PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT...

149
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (UNFCCC) PADA PERIODE TAHUN 2013-2016 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: M Aziz Fikri 11141130000023 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT...

Page 1: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA

SERIKAT DALAM PERJANJIAN UNITED NATIONS

FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE

(UNFCCC) PADA PERIODE TAHUN 2013-2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

M Aziz Fikri

11141130000023

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM

PERJANJIAN THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTON ON

CLIMATE CHANGE (UNFCCC) PADA PERIODE TAHUN 2013-2016

1. Merupakan Karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 04 Juli 2018

M Aziz Fikri

Page 3: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : M Aziz Fikri

Nim : 11141130000023

Progran Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi, dengan judul:

PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM

PERJANJIAN UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON

CLIMATE CHANGE (UNFCCC) PADA PERIODE TAHUN 2013-2016

dan telah memenuhi syarat untuk diuji.

Jakarta, 10 Juli 2018

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Ahmad Alfajri, MA M Adian Firnas M. Si

Page 4: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

iii

PENGESAAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM

PERJANJIAN UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE

CHANGE (UNFCCC) PADA PERIODE TAHUN 2013-2016

Oleh

M Aziz FIkri

11141130000023

Telah dipertahankan dalam ujian sidang skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Agustus

2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

Ahmad Alfajri, MA Eva Mushoffa, MHSPS

Penguji I, Penguji II,

Irfan R. Hutagalung, SH, L., LM Febri Dirgantara Hasibuan, MM

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 09 Agustus 2018

Ketua Program Studi

FISIP UIN Jakarta

Ahmad Alfajri, MA

Page 5: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa perubaan kebijakan luar negeri yang terjadi di dalam

pemerintahan Amerika Serikat, perubahan tersebut terjadi pada dua tindakan

internasional yag dilakukan oleh Amerika Serikat dalam merespon mekanisme yang

dikeluarkan oleh UNFCCC untuk memperbaiki dampak dari perubhaan iklim..

Penelitian dalam skripsi ini mempunyai tujuan untuk menganalisa alasan dan juga

kepentingan nasional Amerika Serikat di balik tindakan merubah kebijakan luar

negeri dalam dukungannya pada mekanisme hasil UNFCCC yaitu Copenhagen

Accord dan Perjanjian Paris. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

dikumpulkan melalui teknik studi pustaka atas data sekunder menjelaskan bahwa

Amerika Serikat memiliki kepentingan nasional pada perubahannya yang dilakukan

dalam merespon mekanisme UNFCCC.

Penelitian ini menggunakan kerangka teoretis konsep Kebijakan Luar Negeri,

konsep Kepentingan Nasional, konsep Decision Making Analysis, dan konsep Model

Aktor Rasional. Penggunaan konsep Kebijakan Luar negeri dimaksudkan untuk

memahami kebijakan luar negeri atau tindakan internasional Amerika Serikat dalam

keputusannya untuk tidak mendukung Copenhagen Accord dan meratifikasi

Perjanjian Paris. Adapun konsep kepentingan nasional digunakan untuk dapat

mengungkapkan alasan dibalik perubahan kebijakan luar negeri tersebut dilakukan

dan memahami lebih jauh keadaan pemerintahan Amerika Serikat dalam proses

pembuatan kebijakan luar negerinya. Sedangkan Decision Making Analysis dan

model aktor rasional digunakan untuk memahami Barrack Obama sebagai aktor

rasional yang memimpin pemerintahan Amerika Serikat disaat perubahan kebijakan

luar negeri tersebut terjadi. Dengan menggunakan berbagai kerangka teoretis tersebut

dihasilkan suatu kesimpulan bahwa perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat

disebabkan oleh faktor internal seperti Kerasionalitasan Presiden Barrack Obama,

Opini Publik Amerika Serikat terhadap isu perubahan iklim sedangkan dalam faktor

eksternal terdapat hal seperti tekanan internasional yang merupakan alasan dibalik

perubahan kebijakan luar negeri tersebut, selain itu juga terdapat kepentingan

nasional Amerika Serikat dalam melakukan perubahan tersebut yaitu untuk dapat

membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dan membuat Amerika Serikat ikut

serta dalam upaya UNFCCC untuk segera memperbaiki dampak negatif dari

perubahan iklim agar dapat menjaga keberlangsungan hidup masyarakat Amerika

Serikat.

Kata kunci: Perubahan Iklim, Amerika Serikat, UNFCCC, Kebijakan Luar Negeri,

Kepentingan Nasional.

Page 6: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta‟ala yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang dan Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad Shallallahu „alaihi wasalam. Dengan keridhoan oleh Allah Subhanahu

wa ta‟ala, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang

berjudul “Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Perjanjian

United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Pada

Periode Tahun 2013-2016”. Skripsi ini bertujuan untuk memnuhi syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di studi Ilmu Hubungan Internasional,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penulisan skripsi, penulis mendapatkan banyak motivasi dan

bantuan yang berupa materi maupun imateriel. Penulis sadar bahwa dalam proses

penyusunan skripsi ini banyak bantuan yang diterima oleh penulis dari berbagai pihak.

Maka dari itu dalam kesempatan kali ini penulis akan menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Zulkifli, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

vi

3. Ahmad Alfajri M.A selaku Kepala Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

beserta seluruh staf dan jajarannya.

4. M Adian Firnas, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimingan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.. Terimakasih banyak pak, semoga Allah

Subhanahu wa ta‟ala memberikan keberkahan kepada bapak beserta

keluarga.

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah, Jakarta, yang telah memberikan berbagai ilmu yang berguna

sehingga membantu penulis dalam penyelesaian proses pembuatan skripsi

ini.

6. Keluarga dan kedua orang tua penulis yang selalu memberikan doa dan

motivasi dalam setiap kesempatan.

7. Kepada Erika Fitriani yang selalu ada untuk memberikan semangat dan

motivasi kepada penulis di kala penulis sedang mengalami kemunduran

dalam penulisan skripsi.

Page 8: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

vii

8. Kepada teman kontrakan Inhutani, Abdurrahman Rabbani, Akbar Ali

Yafie, dan Robi Hariyanto yang selalu saling memberikan tekanan dan

motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman Mahasiswa dan Mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional

angkatan 2014 khususnya kelas A. Tanpa mengurangi rasa hormat

penulis, maaf karena tidak bisa menulis namanya satu persatu. Terima

kasih karena telah memberikan rasa kebersamaan dan keakraban yang

terjalin selama kurang lebih dari 4 tahun. Penulis berharap dapat terus

melanjutkan silaturahmi dengan kalian semua.

10. Teman-teman KKN Tetralogi yang telah memberikan pengalaman

berharga dalam menyelesaikan tugas KKN

11. Teman grup diskusi dalam membentu penyelesaian skripsi ini, Azmi,

Hakim, Ibnu, Rizki dan masih banyak lainnya. Terimakasih atas berbagi

pengalamannya.

Jakarta, 05 Juli 2018

M Aziz Fikri

Page 9: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................. iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Pernyataan Masalah ............................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 10

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 11

E. Kerangka Teoretis ................................................................................. 17

E.1 Konsep Kebijakan Luar Negeri ......................................................... 17

E.2 Konsep Kepentingan Nasional .......................................................... 19

E.3 Decision Making Analysis ................................................................. 22

E.4 Model Aktor Rasional ....................................................................... 25

F. Metode Penelitian .................................................................................. 27

G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 28

BAB II UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE

CHANGE (UNFCCC) ................................................................................. 31

A. Konvensi UNFCCC ................................................................................. 31

B. Prinsip UNFCCC ...................................................................................... 34

Page 10: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

ix

C. Kelembagaan UNFCCC ........................................................................... 36

D. Pertemuan CoP ......................................................................................... 41

E. Perbandingan Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris.......................... 46

BAB III KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAHAN AMERIKA

SERIKAT TERHADAP UNFCCC ............................................................... 51

A. Sistem Pemerintahan Amerika Serikat ..................................................... 51

B. Respon Amerika Serikat Terhadap UNFCCC .......................................... 55

B.1 Masa Pemerintahan Presiden George Helbert Walker Bush ............ 57

B.2 Masa Pemerintahan Presiden William Jefferson Clinton ................. 58

B.3 Masa Pemerintahan Presiden George Walker Bush ......................... 59

B.4 Masa Pemerintahan Presiden Barack Hussein Obama ..................... 61

C. Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam UNFCCC .. 63

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PERUBAHAN

KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN

UNFCCC ........................................................................................................... 68

A. Faktor Internal ......................................................................................... 70

A.1 Kerasionalitasan Presiden Barack Obama........................................ 70

A.2 Opini Publik Amerika Serikat Terhadap Isu Perubahan Iklim ........ 76

B. Faktor Eksternal ....................................................................................... 81

B.1 Tekanan Internasional ..................................................................... 82

C. Kepentingan Nasional Amerika Dalam Meratifikasi Perjanjian Paris ..... 85

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 91

A. Kesimpulan ............................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xiii

Page 11: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

x

DAFTAR TABEL

Tabel

Gambar II.D.1 Pertemuan CoP Beserta Hasilnya ............................................... 44

Page 12: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Copenhagen Accord

Lampiran II : Paris Agreement

Page 13: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xii

DAFTAR SINGKATAN

BAPA Buenos Airea Plans of Action

BTU British Thermal Unit

CoP Conference of Parties

EDF Enviromental Defense Fund

EGTT Expert Group on Technology Transfer

IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change

KTT Konferensi Tingkat Tinggi

LEG Least Developed Countries Expert Group

OECD Organization for Economic Cooperation and Development

OPEC Organization of Petroleum Exporting Countries

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

REDD Reducing Emissions from Deforesation and Forest-Degradation

UNCED United Nations Conference on Enviromental Development

UNFCCC United Nations Framework Convention on Climate Change

WMC World Meteorogical Organization

Page 14: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Pada masa perang dingin negara-negara di tatanan dunia internasional masih

hanya berfokus pada agenda mengenai tatanan politik dan keamanan di dalam sistem

internasional, tetapi setelah Uni Soviet runtuh dan perang dingin berakhir banyak

agenda baru yang lebih spesifik bermunculan di dalam sistem internasional, seperti

halnya isu Lingkungan Hidup, Hak Asasi Manusia, dan bahkan Gender.1

Isu Lingkungan hidup merupakan salah satu isu penting saat ini. Hal tersebut

diakibatkan oleh banyaknya negara yang mengeksploitasi sumber daya alam tanpa

memperhatikan akibatnya terhadap lingkungan hidup disekitarnya sehingga merusak

lingkungan hidup. Kerusakan yang terjadi pada lingkungan hidup semakin besar,

bukan hanya akibat dari pengeksploitasian sumber daya alam tetapi juga karena

banyak negara berusaha untuk melakukan proses industrialisasi dengan menggunakan

1 Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta: Pustaka

LP3S, 1990), 3-5.

Page 15: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

2

batu bara dan minyak bumi yang nantinya akan menghasilkan karbondioksida atau

CO2 dengan jumlah besar.2

Adapun dengan meningkatnya tingkat emisi gas rumah kaca seperti CO2 akan

membuat masalah yang cukup besar bagi atmosfer bumi dalam jangka panjang,

energi ataupun sinar dari matahari yang diterima oleh bumi nantinya akan harus

dilepaskan kembali ke luar atmosfer bumi tetapi meningkatnya emisi gas rumah kaca

telah membuat pelepasan energi ini menjadi lebih lama dan membuat energi panas

yang seharusnya segera dilepaskan menjadi terjebak di atmosfer bumi. Proses

terjebaknya energi panas tersebut pada akhirnya membuat suhu bumi menjadi lebih

panas dan menyebabkan pemanasan global.3

Iklim nantinya akan menyesuaikan diri dengan pemanasan global yang terjadi

di atmosfer sehingga nantinya akan ada perubahan dalam sistem iklim yang terjadi di

dunia. Selain itu pemanasan global juga akan menyebabkan kenaikan level air

permukaan laut, pengurangan tutupan salju, semakin banyak gletser yang mencair,

dan menghangatnya benua arktik.4 Semua efek kerusakan yang terjadi tersebut telah

mengubah perspektif banyak negara terhadap isu lingkungan hidup menjadi salah

satu isu penting yang harus segera ditangani.

2 Kate O’Neill, The Enviroment and International Relations (New York: Cambridge University

Press, 2009), 4-5. 3 Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Perubahan Iklim, Perjanjian Paris, Dan

Nationally Determined Contribution (Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016), 1-5. 4 Kate O’Neill, The Enviroment and International Relations (New York: Cambridge University

Press, 2009), 4-5.

Page 16: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

3

Banyak negara yang merasakan efek yang signifikan akibat dari rusaknya

lingkungan hidup dan juga Global Warming, seperti perubahan iklim atau Climate

Change dan juga peningkatan level air laut di lepas pantai seluruh dunia. Efek buruk

tersebut mendorong masyarakat internasional untuk melakukan upaya-upaya yang

bertujuan untuk mencegah dan menghentikan laju dari dampak berkembangnya

bahaya Global Warming di dunia dan untuk memperbaiki lingkungan hidup yang

semakin rusak juga tercemar akibat dari ulah manusia.

PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai organisasi masyarakat

internasional tidak tinggal diam dalam menanggapi isu lingkungan ini, salah satu

upayanya adalah dengan mengadakan Earth Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi

(KTT) Bumi di Rio de Janairo pada tahun 1992. Melalui konferensi tersebut

dibentuklah dua badan khusus PBB yaitu United Nations Conference on

Enviromental Development (UNCED) dan United Nations Framework Convention on

Climate Change (UNFCCC).5

UNFCCC bertujuan untuk mengatasi dampak-dampak dari perubahan iklim.

Seperti yang tertulis dalam artikel dua, UNFCCC mempunyai tujuan untuk menjadi

wadah untuk upaya-upaya menstabilkan konsentrasi emisi gas rumah kaca di

atmosfer pada jumlah tertentu dengan cara mengendalikan dan membatasi kegiatan

manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Melalui perundingan UNFCCC

5 Arya Hadi Dharmawan, et.al, SVLK, jalan menuju REDD++ (Jakarta: Forest Governance and

Multistakeholder Forestry Programme, 2011), 14.

Page 17: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

4

juga telah disepakati untuk membagi negara-negara yang meratifikasi UNFCCCC

menjadi dua kelompok yaitu negara Annex I dan negara Non Annex I. 6

Negara kategori Annex I merupakan kelompok negara yang terdiri dari negara

dengan pertumbuhan ekonomi maju, dan dianggap bertanggung jawab terhadap

pengerusakan lingkungan yang terjadi di dunia akibat dari kegiatan industrialisasi

manusia selama 150 tahun terakhir akibat dari revolusi industri pada tahun 1850-an.

Negara Non Annex I merupakan kelompok yang terdiri dari negara dengan

pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang dan menghasilkan jumlah emisi gas

rumah kaca yang tidak terlalu besar.7

Negara-negara Annex I dikategorikan sebagai negara industri maju yang

mempunyai kewajiban untuk melaporkan juga menurunkan emisi gas rumah kaca di

negara mereka, seperti Jepang, Amerika, juga Uni Eropa. Sedangkan, Negara Non

Annex I merupakan kumpulan negara yang tidak mempunyai kewajiban untuk

menurunkan emisi gas rumah kaca, tetapi dapat berpatisipasi melalui Mekanisme

yang ada dalam UNFCCC.8

Dalam menjalankan konferensi-konferensi yang terdapat di dalam UNFCCC

dibentuklah badan yang disebut sebagai Conference of Parties atau CoP. CoP sendiri

merupakan badan tertinggi dalam konferensi UNFCCC yang mempunyai otoritas

6 Dharmawan, SVLK, jalan menuju REDD++, 14.

7 Dharmawan, SVLK, jalan menuju REDD++, 14.

8 Dharmawan, SVLK, jalan menuju REDD++, 14.

Page 18: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

5

tertinggi dalam mengambil suatu keputusan. CoP bertanggung jawab menjaga upaya

penanganan terhadap isu perubahan iklim tetap berjalan dalam arah yang tepat.9

Anggota CoP terdiri dari negara-negara yang meratifikasi UNFCCC dan

beberapa observer perwakilan dari sekretariat lembaga-lembaga organisasi antara

pemerintah maupun non pemerintah yang menangani isu lingkungan hidup. Tugas

dari CoP adalah untuk merancang upaya-upaya memperbaiki dan mengatasi masalah

lingkungan hidup yang terjadi saat ini, salah satu caranya adalah dengan

menyelenggarakan pertemuan CoP setahun sekali.10

Pertemuan CoP yang diadakan setahun sekali oleh UNFCCC pun terus

mengambil tempat yang berbeda-beda. Diantara pertemuan-pertemuan CoP tersebut

terdapat beberapa CoP yang menghasilkan pencapaian besar sehingga menimbulkan

dampak besar terhadap upaya UNFCCC dalam memperbaiki lingkungan hidup,

seperti pada CoP 3 yang menghasilkan Protokol Kyoto di mana banyak negara

industrial terikat secara legal untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di

negaranya.11

Selain itu juga terdapat juga pertemuan CoP 15 di Copenhagen pada tahun 2009

yang dianggap penting bagi upaya perbaikan iklim dunia dan juga kelestarian hidup

9 UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change (Bonn: United Nations,

1992), 1-3. 10

UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change, 3. 11

Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto “Implikasinya Bagi Negara Berkembang” (Jakarta:

Kompas, 2003), 1-10.

Page 19: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

6

berbagai negara karena telah menghasilkan Copenhagen Accord yang mengharuskan

untuk setiap negara di dalam UNFCCC menetapkan target pengurangan emisi gas

rumah kaca sampai pada tahun 2020 setelah masa berlaku dari Protokol Kyoto

berakhir, tetapi berbeda dengan Protokol Kyoto Copenhagen Accord ini tidak

mengikat secara hukum.12

Pertemuan CoP lainnya yang juga berdampak besar terhadap upaya perbaikan

lingkungan hidup adalah pada CoP ke 21 di Paris. Melalui CoP 21 telah dibentuk

Perjanjian Paris atau Paris Agreement. Perjanjian Paris tersebut merupakan hasil

kompromi dari seluruh negara yang tergabung dalam UNFCCC untuk menahan laju

kenaikan suhu rata-rata global dibawah 2°C di atas suhu pada masa pra industrialisasi

dan melanjutkan upaya untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C di atas suhu

pada masa praindustrialisasi.13

CoP di Paris yang menghasilkan Perjanjian Paris tersebut telah menjadi

penanda bagi negara- negara yang tergabung dalam UNFCCC untuk segera

merumuskan rencana perbaikan lingkungan mereka pasca tahun 2020, terutama bagi

negara-negara maju penghasi; emisi gas rumah kaca yang besar seperti Amerika

Serikat, China, dan negara-negara adidaya lainnya.

12

United Nations Framework Convention on Climate Change, “Copenhagen Accord” , 20 April

2011 [artikel on-line]; tersedia di http://unfccc.int/resource/docs/2009/cop15/eng/11a01.pdf#page=4

Internet; diunduh pada 06 Desember 2017. 13

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Perubahan Iklim, Perjanjian Paris, Dan

Nationally Determined Contribution (Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016), 11.

Page 20: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

7

Amerika Serikat sendiri telah dikategorikan sebagai negara adidaya yang telah

masuk sebagai kelompok negara Annex I dalam mekanisme UNFCCC, karena

Amerika Serikat merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kedua. Maka

dari itu Amerika Serikat seharusnya mengikuti perjanjian-perjanjian yang dibentuk

dalam konferensi UNFCCC untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di dunia,

seperti Protokol Kyoto, Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris.

Dalam sejarahnya sendiri, Amerika Serikat menunjukan sikap atau kebijakan

luar negeri yang negatif atau tidak mendukung terhadap upaya yang dibentuk oleh

UNFCCC untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di dunia. Salah satunya adalah

pada saat kepemimpinan Presiden George W Bush yang memilih sikap atau kebijakan

luar negeri untuk menjauhi komitmen dari Protokol Kyoto karena Presiden Bush

beranggapan bahwa Protokol Kyoto bukanlah pendekatan yang tepat dalam

penurunan emisi gas rumah kaca di dunia.14

Presiden George W Bush terus menolak untuk meratifikasi Protokol Kyoto

sampai pada tahun 2009 pada saat Amerika Serikat memilih Presiden baru. Melalui

pemilihan umum di Amerika Serikat terpilihlah Barrack Obama sebagai Presiden

Amerika Serikat yang baru. Dengan terpilihnya Barrack Obama sebagai Presiden

maka banyak pihak yang berharap terdapat perubahan sikap atau kebijakan luar

14

UNFCCC, “Copenhagen Accord” ,Desember 2009 [artikel on-line]; tersedia di

http://unfccc.int/meetings/copenhagen_dec_2009/items/5262.php Internet; diunduh pada 16 Maret

2018.

Page 21: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

8

negeri Amerika Serikat dalam menghadapi UNFCCC karena perbedaan latar

belakang yang dimiliki oleh Obama.

Pada kenyataannya Presiden Obama tidak benar-benar menunjukan sifat yang

mendukung upaya UNFCCC dalam menangani perubahan iklim yang terjadi di dunia

akibat dari emisi gas rumah kaca. Hal tersebut terbukti dengan Presiden Obama yang

tetap tidak ingin meratifikasi Protokol Kyoto walaupun mendapat tekanan dari

negara-negara anggota UNFCCC. Sikap menolak dari Presiden Obama tersebut terus

berlajut sampai pada CoP-CoP selanjutnya yang diadakan oleh UNFCCC, bahkan

pada saat terbentuknya Copenhagen Accord Presiden Barrack Obama tidak benar-

benar mendukung dan terlihat menolak secara tertutup.15

Sikap Amerika Serikat yang menolak dan tidak mendukung upaya UNFCCC

tentu sangat mempengaruhi keseluruhan mekanisme UNFCCC. Tetapi secara tiba-

tiba sikap atau kebijakan luar negeri dari Amerika Serikat dalam menghadapi

mekanisme dalam UNFCCC berubah. Perubahan kebijakan luar negeri tersebut

terdapat dalam Perjanjian Paris yang dibentuk pada pertemuan CoP ke 21 yang mana

Pemerintahan Amerika Serikat menunjukan respon yang positif dan bersedia untuk

15

UNFCCC, Copenhagen Accord, Desember 2009.

Page 22: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

9

mengikuti mekanisme dalam Perjanjian Paris. Hal tersebut dibuktikan dengan

diratifikasinya Perjanjian Paris pada September 2016.16

Kedua mekanisme yang telah dibentuk oleh UNFCCC untuk menurunkan emisi

gas rumah kaca di dunia yaitu Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris merupakan

tindakan penting yang dibentuk oleh negara-negara yang tergabung dalam UNFCCC

untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di dunia, maka dari itu keikutsertaan

negara-negara maju yang menghasilkan total emisi gas rumah kaca yang besar seperti

Amerika Serikat sangatlah penting bagi kesuksesan mekanisme UNFCCC.

Dalam menghadapi kedua mekanisme yang dibentuk oleh UNFCCC tersebut

terdapat dua keputusan pengambilan kebijakan yang cukup berbeda karena dalam

mekanisme Copenhagen Accord Pemerintahan Amerika Serikat menolak untuk

meratifikasinya tetapi dalam mekanisme Perjanjian Paris Pemerintahan Amerika

Serikat menyetujui dan meratifikasinya.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka timbulah rumusan masalah sebagai

berikut: “Apa yang Menjadi Latar Belakang Perubahan Kebijakan Luar Negeri

Amerika Serikat Terkait Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris?”

16

United Nations Framework Convention on Climate Change, “Paris Agreement – Status of

Ratification” ,12 Desember 2015 [artikel on-line]; tersedia di

http://unfccc.int/paris_agreement/items/9444.php Internet; diunduh pada 29 Oktober 2017.

Page 23: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

10

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang diharapkan dapat dipenuhi,

seperti:

1. Mengetahui sikap yang diambil oleh Pemerintahan Amerika Serikat dalam

menghadapi mekanisme UNFCCC pada Copenhagen Accord dan Perjanjian

Paris.

2. Mengetahui kepentingan nasional dibalik pembuatan kebijakan luar negeri

Amerika Serikat dalam ratifikasi Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris.

3. Mengetahui dan menjelaskan faktor yang membedakan pembuatan kebijakan

luar negeri pemerintahan Amerika Serikat terhadap Copenhagen Accord dan

Perjanjian Paris

Selain tujuan juga terdapat manfaat yang didapatkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Memberikan pengetahuan mengenai alasan dibalik perbedaan pengambilan

keputusan kebijakan luar negeri terhadap Copenhagen Accord dan Perjanjian

Paris yang terdapat dalam pemerintahan Amerika Serikat.

2. Selain itu, juga untuk memberikan pengetahuan mengenai kepentingan

nasional Amerika Serikat saat meratifikasi Perjanjian Paris.

Page 24: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

11

3. Dan memahami perbedaan pengambilan keputusan oleh Pemerintahan

Amerika Serikat dalam Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris.

D. Tinjauan Pustaka

Di bawah ini terdapat beberapa Studi yang dapat dijadikan sebagai sumber

informasi mengenai Perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam

Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris, untuk dapat menganalisa pertanyaan yang

terdapat dalam penelitian ini terdapat beberapa literatur atau pustaka yang terkait

dengan penelitian ini.

Terdapat tiga pustaka atau literatur yang dianggap cukup relevan untuk dapat

dijadikan sebagai referensi penelitian. Pertama, yaitu Skripsi berjudul “Sikap Amerika

Serikat Di Masa Pemerintahan Barrack Obama Dalam Negosiasi United Nations

Framework Convention On Climate Change (UNFCCC) Di Copenhagen Tahun 2009”

yang ditulis oleh Muhamad Derry Alfikry pada tahun 2014.

Skripsi Alfikry merupakan penelitian yang menjabarkan berbagai faktor yang

melatarbelakangi pemboikotan Amerika Serikat terhadap hasil dari CoP ke 15 di

Copenhagen pada tahun 2009, pemerintahan Amerika yang saat itu dipimpin oleh

Barrack Obama tidak menyetujui hasil pertemuan dari CoP ke 15 yaitu Copenhagen

Page 25: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

12

Accord dan berusaha untuk mensabotasenya dengan membuat negera-negara lain juga

tidak menyetujuinya.17

Terdapat argumen bahwa ada dua akar masalah yang membuat pemerintahan

Barrack Obama tidak menyetujui dan berusaha untuk membajak hasil dari CoP ke 15,

yaitu keterbatasan anggaran domestik Amerika Serikat untuk komitmen perbaikan

lingkungan global dan ketidaksetujuan pemerinthanan Barrack Obama terhadap

skema pembagian tanggung jawab tiap-tiap negara di dalam mekanisme UNFCCC.18

Adapun keterkaitan skripsi Alfikry dengan penelitian ini terletak pada sikap

atau kebijakan luar negeri yang ditunjukan oleh Amerika Serikat pada masa

pemerintahan Barrack Obama, dalam hal ini adalah pemerintahan Obama terhadap

salah satu perjanjian yang dibentuk dalam UNFCCC yaitu Copenhagen Accord.19

Skripsi Alfikry menambah referensi mengenai sikap atau dapat dikatakan kebijakan

luar negeri Amerika Serikat terhadap upaya UNFCCC dalam menurunkan emisi gas

rumah kaca di mana dalam kasus ini upaya tersebut adalah Copenhagen Accord.

