Pesona Lingkar Kampus Maret 2015.pdf

8
EdisiMaret2015 www.ipb.ac.id Pesona Lingkar Kampus diperuntukkan bagi 17 Desa Lingkar Kampus di Sekitar IPB Darmaga melalui Kantor Desa atau Kelurahan. Kel. Balumbang Jaya, Kel. Setu Gede, Kel. Margajaya, Desa Babakan, Cikarawang, Cihideung Udik, Cihideung Ilir, Benteng, Cibanteng, Petir, Ciherang, Neglasari, Sinarsari, Sukawening, Purbasari, Sukadamai dan Dramaga. Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Siti Zulaedah Editor : Nunung Munawaroh Reporter Rio Fatahilah, Siti Zulaedah, Dedeh H, M.Awaluddin Layout : Bambang Andriyanto Fotografer: Cecep AW Sirkulasi: M. Awaluddin Alamat Redaksi: Sekretariat Bidang Humas, Gd. Rektorat Lt. 1 Kampus IPB Darmaga. Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected] IGTF Internasional 2015 SiapkanSarjanaBerwawasanGlocal IGTF Internasional 2015 Siapkan Sarjana Berwawasan Glocal SuksesBudidayaLele denganTeknologiBiofloc Andika,LulusanIPS dariDesaLingkarKampus BisaKuliahdiIPB PasarRakyatTani2015 diKampusIPB ApaKataPakarIPBtentang BurungUncuing? Dr.SetiaHadiMengudaradiRRI, BicaraUndang-undangDesa P2SDMIPB GelarPelatihanEkonomiProduktif BagiKaderPosdaya AgrianitaIPBSiapLaunching PusatPelayananKeluargaSejahtera BurasSterilIPB, PanganDaruratBencanayang TahanHinggaLimaTahun Penerapan TeknologiBioflok di Desa Lingkar Kampus IPB

Transcript of Pesona Lingkar Kampus Maret 2015.pdf

Edisi�Maret�2015

www.ipb.ac.idPesona Lingkar Kampus

diperuntukkan bagi 17 Desa Lingkar Kampus di Sekitar IPB Darmaga melalui Kantor Desa atau Kelurahan.

Kel. Balumbang Jaya, Kel. Setu Gede, Kel. Margajaya, Desa Babakan, Cikarawang, Cihideung Udik, Cihideung Ilir, Benteng, Cibanteng, Petir, Ciherang,

Neglasari, Sinarsari, Sukawening, Purbasari, Sukadamai dan Dramaga.

Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti

Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Siti Zulaedah

Editor : Nunung Munawaroh Reporter Rio Fatahilah, Siti Zulaedah, Dedeh H, M.Awaluddin

Layout : Bambang Andriyanto Fotografer: Cecep AW Sirkulasi: M. Awaluddin

Alamat Redaksi: Sekretariat Bidang Humas, Gd. Rektorat Lt. 1 Kampus IPB Darmaga.

Telp. : (0251) 8425635, Email: [email protected]

IGTF� Internasional� 2015�Siapkan�Sarjana�Berwawasan�Glocal

I G T F I n t e r n a s i o n a l 2 0 1 5 Siapkan Sarjana Berwawasan Glocal

Sukses�Budidaya�Lele dengan�Teknologi�Biofloc

Andika,�Lulusan�IPS�dari�Desa�Lingkar�Kampus�

Bisa�Kuliah�di�IPB

Pasar�Rakyat�Tani�2015�di�Kampus�IPB

Apa�Kata�Pakar�IPB�tentangBurung�Uncuing�?

