: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Kelasa, Vol. 15, No. 1, Juni 2020: 115—127

118

bahwa Dhivehi adalah bahasa Indo-Arya yang unik digunakan dalam percakapan secara eksklusif di Maladewa bersama dengan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Sebanyak 150 profesional yang diteliti dari bidang pendidikan, administrasi dan kesehatan dengan kualifikasi akademik mulai diploma sampai tingkat doktor. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara kuantitatif. Temuan mengungkapkan bahwa Dhivehi merupakan bahasa yang dominan dalam domain keluarga, Sementara bahasa Inggris dominan dalam persahabatan dan pekerjaan. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama melakukan penelitian mengenai pilihan bahasa di media sosial, sedangkan perbedaannya adalah sasaran penelitiannya kalangan profesional di Maladewa. Kajian mengenai Penggunaan

Bahasa Mahasiswa Multietnik dalam

Media Sosial yang dilakukan oleh

Maemunah pada tahun 2016. Penelitian

tersebut menggunakan ancangan

Sosiolinguistik dan metode kualitatif

deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa bahasa yang digunakan oleh

mahasiswa multietnik di Kota Semarang

dalam media sosial adalah bahasa

Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa

asing. Dalam penelitian tersebut dijelaskan

bahwa kemultietnikan mahasiswa dengan

bahasa yang berbeda mengakibatkan

penggunaan campur kode. Selain itu,

faktor yang mempengaruhi pilihan bahasa

meliputi faktor latar atau situasi bahasa

tertentu digunakan, faktor penutur dan

mitra tutur yang melakukan percakapan,

maksud dan tujuan yang diinginkan

penutur dan petutur, bentuk pesan dan isi

pesan yang dipilih oleh penutur dan

petutur ikut mempengaruhi bahasa yang

digunakan.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh

Inderasi, Achsani, dan Masyhuda (2018)

yang dimuat dalam Jurnal Semiotika

Volume 19 dengan judul Strategi

Komunikasi Dalam Kesantunan

Berbahasa Komunitas Antarsantri Pondok

Pesantren Al-Hikmah Sukoharjo.

Penelitian tersebut menggunakan metode

kualitatif, dengan objek penelitian adalah

santri di lingkungan Pondok Pesantren Al-

Hikmah. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa strategi komunikasi dalam

kesantunan berbahasa di lingkungan santri

Pondok Pesantren Al-Hikmah Sukoharjo

tidak dihambat adanya perbedaan faktor

budaya. Aspek budaya bukan menjadi

salah satu penyebab penyimpangan prinsip

kesantunan berbahasa. Dalam konteks ini,

bahasa yang digunakan oleh santri

mengandung prinsip saling menghargai

satu sama lain.

Penelitian ini menunjukkan bahwa

dalam proses komunikasi sehari-hari para

santri di Pondok Pesantren Al-Hikmah

Sukoharjo terdapat adanya penerapan

prinsip kesantunan yang di dalamnya

mengandung maksim kebijaksanaan,

maksim kedermawanan, maksim

penghargaan, maksim kesederhanaan,

maksim permufakatan, dan maksim

simpati. Hal ini terjadi disebabkan mereka

memiliki sikap budaya yang saling

menghargai meskipun mereka berasal dari

kawasan budaya Jawa yang berbeda yaitu

Jawa Timur dan Jawa Tengah. Penelitian

ini sama-sama dilakukan di lingkungan

pesantren, akan tetapi memiliki perbedaan

terkait dengan teori landasan yang

digunakan sehingga menghasilkan temuan

yang berbeda. Sebagai alat komunikasi,

bahasa selalu berkaitan dengan situasi

sosial. Sosiolinguistik sebagai cabang ilmu

bahasa yang mempelajari penggunaan

bahasa secara eksternal, yang satuan

kebahasaan tersebut digunakan dalam

interaksi komunikasi dalam kehidupan

bermasyarakat. Pada hakekatnya

sosiolinguistik mengkaji hubungan antara

bahasa dan masyarakat yang

menghubungkan dua bidang yang dapat

dikaji secara terpisah, yaitu struktur formal

bahasa oleh linguistik dan struktur

masyarakat oleh sosiologi (Wardhaugh,

1986:4; Hudson, 1996:2; Holmes, 2001:1).

