repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA...

130
POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING DI SMA NEGERI 5 DEPOK Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Robbi Hakhiardy NIM : 1110051000155 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H. / 2015 M.

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA...

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH

SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING

DI SMA NEGERI 5 DEPOK

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Robbi Hakhiardy

NIM : 1110051000155

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H. / 2015 M.

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

i

ABSTRAK

Robbi Hakhiardy

Pola Komunikasi Pengurus Lembaga Dakwah Sekolah dalam Kegiatan Mentoring di

SMA Negeri 5 Depok

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Pentingnya komunikasi bagi manusia

tidak dapat dipungkiri. Indikator komunikasi akan berjalan dengan baik manakala

komunikator atau orang yang memberikan pesan berhasil menyamakan pesan yang ditangkap

atau diterima oleh komunikan. Hal ini yang membuat pola komunikasi atau bentuk

penyampaian pesan menjadi penunjang atau penentu keberhasilan komunikasi.

Dari uraian di atas, timbul beberapa pertanyaan. Bagaimana pola komunikasi pengurus

lembaga dakwah sekolah dalam kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok? Apa faktor

pendukung dan penghambat pengurus lembaga dakwah sekolah dalam kegiatan mentoring di

SMA Negeri 5 Depok?

Pola komunikasi merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan dalam kegiatan

mentoring pelajar. Dengan mengetahui pola komunikasinya, pengurus lembaga dakwah

sekolah dapat menggunakan pola komunikasi yang lebih cocok dan tepat sesuai dengan

kebutuhan. Terutama dilakukan dalam sebuah kegiatan mentoring, dimana aktivitas

komunikasi merupakan perangkat yang utama.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pola komunikasi. H.A.W.

Widjaja. Ia mengatakan bahwa terdapat empat jenis pola komunikasi. Keempat jenis pola

komunikasi tersebut adalah pola roda, pola rantai, pola lingkaran, dan pola bintang.

Dalam hal ini penulis menggunakan metode pendekatan deskriptif, dimana metode ini

bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

Dalam penerapannya, tak jarang muncul berbagai macam faktor pendukung, juga

faktor penghambat seorang komunikator sebagai penyampai pesan. Dalam hal ini adalah

pengurus lembaga dakwah itu sendiri. Selama proses pola komunikasi itu berjalan dalam

kegiatan mentoring, banyak hal yang dapat dijadikan sebagai pendukung dan penghambat.

Semua faktor itu datangnya bisa dari dalam (internal) dan juga dari luar (eksternal).

Jadi dapat disimpulkan dengan adanya pola komunikasi yang cocok dalam

penerapannya di lapangan, serta mengetahui berbagai macam faktor pendukung dan faktor

penghambat baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal), pengurus lembaga

dakwah sekolah dapat menjalankan kegiatan mentoring dengan maksimal.

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillahi rabbil „alamin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Sujud

syukur dipanjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas segala kemurahan, cinta, kasih, dan sayang-

Nya serta banyaknya karunia tak terhingga yang senantiasa diberikan kepada hamba-Nya

sehingga penulis pun dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa

tercurah limpahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabat beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, dengan usaha dan tekad yang kuat akhirnya skripsi ini dapat penulis

selesaikan. Walaupun cukup banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, baik itu

berupa sifat malas, lalai, dan sombong yang masih melekat kuat di dalam diri penulis. Namun

atas izin Allah SWT semua hambatan dan rintangan dapat diatasi dan diselesaikan.

Terselesaikannya skripsi ini, sungguh suatu anugerah terindah yang penulis rasakan.

Namun anugerah tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya proses dan dukungan, baik moril

maupun materil. Maka untuk itulah, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih tiada henti penulis sampaikan kepada ayahanda (Ardy Kusuma)

yang dengan ketegaran hidupnya telah menjadi sumber inspirasi dan semangat bagi penulis

dan kepada ibunda (Haslinda) yang air susunya telah mendarah daging dalam tubuh ini, yang

dengan keringat dan air matanya telah menyatu dalam jiwa penulis.

Selain itu penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi beserta pembantu dekan dan jajarannya.

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

iii

2. Bapak Rachmat Baihaky, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

serta Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si. Selaku Sekretaris Jurusan yang telah banyak

membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Ade Masturi, M.A. selaku dosen pembimbing, tiada kata yang sangat pantas

terucap selain terima kasih yang mendalam atas kesediaannya untuk meluangkan waktu

di tengah-tengah kesibukannya guna memberikan arahan, masukan, dan membimbing

penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah mengajar

penulis, terimakasih atas ilmu yang diberikan. Semoga berkah dan selalu bermanfaat.

5. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah membantu

penulis dalam pencarian bahan untuk skripsi ini.

6. Bang Fadli dan Bang Dharma, yang telah memberikan bantuan dukungan baik moril

maupun materil, dan kepada adik-adik (Rian dan Rais) -yang hanya cukup dengan diam

dan tidak mengganggu penulis- telah banyak membantu penulis.

7. Saudara Yoga Julian, Lutfi Ismail serta keluarga besar SALAM 5 Depok yang telah

membantu penulis memberikan data-data yang diperlukan. Dan juga kepada Afif, Dimas,

Hisyam, Rafi, Rifki, dan Wahyu selaku siswa SMA Negeri 5 Depok yang bersedia

penulis wawancarai.

8. Saudara Andi Riski, Firda Afriyani, Ahmad Fadhilah Rosyadi, yang telah memberikan

bantuan yang sangat banyak dan mendorong penulis untuk menyelesaikan penulisan

tugas akhir ini tepat waktu. Terima kasih untuk bantuan di detik-detik yang menentukan.

9. Teman-teman organisasi di Yayasan AISI program beasiswa DPN yang selalu

mendukung penulis dan selalu ada bersama penulis melakukan banyak “proyek

kebaikan” untuk pelajar di Kota Depok.

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

iv

10. Para sahabat anak-anak KPI E 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih

atas kebersamaan, keceriaan, kenangan, cita-cita dan kehadiran kalian yang telah

memberikan warna dan pelajaran berharga bagi penulis. Kalian semua memberikan

atmosfir yang menyenangkan di masa-masa penulisan yang menegangkan.

11. Teman-teman KKN SAHABAT, terima kasih untuk satu bulan kenangan yang telah

kalian ciptakan, kebersamaan kita saat itu sungguh sangat penulis rindukan.

12. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

kelancaran penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan memanjatkan do‟a yang tulus untuk

mereka yang tersayang, yang selalu ada disamping penulis ketika sedih dan selalu

mengingatkan di saat salah. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Amin ya Rabbal alamin.

Jakarta, 22 Januari 2015

Penulis

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………………….………………………………………………… ii

DAFTAR ISI …………………...……………………………....………………...…............. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………………………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ….………………………………………..…... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………….…………………………………………... 8

D. Metodologi Penelitian ……………….………………………………………............. 9

E. Tinjauan Pustaka………………….…………………………………………………. 14

F. Sistematika Penulisan ................................................................................................. 15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pola Komunikasi …………………………………………………………………. 17

1. Pengertian Pola Komunikasi ……………….…………………………………….. 17

2. Jenis-jenis Pola Komunikasi ……………..……………………………………….. 19

a. Pola Roda ………………………………………...…………………………….. 19

b. Pola Rantai ……………...……………………………………………………… 21

c. Pola Lingkaran ………..……………………………………………………….. 23

d. Pola Bintang ………………....…………………………………………………. 24

B. Lembaga Dakwah Sekolah ………………….....……………………………………. 26

1. Pengertian Lembaga Dakwah Sekolah ……………….....………………………….. 26

2. Urgensi Dakwah Sekolah ………………....……………………………………….. 27

3. Tujuan dan Sasaran Dakwah Sekolah ………......………………………………….. 33

4. Objek Dakwah Sekolah ……......…………………………………………………… 40

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

vi

C. Mentoring ………………………………………………………………………....… 43

1. Pengertian Mentoring …………………………….........…………………………… 43

2. Sejarah Perkembangan Mentoring ……………………........………………………. 44

3. Peran Mentoring dalam Pendidikan …………………..........………………………. 45

4. Macam-macam Aktivitas dalam Mentoring ………....………………………......…. 47

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA DAKWAH SEKOLAH SALAM 5

A. Profil Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) SALAM 5 ……...........…………………… 52

1. Latar Belakang LDS SALAM 5 ………………………………..........…………….. 52

2. Visi, Misi, Fungsi danTujuan LDS SALAM 5 ……..........………………………… 53

3. Struktur Kepengurusan dan Fungsi Pengurus Inti LDS SALAM 5 …...........……… 54

B. Program Kerja Kepengurusan LDS SALAM 5 ……….........……………………….. 56

BAB IV POLA KOMUNIKASI PENGURUS LDS DALAM KEGIATAN MENTORING

A. Pola Komunikasi Pengurus LDS dalam Kegiatan Mentoring

di SMA Negeri 5 Depok ………………………...........……………………………... 59

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengurus LDS dalam

Kegiatan Mentoring di SMA Negeri 5 Depok ……………………......…………….. 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………....………….. 82

B. Saran …………………………………...……………………………………………. 83

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………… 85

LAMPIRAN

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dari kehidupan sehari-

hari di rumah, di sekolah, di tempat pekerjaan atau di mana saja berada. Tidak

ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.

“Setiap kegiatan manusia, baik itu aktivitas sehari-hari, organisasi,

lembaga dan sebagainya tidak akan terlepas dari komunikasi, sehingga dapat

dipastikan di mana manusia hidup baik sebagai individu maupun anggota

masyarakat selalu berkomunikasi, mengapa demikian? Karena komunikasi

merupakan kebutuhan hidup manusia. Tidak mungkin seseorang dapat

menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi dan komunikasi itu sendiri

merupakan unsur penting yang membentuk dan memungkinkan

berlangsungnya suatu masyarakat.”1

Manusia dituntut agar pandai dan tahu etika dalam berkomunikasi, agar

perkataannya tidak sampai menyakiti orang lain, bahkan sebaliknya setiap kata

yang diucapkan dapat menyejukkan hati meskipun berbeda suku, berbeda

bangsa, berbeda budaya, berbeda warna kulit. Komunikasi adalah proses

penyampaian suatu pernyataan berupa pesan oleh seseorang (komunikator)

kepada orang lain (komunikan).2 Indikator komunikasi akan berjalan dengan

baik manakala komunikator atau orang yang memberikan pesan berhasil

menyamakan makna pesan yang ditangkap atau diterima oleh komunikan. Hal

1 Zulkarnain Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, 1

st ed. (Jakarta : Universitas Terbuka,

1993), h. 2. 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, 1

st ed. (Jakarta: PT.

Remaja Rosdakarya, 2001), h. 4.

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

2

ini yang membuat pola komunikasi atau bentuk penyampaian pesan menjadi

penunjang atau penentu keberhasilan komunikasi yang berjalan dengan baik.

Ada beberapa macam pola komunikasi yang biasa digunakan, seperti pola

komunikasi roda, pola komunikasi lingkaran, pola komunikasi rantai dan pola

komunikasi bintang. Namun, dalam penerapannya pola komunikasi ini harus

melihat siapa, apa dan dimana proses komunikasi itu berlangsung.

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri. Juga halnya

dalam menjalankan kegiatan mentoring di sekolah, agar dapat berjalan lancar

dan berhasil, perlu adanya pola komunikasi yang baik dalam menjalankan

kegiatan mentoring. Begitu juga sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya pola

komunikasi akan menyebabkan kegiatan mentoring tidak berjalan secara

maksimal. Atas dasar itu maka pola komunikasi perlu mendapat perhatian untuk

dipelajari dan dipahami semua orang yang terlibat dalam dunia organisasi.

Khususnya dalam organisasi Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) yang menjadi

fokus penulis dalam penelitian ini.

Penulis memandang sangat penting untuk mengkaji pola komunikasi sebagai

landasan kuat bagi pengembangan jalannya sebuah kegiatan dalam mentoring.

Saat ini, telah banyak sekolah-sekolah melalui Lembaga Dakwah Sekolah

(LDS) melaksanakan kegiatan mentoring untuk siswa-siswinya, khususnya di

SMA Negeri 5 Depok yang menjadi subjek penulis dalam penelitian ini.

Setelah penulis melakukan observasi terhadap kegiatan mentoring,

ditemukan hanya dua pola komunikasi itu yang berlaku selama kegiatan tersebut

berlangsung.3 Pertama yaitu pola komunikasi roda. Pola komunikasi ini jelas

3 Observasi Penulis Selama Sebulan, Pertengahan Oktober Sampai dengan Pertengahan

November 2014

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

3

terlihat saat awal-awal kegiatan mentoring berjalan, hanya pementor sebagai

komunikator tunggal dalam menyampaikan pesan yaitu berupa materi

pembahasan. Kedua yaitu pola komunikasi bintang, pola komunikasi ini jelas

terlihat saat kegiatan mentoring memasuki pertengahan sampai akhir

pelaksanaan. Semua orang yang ada dalam kegiatan tersebut saling

berkomunikasi dalam mendiskusikan sebuah materi yang sebelumnya telah

dibahas, kemudian masing-masing orang memberikan pandangannya dan yang

lain menanggapinya.

Tidak dapat disangkal lagi, kualitas generasi muda merupakan cerminan

masa depan bangsa. Suatu bangsa yang gagal membina generasi muda -

moralitas dan kapabilitas- akan menjadi bangsa pecundang dikemudian hari.

Negara-negara maju di dunia sangat khawatir dengan kelanjutan masa depan

negara mereka. Apalah artinya kemajuan ekonomi, kecanggihan teknologi dan

militer, kepemimpinan atas dunia, sementara generasi mudanya sedemikian

rusak moralnya, bodoh dan tidak dapat diharapkan di masa depan. Bayang-

bayang kemunduran atau bahkan kepunahan sebagai bangsa tampak begitu

menakutkan.4

Pembinaan moralitas generasi muda semakin penting apabila melihat

fenomena bangsa Indonesia yang semakin terpuruk dalam krisis ekonomi yang

parah dan bermuara pada rusaknya moral secara massal.5 Ungkapan Hasan al-

Banna (seorang tokoh kharismatik gerakan ini) menarik untuk dikutip.

4 Refleksi 20 Tahun Pembaharuan Tarbiyah di Indonesia: Tarbiyah Menjawab Tantangan

(Jakarta: Robbani Press, 2002), h. 65. 5 Nugroho Widiyantoro, Panduan Dakwah Sekolah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar,

2nd

ed. (Jakarta: Era Intermedia, 2002), h. 3.

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

4

“Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar

kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya.

Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.”6

Membangun kepeloporan pemuda tentu tidak dapat dilakukan dengan

sekejap mata. Apalagi ketika mereka sedang mengalami sakit yang semakin

parah karena tidak kunjung diobati. Bagaikan virus SARS, penyebaran virus-

virus demoralisasi yang mematikan hati, fisik dan akal ini amat mudah

menyebar di mana-mana.Masa depan sebagai bangsa sangat terancam oleh

kualitas dan moralitas generasi muda yang sangat mengkhawatirkan. Dan ini

tentu saja menjadi tanggung jawab semua pihak. Para ulama, tokoh masyarakat,

sesama pelajar, alumni, guru, kepala sekolah, dan tentu saja, pemerintah.

Oleh karena itu, semua pihak tersebut patut peduli dan mengambil tanggung

jawab secara kolektif tanpa terkecuali. Para guru, pembina agama, pemerintah,

alumni, orang tua, sesama siswa dan masyarakat luas harus bahu-membahu

memberikan kontribusi pembinaan remaja, salah satunya melalui kegiatan

mentoring di sekolah. Salah satu kegiatan dakwah bagi pemuda yang

merupakan aset bangsa kelak di masa depan, yang bertujuan untuk mencetak

kepribadian dan karakter yang kuat sejak dini.7 Kewajiban dalam melaksanakan

dakwah kepada mereka adalah tanggung jawab yang kelak akan Allah tanyakan

langsung di akhirat.

Ada tiga alasan utama yang menjelaskan urgensi kegiatan mentoring yang

dijalankan Lembaga Dakwah Sekolah yakni: Efektif, Masif, dan Strategis.8

Alasan-alasan ini sangat khas dan membedakannya dengan segmen organisasi

6 Nugroho Widiyantoro, Panduan Dakwah Sekolah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar,

h. 15. 7Ibid., h. 3.

8Ibid., h. 20.

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

5

dakwah yang lain. Alasan ini juga yang membuat kegiatan mentoring menjadi

hal yang istimewa untuk dilaksanakan di sekolah.

Ulasan pertama yaitu efektif. Tidak diragukan lagi bahwa menanamkan

akidah dan moralitas (berdakwah) melalui kegiatan mentoring kepada remaja

dan pemuda adalah jauh lebih efektif daripada berdakwah kepada golongan tua

yang telah sarat dengan kontaminasi kepentingan pragmatis dan ideologis. Usia

muda adalah periode emas untuk belajar, menanamkan ilmu pengetahuan dan

nilai-nilai keagamaan. Sebuah pepatah Arab mengatakan “belajar di waktu kecil

bagaikan mengukir di atas batu, sedangkan belajar di masa tua bagaikan

menulis di atas air.”

Di Indonesia, peluang dakwah dan proses tarbiyah yang efektif banyak

berawal dari dakwah sekolah, baik di SMP maupun SMA. Penggerak dakwah

kampus di berbagai perguruan tinggi besar seperti Universitas Indonesia (UI),

Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan

sebagainya sebagian besar berasal dari aktivis lembaga dakwah sekolah.

Ulasan selanjutnya yaitu masif. Objek dari mentoring adalah pelajar di

sekolah, disebut “masif” atau massal karena jumlah populasi pelajar sangat

banyak dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Populasi pelajar ini juga jauh

melebihi populasi mahasiswa yang hanya berada di kota-kota besar. Dari 74 juta

populasi pemuda Indonesia berusia 15–35 tahun di tahun 2010, 91,5% tamat

SMP, dan 73,02% tamat SMA. Bandingkan dengan 8,86% yang hanya berhasil

menamatkan pendidikan sarjana muda dan sarjananya.9 Obyek dakwah yang

masif tentu saja sangat vital. Bila pengaruh dakwah sedemikian besar kepada

9 Biro Pusat Statistik (BPS), National Study Center (Jakarta: BPS, 2010), h. 24.

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

6

segmen pelajar, maka perbaikan moralitas dan fikroh masyarakat akan tumbuh

secara masif pula.

Lalu ulasan terakhir yaitu strategis. Disebut strategis karena kegiatan

mentoring yang dijalankan LDS dalam jangka panjang akan mensuplai sumber

daya manusia (SDM) shalih di berbagai lapisan masyarakat sekaligus, baik

buruh dan pekerja, wiraswastawan dan kaum profesional, serta calon pemimpin

di masa depan. Mengingat perannya yang amat strategis ini, maka tidak heran

lahan dalam lembaga dakwah sekolah ini menjadi rebutan berbagai ideologi.

Maka bayangkanlah apa yang terjadi apabila lembaga dakwah sekolah maju dan

berkembang. Tatkala berhasil menumbuhsuburkan kader-kader muslim yang

banyak dan berkualitas juga simpatisan-simpatisan dakwah yang massal.

Mereka akan mengisi dan mewarnai lembaga-lembaga profesi di masa

depan: perusahaan-perusahaan, instansi pemerintah, birokrasi, perguruan tinggi,

LSM, wiraswasta, dan tentu saja di masyarakatnya sendiri, baik sebagai

pemimpin-pemimpin hingga level grass root (basis massa). Mereka akan

menjadi agen-agen perubahan skala sistem; membersihkan seluruh sendi-sendi

kehidupan berbangsa dan bernegara dari kuman-kuman korupsi, kolusi dan

nepotisme yang sudah akut. Mereka adalah darah baru yang akan membawa

bangsa dan umat Islam kepada zaman baru; era baru yang lebih cemerlang,

maju, adil, sejahtera dan tentu saja berakhlak.

Tidak mudah dalam menjalankan kegiatan mentoring di sekolah.

Permasalahannya, walaupun kegiatan mentoring memiliki cita-cita, tujuan serta

fungsi luar biasa yang diemban oleh LDS, tetapi hal itu tidak diiringi dengan

jumlah pengurus yang terlibat dalam menjalankan kegiatan mentoring. Sehingga

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

7

berakibat terhadap pola komunikasi yang tidak maksimal antara pengurus LDS

selaku pementor dengan siswa selaku peserta mentor. Berdasarkan sumber data

yang didapatkan penulis10

bahwa jumlah pengurus lembaga dakwah sekolah

khususnya dalam menjalankan kegiatan mentoring mengalami penurunan tiap

tahunnya.

Melihat latar belakang di atas tidak diragukan lagi bahwasanya pola

komunikasi menjadi penting dalam kaitannya terhadap kegiatan mentoring.

Penulis tertarik untuk mengupas lebih jauh kiprah pengurus LDS dalam

menjalankan kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok dalam sebuah skripsi.

Penulis mengambil subjek penelitian di SMA Negeri 5 Depok karena di sekolah

tersebut melaksanakan kegiatan mentoring. Selaras dengan uraian dan latar

belakang di atas, hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat

sebuah judul skripsi: “Pola Komunikasi Pengurus Lembaga Dakwah

Sekolah (LDS) dalam Kegiatan Mentoring di SMA Negeri 5 Depok.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka penulis membatasi dan

merumuskan masalah. Penelitian ini dibatasi hanya akan meneliti tentang

kegiatan mentoring yang dijalankan oleh Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) di

SMA Negeri 5 Depok dengan menggunakan teori pola komunikasi roda dan

pola komunikasi bintang. Secara menyeluruh penulis akan berusaha menjawab

dari rumusan masalah penelitian. Adapun permasalahan yang hendak dijawab

adalah:

10

Refleksi 20 Tahun Pembaharuan Tarbiyah di Indonesia: Tarbiyah Menjawab

Tantangan, h. 68.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

8

1. Bagaimana pola komunikasi pengurus LDS dalam kegiatan mentoring di

SMA Negeri 5 Depok?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat pengurus LDS dalam kegiatan

mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola

komunikasi pengurus LDS dalam kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok

dan mengetahui apa faktor pendukung dan penghambat pengurus LDS dalam

kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok.

