Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

download Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

of 17

Transcript of Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    1/17

    1

    DAMPAK VOLATILITAS HARGA SAHAM, VOLUME TRADING DAN

    FREKUENSI TRADING SAHAM TERHADAP PRILAKU INVESTOR

    Herman Ruslim

     Abstract

    Volatility Stock Price, volume trading and frequent of trading has an effect to investor

    behaviour, This study try to explain why the volatity, volume and frequent of stock prices

    has changed in line with the behaviour of investor with a sample of stock brokers in Bursa Efek Indonesia with ten brokers both local and foreign and 48 investors. This

    research using primary data with non-parametric statistics measurement and Spearman

    rank method by distributing questionaires to the investors. It is find that the volatility,

    volume and frequent of trading has significant effect to investor behaviour with positive

    sign.

    Keywords:  Investor Behaviour, Spearman Rank, Volatility of Price, Volume of

    Trading, Frequent of Trading

    PENDAHULUAN

    Dalam teori-teori ekonomi klasik, diasumsikan bahwa pelaku ekonomi/pengambil

    keputusan ataupun investor selalu bertindak rasional atau mengambil keputusan yang

    rational. Tetapi dalam kenyataan seringkali ditemukan banyak fakta-fakta bahwa pelakuekonomi/pengambil keputusan ataupun investor seringkali bertindak normal, bukan

     bertindak rational. Bertindak normal berarti ada aspek-aspek psikologis yang

    mempengaruhinya, seperti suka atau tidak suka, sikap menyesal, dan lain sebagainya.Fenomena Pertama, hal ini tercermin juga dalam perilaku investor di pasar modal

    Indonesia. Gonjang-ganjing pasar saham dan obligasi dalam bulan Agustus dan

    September 2005 memberikan fenomena-fenomena bahwa investor tidak rational. Bukti- buktinya adalah perdagangan Surat Utang Negara (SUN) dengan  yield  mencapai 18%-

    20% p.a, bahkan beberapa obligasi BUMN juga diperdagangkan dengan  yield  mencapai

    20% - 26% p.a. dan sebagai perbandingannya deposito pada saat itu berkisar antara 6% -

    9% p.a. Sedangkan pasar saham, hampir setiap hari bergejolak luar biasa selama periodeawal Agustus sampai awal Oktober 2005. Bursa Efek Jakarta mencapai indeks tertinggi

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    2/17

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    3/17

    3

    digunakan para fund manager dalam memberikan alternatif investasi dan edukasi

    investasi kepada investornya, sehingga contoh kasus seperti dispute antara investor danFund Manager BNI Sekuritas tidak terulang kembali.

    Gambar 1.1

    Indeks Harga Saham Gabungan dari periode Tahun 1996 sampai dengan 15September 2011

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    3500

    4000

    1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 15-Sep-11

       I   H   S   G    B

       E   I

    Tahun

    IHSG

     

    Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung menurun dari 3.703,51 per 31

    Desember 2010 dan sempat menembus angka diatas 4.000 di pertengahan Tahun 2011,

    namun kemudian menurun drastis menjadi 3.369,14 per 15 September 2011, penurunanini merupakan pelemahan terbesar sejak krisis financial global tahun 2008. Pelemahan

    indeks disebabkan sentiment negatif investor asing terhadap pasar modal di Indonesia,

    karena ada issue Bank Indonesia akan menurunkan SBI rate dari 6.5% menjadi 6.25%,mengingat tingkat inflasi yang terjaga sepanjang tahun 2011.

    Secara umum indikator perekonomian Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang kuat,

    dilihat dari kinerja sepanjang Tahun 2011, IHSG cenderung meningkat sepanjang tahun2011 dibandingkan dengan indeks harga saham di Negara-negara seperti: Brazil, Rusia,

    India dan China (BRIC), tetapi saat badai mengguncang, kekuatan fundamental

    tampaknya harus menghadapi ujian serius. Negara-negara yang mengalami pertumbuhannegatif antara lain: Amerika, Jepang, dan Eropah sedang melakukan konsolidasi. Bahkan

     Negara-negara yang terancam bangkrut antara lain: Portugal, Irlandia, Yunani, dan

    Spanyol (PIGS) juga mempunyai permasalahan yang cukup berat terhadap tunggakan

    hutang mereka yang berdampak pada perekonomian global karena ketidakmampuanmembayar tungakkan hutang mereka dalam jangka pendek.

    Pada September, IHSG anjlok 15,8% dan Rupiah terdepresiasi 6,9%, hal ini disebabkanekonomi global semakin memburuk walaupun fundamental ekonomi masih relatif baik,

    tetapi banyak hot money  yang dtempatkan di pasar modal dan pasar obligasi, terlihat

    ketika investor asing melakukan konsolidasi dengan menarik dananya dari pasar modaldan pasar obligasi di Indonesia, maka terjadilah koreksi terhadap IHSG. Penarikan dana

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    4/17

    4

    dari investor asing mencapai Rp 30 triliun, mengakibatkan investor-investor menjadi

     panik, namun diharapkan setelah beberapa bulan kedepan, pasar menjadi stabil kembalidan IHSG akan kembali normal.

