Petrogenesa Batuan Beku

12
Petrogenesa Batuan Beku A. Terminologi Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi atau bagian bawah kerak bumi, bersuhu tinggi (900 – 1300 o C) serta mempunyai kekentalan tinggi, bersifat mudah bergerak dan cenderung menuju ke permukaan bumi. Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas. B. Proses kristalisasi magma Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur 1

Transcript of Petrogenesa Batuan Beku

Page 1: Petrogenesa Batuan Beku

Petrogenesa Batuan Beku

A. Terminologi

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan

daripada magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari

bagian atas selubung bumi atau bagian bawah kerak bumi, bersuhu tinggi (900

– 1300 oC) serta mempunyai kekentalan tinggi, bersifat mudah bergerak dan

cenderung menuju ke permukaan bumi.

Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke

padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka

akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar sedangkan bila energi

pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila

pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan

magma membeku menjadi gelas.

B. Proses kristalisasi magma

Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang

menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat

magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini

akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk

yang teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi. Pada proses ini yang

merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu

dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion

tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur.

Pada umumnya material yang menyusun magma tidak membeku pada waktu

yang bersamaan.

Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses

kristalisasi, terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma

berlangsung dengan lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk

mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang

besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat, ion-ion tersebut tidak 1

Page 2: Petrogenesa Batuan Beku

mempunyai kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil

pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang

dinamakan dengan mineral gelas (glass).

Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon

akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-

silikon. Kemudian tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling

bergabung dan dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal dan

bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk

jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak

terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral

tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral

lainnya, sehingga kadang-kadang magma mengandung kristal-kristal padat

yang dikelilingi oleh material yang masih cair.

Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga

mempengaruhi proses kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor

tersebut, maka penampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat

bervariasi. Dari hal tersebut, maka penggolongan (klasifikasi) batuan beku

dapat didasarkan pada faktor-faktor tersebut di atas. Kondisi lingkungan pada

saat kristalisasi dapat diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran mineral

yang biasa disebut sebagai tekstur. Jadi klasifikasi batuan beku sering

didasarkan pada tekstur dan komposisi mineralnya.

C. Golongan batuan beku berdasarkan genesa

Batuan Intrusi

Batuan intrusi atau plutonik adalah batuan yang terbentuknya berada

jauh di dalam bumi (15 – 50 Km). Karena tempat pembentukannya dekat

dengan astenosfer, maka pendinginan berjalan sangat lambat. Karena itu

bentuk batuannya besar – besar dan mempunyai kristal yang sempurna dengan

bentuk tekstur holokristalin (semua komposisi disusun oleh kristal sempurna),

karena pembentukan kristalnya sangat sempurna mengingat waktu

penghablurannya sangat lama. (Munir, 1995). Contoh batuan beku plutonik ini

2

Page 3: Petrogenesa Batuan Beku

seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah) dan

lain-laijn

Gambar 1, Gabro

Batuan Ekstrusi

Magma yang bergerak dari dalam ke permukaan bumi, sebagian besar

membeku di dalam sebagai batuan plutonis, hanya kurang dari 1/10 nya yang

membeku di permukaan bumi dan dikenal sebagai Batuan Vulkanis atau

vulkanik. Suatu aktivitas vulkanisme akan mengeluarkan materi – materi

berupa gas, cair dan padat. Kelompok batuan ekstrusi terdiri dari semua

material yang dikeluarkan ke permukaaan bumi baik di daratan ataupun di

bawah permukaan laut.

Material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat, debu

atau suatu larutan kental dan panas, cairan ini disebut lava. Ada dua tipe

magma intrusi, yang pertama memiliki kandungan silika yang rendah dan

vikositasnya rendah. Tipe kedua dari lava ini adalah bersifat asam, yang

memiliki kandungan silika yang tinggi dan vikositas relatif tinggi. (Graha,

1987)

Contoh batuan beku vulkanik adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan

pondasi rumah), dan dacite.

3

Page 4: Petrogenesa Batuan Beku

Gambar 2, Basalt

Batuan Gang

Batuan gang antara batuan dalam dan batuan leleran terdapat gejala

antara batuan yang terbentuk dalam celah – celah serta rekahan – rekahan

dalam kerak bumi. Batuan yang terbentuk adalah batuan gang atau batuan

korok disebut juga batuan hypo-abisik.

Gang disini adalah suatu badan yang bentuknya seperti sebuah kitab

besar. Magma yang membeku dalam gang adalah magma yang sedang menuju

ke permukaan bumi atau membeku dalam celah – celah di kerak bumi.

