Variabel antaseden penerimaan investor terhadap sistem perdagangan saham online

download Variabel antaseden penerimaan investor terhadap sistem perdagangan saham online

of 78

Transcript of Variabel antaseden penerimaan investor terhadap sistem perdagangan saham online

BAB I

PAGE 76

BAB I

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Penelitian Pasar modal di Indonesia telah memasuki babak baru dalam perkembangannya. Hal ini ditandai dengan mulai digunakannya sistem perdagangan JATS Next - G, atau Jakarta Automated Trading System Next Generation, yang resmi beroperasi pada tanggal 2 Maret 2009 menggantikan sistem pendahulunya JATS. Walaupun pada awalnya sempat terjadi beberapa masalah yang menyebabkan terhentinya perdagangan di lantai bursa, tapi sampai saat ini sistem telah beroperasi secara normal. Kelebihan JATS Next - G dibanding sistem sebelumnya adalah pada kemampuannya dalam menangani transaksi yang lebih besar. Kapasitas sistem baru JATS Next - G dirancang mampu menampung 500.000 order dan 250.000 transaksi per hari dengan kemungkinan bisa dinaikkan kapasitasnya sebesar 25 persen per tahun (Tri dan Nerisa, 2009) Dari sisi perusahaan pialang, hal ini merupakan sebuah momen yang baik, karena dengan penerapan JATS Next - G oleh PT Bursa Efek Indonesia (PT. BEI) maka terbuka peluang bagi perusahaan pialang untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada nasabah dengan memberikan fasilitas layanan perdagangan saham secara online. Sistem perdagangan saham online sebenarnya sudah sangat populer dinegaranegara maju seperti Amerika , Taiwan, Korea, Hongkong dan Singapura (Huang et al, 2005). Banyaknya perusahaan yang menerapkan sistem ini disebabkan karena sistem ini dipercaya dapat memberikan layanan yang cepat dan murah bagi pelanggan / investor , sehingga dengan menerapkan sistem perdagangan secara online perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif. Mengikuti trend yang telah terjadi dinegara negara lain, saat ini mulai banyak perusahaan pialang yang menerapkan sistem perdagangan saham secara online di Indonesia. Ada perusahaan yang menerapkan sistem online sebagai fasilitas tambahan bagi nasabah dimana perusahaan merepakan sistem online bersandingan dengan sistem perdagangan konvesional, dan ada pula perusahaan yang memang secara khusus hanya menyediakan jasa layanan online.

Sistem perdagangan saham online adalah sebuah sistem yang dapat melayani order beli dan jual melalui internet. Investor tidak perlu berhubungan dengan pialang karena investor dapat memasukan order sendiri melalui sebuah komputer yang terhubung dengan internet. Dengan sistem ini proses transaksi menjadi lebih cepat dan efisien karena informasi yang dibutuhkan oleh investor untuk pengambilan keputusan investasi dapat langsung diperoleh dari perangkat lunak yang digunakan untuk bertransaksi.

Karena sistem yang serba otomatis dan mandiri maka perusahaan pialang biasanya memasang tarif transaksi yang lebih rendah daripada sistem konvensional. Untuk transaksi secara online biaya transaksi yang ditetapkan oleh perusahaan pialang antara 0,1 sampai 0,2 persen sedangkan untuk transaksi konvensional diatas 0,3 persen. Penetapan biaya transaksi yang lebih rendah oleh perusahaan pialang sebagai perantara perdagangan efek disebabkan karena sistem online dapat menekan biaya operasional. Penghematan diperoleh karena perusahan tidak membutuhkan tenaga wakil pialang yang biasanya menerima order dari investor dan beberapa penghematan lainnya diperoleh melalui efisiensi pada sistem admisitrasi atau back office system. Oleh sebab itu pula perusahaan pialang online dapat menetapkan jumlah dana awal yang lebih kecil bagi investor yang ingin berinvestasi pada bursa saham. Pialang konvensional mentapkan dana minimum sebesar 100 juta Rupiah, tetapi pialang saham online menetapkan dana minimum hanya berkisar 5 sampai 10 juta Rupiah saja. Dari sisi geografis dimana Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, banyak nya pulau pulau kecil di Indonesia menjadi suatu masalah yang rumit bagi sebuah perusahaan dalam mendistribusikan produknya. Masalah ini pun harus dihadapi oleh perusahaan pialang. Perusahaan pialang dengan sistem perdagangan konvensional akan kesulitan untuk melayani investor diseluruh wilayah Indonesia, karena perusahaan pialang harus memiliki kantor perwakilannya di dearah. Pembukaan kantor cabang baru tentu saja memerlukan dana investasi yang tidak sedikit. Akibatnya meningkatkan jumlah nasabah dengan masuk ke sebuah wilayah baru menjadi alternatif terakhir bagi perusahaan pialang. Tetapi dengan sistem perdagangan online, order dapat dilakukan dimana saja investor berada selama mereka memiliki komputer dan akses internet sehingga perusahaan pialang dapat merangkul para nasabah calon investor baru dari berbagai wilayah diseluruh Indonesia tanpa harus memiliki kantor cabang didaerah tersebut. Dari karakteristik sistem perdagangan saham online yang telah diuraikan diatas terlihat bahwa penerapan sistem akan dapat menarik investor lebih banyak lagi untuk berinvestasi di bursa. Selain daya jangkau dari sistem online yang lebih luas dan biaya yang lebih kecil, beberapa hal yang selama ini tertanam pada benak masyarkat Indonesia mengenai pasar modal, seperti rumitnya sistem transaksi dan besarnya dana yang dibutuhkan untuk berinvestasi tidak akan dijumpai pada sistem perdagangan secara online. Oleh sebab itu dengan menerapkan sistem perdagangan online perusahaan pialang berharap dapat menghapus semua bayangan negatif mengenai pasar modal dari benak masyarakat, sehingga semakin banyak masyarakat yang berani berinvestasi pada pasar modal yang tentu saja juga berarti akan meningkatakan pendapatan bagi perusahaan pialang sebagai perusahaan perantara perdagangan efek. Dari sisi perekonomian pasar modal dapat membantu meningkatkan pertumbuahan ekonomi Indonesia dengan jalan menyediakan dana murah bagi perusahaan untuk berekspansi. Ekspansi dari perusahaan perusahaan tersebut akan meningkatkan GDP negara dan menciptakan lapangan pekerjaan baru serta mengurangi tingkat kemiskinan. Perkembangan pasar modal di Indonesia diharapkan dapat mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, yang kemudian akan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Sebagai indikator perkembangan pasar modal selain dari total aset yang tertanam juga dapat dilihat dari jumlah dan kategori investor yang melakukan investasi pada pasar modal. Di pasar modal Indonesia sampai saat ini jumlah investor yang tercatat pada data PT.Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencapai 314 ribu investor (Sury , 2010). Kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 237 juta berarti hanya sekitar 0,15%. Jumlah tersebut bisa dikatakan sangat sedikit bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Jumlah investor di Singapura mencapai 50% dan di Malaysia mencapai 20% (Asteria, 2010). Total aset efek saham yang tercatat di KSEI sampai akhir tahun 2010 sebesar 1,869,397 triliun rupiah, dari total aset tersebut asing memiliki 1,174,68 triliun rupiah (Media Indonesia, 2010), sisanya dimiliki oleh investor lokal. Sangat terlihat bahwa pasar modal Indonesia masih didominasi oleh dana yang berasal dari luar atau yang dimiliki oleh pihak asing. Tentu saja hal ini bukan sebuah indikasi yang baik bagi perkembangan pasar modal Indonesia. Oleh sebab itu peningkatan jumlah investor lokal sangat diperlukan agar kondisi pasar modal lebih stabil. Apabila pasar modal di dominasi investor asing dana yang masuk sewaktu waktu dapat ditarik keluar dari Indonesia, hal ini akan menyebabkan guncangan pada pasar modal dan berkurangnya dana yang tersedia bagi dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Pasar modal yang stabil paling tidak harus memiliki 70% jumlah investor lokal (Sigit , 2010) . Kalau jumlah ini dapat dicapai, keluar atau masuknya dana asing ke pasar modal tidak akan menjadi masalah serius bagi perekonomian Indonesia. PT BEI sendiri telah mematok target jumlah investor yang dapat diraih sebanyak 2,3 juta investor pada tahun 2012 (Intan, 2010) . Segala upaya dilakukan untuk mendukung pencapaian target tersebut. Untuk itu peran dari JATS Next - G yang akan menciptakan sistem perdagangan saham secara online, diharapkan mampu menjadi tulang punggu pencapaiannya. Sayangnya upaya BEI ini belum didukung oleh para akademisi karena sampai saat ini masih sulit ditemukan penelitian penelitian mengenai minat investor di pasar modal Indonesia, termasuk didalammnya penelitian tentang penerapan perdagangan saham secara online ini. Sistem perdagangan saham online adalah salah satu hasil dari inovasi dibidang teknologi informasi. Sistem ini dikembangkan dari teknologi e-commerce atau sistem bisnis berbasis teknologi internet. Inovasi pada bidang teknologi adalah salah satu strategi bersaing yang dapat dipergunakan oleh perusahaan dalam membangun keunggulan kompetitifnya, karena dengan kemajuan teknlogi perusahaan dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan produk baru, mengurangi hambatan , menurunkan biaya secara signifikan serta dapat mengubah nilai dan harapan karyawan (David, 2009) . Dengan inovasi pada bidang teknologi sebuah perusahaan dapat meninggalkan pesaing pesaingnya jauh dibelakang.