    Kepanikan pasar dipicu oleh beberapa faktor yang secara individu tidak mengancam,

    tetapi kalau digabung memiliki dampak multiplier krisis yang besar. Pertama, krisisYunani. Ada risiko IMF dan Uni Eropah akan menunda termin bantuan sebesar 8 miliar

    euro karena pemerintah Yunani lambat melakukan reformasi ekonomi sesuai dengan

     program IMF yang telah disepakati. Jika bantuan ini tidak cair Oktober nanti, pemerintahYunani dikhawatirkan akan menunggak, setidaknya atas sebagian dari uangnya sebesar

    370 miliar Euro, atau lebih dari 165% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Yunani. Jika

    Yunani menunggak, otomatis investor akan khawatir Portugal dan Irlandia, yang jugamenerima bantuan Uni Eropa dan IMF akan ikut menunggak. Sementara kekwatiran atas

    Spanyol dan Italia, yang baru saja diturunkan peringkat risikonya oleh Standard and

    Poor’s karena utang akan memburuk pula.

    Maksud Penelitian. Maksud penelitian ini untuk mengetahui determinan sentimen

    investor atas perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan berpedoman padateori-teori behaviour finance yang ada. Dengan mengetahui determinan sentimen investor

    tersebut, diharapkan dapat ditentukan faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi bagi fund manager   dan investor dalam keputusan investasi sehingga membentuk kewajaranharga saham tersebut akibat prilaku dari pada para investor-investor di Bursa Efek

    Jakarta.

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    5/17

    5

    TINJAUAN PUSTAKA

    Penjelasan dan penelitian untuk menjelaskan proses formasi harga saham secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua (Lee, 2003) :

    (1) Efficient Market Hypotesis, yaitu nilai intrisik perusahaan adalah  present value dari

    total cash flow ke investor. Formulasi saham Efficient Market Hypotesis adalah:

    Secara matematis, EMH menginterpretasikan harga saham pada waktu t adalah sama

    dengan value pada waktu t untuk semua t atau Pt = Vt , dan karena PV dari dividen tidak

    dapat diketahui dengan pasti, harga saat ini adalah proxy terbaik untuk Vt 

    (2) Behavioral Model.

    di mana harga saham pada saat t adalah pv dari expected dividend didiskonto padainfiniti dimana Et(Dt  + k) adalah fundamental value, arus dari expected dividen yangakan datang, sedangkan  Et (Yt  + k) memlambangkan expected demand   dari investor

    sentimen. Jika investor sentimen sedang bullish, maka harga saham tesebut akan

    meningkat tajam.

    Dalam analisa fundamental, umumnya seorang analis mencari nilai intrinsik suatu saham

    untuk kemudian membandingkan dengan harga saham di pasar, apakah harga sahamtersebut underprice  atau overprice. Model lain yang dipakai untuk menentukanunderpricing atau overpricing  adalah Capital Asset Pricing Model. Di mana ditentukan

    Beta dari saham tersebut dan  Risk Free Rate. Model-model ini semua dikategorikan

    dalam standard finance, menurut Statman (1999). Penentuan harga berdasarkan fahamutilitarian characterictics, yaitu harga suatu saham ditentukan berdasarkan resiko yang

    dimilikinya dan investor bertindak rational dalam membentuk harga tersebut.

    Tversky (2003, 101) dalam makalah “The Psychology of Risk ” menjelaskan bahwa “To

    be successful in investment, one needs to understand the economic processes, intitutional

    and political contraints, how information is disseminated and human psychology-How

     people react to and perceive uncertainty. Tversky melihat standard finance and

    behavioral finance diperlukan untuk keberhasilan suatu investasi

    Selain Lee(2003), Statman(1999) juga menjelaskan bahwa formasi harga suatu

    saham bisa dijelaskan juga dengan behavioral model. Model behavioral finance  berdasarkan faham value-expressive characteristics, seperti sentimen investor terhadap

    saham tersebut bisa membuat volatilitas harga suatu saham yang sulit dijelaskan dengan

    model standard finance. Sentimen indikator menurut Lee (2003) dapat dilihat daritrading volume. Sedangkan sentimen indikator menurut Brown (1999) dapat dilihat dari

    2 hal: (1) sentimen investor berhubungan dengan volatilitas harga saham dan (2)

    sentimen investor berhubungan dengan volume perdagangan.