Page 5: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Pilihan Kode Santri Dalam Komunikasi Di Media Sosial (Eka Susylowati/Rahmat Wisudawanto)

119

Sosiolinguistik mempelajari dan

membahas mengenai aspek-aspek

kemasyarakatan bahasa, khususnya

perbedaan-perbedaan (variasi) yang

terdapat dalam bahasa yang berkaitan

dengan faktor-faktor kemasyarakatan

(sosial) Nababan (1993:2).

Heterogenitas santri di lingkungan pesantren dapat menimbulkan perbedaan komunikasi dalam pesantren maupun di luar pesantren. Sebagai masyarakat sosial yang multilingual, masyarakat pesantren di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam dan Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki memiliki variasi bahasa yang beranekaragam. Dari berbagai karakter penutur yang berbeda latar belakang sosial maupun budaya dapat mempengaruhi pemakaian bahasa.Istilah bilingualisme (kedwibahasaan) secara sosiolinguistik yaitu penggunaan dua bahasa secara bergantian secara bergantian oleh penutur atau masyarakat tutur dalam interaksi sosial. Penelitian sosiolinguistik yang mengkaji pilihan kode tidak terlepas dari bilingualisme atau multilingualisme. Fishman (1975:73) menyatakan bilingualisme sebagai pemakaian dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. Agar dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa tersebut. Pertama bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya, dan kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya. Nababan(1984:27) mengungkapkan bahwa seseorang yang bilingual merupakan seseorang yang memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa atau lebih dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa kemampuan seseorang untuk menggunakan dua bahasa atau lebih meliputi kemampuan reseptif (membaca, mendengar) maupun kemampuan produktif (berbicara, menulis). Pada mulanya bilingualisme terjadi karena adanya kontak budaya

antara dua kelompok penutur dari bahasa yang berbeda. Kontak budaya dapat terjadi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bidang kesehatan, bidang politik, bidang agama, bidang perdagangan, maupun bidang sosial dan ekonomi. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya kontak bahasa dalam diri penutur bilingual maupun kelompok masyarakat tutur. Sesuai dengan pendapat Suwito (1985:39) menyatakan bahwa apabila terdapat dua bahasa atau lebih yang digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama akan menyebabkan kontak bahasa sehingga dapat menimbulkan perubahan bahasa (language change). Dalam masyarakat bilingual atau multilingual dapat memunculkan adanya berbagai bahasa atau variasi bahasa dalam masyarakat. Dalam berkomunikasi, seseorang melakukan pilihan mengenai variasi bahasa yang sesuai ketika berinteraksi dengan mitra tuturnya yang berasal dari lapisan tingkatan yang berbeda-beda. Dalam interaksi sosial, masalah pilihan bahasa sebagai pokok permasalahan sosial yang tampak dalam masyarakat multilingual. Sebagaimana, dalam suatu topik pembicaraan tertentu, secara langsung maupun tidak langsung dapat memungkinkan terjadinya satu variasi bahasa dipilih untuk digunakan daripada variasi bahasa lainnya. Pilihan kode dibutuhkan oleh santri di Pesantren Modern Islam Assalaam dalam berkomunikasi di media sosial. Pilihan kode dipilih berdasarkan kemampuan dua bahasa dalam komunikasi. Pilihan kode merupakan kondisi seseorang dalam masyarakat dwibahasa atau multibahasa yang berbicara dua bahasa atau lebih dan harus memilih yang mana yang harus digunakan (Fasold, 1984) dalam Rokhman (2013:25) terdapat tiga kategori dalam pilihan kode sebagai berikut (1) pemilihan bahasa dengan memilih satu variasi bahasa, Hal ini

Page 6: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Kelasa, Vol. 15, No. 1, Juni 2020: 115—127

