PESAN DAKWAH DI MEDIA ELEKTRONIK -...

100
PESAN DAKWAH DI MEDIA ELEKTRONIK (ANALISIS ISI (QCA) TERHADAP ACARA RAHASIA SUNNAH DI TRANS 7) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh HALIMATUSSA’DIYAH NIM : 106051001818 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

Transcript of PESAN DAKWAH DI MEDIA ELEKTRONIK -...

  • PESAN DAKWAH DI MEDIA ELEKTRONIK

    (ANALISIS ISI (QCA) TERHADAP ACARA RAHASIA

    SUNNAH DI TRANS 7)

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

    Oleh

    HALIMATUSSA’DIYAH

    NIM : 106051001818

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1431 H/2010 M

  • PESAN DAKWAH DI MEDIA ELEKTRONIK

    (ANALISIS ISI (QCA) TERHADAP ACARA RAHASIA

    SUNNAH DI TRANS 7)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

    Oleh

    Halimatussa’diyah

    NIM : 106051001818

    Pembimbing

    Drs. Wahidin Saputra, M.A

    NIP : 19700903 199603 1 001

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1431 H/ 2010 M

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi ini berjudul “PESAN DAKWAH DI MEDIA ELEKTRONIK

    (ANALISIS ISI (QCA) TERHADAP ACARA RAHASIA SUNNAH DI

    TRANS 7)” telah diujikan dalam sidang Munaqosah di Fakultas Ilmu Dakwah

    dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada

    tanggal 23 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

    memperoleh gelar sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan

    Komunikasi dan Penyiaran Islam.

    Jakarta, 23 Juni, 2010

    Sidang Munaqosah

    Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota Drs. Mahmud Djalal, MA Umi Musyarofah, MA NIP. 19520422 198103 1 002 NIP. 19710816 199703 2 002

    Anggota

    Penguji I Penguji II Dra. Armawati Arbi, M.Si Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA NIP. 19650207 199103 2 002 NIP. 19620303 199203 2 001

    Pembimbing

    Drs. Wahidin Saputra, M.A NIP : 19700903 199603 1 001

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu di Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

    cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

    atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

    menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 23 Juni 2010

    Halimatussa’diyah

  • Setiap huruf di skripsi ini melambangkan

    Doaku untuk Ayah di sisi-Nya

    Dan Kupersembahkan

    Karya sederhanaku ini untuk keluargaku tercinta…

  • ABSTRAK

    Pesan Dakwah Di Media (Analisis Isi (QCA)Terhadap Acara Rahasia Sunnah di TRANS 7) Oleh : Halimatussa’diyah (106051001818)

    Kemasan materi dakwah menjadi hal yang penting untuk menyampaikan dakwah agar bisa sampai kepada sasaran. Munculnya media televisi dan media lainnya yang merupakan produk dari kemajuan teknologi komunikasi telah menyediakan berbagai kemudahan dan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Dakwah melalui televisi dapat diramu dengan segala bentuk cara baik langsung maupun tidak langsung.

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan penelitian di TRANS7 dan mengkhususkannya pada program Rahasia Sunnah episode Desember 2010, merumuskan pertanyaan yakni: pesan dakwah yang terkandung dalam Rahasia Sunnah, yaitu mengenai Dakwah Dzatiyah, Dakwah Fardiyah, Dakwah Halaqoh dan Dakwah Profesional?

    Untuk mendapatkan data dan hasil yang sempurna dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif yakni berupa pengamatan yang mendalam terhadap isi pesan yang disampaikan dengna menjabarkan isi pesan tersebut secara mendalam dan apa adanya.

    Peneliti menggunakan teori Mayring, mengenai Analisis Isi Kualitatif (Qulitatif Content Analysis (QCA)), mencoba untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi untuk menganalisa secara sisitematis sejumlah materi tekstual tapi dengan elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif.

    Setelah peneliti, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa isi pesan pada program Rahasia Sunnah di Trans 7 episode Desember 2009 yang terbagi dalam beberapa kategorisasi, maka peneliti melihat bahwa pada dasarnya pesan dakwah yang disampaikan lebih cenderung mendalami mengenai ketentuan hukum Islam sesuaia dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Dakwah fardiyah dalam penelitian ini membahas: Pendekatan individu secara psikologis, Saling bertukar informasi, Saling bertukar pengalaman. (sensasi), persepsi (memaknai stimuli), memori (apa yang boleh diingat) dan cara berfikir menurut pandangan Islam. Kecerdasan intelektual, Kecerdasan emosi, Kecerdasan spiritual (hubungan dengan Allah). Dakwah halaqoh dalam penelitian ini membahas mengenai: Pendekatan kelompok dengan norma kelompok, Memahami norma kelompok. Dalam penelitian ini dakwah professional membahas mengenai Manajemen Dakwah, Profesi (para ahli) seperti: Drs.Sudaryanto (peneliti dari Universitas Udayana, dll. dan Profesi (para da’i) seperti: Ali Mustafa Ya’kub (Ulama MUI)

    i

  • KATA PENGANTAR

    Tiada kata yang patut kita lantunkan selain puji syukur kehadirat Allah SWT

    Tuhan yang Maha Agung yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang tak

    terukur kepada kami selaku peneliti, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan

    penelitian ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan

    baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Amien.

    Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri

    peneliti, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun Alhamdulillah dengan

    keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini.

    Hal ini tidak terwujud sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan dari

    banyak pihak baik moril maupun materi, sehingga banyak ucapan terimakasih peneliti

    ucapkan kepada:

    1. Keluarga tercinta, (Alm) Ayahanda Baniyamin, ibunda Asma, serta kakak-

    kakak tercinta Rachmawati, Nurhayati, Siti Hawa, Muhammad Ilham dan

    adik tersayang Istiqamah. Yang telah memberikan dukungan berupa

    materi serta do’a yang tulus dan menjadi motivasi bagi peneliti.

    2. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi, Pembantu Dekan Bid. Akademik Drs. Wahidin Saputra, MA,

    Pembantu Dekan Bid. Adm. Umum Drs. Mahmud Jalal MA, Pembantu

    Dekan Bid. Kemahasiswaan Drs. Studi Rijal LK, MA;

    ii

  • 3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Jumroni, M.SI yang

    telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama peneliti berada

    di kampus ini;

    4. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Ibu Hj. Umi

    Musyarofah, MA yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan nilai

    akademis di kampus tercinta ini;

    5. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku pembimbing yang telah membimbng

    peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

    6. Bapak, Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

    khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah

    memberikan wawasan ke-ilmuan, mendidik dan mengarahkan peneliti

    selama peneliti berada pada masa kuliah;

    7. Bapak, Ibu pengawas Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    yang telah membantu peneliti dalam mencari berbagai literature yang

    menunjang untuk skripsi ini;

    8. Bapak, Ibu pengawas Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    yang telah membantu peneliti dalam mencari berbagai literature yang

    menunjang untuk skripsi ini;

    9. Seluruh pihak Trans 7 yang telah membantu peneliti dalam menyediakan

    wadah bagi peneliti untuk melakukan penelitian tersebut, khususnya pada

    program Rahasia Sunnah, kepada Mas Wahyu Nur Cahyadi selaku

    iii

  • produser Rahasia Sunnah, Mas Ronny Suyanto selaku produser pertama

    Rahasia Sunnah, dan seluruh crew Rahasia Sunnah.

    10. Sahabat-sahabat KPI B angkatan 2006 yang telah memberikan dukungan

    dan ikatan persahabatan serta keluarga kecil selama peneliti berada di

    masa kuliah, kebahagiaan serta keakraban yang tidak akan terlupakan.

    11. Kepada Badru Tamam dan KKS 95 Cianten yang telah memberikan

    semangat, dorongan dan do’a yang tulus kepada peneliti dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    12. Serta pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan

    skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu namun tidak

    mengurangi rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada mereka semua.

    Peneliti merasa perlu memberikan ucapan terimakasih yang sebanyak-

    banyaknya kepada mereka yang telah peneliti sebutkan di atas, berkat dukungan,

    semangat, serta do’a yang tulus kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

    Tentu saja skripsi ini jauh dari nilai kesempurnaan, namun besar harapan peneliti

    bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi

    pembaca. Amien

    Jakarta, 23 Juni 2010

    Halimatussa’diyah 106051001818

    iv

  • DAFTAR ISI

    ABSTRAK ................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

    DAFTAR ISI ............................................................................................. v

    BAB 1 PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 6

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6

    D. Metodologi Penelitian ........................................................ 8

    E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 12

    F. Peta Konsep ……………………………………………… 13

    G. Sistematika Penulisan ........................................................ 13

    BAB II LANDASAN TEORITIS

    A. Pesan Dakwah .................................................................... 15

    1. Dakwah Dzatiyah ......................................................... 18

    2. Dakwah Fardiyah ......................................................... 22

    3. Dakwah Halaqoh ........................................................... 23

    4. Dakwah Profesional....................................................... 27

    B. Media Dakwah .................................................................. 32

    C. Analisis Isi kualitatif (QCA) .............................................. 35

    BAB III GAMBARAN UMUM ACARA RAHASIA SUNNAH DI TRANS 7

    A. Sekilas tentang TRANS 7 .................................................. 40

    B. Deskripsi Acara Rahasia Sunnah ....................................... 43

    v

  • vi

    1. Latar Belakang Berdirinya Acara Rahasia Sunnah ...... 44

    2. Tujuan Acara Rahasia Sunnah ..................................... 47

    3. Sasaran Acara Rahasia Sunnah .................................... 48

    BAB IV PESAN DAKWAH ACARA RAHASIA SUNNAH

    Pesan Dakwah Acara Rahasia Sunnah ..................................... 49

    1. Dakwah Dzatiyah

    2. Dakwah Fardiyah

    3. Dakwah Halaqoh

    4. Dakwah Profesional

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................ 84

    B. Saran ................................................................................... 86

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 87

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Keberadaan media massa membawa pengaruh luas dibanding dengan

    komunikasi tatap muka. Besarnya eksistensi media komunikasi yang berakibat

    merubah informasi menjadi komoditi dalam masyarakat. Televisi sebagai

    salah satu media, memiliki peranan penting.

    Sejak memiliki karakteristik yang sempurna yaitu gabungan antara

    audiovisual yang kemudian menjadi kesatuan yang menjadi daya tarik

    tersendiri, baik itu dilihat dari segi warna, suara, pencahayaan, program acara

    yang beragam, acara yang terus berkesinambungan baik itu yang bersifat

    langsung maupun interaktif dengan para pemirsa. Media televisi juga

    merupakan alat informasi, hiburan, dan kontrol sosial yang juga dapat menjadi

    penghubung wilayah secara geografis.

    Sebagai media informasi, TV unggul dalam menyampaikan

    tayangannya yang dilengkapi dengan ulasan penjelas. Media siaran ini mampu

    menyampaikan suatu informasi dengan cepat, namun ia tidak dapat

    menguraikan segala aspeknya secara lengkap dan mendalam. Seperti yang

    dikutip oleh Jalaludin Rahmat, Televisi menggeser agama konvensional.

