Pikiran Rakyat -...

2
Pikiran Rakyat o Sabtu o Selasa Rabu 0 Kamis 0 Jumat --------~--------------- 4 5 6 7 8 9 10 11 20 =-2_1__ 2~2 2_3=- ~ 25 26 o Mar OApr OMei OJun OJul Ags Negara Oleh INDRA PERWIRA I STIlAH negara tentu su- dah kita maklumi mak- nanya, walaupun persepsi tentang negara itu bisa saja berbeda-beda bagi setiap orang. Penulis tidak ingin mengusik pemahaman tersebut dengan mengutip definisi negara dari para pakar sebab kemungkinan salah dan tidak dapat meme- nuhi selera pembaca. Namun, istilah ''belingsatan'' bagi orang tertentu mungkin masih terde- ngar asing. Istilah ini akrab dalam pergaulan masyarakat Betawi yang bermakna "suatu gerak dinamis tak tentu arah". Ibarat sekelompok orang yang tengah berjudi lalu digerebek polisi, mereka meraup apa saja sedapatnya, lalu loncat ke sana kemari, dan lari lintang pukang ke sembarang arah yang mereka anggap aman dari sergapan polisi. Belingsatan! Inilah per- sepsi penulis terhadap negara hukum kita saat ini. Lembaga dan aparatur negara tidak sedang dikejar dan kabur meninggalkan tugas, tetapi se- baliknya justru sangat berse- mangat memburu target-target yang ditetapkan. Mereka me- ngerjakan banyak hal sehingga tidak satu pun lembaga negara yang lamban apalagi diam, se- mua bergerak sesuai dengan tu- gas dan fungsinya. Jumlah lem- baga negara pun membengkak dan dengan fungsi masing-mas- ing berseliweran nyaris saling tabrakan. Masih juga dibentuk satgas-satgas yang berfungsi seperti pemadam kebakaran karena dibentuk saat pemerin- tah sedang kebakaran jenggot. Kita mulai dengan DPR yang bertanggungjawab membangun sistem perundang-undangan nasional. Sekarang DPR tengah sibuk membuat dan mengubah vu, di samping tugas pen- gawasan dan penetapan APBN. Tahun ini saja, Program Legis- lasi Nasional (Prolegnas) men- canangkan 87 rancangan un- dang-undang (RUU). Semen- tara salah satu indikator keber- hasilan DPR yang termuat da- lam renstranya adalah menge- sahkan 100 persen RUU menja- di UU. Kalau kita buat hitungan sederhana, berarti dalam satu masa sidang atau tiga bulan, DPR harus mengesahkan 22 RUU. Sama dengan tujuh RUU. dalam satu bulan. Apabila satu bulan 30 hari, dalam setiap peri- ode lima hari sekali DPR mengesahkan satu RUU menja- i ,; di UU. Sungguh luar biasa! Ternyata kita punya DPR paling produktif di dunia. Pantaslah kalau UU yang di- hasilkan umumnya sangat tidak bermutu, saling bertentangan satu sama lain, saling melemah- kan dan membuat pusing kepa- la para pelaksana hukum. Tidak jarang UU yang barn disahkan segera disadari ada kesalahan. Akan tetapi, bagi DPR itu per- soalan gampang, masukkan saja ke Prolegnas tahun berikutnya. Wajarlah kalau Prolegnas itu 25 persen isinya merupakan RUU perubahan atau revisi terhadap UU yang mereka buat empat atau lima tahun berselang. Penyusunan materi Prolegnas lebih bersifat reaktif, emosional, dan seketika. Contohnya, ben- cana longsor TPA Leuwigajah direspons DPR dengan membu- at UU Pengelolaan Sampah. Se- karang, nasib UU No. 18 Tahun 2008 menjadi sampah UU kare- na pengelolaan sampah tidak berbeda kondisinya antara se- belum dan sesudah ada 00. Anggota DPR kita tidak mampu membuat jangkauan visi yang lebih jauh dari masa jabatan mereka (lima tahun). Mungkin dalam pikiran mereka, kalau membuat UU untuk berlaku sampai 50 tahun ke depart, kasi- han anggota DPR berikutnya terancam nganggur. Prolegnas disusun cenderung berdasarkan pendekatan ang- garan, dengan tujuan agar setiap pembahasan dan studi banding ke luar negeri yang mereka lalukan sudah terjamin dananya dalam APBN. Jangan kaget kalau menetapkan satu UU bisa berharga miliaran rupiah, apala- gi kalau UU tersebut termasuk kategori "basah". Kinerja DPR yang hebat telah menghasilkan banjir UU, tetapi karena lebih o Minggu 14 15 16 29 30 31' ONov ODes 12 13 27 28 OSep os« berlandaskan emosional ketim- bang rasional, hasilnya membu- .at sistem perundang-undangan kita belingsatan! Penegakan hukum Sekarang mari kita lihat sis- tern penegakan hukum, mulai dari KPK,lembaga negara ban- tu yang paling favorit dan sangat populer di media massa. KPK didirikan karena KPKNmandul, sedangkan masyarakat cende- rung kurang percaya pada -ne- tralitas polisi dan kejaksanaan. KPK adalah lembaga ad hoc yang bersifat auxiliary bagi fungsi pemberantasan korupsi yang berada pada polisi dan ke- jaksaan. Oleh karena itu, KPK diberi wewenang melaksanakan pembinaan bagi kepolisian dan kejaksaan. Alih-alih mau mem- bina dan dibina, ketiga lembaga tersebut justru bersaing dalam kompetensi, bahkan kadang sa- ling memukul'karena kornptor ternyata bercokol pula di ketiga lembaga tersebut. Benar-benar belingsatan! Pelaksanaan asas persamaan di depan hukum yang dijamin dalam konstitusi tentu menim- bulkan persoalan, kenapa seseo- rang harus diperiksa oleh ke- polisian, sedangkan yang lain oleh kejaksaan, dan orang berikutnya oleh KPK? Bagai- mana pula dengan KUHAP kita yang menyatakan bahwa polisi itu adalah penyidik tunggal? Pada prinsipnya, lembaga pe- nyidik diberi wewenang meng- hentikan penyidikan (SP3). Tu- juannya perlindungan hak asasi seseorang karena bukan tidak mungkin terjadi salah duga dan salah tangkap. Asas itu berlaku umum di seluruh dunia, tetapi ternyata KPK tidak diberi we- wenang tersebut. Dengan mak- sud agar KPK lebih profesional dan menerapkan asas kehati-ha- tian. Dengan maksud pula agar KPK tidak bisa dimasuki mafia hukum yang berbisnis di bidang penerbitan SP3. Kenyataannya memang tidak, karena mafia hukum ternyata masuk ke KPK dengan mainan berat ringannya tuntutan. Selanjutnya kita masuk ke lembaga peradilan. Seperti di- maklumi, hasil kerja KPK ber- muara ke Pengadilan Tindak Pi- dana Korupsi (Tipikor). Pen- gadilan tersebut sebagian diisi oleh hakim ad hoc karena masyarakat tidak percaya pada integritas hakim karier. Fak- tanya, hakim karier tetap men- dominasi persidangan karena hakim ad hoc mentah pengala- man. Pengadilan Tipikor beker- ------ ja menjalankan tugas di bawah