Perbedaan diantara skirpsi Alfikry dengan penelitian ini terdapat pada fokus

penelitiannya. Skripsi Alfikry mengkaji mengenai kasus boikot yang dilakukan oleh

pemerintahan Amerika Serikat pada negosiasi CoP ke 15 di Copenhagen, penelitian

17

Muhamad Derry Alfikry, Sikap Amerika Serikat Di Masa Pemerintahan Barrack Obama

Dalam Negosiasi United Nations Framework Convention On Climate Change ( Jakarta: UIN Jakarta,

2014), 1-8. 18

Alfikry, Sikap Amerika Serikat Di Masa Pemerintahan Barrack Obama Dalam Negosiasi

United Nations Framework Convention On Climate Change, 1-8. 19

Alfikry, Sikap Amerika Serikat Di Masa Pemerintahan Barrack Obama Dalam Negosiasi

United Nations Framework Convention On Climate Change, 1-8.

Page 26: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

13

ini sendiri menggunakan variabel yang lebih banyak dalam fokus penelitiannya bukan

hanya meneliti kebijakan luar negeri Amerika Serikat tetapi juga membandingkannya

dengan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Perjanjian Paris.

Literatur kedua yaitu Skripsi yang berjudul “Perubahan Kebijakan Lingkungan

Amerika Serikat Dibawah Kepemimpinan Barrack Obama Dalam Menanggapi Hasil

Protokol Kyoto” yang ditulis oleh Adistya Yuliandani pada Tahun 2012. Penelitian

ini merupakan gambaran deskripsi fenomena perubahan kebijakan luar negeri

Amerika Serikat yang saat itu dipimpin oleh Barrack Obama terhadap mekanisme

yang dibentuk oleh UNFCCC yaitu Protokol Kyoto.20

Argumentasi dalam tulisan ini berusaha menghadirkan dua sudut pandang yang

menjadi pendorong perubahan kebijakan lingkungan Amerika Serikat dibawah

kepemimpinan Amerika Serikat. Pertama melalui perspektif internal yaitu perubahan

kebijakan luar negeri Amerika Serikat didorong oleh pemerintahan Barrack Obama

sebagai aktor rasional. Kedua melihatnya melalui perspektif eksternal yaitu

perubahan kebijakan luar negeri didorong oleh adanya tekanan oleh masyarakat

internasional kepada pemerintahan Amerika Serikat. 21

20

Adistya Yuliandani, Perubahan Kebijakan Lingkungan Amerika Serikat Di Bawah

Kepemimpinan Barrack Obama Dalam Menanggapi Hasil Protokol Kyoto (Yogyakarta: UMY, 2012),

1-10. 21

Yuliandani, Perubahan Kebijakan Lingkungan Amerika Serikat Di Bawah Kepemimpinan

Barrack Obama Dalam Menanggapi Hasil Protokol Kyoto, 1-10.

Page 27: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

14

Terdapat keterkaitan skripsi Adistya dengan penelitian yang akan diteliti.

Seperti halnya Adistya yang membahas adanya perubahan dalam kebijakan luar

negeri pemerintahan Amerika Serikat, penelitian ini juga akan membahas mengenai

perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap isu lingkungan.

Pemerintahan Amerika Serikat yang tidak menyetujui upaya UNFCCC untuk

memperbaiki lingkungan alam mengubah sikapnya dan memberlakukan kebijakan

luar negeri yang mendukung upaya UNFCCC dan meratifikasi Perjanjian Paris.22

Tentu juga terdapat perbedaan di antara kedua penelitian tersebut, yaitu dalam

variabel yang dipilih. Dalam skripsi Aditya hanya dianalisa perubahan kebijakan luar

negeri yang dilakukan oleh pemerintahan Amerika Serikat Barrack Obama dalam

hasil dari Protokol Kyoto23

sedangkan penelitian ini tidak berfokus pada Protokol

Kyoto tetapi berfokus pada, Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris.

Terlebih lagi penelitian ini tidak akan membagi elemen yang mempengaruhi

kebijakan luar negeri Amerika Serikat menjadi dua perpektif, yaitu internal dan

eksternal tetapi memilih untuk fokus pada level analisis domestik atau internal dalam

pemerintahan Amerika Serikat yang mempengaruhi proses kebijakan luar negerinya

seperti pengaruh dari kekuasaan birokrat dalam Kongres Amerika Serikat dan

22

Yuliandani, Perubahan Kebijakan Lingkungan Amerika Serikat Di Bawah Kepemimpinan

Barrack Obama Dalam Menanggapi Hasil Protokol Kyoto, 1-10. 23

Yuliandani, Perubahan Kebijakan Lingkungan Amerika Serikat Di Bawah Kepemimpinan

Barrack Obama Dalam Menanggapi Hasil Protokol Kyoto, 1-10.

Page 28: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

15

Presiden yang berkuasa saat itu sebagai aktor rasional dapat mempengaruhi proses

pembuatan kebijakan luar negerinya.

Literatur ketiga adalah skripsi yang berjudul “Perubahan Kebijakan Luar

Negeri Amerika Serikat Dalam Memerangi Terorisme Internasional di Afghanistan

Pada Periode Pemerintahan Barrack Obama” yang ditulis oleh Atik Fadilatul Husna

pada tahun 2012. Skripsi milik Atik tersebut membahas mengenai perubahan

kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam memerangi terorisme internasional di

Afghanistan pada masa Pemerintahan Barrack Obama, bahwa terdapat faktor-faktor

tertentu yang mempengaruhi perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat

tersebut.24

Dalam Skripsi tersebut dibahas mengenai adanya faktor domestik dan eksternal

yang mempengaruhi perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam

kebijakannya memerangi terorisme di Afghanistan . Dijelaskan bahwa Faktor internal

yang mempengaruhi perubahan tersebut terdiri dari segi ekonomi, sosial, politik, dan

pengaruh ideologi. Sedangkan Faktor eksternal terdiri dari sikap dan pernyataan

negara-negara lain dalam merespon kebijakan luar negeri Amerika Serikat

24

Atik Fadilatul Husna, Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Memerangi

Terorisme Internasional di Afghanistan Pada Periode Pemerintahan Barrack Obama (Jakarta: UIN

Jakarta, 20012), 1-5.

Page 29: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

16

memerangi terorisme di Afghanistan dalam periode kepresidenan George W Bush di

masa sebelumnya.25

Atik mempunyai argumen bahwa kebijakan dari Presiden Amerika Sebelumnya

yaitu George W Bush mempunyai sikap yang agresif dan condong pada

menggunakan hard power dalam melaksanakan kebijakan luar negerinya. Sedangkan

Barrack Obama Sebagai Presiden yang menggantikan Bush lebih menunjukan sifat

kebijakan luar negeri yang berbeda, dengan cara lebih menggunakan smart power

dalam melaksanakan kebijakan luar negerinya.26

Skripsi Atik dijadikan tinjauan pustaka karena terdapat keterkaitan. Dalam

skripsi Atik terdapat perubahan dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam

menghadapi perangnya dengan terorisme di Afghanistan, hal tersebut terkait karena

penelitian ini juga berusaha untuk meneliti lebih jauh alasan dibalik perubahan

kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap hasil perjanjian yang berasal dari

pertemuan yang diadakan oleh UNFCCC. Selain itu juga terdapat kesamaan dalam

periode pemerintahan yang diteliti, yaitu pada pemerintahan Presiden Barrack Obama.

Walaupun begitu skripsi Atik juga mempunyai perbedaan dengan penelitian ini

dalam objek penelitian yang diteliti yaitu dalam skripsi Atik objek yang diteliti adalah

kebijakan luar negeri Amerika Serikat memerangi terorisme di Afghanistan

25

Husna, Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Memerangi Terorisme

Internasional di Afghanistan Pada Periode Pemerintahan Barrack Obama, 1-5. 26

Husna, Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Memerangi Terorisme

Internasional di Afghanistan Pada Periode Pemerintahan Barrack Obama, 1-5.

Page 30: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

17

sedangkan penelitian ini meneliti objek kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam

merespon perjanjian yang dibentuk oleh UNFCCC.27

E. Kerangka Teoritis

E.1. Konsep Kebijakan Luar Negeri

Konsep kebijakan luar negeri dapat didenifisikan sebagai tindakan atau

kebijakan pemerintah untuk dapat mencapai kepentingan nasional yang berada di luar

batas kewilayahan dan otoritas negaranya. Kebijakan luar negeri dapat dikatakan

sebagai jembatan penting untuk menyelesaikan masalah ataupun hambatan yang

dihadapi oleh suatu negara, respon dari suatu negara terhadap suatu isu maupun itu

memilih untuk merespon ataupun tidak merespon tetap dapat dikatakan sebagai suatu

kebijakan luar negeri yang didasarkan kepada kepentingan nasional negara tesebut.28

Holsti juga mengeluarkan argumen bahwa kebijakan luar negeri merupakan

dasar rencana dari tindakan yang akan diambil oleh para pengambil keputusan di

pemerintahan suatu negara dalam menghadapi negara lain ataupun suatu isu

internasional dengan upaya untuk mencapai tujuan nasional yang tercermin dalam

kepentingan nasionalnya. Pembuatan kebijakan luar negeri sendiri pun mempunyai

27

Husna, Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Memerangi Terorisme

Internasional di Afghanistan Pada Periode Pemerintahan Barrack Obama, 1-5. 28

K.J Holsti, Sixth Edition International Politics “A Framework for Analysis” (London:

Prentice-Hall International Inc, 1992), 272.

Page 31: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

18

beberapa landasan yang menjadi acuan dari pembuatan kebijakan luar negerinya

seperti faktor eksternal dan faktor internal.29

Faktor eksternal sendiri mencakup tindakan, kebijakan, tekanan, maupun

ancaman dari negara lain yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

pembuatan kebijakan luar negeri dari negara tersebut. Sedangkan faktor internal

mencakup seluruh elemen dari struktur pemerintah yang akan memperluas maupun

membatasi pemilihan dari pembuatan kebijakan luar negeri, selain itu juga mencakup

elemen non pemerintah seperti keadaan sosial domestik dari negara tersebut dan opini

publiknya.30

Kebijakan luar negeri dalam hal ini juga harus memperhatikan nilai-nilai yang

mendasari perumusan tujuan suatu negara serta alat untuk mencapai tujuan tersebut,

dikarenakan kebijakan luar negeri juga bisa diartikan sebagai seperangkat rencana

dan komitmen yang menjadi pedoman bagi pemerintah dalam berhubungan dengan

aktor-aktor lain di lingkungan eksternal. Nantinya rencana dan komitmen tersebut

diterjemahkan ke dalam langkah dan tindakan yang nyata berupa mobilisasi sumber

daya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu efek dalam pencapaian tujuan.31

Menurut Rosenau tujuan dari kebijakan luar negeri sebenarnya merupakan

fungsi dari proses dimana tujuan negara disusun. Tiap negara memiliki tujuan

29

Holsti, Sixth Edition International Politics “A Framework for Analysis”, 272. 30

Holsti, Sixth Edition International Politics “A Framework for Analysis”, 272. 31

James N Rosenau, The Scientific Study of Foreign Policy (New York: Nichols Publishing

Company, 1980), 115-136.

Page 32: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

19

kebijakan luar negeri yang berbeda-beda, tetapi setiap negara mengeluarkan

kebijakannya untuk memenuhi dan mencapai kepentingan nasionalnya masing-

masing. Pada umumnya kepentingan nasional yang ingin dicapai oleh suatu negara

melalui kebijakan luar negerinya adalah untuk dapat mempengaruhi negara lain,

menjaga keamanan nasional, dan mendapatkan keuntungan untuk negaranya..32

Kebijakan luar negeri yang diambil dari Amerika Serikat merupakan bentuk

dari sikap yang ingin diambilnya dalam suatu isu tertentu dan perwujudan dari

kepentingan nasional yang ingin diacapai pemerintahan Amerika Serikat, dalam

kasus ini adalah dalam isu lingkungan hidup. Kebijakan luar negeri Pemerintahan

Amerika Serikat yang berubah dalam menghadapi mekanisme yang dibentuk oleh

UNFCCC tersebut karena terdapat pengambilan kebijakan luar negeri yang berbeda

dalam Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris sebagai mekanisme dalam UNFCCC.

E.2. Konsep Kepentingan Nasional

Menurut James N Rosenau konsep kepentingan nasional digunakan dalam

kedua aksi politik dan analisa politik. Dalam penggunaan sebagai instrumen dari aksi

politik maka kepentingan nasional digunakan sebagai cara untuk membenarkan dan

mengusulkan kebijakan luar negeri suatu negara. Sedangkan bila digunakan sebagai

alat analisis maka kepentingan nasional merupakan alat untuk menjelaskan,

32

Rosenau, The Scientific Study of Foreign Policy, 125-127.

Page 33: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

20

mendeskripsikan, dan mengevaluasi kebijakan luar negeri suatu negara.33

Konsep

kepentingan nasional bila digunakan dalam aksi politik maupun analisa politik sama-

sama mempunyai tujuan untuk mencari kondisi yang terbaik bagi negaranya.

Konsep Kepentingan nasional merupakan suatu kondisi permanen yang

menjadi panduan nasional bagi pembuat kebijakan di suatu negara dalam proses

pembuatan kebijakan. Konsep ini sangat penting untuk digunakan karena dapat

menjelaskan perilaku ataupun tindakan internasional yang dilakukan oleh suatu

negara. Dapat dikatakan bahwa kepentingan nasional suatu negara merupakan prinsip

dan tujuan dari dasar yang melandasi setiap pembuatan kebijakan luar negeri negara

tersebut dan tentu juga sebagai dasar dari keberadaan negara tersebut.34

Dalam kepentingan nasional di suatu negara sendiri juga terdapat beberapa

identifikasi kepentingan yang berbeda-beda, dimana terdapat empat kebutuhan dasar

dari dalam kepentingan nasional suatu negara. adapun dasar dari kepentingan

nasional suatu negara dapat dijelaskan pada aspek pertahanan, aspek ekonomi, aspek

tatanan dunia, dan aspek ideologi.35

Aspek pertahanan berusaha untuk memfokuskan kepentingan nasional suatu

negara pada perlindungan negara dan warga negaranya terhadap ancaman fisik dari

33

Nazaruddin Nasution, Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia (Jakarta: Yayasan Bina Insan

Cita, 2017), 6. 34

James N Rosenau, The Scientific Study of Foreign Policy (New York: Nichols Publishing

Company, 1980), 283. 35

Donald E. Nuechterlein, United States National Interest in a Changing World (Lexington,Ky,

1973), 2-15.

Page 34: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

21

negara lain maupun ancaman terhadap sistem pemerintahan negara tersebut. Aspek

ekonomi berfokus pada penguatan perekonomian negara dan hubungannya dengan

negara lain. Aspek tatanan dunia fokus dalam perbaikan sistem ekonomi dan politik

internasional sehingga negara dan warga negaranya dapat merasa aman beraktivitas

diluar batas teritori negaranya. Aspek ideologi fokus pada perlindungan nilai yang

warga negara tersebut percayai. Dengan aspek kepentingan nasional tersebut yang

saling bersaing untuk mendapatkan sumber daya dan prioritas maka akan lebih

mudah untuk dapat melihat proses pembuatan keputusan dan menentukan lebih tepat

alasan dibalik keputusan yang diambil oleh pemimpin pemerintahan tersebut.36

Selain aspek dasar dari kepentingan nasional, juga terdapat intensitas dari

kepentingan nasional itu sendiri dimana intensitas kepentingan dapat dibagi menjadi

empat isu. Pertama adalah isu keberlangsungan hidup dimana keberadaan dari negara

sedang mengalami serangan militer dari negara lain. Lalu terdapat isu vital dimana

akan terdapat kerugian yang cukup besar dialami oleh negara kecuali jika negara

tersebut melakukan tindakan pencegahan yang cukup kuat atau berpengaruh. Isu

utama merupakan suatu situasi dimana aspek ekonomi, politil, ideologi dari negara

terlah dipengaruhi oleh suatu tren internasional sehingga membutuhkan tindakan

perbaikan agar tidak menjadi ancaman yang serius. Juga terdapat isu periperal dimana

36

Nuechterlein, United States National Interest in a Changing World, 2-15.

Page 35: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

22

kepentingan dari warga negara dan perusahaan yang beroperasi di negara lain

terancam keamanannya.37

Kepentingan nasional harus mencakup kepentingan masyarakat yang

direpresentasikan oleh elit-elit politik dalam suatu pemerintahan melalui proses yang

demokrasi. Sangat sulit untuk memisahkan kepentingan nasional dari kebijakan luar

negeri suatu negara.38

Hal tersebut tentu berkaitan karena terdapat kepentingan

nasional dibalik proses pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat untuk

memilih tidak meratifikasi Copenhagen Accord dan memilih untuk meratifikasi

Perjanjian Paris.

E.3. Decision Making Analysis

Dalam level proses pembuatan kebijakan luar negeri terdapat banyak hal yang

dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri yang akan dikeluarkan oleh suatu negara,

seperti halnya budaya norma yang terdapat di dalam negara tersebut, sejarah

kebijakan luar negeri sebelumnya, dan tekanan atau permintaan dari sistem

internasional maupun masyarakat negara itu sendiri.39

37

Nuechterlein, United States National Interest in a Changing World, 2-15. 38

James N Rosenau, The Scientific Study of Foreign Policy (New York: Nichols Publishing

Company, 1980), 283. 39

Rosenau, The Scientific Study of Foreign Policy, 320-321.

Page 36: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

23

Menurut Rosenau sendiri negara dapat mempertahankan keberlangsungan

hidupnya dan juga memperoleh keuntungan dari tatanan sistem internasional melalui

kebijakan luar negeri yang dikeluarkannya. Rosenau juga melihat bahwa dalam

menganalisa sifat dari suatu kebijakan luar negeri suatu negara akan selalu

berhubungan dengan faktor lingkungan internal dan eksternal dari negara tersebut.

Faktor lingkungan internal di dalamnya adalah masyarakat negara tersebut,

pemerintahan yang berkuasa, dan kepribadian dari elit politik yang memerintah atau

idiosinkratik. Sedangkan faktor lingkungan eksternal meliputi hubungan negara

tersebut dengan negara-negara lain di tatanan dunia internasional.40

Dalam menganalisa suatu kebijakan luar negeri terdapat beberapa pendekatan

ataupun model perumusan dalam proses pembuatannya, adapun salah satunya adalah

model aktor rasional. Pendekatan ini melihat bahwa negara dapat dilihat sebagai

kesatuan aktor yang berusaha untuk memaksimalkan keuntungan mereka dengan

menggunakan kebijakan luar negeri yang rasional di tatanan sistem internasional,

para pembuat keputusan dalam negara dilihat sebagai black box yang membuat tidak

mengetahui kekuatan politik dalam negeri yang mempengaruhi kebijakan luar negeri

yang dibentuk oleh negara tersebut.41

40

James N. Rosenau, Gavin boyd, Kenneth W. Thompson, World Politics: An Introduction

(New york: The Free Press, 1976), 15-18. 41

Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 53-66.

Page 37: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

24

Lalu terdapat model analisa organisasi yang merupakan alat analisa kebijakan

luar negeri menggunakan bukan hanya satu individu tetapi melibatkan berbagai aktor

dalam mempengaruhi proses pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara. Model

ini melihat bahwa dalam membentuk dan mengambil suatu kebijakan luar negeri

negara akan mengikuti standar prodesur operasional atau rutinitas sebelumnya dari

organisasi yang terdapat dalam pemerintahan negara tersebut.42

Selain itu juga terdapat model analisis birokrasi yang mempunyai pendekatan

kebijakan luar negeri melalui peranan dari para birokrat, model ini melihat proses

pembuatan kebijakan luar negeri bukan hanya dari para pengambil keputusan tetapi

juga dari birokrat, karena para birokrat dinilai mempunyai pengaruh besar dalam

sistem pemerintahan suatu negara sehingga dapat mempengaruhi proses pembuatan

kebijakan luar negeri suatu negara.43

Jika dilihat dari seluruh model analitis tersebut

model analitis birokrasi merupakan model analisa yang paling cocok dalam

menganalisa permasalahan di penelitian ini.

42

Debbie Affianty, Analisa Politik Luar Negeri (Ciputat:UIN Press, Januari 2015), 42-43. 43

Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 53-66.

Page 38: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

25

E.4. Model Aktor Rasional

Dalam model aktor rasional digambarkan bahwa perilaku negara dicerminkan

dengan aktor individual yang rasional dan juga sempurna, biasanya aktor rasional

tersebut memiliki pengetahuan yang sempurna terhadap situasi dan selalu berusaha

secara rasional untuk mendapatkan dan memaksimalkan tujuannya. Berbagai macam

tindakan negara dianalisis dengan asumsi bahwa negara-negara tersebut selalu

mempertimbangkan semua pilihan yang ada dan memilih tindakan yang ada itu

dengan bertindak rasional agar mendapatkan keuntungan yang maksimal..44

Aktor rasional dalam suatu negara tersebut diharapkan dapat mengenal

kepentingan dari negaranya sendiri dan berusaha untuk mencapai kepentingan

tersebut dengan cara yang paling efisien dan rasional. Suatu aktor rasional dalam

negara harus dapat tindakan yang dimotivasi oleh kepentingan ataupun tujuan

negaranya, selain itu juga harus dapat memilih alternatif jalan dimana ia dapat

menyediakan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan cara yang paling efisien bagi

negaranya.45

Model aktor rasional berbeda dengan model analisa lainnya karena

pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara

dilakukan oleh satu aktor saja tidak seperti model organisasi dan birokrasi yang

44

Abubakar Eby Hara, Pengantar Analisis Politik Luar Negeri: Dari Realisme Sampai

Konstruktivisme (Bandung: Penerbit Nuansa, 2011), 24. 45

Alex Mintz & Karl DeRouen, Understanding Foreign Policy Decision Making (Cambridge:

Cambridge University Press, 2010), 57-60.

Page 39: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

26

keputusannya dipengaruhi oleh banyak aktor atau pihak. Hal tersebut tentu

memberikan keuntungan pada model analisa aktor rasional karena keputusan dalam

kebijakan luar negeri dapat lebih cepat diambil dan tidak melewati proses rumit di

birokrasi ataupun organisasi, walaupun begitu bukan berarti hasil dari pengambilan

keputusan kebijakan luar negeri tersebut akan selalu lebih baik.46

Dalam diri aktor rasional tersebut terdapat idiosinkratik yang merupakan salah

satu elemen yang membentuk keputusan rasional yang diambil oleh individu tersebut,

dalam idiosinkratik tersebut terdapat sumber internal yang berupa nilai atau prinsip

yang dianut, pengalaman, bakat, dan kepribadian politik dari aktor rasional itu sendiri.

Semua hal tersebut nantinya akan mempengaruhi perhitungan, pandangan, dan

tindakan yang nantinya akan diambil oleh aktor rasional dalam membentuk suatu

kebijakan luar negeri, pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan luar negeri

yang melalui idiosinkratik tersebut lah yang dapat dikatakan sebagai tindakan

rasional yang diambil oleh aktor individu.47

Dalam membentuk kebijakan luar negerinya, pemimpin suatu negera tersebut

harus melihat keadaan politik dalam negeri dan internasional terlebih dahulu, karena

kedua hal tersebut dapat mempengaruhi proses pembuatannya. Dalam faktor politk

dalam negeri sendiri biasanya terbagi menjadi birokrasi, opini publik, dan faktor

46

Alex Mintz & Karl DeRouen, Understanding Foreign Policy Decision Making, 57-62. 47

Alex Mintz & Karl DeRouen, Understanding Foreign Policy Decision Making, 57-62

Page 40: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

27

internal lainnya. Sedangkan dalam faktor internasional akan dilihat dari perlombaan

senjata, keadaan regional, dan fakor lainnya.48

F. Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif,

penelitian ini merupakan suatu proses penelitan dan pemahaman yang dilandasi oleh

fenomena sosial di masyarakat dunia internasional saat ini. Penelitian ini juga bersifat

deskriptif karena dapat digunakan untuk mengobservasi fakta yang terjadi di dunia

internasional dibantu dengan teori dalam menganalisa fenomena tersebut, dengan

menggambungkan pandangan, teori dan ide untuk menganalisa suatu fenomena maka

akan dihasilkan suatu kesimpulan yang berbentuk pengetahuan baru. 49

Masalah atau fenomena yang dikaji dalam penelitian ini adalah fenomena

perubahan kebijakan di dalam proses pembuatan kebijakan pemerintahan Amerika

Serikat pada masa periode Presiden Barrack Obama dalam menanggapi mekanisme

yang dibentuk oleh UNFCCC, yaitu Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris.

Penelitian ini akan menggunakan sumber data sekunder. Penelitian

menggunakan sumber data sekunder merupakan penelitian yang berasal dari sumber-

48

Alex Mintz & Karl DeRouen, Understanding Foreign Policy Decision Making, 57-62. 49

John W. Creswell, Research Design: Qualitative Quantitative & Mixed Methods Approaches.

(Wahington DC: SAGE Publications Inc, 2013), 32.

Page 41: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

28

sumber kepustakaan, seperti: buku, jurnal, hasil penelitian, dan data dari situs-situs

internet. Dengan menggunakan sumber data sekunder tersebut maka akan

memudahkan analisa dalam penelitian yang akan diteliti.

Adapun sumber data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

data-data riset kepustakaan di perpustakaan (Library Research), seperti buku, hasil

penelitian, dan jurnal. Tempat-tempat yang akan dipakai dalam riset perpustakaan

yaitu perpustakaan pusat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dan

Perpustakaan Universitas Indonesia. Kemudian penelitian ini juga memakai sarana

internet dalam proses pengumpulan datanya yang terkait dengan permasalahan

penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Pada proposal penelitian ini tedapat sistematika penulisan yang pembahasannya

terbagi menjadi lima bagian utama. Bab I dalam penelitian ini berisi mengenai

pendahuluan masalah yang diteliti, terdiri dari latar belakang masalah mengenai

mekanisme-mekanisme yang terdapat dalam UNFCCC dan bagaimana perubahan

sikap atau kebijakan luar negeri dari Amerika Serikat. Selain latar belakang, Bab I

juga membahas mengenai pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,

Page 42: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

29

tinjauan pustaka, kerangka teoritis yang akan digunakan untuk menganalisa

permasalahan, dan metode penelitian yang akan digunakan.

Bab II dalam penelitian ini berisi tentang pembahasan yang nantinya akan

menjadi isi dari penelitian ini. Terdapat pembahasan mengenai terbentuknya

UNFCCC, mekanisme-mekanisme yang ada di dalam UNFCCC, pertemuan-

pertemuan CoP, juga protokol dan perjanjian yang tercipta dari pertemuan-pertemuan

tersebut seperti Protokol Kyoto, Copenhagen Accord, dan Perjanjian Paris. Selain itu,

juga akan sedikri disinggung mengenai pentingnya keikutsertaan Amerika Serikat

dalam mekanisme yang dibentuk oleh UNFCCC.