Manfaat Penelitian:

1. Secara akademis memperkaya khazanah penelitian mengenai kegiatan

mentoring di sekolah-sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan merupakan

data yang berharga karena dapat memberikan kontribusi bagi pengetahuan

ilmiah dalam bidang ilmu dakwah dan ilmu komunikasi khususnya di

jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membuka lebih banyak

kemungkinan untuk penelitian lebih lanjut dengan pengembangan topik

maupun metodologi penelitian. Terutama diharapkan dapat merangsang

munculnya penelitian-penelitian lain mengenai kegiatan mentoring di

sekolah. Selanjutnya, hasil penelitian yang didapatkan bisa menjadi

masukan bagi pihak pendidikan tinggi serta dapat dibandingkan dengan hasil

penelitian sebelumnya.

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

9

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah bersifat analisis

deskriptif, yaitu suatu metode penelitian melalui pendekatan kualitatif yang

dihasilkan dari suatu data yang dikumpulkan melalui survey di lapangan. Data

tersebut berupa data-data, kata-kata, gambar dan dokumen.

Menurut Bagdan dan Taylor seperti yang dikutip oleh Moelong dalam

bukunya penelitian kualitatif11

ialah “sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati.” Artinya dalam penelitian ini penulis berupaya

menghimpun data mengenai pola komunikasi pengurus LDS melalui program

mentoring dan kemudian penulis mengolah dan menganalisa data secara

deskriptif dengan menafsirkan secara kualitatif.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan informan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan (purpossive

sampling). Dalam menentukan subyek penelitian ini, penulis memilih subjek

penelitian yang menurut penulis dapat memberikan data yang dibutuhkan.

Adapun subjek utama (data primer utama) penelitian ini adalah SMA Negeri

5 Depok yang meliputi ketua LDS, serta beberapa pengurus LDS selaku

pementor (pengajar mentoring). Anggota pemilihan subjek ini dilakukan karena

mereka memiliki perhatian, pengetahuan serta perannya dalam kegiatan

mentoring di SMA Negeri 5 Depok. Sedangkan subjek pendukung (data primer

11

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 26th ed. (Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya, 2009), h. 4.

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

10

pendukung) dalam penelitian ini adalah siswa atau peserta mentoring di SMA

negeri 5 Depok. Jumlah peserta mentor yang berada di SMA negeri 5 Depok

berjumlah 144 orang. Dengan menggunakan purpossive sampling, penulis

memilih enam orang peserta mentor. Hal ini dilakukan berdasarkan kategori

usia dan tingkat pendidikan. Sedangkan untuk objek penelitian ini adalah pola

komunikasi pengurus LDS dalam kegiatan mentoring. Data mengenai subjek

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Jenis Data Subjek Penelitian Nama Subjek

Kedudukan

Alasan Pemilihan

1

Primer

Utama

SMA Negeri 5 Depok 1) Yoga

Julian

2) Lutfi

Ismail

3) Angga

Bagus

4) Novrita

Wulandari

Ketua LDS

Pengurus

LDS

sekaligus

pementor

Pementor

Pementor

Karena mereka memiliki

perhatian, pengetahuan

serta perannya dalam

kegiatan mentoring di

SMA Negeri 5 Depok.

2

Primer

Pendukung

Jumlah keseluruhan

peserta mentor adalah

144 orang. Dengan

menggunakan

teknik purpossive

sampling, di dapat 37

orang berdasarkan

kategori usia (15-18

tahun) dan tingkat

pendidikan (SMA kelas

10, 11, 12). Dari sinilah

penulis mengambil

enam subjek penelitian

yang terdiri dari:

*Satu orang berumur

15 tahun, kelas 10.

*Satu orang berumur

16 tahun, kelas 10.

*Satu orang berumur

16 tahun, kelas 11.

*Satu orang berumur

17 tahun, kelas 11.

1) Afif

2) Dimas

3) Hisyam

4) Rafi

5) Rifki

6) Wahyu

Anggota/

Siswa

Pementor

Karena mereka

termasuk kategori siswa

yang sudah

dapat memberikan

penjelasan secara

rasional dan bisa diajak

diskusi kelompok pada

saat penulis melakukan

wawancara.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

11

*Satu orang berumur

17 tahun, kelas 12.

*Satu orang berumur

18 tahun, kelas 12.

Pemilihan tersebut

dimaksudkan untuk

mendapatkan data

yang akurat terkait

permasalahan yang

diteliti.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian lapangan ini, akan menggunakan beberapa teknik untuk

mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan diantaranya sebagai

berikut:

a. Observasi

Observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap

fenomena yang diselidiki.12

Observasi yang dilakukan oleh penulis adalah

observasi partisipan yaitu penulis melakukan pengamatan langsung terhadap

objek penelitian yaitu pola komunikasi pengurus LDS dalam kegiatan

mentoring di SMA Negeri 5 Depok. Penulis melakukan observasi dalam

pelaksanaan kegiatan mentoring dilaksanakan kurang lebih sebulan, lebih

tepatnya dari tanggal 14 Oktober hingga tanggal 16 November 2014. Dalam

jangka waktu tersebut, penulis melakukan 8 kali observasi di SMA Negeri 5

Depok setiap hari Sabtu dan Minggu.

b. Wawancara (interview)

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih. Dalam hal

ini juga akan digunakan teknik interview bebas terpimpin; yaitu dengan

12

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, 2nd

ed. (Yogyakarta: Andi Ofset, 1992), h. 129.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

12

mengajukan beberapa pertanyaan kepada para responden yang telah

dipersiapkan, lalu dijawab oleh pemberi data (responden) dengan bebas dan

terbuka. Penulis melakukan wawancara terhadap 10 responden. Pertama yaitu

wawancara dengan Yoga Julian sebagai Ketua Lembaga Dakwah Sekolah

(LDS) SALAM 5 pada tanggal 20 November 2014. Kedua yaitu wawancara

dengan Lutfi Ismail sebagai Pengurus LDS SALAM 5 pada tanggal 22

November 2014, lalu pada hari yang sama dilanjutkan dengan Angga Bagus

dan Novrita Wulandari sebagai pementor. Terakhir diakhiri wawancara

dengan Afif, Dimas, Hisyam. Rafi, Rifki, dan Wahyu sebagai siswa peserta

mentoring pada tanggal 27 November 2014.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen. Yakni menggunakan data-data dan sumber-sumber yang ada

hubungannya dengan masalah yang dibahas. Sedangkan data-data ini, penulis

peroleh dari buku-buku, profile company, arsip-arsip maupun diktat-diktat

yang berhubungan dengan masalah penelitian lembaga dakwah sekolah di

SMA Negeri 5 Depok.

4. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam menganalisa data, penulis mengolah

data dari hasil observasi dan wawancara, data tersebut disusun dan

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

13

dikategorikan berdasarkan hasil wawancara, dokumen maupun laporan, yang

kemudian dideskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah dipahami.13

Teknik analisa data dilakukan dengan cara sebagai berikut; Reduksi data,

yaitu tahap pertama adalah reduksi data, penulis mencoba memilah data yang

relevan dengan pola komunikasi pengurus dalam kegiatan mentoring; Penyajian

data, yaitu tahap kedua adalah penyajian data, setelah data mengenai pola

komunikasi pengurus dalam kegiatan mentoring diperoleh, maka data tersebut

disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, tabel dan sebagainya;

Penyimpulan data, yaitu tahap ketiga adalah penyimpulan atas apa yang

disajikan.

5. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting dalam sebuah penelitian

kualitatif. Untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada

empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan, keteralihan,

kebergantungan, dan kepastian.14

Adapun kredibilitas dilakukan dengan

menggunakan teknik triangulasi, hal ini dapat dicapai dengan jalan antara lain;

Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya

untuk mengetahui perasaan siswa atau peserta mentor setelah mengikuti

kegiatan mentoring yang ada di SMA Negeri 5 Depok dengan cara sharing atau

menanyakan langsung pada siswa atau peserta mentor; Setelah itu lalu

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan pendapat atau

13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, 2

nd ed. (Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 1998), h. 78. 14 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 324.

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

14

pandangan orang lain, misalnya penulis membandingkan jawaban yang

diberikan pengurus LDS dengan jawaban yang diberikan oleh ketua LDS;

Terakhir, membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang

berkaitan dengan kegiatan mentoring.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan penulis, terhadap beberapa tulisan dan buku-buku

khususnya yang terdapat di perpustakaan fakultas ilmu dakwah dan ilmu

komunikasi. Penulis menemukan beberapa tulisan sejenis diantaranya, skripsi

yang ditulis oleh Dewi Nurjamilah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam, dengan judul “Pola Komunikasi Pengajar dalam Pembinaan Perilaku

Anak Jalanan di Yayasan Dian Nusantara Ciputat.” Dalam skripsinya tersebut,

Dewi Nurjamilah membicarakan bagaimana pola komunikasi pengajar dalam

pembinaan perilaku anak jalanan. Yang membedakan dengan skripsi ini adalah

subjek dan objek penelitiannya, dalam skripsi ini penulis membahas pola

komunikasi pengurus LDS dalam kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok.

Kemudian skripsi yang ditulis oleh Siti Dahlia mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam, dengan judul “Pola Komunikasi Organisasi Pimpinan Pusat

Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) dalam Mengembangkan dan

Membina Organisasi.” Dalam skripsinya tersebut selain subjek dan objek

penelitian yang berbeda, Siti Dahlia meneliti pola komunikasi organisasi PP

IPPNU dalam mengembangkan dan membina organisasi.

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

15

Dari beberapa sumber yang penulis cari, baik itu dari skripsi, tesis, disertasi

maupun buku, belum pernah ada yang meneliti tentang “Pola Komunikasi

Pengurus Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) dalam Kegiatan Mentoring di SMA

Negeri 5 Depok.”

F. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini terbagi atas lima bab, secara rinci sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan yang menjelaskan Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Landasan teori merupakan bab yang melandasi pemikiran dalam

menganalisa dari data-data yang telah dikumpulkan. Kerangka pemikiran yang

digunakan adalah Pengertian Pola Komunikasi, Jenis-jenis Pola Komunikasi,

Pengertian Lembaga Dakwah Sekolah, Urgensi Dakwah Sekolah, Tujuan dan

Sasaran Dakwah Sekolah, Objek Dakwah Sekolah, serta Pengertian Mentoring,

Sejarah Perkembangan Mentoring, Peran Mentoring dalam Pendidikan dan

Macam-macam Aktivitas dalam Mentoring.

BAB III: Pada bab ini berisi gambaran umum Lembaga Dakwah Sekolah

(LDS) SALAM 5 meliputi Profil Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) SALAM 5

serta Program Kerja Kepengurusan LDS SALAM 5.

BAB IV: Bab ini merupakan isi, yang meliputi Pola Komunikasi Pengurus

LDS dalam Kegiatan Mentoring di SMA Negeri 5 Depok, dan Faktor

Pendukung dan Penghambat Pengurus LDS dalam Kegiatan Mentoring di SMA

Negeri 5 Depok.

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

16

BAB V: Bab penutup berisi kesimpulan dari penelitian tentang pola

komunikasi pengurus lembaga dakwah sekolah (LDS) dalam kegiatan

mentoring di SMA Negeri 5 Depok dan saran-saran bagi praktisi ilmu dakwah

dan ilmu komunikasi khususnya dalam mengembangkan syiar Islam.

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pola Komunikasi

1. Pengertian Pola Komunikasi

Kata pola komunikasi dibangun oleh dua suku kata yaitu pola dan

komunikasi. Sebelum kita membahas tentang pola komunikasi, kita harus

mengetahui apa itu pola dan apa itu komunikasi. Pola menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap.1

Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Popular “pola” diartikan sebagai model,

contoh, pedoman (rancangan).2

Pola dapat dikatakan juga dengan model, yaitu cara untuk menunjukkan

sebuah obyek yang mengandung kompleksitas proses didalamnya dan

hubungan antara unsur-unsur pendukungnya.3

Adapun istilah komunikasi secara etimologis atau menurut asal katanya

berasal dari bahasa Latin communicatio atau dari kata communis yang berarti

sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk

mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang

diinginkan komunikator.4

Sedangkan secara terminologis komunikasi berarti

proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.5

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 3

rd ed. (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), h. 585. 2 Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al-barty, Kamus Besar Bahasa Ilmiah Popular

(Surabaya: Arkola, 1994), h. 605. 3 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004), h. 9.

4 H.A.W. Widjaja, Komunikasi, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, 5

th ed. (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), h. 8. 5 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, 2

nd ed. (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1992), h. 4.

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

18

Stephen W. Littlejohn mengatakan bahwa: communication is difficult to

define. The word is abstract and, like most terms, prosses numerous meanings

(komunikasi sulit untuk didefinisikan. Kata “komunikasi” bersifat abstrak,

seperti kebanyakan istilah, memiliki banyak arti).6

Menurut Everret M. Rogers komunikasi adalah proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka.7

Menurut Onong Uchjana Effendy, “komunikasi berarti proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Untuk

memberitahukan atau untuk mengubah sikap. Pendapat atau perilaku, baik

langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.”8

Adapun menurut Harold D. Lasswell komunikasi pada dasarnya

merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? Dengan

saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who says what in

which channel to whom with what effect). Model yang diutarakan Lasswell ini

secara jelas mengelompokkan elemen-elemen mendasar dari komunikasi ke

dalam lima elemen yang tidak bisa dihilangkan salah satunya.9

Deddy Mulyana mengatakan dalam bukunya yang berjudul Komunikasi

Efektif bahwa komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku

verbal dan non-verbal.10

6 Morissan, Teori Komunikasi, 9

th ed. (Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2009), h. 4.

7 Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.

1. 8 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 6.

9 Little John,Stephen W. dan Karen A. Foss, Theories of Human Communication (Edisi

Indonesia Teori Komunikasi) (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 334. 10

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, 2nd

ed. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.

3.

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

19

Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa pola komunikasi dapat

dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam

pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan

yang dimaksud dapat dipahami.

Dari semua definisi yang ada, penulis menyimpulkan arti dari pola

komunikasi yaitu sebuah bentuk penyampaian suatu pesan yang dilakukan

oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan untuk memperoleh

kesamaan makna. Karena komunikasi merupakan hal yang penting dalam

kehidupan. Dengan komunikasi manusia berinteraksi dengan sesama, saling

mengenal dan menjalin hubungan baik yang diharapkan sehingga manusia

dapat melakukan perannya sebagai makhluk sosial.

2. Jenis-jenis Pola Komunikasi

Menurut H.A.W. Widjaja di dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Pengantar

Studi”, ada empat pola komunikasi, yaitu komunikasi pola roda, pola rantai,

pola lingkaran, dan pola bintang.11

Keempat pola tersebut dapat dilihat pada

gambar berikut:

a. Pola Roda

Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada

individu yang menduduki posisi sentral. Orang dalam posisi sentral

menerima kontak, informasi dan memecahkan masalah dengan

sasaran/persetujuan anggota lainnya.

11

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, h. 102.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

20

Gambar 1. Pola Roda

Dalam pola roda, sebuah organisasi memiliki pemimpin yang jelas, yaitu

posisinya dipusat. Pola ini memasukkan satu orang yang berkomunikasi

dengan masing-masing orang dari sejumlah orang lainnya, satu orang

tersebut adalah pemimpin. Orang (pemimpin) ini merupakan satu-satunya

yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota.

Oleh karena itu, jika seorang anggota ini berkomunikasi dengan anggota

lain maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. Orang yang

berada ditengah (pemimpin) mempunyai wewenang dan kekuasaan penuh

untuk mempengaruhi anggotanya. Penyelesaian masalah dalam pola roda,

bisa dibilang cukup efektif tapi keefektifan itu hanya mencakup masalah

yang sederhana saja.

Dalam definisi lain, pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh

informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang

dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh

anggota organisasi lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan

persetujuan anggota lainnya (Pace & Faules, 2005:174). Pola ini

memfokuskan satu orang sebagai sentral untuk berkomunikasi dengan

individu lainnya.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

21

Menurut Wayne Pace dan Faules, pola roda dianggap paling terstruktur

dan tengah. Dalam pola ini, misalnya, masing-masing empat anggota dapat

berkomunikasi dengan orang kelima tetapi keempat anggota ini tidak

melakukan kontak/komunikasi. Masalah ini diselesaikan oleh anggota

mengirim pesan kepada anggota atas atau tengah yang membuat keputusan

dan mengirimkan informasi kembali. Pola ini disebut Hierarki dua tingkat.

Sebagai contoh organisasi pada pola ini tampak ketika seorang anggota

berada di sebuah ruangan ketika rapat, dan ketuanya sebagai komunikan

atau pemimpin. Di ruangan tersebut ketua menjadi fokus perhatian yang

setiap anggota di ruangan dapat bertanya jawab atau melakukan timbal

balik dengan ketua tersebut, namun anggota tidak boleh berkomunikasi

dengan anggota lainnya karena akan menimbulkan kegaduhan.

b. Pola Rantai

Metode jaringan komunikasi di sini terdapat lima tingkatan dalam

jenjang hierarkinya dan hanya dikenal komunikasi sistem arus ke atas

(upward) dan ke bawah (downward), yang artinya menganut hubungan

komunikasi garis langsung (komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa

terjadinya suatu penyimpangan. Dalam artian seseorang berkomunikasi

pada seseorang yang lain dan seterusnya.

Gambar 2. Pola Rantai

Sistem komunikasi dalam organisasi pada pola rantai sama dengan

pola lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

22

berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terjadi

disini. Orang yang berada ditengah lebih berperan sebagai pemimpin dari

pada mereka yang berada di posisi lain. Dalam pola ini, sejumlah saluran

terbuka dibatasi, orang hanya bisa secara resmi berkomunikasi degan

orang-orang tertentu saja.

Menurut Wayne Pace dan Faules12

, pola rantai menempati peringkat

tertinggi berikutnya dalam sentralitas. Dalam jaringan ini dua orang

menjadi orang akhir, hanya memiliki satu orang lain dengan siapa mereka

dapat berkomunikasi secara langsung. Mereka biasanya mengirimkan

informasi kepada individu ini lain yang berfungsi sebagai perantara,

mengirim pesan sendiri, bersama dengan orang-orang akhir, untuk orang

kelima yang mengumpulkan informasi.

Orang pusat ini kemudian memutuskan jawaban dan mengirimkannya

kembali ke orang-orang yang kemudian estafet, kirim jawaban ke orang

akhir masing-masing. Dengan demikian setiap perantara berkomunikasi

langsung dengan dua orang. Orang pusat juga berkomunikasi dengan dua

individu, tetapi dalam posisi ini ia berada dalam kontak dekat dengan

semua anggota grup.

Sebagai contoh organisasi pada pola ini dapat dilihat ketika pengurus

memiliki informasi rahasia. Informasi mereka sebarkan ke anggota yang

lain secara diam-diam. Dimana ketika mereka mempunyai informasi

terkait organisasi mereka lebih memilih dengan sistem rantai yaitu

12 Wayne Pace dan Don Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja

Perusahaan (Bandung: PT Rosda Karya, 2005), h. 176.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

23

mengatakan info tersebut kepada satu anggota kemudian anggota tersebut

menyalurkan ke anggota lain dan seterusnya. Bukan dengan

meyebarluaskan secara serentak dan bersamaan.

c. Pola Lingkaran

Pola lingkaran yakni hampir sama pada pola rantai, namun orang

terakhir berkomunikasi pula kepada orang pertama. Dalam pola lingkaran

tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka

memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk memengaruhi

kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain

disisinya.

Gambar 3. Pola Lingkaran

Pola lingkaran memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu

dengan yang lainnya hanya melalui sejenis sistem pengulangan pesan.

Tidak seorang anggotapun yang dapat berhubungan langsung dengan

semua anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki

akses langsung terhadap seluruh informasi yang diperlukan untuk

memecahkan persoalan (Pace & Faules, 2005:178).

Sebagai contoh organisasi pada pola ini tampak ketika seorang

pengurus mendapat undangan dari ketua, dimana ketika pesta pengurus

hanya bisa berkomunikasi dengan orang yang berada di kanan dan kirinya

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

24

saja karena ia tidak mengenal siapapun orang disana dan tidak mengetahui

apa maksud undangan dari ketua tersebut.

d. Pola Bintang

Pola bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua

anggota.13

Pola ini hampir sama dengan dengan pola lingkaran dalam arti

semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang

sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Pola ini memungkinkan

adanya partisipasi anggota secara umum.

Menurut Wayne Pace dan Faules, pola ini juga hampir sama dengan

pola lingkaran. Dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya

memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya.14

Pada pola bintang seluruh saluran terbuka. Setiap orang berkomunikasi

sengan setiap orang lainnya. Pola bintang ini memberikan contoh suatu

struktur komunikasi yang desentralisasi. Sebagai contoh, struktur

desentralisasi dapat lebih efektif untuk pemecahan masalah secara kreatif

dan lebih bagus untuk pergerakan informasi secara cepat.

Gambar 4. Pola Bintang

13

H.A.W.Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h. 102-103. 14 Wayne Pace dan Don Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja

Perusahaan (Bandung: PT Rosda Karya, 2005), h. 180.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

25

Dalam pola bintang, pembatasan komunikasi ditempatkan pada setiap

anggota. Setiap orang mengkomunikasikan informasi kepada semua orang

lain secara langsung, semua anggota membentuk jawaban mereka sendiri

dalam format pemecahan masalah. Sistem all-channel ini memaksimalkan

peluang untuk umpan balik dan menghasilkan akurasi yang lebih besar,

juga, moral biasanya pada tingkat yang lebih tinggi dalam jaringan jenis

ini.

Sebagai contoh organisasi pada pola ini tampak jelas ketika seorang

ketua memimpin rapat organisasi untuk menyusun strategi secepat

mungkin untuk menjalankan program kerja yang belum terlaksana, yang

pada saat itu kondisinya semakin terdesak untuk segera dilaksanakan. Di

situ terjadi timbal balik secara langsung antara satu anggota dengan yang

lainnya.

