Perubahan Mental Lansia

25
LAPORAN TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK PERUBAHAN MENTAL PADA LANSIA Di susun oleh : 1. Achyat Nurqoriah W (12.001) 2. Afifah Dyah Wulan P (12.003) 3. Aini Yuniawati (12.005) 4. Akhmad Priyantono (12.007) 5. Ali Fuadi (12.009)

description

gerontik

Transcript of Perubahan Mental Lansia

LAPORAN TUGASKEPERAWATAN GERONTIKPERUBAHAN MENTAL PADA LANSIA

Di susun oleh :1. Achyat Nurqoriah W (12.001)2. Afifah Dyah Wulan P (12.003)3. Aini Yuniawati (12.005)4. Akhmad Priyantono(12.007)5. Ali Fuadi (12.009)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGOROSEMARANG2014

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMasa lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Sejalan dengan semakin baiknya status kesehatan masyarakat, usia harapan hidup masyarakat Indonesia juga semakin tinggi, sehingga mengakibatkan jumlah lansia juga semakin bertambah.Saat ini, jumlah lansia yang ada di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik mencapai 18,7 juta orang (8,5%) dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini akan menjadikan Indonesia menempati urutan ke-4 terbanyak negara berpolulasi lansia setelah Cina, India dan Amerika. Berdasarkan Survei Kesehatan Depkes RI, menyatakan, gangguan mental pada usia 55-64 tahun mencapai 7,9%, sedangkan yang berusia di atas 65 tahun 12,3%. Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Karenanya pengenalan masalah mental sejak dini merupakan hal yang penting, sehingga beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat dicegah, dihilangkan atau dipulihkan.Jika tidak didiagnosis dan diobati tepat waktu kondisi tersebut dapat mengalami perburukan dan membutuhkan penanganan yang kompleks. Kepandaian menyiasati dapat menjadikan masa tua yang menyenangkan, produktif dan energik tanpa harus merasa tua dan tidak berdaya.

BAB IITINJAUAN TEORIA. Pengertian MentalLansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansi ini akan terjadi suatu proses yang disebut aging proses.Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus psikologi Kartini Kartono, (1987:278) mengemukakan: mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan untuk menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari oleh individu.Pengertian mental dalam kamus besar bahasa Indonesia, (1991:647) adalahBerkenaan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, Bukan bersifat badan atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan melainkan juga pembangunan batin dan watak.Mental secara istilah dapat diartikan dengan semangat jiwa yang tegar, yang aktif, yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan manusia (Mawardi Labay El- Sulthani, 2001:2). Melihat dari pernyataan diatas, maka mental bisa diartikan sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.

B. Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Mental Pada LansiaMasalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran.Aspek psikologi merupakan faktor penting dalam kehidupan seseorang dan menjadi semakin penting dalam kehidupan seorang lansia. Aspek psikologis ini lebih menonjol daripada aspek materiil dalam kehidupan seorang lansia. Pada umumnya, lansia mengharapkan: panjang umur, semangat hidup, tetap berperan sosial, dihormati, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisi-Nya, dan masuk surga. Keinginan untuk lebih dekat kepada Allah merupakan kebutuhan lansia. Proses menua yang tidak sesuai dengan harapan tersebut, dirasakan sebagai beban mental yang cukup berat.Aspek sosial yang terjadi pada individu lanjut usia, meliputi kematian pasangan hidupnya/teman-temannya, perubahan peran seorang ayah/ibu menjadi seorang kakek/nenek, perubahan dalam hubungan dengan anak karena sudah harus memerhitungkan anak sebagai individu dewasa yang dianggap sebagai teman untuk dimintai pendapat dan pertolongan, perubahan peran dari seorang pekerja menjadi pensiunan yang sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah. Aspek ekonomi berkaitan dengan status sosial dan prestise. Dalam masyarakat sebagai seorang pensiunan, perubahan pendapatan karena hidupnya tergantung dari tunjangan pensiunan. Kondisi-kondisi khas yang berupa penurunan kemampuan ini akan memunculkan gejala umum pada individu lanjut usia, yaitu perasaan takut menjadi tua.Pada umumnya, perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya dan sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada yang menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah pasrah terhadap pensiun.Pernyataan di atas menunjukkan bahwa aspek mental yang ada pada diri manusia adalah aspek-aspek yang dapat menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri. Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang merupaka motor penggerak suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut bisa manusia kendalikan melalui proses pendidikan.

C. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Mental1. Perubahan fisik, a. Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan interseluler menurunb. Kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya retensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkatc. Persarafan: saraf pancaindera mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflekd. Pendengaran: membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.e. Penglihatan: respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, katarakf. Belajar dan memori: kemampuan belajar masih ada tetapi relatif menurun. Memori menurun karena proses encoding menurung. Intelegensi: secara umum tidak berubah

2. Kesehatan umumKeadaan fisik lemah dan tidak berdaya sehingga harus bergantung pada orang lain. Terjadi banyak perubahan dalam penampilan lansia, seperti pada bagian kepala dengan rambut yang menipis dan berubah menjadi putih atau abu-abu, tubuh yang membungkuk dan tampak mengecil, bagian persendian dengan pangkal tangan menjadi kendur dan terasa berat, sedangkan ujung tangan tampak mengerut.Selain itu, fungsi pancaindera terjadi perubahan seperti ada penurunan dalam kemampuan melihat objek, kehilangan kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi, penurunan sensitivitas papil-papil pengecap (terutama terhadap rasa manis dan asin), penciuman menjadi kurang tajam, dan kulit yang semakin kering dan mengeras menyebabkan indra peraba di kulit semakin peka.Pada kemampuan motorik, lansia mengalami penurunan kekuatan yang paling nyata, yaitu pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh, lansia pun cepat merasa lelah. Terdapat juga penurunan kecepatan dalam bergerak dan lansia cenderung menjadi kaku. Hal ini menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh. 3. Lingkungan Berkaitan dengan lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman. Lansia tidak jarang merasa emptiness (kesendirian, kehampaan) ketika keluarganya tidak ada yang memperhatikannya. Selain itu, ketika ada lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan pada lansia kapan ia akan meninggal.

D. Masalah Di Bidang Psikogeratri1. Kecemasana. PengertianGangguan kecemasan pada lansia adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif kondlusif, gangguan kecemasan umum, gangguan stress akut, gangguan stress pasca traumaticb. Gejala kecemasan1) Perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional terhadap kejadian yang akan terjadi2) Sulit tidur sepanjang malam3) Rasa tegang dan cepat marah4) Sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanya5) Sering membayangkan hal-hal yang menakutkan6) Merasa panic terhadap masalah yang ringanc. Tindakan untuk mengatasi kecemasan1) Cobalah untuk mendapatkan dukungan keluarga dengan rasa kasih saying2) Bicaralah tentang rasa khawatir lansia dan cobalah untuk menentukan penyebab mendasar (dengan memandang lansia secara holistic).3) Cobalah untuk mengalihkan penyebab dan berikan rasa aman dengan penuh empati4) Bila penyebabnya tidak jelas dan mendasar, berikan alas an-alasan yang dapat diterima olehnya5) Konsultasikan dengan dokter bila penyebabnya tidak dapat ditentukan atau bila telah dicoba dengan berbagai cara tetapi gejala menetap.