120

artinya bahwa penutur memilih satu variasi bahasa yang sama (intra language variation), (2) pemilihan bahasa dengan alih kode, Kode merupakan istilah netral yang dapat mengacu kepada bahasa, dialek, sosiolek, atau ragam bahasa. alih kode (code switching), artinya menggunakan satu bahasa pada satu keperluan dan menggunakan bahasa lain pada keperluan yang lain dalam satu peristiwa komunikasi, (3) pemilihan bahasa dengan melakukan campur kode (code mixing), campur kode artinya menggunakan satu bahasa tertentu dengan bercampur serpihan-serpihan dari bahasa lain atau menyelipkan unsur-unsur bahasa lain pada waktu menggunakan bahasa tertentu. Tiga kategori pilihan kode berpotensi ditemukan dalam tuturan santri di media sosial. Media sosial merupakan teknologi informasi yang berbasis internet yangdapat digunakan sebagai media komunikasi maupun sebagai media yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan masyarakat, media sosial juga dilengkapi dengan berbagai aneka ragam fitur-fitur pada handphone yang sering digunakan sebagai media komunikasi seperti facebook, Instagram, dan WhatsApp. Facebook merupakan salah satu media online yang banyak digunakan oleh kaum remaja di Indonesia. Facebook didirikan oleh Mark E. Zuckeberg pada tahun 2004 dan mulai dioperasikan pada bulan September 2012 yang dapat diakes dan dipergunakan oleh masyarakat pengguna facebook di seluruh dunia untuk interaksi komunikasi. Pengguna diwajibkan untuk mendaftarkan diri dahulu sebelum menggunakan facebook untuk mendapatkan akun pribadi yang berisi profil, beranda, group, dan fasilitas lainnya yang ditawarkan oleh facebook. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih, pengguna facebook dapat membuat profil yang dilengkapi foto maupun informasi penting yang lainnya

sehingga dapat diketahui oleh masyarakat di seluruh dunia agar memudahkan interaksi komunikasi untuk menemukan dirinya. Mereka dapat berinteraksi sosial dengan daftar pengguana teman facebook yang mereka miliki melalui message atau public melalui chatting. Selain itu, mereka dapat membuat group dan halaman. Sampai sekarang, fitur di facebook telah mengalami berbagai perubahan dan banyak fasilitas yang mendukung untuk interaksi komunikasi. Salah satu contoh yaitu ‘dinding’ yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk mengirim pesan ke pengguna facebook untuk dibaca. Selain itu, ada fitur “status” dimana sebagai tempat untuk memungkinkan pengguna facebook menuliskan aktivitas yang sedang dilakukan dan memberitathukan keberadaannya termasuk apa yang sedang mereka pikirkan, tentu saja hal ini akan mengundang berbagai macam interpretasi dan komentar dari pembaca untuk memberikan tanggapan atau emoticon. Demikian pula, fitur facebook juga dilengkapi dengan ‘Note’ pengguna facebook dapat mendokumentasikan tulisan dan dapat dibagikan dibagikan atau tag teman dalam catatan tersebut. Menariknya, di facebook dilengkapi dengan fasilitas foto sehingga pengguna facebook dapat mengunggah foto dan menyimpan foto dengan jumlah yang tidak terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial seperti facebook memiliki rating tertinggi dan masih banyak diminati oleh kaum remaja dan dewasa untuk berinteraksi komunikasi. Tujuan dari penelitian ini untuk menguraikan pilihan kode santri pada media sosial. 2. Metode Penelitian kode santri pada saat berkomunikasi di media sosial di Pesantren Modern Islam Assalaam yang meliputi bentuk kode santri di media sosial merupakan penelitian kualitatifdengan pendekatan

Page 7: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Pilihan Kode Santri Dalam Komunikasi Di Media Sosial (Eka Susylowati/Rahmat Wisudawanto)

121

Sosiolinguistik. Menurut Creswell (2009) pendekatan kualitatif memiliki tujuan untuk pengumpulan data, analisis, interpretasi, dan penulisan laporannya berbeda dengan pendekatan kualitatif tradisional. Tujuan sampling, pengumpulan data terbuka, analisis teks dan gambar, representasi informasi dalam gambar dan tabel, dan interpretasi pribadi dari semua temuan menginformasikan prosedur kualitatif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, dan menganalisis data kebahasaan sesuai dengan kajian sosiolinguistik. Data kebahasaan tersebut kemudian dikumpulkan, dideskripsikan, dan dianalisis dalam penelitian ini yaitu data yang berhubungan dengan bentuk kode dan faktor-faktor yang mempengaruhi.