    Kutbahnya didengar dan disaksikan oleh jamaah yang lebih besar dari jamaah

    manapun, rumah adatnya tersebar di seluruh pelosok bumi, ritual-ritualnya

    diikuti dengan kehidmatan, dan boleh jadi lebih banyak menggetarkan hati,

    1

  • 2

    juga mempengaruhi alam bawah sadar melebihi ibadah agama-agama yang

    pernah ada.1

    Lahirnya televisi swasta yang beberapa tahun menyemaraki dunia

    hiburan, menambah kreatifitas dalam menayangkan program-program yang

    beragam. Persaingan dalam program siaran terjadi, masing-masing stasiun

    televisi tidak mau ketinggalan dalam memproduksi program-program baru,

    apalagi jika jenis acaranya diminati oleh masyarakat. Program keagamaan

    juga tidak kalah dengan program-program televisi lainnya seperti sinetron,

    infotainment, kuis, musik, dan lainnya. Setiap stasiun televisi berlomba dalam

    menyajikan program terbaik bagi masyarakat.

    Di dalam dunia pertelevisian ada tiga pihak yang terlibat di dalamnya

    yakni yang menyajikan, yang disajikan dan yang menikmati. Pesawat televisi

    dianggap sebagai medium komunikasi massa yang efektif yang dapat

    digunakan sebagai alat pendidikan dan siaran keagamaan.

    Dengan adanya kesadaran akan kehadiran media televisi sebagai media

    masyarakat post modern, program-program di televisi memang menyuguhkan

    tayangan yang tidak mendidik, akan tetapi disisi lain, televisi juga

    menyuguhkan tayangan-tayangan yang mendidik dan bernuansa islami.

    Dengan mengetahui kelebihan televisi, maka alat tersebut dapat

    digunakan sebagai media dakwah, sebab sangat diharapkan bahwa dakwah

    yang dilakukan melalui televisi dapat berjalan dengan efektif dan efisisen,

    agar tujuan dalam mendidik umat dapat tercapai dengan baik.

    1 Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung:Mizan,1992), cet.1, hal 53.

  • 3

    Dakwah Islamiyah adalah ajakan kepada semua orang untuk

    mengakui, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam, guna kemaslahatan

    manusia di dunia dan akhirat. Orang yang menyeru disebut da’i dan apa-apa

    yang diserukannya adalah pesan-pesan dakwah.

    Pemanfaatan televisi untuk kegiatan dakwah lebih sesuai sebab televisi

    adalah media elektronik yang menjangkau seluruh pemirsa secara merata

    dalam satu kegiatan yang dikemas secara rapi dan pemirsa dapat mudah

    menerimanya. Seolah pemirsanya dapat langsung berhadapan dalam jumlah

    yang cukup besar. Satu paket dakwah dapat diterima dalam jumlah besar

    mad’u. Dakwah melalui media komunikasi massa haruslah tetap berada dalam

    sistem komunikasi massa islam, yaitu selalu berpedoman pada Al-qur’an dan

    hadist Nabi sebagai landasan teori dan filosofinya.

    Televisi mengantarkan berjuta-juta informasi. Melalui media televisi

    inilah, proses komunikasi keagamaan juga mulai berkembang. Kini dakwah

    tidak hanya dapat dilakukan dengan cara berkutbah atau berceramah secara

    langsung di setiap pengajian-pengajian. Kini dengan terciptanya media

    komunikasi modern, dakwah dapat dilakukan melalui radio, televisi, internet,

    bahkan handphone.

    Sebenarnya kalau dilihat situasi kemandirian manusia di depan budaya

    materialistis, tetapi dakwah justru harus dapat dituangkan dalam bentuk pesan

    yang kompetitif diantara ide-ide lainnya yang juga ditawarkan kepada sasaran

    yang sama.

  • 4

    Dakwah sebagai proses menyeru kepada kebaikan (amar ma’ruf)

    dengan menyampaikan informasi-informasi Illahi kepada manusia agar

    mereka mengikuti aturan-aturan Islam serta menjauhi segala larangan.

    Dakwah Islam selain mengajak umat kepada kebaikan, baik itu dalam

    pertarungan informasi dan hal yang lain. Seiring dengan perkembangan

    teknologi komunikasi, informasi kini disalurkan dengan berbagai media yang

    serba canggih. Dengan mengedepankan prinsip efektifitas dan efisiensi

    lahirlah media penyalur informasi yang sangat menakjubkan. Dalam waktu

    sekejap suatu peristiwa di daerah terpencil dapat langsung diketahui oleh

    seluruh dunia serentak dan bersamaan. Dakwah sebagai suatu proses kegiatan

    komunikasi keagamaan dihadapkan pada perkembangan dan kemajuan

    teknologi komunikasi. Hal ini menuntut bagaimana proses dakwah dapat

    langsung beradaptasi dengan mad’u yang dihadapi, baik melalui media cetak

    atau media elektronik.

    Berdakwah menggunakan media teknologi komunikasi merupakan

    salah satu bentuk mengoptimalkan fungsi tersebut. Media televisi khususnya

    sebagai hasil teknologi merupakan saluran yang bisa dipergunakan untuk

    memperluas jangkauan dakwah Islamiyah.

    Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi keagamaan

    diharapkan pada perkembangan dan kemajuan teknologi yang makin canggih

    ini dapat beradaptasi terhadap kemajuan tersebut, artinya pesan-pesan dakwah

    di tuntut dikemas dan disampaikan dengan terpaan media komunikasi dan

    sesuai dengan mad’u yang dihadapi.

  • 5

    Bagi umat Islam, sunnah Nabi Muhammad SAW adalah pedoman

    hidup selain Al Qur'an dan Hadist dengan berbagai macam cabang ilmu yang

    diperoleh darinya. Untuk itu stasiun televisi swasta Trans 7 menyajikan

    program acara keagamaan rahasia sunnah. Rahasia Sunnah adalah program

    yang akan mengupas berbagai sunnah Rasul dari berbagai dimensi, seperti

    kesehatan, psikologi, keilmuan dan lainnya. Hasil penelusuran tim Rahasia

    Sunnah ini diperkuat oleh penjelasan ilmiah dari narasumber yang kredibel di

    bidangnya serta kajian dari sudut pandang ulama. Program ini akan menambah

    wawasan keislaman umat mengenai mukjizat di dalam Al-Quran dan hadist

    serta mengajak pemirsa untuk berpikir kritis tentang kajian IPTEK yang dapat

    dikaitkan dengan kitab pedoman hidup.

    Acara Rahasia Sunnah di stasiun televisi Trans 7, merupakan acara

    keagamaan atau bisa dibilang kegiatan dakwah, yang disiarkan atau

    ditayangkan melalui televisi, yang mendapat respon baik dari masyarakat.

    Acara ini dikemas dengan sedemikian rupa sehingga memiliki nuansa yang

    berbeda dari yang ada, selain itu banyak mengandung pesan-pesan dakwah

    yang bermanfaat bagi seluruh pemirsa yang menyaksikannya.

    Pesan dakwah yang disampaikan melalui acara Rahasia Sunnah di

    Trans 7 tujuannya adalah agar umat muslim dapat memahami Islam dari aspek

    ilmiah. Format pengemasan acaranya juga berbeda dari acara keagamaan yang

    lain. Dibuat semenarik mungkin, dengan format jalan-jalan, tetapi tetap

    disisipkan nilai-nilai keagamaannya, sehingga tidak membosankan untuk

  • 6

    ditonton. Materinya Jadi dikombain apa yang ada di Al-Qur’an dengan

    Sunnah Rasulullah.

    Dengan latar belakang inilah yang membuat penulis tertarik untuk

    mengambil penelitian mengenai program acara Rahasia sunnah di Trans 7.

    untuk itu penulis mengambil judul “Pesan Dakwah Di Media Elektronik

    (Analisis Isi (QCA) Acara Rahasia Sunnah di Trans 7)”.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka masalah yang dibahas akan

    peneliti batasi pada pesan dakwah rahasia sunnah di Trans 7 yang dibatasi

    episodenya yaitu episode bulan Desember 2009.

    Dengan demikian untuk lebih memperjelas penelitian ini maka penulis

    merumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

    Pesan dakwah apa yang terkandung dalam acara Rahasia Sunnah? Yang

    digolongkan menjadi:

    a. Pesan Dakwah Dzatiyah

    b. Pesan Dakwah Fardiyah

    c. Pesan Dakwah Halaqoh

    d. Pesan Dakwah Profesional

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

  • 7

    Berdasarkan permasalahan yang dibahas, maka terdapat beberapa tujuan

    yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan umum pada penelitian

    ini adalah untuk mengetahui isi pesan yang terkandung dalam acara Rahasia

    Sunnah di TRANS 7.

    Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:

    Untuk mengetahui isi pesan dakwah yang terkandung dalam acara Rahasia

    Sunnah yaitu:

    a. Pesan Dakwah Dzatiyah

    b. Pesan Dakwah Fardiyah

    c. Pesan Dakwah Halaqoh, dan

    d. Pesan Dakwah Profesional

    2. Manfaat Penelitian

    Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu:

    a. Manfaat Akademis

    Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu

    pengetahuan ilmiah di bidang dakwah Islam, khususnya program

    keagaman dengan sarana televisi. Serta sebagai tambahan dan

    perbandingan bagi studi-studi selanjutnya, dan menambah studi

    penggunaan media massa.

    b. Manfaat Praktis

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para

    teoritis, praktisi, dan aktivis dakwah, serta bagi pengelola stasiun televisi

  • 8

    agar dapat dijadikan sebagai sarana alternatif untuk mempertahankan dan

    menyebarkan nilai-nilai agama secara efektif dan efisien, supaya semakin

    banyak program-program keagamaan yang menarik dan diminati

    masyarakat.

    D. Metodologi Penelitian

    1. Pendekatan

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi

    (content analisis). Metode ini merupakan metode yang sering digunakan

    dalam mengkaji pesan-pesan dalam suatu media. Analisis isi dapat digunakan

    untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio,

    iklan televisi serta bahan-bahan dokumentasi lainnya.2

    Analisis Isi Kualitatif (Qualitatif Content Analysis (QCA)), mencoba

    untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian

    komunikasi untuk menganalisa secara sisitematis sejumlah materi tekstual tapi

    dengan elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif. (Mayring, 2000: 6)

    Dengan demikian penelitian ini bermaksud menggunakan pendekatan

    kualitatif deskriptif yakni berupa kata-kata tertulis atau lisan dari isi program

    rahasia sunnah. Dalam pendekatan deskriptif kualitatif penulis melakukan

    upaya mencatat, mengamati, serta menganalisis isi program, serta metode

    yang digunakan.

    2 Dr. Bambang Setiawan dan Drs. Ahmad Muntaha, M.Si. Metode Penelitian

    Komunikasi, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2004), Cet. Ke-1. hal.79.