Dr.�Setia�Hadi�Mengudara�di�RRI,�Bicara�Undang-undang�Desa

P2SDM�IPB�Gelar�Pelatihan�Ekonomi�Produktif�

Bagi�Kader�Posdaya

Agrianita�IPB�Siap�Launching�Pusat�Pelayanan�Keluarga�Sejahtera

Buras�Steril�IPB,�Pangan�Darurat�Bencana�yang�

Tahan�Hingga�Lima�Tahun

Penerapan Teknologi�Bioflok di Desa Lingkar Kampus IPB

2 Edisi Maret / 2015

ix University Initiative Japan Indonesia (SUIJI)‐SService Learning Program (SLP) merupakan ko n s o r s i u m p e n d i d i k a n b e r s a m a y a n g

beranggotakan enam perguruan tinggi dari Jepang dan Indonesia dengan fokus kerjasama di bidang Sustainable Tropical Agriculture. Salah satu tujuan SUIJI adalah untuk mempelajari kebudayaan masyarakat Indonesia dengan kondisi geografi dan demografi yang berbeda. SUIJI terlaksana atas kerjasama Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, Ehime University, Kagawa University, dan Kochi University.

Pada tahun 2015, SUIJI ikut serta dalam IPB Goes to Field (IGTF) Internasional yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB. Sebanyak 51 mahasiswa dari IPB dan Jepang mengikuti IGTF Internasional di Tegal Jawa Tengah dan Bogor. Pada tanggal 24 Februari para peserta dilepas oleh LPPM IPB, Direktorat Kerjasama dan Program Internasional (KSPI) IPB, dan Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) IPB.

Kepala LPPM IPB, Dr. Prastowo menyatakan, “IGTF Internasional ini diharapkan dapat menjadi wadah para mahasiswa Indonesia dan Jepang untuk saling belajar dan menginspirasi. Saya berharap para mahasiswa dapat banyak belajar dari masyarakat. Mahasiswa juga diharapkan mampu mengimplementasikan budaya positif dari kebiasaan masyarakat setempat dan mahasiswa Jepang dalam kehidupan sehari‐hari”.

Setelah selesai melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Tegal dan Bogor, pada tanggal 13 Maret para mahasiswa memaparkan kegiatan yang telah mereka lakukan di Tegal dan Bogor melalui sebuah seminar. Seminar ini mengambil tema “Membangun Sinergi Indonesia‐Jepang untuk Menyiapkan Sarjana yang Berkarakter dan Berwawasan Glocal (Global‐Local)”.

Dalam kesempatan ini, Rektor IPB Prof.Dr Herry Suhardiyanto menyampaikan selamat dan terima kasih kepada seluruh peserta yang telah mengikuti pertukaran pelajar di bidang sosial ini. “Seminar ini dapat menjadi wadah sharing pengalaman dan membentuk karakter dan wawasan global‐local secara komprehensif,” kata Rektor IPB.

Selain mendapatkan apresiasi Rektor IPB, program ini juga menuai pujian dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), dan Pemerintah Daerah (Pemda) Tegal. (RF)

TOPIK UTAMA

IGTF� Internasional� 2015�Siapkan�Sarjana�Berwawasan�Glocal

3Edisi Maret / 2015

yus (46), Ketua RT 04 RW 01 Kampung Setu Uncal Desa IP u r w a s a r i Ke c a m a t a n D ra m a ga , b e r h a s i l mengembangkan usaha pembesaran lele dengan cara

teknologi Biofloc. Dengan teknologi yang ia peroleh dari dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, ia mampu memanfaatkan lahan yang sempit untuk memperoleh produksi lele yang optimal.

Sistem ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan pekarangan (skala rumah tangga) dengan luas kolam sekitar 2,5‐3 meter persegi dengan konstruksi kolam bundar maupun persegi. Dari luasan itu dapat menghasilkan lele ukuran konsumsi (size 6‐8 ekor per kilogram) sejumlah 120‐150 kilogram setiap kali panen.

Iyus memulai usahanya sejak Desember 2013, dengan bermodal Rp 750 ribu. Modal tersebut ia belanjakan seribu ekor bibit lele, pakan lele, dan terpal untuk pembuatan kolam teknologi Biofloc di belakang rumah. “Alhamdulillah, banyak dibantu oleh dosen dari IPB. Dengan teknologi ini, tingkat kematian lele sangat kecil, sehingga hasil panennya lebih menjanjikan,” ujar Iyus yang juga kader Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Fajar Harapan, Desa Purwasari.

Keunggulan Biofloc, terangnya, adalah hemat lahan, hemat air dan hemat pakan. Dengan semua yang minimalis itu ternyata mampu menghasilkan produksi lebih banyak, tidak muncul bau tak sedap, bisa diterapkan dalam ruangan, tidak tergantung sinar matahari, dan lebih higienis dan rasa daging lebih enak.