Seiring perkembangan bentuk komunikasi yang semakin kompleks,

ditemukan lagi pola komunikasi yaitu pola Y. Pada pola ini, seperti pada

pola rantai, sejumlah saluran terbuka dibatasi, dan komunikasi bersifat

disentralisasi atau dipusatkan. Orang hanya bisa secara resmi

berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja (Devito, 1997: 23). Pola

Y relatif kurang terpusat dibanding karakteristik individu dan perilaku

komunikasi dalam struktur roda. Tetapi lebih tersentralasasi dibanding

dengan pola lainnya.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

26

Gambar 5. Pola Y

Pola Y memasukkan dua orang sentral yang menyampaikan informasi

kepada yang lainnya pada batas luar suatu pengelompokan. Dalam pola Y

juga terdapat pemimpin yang jelas, tetapi semua anggota lain berperan

sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirim dan menerima

pesan dari dua orang lainnya, sedangkan ketiga anggota lainnya terbatas

hanya dengan satu orang saja. Pada jaringan komunikasi Y, tiga orang

anggota dapat berhubungan dengan orang-orang disampingnya seperti

pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat berkomunikasi

dengan seseorang disampingnya.

B. Lembaga Dakwah Sekolah (LDS)

1. Pengertian Lembaga Dakwah sekolah

Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) adalah Organisasi Dakwah Sekolah

Eksternal, baik yang dikelola Alumni atau Non Alumni, yang bertujuan untuk

mengarahkan dan mengoptimalkan dakwah sekolah melalui kerjasama yang

baik dengan Organisasi Dakwah Internal (Rohis/Masjid Sekolah), sesuai

dengan arahan Pedoman Dakwah Sekolah.15

15

Nugroho Widiyantoro, Panduan Dakwah Sekolah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar,

h. 7.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

27

LDS terdiri dari Divisi Dakwah Khashshah (kaderisasi), Divisi Dakwah

Ammah (syiar), serta Divisi Media dan Diklat. Struktur ini dapat disesuaikan

dengan kebutuhan dan kemampuan setiap sekolah. LDS dapat berjalan secara

informal atau formal berupa lembaga alumni (forum alumni) atau lembaga

swadaya masyarakat atau syuro terbatas. LDS juga dapat berperan untuk

mengkoordinasi dan mengharmonisasi berbagai elemen seperti murabbi,

alumni (pengurus), guru, penjaga sekolah dan elemen-elemen pendukung

lainnya.16

2. Urgensi Dakwah Sekolah

Tentunya dakwah sekolah mempunyai urgensi yang penting dalam

pelaksanaannya. Dalam mencapai itu dilalui tahap-tahap yang tidak bisa

dilakukan dalam waktu singkat. Diawali dengan mengenal prinsip dari

pendinian tarbiyah. Setelah itu alasan yang menjelaskan keistimewaan dari

dakwah sekolah itu sendiri. Akhirnya, perlu dibutuhkan kerja besar agar

tercipta perubahan yang besar pula.

a. Prinsip Pendinian Tarbiyah

Selanjutnya kita mulai memasuki pembahasan bagaimana mulai

membangun kepribadian generasi muda kita. Sebenarnya, Islam telah

mengajarkan bahwa menanam bibit generasi yang sholeh harus dilakukan

sedini mungkin. Dalam hadits Hasan Shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud

dan Tirmidzi, misalnya seorang bayi disunahkan untuk diazankan dan

diiqomatkan ketika baru lahir. Itu adalah bagian dari pendinian proses

16

Nugroho Widiyantoro, Panduan Dakwah Sekolah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar,

h. 9.

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

28

tarbiyah itu; agar kalimat pertama yang didengarnya adalah kalimat tauhid

dan kebaikan semata, dan agar syaitan menjauhinya dari menyesatkannya.17

Bahkan jauh sebelumnya, seorang pemuda yang siap menikah

hendaknya memilih calon isteri yang memiliki 'dzatud dien', memiliki

penghayatan dan pengamalan agama yang baik, agar kelak berpotensi

melahirkan bibit generasi yang shalih. Nasihat Luqman kepada anaknya

yang diabadikan oleh Allah Swt. dalam Surah Luqman ayat 12-19,

menginspirasikan kita bahwa pembinaan anak-anak adalah sangat efektif

untuk mencetak kepribadian dan karakter yang kuat sejak dini hingga

mewujudkan kader-kader belia yang akan berjuang di tengah masyarakat

dengan sabar dan siap menghadapi ujian-ujian kehidupan dan perjuangan.

Banyak riset pendidikan modern saat ini menyimpulkan bahwa proses

pendinian kematangan kepribadian seseorang dapat segera dilakukan.18

Apalagi ada indikasi bahwa kematangan biologis seorang remaja

mengalami percepatan dalam beberapa tahun terakhir karena gizi yang

meningkat dan arus informasi yang amat pesat. Adalah bahaya besar,

apabila kematangan ini tidak diimbangi dengan kematangan kepribadian

dan bahkan kemandirian, karena akan terjadi penyimpangan-penyimpangan

pergaulan yang tidak bertanggung jawab. Tetapi Islam ternyata lebih

dahulu percaya bahwa pendinian itu adalah sangat mungkin dilakukan, dan

bahkan dapat memberikan hasil yang mengejutkan.

17

Jaudah Muhammad Awwad, Mendidik Anak Secara Islam (Jakarta: Gema Insani Press,

1995), h. 77. 18

Fadjar, A. Malik, Visi Pembaruan Pendidikan Islam (Jakarta: Lembaga Pengembangan

Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia, 1998), h. 22.

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

29

Kematangan dini itu amat tampak misalnya pada kisah seorang sahabat

Rasulullah Saw. yang fenomenal. Usamah, yang pada usia 18 tahun

memimpin pasukan Islam pertama ekspansi keluar Jazirah Arab. Kemudian

Imam ath Thobari, seorang ahli tafsir besar telah hafal al-Qur‟an pada usia

7 tahun dan menjadi Imam pada usia 8 tahun. Imam Ibnu Taimiyah telah

memberikan fatwa pada usia 15 tahun. Muhammad al-Fatih Murad

membebaskan Konstantinopel pada usia 24 tahun, yang telah menjadi

mimpi 8 abad umat Islam.19

Kematangan dini itu pun juga tampak pada episode kehidupan yang

lebih pribadi: pernikahan dini! Ya, Amru bin Ash, pahlawan Islam yang

membebaskan Mesir menikah pada usia 12 tahun. Muhamad Abdul Wahab

sang pembaharu Islam menikah pada usia 12 tahun, Ali bin Abi Thalib

menikah pada usia 16 tahun, dan nama-nama besar lainnya yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu. Pernikahan dini tersebut tentu saja telah

diimbangi dengan kemandirian dini secara finansial pula.20

Kematangan-kematangan diatas Allah puji sebagaimana sabda

Rasulullah Saw.: “Sesungguhnya, Allah mencintai pemuda yang tidak

mempunyai sifat kekanak-kanakan.” Umumnya kematangan dini di atas

diproses oleh institusi yang inti yaitu keluarga. Dan sebagian besar

keluarga-keluarga di Indonesia ini, telah melewati masa-masa emas

pendinian pembinaan anak dengan gagal. Itulah saat ini yang menjadi

permasalahan dan pembahasan kita yang utama, produk remaja-remaja

yang lemah moralitasnya dan rentan dengan air bah demoralisasi. Inilah

19

Jum‟ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, 3rd

ed. (Solo: Era

Intermedia, 2000), h. 34. 20

Jum‟ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 42.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

30

medan dakwah yang sangat strategis dan telah menjadi tanggung jawab

publik secara luas untuk menggarapnya.

b. Keistimewaan Dakwah Sekolah

Ada 3 alasan utama yang menjelaskan keistimewaan dakwah sekolah

yakni: (a) efektif, (b) masif, (c) strategis. Alasan-alasan ini sangat khas dan

membedakannya dengan segmen dakwah yang lain.

1) Efektif

Tidak diragukan lagi bahwa menanamkan akidah dan moralitas kepada

remaja dan pemuda adalah jauh lebih efektif daripada berdakwah kepada

golongan tua yang telah sarat dengan kontaminasi kepentingan pragmatis

dan ideologis. Usia muda adalah periode emas untuk belajar, menanamkan

ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan. Sebuah pepatah Arab

mengatakan “belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu,

sedangkan belajar di masa tua bagaikan menulis di atas air.”

Pengalaman gerakan dakwah di berbagai negara menunjukkan bukti

yang sama. Di Indonesia, peluang dakwah dan proses tarbiyah yang efektif

banyak berawal dari dakwah sekolah, baik di SMP maupun SMA.

Penggerak dakwah kampus di berbagai perguruan tinggi besar seperti

Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut

Pertanian Bogor (IPB), dan sebagainya sebagian besar berasal dari aktifis

dakwah sekolah.21

21

Nugroho Widiyantoro, Panduan Dakwah Sekolah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar,

h. 26.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

31

2) Masif

Disebut “masif” atau massal adalah karena jumlah populasi pelajar

sangat banyak dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Populasi pelajar

ini juga jauh melebihi populasi mahasiswa yang hanya berada di kota-kota

besar. Dari 95 juta populasi pemuda Indonesia berusia 15 – 35 tahun di

tahun 2010, 91,5% tamat SMP, dan 73,02% tamat SMA. Bandingkan

dengan 8,86 % yang berhasil menamatkan pendidikan sarjana muda dan

sarjananya.22

Obyek dakwah yang masif tentu saja sangat vital. Bila pengaruh

dakwah sedemikian besar kepada segmen pelajar, maka perbaikan

moralitas dan fikroh masyarakat akan tumbuh secara massif pula.

3) Strategis

Disebut strategis karena dakwah sekolah dalam jangka panjang akan

mensuplai SDM shalih di berbagai lapisan masyarakat sekaligus, baik

buruh dan pekerja, wiraswastawan dan kaum profesional, serta calon

pemimpin di masa depan. Mengingat perannya yang amat strategis ini,

maka tidak heran lahan dakwah sekolah ini menjadi rebutan berbagai

ideologi.

Maka bayangkanlah apa yang terjadi apabila dakwah sekolah kita maju

dan berkembang. Tatkala ia berhasil menumbuhsuburkan kader-kader

muslim yang banyak dan berkualitas juga simpatisan-simpatisan dakwah

yang massal. Mereka akan mengisi dan mewarnai lembaga-lembaga

profesi di masa depan: perusahaan-perusahaan, instansi pemerintah,

22

Biro Pusat Statistik (BPS), National Study Center (Jakarta: BPS, 2010), h. 24.

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

32

birokrasi, perguruan tinggi, LSM, wiraswasta, dan tentu saja di

masyarakatnya sendiri, baik sebagai pemimpin-pemimpin hingga level

grass root (basis massa).

Mereka akan menjadi agen-agen perubahan skala sistem;

membersihkan seluruh sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara

dari kuman-kuman korupsi, kolusi dan nepotisme yang sudah akut.

Mereka adalah darah baru yang akan membawa bangsa dan ummat Islam

kepada zaman baru; era baru yang lebih cemerlang, maju, adil, sejahtera

dan –tentu saja- berakhlak.

c. Kerja Besar untuk Perubahan Besar

Maka, tidak berlebihan kalau kita katakan dakwah sekolah memiliki

pengaruh amat besar bagi perubahan besar di negeri ini. Ini adalah kerja

besar yang harus didukung seluruh pihak, baik di lingkungan sekolah

maupun luar sekolah. Para pelajar aktivis Rohis tentu menjadi garda

terdepan proyek besar ini. Alumni memberikan pembinaan, transfer

pengalaman dan bahkan dana. Guru-guru memberikan suri tauladan dan

dukungan. Kepala sekolah menggunakan otoritasnya mempermudah

kegiatan-kegiatan keislaman. Orang tua siswa memberikan dorongan,

bantuan dana dan fasilitas lainnya bila memungkinkan.

Para ulama dan asatidz berbobot meluangkan waktunya untuk turut

memberikan pengajaran dan bimbingannya yang dibutuhkan pelajar.

Bahkan, pejabat pemerintah dan anggota legislatif di DPRD tingkat I, II

maupun Pusat menggunakan otoritasnya untuk membuat program, produk

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

33

perundang-undangan dan menganggarkan dana yang besar untuk

pembinaan moral generasi muda.

3. Tujuan dan Sasaran Dakwah Sekolah

Sebagaimana lazimnya suatu kerja besar, maka dakwah sekolah juga

memiliki tujuan yang menjadi muara pencapaian segenap program-

programnya. Seringkali, program dakwah berjalan tanpa arah yang tegas, tidak

fokus dan bahkan cenderung sporadis. Tetapi pemahaman yang jelas tentang

tujuan, membuat kita kreatif dalam membuat program yang efektif, walaupun

ditengah banyak keterbatasan dana, sarana dan sumber daya manusia.

a. Tujuan

Tujuan dakwah sekolah dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Terwujudnya barisan remaja-pelajar yang mendukung dan mempelopori

tegaknya nilai-nilai kebenaran, mampu menghadapi tantangan masa

depan dan menjadi batu bata yang baik dalam bangunan masyarakat

Islami.”23

Ada 5 kata penting dalam definisi di atas yang mencerminkan kriteria output

dakwah sekolah. “Barisan”; Menunjukkan (a) sejumlah banyak orang, (b)

memiliki kesamaan visi dan idealisme, (c) soliditas yang tinggi. Artinya,

dakwah sekolah harus menghasilkan output sejumlah besar pelajar yang

memiliki visi dan idealisme yang tinggi, dan siap menjadi arus baru

perubahan. “Mendukung”; Menunjukkan partisipasi pasif yang dapat

diberikan bagi dakwah, baik dukungan dalam moral maupun material

23 M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral (Jakarta: Al- Amin Press, 1997),

h.48.

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

34

(simpatisan). “Mempelopori”; Menunjukkan partisipasi aktif membela

kebenaran. “Mampu menghadapi tantangan masa depan”; Adalah dasar-

dasar kemampuan akademis, ketrampilan dan kemampuan profesi yang

kompetitif di era globalisasi. “Batu bata yang baik”; Potensi dan

kompetensinya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

b. Sasaran Dakwah Sekolah

Sasaran dakwah sekolah merupakan perincian dari tujuan dakwah

sekolah di atas. Dengan tujuan tersebut maka sasaran dari dakwah sekolah

itu antara lain agar tumbuh suburnya kader, simpatisan, potensi

kepemimpinan, kualitas ilmiah dan keterampilan, serta diharapkan

terwujudnya kebangkitan Islam.

1) Tumbuh Suburnya Kader

Pembentukan kader aktivis dakwah sekolah (ADS) adalah target yang

paling khas, sebagai sasaran pertama dakwah pada umumnya. Para kader

ini adalah penggerak utama dakwah di sekolah. Merekalah yang akan

merencanakan dan menjalankan program dakwah sekolah, baik secara

kolektif, terorganisir maupun secara individual (fardiyah).

Demikianlah Rasulullah Saw. membentuk kader-kader dakwah terlebih

dahulu, sebagai generasi yang kelak menjadi pendukung utama dakwah

beliau, menyebarkan dakwah dan meluaskan seruannya ke negeri-negeri.

Maka Rasulullah Saw. mulai berdakwah kepada istrinya Khadijah r.a,

Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Utsman bin Affan,

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

35

Ja‟far bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, hingga sekitar 60 sahabat

generasi pertama berasal dari semua lapisan masyarakat Mekkah.24

Pola program yang sangat khas dalam pembentukan kader ini adalah

dakwah khashshah, yakni program tarbiyah Islamiyah atau mentoring

agama Islam, pengkaderan dan pengajaran Islam dalam jumlah yang

lebih terbatas (limited group). Jumlah kelompok mentoring yang terbatas

ini lebih mengefektifkan proses tarbiyah, pengawasan dan penglibatan

yang spesifik. Demikianlah Rasulullah Saw. mentarbiyah para sahabat di

rumah Arqam bin Abil Arqam di Mekah yang banyak menekankan

masalah aqidah dan pembangunan ruhiyah yang tinggi.

2) Tumbuh Suburnya Simpatisan

Dakwah sekolah juga berorientasi pada terbentuknya simpatisan dan

pendukung nilai-nilai kebenaran dalam jumlah yang banyak; dari

kalangan siswa, guru, kepala sekolah, dan sebagainya. Merekalah yang

akan menjadi pembela-pembela dakwah ketika ditekan dan dihalangi,

dan pendukung-pendukung utama program kebaikan. Dakwah

menyentuh mereka dengan berbagai program dakwah „ammah/syi‟ar

yang lebih umum, terbuka dan massal, mendorong mereka kepada

keimanan, kebaikan dan keutamaan-keutamaan.

Berbagai program dakwah „ammah yang khas adalah seperti tabligh,

ceramah umum, pengajian guru, pengajian kelas, bulletin dakwah,

majalah dinding, penyebaran majalah dan buku-buku Islam, kaset-kaset

ceramah, bazaar buku, pameran, VCD Islami, dakwah fardiyah,

24

Jum‟ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 50.

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

36

perpustakaan, khutbah Jum‟at, dan lain-lain. Program lain yang tidak

kalah penting adalah dakwah fardiyah dan pesona akhlak. Banyak

tokoh-tokoh kafir Mekkah yang masuk Islam karena dakwah fardiyah

dan pesona akhlak Rasulullah Saw.

Simpatisan ini pun bisa terbentuk dari kalangan non-muslim. Kisah

yang paling fenomenal adalah pembelaan Abu Thalib terhadap dakwah

keponakannya Muhammad Saw. Selama bertahun-tahun, Abu Thalib -

yang juga tokoh yang sangat dihormati- menjadi pembela setia Nabi

Muhammad Saw. karena beliau tahu betul ketinggian akhlak dan

kejujuran Muhammad Saw. sejak kecil. Walaupun, ia sendiri tetap dalam

kekafiran hingga wafatnya.25

Hingga suatu ketika, Abu Thalib semakin kewalahan menahan

kecaman dan tekanan kaum kafir Quraisy untuk segera melepaskan

jaminan perlindungannya dan menyerahkan Rasulullah Saw. untuk

dibunuh/diusir. Namun Rasulullah Saw. meyakinkan, “Wahai Paman,

demi Allah, seandainya mereka itu meletakkan matahari di tangan

kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan urusan ini

(dakwah), aku tidak akan berhenti sebelum Allah memenangkan agama-

Nya atau aku binasa karenanya.”

Contoh lain adalah kisah Abu Bakar ra yang diberi diberi perlindungan

oleh Ibnu Daghnah -seorang pemuka kaum kafir yang lain-. Apa

komentar Ibnu Daghnah ketika membela Abu Bakar ra padahal ia orang

kafir? “Sesungguhnya orang seperti Abu Bakar tidak pantas kalian

25

Jum‟ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 63.

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

37

keluarkan dan tidak pantas pula kalian usir (dari Mekkah).

Sesungguhnya kamu adalah orang yang suka mengusahakan yang tiada,

menolong orang yang sengsara, menghormati tamu dan membela orang

yang berdiri di atas kebenaran.”

3) Tumbuh Suburnya Potensi Kepemimpinan

Dakwah sekolah juga menjadi ajang yang efektif untuk menumbuhkan

bakat kepemimpinan sejak dini. Potensi kepemimpinan yang tumbuh

dan berkembang sejak dini adalah berbanding lurus dengan kematangan

pemahamannya tentang Islam dan tanggung jawab dakwah. Mulai dari

berlatih pidato atau berbicara di depan umum (public speaking), menjadi

pembawa acara, memimpin kegiatan dan organisasi, dan sebagainya.

Di sinilah mereka belajar menjadi pemimpin yang memiliki leadership

skill (keahlian memimpin) dan managerial skill (keahlian

mengorganisasi). Dua kemampuan ini harus dimiliki oleh seorang

pemimpin.26

Melalui berbagai sarana dan aktivitas dakwahnya, mereka

menemukan wahana yang tepat untuk mengasah potensinya itu.

Demikianlah masyarakat dakwah pada zaman Nabi Muhammad Saw.

Dari masyarakat yang tidak terstruktur itu lahirlah pemimpin-pemimpin

besar: pemimpin negara seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman

bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib; atau pemimpin militer seperti Khalid

bin Walid, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, Al Mutsanna bin Haritsah, Sa‟ad

bin Abi Waqqash, dan lainnya.

26 Sondang Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi, 5

th ed. (Jakarta: CV

Masagung, 1986), h. 19.

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

38

4) Tumbuh Suburnya Kualitas Ilmiah dan Keterampilan

Dakwah sekolah juga berkepentingan untuk memadukan antara imtak

dan iptek, berilmu dan mengasah ketrampilan dengan bingkai akhlak

yang Islami. Para pelajar didorong untuk giat belajar, memiliki berbagai

ketrampilan yang diperlukan seperti kemampuan bahasa asing Inggris &

bahasa Arab, komputer, keorganisasian, kepemimpinan, manajemen, dan

berbagai keterampilan lainnya.27

Dengan bekal-bekal ini mereka diharapkan memiliki dasar-dasar

kemampuan berdaya saing global. Allah swt. berfirman, “Katakanlah

(hai Muhammad), samakah kedudukan orang yang berpengetahuan

dengan orang yang tidak berpengetahuan?” (QS. Az-Zumar: 9).

Sebagaimana sukses dakwah Nabi Saw. yang telah mendorong berbagai

potensi para sahabatnya. Dari masyarakat yang buta aksara, lahirlah

pemikir dan ilmuwan besar seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi

Thalib, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Mas‟ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin

Ka‟ab. Bahkan menurut catatan Ibnul Qayyim, jumlah ulama yang

ditinggalkan oleh Rasulullah Saw. saat wafatnya adalah berkisar antara

100 – 110 orang.28

Juga munculnya kelompok pengusaha ulung seperti Abu Bakar,

Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan lain-lain. Bahkan 9 dari

10 sahabat yang dijamin masuk syurga adalah pedagang. Muncul pula

kelompok profesional dalam berbagai bidang seperti hukum (Ali bin Abi

27 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: CV

Ruhama, 1994), h. 79. 28

Jum‟ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 93.