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    6/17

    6

    Oleh karena itu, untuk menguji adanya behavioral model  dalam formasi harga

    saham, maka akan dilakukan 2 hypothesis testing  dengan menggunakan penjelasanBrown (1999) seperti yang sudah disebutkan dalam metodologi penelitian.

    Untuk mengetahui adanya behavioral bias dalam investor, maka akan digunakan

    kuesioner. Kuesioner ini akan akan menggunakan pendekatan dari Kahneman dan

    Tversky (1979), Olsen(1998), Fisher dan Statman (1999), dan Scot, Stumpp dan Xu(1999)

    PROSPECT THEORY

    Kahneman dan Tversky (1979) memperkenalkan sebuah utility evaluation  terhadap

     perilaku investor sewaktu rugi dan sewaktu untung. Dari grafik value function  terlihat

     bahwa rasa sakit akibat rugi lebih besar daripada rasa senang pada waktu untung,sehingga investor lebih sulit menjual pada waktu rugi. Ini memperlihatkan gejala investor

    enggan melakukan cut losses pada waktu rugi, dan mudah melakukan profit taking pada

    waktu untung.

    Gambar 2.1 Prospect Function

    (Sumber: Kahneman dan Tversky, 1979)

    HERDING AND TREND CHASING

     Efficient Market Theory mengatakan bahwa noise traders tidak akan mempengaruhi assetreturn karena arbitrageurs  akan membawa harga kembali ke nilai ekuilibrium fundamental value. Tetapi De Long, Shleifer, Summers dan Waldmann (1990)

    menjelaskan bahwa fungsi arbitrage  terbatas bila risk-averse arbitrageurs  mempunyaitime horizons yang lebih pendek daripada noise traders, sehingga terjadi volatilitas hargayang besar dan terjadi herding dan trend chasing seperti yang dijelaskan oleh Lee et al

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    7/17

    7

    (2002, 78) “The price-pressure effect holds that bullish (bearish) sentiment by noise

    traders results in a price that is greater (less) than the asset’s fundamental value and

    reduces (increases) its expected return.” 

    POSITIVE FEEDBACK TRADINGOlsen (1998) menjelaskan salah satu behavioral bias  adalah  positive feedback , yaituoverweight   pada bukti yang lebih baru, overweight   pada opini konsensus, mencariconfirming evidence, dan selalu berharap merupakan bagian dari group.

    OVERCONFIDENCE

    Beberapa studi menunjukkan bahwa manusia cenderung yakin bahwa tingkat forecastnyalebih baik/tepat (Scot, Stumpp, dan Xu, 1999). Mereka cenderung overemphasize  akan

    keyakinan mereka terhadap suatu forecasting yang mereka buat.  Behavioral bias  ini

    sering disebut juga “representativeness bias”. Pada akhirnya, perilaku ini juga

    menimbulkan overreact kepada event  yang dramatik (DeBondt dan Thaler, 1985)

    MENTAL ACCOUNTING

    Dalam melakukan investasi, investor membuat account-account   dalam pikirannya,misalnya investor memiliki saham PGAS, INDF, CTRS. Saham PGAS naik, Saham

    INDF dan CTRS turun, si investor merasa untung di PGAS dan rugi di INDF dan CTRS.

    Sehingga terdorong untuk menjual PGAS dan hold   saham CTRS dan INDF (Tversky,1999).

    REGRET THEORY

    Shefrin dan Statman (1985) menjelaskan bahwa regret theory adalah reaksi emosi orang

    akibat mengambil keputusan yang salah (error judgment ), seperti membeli sahamkemudian harga saham tersebut jatuh harganya. Investor akan menghindari menjual

    saham yang rugi untuk menghindari perasaan menyesal (regret ) akibat membeli investasi

    yang jelek dan terlalu malu melaporkan adanya rugi (loss) dalam transaksi tersebut.

    TIME HORIZONS

    Fisher dan Statman (1999) menunjukkan bahwa dalam pasar saham yang bullish, investor

    akan mempunyai long time horizons. Apabila pasar saham dalam kondisi bearish,investor akan memperpendek time horizons secara drastis.

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    8/17

    8

    METODE

      Object Penelitian adalah sentimen investor, volatilitas harga saham, volume transaksidan frekwensi transaksi dari 10 broker baik lokal maupun asing dan 48 investor;

      Bentuk Penelitian adalah Penelitian deskriptif dan verifikatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi mengenai pengaruh volatilitas

    harga saham, volume transaksi saham dan frekwensi transaksi saham terhadap prilaku

    investor.