Sukses�Budidaya�Lele dengan�Teknologi�Biofloc

Dari dua kolam yang dimilikinya, ia sudah tiga kali panen ikan lele. Dalam sekali panen sekitar 100‐150 kilogram. Ia menjual lele siap konsumsi di sekitar Bogor dengan harga per kilogram berukuran 6‐8 ekor sekitar Rp 15.000,‐. Sementara, harga bibit ikan lele ditentukan berdasar ukuran. Misal, bibit berukuran 5‐6 centimeter (cm) seharga Rp 160 per ekor, bibit ukuran 7‐8 cm harganya Rp 200 per ekor. Iyus membeli bibit di petani ikan lele sekitar Kecamatan Dramaga.

Keberhasilannya dalam membudidayakan lele dengan teknologi Biofloc ini, ia tularkan pada warga sekitar rumahnya, terutama kader Posdaya. "Saya mulai mengajak mereka terjun ke usaha ini dengan pola kemitraan," tuturnya.

Namun, perjalanan mengembangkan usaha ini bukan tanpa kendala. Kendala yang pernah dialami Iyus adalah kekurangan sarana pembuatan kolam, dan kondisi cuaca. Kendala lainnya adalah karakter pembudidaya. Menurut Iyus, tidak semua petani punya perhatian khusus pada lele yang dipeliharanya. "Ini tantangan bagi saya, mengubah petani menjadi pembudidaya yang memiliki rasa kasih sayang terhadap lele sebagai makhluk hidup," ucapnya. (Awl)

Analisa Usaha lele dengan cara teknologi Biofloc adalah :Kolam 1x2m, tebar 1.200 ekor, panen 100 kg, pakan 83 kg, Pengeluaran benih 1.200 x Rp 200 = Rp 240.000Pakan 83 x Rp 9000 = Rp 747.000Terpal = Rp. 100.000· Total pengeluaran = Rp 1.087.000· Penerimaan 130 x Rp 15.000 = Rp 1.950.000· Keuntungan = 1.950.000 ‐ 987.00 0 = Rp 863.000

4

ndika Sunyoto, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) AKornita Kampus IPB Dramaga dari jurusan IPS ini berhasil mengenyam pendidikan di Fakultas Peternakan Institut

Pertanian Bogor (Fapet IPB). Setelah lulus dari bangku SMA, Andika memberanikan diri mendaftar ke IPB melalui jalur tulis.

“Saya sebenarnya ingin masuk Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, karena sesuai dengan latar belakang saya yang dari IPS. Namun Alhamdulillah saya tetap bisa masuk IPB walaupun bukan sesuai dengan bidang

Andika,�Lulusan�IPS�dari�Desa�Lingkar�Kampus�

Bisa�Kuliah�di�IPB

saya,” ujar Andika saat di wawancara tim Pesona Lingkar Kampus.

Menurutnya, tantangan terbesar bagi lulusan IPS agar bisa mengikuti perkulian di IPB adalah saat masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Untuk itu, Andika menyiasatinya dengan ikut bimbingan belajar agar bisa mengikuti perkuliahan di TPB yang mayoritas mata kuliahnya dari IPA.

Selama menempuh pendidikan di IPB, putra sulung dari Taryono (staf Unit Keamanan Kampus IPB) ini mengatakan tidak ada kendala yang berarti. Andika saat ini sedang melakukan penelitian terkait jangkrik sebagai pakan hewan dan menargetkan akan lulus tahun ini.

“Pesan saya untuk teman‐teman dari desa lingkar kampus IPB, jangan malu dan jangan minder kalau kita berasal dari IPS. Toh nyatanya saya yang dari IPS pun bisa mengikuti perkuliahan di IPB,” ujarnya.

Di kesempatan yang sama, orangtua Andika mengatakan saat ini masyarakat dari desa lingkar kampus masih memiliki anggapan yang keliru. “Mereka menganggap IPB adalah perguruan tinggi negeri (PTN) yang biaya kuliahnya mahal,” ujar Taryono.