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

39

Thalib dan Syuraih), administrasi (Abu Ubaidah), intelijen (Hudzaifah

dan Al Abbas), bahasa (Zaid bin Tsabit), dan lain-lain.

5) Terwujudnya Kebangkitan Islam

Sebagai hasil lebih lanjut dari tumbuh suburnya kader dan simpatisan

dakwah di atas dari berbagai kalangan, maka otomatis suasana

kebangkitan Islam akan terasa di sekolah. Berdesak-desakannya pelajar

menonton konser musik artis-artis jahiliyah di stadion atau gelanggang

remaja akan berubah dengan membanjiri konser-konser berbagai

kelompok nasyid semisal Raihan. Berlomba-lombanya para pelajar putri

mengenakan pakaian seragam yang ketat, rok pendek, yang menonjolkan

auratnya, akan berganti dengan maraknya jilbab atau pakaian yang

sopan.

Ucapan salam bertebaran di mana-mana setiap kali bertemu dan

berkenalan. Shalat dhuha menjadi aktivitas favorit penghuni sekolah di

pagi hari pada saat istirahat pelajaran. Kegiatan hura-hura berganti

menjadi kegiatan belajar kelompok dan kursus keterampilan. Wisata

pelajar lebih bernuansa tafakur alam ketimbang ngelaba pacaran.

Sekolah menjadi bersih tidak ada sampah terbuang sembarangan. Para

pelajar menjadi santun dan rajin belajar menyongsong masa depan.

Tidak ada lagi perkelahian pelajar di jalanan.

Siswa, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah, satpam hingga petugas

kantin menghormati dan melaksanakan akhlak dan prinsip-prinsip Islam

dalam hidup keseharian, secara alami penuh kesadaran dan tanpa

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

40

sedikitpun ada tekanan. Sungguh indah hidup di bawah naungan al-

Qur‟an. Subhanallah.

4. Objek Dakwah Sekolah

Objek Dakwah Sekolah (ODS) adalah para obyek dakwah yang terdapat di

lingkungan sekolah dan sekitarnya baik yang beragama Islam maupun non

Islam, seperti: para siswa, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah, orang tua

dan wali siswa, serta sesama pelajar di lingkungan sekitar sekolah. Berikut ini

adalah jenis-jenis ODS:

a. Siswa atau Pelajar

Siswa merupakan objek dakwah sekolah yang utama. Oleh karena itu,

ruang gerak dakwah sekolah lebih ditekankan pada proses pembinaan siswa

ini. Sebagai objek dakwah sekolah yang utama, pendekatan terhadap siswa

pun harus menjadi prioritas. Pengenalan terhadap medan dakwah yang

berlabel siswa ini menentukan keberhasilan pendekatannya.

b. Guru

Guru memiliki peran besar dalam dakwah ini. Guru memiliki posisi

sebagai pemimpin dalam aktivitas belajar mengajar. Ia adalah orang yang

mendidik, mengajar, dan membimbing para siswanya karena ialah yang

menguasai ilmu itu. Kedudukan guru dalam hal ini akan menjadikannya

sebagai sosok yang memiliki nilai tambah di mata siswa, apalagi jika ia

memiliki kelebihan-kelebihan dan teladan yang baik. Dengan demikian,

arahan dari guru akan banyak didengar oleh siswa.

Guru juga berpeluang menjadi Aktivis Dakwah Sekolah (ADS)

Permanen, artinya bila ia terdakwahi dan menjadi kader dakwah, maka ia

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

41

akan menjadi penggerak dakwah sekolah yang permanen; dimana ia tetap

mengajar di sekolah selama belasan atau puluhan tahun. Hal ini sangat

berbeda dengan siswa, dimana ia memiliki keterbatasan waktu kontribusi

dakwah kepada sekolah karena ia akan menjadi alumni, kuliah, bekerja dan

seterusnya.

c. Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah pemimpin dan penanggung jawab utama

sekolah, pengatur hubungan internal sekolah serta antara sekolah dengan

pihak lain atau luar sekolah. Kepala sekolah memiliki peran yang sangat

besar dalam menentukan kebijakan sekolah. Kepala sekolah sangat

berpengaruh bagi keseluruhan aktivitas dan budaya suatu sekolah.

Dukungan dan respon positifnya menjadi kekuatan yang melicinkan

program-program dakwah di sekolah.

d. Pegawai Sekolah

Pegawai sekolah adalah pegawai penunjang aktivitas sekolah antara lain

pegawai tata usaha, koperasi, satpam, petugas kebersihan, petugas

perlengkapan, dan sebagainya. Di antara para pegawai sekolah ini terlibat

dalam urusan sarana sekolah yang juga menjadi bagian dari keberhasilan

dakwah sekolah.

Sarana sekolah dengan berbagai kelengkapan fasilitasnya ini akan

menjadi penunjang pelaksanaan program dakwah sekolah ini: masjid atau

mushola yang memadai menjadi tempat yang nyaman untuk aktitas

dakwah, kelengkapan sound system, karpet atau tikar, auditorium atau aula,

halaman yang nyaman, dan sebagainya. Selain sebagai bagian dari objek

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

42

dakwah, mereka juga akan menjadi mitra yang mendukung kegiatan

dakwah sekolah dengan baik.

e. Orang Tua dan Wali Siswa

Orang tua atau wali siswa pun menjadi bagian dari objek dakwah

sekolah. Orang tua dan wali siswa adalah orang terdekat kita yang juga

harus tersentuh dakwah. Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang

beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api nereka, yang bahan

bakarnya dari manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang

kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.” (At-Tahrim: 6).

Aktivitas dakwah sekolah memiliki kepentingan dalam menggarap

mereka, yaitu agar memperoleh dukungan sekaligus membantu mengontrol

anak-anak mereka yang menjadi objek dakwah. Pengelolaan dakwah

sekolah kepada orang tua atau wali siswa seringkali mengalami kendala,

terutama komunikasi yang masih sulit ditempuh.

f. Sesama Pelajar di Lingkungan Sekitar

Pelajar di lingkungan sekolah adalah para pelajar dari sekolah lain yang

berlokasi di sekitar sekolah dan sering berinteraksi dalam berbagai

kesempatan dan kegiatan. Kehadiran mereka dalam aktivitas dakwah

sekolah tidak bisa dipungkiri karena mereka pun menjadi bagian dari

pergaulan para objek dakwah yang dapat memberikan pengaruh meskipun

interaksi hanya dilakukan di luar sekolah.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

43

Fenomena merebaknya gank yang sering terlibat dalam tawuran di

kalangan pelajar menjadi bukti adanya pengaruh itu. Oleh karena itu,

keberhasilan dakwah sekolah pun sangat ditunjang oleh lingkungan yang

kondusif sebagai tempat hidup yang nyaman bagi objek dakwah siswa

tersebut. Motivasi membangun lingkungan itu dapat diberikan kepada

siswa sehingga mereka memiliki kemauan untuk mengubah iklim yang

tidak potensial untuk pembinaan menjadi iklim yang baik itu.

C. Mentoring

1. Pengertian Mentoring

Secara bahasa, mentoring berasal dari bahasa Inggris “mentor” yang

artinya penasehat. Mentor adalah seorang yang penuh kebijaksanaan, pandai

mengajar, mendidik, membimbing, membina, melatih, dan menangani orang

lain, maka perkataan mentor hingga kini digunakan dalam konteks pendidikan,

bimbingan, pembinaan, dan latihan.29

Adapun dalam kalangan pelajar sekolah mentoring itu sendiri berarti lebih

mendalam merujuk kepada pembinaan akhlak yang dilakoni oleh beberapa

orang yang telah berkompeten dibidangnya dan telah mendapatkan izin resmi

dari pihak sekolah dengan harapan adanya perbaikan-perbaikan yang dapat

diciptakan dari pihak mentor ataupun siswa yang dibimbing.

Saat-saat ini mentoring memegang peranan yang sangat penting, baik

dalam pembinaan akhlak yang berkaitan dengan sosialnya bagi kalangan siswa

yang melakoninya, dirasakan adanya perubahan tahap demi tahap menuju

29

Nugroho Widiyantoro, “Mentoring Sarana Membangun Akhlak dan Intelektual,” artikel

diakses pada 2 Oktober 2014 dari http://mentoringblog.wordpress.com/

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

44

pribadi yang lebih baik, sehingga mentoring diartikan sebagai indikator dalam

ia bertingkah laku.

2. Sejarah Perkembangan Mentoring

Mentoring merupakan kegiatan yang ditujukan untuk pelajar atau sekolah

yang ingin menempa diri atau siswa menjadi generasi yang sholeh dan unggul.

Kegiatan ini tidak menggantikan pelajaran agama di sekolah, tetapi merupakan

pendamping pelajaran agama yang berlangsung secara periodik dengan

bimbingan seorang mentor. Mentoring menggunakan metode pengajaran yang

memperhatikan aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

Mentoring hadir dikalangan pelajar sebenarnya merupakan penetralisir

berbagai penyimpangan yang terjadi dalam lingkungan sosial saat ini, dimana

kita lihat sudah sangat banyak ketidak sesuaian perilaku dengan ajaran-ajaran

/atau pendidikan yang telah diberikan kepada pelajar khususnya. Adapun

penyimpangan tersebut merupakan suatu masalah sosial, masalah sosial

muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam

masyarakat dengan realita yang ada, hal ini tentunya tidak sesuai dengan nilai-

nilai yang ada pada pancasila, hadirnya mentoring ini diharapkan dapat

mengatasi masalah sosial tersebut.

Pola pendekatan friendship serta prinsip 3F (Fun, Fresh and Focus) yang

diterapkan menjadikan program ini lebih menarik, efektif serta memiliki

keunggulan tersendiri. Pola pendekatan dan prinsip tersebut digunakan untuk

menyampaikan materi yang terdiri dari tutorial agama, bimbingan mempelajari

al-Qur‟an, diskusi, games serta outbond. Hal ini memudahkan peserta

mentoring dalam mendapatkan banyak pengetahuan tentang Islam serta

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

45

kemampuan untuk mengembangkan kepribadian. Selain itu, pendekatan serta

kemasan tersebut dapat memudahkan mentor dalam melakukan transformasi

nilai serta pengetahuan kepada peserta mentoring.

Untuk mengoptimalkan hasil mentoring, maka perlu diadakan sebuah

upaya pembekalan mentor serta penugasan mentor secara tepat, sesuai dengan

kapasitas mentor serta kondisi peserta mentoring. Oleh karena itu, mentor yang

ditugaskan harus memenuhi Standar Kualifikasi Mentor sesuai kebutuhan tiap

jenjang kelas dalam mentoring. Selain penempatan mentor pada kelas yang

tepat, upaya untuk meminimalkan biaya transportasi serta waktu perjalanan

mentor perlu dilakukan agar mentoring menjadi suatu kegiatan yang efektif,

baik secara metode maupun efektif dana dan waktu, dalam usaha mencetak

generasi pelajar unggul.

3. Peran Mentoring dalam Pendidikan30

Selain peran-peran yang telah disebutkan sebelumnya, mentoring

berfungsi dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Meningkatkan Tenggang Rasa

Berikut dijelaskan peran pertama yaitu meningkatkan tenggang rasa,

upaya peningkatan tenggang rasa dilakukan dalam serangkaian kegiatan

seperti mengadakan outbond-outbond, kajian, tadabur alam yang kesemua

itu didasarkan kepada syariat Islam dan tujuan dalam pancasila dalam

membangun bangsa yang berkeadilan sosial melalui serangkain proses

terutama apabila telah terciptanya tenggang rasa yang erat.

30

Fadjar, A. Malik, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, h. 66.

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

46

b. Meningkatkan Kualitas Kecerdasan

Meningkatkan kualitas kecerdasan, pencapaian prihal tersebut

dilakukan dalam kegiatan bimbingan belajar yang berdasarkan bimbingan

belajar teman sebaya dengan harapan dapat terjalinnya komunikasi yang

baik antar si penanya dan yang ditanya. Sehingga lebih cocok bila disebut

dengan istilah diskusi bersama.

c. Menambah Tingkat Solidaritas kepada Sesama

Menambah tingkat solidaritas kepada sesama, dalam peran mentoring

kali ini tidaklah berupa serangkaian kegiatan yang tersusun dalam program

kerja mentoring, melainkan suatu hasil yang timbul secara murni dari

kegiatan-kegiatan lainnya, dimana anak terdidik dapat mengambil

pelajaran sendiri dari proses-proses yang telah dijalani.

d. Mengembalikan Citra Anak Muda yang Sopan dan Santun

Mengembalikan citra anak muda yang sopan dan santun, mentoring

bertujuan membangun kembali tatakrama yang dulu telah tertanam dalam

pribadi tiap pemuda bangsa ini. Namun kita ketahui bersama setelah

terjadinya globalisasi dan umumnya peran orang tua yang kurang untuk

mendidik anak-anak mereka, citra pemuda yang sopan dan santun tersebut

mulai berkurang bahkan sampai dikatakan krisis oleh beberapa referensi

yang ditulis berbagai media ataupun buku-buku. Adapun kegiatan yang

dapat dilaksanakan yaitu mentoring rutin (pekanan) yang pelaksanaannya

telah disusun dan berbasis kompetensi-kompetensi.

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

47

e. Upaya Mencetak Genarasi Pemimpin yang Unggul dalam Bidang

Pengetahuan maupun Karakter.

Upaya mencetak genarasi pemimpin yang unggul baik dalam bidang

pengetahuan maupun karakter. Tujuan kali ini merupakan keluaran

(output) yang diharapkan dari mentoring, masuk dalam kategori seluruh

kegiatan yang direncanakan oleh organisasi Lembaga Dakwah Sekolah

tertentu.

4. Macam-macam Aktivitas dalam Mentoring

Dalam pelaksanaan kegiatan mentoring di sekolah, ada beberapa aktivitas

yang biasanya rutin dilakukan baik itu setiap pekan atau setiap bulannya, antara

lain adalah sebagai berikut:

a. Mengawali dengan Membaca Al-Qur‟an

Di dalam aktivitas mentoring, biasanya diawali dengan membaca al-

Qur‟an yang diawali dengan memilih salah satu surah. Lalu dibaca secara

bergantian. Prosesnya mirip seperti tadarusan yang dilakukan di bulan

Ramadhan. Umumnya ayat yang dibaca berkisar antara 10-15 ayat.

Bila seluruh peserta telah membaca ayat al-Qur‟an, maka salah seorang

akan tampil sebagai pensyarah atau penjelas ayat yang dibaca. Setelah ia

selesai mengkaji ayat yang dibahasnya, maka akan ada salah seorang

anggota yang bertanya atau malah memberikan masukan terhadap yang

dibahas Ini tentu saja menjadi menarik. Pasalnya, pemahaman ayat tak

hanya diberikan oleh satu orang, tapi lebih. Sehingga bisa saling mengisi

informasi tentang kandungan surat yang dikaji.

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

48

Atau terkadang ada format mentoring agama Islam yang lain. Yaitu,

sebelum pertemuan sudah ditentukan hari ini akan membaca surah apa.

Lalu seluruh peserta diminta untuk mencari tahu tentang kandungan ayat.

Bisa dengan menambahkan penafsiran dari para ulama atau bahkan dengan

kisah-kisah yang dapat menggugah jiwa. Istilah pengkajian surat kerap

dinamakan dengan tadabbur. Tadabbur bermakna merenungkan ayat yang

dibaca. Umumnya ayat yang dibaca selalu ditafsirkan dengan penafsiran

yang menggugah jiwa, sehingga membangun semangat dalam menjalani

hidup ini.

b. Memahami Dasar Islam

Di dalam mentoring, disampaikan pemahaman dasar tentang Islam. Di

antaranya mengenal Allah (muraqabatullah), mengenal rasul, mengenal

Islam, mengenal al-Qur‟an, mengenal akhlak, dan mengenal dunia Islam.

Di dalam mentoring, terjadi transfer pengetahuan dengan cara pengajaran

maupun dengan diskusi dan belajar bersama.

Penting untuk diingat, peserta mentoring diharapkan bisa belajar

sendiri, selain dari belajar bersama. Sifat taklid (mengikut buta) itu amat

dilarang. Mengapa? Karena sifatnya yang informal ini, metode mentoring

digunakan oleh banyak aliran keislaman, mulai yang paling ringan sampai

yang paling ekstrem.

Oleh karena itu, setiap peserta mentoring haruslah kritis. Setiap

pengajar mentoring haruslah bisa memandu diskusi dan mendorong

peserta mentoring untuk menghidupkan kebiasaan belajar. Mentoring

biasanya berlangsung secara gratis dan tidak berbayar. Namun, ada juga

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

49

mentoring di kawasan perkantoran dan perumahan yang mengundang

ustadz ahli, yang sifatnya berbayar.

c. Aktivitas Diskusi

Mentoring ini berlangsung dalam kelompok kecil orang-orang yang

berdiskusi. Namun, diskusi itu kemudian terjadi secara rutin karena rasa

ketertarikan orang-orang yang ingin belajar tentang Islam. Dewasa ini,

mentoring banyak berkembang di sekolah-sekolah, perguruan tinggi,

kantor-kantor, pemukiman, bahkan di perantauan. Mereka yang tergabung

di dalam mentoring ini memiliki semangat yang sama, yaitu 'sampaikanlah

walau hanya satu ayat‟.

Oleh karena itu, makin maraklah pendidikan Islam secara informal ini

di masyarakat. Tidak diperlukan gelar atau pendidikan tertentu agar

seseorang bisa menjadi mentor bagi yang lain. Bahkan, tidak jarang

ditemui mentor-mentor muda menjadi pengajar bagi mereka yang berusia

lebih tua.

d. Tugas Menghapal Hadits

Salah satu kegiatan mentoring agama Islam yang tak pernah terlupakan

adalah menghapal hadits. Biasanya, setiap anggota diminta menghapal

hadits-hadits Rasulullah. Umumnya diawali dengan membaca hadits

Arba‟in. Hadits ini bukan sekedar dikaji, tapi juga dihapal. Maka hampir

semua peserta mentoring hapal hadits arba‟in.

Maka tak perlu heran, melihat aktivis mentoring. Meski mereka

berkecimpung di bidang umum, tapi hapal hadits. Bahkan mereka tak

pernah lupa untuk mengamalkan hadits-hadits yang mereka baca. Meski

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

50

menghapal hadits tak wajib dilakukan, paling tidak mereka diajak untuk

menyukai hadits-hadits Rasulullah Saw. Tak bisa menghapalnya, minimal

pernah membacanya.

e. Malam Bina Iman dan Takwa (mabit)

Tiga atau enam bulan sekali diadakan mabit. Yaitu, malam bina iman

dan takwa. Acara ini mirip seperti mentoring tapi dilakukan bersama-sama

dengan kelompok mentoring lainnya. aktivitasnya sedikit berbeda. Di saat

mentoring Anda bakal dikenalkan dengan anggota mentoring lainnya. Ada

juga kegiatan membaca al-Qur‟annya, tapi tak sama dengan cara membaca

al-Qur‟an yang dilakukan dengan kolompok mentoring mingguan. Di

acara mabit, ada kegiatan shalat malam atau shalat tahajjud bersama. Lalu

ada ceramah yang disampaikan oleh senior atau ustadz yang sudah lama

ikut mentoring.

Umumnya, pembahasan yang dikupas para ustadz seputar motivasi dan

pembahasan tentang kondisi saudara kita yang seakidah tertindas.

Misalnya saja yang di Palestina. Biasanya, akan ditampilkan juga video

tentang kondisi saudara seakidah yang tertindas di Palestina. Lalu diajak

bersama merenung dan mendoakan mereka semoga diberi pertolongan

oleh Allah Swt. Selain itu, di malam mabit juga ada acara bertukar kado

atau yang biasa disebut dengan tabadul hadaya. Masing-masing anggota

mabit sudah diingatkan untuk membawa hadiah yang bakal diberikan

kepada temannya. Meski ia tak tahu siapa yang bakal dikasihnya, namun ia

tetap membawa kado.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

51

Tukar-tukaran kado adalah tanda sayang kita dengan sesama saudara.

Aktivitas ini memang akan membuat kita makin dekat dengan sesama

anggota mentoring. Terkadang tak jarang bertukar nomor handphone

untuk bisa saling mengingatkan dalam kebaikan.

Pada dasarnya, tukar-tukaran nomor handphone untuk saling

mengingatkan agar rajin melakukan shalat malam. Selain itu, juga untuk

saling memberi sms motivasi. Sehingga yang lagi galau, tak akan sempat

mengalami galau yang panjang. Karena sesama anggota tak pernah lupa

untuk tetap mengajak ke jalan kebaikan dan kebenaran.

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

52

BAB III

GAMBARAN UMUM LEMBAGA DAKWAH SEKOLAH SALAM 5

A. Profil Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) SALAM 5

1. Latar Belakang LDS SALAM 5

Berawal dari sebuah kepedulian terhadap peningkatan kualitas pelajar

SMAN 5 Depok, kami merasa memiliki tanggung jawab yang besar untuk ikut

serta membangun kompetensi akhlak dan prestasi pelajar. Rasa ini menjadi

sebuah energi kolektif ketika menemukan orang-orang yang memiliki

kepedulian yang sama.

Aksi nyata kepedulian ini telah berlangsung lama, sepanjang umur sekolah

kami berdiri. Dirintis oleh alumni SMA Negeri 1 Depok, kemudian kami

berusaha berjalan dengan kaki sendiri hingga mencapai kemandirian seperti saat

ini. Tepatnya berawal dari bulan Juni tahun 2010 forum alumni atau lebih

tepatnya Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) SALAM 5 akhirnya terbentuk

Perjalanan ini tidak mudah, setiap periode kami terus berbenah agar dapat terus

berkontribusi untuk kebaikan. Dimulai dari ketua LDS generasi pertama atau

salah satu pelopor berdirinya LDS SALAM 5 yakni Yudhi Pradana. Setelah itu

bergantian diilanjutkan oleh antara lain Gugum Ridho Putra (2010), Suryadi

(2011), Hermawan Sudibya (2012), Haris Rabbani (2013), Muhamad Lutfi

Ismail (2014), hingga saat ini sampai pada periode Yoga Julian Prasetiyo

(2015).1

1Silaturrahim Alumni Muslim SMA 5 Depok (SALAM 5), Profil Organisasi dan Kegiatan

Tahunan 2014 (Depok: SALAM 5, 2014), h. 5.