Transcript of Pikiran Rakyat -...

Page 1: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/pikiranrakyat... · pembahasan dan studi banding ... instrumen hukuman minimal ... Apalagi kalau

Pikiran Rakyato Sabtuo Selasa • Rabu 0 Kamis 0 Jumat--------~---------------

4 5 6 7 8 9 10 1120 =-2_1__ 2~2 2_3=- ~ 25 26

oMar OApr OMei OJun OJul • Ags

NegaraOleh INDRA PERWIRA

I STIlAH negara tentu su-dah kita maklumi mak-nanya, walaupun persepsi

tentang negara itu bisa sajaberbeda-beda bagi setiap orang.Penulis tidak ingin mengusikpemahaman tersebut denganmengutip definisi negara daripara pakar sebab kemungkinansalah dan tidak dapat meme-nuhi selera pembaca. Namun,istilah ''belingsatan'' bagi orangtertentu mungkin masih terde-ngar asing. Istilah ini akrabdalam pergaulan masyarakatBetawi yang bermakna "suatugerak dinamis tak tentu arah".Ibarat sekelompok orang yangtengah berjudi lalu digerebekpolisi, mereka meraup apa sajasedapatnya, lalu loncat ke sanakemari, dan lari lintang pukangke sembarang arah yang merekaanggap aman dari sergapanpolisi. Belingsatan! Inilah per-sepsi penulis terhadap negarahukum kita saat ini.

Lembaga dan aparatur negaratidak sedang dikejar dan kaburmeninggalkan tugas, tetapi se-baliknya justru sangat berse-mangat memburu target-targetyang ditetapkan. Mereka me-ngerjakan banyak hal sehinggatidak satu pun lembaga negarayang lamban apalagi diam, se-mua bergerak sesuai dengan tu-gas dan fungsinya. Jumlah lem-baga negara pun membengkakdan dengan fungsi masing-mas-ing berseliweran nyaris salingtabrakan. Masih juga dibentuksatgas-satgas yang berfungsiseperti pemadam kebakarankarena dibentuk saat pemerin-tah sedang kebakaran jenggot.