“Alhamdulillah anak saya bisa kuliah di IPB. Dengan kuliah di IPB saya tidak perlu lagi menanggung biaya kost dan biaya makan. Selain itu, dengan sistem subsidi silang yang diberlakukan di IPB, anak seorang petugas keamanan dengan gaji pas‐pasan seperti saya bisa menguliahkan anaknya,” ujar pria yang sudah mengabdi di IPB selama 29 tahun ini.(zul)

griSocio didukung oleh Ikatan Keluarga Alumni Faperta A(IKA Faperta) dan Perusahaan Gas Negara (PGN) menyelenggarakan Pasar Rakyat Tani (PRT) 2015 yang

digelar di Lapangan Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Baranangsiang, Minggu (15/3). Rektor meresmikan PRT 2015, acara ini terdiri atas beberapa rangkaian acara, yaitu Pasar Tani, hiburan yang bertemakan “Semua Tentang Indonesia”, Youth Agricultural Social Enterpreneur, dan Business Match‐Up. Rektor IPB Prof.Dr Herry Suhardiyanto dalam sambutannya mengatakan, pihaknya menyambut baik acara ini dan seyogyanya kegiatan seperti ini harus terus dikembangkan. Menurutnya, IPB akan sangat mendukung kegiatan‐kegiatan positif seperti ini, terutama karena secara langsung melibatkan generasi muda di dalamnya. Dalam kegiatan PRT 2015 ini berpartisipasi 47 supplier yang menyediakan berbagai komoditas pertanian, seperti sayur‐sayuran, buah‐buahan, pangan, tanaman, daging, seafood, telur, rempah, dan makanan siap saji. Hiburan yang bertemakan “Semua tentang Indonesia” dimeriahkan oleh siswa SDN Polisi 4 Bogor dan mahasiswa IPB yang menampilkan beberapa tari daerah. Tak hanya itu, ragam acara pun digelar diantaranya Youth Agricultural Social Enterpreneur, lomba proposal bisnis bidang pertanian untuk mahasiswa D3 dan S1 se‐Jawa Barat. dan Business natch making dimana AgriSocio bertindak sebagai

mediator dalam mempertemukan supplier dengan para calon buyer. PRT ini diharapkan menjadi budaya dan event yang dinanti‐nantikan oleh masyarakat, karena di acara ini petani dapat menjual langsung produknya ke konsumen. Konsumen dapat membeli produk pertanian berkualitas dengan harga yang murah. Acara ini juga menjadi tempat generasi muda berkontribusi, belajar, dan memandang pertanian sebagai masa depan yang cerah. Rencananya PRT selanjutnya akan dilaksanakan 29‐30 Agustus 2015 mendatang.

Pasar�Rakyat�Tani�2015�di�Kampus�IPB

Edisi Maret / 2015

5

HUMOR

Edisi Maret / 2015

Perbedaan�Antara�Mesin�Cuci�dan�InternetTim survei untuk memperkenalkan kesadaran mengenai Internet mengunjungi sebuah rumah.

Pemilik rumah itu dengan iseng bertanya, "Katakan perbedaan antara mesin cuci dan Internet?"

Dengan tenang, salah satu anggota tim survey itu berkata, "Yang pertama mencuci kain anda dan yang satunya mencuci otak anda."

Siapa�Raja�HutanSuatu pagi singa merasa sangat ganas. Dia menuju ke sebuah tempat monyet berayun di pohon dan mengaum, "Siapa raja hutan ini?"

Dengan ketakutan monyet turun dari pohon, melihat ke singa dan terbata-bata, “Wh..wh ... Anda Tuan Singa.."

Beberapa menit kemudian, singa datang di kediaman babi hutan. Dia berhenti di depan babi hutan dan bertanya, "Siapa yang paling garang di hutan ini?"

Babi hutan yang menyembunyikan wajahnya di tanah dan berbisik, "Tentu saja kau, Raja Singa.."

Hal ini berlangsung terus sepanjang pagi dengan beberapa hewan di hutan. Akhirnya singa datang pada seekor gajah 80 tahun.

Dia mencolek punggung gajah, "Siapa raja hutan ini? Siapa yang memiliki tempat ini?!!"