Misalnya magma yang mempunyai susunan granit itu membeku dalam sebuah

gang, maka batuan yang terbentuk disebut porfiri granit yang berarti batuan

granit bertekstur porfiri. (Munir, 1995)

D. Genesa batuan beku berdasarkan sifat fisik

1. Warna Batuan

Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral dan

waktu serta tempat pembekuan batuan tersebut. Semakin terang warna

batuan tersebut, maka pembekuan batuan tersebut berlangsung secara

ekstrusif serta waktu pembekuan yang lebih cepat di banding pembekuan

secara intrusive, begitupun sebaliknya, batuan yang membeku secara

intrusive memiliki warna relatif gelap. Mineral penyusun batuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna

dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang

mempunyai tekstur gelasan.

4

Page 5: Petrogenesa Batuan Beku

2. Struktur Batuan

Struktur adalah penampakan hubungan antar bagian-bagian batuan

yang berbeda. Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu

pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan di lapangan. Pada

bekuan beku, struktur yang sering ditemukan adalah :

Masif : Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas.

Jointing : Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan. Penampakan

ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.

Vesikuler : Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas. Struktur ini

dibagi lagi menjadi tiga, yaitu :

a)    Skoriaan, bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.

b)    Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.

c)    Aliran, bila ada penampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang-

lubang gas.

Amigdaloidal : Bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral

sekunder.

3. Tekstur Batuan

Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada penampakan

butir-butir mineral di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran

butir, bentuk butir, granularitas dan hubungan antar butir (fabric). Jika

warna batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka

tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya.

Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama dan

sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi:

Tingkat Kristalisasi

Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses

pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan berlangsung lambat maka akan

terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati

perubahan dari fase cair ke fase padat sehingga akan terbentuk kristal-

kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat maka

kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila

5

Page 6: Petrogenesa Batuan Beku

pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristl tidak akan terbentuk

karena tidak ada energi yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan

kristal sehingga akan dihasilkan gelas.

Tingkat kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi :

1. Holokristalin, jika mineral dalam batuan semua berbentuk kristal.

2. Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal sedangkan yang lain

berbentuk mineral gelas.

3. Holohyalin, hampir seluruh mineral terdiri dari gelas. Pengertian

gelas disini adalah mineral yang tidak mengkristal atau amorf.

Granularitas

Dalam Batuan beku, granularitas menyangkut derajat kesamaan ukuran

butir dari kristal penyusun batuan. Pada batuan beku non-fragmental,

granularitas dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :

1. Equigranular

Disebut equigranular apabila memiliki ukuran butir yang seragam.

Tekstur equigranular dibagi lagi menjadi:

1. Fanerik granular. Bila mineral kristal mineral dapat dibedakan

dengan mata telanjang dan berukuran seragam. Contoh : granit,

gabbro.

2. Afanitik. Apabila kristal mineral sangat halus sehingga tidak dapat

dibedakkan dengan mata telanjang. Contoh : basalt.

2. Inequigranular

Disebut inequigranular bila ukuran krisral pembentuknya tidak

seragam. Tekstur ini dibagi menjadi:

1. Faneroporfiritik. Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi

kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenali

dengan mata telanjang. Contoh : diorit porfir.

2. Porfiroafanitik. Bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang

afanitik. Contoh : andesit porfir.

6

Page 7: Petrogenesa Batuan Beku

3. Gelasan (glassy)

Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya

tersusun atas gelas. Batuan ini terbentuk secara ekstrusif dan membeku

sangat cepat, sehingga tidak sempat mengkristal dan membentuk

gelasan, Antara fenokris dan massa dasar terdapat perbedaan ukuran

butir yang menyolok.

Fenokris : Mineral yang ukuran butirnya jauh lebih besar dari mineral

lainnya.Biasanya merupakan mineral sulung, dengan bentuk

subhedral hingga euhedral.

Massa dasar : Mineral-mineral kecil yang berada di sekitar fenokris.

4. Bentuk Kristal

Untuk kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat

kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberi gambaran

mengenai proses kristalisasi mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal

dibedakan menjadi:

a)    Euhedral : Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oeh bidang

yang jelas.

b)    Subhedral : Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian

saja yang dibatasi bidan kristal.

c)    Anhedral : Apabila bidang batas tidak jelas.

7

Page 8: Petrogenesa Batuan Beku

DAFTAR PUSTAKA

http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/13/petrologi-batuan-beku/ (Diakses

pada 4/10/2012 pukul 21.51 WIB)

http://nationalinks.blogspot.com/2008/11/golongan-batuan-beku-berdasarkan-

genesa.html (Diakses pada 4/10/2012 pukul 21.45 WIB)

8