Kita mulai dengan DPR yangbertanggungjawab membangunsistem perundang-undangannasional. Sekarang DPR tengahsibuk membuat dan mengubahvu, di samping tugas pen-gawasan dan penetapan APBN.Tahun ini saja, Program Legis-lasi Nasional (Prolegnas) men-canangkan 87 rancangan un-dang-undang (RUU). Semen-tara salah satu indikator keber-hasilan DPR yang termuat da-lam renstranya adalah menge-sahkan 100 persen RUU menja-di UU. Kalau kita buat hitungansederhana, berarti dalam satumasa sidang atau tiga bulan,DPR harus mengesahkan 22RUU. Sama dengan tujuh RUU.dalam satu bulan. Apabila satubulan 30 hari, dalam setiap peri-ode lima hari sekali DPRmengesahkan satu RUU menja-

i,;

di UU. Sungguh luar biasa!Ternyata kita punya DPR palingproduktif di dunia.

Pantaslah kalau UU yang di-hasilkan umumnya sangat tidakbermutu, saling bertentangansatu sama lain, saling melemah-kan dan membuat pusing kepa-la para pelaksana hukum. Tidakjarang UU yang barn disahkansegera disadari ada kesalahan.Akan tetapi, bagi DPR itu per-soalan gampang, masukkan sajake Prolegnas tahun berikutnya.Wajarlah kalau Prolegnas itu 25persen isinya merupakan RUUperubahan atau revisi terhadapUU yang mereka buat empatatau lima tahun berselang.

Penyusunan materi Prolegnaslebih bersifat reaktif, emosional,dan seketika. Contohnya, ben-cana longsor TPA Leuwigajahdirespons DPR dengan membu-at UU Pengelolaan Sampah. Se-karang, nasib UU No. 18Tahun2008 menjadi sampah UU kare-na pengelolaan sampah tidakberbeda kondisinya antara se-belum dan sesudah ada 00.Anggota DPR kita tidak mampumembuat jangkauan visi yanglebih jauh dari masa jabatanmereka (lima tahun). Mungkindalam pikiran mereka, kalaumembuat UU untuk berlakusampai 50 tahun ke depart, kasi-han anggota DPR berikutnyaterancam nganggur.

Prolegnas disusun cenderungberdasarkan pendekatan ang-garan, dengan tujuan agar setiappembahasan dan studi bandingke luar negeri yang merekalalukan sudah terjamin dananyadalam APBN. Jangan kagetkalau menetapkan satu UU bisaberharga miliaran rupiah, apala-gi kalau UU tersebut termasukkategori "basah". Kinerja DPRyang hebat telah menghasilkanbanjir UU, tetapi karena lebih

o Minggu14 15 16

29 30 31'

ONov ODes

12 1327 28

OSep os«

berlandaskan emosional ketim-bang rasional, hasilnya membu-.at sistem perundang-undangankita belingsatan!

Penegakan hukumSekarang mari kita lihat sis-

tern penegakan hukum, mulaidari KPK, lembaga negara ban-tu yang paling favorit dan sangatpopuler di media massa. KPKdidirikan karena KPKNmandul,sedangkan masyarakat cende-rung kurang percaya pada -ne-tralitas polisi dan kejaksanaan.KPK adalah lembaga ad hocyang bersifat auxiliary bagifungsi pemberantasan korupsiyang berada pada polisi dan ke-jaksaan. Oleh karena itu, KPKdiberi wewenang melaksanakanpembinaan bagi kepolisian dankejaksaan. Alih-alih mau mem-bina dan dibina, ketiga lembagatersebut justru bersaing dalamkompetensi, bahkan kadang sa-ling memukul'karena kornptorternyata bercokol pula di ketigalembaga tersebut. Benar-benarbelingsatan!

Pelaksanaan asas persamaandi depan hukum yang dijamindalam konstitusi tentu menim-bulkan persoalan, kenapa seseo-rang harus diperiksa oleh ke-polisian, sedangkan yang lainoleh kejaksaan, dan orangberikutnya oleh KPK? Bagai-mana pula dengan KUHAP kitayang menyatakan bahwa polisiitu adalah penyidik tunggal?

Pada prinsipnya, lembaga pe-nyidik diberi wewenang meng-hentikan penyidikan (SP3). Tu-juannya perlindungan hak asasiseseorang karena bukan tidakmungkin terjadi salah duga dansalah tangkap. Asas itu berlakuumum di seluruh dunia, tetapiternyata KPK tidak diberi we-wenang tersebut. Dengan mak-sud agar KPK lebih profesionaldan menerapkan asas kehati-ha-tian. Dengan maksud pula agarKPK tidak bisa dimasuki mafiahukum yang berbisnis di bidangpenerbitan SP3. Kenyataannyamemang tidak, karena mafiahukum ternyata masuk ke KPKdengan mainan berat ringannyatuntutan.