  • 9

    2. Tahapan Penelitian

    a. Prosedur Penelitian

    Adapun tahapan-tahapannya adalah, sebagai berikut:

    a) Kategorisasi

    Kategorisasi adalah instrumen utama dalam penelitian analisis isi.

    Disini peneliti mengkategorisasikan pesan-pesan dakwah yang terkandung

    dalam acara Rahasia Sunnah di Trans7, yang digolongkan dalam dakwah

    dzatiyah, dakwah fardiyah, dakwah halaqoh, dan dakwah profesional.

    b) Observasi

    Peneliti melakukan observasi langsung yakni dengan melakukan

    pengamatan secara mendalam dengan mendatangi langsung ke kantor

    Trans 7 guna memperoleh data mengenai hal-hal yang menjadi objek

    penelitian yang berhubungan dengan pengawasan, peninjauan,

    penyelidikan dan riset. Teknik yang digunakan oleh peneliti adalah

    sifatnya pengamatan secara mendalam. Yakni observasi langsung untuk

    mendapatkan data mengenai materi siaran yang disampaikan pada setiap

    minggunya selama bulan Desember.

    c) Wawancara

    Wawancara merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang

    langsung tentang beberapa jenis data. Untuk itu dalam penelitian ini,

    peneliti memperoleh data dari produser dan tim kreatif program Rahasia

    Sunnah. Bentuk wawancara yang digunakan adalah bebas terpimpin. Yaitu

    peneliti mempersiapkan beberapa pertanyaan yang kemudian dijawab

  • 10

    dengan bebas dan terbuka secara tatap muka langsung, sesuai dengan

    kebutuhan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai dengan

    penelitian.

    d) Dokumentasi

    Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

    dengan melakukan teknik pengumpulan data dan menginvestasi dokumen-

    dokumen yang relevan serta memiliki keterkaitan dengan permasalahan

    yang diteliti oleh penulis. Dengan mempelajari dan menganalisa bahan-

    bahan berupa tulisan atau gambar yang diambil dari buku, arsip-arsip,

    foto-foto, rekaman-rekaman siaran dan lain sebagainya untuk menguatkan

    penelitian atas kebenaran data yang diperoleh melalui observasi dan

    wawancara.

    b. Pengolahan Data

    a) Analisis Data

    Data yang diperoleh secara deskriptif, yaitu menggambarkan

    keadaan yang sebenarnya dan dianggap akurat serta menuangkannya

    kedalam konteks penulisan karya ilmiah atau skripsi dengan cara

    menjabarkan, menerangkan, memberikan gambaran serta klasifikasi dan

    menginterpretasikan data-data yang terkumpul secara apa adanya terlebih

    dahulu, kemudian menarik kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan

    dengan hal tersebut.

    Untuk memudahkan dan memahami kandungan dari materi pada

    penelitian ini, maka peneliti melihat kepada transkrip data rekaman

  • 11

    berdasarkan tema yang disampaikan terlebih dahulu selama satu bulan

    yang berjumlah 7 tema berdasarkan kategori Akidah, Syari’ah, dan Akhlak

    yang kemudian isi pesan tersebut dipaparkan, sehingga muncul isi pesan

    berdasarkan kategorisasi yang dominan.

    Table 1

    Kategorisasi Isi Pesan

    No. Kategorisasi Sub Kategorisasi 1. Dakwah Dzatiyah

    (intrapersonal comm.) 1. Sensasi menurut Islam (panca indera) 2. Persepsi menurut Islam(Tadabur alam) 3. Memori menurut Islam 4. Berfikir menurut Islam (Bersyukur dan

    bersatu) 5. Kecerdasan intelektual 6. Kecerdasan Emosi 7. Kecerdasan Spiritual (hubungan dengan

    Allah) 2. Dakwah Fardiyah

    (interpersonal comm.) 1. Pendekatan individu secara psikologis 2. Saling bertukar informasi 3. Saling bertukar pengalaman

    3. Dakwah Halaqoh 1. Pendekatan kelompok dengan norma kelompok

    2. Memahami norma kelompok 4, Dakwah Profesional 1. Manajemen Dakwah

    2. Profesi (para ahli) 3. Profesi (para da’i)

    b) Subjek dan Objek Penelitian

    Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh

    keterangan. Dan dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian

    adalah tim produksi rahasia sunnah. Sedangkan objeknya adalah naskah

    acara rahasia sunnah.

  • 12

    c) Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu stasiun televisi swasta

    Trans 7, yang beralamat di Jl. Kapt. P. Tendean kavling 12-14 A, Jakarta

    (12790). Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret-Mei

    2010.

    e) Teknik Penulisan

    Isi penelitian ini akan ditulis berdasarkan penulisan Skripsi yang

    mengacu pada pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi yang berlaku

    di UIN Jakarta3.

    E. Tinjauan Pustaka

    Berdasarkan pengamatan langsung peneliti di perpustakaan Fakultas

    Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mengenai skripsi yang membahas

    analisis isi pesan terhadap program acara televisi. Peneliti meninjau pada

    skripsi-skripsi yang sudah ada yang berkaitan dengan judul yang dianalisis

    peneliti, seperti:

    “Analisis Program Kajian Silaturahim di Trans 7”, 2007, FDK, Jurusan

    KPI. Adapun permasalahan yang dibahas adalah mengetahui bagaimana

    tahapan-tahapan produksi program kajian silaturahim mulai dari pra produksi

    atau perencanaan, pelaksanaan produksi sampai kepada evaluasi produksi

    program kajian silaturahim di Trans 7.

    Namun perlu diketahui bahwa skripsi ini tidak sama dalam isi maupun

    pembahasan dengan tujuan tersebut. Skripsi ini disusun berdasarkan analisis

    3 Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta : CeQDA, 2007), hal.

    34

  • 13

    yang peneliti lakukan dengan pengamatan terhadap objek yang berkaitan yaitu

    mengenai acara Rahasia Sunnah di Trans 7. Pada pembahasan skripsi yang

    peneliti jelaskan banyak hal yang paparkan, antara lain mengenai pesan-pesan

    dakwah yang terkandung di dalamnya. Dari apa yang peneliti paparkan dalam

    skripsi ini, merupakan kesempurnaan pesan yang harus ada pada sebuah

    program televisi khususnya pada program Rahasia Sunnah di Trans 7.

    F. Peta Konsep

    Pesan Dakwah

    D. Dzatiyah D. Fardiyah D. Halaqoh D. Profesional

    G. Sistematika Penulisan

    Dalam sistematika yang digunakan oleh peneliti yakni terdiri dari lima

    bab mengikuti pokok masalah yang akan dibahas peneliti. Adapun sistematika

    penulisannya sebagai berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Yang di dalamnya terkandung latar belakang masalah,

    pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

    penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, peta konsep,

    serta sistematika penulisan.

    Rahasia Sunnah

  • 14

    BAB II : LANDASAN TEORITIS

    Yang di dalamnya terkandung pesan dakwah; yang terdiri dari

    dakwah dzatiyah, dakwah fardiyah, dakwah halaqoh, dan dakwah

    profesional, media dakwah; yang berisi dakwah melalui televisi,

    dan analisis isi kualitatif (QCA).

    BAB III : GAMBARAN UMUM ACARA RAHASIA SUNNAH DI

    TRANS 7

    Yaitu mengenai sekilas tentang trans 7 dan deskripsi acara rahasia

    sunnah di trans 7 yang berisikan: latar belakang berdirinya acara

    rahasia sunnah, tujuan acara rahasia sunnah, sasaran acara rahasia

    sunnah.

    BAB IV : PESAN DAKWAH ACARA RAHASIA SUNNAH

    Yang berisi: pesan dakwah apa yang terdapat dalam acara rahasia

    sunnah yang digolongkan menjadi dakwah dzatiyah, dakwah

    fardiyah, dakwah halaqoh, dan dakwah profesional.

    BAB V : PENUTUP

    Yang mengandung kesimpulan dan saran.

  • BAB II

    LANDASAN TEORITIS

    A. Pesan Dakwah

    Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari

    komunikator kepada komunikan. Dan pesan merupakan unsur yang sangat

    menentukan dalam proses komunikasi. Agar pesan dapat diterima dengan

    baik, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan

    harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.1 Dalam hal ini

    penyampaian pesan-pesan dakwah harus pula sesuai dengan apa yang

    diinginkan oleh khalayak, karena hal tersebut sangat berpengaruh pada

    penerimaan isi pesan-pesan yang disampaikan oleh pada da’i.

    Sedangkan Dakwah pada hakikatnya adalah merupakan upaya untuk

    merubah suatu keadaan tertentu menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut

    tolak ukur ajaran Islam.2 Untuk itu, pesan dakwah adalah upaya yang

    memiliki tujuan mengubah keadaan orang lain kepada dengan lebih baik

    menurut syariat Islam yang berisikan ajakan untuk beriman kepada Allah

    SWT.

    Menurut Toto Tasmara pesan dakwah adalah sebuah pernyataan yang

    bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah baik yang tertulis maupun dengan

    pesan-pesan tersebut.3 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    1 Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. (Bogor:Ghalia Indonesia, 2008), Cet. Ke-1. hal. 8 2 Idris A Somad, Diktat Ilmu Dakwah, Th. 1425 H/2004. hal. 24.

    3 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1987), Cet. Ke-1. hal. 43.

    15

  • 16

    pesan mengandung arti perintah, nasihat, amanat yang disampaikan orang

    lain.4

    Menurut H. A. W. Widjaja pesan adalah keseluruhan dari apa yang

    disampaikan komunikator,5 sedangkan lain halnya dengan Onong Ucahyana

    Effendi mengatakan bahwa pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang

    disampaikan oleh komunikator.6

    Dengan demikian pesan dakwah adalah sesuatu yang disampaikan oleh

    da’i kepada mad’u dengan muatan materi yang berisikan tentang aqidah,

    syari’ah, dan akhlaq, sehingga dakwah yang disampaikan dapat diterima

    dengan baik oleh mustami’i (pendengar). Pesan dakwah harus disampaikan

    dengan ke-Ilmuan yang cukup, karena jika pesan yang disampaikan hanya

    dengan Ilmu yang minim maka makna yang disampaikan akan memiliki

    berbeda makna, atau pergeseran makna. Dengan demikian materi yang

    disampaikan dapat menjerumuskan penerimanya, dan yang lebih

    membahayakan lagi apabila kebenaran atas kesalahan tersebut berkelanjutan

    menjadi sesuatu yang dianggap benar.

    Adapun pesan-pesan dakwah di sini adalah pesan-pesan dari pada

    komunikasi yang bersumber dari Al-Qur’an. Sebagaimana firman-Nya :

    4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai

    Pustaka, 2003), hal- 761. 5 H. A. W. Widjaja, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-2. hal. 32. 6 Onong Ucahyana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja

    Rosdakarya. 1994), Cet. Ke-8. hal. 18.

