Perubahan Otak Pada Lansia

6
PERUBAHAN OTAK PADA LANSIA Pada seorang lansia akan mengalami perubahan pada anatomis tubuhnya yakni terutama pada organ yang berkaitan dengan sistem neurologi, yaitu : 1. Otak Berat otak ≤ 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1.375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Berbagai perubahan degenerative ini meningkat pada individu lebih dari 60 tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrita, input sensorik menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin, posisi sendi). Tampilan sensori motorik untuk menghasilkan

description

perubahan otak pada lansia

Transcript of Perubahan Otak Pada Lansia

Page 1: Perubahan Otak Pada Lansia

PERUBAHAN OTAK PADA LANSIA

Pada seorang lansia akan mengalami perubahan pada anatomis tubuhnya yakni

terutama pada organ yang berkaitan dengan sistem neurologi, yaitu :

1. Otak

Berat otak ≤ 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkat

menjadi 1.375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai menurun pada usia

45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan

volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak

mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi

menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat.

Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat

mengirimkan signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200

mil/jam. Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antar

usia 30-70 tahun.

Berbagai perubahan degenerative ini meningkat pada individu lebih

dari 60 tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrita,

input sensorik menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri

sentuh, panas, dingin, posisi sendi). Tampilan sensori motorik untuk

menghasilkan ketepatan melambat. Daya pemikiran abstrak menghilang,

memori jangka pendek dan kemampuan belajar menurun, lebih kaku dalam

memandang persoalan, lebih egois, dan introvert.

Pusat penegndalian saraf otonom adalah hipotalamus. Beberapa hal

yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia

lanjut adalah penurunan asetolikolin, atekolamin, dopamine,

noradrenalin. Perubahan pada “neurotransmisi” pada ganglion otonom

yangberupa penurunan pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama

oleh penurunan enzim utama kolin-asetilase. Terdapat perubahan morfologis

yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor kolin. Hal ini menyebabkan

predisposisi terjadinya hipotensi postural, regulasi suhu sebagai tanggapan

Page 2: Perubahan Otak Pada Lansia

atas panas atau dingin terganggu, otoregulasi disirkulasi serebral rusak

sehingga mudah terjatuh.

Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan penurunan persepsi

sensorik dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan penurunan reseptor

proprioseptif.

2. Penuaan Sistem Neurologis

Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan

penyusutan neuron, dengan potensial 10% kehilangan yang diketahui pada

usia 80 tahun. Distribusi neuron kolinergik, norepinefrin, dan dopamin yang

tidak seimbang, dikompensasi oleh hilangnya sel-sel, menghasilkan sedikit

penurunan intelektual. Peningkatan serotonin dan penurunan kadar

norepinefrin dapat dihubungkan dengan depresi pada lansia. Kehilangan

jumlah dopamin mengakibatkan terjadinya kekakuan dan parkinson.

3. Manifestasi Defisit Neurologis

Manifestasi klinis yang berhubungan dengan defisit neurologis pada

lansia dipandang dari berbagai perspektif, yaitu :

a. Perubahan fisik

Dampak dari perubahan SSP sukar untuk ditentukan karena hubungan

fungsi ini berkaitan dengan sistem tubuh yang lain seperti : gangguan

perfusi, terganggunya aliran darah serebral,  penurunan kecepatan

konduksi saraf, reflek yang melambat, dan perubahan pada pola tidur

lansia.

b. Perubahan fungsi

Defisit fungsional pada gangguan neurologis berhubungan dengan

penurunan mobilitas pada lansia yang disebabkan oleh penurunan

kekuatan, rentang gerak, dan kelenturan. Penurunan pergerakan

merupakan akibat dari kifosis, pembesaran sendi, kekejangan, dan

penurunan tonus otot.

Page 3: Perubahan Otak Pada Lansia

c. Perubahan kognisi-komunikasi

Perubahan kognisi dan komunikasi dan bervariasi dan berat. Memori

mungkin berubah dalam proses penuaan. Pada umumnya, memori untuk

kejadian masa lalu lebih banyak diretensi dan lebih banyak diingat

daripada informasi yang masih baru.

d. Perubahan psikososial

Defisit neurologis yang menyebabkan penarikan diri, isolasi, dan rasa

asing dapat menyebabkan lansia lebih bingung dan mengalami

disorientasi. Hilangnya fungsi tubuh dan gangguan gambaran diri

mungkin turut berperan terhadap hilangnya harga diri klien. Perubahan

fisik dan sosial yang terjadi bersamaan tidak dapat dipisahkan dari

perubahan psikologis selama proses penuaan.

4. Pencegahan

Untuk mengurangi dampak yang negatif dan kurang baik dari proses penuaan

maka dapat dilakukan pada seorang lansia, yakni dengan cara :

a. Pencegahan primer

Cara yang paling penting untuk menurunkan morbiditas, mortilitas, dan

disabilitas yakni dengan cara peningkatan kesadaran masyarakat tentang

faktor resiko yang dapat diubah, penatalaksanaan medis faktor resiko, dan

peningkatan gaya hidup sehat yang sangat penting. Pendidikan kesehatan

merupakan suatu komponen pencegahan primer yang sangat penting.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder berhubungan dengan pengkajian, diagnosis,

penentuan tujuan, dan intervensi ketika defisit neurologis terjadi. Tujuan

secara keseluruhan adalah untuk mencegah terjadinya kehilangan

kesehatan tambahan dan untuk mengembalikkan klien pada tingkat

kemampuan berfungsi secara maksimum.

Page 4: Perubahan Otak Pada Lansia

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier bertujuan untuk menurunkan efek dari penyakit dan

cedera. Tahap perlindungan kesehatan ini dimulai pada periode awal

penyembuhan. Pengawasan kesehatan selama rehabilitasi untuk

meningkatkan fungsi, mobilitas, dan penyesuaian psikososial adalah hasil

yang diharapkan dari pencegahan tersier. Hidup secara produktif dengan

keterbatasan dan defisit, dan meminimalkan residu kecacatan adalah hasil

tambahan yang diharapakan. Pencegahan tersier mempunyai banyak hal

untuk ditambahkan pada kualitas hidup dan keseluruhan arti kehidupan

yang diyakini oleh klien.

References:

Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

Stanley, Mickey. And Beare, Patricia. 2006. Buku Ajar

Keperawatan  Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.