      Metode Pemilihan Sampel: Acak Sederhana (Simple Random Sampling), PenentuanJumlah Sampel 253 dari data transaksi dan IHSG BEI dari tanggal 1 Oktober 2005 –15 Oktober 2005;

      Metode pengumpulan data: Survei dengan data sekunder diperoleh dari Bursa EfekIndonesia, Kurun waktu penelitian: Time Series  & Cross Sectional selama 14 hari,

    unit Analisis: Investor di BEI dan Alat Analisis: Uji Korelasi non parametrik;

      Uji Keandalan (Test of Reliability): Spearman’s Rho;

    Model Penelitian:

    Prilaku Investor = Fungsi (Volume Transaksi, Frekwensi Transaksi, Volatilitas Harga

    Saham)

    Jenis dan Sumber Data

    Untuk mengetahui perilaku investor BEI, maka data yang diolah ada 2 tipe:1.  Tipe pertama adalah data transaksi dan hasil IHSG Bursa Efek Indonesia dari 1

    Oktober 2005 – 15 Oktober 2005.

    2.  Tipe kedua adalah data berupa jawaban responden terhadap kuesioner. Ada 2 jenistipe kuesioner. Yang pertama adalah kuesioner yang dijawab oleh investor perorangan. Yang kedua adalah adalah kuesioner yang dijawab oleh  fund manager .

    3.4 Teknik Pengumpulan Data

    Untuk Hypotesis testing mengenai hubungan investor sentiment dan volatilitas harga

    saham:

    Ho: Deviasi dari average level of investor   sentiment tidak berhubungan (tidak berasosiasi) dengan peningkatan volatilitas harga saham

    Ha: Deviasi dari average level of investor   sentiment berhubungan dengan peningkatan

    volatilitas harga saham

    Diperoleh   = 0,000, maka Ho ditolak, sehingga dari data sampel dapat disimpulkan bahwa Deviasi dari average level of investor  sentiment berhubungan dengan peningkatanvolatilitas harga saham, dengan arah koefisien positif, dengan nilai koefisien Spearman

    Rho sebesar 0,304

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    9/17

    9

    Untuk pengujian hipotesis mengenai hubungan sentiment investor berhubungan

    (berasosiasi) dengan peningkatan volume transaksi:Ho: Deviasi dari average level of investor sentiment tidak berhubungan (tidak

     berasosiasi) dengan peningkatan volume transaksi saham

    Ha: Deviasi dari average level of investor sentiment berhubungan dengan peningkatan

    volume transaksi sahamDiperoleh   = 0,000, maka Ho ditolak, sehingga dari data sampel dapat disimpulkan

     bahwa Deviasi dari average level of investor sentiment berhubungan dengan peningkatanvolume transaksi saham, dengan arah koefisien positif.

    Untuk pengujian hipotesis mengenai hubungan sentiment investor berhubungan(berasosiasi) dengan peningkatan frekwensi transaksi:

    Ho: Deviasi dari average level of investor sentiment tidak berhubungan (tidak

     berasosiasi) dengan peningkatan frekwensi transaksi sahamHa: Deviasi dari average level of investor sentiment berhubungan dengan peningkatan

    frekwensi transaksi saham

    Diperoleh   = 0,000, maka Ho ditolak, sehingga dari data sampel dapat disimpulkan bahwa Deviasi dari average level of investor sentiment berhubungan dengan peningkatan

    volume transaksi saham, dengan arah koefisien positif.

    KORELASI RANK SPEARMAN

    Metode korelasi rank (peringkat) Spearman Rho digunakan untuk pengukuran kuantitatif

    secara eksak sulit atau tidak mungkin dilakukan. Koefisien korelasi rank Spearman

    dinotasikan dengan r s dan dapat dirumuskan sebagai berikut:

    r s =6 ∑ d1

    2

    n(n2 - 1)

    n

    I = 1

     Dimana: d i = menunjukkan perbedaan setiap pasang rank

    n = menunjukkan jumlah pasangan rank

    Langkah-langkah menghitung koefisien korelasi rank Spearman sebagai berikut:

    1.   Nilai pengamatan dua variabel yang akan diukur diberi peringkat. Bila ada nilai

     pengamatan yang sama dihitung peringkat rata-ratanya;2.  Setiap pasang peringkat dihitung perbedaannya (d i)3.  Perbedaan setiap peringkat tersebut dikuadratkan (d i

    2) dan kemudian dihitung

     jumlahnya;

    4.  Menghitung koefisien korelasi.

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    10/17

    10

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dengan menggunakan 253 sampel dari data transaksi dan IHSG BEI dari tanggal 1

    Oktober 2005 – 15 Oktober 2005 diperoleh hasil arah dan koefisien korelasi dengan uji

    korelasi nonparametrik (Spearman’s Rho) sebagai berikut:

    Correlations

    1.000 .832**   .817**   .304**

    . .000 .000 .000

    254 254 254 253

    .832**   1.000 .799**   .222**

    .000 . .000 .000

    254 254 254 253

    .817**   .799**   1.000 .261**

    .000 .000 . .000

    254 254 254 253.304**   .222**   .261**   1.000

    .000 .000 .000 .