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

53

Kami adalah sebuah forum yang menyatukan hati, gerak langkah, dan tujuan

untuk merawat tunas bangsa yang berada di SMA Negeri 5 Depok agar dapat

tumbuh berkembang sesuai nilai-nilai yang luhur; berketuhanan Yang Maha

Esa, semangat dalam beribadah, berakhlak mulia, kompetensi keilmuan,

disiplin, dan kebermanfaatan bagi sesama. Organisasi ini bernama Silaturrahim

Alumni Muslim SMA 5 Depok (SALAM 5).

Kepengurusan SALAM 5 merupakan alumni muslim SMAN 5 Depok,

sehingga memiliki latar belakang historis yang kuat dengan almamater.

Pengurus SALAM 5 mayoritas memiliki status mahasiswa aktif di kampus

unggulan sekitar Jabodetabek, seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas

Islam Negeri Jakarta (UIN Syarif Hidayatullah), Universitas Negeri Jakarta

(UNJ), Institut Pertanian Bogor (IPB), Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), Sekolah

Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Akademi Pimpinan Perusahaan (APP).

2. Visi, Misi, Fungsi dan Tujuan2 LDS SALAM 5

a. Visi

Visi dari forum alumni SALAM 5 adalah “Basis Tarbiyah yang lebih

Meluas, Merangkul, dan Berkualitas.”

b. Misi

Misi dari forum alumni SALAM 5 adalah antara lain:

1) Meningkatkan kualitas para pementor.

2) Meningkatkan komunikasi ke pihak sekolah; baik pejabat, guru, dan

staf.

3) Pelebaran sayap syiar ke komponen sekolah yang lebih luas.

2 SALAM 5, Profil Organisasi dan Kegiatan Tahunan 2014, h. 6

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

54

c. Fungsi dan Tujuan

Fungsi dan Tujuan dibentuknya SALAM 5 antara lain:

1) Membantu SMAN 5 Depok menyiarkan nilai-nilai religius pada siswa/i.

2) Membuat struktur dan sistem pembinaan akhlak siswa/i SMAN 5

Depok.

3) Sebagai fasilitator pengembangan akademik siswa/i.

4) Menjaga silaturrahim keluarga besar SMAN 5 Depok.

3. Struktur Kepengurusan dan Fungsi Pengurus Inti LDS SALAM 5

a. Struktur Kepengurusan3

(Terlampir)

b. Fungsi Pengurus Inti4

Berikut fungsi pengurus inti:

1) Ketua Umum

Fungsi dan tugas ketua umum antara lain:

- Memimpin organisasi dengan baik dan bijaksana.

- Mengkoordinir semua aparat kepengurusan.

- Menetapkan kebijaksanaan yang telah dipersiapkan dan direncanakan

oleh aparat kepengurusan.

- Memimpin rapat.

- Menetapkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan berdasarkan

musyawarah dan mufakat.

- Setiap saat mengevaluasi kegiatan aparat kepengurusan.

3.Ibid., h. 7.

4 Ibid., h. 9.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

55

2) Koordinator Akhwat

Fungsi dan tugas koordinator akhwat antara lain:

- Bersama-sama dengan ketua menetapkan keputusan berdasarkan

musyawarah dan mufakat.

- Mengkoordinasikan aparat kepengurusan bagian akhwat.

- Membantu memberikan saran dan evaluasi kegiatan.

3) Sekretaris Umum

Fungsi dan tugas sekretaris umum antara lain:

- Memberi saran kepada ketua dalam mengambil keputusan.

- Menyiapkan, mendistribusikan dan menyampaikan surat serta arsip

yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan.

- Menyiapkan laporan, surat, hasil rapat, dan evaluasi kegiatan.

- Bertanggungjawab atas tertib administrasi organisasi.

- Bertindak sebagai notulis dalam rapat.

4) Bendahara Umum

Fungsi dan tugas bendahara umum antara lain:

- Bertanggungjawab dan mengetahui segala pemasukan dan

pengeluaran uang atau biaya yang diperlukan.

- Bertanggungjawab atas inventaris dan perbendaharaan.

- Memuat tanda bukti kwitansi setiap pemasukan kan pengeluaran uang

untuk pertanggungjawaban.

Berikut bagan struktur pengurus inti:

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

56

Tabel 1.Struktur Pengurus Inti LDS SALAM 5

NO

NAMA

JABATAN

DEPARTEMEN

1. Yoga Julian Prasutiyo Ketua Umum Pengurus Inti

2. Ayu Chyntia Koordinator

Akhwat

Pengurus Inti

3. Nova Ayunita Sekretaris Umum Pengurus Inti

4. Dhea Loka Nanta Bendahara Umum Pengurus Inti

B. Program Kerja Kepengurusan LDS SALAM 5

Berikut program kerja (proker) tiap bidang LDS SALAM 5 antara lain5:

1. Departemen Syiar

Jumlah pengurus di departemen syiar LDS SALAM 5 adalah sebanyak

sembilan orang yang diketuai oleh Ilham Ramdhoni sebagai ketua departemen

(kadep) dan Reni Anggraeni sebagai wakil ketua departemen

(wakadep).Departemen ini berisi program kerja yang berhubungan dengan acara-

acara syiar Islam di sekolah (seperti Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Muharram, dan

lain-lain), serta pelatihan-pelatihan untuk pengurus lembaga dakwah sekolah

SALAM 5 dalam menjalankan agenda syiar di sekolah.

5 SALAM 5, Profil Organisasi dan Kegiatan Tahunan 2014, h. 10.

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

57

a. Bagan Program Kerja Departemen Syiar

(Terlampir)

2. Departemen Pembinaan Dasar

Jumlah pengurus di departemen pembinaan dasar LDS SALAM 5 adalah

sebanyak sepuluh orang yang diketuai oleh Muhammad Satria Nugraha sebagai

ketua departemen (kadep) dan Diana Nur Amalina sebagai wakil ketua

departemen (wakadep).Departemen ini berisi program kerja yang berhubungan

dengan kegiatan-kegiatan pengembangan ruhiyah yang sifatnya bertahap dan

mendasar.

a. Bagan Program Kerja Departemen Pembinaan Dasar

(Terlampir)

3. Departemen Pembinaan Lanjutan

Jumlah pengurus di departemen pembinaan lanjutan LDS SALAM 5 adalah

sebanyak tujuh orang yang diketuai oleh Aan Mi’dad Arrizza sebagai ketua

departemen (kadep) dan Novrita Wulandari sebagai wakil ketua departemen

(wakadep). Departemen ini berisi program kerja yang berhubungan dengan

kegiatan-kegiatan pengembangan ruhiyah yang sifatnya terus dan berkelanjutan.

a. Bagan Program Kerja Departemen Pembinaan Lanjutan

(Terlampir)

4. Departemen Humas & Media

Jumlah pengurus di departemen humas & media LDS SALAM 5 adalah

sebanyak delapan orang yang diketuai oleh Ahmad Fajri Shauti sebagai ketua

departemen (kadep) dan Nurwiqoyah sebagai wakil ketua departemen

(wakadep).Departemen ini berisi program kerja yang berhubungan dengan humas

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

58

(broadcast) yang berisi info-info penting untuk siswa-siswi SMAN 5 Depok dan

sangat aktif perannya di sosial media.

a. Bagan Program Kerja Departemen Humas & Media

(Terlampir)

5. Departemen Ilmi-Mihani

Jumlah pengurus di departemen ilmi-mihani LDS SALAM 5 adalah sebanyak

delapan orang yang diketuai oleh Muhammad Husein Shibghotullah sebagai ketua

departemen (kadep) dan Desi Pertiwi sebagai wakil ketua departemen

(wakadep).Departemen ini berisi program kerja yang berhubungan dengan semua

hal yang berkaitan dengan akademik, baik itu berupa kegiatan pelatihan soal-soal

hingga beasiswa pendidikan untuk siswa-siswi tertentu di SMA Negeri 5 Depok.

a. Bagan Program Kerja Departemen Ilmi-Mihani

(Terlampir)

6. Departemen Fund Rising

Jumlah pengurus di departemen fund rising LDS SALAM 5 adalah sebanyak

tiga orang yang hanya diketuai oleh Zsazsa Khairunnisa sebagai ketua departemen

(kadep). Departemen ini berisi program kerja yang berhubungan dengan pencarian

dana serta pendataan untuk donatur.

a. Bagan Program Kerja Departemen Fund Rising

(Terlampir)

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

59

BAB IV

POLA KOMUNIKASI PENGURUS LDS

DALAM KEGIATAN MENTORING

A. Pola Komunikasi Pengurus LDS dalam Kegiatan Mentoring di SMA Negeri 5

Depok

Pola komunikasi merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan dalam

kegiatan mentoring pelajar. Dan ini didukung oleh seorang pementor yang

mempunyai syarat-syarat sebagai komunikator, yaitu memiliki kredibilitas yang

tinggi bagi komunikasinya, memiliki keterampilan berkomunikasi, mempunyai

pengetahuan yang luas, memiliki sikap yang baik terhadap komunikan (peserta

mentor) dan memiliki daya tarik dalam artian komunikator memiliki kemampuan

untuk melakukan perubahan sikap atau penambahan pengetahuan bagi atau pada

diri komunikan.1 Jika seorang pementor (komunikator) telah memahami syarat-

syarat tersebut, maka pola komunikasi yang dilakukan akan dapat diterima dengan

baik oleh komunikannya (peserta mentor).

Dari hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan, di dapat bahwa

pola komunikasi yang digunakan pementor (pengurus LDS) dalam kegiatan

mentoring di SMA Negeri 5 Depok adalah pola roda dan pola bintang dan

menggunakan bentuk komunikasi antarpribadi. Menurut Wayne Pace dan Don

Faules, komunikasi dalam kaitannya terhadap pola roda dan pola bintang, membagi

1 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, 2

nd ed. (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2000), h. 93-94.

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

60

komunikasi atas tiga tipe, yakni komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antar

pribadi serta komunikasi khalayak (komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan

komunikasi massa)2.

Selama proses kegiatan mentoring berlangsung, pola roda dan pola bintang

sangat dominan terjadi. Dalam observasi penulis, proses kegiatan mentoring

memiliki keterkaitan terhadap kedua pola tersebut. Terlihat dari rangkaian

kegiatannya, antara lain pertama kali dimulai dari seorang komunikator saat

membuka sesi mentoring, memberikan pengarahan lalu menanyakan kabar satu

persatu kepada peserta mentor (pola roda). Kedua, menanyakan kepada komunikan

(peserta mentor) terhadap kabar-kabar tentang informasi akademis berkaitan

tentang kegiatan sekolah, saat itu maka komunikan akan saling menanggapi (pola

bintang). Ketiga, saat pembacaan ayat suci al-Qur’an, maka komunikan

membacanya satu persatu dan pementor (komunikator) membenarkan bacaan jika

dalam membacanya terdapat kesalahan (pola roda).

Keempat, masuk ke sesi inti dari kegiatan mentoring, yakni pembahasan isi

materi kemudian peserta saling bertanya dan berdiskusi membahas materi tersebut

secara bersama-sama (pola bintang). Pada sesi penyampain materi dan diskusi,

memakan waktu paling lama dibanding sesi yang lain, yaitu kurang lebih selama 60

menit. Kelima, yaitu pembacaan kesimpulan hasil diskusi dari materi yang dibahas

2 A. Goldberg dan E. Larson, Komunikasi Organisasi dan Kelompok (Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia UI-Press, 1985), h. 27-33.

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

61

saat mentoring (pola roda). Keenam, penutup dari pementor (komunikator) kepada

komunikan berupa pembacaan doa penutup majelis (pola roda).3

1. Pola Roda

Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu

yang menduduki posisi sentral. Atau seseorang berkomunikasi pada banyak

orang.4. Pola roda bersifat dua arah, di mana komunikator memberikan stimulus

dan komunikan memberikan respon atau tanggapan. Ini menyebabkan

komunikasi antara komunikator (pementor) dan komunikan (peserta mentor)

lebih didominasi oleh komunikator, sehingga komunikan bersifat sebagai

pendengar dengan adanya umpan balik. Begitupun yang diucapkan oleh Yoga

julian, “Terkadang di awal mentoring pola komunikasinya terjadi dua arah

dengan memberikan materi berbentuk silabus dan pengarahan dari kita kepada

mereka peserta mentor. Jadi biasanya dari mereka sih, saat saya menyampaikan

itu pasti ada respon atau umpan baliknya.”5

Pada pola roda ini, berdasarkan teori dari Wayne Pace dan Don Faules,

menurut sifatnya komunikasi antarpribadi bisa dibedakan menjadi dua macam

yaitu komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi diadik

adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap

muka, contohnya yaitu dengan cara percakapan, dialog, dan wawancara.

Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog

3 Observasi Penulis Selama Sebulan, Pertengahan Oktober Sampai dengan Pertengahan

November 2014 4 A. Goldberg dan E. Larson, Komunikasi Organisasi dan Kelompok, h. 102-103.

5 Wawancara Pribadi dengan Yoga Julian (Ketua Lembaga Dakwah Sekolah SALAM 5),

Depok, 20 November 2014.

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

62

berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal,

sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan

pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab.

Lalu berdasarkan sifat dari komunikasi antarpribadi berikutnya, yaitu adalah

komunikasi kelompok kecil. Tetapi berdasarkan observasi penulis6, komunikasi

kelompok kecil bukan termasuk bagian dari pola roda. Pertama, walaupun

anggota-anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung

secara tatap muka yang merupakan ciri dari pola roda, tetapi alasan kedua,

pembicaraan tersebut berlangsung secara terpotong-potong dimana semua

peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama. Dengan kata lain, tidak ada

pembicara tunggal yang mendominasi situasi. Hal ini berarti menggugurkan ciri

dari pola roda itu sendiri dimana komunikator haruslah menduduki posisi sentral

atau terpusat. Alasan berikutnya sumber dan penerima sulit di identifikasi,

karena dalam situasi seperti ini, semua anggota bisa berperan sebagai sumber

dan juga pembicara.

Pola komunikasi roda yang dilakukan oleh para pementor yang pertama

diterapkan yaitu menggunakan sikap seolah-olah pementor adalah kakak untuk

mereka. Seperti diawali dengan mencoba untuk meyakinkan bahwa mentoring

adalah sesi yang bukan hanya sekedar belajar agama, tapi lebih dari itu. Dalam

mentoring juga belajar untuk tahu kapan mulai berbicara dan yang lain berusaha

untuk mendengarkan. Dengan menerapkan hal itu, lama kelamaan peserta

6 Observasi Penulis Selama Sebulan, Pertengahan Oktober Sampai dengan Pertengahan

November 2014

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

63

mentor akan mengerti dan mengikuti apa yang pementor contohkan atau berikan.

Seperti yang diungkapkan oleh Lutfi Ismail, “Pola komunikasi kita itu pertama

harus yakinkan mereka kalau mentoring itu bukan belajar agama islam aja, tapi

banyak hal yang bisa didapat dengan rajin ikut mentoring. Selain itu juga

ngajarin kalau ada yang berbicara, yang lain mencoba untuk mendengarkan.

Nanti ada sesinya kalau mau tanya jawab, tapi di awal-awal sih mereka

biasanya dengerin aja.”7

Adapun pola komunikasi yang dilakukan oleh para pementor cukup efektif

diterapkan karena ini didukung penuh khususnya oleh guru agama Islam.

Dengan adanya mentoring ini guru agama sedikit terbantukan, dan tidak jarang

juga menanyakan kabar kondisi muridnya saat mengikuti kegiatan mentoring

sepulang sekolah. Ada murid yang sedikit nakal saat belajar di kelas, tetapi saat

mentoring malah sebaliknya. Hal itu karena pengurus LDS selaku pementor

memiliki selisih umur yang tidak begitu jauh dari siswa selaku peserta mentor,

jadi pementor menganggap mereka sebagai “teman sebaya” yang bisa diajak

untuk bekerjasama. Berikut penuturan Lutfi Ismail, “Kalau mereka sih

menganggap saya itu seperti teman yang sebaya, dalam artian umur kita kan

hanya berselisih sekitar 4 tahunan, gak begitu jauh. Mereka malah bilang kalau

sama guru agama susah becanda jadinya malah pengen nakal sendiri, beda

7 Wawancara Pribadi dengan Lutfi Ismail (Pengurus Lembaga Dakwah Sekolah SALAM 5),

Depok, 22 November 2014.

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

64

kalau sama saya bisa diajak becanda sedikitlah, dan mereka suka dengan cara

saya yang seperti itu.”8

Dalam proses komunikasi yang dilakukan, dilihat dari peran pementor sebagai

komunikator, maka pengurus LDS diharapkan memiliki kredibilitas di hadapan

para peserta mentor. Kredibilitas adanya pada persepsi peserta mentor. Dengan

kredibilitas yang memadai, kehadiran pementor sangat berarti sebagai

pembimbing dan ditunggu-tunggu peserta mentor. Kredibilitas ini akan menjadi

bekal yang potensial untuk membangun proses kegiatan mentoring yang

berkualitas. Seperti halnya peserta mentor mengikuti mentoring dengan perasaan

riang, gembira dan bahagia sehingga mereka terlihat begitu antusias. Kebutuhan

dan rasa ingin tahu peserta mentor tentang agama Islam terpenuhi sehingga

mereka mau kembali mengikuti mentoring. Selain itu apa yang diajarkan

mengesankan dan membekas pada mereka sehingga pembentukan perilaku baru

menjadi lebih baik.

Bentuk dari model komunikasi antarpribadi pada pola roda ini jika dikaitkan

dengan kegiatan mentoring maka akan ditemui keterkaitannya. Bentuk

komunikasi ini berjalan sesuai dengan komunikasi pada umumnya dimana ada

seorang komunikator dan seorang komunikan yang didalamnya terjadi sebuah

proses komunikasi yang berjalan sesuai. Dalam kegiatan mentoring bentuk

komunikasi ini sangat diperlukan khusunya bagi para da’i yag tidak mempunyai

keberanian yang besar dalam berdakwah secara terbuka, dalam artian berdakwah

8 Wawancara Pribadi dengan Lutfi Ismail (Pengurus Lembaga Dakwah Sekolah SALAM 5),

Depok, 22 November 2014.

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

65

dengan jumlah orang yang sangat banyak. Model komunikasi ini bahkan pernah

dilakukan Rasulullah Muhammad SAW di awal perkembangan islam. Dalam

penyebaran islam dimasa awal, Rasulullah sering menggunakan model

komunikasi ini dalam berdakwah karena memang situasi belum memungkinkan

untuk melakukan komunikasi yang lebih terbuka.

Komunikasi yang dilakukan oleh para pengurus LDS tidak hanya bersifat

informatif, yakni orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif (mengajak).

Mengajak dalam artian agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau

keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. Penyusunan

pesan yang bersifat informatif lebih banyak ditujukan dengan wawasan peserta

mentor tentang agama Islam, dan diterapkan sesuai dengan kemampuan peserta

mentor dalam memahaminya. Dan memang mereka menyukai komunikasi verbal

ini karena dengan komunikasi verbal, pesan yang disampaikan langsung dapat

dipahami. Seperti yang diungkapkan oleh Hisyam, “Kalau ngasih materi jelas,

saya jadi bisa cepet ngerti terus gampang banget dipahaminya.”9

Berarti para

pementor sudah memenuhi salah satu syarat dalam mentoring yaitu pementor

harus berbicara dengan peserta mentor dalam bahasa yang dipahaminya. Dengan

demikian pelajaran itu akan menarik hati mereka.

Adapun komunikasi persuasif, para pementor gunakan dengan cara mengajak

peserta mentor untuk melaksanakan shalat berjamaah. Biasanya sebelum

mentoring pementor mengajak mereka terlebih dahulu untuk bersama-sama

shalat Ashar berjamaah, kebetulan mentoring memang dilaksanakan saat pulang

9 Wawancara Pribadi dengan Hisyam (Siswa Peserta Mentoring), Depok, 27 November 2014.

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

66

sekolah dan di dalam masjid sekolah. Komunikasi lainnya yang biasanya

pementor gunakan dengan cara yang inspiratif, yakni menggugah kesadaran

peserta mentor untuk menambah pengetahuan, selain sebagai komunikator

pementor juga seorang motivator.

2. Pola Bintang

Selain pola komunikasi roda, pola komunikasi yang digunakan pengurus LDS

selaku pementor dalam kegiatan mentoring adalah pola bintang. Yaitu semua

anggota berkomunikasi dengan semua anggota. Maksudnya adalah pola

komunikasi pementor dengan peserta mentor, peserta mentor dengan pementor,

peserta mentor dengan peserta mentor. Pola seperti ini menjelaskan bahwa

komunikasi yang terjadi yaitu dua arah dan semua pihak terlibat. Komunikasi

dua arah yaitu komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif serta

memerlukan hasil (feedback).10

Pada pola bintang ini, berdasarkan teori dari Wayne Pace dan Don Faules,

menurut sifatnya komunikasi antarpribadi bisa dibedakan menjadi tiga macam

yaitu komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan komunikasi massa11

.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara sekumpulan manusia yang

mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai

tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai

bagian dari kelompok tersebut. Dengan demikian, komunikasi kelompok

10

H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, 2nd

ed. (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2000), h. 100. 11 Wayne Pace dan Don Faules, Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja

Perusahaan (Bandung: PT Rosda Karya, 2005), h. 78-81.

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

67

biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut.

Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi

antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga

bagi komunikas kelompok

Lalu apa yang membedakan komunikasi kelompok dengan komunikasi

antarpribadi? Menurut penulis, antara komunikasi kelompok dengan komunikasi

antarpribadi sebenarnya tidak perlu ditarik garis pemisah. Kedua bidang tersebut

bertumpang tindih dan banyak situasi tatap muka dapat diungkapkan dalam

berbagai cara sesuai dengan perhatian tujuan si pengamat. Dalam hal apa kedua

bidang tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan? Jika ada pertanyaan

tersebut terlintas, menurut penulis baik itu komunikasi kelompok maupun

komunikasi antarpribadi melibatkan dua atau lebih individu yang secara fisik

berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara

verbal maupun secara nonverbal.