Data dalam penelitian ini yaitu tuturan masyarakat pesantren yang berada di lingkungan pesantren dari berbagai peristiwa tutur yang berupa tuturan lisan mengenai pilihan kode yang diperoleh dari: pertama, tuturan antarsantri maupun santri dengan ustaz/ustazah, santridengan karyawan di Pesantren Modern Islam Assalaam. Dalam penelitian sumber data dapat berupa tempat, informan, kejadian, dokumen, situs, dan lain sebagainya.Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data yang terdapat secara natural dalam peristiwa tutur dari ranah keagamaan, pertemanan, dan pendidikan baik pada waktu aktivitas belajar-mengajar maupun aktivitas di luar belajar-mengajar. Sutopo (2006:9) menjelaskan bahwa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan observasi berperanserta, sedangkan metode non-interaktif meliputi observasi tak berperanserta, teknik kuesioner, dokumen, dan partisipasi tidak berperan. Sedangkan, pendapat Sugiyono (2014:63) teknik

pengumpulan data dapat dilakukan melalui observasi, rekam, kuesioner, dan wawancara. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara: 1) observasi, 2) wawancara, 3) dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian ini merupakan pilihan kode santri wanita madrasah takhashushiyyah di Pesantren Modern Islam Assalaam yang pada dasarnya bersifat kontekstual, yaitu penelitian tentang bentuk tuturan (bahasa) dengan memperhatikan konteks sosial yang menyertai pada sebuah tuturan. Metode kontekstual digunakan untuk menganalisis data mengenai pilihan kode dalam komunikasi di media sosial di Pesantren Modern Islam Assalaam dengan mengacu pada komponen tutur Hymes yaitu SPEAKING. Tahapan terakhir dalam penelitian ini menarik simpulan.

3. Hasil Penelitian

Bentuk pilihan kode yang digunakan oleh

santri dalam komunikasi di media sosial

dalam lingkungan pesantren sebagai

berikut.

1. Bentuk Pilihan Kode Santri di Media Sosial

a. Bahasa Indonesia Intensitas penggunaan bahasa Indonesia dalam mediasosial cukup tinggi karena para santrinya berasal dari daerah yang berbeda-beda dan memiliki waktu satu tahun untuk belajar bahasa asing (Arab dan Inggris) di lingkungan pesantren. Bentuk pilihan kode yang menggunakan variasi tunggal bahasa Indonesia dalam media sosial sebagai berikut. Data 1

... 7 Agustus 2019 PPMI Assalaam mengadakan kegiatan tersebut diikuti ribuan santri dan seluruh keluarga besar pegawai yang ada di lingkungan Assalaam. Selain jalan sehat juga dilaksanakan kegiatan

Page 8: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Kelasa, Vol. 15, No. 1, Juni 2020: 115—127

122

Panen Raya Ikan Patin dimana kegiatan ini umumnya dilakukan 2 tahun sekali mengingat ukuran pembesaran ikan patin yang layak didistribusikan. Hasil panen ikan dibagiakan secara gratis kepada seluruh keluarga besar Assalaam juga dibagikan kepada warga sekitar Assalaam dan lainnya.

Kontak sosial antara masyarakat pesantren terjadi di laman facebook di atas yaitu pada saat Pesantren Assalaam akan mengadakan jalan sehat dan kegiatan panen raya ikan patin. Isi berita: memerintahkan kepada santri dan pegawai di lingkungan Pesantren Assalaam untuk mengikuti acara tersebut. Bahasa Indonesia biasanya digunakan dalam forum komunikasi kedinasan di lingkungan masyarakat pesantren, namun dalam realitanya, bahasa Indonesia digunakan dalam forum informal. Hal ini alasannya bahwa proses komunikasi penggunaan bahasa Indonesia baik dalam ragam formal maupun informal dirasakan dapat mempermudah komunikasi tanpa memperhatikan latar belakang bahasa mitra tutur. Karena pengaruh teknologi informasi, para santri di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia yang digunakan dalam interaksi komunikasi di media sosial. Data 2

Okty Vyta membagikan kiriman.

Santriwati juga bisa berkreasi... Panggung semegah dan acara yg spektakuler ini hampir sepenuhnya kerja mereka... Gak mau kalah sama yg santriwan... Mereka srikandi sholehah yang bisa sekuat pandawa....

Tuturan pada data terjadi di laman facebook Pesantren Modern Islam Assalaam. Data tersebut termasuk

menggunakan bahasa Indonesia informal. Hal ini ditandai kata gak, dalam bahasa Indonesia artinya tidak. Selain itu terdapat campur kode dalam bahasa Inggris seperti kata spektakuler dan campur kode bahasa Arab pada kata sholehah. Topik pembicaraan dalam percakapan di facebook tersebut adalah aktivitas santriwati di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam dalam acara Mahakarya Santri. Data 3

Ppmi Assalaam

....Alhamdulillah di pagi yang cerah ini, agenda kegiatan yang ada di PPMI Assalaam adalah kegiatan ta'aruf santri baru dengan didampingi para pengasuh baik dari unit sekolah maupun unit kesantrian. Diharapkan dengan kegiatan ini anak dapat mulai bersosialisasi dengan teman baru maupun dengan para pengasuh uatdz/ustdzh, mulai beradaptasi dengan lingkungan pondok dan juga kegiatan kegiatan yang ada.