    253 253 253 253

    Correlation Coefficien

    Sig. (2-tailed)

    N

    Correlation Coefficien

    Sig. (2-tailed)

    N

    Correlation Coefficien

    Sig. (2-tailed)

    NCorrelation Coefficien

    Sig. (2-tailed)

    N

    Investor_Sentimen

    Volume

    Frekwensi

    Volatilitas

    Spearman's rho

    Investor_ 

    Sentimen Volume Frekwensi Volatilitas

    Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

    (Sumber: Data Penelitian)

    Untuk Hypotesis testing mengenai hubungan investor sentiment dan volatilitas hargasaham:

    Ho: Deviasi dari average level of investor   sentiment tidak berhubungan (tidak

     berasosiasi) dengan peningkatan volatilitas harga sahamHa: Deviasi dari average level of investor  sentiment berhubungan dengan peningkatan

    volatilitas harga saham

    Diperoleh   = 0,000, maka Ho ditolak, sehingga dari data sampel dapat disimpulkan bahwa Deviasi dari average level of investor  sentiment berhubungan dengan peningkatan

    volatilitas harga saham, dengan arah koefisien positif, dengan nilai koefisien SpearmanRho sebesar 0,304

    Untuk pengujian hipotesis mengenai hubungan sentiment investor berhubungan

    (berasosiasi) dengan peningkatan volume transaksi:Ho: Deviasi dari average level of investor sentiment tidak berhubungan (tidak

     berasosiasi) dengan peningkatan volume transaksi sahamHa: Deviasi dari average level of investor sentiment berhubungan dengan peningkatan

    volume transaksi saham

    Diperoleh   = 0,000, maka Ho ditolak, sehingga dari data sampel dapat disimpulkan bahwa Deviasi dari average level of investor sentiment berhubungan dengan peningkatan

    volume transaksi saham, dengan arah koefisien positif, dengan nilai koefisien Spearman

     Rho sebesar 0,832

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    11/17

    11

    Untuk pengujian hipotesis mengenai hubungan sentiment investor berhubungan

    (berasosiasi) dengan peningkatan volume transaksi:Ho: Deviasi dari average level of investor   sentiment tidak berhubungan (tidak

     berasosiasi) dengan peningkatan frekwensi transaksi saham

    Ha: Deviasi dari average level of investor   sentiment berhubungan dengan peningkatan

    frekwensi transaksi sahamDiperoleh   = 0,000, maka Ho ditolak, sehingga dari data sampel dapat disimpulkan

     bahwa Deviasi dari average level of investor sentiment berhubungan dengan peningkatanvolume transaksi saham, dengan arah koefisien positif, dengan nilai koefisien Spearman

    Rho sebesar 0,817

    Dari hasil pengujian sampel, semua evidence menguatkan pendapat Brown (1999) bahwa

    investor sentiment berasosiasi dengan volatilitas harga saham, volume transaksi,

    frekuensi transaksi dan total nilai transaksi saham.Sedangkan model investor sentiment adalah sebagai berikut:

    Investor Sentiment = 15.982 + 0,546LnVolume + 0,020Frekwensi + 0,005Deviasi

    Investor sentimen = fungsi (volume, frekwensi dan deviasi)Semua variable independent dan konstanta mempunyai signifikansi pada 1% dantidak terdapat multicolinierity karena tolerance melebihi 0,0001 dan VIF dibawah angka

    5

    (Sumber: Data Penelitian)

    Profile Investor di Mata Para Broker-Dealer, Fund Manager dan Marketing

    Dengan menggunakan 10 sampel perusahaan sekuritas asing dan lokal, diperoleh 48

    responden mengenai pendapat para broker-dealer, fund manager dan marketing (untukselanjutnya disebut broker) terhadap investor yang merupakan klien mereka, dengan

    ringkasan sebagai berikut:Trading On Rumours  ………………………………. 0,750Follow Foreign Buy  ……………………………….. 0,896 Regret Theory  ……………………………………… 0,875

    Prospect Theory-  Cut Loss  ………………………………….. 0,75-  Profit Taking ………………………………. 0,625

     Herding ……………………………………………… 0,958Upward Trend Chasing……………………………… 0,729

    Coefficientsa

    15.982 1.036 15.420 .000

    .546 .051 .569 10.641 .000 .429 2.331

    .020 .004 .281 5.221 .000 .424 2.361

    .005 .002 .095 2.594 .010 .924 1.082

    (Constant)

    Volume

    Frekwensi

    Deviasi

    Model1

    B Std. Error 

    Unstandardized

    Coefficients

    Beta

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. Tolerance VIF

    Collinearity Statistics

    Dependent Variable: Investor_Sentimena.