  • 17

    Artinya : “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah

    Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada

    seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat

    perhitungan”. (Q.S. Al-Ahzab : 39).

    Untuk itu, agar pesan dakwah yang disampaikan da’i kepada mad’u

    dapat diterima, maka menurut Wilbur Schramm memiliki beberapa kriteria

    pesan di antaranya:

    Pesan hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menarik

    perhatian mad’u;

    Pesan hendaknya dapat membangkitkan kebutuhan pribadi mad’u,

    sekaligus menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhannya

    itu;

    Pesan hendaknya dapat menawarkan suatu jalan yang relevan dengan

    situasi di mana kelompok mad’u itu berada.7

    Untuk itu pesan dakwah yang disampaikan da’i pada mad’u pada

    dasarnya bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama8 yang

    meliputi akidah, syari’at dan akhlak. Hal yang perlu disadari adalah bahwa

    ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata berkaitan dengan eksistensi

    dan wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran

    mendalam agar mampu memanifestasikan akidah, syari’at, dan akhlak dalam

    ucapan, pikiran, dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

    7 M. Hasan Tholchah. Dinamika Kehidupan Religius, (Jakarta: LF. Putra, 2004) .hal. 27.

    8 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1. h. 33.

  • 18

    Dengan demikian, pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i kepada

    mad’u haruslah dikemas dengan cara menarik dan menggunakan metode yang

    sesuai di mana dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan kontekstual.

    Aktual berarti mampu memecahkan masalah yang kekinian dan tengah hangat

    dibicarakan di masyarakat. Faktual dalam arti konkret dan nyata, serta

    kontekstual dalam arti relevan menyangkut problema yang sedang dihadapi

    oleh masyarakat. Karena dakwah bukanlah sebuah perjalanan yang mudah,

    banyak rintangan yang perlu dihadapi dari berbagai macam kalangan termasuk

    kalangan Islam sendiri.

    1. Dakwah Dzatiyah

    Setiap individu sebelum berdakwah dengan orang lain, harus dimulai dari

    diri sendiri bagaimana ia memanfaatkan pancainderanya (sensasi), persepsi

    (memaknai stimuli), memori (apa yang boleh diingat) dan cara berfikir

    menurut pandangan Islam. Keempat tahapan ini merupakan siklus komunikasi

    dalam diri manusia.

    a. Sensasi

    Seseorang menerima stimuli dari luar melalui panca inderanya disebut

    sensasi. Panca indera tesebut ada lima, yaitu: indera penciuman (hidung),

    indera perasa, indera pendengaran, indera penglihatan, dan indera pengecap.

    Pemanfaatan panca indera ini dituntun oleh ajaran Islam. Sumber-sumber

    pengetahuan, menurut epistimologi Islam, tak lain adalah indera, akal dan hati

    (intuisi). Aliran filsafat empirisme, indera dipandang sebagai satu-satunya

    sumber pengetahuan. Fungsi indera sebagai alat adaptasi, pertahanan hidup,

  • 19

    menghindari bahaya. Memiliki panca indera yang sempurna, manusia yang

    bersyukur dari karuniaNya maka mereka akan menggunakan panca indera,

    akal dan hati sesuai dengan pedoman Khaliknya (Pencipta dari makhluk) yang

    paling tahu kelemahan-kelemahan ciptaanNya dan bagaimana cara

    merawatnya.

    Pandangan Yusuf Qardhawi terhadap batasan penggunaan panca indera.

    Berikut petunjuk mengenai batasan-batasan apa yang diperbolehkan oleh

    pancaindera menurut Islam.

    a) Jangan mendekati zina

    b) Berkhalwat dengan wanita bukan mahram adalah haram

    c) Jangan memandang lawan jenis dengan bersyahwat

    d) Larangan melihat aurat

    e) Membatasi perhiasan yang boleh ditampakkan dan yang tidak

    f) Tabarruj adalah haram

    g) Diperbolehkannya wanita melayani tamu suaminya

    h) Penyimpangan seksual termasuk dosa besar9

    b. Persepsi

    Persepsi berkaitan dengan aktivitas lanjutan dari sensasi. Persepsi

    diartikan sebagai proses memaknai stimuli. Persepsi antara satu orang dengan

    orang lain berbeda-beda. Ini dikarenakan beberapa faktor antara lain latar

    belakang da’i, kebudayaan, pengetahuan, dan pengalaman seseorang.

    9 Dr. Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram, (2002, Jakarta: Robbani Press) h. 165-192

  • 20

    Akal kebiasaannya meruang terhadap objeknya, cenderung memahami

    sesuatu secara general atau homogen sehingga tidak mampu mengerti

    keunikan sebuah momen atau ruang. Membedakan manusia dengan hewan,

    adalah akal, mampu bertanya kritis (what, when, how, who) tanpa akal

    manusia dalam kegelapan kemampuan menangkap hakekat dari sesuatu yang

    diamati atau dipahaminya.

    Menutup kekurangan akal manusia dilengkapi oleh Tuhan dengan instuisi

    atau hati (qolbu). Akal berputar pada tataran kesadaran hati menerobos

    kedalam ketidaksadaran (alam qolb) sehingga mampu memahami

    pengalaman-pengalaman non inderawi.

    c. Memori

    Memori berkaitan dengan kemampuan mengingat seseorang. Ternyata

    dalam memori dibantu oleh empat epistimologi Islam termasuk panca indera

    batin. Panca indera batin yang dimaksud yaitu: indera bersama, khayal, wahm

    dan imajinasi.10

    Ingatan sangat berguna untuk merealisasikan kebaikan bagi manusia di

    dunia dan akhirat. Banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk selalu

    ingat kepada Allah dan tanda-tanda kekuasaanNya yang terdapat dalam semua

    ciptaanNya.

    M. Usman Najati menjelaskan, diantara problem manusia adalah lupa. Ia

    dapat membahayakan dan menghalanginya untuk mengambil sikap yang tepat

    10 Dra. Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (2003, Jakarta: UIN Press)h. 87.

  • 21

    dalam menghadapi masalah kehidupan.11 Beberapa ayat Al-Qur’an

    menjelaskan, bahwa dengan adanya sifat lupa pada manusia, setan

    menemukan jalan untuk mempengaruhinya. Sehingga membuatnya terkadang

    lupa tentang beberapa hal yang penting yang akan membawa kebaikan bagi

    dirinya. Juga terkadang membuatnya lalai dari mengingat Allah dan

    melaksanakan perintah-perintahnya.

    d. Berfikir

    Makna etimologi dalam kamus bahasa Indonesia, kata “pikir” berarti akal

    budi, ingatan, angan-angan, dan kata dalam hati. Sedangkan kata “berfikir”

    berarti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan

    sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan.

    Menurut terminologi pemikiran atau berfikir adalah kata benda dari

    aktifitas akal yang ada dalam diri manusia, baik kekuatan akal berupa kalbu,

    roh atau dzhin, dengan pengamatan dan pendalaman untuk menemukan makna

    yang tersembunyi dari persoalan yang dapat diketahui maupun untuk sampai

    pada hukum atau hubungan antara sesuatu. (Thoha Jabi Alwani,1989).

    Berfikir sesungguhnya suatu kebutuhan insani yang tak terelakkan untuk

    tumbuh dan berkembang, yang sekaligus merupakan kebutuhan akan

    aktualisasi fitrahnya. Tegasnya, manusia tidak dapat lepas dari berfikir,

    seberapapun intensitas dan kuantitasnya.

    11 Dra. Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, h.89

  • 22

    2. Dakwah Fardiyah

    Muh. Nuh mendefinisikan dakwah fardiyah adalah “ konsentrasi dengan

    dakwah atau berbicara dengan mad’u secara tatap muka atau dengan

    sekelompok kecil dari manusia yang mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat

    khusus.12

    Dakwah fardiyah memiliki tiga pengertian yaitu:

    a. Mafhum Da’wah (seruan atau ajakan)

    b. Mafhum Haraki (gerakan)

    c. Mafhum Tanzhimi (pengorganisasian)13

    Bentuk-bentuk dakwah fardiyah bisa dibagi menjadi dua, yaitu:14

    1. Dakwah fardiyah yang muncul dari individu yang sudah berintima’

    (bergabung) dengan jama’ah dalam kapasitasnya sebagai da’i,

    melaksanakan kewajiban berupa tendensi tertentu dengan orang-orang

    baru, dalam upaya menarik mereka kepada fikrah Islamiyah dan

    selanjutnya menarik mereka untuk bergerak bersama jama’ah dalam

    aktivitas amal Islami.

    2. Dakwah Fardiyah yang muncul dari individu yang belum berintimna’

    kepada suatu jama’ah. Seorang muslim dengan kapasitasnya sebagai

    bagian dari ummah, melaksanakan kewajiban dakwah ilallah dengan

    jalan khotbah, ceramah, tulisan-tulisan dan makalah yang aktivitas ini

    12 Dr. Sayid Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah Pendekatan Personal dalam Dakwah,

    (2000, Solo: Era Intermedia). h. 47. 13 Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah: Metode Membentuk Pribadi Muslim,

    (1995,Jakarta: Gema Insani Press), h. 29 14 Dra. Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, h. 114.

  • 23

    tidak mempunyai sanad jama’I (kaitan jama’ah) dan organisasi atau

    tatanan hirarki.

    Dakwah fardiyah adalah dakwah yang memiliki karakteristik sebagai

    berikut:

    1. Adanya mukhathabah (berbincang-bincang) dan muwajahah (tatap

    muka) dengan mad’u secara dekat dan intens.

    2. Istimrariyah. Terjaganya keberlanjutan dakwah, khususnya di saat-saat

    sulit dan dalam kesempitan.

    3. Berulang-ulang. Dapat dilakukan setiap saat tanpa menunggu momen

    tertentu.

    4. Mudah, bisa dilakukan setiap orang

    5. Bisa terhindar dan tertutupi dari pandangan manusia, terutama musuh.

    3. Dakwah Halaqoh

    Halaqoh tidak akan mampu memberikan sumbangsih apa-apa selain ulasan

    materi, hal ini terjadi manakala halaqoh hanya sebatas rutinitas saja. Padahal

    fungsi yang sesungguhnya halaqoh bukanlah seperti itu, akan tetapi lebih jauh

    daripada itu, yakni bagaimana halaqoh mampu meledakkan potensi dari

    peserta halaqoh. Untuk itu halaqoh haruslah memenuhi beberapa variabel,

    dimana dengan variabel tersebut halaqoh mampu menjalankan sebagaimana

    fungsi yang sesungguhnya.

    Kejenuhan dalam berhalaqoh disebabkan karena halaqoh tersebut tidak

    memiliki karakter halaqoh itu sendiri, sehingga dinamika halaqoh mengalami

  • 24

    kejumudan (primitive). Supaya halaqoh kita memiliki dinamika tersendiri

    serta produktif, maka, haruslah memiliki tiga karakter. Ketiga karakter

    tersebut adalah ;15

    1. Aruhiyah (Ruh)

    Amunisi ini penting mengingat setiap pergerakan yang kita lakukan tidak

    akan mampu kita maknai manakala kondisi ruhiyah kita kering apalagi

    sampai rapuh dimakan oleh godaan dunia. Dengan ruhiyah inipula seseorang

    mampu melewati setiap ujian yang ada di depan kita. Dengan ruhiyah pula

    seseorang akan mampu menikmati hari-hari dengan kesibukan berdakwah.