Bab III pada penelitian ini membahas mengenai sikap atau kebijakan luar

negeri dari Amerika Serikat terhadap protokol dan perjanjian yang dibentuk oleh

UNFCCC. Dalam Bab ini akan dibahas mengenai kebijakan luar negeri Amerika

Serikat terhadap UNFCCC dari masa ke masa, mulai dari periode Presiden Bush

sampai pada periode kepresidenan kedua dari Presiden Obama. Juga akan dibahas

sedikit mengenai perubahan kebijakan luar negeri yang terjadi di dalam pemerintahan

Amerika Serikat dalam merespon Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris.

Bab IV akan berisi mengenai analisa permasalahan dari penelitian ini. Dalam

Bab IV akan dianalisa alasan dibalik perubahan kebijakan luar negeri Amerika

Serikat dalam merespon mekanisme yang dibentuk oleh UNFCCC, yaitu Copenhagen

Accord dan Perjanjian Paris menggunakan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Page 43: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

30

Bab IV juga akan membahas kepentingan nasional dibalik proses perubahan

kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

Bab V adalah bab yang berisi mengenai kesimpulan yang terdapat dari

penelitian ini. Bab ini akan menjelaskan mengenai kesimpulan jawaban dari seluruh

hasil analisa permasalahan penelitian yang sudah dibahas dalam bab-bab

sebelummnya dan juga jawaban dari pertanyaan penelitian tersebut.

Page 44: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

31

BAB II

UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE

CHANGE

A. Konvensi UNFCCC

Perubahan iklim yang disebabkan oleh fenomena pemanasan global

merupakan masalah internasional atau lintas batas negera yang membutuhkan

komitmen dan upaya dari seluruh negara untuk dapat diselesaikan. Adapun dengan

meningkatnya pemanasan global terebut telah berakibat pada berbagai aspek yang

terdapat di atas permukaan bumi, seperti halnya meningkatnya suhu pemanasan di

bumi, jumlah karbondioksida yang meningkat secara pesat di atmosfer bumi,

penyebaran air yang tidak merata, dan juga kenaikan dari permukaan laut.

Maka dari itu untuk menyikapi masalah lingkungan tersebut banyak negara

merasa akan dibutuhkannya organisasi antar pemerintah yang menyediakan informasi

ilmiah mengenai perubahan iklim, maka pada tahun 1988 dibentukalah

Intergovernmental Panel on Climate Change atau IPCC. Pada tahun yang sama

Majelis umum PBB mengangkat isu perubahan iklim untuk pertama kalinya pada

tahun 1988 di Malta dan mengangkat resolusi no 44/53 yang berisi “Perlindungan

Page 45: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

32

atas iklim dunia untuk generasi masa kini dan generasi yang akan datang”50

untuk

dapat menarik perhatian dunia terkait perubahan iklim.

Pada Oktober 1990 telah diadakan Ministerial Declaration of the Second

World Climate Conference yang diadakan di Jenewa dimana IPCC mengangkat isu

perubahan iklim dan memperlihatkan hasil penelitiannya yang menegaskan kembali

bahwa perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini merupakan ancaman bagi

keberlangsungan hidup manusia dan untuk mencegah dan menyelesaikan hal tersebut

akan dibutuhkan kerjasama dari seluruh negara. hasil penelitian IPCC tersebut sangat

berkontribusi penting bagi perubahan iklim yang pada saat itu masih diragukan

kebenarannya secara ilmiah.51

Dengan menggunakan momentum yang dibentuk oleh hasil penelitian IPCC,

PBB pun berusaha untuk membentuk Intergovernmental Negotiating Committe for a

Framework Convention on Climate Change dimana komite tersebut dibentuk dengan

tujuan untuk menjadi wadah dari negosiasi mengenai isu perubahan iklim diantara

negara-negara. Melalui Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil

pada tahun 1992 dibentuklah negosiasi untuk membentuk konvensi kerangka kerja

yang mengatasi masalah perubahan iklim yaitu UNFCCC atau United Nations

Framework Convention on Climate Change, yang didasarkan pada tujuan awal dari

50

Climate Change Secretariat, A Guide to The Climate Change Convention Process (Bonn:

Climate Change Secretariat, 2002), 6. 51

Lorraine Elliot, The Global Politics of The Environment (New York: New York University

Press Wahington Square, 2004), 82.

Page 46: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

33

PBB dalam usahanya untuk membentuk Intergovernmental Negotiating Committe for

a Framework Convention on Climate Change. 52

UNFCCC mempunyai fungsi pada pengurangan tingkat perubahan iklim dan

suhu bumi dengan mengurangi pelepasan emisi gas rumah kaca ke udara akibat dari

perkembangan industri di negara-negara maju. Kerangka kerjasama UNFCCC sendiri

sudah ditandatangani 154 negara anggota KTT Bumi PBB pada Juni 1992 dan

konvensi ini mulai diberlakukan semenjak tanggal 21 Maret 1994, dengan tujuan

bersama untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di udara pada level yang

tidak lagi membahayakan manusia.53

Berdasarkan pada artikel dua konvensi, UNFCCC mempunyai tujuan untuk

“menstabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer sampai pada level yang dapat

mencegah gangguan pada atmosfer bumi”. Dapat dilihat melalui artikel dua konvensi

tersebut bahwa negara-negara anggota UNFCCC mempunyai tujuan bersama untuk

menurunkan konsentrasi gas rumah kaca sampai pada jumlah yang tidak lagi

membahayakan bagi atmosfer bumi dari kegiatan manusia yang dapat menimbulkan

perubahan iklim bumi.54

52

UNFCCC Secretariat, United Nations Framework Convention on Climate Change Handbook

(Bonn: Climate Change Secretariat, 2006), 16-17. 53

UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change Handbook, 16-17. 54

UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change (Bonn:United Nations,

1992), 7.

Page 47: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

34

Melalui konvensi UNFCCC para pemimpin negara-negara anggota saling

menyepakati untuk mengumpulkan dan membagi informasi mengenai perubahan

iklim yang diakibatkan oleh emisi gas rumah kaca, Negara-negara anggota UNFCCC

saling bekerjasama untuk dapat beradaptasi dan memperbaiki dampak dari

meningkatnya konsentrasi emisi gas rumah kaca dengan cara menyediakan dukungan

keuangan untuk perbaikan lingkungan dan transfer teknologi dari negara industri

maju ke negara berkembang. Juga dalam ranka untuk dapat mencapai tujuan dari

UNFCCC tersebut maka akan sangat diperlukan prinsip-prinsip yang dapat menjadi

langkah dasar dalam melaksanakan adaptasi dari perubahan iklim.

B. Prinsip UNFCCC

Dalam konvensi UNFCCC sendiri terdapat beberapa prinsip yang telah

menjadi panduan bagi berjalannya kebijakan yang diadakan dalam UNFCCC,

prinsip-prinsip tersebut telah diatur dalam pasal 3 UNFCCC. Prinsip dalam UNFCCC

tersebut telah disusun dengan memperhatikan kepentingan dari UNFCCC yang ingin

mencapai tujuannya tetapi juga tidak menghiraukan kesetaraan dari para negara maju

dan berkembang yang ada dalam konvensi tersebut.

Prinsip pertama adalah Common but Differentiated Responsibilities and

Respective Capabilities, yang mana prinsip ini mengakui bahwa setiap negara

Page 48: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

35

anggota UNFCCC mempunyai tujuan yang sama untuk menekan laju peningkatan

emisi gas rumah kaca di negaranya namun dengan kontribusi yang berbeda-beda,

terutama diantara negara maju dan negara berkembang. setiap negara anggota

memiliki tanggung jawab yang berbeda dikarenakan kapabilitas teknologi dan

ekonomi tiap negara yang berbeda-beda dalam menangani perubahan iklim.55

Prinsip kedua adalah The Specific Needs and Special Circumtances of

Developing Country yang mana merupakan prinsip yang berisi adanya keadaan

khusus yang dibutuhkan bagi negara-negara anggota UNFCCC, terlebih lagi kepada

negara berkembang yang masih berfokus dalam pertumbuhan ekonomi.56

Maka dari

itu negara-negara berkembang tersebut harus diberi pertimbangan penuh dan bantuan

dana untuk dapat beradaptasi dengan dampak dari perubahan iklim.

Prinsip ketiga adalah The Principle of The Precautionary Measures. Prinsip

ini menyatakan bahwa egara-negara anggota UNFCCC harus mengambil tindakan

pencegahan untuk mengatisipasi dan mencegah penyebab dari munculnya perubahan

iklim. Selain itu juga mengurangi dampak negatif yang terjadi di berbagai negara

akibat dari perubahan iklim.57

Prinsip keempat adalah The Principle of Sustainable Development yang

menyatakan bahwa negara-negara anggota UNFCCC memiliki kewajiban dan hak

55

UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change (Bonn:United Nations,

1992), 9. 56

UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change, 9. 57

UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change, 9.

Page 49: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

36

untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan di negaranya. Adapun elemen

dari pembangunan berkelanjutan adalah tercukupinya kebutuhan dasar, pemanfaatan

sumber daya yang hemat dan efisien, teknologi ramah lingkungan, demokratisasi

dalam pengambilan keputusan sumber daya, dan pembatasan jumlah penduduk.58

Prinsip kelima adalah Principle Cooperate to Promote a Supportive and Open

International Economic System. Prinsip ini memfokuskan pada Negara anggota

UNFCCC yang harus saling bekerja sama untuk meningkatkan sistem ekonomi

internasional yang terbuka sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi di semua negara anggota UNFCCC, terutama negara

berkembang.59

Dengan sistem ekonomi internasional yang lebih terbuka diantara

negara-negara anggota UNFCCC maka negara berkembang akan mempunyai tingkat

perekonomian yang lebih baik dan mampu mengatasi masalah perubahan iklim di

negaranya.

C. Kelembagaan UNFCCC

Dalam menjalankan konvensi ataupu pertemuan dari UNFCCC sendiri

terdapat beberapa badan yang mempunyai tugas dan kewajibannya masing-masing

dalam menjalankan kegiatan dari UNFCCC. Adapun badan tertinggi dalam UNFCCC

58

UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change, 10. 59

UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change, 10.

Page 50: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

37

adalah CoP atau Conference of the Parties yang merupakan otoritas utama dan juga

sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam konvensi UNFCCC. COP merupakan

badan yang bertanggung jawab dalam merancang upaya internasional yang terkait

dengan adaptasi perubahan iklim juga meninjau secara teratur pelaksanaan dari upaya

konvensi setiap negara anggota UNFCCC.60

CoP terdiri dari semua negara anggota UNFCCC dan mempunyai rutinitas

untuk mengadakan petemuan setiap tahunnya selama jangka waktu dua minggu.

Pertemuan ini diikuti oleh delegasi pemerintah negara anggota UNFCCC, pengamat

organisasi, dan wartawan. Adapun pertemuan CoP diadakan di negara anggota PBB

secara bergantian. CoP mengkaji apa yang sudah dilakukan oleh setiap negara

anggota dalam mengimplementasikan konvensi yang telah diambil dan apakah

pengimplementasiannya sudah efektif. Dalam melaksanakan tugasnya, COP meninjau

komunikasi nasional dan persediaan emisi serta memanfaatkan pengalaman untuk

melanjutkan mengatasi perubahan iklim.61

Sesi pertemuan dalam CoP diadakan dan biasanya dipimpin oleh Presiden

CoP yang merupakan seorang menteri lingkungan dari negara pertemuan CoP

diadakan, juga presiden tersebut dipilih secara aklamasi setelah diadakannya

pembukaan CoP. Presiden yang terdapat dibawah naungan CoP hanya diperbolehkan

60

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Perubahan Iklim, Perjanjian Paris dan

Nationally Determined Contribution (Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim,

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016), 9. 61

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Perubahan Iklim, Perjanjian Paris dan

Nationally Determined Contribution, 10.

Page 51: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

38

untuk memihak pertemuan dari CoP dan bukan negaranya, juga tidak diperbolehkan

untuk melaksanakan kewajiban diluar pertemuan CoP. Presiden yang memimpin CoP

mempunyai keterlibatan dalam negosiasi antara menteri-menteri tiap negara anggota

CoP pada saat itu, selain itu Presiden CoP juga mempunyai tugas untuk memfasilitasi

pelaksanaan pertemuan program CoP dan untuk mengkompromikannya diantara

negara-negara anggota pertemuan konvensi.62

Presiden yang diotorisasi oleh CoP juga dibantu dan didukung oleh biro yang

terdiri dari tujuh wakil presiden, ketua bidang dari Subsdiary Bodies dan pelapor.

Tujuh wakil presiden tersebut mempunyai tugas untuk mempimpin sesi pertemuan

CoP tingkat tinggi, sedangkan ketua bidang Subsdiary Bodies dan pelapor

mempunyai tugas untuk membentuk laporan dan melaporkannya di tiap sesi

pertemuan CoP. Biro tersebut beranggotakan sepuluh orang yang mewakili lima

regional dalam PBB yaitu Asia, Afrika, Eropa Barat, Eropa Timur, Amerika Latin

dan Karibia. Biro tersebut akan dipilih lagi anggotanya setelah satu tahun menjabat.63

Dalam CoP terdapat dua Subsdiary Bodies, yaitu Subsdiary for Scientific and

Technological Advise atau SBSTA yang mempunyai tugas terkait dengan masalah

teknologi juga ilmiah dan juga bertugas untuk menjembatani konvensi dengan badan

informasi ilmiah internasional seperti IPCC. Badan lainnya adalah Subsdiary Body

for Implementation atau SBI yang mempunyai tugas untuk mengamati dan menilai

62

UNFCCC Secretariat, United Nations Framework Convention on Climate Change Handbook

(Bonn: Climate Change Secretariat, 2006), 31. 63

UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change Handbook, 31-32.

Page 52: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

39

pelaksanaan konvensi, selain itu juga mempunyai tugas untuk memberi saran kepada

COP terkait bidang administrasi.

Sesi pertemuan COP umumnya berjalan selama dua minggu dan dilakukan

paralel dengan sesi pertemuan SBSTA dan SBI, kedua badan pendukung CoP

tersebut mempunyai perang yang penting dalam proses menangani perubahan iklim

dikarenakan hasil dari pertemuan kedua badan tersebut akan diolah dan ditampilkan

dalam pertemuan CoP.64

Dalam menjalankan tugasnya, COP dibantu oleh badan-badan khusus yang

menangani isu UNFCCC di bidang-bidang tertentu,. Adapun badan-badan khusus

yang menagani bidang tertentu tersebut salah satunya adalah Badan khusus Expert

Group on Technology Transfer (EGTT) yang menangani bidang teknologi dalam

UNFCCC. Badan khusus EGTT mempunyai tugas untuk memberikan saran ilmiah

juga teknis kepada konvensi dalam UNFCCC untuk dapat mengembangkan teknologi

ramah lingkungan, selain itu juga untuk memulai transfer teknologi ramah

lingkungan dari negara maju ke negara berkembang.65

Badan khusus lainnya adalah Least Developed Countries Expert Group (LEG)

yang mempunyai tujuan untuk membantu negara-negara berkembang untuk dapat

mengintregasikan kebijakan nasionalnya dengan kebijakan perbaikan iklim UNFCCC

64

UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change Handbook, 32. 65

Climate Change Secretariat, A Guide to The Climate Change Convention Process (Bonn:

Climate Change Secretariat, 2002), 22.

Page 53: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

40

sehingga negara tersebut dapat beradaptasi dengan perubahan iklim. Consultive

Group of Experts atau CGE merupakan badan khusus lainnya yang mempunyai tugas

untuk membangun proses komunikasi diantara negara-negara anggota UNFCCC

mengenai isu perubahan iklim.66

Selain badan khusus yang terdapat di dalam UNFCCC juga terdapat mitra

kerja UNFCCC yang saling bekerjasama untuk dapat mencapai tujuan UNFCCC.

Pertama yaitu Global Environment Facility atau GEF yang bertugas untuk mengatur

mekanisme keuangan dalam berbagai kegiatan atau proyek perlindungan iklim di

negara-negara berkembang. Kedua adalah Intergovernmental Panel on Climate

Change atau IPCC yang berkontribusi penting dalam pengolahan informasi ilmiah

terhadap perubahan iklim sehingga dapat digunakan oleh UNFCCC untuk

bernegosiasi dengan negara-negara anggotanya terkait implementasi konvensi.67

Selain itu juga terdapat Sekretariat UNFCCC yang mempunyai posisi di

bawah langsung CoP dan merupakan badan organisasi yang terkait dengan PBB,

yang bertempat di Bonn, Jerman semenjak Agustus 1996. Adapun anggota yang

terdapat di dalam sekretariat UNFCCC terdiri dari Kepala dan Sekertaris Eksekutif

dan 400 pegawai lainnya yang dipekerjakan oleh Sekretaris Jenderal PBB.

Fungsi dari sekretariat dalam UNFCCC adalah untuk membentuk peraturan di

setiap konferensi, menyusun laporan yang diterima dan dikirimkan kepada PBB,

66

Climate Change Secretariat, A Guide to The Climate Change Convention Process, 22-23. 67

Climate Change Secretariat, A Guide to The Climate Change Convention Process, 10-17.

Page 54: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

41

memfasilitasi bantuan kepada negara anggota UNFCCC yang melaksanakan

perjanjian dalam konvensi, membentuk laporan kegiatan sekretariat kepada COP,

mengkoordinasikan sekretariat badan internasional yang terkait dengan UNFCCC,

mengatur kontak dan administratif dalam melaksanakan konvensi UNFCCC,

mengfungsikan sekretariat lainnya yang terdapat dari hasil konvensi, COP, maupun

Protokol. Lembaga dan badan lain dalam UNFCCC juga telah diatur sesuai dengan

Subsdiary Bodies, Bureau dan Sekretariat.68

Melalui lembaga-lembaga yang telah dibentuk untuk dapat memenuhi tujuan

dari UNFCCC tersebut maka dapat dilihat isu lingkungan hidup, khususnya isu

perubahan iklim menjadi salah satu isu yang menarik perhatian banyak negara dan

juga telah menjadi isu utama dari berbagai pertemuan dan konvensi dari setiap negara

baik dalam tingkat bilateral, regional maupun internasional.

D. Pertemuan CoP

Dalam setiap pertemuan CoP selalu diharapkan adanya peran aktif dari para

negara maju atau negara Annex I untuk dapat memimpin negara berkembang pada

upaya mencegah perubahan iklim. Kelompok negara Annex I sangat diharapkan

dapat memimpin negara lain dalam keikutsertaannya pada kegiatan UNFCCC dan

68

UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change (Bonn:United Nations,

1992), 17.

Page 55: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

42

memberikan bantuan keuangan terhadap negara berkembang dalam melakukan

kegiatan atau program UNFCCC untuk dapat beradaptasi terhadap dampak dari

perubahan iklim.

Keanggotaan negara dari UNFCCC sendiri dapat dilihat melalui dua kategori,

yaitu negara Annex I dan negara non Annex. Negara Annex I merupakan negara maju

yang bertanggung jawab terhadap rusaknya lingkungan di masa industrialisasi dan

merupakan negara yang memiliki kapasitas ekonomi yang cukup besar. Sedangkan

negara non annex merupakan negara berkembang yang rentan terhadap akibat dari

dampak perubahan iklim sehingga diberi pertimbangan khusus di bawah konvensi

UNFCCC.69

Salah satu negara Annex I yang yang diharapkan dapat memimpin negara lain

dalam mengikuti kegiatan UNFCCC adalah Amerika Serikat, karena bukan hanya

sebagai salah satu negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar tetapi juga sebagai

negara dengan kapasitas ekonomi yang besar sehingga diharapkan dapat memberikan

bantuan keuangan kepada negara berkembang dan sekaligus juga memimpin negara-

negara lain agar mengikuti kegiatan dan program dari UNFCCC.

Hal tersebut dapat dilakukan oleh negara yang masuk kedalam kategori Annex I

karena terdapat kapasitas besar yang dimiliki oleh negara maju untuk dapat mengikuti

kegiatan UNFCCC dalam upayanya mencegah perubahan iklim, yang mana negara

69

Arya Hadi Dharmawan, et. al, SVLK, Jalan Menuju REDD++ (Jakarta: Forest Governance

and Multistakeholder Foresty Programme, 2011), 14.

Page 56: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

43

berkembang tentu tidak memilikinya sehingga membuat negara berkembang lebih

berfokus kepada peningkatan pertumbuhan ekonomi negaranya dibandingkan dengan

mengikuti kegiatan ataupun program UNFCCC. Maka dari itu bantuan dari negara

maju akan sangat dibutuhkan bagi negara berkembang agar dapat

mengimplementasikan program dari UNFCCC.

Selain itu konvensi perubahan iklim UNFCCC juga dihadiri oleh para Observer

yang merupakan kelompok lembaga antar pemerintah dan mewakili kepentingan dari

suatu kelompok ekonomi, lingkungan hidup, maupun akademik. Kelompok observer

tersebut merupakan kelompok ataupun lembaga yang diizinkan untuk mengikuti dan

bahkan mengemukakan pendapat kelompoknya di dalam pertemuan UNFCCC, tetapi

walaupun begitu observer tidak dapat berpatisipasi secara langsung dalam

pengamibilan keputusan UNFCCC.70

Adapun lembaga-lembaga antar pemerintah yang secara rutin mengikuti

konvensi yang diadakan UNFCCC merupakan lembaga yang biasanya mempunyai

kepentingan dengan hasil dari pembahasan perubahan iklim di dunia. Seperti halnya

lembaga Organization of Petroleum Exporting Countries atau OPEC, World

Meteorogical Organization atau WMC, juga Organization for Economic Cooperation

and Development atau OECD, dan lembaga-lembaga antar pemerintah lainnya.

70

Climate Change Secretariat, A Guide to The Climate Change Convention Process (Bonn:

Climate Change Secretariat, 2002), 18-19.

Page 57: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

44

Pertemuan CoP setiap tahunnya diikuti oleh setiap negara anggota UNFCCC

dan membahas mengenai topik perubahaan iklim yang mengancam kehidupan

lingkungan alam dan mahluk hidup di dalamnya, akan tetapi isi dari pembahasan

dalam upaya dari pertemuan CoP tersebut untuk menghadapi dampak dari perubahan

iklim selalu berbeda-beda. Sampai pada periode tahun skripsi ini dibentuk , UNFCCC

telah melaksanakan 21 pertemuan CoP, Adapun pertemuan-pertemuan tersebut

adalah sebagai berikut.71

Tabel II.1 Pertemuan CoP Beserta Hasilnya

Sesi Tempat dan Waktu Pekembangan dan Hasil

CoP-1 Berlin, 1995 Pembahasan mengenai komitmen negara maju

untuk melaksanakan perjanjian UNFCCC dibentuk

dalam Berlin Mandate

CoP-2 Jenewa, 1996 Perubahan signifikan dari posisi Amerika Serikat

terhadap isu-isu yang dinegosiasikan dalam CoP-2

CoP-3 Kyoto, 1997 Menghasilkan kesepakatan bersama untuk

mengurangi emisi gas rumah kaca, yang tercantum

dalam Protokol Kyoto.

CoP-4 Buenos Aires, 1998 Dihasilkan Buenos Airea Plans of Action (BAPA)

untuk dapat menyelesaikan masalah implementasi

Protokol Kyoto yang belum disepakati.

CoP-5 Bonn, 1999 Lanjutan pembahasan mengenai mekanisme

implementasi Protokol Kyoto.

CoP-6 Den Haag, 2000 dan

Bonn, 2000

CoP ditunda dan dilanjutkan di Bonn, Jerman yang

menghasilkan Bonn Agreement.

CoP-7 Marrakesh, Maroko,

2001

Menghasilkan Marrakesh Accord yang berisi

penyelesaian masalah mekanisme pendanaan

UNFCCC berupa GEF

CoP-8 New Delhi, 2002 Menghasilkan New Delhi Declaration yang berisi

desakan untuk negara maju dan negara berkembang

71

UNFCCC, “Calender Recent Session of UNFCCC” ,Januari 2018 [artikel on-line]; tersedia di

http://unfccc.int/meetings/items/6240.php Internet; diunduh pada 13 Maret 2018.

Page 58: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

45

agar segera meratifikasi Protokol Kyoto dan

melakukan diversifikasi kepada energi terbarukan.

CoP-9 Milan, 2003 Implementasi Marrakesh Accord dan persiapan dari

negara berkembang yang baru mulai melakukan

proses ratifikasi Protokol Kyoto agar dapat

beadaptasi dengan Perubahan iklim.

CoP-10 Buenos Aires, 2004 Menghasilkan Adaptation CoP karena pembahasan

mengenai adaptasi dari efek negatif perubahan iklim

mendominasi jalannya negosiasi

CoP-11 Montreal, 2005 Pembahasan mengenai komitmen baru yang akan

menggantikan Protokol Kyoto yang akan habis pada

tahun 2012

CoP-12 Nairobi, 2006 Pembahasan lanjutan mengenai pembentukan

komitmen baru pasca Protokol Kyoto.

CoP-13 Bali, 2007 Dihasilkan Bali Road Map dan Bali Action Plan

sebagai hasil pertemuan terbaru yang dihasilkan

menjelang berakhirnya kesepakatan Protokol Kyoto

tahun 2012

CoP-14 Poznan, 2008 Pembahasan mengenai implementasi berjalannya

Bali Road Map dan Bali Action Plan

CoP-15 Copenhagen, 2009 Dihasilkannya Copenhagen Accord

CoP-16 Cancun, 2010 Dibentuknya Cancun Agreement dan Cancun

Adaptation Framework

CoP-17 Durban, 2011 Working Group pada Durban Platform untuk

implementasi Framework CoP yang sudah dibentuk

sebelumnya

CoP-18 Doha, 2012 Terbentuknya Doha Gateway, Doha Amandement

CoP-19 Warszawa, 2013 Dihasilkannya Warsaw International Mechanism

For Loss And Damage Associated With Climate

CoP-20 Lima, 2014 Pembahasan segera mengenai aksi adaptasi

perubahan iklim.

CoP-21 Paris, 2015 Pembentukan Paris Agreement yang merupakan

pengganti Kyoto Protocol 1997 yang akan dimulai

tahun 2020

Hasil-hasil di atas menunjukan bahwa perundingan rezim perubahan iklim

berlangsung sangat dinamis. Perubahan dari tahun ke tahun dari perundingan satu ke

Page 59: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

46

perundingan lainnya sering tidak dapat diduga, akan selalu terdapat hambatan dalam

mengimplementasikan perjanjian-perjanjian yang dibentuk dalam pertemuan CoP.

Dari seluruh pertemuan CoP yang sudah diadakan terdapat beberapa pertemuan

CoP yang sangat penting bagi terpenuhinya tujuan dari UNFCCC untuk menghadapi

perubahan iklim dan juga sangat membutuhkan partisipasi dari negara-negara Annex

I, seperti Amerika Serikat untuk dapat berfungsi dengan baik yaitu Copenhagen

Accord dan Perjanjian Paris. Dalam hasil perjanjian dari kedua pertemuan CoP yaitu

Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris terdapat respon dari Amerika Serikat yang

mempengaruhi partisipasi dari negara lain dalam mengikuti kedua perjanjian tersebut.