Akan tetapi komunikasi antar pribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan

antara dua, tiga, atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak

berstruktur, sedangkan komunikasi kelompok terjadi dalam suasana berstruktur

dimana para pesertanya lebih cenderung melihat dirinya sebagai kelompok serta

mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran bersama. Komunikasi kelompok

cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan komunikasi

antarpribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar akan peranan dan

tanggung jawab mereka masing-masing. Meskipun komunikasi kelompok dapat

dan memang terjadi dalam suatu kelompok yang terdiri dari dua, tiga, atau empat

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

68

individu, ia juga dapat terjadi dalam kelompok tatap muka yang lebih besar dan

kelompok-kelompok tersebut lebih bersifat permanen daripada kelompok-

kelompok yang terlibat dalam komunikasi antar pribadi.

Dalam aplikasinya terhadap kegiatan mentoring, model komunikasi kelompok

akan banyak ditemui dalam sebuah lembaga dakwah sekolah atau suatu forum

dakwah semacamnya, karena komunikasi kelompok dilakukan sekumpulan

manusia yang mempunyai tujuan bersama. Atau bisa dikatakan komunikasi ini

hanya untuk kepentingan suatu kelompok. Jika kegiatan mentoring di

implementasikan dalam model komunikasi ini, harapan agar dakwah

dapat berkembang disegala penjuru sangatlah kecil. Karena model komunikasi

kelompok harapanya tidak untuk menyampaikan pesan ke halayak luas

melainkan ke golongan mereka sendiri.

Komunikasi antarpribadi dalam pola bintang berikutnya adalah komunikasi

publik, atau biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi

retorika, public speaking dan komunikasi khalayak (audience communication).

Apapun namanya, komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di

mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di

depan khalayak yang lebih besar. Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi

antarpribadi karena berlangsung secara tatap muka. Tetapi menurut penulis

terdapat beberapa perbedaan yang cukup mendasar ketika dikaitkan dengan pola

bintang dalam kegiatan mentoring12

.

12

Observasi Penulis Selama Sebulan, Pertengahan Oktober Sampai dengan Pertengahan

November 2014

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

69

Perbedaannya yakni model komunikasi publik bisa dilakukan seorang

pementor (pendakwah) yang menyampaikan dakwahnya di tempat dengan

jumlah orang sangat banyak yang mendukung dakwahnya sehingga tidak lagi

hanya sebatas intrapersonal. Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, ketika

kondisi masyarakat dirasa sudah bisa menerima Islam rasul pun melakukan

dakwahnya secara terang-terangan di depan ratusan bahkan ribuan orang. Sangat

berbeda jika diaplikasikan dalam kegiatan mentoring yang jumlah ideal orangnya

tidak lebih dari sepuluh orang.

Walaupun begitu, justru model komunikasi untuk dakwah yang cocok di

Indonesia adalah bentuk komunikasi publik.Hal ini dibuktikan dengan fakta yang

terjadi di lapangan.Bisa kita lihat dalam keseharian, mayoritas para pendakwah

di Indonesia kerap melakukan dakwahnya melalui ceramah yang merupakan

contoh komunikasi publik.

Bentuk dari komunikasi antarpribadi pada pola bintang berikutnya

berdasarkan teori dari Wayne Pace dan Don Faules adalah komunikasi massa.

Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang

berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepeda

khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti

radio, televisi, surat kabar, dan film. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk

komunikasi yang sebelumnya, komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat

pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama,

suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

70

Peradaban manusia yang bergeser kearah kehidupan modern dimana teknologi

menjadi makanan keseharian memaksa para pendakwah untuk ikut menunggangi

kemajuan ini. Dan salah satu media dakwah di jaman sekarang adalah lewat

media masa atau mengikuti model komunikasi massa. Realisasinya hal ini sudah

terjadi, dimana penyampaian pesan dakwah kini banyak bertebaran di media baik

cetak, elektronik maupun media online bahkan jejaring sosial. Tetapi dalam

aplikasinya pada kegiatan mentoring, sangat jelas pola bintang pada teori ini

tidak ada kaitannya sama sekali.

Jika berbicara pada kegiatan mentoring, terdapat beberapa contoh pola

komunikasi bintang. Seperti misalkan dalam berinteraksi pementor dengan

peserta mentor, peserta mentor tidak sungkan untuk menegur dan bertanya

kepada pementor. Hal ini juga yang diterapkan oleh Yoga Julian (Ketua LDS

SALAM 5) yaitu dengan membebaskan mereka untuk berbicara hal-hal apa saja

saat pelaksanaan mentoring. Seperti peserta mentor dibiarkan mengenal sesuatu

kenapa sesuatu itu penting untuk dipelajari. Atau membebaskan mereka untuk

curhat dengan para pementor. Selain itu, setiap pementor juga harus memberikan

contoh dan berinteraksi semaksimal mungkin dengan mereka, seperti mengajak

peserta mentor untuk bagaimana mengarahkan diri mereka sendiri melalui

informasi. Dengan semua itu mereka akan merasa bahwa mereka adalah bagian

dari kita dan kita adalah bagian dari mereka, sehingga tercipta sikap saling

percaya.

Pola komunikasi seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi yang terjadi dua

arah dan semua pihak terlibat di dalamnya. Pada kelompok ini, dapat diketahui

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

71

bahwa peserta mentor memberikan feedback kepada pementor dengan baik. Pola

komunikasi dua arah ini diindikasikan oleh adanya peluang yang sama dari

komunikator dan komunikan untuk menyampaikan gagasan. Salah satu indikator

komunikasi dua arah ialah kemampuan peserta mentor untuk mengungkapkan

perasaannya. Kemampuan ini berkaitan dengan penciptaan iklim yang positif

dalam kegiatan mentoring, yang memungkinkan peserta mentor mau

mengungkapkan perasaan atau masalah yang dihadapinya tanpa merasa takut

kepada pementor.

Komunikasi seperti ini, sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang yang

terlibat dalam mentoring dapat melakukan komunikasi secara dua arah.

Komunikasi efektif adalah proses di mana pesan-pesan yang disampaikan oleh

komunikator dapat diterima dengan sempurna oleh komunikan melalui saluran

(channel) yang bervariasi dan mengakibatkan terjadinya kepuasan dan

menyenangkan kedua belah pihak.13

Selain itu, komunikasi yang terjadi telah

memenuhi unsur-unsur komunikasi, yaitu Sender atau komunikator (pementor)

yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. Dalam hal

ini, pementor memformulasikan pesan atau informasi kepada peserta mentor

berupa pengetahuan tentang agama Islam. “Semenjak saya ikut mentoring,

alhamdulillah sekarang udah mulai lancar ngaji.” Ujar Afif saat

diwawancarai.14

13

Suranto A. W., Komunikasi Sosial Budaya (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 249. 14

Wawancara Pribadi dengan Afif (Siswa Peserta Mentoring), Depok, 27 November 2014.

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

72

Unsur selanjutnya yaitu pesan yaitu gagasan atau ide, informasi, pengalaman

yang telah dituangkan baik berupa kata-kata, lambang-lambang atau isyarat.

Pada saat penyampaian materi, pesan yang disampaikan pementor dapat diterima

oleh peserta mentor. Dikarenakan komunikator menggunakan komunikasi lisan

dan tulisan. Lalu unsur berikutnya yaitu Feedback yaitu tanggapan komunikan

yang disampaikan kepada komunikator. Bahwa komunikan (peserta mentor) bisa

memberikan umpan balik atau respon dari pesan yang disampaikan oleh

komunikator. Biasanya hal ini terjadi ketika mentoring memasuki sesi tanya

jawab, sangat terlihat bagaimana terbentuknya pola komunikasi bintang saat sesi

tersebut berlangsung.

Unsur keempat yaitu media yang merupakan saluran penyampai pesan kepada

komunikan. Komunikator biasanya menyampaikan pesan melalui papan tulis,

spidol dan buku-buku. Dengan adanya media tersebut memudahkan peserta

mentor memahami setiap pembahasan yang diajarkan saat mentoring. Unsur

terakhir yaitu efek yang merupakan hasil akhir komunikasi, berupa sikap dan

tingkah laku orang, apakah sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Komunikasi yang dilakukan oleh pementor dalam pembinaan perilaku peserta

mentor telah berhasil dilakukan karena sikap atau perilaku peserta mentor sudah

sesuai dengan yang diinginkan. Karena tujuan akhir dari berkomunikasi adalah

untuk memengaruhi sikap.

Ada pula komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh para pementor

terhadap peserta mentor. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh para

pementor di LDS SALAM 5 lebih sering digunakan pada saat di luar sesi

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

73

mentoring. Misalnya pada saat setelah selesai mentoring, siswa atau peserta

mentor dapat berkomunikasi dengan pementor dan membicarakan masalah

pribadi, dan disediakan juga waktu untuk sesi curhat atau konsultasi. Pada sesi

ini, peserta mentor dapat mengutarakan permasalahan dan keluhan tentang

masalah hidup yang dihadapi, yang kemudian para pementor akan mencarikan

solusinya.

Hal ini dilakukan para pementor untuk mengetahui kondisi atau keadaaan

yang dialami peserta mentor. Selain itu juga sebagai arahan, dan langkah-

langkah dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Dalam komunikasi

antarpribadi ini, proses komunikasi semakin jelas dan komunikan (peserta

mentor) dapat memberikan feedback secara langsung kepada komunikator

(pementor).

B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengurus LDS dalam Kegiatan Mentoring

di SMA Negeri 5 Depok

Jika kita lihat, proses komunikasi itu terlihat mudah. Tapi sebenarnya tidak

lepas dari berbagai faktor pendukung dan faktor penghambatnya. Begitupun dalam

setiap pelaksanaan suatu program, tentunya akan selalu dihadapkan pada faktor

pendukung dan juga faktor penghambat yang ada seiring berjalannya program,

khususnya dalam hal ini adalah pelaksanaan mentoring. Biasanya faktor tersebut

datangnya dari komunikator, transmisi dan penerima (komunikan). Berikut faktor

pendukung dan penghambat pengurus LDS dalam kegiatan mentoring antara lain15

:

15

Observasi Penulis Selama Sebulan, Pertengahan Oktober Sampai dengan Pertengahan

November 2014

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

74

1. Faktor Pendukung

a. Kemampuan Intelektual yang Memadai

Tentunya tidak sembarang orang bisa menjadi seorang pementor dalam hal

ini pengurus LDS. Selain mempunyai kredibilitas, tingkat kecakapan,

kecerdasan dan keahlian untuk menjadi seorang komunikator yang handal

sangat diperlukan. Terutama dalam hal menganalisis suatu kondisi sehingga

bisa mewujudkan cara komunikasi yang sesuai, faktor ini telah dimiliki oleh

seorang pementor.

Dengan kemampuan intelektual tersebut, maka hak peserta mentor untuk

dapat mengambil banyak pelajaran mengenai ilmu khususnya tentang

pendidikan agama Islam terpenuhi. Pendidikan agama Islam mencakup

banyak hal seperti keimanan, amaliyah, dan akhlak. Misalnya dalam

pembentukan akhlak (moral), agama memiliki peranan sangat penting karena

nilai moral bersumber dari agama yang bersifat tetap dalam setiap waktu dan

tempat.

Selain itu, peserta mentor juga mendapatkan banyak ilmu pengetahuan di

luar pendidikan agama Islam, seperti cara berorganisasi dengan baik,

membuat proposal untuk event-event tertentu di sekolah, belajar tentang

penerapan teknologi komputer, bahkan tak jarang beberapa pementor

membagikan ilmu tentang pelatihan jurnalistik. Kembali lagi, ini tergantung

kemampuan intelektual dari pementor tersebut menguasai berbagai macam

jenis ilmu di luar ilmu tentang pendidikan agama Islam.

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

75

b. Mempunyai Integritas atau Keterpaduan Sikap

Komunikator (pementor) yang memiliki keterpaduan atau kesesuaian antara

ucapan dan tindakan, akan lebih disegani oleh komunikan (peserta mentor).

Untuk itu maka menjadi salah satu faktor pendukung yang cukup kuat yang

dimiliki oleh seorang pengurus LDS. Integritas itu tentu tidak datang dengan

sendirinya. Justru yang menilai seorang pementor berintegritas adalah dari

peserta mentor itu sendiri.

Setiap pementor harus memiliki keterpaduan sikap untuk dicontoh oleh

peserta mentor lainnya. Ketika pementor mengucapkan untuk tidak boleh itu,

atau kita harus melakukan itu, sebelumnya pementor harus lebih dulu

melakukan hal-hal tersebut. Jangan sampai ada ketidaksesuaian antara

berucap dan bertindak, karena dapat menimbulkan pementor menjadi tidak

disegani oleh peserta mentor.

c. Memiliki Kematangan Emosional

Faktor pendukung selanjutnya yakni seorang pementor harus mampu

mengendalikan emosinya, sehingga tetap dapat melaksanakan mentoring

dalam suasana yang menyenangkan di dalamnya. Dengan memiliki emosional

yang mantap, maka pementor dapat mengimbangi segala macam kemauan

peserta mentornya.

Terkadang karena kelelahan saat belajar di kelas, tak jarang beberapa

peserta mentor meluapkan emosinya justru di sesi mentoring berlangsung saat

pulang sekolah. Akibatnya dalam kegiatan mentoring itu menjadi tidak

kondusif karena ulah beberapa peserta yang usil, hal ini wajar karena peserta

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

76

mentor diisi oleh anak-anak sekolah yang masih labil sikapnya. Jika pementor

justru terbawa suasana tersebut, maka kegiatan mentoring tentu tak ada beda

kondisinya dengan kumpul-kumpul yang tidak jelas arah pembicaraannya.

Untuk itu maka pementor harus memiliki emosional yang matang, yang

dengan sikap tersebut mampu merubah suasana tidak kondusif itu menjadi

lebih menyenangkan, sehingga kegiatan mentoring terlaksana sesuai dengan

aturan yang semestinya.

d. Dapat Memahami Kondisi Psikologis Komunikan

Dalam mentoring, seorang pementor harus dapat memahami kondisi

psikologis orang yang diajak bicara. Pementor harus dapat memilih saat yang

paling tepat untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan. Kalau

suasana tidak memungkinkan untuk peserta mentoring melahap materi, maka

pementor tidak perlu memaksakan harus diberikan materi. Hal itu bisa dirubah

dengan memberikan sebuah games atau permainan, yang manfaat dari

permainan itu justru sesuai dengan materi yang ingin disampaikan.

Kondisi psikologis dari setiap peserta mentor tentu berbeda-beda. Maka

pementor harus dapat bisa menemukan sebuah titik temu, dimana dari

masing-masing individu peserta mentoring menemukan saling kecocokan

dengan yang laimmya. Ketika sudah saling memahami, kegiatan mentoring

pasti terasa lebih banyak manfaatnya. Saling terbuka dalam berdiskusi atau

yang lainnya, memahami kondisi psikologis adalah syarat mutlak yang harus

setiap pementor miliki.

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

77

e. Pementor itu Supel, Ramah dan Tegas

Faktor ini mempunyai nilai lebih sehingga peserta mentor senang dalam

mengikuti kegiatan mentoring. Seperti yang diungkapkan Dimas, “Kalau lagi

mentoring kakaknya itu asik, ramah, supel juga, kadang-kadang tegas sih.”16

Supel adalah pandai menyesuaikan diri, dalam hal ini pandai berkomunikasi

dengan lawan bicaranya, terlihat luwes dan senang untuk bergaul dengan yang

lain tanpa canggung. Pementor harus memiliki sifat demikian, mampu untuk

menyesuaikan diri dan tahu berbicara dengan siapa, sehingga menghargai

setiap pembicaraan yang diungkapkan oleh peserta mentor.

Ramah dalam hal ini adalah baik hati dan menarik budi bahasanya, manis

tutur kata dan sikapnya, serta sangat menyenangkan di pergaulan. Pementor

harus selalu terlihat ramah dengan peserta mentornya, hal itu dapat membuat

apa yang diucapkan pementor, diikuti dengan peserta mentor dengan riang

dan tanpa merasa ada tekanan. Seperti berbicara dengan teman sendiri, jadi

yang dicontohkan pementor dapat mudah dipraktekan dalam kehidupan

sehari-hari.

Tegas dalam artian adalah pembicaraan pementor itu jelas, pasti, tidak

meragukan dan tidak berputar-putar bahasanya. Ketika berbicara tentang suatu

hal, penafsirannya tidak membuat bingung peserta mentor. Terkadang

ketegasan dalam berbicara diperlukan, sehingga peserta mentor mengikuti

dengan serius apa maksud yang ingin disampaikan oleh pementor.

16

Wawancara Pribadi dengan Dimas (Siswa Peserta Mentoring), Depok, 27 November 2014.

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

78

2. Faktor Penghambat

a. Sikap Pementor yang Kurang Simpatik

Tentunya setiap manusia mempunyai masalah pribadinya masing-masing,

tidak terkecuali adalah pementor itu sendiri. Faktor pribadi itu yang terkadang

membuat pementor terkadang terlihat kurang simpatik. Faktor pribadi muncul

biasanya bermacam-macam, salah satunya adalah ketika lagi futur17

(tingkat

keimanan sedang rendah). Seperti yang diungkapkan oleh Yoga Julian,

”Contohnya kalau kita ada masalah, iman kita lagi turun, itu menghambat

juga.”18

Pementor yang seperti ini memang benar-benar menjadi salah satu faktor

penghambat dalam proses kegiatan mentoring. Walaupun setiap 3 bulan sekali

selalu ada evaluasi dalam kegiatan mentoring, tetapi faktor penghambat yang

satu ini memang susah dicari solusi terbaiknya. Faktor ini menjadi

penghambat bukan karena misalkan ada sistem mentoring yang buruk, atau

sikap peserta mentor yang tidak sopan, tetapi lebih disebabkan dari faktor

internal pementor itu sendiri.

b. Minimnya Tenaga Pementor dalam Menjalankan Kegiatan Mentoring

Tenaga pementor yang ada di LDS SALAM 5 hanya berjumlah sepuluh

orang. Dari segi kuantitas hal ini memang sangat kurang, sehingga kurangnya

17 Futur secara istilah merupakan suatu penyakit yang dapat menimpa seseorang yang

berjuang di jalan Allah. Futur yang paling ringan menyebabkan seseorang terhenti setelah terus-

menerus melakukan ibadah. Ar Râghib berkata, “Futûr ialah diam setelah giat, lunak setelah keras, dan

lemah setelah kuat.” 18

Wawancara Pribadi dengan Yoga Julian (Ketua Lembaga Dakwah Sekolah SALAM 5),

Depok, 20 November 2014.

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

79

tenaga pementor yang ikut membantu kegiatan mentoring di SMA Negeri 5

Depok menjadi faktor penghambat dalam berjalannya beberapa program LDS

yang lain di luar pelaksanaan mentoring.

Tercatat, walaupun di struktur ada sekitar 49 pengurus termasuk ketua di

LDS SALAM 5 (liat lampiran), tetapi tidak semua pengurus LDS bisa

menjadi seorang pementor. Hal ini disebabkan karena untuk menjadi

pementor diwajibkan minimal menjadi pengurus itu selama tiga tahun. Dari

syarat itu, hanya 10 orang yang memenuhi syarat untuk menjadi seorang

pementor.

Belum lagi ditambah sebagian pengurus yang sudah berkontribusi di LDS

SAL:AM 5 lebih dari tiga tahun tetapi tidak mau untuk menjadi seorang

pementor dengan alasan yang bermacam-macam. Hal ini menjadi faktor

penghambat selanjutnya yang harus dibenahi, khususnya dari sistem

perekrutan calon-calon pementor yang sudah disiapkan. Dengan minimnya

pementor maka dapat menimbulkan banyak lagi hambatan-hambatan baru.

Hal ini bisa mengganggu kelangsungan dari berjalannya kegiatan mentoring

itu sendiri, sudah saatnya LDS untuk mengambil langkah tepat untuk

kedepannya. Mentoring sebagai sarana berbagi ilmu pengetahuan,

pengalaman, dan juga sarana untuk melatih pribadi menjadi lebih unggul

harus terus dijaga pelaksanaannya di sekolah-sekolah.

c. Pola Komunikasi yang Tidak Maksimal

Dengan tenaga pengurus LDS selaku pementor yang hanya berjumlah

sepuluh orang, tentu tidak seimbang dengan jumlah peserta mentor yang ada.

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

80

Tercatat ada sekitar 144 peserta mentor yang harus dipegang dari pengurus

LDS. Satu orang bisa memegang peserta mentoring antara 10 hingga 15

siswa. Hal ini cukup menyulitkan pementor untuk dapat berkomunikasi secara

maksimal.

Mentoring tentu sangat berbeda dengan kondisi saat di kelas, ketika di kelas

siswa dituntut untuk serius mengikuti pelajaran. Tetapi saat mentoring, siswa

(peserta mentor) tidak begitu dituntut untuk serius mengikuti mentoring, maka

tidak dipungkiri terkadang pementor sedikit kesusahan untuk berkomunikasi

dengan semuanya. Sebagian biasanya datang mentoring dengan keadaan lelah

karena seharian belajar di sekolah, sehingga terkadang sesi mentoring

digunakan untuk melepas kejenuhan, tak sedikit siswa yang seperti itu.

Hal ini sangat menghambat khususnya terhadap pola komunikasi antara

pementor dan siswa peserta mentor. Tidak maksimal karena mengurus lebih

dari 10 siswa dengan keadaan “tidak siap” dan dengan kondisi yang berbeda-

beda itu sangat menyulitkan. Sesi mentoring yang hanya berlangsung antara

satu hingga dua jam menjadi tidak ada manfaatnya, lebih banyak dihabiskan

hanya untuk menyatukan kondisi dan becanda-becanda dengan siswa yang

lain.