Tetapi selain dapat menciptakan peluang peluang baru, teknologi dapat juga mencipakan ancaman ancaman yang baru pula. Oleh sebab itu penerapan teknologi sebagai salah satu strategi bersaing harus dikaji secara mendalam. Menurut Braun (1998) apabila keputusan penerapan tenologi dilakukan tanpa adanya pengetahuan yang mendalam tentang teknologi tersebut akan dapat menyebabkan tingkat kegagalan yang tinggi, serta perusahaan akan dapat menemui berbagai macam kejutan yang tidak menyenangkan. Kegagalan pada proses penerapan teknologi biasanya terjadi karena adanya resistensi dari pengguna terhadap penerapan sebuah teknologi baru (Legris et al , 2003). Di Amerika , Honkong, Singapura dan Taiwan banyak perusahaan pialang yang menderita kerugian dan harus menghadapi masalah keuangan ketika mereka menerapkan sistem perdagangan saham secara online (Huang at al, 2005). Kerugian yang diderita oleh perusahaan - perusahaan pialang ini disebabkan karena sangat kecilnya nilai transaksi yang dilakukan melalui sistem online. Pada bursa Taiwan sampai dengan tahun 2005 nilai transaksi yang dilakukan melalui sistem perdagangan online hanya sebesar 13,2% dari total nilai transaksi keseluruhan, sedangkan untuk bursa Korea transaksi yang melalui sistem online mencapai 54% (Lee, 2009) . Angka angka tersebut memperlihatkan masih rendahnya tingkat penggunaan sistem perdagangan secara online pada pasar modal di Korea dan Taiwan, walaupun penerapan perdagangan secara online pada dua negara tersebut telah dilakukan semenjak tahun 1997 Dari berbagai penelitian tentang penerapan teknologi informasi (TI) dan sistem informasi (SI)( Delone et al ,1992 ; Sabherwal et al, 2004; Dillon et al ,1996; Jiang et al, 1998 ) telah terbukti bahwa penerimaan pengguna (user acceptance) terhadap TI/SI adalah salah satu faktor terpenting yang memengaruhi keberhasilan dari penerapan TI/SI itu sendiri. Penerimaan pengguna menurut Dillon et al (1996) adalah keinginan atau minat dari pengguna untuk menggunakan (intention to use) TI/SI yang diciptakan untuk mendukung penyelesain tugas atau pekerjaan. Tanpa adanya intention to use dari pengguna dapat membuat penerapan teknologi tidak seperti yang diharapkan. Bahkan mungkin dalam kasus penggunaan yang bersifat mandatory use akan berdampak negatif terhadap organisasi secara keselurahan yang disebabkan oleh rasa frustasi dan tertekan ketika pengguna dipaksakan untuk menggunakan TI/SI (Dillon, 1996). Scihel (1997) dalam Venkatesh et al (2000) menyatakan bahwa rendahnya tingkat penggunaan TI/SI merupakan faktor utama dari paradoks produktifitas yang menyebabkan berkurangnya nilai investasi TI/IS pada organisasi. Pada kondisi empiris dimana teknologi dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk bekerja, hiburan, pendidikan dan bisnis, maka menentukan faktor faktor yang memengaruhi intention to use menjadi suatu hal yang tidak mudah. Sehingga dewasa ini intention to use telah menjadi fokus perhatian dari banyak peneliti baik dari kalangan akademisi maupun praktisi dimana tujuannya adalah agar penerapan teknologi dapat berjalan dengan baik. Perkembangan penelitian mengenai intention to use memunculkan beberapa model yang sudah sangat sering digunakan oleh para peneliti, seperti TAM (technology acceptance model) ,TRA (theory reason action), TPB (therory planned behaviour) ,TTF (technology task fit), IDT (inovation diffusion theory) dan banyak lagi lainnya. Dari sekian banyak model yang ada TAM dan TPB termasuk model yang paling populer. Hal ini disebabkan karena TAM dan TPB terbukti memiliki kemampuan menjelaskan intention to use yang cukup baik. TAM yang diperkenalkan oleh Davis (1989) bertujuan untuk mengetahui mengapa sesorang menerima atau menolak menggunakan IT/IS. Davis mengembangkan TAM berdasarkan model TRA (theory reason action) yang perkenalkan oleh Ajzen (1991). Secara empiris TAM telah terbukti dapat menjelaskan masalah penggunaan sistem sebesar 40% (Legris, 2001). Model dasar TAM terdiri dari variabel kemudahan menggunakan (ease of use) dan variabel manfaat (usefulness) yang merupakan faktor utama yang memengaruhi intention to use. Usefulness dan ease of use merupakan variabel internal dari teknologi itu sendiri, dimana teknologi harus memiliki manfaat yang besar dan juga harus mudah untuk digunakan. Apabila teknologi tersebut memiliki manfaat yang rendah dan tidak mudah digunakan, maka penerapan teknologi tersebut dipastikan akan menemui kegagalan, karena tidak ada yang bersedia untuk menggunakannya. Dari perkembangan model TAM, terlihat bahwa faktor yang memengaruhi intention to use sangat beragam dalam tiap tahapan penerapan TI/SI (Legris, 2003), oleh sebab itu Legris (2003) menyarakan bahwa TAM memerlukan perbaikan dengan menambahkan ekternal variabel yang disesuaikan dengan tahapan penerapan TI/SI. Sejalan dengan Legris (2003) , Lee (2000) juga menyarankan untuk menambahkan ekternal variabel pada TAM agar dapat meningkatkan kemampuan memprediksi dan menjelaskannya. Menurut Lee (2000), ekternal variabel yang sesuai untuk ditambahkan pada TAM untuk kasus sistem perdagangan saham online adalah kepercayaan (trust) , keuntungan (benefit) dan resiko (risk). Penggunaan sistem perdagangan saham online untuk transaksi saham, dapat memberikan keuntungan keuntungan (benefit) bagi para penggunanya, diantaranya adalah biaya transaksi yang murah dan fleksibilitas yang tinggi. Dengan menggunakan sistem ini investor tidak akan terikat oleh waktu dan tempat untuk dapat bertransaksi, karena transaksi dapat dilakukan dimanapun. Fleksibilitas merupakan faktor daya tarik yang sangat tinggi pada online trading yang menyebabkan banyak investor berninat untuk menggunakannya. Selain benefit yang akan diperoleh, perdagangan saham online juga menyimpan berbagai persoalan yang dapat menyurutkan niat investor untuk menggunakannya. Kejahatan internet (cyber crime) yang semakin marak adalah salah satu faktornya. Menurut Hofman (1999) dalam Lee (2000), trust diketahui sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap keinginan untuk bertransaksi perbankan melalui internet. Transaksi perbankan melalui internet memiliki resiko yang tinggi terhadap kejahatan internet seperti pembobolan rekening dan data kartu kredit. Untuk itu sistem transkasi perbankan melalui internet memerlukan jalur yang aman dan dapat dipercaya agar nasabah mau menggunakannya.

