PGOT atau pengemis

4
 PGOT atau pengemis gelandangan dan orang terlantar adalah bagian dari  penyandang kesejahteraan sosial ( PMKS). Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenu hi kebutuhan hidu pnya (jasmani, rohani, dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa: kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan dan perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung, seperti terjadinya bencana.. Dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa “fakir miskin dan anak - anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Maka secara tidak langsung dapat dikatakan  bahwa semua orang mis kin dan semua anak t erlantar pada pri nsipnya dipelihara oleh  Negara, tetapi pada kenyataannya yang ada di lapangan bahwa tidak semua orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Dalam hal perlindungan sosial, pemerintah secara khusus telah merumuskan hal-hal yang bertujuan untuk menyejahterakan rakyatnya dalam Undang-Undang  Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Dengan adanya Undang-Undang ini diharapkan mampu menjadi payung bagi kaum marjinal dalammempertahankan Hak Asasi Manusia mereka. Karena Dalam praktek kehidupan kita sehari-hari banyak kita temui penindasan Hak Asasi Manusia yang terjadi te rhadap warga miskin Dalam Undang-Undang ini dijelaskan bahwa secara keseluruhan Negara wajib untuk mensejahterakan rakyat melalui berbagai macam cara. Salah satunya melalui Jaminan Sosial. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dengan adanya jaminan sosial tersebut secara tidak langsung negara telah memberikan  jaminan bagi rakyatnya dalam mendapatkan kesejahteraan hidup dalam taraf yang layak.  Namun hingga saat ini belum dibentuk peran khusus dari pemerintah dalam membantu lansia terlantar meraih kesejahteraan sosial mereka sehingga dapat dikatakan perlindungan hukum lansia terlantar di Indonesia masih kabur. Padahal secara tegas telah dijelaskan dalam Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang menyatakan :  Pasal 9 1)  Jaminan sosial dimaksudkan u ntuk : a.  Menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar,  penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita

Transcript of PGOT atau pengemis

  • 5/28/2018 PGOT atau pengemis

    1/4

    PGOT atau pengemis gelandangan dan orang terlantar adalah bagian dari

    penyandang kesejahteraan sosial ( PMKS). Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

    (PMKS) adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu

    hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,

    sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani, dan sosial)

    secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa:

    kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan

    dan perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung, seperti

    terjadinya bencana..

    Dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa fakir miskin dan anak-

    anak terlantar dipelihara oleh Negara. Maka secara tidak langsung dapat dikatakan

    bahwa semua orang miskin dan semua anak terlantar pada prinsipnya dipelihara olehNegara, tetapi pada kenyataannya yang ada di lapangan bahwa tidak semua orang

    miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.

    Dalam hal perlindungan sosial, pemerintah secara khusus telah merumuskan

    hal-hal yang bertujuan untuk menyejahterakan rakyatnya dalam Undang-Undang

    Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Dengan adanya Undang-Undang

    ini diharapkan mampu menjadi payung bagi kaum marjinal dalammempertahankan

    Hak Asasi Manusia mereka. Karena Dalam praktek kehidupan kita sehari-hari banyak

    kita temui penindasan Hak Asasi Manusia yang terjadi terhadap warga miskin

    Dalam Undang-Undang ini dijelaskan bahwa secara keseluruhan Negara wajib

    untuk mensejahterakan rakyat melalui berbagai macam cara. Salah satunya melalui

    Jaminan Sosial. Jaminan Sosial adalah skema yang melembaga untuk menjamin

    seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dengan

    adanya jaminan sosial tersebut secara tidak langsung negara telah memberikan

    jaminan bagi rakyatnya dalam mendapatkan kesejahteraan hidup dalam taraf yang

    layak.

    Namun hingga saat ini belum dibentuk peran khusus dari pemerintah dalam

    membantu lansia terlantar meraih kesejahteraan sosial mereka sehingga dapat

    dikatakan perlindungan hukum lansia terlantar di Indonesia masih kabur. Padahal

    secara tegas telah dijelaskan dalam Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 11

    Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang menyatakan :

    Pasal 9

    1) Jaminan sosial dimaksudkan untuk :a. Menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar,

    penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita

  • 5/28/2018 PGOT atau pengemis

    2/4

    penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial-ekonomi

    agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.

    b. Menghargai pejuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas jasa-jasanya.

    2) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan dalambentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan.

    3) Jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan dalambentuk tunjangan berkelanjutan

    Pasal 10

    1) Asuransi kesejahteraan sosial diselenggarakan untuk melindungi warga negarayang tidak mampu membayar premi agar mampu memelihara dan

    mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya.

    2) Asuransi kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikandalam bentuk bantuan iuran oleh Pemerintah.

    Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial mereka

    berhak mendapatkan pelayanan akses social salah satunya adalah masuk ke Panti

    Werdha.

    Melalui pendekatan ini dijabarkan mengenai kewajiban yang seharusnya dipenuhi

    oleh dinas sosial terkait dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

    Kesejahteraan Sosial serta dikaji mendalam mengenai fakta-fakta yang terjadi di

    lapangan dengan melihat realita tentang nasib para lansia terlantar yang semestinya

    dilindungi negara.