Pola komunikasi tidak maksimal sangat menentukan tujuan utama dari

mentoring itu sendiri. Ketika tujuan itu tidak tercapai, maka berakibat fatal

terhadap peserta mentor. Maka kelak mentoring menjadi kurang peminatnya,

tidak lagi menjadi forum diskusi yang disukai siswa-siswa dalam belajar

berbagai macam hal termasuk mendalami Islam lebih dalam lagi. Maka faktor

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

81

penghambat ini menjadi hal yang ditakuti semua orang yang berkecimpung di

dalam LDS SALAM 5.

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

82

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan hasil penelitian yang dilakukan tentang pola komunikasi

pengurus lembaga dakwah sekolah (LDS) dalam kegiatan mentoring di SMA

Nngeri 5 Depok, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pola komunikasi yang digunakan pementor dalam kegiatan mentoring di

SMA Negeri 5 Depok adalah pola komunikasi roda dan pola komunikasi

bintang. Kedua pola komunikasi tersebut cukup efektif digunakan dalam

kegiatan mentoring. Hal ini terlihat dari adanya komunikasi yang terjadi secara

dua arah (komunikator-komunikan, komunikan-komunikan), adanya kesamaan

makna antara komunikator (pementor) dan komunikan (peserta mentor) serta

adanya feedback dan efek berupa perubahan perilaku siswa, baik itu dari segi

perkataan (misalnya tidak berkata kotor), sikap (contohnya mendengarkan orang

yang sedang berbicara), pengetahuan agama (seperti: belajar tentang keutamaan

shalat, puasa, zakat, dll.) maupun dari segi ibadahnya (intensitas shalat dan

membaca al-Qur’an).

2. Faktor pendukung pengurus LDS dalam kegiatan mentoring dalam hal ini

pertama adalah kemampuan intelektual yang memadai, kedua adalah

mempunyai integritas atau keterpaduan sikap, ketiga adalah memiliki

kematangan emosional, keempat adalah dapat memahami kondisi psikologis

komunikan, kelima adalah pementor itu supel, ramah, dan tegas.

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

83

Adapun faktor penghambat pengurus LDS dalam kegiatan mentoring dalam

hal ini pertama adalah sikap pementor yang kurang simpatik, tentunya setiap

manusia mempunyai masalah pribadinya masing-masing, sehingga berpengaruh

terhadap munculnya sikap yang kurang simpatik. Kedua adalah minimnya

tenaga pementor dalam menjalankan kegiatan mentoring, hal ini menimbulkan

faktor penghambat selanjutnya. Ketiga adalah pola komunikasi yang tidak

maksimal, satu pementor bisa memegang peserta mentoring antara 10 hingga 15

siswa, hal ini cukup menyulitkan pementor untuk dapat berkomunikasi secara

maksimal.

B. Saran

1. Pola komunikasi yang diterapkan pengurus lembaga dakwah sekolah (LDS)

dalam kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok sudah efektif digunakan.

Untuk lebih efektif lagi, ketika menggunakan pola roda dan pola bintang pesan-

pesan yang disampaikan oleh komunikator harus dapat diterima dengan benar-

benar sempurna sehingga mengakibatkan terjadinya kepuasan dan juga pastinya

akan menyenangkan kedua belah pihak.

2. Dengan minimnya kuantitas pementor, diharapkan untuk kepengurusan LDS

SALAM 5 tahun depan terjadi peningkatan tenaga pementor. Hal itu juga

diharapkan agar pola komunikasi jadi lebih maksimal, seharusnya pementor

memegang peserta mentor dengan jumlah yang ideal. Perbaikan sarana dan

prasarana, serta adanya peran guru dan masyarakat sekitar dalam kegiatan

mentoring di lingkungan sekolah, contohnya mengajak peserta mentor untuk

banyak melakukan kegiatan positif yang bersifat outdoor di lingkungan sekitar

sekolah.

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

84

Terakhir adalah perbaikan sistem perekrutan untuk calon pementor baru.

Menurut kesimpulan penulis, sebaiknya untuk calon pementor tidak dibebani

dengan syarat harus terlebih dahulu minimal 3 tahun berkecimpung sebagai

pengurus di sebuah Lembaga Dakwah Sekolah (LDS). Tidak hanya untuk LDS

SALAM 5 sendiri, tetapi untuk semua organisasi semacam LDS di berbagai

macam sekolah khususnya SMA di Kota Depok.

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

85

DAFTAR PUSTAKA

A. Malik, Fadjar. Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: Lembaga Pengembangan

Pendidikan dan Penyusunan Naskah Indonesia, 1998.

Amin, M. Mansyur. Dakwah Islam dan Pesan Moral. Jakarta: Al- Amin Press, 1997.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, 2nd

ed. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1998.

A. W., Suranto. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Awwad, Jaudah Muhammad. Mendidik Anak Secara Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Aziz, Jum’ah Amin Abdul. Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, 3rd

ed. Solo: Era

Intermedia, 2000.

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2006.

Canggara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: CV Ruhama,

1994.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, 3rd

ed. Jakarta: Balai

Pustaka, 2005.

Goldberg dan Larson. Komunikasi Organisasi dan Kelompok. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia UI-Press, 1985.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, 2nd

ed. Yogyakarta: Andi Ofset, 1992.

Iriantara, Yosal dan Syarifudin, Usep. Komunikasi Pendidikan. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2013.

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

86

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, 26th

ed. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2009.

Morissan. Teori Komunikasi, 9th

ed. Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2009.

Mulyana, Deddy. Komunikasi Efektif, 2nd

ed. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Nasution, Zulkarnain. Sosiologi Komunikasi Massa, 1st

ed. Jakarta: Universitas Terbuka,

1993.

Pace, Wayne dan Faules. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja

Perusahaan. Bandung: PT. Rosda Karya, 2005.

Partanto, Puis A. dan Al-barty, M. Dahlan. Kamus Besar Bahasa Ilmiah Popular. Surabaya:

Arkola, 1994.

Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: Mizan Media Buku Utama, 2003.

Refleksi 20 Tahun Pembaharuan Tarbiyah di Indonesia: Tarbiyah Menjawab Tantangan.

Jakarta: Robbani Press, 2002.

Siagian, Sondang. Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi, 5th

ed. Jakarta: CV Masagung,

1986.

Silaturrahim Alumni Muslim SMA 5 Depok (SALAM 5). Profil Organisasi dan Kegiatan

Tahunan 2014. Depok: SALAM 5, 2014.

Stephen W., Little John dan Foss, Karen A. Theories of Human Communication (Edisi

Indonesia Teori Komunikasi). Jakarta: Salemba Humanika, 2009.

Uchjana Effendy, Onong. Dinamika Komunikasi, 2nd

ed. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1992.

Uchjana Effendy, Onong. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, 1st ed. Jakarta: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001.

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

87

Wawancara Pribadi dengan Afif. Depok, 27 November 2014.

Wawancara Pribadi dengan Dimas. Depok, 27 November 2014.

Wawancara Pribadi dengan Hisyam. Depok, 27 November 2014.

Wawancara Pribadi dengan Lutfi Ismail. Depok, 22 November 2014.

Wawancara Pribadi dengan Yoga Julian. Depok, 20 November 2014.

Widiyantoro, Nugroho. Panduan Dakwah Sekolah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar, 2nd

ed. Jakarta: Era Intermedia, 2002.

----------------------------. “Mentoring Sarana Membangun Akhlak dan Intelektual.” Artikel

diakses pada 2 Oktober 2014 dari http://mentoringblog.wordpress.com/

Widjaja, H.A.W. Komunikasi, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, 5th

ed. Jakarta: Bumi

Aksara, 2008.

---------------------. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, 2nd

ed. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.

Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasavina, 2004.

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI
Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI
Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI
Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI
Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Tabel 1. Struktur Kepengurusan LDS SALAM 5

NO

NAMA

JABATAN

DEPARTEMEN

1. Yoga Julian Prasutiyo Ketua Umum Pengurus Inti

2. Ayu Chyntia Koordinator

Akhwat

Pengurus Inti

3. Nova Ayunita Sekretaris Umum Pengurus Inti

4. Dhea Loka Nanta Bendahara Umum Pengurus Inti

5. Ilham Ramdhoni Ketua Departemen Dept. Syiar

6. Reni Anggraeni Waka Departemen Dept. Syiar

7. Muhammad Lutfi Staf Dept. Syiar

8. Jihad Kunnaji Staf Dept. Syiar

9. Angga Bagus Asrianto Staf Dept. Syiar

10. Abdul Hafizh Al-Hakim Staf Dept. Syiar

11. Nova Ayunita Staf Dept. Syiar

12. Dhyanti Ayu Febriandhini Staf Dept. Syiar

13. Siti Zahara Putri Staf Dept. Syiar

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

14. Muhammad Satria Nugraha Ketua Departemen Dept. Pembinaan

Dasar

15. Diana Nur Amalina Waka Departemen Dept. Pembinaan

Dasar

16. Muhammad Hassan

Shibghotullah

Staf Dept. Pembinaan

Dasar

17. Shodikin Martanto Staf Dept. Pembinaan

Dasar

18. Muhammad Asrurowwi Staf Dept. Pembinaan

Dasar

19. Hegar Reza Bisma Staf Dept. Pembinaan

Dasar

20. Nurul Hasanah Staf Dept. Pembinaan

Dasar

21. Dhea Loka Nanta Staf Dept. Pembinaan

Dasar

22. Ulfah Latifah Staf Dept. Pembinaan

Dasar

23. Maryam Hafidzah Staf Dept. Pembinaan

Dasar

24. Aan Mi’dad Arrizza Ketua Departemen Dept. Pembinaan

Lanjutan

25. Novrita Wulandari Waka Departemen Dept. Pembinaan

Lanjutan

26. Haris Rabbani Staf Dept. Pembinaan

Lanjutan

27. Hermawan Sudibya Staf Dept. Pembinaan

Lanjutan

28. Muhamad Lutfi Ismail Staf Dept. Pembinaan

Lanjutan

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

29. Soraya Kamal Staf Dept. Pembinaan

Lanjutan

30. Ria Fidiyanti Staf Dept. Pembinaan

Lanjutan

31. Ahmad Fajri Shauti Ketua Departemen Dept. Humas &

Media

32. Nurwiqoyah Waka Departemen Dept. Humas &

Media

33. Faizal Ahmad Staf Dept. Humas &

Media

34. Muhammad Taufik

Humaamy

Staf Dept. Humas &

Media

35. Irfan Mahardika Staf Dept. Humas &

Media

36. Andri Bagus Arianto Staf Dept. Humas &

Media

37. Sarah Azzahrah Staf Dept. Humas &

Media

38. Lucky Yuniasari Staf Dept. Humas &

Media

39. Muhammad Husein

Shibghotullah

Ketua Departemen Dept. Ilmi-Mihani

40. Desi Pertiwi Waka Departemen Dept. Ilmi-Mihani

41. Setiawan Kurnianto Staf Dept. Ilmi-Mihani

42. Alwan Farhan Staf Dept. Ilmi-Mihani

43. Andre Staf Dept. Ilmi-Mihani

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

44. Fikri Staf Dept. Ilmi-Mihani

45. Medina Putri Staf Dept. Ilmi-Mihani

46. Yuan Nisa Staf Dept. Ilmi-Mihani

47. Zsazsa Khairunnissa Ketua Departemen Dept. Fund Rising

48. Yuli Alviani Staf Dept. Fund Rising

49. Nufita Nadia Staf Dept. Fund Rising

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Tabel 2. Program Kerja Departemen Syiar

NO NAMA

PROGRAM

DESKRIPSI PROGRAM WAKTU

1 Training

Professional

Program Soft skill, yang inherent

dengan perluasan kemampuan

objek dakwah dalam ranah

kebaikan di lembaga. Ditujukan

untuk layer 1 dan layer 2.

Dengan tujuan layer 1 dapat

mengembangkan potensi yang

sejalan dengan aktivitas dakwah,

sedangkan layer 2 untuk

pengenalan soft skill yang

berlandaskan kebaikan. Program

ini ditergetkan dapat

dilaksanakan sebanyak 2 kali per

2 termin.

Pada bulan Maret

dan Oktober 2014

(Disesuikan

dengan Program

Syiar Rohis 5

Depok).

2 Supervisi

Kelembagaan dan

Mabit Syiar

Program Maintenance, yang

inherent dengan perluasan

kemampuan objek dakwah dalam

ranah kebaikan. Ditujukan untuk

layer 1. Dengan tujuan layer 1

dapat mengoptimalkan

kemampuan berorganisasi atas

dasar aktivitas dakwah. Program

ini merupakan program yang

berkesinambungan dengan

targetan 2 kali pertemuan utama,

yang dikemas dengan agenda

mabit syiar.

Supervisi Rohis di

mulai dari bulan

Maret dengan

acara kopdar

Rohis, sedangkan

Mabit Syiar akan

dilaksanakan di

bulan April dan

Oktober.

3 Satu Hari Satu

Lembar

Program upgrading , yang

inherent dengan perluasan

kemampuan objek dakwah dalam

hal tarbiyah dzatiah. Ditujukan

untuk layer 1. Dengan tujuan

layer 1 dapat terjaga nuansa

ruhiyahnya.

Termin pertama di

sepanjang semester

ganjil untuk

pengurus Rohis.

Termin kedua akan

diperluas untuk

umum.

4 BBQ + Qur’an

Camp

Program upgrading , yang

inherent dengan perluasan

kemampuan objek dakwah dalam

hal tarbiyah quraniyah. Ada 2

tahap pelaksana

- Tahap 1: Upgrading Mentor

Qur’an.

- Tahap 2: Ekspansi Peserta.

Targetnya Terbentuk generasi

qur’ani, 2 kelompok halaqoh

qur’an dengan indikator baik

bacaan qur’an dan hafal juz 30.

Dilaksanakan di

Sepanjang

Semester genap

atau dimulai saat

pembentukan

kelompok mentor

siswa baru

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

5 Jaulah Guru dan

Baksos Pegawai

Program embrace, yang inherent

dengan perluasan kemampuan

objek dakwah dalam hal Sinergi.

Jaulah guru yang tidak

“Menyukai” Rohis dengan 1 kali

jaulah di luar jaulah lebaran.

Baksos pegawai di rangkaian

acara Sakhusa.

Untuk jaulah guru,

sebelum bulan

Ramadhan

Untuk baksos

pegawai

disesuaikan dengan

jadwal Sakhusa.

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Tabel 3. Program Kerja Departemen Pembinaan Dasar

NO

NAMA PROGRAM

SASARAN

WAKTU

PJ

1 Riyadhoh (Olahraga) Untuk siswa-siswi

muslim SMA 5

Depok, lebih

khususnya anak

mentor.

3 bulan sekali

Rowi dan

Ulfah

2 Forum Mentor Para peserta mentor

dan pementor.

3 bulan sekali Hasan dan

Maryam

3 Mabit Untuk siswa-siswi

muslim SMA 5

Depok, lebih

khususnya anak

mentor.

Disesuaikan

Shodikin dan

Diana

4 Orientasi Halaqoh Untuk anak mentor

kelas 10 yang sudah

siap dinaikan

tingkatnya ke jenjang

halaqah.

Februari dan

Maret

Ega dan Nunu

5 Dauroh Asisten

Mentor

Untuk anak rohis

kelas 11 dan 12 yang

akan disiapkan

untuk jadi asisten

mentor sementara

selama kegiatan

MOPD berlangsung.

Juni

Hegar dan

Dhea

6 Dauroh Mentor Kondisional Kondisional Kondisional

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Tabel 4. Program Kerja Departemen Pembinaan Lanjutan

NO

NAMA PROGRAM

TUJUAN

SASARAN

WAKTU

1 Orientasi Halaqoh Pembentukan

mentoring kelas 10.

Kelas 10 yang

sudah siap

dinaikan ke

jenjang

halaqoh

Awal Februari

2014

2 Kumpul Murobbi

(Pementor)

Mengetahui

perkembangan

kelompok mentoring,

sharing qhodoya.

Murobbi kelas

11 dan 12

3 bulan sekali

3 Re-grouping Menjaga keutuhan

kelompok mentoring

agar tetap solid.

Mentoring

yang

bermasalah

atau

berjumlah

sedikit

Disesuaikan

4 SMS Tausyiah Motivasi kepada

pementor.

Pementor dan

peserta

mentor

Seminggu

sekali

5 Kampus Jenderal - - Pembekalan peserta

mentor agar siap

memasuki dunia

k kampus.

- Menyadarkan

bahwa dirinya

adalah da’i

dimanapun berada.

- Mampu untuk

berdakwah di

sekolah ketika lulus

dari sekolah.

Kelas 12 yang

halaqoh

Desember

2014

6 Dauroh Tarqiyah Meningkatkan

ruhiyah dan

membangun

militansi.

Kelas 11 dan

12 Rohis

Disesuaikan

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Tabel 5. Program Kerja Departemen Humas & Media

JENIS

KEGIATAN

TUJUAN SARANA TARGET WAKTU

PELAKSANAAN

Sosial Media

- Menjadi wadah

silaturrahim

untuk keluarga

besar SMAN 5

Depok

terutama antara

alumni dengan

siswa/i, guru-

guru, serta staf

sekolah di

SMAN 5

Depok.

- Memberikan

informasi

kegiatan salam

5 dan rohis

smanli

a. Twitter

b.Facebook

c. Blog

a. Follower

bertambah 100/3

bulan.

b. Mutual friendnya

bertambah

50/bulan.

c. - Menaikan

visitor

- Postingan

disinkronkan

ke twitter dan

facebook

- Terdapat

kolom kartun

islam online

- Kalau sudah

aktif

membangun

kerjasama

dengan alumni

yang sudah

memiliki usaha

dengan

memberikan

kolom iklan

pada bagian

blog yang telah

disediakan

a. Setiap hari di

update oleh

anggota

departemen

humas & media

b. Seminggu 3 kali

c. Sebulan sekali

Mentor of

Due Month

Award yang

bertujuan untuk

mensosialisasikan

kegiatan

mentoring, dan

menjadi

pendorong agar

siswa/i mau

mentoring.

- Poster

dan

social

media s

- Snack

dan pin

Siswa/i SMAN 5

Depok

2 bulan sekali

Rihlah

Sarana untuk

mengeratkan

ukhuwah

pengurus

SALAM 5.

Seluruh pengurus

SALAM 5 Depok

1 kali selama

periode

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Buletin

Untuk

mendorong agar

buletin Rohis

berjalan dengan

baik.

Buletin

Rohis

Buletin Rohis dapat

berjalan setiap

bulannya

1 bulan sekali

Jaulah

Sarana untuk

bersilaturahim

dan mengeratkan

ukhuwah antara

keluarga SMAN

5 Depok.

Beberapa Guru-guru

SMAN5 Depok dan

beberapa alumni

SALAM 5

Setelah lebaran

Idul fitri

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Tabel 6. Program Kerja Departemen Ilmi-Mihani

NO

NAMA

PROGRAM

TUJUAN SASARAN WAKTU

1 Fokus UTS dan

UAS

Siswa/i SMAN 5 Depok

dapat belajar bersama

sebagai persiapan dalam

menjalani UTS dan UAS.

Seluruh siswa/i kelas

10 dan 11 SMAN 5

Depok (Anggota

Rohis lebih

diutamakan).

2 Minggu

menjelang

UTS/UAS

2 Fokus SNMPTN Memfasilitasi siswa/i

SMAN 5 Depok yang serius

ingin kuliah di PTN yang

tidak berkesempatan

mengikuti Bimbel persiapan

SNMPTN.

Beberapa siswa/i

muslim kelas XII

SMAN 5 Depok

(Anggota Rohis lebih

diutamakan) dengan

menggunakan sistem

kuota.

Setelah

selesai UN

sampai 2

bulan

kedepan

3 Beasiswa

SALAM 5

Memberikan apresiasi

kepada siswa/i muslim yang

berprestasi di bidang

akademik. Membantu

meringankan siswa/i yang

kurang mampu.

Juara umum IPA &

IPS kelas 10, 11, dan

satu orang siswa

kurang mampu dari

kelas 10 dan 11

Awal

semester

baru

4 Syukuran

Kelulusan

SNMPTN

Mendata siswa/i yang lulus

PTN sekaligus memberikan

pembekalan sebelum

memasuki dunia kampus.

Siswa/i muslim

SMAN 5 Depok yang

lulus PTN

Setelah

pengumuman

SNMPTN

5 SMA 5 Depok

Scholarship

Expo

Memberikan informasi

beasiswa kepada siswa/i

SMAN 5 (khususnya kelas

12) pasca lulus SMA.

Seluruh siswa/i

SMAN 5 Depok

November/

awal

Desember

2014

6 Training Life

Management

Memberikan pelatihan

motivasi kepada siswa/i

kelas 10 untuk membuat

perencanaan hidup.

Siswa/i kelas 10

SMAN 5 Depok

Agustus

2014

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Tabel 7. Program Kerja Departemen Fund Rising

NO

NAMA

PROGRAM

TUJUAN/SASARAN

PJ

KETERANGAN

1 Menjual Baju

Muslim

Mahasiswa/i UNJ Yuli

2 Menjual Pulsa Mahasiswa/i UG atau

IPB

Zsazsa

dan

Nufita

3 Agen Pulsa Pengurus LDS

SALAM 5

- LDS SALAM 5 sebagai

downline dari SALAM 5

- Modal dari masing-masing

pengurus LDS, minimal

Rp. 50.000,-

- Minimal 25% dari

keuntungan penjualan pulsa

menjadi hak SALAM 5

- Sistem pembayarannya bisa

secara transfer melalui

rekening atau secara

langsung kepada pengurus

LDS SALAM 5

- Setiap bulan, pengurus

LDS wajib mengirimkan

laporan

4 Pembuatan

Jaket SALAM 5

Kondisional

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Pedoman Wawancara

Nama :

Jabatan : Ketua Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) SALAM 5

Hari/Tanggal :

Waktu Wawancara :

Tempat Wawancara :

1. Kapan berdirinya Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) SALAM 5?

2. Apa yang melatarbelakangi berdirinya LDS SALAM 5?

3. Apa Visi dan Misi LDS SALAM 5?

4. Menurut Anda, apakah LDS SALAM 5 hanya berfokus pada pelaksanaan kegiatan mentoring

saja?