    Ada tiga hal yang mesti tertanam dalam hati para aktivis dakwah agar

    kondisi ruhiyah terjaga

    a) Al Aqidatul Imanniyah (Akidah Keimanan) yang mantap. Kenapa

    akidah ini begitu penting, karena memang inilah pondasi seseorang

    dalam mengawali setiap aktivitasnya. Kita tentu ingat perjalanan para

    nabi mulai dari nabi Adam sampai nabi Muhammad Saw, mereka

    berjuang untuk membebaskan manusia dari menduakan Allah SWT

    menuju kesatuan akidah yang utuh.

    b) Al A’daqotul Al Qolbiyah (Ikatan Hati), untuk menuju ruhiyah yang

    mantap, maka kita harus mengikatkan hati ini dengan Allah SWT, sebab

    Dialah yang sesungguhnya memiliki hati kita dan dengan hati ini pula

    kita akan menemukan ketentraman batin dan ketengan jiwa.

    15 http://www.msani.net Dr. Attabiq Luthfi, MA, dakwatuna.com diakses pada tanggal 25

    Juli 2010

    http://www.msani.net/

  • 25

    c) Al Ma’nawiyah Wal Khuluqiyah (Membangun Moralitas), di tengah –

    tengah kondisi saat ini, dimana moralitas seseorang sangat menjadi

    taruhan akan arti sebuah kehidupan. Mampukah seseorang tersebut

    menjaga iman dirinya dalam menghadapi tantangan dan godaan dunia.

    Usaha untuk terus selalu memperbaharui diri kita adalah sebuah

    keharusan.

    2. Al Fikriyah (Ilmu)

    Selain halaqoh harus mengandung unsur ruhiyah, halaqoh juga harus

    mengandung unsur Ilmu agar apa-apa yang kita sampaikan dan kita

    diskusikan bukan hanya sekedar omong kosong tanpa adanya fakta dan data

    secara ilmiah. Ciri sebuah halaqoh mengandung unsur ilmu adalah,

    a) Al I’lmiyatu Watsaqofah, halaqoh bisa dikatakan mengandung unsur ilmu

    manakala didalamnya ada suasana ilmiah, ciri ilmiah adalah objektif dan

    berdasarkan fakta.

    b) Anadhoriyah, ini merupakan kemampuan analisis seorang kader tarbiyah

    dalam setiap dinamika social politik yang terjadi.

    c) Al Minhajiyah (memahami manhaj), arah dan platform seperti apakah

    gerakan kita, itu haruslah dipahami betul para kader tarbiyah, sehingga

    para kader tidak mengalami kebingungan dalam melakukan manuver

    gerakan sesuai dengan kondisi yang ada.

    d) Al Ijtima’iyah (bersosial), ajaran Islam bukanlah ajaran eksklusif yang

    hanya berlaku untuk satu kaum saja, akan tetapi Islam dilahirkan untuk

    semua ummat manusia. Dakwah tidak akan mengena jika kita tidak

  • 26

    pernah bersosial atau mengurung diri apalagi sampai mengisolasi dari

    dinamika yang ada.

    e) Al Faniyah (berekonomi), perjuangan pasti membutuhkan pengorbanan

    dan salah satu pengorbanan tersebut adalah ekonomi. Bahkan di era

    sekarang ini kaum kafir dan musuh – musuh Islam menjajah ummat Islam

    dengan ekonomi, maka dari itu sudah semestinya seorang aktivis dakwah

    haruslah berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan ekonomi sendiri,

    sehingga tidak perlu menengadahkan tangan untuk meminta-minta.

    3. Ad Dakwah

    Ada tiga muatan dakwah yakni, Al Harokah (pergerakan atau dinamis), Al

    Jihadiyah (semangat jihad) dan Al Jundiyah (ketaatan). Sebagaimana kita

    ketahui bahwa dinamika dakwah akan selalu berubah-rubah tidak statis, oleh

    karena itu seorang aktivis dakwahpun harus mampu menjawab perubahan

    tersebut, sehingga dakwah yang kita lakukan akan menjadi alternativ bagi

    ummat karena mampu berbicara dengan bahasa saat yang dibutuhkan.

    Itulah karakter halaqoh yang harus dipenuhi supaya aktivitas halaqoh yang

    kita lakukan tidak semata-mata menggugurkan kewajiban sebagai seorang

    kader tarbiyah, akan tetapi kita mampu memaknai arti halaqoh yang

    sesungguhnya. Dengan demikian halaqoh kita akan senantiasa dinamis dan

    kreatif.

    Jika ketiga karakter itu terpenuhi maka halaqoh akan mampu melaksanakan

    fungsinya, yaitu ;

    a) At Tarbawiyah, maksudnya adalah mampu mengkondisikan orang

  • 27

    b) Al Harokiyah (Bergerak/dinamis)

    c) Atandzimiyah (Mengorganisir)

    d) Al Fanatodiyah (Berpenghasilan)

    4. Dakwah Profesional

    Bagi seorang muslim profesionalisme adalah persoalan aqidah. (Arief

    Munandar) Di surat Al Baqarah ayat 208 Allah berfirman:

    Wahai orang-orang yang beriman, Masuklah ke dalam Islam secara kaffah,

    dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syetan. Sungguh ia musuh yang

    nyata bagimu.

    Kaffah mempunyai arti keseluruhan atau totalitas. Islam adalah nafas setiap

    perbuatan dan kehidupan seorang muslim. Oleh karena itu, ayat di atas

    memiliki maksud: dalam setiap perbuatan, lakukanlah secara totalitas. Dalam

    istilah manajemen, totalitas adalah penuh dedikasi atau profesional. Maka itu,

    ayat ini berbicara tentang profesionalisme.16

    Pada dasarnya semua yang dilakukan seorang muslim mengharapkan ridho

    Allah. Dengan kata lain, setiap pekerjaan seorang muslim adalah

    persembahannya kepada Allah yang akan Ia nilai di akhirat. Selain Maha

    Membalas, Allah juga Maha Melihat. Nah, pertanyaan yang seharusnya

    direnungkan setiap muslim adalah: Apakah pantas kita mempersembahkan

    pekerjaan yang ala kadarnya, tidak dilakukan sepenuh hati kepada Tuhan,

    16 http://www.msani.net Dr. Attabiq Luthfi, MA, dakwatuna.com diakses pada tanggal 25

    Juli 2010

    http://www.msani.net/

  • 28

    apalagi di tengah-tengah Ia melihat kita? Sudah seharusnya kita

    mempersembahkan yang terbaik dari kita.

    Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja

    keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau

    berharap (Al Insyirah: 7-8)

    Selalulah ingat bahwa Allah Maha Sempurna, maka tunjukkanlah kepada

    Allah amal yang sempurna agar Ia ridho kepada amal kita. Amal yang

    sempurna hanya didapat dengan usaha maksimal, dengan profesionalisme.

    “Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang

    mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah (argumentasi)

    yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang

    musyrik”. (Yusuf: 108)

    Kata kunci dari ayat ini seharusnya adalah kata “Bashirah” yang merupakan

    acuan profesionalitas dalam Islam. Semakin luas dan tajam bashirah

    seseorang, akan semakin profesional menggeluti bidang kerjanya. Apalagi

    konteks ayat ini jelas dalam konteks dakwah yang merupakan pekerjaan yang

    paling mulia. Dalam ayat ini Allah mendampingkan proses kewajiban

    dakwah dengan bashirah sebagai sebuah faridhah syar’iyyah yang dituntut

    oleh Islam. Justru kehidupan ini diciptakan oleh Allah diantaranya memang

    untuk menguji siapa yang benar-benar ihsan (profesional) dalam beramal.

    “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di

    antara kamu yang lebih baik amalnya” (Al-Mulk: 2).

  • 29

    Ibnu Katsir mengidentifikasi bashirah sebagai sebuah keyakinan yang

    berlandaskan argumentasi syar’i dan aqli yang kokoh, serta tidak taklid buta.

    Menurut Syaukani, bashirah adalah pengetahuan yang mampu memilah yang

    hak dari yang bathil, yang benar dari yang salah dan begitu seterusnya. Inilah

    bangunan profesionalisme dalam dakwah yang tegaskan oleh ayat di atas;

    yaitu beramal dan berdakwah atas dasar ilmu, keyakinan, tiada keraguan

    apalagi persepsi yang tidak benar terhadap dakwah. Disinilah pentingnya

    sebuah pembinaan yang kontinu, meskipun terhadap da’i, karena da’ilah

    justru inti dari sebuah proses dakwah. Bahkan dikatakan dalam sebuah

    pepatah “beramal tanpa ilmu lebih banyak merusaknya daripada

    memperbaiki”.

    Agar rasa dan sikap profesionalitas tampil, maka segala aktifitas seseorang

    harus diawali dengan sebuah kesadaran “nawaitu” yang benar. Diawali

    dengan taubatan nasuha yang akan memperbaiki hubungan dengan Allah.

    Salah dan bergesernya niat akan turut mempengaruhi kinerja seseorang dan

    mengakibatkan kerja yang asal-asalan, tidak sempurna dan cenderung apa

    adanya. Sofyan Tsauri pernah mengungkapkan: “Tidak ada sesuatu yang

    lebih aku perhatikan selain dari niat”. Inilah rahasianya kenapa setiap amal

    dalam Islam harus didasari niat yang benar dan tulus karena Allah. Rasa takut

    akan pertanggung jawaban dakwah di hadapan Allah juga akan turut

    memperkuat keseriusan dan kejelasan dakwah seseorang. Inilah maksud

    firman Allah swt: “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah

    Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada

  • 30

    seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat

    Perhitungan”. (33: 39)

    Dalam konteks ini, Dr. Ali Abdul Halim Mahmud menegaskan bahwa

    “Ahliyyatud Du’at” (kualifikasi dan profesionalisme para da’i) merupakan

    persoalan besar dalam dakwah yang harus diperhatikan dengan baik dan tidak

    boleh diabaikan dalam keadaan apapun. Karena para da’i dari kalangan

    nabipun merupakan manusia pilihan Allah, “Allah memilih utusan-utusan-

    (Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha

    Mendengar lagi Maha Melihat”. (Al-Hajj: 75). Selanjutnya Ibnu Qayyim

    merumuskan beberapa bangunan profesionalisme dakwah yang ternyata

    diawali dengan persoalan ilmu: Memiliki landasan ilmu atas apa yang ia

    sampaikan (Al-Ilmu Bima Yuballigh) yang diteruskan secara implementatif

    dengan sikap jujur dan benar terhadap apa yang ia sampaikan (Ash-Shidqu

    Fima Yuballigh) . Disinilah kedudukan ilmu sebagai pondasi dalam beramal.