E. Perbandingan Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris

Adapun Copenhagen Accord merupakan hasil pertemuan CoP yang diadakan di

Copenhagen, Denmark pada Desember 2009. Pertemuan konferensi tersebut

dianggap penting bagi iklim dunia, dan negara-negara anggota UNFCCC karena

Copenhagen Accord merupakan Protokol yang berusaha untuk mencegah dan

memperbaiki pemanasan global dan perubahan iklim. Hal tersebut dilakukan karena

pada tahun 2012 Protokol Kyoto akan habis masa berlakunya maka dari itu

Page 60: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

47

Copenhagen Accord diharapkan menjadi pengganti Protokol Kyoto dalam

memperbaiki dampak negatif dari perubahan iklim.72

Dalam Copenhagen Accord tersebut terdapat pernyataan bahwa pada Januari

2010 setiap negara harus menetapkan target pengurangan emisi GRK pada tahun

2020. Harus terdapat komiten bersama diantara negara-negara anggota UNFCCC

mengenai pengurangan dampak negatif dari perubahan iklim dan harus disepakati

oleh seluruh negara anggotanya. Adapun dalam Copenhagen Accord terdapat 12 poin

yang saling disepakati oleh para negara anggota UNFCCC73

. Walaupun begitu dalam

perundingannya terdapat hambatan yang disebabkan oleh Amerika Serikat sehingga

membuat Copenhagen Accord tersebut tidak dapat terlaksanakan.

Sedangkan Perjanjian Paris merupakan hasil dari pertemuan CoP ke 21

mengenai Perubahan Iklim yang telah dilaksanakan di Paris, Perancis pada tahun

2015 dan dihadiri oleh negara-negara anggota UNFCCC. Persetujuan Paris di

dalamnya memuat ketentuan dan kesepakatan diantara negara-negara mengenai

penetapan kontribusi nasional di setiap negara anggota UNFCCC dalam pengurangan

emisi gas rumah kaca di negara masing-masing yang diharapkan nantinya akan

diimplementasikan pada tahun 2020.

72

UNFCCC, “Copenhagen Accord” ,Desember 2009 [artikel on-line]; tersedia di

http://unfccc.int/meetings/copenhagen_dec_2009/items/5262.php Internet; diunduh pada 13 Maret

2018. 73

UNFCCC, Copenhagen Accord, Desember 2009.

Page 61: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

48

Tujuan dari Persetujuan Paris ini tertulis pada pasal dua yang berisi mengenai

harus adanya upaya dari negara-negara UNFCCC untuk menahan rata-rata

peningkatan suhu global dibawah 2°C di atas suhu bumi pada masa pra-industrialisasi

dan melanjutkan upaya untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C di atas suhu di

masa praindustrialisasi. Upaya ini diharapkan akan secara signifikan mengurangi

risiko dan dampak merugikan perubahan iklim. Tujuan lainnya adalah untuk

meningkatakan kemampuan adaptasi dari negara-negara di dunia terhadap dampak

negatif dari perubahan iklim.74

Banyak pihak yang berharap melalui Perjanjian Paris tersebut pada akhirnya

terdapat perjanjian maupun mekanisme yang akhirnya dapat digunakan oleh negara-

negara UNFCCC dalam menghadapi perubahan iklim, menggantikan Protokol Kyoto.

Tentu seperti halnya perjanjian-perjanjian lain yang dibentuk melalui pertemuan CoP

keikutsertaan negara-negara anggota UNFCCC sangat diperlukan untuk melancarkan

pelaksanaan dari perjanjian tersebut tidak terkecuali Perjanjian Paris. Maka dari itu

kepemimpinan dan contoh dari negara-negara maju atau Annex I dalam mengikuti

Perjanjian Paris ini akan sangat dibutuhkan agar negara-negara lain terutama negara

berkembang atau Non Annex ikut meratifikasi dan melaksanakan Perjanjian Paris.

Dari kedua perjanjian hasil pertemuan UNFCCC tersebut dapat dilihat terdapat

persamaan substansi dari Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris yang membuat

74

United Nations, “Paris Agreement” ,2015 [artikel on-line] tersedia di

https://unfccc.int/files/meetings/paris_nov_2015/application/pdf/paris_agreement_english_.pdf

Internet; diunduh pada 13 Maret 2018.

Page 62: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

49

kedua perjanjian tersebut dapat dibandingkan satu sama lain dalam melihat perubahan

kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Seperti pada tujuan dari Copenhagen Accord

dan Perjanjian Paris yang sama-sama mempunyai tujuan untuk menghadapi ancaman

dari perubahan iklim dengan cara membatasi kenaikan suhu bumi dibawah suhu yang

sudah ditentukan.75

Kedua perjanjian tersebut mempunyai kesamaan dalam substansi dari tujuan

diadakannnya perjanjian tersebut sesuai yang tertera dalam Copenhagen Accord pada

“...to reduce global emissions so as to hold the increase in global temperature below

2 degrees Celsius, and take action to meet this objective consistent with science and

on the basis of equity...”76

dan tertera juga di Perjanjian Paris dalam “...Holding the

increase in the global average temperature to well below 2 °C above pre-industrial

levels...”77

dimana kedua perjanjian tersebut berusaha untuk membatasi kenaikan

suhu bumi dibawah 2 derajat.

Selain itu juga terdapat persamaan substansi dari kedua perjanjian tersebut pada

mekanisme transfer teknologi dari negara maju kepada negara berkembang dimana

Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris sama-sama mempunyai mekanisme untuk

mendukung negara berkembang menghadapi dampak dari perubahan iklim melalui

transfer teknologi. Mekanisme keikutsertaan dari setiap negara dalam National

75

UNFCCC, Copenhagen Accord, Desember 2009. 76

UNFCCC, Copenhagen Accord, Desember 2009 77

United Nations, “Paris Agreement” ,2015 [artikel on-line] tersedia di

https://unfccc.int/files/meetings/paris_nov_2015/application/pdf/paris_agreement_english_.pdf

Internet; diunduh pada 13 Maret 2018.

Page 63: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

50

Determined Contribution di kedua perjanjian pun juga mempunyai substansi yang

sama dimana keduanya menetapkan kontribusi dari setiap negara terhadap

pengaplikasian Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris sesuai dengan kapabilitas

dari negara tersebut.78

Kesamaan pada substansi dari Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris

membuat kedua perjanjian tersebut dapat dibandingkan satu sama lain dalam

menganalisa perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalammerespon hasil

perjanjian UNFCCC. Dapat dikatakan bahwa Perjanjian Paris merupakan perjanjian

yang mempunyai substansi atau isi yang sama dengan Copenhagen Accord tetapi

dengan data perubahan iklim yang sudah terlebih dahulu diperbaharui.

Amerika Serikat sendiri merupakan negara maju yang mempunyai peran cukup

penting dalam berjalannya perjanjian-perjanjian hasil pertemuan CoP, seperti

Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris. Dapat dikatakan Amerika Serikat

merupakan negara role model bagi negara-negara lain dalam mengikuti perjanjian-

perjanjian tersebut, maka respon dari Amerika sendiri menjadi cukup penting dalam

melihat apakah perjanjian perjanjian tersebut dapat benar-benar dilaksanakan dengan

baik. Tetapi respon ataupun kebijakan luar negeri Amerika Serikat pun sering

mengalami perubahan seiring dengan pergantian pemerintahan setiap tahunnya dalam

menghadapi perjanjian hasil UNFCCC.

78

United Nations, “Paris Agreement” ,2015 [artikel on-line] tersedia di

https://unfccc.int/files/meetings/paris_nov_2015/application/pdf/paris_agreement_english_.pdf

Internet; diunduh pada 13 Maret 2018.

Page 64: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

51

BAB III

KEBIJAKAN LUAR NEGERI PEMERINTAHAN AMERIKA

SERIKAT TERHADAP UNFCCC

A. Sistem Pemerintahan Amerika Serikat

Amerika Serikat sendiri merupakan negara besar yang mempunyai kapasitas

ekonomi yang besar dan juga sebagai negara superpower yang mempunyai pengaruh

cukup besar dalam tatanan sistem internasional. Negara tersebut juga dianggap

sebagai negara multikultural karena banyaknya imigran dari berbagai negara lain

yang datang ke Amerika untuk menetap.79

Amerika Serikat juga merupakan negara

yang menganut ideologi liberalisme sehingga membuat konsep demokrasi,

pemerintahan yang terbatas, dan kebebasan berekspresi sangatlah kuat mengakar

dalam dasar negara tersebut.

Dalam bidang ekonomi, Amerika Serikat menganut sistem ekonomi kapitalis

dimana pemerintahan Amerika sendiri tidak ikut campur pada hal apapun dalam

79

Stephen S. Birdsall, Garis Besar Geografi Amerika Serikat (Carolina: John Wiley & Sons,

Inc, 1992), 193-194.

Page 65: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

52

ekonomi yang terjadi di negaranya, sehingga membuat individu maupun perusahaan

swasta dapat dengan bebas menggunakan sumber ekonomi yang terdapat di negara

tersebut. Melalui sistem ekonomi kapitalis atau pasar bebas tersebut Amerika pun

menjadi salah satu negara dengan kapasitas ekonomi terbesar di dunia,80

terbukti

dengan mata uangnya yang dijadikan sebagai tolak ukur mata uang bagi berbagai

negara di dunia.

Terdapat aturan dasar yang mengatur jalannya pemerintahan secara keseluruhan

dan menjadi dasar hukum dari Amerika Serika, aturan dasar tersebut dikenal dengan

konstitusi dalam pemerintahan Amerika Serikat. Konstitusi tersebut dibentuk

semenjak tahun 1788, konstitusi tersebut bukan hanya sebagai sumber kekuasaaan

pemerintahan tetapi juga sebagai aturan dasar pemerintah untuk melindungi hak dari

mayarakat sipil sehingga kekuasaan pemerintan dapat dibatasi dan mencegah adanya

penyalahgunaan penggunaan kekuasaan pemerintah.81

Sistem politik Amerika Serikat sendiri menggunakan sistem bikameral atau

sering dikenal dengan Kongres dalam pemerintahan Amerika Serikat, dalam kongres

tersebut terdapat House of Representative dan Senate. Kongres Amerika Serikat

terdiri dari 535 anggota, yang dibagi dalam 435 anggota House of Representative dan

100 anggota Senate. Dalam setiap kamar di kongres tersebut terdapat partai mayoritas

dan minoritas yang menguasai proses pengambilan keputusan di setiap kebijakan

80

Birdsall, Garis Besar Geografi Amerika Serikat, 193-194. 81

White House, “The Constitution of The United States” ,1995 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.usconstitution.net/const.pdf Internet; diunduh pada 31 Maret 2018.

Page 66: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

53

yang dibentuk,82

partai mayoritas dan minoritas akan ditentukan oleh banyaknya

anggota partai yang menduduki kursi jabatan di dalam House of Representative dan

Senate.

Anggota House of Representative mempunyai wewenang untuk mengajukan

pendapatan UU, memanggil pejabat pemerintahan untuk dimintai

pertanggungjawabannya, dan memilih Presiden saat tidak ada mayoritas dalam

Electoral College. Sedangkan Senate mempunyai wewenang dalam persetujuan

ratifikasi dalam suatu perjanjian, menyetujui pengangkatan pejabat pemerintahan.

Disahkannya suatu undang-undang maupun meratifikasi suatu perjanjian harus dapat

disetujui terlebih dahulu oleh kedua Houses dalam Kongres Amerika Serikat.83

Dalam sistem politik Amerika yang bikameral tersebut terdapat dua partai besar

yang saling memperebutkan pengaruh untuk dapat mendominasi arah kebijakan dari

Pemerintahan Amerika Serikat, dua partai tersebut adalah Partai Demokrat dan Partai

Republik. Kedua partai tersebut dinilai sebagai kelompok kepentingan yang sangat

mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Amerika baik itu kebijakan

dalam negeri maupun kebijakan luar negerinya.84

82

G. Calvin Mackenzie, American Government: Politics and Public Policy (New York:

Random House, 1986), 99-101. 83

Mildred Amer, “Pages of the United States Congress: Selection, Duties, and Program

Administration” ,Mei 2008 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.senate.gov/reference/resources/pdf/98-758.pdf Internet; diunduh pada 04 April 2018. 84

Alexander DeConde, Richard Dean Burns, Fredrik Logevall, Encyclopedia of American

Foreign Policy (Charles Scribner’s Sons, 2002), 190.

Page 67: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

54

Jika kita lihat terdapat perbedaan yang sangat signifikan dalan budaya politik

dari kedua partai tersebut yang tentu sangat mempengaruhi tujuan dan sasaran

kebijakan luar negeri yang diambil. Seperti pada Partai Demokrat yang mempunyai

kebijakan yang lebih progresif dan lebih mendukung dengan masyarakat kalangan

menengah ke bawah, sedangkan budaya politik Partai Republik yang lebih

memperlihatkan kebijakan yang konservatif dan juga lebih mendukung masyarakat

menengah ke atas.85

Kedua partai besar tersebut saling bersaing untuk

memperebutkan kursi jabatan dalam pemerintahan.

Salah satu hal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat

adalah keadaan politiknya saat itu, terutama oleh keadaan partai mayoritas dan

minoritas dari Partai Demokrat dan Republik dalam kongres Amerika Serikat. Hal

tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam budaya politik mereka dalam

mengambiil keputusan untuk mengeluarkan kebijakan luar negeri.

Tentu selain kongres yang diisi oleh anggota Senat dan House of Representative

juga terdapat Presiden dari Amerika Serikat sendiri yang memutuskan arah dari

kebijakan luar negerinya. Presiden juga mempunyai pengaruh dalam proses

pembuatan kebijakan luar negeri. Hal-hal seperti, idiosikentrik, latar belakang

pendidikan, dan budaya politik partai dari Presiden tersebut tentu akan mempengaruhi

kebijakan luar negeri yang dibentuknya.

85

Ronja Ritthaler-Andree, “The U.S Climate Policy and The 2016 Presidential and

Congresseional Elections” ,2016 [artikel on-line]; tersedia di http://www.uni-

heidelberg.de/md/politik/harnisch/mitarbeiter/aa-r2e-no1.pdf. Internet; diunduh pada 25 Maret 2018.

Page 68: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

55

B. Respon Amerika Serikat Terhadap UNFCCC

Amerika Serikat sebagai negara maju dan salah satu negara penghasil emisi gas

rumah kaca terbesar di dunia tentu mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam

berlangsungnya suatu perjanjian, respon dari Amerika terhadap suatu perjanjian akan

dilihat oleh negara lain dan mempengaruhi keputusan negara lain dalam

keikutsertaannya di perjanjian tersebut. Banyak perjanjian yang sangat dipengaruhi

oleh respon dari Amerika Serikat seperti pada UNFCCC dan UNCED, UNFCCC

sendiri mempunyai fokus pada perbaikan dampak dari perubahan iklim sedangkan

UNCED mempunyai fokus pada pengembangan berkelanjutan dalam seluruh

lingkungan alam.86

UNFCCC dan UNCED sendiri tidak mengikat secara hukum atau Legally

Binding dan juga tidak dapat menetapkan secara paksa batasan wajib dari

pengeluaran emisi gas rumah kaca yang dapat dikeluarkan oleh negara tersebut.

Tetapi UNFCCC dapat diproyeksikan sebagai perjanjian yang mengikat secara

hukum atau Legally Binding jika protokol atau mekanisme yang dihasilkan oleh

UNFCCC menetapkan suatu batasan target emisi gas rumah kaca yang dikeluarkan

oleh negara tersebut dan mempunyai penegakan hukum yang mengikat. Seperti

86

Arya Hadi Dharmawan, et.al, SVLK, jalan menuju REDD++ (Jakarta: Forest Governance and

Multistakeholder Forestry Programme, 2011), 14.

Page 69: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

56

halnya pada Protokol Kyoto yang mempunyai batasan emisi gas rumah kaca yang

harus dipatuhi oleh setiap negara dan mekanisme untuk menegakan hal tersebut.87

Maka dari itu berbeda dengan UNCED, respon Amerika Serikat di dalam

UNFCCC dapat dikatakan lebih berpengaruh karena sifat protokol yang dihasilkan

oleh UNFCCC kadang dapat bersifat Legally Binding sehingga dapat membuat

Amerika Serikat ikut serta secara paksa dalam upaya UNFCCC untuk memperbaiki

dampak dari perubahan iklim. Dengan terikatnya secara hukum Amerika Serikat ke

dalam suatu perjanjian yang dihasilkan oleh UNFCCC tersebut akan membuat

perjanjian tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Walaupun begitu sejarah dari pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat

dapat dikatakan memperlihatkan kebijakan luar negeri yang negatif terhadap hasil

keputusan pertemuan di dalam UNFCCC, bahkan semenjak awal UNFCCC pertama

kali dibentuk. Pernyataan tersebut terbukti pada tahun 1992 dimana Amerika Serikat

yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden George Helbert Walker Bush menolak

untuk mengikuti Protokol Kyoto yang merupakan perjanjian UNFCCC, karena saat

itu Presiden Bush menganggap bahwa perubahan iklim belum benar-benar

memberikan efek yang signifikan.88

87

Arya Hadi Dharmawan, et.al, SVLK, jalan menuju REDD++ (Jakarta: Forest Governance and

Multistakeholder Forestry Programme, 2011), 14. 88

Miranda A. Schreurs, Enviromental Politics in Japan, Germany and the United States

(Cambridge: Cambridge University Press, 2004), 150-151.

Page 70: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

57

Selain Presiden Bush juga terdapat presiden-presiden Amerika lainnya yang

memiliki sikap yang sama ataupun berbeda dengang Bush dalam merespon perjanjian

yang dibentuk oleh UNFCCC. Seperti halnya Presiden Clinton yang memberikan

dukungan positif terhadap perbaikan dampak perubahan iklim, dan Presiden Bush Jr

yang memilik sikap yang kurang lebih sama dengan Presiden George W Bush dalam

merespon UNFCCC, sampai pada Presiden Obama yang benar-benar mendukung

secara positif hasil perjanjian dari UNFCCC dan bahkan meratifikasi salah satu

perjanjian yang dihasilkannya.

B.1. Masa Pemerintahan Presiden George Helbert Walker Bush

Pada saat masa pemerintahan Presiden George H W Bush terlihat Amerika

Serikat lebih memilih menggunakan kapasitas ekonomi negaranya untuk memenuhi

kepentingan nasional yang dianggap penting pada saat itu. Amerika Serikat lebih

memilih untuk menjaga kestabilitasan ekonomi di negaranya dibandingkan dengan

memperbaiki dampak dari munculnya perubahan iklim karena pada saat itu Presiden

Bush beranggapan bahwa perubahan iklim tidak sedang terjadi di dunia saat ini.

Ketidakpercayaan Presiden Bush terhadap isu perubahan iklim tentu

berpengaruh pada kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat,

khususnya pada bidang lingkungan alam. Anggapan Presiden Bush membentuk

Page 71: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

58

tindakan Amerika Serikat yang tidak ingin mendukung maupun mengikuti upaya

perbaikan dampak perubahan iklim, hal tersebut dibuktikan dengan tidak

didukungnya salah satu perjanjian UNFCCC yang berlaku saat itu yaitu Protokol

Kyoto. Presiden Bush mempunyai anggapan bahwa kepentingan nasional yang harus

dipenuhi oleh Amerika Serikat saat itu adalah kestabilitasan ekonomi dan bukan

perubahan iklim.

B.2. Masa Pemerintahan Presiden William Jefferson Clinton

Masa kepemimpinan Presiden Bush pun berganti dan Amerika Serikat dipimpin

oleh presiden yang berasal dari partai Demokrat, yaitu Presiden William Jefferson

Clinton. Hal ini menimbulkan Amerika Serikat yang lebih peduli terhadap isu

lingkungan yang terjadi karena seperti yang sudah diketahui sebelumnya partai

Demokrat mempunyai fokus pada bidang serikat pekerja, kontrol senjata dan juga isu

lingkungan. Dapat dilihat melalui kebijakan pro lingkungan yang dikeluarkan oleh

Presiden Clinton dalam usulan pajak British Thermal Unit atau BTU yang

dikeluarkan pada tahun 1993,89

BTU sendiri merupakan upaya pemerintahan Presiden

Clinton untuk memberikan pajak pada pencemar emisi gas rumah kaca berlebih.

89

Schreurs, Enviromental Politics in Japan, Germany, and The United States, 177-178.

Page 72: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

59

Walaupun kebijakan BTU tidak berhasil dikarenakan kongres yang tidak

mendukung kebijakan tersebut, tetap saja dapat dikatakan bahwa Presiden Clinton

merupakan presiden yang mempunyai sikap mendukung terhadap kebijakan yang

memperbaiki dampak dari perubahan iklim dibandingkan dengan presiden-presiden

Amerika Serikat sebelumnya.

Selain pada kebijakan BTU Presiden Clinton juga menunjukan dukungannya

terhadap perbaikan lingkungan dalam pertemuan UNFCCC, yaitu pada upaya

penandatanganan Protokol Kyoto. Tetapi seperti halnya kebijakan BTU upaya

penandatanganan Protokol Kyoto juga dicegah oleh kongres Amerika Serikat dan

pada akhirnya digagalkan.90

Hal tersebut tentu berpengaruh dalam menghambat

pelaksanaan dari Protokol Kyoto itu sendiri karena Amerika Serikat yang merupakan

negara kategori Annex I tidak mengikuti mekanisme dalam Protokol Kyoto.

B.3. Masa Pemerintahan Presiden George Walker Bush

Sampai pada masa pemerintahan Presiden Clinton berakhir dan digantikan oleh

Presiden George W Bush terlihat tidak ada kebijakan dari Amerika Serikat yang

benar-benar mendukung perbaikan dampak perubahan iklim. Presiden Bush Jr sendiri

merupakan presiden yang berasal dari Partai Republik sehingga bukan kejutan lagi

saat Amerika Serikat mengeluarkan sikap yang menentang hasil dari pertemuan

90

Schreurs, Enviromental Politics in Japan, Germany, and The United States, 177-178.

Page 73: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

60

UNFCCC, Presiden Bush Jr percaya bahwa Protokol Kyoto yang dihasilkan dari

pertemuan UNFCCC tidak dengan tepat dapat memperbaiki dampak dari perubahan

iklim yang terjadi di dunia saat ini.

Seperti halnya pernyataan dari Presiden Bush Sr, Presiden Bush Jr juga

mempercayai bahwa dengan mengikuti mekanisme dalam Protokol Kyoto maka akan

merugikan ekonomi Amerika Serikat dan menimbulkan gangguan pada stabilitas

perekonomian Amerika Serikat. Presiden Bush Jr juga percaya dengan tidak

dikategorikannya negara Cina dan Indian dalam kategori Annex I maka akan

membuat Protokol Kyoto menjadi tidak efektif dan merugikan negara-negara maju

yang mengikuti Protokol Kyoto.91

Penolakan Presiden Bush Jr terhadap perjanjian UNFCCC terus berlanjut pada

masa periode pemerintahannya, terlihat pada penolakan Protokol Kyoto yang terus

dilanjutkan oleh Amerika Serikat dalam pertemuan CoP ke 6,7, dan 8. Selain itu

Amerika Serikat juga menolak hasil pertemuan CoP ke 13 yang menghasilkan Bali

Road Map dengan alasan yang sama dalam penolakan mereka di dalam Protokol

91

The White House, “Text of a Letter from the President to Senators Hagel, Helms, Craig, and

Roberts” ,Maret 2001 [artikel on-line]; tersedia di https://georgewbush-

whitehouse.archives.gov/news/releases/2001/03/20010314.html Internet; diunduh pada 04 April 2018.

Page 74: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

61

Kyoto. Penolakan Amerika Serikat ini tentu sangat mempengaruhi jalannya

perjanjian yang berusaha disukseskan oleh UNFCCC.92

B.4. Masa Pemerintahan Presiden Barack Hussein Obama

Lalu masa pemerintahan Bush Jr pun berakhir dan digantikan oleh Barack

Hussein Obama pada tahun 2008 dimana hal ini membawa harapan baru pada

masyarakat internasional agar sikap Amerika Serikat dalam menghadapi perjanjian

yang dihasilkan oleh UNFCCC menjadi lebih positif karena seperti halnya Presiden

Clinton, Presiden Obama merupakan presiden yang berasal dari Partai Demokrat.

Pada masa awal periodenya menjabat menjadi Presiden yaitu tahun 2008

sampai dengan tahun 2012 Presiden Obama tidak benar-benar mengeluarkan

kebijakan yang mempunyai inisiatif untuk membantu UNFCCC dalam tujuannya

mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim. Kerjasama antara Pemerintahan

Amerika yang dipimpin oleh Presiden Obama dengan UNFCCC tidak berjalan

92

International Institute for Sustainable Development, “Earth Negotiations Bulletin” ,Vol. 12

No. 354, Desember 2007 [jurnal on-line]; tersedia di http://enb.iisd.org/download/pdf/enb12354e.pdf.

Internet; diunduh pada 04 April 2018.

Page 75: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

62

dengan apa yang diharapkan sebelumnya karena ketiadaan kebijakan Amerika Serikat

dalam perubahan iklim di area internasional.93

Terlihat adanya kebijakan yang mendukung perubahan iklim dari Amerika

Serikat seperti dalam peningkatan bantuan internasional dalam Reducing Emissions

from Deforestation and Forest-Degradation (REDD) menjadi 300 Miliar dolar

amerika dan meyumbang 3 biliun dolar amerika lainnya sebagai bantuan finansial

dalam Green Climate Fund pada tahun 2014.94

Walaupun begitu Amerika Serikat

tetap menahan diri dari mendukung dan bergabung dengan perjanjian internasional

yang mengikat mengenai kebijakan perubahan iklim, seperti halnya pada perjanjian

yang dibentuk oleh UNFCCC.

Terdapat beberapa proposal kebijakan dari pemerintahan legislaif Amerika

Serikat yang seharusnya dapat mendukung tujuan dari UNFCCC dengan mengurangi

emisi gas rumah kaca dan penggunaan energi terbarukan, tetapi proposal-proposal

tersebut pada akhirnya tidak dapat benar-benar terealisasi dan gagal akibat kurangnya

dukungan dari Presiden Obama dan juga Kongres. Proposal kebijakan seperti

American Clean Energy and Security Act dan American Clean Leadership Act pada

93

Ronja Ritthaler-Andree, “The U.S Climate Policy and The 2016 Presidential and

Congresseional Elections” ,2016 [artikel on-line]; tersedia di http://www.uni-

heidelberg.de/md/politik/harnisch/mitarbeiter/aa-r2e-no1.pdf. Internet; diunduh pada 25 Maret 2018. 94

White House, “Fact Sheet: United States Support for Global Efforts to Combat Carbon

Pollution and Build Resilience” ,2014 [artikel on-line]; tersedia di

https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2014/11/15/fact-sheet-united-states-support-

global-efforts-combat-carbon-pollution- Internet; diunduh pada 31 Maret 2018.

Page 76: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

63

tahun 2009 yang berusaha untuk menerapkan penggunaan energi terbarukan dalam

Amerika Serikat segara ditolak oleh Kongres Amerika Serikat.95

C. Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam UNFCCC

Sangat terlihat bahwa dalam masa periode pertama Presiden Obama memimpin

Amerika Serikat tidak terdapat kebijakan luar negeri yang benar-benar secara efektif

mendukung perbaikan dampak negatidf dari perubahan iklim. Periode Presiden

Obama yang dimulai semenjak tahun 2008 sampai pada tahun 2012 tersebut

memperlihatkan sikap yang tidak terlalu mendukung terhadap perjanjian yang

dikeluarkan oleh UNFCCC, terbukti dengan tidak adanya ratifikasi maupun

penandatanganan Protkol Kyoto oleh Amerika Serikat pada masa periode pertama

Presiden Obama memimpin.

