PF Neurologi.docx

9
PF Neurologi BAB I PENDAHULUAN Neurologi adalah ilmu kedokteran yang mempelajari kelainan, gangguan fungsi, penyakit, dan kondisi lain pada sistim saraf manusia. Oleh sebab itu dipelajari pula hal-hal yang secara alami dianggap fungsi sistim saraf normal. Misalnya: kepandaian berbahasa, gangguan belajar, pikun dan lain-lainnya. Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan laboratorium (penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi: fungsi cerebral, fungsi nervus cranialis, fungsi sensorik, fungsi motorik dan reflek. Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembang dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit. Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan. Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental di sisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita bahkan dapat meningkatkan kemampuan pemeriksaan di sisi ranjang dengan bantuan alat teknologi yang canggih. Kita dapat mempertajam kemampuan pemeriksaan fisik dan mental dengan bantuan alat-alat canggih yang kita miliki. Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk kemampuan kita untuk melihat, mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan pasien. Dengan pemeriksaan anamnesis, fisik dan mental yang cermat, kita dapat menentukan diagnosis, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.

description

PF

Transcript of PF Neurologi.docx

Page 1: PF Neurologi.docx

PF Neurologi

BAB IPENDAHULUAN

Neurologi adalah ilmu kedokteran yang mempelajari kelainan, gangguan fungsi, penyakit, dan kondisi lain pada sistim saraf manusia. Oleh sebab itu dipelajari pula hal-hal yang secara alami dianggap fungsi sistim saraf normal. Misalnya: kepandaian berbahasa, gangguan belajar, pikun dan lain-lainnya. Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan laboratorium (penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi: fungsi cerebral, fungsi nervus cranialis, fungsi sensorik, fungsi motorik dan reflek.Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembang dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit. Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan.Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental di sisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita bahkan dapat meningkatkan kemampuan pemeriksaan di sisi ranjang dengan bantuan alat teknologi yang canggih. Kita dapat mempertajam kemampuan pemeriksaan fisik dan mental dengan bantuan alat-alat canggih yang kita miliki.Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk kemampuan kita untuk melihat, mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan pasien. Dengan pemeriksaan anamnesis, fisik dan mental yang cermat, kita dapat menentukan diagnosis, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Fungsi CerebralKeadaan umum, tingkat kesadaran yang umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma Scala (GCS).GCS digunakan untuk menentukan tingkat perkembangan kesadaranuntuk memperhatikan respon penderita terhadap rangsangan dan memberikan nilai pada respon tersebut. Cara menghitung GCS adalah :• Refleks membuka mata (E)4 : Membuka secara spontan3 : Membuka dengan rangsangan suara2 : Membuka dengan rangsangan nyeri

Page 2: PF Neurologi.docx

1 : Tidak ada respon• Refleks verbal (V)5 : Orientasi baik4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang1 : Tidak keluar suara• Refleks motorik (M)6 : Melakukan perintah dengan benar5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi3 : Hanya dapat melakukan fleksi2 : Hanya dapat melakukan ekstensi1 : Tidak ada gerakan

Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1). Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X – 5 – 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 – X – 6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 – 5 – X. GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.Derajat kesadaran adalah :Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasiSomnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlenan lagi. Gelisah atau tenang.Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal denganmenggunakan kepala.Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan adayang menghindar (contoh mnghindri tusukan)Koma : tidak bereaksi terhadap stimulusKualitas kesadaran :Compos mentis : bereaksi secara adekuatAbstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada.Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.Bingung/confused:disorientasi terhadap tempat, orang dan waktuDelerium :mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya.Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandanganhampaGangguan fungsi cerebral meliputi : Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :GCS, orientasi (orang, tempat dan waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.2.2 Fungsi Nervus CranialisCara pemeriksaan nervus cranialis :a. N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :Pasiem memejamkan mata, disuruh membedakaan bau

Page 3: PF Neurologi.docx

yang dirasakaan (kopi,tembakau, alkohol,dll).b. N.II : Optikus (Tajam penglihatan):Dengan snelen card, funduscope, dan periksa lapang pandang.c. N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata) :Tes putaran bola mata, menggerkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.d. N.IV : Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):sama seperti N.III.e. N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan refleks kedip): menggerakan rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas.f. N.VI : Abducend (deviasi mata ke lateral) : sama sperti N.III.g. N.VII : Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah ):senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam.h. N.VIII : Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ) :test Webber dan Rinne.i. N.IX : Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ):membedakan rasaa mani dan asam (gula dan garam)j. N.X : Vagus (refleks muntah dan menelan) :menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah/air, disuruh mengucap “ah…!”k. N.XI : Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus): palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien melawan tahan.l. N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah) : pasien suruh menjulurkan lidah dan menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi.