Teknologi sistem perdagangan saham online juga menggunakan jalur internet, tentu saja akan memiliki dampak yang sama seperti pada transaksi perbankan melalui internet, sehinga trust adalah faktor yang harus diperhitungkan dalam mengembangkan sistem perdagangan saham online. Benassi (1999) dalam Lee (2000) mengatakan bahwa internet merupakan sebuah sistem yang memiliki tingkat ketidak pastian yang tinggi , dimana segala hal yang tidak diinginkan bisa saja terjadi seperti jaringan yang tidak stabil , jalur koneksi yang lambat dan perangkat keras komputer yang dapat rusak sewaktu waktu serta banyak lagi lainnya. Hal hal yang disebutkan diatas merupakan resiko (risk) yang harus dihadapi oleh investor dalam menggunakan sistem perdagangan saham online. Oleh sebab itu risk dianggap faktor yang dapat memengaruhi keinginan investor untuk menggunakan sistem perdagangan saham online. Model yang cukup populer lainnya adalah TPB (Ajzen, 1991). Model ini juga merupakan hasil pengembangan dari TRA. TPB memiliki variabel norma subyektif (subjective norms), perilaku (attitude) , kontrol perilaku (behavioral control) yang diyakini memiliki pengaruh terhadap intention to use. Menurut Lee (2009), TPB juga telah terbukti sebagai model yang dapat menjelaskan dengan baik intention to use pada berbagai penerapan TI/SI.

Tetapi menurut Hong (2006) baik TAM maupun TPB lebih banyak memberikan perhatian pada intention to use untuk penggunaan pertama kali. Model model tersebut tidak menitik beratkan pada faktor yang menyebabkan pengguna agar tetap menggunakan teknologi tersebut. Padahal menurut Bhattacherjee ( 2001) keberhasilan dari penerapan teknologi informasi sangat tergantung dari niat pengguna untuk terus menggunakan teknologi tersebut. Penggunaan yang sangat jarang dan tidak efektif dari teknologi informasi akan dapat menyebabkan beban biaya yang sangat besar bagi penyedia teknologi tersebut. Crego et al (1995) dalam Hong (2001) menemukan bahwa naiknya keinginan pelanggan untuk tetap menggunakan teknologi sebesar 5% menyebabkan turunnya biaya operasional sebesar 18% dan berkontribusi terhadap keuntungan sebesar 25% .

Lebih lanjut Bhattacherjee menuturkan bahwa TAM dan TPB tidak menggabungkan motivasi psikologis setelah penggunaan teknologi untuk pertamakalinya (Bhattacherjee, 2001), yang akan memengaruhi niat pengguna untuk tetap menggunakan teknologi tersebut (continued usage intention). Oleh sebab itu baik model TAM maupun TPB dianggap memiliki keterbatasan dalam menjelaskan hal hal yang memengaruhi intention to use. Hal hal yang diungkapkan oleh Bhattacherjee dan Hong diatas biasanya terjadi terhadap penerapan teknologi informasi dimana penggunanya juga sebagai pelanggan. Yang artinya bahwa teknologi yang disediakan tidak diberikan secara cuma cuma, ada sejumlah biaya yang dibebankan kepada penggunanya atau ada keuntungan finansial yang diperoleh oleh perusahaan dengan digunakannya teknologi yang disediakan. Oleh sebab itu kepuasan (satisfaction) pelanggan dalam menggunakan teknologi informasi harus mendapat perhatian yang utama dalam memahami faktor yang memengaruhi niat penggunaan teknologi informasi dimana pengguna atau end user adalah pelanggan.

Expectation confirmation model atau ECM (Bhattacherjee, 2001) merupakan model yang dikembangkan oleh Bhattacherjee untuk menjelaskan hal yang tidak bisa dijelaskan oleh TAM maupun TPB, seperti mengapa beberapa pengguna memilih tidak melanjutkan penggunaanya setelah mencoba untuk pertamakali (Bhattacherjee, 2001). ECM dibangun berdasarkan pada teori perilaku konsumen sehingga faktor faktor yang melatar belakangi keinginan konsumen dalam melakukan transaksi menjadi bagian dari model ini. Model ECM memiliki variabel manfaat (usefullness), konfirmasi (confirmation) dan kepuasan (satisfaction) yang akan memengaruhi niat untuk terus menggunakan teknologi informasi (continued IT usage intention).

Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi intention to use tidak menekankan pada perbedaan antara penggunaan pertama kali dan penggunaan yang berkelanjutan (Karahanna, 1993 dalam Hong , 2001) dan tidak juga menekankan pada status pengguna teknologi yang merupakan konsumen ataupun karyawan. Hal ini dapat terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Gopy et al (2007) dan Lee (2009) dalam mempelajari mengenai intention to use teknologi informasi pada bursa saham. Gopy meneliti faktor faktor yang memengaruhi intention to use sistem perdagangan saham online pada bursa saham di Malaysia dengan menggunakan model TPB (Ajzen, 1991), sedangkan di Taiwan, Lee (2009) melakukan penelitian mengenai intention to use sistim perdagangan saham online berdasarkan pada penggabungan model TPB dan TAM. Selain itu pada model yang dibuat oleh Lee juga ditambahkan tiga buah variabel ekternal yang diadopsi dari beberapa penelitain sebelumnya. Variabel variabel tersebut adalah resiko (risk) , keuntungan (benefit) dan kepercayaan (trust). Dari dua penelitian tersebut terlihat bahwa kepuasan (satisfaction) pengguna tidak dipertimbangakan sebagai hal yang dapat memengaruhi intention to use, padahal investor pasar modal sebagai pengguna sistem perdagangan saham online juga merupakan konsumen, dimana bagi konsumen satisfaction adalah salah satu faktor terpenting dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian atau penggunaan ulang. Sehingga dari penelitian penelitian tesebut masih belum dapat diketahui apakah investor bersedia melanjutkan penggunaan sistem tersebut atau berhenti menggunakan setelah mencobanya. Oleh sebab itu mengacu pada pendapat Bhattacherjee dan Hong diatas faktor yang memengaruhi intention to use sistem perdagangan saham online akan lebih sesuai apabila dipelajari dengan menggunakan ECM dan TAM. 1.2. Rumusan Masalah. Dari penjabaran diatas dapat terlihat bahwa penggunaan sistem perdagangan saham secara online pada pasar modal di Indonesia juga rentan terhadap kegagalan. Hal ini disebabkan adanya resistensi dari pengguna teknologi tersebut. Sehingga mengenali faktor faktor yang memengaruhi intention to use sistem perdagangan saham online adalah hal yang mutlak diperlukan pada proses penerapan teknologi informasi dipasar modal Indonesia, agar penerapan teknologi tersebut dapat sesuai dengan maksut dan tujuannya. Dalam mengidentifikasi faktor faktor tersebut perlu dipertimbangakan pendapat dari Bhattacherjee bahwa penggunaan yang berkelanjutan merupakan unsur yang sangat penting agar penerapan teknologi tersebut tidak menjadi beban bagi penyedianya. Kepuasan (satisfaction) investor dalam menggunakan sistem informasi tersebut diprediksi akan sangat menentukan niat investor untuk tetap menggunakan sistem perdagangan saham online yang ditawarkan perusahaan pialang. Penggabungan ECM dan TAM dari hasil penelitian Hong (2001) menunjukan hasil yang lebih baik jika dibandingkan hanya menggunakan sebuah model saja. Sedangkan dari penelitian Lee (2009) terlihat ekternal variabel risk, trust dan benefit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat investor untuk menggunakan sistem perdagangan saham online Oleh karena itu pada penulisan tesis ini , permasalahan yang akan diteliti, dirumuskan dalam pertanyaan berikut

1. Apakah satisfaction, trust , risk dan benefit berpengaruh terhadap intention to use sistem perdagangan saham secara online ?

2. Apakah ease of use berpengaruh langsung terhadap intention to use?

3. Apakah usefulness berpengaruh langsung terhadap intention to use?

4. Apakah ease of use berpengaruh terhadap usefullness?5. Apakah usefullness berpengaruh terhadap satisfaction ?1.3. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah yang telah dibangun dalam bentuk pertanyaan penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk :1. Menguji pengaruh satisfaction , trust , risk dan benefit terhadap intention to use 2. Menguji pengaruh langsung ease of use terhadap intention to use3. Menguji pengaruh langsung usefulness terhadap intention to use

4. Menguji pengaruh ease of use terhadap usefullness 5. Menguji pengaruh usefullness terhadap satisfaction 1.4. Manfaat Penelitian

Melihat peran dari pasar modal di Indonesia yang begitu besar terhadap pertumbuhan ekonomi, tentu saja penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat untuk mendukung perkembangan pasar modal Indonesia menjadi pasar modal yang sehat, yang memiliki partisipasi masyarakat yang tinggi dalam berinvestasi dipasar modal.