Tetapi sifat yang ditunjukan oleh Presiden Obama dengan tidak mendukung

perjanjian dari UNFCCC tidak seterusnya ditunjukan dalam masa periode kedua dari

kepemimpinannya. Barack Obama tidak hanya menjadi Presiden dari Amerika

Serikat pada periode tahun 2008 sampai dengan 2012 saja, tetapi juga menjadi

Presiden Amerika Serikat di periode keduanya pada tahun 2013 sampai dengan 2016.

Dalam periode kedua dalam kepemimpinannya, Presiden Obama tidak menunjukan

95

Federal Election Commission, “2010 Election Results” ,2010 [artikel on-line]; tersedia di

https://classic.fec.gov/pubrec/fe2012//tables2012.pdf Internet; diunduh pada 05 April 2018.

Page 77: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

64

sifat yang sama terhadap UNFCCC, yaitu dengan menunjukan sifat yang lebih

mendukung dan positif terhadap perjanjian yang dibentuk oleh UNFCCC.

Keinginan untuk bekerja sama dengan UNFCCC dalam menghadapi perubahan

iklim ditunjukan oleh Presiden Obama dengan berbagai kebijakan, dimana salah

satunya yang sangat berpengaruh bagi berjalannya perjanjian UNFCCC adalah

dengan ratifikasi Perjanjian Paris di tahun 2016. Peratifikasian Perjanjian Paris oleh

Amerika Serikat merupakan peristiwa penting, karena ratifikasi Perjanjian Paris oleh

Amerika Serikat secara tidak langsung telah membantu jalannya pelaksanaan

Perjanjian Paris dengan menghilangkan hambatan tersebesar dalam

pengaplikasiannya yaitu Amerika Serikat itu sendiri.

Peratifikasian Perjanjian Paris dilaksanakan oleh Amerika Serikat pada

September 2016 dimana Pemerintahan Amerika Serikat menyetujui Perjanjian yang

dihasilkan oleh UNFCCC, yaitu Perjanjian Paris pada periode pemerintahan Presiden

Obama.96

Hal tersebut membuktikan bahwa Presiden Obama memang mempunyai

arah kebijakan luar negeri yang mendukung pada perbaikan dampak negatif dari

perubahan iklim.

Dalam proses peratifikasian Perjanjian Paris terdapat beberapa hambatan yang

ditemui oleh Presiden Obama, salah satunya adalah hambatan dari dalam Kongres

96

United Nations Framework Convention on Climate Change, “Paris Agreement – Status of

Ratification” ,12 Desember 2015 [artikel on-line]; tersedia di

http://unfccc.int/paris_agreement/items/9444.php Internet; diunduh pada 04 April 2018.

Page 78: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

65

Amerika Serikat itu sendiri. Karena pada tahun 2014 keanggotaan di dalam Kongres

berisi 54 dari anggota Senate dan 247 dari anggota House of Representative

merupakan anggota yang berasal dari Partai Republik sehingga membuat Partai

Republik menjadi partai mayoritas di dalam Kongres pada periode kedua

pemerintahan Presiden Obama, mayoritas anggota Republik di dalam Kongres

dibandingkan dengan Partai Demokrat membuat kebijakan dalam mendukung

perbaikan perubahan iklim pun menjadi terhambat.97

Begitu juga dengan tahun 2016 dimana Partai Republik sekali lagi menjadi

partai mayoritas di dalam kongres yaitu dengan 52 anggota Partai Republik di dalam

Senat dan 241 anggota Partai Republik di dalam House of Representative. Dengan

adanya mayoritas Partai republik di kedua kamar dalam kongres tentu semakin

menyulitkan Presiden Obama untuk meratifikasi Perjanjian Paris, terutama

dikarenakan kebijakan luar negeri harus terlebih dahulu diproses dan disetujui oleh

Kongres terlebih dahulu.

Dengan hilangnya dukungan dari Kongres karena adanya mayoritas dari Partai

Republik di House of Representative dan House of Senate, maka Presiden Obama

memilih untuk tidak menggunakan mekanisme yang biasanya digunakan dalam

proses pembuatan kebijakan luar negeri dan lebih memilih untuk menggunakan

haknya sebagai lembaga eksekutif yaitu Sole Executive Agreement dimana Presiden

97

Federal Election Commission, “2014 Election Results” ,2014 [artikel on-line] tersedia di

https://classic.fec.gov/pubrec/fe2014//tables2014.pdf Internet; diunduh pada 05 April 2018.

Page 79: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

66

Obama dapat menyetujui dan meratifikasi suatu perjanjian tanpa masukan dan

partisipasi dari Kongres.98

Keputusan sepihak dari Presiden Obama yang tidak

memperhatikan masukan dari kongres tersebut tentu menimbulkan reaksi negatif dari

para anggota Kongres.

Sole Executive Agreement sendiri merupakan hak spesial dari Presiden Amerika

Serikat yang memberikan wewenang bagi Presiden Obama untuk menyetujui ataupun

menyepakati suatu perjanjian sebagai lembaga eksekutif tanpa melalui proses

partisipasi dari anggota Kongres.99

Presiden Obama menggunakan wewenangnya

dalam Sole Executive Agreement karena tidak adanya dukungan dari dalam Kongres

untuk mengikuti ataupun meratifikasi Perjanjian Paris

Persetujuan perjanjian internasional yang dilakukan melalui hak wewenang

lembaga eksekutif saja dan tidak melewati perstujuan ataupun partisipasi dari kongres

dinamakan sebagai Sole Executive Agreement. Presiden mempunyai kekuasaan untuk

segera menyetujui atau mengikuti suatu perjanjian internasional dan tidak harus

menegosiasikan keputusan tersebut dengan kongres terlebih dahulu untuk

mendapatkan persetujuan.100

98

Valerie Richardson, “White House defends Obama evading Senate on Paris climate deal”,

Washington Times, 29 Agustus 2016, diakses dari

https://www.washingtontimes.com/news/2016/aug/29/obama-will-bypass-senate-ratify-paris-climate-

acco/ Pada 10 April 1996. 99

Glen S. Krutz & Jeffrey S. Peake, Treaty Politics and The Rise of Executive Agreements

(Michigan: The University of Michigan Press, 2009), 30-34. 100

Richard F. Grimmett, CRS Report for Congress: Foreign Policy Roles of The Presiden and

Congres (Washington:The Library of Congress, June 1999), 7-8.

Page 80: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

67

Amerika Serikat sendiri mempunyai kebijakan dalam negeri yang memberikan

otoritas kepada Presiden Obama untuk menggunakan wewenang Sole Executive

Agreement nya untuk meratifikasi Perjanjian paris. Seperti pada Clean Air Act bagian

617 yang mengarahkan Presiden untuk masuk ke dalam perjanjian internasional

melindungi stratosfer, lalu juga terdapat dalam Global Climate Protection Act bagian

1103 (a)(4) yang mengarahkan Amerika Serikat untuk mengikuti perjanjian

multilateral.

Banyaknya kebijakan dalam negeri yang memberikan otoritas kepada Presiden

untuk mengikuti perjanjian internasional tersebut membuat Presiden Obama dapat

mengatasi hambatan yang dihadapinya pada kongres dalam meratifikasi perjanjian

Paris, yaitu dengan menggunakan wewengannya dalam Sole Executive Agreement.

Presiden Obama telah membawa arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang

awalnya tidak mendukung ataupun menyetujui perjanjian yang dihasilkan oleh

UNFCCC menjadi mendukung dan bahkan meratifikasinya, yang mana dilakukannya

dalam Perjanjian Paris.

Page 81: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

68

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI

PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA

SERIKAT DALAM PERJANJIAN UNFCCC

Jika dilihat secara seksama terdapat perbedaan yang cukup signifikan dari

tindakan yang dilakukan oleh Presiden Obama pada dua periode kepresidenan yang ia

jalani. Pada periode pertamanya walaupun Presiden Obama sudah menunjukan

dukungan terhadap upaya perbaikan iklim, belum ada tindakan nyata yang

merepresentasikan pernyataan tersebut dalam skala internasional. Seperti halnya pada

saat Presiden Obama dihadapkan pada Copenhagen Accord yang merupakan

perjanjian hasil pertemuan CoP ke 15, Presiden Obama tidak menyetujui dan bahkan

tidak mendukung Copenhagen Accord yang akhirnya membuat perjanjian tersebut

tidak terlaksana dengan baik.

Sedangkan dalam periode kedua kepresidenannya terdapat tindakan yang nyata

diberikan oleh Presiden Obama dalam mendukung perbaikan dampak perubahan

iklim yaitu pada ratifikasi Perjanjian Paris di pertemuan CoP ke 21, perubahan ini

Page 82: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

69

tentu menimbulkan pertanyaan dimana terdapat dua tindakan ataupun kebijakan luar

negeri yang berbeda terhadap isu yang sama yaitu isu perubahan iklim. Dalam

menganalisa perbedaan tersebut terdapat beberapa instrumen analisa yang dapat

digunakan untuk dapat menjelaskan fenomena yang terjadi, salah satunya adalah

Decision making Analysis dimana tindakan yang dilakukan oleh Presiden Obama

tersebut akan dianalisa melalui proses pembuatan kebijakan luar negeri yang mana

terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan luar

negeri tersebut, seperti Faktor Internal, Faktor Eksternal, dan Kepentingan Nasional.

Selain adanya kepentingan nasional yang merupakan salah satu faktor

pendorong peratifikasian Perjanjian Paris dari Amerika Serikat, terdapat juga faktor-

faktor lain yang dapat mempengaruhi tindakan Amerika Serikat sehingga dapat

berujung pada diratifikasinya Perjanjian Paris. Menurut Rosenau faktor yang dapat

mempengaruhi kebijakan luar negeri atau tindakan dari suatu negara dapat dilihat

melalui dua faktor yaitu faktor lingkungan eksternal dan internal,101

dalam

pemerintahan Amerika Serikat juga berlaku dimana terdapat faktor lingkungan

eksternal dan internal yang mempengaruhi tindakan Amerika Serikat dalam

meratifikasi Perjanjian Paris

101

James N. Rosenau, Gavin boyd, Kenneth W. Thompson, World Politics: An Introduction

(New york: The Free Press, 1976), 15-18.

Page 83: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

70

A. Faktor Internal

Faktor internal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan

Amerika Serikat dalam meratifikasi Perjanjian Paris. Terdapat beberapa instrumen

dalam faktor internal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara, seperti

keadaan ekonomi, politik, dan juga opini publik negara tersebut. Dalam kasus ini,

peratifikasian Perjanjian Paris oleh Barrack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat

saat itu akan dianalisa melalui faktor internal dimana dilihat instrumen

kerasionalitasan dari Barrack Obama selaku Presiden dan opini publik dari

masyarakat Amerika Serikat.

A.1. Kerasionalitasan Presiden Barrack Obama

Telah dijelaskan sebelumnya dalam konsep Decision Making Analysis bahwa

terdapat beberapa hal yang mempengaruhi proses pembuatan kebijakan luar negeri

suatu negara dimana salah satunya adalah aktor rasional yang memimpin negara

tersebut.102

Jika konsep tersebut diterapkan dalam analisa penelitian ini maka

Presiden Barrack Obama dapat dilihat sebagai aktor rasional yang mempengaruhi

kebijakan luar negeri Amerika Serikat pada masa pemerintahannya.

Sebagai aktor rasional akan dilihat terlebih dahulu biografi dan latar belakang

dari Presiden Barrack Obama sehingga dapat dianalisa lebih jauh pengaruh dari

Barrack Obama sebagai individu terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

102

Rosenau, World Politics: An Introduction , 15-18.

Page 84: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

71

Barrack Obama lahir di negara bagian Honolulu pada tahun 1961, pada tahun 1979 ia

lulus dari Akademi Punahou dengan penghargaan akademik, selain itu dari

pembelajarannya di akademik tersebut Obama menyadari krisis dari isu rasial yang

ada di sekitarnya karena dalam akademi hanya terdapat tiga murid Afrika-Amerika

dan ia merupakan salah satunya.103

Setelah lulus dari sekolah tingginya Obama melanjutkan kuliah di Perguruan

tinggi Los Angeles selama dua tahun setelah itu ia ditransfer ke Universitas Kolombia

dan lulus pada tahun 1983 dengan gelar di ilmu politik. Pada tahun 1989 Obama

bergabung dengan tim Profesor Laurance Tribe sebagai asisten peneliti di Universitas

Hukum Havard, disana Profesor Tribe melihat bahwa Obama merupakan seorang

individu yang ingin membuat perbedaan dalam masyarakat dan komunitas.104

Latar belakang dari Barrack Obama tersebut telah membuatnya memilih Partai

Demokrat sebagai partai yang akan didukungnya, hal tersebut dikarenakan adanya

kesamaan prinsip dan pemikiran yang dimiliki oleh Barrack Obama dengan Partai

Demokrat. Hal tersebut tentu ikut mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dibentuk

pada saat Obama menjadi Presiden Amerika Serikat.

Masuknya Obama ke dalam dunia politik Amerika Serikat dapat dihitung

semenjak tahun 1996 dimana ia memenangkan eleksi sebagai seorang Demokrat dan

103

The Biography, “Barrack Obama Biography”, A&E Television Networks, 09 Maret 2018

[artikel on-line]; tersedia di: https://www.biography.com/people/barack-obama-12782369 Internet;

diunduh pada 03 Mei 2018. 104

The Biography, “Barrack Obama Biography”.

Page 85: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

72

menjadi senator di negara bagian Illinois. Dalam masa pengabdiannya di Illinois ia

berfokus pada peningkatan taraf hidup masyarakat Illinois, hal ini memperlihatkan

bahwa bahkan semenjak tindakan pertamanya di dalam pemerintahan Amerika

Serikat merupakan tindakan yang selalu mendukung dan mensejahterakan masyarakat

yang ia wakili dan hal tersebut ia representasikan melalui kebijakan yang mendukung

bantuan kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat Illinois.

Lalu pada tahun 2004 Obama menjadi anggota Senat Amerika Serikat. Pada

saat ia menjadi Senat terdapat beberapat kebijakan yang ia dukung seperti

mendukung adaya pengembangan energi alternatif untuk digunakan oleh mayarakat

Amerika Serikat,105

tindakan Obama yang dilakukannya pada saat ia menjadi anggota

Senat tersebut memperlihatkan bahwa individu Barrack Obama merupakan individu

yang mempunyai kepentingan dalam melindung lingkungan alam dimana salah satu

cara untuk memenuhi kepentingan tersebut adalah dengan mendorong penggunaan

energi alternatif.

Pada tahun 2008 Obama menjadi Presiden Amerika Serikat ke 44 dan juga

menjadi Presiden Afrika-Amerika pertama untuk Amerika Serikat. Dalam pidato

inagurasinya di tahun 2008, Obama berkata bahwa terdapat beberapa isu yang akan ia

fokuskan untuk diselesaikan karena isu tersebut dianggap sebagai isu yang harus

segera diatasi oleh Obama. Adapun isu-isu tersebut adalah reformasi finansial,

perlindungan kesehatan dan juga energi alternatif.

105

The Biography, “Barrack Obama Biography”.

Page 86: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

73

Lalu Obama terpilih lagi menjadi Presiden di tahun 2012 dan membuatnya

memimpin Amerika Serikat pada periode kedua kepresidenannya. Pada pidato

inagurasinya tahun 2012 Obama lagi-lagi menekankan betapa pentingnya isu

lingkungan dan bahkan mengumumkan harus adanya tindakan internasional untuk

menangani isu perubahan iklim yang sedang terjadi di dunia saat ini.106

Pernyataannya tersebut didemonstrasikannya pada CoP ke 21 di Paris pada tahun

2015 yaitu dengan mendukung Perjanjian Paris yang merupakan hasil dari pertemuan

tersebut.

Selain sejarah dari Presiden Obama, juga akan dilihat melalui idiosinkratik

Barack Obama sebagai presiden dari Amerika Serikat. Idiosinkratik akan melihat

nilai atau prinsip yang dianut, pengalaman, bakat, dan kepribadian politik dari aktor

rasional itu sendiri. Dalam kasus ini nilai, pengalaman, maupun kepribadian politik

dari Barack Obama memperlihatkan sifat positif terdapat pembuatan kebijakan luar

negeri yang mendukung perbaikan lingkungan alam yang telah rusak.

Hal tersebut dibuktikan dengan Barack Obama yang mempunyai prinsip untuk

segera memperbaiki dampak dari perubahan iklim, juga jika dilihat dari pengalaman

Barack Obama sendiri terdapat banyak kebijakan dalam negeri yang mendukung

perbaikan lingkungan alam di sekitar Amerika Serikat. Selain itu kepribadian politik

dari Barack Obama terceminkan pada partai politik yang ia ikuti yaitu Partai

Demokrat, dimana partai ini melihat isu lingkungan hidup merupakan isu yang cukup

106

The Biography, “Barrack Obama Biography”.

Page 87: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

74

penting untuk segera ditangani dan menganggap harus ada kebijakan luar negeri

untuk segera mengatasi isu perubahan iklim yang ada saat ini.

Barrack Obama sendiri mempunyai pribadi diri yang selalu berfokus pada

lingkungan alam di dunia dimana salah satu isu yang sangat mengkhawatirkan saat

ini adalah isu perubahan iklim. Presiden Obama mempunyai anggapan bahwa

perubahan iklim merupakan ancaman yang serius bagi dunia ini, hal tersebut

dibuktikan dengan banyaknya fenomena alam yang terjadi di sepuluh tahun terakhir

ini seperti meningkatnya level air pasang laut, pola-pola musim yang berubah, badai

yang lebih sering terjadi, hutan dan terumbu karang yang mati, juga meningkatnya

penyakit saluran pernafasan.107

Perubahan iklim merupakan ancaman yang nyata dan ancaman ini dipercepat

oleh pelepasan karbon dioksida secara terus menerus di negara-negara penghasil

karbondioksida terbesar di dunia seperti Amerika Serikat, maka Obama berfokus

pada pembatasan pelepasan karbon dioksida di Amerika Serikat dengan menciptakan

sumber energi alternatif yang terbarukan dan bersih sehingga masyarakat Amerika

dapat menghilangkan ketergantungannya pada industri minyak yang akhirnya akan

menurunkan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh Amerika Serikat. Hal ini

107

Barack Obama, Barack Obama Menerjang Harapan (Jakarta:UFUK Press, 2007), 528-529.

Page 88: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

75

membuktikan bahwa Obama merupakan pribadi diri yang peduli terhadap isu

lingkungan alam seperti perubahan iklim.108

Dapat dilihat bahwa Barrack Obama mempunyai pemikiran yang positif

mengenai perubahan iklim. Obama melihat bahwa Amerika Serikat merupakan

negara penghasil emisi karbon terbesar kedua di dunia dan harus ada tindakan yang

dilakukan oleh Amerika Serikat sebagai bentuk tanggung jawab terhadap peningkatan

emisi gas karbon di dunia saat ini. Maka pada tahun 2016 Obama akhirnya

meratifikasi Perjanjian Paris sebagai bentuk keikutsertaan Amerika Serikat dalam

mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim.

Bahkan semenjak awal karir politiknya dimulai Obama sudah memperlihatkan

sikap yang mendukung perbaikan lingkungan hidup, hal tersebut berlanjut sampai

periode pertama kepresidenannya tetapi belum ada tindakan internasional yang nyata

dilakukan oleh Presiden Obama saat itu. Hal tersebut dapat terlihat dalam tindakan

Amerika Serikat yang tidak mendukung Copenhagen Accord dikarenakan

Copenhagen Accord tidak dianggap sebagai mekanisme yang tepat untuk menghadapi

dampak perubahan iklim dan juga karena opini masyarakat Amerika Serikat yang

masih belum melihat Perubahan iklim sebagai ancaman yang nyata dan serius.

Sedangkan pada periode kedua kepemimpinannya pada tahun 2012 sampai

dengan tahun 2016, Presiden Obama memberikan tindakan yang nyata terhadap

108

Barack Obama, Barack Obama Menerjang Harapan, 528-529.

Page 89: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

76

keberlangsungan perbaikan dampak perubahan iklim yaitu dengan meratifikasi

Perjanjian Paris. Dalam meratifikasi Perjanjian Paris itu sendiri, Presiden Obama

tidak menggunakan mekanisme yang biasanya digunakan dalam pemerintahan

Amerika Serikat tetapi lebih memilih untuk menggunakan wewenang eksekutifnya

yaitu melalui Sole Executive Agreement. Ratifikasi Perjanjian Paris merupakan salah

satu tindakan Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh Presiden Obama sebagai aktor

rasional

A.2. Opini Publik Amerika Serikat Terhadap Isu Perubahan Iklim

Selain wewenang eksklusif dari Presiden Obama dalam Sole Executive

Agreement terdapat juga beberapa hal lainnya yang mempengaruhi secara internal

tindakan internasioanl yang dilakukan oleh Presiden Obama dalam merespon kedua

perjanjian yang sebelumnya dibahas. Dalam Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris

terdapat respon yang berbeda dari Presiden Obama dan yang mempengaruhi

pebedaan tersebut bukan hanya idiosinkratik dari Barrack Obama saja tetapi juga

dukungan publik Amerika Serikat terhadap isu lingkungan hidup.

Dalam setiap pengambilan keputusan kebijakan luar negeri oleh pemerintahan

Amerika Serikat akan selalu ada kepentingan dari masyarakan Amerika Serikat itu

sendiri maka dari itu dukungan dari publik Amerika Serikat tentu akan

Page 90: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

77

mempengaruhi arah dari kebijakan luar negerinya. Presiden Obama sebagai aktor

rasional tentu akan selalu melihat dukungan dari masyrakatnya, seperti arah dari

dukungan dan kepentingan mana yang harus dipenuhi untuk dapat mensejahterakan

masyarakatnya.

Dalam menganalisa suatu sikap politik, opini publik merupakan salah satu hal

yang harus diperhatikan karena melalui perubahan dalam opini publik akan

berpengaruh terhadap kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh pemimpin oleh

negera tersebut. Lebih tepatnya dapat dikatakan bahwa opini publik suatu negara

akan sangat mencerminkan kebijakan luar negeri yang dikeluarkannya.109

Dalam isu

lingkungan hidup di Amerika Serikat juga terdapat opini publik yang membentuk

arah dari tindakan dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam merespon

perjanjian yang ditawarkan oleh UNFCCC.

Jika publik menginginkan suatu kebijakan untuk terealisasikan maka tentu

kebijakan tersebut seharusnya segera dilakukan oleh pemerintahan Amerika Serikat

karena pemerintahan Amerika Serikat mewakili kepentingan masyarakatnya. Pada

tahun 2009 71% masyarakat Amerika Serikat mempunyai opini agar pemerintahan

Presiden Obama berfokus pada kebijakan dalam negerinya, 11% ingin agar Presiden

Obama berfokus pada kebijakan luar negeri dan sisanya 14% ingin fokus kepada

109

Gary W Cox, Making Votes Counts: Strategic Coordination in the World Electoral Systems

(Cambridge:Cambridge University Press, 1997), 1-7.

Page 91: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

78

keduanya.110

Maka dapat dianalisa bahwa Presiden Obama melihat opini masyarakat

Amerika Serikat saat itu dan memutuskan untuk tidak membentuk kebijakan yang

terlalu berfokus pada kebijakan luar negeri.

Terlebih lagi pada tahun 2009 hanya sebesar 30% dari keselurahan opini publik

Amerika Serikat yang mengingikan isu perubahan iklim menjadi prioritas utama

dalam fokus proses pembuatan kebijakan luar negeri pemerintahan Amerika Serikat

saat itu. Opini publik Amerika Serikat saat itu masih menjadikan pertumbuhan

ekonomi sebagai prioritas utama dalam fokus pembuatan kebijakan Amerika

Serikat.111

Opini dari masyarakat Amerika Serikat tersebut membuat Presiden Obama

bertindak sebagai aktor rasional dan berusaha untuk memenuhi kepentingan nasional

dari masyarakat Amerika Serikat.

Survey pada opini publik Amerika Serikat tersebut membuktikan bahwa pada

periode pertama Presiden Obama memimpin sebagai Presiden Amerika Serikat belum

ada dorongan dari masyarakat Amerika Serikat sendiri untuk mengeluarkan kebijakan

atau tindakan internasional pada upaya memperbaiki dampak negatif dari perubahan

iklim di tatanan sistem internasional. Opini Masyarakat Amerika tersebut

memberikan pengaruh pada keputusan Presiden Obama pada tindakan

110

Pew Research Center U.S Politics & Policy, “Economy, Jobs Trump All Other Policy

Priorities In 2009” ,Pew Research Center, 22 Januari 2009 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.people-press.org/2009/01/22/economy-jobs-trump-all-other-policy-priorities-in-2009/

Internet; diunduh pada 12 Mei 2018. 111

Pew Research Center U.S Politics & Policy, “Economy, Jobs Trump All Other Policy

Priorities In 2009” ,Pew Research Center, 22 Januari 2009 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.people-press.org/2009/01/22/economy-jobs-trump-all-other-policy-priorities-in-2009/

Internet; diunduh pada 12 Mei 2018.

Page 92: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

79

internasionalnya untuk tidak mendukung dan meratifikasi Copenhagen Accord karena

Presiden Obama melihat kepentingan nasional Amerika Serikat pada saat itu tidak

berfokus pada isu lingkungan alam.

Jika dilihat sebenarnya peningkatan kepercayaan dari opini masyarakat

Amerika Serikat terhadap terjadinya isu pemanasan global akibat dari perubahan

iklim sudah mulai meningkat pada tahun 2014 dimana terdapat 63% masyarakat

Amerika Serikat yang percaya bahwa pemanasan global benar-benar terjadi.112

Peningkatan tersebut tentu cukup mempengaruhi pemikiran Presiden Obama terhadap

keinginan Masyarakatnya atas kebijakan luar negeri yang dapat memperbaiki dampak

dari perubahan iklim dan pemanasan global.

Sedangkan pada tahun 2016 atau pada periode kedua kepresidenan Obama,

opini publik terhadap isu lingkungan alam berubah. Pada tahun 2016 sendiri, 70%

masyarakat Amerika Serikat beranggapan bahwa pemanasan global sedang terjadi di

dunia saat ini dan 69% masyarakat Amerika Serikat mendukung adanya kebijakan

untuk membatasi gas CO2 yang dikeluarkan pembangkit listrik bertenaga batu

bara.113

sehingga tentu membuat keadaan domestik Amerika Serikat yang berubah

112

Jennifer Marlon, Peter Howe, Matto Mildenberger, dan Anthony Leiserowitz, “Yale Climate

Opinion Maps – U.S. 2014” ,Yale Program on Climate Change Communication, 2016 [artikel on-line];

tersedia di http://climatecommunication.yale.edu/visualizations-data/ycom/ Internet, diuduh pada 09

Juli 2018. 113

Jennifer Marlon, Peter Howe, Matto Mildenberger, dan Anthony Leiserowitz, “Yale Climate

Opinion Maps – U.S. 2016” ,Yale Program on Climate Change Communication, 2016 [artikel on-line];

tersedia di http://climatecommunication.yale.edu/visualizations-data/ycom-us-

2016/?est=happening&type=value&geo=county Internet; diunduh pada 13 Mei 2018.