Dengan gajah melilitkan belalainya di sekitar perut singa. Dia mengangkat singa itu 12 kaki di udara dan membanting kepalanya ke tanah. Setelah itu ia membanting singa ke pohon di sebelah kanan dan kemudian ke pohon lain di sebelah kiri. Akhirnya, gajah mengayunkan belalainya dan melemparkan singa 35 meter jauhnya di mana singa mendarat di semak duri.

Ketika gajah mulai berjalan pelan-pelan menuruni jalan setapak, singa melambaikan kakinya dan berteriak, "Hanya karena kamu tidak tahu jawabannya, kamu tidak harus bersikap seperti itu!"

Pertanyaan: Apakah Teknologi Biofloc bisa diterapkan di desa-desa lingkar Kampus?

IPB Menjawab:Dr. Julie Ekasari, Peneliti IPB dari Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) mengatakan, pada prinsipnya Teknologi Biofloc untuk budidaya perikanan bisa diaplikasikan.

Prinsip teknologi biofloc adalah mendaur ulang limbah sisa makanan dan kotoran ikan dengan perantara mikroba yang pertumbuhannya distimulasi melalui penambahan sumber karbon organik. Limbah tersebut selanjutnya dikonversi menjadi biomassa mikroba yang membentuk agregat atau disebut juga biofloc yang kemudian dapat dimanfaatkan kembali oleh ikan yang dipelihara. Dengan demikian konsentrasi limbah dalam media pemeliharaan dapat dikurangi dan efisiensi pemanfaatan pakan dapat ditingkatkan.

Aplikasi teknologi ini terutama ditujukan untuk budidaya ikan yang dapat hidup di media pemeliharaan yang keruh dan ikan yang dapat memanfaatkan biofloc sebagai pakan alaminya. Dari sisi kebutuhan lahan dan air, budidaya ikan dengan teknologi ini bisa dilakukan dalam lahan yang relatif kecil, selain itu juga bisa dilakukan dalam skala rumahan.

Teknologi ini relatif sederhana, namun pada penerapannya teknologi ini butuh keterampilan, ketelatenan dan keseriusan petani. Keberhasilan petani dalam menerapkan teknologi biofloc sangat ditentukan oleh bagaimana petani dapat mengelola aspek utama dalam kegiatan budidaya seperti dalam hal pemberian pakan dan pengelolaan floc yang baik.Teknologi Biofloc saat ini tengah diujicobakan pada pemeliharaan ikan lele di Desa Purwasari Darmaga, Bogor. (dh)

Penerapan Teknologi�Biofloc di Desa Lingkar Kampus IPB

Dr. Julie EkasariDepartemen Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

6

Telah menjadi rahasia umum, sebelum masa reformasi, pembangunan desa dengan kota terjadi ketimpangan. Pembangunan selalu terpusat di kota‐kota besar sehingga perdesaan tertinggal. Sebagai koreksi dalam pendekatan pembangunan di era orde baru yang bersifat sentralistik, sektoral dan vertikal, maka di era reformasi dilakukan perubahan menjadi desentralistik, dan koordinasi horisontal. Demikian dikatakan Kepala Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor, Dr Setia Hadi. Ia menyampaikan hal tersebut saat mengudara di RRI Bogor Jalan Pangrango No 34 Bogor, dalam acara Dialog Pakar. Turut hadir dalam kesempatan ini Sekretaris P4W LPPM IPB, Dr Iskandar Lubis. Menurutnya, pendekatan sentralistik, sektoral, dan vertikal ternyata menyebabkan banyak masalah pembangunan, diantaranya ketimpangan pembangunan baik antar golongan, pelaku pembangunan maupun antar wilayah. Dengan lahirnya Undang‐undang (UU) nomor 6 tahun 2014, diharapkan bisa merespon ketimpangan tersebut dengan kewenangan desa untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan di desa. Inilah 15 Kewenangan Kepala Desa seperti yang diatur dalam pasal 19 UU No.6/2014: memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa, mengangkat dan memberhentikan perangkat desa, memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa, menetapkan peraturan desa, menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa, membina kehidupan masyarakat desa. Kewenangan lainnya adalah membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa, membina dan meningkatkan perekonomian desa, mengembangkan sumber pendapatan desa, mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara, mengembangkan kehidupan sosial budaya, memanfaatkan teknologi tepat guna, mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif, mewakili desa dalam urusan hukum, melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan. (wrw).