2. Depresia. Pengertian Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan penyesalan atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Afda Wahywlingsih dan Sukamto). Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia dan alasan terjadinya kondisi ini dapat dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, dan masalah fisik pada lansia. Memang, depresi sering disalahartikan sebagai demensia. Kemampuan mental klien dengan depresi tetap utuh, sedangkan pada klien demensia, terjadi peningkatan kerusakan kognitif.b. Tipe depresiTerdapat 2 tipe depresi yaitu eksogen atau depresi reaktif dan deprsesi endogen.1) Depresi endogen mungkin akan terjadi pada awitan awal dalam hidupnya. Individu dengan depresi endogen betul-betul dapat mengalami gangguan mental bahkan mengalami delusi, dan sering kali mencoba bunuh diri. Bunuh diri adalah pengalaman yang biasa pada lansia, terutama laki-laki. Oleh karena itu, semua ancaman ini harus ditangani dengan serius.2) Klien dengan depresi eksogen biasanya mendapat dukungan yang cukup pada stuasi depresi, seperti setelah berduka karena kehilangan atau selama tinggal di rumah sakit. Kadang-kadang dapat dilakukan sesuatu terhadap penyebab depresi yang dialami lansia yang ketakutan untuk kembali ke rumah setelah tinggal dirumah sakit. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan bahwa mereka mendapat cukup dukungan di rumah.c. Penyebab depresi pada lansia:1) Penyakit fisik2) Penuaan3) Kurangnya perhatian dari pihak keluarga4) Gangguan pada otak (penyakit cerebrovaskular)5) Faktor psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup banyak lansia yang mengalami peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau cukup berat.6) Serotonin dan norepinephrine7) Zat-zat kimia didalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang. Neurotransmitter sendiri adalah zat kimia yang membantu komunikasi antar sel-sel otak.d. Factor pencetus depresi pada lansia:1) Faktor biologic, misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor risiko vaskular, kelemahan fisik.2) Faktor psikologik yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal, peristiwa kehidupan seperti berduka, kehilangan orang dicintai, kesulitan ekonomi dan perubahan situasi, stres kronis dan penggunaan obat-obatan tertentu.e. Gejala depresi pada lansia:1) Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak rnemberikan kesenangan.

2) Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:a) Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika. kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan.b) Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala).c) Berat badan berubah drasticd) Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain pihak banyak orang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur.e) Sulit berkonsentrasi. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan jernih dan untuk mernecahkan masalah secara efektif. Orang yang mengalami depresi merasa kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya pada sebuah masalah untuk jangka waktu tertentu. Keluhan umum yang sering terjadi adalah, "saya tidak bisa berkonsentrasi".f) Keluarnya keringat yang berlebihan.g) Sesak napas.h) Kejang usus atau kolik.i) Muntah.j) Diare.k) Berdebar-debar.l) Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan idenya. Dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi mungkin akan gampang letih dan lemah.m) Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk mengatakan atau merasa, "saya selalu merasah lelah" atau "saya capai".3) Secara biologik dipacu dengan perubahan neurotransmitter, penyakit sistemik dan penyakit degeneratif.4) Secara psikologik gejalanya:a) Kehilangan harga diri/ martabat.b) Kehilangan secara fisik prang dan benda yang disayangi.c) Perilaku merusak diri tidak langsung. contohnya: penyalahgunaan alkohol/ narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya, makan berlebihan, terutama kalau seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya menjadi gemuk, diabetes, hypoglycemia, atau diabetes, bisa juga diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku merusak diri sendiri secara tidak langsung.d) Merasa putus asa dan tidak berarti. Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, "saya menyia-nyiakan hidup saya" atau saya tidak bisa rncncapai banyak kemajuan", seringkali terjadi.e) Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri.5) Gejala social ditandai oleh kesulitan ekonomi seperti tak punya tempat tinggal.

3. Insomniaa. PengertianKebiasaan atau pola tidur lansia dapat berubah, yang terkadang dapat mengganggu kenyamanan anggota keluarga lain yang tinggal serumah. Perubahan pola tidur dapat berubah tiak bisa tidur sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari, sehingga lansia melakukan kegiatannya pada malam hari.b. Penyebab insomnia pada lansia1) Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka masih semangat sepanjang malam2) Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari3) Gangguan cemas dan depresi4) Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman5) Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam hari6) Infeksi saluran kemih