Page 93: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

80

dan lebih mendukung terhadap kebijakan UNFCCC yang membatasi emisi gas rumah

kaca.

Presiden Obama melihat adanya perubahan dalam opini publik Amerika Serikat

terhadap isu lingkungan. Pada awalnya tidak banyak dari masyarakat Amerika Serikat

yang fokus ataupun mendukung adanya kebijakan Amerika Serikat yang mendukung

upaya UNFCCC untuk memperbaiki dampak negatif dari perubahan iklim, tetapi

opini publik tersebut berubah dan cukup banyak dari masyarakat yang menginginkan

adanya keikutsertaan dari Amerika Serikat pada perjanjian yang dibentuk oleh

UNFCCC untuk memperbaiki dampak dari perubahan iklim.

Maka dari itu adanya perubahan dalam opini publik Amerika Serikat juga telah

merubah pandangan Presiden Obama terhadap kepentingan nasional yang ingin

dipenuhi oleh masyarakat Amerika Serikat. Opini publik Amerika Serikat yang

awalnya tidak berfokus pada isu perubahan iklim membuat Presiden Obama tidak

mendukung dan meratifikasi Copenhagen Accord tetapi opini publik tersebut berubah

menjadi lebih peduli terhadap isu perubahan iklim sehingga membuat Presiden

Obama mengambil keputusan untuk meratifikasi Perjanjian Paris untuk dapat

memenuhi kepentingan nasional masyarakat Amerika Serikat yang juga berubah.

Page 94: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

81

B. Faktor Eksternal

Selain faktor internal terdapat juga faktor eksternal yang dapat mempengaruhi

kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam mengubah tindakan internasionalnya

yang awalnya tidak mendukung dan meratifikasi perjanjian yang dibentuk oleh

UNFCCC pada tahun 2008 yaitu Copenhagen Accord menjadi tindakan internasional

yang mendukung dan meratifikasi perjanjian hasi pertemuan UNFCCC yaitu

Perjanjian Paris.

Menurut Rosenau terdapat beberapa instrumen yang terdapat di dalam faktor

eksternal, yaitu antara lain adalah hubungan negara tersebut dengan negara-negara

lain di tatanan sistem internasional.114

Dalam menganalisa faktor eksternal yang

mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat, terlebih dahulu harus dilihat

hubungan Amerika Serikat dengan dengan negara-negara lain dalam isu lingkungan.

Berdasarkan sejarah Amerika Serikat banyak presiden Amerika Serikat yang

tidak mendukung perjanjian hasil pertemuan UNFCCC yang diadakan setiap

tahunnya. Hal tersebut menimbulkan banyaknya respon negatif dari negara-negara

lain terhadap Amerika Serikat yang tidak mendukung sama sekali hasil pertemuan

UNFCCC, salah satu contohnya adalah pada Copenhagen Accord dimana Amerika

Serikat tidak mendukung dan meratifikasi perjanjian tersebut sehingga membuat

114

James N. Rosenau, Gavin boyd, Kenneth W. Thompson, World Politics: An Introduction

(New york: The Free Press, 1976), 15-18.

Page 95: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

82

Copenhagen Accord tidak terlaksana dengan baik dan banyak negara lain yang

menekan Amerika Serikat karena tidak meratifikasi Copenhagen Accord.

B.1. Tekanan Internasional

Penolakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang pada saat itu dipimpin

oleh Presiden Obama terhadap Copenhagen Accord tentu telah menimbulkan kesan

yang negatif kepada negara-negara lain yang meratifikasi Copenhagen Accord.

Banyak negara anggota UNFCCC yang telah medorong Amerika Serikat untuk

segera meratifikasi Copenhagen Accord tetapi pada akhirnya upaya tersebut tidak

berhasil dan Amerika Serikat tetap pada keputusannya untuk tidak meratifikasi

Copenhagen Accord. Hal itu membuat banyak negara anggota UNFCCC kecewa

terhadap tindakan Amerika Serikat tersebut.

Ketidaksertaan Amerika Serikat dalam mendukung Copenhagen Accord telah

membuat perjanjian itu sendiri menjadi tidak dapat terlaksana dan tentu hal tersebut

menimbulkan reaksi yang negatif dari negara-negara lain, akibat itu Amerika Serikat

dianggap oleh banyak negara sebagai negara yang tidak melihat isu perubahan iklim

merupakan isu yang serius dan harus segera diatasi. Reputasi Amerika Serikat

menjadi buruk di mata dunia sebagai negara yang tidak ingin membantu mengatasi

dampak perubahan iklim di dunia.

Page 96: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

83

Kesan negatif yang dimiliki oleh Amerika Serikat pada isu perubahan iklim

tentu telah membuat negara anggota UNFCCC untuk tidak mengulangi kesalahan

yang sama, yaitu ketidaksertaan Amerika Serikat yang membuat Copenhagen Accord

menjadi tidak terlaksana. Maka dari itu pada saat Perjanjian Paris pertama kali

dikemukakan banyak negara yang menekan Amerika Serikat untuk mendukung dan

meratifikasi Perjanjian Paris agar dapat terlaksana dengan baik.

Salah satu tekanan internasional tersebut datang dari organisasi lingkungan non

profit yaitu Environmental Defense Fund atau EDF. EDF menyatakan dengan keras

bahwa Amerika Serikat sebagai negara maju yang berkontribusi terhadap

meningkatnya emisi gas rumah kaca di dunia harus mendukung dan meratifikasi

Perjanjian Paris karena isu perubahan iklim yang semakin krisis, Nathaniel Keohane

sebagai wakil presiden dari EDF menyatakan bahwa “ Dunia tidak akan menunggu

Amerika Serikat maupun juga iklim, tahun ini dampak dari perubahan iklim akan

merugikan ratusan miliar dolar Amerika Serikat dan juga membuat setidaknya 40 juta

orang di benua Afrika bagian selatan akan terancam mengalami kelaparan”.115

Dengan banyaknya tekanan yang diberikan dari berbagai pihak seperti EDF,

UNFCCC, dan pemimpin dari negara lain menempatkan Amerika Serikat di posisi

yang sulit. Amerika Serikat pun pada akhirnya untuk dapat memperbaiki reputasi

115

John Vidal dan Oliver Milman, “Paris climate deal thrown into uncertainty by US election

result” ,The Guardian, 09 November 2016 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.theguardian.com/environment/2016/nov/09/us-election-result-throws-paris-climate-deal-

into-uncertainty Internet; diunduh pada 13 Mei 2018.

Page 97: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

84

buruk yang dimilikinya dalam isu perubahan iklim mendukung hasil perjanjian

UNFCCC yang baru yaitu Perjanjian Paris, dengan mendukung Perjanjian Paris maka

diharapkan reputasi dan kesan buruk yang menempel pada Amerika Serikat jika

dihadapkan pada upaya perbaikan isu perubahan iklim dapat dihilangkan juga

diharapkan dapat mengatasi banyaknya tekanan yang dinyatakan oleh berbagai pihak

luar Amerika Serikat.

Presiden Obama sendiri di level internasional sudah secara terbuka mendukung

pelaksanaan Perjanjian Paris. Secara jelas Presiden Obama menyatakan bahwa

perubahan iklim merupakan ancaman terbesar yang dialami oleh umat manusia saat

ini dan keikutsertaan dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Cina

diharapkan dapat mengatasi isu perubahan iklim saat ini.116

Maka dengan meratifikasi

Perjanjian Paris Presiden Obama sebgai pemimpin Amerika Serikat mengharapkan

dapat menyelamatkan lingkungan untuk generasi yang akan datang dan juga dapat

merespon tekanan internasional yang disampaikan oleh pihak luar.

116

Obama White House, “Remarks by The President in State of the Union Addres” , The White

House Office of the Press Secretary, 20 Januari 2015 [artikel on-line]; diakses dari

https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2015/01/20/remarks-president-state-union-

address-january-20-2015. Internet; diunduh pada 10 Mei 2018.

Page 98: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

85

C. Kepentingan Nasional Amerika Dalam Meratifikasi Perjanjian Paris

Sebelumnya telah dibahas bahwa di setiap kebijakan luar negeri yang

dikeluarkan suatu negara akan selalu terdapat elemen kepentingan nasional di

dalamnya karena kepentingan nasional merupakan salah satu fondasi dari

dibentuknya kebijakan luar negeri suatu negara.117

Dalam Kasus ini tindakan

Amerika Serikat yang dipimpin oleh Presiden Obama untuk meratifikasi Perjanjian

Paris dalam mekanisme UNFCCC merupakan hasil dari kepentingan nasional dan

beberapa faktor lainnya yang dianggap rasional oleh Presiden Obama pada masa

pemerintahannya.

Pada periode pertama kepresidenannya, Presiden Obama tidak

memeperlihatkan adanya dukungan terhadap hasil pertemuan dari UNFCCC yaitu

Copenhagen Accord tetapi pada periode kedua kepemimpinannya hal tersebut

berubah dengan diratifikasinya Perjanjian Paris oleh Presiden Obama sendiri.

Perubahan tersebut cukup signifikan karena dari satu individu yang sama didapatkan

dua tindakan internasional atau kebijakan luar negeri yang berbeda terhadap satu isu.

Dalam perubahan yang terjadi tersebut sendiri tentu terdapat alasan ataupun

faktor yang melatarbelakanginya, dimana salah satunya adalah kepentingan nasional

yang didapatkan oleh Amerika Serikat dalam meratifikasi Perjanjian Paris. Terdapat

kepentingan nasional dalam tindakan Amerika Serikat meratifikasi Perjanjian Paris

117

James N Rosenau, The Scientific Study of Foreign Policy (New York: Nichols Publishing

Company, 1980), 283.

Page 99: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

86

yang dapat merepresentasikan kepentingan dari masyarakat Amerika Serikat lebih

baik dibandingkan dengan kepentingan nasional dalam meratifikasi Copenhagen

Accord.

Isu perubahan iklim sendiri jika dilihat merupakan salah satu isu yang

seharusnya dianggap penting oleh Amerika Serikat karena isu ini dapat secara

langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi beberapa aspek dasar dari

kepentingan nasional Amerika Serikat. Jika kita lihat isu perubahan iklim telah

mempengaruhi aspek ekonomi Amerika Serikat, dalam aspek ekonomi sendiri

perubahan iklim telah menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi Amerika Serikat

dimana banyaknya ladang pertanian yang gagal panen akibat dari adanya perubahan

iklim dan juga penurunan aktifitas perikanan. Selain itu banjir yang disebabkan oleh

perubahan iklim menyebabkan terganggunya aktifitas perekonomian masyarakat

Amerika Serikat.

Sedangkan jika kita lihat intensitas dari kepentingan nasional isu perubahan

iklim dapat dikategorikan sebagai isu yang vital dimana isu perubahan iklim

merupakan isu yang mengancam keamanan nasional dari Amerika Serikat dan harus

segera diatasi karena jika tidak nantinya akan menyebabkan kerugian yang cukup

besar bagi Amerika Serikat. Maka dari itu untuk segera menghadapi perubahan iklim

yang dianggap sebagai isu vital dan untuk segera memperbaiki dampak negatif yang

terjadi di aspek ekonomi, Amerika Serikat segera melakukan tindakan pencegahan

Page 100: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

87

dalam menghadapi dampak negatif perubahan iklim yaitu dengan meratifikasi

Perjanjian Paris.

Dengan menjelaskan apa saja kepentingan nasional yang didapatkan oleh

Amerika Serikat dalam meratifikasi Perjanjian Paris maka akan dapat

mendeskripsikan sifat ataupun tindakan internasional Amerika Serikat dalam

merubah kebijakan luar negeri yang sebelumnya tidak meratifikasi perjanjian apapun

yang dihasilkan oleh UNFCCC menjadi mendukung dan meratifikasinya dalam

Perjanjian Paris.

Tujuan dari Amerika Serikat dalam mengikuti negosiasi dalam UNFCCC pada

ratifikasi Perjanjian Paris merupakan cara agar Amerika Serikat dapat mewujudkan

kepentingan nasionalnya dimana salah satunya adalah untuk menghadapi ancaman

dan dampak dari perubahan iklim yang akan datang. Dalam sejarahnya banyak

Presiden Amerika Sebelumnya yang tidak mempercayai bahwa perubahan iklim

benar-benar terjadi di dunia saat ini, terutama Presiden Amerika yang berasal dari

Partai Republik tetapi hal tersebut berbeda dengan Presiden Obama yang berasal dari

Partai Demokrat. Presiden Obama sendiri mempercayai bahwa perubahan iklim

benar-benar terjadi dam dampaknya akan merugikan Amerika Serikat jika tidak

segera ditindaklanjuti. 118

118

Tanya Somanader, “President Obama: The United States Formally Enters the Paris

Agreement” ,Obama White House, 03 September 2016 [artikel on-line]; tersedia di

Page 101: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

88

Pada periode kedua kepresidenannya, Presiden obama melihat bahwa

perubahan iklim merupakan isu mendesak yang harus segera dihadapi. Terlebih lagi

dikarenakan suhu bumi yang terus meningkat selama abad ke 21 akibat dari

bertambahnya emisi gas rumah kaca di dunia saat ini.119

Peningkatan suhu bumi

tersebut tentu secara langsung akan mempengaruhi berbagai bidang yang ada di

dalam Amerika Serikat, termasuk pada bidang ekonomi, bidang ekosistem, dan

bahkan bidang sosial.

Menurut data NASA atau National Aerobautics and Space Administration suhu

bumi meningkat dengan pesat akibat dari peningkatan emisi gas rumah kaca di dunia,

selama satu abad terakhir rata-rata suhu bumi telah meningkat sebesar 2 derajat

farenheit dan pada tahun 2017 sendiri suhu bumi menacapai suhu terhangat kedua

semenjak tahun 1880.120

. Peningkatan suhu bumi yang signifikan ini tentu membuat

banyak pemimpin dunia makin sadar atas ancaman nyata yang diberikan oleh

perubahan iklim termasuk salah satunya adalah Barack Obama sehingga membuat

Presiden Obama mengeluarkan kebijakan luar negeri atau tindakan internasional yang

https://obamawhitehouse.archives.gov/blog/2016/09/03/president-obama-united-states-formally-

enters-paris-agreement Internet; diunduh pada 14 Mei 2018. 119

Intergovernmental Panel on Climate Change, “Summary for Policymakers. In: Climate

Change 2013: The Physical Science Basis” ,Contribution of Working Group I to the Fifth Assessment

Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change, 2013 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.ipcc.ch/pdf/assessment-report/ar5/wg1/WG1AR5_SPM_FINAL.pdf Internet; diunduh

pada 14 Mei 2018. 120

Steve Cole dan Leslie McCharty, “Long-term Warning Trend Continued in 2017: NASA,

NOAA, NASA News, 18 Januari 2018 [artikel on-line]; tersedia di https://www.nasa.gov/press-

release/long-term-warming-trend-continued-in-2017-nasa-noaa Internet diunduh pada 10 Juli 2018.

Page 102: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

89

berusaha untuk mengatasi dampak negatif dari perubahan iklim.di dalam mekanisme

UNFCCC yaitu pada Perjanjian Paris.

Amerika Serikat sendiri bertanggung jawab terhadap 15% dari seluruh emisi

gas rumah kaca di dunia sehingga banyak negara di dunia termasuk UNFCCC yang

mengharapkan adanya kontribusi global dari Amerika Serikat dalam mengurangi

emisi gas rumah kaca di dunia.121

Maka dengan usaha Presiden Obama untuk

menghadapi perubahan iklim di dunia saat ini diharapkan dapat mengurangi emisi gas

rumah kaca yang Amerika Serikat miliki dan dalam jangka panjang juga akan dapat

mengurangi resiko dari dampak perubahan iklim terhadap generasi yang akan datang.

Dengan menyetujui dan meratifikasi Perjanjian Paris, Presiden Obama berharap

dapat mencegah dan menanggapi dampak dari perubahan iklim yang nanti akan

mempengaruhi negaranya. Karena untuk menghadapi isu global yang mengancam

negara di seluruh dunia akan dibutuhkan juga respon global dari Amerika Serikat

untuk menghadapinya, walaupun respon tersebut belum pernah dilakukan

sebelumnya dalam sejarah pemerintahan Amerika Serikat.

Sehingga dapat terlihat dengan meratifikasi Perjanjian Paris yang merupakan

upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di dunia, Amerika Serikat

dapat memenuhi kepentingan nasionalnya yang berupaya menghadapi perubahan

121

Boden, T.A., Marland, G., and Andres, R.J, “National CO2 Emissions from Fossil-Fuel

Burning, Cement Manufacture, and Gas Flaring: 1751-2014, Carbon Dioxide Information Analysis

Center, Oak Ridge National Laboratory, U.S. Department of Energy, 2017 [artikel on-line]; tersedia di

http://cdiac.ess-dive.lbl.gov/trends/emis/tre_coun.html Internet;diunduh pada 15 Mei 2018.

Page 103: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

90

iklim dan juga untuk mencegah ataupun meminimalisir dampak dari perubahan iklim

pada berbagai bidang di dalam Amerika Serikat.

Memperbaiki dampak dari perubahan iklim dengan meratifikasi Perjanjian

Paris merupakan salah satu cara Amerika Serikat untuk dapat memenuhi salah satu

dari tiga tujuan kebijakan luar negerinya yang tercantum dalam Konstitusi Amerika

Serikat, yaitu keamanan, kemakmuran, dan berupaya untuk membuat dunia menjadi

tempat yang lebih baik. Amerika Serikat sendiri selalu berfokus untuk memenuhi dua

tujuan kebijkaan luar negerinya yaitu keamanan dan kemakmuran dengan

memfokuskan kebijakan luar negerinya pada bidang militer dan ekonomi sedangkan

tujuan ketiga dari kebijakan luar negerinya sangat jarang dipenuhi.

Maka dari itu Presiden Obama berupaya untuk dapat memenuhi tujuan dari

kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang ketiga yaitu membuat dunia menjadi

tempat yang lebih baik dengan meratifikasi Perjanjian Paris sehingga dampak dari

perubahan iklim dapat terhentikan dan menyediakan dunia yang lebih baik bagi

generasi yang akan datang.

Page 104: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan kebijakan luar negeri atau tindakan internasional yang dilakukan

oleh Presiden Obama di kedua masa pemerintahannya pada tahun 2008 sampai pada

tahun 2016 terhadap perjanjian yang dibentuk oleh UNFCCC tentu telah memberikan

pengaruh yang cukup besar terhadap upaya dunia dalam memperbaiki dampak negatif

dari perubahan iklim. Dengan keikutsertaan Amerika Serikat dalam Perjanjian Paris

maka tentu akan memberikan contoh kepada negara-negara lain seperti Cina untuk

segera meratifikasi Perjanjian Paris dan membuat pelaksanaan Perjanjian Paris

berjalan dengan lancar.

Dalam sejarah Amerika Serikat sendiri sangat jarang terlihat pemimpin yang

mempunyai keinginan sebagai aktor rasional untuk benar-benar melakukan kebijakan

luar negeri atau tindakan internasional dalam isu perubahan iklim di UNFCCC.

Adapun beberapa presiden Amerika Serikat yang memiliki kebijakan untuk

mendukung perbaikan lingkungan alam di negaranya sendiri tidak benar-benar

mendukung kebijakan perbaikan lingkungan hidup di lingkup sistem internasional.

Maka dari itu akan sangat dibutuhkan presiden Amerika Serikat yang mempunyai

Page 105: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

92

pandangan positif dan mendukung terhadap perjanjian internasional yang berusaha

untuk memperbaiki dan mencegah kerusakan lebih jauh lagi akibat dari perubahan

iklim.

Peran dan pengaruh dari kongres dan Presiden Amerika Serikat dapat membuat

kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh pemerintahan Amerika Serikat berbeda

setiap waktunya, perubahan tersebut biasanya dipengaruhi oleh pribadi diri dari

presiden yang berkuasa saat itu, posisi partai yang berkuasa di kongres, maupun opini

masayarakat terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut. Maka dalam menganalisa

perubahan ini akan sangat penting melihat posisi dari pemerintahan Amerika Serikat.

Salah satu presiden Amerika Serikat yang menunjukan adanya dukungan

terhadap mekanisme ataupun perjanjian yang dihasilkan oleh UNFCCC adalah

presiden Barack Obama. Presiden Obama sendiri telah menunjukan sifat positifnya

terhadap perbaikan lingkungan melalui berbagai kebijakan dalan negerinya, seperti

Clean Air Act dan Global Climate Protection Act dimana kedua kebijakan dalam

negeri tersebut berusaha untuk memperbaiki dampak dari perubahan iklim yang

terjadi di Amerika Serikat.

Walaupun begitu pada awal masa pemerintahannya, presiden Obama tidak

memperlihatkan dukungannya terhadap mekanisme yang saat itu dihasilkan oleh

UNFCCC yaitu Copenhagen Accord. Hal ini disebabkan oleh opini publik Amerika

Serikat yang masih belum sadar dan mendukung upaya internasional dari UNFCCC

Page 106: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

93

untuk memperbaiki dampak negatif dari perubahan iklim melalui mekanisme

Copenhagen Accord, sehingga membuat Amerika Serikat mengeluarkan tindakan

ataupun kebijakan luar negeri yang tidak mendukung Copenhagen Accord.

Seiring berjalannya waktu opini masyarakat Amerika Serikat terhadap

pemanasan global semakin berubah, mulai banyak masyarakat Amerika Serikat yang

menyadari bahaya dari dampak pemanasan global terhadap kehidupan sehari-hari

mereka sehingga membuat mereka mulai mendukung dan mendorong pemerintahan

Amerika Serikat untuk segera mengeluarkan kebijakan luar negeri yang menyetujui

ataupun meratifikasi mekanisme UNFCCC dalam memperbaiki dampak negatif dari

pemanasan global. Maka dari itu Presiden Obama pada periode kepresidenan

keduanya membentuk tindakan ataupun kebijakan luar negeri yang meratifikasi

mekanisme UNFCCC, yaitu Perjanjian Paris.

Adapun kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Presiden Obama dapat

dikategorikan sebagai negosiasi dalam perjanjian internasional. Dalam mengikuti

perjanjian internasional biasanya harus terdapat persetujuan dari kongres, tetapi

terdapat perjanjian internasional yang dapat dilakukan tanpa harus menuggu opini

ataupun persetujuan dari kongres dan perjanjian tersebut disebut sebagai Sole

Executive Agreement.

Peratifikasian perjanjian Paris yang dilakukan oleh Presiden Obama pun

menggunakan metode Sole Executive Agreement dimana Presiden Obama dapat

Page 107: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

94

menyetujui dan meratifikasi suatu perjanjian tanpa menunggu adanya masukan dan

partisipasi dari House of Senate dan House of Representative di Kongres Amerika

Serikat. Dengan menggunakan wewenang eksekutifnya Presiden Obama dapat

meratifikasi Perjanjian Paris tanpa persetujuan dari Kongres, hal tersebut dilakukan

karena kondisi kongres yang saat itu sedang dikuasai oleh partai Republik.

Kedua tindakan ataupun kebijakan luar negeri Presiden Obama yang saling

berlawanan tersebut terjadi di dua masa kepresidenan yang berbeda, dapat dilihat

bahwa terdapat perubahan yang lebih positif dari Presiden Obama pada responnya

terhadap mekanisme UNFCCC. Perubahan tersebut bukan hanya terjadi karena

adanya perubahan dalam opini publik Amerika serikat terhadap pemanasan global

tetapi juga karena Barrack Obama sebagai aktor rasional yang mempunyai pengaruh

terhadap proses pembuatan kebijakan luar negeri dari ratifikasi Perjanjian Paris.

Perubahan tindakan atau kebijakan luar negeri dari Presiden Obama dalam

penolakan Copenhagen Accord dan peratifikasian Perjanjian Paris merupakan

perubahan arah kebijakan luar negeri yang cukup signifikan. Copenhagen Accord dan

Perjanjian Paris merupakan dua perjanjian hasil UNFCCC yang pada intinya

memiliki konsentrasi pada isu yang sama tetapi dengan data yang berbeda satu sama

lainnya, hal tersebut dikarenakan baik itu Copenhagen Accord maupun Perjanjian

Paris memiliki regulasi yang bersifat review terhadap satu sama lain.

Page 108: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

95

Maka dari itu sebenarnya Copenhagen Accord dan Perjanjian Paris merupakan

dua perjanjian yang saling terkait, dapat dikatakan Perjanjian Paris merupakan

perjanjian yang sama dengan Copenhagen Accord tetapi dengan data dan solusi yang

sudah diperbaharui terlebih dahulu. Sehingga perbandingan dari kebijakan luar negeri

yang dikeluarkan untuk merespon dua perjanjian tersebut sangatlah signifikan, karena

terdapat perubahan respon di satu Presiden yang sama yaitu Presiden Barack Obama

dalam dua perjanjian UNFCCC yang saling berkesinambungan.

Page 109: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Bagian Buku

Affianty, Debbie. Analisa Politik Luar Negeri. Jakarta: UIN Press, Januari 2015.

Allison, Graham T. Essence of Decision: Explaining the Cuban Missile Crisis.

Boston: Little, Brown, and Company, 1971.

Birdsall, Stephen S. Garis Besar Geografi Amerika Serikat. Carolina: John Wiley &

Sons, Inc, 1992.

Cox, Gary W. Making Votes Counts: Strategic Coordination in the World Electoral

Systems. Cambridge:Cambridge University Press, 1997.

Climate Change Secretariat. A Guide to The Climate Change Convention Process

Bonn: Climate Change Secretariat, 2002.

Creswell, John W. Research Design: Qualitative Quantitative & Mixed Methods

Approaches. Washington DC: SAGE Publications Inc, 2013.

DeConde, Alexander, Richard Dean Burns, dan Fredrik Logevall. Encyclopedia of

American Foreign Policy Charles Scribner’s Sons, 2002.

Dharmawan, Arya Hadi, et.al. SVLK, jalan menuju REDD++. Jakarta: Forest

Governance and Multistakeholder Forestry Programme, 2011.

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Perubahan Iklim, Perjanjian

Paris, Dan Nationally Determined Contribution. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pengendalian Perubahan Iklim. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

2016.

Page 110: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xiv

Elliot, Lorraine. The Global Politics of The Environment. New York: New York

University Press Wahington Square, 2004..

Grimmett, Richard F. CRS Report for Congress: Foreign Policy Roles of The

Presiden and Congres. Washington:The Library of Congress, June 1999.

Halperin, Morton H. dan Priscilla A. Clapp. Bureaucratic Politics And Foreign

Policy (Second Edition).Washington D.C: Brookings Institution Press, 2006.

Holsti, K J. Sixth Edition International Politics “A Framework for Analysis”.

London: Prentice-Hall International Inc, 1992.

Hara, Abubakar Eby. Pengantar Analisis Politik Luar Negeri: Dari Realisme Sampai

Konstruktivisme. Bandung: Penerbit Nuansa, 2011.

Krutz, Glen S. dan Jeffrey S. Peake. Treaty Politics and The Rise of Executive

Agreements. Michigan: The University of Michigan Press, 2009.