    “Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, maka amalnya tertolak, tidak

    diterima”.17

    Seorang yang profesional adalah seorang yang tekun, sabar dan tahan

    godaan, senantiasa dinamis dan mencari kreatifitas baru dalam berdakwah,

    karena memang ia tidak akan pernah setuju dan rela jika dakwah ini vakum,

    berjalan di tempat dan tidak mendapat tempat di hati umat. Contoh paling

    fenomenal adalah nabi Nuh as. Ditengah penolakan kaumnya, ia tetap

    mencari terobosan baru dalam berdakwah agar keberlangsungan dakwah bisa

    17 http://www.msani.net Dr. Attabiq Luthfi, MA, dakwatuna.com diakses pada tanggal 25

    Juli 2010

    http://www.msani.net/

  • 31

    dipertahankan. Ia tetap komit dan tegar, bahkan mencari alternatif sarana

    dakwah yang beragam sesuai dengan kondisi dan tuntutan kaumnya: “Nuh

    berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan

    siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)

    Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan

    cara terang-terangan kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi)

    dengan terang-terangan dan dengan diam-diam”. (Nuh: 5-9).

    Disinilah profesionalitas kita akan terus diuji dengan beragam ujian

    sehingga akan lahir kaliber manusia yang diabadikan oleh Allah sebagai

    kelompok yang tetap tegar dan jujur dalam dakwah mereka, “Di antara

    orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah

    mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan

    di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak

    merubah (janjinya)”. (Al-Ahzab: 23). Inilah prinsip yang senantiasa dipegang

    oleh para pendahulu dakwah, karena mereka yakin bahwa kecintaan Allah

    hanya akan dianugerahkan kepada mereka yang beramal dengan tulus, cerdas,

    tuntas dan serius. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah cinta jika

    hambaNya beramal dengan itqan”. Itqan dalam arti berbuat lebih banyak,

    lebih bermutu dan berkualitas dari umumnya orang mampu berbuat dan

    bekerja, seperti yang Allah gambarkan tentang kelompok manusia muhsin

    yang mampu beramal, lebih tinggi di atas rata-rata kebanyakan manusia

    sanggup beramal.

  • 32

    Ruang dakwah ke depan memang akan menuntut lebih profesionalisme kita

    dalam konteks “keilmuan” yang bisa dipertanggungjawabkan (bashirah)

    sehingga dakwah citra dakwah ini akan tetap baik seiring dengan

    permasalahan dan perkembangan dunia global yang lebih menantang. Mari

    ciptakan suasana ilmiyyah yang merupakan komponen dasar dari

    profesionalitas dalam dakwah kita. Allahu a’lam

    B. Media Dakwah

    Kata media merupakan jamak dari bahasa Latin yaitu medion, yang

    berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu

    yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentunya. Dengan demikian

    dapat dirumuskan bahwa media dakwah berarti segala sesuatu yang dapat

    digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.18

    Dalam kamus, telekomunikasi media adalah sarana yang digunakan

    oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada

    komunikan apabila komunikasi berada jauh tempatnya, banyaknya atau

    keduanya.19 Pemanfaatan media dalam berbagai kegiatan dakwah

    memungkinkan komunikasi antar da’i dan mad’u menjadi lebih dekat. Untuk

    itu, keberadaan media dakwah menjadi hal urgen mengingat dakwah melalui

    media akan lebih memudahkan da’i dalam menyampaikan pesan.20

    18Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, ( Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal. 163. 19 Ghazali Syahdar BC.TT, Kamus Istilah Komunikasi, (Bandung: Djembatan 1992), Cet. Ke-2. hal. 22. 20 M. Bachri Ghazali, Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), hal. 12.

  • 33

    Melalui media massa, seorang juru dakwah (da’i) dapat mengunjungi

    rumah-rumah, kantor-kantor, bahkan kamar rahasia sekalipun, untuk

    membisikkan pesan etika dan moral. Melalui kekuatan persuasinya, media

    massa akan menghadirkan nilai-nilai moral dan agama secara universal,

    sekaligus meghindari munculnya kesan eksklusif. 21

    Masyarakat masa kini adalah masyarakat plural yang berkembang

    dengan berbagai kebutuhan yang praktis, sehingga kecanggihan teknologi mau

    tidak mau akan menghadapi dan menjadi idaman dalam kehidupan

    masyarakat. Dengan demikian, media dakwah merupakan wasilah bagi

    keberhasilan dakwah yang dilakukan.22

    Komunikasi dengan menggunakan media massa saat ini memiliki

    pengaruh yang sangat besar dalam merubah masyarakat dengan keberadaan

    media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan internet. Menurut

    Soejono Soekanto mengatakan bahwa “perubahan pada masyarakat dunia saat

    ini merupakan gejala normal yang telah mempengaruhi dan menjalar dengan

    cepat menembus bagian-bagian dunia lainnya karena adanya komunikasi

    modern”.23

    Dengan demikian, perkembangan teknologi yang sangat cepat ini dapat

    mempermudah manusia untuk berhubungan antara satu sama lainnya. Di

    antara media massa yang mengalami kemajuan pesat dan saat ini telah

    menarik banyak kalayak adalah radio. Hal ini di karenakan radio merupakan

    21 M. Hasan Tholchah. Dinamika Kehidupan Religius, (Jakarta: LF. Putra, 2004) .hal. 57. 22 M. Hasan Tholchah. Dinamika Kehidupan Religius, hal. 61.

    23 Soejono Soekanto, Sosiologi Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers, 1982), Cet. Ke-1. hal. 305.

  • 34

    salah satu jenis media massa yang memiliki peranan sangat signifikan dan

    pengaruh yang luas.

    Dakwah Melalui Televisi

    Tak dapat dibantah, televisi punya banyak keunggulan ketimbang jenis

    media massa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio-visual,

    berbeda dengan radio yang hanya audio dan surat kabar yang bersifat visual

    saja.

    Dilihat dari sisi dakwah, pasti saja medium TV jauh lebih efektif dari

    pada jenis media-media massa lainnya. Selain itu, media dakwah di TV

    memiliki relevansi sosiologis, mengingat mayoritas masyarakat kita beragama

    Islam. Fungsi dakwah di televisi bisa membantu individu dan masyarakat

    untuk menemukan kembali dan memperkokoh nilai-nilai yang selama ini

    menjadi bagian dari identitas mereka.

    Adanya televisi dakwah, secara sosiologis sesuai dengan kebutuhan

    dan potensi khalayak. Dari segi demokrasi informasi, televisi dakwah

    memberikan alternatif sajian informasi dan hiburan dan sosialisasi budaya

    yang lebih sehat dan bernuansa lokal.

    Kemajuan di bidang pertelevisian di Indonesia menyebabkan

    terbukanya kesempatan menampilkan berbagai acara yang menyangkut

    budaya masyarakat. Masyarakat Indonesia yang religius, selama ini menikmati

    acara keagamaan melalui media cetak dan radio. Budaya menonton TV dalam

    masyarakat tentu dimanfaatkan bagi tayangan bernuansa agama.

    Berikut ini adalah survey majalah Ummat (Januari 2007) terhadap

    media dakwah

  • 35

    MEDIA RESPONDEN

    Televisi 60, 0 %

    Radio 21,6 %

    Media Cetak 6,0 %

    Forum Pengajian, Media

    Konvensional

    11. 6 %

    Jadi, dakwah bukan lagi merupakan acara yang kaku dan penuh uraian

    dogmatis kaidah agama, tetapi sudah mengarah ke berbagai topik masalah

    kehidupan sehari-hari sebagai aplikasi dari ajaran agama, tanpa

    menghilangkan unsur hiburan.

    C. Analisis Isi Kualitatif

    1. Pengertian analisis isi

    Menurut Budd (1967), analisis isi adalah suatu teknik sitematis untuk

    menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk

    mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari

    komunikator yang dipilih.

    Menurut Wazer dan Wiener, analisis isi adalah suatu prosedur

    sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam.

    Sedangkan menurut Krippendorf, analisis isi adalah suatu penelitian untuk

    membuat referensi-referensi valid dan dapat ditiru dari data ke konteks.

    Putranto menyatakan analisis isi (content analysis) berhubungan

    dengan komunikasi, tepatnya berhubungan dengan isi komunikasi. Penelitian

  • 36

    dengan menggunakan teknik analisis isi merupakan teknik penelitian

    alternativ bagi kajian komunikasi yang pada umumnya cenderung lebih

    banyak mengarah pada penelitian sumber (source) maupun penerima

    (receiver).24

    Namun demikian dalam analisis isi terdapat permasalahan yang timbul

    berkaitan dengan pelaksanaan di lapangan, antara lain:

    a. Sulit mendapatkan secara pasti sample yang representative

    b. Seringkali mendapatkan definisi kerja yang baik pada topic yang sedang

    dipelajari. Misalnya: apa itu kekerasan

    c. Tidak selalu mudah mendapatkan unit yang dapat diukur, seperti susunan

    cerita atau gambar komik, apa yang dilakukan orang terhadap film atau

    artikel majalah.

    d. Sulit membuktikan kesimpulan yang tepat.

    Tuntutan metodologis analisis isi pada dasarnya sama dengan

    penelitian ilmiah pada umumnya. Tuntutan objektifitas dan sistematika

    merupakan prinsip yang lazim dipakai dalam analisis isi. Objektifitas

    menuntut agar kategori-kategori analisis didefinisikan secara jelas dan

    operasional sehingga peneliti lain dapat mengikutinya dengan tingkat

    realibilitas yang tinggi. Dan tuntutan sistematika bertujuan untuk mencegah

    penarikan kesimpulan oleh peneliti tidak adil artinya bukan hanya untuk

    menyokong hipotesis peneliti semata.25

    24 Dodi M. Ghazali, Communication Measurement: Konsep dan Aplikasi Pengukuran

    Kinerja Public Relations, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h.85 25 Dodi M. Ghazali, h. 86

  • 37

    Penggunaan analisis isi dilakukan bila ingin memperoleh keterangan

    dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi

    dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti: surat

    kabar, buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, surat, peraturan, dsb.

    2. Analisis isi kualitatif

    Dalam analisis isi kualitatif yang digunakan merujuk pada data reduksi

    kualitatif yang akan mendapatkan suatu volume material kualitatif, disamping

    berusaha melakukan identifikasi inti konsistensi (core consistencies) dan

    makna yang terkandung dalam kata-kata teks yang utama.

    Karena itu diperlukan suatu analisis isi yang lebih mendalam dan detail

    untuk memahami produk isi media dan mampu menghubungkannya dengan

    konteks social atau realitas yang terjadi sewaktu pesan dibuat. Karena semua

    pesan (teks, symbol, gambar dan sebagainya) adalah produk social dan

    budaya masyarakat. Inilah yang disebut analisis isi kualitatif.

