PETUNJUK TEKNIS TENTANG PEJABAT BERWENANG DALAM PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) AIR LIMBAH DALAM KASUS...

3
Berikut merupakan kutipan ilmiah yang digunakan sebagai referensi di dalam mendukung kegiatan kerja di kantor. Pertanyaan : Cara Pengambilan Sampel Limbah Bagaimanakah cara kita mengambil sampel air yang diduga telah tercemar oleh perusahaan tertentu? Siapa yang berhak mengambil sampel itu? Dan siapa ahlinya? Terima kasih. Jawaban : Terima kasih atas pertanyaan Anda. Intisari: Wewenang melakukan pengambilan sampel hanya terdapat pada pejabat pengawas lingkungan hidup. Akan tetapi, ia dapat berkoordinasi dengan pejabat PPNS yang kemudian pejabat PPNS memberitahukan penyidikan itu kepada penyidik pejabat polisi. Cara pengambilan sampel pada kegiatan pengawasan pengelolaan limbah B3 perlu diperhatikan antara lain: mencatat kode sampel, titik pengambilan sampel, waktu (tanggal dan jam), kondisi cuaca dan lainnya yang selanjutnya dimasukkan dalam Berita Acara Pengambilan Sampel. Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini.

Transcript of PETUNJUK TEKNIS TENTANG PEJABAT BERWENANG DALAM PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) AIR LIMBAH DALAM KASUS...

Page 1: PETUNJUK TEKNIS TENTANG PEJABAT BERWENANG DALAM PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) AIR LIMBAH DALAM KASUS LINGKUNGAN HIDUP.docx

Berikut merupakan kutipan ilmiah yang digunakan sebagai referensi di dalam mendukung kegiatan kerja di kantor.

Pertanyaan :

Cara Pengambilan Sampel LimbahBagaimanakah cara kita mengambil sampel air yang diduga telah tercemar oleh perusahaan tertentu? Siapa yang berhak mengambil sampel itu? Dan siapa ahlinya? Terima kasih.

Jawaban :Terima kasih atas pertanyaan Anda.

 Intisari:

  Wewenang melakukan pengambilan sampel hanya terdapat pada pejabat pengawas lingkungan hidup. Akan tetapi, ia dapat berkoordinasi dengan pejabat PPNS yang kemudian pejabat PPNS memberitahukan penyidikan itu kepada penyidik pejabat polisi. Cara pengambilan sampel pada kegiatan pengawasan pengelolaan limbah B3 perlu diperhatikan antara lain: mencatat kode sampel, titik pengambilan sampel, waktu (tanggal dan jam), kondisi cuaca dan lainnya yang selanjutnya dimasukkan dalam Berita Acara Pengambilan Sampel. Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini. 

 

Page 2: PETUNJUK TEKNIS TENTANG PEJABAT BERWENANG DALAM PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) AIR LIMBAH DALAM KASUS LINGKUNGAN HIDUP.docx

 Ulasan:

 Bersumber dari makalah berjudul Peran Sampel Lingkungan sebagai Alat Bukti Dalam Penegakan Hukum Terkait Masalah Lingkungan Hidup oleh Lilin Indrayani yang kami akses dari laman perpusatakaan digital Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dikatakan antara lain bahwa tujuan kegiatan pengambilan sampel pada dasarnya adalah untuk mendapatkan informasi tentang kualitas (mutu) lingkungan.

 Akan tetapi istilah pengambilan sampel yang ‘rutin’ tersebut akan memiliki arti yang berbeda bila kegiatan pengambilan sampel digunakan untuk sebagai alat bukti kepentingan penegakan hukum terkait lingkungan hidup misalnya untuk pembuktian adanya pencemaran lingkungan.

 Dalam konteks pertanyaan Anda soal air yang diduga dicemarkan oleh suatu perusahaan, kami asumsikan bahwa pengambilan sampel air ini dilakukan untuk tujuan pembuktian adanya pencemaran lingkungan terkait penegakan hukum.

  Yang Berwenang Mengambil Sampel

 Pertama, kita perlu ketahui siapa pihak yang berwenang untuk mengambil sampel air yang diduga tercemar itu. Sebagaimana pernah kami jelaskan dalam artikel Siapa yang Berwenang Mengambil Sampel Limbah?, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh tim/personel yang mengambil sampel lingkungan untuk keperluan penegakan hukum misalnya polisi, jaksa, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dari KLH, Inspektur BAPETEN. Ini artinya, kepolisian juga merupakan pihak yang berwenang mengambil sampel lingkungan guna keperluan penegakan hukum.

 Adapun dasar hukum soal pengambilan sampel ini adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU PPLH”). Mengambil sampel pada dasarnya merupakan salah satu wewenang pejabat pengawas lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 74 ayat (1) huruf g UU PPLH.

 Pejabat pengawas lingkungan hidup itu sendiri berdasarkan Pasal 1 angka 2 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2001 tentang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (“Kepmen LH 7/2001”) adalah pegawai negeri sipil yang berada pada instansi yang bertanggung jawab yang memenuhi persyaratan tertentu dan diangkat oleh menteri.

 Dalam menjalankan kewenangan-kewenangan yang disebut dalam Pasal 74 ayat (1) UU PPLH di atas,pejabat pengawas lingkungan hidup dapat melakukan koordinasi dengan pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (pejabat PPNS) (Pasal 74 ayat (2) UU PPLH).

Page 3: PETUNJUK TEKNIS TENTANG PEJABAT BERWENANG DALAM PENGAMBILAN SAMPEL (SAMPLING) AIR LIMBAH DALAM KASUS LINGKUNGAN HIDUP.docx

 Jika pengambilan sampel tersebut guna tindakan penyidikan, maka hal ini tentu dapat juga dilakukan oleh penyidik yang salah satunya adalah polisi. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Butir E angka 1 Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 11 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyebutkan bahwa penyidik adalah Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup dan Penyidik Pejabat Kepolisian Republik Indonesia.

 Sedangkan mengenai penyidikan menjadi kewenangan polisi, secara eksplisit juga terdapat dalam Pasal 94 ayat (1) UU PPLH.

 Jadi pada pokoknya, sebagaimana yang dijelaskan dalam artikel Siapa yang Berwenang Mengambil Sampel Limbah?, wewenang melakukan pengambilan sampel hanya terdapat pada pejabat pengawas lingkungan hidup. Akan tetapi, ia dapat berkoordinasi dengan pejabat PPNS yang kemudian pejabat PPNS memberitahukan penyidikan itu kepada penyidik pejabat polisi. Dengan demikian, polisi memiliki tugas membantu pelaksanaan wewenang pejabat pengawas lingkungan hidup dan PPNS dalam melakukan pengambilan sampel, dengan catatan, pengambilan sampel itu dilakukan guna kelancaran kepentingan penyidikan saja. Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam artikel tersebut.

  Siapakah Ahli Itu?

 Sepanjang penelusuran kami, ahli yang dimaksud dalam UU PPLH ini adalah pihak yang diminta bantuannya dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini secara implisit terlihat dari salah satu wewenang Penyidik pejabat pegawai negeri sipil yang disebut dalam Pasal 94 ayat (2) huruf g UU PPLH.