Burung Kedasi atau burung Kedasih yang mempunyai siulan nyaring umumnya tidak disukai masyarakat karena dianggap kicauannya sebagai tanda kematian. Burung Kedasi adalah nama yang diberikan bagi sekelompok burung anggota suku Kangkok atau Cuculidae, atau dalam bahasa Inggris disebut Cuckoo. Nama lain yang diberikan kepada kelompok ini adalah Wiwik atau Uncuing, atau Sirit Uncuing. Jenis burung ini tak banyak yang tahu bahwa secara ekologi bisa membantu petani. Sebagian besar jenis burung Kedasi adalah pemakan serangga bahkan berani memakan jenis‐jenis ulat yang tampilannya mengerikan. Dengan demikian burung‐burung Kedasi bisa menjadi sahabat petani, yaitu dalam hal memakan serangga yang bisa menjadi hama. Demikian disampaikan oleh Pakar Burung Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Fahutan IPB) Dr Yeni Aryani Mulyani dalam Dialog Pakar di RRI Bogor pada frekwensi 93,7 FM. Dikatakan, biasanya burung‐burung ini terdeteksi dari suaranya yang nyaring tetapi jarang terlihat, sehingga tidak mudah mempelajari jenis‐jenis burung ini. Burung ini tidak membuat sarang dan tidak mengerami telurnya, tetapi menitipkan telur dan pemeliharaan anaknya di sarang burung lain. Perilaku ini dikenal dengan brood parasitism atau parasitisme anakan atau parasitisme sarang. Sebagaimana umumnya parasit, maka burung Kedasi atau Wiwik mendapatkan makanan dari inangnya, sementara inang akan menderita akibat parasitisme oleh Kedasi atau Wiwik ini. Beberapa jenis burung yang biasa menjadi inang misalnya adalah Cipoh kacat, Remetuk laut, Kipasan belang, dan jenis‐jenis Perenjak dan Cinenen. Burung‐burung tersebut berukuran lebih kecil daripada Kedasi. Burung Kedasi akan menitipkan telur di sarang inang yang sedang mengerami atau sedang bertelur. Biasanya burung Kedasi akan mengawasi perilaku pemilik sarang, dan ketika pemilik sarang sedang meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, induk Kedasi akan dengan cepat menghampiri sarang serta meletakkan telurnya. Biasanya induk Kedasi akan menyingkirkan satu telur inang sebelum meletakkan telurnya sendiri. Hebatnya, telur burung Kedasi umumnya menetas lebih cepat daripada telur burung inang, sehingga ketika telah menjadi piyik, si piyik ini akan menendang keluar telur‐telur lain maupun piyik yang lebih kecil dari sarang. Dengan demikian inang hanya akan membesarkan anak si Kedasi. Melihat perilaku berbiak demikian, sekilas tampaknya burung‐burung Kedasi adalah burung yang kejam dan berbahaya karena dapat mengancam kelestarian burung lain. Benarkah demikian? Perilaku burung Kedasi yang menjadi parasit ditengarai terjadi pada satwa yang lain karena dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang rusak, pungkasnya. (wrw).

Apa�Kata�Pakar�IPB�tentangBurung�Uncuing�?

Dr.�Setia�Hadi�Mengudara�di�RRI,�Bicara�Undang-undang�Desa

Edisi Maret / 2015

7

grianita IPB menggelar Pre Launching Pusat Pelayanan AKeluarga Sejahtera (PPKS) Warga Usia Lanjut (Wulan), Kamis (26/3) di Wisma Tamu Kampus IPB Dramaga Bogor. Melalui

program yang akan di‐launching pada 21 April 2015 mendatang ini, nantinya akan melayani konseling keluarga harmonis dengan pendekatan “life cycle” dari balita hingga lansia.