    Analisis isi yang digunakan adalah analisis isi kualitatif (QCA) yaitu

    mencoba untuk menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian

    komunikasi untuk menganalisa secara sistematis sejumlah materi tektual tapi

    dengan elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif. (Mayring, 2000:6).

    Kualitatif analisis isi (QCA) mencoba untuk menggunakan kekuatan

    metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi untuk menganalisa secara

    sistematis sejumlah materi tekstual tapi dengan elaborasi langkah-langkah

    analisis kualitatif. (Mayring, 2000, hal:6). Prosedur utama formulasi kategori

    induksi menurut Mayring untuk dalam analisis isi adalah:

  • 38

    a) Research Question (s)

    b) General Definition of Categories

    c) Definition of Level of Abstractions

    d) Inductive Formulation of Categories

    e) Final Categories of Material

    f) Summative Reliability Check

    g) Qualitative Analysis

    Langkah-langkah analisis dan aturan-aturan atau prosedur hanya

    merupakan temuan dasar, namun yang lebih ditekankan adalah meneguhkan

    adanya hubungan subyektif terhadap material atau teks-teks yang menjadi

    subyek penelitian, dan itu bukanlah langkah-langkah yang bersifat otomatis,

    namun yang lebih penting dilakukan adalah tindakan kreatif untuk

    menginterpretasikan makna-makna teks.

    Altheide (1996:2) mengatakan bahwa analisis isi kualitatif disebut pula

    sebagai Ethnographic Content Analysis (ECA), yaitu perpaduan analisis isi

    objektif dengan observasi partisipan. Artinya istilah ECA adalah periset

    berinteraksi dengan material-material dokumentasi atau bahkan melakukan

    wawancara mendalam sehingga pernyataan-pernyataan yang spesifik dapat

    diletakkan pada konteks yang tepat untuk dianalisis.

    Karena itu beberapa yang harus diperhatikan oleh periset: 26

    1. Isi (content) atau situasi social seputar dokumen (pesan/teks) yang diriset.

    Misalnya, periset harus mempertimbangkan factor ideology institusi

    26 Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh

    Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. Ke-3. hal. 248

  • 39

    media, latar belakangan wartawan dan bisnis, karena factor-faktor ini

    menentukan isi berita dari media tersebut.

    2. Proses atau bagaimana suatu produk media atau isi pesannya dikreasi

    secara actual dan diorganisasikan secara bersama. Misalnya, bagaimana

    berita diproses, bagaimana format pemberitaan TV yang dianalisis tadi

    disesuaikan dengan keberadaan dari tim pemberitaan, bagaimana realitas

    objektif diedit ke dalam realitas media massa, dan lainnya.

    3. Emergence, yakni pembentukan secara gradual atau bertahap dari makna

    sebuah pesan melalui pemahaman dan interpretasi. Di sini periset

    menggunakan dokumen atau teks untuk membantu memahami proses dan

    makna dari aktivitas-aktivitas social. Dalam proses ini periset akan

    mengetahui apa dan bagaimana si pembuat pesan dipengaruhi oleh

    lingkungan sosialnya atau bagaimana si pembuat pesan mendefinisikan

    sebuah situasi (Ida, 2001:148).

  • 40

    BAB III

    GAMBARAN UMUM ACARA RAHASIA SUNNAH

    A. Sekilas Tentang Trans 7

    TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari

    Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor

    809/BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah

    diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual

    Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama strategis antara Para Group dan

    KKG, TV7 melakukan re-launching pada 15 Desember 2006 sebagai

    TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya TRANS7. Di

    bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian dari manajemen

    Para Group, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju, dengan

    program- program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan

    inovatif.1

    TRANS7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi

    dan hiburan, menghiasi layar kaca di ruang keluarga pemirsa Indonesia.

    Berawal dari kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas

    Gramedia (KKG) pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah

    stasiun swasta yang menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan,

    ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian yang aktif.

    1 www. Trans 7.co.id, diakses pada 10 Februari 2010.

  • 41

    Logo TRANS7 membentuk empat sisi persegi panjang yang

    merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang

    akrab dan mudah beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat

    melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh waktu, serta

    menempatkannya pada posisi terhormat di antara batu-batu berlian lainnya.

    Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat, diharapkan membawa

    TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya.

    DEWAN KOMISARIS

    Komisaris Utama Chairul Tanjung

    Komisaris 1. Agung Adiprasetyo

    2. Ishadi SK

    3. Asih Winanti

    DEWAN DIREKTUR

    Direktur Utama Atiek Nur Wahyuni

    Direktur Wishnutama

    Direktur Keuangan dan Sumber Daya Ch. Suswati Handayani

    Program-Program TRANS7

    TRANS7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi

    pemirsanya, dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir

    http:///http:///

  • 42

    setiap pagi, siang, sore, dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis,

    update dan informatif. TRANS7 juga menghadirkan program berita dan

    dokumenter lainnya seperti Selamat Pagi, TKP, Asal Usul, dan Jejak

    Petualang yang memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.

    Tidak kalah informatif, program hiburan seperti I-Gosip Pagi, I-Gosip

    Siang, dan I-Gosip News, dan Wara Wiri, semakin lengkap menambah

    cakrawala di ruang keluarga. Program variety show seperti Full Color dan

    Komedi Lawak (Kolak) juga selalu dinantikan. TRANS7 juga pernah hadir

    dengan Empat Mata yang pernah menjadi program fenomenal di Indonesia.

    Kini trio Tukul-Peppy-Vega ’Ngatini’ hadir kembali di TRANS7 lewat

    program Bukan Empat Mata.

    Program sport TRANS7 juga selalu dinantikan oleh para pecinta

    olahraga. Serie A akan menghadirkan pertarungan para pesebakbola seri A

    Liga Italia, sementara Liga Dunia akan menyajikan pertandingan-pertandingan

    tim unggulan dunia. Bagi para pecinta otomotif, MotoGP dan Superbike

    mengajak Anda untuk memacu adrenalin di lintasan balap kelas dunia.

    TRANS7 juga menyajikan tayangan informasi olahraga setiap hari di layar

    pemirsa, di antaranya Sport7, One Stop Football, dan Galeri Sepakbola

    Indonesia.

    TRANS7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dengan memberikan

    pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Bocah Petualang dan Si Bolang Jalan-

    jalan menghadirkan keunikan kehidupan anak-anak di seluruh penjuru

    Indonesia. Laptop Si Unyil dan Buku Harian Si Unyil memberikan ilmu

  • 43

    pengetahuan yang mendasar bagi para pemirsa cilik. Jalan Sesama yang

    merupakan adaptasi dari Sesame Street juga dipercayakan untuk ditayangkan

    di TRANS7. Melalui Cita-citaku, TRANS7 berusaha menghadirkan

    keseharian profesi yang dicita-citakan anak-anak

    Dilengkapi dengan sajian film-film berkualitas, Theater7 hadir pada

    momen-momen spesial, mengisi layar kaca anda. Serial-serial unggulan juga

    kerap kami hadirkan seperti Smalville, Supernatural, dan Heroes. Jangan

    lupakan pula program-program musik yang menyuguhkan persembahan para

    pemusik Indonesia lewat sajian Musik Spesial dan On The Spot.

    Jangan pernah lewatkan sajian kami, dikemas secara cerdas, aktif, dan

    menghibur, hanya di TRANS7.

    B. Deskripsi Acara Rahasia Sunnah

    Nama Program Rahasia Sunnah

    Format Non Drama

    Jenis Program TV Magazine

    Pukul 09.30 – 10.00 WIB

    Durasi 30 Menit

    Frekuensi 1 x Seminggu

    Lingkup Materi Islami, informasi mengenai dunia kesehatan,

    kuliner, bisnis, pernak-pernik, yang disampaikan

    secara Islami dan juga jalan-jalan

  • 44

    Sasaran Umum

    Tujuan Agar umat muslim dapat memahami Islam dari

    aspek ilmiah.

    Sifat Rekaman atau Taping

    1. Latar Belakang Berdirinya Rahasia Sunnah

    Rahasia Sunnah adalah program yang akan mengupas berbagai

    sunnah Rasul dari berbagai dimensi, seperti kesehatan, psikologi,

    keilmuan dan lainnya. Hasil penelusuran tim Rahasia Sunnah ini diperkuat

    oleh penjelasan ilmiah dari narasumber yang kredibel di bidangnya serta

    kajian dari sudut pandang ulama. Program ini akan menambah wawasan

    keislaman umat mengenai mukjizat di dalam Al-Quran dan hadist serta

    mengajak pemirsa untuk berpikir kritis tentang kajian IPTEK yang dapat

    dikaitkan dengan kitab pedoman hidup.

    Acara Rahasia Sunnah di stasiun televisi Trans 7, merupakan acara

    keagamaan atau bisa dibilang kegiatan dakwah, yang disiarkan atau

    ditayangkan melalui televisi, yang mendapat respon baik dari masyarakat.

    Acara ini dikemas dengan sedemikian rupa sehingga memiliki nuansa

    yang berbeda dari yang ada, selain itu banyak mengandung pesan-pesan

    dakwah yang bermanfaat bagi seluruh pemirsa yang menyaksikannya.

    Pesan dakwah yang disampaikan melalui acara Rahasia Sunnah di

    Trans 7 tujuannya adalah agar umat muslim dapat memahami Islam dari

    aspek ilmiah.

  • 45

    Berawal dari seseorang pekerja televisi, Roni Suyanto yang gemar

    membaca buku-buku hadist. Banyak hal yang bermanfaat yang bisa

    diambil, bahkan hal-hal baru yang belum pernah diketahui dan sangat

    menarik untuk dipelajari. Kemudian ada beberapa hal yang menarik, yang

    membuat penasaran, karena menurut keyakinannya bahwa yang namanya

    Islam beserta dengan Al-Qur’an, sangat rasional dan sangat riil,

    mempelajari apa alasan-alasan ilmiah dari ajaran-ajaran Islam.

    Seperti Rasulullah mencontohkan kita untuk mengunyah makanan

    itu 33 kali, kita meyakini bahwa apa yang diperintahkan atau dicontohkan

    Rasulullah itu adalah sesuatu yang baik. Sebenarnya makna dari kunyah

    makanan 33 Minimal dari segi kesehatan, kenapa kita tidur harus miring

    ke kanan. Dari aspek kesehatan terbukti setelah ada penelitian dari tim

    kedokteran, bahwa tidur miring ke kanan, paru-paru tidak kegencet,

    peredaran darah lebih lancar, juga pengobatan bagi orang yang ngorok

    atau yang mendengkur. Dan hadist itu keluar 1500 tahun yang lalu, pada

    saat ilmu kedokteran itu belum ada. Secara kekinian baru terbukti.

    Sebetulnya yang dicontohkan Nabi itu apa aspek ilmiahnya.