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    12/17

    12

     Downward Trend Chasing…………………………… 0,500 Mental Accounting/Point of Reference……………… 0,792Type of Advisory to Clients  ……………………….. 0,000 Investor Beliefs ……………………………………… 0,271

    [Semakin mendekati angka 1, menunjukkan perilaku investor yang heuristic, semakinmendekati angka 0, menunjukkan perilaku investor yang semakin rational]

    (Sumber: Data Penelitian)

    Menurut broker, walaupun mereka memberikan research report   dan advisory  yang

    memberikan informasi fundamental mengenai suatu saham dan sebagian besar investor

    mempercayai aspek fundamental suatu perusahaan (ditunjukkan dalam skala 0,271 yanglebih mendekati angka 0), tetapi dalam melakukan transaksi saham :

      sebanyak 75% investor melakukan trading saham berdasarkan rumours, karenamengharapkan adanya positive feedback trading,

      89,6% mengikuti saham yang dibeli oleh investor asing, karena merasa lebih nyamanapabila saham tersebut dimiliki investor asing dan menganggap analis dari investorasing sudah melakukan research yang mendalam terhadap saham tersebut

    [menunjukkan aspek positive feedback trading]

      87,5% dari investor masih menyimpan saham yang rugi, karena menghindari perasaan menyesal (regret ) akibat membeli investasi yang jelek dan terlalu malumelaporkan adanya rugi (loss) dalam transaksi tersebut {Shefrin dan Statman, 1985).

    Perilaku ini juga mengindikasikan sikap loss aversion (Tversky, 2003)

      95,8% dari investor memilih mengikuti konsensus dari investor lain, sehingga akanmelakukan transaksi saham pada saat saham tersebut ramai diperdagangkan di bursa(perilaku Herding).

      72,9% dari investor akan membeli saham pada saat saham tersebut sedang naik(upward chasing) dengan harapan dapat menjualnya lebih tinggi lagi karena akan

     banyak investor yang akan terus membeli, karena adanya price pressure effect  (Lee,2002)

      50% dari investor melakukan downward chasing, kecilnya angka ini diduga sebagianinvestor ingin menghindari kerugian (adanya perilaku loss aversion)

      79,2% dari investor memiliki perilaku mental accounting, yaitu dia ingin menyimpansaham tersebut sampai saham tersebut balik kembali ke cost nya, perilaku ini

    sekaligus mencerminkan adanya point of reference (Tversky, 2003)

    Kecenderungan Perilaku Investor Menurut Penilaian Mereka Sendiri

    Dengan menggunakan 68 responden, diperoleh beberapa perilaku yang menonjol dengan

    rata-rata di atas 70% adalah:

    1. Predict Stock Price  88%

    2. Melakukan profit taking  72%3. Tidak Berani Cut Loss (perilaku loss aversion) 72%

    4. Herding 79%

    5. Merasa yakin akan mendapatkan laba sewaktu

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    13/17

    13

    melakukan transaksi saham 74%

    Perilaku yang menonjol dari Investor BEJ adalah 88% mencoba memprediksi harga

    saham yang mereka beli, 72% menguatkan adanya prospect theory, yaitu melakukan

     profit taking sewaktu saham tersebut mengalami kenaikan, tetapi tidak berani cut loss 

    sewaktu saham tersebut turun (loss aversion), 79% investor akan membeli saham yangramai ditransaksikan (perilaku  Herding) dan overconfidence terhadap kemampuan

    mereka dalam melakukan investasi di saham sebesar 74%

    Apabila dengan menggunakan control variable sex, maka diperoleh data sebagai berikut:

    Wanita Pria

    1 Predict Stock Price  90% 87%

    2. Take Profit   80% 45%

    3. Stop Loss  40% 66%

    4. Herding  85% 77%

    5. Loss Aversion  75% 34%

    6. Stock is Long Term Investment   35% 75%

    (Sumber: Data Penelitian)

    Dari data di atas, terdapat perbedaan antara wanita dan pria dalam perilaku melakukantransaksi saham, yaitu

    -  Pria lebih berani melakukan cut loss (66%) dibandingkan dengan wanita (40%)-  Pria menganggap saham adalah long term investment   (75%) dibandingkan dengan

    wanita (35%)

    -  Wanita melakukan taking profit apabila saham tersebut naik (80%), dibandingkandengan pria (45%)-  Wanita lebih suka membeli saham yang sedang ramai ditransaksikan dan dimiliki

    oleh banyak orang ( Herding )(80%) dibandinkan dengan pria (77%)

    -  Wanita lebih takut rugi (loss aversion)dengan responden 75% dibandingkan dengan pria yang hanya 34%.