    Menurut Kepala Seksi Penyantunan Sosial Anak dan Lanjut Usia Terlantar

    Kabupaten Kediri ada beberapa faktor yang menyebabkan para lansia ini menjadi

    terlantar yaitu:

    1. Dari keluarga miskin

    2. Dianggap gila oleh keluarga

    3. Perantauan yang lama tidak pulang

    4. Konflik Keluarga

    Dan jaminan sosial yang dimaksud dan menjadi tanggung jawab pemerintah

    menurut pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

    Kesejahteraan Sosial adalah dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan

    langsung berkelanjutan, diperkuat lagi di dalam penjelasan Pasal 9 ayat (2) Undang-

    Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial tersebut yang dimaksud

    dengan asuransi kesejahteraan sosial adalah asuransi yang secara khusus diberikan

    kepada warga negara tidak mampu dan tidak terakses oleh sistem asuransi sosial pada

    umumnya yang berbasis pada kontribusi peserta, dan yang dimaksud dengan bantuan

  • 5/28/2018 PGOT atau pengemis

    3/4

    langsung berkelanjutan adalah bantuan yang diberikan secara terus menerus untuk

    mempertahankan taraf kesejahteraan sosial dan upaya untuk mengembangkan

    kemandirian.

    Masyarakat terlantar akan dilakukan seleksi bila memungkinkan akan

    diberikan rehabilitasi dan swakarya. Pasien akan ditampung di dinas atau panti sosial

    dalam masa pemberdayaan. Bila tidak terdapat kemajuan atau mengindikasikan untuk

    dilimpahkan pada penanganan kesehatan jiwa ke bagian yang berwenang seperti

    rumah sakit jiwa. Jika terdapat kemajuan maka akan dilimpahkan pada penanganan

    kesehatan jiwa ke bagian yang berwenang seperti rumah sakit jiwa.

    Permasalahan yang muncul dalam proses pelaksanaan dan penangan dalam

    masalah ini

    1) Dana yang terbatas atau tidak mencukupi untuk menangani penyandangmasalah sosial.

    2) Kepedulian masyarakat mampu yang kurang terhadap masalah sosial3) Kurang adanya monitoring dan evaluasi guna memantau pelaksanaan

    kebijakan atau program

    4) Kurangnya koordinasi antar instansi dalam perencanaan, pelaksanaan sehinggabanyak kelompok sasaran yang tidak terbantu.

    Tentunya jika keluarga bisa ditemukan maka bisa kita upayakan untuk

    dikembalikan kepada keluarganya.

    Solusi

    Tindak lanjut permasalahan pasien

    Mencari informasi keluarga pasien, apakah pasien betul-betul tidak memilikikeluarga melalui Contact Person yang ditinggalkan oleh yang mengantar

    pasien.

    Tindak lanjut oleh Dinas Sosial apabila tidak belum atau tidak dilakukankeluarga untuk dilakukan pembinaan di panti sosial atau pusat rehabilitasi

    guna mencapai kesejahteraan sosial.

    Alokasi dana dapat dialokasikan dari sumber dana pemerintah kota yang telahdi anggarkan.

    Melibatkan pihak swasta/LSM/Yayasan dan masyakat karena keterbatasansumber dana dan tenaga.

    Sumber dana dapat melalui swadana, maupun jaminan kesehatan yang salahsatunya dilakukan untuk penjaminan biaya selama di rumah sakit, dan dari

    anggaran pemerintah untuk Dinas Sosial.

  • 5/28/2018 PGOT atau pengemis

    4/4

    REFERENSI

    Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

    Pasal 34 ayat (1) UUD 1945

    http://digilib.uin-suka.ac.id/2799/1/BAB%20I,IV.pdf

    http://rsjsoerojo.co.id/pgot_pengemis_gelandangan_dan_orang_terlantar_terkait_deng

    an_pelayanan_kesehatan_jiwa_dengan_rumah_sakit_jiwa_soerojo_magelang_berita1

    42.html

    Studi penanganan masalah sosial gelandangan psikotik di wilayah perbatasan dan

    perkotaan. Tim peniliti balitbang Provinsi Jateng. Semarang.

    http://digilib.uin-suka.ac.id/2799/1/BAB%20I,IV.pdfhttp://digilib.uin-suka.ac.id/2799/1/BAB%20I,IV.pdfhttp://rsjsoerojo.co.id/pgot_pengemis_gelandangan_dan_orang_terlantar_terkait_dengan_pelayanan_kesehatan_jiwa_dengan_rumah_sakit_jiwa_soerojo_magelang_berita142.htmlhttp://rsjsoerojo.co.id/pgot_pengemis_gelandangan_dan_orang_terlantar_terkait_dengan_pelayanan_kesehatan_jiwa_dengan_rumah_sakit_jiwa_soerojo_magelang_berita142.htmlhttp://rsjsoerojo.co.id/pgot_pengemis_gelandangan_dan_orang_terlantar_terkait_dengan_pelayanan_kesehatan_jiwa_dengan_rumah_sakit_jiwa_soerojo_magelang_berita142.htmlhttp://rsjsoerojo.co.id/pgot_pengemis_gelandangan_dan_orang_terlantar_terkait_dengan_pelayanan_kesehatan_jiwa_dengan_rumah_sakit_jiwa_soerojo_magelang_berita142.htmlhttp://rsjsoerojo.co.id/pgot_pengemis_gelandangan_dan_orang_terlantar_terkait_dengan_pelayanan_kesehatan_jiwa_dengan_rumah_sakit_jiwa_soerojo_magelang_berita142.htmlhttp://rsjsoerojo.co.id/pgot_pengemis_gelandangan_dan_orang_terlantar_terkait_dengan_pelayanan_kesehatan_jiwa_dengan_rumah_sakit_jiwa_soerojo_magelang_berita142.htmlhttp://rsjsoerojo.co.id/pgot_pengemis_gelandangan_dan_orang_terlantar_terkait_dengan_pelayanan_kesehatan_jiwa_dengan_rumah_sakit_jiwa_soerojo_magelang_berita142.htmlhttp://digilib.uin-suka.ac.id/2799/1/BAB%20I,IV.pdf