Pada data [3] menggunakan kode tutur bahasa Indonesia pada waktu berinteraksi di facebook. Topik pembicaraannya adalah kegiatan ta’aruf (pengenalan) di Pesantren Modern Islam Assalaam. Kode bahasa Indonesia digunakan pada situasi formal dan informal. Hal ini digunakan berinteraksi agar memudahkan berkomunikasi antarsantri yang beragam bahasa dan etnik yang berbeda-beda. Data 4

Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, kata modern melekat pada nama Assalaam yang artinya Asslaam lembaga yang mampu beradaptasi terhadap perkembangan jaman, Management PPMI Assalaam mewujudkan kata modern ini salah satunya dalam pengadaan Laboratorium pembelajaran berbasis

Page 9: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Pilihan Kode Santri Dalam Komunikasi Di Media Sosial (Eka Susylowati/Rahmat Wisudawanto)

123

visual “Sensavis Visual Learning” diharapkan dengan adanya laboratorium sensavis ini dapat membantu momotivasi semangat para santri untuk belajar dan membantu proses pembelajaran yang menarik dan efektif...(26.09.2019)

Data tuturan dari facebook tersebut menggunakan bahasa Indonesia. Pada tuturan tersebut terdapat campur kode keluar yaitu bahasa asing (bahasa Inggris). Hal ini ditunjukkan pada frasa “Sensavis Visual Learning”. Alasan digunakan campur kode karena tidak ada padanan kata yang tepat. Pada tuturan tersebut lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia. Di lingkungan pesantren diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia sebagai media komunikasi sehari-hari. Alasan penggunaan bahasa Indonesia untuk memudahkan komunikasi dengan para santri dalam sosial media (facebook). b. Bahasa Arab Kode yang berwujud bahasa Arab merupakan kode bahasa asing yang dominan digunakan dalam interaksi sosial intern di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalam. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena di lingkungan pesantren tersebut, santri wajib menggunakan bahasa Arab untuk berinteraksi komunikasi. Pilihan kode bahasa Arab tidak terjadi dalam wujud bahasa tunggal. Hal ini tampak dalam data sebagai berikut. Data5

Ahlan wa sahlan wali santri dan santri baru PPMI Assalaam

Data 6

MasyaAllah Tabarokallah semoga selalu terus menjadi ponpes idaman bagi anak2 sholeh sholehah dan

bermutu, sukses selalu pondok pesantren ASSALAAM Maju terus.

Bahasa Arab merupakan bahasa utama yang digunakan sebagai alat komunikasi antara santri, ustaz di lingkungan pesantren, maupun mengkaji kitab kuning dan Al-Qur’an. Topik percakapan di atas yaitu pengenalan santri baru dan penyambutan santri baru. Intensitas penggunaan bahasa Arab cukup tinggi di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam karena pesantren mewajibkan santrinya untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab. c. Bahasa Inggris Kode bahasa Asing yang juga biasa digunakan oleh masyarakat santri di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam adalah kode bahasa Inggris. Penggunaan kode bahasa Inggris dalam interaksi komunikasi antarsantri lebih terbatas dibandingkan dengan kode bahasa Arab. Pilihan kode bahasa Inggris juga tidak terjadi dalam wujud tunggal kode. Dalam interaksi komunikasi sehari-hari, penggunaan kode bahasa Inggris terbatas sebagai sarana pendukung campur kode. Penggunaan kode bahasa Inggris biasanya terjadi pada penutur yang mempunyai pengetahuan luas dan berpendidikan. penggunaan kode bahasa Inggris biasanya terjadi karena kata-kata tersebut merupakan istilah yang sudah lazim digunakan seperti yang terdapat pada percakapan di facebook sebagai berikut. Data8

Minuk Inuk Out bound Ppmi Assalaam di TAHURA.