Mas’oed, Mochtar. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta:

Pustaka LP3S, 1990.

Mintz, Alex. dan Karl DeRouen. Understanding Foreign Policy Decision Making

Cambridge: Cambridge University Press, 2010.

Mackenzie, G. Calvin. American Government: Politics and Public Policy. New York:

Random House, 1986

Murdiyarso, Daniel. Protokol Kyoto “Implikasinya Bagi Negara Berkembang”.

Jakarta: Kompas, 2003

Nasution, Nazaruddin. Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia. Jakarta: Yayasan

Bina Insan Cita, 2017.

Page 111: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xv

Nuechterlein, Donald E. United States National Interest in a Changing World.

Lexington: Ky, 1973.

Obama, Barack. Barack Obama Menerjang Harapan. Jakarta:UFUK Press, 2007.

O’Neill, Kate. The Enviroment and International Relations. New York: Cambridge

University Press, 2009.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochammad Yani. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Rosenau, James N. The Scientific Study of Foreign Policy. New York: Nichols

Publishing Company, 1980.

Rosenau, James N, Gavin boyd, dan Kenneth W. Thompson. World Politics: An

Introduction. New york: The Free Press, 1976.

Schreurs, Miranda A. Enviromental Politics in Japan, Germany and the United States

Cambridge: Cambridge University Press, 2004.

Scott, Burchil, et all. Theories of International Relations (3rd Edition). Basingtoke:

Palgrave Macmillan, 2005.

UNFCCC. United Nations Framework Convention on Climate Change. Bonn: United

Nations, 1992.

UNFCCC Secretariat. United Nations Framework Convention on Climate Change

Handbook. Bonn: Climate Change Secretariat, 2006.

Page 112: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xvi

Jurnal dan Skripsi:

Alfikry, Muhamad Derry. Sikap Amerika Serikat Di Masa Pemerintahan Obama

Dalam Negosiasi United Nations Framework Convention On Climate Change

(UNFCCC) Di Copenhagen Tahun 2009. Jakarta: UIN Jakarta, 2014.

Husna, Atik Fadilatul. Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam

Memerangi Terorisme Internasional di Afghanistan Pada Periode

Pemerintahan Barrack Obama. Jakarta: UIN Jakarta, 2012.

Yuliandani, Adistya. Perubahan Kebijakan Lingkungan Amerika Serikat Di Bawah

Kepemimpinan Barrack Obama Dalam Menanggapi Hasil Protokol Kyoto.

Yogyakarta: UMY, 2012.

Sumber Internet:

Amer, Mildred. “Pages of the United States Congress: Selection, Duties, and Program

Administration” ,Mei 2008 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.senate.gov/reference/resources/pdf/98-758.pdf Internet; diunduh

pada 04 April 2018.

Boden, T.A., Marland, G., and Andres, R.J, “National CO2 Emissions from Fossil-

Fuel Burning, Cement Manufacture, and Gas Flaring: 1751-2014”, Carbon

Dioxide Information Analysis Center, Oak Ridge National Laboratory, U.S.

Department of Energy, 2017 [artikel on-line]; tersedia di http://cdiac.ess-

dive.lbl.gov/trends/emis/tre_coun.html Internet;diunduh pada 15 Mei 2018.

Cole, Steve dan Leslie McCarthy, “Long-term Warning Trend Continued in 2017:

NASA, NOAA”, NASA News, 18 Januari 2018 [artikel on-line]; diakses dari

https://www.nasa.gov/press-release/long-term-warming-trend-continued-in-

2017-nasa-noaa Internet; diunduh pada 10 Juli 2018.

Page 113: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xvii

Federal Election Commission, “2010 Election Results” ,2010 [artikel on-line];

tersedia di https://classic.fec.gov/pubrec/fe2012//tables2012.pdf Internet;

diunduh pada 05 April 2018.

Federal Election Commission, “2014 Election Results” ,2014 [artikel on-line]

tersedia di https://classic.fec.gov/pubrec/fe2014//tables2014.pdf Internet;

diunduh pada 05 April 2018.

International Institute for Sustainable Development, “Earth Negotiations

Bulletin” ,Vol. 12 No. 354, Desember 2007 [jurnal on-line]; tersedia di

http://enb.iisd.org/download/pdf/enb12354e.pdf Internet; diunduh pada 04

April 2018.

Intergovernmental Panel on Climate Change, “Summary for Policymakers. In:

Climate Change 2013: The Physical Science Basis” ,Contribution of Working

Group I to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on

Climate Change, 2013 [artikel on-line]; tersedia di

http://www.ipcc.ch/pdf/assessment-

report/ar5/wg1/WG1AR5_SPM_FINAL.pdf Internet; diunduh pada 14 Mei

2018.

Jennifer Marlon, Peter Howe, Matto Mildenberger, dan Anthony Leiserowitz, “Yale

Climate Opinion Maps – U.S. 2014” ,Yale Program on Climate Change

Communication, 2016 [artikel on-line]; tersedia di

http://climatecommunication.yale.edu/visualizations-data/ycom/ Internet,

diuduh pada 09 Juli 2018.

Marlon, Jennifer, Peter Howe, Matto Mildenberger, dan Anthony Leiserowitz, “Yale

Climate Opinion Maps – U.S. 2016” ,Yale Program on Climate Change

Communication, 2016 [artikel on-line]; tersedia di

http://climatecommunication.yale.edu/visualizations-data/ycom-us-

2016/?est=happening&type=value&geo=county Internet; diunduh pada 13 Mei

2018.

Obama White House, “Remarks by The President in State of the Union Addres” , The

White House Office of the Press Secretary, 20 Januari 2015 [artikel on-line];

diakses dari https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-

Page 114: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xviii

office/2015/01/20/remarks-president-state-union-address-january-20-2015.

Internet; diunduh pada 10 Mei 2018.

Pew Research Center U.S Politics & Policy, “Economy, Jobs Trump All Other Policy

Priorities In 2009” ,Pew Research Center, 22 Januari 2009 [artikel on-line];

tersedia di http://www.people-press.org/2009/01/22/economy-jobs-trump-all-

other-policy-priorities-in-2009/ Internet; diunduh pada 12 Mei 2018.

Richardson, Valerie. “White House defends Obama evading Senate on Paris climate

deal”, Washington Times, 29 Agustus 2016, diakses dari

https://www.washingtontimes.com/news/2016/aug/29/obama-will-bypass-

senate-ratify-paris-climate-acco/ Pada 10 April 1996.

Somanader, Tanya, “President Obama: The United States Formally Enters the Paris

Agreement” ,Obama White House, 03 September 2016 [artikel on-line];

tersedia di https://obamawhitehouse.archives.gov/blog/2016/09/03/president-

obama-united-states-formally-enters-paris-agreement Internet; diunduh pada 14

Mei 2018.

Ritthaler-Andree, Ronja. “The U.S Climate Policy and The 2016 Presidential and

Congresseional Elections” ,2016 [artikel on-line]; tersedia di http://www.uni-

heidelberg.de/md/politik/harnisch/mitarbeiter/aa-r2e-no1.pdf. Internet; diunduh

pada 25 Maret 2018.

The White House, “Text of a Letter from the President to Senators Hagel, Helms,

Craig, and Roberts” ,Maret 2001 [artikel on-line]; tersedia di

https://georgewbush-

whitehouse.archives.gov/news/releases/2001/03/20010314.html Internet;

diunduh pada 04 April 2018.

The Biography, “Barrack Obama Biography”, A&E Television Networks, 09 Maret

2018 [artikel on-line]; tersedia di: https://www.biography.com/people/barack-

obama-12782369 Internet; diunduh pada 03 Mei 2018.

UNFCCC. Copenhagen Accord. 20 April 2011, diakses dari

http://unfccc.int/resource/docs/2009/cop15/eng/11a01.pdf#page=4 Pada 06

Desember 2017.

Page 115: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xix

UNFCCC, “Calender Recent Session of UNFCCC” ,Januari 2018 [artikel on-line];

tersedia di http://unfccc.int/meetings/items/6240.php Internet; diunduh pada 13

Maret 2018.

United Nations, “Paris Agreement” ,2015 [artikel on-line] tersedia di

https://unfccc.int/files/meetings/paris_nov_2015/application/pdf/paris_agreeme

nt_english_.pdf Internet; diunduh pada 13 Maret 2018.

United Nations Framework Convention on Climate Change, “Paris Agreement –

Status of Ratification” ,12 Desember 2015 [artikel on-line]; tersedia di

http://unfccc.int/paris_agreement/items/9444.php Internet; diunduh pada 29

Oktober 2017.

UNFCCC, “Copenhagen Accord” ,Desember 2009 [artikel on-line]; tersedia di

http://unfccc.int/meetings/copenhagen_dec_2009/items/5262.php Internet;

diunduh pada 16 Maret 2018.

Vidal, John dan Oliver Milman, “Paris climate deal thrown into uncertainty by US

election result” ,The Guardian, 09 November 2016 [artikel on-line]; tersedia di

https://www.theguardian.com/environment/2016/nov/09/us-election-result-

throws-paris-climate-deal-into-uncertainty Internet; diunduh pada 13 Mei 2018.

White House, “The Constitution of The United States” ,1995 [artikel on-line];

tersedia di https://www.usconstitution.net/const.pdf Internet; diunduh pada 31

Maret 2018.

White House, “Fact Sheet: United States Support for Global Efforts to Combat

Carbon Pollution and Build Resilience” ,2014 [artikel on-line]; tersedia di

https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2014/11/15/fact-sheet-

united-states-support-global-efforts-combat-carbon-pollution- Internet;

diunduh pada 31 Maret 2018.

Page 116: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xx

Lampiran 1

FCCC/CP/2009/11/Add.1 Page 5

Copenhagen Accord

Copenhagen Accord The Heads of State, Heads of Government, Ministers,

and other heads of the following delegations present at the United Nations Climate

Change Conference 2009 in Copenhagen: Albania, Algeria, Armenia, Australia,

Austria, Bahamas, Bangladesh, Belarus, Belgium, Benin, Bhutan, Bosnia and

Herzegovina, Botswana, Brazil, Bulgaria, Burkina Faso, Cambodia, Canada, Central

African Republic, Chile, China, Colombia, Congo, Costa Rica, Côte d’Ivoire, Croatia,

Cyprus, Czech Republic, Democratic Republic of the Congo, Denmark, Djibouti,

Eritrea, Estonia, Ethiopia, European Union, Fiji, Finland, France, Gabon, Georgia,

Germany, Ghana, Greece, Guatemala, Guinea, Guyana, Hungary, Iceland, India,

Indonesia, Ireland, Israel, Italy, Japan, Jordan, Kazakhstan, Kiribati, Lao People’s

Democratic Republic, Latvia, Lesotho, Liechtenstein, Lithuania, Luxembourg,

Madagascar, Malawi, Maldives, Mali, Malta, Marshall Islands, Mauritania, Mexico,

Monaco, Mongolia, Montenegro, Morocco, Namibia, Nepal, Netherlands, New

Zealand, Norway, Palau, Panama, Papua New Guinea, Peru, Poland, Portugal,

Republic of Korea, Republic of Moldova, Romania, Russian Federation, Rwanda,

Samoa, San Marino, Senegal, Serbia, Sierra Leone, Singapore, Slovakia, Slovenia,

South Africa, Spain, Swaziland, Sweden, Switzerland, the former Yugoslav Republic

of Macedonia, Tonga, Trinidad and Tobago, Tunisia, United Arab Emirates, United

Kingdom of Great Britain and Northern Ireland, United Republic of Tanzania, United

States of America, Uruguay and Zambia.

In pursuit of the ultimate objective of the Convention as stated in its Article 2,

Being guided by the principles and provisions of the Convention,

Noting the results of work done by the two Ad hoc Working Groups,

Endorsing decision 1/CP.15 on the Ad hoc Working Group on Long-term

Cooperative Action and decision 1/CMP.5 that requests the Ad hoc Working Group

on Further Commitments of Annex I Parties under the Kyoto Protocol to continue its

work.

Have agreed on this Copenhagen Accord which is operational immediately.

Page 117: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxi

1. We underline that climate change is one of the greatest challenges of our time.

We emphasise our strong political will to urgently combat climate change in

accordance with the principle of common but differentiated responsibilities

and respective capabilities. To achieve the ultimate objective of the

Convention to stabilize greenhouse gas concentration in the atmosphere at a

level that would prevent dangerous anthropogenic interference with the

climate system, we shall, recognizing the scientific view that the increase in

global temperature should be below 2 degrees Celsius, on the basis of equity

and in the context of sustainable development, enhance our long-term

cooperative action to combat climate change. We recognize the critical

impacts of climate change and the potential impacts of response measures on

countries particularly vulnerable to its adverse effects and stress the need to

establish a comprehensive adaptation program including international support.

2. We agree that deep cuts in global emissions are required according to science,

and as documented by the IPCC Fourth Assessment Report with a view to

reduce global emissions so as to hold the increase in global temperature below

2 degrees Celsius, and take action to meet this objective consistent with

science and on the basis of equity. We should cooperate in achieving the

peaking of global and national emissions as soon as possible, recognizing that

the time frame for peaking will be longer in developing countries and bearing

in mind that social and economic development and poverty eradication are the

first and overriding priorities of developing countries and that a low-emission

development strategy is indispensable to sustainable development.

3. Adaptation to the adverse effects of climate change and the potential impacts

of response measures is a challenge faced by all countries. Enhanced action

and international cooperation on adaptation is urgently required to ensure the

implementation of the Convention by enabling and supporting the

implementation of adaptation actions aimed at reducing vulnerability and

building resilience in developing countries, especially in those that are

particularly vulnerable, especially least developed countries, small island

developing States and Africa. We agree that developed countries shall provide

adequate, predictable and sustainable financial resources, technology and

capacity-building to support the implementation of adaptation action in

developing countries.

4. Annex I Parties commit to implement individually or jointly the quantified

economy wide emissions targets for 2020, to be submitted in the format given

in Appendix I by Annex I Parties to the secretariat by 31 January 2010 for

compilation in an INF document. Annex I Parties that are Party to the Kyoto

Protocol will thereby further strengthen the emissions reductions initiated by

Page 118: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxii

the Kyoto Protocol. Delivery of reductions and financing by developed

countries will be measured, reported and verified in accordance with existing

and any further guidelines adopted by the Conference of the Parties, and will

ensure that accounting of such targets and finance is rigorous, robust and

transparent.

5. Non-Annex I Parties to the Convention will implement mitigation actions,

including those to be submitted to the secretariat by non-Annex I Parties in

the format given in Appendix II by 31 January 2010, for compilation in an

INF document, consistent with Article 4.1 and Article 4.7 and in the context

of sustainable development. Least developed countries and small island

developing States may undertake actions voluntarily and on the basis of

support. Mitigation actions subsequently taken and envisaged by Non-Annex I

Parties, including national inventory reports, shall be communicated through

national communications consistent with Article 12.1(b) every two years on

the basis of guidelines to be adopted by the Conference of the Parties. Those

mitigation actions in national communications or otherwise communicated to

the Secretariat will be added to the list in appendix II. Mitigation actions taken

by Non-Annex I Parties will be subject to their domestic measurement,

reporting and verification the result of which will be reported through their

national communications every two years. Non-Annex I Parties will

communicate information on the implementation of their actions through

National Communications, with provisions for international consultations and

analysis under clearly defined guidelines that will ensure that national

sovereignty is respected. Nationally appropriate mitigation actions seeking

international support will be recorded in a registry along with relevant

technology, finance and capacity building support. Those actions supported

will be added to the list in appendix II. These supported nationally appropriate

mitigation actions will be subject to international measurement, reporting and

verification in accordance with guidelines adopted by the Conference of the

Parties.

6. We recognize the crucial role of reducing emission from deforestation and

forest degradation and the need to enhance removals of greenhouse gas

emission by forests and agree on the need to provide positive incentives to

such actions through the immediate establishment of a mechanism including

REDD-plus, to enable the mobilization of financial resources from developed

countries.

7. We decide to pursue various approaches, including opportunities to use

markets, to enhance the cost-effectiveness of, and to promote mitigation

actions. Developing countries, especially those with low emitting economies

Page 119: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxiii

should be provided incentives to continue to develop on a low emission

pathway.

8. Scaled up, new and additional, predictable and adequate funding as well as

improved access shall be provided to developing countries, in accordance with

the relevant provisions of the Convention, to enable and support enhanced

action on mitigation, including substantial finance to reduce emissions from

deforestation and forest degradation (REDD-plus), adaptation, technology

development and transfer and capacity-building, for enhanced implementation

of the Convention. The collective commitment by developed countries is to

provide new and additional resources, including forestry and investments

through international institutions, approaching USD 30 billion for the period

2010–2012 with balanced allocation between adaptation and mitigation.

Funding for adaptation will be prioritized for the most vulnerable developing

countries, such as the least developed countries, small island developing

States and Africa. In the context of meaningful mitigation actions and

transparency on implementation, developed countries commit to a goal of

mobilizing jointly USD 100 billion dollars a year by 2020 to address the

needs of developing countries. This funding will come from a wide variety of

sources, public and private, bilateral and multilateral, including alternative

sources of finance. New multilateral funding for adaptation will be delivered

through effective and efficient fund arrangements, with a governance structure

providing for equal representation of developed and developing countries. A

significant portion of such funding should flow through the Copenhagen

Green Climate Fund.

9. To this end, a High Level Panel will be established under the guidance of and

accountable to the Conference of the Parties to study the contribution of the

potential sources of revenue, including alternative sources of finance, towards

meeting this goal.

10. We decide that the Copenhagen Green Climate Fund shall be established as an

operating entity of the financial mechanism of the Convention to support

projects, program, policies and other activities in developing countries related

to mitigation including REDD-plus, adaptation, capacity building, technology

development and transfer.

11. In order to enhance action on development and transfer of technology we

decide to establish a Technology Mechanism to accelerate technology

development and transfer in support of action on adaptation and mitigation

that will be guided by a country-driven approach and be based on national

circumstances and priorities.

Page 120: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxiv

12. We call for an assessment of the implementation of this Accord to be

completed by 2015, including in light of the Convention’s ultimate objective.

This would include consideration of strengthening the long-term goal

referencing various matters presented by the science, including in relation to

temperature rises of 1.5 degrees Celsius.

Page 121: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxv

Lampiran 2

FCCC/CP/2015/L.9

PARIS AGREEMENT

The Parties to this Agreement,

Being Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change,

hereinafter referred to as “the Convention”,

Pursuant to the Durban Platform for Enhanced Action established by decision

1/CP.17 of the Conference of the Parties to the Convention at its seventeenth session,

In pursuit of the objective of the Convention, and being guided by its principles,

including the principle of equity and common but differentiated responsibilities and

respective capabilities, in the light of different national circumstances,

Recognizing the need for an effective and progressive response to the urgent threat of

climate change on the basis of the best available scientific knowledge,

Also recognizing the specific needs and special circumstances of developing country

Parties, especially those that are particularly vulnerable to the adverse effects of

climate change, as provided for in the Convention,

Taking full account of the specific needs and special situations of the least developed

countries with regard to funding and transfer of technology,

Recognizing that Parties may be affected not only by climate change, but also by the

impacts of the measures taken in response to it,

Emphasizing the intrinsic relationship that climate change actions, responses and

impacts have with equitable access to sustainable development and eradication of

poverty,

Page 122: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxvi

Recognizing the fundamental priority of safeguarding food security and ending

hunger, and the particular vulnerabilities of food production systems to the adverse

impacts of climate change,

Taking into account the imperatives of a just transition of the workforce and the

creation of decent work and quality jobs in accordance with nationally defined

development priorities,

Acknowledging that climate change is a common concern of humankind, Parties

should, when taking action to address climate change, respect, promote and consider

their respective obligations on human rights, the right to health, the rights of

indigenous peoples, local communities, migrants, children, persons with disabilities

and people in vulnerable situations and the right to development, as well as gender

equality, empowerment of women and intergenerational equity,

Recognizing the importance of the conservation and enhancement, as appropriate, of

sinks and reservoirs of the greenhouse gases referred to in the Convention,

Noting the importance of ensuring the integrity of all ecosystems, including oceans,

and the protection of biodiversity, recognized by some cultures as Mother Earth, and

noting the importance for some of the concept of “climate justice”, when taking

action to address climate change,

Affirming the importance of education, training, public awareness, public

participation, public access to information and cooperation at all levels on the matters

addressed in this Agreement,

Recognizing the importance of the engagements of all levels of government and

various actors, in accordance with respective national legislations of Parties, in

addressing climate change,

Page 123: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxvii

Also recognizing that sustainable lifestyles and sustainable patterns of consumption

and production, with developed country Parties taking the lead, play an important role

in addressing climate change,

Have agreed as follows:

Article 1

For the purpose of this Agreement, the definitions contained in Article 1 of

the Convention shall apply. In addition:

1. “Convention” means the United Nations Framework Convention on Climate

Change, adopted in New York on 9 May 1992.

2. “Conference of the Parties” means the Conference of the Parties to the

Convention.

3. “Party” means a Party to this Agreement.

Article 2

1. This Agreement, in enhancing the implementation of the Convention,

including its objective, aims to strengthen the global response to the threat of

climate change, in the context of sustainable development and efforts to

eradicate poverty, including by:

a) Holding the increase in the global average temperature to well below

2 °C above pre-industrial levels and to pursue efforts to limit the

temperature increase to 1.5 °C above pre-industrial levels, recognizing

that this would significantly reduce the risks and impacts of climate

change;

b) Increasing the ability to adapt to the adverse impacts of climate change

and foster climate resilience and low greenhouse gas emissions

development, in a manner that does not threaten food production

Page 124: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxviii

c) Making finance flows consistent with a pathway towards low

greenhouse gas emissions and climate- resilient development.

2. This Agreement will be implemented to reflect equity and the principle of

common but differentiated responsibilities and respective capabilities, in the

light of different national circumstances.

Article 3

As nationally determined contributions to the global response to climate change, all

Parties are to undertake and communicate ambitious efforts as defined in Articles 4, 7,

9, 10, 11 and 13 with the view to achieving the purpose of this Agreement as set out

in Article 2. The efforts of all Parties will represent a progression over time, while

recognizing the need to support developing country Parties for the effective

implementation of this Agreement.

Article 4

1. In order to achieve the long-term temperature goal set out in Article 2, Parties

aim to reach global peaking of greenhouse gas emissions as soon as possible,

recognizing that peaking will take longer for developing country Parties, and

to undertake rapid reductions thereafter in accordance with best available

science, so as to achieve a balance between anthropogenic emissions by

sources and removals by sinks of greenhouse gases in the second half of this

century, on the basis of equity, and in the context of sustainable development

and efforts to eradicate poverty.

2. Each Party shall prepare, communicate and maintain successive nationally

determined contributions that it intends to achieve. Parties shall pursue

domestic mitigation measures, with the aim of achieving the objectives of such

contributions.

Page 125: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxix

3. Each Party’s successive nationally determined contribution will represent a

progression beyond the Party’s then current nationally determined contribution

and reflect its highest possible ambition, reflecting its common but

differentiated responsibilities and respective capabilities, in the light of

different national circumstances.

4. Developed country Parties should continue taking the lead by undertaking

economy-wide absolute emission reduction targets. Developing country

Parties should continue enhancing their mitigation efforts, and are encouraged

to move over time towards economy-wide emission reduction or limitation

targets in the light of different national circumstances.

5. Support shall be provided to developing country Parties for the

implementation of this Article, in accordance with Articles 9, 10 and 11,

recognizing that enhanced support for developing country Parties will allow

for higher ambition in their actions.

6. The least developed countries and small island developing States may prepare

and communicate strategies, plans and actions for low greenhouse gas

emissions development reflecting their special circumstances.

7. Mitigation co-benefits resulting from Parties’ adaptation actions and/or

economic diversification plans can contribute to mitigation outcomes under

this Article.

8. In communicating their nationally determined contributions, all Parties shall

provide the information necessary for clarity, transparency and understanding

in accordance with decision 1/CP.21 and any relevant decisions of the

Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement.

9. Each Party shall communicate a nationally determined contribution every five

years in accordance with decision 1/CP.21 and any relevant decisions of the

Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Page 126: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxx

Agreement and be informed by the outcomes of the global stocktake referred

to in Article 14.

10. The Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement shall consider common time frames for nationally determined

contributions at its first session.

11. A Party may at any time adjust its existing nationally determined contribution

with a view to enhancing its level of ambition, in accordance with guidance

adopted by the Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties

to the Paris Agreement.

12. Nationally determined contributions communicated by Parties shall be

recorded in a public registry maintained by the secretariat.

13. Parties shall account for their nationally determined contributions. In

accounting for anthropogenic emissions and removals corresponding to their

nationally determined contributions, Parties shall promote environmental

integrity, transparency, accuracy, completeness, comparability and consistency,

and ensure the avoidance of double counting, in accordance with guidance

adopted by the Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties

to the Paris Agreement.

14. In the context of their nationally determined contributions, when recognizing

and implementing mitigation actions with respect to anthropogenic emissions

and removals, Parties should take into account, as appropriate, existing

methods and guidance under the Convention, in the light of the provisions of

paragraph 13 of this Article.

15. Parties shall take into consideration in the implementation of this Agreement

the concerns of Parties with economies most affected by the impacts of

response measures, particularly developing country Parties.

16. Parties, including regional economic integration organizations and their

member States, that have reached an agreement to act jointly under paragraph

2 of this Article shall notify the secretariat of the terms of that agreement,

Page 127: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxxi

including the emission level allocated to each Party within the relevant time

period, when they communicate their nationally determined contributions. The

secretariat shall in turn inform the Parties and signatories to the Convention of

the terms of that agreement.

17. Each party to such an agreement shall be responsible for its emission level as

set out in the agreement referred to in paragraph 16 above in accordance with

paragraphs 13 and 14 of this Article and Articles 13 and 15.

18. If Parties acting jointly do so in the framework of, and together with, a

regional economic integration organization which is itself a Party to this

Agreement, each member State of that regional economic integration

organization individually, and together with the regional economic integration

organization, shall be responsible for its emission level as set out in the

agreement communicated under paragraph 16 of this Article in accordance

with paragraphs 13 and 14 of this Article and Articles 13 and 15.

19. All Parties should strive to formulate and communicate long-term low

greenhouse gas emission development strategies, mindful of Article 2 taking

into account their common but differentiated responsibilities and respective

capabilities, in the light of different national circumstances.

Article 5

1. Parties should take action to conserve and enhance, as appropriate, sinks and

reservoirs of greenhouse gases as referred to in Article 4, paragraph 1(d), of

the Convention, including forests.

2. Parties are encouraged to take action to implement and support, including

through results-based payments, the existing framework as set out in related

guidance and decisions already agreed under the Convention for: policy

approaches and positive incentives for activities relating to reducing emissions

from deforestation and forest degradation, and the role of conservation,

Page 128: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxxii

sustainable management of forests and enhancement of forest carbon stocks in

developing countries; and alternative policy approaches, such as joint

mitigation and adaptation approaches for the integral and sustainable

management of forests, while reaffirming the importance of incentivizing, as

appropriate, non-carbon benefits associated with such approaches.