Ketua Agrianita IPB, Enny H Suhardiyanto, SE menjelaskan, PPKS merupakan wadah kegiatan atau rangkaian kegiatan untuk memberikan pelayanan keluarga melalui pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), konseling, bimbingan dan fasilitasi menuju keluarga berkualitas. IPB, tambahnya, adalah perguruan tinggi pertama di Indonesia yang mendirikan PPKS. Sebelumnya, Prof.Dr Clara M. Kusharto selaku Ketua Panitia mengatakan, PPKS didirikan dalam upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam pemberian informasi, konsultasi, dan rujukan yang berkaitan dengan masalah tumbuh kembang anak, pembinaan remaja, kualitas hidup lansia dan pemberdayaan lansia, serta pelayanan keluarga berencana secara holistik dan integratif. Pernyataan senada disampaikan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Bogor, Ir Siti Nurianty, MM yang mengatakan, PPKS ini bertujuan meningkatkan kemampuan keluarga dalam melaksanakan fungsi keluarga secara optimal agar lebih mandiri. “Melalui kegiatan ini keluarga akan lebih mampu membina dan mengembangkan anggota keluarga dalam kegiatan yang positif, yang berada di dalam keluarga,” terangnya. Kegiatan Pre‐Launching PPKS ini menghadirkan dua narasumber, yakni Drs. Riza Syahrial, MM (Kasubdit Monitoring&Evaluasi Bina Hanlan&Rentan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional‐BKKBN Pusat) dan Heni Nur'aeni, SH (Wakil Ketua II Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Barat). Tampak hadir dalam kesempatan ini diantaranya Camat Dramaga, Paguyuban Pensiunan IPB, dokter puskesmas, bidan desa, 17 Kepala Desa dan Lurah dari lingkar kampus, para penggerak PKK desa‐desa lingkar kampus, dosen, dan pegawai IPB. (Awl)

usat Pengembangan Sumberdaya Manusia P( P 2 S D M ) L e m b a ga Pe n e l i t i a n d a n Pengabdian kepada Masyarakat Institut

Pertanian Bogor (LPPM IPB) bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana ( BPMKB) Kota Bogor mengadakan “Pelatihan Ekonomi Produktif Bagi Kader Posdaya Kota Bogor tahun 2015”, Selasa (24/3). Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Sekretaris P2SDM LPPM IPB Drs Suhaemi, MM ini digelar di Kebun Percobaan Agronomi Kampus IPB Dramaga Bogor. Drs Suhaemi, MM dalam sambutannya mengatakan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) merupakan forum komunikasi dan silaturahmi serta wadah bagi orang‐orang yang ingin berbagi ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan sesama. “Jadi dengan kegiatan ini diharapkan kader Posdaya bisa memberikan motivasi dan mengimplementasikan kepada kader lain, sehingga Posdaya dapat maju dan berkembang bersama‐sama,” ujarnya. Kepala Bidang Penguatan Kelembagaan dan Pengembangan Partisipasi Masyarakat (PKPPM) BPMKB Kota Bogor Amik Herwidyastuti, SH,M.Si menjelaskan, “Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dari kader Posdaya yang ada di Kota Bogor, yang sesuai dengan talenta masing‐kasing kader”. Pelatihan ini diikuti oleh satu perwakilan dari 68 Posdaya di Kota Bogor. Materi pelatihan meliputi bidang perikanan, pengolahan produk, desain dan kemasan produk, serta pemanfaatan pekarangan terbatas dan kebun bergizi. Dari 68 orang peserta, dipilih 10 orang yang akan mendapatkan pelatihan lanjutan selama lima hari di IPB. (Awl)

P2SDM�IPB�Gelar�Pelatihan�Ekonomi�Produktif�Bagi�Kader�Posdaya

Edisi Maret / 2015

Agrianita�IPB�Siap�Launching�Pusat�Pelayanan�Keluarga�Sejahtera

8

uru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian Institut GPertanian Bogor (Fateta IPB), Prof Dr Ir Sugiyono, MappSc akan melakukan Orasi Ilmiah pada Sabtu