    .Dari data di atas, di duga bahwa wanita mempunyai perilaku yang heuristic daripada

    Pria [ Pria lebih rational daripada wanita dalam melakukan transaksi saham]

    Apabila dengan menggunakan control variable umur , maka diperoleh data sebagai

     berikut:

    30thn ke bawah 31 thn keatas

    1. Predict Stock Price 83% 91%

    2. Mekanisme Profit Taking 57% 80%

    3. Herding 70% 84%

    4. Merasa yakin akan untung invest di saham 57% 82%

    (Sumber: Data Penelitian)

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    14/17

    14

    Investor yang berusia 31 thn ke atas di duga lebih heuristics  dibandingkan dengan

    investor yang berusia 30 tahun dan ke bawah, di mana investor yang berusia 31 tahunlebih banyak mencoba prediksi harga saham (91%), membuat mekanisme untuk  profit

    taking (80%), Herding (84%) dan merasa yakin akan untung apabila melakukan transaksi

    saham (82%)

    Apabila menggunakan control variable  jenis pekerjaan yang dibagi menjadi lima

    kelompok, yaitu : 0. Belum Bekerja, 1. Staff, 2.  Middle Management , 3. Top

     Management , 4. Pengusaha dan 5. Specialis/Praktisi Profesi, maka data tersebut diringkasdalam tabel berikut:

    Case Summaries

    4 4 4 4 4 4 4 4 4

    .50 .50 .50 .50 1.00 .50 1.00 .00 1.00

    2 2 2 2 4 2 4 0 4

    24 24 24 23 24 23 24 24 24

    .75 .83 .71 .22 .42 .74 .75 .29 .33

    18 20 17 5 10 17 18 7 8

    27 27 27 27 27 27 27 27 27

    .63 1.00 .41 .74 .59 1.00 .63 .93 .78

    17 27 11 20 16 27 17 25 21

    5 5 5 5 5 5 5 5 5

    .60 1.00 .60 .60 .80 .60 .60 .60 1.00

    3 5 3 3 4 3 3 3 5

    2 2 2 2 2 2 2 2 2

    1.00 .00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 .00

    2 0 2 2 2 2 2 2 0

    6 6 6 6 6 6 6 6 6

    .33 1.00 1.00 .50 .67 .33 1.00 .50 .83

    2 6 6 3 4 2 6 3 5

    68 68 68 67 68 67 68 68 68.65 .88 .60 .52 .59 .79 .74 .59 .63

    44 60 41 35 40 53 50 40 43

    N

    Mean

    Sum

    N

    Mean

    Sum

    N

    Mean

    Sum

    N

    Mean

    Sum

    N

    Mean

    Sum

    N

    Mean

    Sum

    N

    Mean

    Sum

    Jenis_Pekerjaan

    Belum Bekerja

    Staff 

    Middle

    Management

    Top

    Management

    Pengusaha

    Specialis/Profesi

    Total

    Buy_ 

    On_ 

    Rumou

    rs

    Predit_ 

    Stock

    Price

    Regr 

    et

    Trend_ 

    Chasing_ 

    foreign

    Uptren

    d

    Herdin

    g

    Overco

    nfidenc

    e2

    Pointof 

    Reference

    Long_ 

    term_ 

    Investmen

    t

     (Sumber: Data Penelitian)

    Responden dari kelompok Belum Bekerja, Top Management , Pengusaha dan

    Specialis/Profesi hanya mencapai maksimum 6 responden, oleh karena itu yang akan

    dibahas hanya kelompok Staff dan Middle Management .76% dari staff membeli saham berdasarkan rumours, 100% dari middle

    management  mencoba memprediksi harga saham, 71% dari staff akan menyesal apabila

    memiliki saham yang sedang merugi, 74% dari middle management  akan membeli sahamyang sedang dibeli oleh investor asing, 100% dari midlle management  melakukan praktek

    herding dalam membeli saham, 75% dari staff overconfidence dalam melakukan transaksisaham, 93% dalam melakukan transaksi saham dan 78% dari middle management  menganggap saham adalah investasi jangka panjang.

    Diduga perilaku heuristics dari staff dan middle management  hampir sama dengan aspek

    yang berbeda sesuai dengan tabel di atas.

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    15/17

    15

    DISKUSI:

    1.  Penyebab perubahan motivasi investor BEI dalam bertransaksi pada periode 3Agustus 2005 sampai dengan 12 September 2005 adalah perubahan sentiment

    investor, hal ini terlihat dari perubahan volume penjualan, perubahan frekwensi penjualan dan tingginya volatilitas harga saham.

    2.  Walaupun para fund manager, broker/dealer dan marketing selalu memberikaninput tentang aspek fundamental nilai suatu saham dan keyakinan investor

    sebagian besar adalah berdasarkan nilai fundamental, tetapi dalam prakteknya,

    investor sangat terpengaruh oleh noise trader, mengikuti pembelian investorasing, tidak berani cut loss, melakukan praktek ‘herding’ & upward trend chasing

    dan mempunyai mental accounting dalam menghitung untung ruginya investasi

     pada sebuah saham.