4. Paranoida. PengertianLansia terkadang merasa bahwa ada orang yang mengancam mereka, membicarakan, serta berkomplot ingin melukai atau mencuri barang miliknyab. Gejala Paranoid1) Perasaan curiga dan memusuhi anggota keluarga, teman-teman, atau orang-orang di sekelilingnya2) Lupa akan barang-barang yang disimpannya kemudian menuduh orang-orang di sekelilingnya mencuri atau menyembunyikan barang miliknya3) Paranoid dapat merupakan manifestasi dari masalah lain, seperti depresi dan rasa marah yang ditahanc. Tindakan yang dapat dilakukan pada lansia dengan paranoid adalah memberikan rasa aman dan mengurangi rasa curiga dengan memberikan alas an yang jelas dalam setiap kegiatan. Konsultasikan dengan dokter bila gejala bertambah berat.

5. Demensiaa. PengertianDemensia ialah kemunduran fungi mental umum, terutama intelegensi, disebabkan oleh kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi (irreversible) (Maramis, 1995). Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirikan dengan kerusakan berat pada proses kognitif dan disfungsi kepribadian serta perilaku (Isaac, 2004). Menurut Roger Watson, demensia adalah suatu kondisi konfusi kronik dan kehilangan kemampuan kognitif secara global dan progresif yang dihubungkan dengan masalah fisik.

b. Jenis demensia:1) Demensia jenis Alzheimera) Patofisiologi: Otopsi menunjukkan adanya plak amiloid (plak senil atau neuritik) di jaringan otak atau adanya kekusutan neurofibriler (akumulasi simpul filamen saran pada neuron. Adanya plak dan kekusutan tersebut berkaitan dengan sel saraf, hilangnya sambungan antar neuron dan akhimya atrofi serebral.b) PenyebabGenetika: Adanya gen abnormal saja tidak cukup untuk memprediksi demensia jenis alzheimer. Penyakit alzheimer familial memiliki awitan sangat dini (usia 30-40 th) dan bertanggung jawab atas 20% dari semua kasus demensia jenis ini. Penyakit ini berkaitan denga gengen abnormal dikromosom 1, 14 dan 21. Adanya apolipoprotein E 4 (apo, E 4) dikromosom 19 terjadi 2 kali lebih banyak pada penderita demensia jenis alzheimer dibanding populasi umum.Modal toksin: Sebagian peneliti meyakini bahwa akumulasi alumunium pada otak akibat pajanan alat-alat dan produk alumunium dapat menyebabkan demensia jenis alzheimer. Bukti untuk teori ini masih sedikit.Abnormalitas neurotransmiter atau reseptor : Kehilangan asetil kolin (neurotransmiter kolinergik mayor) berkaitan dengan gejala-gejala gangguan kognitif (demensia). (peningkatan kadar asetin kolin merupakan dasar untuk terapi obat yang disetujui FDA untuk demensia).Tahap Perilaku Afek Perubahan Kognitif Ringan : Sulit menyelesaikan tugas Penurunan aktivitas yang mengarah pada tujuan Kurang memperhatikan penampilan pribadi dan Menarik diri dari aktivitas social yang biasa Sering mencari benda-benda karena lupa meletakannya dapat menuduh orang lain telah mencurinya Tahap Perilaku Afek Perubahan Kognitif Sedang Kurang perawatan diri (misal mandi, toileting, berpakaian, berdandan) Berkeluyuran atau mondar-mandir Senang menimbun barang-barang Mood labil Datar Apatis2) Demensia vaskular (multi-infark) ditandai dengan gejala-gejala demensia pada tahun pertama terjadinya gejala neurologik fokal. Klien diketahui mengalami faktor resiko penyakit vaskuler (misalnya hipertensi, fibrilasi atrium, diabetes).3) Jenis demensia yang lain berkaitan dengan kondisi medis umum, seperti penyakit parkinson, penyakit pick, koreahuntingtown dan penyakit Creutzfeldt-jakob. Demensia yang disebabkan kondisi-kondisi tersebut dicatat sesuai penyakitnya yang spesifik.c. Gejala demensia:1) Afasia: kehilangan kemampuan berbahasa; kemampuan berbicara memburuk dan klien sulit "menemukan" kata-kata.2) Apraksia: rusaknya kemampuan melakukan aktivitas motorik sekalipun fungsi sensoriknya tidak mengalami kerusakan.3) Agnosia: kegagalan mengenali atau mengidentifikasi objek atau benda urnurn walaupun fungsi sensoriknya tidak mengalami kerusakan.4) Konfabulasi: mengisi celah-celah ingatannya dengan fantasi yang diyakini oleh individu yang terkena.5) Sundown sindrom: memburuknya disorientasi di malam hari.6) Reaksi katastrofik: respon takut atau panik dengan potensi kuat inenyakiti diri sendiri atau orang lain.7) Perseveration phenomenon: perilaku berulang, meliputi mengulangi kata-kata orang lain.8) Hiperoralitas: kebutuhan untuk mencicipi dan mengunyah benda-benda yang cukup kecil untuk dimasukkan ke mulut.9) Kehilangan memori: awalnya hanya kehilangan memori tentang hal-hal yang baru terjadi, dan akhirnya gangguan ingatan masa lalu.10) Disorientasi waktu, tempat dan orang.11) Berkurangnya kemampuan berkonsentrasi atau mempelajari materi baru.12) Sulit mengambil keputusan.13) Penilaian buruk: individu ini mungkin tidak mempunyai kewaspadaan lingkungan tentang keamanan dan keselamatan.d. Etiologi demensiaFaktor-faktor yang berkaitan dengan demensia adalah:1) Kondisi akut yang tidak diobati atau tidak dapat disembuhkan. Bila kondisi akut yang menyebabkan delirium tidak atau tidak dapat diobati, terdapat kemungkinan bahwa kondisi ini akan menjadi kronik dan karenanya dapat dianggap sebagai demensia.2) Penyakit vaskuler, seperti hipertensi, arteriosklerosis, dan aterosklerosis dapat menyebabkan stroke. 3) Penyakit parkinson: demensia menyerang 40% dari pasien-pasien ini.4) Gangguan genetika: koreahuntington atau penyakit pick.5) Penyakit prior (protein yang terdapat dalam proses infeksi penyakit Creutzfeldt-jakob).6) lnfeksi Human Imunodefisiensi Virus (HIV) dapat menyerang Sistem saraf pusat (SSP), menyebabkan ensefalopati HIV atau kompleks demensia AIDS.7) Gangguan struktur jaringan otak, seperti tekanan normal, hidrocephalus dan cidera akibat trauma kepala.

E. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia sangat perlu ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada lanjut usia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif. Pendekatan inilah yang dalam bidang kesehatan jiwa (mental health) disebut pendekatan eklektik holistik, yaitu suatu pendekatan yang tidak tertuju pada pasien semata-mata, akan tetapi juga mencakup aspek psikososial dan lingkungan yang menyertainya. Pendekatan Holistik adalah pendekatan yang menggunakan semua upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia, secara utuh dan menyeluruh.1. Pendekatan fisikPerawat mempunyai peranan penting untuk mencegah terjadinya cedera sehingga diharapkan melakukan pendekatan fisik, seperti berdiri disamping klien, menghilangkan sumber bahaya dilingkungan, memberikan perhatian dan sentuhan, bantu klien menemukan hal yang salah dalam penempatannya, memberikan label gambar atau hal yang diinginkan klien. 2. Pendekatan psikologisDisini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip Tripple, yaitu sabar, simpatik dan service.Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang, dan pergeseran libido.Perawat harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan . Harus diingat kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Bila perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bila melakukannya secara perlahan lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehinga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia.3. Pendekatan spiritualPerawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungan lansia dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam keadaan sakit atau mendeteksi kematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian. Seorang dokter mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya.Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga, perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun keluarga tadi ditinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia.4. Pendekatan socialMengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan social ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan konunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, nonton film, atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran, dan rasa kecemasan.Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di Panti Werda.