Penelitian ini juga diharapkan memiliki kontribusi pada perusahaan perusahaan pialang yang saat ini sudah memberikan pelayanan perdagangan saham secara online kepada para investornya mapun bagi perusahaan perusahaan pialang yang baru akan menyediakan layanan online. Sehingga hal hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan teknologi informasinya dapat diidentifikasi dan ditindak lajuti agar dapat memberikan layanan yang terbaik bagi pelangganya dan dapat memanfaatkan teknologi informasi sebagai sebuah strategi bersaing untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Untuk pialang yang telah menerapkan sistem perdagangan saham online, hasil penelitian ini bisa dijadikan bagian dari evaluasi penerapan tekonologi informasi. Mengingat proses evaluasi adalah hal yang tidak dapat dipisahakan dalam setiap proses penerapan teknologi informasi.

Selain itu untuk dunia pendidikan penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khusunya dibidang manajeman dengan menambah wawasan dan pemikiran bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1. Teknologi Informasi Pada Bursa Efek Indonesia PT.Bursa Efek Indonesia sebagai lembaga yang mengelola pasar modal di Indonesia selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas dalam pengelolaan pasar modal. Dimana tujuannya adalah agar pasar modal di Indonesia dapat menjadi pasar modal yang sehat, sehingga investor baik didalam maupun luar negeri mau menanamkan modalnya.

Kriteria dari pasar modal yang sehat menurut Mobius (Mobius, 1995:74 dalam warsono, 20003) menganut azas FELT (fair , efficient , liquid , transparant). Fair atau fair value berarti penetapan harga yang wajar, efficient berarti dapat menjalankan operasional bursa dengan biaya yang rendah, sedangkan liquid atau likuiditas berarti mempunyai kemampuan untuk melakukan konversi dari sekuritas menjadi kas dan sebaliknya. Transparant diartikan sebagai terbuka, yang artinya semua investor berhak untuk mendapatkan informasi yang sama. Untuk menjadi pasar modal yang sehat, tentunya bukan suatu hal yang mudah dan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Dibutuhkan langkah langkah nyata dari konsep FELT tersebut. Menurut Warsono (Warsono , 2003) salah satu langkah nyata yang harus dilakukan oleh BEI adalah peningkatan otomasi sistem perdagangan. Globalisasi sektor keuangan adalah faktor yang juga menjadi alasan utama agar ditingkatkannya otomasi sistem perdagangan pada pasar modal. Dimana persaingan dalam mendapatkan dana pada saat ini sudah sampai pada taraf global. Dana global dapat bergerak keluar dan masuk suatu negara dengan bebas dalam jumlah besar dan kecepatan yang tinggi. Dana global tersebut selalu mencari tempat yang terbaik untuk singgah, yang dapat memberikan keuntungan besar dan resiko yang relatif kecil. Untuk itu otomasi sistem perdagangan selain diharapkan akan dapat menjadikan pasar lebih efisien, transparan dan likuid, juga diharapkan akan dapat mendukung terciptanya produk produk baru dalam instrumen investasi, sehingga akan dapat menambah daya tarik bagi dana global tersebut untuk singgah di pasar modal Indonesia. Langkah langkah dalam meningkatkan sistem otomasi pada bursa telah dilaksanakan oleh BEI dengan menerapkan teknologi informasi sejak tahun 1995. BEI yang pada waktu itu masih bernama BEJ (Bursa Efek Jakarta), mengimplementasikan sistem perdagangan JATS (Jakarta Automated Trading System). JATS adalah sebuah sistem perdagangan berbasis teknologi informasi yang dipadukan dengan sistem penyelesaian transaksi , depositori dan sistem akuntasi perusahaan pialang (Kaniati, 2002). Sistem ini selain dapat melancarkan proses perdagangan juga dapat mempercepat proses penyelesaian transaksi dan proses pengawasan BEI terhadap anggota bursa (perusahaan pialang).

Dengan digunakannya sistem JATS yang telah menggabungkan sistem perdagangan dan sistem penyelesaian transaksi, maka terbuka peluang untuk diterapkannya sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading). Dimana dengan sistem ini bukti fisik saham sudah tidak diperlukan lagi, karena semua saham akan berbentuk elektronik. Sistem ini akan lebih mempercepat proses penyelesaian transaksi, karena tidak perlu dilakukan penyerahan bukti fisik saham kepada investor.

Sistem perdagangan tanpa warkat ini mulai dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2000 ( Kaniati, 2002). Prosesnya dimulai dengan mengkonversi saham saham fisik yang beredar menjadi bentuk elektronik dan kemudaian dicatat dalam data elektronik yang dimiliki oleh KSEI ( Kliring Sentral Efek Indonesia).

Selain itu JATS juga memungkinkan dilakukannya sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Dengan sistem perdagangan jarak jauh maka anggota bursa (perusahaan pialang) tidak perlu lagi memiliki wakilnya di lantai bursa. Perusahaan pialang dapat melakukan transaksi melalui kantor masing masing perusahaan.

Untuk itu setiap perusahaan pialang yang ingin dapat melakukan transaksi dengan sistem remote trading memerlukan sebuah sistem yang disebut BOFIS (Brokerage Office Information System) (Kaniati, 2002). Sistem BOFIS pada masing masing perusahaan pialang ini akan berhubungan dengan sistem JATS yang dimiliki oleh BEI. Jadi dengen sistem ini, penyampaian informasi dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat, sehingga perusahaan pialang akan dapat menikmati manfaat yang antara lain naiknya pendapatan , meminimkan terjadinya kesalahan manusia , meningkatkan layanan kepada nasabah (Kaniati,2002).

Sistem terbaru yang digunakan oleh BEI adalah JATS Next - G (Jakarta Automated Trading System Next Generation) yang mulai digunakan pada tanggal 2 Maret 2009. Sistem ini jauh lebih unggul dibanding pendahulunya. Dengan sistem JATS Next - G BEI akan mampu menampung sampai dengan 1 juta order perhari.Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan JATS yang hanya mampu menampug 360 ribu order perhari (Jantana, 2009). Dengan JATS Next - G, perusahaan pialang dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabahnya, termasuk layanan perdagangan saham secara online. Yang membedakan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading) milik JATS dengan sistem perdagangan online milik JATS Next - G adalah dalam hal pemasukan data oleh investor. Untuk sistem JATS order hanya dapat dimasukan oleh investor melalui komputer yang terdapat di kantor kantor perusahaan pialang saja. Tetapi dengan sistem JATS Next - G investor dapat memasukan order dan memantau perdagangan saham dimana saja mereka berada selama memiliki akses internet.

Selain itu Sistem JATS Next - G juga dirancang untuk mampu menampung berbagai produk produk finansial lainnya seperti saham, obligasi , warant dan produk produk derivatif. Dengan sistem ini diharpakan dimasa depan akan dapat dilakukannya transaksi terhadap semua jenis instrumen investasi pasar modal dalam satu plafon, sehingga akan memudahkan proses pengawasan oleh BEI. 2.2. Teknologi Informasi dan Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing (competitive advantage), merupakan sebuah konsep bersaing yang pertamakali diperkenalkan oleh Michael E Porter. Konsep ini bertujuan agar sebuah strategi dapat diterjemahkan kedalam suatu tindakan nyata. Karena strategi generik yang juga diperkenalkan Porter, yaitu keunggulan biaya (cost leadership) , diferensiasi (Diffrernsiation) dan fokus (focus) masih berada pada tataran ide saja (Porter, 1985).

Konsep keunggulan bersaing adalah tentang bagaimana sebuah perusahaan mengimplementasikan strategi generik kedalam kegiatannya. Konsep dasar dari keunggulan bersaing adalah pada rantai nilai (value chain) atau bagaimana proses penyampaian nilai dari produk dan jasa sampai ketangan konsumen. Dimana didalam proses tersebut terdapat berbagai macam aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan, mulai dari proses masuknya bahan baku, pengolahan, sampai dengan proses pendistribusian pada konsumen. Semua kegiatan kegiatan tersebut baik sendiri sendiri atau bersamaan dapat menjadi sumber dari penerapan konsep strategi bersaing. Sebagai contoh apabila ingin diterapkan strategi kepemimpinan biaya, maka harus diperhatikan segala aktifitas atau kegiatan yang berhubungan dengan penurunan biaya penyampaian nilai produk kepada konsumen. Sehingga dapat dihasilkan sebuah produk yang tetap memiliki nilai tinggi bagi konsumen tetapi berbiaya rendah.