    3.  Investor overconfidence terhadap imbal hasil saham perusahaan tersebut. Merekacenderung overemphasize  akan keyakinan mereka terhadap suatu  forecasting yang mereka buat. Pada akhirnya, perilaku ini juga menimbulkan overreact

    kepada event yang dramatik, Harga saham Bumi pada bulan Oktober 2008 sempat

    menyentuh Rp 400 sebelumnya pernah mencapai Rp 8.000,- banyak fund

    manager dan investor yang cut losses di posisi yang rendah;

    4.  Menurut penilaian investor, perilaku heuristics  yang tampak adalah mencobamemprediksi harga saham, profit taking apabila saham tersebut naik, tidak beranicut loss, herding, yakin akan kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan dari

    transaksi saham. Sedangkan investor wanita diduga lebih memiliki perilakuheuristics dibandingkan dengan investor pria, investor yang berusia 31 tahun ke

    atas diduga lebih memiliki perilaku heuristics  dibandingkan dengan investor

    yang berusia 30 tahun dan ke bawah, sedangkan jenis pekerjaan staff  dan middlemanagement  hampir memiliki perilaku heuristics yang sama

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    16/17

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    Brown, Gregory W. 1999. “Volatility, Sentiment, and Noise Traders.” Financial Analysts

     Journal, March/April 1999 edition: 82-90

    Daniel, Kent dan Sheridan Titman. 1999. “Market Efficiency in an Irrational World.”Financial Analysts Journal, Nov/Dec; 28-40

    De Bondt, W., dan R. Thaler. 1986. “Does the Stock Market Overreact?”  Journal of

    Finance, vol.60, no.3 (July): 793-805

    De Long, J. Bradford, Andrei Shleifer, Lawrence H. Summers, dan Robert J. Waldmann.

    1989. “The Size and Incidence of the Losses from Noise Trading.” Journal of Finance,

    vol.44, no.3 (July): 681-696

    Fisher, Kenneth L. dan Meir Statman. 1999. “A Behavioral Framework for TimeDiversification.” Financial Analysts Journal, may/june 1999 : 88-98

    Fisher, Kenneth L., and Meir Statmen. 2000. “ Investor Sentiment and Stock Returns.”

    Financial Analysts Journal, March/April 2000: 16-23

    Kahneman, D., dan A. Tversky. 1979. “Prospect Theory: An Analysis of Decision

    Making Under Risk.” Econometrica, vol47, no.2 (March): 263-291

    Lee, Charles MC. 2003. “Fusion Investing”. www.aimrpubs.org;15-23 

    Lee, Wayne L., Christine X. Jiang dan Daniel C. Indro. 2002.” Stock Market Volatility,

    Excess Return, and the Role of Investor Sentiment.”  Journal of Banking and Finance,

    vol26 No.12: 77-99

    Olsen, Robert A. 1998. “ Behavioral Finance and Its Implications for Stock Price

    Volatility.” Financial Analysts Journal, March/April ed: 10-18

    Scott, James, Mark Stumpp dan Peter Xu. 1999. “Behavioral Bias, Valuation, and Active

    Management.” Financial Analysts Journal, July/Agt 1999 ed: 49-57

    Shiller, Robert J. 2002. “ Bubbles, Human Judgment, and Expert Opinion.” Financial

    Analyst Journal, May/June 2002: 18-26

    Shiller, Robert J. 2003. “From Efficient Markets Theory to Behavioral Finance.” Journal

    of Economic Perspectives, vol 17 No.1: 83 – 104

    Siebenmorgen, Niklas dan Martin Weber .2003. “A behavioral Model for Asset

    Allocation.” Financial Markets and Portfolio Management , vol.17 no.1: 15-42

  • 8/18/2019 Perubahan Harga Saham Terhadap Prilaku Investor

    17/17

    17

    Statman, M. 1995. “Behavioral Finance versus Standard Finance.” In Behavioral Finance

    and Decision Theory in Investment Management , Charlottesville, VA: AIMR: 14-22

    Statman, Meir. 1999. “ Behavioral Finance: Past Battles and Future Engagement.”Financial Analysts Journal, edisi Nov/Dec 1999: 18-27

    Statman, Meir. 2002. “Lottery Players/Stock Traders.” Financial Analysts Journal,Jan/Feb 2002 edition: 14-21

    Tversky, Amos. 2003. The Psychology of Risk . Pada 2003 CFA Level III Candidate

    Readings; Portfolio Management I. Charlottesville, Virginia. CFA Institute. p.98-102

    ------------. 1993. Advances in Behavioral Finance. New York: Russel Sage Press

    ------------. 2003. Portfolio Management I: 2003 CFA Level III Candidate Readings. CFAInstitute: 98-102