Data 9

Ni'mah Nur Fajarini Thanks a lot for all nice thum

Page 10: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Kelasa, Vol. 15, No. 1, Juni 2020: 115—127

124

Data di atas merupakan tuturan santri yang digunakan dalam interaksi di facebook. Bahasa Inggris yang digunakan kata-kata yang sudah populer seperti out bound dan Thanks a lot for all nice thum. Pesantren Modern Islam Assalaam memiliki visi dan misi menuju internasional sehingga bahasa Inggris sering digunakan santri untuk berinteraksi sosial antarsantri. d. Bahasa Jawa Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah dengan jumlah penutur paling banyak apabila dibandingkan dengan bahasa daerah lain di Indonesia. bahasa Jawa sebagai bahasa ibu masyarakat Jawa yang tinggal di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Santri yang tinggal di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam dalam interaksi sosial menggunakan bahasa Jawa apabila sudah akrab dengan temannya. Hal ini juga ditemukan dalam media online (facebook) menggunakan bahasa Jawa sebagai berikut. Data10

nunggu sahabat disamping pos satpam itu sesuatu. kanap...? kepanasen iya... otal atil koyo cah ilang iyo... senggol sak kemenge mas suprayogi di Ppmi Assalaam Melati Kristi Mampir mas...

Data tuturan di atas merupakan tuturan masyarakat santri dalam media sosial (facebook). Dalam tuturan tersebut terdapat dua kode yang digunakan, yaitu bahasa Indonesia nunggu sahabat disamping pos satpam itu sesuatu. Sedangkan bahasa Jawa ngoko kepanasen iya... otal atil koyo cah ilang iyo...sehingga terjadi alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa ragam

ngoko. Penggunaan bahasa Jawa di media sosial di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam tidak selalu berbentuk variasi tunggal dikarenakan di dalam pesantren tersebut terdapat aturan santri dilarang mengggunakan bahasa daerah (Jawa). Hal ini dikarenakan latar belakang etnis yang berbeda-beda, namun santri tetap melanggar menggunakan bahasa Jawa apabila sudah akrab dengan teman-temannya yang berasal dari pulau Jawa. Data 11

Bismillah... Monggo ingkang badhe nglebetaken poro putro-putrinipun...Ppmi Assalaam bisa menjadi salah satu solusi kagempengajaran dan pembelajaran ingkang sae.

Data di atas diawali dengan menggunakan bahasa Arab yaitu kata Bismillah, selanjutnya digunakan bahasa Jawa. Hal ini dapat dilihat dalam kalimat Monggo ingkang badhe nglebetaken poro putro-putrinipun. Bahasa daerah sebagai alat komunikasi untuk memudahkan komunikasi dalam bahasa pertama. 2. Fungsi Pilihan Kode Santri di

Media Sosial Semua aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat selalu berkaitan dengan fungsi-fungsi kode atau bahasa. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, bahasa dapat digunakan sebagai penentu arah kehidupan. Oleh karena itu, setiap daerah bahkan etnis memiliki bahasa yang berbeda antara satu sama lain. Penggunaan bahasa dalam masyarakat pesantren ditentukan oleh faktor di luar kebahasaan dalam bentuk tuturan yang terjadi dalam komunikasi kebahasaan yang dilatarbelakangi oleh konteks sosial di lingkungan Pesantren Modern

Page 11: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Pilihan Kode Santri Dalam Komunikasi Di Media Sosial (Eka Susylowati/Rahmat Wisudawanto)

125

Islam Assalaam. Fungsi kode atau bahasa yang digunakan oleh santri dalam media sosial sebagai berikut. a. Untuk Menyampaikan Maksud Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang dikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dan dinyatakan dalan Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945, Bab XV, Pasal 36 sebagai bahasa negara. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan dapat juga disebut bahasa nasional atau bahasa kebangsaan. Intensitas penggunaan bahasa Indonesia dalam interaksi sosial cukup tinggi karena para santrinya berasal dari daerah yang berbeda-beda dan memiliki waktu satu tahun untuk belajar bahasa asing (Arab dan Inggris) di lingkungan pesantren. Fungsi pilihan bahasa Indonesia dalam interaksi sosial di lingkungan pesantren untuk menyampaikan maksud. Dalam konteks ini untuk menyampaikan maksud yaitu untuk menyampaikan informasi yang terjadi di pesantren. b. Melatih Bahasa Asing bagi Santri Dalam masyarakat pesantren diwajibkan untuk menggunakan bahasa asing (bahasa Arab atau bahasa Inggris) dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya komunikasi antarsantri, santri dengan guru, santri dengan karyawan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing santri. Ciri khas anak santri yaitu mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab. Selain itu untuk kompetisi di tingkat global maupun international sangat dibutuhkan kompetensi berbahasa asing, selain itu santri harus mahir dalam berkomunikasi dengan bahasa Arab karena pada saat lulus dari pesantren terdapat ujian lisan maupun tertulis tentang bahasa Arab. Bahasa Inggris memiliki fungsi sebagai media