Keunggulan bersaing yang muncul dari rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan akan menjadi sebuah keunggulan bersaing yang sulit untuk ditiru. Tetapi keunggulan bersaing yang hanya berasal dari satu aktivitas saja akan sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing. Oleh sebab itu menciptakan keunggulan bersaing yang tidak mudah untuk ditiru haruslah mensinergikan semua akivitas yang dilakukan perusahaan.

Kegiatan yang terjadi pada semua tahap proses bisnis selalu mengandung dua unsur, yaitu aktivitas fisik dan pengolahan informasi. Pada industri manufaktur mayoritas aktivitasnya adalah merupakan aktivitas fisik dan didalam industri jasa mayoritas aktivitasnya adalah pengolahan informasi.

Untuk memperoleh sebuah keunggulan bersaing yang tidak mudah ditiru, tentu saja membutuhkan hubungan yang bersinergi antara satu aktivitas dan aktivitas lain. Hubungan ini tidak dapat tercipta tanpa adanya aktivitas pengumpulan, pengolahan dan penyampaian informasi. Untuk itu didalam aktifitas fisik harus dibarengi oleh aktivitas pengumpulan informasi. Hal inilah yang menyebabkan teknologi informasi tidak dapat ditinggalkan dalam setiap proses penciptaan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Peran teknologi informasi didalam proses pengumpulan, pengolahan dan penyampaian informasi mutlak dibutuhkan keberadaannya. Semakin banyak informasi yang bisa dikumpulkan dan diolah akan semakin membuat proses tersebut dapat dikontrol dan dikembangkan agar dapat berjalan denga efisien. Hal serupa juga dikemukakan oleh Lai et al, (2006) yang menemukan hubungan yang sangat signifikan antara penggunaan teknologi informasi dan keunggulan bersaing. Lai mengungkapkan bahwa perbaikan dan pengembangan aktivitas didalam organisasi akan datar pada perusahaan yang menerapkan teknologi. informasi ala kadarnya. Lai juga menemukan bahwa penggunaan teknologi informasi akan memperbaiki kecepatan pengiriman dan keandalan kepada konsumen. Selain itu Lai juga menemukan bahwa semakin tinggi teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan, maka akan semakin tinggi keunggulan biaya yang diperolehnya. Serta mensinergikan antara strategi teknologi informasi dan strategi bisnis akan dapat menghasilkan keunggulan bersaing yang berkelanjutan bagi perusahaan. Menurut Porter teknologi Informasi dapat merubah struktur industri, hal ini disebabkan terciptanya keunggulan bersaing perusahaan karena dapat menemukan cara-cara baru untuk mengalahkan pesaingnya (Porter & Millar, 1985). Teknologi informasi dapat metransformasikan aktivitas fisik yang dilakukan oleh perusahaan menjadi aktivitas gabungan antara fisik dan informasi, sehingga aktivitas tersebut dapat lebih cepat dan akurat dan hubungan antara aktivitas baik internal maupun eksternal perusahaan menjadi semakin lancar. Lebih lanjut Porter dan Millar mengungkapkan bahwa teknologi informasi dapat memengaruhi lingkup persaingan, karena perusahaan yang menggunakan teknologi informasi dapat menembus batas batas geografis.

2.3. Hambatan Dalam Penerapan Teknologi Informasi

Meskipun teknologi informasi sudah terbukti dapat menciptakan keunggulan bersaing pada perusahaan, tetapi pada prakteknya penerapan teknologi tersebut tidaklah mudah. Banyak sekali hambatan yang ditemui dalam proses penerapan teknologi informasi. Salah satu hambatan yang dianggap penting adalah adanya penolakan dari para pengguna teknologi itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Goud et al, (1991) dalam Davis, (1993) serta Nickerson (Nickerson, 1981, dalam Davis, 1993) yang menemukan bahwa penerimaan pengguna merupakan faktor yang sangat dominan dalam memengaruhi kesuksesan dari penerapan teknologi informasi. Hal senada juga dikemukakan oleh Willcock (Wilcook ,2003 ) bahwa 44% kegagalan penerapan teknologi informasi disebabkan karena tidak melibatkan pengguna dalam pengembangannya. Penelitian lebih lanjut yang terus dilakukan untuk mengidentifikasi penolakan tersebut kemudian memunculkan beberapa model yang sangat populer. Model model ini sering digunakan untuk mengidentifikasi faktor faktor yang memengaruhi penerimaan pengguna teknologi informasi. Beberapa diantaranya adalah TAM ,TPB dan ECM.

2.3.1. Technology Acceptance Model (TAM) TAM atau Technology Acceptance Model adalah model yang dikembangkan oleh Davis (1989). Davis mengembangkan TAM berdasarkan pada prinsip prinsip Fishbein dan Ajzen ( Fizbein & Ajzen ,1975 dalam Davis, 1993) yang merupakan sebuah pardigma psikologi. Teori Fishbein dan Ajzen terkenal dengan nama TRA (theory reason action). Dimana teori tersebut menyebutkan bahwa keingingan (behavioral intention) sangat dipengaruhi oleh dua variabel yaitu tingkah laku (attitude) dan norma subyektif (subjective norm). Tujuan Davis mengembangkan TAM adalah untuk mengentahui penerimaan dari pengguna teknologi informasi. Dengan model ini diharapkan dapat diketahui faktor faktor yang memengaruhi minat seseorang untuk menggunakan teknologi informasi. Dalam menjelaskan faktor yang memengaruhi minat seseorang untuk menggunakan teknologi informasi, TAM menggunakan variabel kemudahan menggunakan (ease of use) dan variabel manfaat (usefulness). Kedua variabel tersebut kemudian akan memengaruhi sikap dan perilaku pengguna (behavioral intention) sebelum memengaruhi keinginan untuk menggunakan (intention to use). Perilaku pengguna ini dalam beberapa penelitian lanjutan kemudian dianggap sebagai variabel perantara yang menjembatani antara dua variabel (ease of use dan usefullness) dengan intention to use teknologi informasi.2.3.2. Theory Plan Behaviour (TPB)

TPB yang diperkenalkan oleh Ajzen merupakan pengembangan dari teori yang pernah ia buat bersama Fishbein yaitu TRA (Ajzen , 1991). Tidak berbeda dengan TRA, TPB juga menjelaskan tingkah laku manusia dalam menggunakan berbagai macam jenis aplikasi. Secara prinsip teori ini tidak begitu berbeda dengan TRA. Dalam TPB ajzen mengungkapkan bahwa tingkah laku, norma subyektif dan kontrol perliku (percieved beahvioural control) akan memengaruhi keinginan dan penggunaan nyata akan suatu objek sangat dipengaruhi oleh keinginan tersebut. Perbedaan dari TPB hanya terletak pada tambahan variabel kontrol perilaku (percieved behavioral control) saja, selebihnya adalah sama dengan TRA. Variabel kontrol perilaku merujuk kepada suatu batasan yang terjadi baik secara internal maupun eksternal yang menghambat keinginan menggunakan.

2.3.3. Expectation Confirmation Model (ECM) ECM yang diperkenalkan oleh Bhattacherjee merupakan model yang dikembangakan berdasarkan teori expectation confirmation theory (ECT) (Oliver, 1980 dalam Bhattacherjee,2001) . Teori ECT sudah sangat luas dipergunakan untuk mempelajari perilaku konsumen, terutama dalam hal kepuasan konsumen. Untuk itu Bhattacherjee mencoba untuk membangun modelnya berdasarkan pada teori ini. Model ECM memiliki dua variabel independen yaitu konfirmasi (confirmation) dan satisfaction yang akan memengaruhi intention to use teknologi informasi. Faktor puas atau tidaknya penguna akan dapat memengaruhi minat mereka untuk terus menggunakan teknologi informasi.