Selanjutnya kita masuk kelembaga peradilan. Seperti di-maklumi, hasil kerja KPK ber-muara ke Pengadilan Tindak Pi-dana Korupsi (Tipikor). Pen-gadilan tersebut sebagian diisioleh hakim ad hoc karenamasyarakat tidak percaya padaintegritas hakim karier. Fak-tanya, hakim karier tetap men-dominasi persidangan karenahakim ad hoc mentah pengala-man. Pengadilan Tipikor beker- ------ja menjalankan tugas di bawah

Page 2: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/08/pikiranrakyat... · pembahasan dan studi banding ... instrumen hukuman minimal ... Apalagi kalau

tekanan publik, apalagi kalauterdakwanya termasuk golo-ngan "kakap". Gerakan pendu-kung KPKmembangun persep-si masyarakat seolah terdakwayang diajukan KPKke Pengadi-lan Tipikor mesti dihukum. Jikaterdakwa dibebaskan, habislahPengadilan Tipikor dihujat pub-lik. Meskipun kadang opini pub-lik itu direkayasa oleh segelintirpenguasa media. Belum terma-suk risiko para hakimnya diburuoleh Komisi Yudisial (KY)yangbertugas mengawasi perilakudan menjaga martabat hakim.Akibatnya, lembaga pengadilanbukan lagi berfungsi "meng-adili", tetapi sebagai lembagayang "menghukum". Hakim-hakimjadi sungkan menimbangberat ringannya kesalahan, apa-lagi membebaskan terdakwa.Paling aman menjatuhkan pu-tusan minimal. Padahal, adanyainstrumen hukuman minimaldalam UU Tipikor dimaksudkansebagai guidance agar hakimmenjatuhkan hukuman beratbagi koruptor. Belingsatan!

Terakhir, man kita lihat sis-tern penjara yang lebih dikenaldengan lembaga pemasya-rakatan (lapas). Lembaga itutidak kurang belingsatannya.Ambil contoh terpidana tipikoryang dihukum empat tahunpenjara. Jika dia masuk penjaraJanuari, pada Agustus yangbersangkutan terima remisialias pengurangan masa hu-kuman. Belum terhitung remisiyang diberikan pada kesempa-tan hari besar lainnya, serta ke-sempatan keluar tembok pen-jara setiap akhir pekan. Setelah1,5 tahun menjalani hukuman,terpidana itu lenggang k.a.qg-kung keluar penjara.

Hal itu terjadi karena konseplapas adalah pembinaan. Napidianggap orang yang "sakit" se-cara sosial (pesakitan), yang per-lu dibina untuk disembuhkan.Jika dianggap sembuh dan siapkembali ke lingkungan masya-rakat, tidak ada alasan meng-habiskan masa hukuman. Di be-berapa negara Barat, dikenalpembebasan bersyarat yang me-rupakan otoritas pengadilan.

Remisi dalam realitasnyadiberikan atas dasar kebijakankepala lapas meskipun resminyaditetapklm oleh presiden. Untukmembuat kebijakan itu, sangatterbuka peluang transaksionalantara kepala lapas dan napi.Napi yang paling potensialbernegosiasi adalah koruptor.Sementara napi yang hanya ma-ling ayam tidak cukup mum-,puni untuk "membeli" remisi.

Jadi antara sistem peradilan

pidana dari sistem penjara tidaknyambung. Apa gunanya lem-baga peradilan bersusah payahdengan segala pertimbanganhukum dan keadilan menja-tuhkan hukuman penjara, jikamasa hukuman itu bisa diubaholeh kepala lapas? Sekiranyaseluruh hakim di republik ini su-dab berlaku adil, tiada gunanyakarena keadilan itu ternyata be-rada di lapas. Belingsatan!

Gambaran tadi merupakancukilan keadaan sebenarnyayang bisa jauh lebih belingsatan.Supremasi hukum sebagai salahsatu sendi negara hukum seka-rang di ambang kehancuran.Padahal hukum adalah tiangutama yang menopang negara.Apalagi kalau kita kaji dari se-jarah peradaban dunia, yangambles ke dasar bumi karenarusaknya hukum dan keadilan.Runtuhnya kepercayaan masya-rakat kepada hukum sekaligushapusnya kepercayaan kepadaotoritas negara. Tinggal tungguwaktu NKRl bubar belingsatan.

Dalam kondisi sekaranghanya satu hal yang dapat di-lakukan yaitu upaya penyela-matan, tetapi apakah mungkinpenyelamatan itu dilakukanoleh otoritas yang belingsatan?Jawabannya kita tunggu daripara pemuda dan mahasiwayang sekarang nyaris tak terden-gar suaranya. ***