perhubungan antarbangsa dan alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kode bahasa Asing yang juga biasa digunakan oleh masyarakat santri di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam adalah kode bahasa Inggris. Penggunaan kode bahasa Inggris dalam interaksi komunikasi antarsantri, santri dengan guru, maupun santri dengan karyawan. Akan tetapi, menurut pengamatan peneliti apabila santri berkomunikasi dengan karywan menggunakan bahasa Inggris agak jarang, pada umumnya mereka menggunakan bahasa Indonesia informal maupun bahasa Arab campuran bahasa Indonesia informal. Peran bahasa Inggris saat ini sangat penting di dunia pesantren. Hal ini dikarenakan pesantren sudah membuka kerja sama dengan sekolah di luar negeri maupun program pertukaran santri ke luar negeri. c. Menunjukkan Identitas Diri Di lingkungan Pesantren Modrn Islam Assalaam masih menggunakan bahasa Jawa untuk berkmunikasi dengan santri yang lainnya, namun terbatas penggunaannya. Meskipun di pesantren terdapat larangan penggunaan bahasa daerah, akan tetapi santri tetap melanggar aturan tersebut. Santri yang berasal dari etnis yang sama (etnis Jawa) dan sudah sangat akrab atau dari propinsi yang sama dalam berkomunikasi menggunakan bahasa daerah (bahasa Jawa). Hal ini bertujuan untuk menunjukkan identitas dan mempertahankan agar bahasa daerahnya tidak luntur yang merupakanjati diri sebagai kekayaan bangsa. d. Menjalin Rasa Keakraban Kehidupan dalam masyarakat pesantren saling berhubungan antara satu dengan lainnya. Dalam bahasa Jawa memiliki tingkat tutur setidaknya terdapat tiga

Page 12: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Kelasa, Vol. 15, No. 1, Juni 2020: 115—127

126

tingkat tutur yaitu: ngoko, madya, dan krama. Ngoko dapat digunakan ketika penutur berkomunikasi dengan mitra tutur yang sederajat atau yang status sosialnya lebih rendah. Madya digunakan ketika penutur komunikasi dengan mitra tutur yang sederajat tetapi karena alasan tertentu perlu diberi penghormatan. Sedangkan krama digunakan ketika penutur berkomunikasi dengan mitra tutur yang status sosialnya lebih tinggi. Misalnya: penggunaan bahasa Jawa ngoko digunakan oleh santri yang sudah akrab maupun tinggal lama di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam. Pada zaman sekarang, kebanyakan santri menggunakan bahasa Jawa ngoko dalam berkomunikasi. Selain itu untuk mengungkapkan rasa keakraban dapat digunakan kata-kata dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Penelitian mengenai Pilihan Kode Santri dalam Interaksi Komunikasi di Media Online memiliki perbandingan dengan penelitian yang lain. Kajian yang berkaitan dengan pilihan bahasa pernah dibahas Ma’alip. Hasil penelitiannya menggambarbkan bahwa bahasa Melayu dan bahasa Inggris menjadi pilihan pengguna laman sosial selanjutnya diikuti oleh bahasa Cina, bahasa India, dan bahasa-bahasa lain. Fahmee & Fung dalam penelitian tersebut mengkaji mengenai pilihan bahasa dalam komunikasi online masyarakat profesional Maldivian pada domain keluarga, persahabatan, dan pekerjaan. Hasilnya menunjukkan bahwa Dhivehi adalah bahasa Indo-Arya yang unik digunakan dalam percakapan secara eksklusif di Maladewa bersama dengan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Perbandingan yang terjadi pada kedua hasil penelitian mengenai pilihan bahasa dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menjelaskan bentuk pilihan kode bahasa yang sering

digunakan dalam berkomunikasi di facebook adalah bahasa Indonesia, Arab, Inggris, dan Jawa. Penggunaan bahasa Indonesia lebih mendominasi karena sebagai bahasa pengantar sehari-hari di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam. Penggunaan bahasa Jawa masih dilestarikan di lingkungan Pesantren Modern Islam Assalaam. Selanjutnya, penelitian yang telah dilakukan oleh Maemunah pada tahun

2016. Penelitian tersebut menggunakan

ancangan Sosiolinguistik dan metode

kualitatif deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bahasa yang

digunakan oleh mahasiswa multietnik di

Kota Semarang dalam media sosial adalah

bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan

bahasa asing. Dalam penelitian tersebut

dijelaskan bahwa kemultietnikan

mahasiswa dengan bahasa yang berbeda

mengakibatkan penggunaan campur kode.