2.3.4. Variabel Ekternal Baik model TAM , TBP maupun ECM terlihat masih memiliki kelemahan kelemahan dalam menjelaskan faktor yang memengaruhi keinginan pengguna teknologi informasi ( Davis , 1983 ; Gopy et al , 2007 ; Hong et al , 2006 ). Legris (2003) juga menyatakan bahwa model asli TAM membutuhkan variabel ekternal agar dapat berfungsi maksimal. Hal ini diketahui setelah Legris melakukan penelitan terhadap model TAM dari jurnal jurnal yang yang menggunakan model TAM yang telah dipublikasikan. Kelemahan yang terdapat pada model model ini bisa disebabkan karena teknologi informasi mampu diaplikasikan di berbagai macam kegiatan, dimana masing masing kegiatan atau aktivitas memiliki karakter yang spesifik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh kegiatan serta situasi dan kondisi pada industri manufaktur berbeda dengan industri jasa, tentu saja akan dibutuhkan teknologi informasi yang berbeda pula. Menurut Roger (1995) dalam Legris et al ( 2003) dari berbagai mancam penelitian mengenasi sistem informasi, diketahui bahwa pengaruh dari beberapa faktor terhadap intention to use teknologi informasi sangat berbeda beda. Oleh karena itu para peneliti menganjurkan agar digunakan variabel tambahan atau variabel eksternal. Variabel ekternal yang harus ditambahkan tergantung dari jenis teknologi, situasi, kondisi dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan Kim et al ,(2007) Pada Penelitian yang dilakukan oleh Lee (2009) mengenai perdagangan saham online digunakan tiga buah variabel eksternal. Ketiga variabel tersebut menunjukan hubungan yang signifikan dengan keinginan investor untuk menggunakan sistem perdagangan saham online. Ketiga variabel itu adalah trust , risk dan benefit. Trust memiliki berbagai macam definisi, menurut McKnight & Chervany ( McKnight & Chervany dalam Suh dan Han , 2002) trust memiliki empat tipe, yaitu: Kepercayaan kecenderungan, yang artinya bahwa adanya keinginan untuk tergantung pada suatu hal secara konsisten Kepercayaan berdasarkan sistem, yang artinnya bahwa seseorang itu yakin kalau keberhasilan itu diperoleh karena situasi kondusif yang diciptakan oleh sistem Kepercayaan berdasarkan keyakinan, adalah bahwa seseorang yakin bahwa pihak lain memiliki beberapa ketergantungan Kepercayaan berdasarkan keinginan, yang artinya bahwa seseorang ingin tergantung pada pihak lain, walaupun dia tidak mampu mengendalikan pihak tersebut. Sedangkan risk didefinisikan sebagai suatu bentuk harapan yang subyektif terhadap kerugian (Peter & Ryan dalam Lee, 2009). Resiko selalu terdapat dalam setiap keputusan yang dibuat oleh customer, hal ini diungkapkan oleh Lin (Lin, 2008 dalam Lee ) Benefit dapat terdiri keuntungan langsung maupun keuntungan tidak langsung. Dan juga dapat berupa keuntungan yang nyata maupun tidak nyata. Keuntungan langsung dapat dianggap sebagai keuntungan yang nyata karena dampak dari suatu hal (Lee , 2009).2.4. Penelitian Terdahulu Sudah banyak sekali penelitian yang dibuat untuk mengidentifikasi faktor faktor yang memengaruhi penerimaan pengguna teknologi informasi. Berbagai macam model juga telah diuji coba untuk mengetahui tingkat keakuratannya dalam mengidentifikasi faktor yang memengaruhi penerimaan pengguna. Lee (2009) melakukan penelitian tentang penerimaan investor terhadap sistem perdagangan saham online di Taiwan dengan menggunakan model TAM dan TPB. Lee menemukan bahwa model hibridanya dapat menjelaskan faktor yang memengaruhi intention to use sistem online dengan cukup baik. Tetapi pada penelitian ini variabel norma subyektif tidak berpengaruh secara signifikan pada keinginan menggunakan Bhattacherjee (2001), menggunakan model yang dinamakan excpectation confirmation model melakukan pengujian pengaruh model tersebut terhadap intention to use dengan menggunakan konsumen online banking sebagai objek penelitiannya. Hasil dari penelitian ini menunujukan bahwa satisfaction berdampak positif terhadap intention to use sistem online banking. Pengguna yang merasa puas dengan teknologi informasi akan tetap ingin menggunakan teknologi tersebut. Dalam penelitian ini juga terlihat bahwa satisfaction dipengaruhi oleh usefulness. Yu et al, (2005) melakukan penelitian tentang penggunaan T commerce. T- Commerce adalah sistem penjualan dan promosi melalui televisi interaktif. Responden dari penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pengguna yang sudah berpengalaman dan pengguna pemula.

Dalam penelitian tersebut Yu menemukan bahwa varibel ease of use berkorelasi langsung pada variabel usefulness untuk semua kelompok. Sedangakan pada kelompok pengguna berpengalaman Yu menemukan bahwa variabel kegembiaraan (percieved enjoyment) , usefulness, ease of use , dan trust memiliki dampak positif terhadap intention to use. Untuk masalah internet, Moon et al, (2001) melakukan penelitian terhadap penggunaan halaman web berbasis world - wide - web menggunakan model TAM dan variabel ekternal playfulness. Halaman web berbasis world wide web merupakan sebuah tempat diinternet yang mendukung teknologi audio dan video. Pada penelitiannya ini Moon membagi responden menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang menggunakan halaman world wide web (www) sebagai kesenangan dan kelompok yang menggunakan halaman tersebut untuk bekerja. Pada kelompok kesenangan pengaruh variabel playfulness memiliki dampak yang sangat signifikan terhdap intention to use, sedangkan pada kelompok pekerja, variabel usefulness yang memiliki dampak yang sangat signifikan. Hong (2006) mencoba untuk menguji model ECM dan TAM, baik sendiri sendiri maupun digunakan bersama (model hibrida). Dari penelitian ini Hong mengungkapkan bahwa, model ECM dan TAM secara terpisah, mampu menjelaskan intention to use dengan baik, tetapi penggabungan ECM dan TAM mampu menjelaskan intention to use dengan lebih baik lagi. TAM mampu menjelaskan intention to use mobile internet sebesar 63%, sedangkan ECM 50%. Model hibrida ECM dan TAM mampu menjelaskan intention to use sebesar 67% Pada sektor industri ritel online, Baier (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui faktor yang memengaruhi intention to use konsumen dengan menggunakan TAM. Dalam penelitian ini Beir tidak menemukan pengaruh yang signifikan dari ease of use terhadap intention to use. Untuk itu Beir menyarankan dilakukan penelitian lebih jauh lagi dengan membedakan pengguna yang mendapat rekomendasi dan pengguna yang tidak mendapat rekomendasi ketika berbelanja melalui internet.

Di Indonesia penelitian mengenai intention to use TI/SI juga dilakukan oleh Handayani (2005). Handayani menguji faktor faktor yang memengaruhi intention to use pada penerapan TI/SI pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa usefulness dan ease of use berpengaruh signifikan terhadap intention to use TI/SI di perusahaan perusahaan tersebut.BAB IIIKERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN3.1. Model Penelitian.

Model penelitian tesis ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hong et al , (2006) yang menggunakan model ECM dan TAM. TAM telah terbukti berhasil memprediksi dengan baik faktor faktor yang memengaruhi intention to use teknologi informasi (Venkatesh et al, 2000), sedangkan model ECM merupakan model yang sesuai dengan kondisi dari pengguna teknologi informasi yang berstatus sebagai konsumen. Perpaduan dari TAM dan ECM terbukti memilki kemampuan menjelaskan yang lebih baik bila dibandingkan dengan penggunaan sebuah model saja Hong et al (2006). Oleh sebab itu penggunaan model TAM dan ECM menjadi pilihan yang dianggap paling sesuai untuk menjawab permasalahan pada tesis ini. Tesis ini juga diangkat berdasarkan pada peneltian Lee (2009) dengan mengadopsi tiga ekternal variabel yang terdapat pada modelnya yaitu trust , risk dan benefit. Penambahan variabel eksternal yang diadopsi dari penelitian Lee (2009) dilakukan atas dasar pengaruh yang signifikan dari variabel trust, risk dan benefit terhadap intention to use sistem perdagangan saham online.