(28/2) esok, dengan judul “Pengembangan Produk Pangan Berbasis Bahan Baku Lokal”. Dalam konferensi pers pra orasi yang digelar di Kampus IPB Baranangsiang, Kamis (26/2), Prof Sugiyono memaparkan riset yang digelutinya selama ini, yakni tentang pengembangan produk pangan berbasis bahan baku lokal. “Produk pangan berbasis bahan baku lokal yang kami kembangkan antara lain produk alternatif pengganti beras yaitu beras jagung instan dan granula singkong, cookies dan crackers jagung, mi ubi jalar, mi sagu, dan buras steril. Dari sekian banyak produk pangan yang telah kami kembangkan, produk buras steril merupakan produk yang menarik. Produk buras steril dimaksudkan sebagai pangan darurat (emergency food) atau dapat juga diproduksi sebagai produk pangan komersial. Produk pangan darurat dikembangkan untuk antisipasi terjadinya bencana alam,” ujarnya dihadapan puluhan awak media. Menurutnya, solusi untuk mengatasi masalah rawan pangan pada kondisi tanggap darurat sampai saat ini masih mengacu pada penyediaan beras dan mi instan sebagai cadangan pangan. Dalam kondisi korban mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, bahan bakar dan peralatan masak, maka bantuan pangan dalam bentuk beras atau mi instan seringkali tidak dapat mengatasi kekurangan pangan secara cepat. Keadaan inilah yang mengakibatkan pemberian

bantuan pangan berupa beras dan atau mi instan bagi korban bencana kurang efektif dan cenderung tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan mereka. Salah satu cara mengatasi masalah bahaya kelaparan pasca bencana yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian pangan darurat siap santap (ready to eat) bagi korban bencana. Produk pangan darurat siap santap yang sudah banyak dikembangkan biasanya berupa biskuit padat kalori. Biskuit sangat praktis sebagai pangan darurat, tetapi bagi masyarakat Indonesia, biskuit tidak dapat menggantikan nasi sebagai pangan utama. “Oleh karena itu, pangan darurat untuk Indonesia sebaiknya dibuat dari bahan dasar beras dengan tambahan sayur dan lauk‐pauk. Kami telah melakukan penelitian membuat produk pangan darurat berupa buras steril yang tahan lama. Produk buras ini dikemas dalam aluminium foil sehingga mudah didistribusikan,” tambahnya. Hasil penelitian Prof Sugiyono menunjukkan bahwa produk buras steril dapat dibuat dan memiliki daya terima yang baik. Produk buras steril merupakan makanan basah, dengan rasa yang dapat dibuat bervariasi. Produk buras steril lebih mirip dengan makanan sehari‐hari yang mengandung nasi, sayur dan lauk pauk. Proses pembuatan buras steril sebagai produk pangan darurat pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap yaitu pembuatan buras setengah matang, pengemasan vakum, dan pemanasan bertekanan (sterilisasi). Penutupan kemasan dilakukan dalam keadaan vakum (vacuum sealing). Kondisi vakum dimaksudkan untuk mencegah produk mengembung pada saat dipanaskan. Pemanasan bertekanan merupakan tahapan yang paling penting karena menentukan tingkat sterilitas dari produk. Proses pemanasan bertekanan dilakukan untuk membunuh semua mikroba pada produk dan menjadikan produk tersebut steril. Proses ini dilakukan dengan menggunakan autoclav pada suhu 121 derajat celsius. Produk buras steril dapat disimpan pada suhu ruang dan memiliki masa kadaluarsa lebih dari satu tahun bahkan hingga lima tahun. “Buras steril ini dapat dibuat seberat 100 gram per buah dan dikemas dalam aluminium foil sebanyak dua buah buras per kemasan (200 gram). Setiap orang dewasa memerlukan konsumsi produk sebanyak dua kemasan aluminium foil (400 gram) per sajian. “Dengan demikian untuk sekali konsumsi diperoleh asupan energi sebesar 714,92 kilo kalori. Konsumsi tiga kali sehari menghasilkan asupan kalori sebesar 2144,76 kilo kalori”, tandasnya.(zul)

Buras�Steril�IPB,�Pangan�Darurat�Bencana�yang�Tahan�Hingga�Lima�Tahun

Edisi Maret / 2015