5. Menurut Anda, seperti apa kegiatan mentoring itu? Apa pentingnya pelaksanaan kegiatan

mentoring di sekolah?

6. Bagaimana proses komunikasi yang Anda lakukan dalam kegiatan mentoring tersebut?

a. Menurut Anda komunikasi itu apa?

b. Pola komunikasi apa yang Anda gunakan dalam kegiatan mentoring?

c. Kapan pola itu Anda terapkan pada siswa selaku peserta mentoring?

d. Menurut Anda, apakah pola komunikasi yang Anda terapkan dalam kegiatan mentoring

sudah berhasil?

7. Metode apa saja yang sering Anda gunakan dalam kegiatan mentoring?

8. Faktor pendukung apa saja yang Anda hadapi saat berkomunikasi dengan siswa dalam

kegiatan mentoring?

9. Faktor penghambat apa saja yang Anda hadapi saat berkomunikasi dengan siswa dalam

kegiatan mentoring?

10. Apa harapan Anda ke depan untuk siswa-siswa peserta mentoring?

11. Apa rencana Anda ke depan untuk siswa-siswa peserta mentoring?

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Pedoman Wawancara

Nama :

Jabatan : Pengurus LDS SALAM 5

Hari/Tanggal :

Waktu Wawancara :

Tempat Wawancara :

1. Sejak kapan Anda aktif menjadi pementor di LDS SALAM 5?

2. Menurut Anda, seperti apa kegiatan mentoring itu? Apa pentingnya pelaksanaan kegiatan

mentoring di sekolah?

3. Bagaimana proses komunikasi yang Anda lakukan dalam kegiatan mentoring?

a. Pola komunikasi apa yang Anda gunakan dalam kegiatan mentoring?

b. Kapan pola komunikasi tersebut Anda terapkan pada siswa selaku peserta mentoring?

c. Menurut Anda, apakah pola komunikasi yang Anda terapkan dalam kegiatan mentoring

sudah berhasil?

4. Metode apa saja yang sering Anda gunakan dalam kegiatan mentoring?

5. Materi apa saja yang biasanya Anda berikan kepada siswa-siswa peserta mentoring?

6. Faktor pendukung apa saja yang Anda hadapi saat berkomunikasi dengan siswa dalam

kegiatan mentoring?

7. Faktor penghambat apa saja yang Anda hadapi saat berkomunikasi dengan siswa dalam

kegiatan mentoring?

8. Apa harapan Anda ke depan untuk siswa-siswa peserta mentoring?

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Pedoman Wawancara

Nama :

Kelas :

Jabatan : Siswa Peserta Mentoring

Waktu Wawancara :

Tempat Wawancara :

1. Sejak kapan Anda mengikuti kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

2. Darimana Anda tahu ada kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

3. Apa menariknya kegiatan mentoring?

4. Apakah Anda senang mengikuti kegiatan mentoring di sekolah?

5. Apa saja yang Anda pelajari dalam kegiatan mentoring?

6. Bagaimana pendapat Anda tentang kegiatan mentoring?

7. Bagaimana pendapat Anda tentang para pementor di LDS SALAM 5?

8. Apa kegiatan Anda sebelum menjadi peserta mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

9. Apakah Anda merasakan adanya perbedaan saat Anda belum mengikuti kegiatan mentoring

dengan setelah mengikuti kegiatan mentoring?

10. Jika ada, perbedaan apa yang Anda rasakan?

11. Apa harapan Anda setelah mengikuti kegiatan mentoring?

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Nama : Yoga Julian

Jabatan : Ketua Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) SALAM 5

Hari/Tanggal : Kamis, 20 November 2014

Waktu Wawancara : Pukul 14.00 WIB

Tempat Wawancara : Masjid Ukhuwah Islamiyah, Kampus UI

Tanya : Kapan berdirinya Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) SALAM 5?

Jawab : Berdirinya itu sekitar tahun 2002, awalnya LDS SALAM 5 diketuai oleh bang Yudhi

Pradana.

Tanya : Apa yang melatarbelakangi berdirinya LDS SALAM 5?

Jawab : Menurut saya, potensi pemuda saat ini kritis. Kenapa kritis? Karena banyak media-

media asing memusuhi Islam yang malah bisa mendegradasikan potensi mereka, itu

bahaya. Kalo gak segera diperbaiki, itu dapat merubah pola pikir mereka. Apalagi

kita sebagai muslim, mesti menyadarkan mereka bahwa Islam itu dapat membimbing

kita menjadi lebih baik. Sebenarnya lembaga dakwah ini tujuannya dasarnya seperti

itu. Kita memfasilitasi mereka untuk dapat mengenal Islam lebih luas lagi. Menurut

saya dakwah di sekolah untuk kalangan pelajar ini memang lahan yang sangat

potensial. Mereka mudah menerima dakwah ini, karena memang kita sebagai

pengurus memang alumni dari sekolah ini.

Tanya : Menurut Anda, apakah LDS SALAM 5 hanya berfokus pada pelaksanaan kegiatan

mentoring saja?

Jawab : Alhamdulillah tidak hanya itu ya. Kita di forum alumni dakwah sekolah ini juga ada

semacam gerakan-gerakan penjagaan, seperti ke ekskul dan ke OSIS. Penjagaan ke

OSIS contohnya gini, misalnya dari OSIS saat pensi (pentas seni) mengundang guest

star yang cenderung hedonisme, nah tugas kita itu mengontrol agar hedonisme tidak

menjadi suatu hal yang membudaya di kalangan siswa. Secara halus kita kasih

masukan ke mereka. Selain itu kita juga punya program kerja yang terdiri dari 5

departemen.

Tanya : Menurut Anda, seperti apa kegiatan mentoring itu? Apa pentingnya pelaksanaan

kegiatan mentoring di sekolah?

Jawab : Kegiatan mentoring itu adalah kegiatan rutin setiap pekan, disana selain membahas

yang tentunya semua hal tentang agama Islam, juga membahas segala macam hal-hal

yang memang seru untuk dibahas. Jadi tidak monoton belajar agama aja, terkadang

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

dalam mentoring juga biasanya diisi dengan belajar bareng. Kalau ditanya

pentingnya mentoring, menurut saya itu sangat penting, karena dalam mentoring itu

adalah untuk menjaga karakter siswa. Dan pada akhirnya adalah membentuk siswa

menjadi akhlak yang islami. Dalam mentoring kita dapat sharing-sharing, ya seperti

keluarga baru, karena mentoring memang wadah yang tepat untuk itu.

Tanya : Bagaimana proses komunikasi yang Anda lakukan dalam kegiatan mentoring

tersebut?

Jawab : Proses komunikasi yang saya lakukan dengan cara berbicara layaknya seperti adik

kandung saya sendiri.

Tanya : Menurut Anda komunikasi itu apa?

Jawab : Komunikasi itu interaksi. Ada aksi pasti ada juga reaksi. Aksinya itu bisa berkata-

kata, baik itu secara verbal maupun non verbal.

Tanya : Pola komunikasi apa yang Anda gunakan dalam kegiatan mentoring?

Jawab : Pola komunikasi saya lebih sering dua arah. Tetapi terkadang di awal mentoring

pola komunikasinya terjadi satu arah dengan memberikan materi berbentuk sillabus

dan pengarahan dari kita kepada mereka peserta mentor. Jadi biasanya dari mereka

sih, saat saya menyampaikan itu gak ada respon atau umpan balik.

Tanya : Kapan pola itu Anda terapkan pada siswa selaku peserta mentoring?

Jawab : Setiap bertemu pasti pola komunikasi seperti itu saya lakukan.

Tanya : Menurut Anda, apakah pola komunikasi yang Anda terapkan dalam kegiatan

mentoring sudah berhasil?

Jawab : Alhamdulillah cukup berhasil.

Tanya : Metode apa saja yang sering Anda gunakan dalam kegiatan mentoring?

Jawab : Metode yang saya suka praktekkan adalah kedekatan hati antara saya dan mereka

selaku peserta mentor. Saya berusaha untuk mendekatkan diri seakarab mungkin

dengan mereka.

Tanya : Faktor pendukung apa saja yang Anda hadapi saat berkomunikasi dengan siswa

dalam kegiatan mentoring?

Jawab : Faktor pendukung ada internal dan eksternal. Faktor internal adalah sudah

mempersiapkan apa yang ingin kita sampaikan, kalo ekternal itu adalah ketika

mentoring itu sudah didukung oleh sekolah.

Tanya : Faktor penghambat apa saja yang Anda hadapi saat berkomunikasi dengan siswa

dalam kegiatan mentoring?

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Jawab : Menyampaikan materi agama tetapi kita belum melaksanakannya, itu benar-benar

menghambat banget. Rasa hati itu beda kalo kita sendiri belum mempraktekannya

terlebih dahulu. Terus hambatan yang lain itu contohnya kalau kita ada masalah,

iman kita lagi turun, itu menghambat juga.

Tanya : Apa harapan Anda ke depan untuk siswa-siswa peserta mentoring?

Jawab : menjadi orang yang terus belajar, dan tetap menjaga diri dengan rajin

mentoringjadikan mentoring sebagai stimulus untuk bisa mencari ilmu lagi.

Tanya : Apa rencana Anda ke depan untuk siswa-siswa peserta mentoring?

Jawab : Menjadikan mereka bisa lebih merasakan manfaatnya materi yang disampaikan,

mengupayakan untuk menjalankan materi itu supaya ruhnya terasa bagi mereka,

menjadikan mereka itu juga berprestasi di bidang akademik, berharap mereka aktif

membaca untuk pengembangan karakter mereka.

Yoga Julian Robbi Hakhiardy

(Narasumber) (Pewawancara)

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Nama : Lutfi Ismail

Jabatan : Pengurus LDS SALAM 5

Hari/Tanggal : Sabtu, 22 November 2014

Waktu Wawancara : Pukul 10.00 WIB

Tempat Wawancara : Masjid Almuhajirin

Tanya : Sejak kapan Anda aktif menjadi pementor di LDS SALAM 5?

Jawab : Sejak tahun 2010 saya sudah aktif menjadi pementor.

Tanya : Menurut Anda, seperti apa kegiatan mentoring itu? Apa pentingnya pelaksanaan

kegiatan mentoring di sekolah?

Jawab : Kegiatan mentoring adalah kegiatan seperti pengajian gitu, kita banyak belajar ilmu

agama. Sangat penting menurut saya, pelajar rasanya saat ini kebutuhan akan ilmu

agama itu benar-benar dibutuhkan, belajar di sekolah pun hanya sebentar, sepertinya

kurang kalo hanya mengandalkan belajar tentang agama itu di sekolah. Di mentoring

kita memfasilitasi akan kebutuhan itu.

Tanya : Bagaimana proses komunikasi yang Anda lakukan dalam kegiatan mentoring?

Jawab : Kita harus tahu kalo pemuda ini adalah aset untuk masa depan. Proses komunikasi

pertama kali yang saya lakukan adalah memperlakukan mereka seperti layaknya adik

kita, harus terus dibimbing.

Tanya : Pola komunikasi apa yang Anda gunakan dalam kegiatan mentoring?

Jawab : Pola komunikasi kita itu pertama harus yakinkan mereka kalau mentoring itu bukan

belajar agama islam aja, tapi banyak hal yang bisa didapat dengan rajin ikut

mentoring. Selain itu juga ngajarin kalau ada yang berbicara, yang lain mencoba

untuk mendengarkan. Nanti ada sesinya kalau mau tanya jawab, tapi di awal-awal

sih mereka biasanya dengerin aja.

Tanya : Kapan pola komunikasi tersebut Anda terapkan pada siswa selaku peserta

mentoring?

Jawab : Iya saat setiap memulai mentoring yang pasti.

Tanya : Menurut Anda, apakah pola komunikasi yang Anda terapkan dalam kegiatan

mentoring sudah berhasil?

Jawab : Alhamdulillah cukup berhasil, terlihat dari sikap mereka. Kalau mereka sih

menganggap saya itu seperti teman yang sebaya, dalam artian umur kita kan hanya

berselisih sekitar 4 tahunan, gak begitu jauh. Mereka malah bilang kalau sama guru

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

agama susah becanda jadinya malah pengen nakal sendiri, beda kalau sama saya

bisa diajak becanda sedikitlah, dan mereka suka dengan cara saya yang seperti itu.

Tanya : Metode apa saja yang sering Anda gunakan dalam kegiatan mentoring?

Jawab : Saya lebih suka metode pendekatan yang alami, jadi gak dibuat-buat. Saya berusaha

untuk memahami kondisi peserta mentor yang saya pegang, kalo kelihatannya mereka

butuh hiburan, ya saat mentoring itu saya tidak menyampaikan materi.

Tanya : Materi apa saja yang biasanya Anda berikan kepada siswa-siswa peserta mentoring?

Jawab : Materi tentang ibadah wajib, saya juga suka menceritakan kisah-kisah inspiratif

seperti cerita nabi, pokoknya materi itu tidak memberatkan meraka lah. Saya

menyesuaikan materi sesuai dengan kebutuhan. Kalo butuhnya A, ya saya sampaikan

A.

Tanya : Faktor pendukung apa saja yang Anda hadapi saat berkomunikasi dengan siswa

dalam kegiatan mentoring?

Jawab : Banyak sih faktor pendukungnya, tetapi yang paling membuat saya termotivasi sih

ketika materi yang saya sampaikan, mereka terlihat antusias dan ingin segera secepat

mungkin untuk langsung mempraktekkannya.

Tanya : Faktor penghambat apa saja yang Anda hadapi saat berkomunikasi dengan siswa

dalam kegiatan mentoring?

Jawab : Mungkin faktor pribadi sih, kalo saya lagi mumet biasanya itu sangat menghambat.

Tanya : Apa harapan Anda ke depan untuk siswa-siswa peserta mentoring?

Jawab : Yang jelas harapan saya mereka kelak setelah lulus bisa kembali lagi ke sekolah.

Dan jadi pementor seperti saya, mudah-mudahan makin ke depan pementor di SMA

Negeri 5 Depok lebih banyak lagi, amiiin.

Lutfi Ismail Robbi Hakhiardy

(Narasumber) (Pewawancara)

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Nama : Afif

Kelas : 10 MIA 2

Jabatan : Siswa Peserta Mentoring

Hari/Tanggal : Kamis, 27 November 2014

Tempat Wawancara : SMA Negeri 5 Depok

Tanya : Sejak kapan Anda mengikuti kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

Jawab : Sejak kelas 10.

Tanya : Darimana Anda tahu ada kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

Jawab : Saya sih udah tahu dari kakak kelas saya.

Tanya : Apa menariknya kegiatan mentoring?

Jawab : Sangat menarik ya, saya jadi lebih akrab dengan teman kelompok yang berbeda,

selain teman sekelas.

Tanya : Apakah Anda senang mengikuti kegiatan mentoring di sekolah?

Jawab : Sangat senang, alhamdulillah deh.

Tanya : Apa saja yang Anda pelajari dalam kegiatan mentoring?

Jawab : Banyak, saya kira mentoring belajar agama aja, ternyata nggak juga kok.

Tanya : Bagaimana pendapat Anda tentang kegiatan mentoring?

Jawab : Seru, temannya asik-asik, lucu-lucu juga.

Tanya : Bagaimana pendapat Anda tentang para pementor di LDS SALAM 5?

Jawab : Pementor saya orangnya sibuk banget, tapi alhamdulillah masih punya waktu untuk

ngisi mentoring setiap hari jum’at.

Tanya : Apa kegiatan Anda sebelum menjadi peserta mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

Jawab : Saya pelajar biasa, sudah pernah mentoring juga waktu SMP.

Tanya : Apakah Anda merasakan adanya perbedaan saat Anda belum mengikuti kegiatan

mentoring dengan setelah mengikuti kegiatan mentoring?

Jawab : Semenjak saya ikut mentoring, alhamdulillah sekarang udah mulai lancar ngaji.

Tanya : Jika ada, perbedaan apa yang Anda rasakan?

Jawab : Itu yang tadi saya katakan.

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Tanya : Apa harapan Anda setelah mengikuti kegiatan mentoring?

Jawab : Harapan sih semoga konsisten ibadah deh, itu aja dulu.

Afif Robbi Hakhiardy

(Narasumber) (Pewawancara)

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Nama : Dimas

Kelas : 10 MIA 2

Jabatan : Siswa Peserta Mentoring

Hari/Tanggal : Kamis, 27 November 2014

Tempat Wawancara : SMA Negeri 5 Depok

Tanya : Sejak kapan Anda mengikuti kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

Jawab : Semester pertama, kelas 10 yang jelas.

Tanya : Darimana Anda tahu ada kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

Jawab : Dari temen sebangku.

Tanya : Apa menariknya kegiatan mentoring?

Jawab : Menarik sekali, metode yang digunakan itu bener-bener membuat saya termotivasi,

terutama dalam menambah wawasan tentang agama Islam.

Tanya : Apakah Anda senang mengikuti kegiatan mentoring di sekolah?

Jawab : Alhamdulillah sampai saat ini senang-senang aja.

Tanya : Apa saja yang Anda pelajari dalam kegiatan mentoring?

Jawab : Lumayan banyak, tetapi ibadah wajib lebih sering dibahas. Keutamaannya apa aja

serta hukuman kalo itu ditinggalkan seperti apa.

Tanya : Bagaimana pendapat Anda tentang kegiatan mentoring?

Jawab : Kegiatan mentoring seharusnya menjadi agenda wajib sekolah, kayaknya bagus

deh.

Tanya : Bagaimana pendapat Anda tentang para pementor di LDS SALAM 5?

Jawab : Kalau lagi mentoring kakaknya itu asik, ramah, supel juga, kadang-kadang tegas sih

Tanya : Apa kegiatan Anda sebelum menjadi peserta mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

Jawab : Kegiatan saya gak ada, pelajar aja.

Tanya : Apakah Anda merasakan adanya perbedaan saat Anda belum mengikuti kegiatan

mentoring dengan setelah mengikuti kegiatan mentoring?

Jawab : Merasakan dong, alhamdulillah.

Tanya : Jika ada, perbedaan apa yang Anda rasakan?

Jawab : Banyak banget perbedaannya, saya itu dulu termasuk orang yang males sholat.

Alhamdulillah lama-lama saya lebih rajin untuk sholat, diusahakan sih jemaah di

masjid biar dapet pahalanya gede.

Tanya : Apa harapan Anda setelah mengikuti kegiatan mentoring?

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Jawab : Harapan sih yang ikut mentoring lebih banyak lagi, karena dampak positifnya

banyak banget.

Dimas Robbi Hakhiardy

(Narasumber) (Pewawancara)

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Nama : Hisyam

Kelas : 10 MIA 3

Jabatan : Siswa Peserta Mentoring

Hari/Tanggal : Kamis, 27 November 2014

Tempat Wawancara : SMA Negeri 5 Depok

Tanya : Sejak kapan Anda mengikuti kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

Jawab : Waktu kelas 10, waktu itu coba-coba ikut mentoring, eh ketagihan sampe sekarang.

Tanya : Darimana Anda tahu ada kegiatan mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

Jawab : Dari teman-teman.

Tanya : Apa menariknya kegiatan mentoring?

Jawab : Kalau ngasih materi jelas, saya jadi bisa cepet ngerti terus gampang banget

dipahaminya.

Tanya : Apakah Anda senang mengikuti kegiatan mentoring di sekolah?

Jawab : Alhamdulillah senang banget, rugi banget kalo gak ikut mentoring.

Tanya : Apa saja yang Anda pelajari dalam kegiatan mentoring?

Jawab : Materi tentang agama Islam, kadang-kadang belajar organisasi, bahkan kalo kita

punya masalah curhat juga bisa dilakukan saat mentoring.

Tanya : Bagaimana pendapat Anda tentang kegiatan mentoring?

Jawab : Seperti yang tadi saya bilang, kegiatan ini tujuannya positif, mengembangkan

karakter dalam diri kita ke arah yang lebih baik.

Tanya : Bagaimana pendapat Anda tentang para pementor di LDS SALAM 5?

Jawab : Pementor disini orangnya kece-kece, jadi kita juga seneng-seneng aja, jadi bikin

betah.

Tanya : Apa kegiatan Anda sebelum menjadi peserta mentoring di SMA Negeri 5 Depok?

Jawab : Saya pelajar aja, gak ada kegiatan yang lain.

Tanya : Apakah Anda merasakan adanya perbedaan saat Anda belum mengikuti kegiatan

mentoring dengan setelah mengikuti kegiatan mentoring?

Jawab : Iya pasti ada.

Tanya : Jika ada, perbedaan apa yang Anda rasakan?

Jawab : Perbedaan yang mencolok sih terutama dalam hal sikap, setelah ikut mentoring

saya jadi patuh sama orang yang lebih tua. Dulu saya orangnya belagu, tetapi

setelah diajarkan segala hal khususnya tentang sopan santun, saya jadi lebih hormat

ke siapa aja, alhamdulillah, amiiiin.

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

Tanya : Apa harapan Anda setelah mengikuti kegiatan mentoring?

Jawab : Tetep berusaha jadi yang lebih baik, memperbaiki lagi kualitas ibadah ruhiyah saya

yang emang kurang banget.

Hisyam Robbi Hakhiardy

(Narasumber) (Pewawancara)

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

“Siswa Peserta Mentoring Afif dan Hisyam (sebelah kiri)

dan Dimas (sebelah kanan)”

“Suasana Kegiatan Mentoring di SMA Negeri 5 Depok”

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

“Bersama Ketua Lembaga Dakwah Sekolah

(LDS) SALAM 5 Yoga Julian”

“Salah Satu Pengurus Lembaga Dakwah Sekolah

(LDS) SALAM 5 Lutfi Ismail”

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27627/1/ROBBI... · POLA KOMUNIKASI PENGURUS LEMBAGA DAKWAH . SEKOLAH (LDS) DALAM KEGIATAN MENTORING. DI

“Membaca al-Qur’an Merupakan Rangkaian Pembuka

Sebelum Mentoring Dimulai”

“Jalan-jalan adalah Salah Satu Aktivitas Outdoor

dalam Kegiatan Mentoring”