3.2. Pengembangan Hipotesis

Penjabaran diatas telah menjelaskan bahwa intention to use pada sistem perdagangan saham online dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari teknologi itu sendiri dan juga faktor ekternal lainnya. Untuk itu hipotesis pertama yang dikembangakan pada penelitian ini terdiri dari empat sub hipotesis yang diprediksi akan memengaruhi minat investor.. 3.2.1. Satisfaction Menurut teori perilaku konsumen satisfaction akan menentukan apakah mereka akan melakukan pembelian ulang atau tidak terhadap produk yang ditawarkan. Ketika konsumen mencoba produk yang ditawarkan, ekpektasi yang terbentuk dalam benak konsumen tentang produk tersebut akan dibandingkan dengan kenyataannya. Apabila kenyataan yang terjadi adalah sama atau bahkan melebih ekspektasinya , maka bisa dikatakan konsumen merasa puas. Konsumen yang puas bisa diyakini akan melakukan pembelian ulang. Dengan mengunakan paradigma ini maka seorang pengguna teknologi informasi pasti telah membentuk sebuah ekpektasi terhadap teknologi tersebut sebelum mereka menggunakannya (Hong, 2006). Apabila hasil dari penggunaan teknologi tersebut melampaui ekpektasinya, maka pengguna akan bersedia untuk terus menggunakan teknologi tersebut.H 1.1: Satisfaction akan berdampak positif terhadap intention to use sistem perdagangan saham online3.2.2. Trust Setiap transaksi bisnis yang terjadi membutuhkan rasa saling percaya, dimana pihak yang satu tidak akan mengambil kesempatan untuk melakukan sebuah tindakan yang tidak etis terhadap pihak yang lain (Hosmer, 1999 dalam Lee, 2009) Menurut Lee trust adalah aspek yang sangat penting didalam setiap transaksi ekonomi. Tanpa adanya saling percaya tidak mungkin sebuah transaksi ekonomi dapat terjadi.

Dalam kasus sistem perdagangan saham online, keamanan sistem merupakan faktor utama yang memengaruhi keinginan investor untuk menggunakan sistem tersebut. Hal ini disebabkan dunia internet yang sangat rentan oleh kejahatan (cyber crime). Untuk itu trust juga dapat menjadi sebuah rintangan bagi seseorang untuk mau menggunakan teknologi informasi.

Banyaknya kasus kejahatan kartu kredit yang terjadi di internet disebabkan bocornya informasi rahasia pemilik kartu, hal ini berdampak pada pengguna yang merasa enggan untuk melakukan transaksi di internet dengan menggunakan kartu kridit. Oleh karena itu baik secara langsung maupun tidak langsung, trust memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap intention to use teknologi informasi. Hipotesis yang dibangun berdarsakan uraian diatas adalah :

H 1.2 : Trust berpengaruh positif terhadap intention to use sistem perdagangan saham online.3.2.3. Risk

Sepertitelah diuraikan diatas, bahwa risk didefinisikan sebagai harapan subyektif atas suatu kerugian, oleh sebab itu apabila resiko dari suatu hal itu besar, makan akan berdampak terhadap turunnya keyakinan. Menurut Im et al, (2008) resiko yang tinggi bisa disebabkan karena situasi dimana tidak diketahui dengan pasti hasil yang akan diperoleh.

Oleh sebab itu apabila sebuah teknologi tidak dapat memberikan hasil yang pasti, yang artinya akan meningkatkan resiko dari teknologi tersebut maka keyakinan pengguna akan teknologi itupun akan rendah. Hal ini menyebabkan keinginan untuk menggunakan teknologi tersebut juga akan berkurang.H 1.3 : Risk akan berpengaruh negatif terhadap intention to use sistem perdagangan saham onlie3.2.4. Benefit

Teknologi yang diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia harus memiliki keuntungan baik langsung maupun tidak langsung. Karena hal ini merupakan faktor utama yang memicu keinginan manusia untuk menggunakan teknologi.

Dalam kasus sistem perdagangan saham online keuntungan langsung dapat berupa rendahnya biaya transaksi , proses transaksi yang cepat dan keterbukaan informasi yang diperoleh (Lee, 2009). Keuntungan keuntungan tersebutlah yang menjadi daya tarik bagi investor untuk menggunakan sistem perdagangan saham online.

H 1.4 : Benefit akan berdampak positif terhadap intention to use sistem perdagangan saham online3.2.5. Ease of use Penggunaan teknologi informasi sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dari teknologi itu sendiri. Artinya mudah atau tidaknya teknologi itu digunakan akan sangat berdampak terhadap niat pengguna untuk mencobanya (Davis , 1989). Terlebih lagi apabila untuk menggunakan teknologi tersebut diperlukan pelatihan khusus, hal ini tentu saja akan dapat menyurutkan niat pengguna yang tidak memiliki motivasi belajar yang cukup tinggi. Dari penelitian lainnya (Gopy et al, (2007) ; Hong et al, (2006) ; Huang et al, (2006)) juga terlihat bahwa ease of use memiliki dampak yang signifikan terhadap intention to use .

H 2 : Ease of use berpengaruh positif secara langsung terhadap intention to use sistem perdagangan saham online3.2.6. Usefulness

Selain itu niat untuk menggunakan teknologi informasi juga tergantung dari manfaat yang ditimbulkannya, baik manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung (Davis, 1989). usefulnees pada TI/SI dapat berupa mempercepat dan mempermudah pekerjaan yang dilakukan, sedangkan manfaat tidak langsung dapat berupa kenaikan gaji, bonus karena prestasi kerja yang baik, atau keuntungan yang besar. Apabila pengguna memandang bahwa suatu teknologi akan dapat memberikan manfaat pada dirinya, bisa dipastikan bahwa intention to use teknologi tersebut akan sangat besar.

H 3 : Usefulness berpengaruh positif secara angsung terhadap intention to use sistem perdagangan saham online.3.2.7. Pengaruh Ease Of Use Terhadap Usefulness

Selain empat buah sub hipotesis satu diatas, dalam rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya juga terdapat dua buah pertanyaan lainnya, dimana satu diantaranya adalah mengenai pengaruhh dari ease of use terhadap usefulness. Maka pada penelitian ini juga dikembangkan hipotesis empat. Hipotesis ini disusun berdasarakan pendapat Davis bahwa mudah atau tidaknya teknologi itu digunakan selain akan memenagruhi niat dari pengguna, menurut Davis (Davis, 1989) juga akan dapat memengaruhi manfaat yang diterima oleh sipengguna itu sendiri. Pendapat ini disusun berdasarkan pada teori keuntungan dan biaya (cost and benefit) , artinya bahwa manfaat yang ditimbulkan harus sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Apabila biaya yg dikeluarkan terlalu besar, maka manfaat yang ditimbulkan menjadi berkurang.

Untuk itu dalam konteks TAM , tingkat kesulitan dalam menggunakan teknologi infomasi akan berpengaruh terhadap manfaat yang ditimbulkannya. Maka hipotesis yang dibangun adalah :

H 4 : Ease of use akan berdapak positif terhadap usefullness sistem perdagangan saham online3.2.8. Pengaruh Usefulness terhadap Satisfaction Menurut Hong (Hong , 2006) kepuasan dari pengguna tidak hanya ditentukan oleh konfirmasi saja, tetapi juga tergantung pada manfaat yang ditimbukan oleh teknologi tersebut. Karena proses konfirmasi yang terjadi adalah proses mencocokan ekspektasi akan manfaat yang ditimbulkan dengan manfaat nyata yang diperoleh ketika pengguna mencoba teknologi tersebut.

H 5 : Usefullnes dari sistem perdagangan saham online akan

berpengaruh positif terhadap satisfaction BAB IVMETODE PENELITIAN4.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan dari tingkat ekplanasinya maka penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif, sedangkan kalau ditinjau dari metode yang digunakan maka penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan metode survey Anshori et al, (2009). Sedangakan menurut Umar ( 2010) metode penelitian yang digunakan pada tesis ini termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif atau penelitian positivistik karena pada penelitian ini mengukur pengaruh dari variabel variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dan juga akan mencoba mengenaralisasi model yang dibentuk. Umar (2010) juga mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berbasis pada obyektifitas dan kontrol. Sehinga penelitian dijalankan dengan aturan yang ketat serta logika berpikir yang runut. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada penlitian ini metode yang digunakankan adalah kuantitatif deskriptif.