    Kenapa makan harus pakai tangan kanan, bukan tangan kiri. Ternyata

    tangan kanan itu mengeluarkan enzim yang berbeda dengan tangan kiri,

    banyak hal yang membuat penasaran. ini alasan yang pertama. Yang

  • 46

    kedua, karena dia pekerja Televisi, maka tercetuslah ide untuk membuat

    program itu. 2

    Lalu dari rasa penasaran dan ketertarikan terhadap ilmu-ilmu dari

    Al-Qur’an dan Hadist, maka tercetuslah ide untuk mengajukan sebuah

    program religi yang membahas mengenai kandungan isi dari Al-Qur’an

    dan Sunnah.

    Maka ide ini dirapatkan kebetulan pada saat raker, rapat kerja.

    Raker itu membahas tentang usulan-usulan program, dan usulan program

    Rasun satu-satunya program yang diraker, dari sekian beberapa ratusan

    program yang diajukan pada saat itu, yang disetujui untuk dibikin paylet di

    bulan Ramadhan, pada 2007.

    Jadi 2007 disetujui untuk dibikin paylet, tapi tayangnya 2008.

    Karena ada masalah perizinan presenter. Jadi wahyu itu WNA, harus ada

    izin imigrasi, jadi harus diizin segala urusan si wahyu supaya bisa

    dikontrak.

    Sedangkan nama Rahasia Sunnah sendiri tercetus dari sekedar

    ngobrol-ngobrol bersama tim dan tercetuslah Rahasia Sunnah. Walaupun

    sebenarnya nama tersebut dari segi broadcast tidak menjual, terlalu berat,

    namun nama tersebut sudah terlanjur disetujui.

    Format pengemasan acaranya juga berbeda dari acara keagamaan

    yang lain. Dibuat semenarik mungkin, dengan format jalan-jalan, tetapi

    2 Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta : TRANS, 1 April 2010

  • 47

    tetap disisipkan nilai-nilai keagamaannya, sehingga tidak membosankan

    untuk ditonton. Materinya Jadi dikombain apa yang ada di Al-Qur’an

    dengan Sunnah Rasulullah.

    2. Tujuan Rahasia Sunnah

    Tujuannya ingin membuat penonton yang beragama muslim

    bangga dengan agamanya dan memahami Islam itu rasional dan lebih

    ilmiah. Makanya di dalam Rahasia Sunnah dibahas tentang keilmiahannya

    Islam.

    Rahasia Sunnah sebagai sumber informasi dan kebutuhan untuk

    semua orang dengan kesan tidak menggurui, memberikan kabar baik atau

    solusi kususnya kepada umat Islam, untuk setiap masalah-masalah

    keseharian secara Islami yang dibawakan secara ringan dan

    memperkenalkan serta menyampaikan kekayaan Dakwah Islam bukan

    hanya dilihat dari sudut ceramahnya saja, tetapi dengan sentuhannya yang

    berbeda dan menarik.

    Bahwa apa yang dicontohkan Rasulullah dan aspek yang

    ditunjukkan Al-Qur’an itu benar. Intinya tujuannya satu ngin membuat

    penonton yang beragama Islam bangga dengan agamanya dan dapat

    memahaminya dengan lebih rasional dan ilmiah.3

    3 Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta : TRANS, 1 April 2010

  • 48

    jadi meyakini Islam dari sisi yang rasional. Islam jadi tidak taqliq ,

    kita memahami Islam itu menurut rasional. Ada manfaatnya buat kita, jadi

    lebih yakin.

    3. Sasaran Rahasia Sunnah

    Sasaran acara Rahasia Sunnah adalah semua kalangan. Acara ini

    tidak memfokuskan penontonnya, karena tema-tema yang dibahas

    mengenai masalah umum yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

    dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah.4 Materi yang

    dihadirkan ringan-ringan, agar lebih mudah dimengerti oleh semua

    kalangan. Temanya juga yang berbeda-beda tiap minggunya membuat

    acara Rahasia Sunnah lebih menarik.

    Format pengemasan acaranya juga berbeda dari acara keagamaan

    yang lain. Dibuat semenarik mungkin, dengan format jalan-jalan, tetapi

    tetap disisipkan nilai-nilai keagamaannya, sehingga tidak membosankan

    untuk ditonton.

    4 Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta : TRANS, 1 April 2010.

  • BAB IV

    PESAN DAKWAH ACARA RAHASIA SUNNAH

    A. Analisis Isi Pesan Dakwah Acara Rahasia Sunnah

    Pada bab ini, peneliti akan menganalisis isi pesan dakwah yang terkandung

    dalam 7 pesan dakwah pada program Rahasia Sunnah episode desember 2009.

    Dalam menganalisis isi pesan tersebut, peneliti menggunakan metode analisis

    isi kualitatif (Qualitatif Content Analysis (QCA)), mencoba untuk

    menggunakan kekuatan metodologi analisis isi dan penelitian komunikasi

    untuk menganalisa secara sisitematis sejumlah materi tekstual tapi dengan

    elaborasi langkah-langkah analisis kualitatif. (Mayring, 2000: 6).

    Menggunakan sistem ketegorisasi untuk membahas permasalahan dalam

    rumusan masalah yang peneliti teliti. Peneliti menggolongkan

    pengkategorisasian pesan dakwah rahasia sunnah yaitu dengan pesan dakwah

    dzatiyah, pesan dakwah fardiyah, pesan dakwah halaqoh, dan pesan dakwah

    professional. Dan meneliti pengkategorisasian yang diambil dari ke 7 naskah

    rahasia sunnah bulan desember 2009.

    Pesan dakwah yang disampaikan melalui acara Rahasia Sunnah di

    Trans 7 tujuannya adalah agar umat muslim dapat memahami Islam dari aspek

    ilmiah. Materi yang disampaikan seputar masalah kehidupan sehari-hari

    49

  • 50

    dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah.1 Materi yang berbeda-

    beda tiap minggunya membuat acara Rahasia Sunnah lebih menarik.

    Beberapa materi Rahasia Sunnah episode Desember diantaranya:

    - Bolehkah Makan Ikan Mentah (4 Desember 2009

    - Belut Laut Halal Dimakan (5 Desember 2009)

    - Bulu Babi?? Halal Ga Ya! (11 Desember 2009)

    - Musyrik Percaya Mitos Tokek (12 Desember 2009)

    - Binatang Besar Yang Pintar (18 Desember 2009)

    - Anggur dan Alkohol (19 Desember 2009)

    - Jangkrik Halal dan Bergizi (25 Desember 2009)

    1. Bolehkah Makan Ikan Mentah

    Tabel 2

    Kategorisasi Dakwah Dzatiyah

    No. Kategorisasi Sub Kategorisasi 1. Sensasi menurut Islam

    (panca indera) 1. Mengagumi alam ciptaan Allah SWT 2. Terhampar pemandangan yang luar biasa

    2. Persepsi menurut Islam (tadabur alam)

    Alhamdulillah dalam perjalanan kali ini, saya menjadi tahu boleh saja mengkonsumsi ikan laut tanpa dimasak atau mentah karena halal dan sehat, tapi untuk yang seger saja ya, kalau sudah dimasak silahkan itu sama-sama rezeki dari Allah SWT.

    3. Memori menurut Islam 1. Oh, kayak makanan Jepang gitu 2. Teman-teman masih ingat dengan teman saya

    ini, bapak ini yang punya lumba-lumba terapi itu.

    4. Berfikir menurut Islam 1. Pasti Allah memberikan rezeki yang sangat

    1 Wawancara pribadi dengan Roni Suyanto (Produser 1 Rahasia Sunnah), Jakarta :

    TRANS, 1 April 2010.

  • 51

    (bersyukur dan bersatu)

    berlimpah 2. Bener-bener Allah SWT adalah Maha

    Pemberi. Tidak ada yang dapat membantah-Nya.

    5. Kecerdasan intelektual 1. Bener-bener bisa dimakan mentah kayak sushi dan sashimi

    2. Penjelasan narator mengenai sashimi 3. Penjelasan pa aan dan narator mengenai cara

    membuat sushi 4. Penjelasan peneliti dan ulama mengenai ikan

    mentah dan kehalalannya 5. Alhamdulillah saya mendapatkan ilmu yang

    bermanfaat. Dengan begini saya tidak ragu untuk makan ikan mentah, asal kondisinya masih baik dan segar

    6. Kecerdasan emosi 1. Anak-anak mengagetkan wahyu dari belakang dengan menjejali ikan

    2. Anak-anak berebut menghabiskan ikan yang telah diiris tipis

    7. Kecerdasan spiritual (hubungan dengan Allah)

    Allah memang telah menciptakan bumi, laut dan segala isinya untuk kepentingan manusia. Laut juga telah memberikan manusia banyak kenikmatan.

    Tabel 3

    Kategorisasi Dakwah Fardiyah

    No. Kategorisasi Sub Kategorisasi 1. Pendekatan individu

    secara psikologis 1. Disana..oh kira-kira om boleh ikut ga? 2. nah, sini pak, saya mau coba iris ikannya 3. wah pak sini duduk dulu (menyuruh pa aan

    duduk disampingnya) tadi saya menjelaskan kepada anak-anak untuk menunggu cuka dan jeruk nipis. Eh…mereka serbu bawa semua, tinggal ini doang.

    4. kalau bapak sendiri suka makan ikan mentah ga (tanyanya pada peneliti)

    5. eh ngomong-ngomong boleh duduk disini bersama beli made?

    2. Saling bertukar informasi

    Pa aan mengajarkan cara mengolah ikan mentah menjadi sashimi.

    3. Saling bertukar pengalaman

    1. Kebiasaan warga Sumberkima yang memakan ikan mentah-mentah

  • 52

    2. Wahyu membuat tuna saus tar-tar dan sashimi dibantu oleh pelayan restoran

    Tabel 4

    Kategorisasi Dakwah Halaqoh

    No. Kategorisasi Sub Kategorisasi 1. Pendekatan kelompok

    Dengan norma Kelompok

    1. Wahyu ikut duduk di bilik bersama anak-anak dan pa aan

    2. Wahyu ikut makan ikan mentah

    2. Memahami norma kelompok

    1. Heran saya, padahal ikannya mentah kok suka ya..

    Tabel 5

    Kategorisasi Dakwah Profesional

    No. Kategorisasi Sub Kategorisasi 1. Manajemen Dakwah Wahyu mencari penjelasan mengenai ikan

    mentah kepada peneliti dan kehalalannya kepada ulama

    2. Profesi (para ahli) 1. Drs.Sudaryanto (peneliti dari Universitas Udayana

    2. Pa Aan (warga Sumberkima) 3. Pelayan restoran

    3. Profesi (para da’i) Ali Mustafa Ya’kub (Ulama MUI)

    Mengkonsumsi ikan mentah merupakan hal yang biasa dilakukan oleh

    masyarakat di Sumberkime, Bali. Ikan yang digunakan biasanya ikan hasil

    tangkapan mereka sendiri di laut, seperti kerapu. Menyajikan ikan mentah ini

    juga sangat mudah, hanya diiris tipis, ditambahkan perasan je