Hal ini memiliki perbedaan yaitu pada

penelitian ini tuturan santri di media sosial

(facebook). 4. Kesimpulan

Pondok pesantren yang menggunakan variasi bahasa pada waktu berkomunikasi di facebook bagi para santri menimbulkan pilihan kode dengan memilih variasi bahasa yang tepat ketika berkomunikasi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang dominan digunakan untuk berinteraksi di facebook karena para santri berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Hal ini untuk memudahkan berkomunikasi. Bahasa Arab merupakan bahasa yang diwajibkan untuk santri karena bahasa Arab merupakan salah satu identitas umat muslim. Selain bahasa Arab, juga digunakan bahasa Inggris.Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional wajib dikuasai para santri untuk berkomunikasi dengan masyarakat dari berbagai dunia. Bahasa Jawa yang digunakan untuk berkomunikasi di

Page 13: PILIHAN KODE SANTRI DALAM KOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Pilihan Kode Santri Dalam Komunikasi Di Media Sosial (Eka Susylowati/Rahmat Wisudawanto)

127

facebook adalah bahasa Jawa ngoko karena sudah akrab dengan temannya. Hal ini menandakan bahwa Pesantren Modern Islam Assalaam masih mempertahankan bahasa daerah (Jawa) di tengah zaman modernisasi. Fungsi bahasa dalam komunikasi di pondok pesantren melalui media sosial sebagai berikut untuk menyampaikan maksud, melatih bahasa asing santri, menunjukkan identitas diri, dan menjalin rasa keakraban. Daftar Acuan Creswell, John W. (2009). Research Design.

United States America: SAGE Publication Inc.

Fishman, Joshua A. (1975). Sociolinguistics: A

Brief Introduction. Massachusetts. Newfury House Publishers.

Fahmee, F., & Fung, Y. M. (2016). Language

choice in online written communication among Maldivian professionals. 3L: Language, Linguistics, Literature, 22(2), 49—66.

Fasold. (1984). The Sociolinguistics of Society.

Oxford: Basil Blackwell Publisher Ltd. Holmes. (2001). An Introduction to

Sociolinguistics. Second edition. Essex: Pearson Education Limited.

Hudson, Richard A. (1996). Sociolinguistics.

Second edition. Cambrigde: Cambridge University Press.

Hymes, D. (1974). Foundations in

Sociolinguistics: An Ethnographic Approach. Philadelphia, University of Pennsylvania Press.

Inderasi, Achsani & Masyhuda. Strategi

Komunikasi dalam Kesantunan Berbahasa Komunitas Antarsantri Pondok Pesantren Al-Hikmah Sukoharjo. Jurnal Semiotika, Vol. 19. No. 1, 57—66.

Maemunah, Emma. Penggunaan Bahasa Mahasiswa Multietnik Dalam Media Sosial (2016). Jurnal Jalabahasa, Vol. 12. No. 1, 47—57.

Ma’alip, S. Pemilihan Bahasa dalam

Komunikasi di Laman Sosial. (2015). Jurnal Komunikasi, 31(2), 231–246.

Mulyani. (2006). Alih Kode dan Campur Kode

dalam Kegiatan Belajar Mengajar di Pesantren Modern Arrisalah Kabupaten Ponorogo (Kajian Sosiolinguistik). Laporan Penelitian. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Nababan, P.W.J. (1984). Sosiolinguistik:

Sesuatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Nababan, P.W.J. (1993). Sosiolinguistik:

Sesuatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Rokhman, Fathur. (2004). Kode Bahasa dalam

Interaksi Sosial Santri: Kajian Sosiolinguistik di Pesantren Banyumas dimuat dalam Litera, Volume 3.

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian

Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian

Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Suwito. (1983). Pengantar AwalSosiolinguistik:

Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset.

Suwito. (1985). Pengantar Awal

Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset.

Wardhaugh, Ronald. (1986). An Introduction

to Sociolinguistics. Oxford: Basil Black Well.