2.3 Fungsi Motorika. OtotUkuran : atropi / hipertropi.Tonus : kekejangan, kekakuan, kelemahan.Kekuatan : fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.Derajat kekuatan motorik :5 : Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas4 : Ada gerakan tapi tidak penuh3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi.1 : Hanya ada kontraksi0 : Tidak ada kontraksi sama sekalib. Gait (keseimbangan) : dengan Romberg’s test

2.4 Fungsi SensorikTest : Nyeri, Suhu,Raba halus, Gerak,Getar, Sikap,Tekan, Refered pain.

2.5 Refleka. Refleks superficial

Page 4: PF Neurologi.docx

• Refleks dinding perut :Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medialRespon : kontraksi dinding perut• Refleks cremasterCara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawahRespon : elevasi testes ipsilateral • Refleks glutealCara : goresan atau tusukan pada daerah glutealRespon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateralb. Refleks tendon / periosteum• Refleks Biceps (BPR):Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.Respon : fleksi lengan pada sendi siku• Refleks Triceps (TPR)Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasiRespon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku• Refleks Periosto radialisCara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasiRespon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi m.brachiradialis• Refleks PeriostoulnarisCara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadratus• Refleks Patela (KPR)Cara : ketukan pada tendon patellaRespon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris• Refleks Achilles (APR)Cara : ketukan pada tendon achillesRespon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius• Refleks Klonus lututCara : pegang dan dorong os patella ke arah distalRespon : kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung

• Refleks Klonus kakiCara : dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsunc. Refleks patologis• BabinskyCara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anteriorRespon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya• ChadockCara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior

Page 5: PF Neurologi.docx

Respon : seperti babinsky• OppenheimCara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distalRespon : seperti babinsky• GordonCara : penekanan betis secara kerasRespon : seperti babinsky• SchaeferCara : memencet tendon achilles secara kerasRespon : seperti babinsky• GondaCara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4Respon : seperti babinsky• StranskyCara : penekukan (lateral) jari kaki ke-5Respon : seperti babinsky• RossolimoCara : pengetukan pada telapak kakiRespon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal• Mendel-BeckhterewCara : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideumRespon : seperti rossolimo• HoffmanCara : goresan pada kuku jari tengah pasienRespon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi• TrommerCara : colekan pada ujung jari tengah pasienRespon : seperti hoffman• LeriCara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengen diluruskan dengan bgian ventral menghadap ke atasRespon : tidak terjadi fleksi di sendi siku• MayerCara : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapk tanganRespon : tidak terjadi oposisi ibu jarid. Refleks primitif• Sucking refleksCara : sentuhan pada bibirRespon : gerakan bibir, lidah dn rahang bawah seolah-olah menyusu• Snout refleksCara : ketukan pada bibir atasRespon : kontrksi otot-otot disekitar bibir / di bawah hidung• Grasps refleksCara : penekanan / penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasienRespon : tangan pasien mengepal• Palmo-mental refleks

Page 6: PF Neurologi.docx

Cara : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenarRespon : kontaksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral)Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :Pemeriksaan fungsi luhur:1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun orang lain.6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.

BAB IVPENUTUP

Pada zaman yang canggih ini, teknologi kedokteran maju dan berkembang dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit. Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan. Akan tetapi pemeriksaan fisik dan mental disisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan peranan penting dan bahkan kita dapat meningkatkan dan mempertajam kemampuan pemeriksaan fisik serta diagnosa pasien.

BAB VDAFTAR PUSTAKA

Syahrul, 2008.Buku Panduan Skill Lab. FK UNSYIAH. Banda Aceh.

Atrium, 2004.Update In Neuroemergencies II. FKUI.Jakarta.

Pearce, 2006. Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.

Price, 2005. Patofisiology Volume 2. EGC. Jakarta.

Samuels, 2004. Manual of Neurologic Therapeutic. Lippincott Williams & Wilkins. USA