Article 6

1. Parties recognize that some Parties choose to pursue voluntary cooperation in

the implementation of their nationally determined contributions to allow for

higher ambition in their mitigation and adaptation actions and to promote

sustainable development and environmental integrity.

2. Parties shall, where engaging on a voluntary basis in cooperative approaches

that involve the use of internationally transferred mitigation outcomes towards

nationally determined contributions, promote sustainable development and

ensure environmental integrity and transparency, including in governance, and

shall apply robust accounting to ensure, inter alia, the avoidance of double

counting, consistent with guidance adopted by the Conference of the Parties

serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement.

3. The use of internationally transferred mitigation outcomes to achieve

nationally determined contributions under this Agreement shall be voluntary

and authorized by participating Parties.

4. A mechanism to contribute to the mitigation of greenhouse gas emissions and

support sustainable development is hereby established under the authority and

guidance of the Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties

to the Paris Agreement for use by Parties on a voluntary basis. It shall be

supervised by a body designated by the Conference of the Parties serving as

the meeting of the Parties to the Paris Agreement, and shall aim:

Page 129: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxxiii

a) To promote the mitigation of greenhouse gas emissions while

fostering sustainable development;

b) To incentivize and facilitate participation in the mitigation of

greenhouse gas emissions by public and private entities authorized by

a Party;

c) To contribute to the reduction of emission levels in the host Party,

which will benefit from mitigation activities resulting in emission

reductions that can also be used by another Party to fulfil its nationally

determined contribution; and

d) To deliver an overall mitigation in global emissions.

5. Emission reductions resulting from the mechanism referred to in paragraph 4

of this Article shall not be used to demonstrate achievement of the host Party’s

nationally determined contribution if used by another Party to demonstrate

achievement of its nationally determined contribution.

6. The Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement shall ensure that a share of the proceeds from activities under the

mechanism referred to in paragraph 4 of this Article is used to cover

administrative expenses as well as to assist developing country Parties that are

particularly vulnerable to the adverse effects of climate change to meet the

costs of adaptation.

7. The Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement shall adopt rules, modalities and procedures for the mechanism

referred to in paragraph 4 of this Article at its first session.

8. Parties recognize the importance of integrated, holistic and balanced non-

market approaches being available to Parties to assist in the implementation of

their nationally determined contributions, in the context of sustainable

development and poverty eradication, in a coordinated and effective manner,

including through, inter alia, mitigation, adaptation, finance, technology

transfer and capacity-building, as appropriate. These approaches shall aim to:

Page 130: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxxiv

a) Promote mitigation and adaptation ambition;

b) Enhance public and private sector participation in the implementation

of nationally determined contributions; and

c) Enable opportunities for coordination across instruments and relevant

institutional arrangements.

9. A framework for non-market approaches to sustainable development is hereby

defined to promote the non- market approaches referred to in paragraph 8 of

this Article.

Article 7

1. Parties hereby establish the global goal on adaptation of enhancing adaptive

capacity, strengthening resilience and reducing vulnerability to climate change,

with a view to contributing to sustainable development and ensuring an

adequate adaptation response in the context of the temperature goal referred to

in Article 2.

2. Parties recognize that adaptation is a global challenge faced by all with local,

subnational, national, regional and international dimensions, and that it is a

key component of and makes a contribution to the long-term global response

to climate change to protect people, livelihoods and ecosystems, taking into

account the urgent and immediate needs of those developing country Parties

that are particularly vulnerable to the adverse effects of climate change.

3. The adaptation efforts of developing country Parties shall be recognized, in

accordance with the modalities to be adopted by the Conference of the Parties

serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement at its first session.

4. Parties recognize that the current need for adaptation is significant and that

greater levels of mitigation can reduce the need for additional adaptation

efforts, and that greater adaptation needs can involve greater adaptation costs.

Page 131: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxxv

5. Parties acknowledge that adaptation action should follow a country-driven,

gender-responsive, participatory and fully transparent approach, taking into

consideration vulnerable groups, communities and ecosystems, and should be

based on and guided by the best available science and, as appropriate,

traditional knowledge, knowledge of indigenous peoples and local knowledge

systems, with a view to integrating adaptation into relevant socioeconomic and

environmental policies and actions, where appropriate.

6. Parties recognize the importance of support for and international cooperation

on adaptation efforts and the importance of taking into account the needs of

developing country Parties, especially those that are particularly vulnerable to

the adverse effects of climate change.

7. Parties should strengthen their cooperation on enhancing action on adaptation,

taking into account the Cancun Adaptation Framework, including with regard

to:

a) Sharing information, good practices, experiences and lessons learned,

including, as appropriate, as these relate to science, planning, policies

and implementation in relation to adaptation actions;

b) Strengthening institutional arrangements, including those under the

Convention that serve this Agreement, to support the synthesis of

relevant information and knowledge, and the provision of technical

support and guidance to Parties;

c) Strengthening scientific knowledge on climate, including research,

systematic observation of the climate system and early warning

systems, in a manner that informs climate services and supports

decision- making;

d) Assisting developing country Parties in identifying effective

adaptation practices, adaptation needs, priorities, support provided and

received for adaptation actions and efforts, and challenges and gaps, in

a manner consistent with encouraging good practices;

Page 132: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxxvi

e) Improving the effectiveness and durability of adaptation actions.

8. United Nations specialized organizations and agencies are encouraged to

support the efforts of Parties to implement the actions referred to in paragraph

7 of this Article, taking into account the provisions of paragraph 5 of this

Article.

9. Each Party shall, as appropriate, engage in adaptation planning processes and

the implementation of actions, including the development or enhancement of

relevant plans, policies and/or contributions, which may include:

a) The implementation of adaptation actions, undertakings and/or efforts;

b) The process to formulate and implement national adaptation plans;

c) The assessment of climate change impacts and vulnerability, with a

view to formulating nationally determined prioritized actions, taking

into account vulnerable people, places and ecosystems;

d) Monitoring and evaluating and learning from adaptation plans, policies,

programmes and actions; and

e) Building the resilience of socioeconomic and ecological systems,

including through economic diversification and sustainable

management of natural resources.

10. Each Party should, as appropriate, submit and update periodically an

adaptation communication, which may include its priorities, implementation

and support needs, plans and actions, without creating any additional burden

for developing country Parties.

11. The adaptation communication referred to in paragraph 10 of this Article shall

be, as appropriate, submitted and updated periodically, as a component of or in

conjunction with other communications or documents, including a national

adaptation plan, a nationally determined contribution as referred to in Article 4,

paragraph 2, and/or a national communication.

12. The adaptation communications referred to in paragraph 10 of this Article

shall be recorded in a public registry maintained by the secretariat.

Page 133: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxxvii

13. Continuous and enhanced international support shall be provided to

developing country Parties for the implementation of paragraphs 7, 9, 10 and

11 of this Article, in accordance with the provisions of Articles 9, 10 and 11.

14. The global stocktake referred to in Article 14 shall, inter alia:

a) Recognize adaptation efforts of developing country Parties;

b) Enhance the implementation of adaptation action taking into account

the adaptation communication referred to in paragraph 10 of this

Article;

c) Review the adequacy and effectiveness of adaptation and support

provided for adaptation; and

d) Review the overall progress made in achieving the global goal on

adaptation referred to in paragraph 1 of this Article.

Article 8

1. Parties recognize the importance of averting, minimizing and addressing loss

and damage associated with the adverse effects of climate change, including

extreme weather events and slow onset events, and the role of sustainable

development in reducing the risk of loss and damage.

2. The Warsaw International Mechanism for Loss and Damage associated with

Climate Change Impacts shall be subject to the authority and guidance of the

Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement and may be enhanced and strengthened, as determined by the

Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement.

3. Parties should enhance understanding, action and support, including through

the Warsaw International Mechanism, as appropriate, on a cooperative and

facilitative basis with respect to loss and damage associated with the adverse

effects of climate change.

Page 134: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxxviii

4. Accordingly, areas of cooperation and facilitation to enhance understanding,

action and support may include:

a) Early warning systems;

b) Emergency preparedness;

c) Slow onset events;

d) Events that may involve irreversible and permanent loss and damage;

e) Comprehensive risk assessment and management;

f) Risk insurance facilities, climate risk pooling and other insurance

solutions;

g) Non-economic losses;

h) Resilience of communities, livelihoods and ecosystems.

5. The Warsaw International Mechanism shall collaborate with existing bodies

and expert groups under the Agreement, as well as relevant organizations and

expert bodies outside the Agreement.

Article 9

1. Developed country Parties shall provide financial resources to assist

developing country Parties with respect to both mitigation and adaptation in

continuation of their existing obligations under the Convention.

2. Other Parties are encouraged to provide or continue to provide such support

voluntarily.

3. As part of a global effort, developed country Parties should continue to take

the lead in mobilizing climate finance from a wide variety of sources,

instruments and channels, noting the significant role of public funds, through a

variety of actions, including supporting country-driven strategies, and taking

into account the needs and priorities of developing country Parties. Such

mobilization of climate finance should represent a progression beyond

previous efforts.

Page 135: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xxxix

4. The provision of scaled-up financial resources should aim to achieve a balance

between adaptation and mitigation, taking into account country-driven

strategies, and the priorities and needs of developing country Parties,

especially those that are particularly vulnerable to the adverse effects of

climate change and have significant capacity constraints, such as the least

developed countries and small island developing States, considering the need

for public and grant-based resources for adaptation.

5. Developed country Parties shall biennially communicate indicative

quantitative and qualitative information related to paragraphs 1 and 3 of this

Article, as applicable, including, as available, projected levels of public

financial resources to be provided to developing country Parties. Other Parties

providing resources are encouraged to communicate biennially such

information on a voluntary basis.

6. The global stocktake referred to in Article 14 shall take into account the

relevant information provided by developed country Parties and/or Agreement

bodies on efforts related to climate finance.

7. Developed country Parties shall provide transparent and consistent

information on support for developing country Parties provided and mobilized

through public interventions biennially in accordance with the modalities,

procedures and guidelines to be adopted by the Conference of the Parties

serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement, at its first session,

as stipulated in Article 13, paragraph 13. Other Parties are encouraged to do so.

8. The Financial Mechanism of the Convention, including its operating entities,

shall serve as the financial mechanism of this Agreement.

9. The institutions serving this Agreement, including the operating entities of the

Financial Mechanism of the Convention, shall aim to ensure efficient access to

financial resources through simplified approval procedures and enhanced

readiness support for developing country Parties, in particular for the least

Page 136: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xl

developed countries and small island developing States, in the context of their

national climate strategies and plans.

Article 10

1. Parties share a long-term vision on the importance of fully realizing

technology development and transfer in order to improve resilience to climate

change and to reduce greenhouse gas emissions.

2. Parties, noting the importance of technology for the implementation of

mitigation and adaptation actions under this Agreement and recognizing

existing technology deployment and dissemination efforts, shall strengthen

cooperative action on technology development and transfer.

3. The Technology Mechanism established under the Convention shall serve this

Agreement.

4. A technology framework is hereby established to provide overarching

guidance to the work of the Technology Mechanism in promoting and

facilitating enhanced action on technology development and transfer in order

to support the implementation of this Agreement, in pursuit of the long-term

vision referred to in paragraph 1 of this Article.

5. Accelerating, encouraging and enabling innovation is critical for an effective,

long-term global response to climate change and promoting economic growth

and sustainable development. Such effort shall be, as appropriate, supported,

including by the Technology Mechanism and, through financial means, by the

Financial Mechanism of the Convention, for collaborative approaches to

research and development, and facilitating access to technology, in particular

for early stages of the technology cycle, to developing country Parties.

6. Support, including financial support, shall be provided to developing country

Parties for the implementation of this Article, including for strengthening

cooperative action on technology development and transfer at different stages

Page 137: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xli

of the technology cycle, with a view to achieving a balance between support

for mitigation and adaptation. The global stocktake referred to in Article 14

shall take into account available information on efforts related to support on

technology development and transfer for developing country Parties.

Article 11

1. Capacity-building under this Agreement should enhance the capacity and

ability of developing country Parties, in particular countries with the least

capacity, such as the least developed countries, and those that are particularly

vulnerable to the adverse effects of climate change, such as small island

developing States, to take effective climate change action, including, inter alia,

to implement adaptation and mitigation actions, and should facilitate

technology development, dissemination and deployment, access to climate

finance, relevant aspects of education, training and public awareness, and the

transparent, timely and accurate communication of information.

2. Capacity-building should be country-driven, based on and responsive to

national needs, and foster country ownership of Parties, in particular, for

developing country Parties, including at the national, subnational and local

levels. Capacity-building should be guided by lessons learned, including those

from capacity-building activities under the Convention, and should be an

effective, iterative process that is participatory, cross-cutting and gender-

responsive.

3. All Parties should cooperate to enhance the capacity of developing country

Parties to implement this Agreement. Developed country Parties should

enhance support for capacity-building actions in developing country Parties.

4. All Parties enhancing the capacity of developing country Parties to implement

this Agreement, including through regional, bilateral and multilateral

approaches, shall regularly communicate on these actions or measures on

Page 138: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xlii

capacity-building. Developing country Parties should regularly communicate

progress made on implementing capacity-building plans, policies, actions or

measures to implement this Agreement.

5. Capacity-building activities shall be enhanced through appropriate

institutional arrangements to support the implementation of this Agreement,

including the appropriate institutional arrangements established under the

Convention that serve this Agreement. The Conference of the Parties serving

as the meeting of the Parties to the Paris Agreement shall, at its first session,

consider and adopt a decision on the initial institutional arrangements for

capacity-building.

Article 12

Parties shall cooperate in taking measures, as appropriate, to enhance climate change

education, training, public awareness, public participation and public access to

information, recognizing the importance of these steps with respect to enhancing

actions under this Agreement.

Article 13

1. In order to build mutual trust and confidence and to promote effective

implementation, an enhanced transparency framework for action and support,

with built-in flexibility which takes into account Parties’ different capacities

and builds upon collective experience is hereby established.

2. The transparency framework shall provide flexibility in the implementation of

the provisions of this Article to those developing country Parties that need it in

the light of their capacities. The modalities, procedures and guidelines referred

to in paragraph 13 of this Article shall reflect such flexibility.

3. The transparency framework shall build on and enhance the transparency

arrangements under the Convention, recognizing the special circumstances of

Page 139: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xliii

the least developed countries and small island developing States, and be

implemented in a facilitative, non-intrusive, non-punitive manner, respectful

of national sovereignty, and avoid placing undue burden on Parties.

4. The transparency arrangements under the Convention, including national

communications, biennial reports and biennial update reports, international

assessment and review and international consultation and analysis, shall form

part of the experience drawn upon for the development of the modalities,

procedures and guidelines under paragraph 13 of this Article.

5. The purpose of the framework for transparency of action is to provide a clear

understanding of climate change action in the light of the objective of the

Convention as set out in its Article 2, including clarity and tracking of

progress towards achieving Parties’ individual nationally determined

contributions under Article 4, and Parties’ adaptation actions under Article 7,

including good practices, priorities, needs and gaps, to inform the global

stocktake under Article 14.

6. The purpose of the framework for transparency of support is to provide clarity

on support provided and received by relevant individual Parties in the context

of climate change actions under Articles 4, 7, 9, 10 and 11, and, to the extent

possible, to provide a full overview of aggregate financial support provided, to

inform the global stocktake under Article 14.

7. Each Party shall regularly provide the following information:

a) A national inventory report of anthropogenic emissions by sources and

removals by sinks of greenhouse gases, prepared using good practice

methodologies accepted by the Intergovernmental Panel on Climate

Change and agreed upon by the Conference of the Parties serving as

the meeting of the Parties to the Paris Agreement;

b) Information necessary to track progress made in implementing and

achieving its nationally determined contribution under Article 4.

Page 140: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xliv

8. Each Party should also provide information related to climate change impacts

and adaptation under Article 7, as appropriate.

9. Developed country Parties shall, and other Parties that provide support should,

provide information on financial, technology transfer and capacity-building

support provided to developing country Parties under Article 9, 10 and 11.

10. Developing country Parties should provide information on financial,

technology transfer and capacity-building support needed and received under

Articles 9, 10 and 11.

11. Information submitted by each Party under paragraphs 7 and 9 of this Article

shall undergo a technical expert review, in accordance with decision 1/CP.21.

For those developing country Parties that need it in the light of their capacities,

the review process shall include assistance in identifying capacity-building

needs. In addition, each Party shall participate in a facilitative, multilateral

consideration of progress with respect to efforts under Article 9, and its

respective implementation and achievement of its nationally determined

contribution.

12. The technical expert review under this paragraph shall consist of a

consideration of the Party’s support provided, as relevant, and its

implementation and achievement of its nationally determined contribution.

The review shall also identify areas of improvement for the Party, and include

a review of the consistency of the information with the modalities, procedures

and guidelines referred to in paragraph 13 of this Article, taking into account

the flexibility accorded to the Party under paragraph 2 of this Article. The

review shall pay particular attention to the respective national capabilities and

circumstances of developing country Parties.

13. The Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement shall, at its first session, building on experience from the

arrangements related to transparency under the Convention, and elaborating on

Page 141: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xlv

the provisions in this Article, adopt common modalities, procedures and

guidelines, as appropriate, for the transparency of action and support.

14. Support shall be provided to developing countries for the implementation of

this Article.

15. Support shall also be provided for the building of transparency-related

capacity of developing country Parties on a continuous basis.

Article 14

1. The Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement shall periodically take stock of the implementation of this

Agreement to assess the collective progress towards achieving the purpose of

this Agreement and its long-term goals (referred to as the “global stocktake”).

It shall do so in a comprehensive and facilitative manner, considering

mitigation, adaptation and the means of implementation and support, and in

the light of equity and the best available science.

2. The Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement shall undertake its first global stocktake in 2023 and every five

years thereafter unless otherwise decided by the Conference of the Parties

serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement.

3. The outcome of the global stocktake shall inform Parties in updating and

enhancing, in a nationally determined manner, their actions and support in

accordance with the relevant provisions of this Agreement, as well as in

enhancing international cooperation for climate action.

Article 15

1. A mechanism to facilitate implementation of and promote compliance with the

provisions of this Agreement is hereby established.

Page 142: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xlvi

2. The mechanism referred to in paragraph 1 of this Article shall consist of a

committee that shall be expert-based and facilitative in nature and function in

a manner that is transparent, non-adversarial and non-punitive. The committee

shall pay particular attention to the respective national capabilities and

circumstances of Parties.

3. The committee shall operate under the modalities and procedures adopted by

the Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement at its first session and report annually to the Conference of the

Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement.

Article 16

1. The Conference of the Parties, the supreme body of the Convention, shall

serve as the meeting of the Parties to this Agreement.

2. Parties to the Convention that are not Parties to this Agreement may

participate as observers in the proceedings of any session of the Conference of

the Parties serving as the meeting of the Parties to this Agreement. When the

Conference of the Parties serves as the meeting of the Parties to this

Agreement, decisions under this Agreement shall be taken only by those that

are Parties to this Agreement.

3. When the Conference of the Parties serves as the meeting of the Parties to this

Agreement, any member of the Bureau of the Conference of the Parties

representing a Party to the Convention but, at that time, not a Party to this

Agreement, shall be replaced by an additional member to be elected by and

from amongst the Parties to this Agreement.

4. The Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement shall keep under regular review the implementation of this

Agreement and shall make, within its mandate, the decisions necessary to

Page 143: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xlvii

promote its effective implementation. It shall perform the functions assigned

to it by this Agreement and shall:

a) Establish such subsidiary bodies as deemed necessary for the

implementation of this Agreement; and

b) (b) Exercise such other functions as may be required for the

implementation of this Agreement.

5. The rules of procedure of the Conference of the Parties and the financial

procedures applied under the Convention shall be applied mutatis mutandis

under this Agreement, except as may be otherwise decided by consensus by

the Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement.

6. The first session of the Conference of the Parties serving as the meeting of the

Parties to the Paris Agreement shall be convened by the secretariat in

conjunction with the first session of the Conference of the Parties that is

scheduled after the date of entry into force of this Agreement. Subsequent

ordinary sessions of the Conference of the Parties serving as the meeting of

the Parties to the Paris Agreement shall be held in conjunction with ordinary

sessions of the Conference of the Parties, unless otherwise decided by the

Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement.

7. Extraordinary sessions of the Conference of the Parties serving as the meeting

of the Parties to the Paris Agreement shall be held at such other times as may

be deemed necessary by the Conference of the Parties serving as the meeting

of the Parties to the Paris Agreement or at the written request of any Party,

provided that, within six months of the request being communicated to the

Parties by the secretariat, it is supported by at least one third of the Parties.

8. The United Nations and its specialized agencies and the International Atomic

Energy Agency, as well as any State member thereof or observers thereto not

party to the Convention, may be represented at sessions of the Conference of

Page 144: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xlviii

the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement as

observers. Any body or agency, whether national or international,

governmental or non-governmental, which is qualified in matters covered by

this Agreement and which has informed the secretariat of its wish to be

represented at a session of the Conference of the Parties serving as the meeting

of the Parties to the Paris Agreement as an observer, may be so admitted

unless at least one third of the Parties present object. The admission and

participation of observers shall be subject to the rules of procedure referred to

in paragraph 5 of this Article.

Article 17

1. The secretariat established by Article 8 of the Convention shall serve as the

secretariat of this Agreement.

2. Article 8, paragraph 2, of the Convention on the functions of the secretariat,

and Article 8, paragraph 3, of the Convention, on the arrangements made for

the functioning of the secretariat, shall apply mutatis mutandis to this

Agreement. The secretariat shall, in addition, exercise the functions assigned

to it under this Agreement and by the Conference of the Parties serving as the

meeting of the Parties to the Paris Agreement.

Article 18

1. The Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice and the

Subsidiary Body for Implementation established by Articles 9 and 10 of the

Convention shall serve, respectively, as the Subsidiary Body for Scientific and

Technological Advice and the Subsidiary Body for Implementation of this

Agreement. The provisions of the Convention relating to the functioning of

these two bodies shall apply mutatis mutandis to this Agreement. Sessions of

the meetings of the Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice

Page 145: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

xlix

and the Subsidiary Body for Implementation of this Agreement shall be held

in conjunction with the meetings of, respectively, the Subsidiary Body for

Scientific and Technological Advice and the Subsidiary Body for

Implementation of the Convention.

2. Parties to the Convention that are not Parties to this Agreement may

participate as observers in the proceedings of any session of the subsidiary

bodies. When the subsidiary bodies serve as the subsidiary bodies of this

Agreement, decisions under this Agreement shall be taken only by those that

are Parties to this Agreement.

3. When the subsidiary bodies established by Articles 9 and 10 of the Convention

exercise their functions with regard to matters concerning this Agreement, any

member of the bureaux of those subsidiary bodies representing a Party to the

Convention but, at that time, not a Party to this Agreement, shall be replaced

by an additional member to be elected by and from amongst the Parties to this

Agreement.

Article 19

1. Subsidiary bodies or other institutional arrangements established by or under

the Convention, other than those referred to in this Agreement, shall serve this

Agreement upon a decision of the Conference of the Parties serving as the

meeting of the Parties to the Paris Agreement. The Conference of the Parties

serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement shall specify the

functions to be exercised by such subsidiary bodies or arrangements.

2. The Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris

Agreement may provide further guidance to such subsidiary bodies and

institutional arrangements.

Article 20

Page 146: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

l

1. This Agreement shall be open for signature and subject to ratification,

acceptance or approval by States and regional economic integration

organizations that are Parties to the Convention. It shall be open for signature

at the United Nations Headquarters in New York from 22 April 2016 to 21

April 2017. Thereafter, this Agreement shall be open for accession from the

day following the date on which it is closed for signature. Instruments of

ratification, acceptance, approval or accession shall be deposited with the

Depositary.

2. Any regional economic integration organization that becomes a Party to this

Agreement without any of its member States being a Party shall be bound by

all the obligations under this Agreement. In the case of regional economic

integration organizations with one or more member States that are Parties to

this Agreement, the organization and its member States shall decide on their

respective responsibilities for the performance of their obligations under this

Agreement. In such cases, the organization and the member States shall not be

entitled to exercise rights under this Agreement concurrently.

3. In their instruments of ratification, acceptance, approval or accession, regional

economic integration organizations shall declare the extent of their

competence with respect to the matters governed by this Agreement. These

organizations shall also inform the Depositary, who shall in turn inform the

Parties, of any substantial modification in the extent of their competence.

Article 21

1. This Agreement shall enter into force on the thirtieth day after the date on

which at least 55 Parties to the Convention accounting in total for at least an

estimated 55 percent of the total global greenhouse gas emissions have

deposited their instruments of ratification, acceptance, approval or accession.

Page 147: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

li

2. Solely for the limited purpose of paragraph 1 of this Article, “total global

greenhouse gas emissions” means the most up-to-date amount communicated

on or before the date of adoption of this Agreement by the Parties to the

Convention.

3. For each State or regional economic integration organization that ratifies,

accepts or approves this Agreement or accedes thereto after the conditions set

out in paragraph 1 of this Article for entry into force have been fulfilled, this

Agreement shall enter into force on the thirtieth day after the date of deposit

by such State or regional economic integration organization of its instrument

of ratification, acceptance, approval or accession.

4. For the purposes of paragraph 1 of this Article, any instrument deposited by a

regional economic integration organization shall not be counted as additional

to those deposited by its member States.

Article 22

The provisions of Article 15 of the Convention on the adoption of amendments to the

Convention shall apply mutatis mutandis to this Agreement.

Article 23

1. The provisions of Article 16 of the Convention on the adoption and

amendment of annexes to the Convention shall apply mutatis mutandis to this

Agreement.

2. Annexes to this Agreement shall form an integral part thereof and, unless

otherwise expressly provided for, a reference to this Agreement constitutes at

the same time a reference to any annexes thereto. Such annexes shall be

restricted to lists, forms and any other material of a descriptive nature that is of

a scientific, technical, procedural or administrative character.

Page 148: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

lii

Article 24

The provisions of Article 14 of the Convention on settlement of disputes shall apply

mutatis mutandis to this Agreement.

Article 25

1. Each Party shall have one vote, except as provided for paragraph 2 of this

Article.

2. Regional economic integration organizations, in matters within their

competence, shall exercise their right to vote with a number of votes equal to

the number of their member States that are Parties to this Agreement. Such an

organization shall not exercise its right to vote if any of its member States

exercises its right, and vice versa.

Article 26

The Secretary-General of the United Nations shall be the Depositary of this

Agreement.

Article 27

No reservations may be made to this Agreement.

Article 28

1. At any time after three years from the date on which this Agreement has

entered into force for a Party, that Party may withdraw from this Agreement

by giving written notification to the Depositary.

2. Any such withdrawal shall take effect upon expiry of one year from the date of

receipt by the Depositary of the notification of withdrawal, or on such later

date as may be specified in the notification of withdrawal.

Page 149: PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43091/2/M AZIZ... · KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...

liii

3. Any Party that withdraws from the Convention shall be considered as also

having withdrawn from this Agreement.

Article 29

The original of this Agreement, of which the Arabic, Chinese, English, French,

Russian and Spanish texts are equally authentic, shall be deposited with the

Secretary-General of the United Nations.

DONE at Paris this twelfth day of December two thousand and fifteen.

IN WITNESS WHEREOF, the undersigned, being duly authorized to that effect,

have signed this Agreement.