4.2. Populasi dan Sampel Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor faktor yang memengaruhi intention to use sistem perdagangan saham online, maka populasi penelitian adalah investor individu warga negara Indonesia (investor ritel lokal) yang sedang/pernah menggunakan sistem perdagangan saham online sebagai sarana untuk bertransaksi saham pada pasar modal di Indonesia. Investor investor tersebut adalah juga merupakan nasabah dari perusahaan perusahaan pialang yang telah menyediakan jasa layanan transaksi perdagangan saham secara online. Sampai saat ini data mengenai jumlah populasi investor yang menggunakan sistem transaksi online masih belum tersedia. Menurut Sekaran (2000) dalam Kartikasari (2008) pengambilan data untuk jumlah populasi yang belum diketahui harus dilakukan dengan metode nonprobablity sampling atau sampel tidak acak. Dari berbagai macam teknik pengambilan data dengan metode sampel tidak acak, penelitian ini akan menggunakan teknik pengambilan data purposive sampling. Menurut Sekaran (2000) dalam Kartikasari (2008), purposive sampling adalah pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria kriteria yang ditetapkan oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu. Untuk itu kriteria sampel yang ditetapkan adalah anggota populasi yang bergabung dalam komunitas investor saham pada forum forum diskusi di Internet serta investor yang merupakan nasabah dari PT eTrading sekurities cabang Surabaya yang bersedia merespon terhadap undangan untuk mengisi kuesioner yang sudah disediakan. Undangan untuk mengisi kuesioner disebarkan melalui forum forum investor yang ada di internet baik yang bersifat terbuka maupun yang tertutup. Untuk forum yang terbuka undangan di sebarkan melalui thread pada beberapa forum, seperti forum Kaskus, kompas forum,Detik forum dan Vivanews forum.Thread tersebut berisi penjelasan singkat mengenai maksud dan tujuan dari survey serta link halaman web dimana kuesioner berada. Pemilihan ke empat forum tersebut dengan pertimbangan bahwa ke empat forum terebut memiliki sub forum saham, sehingga dengan menyebarkan undangan melalui sub forum saham tersebut diharapkan kuesioner akan tepat sasaran. Sedangakan untuk forum yang tertutup penulis memanfaatkan forum investor pada Facebook seperti Saham Mover and Shaker dan IDX Forum @ Kaskus . Selain itu penulis juga memanfaatkan forum tertutup yang juga merupakan milis saham di Yahoo. Pada forum tertutup ini undangan untuk menjadi responden disebarkan melalui pesan pribadi ke masing masing investor yang tergabung dalam komunitas investor pada forum tersebut.

Selain dengan menggunakan forum forum di Internet, penyebaran kuesioner juga dilakukan melalui bantuan marketing E-trading sekurities cabang Graha Pena Surabaya, dimana undangan untuk mengisi kuesioner dikirim pada nasabah e-Trading melalui email.

Penggunaan eSurveysPro untuk menjalankan online survey ini berdasarkan pada pertimbangan beberapa hal antara lain eSurveysPro sudah sangat populer baik dikalangan akademisi maupun praktisi sebagai penyedia jasa layanan online survey sehingga dengan menggunakan jasa eSurveysPro diharapkan tidak ada keraguan dari responden untuk bersedia mengisi kuesioner. Keraguan dari responden biasanya disebabkan oleh maraknya penipuan di internet (spam) yang berkedok online survey. Selain itu eSurveysPro yang merupakan perusahaan penyedia jasa layanan online survey profesional memiliki sistem pengamanan terhadap pengisian berulang oleh satu orang responden. Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hair , Anderson , Tatham dan Black (Hair et al , dalam Umar, 2010) bahwa jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 5 kali jumlah pertanyaan pada kuesioner yaitu sebanyak 115 responden.4.3. Jenis dan Sumber Data Menurut Umar (2010) terdapat berbagai macam kriteria jenis data yang digunakan dalam penelitian. Jenis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif , sedangakan ditinjau dari sisi sumber datanya, maka penelitian ini menggunakan jenis data primer karena data langsung diambil dari sumbernya yaitu responden. 4.4. Metode Pengumpulan Data Data penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang terdiri dua bagian, bagian pertama terdiri dari dari enam pertanyaan yang akan mengungkapkan karakteristik dari responden dan bagian ke dua terdiri dari 21 pertanyaan yang merupakan persepsi dari investor terhadap sistem perdagangan saham secara online. Untuk pengambilan data persepsi, akan digunakan kuesioner dengan 5 skala Likert yaitu mulai sangat setuju , setuju , ragu ragu , tidak setuju sampai sangat tidak setuju.

Forum terbukaForum Tertup

KaskusFacebook Saham Mover and Shaker

Kompas ForumFacebook IDX Forum@Kaskus

Detik ForumMilis Saham Yahoo Group

Vivanews Forum

4.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian diharapkan dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia, karena investor investor yang tergabung dalam forum forum investasi di internet berasal dari seluruh wilayah di Indonesia dan juga merupakan nasabah dari berbagai perusahaan pialang. Waktu penelitian akan dilaksanakan selama semester genap tahun ajaran 2010 -2011.4.6. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel usefullness didefinisikan sebagai keyakinan seseorang bahwa dengan menggunakan teknologi informasi (TI) akan dapat memberikan manfaat bagi dirinya baik secara langsung maupun tidak langsung (Davis, 1989). Sedangkan variabel ease of use didefinisikan sebagai harapan pengguna bahwa menggunakan teknologi informasi tidak membutuhkan sebuah pelatihan khusus, karena teknolologi itu mudah untuk digunakan (Davis , 1989). Baik usefulness maupun ease of use akan memengaruhi intention to use dimana intention to use menggambarkan tingkat penerimaan pengguna terhadap suatu teknologi atau niat pengguna untuk menggunakan teknologi yang ditawarkan. Tiga indikator digunakan untuk mengukur variabel ease of use dan tiga indikator untuk mengukur variaibel usefulness. Indikator indikator tersebut diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Park ( 2009). Sedangkan variabel intention to use diukur dengan empat indikator yang diadopsi dari Lee ( 2009) dan Batecherje (2001) Variabel satisfaction didefiniskan sebagai terpenuhinya harapan dari pengguna teknologi informasi tersebut Hong et al, (2006). Harapan merupakan persepsi yang terbentuk pada diri pengguna tentang kinerja dari teknologi yang akan digunakan. Apabila persepsi yang terbentuk tidak sesuai dengan kenyataannya, maka dikatakan pengguna tersebut tidak mendapatkan kepuasan. Untuk mengukur variabel satisfaction digunakan dua indikator yang diambil dari Premkumar (2007). Variabel benefit didefinisikan sebagai keuntungan yang akan diperoleh pengguna dengan memakai teknologi. Keuntungan ini dapat berupa keuntungan langsung maupun tidak langsung. (Lee, 2009). Variabel ini diukur dengan menggunakan tiga indikator yang diambil dari Mehrens et al,(2001) dalam Lee, (2009) Variabel trust didefinisikan sebagai harapan bahwa pihak lain tidak akan melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan norma, moral dan etika yang berlaku (Lee, 2009). Variabel trust diukur dengan menggunakan tiga variabel yang diadopsi dari Geffen et al, (2003) dalam Lee, (2009)

Resiko adalah ketidak pastian yang harus dihadapi oleh setiap investor, untuk itu variabel risk didefiniskan sebagai besarnya kerugian yang mungkin diperoleh (Peter & Ryan dalam Lee, 2009). Investor biasanya mengukur tingkat resiko dengan membandingkan kemungkinan merugi serta besarnya kerugian dengan keuntungan yang akan diperolehnya. Variabel risk diukur dengan tiga indikator yang diambil dari penelitian Lee, yaitu menggunakan tiga indikator Litter et al, (2006) dalam Lee, (2009)4.7. Teknik Analisis

4.7.1. Uji Validitas

Agar data yang diperoleh dapat dipergunakan untuk analisa maka data yang diperoleh dari kuesioner tersebut harus diuji terlebih dahulu. Salah satu metode pengujian data yang digunakan adalah uji validitas. Maksud dari uji validitas ini adalah untuk mengetahui apakah pertanyaan pertanyaan pada kuesioner sudah relevan (Umar, 2010). Uji validitas akan dilakukan dengan menggunakan pengujian validitas konstruk confirmatory factor analysis, yaitu dengan melihat nilai validitas convergen dan nilai rata-rata variance extracted (AVE).4.7.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah kuesioner dapat digunakan berulang kali atau dapat digunakan lebih dari satu kali oleh responden yang sama (Umar, 2010). Sehingga kuesioner yang reliabel adalah kuesinoner yang apabila digunakan untuk kedua kalinya oleh orang yang sama, akan menghasilkan data yang tidak berbeda. Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan pengujian reliabilitas konstruk atau dilihat dari nilai construct reliability (CR).

VariabelIndikator

X1 Ease of UseMudah digunakanX11

Mudah dipelajariX12

Mudah menjadi mahirX13

X2 UsefullnessInvestasi meningkatX21

Lebih sering transaksiX22

Waktu fleksibelX23

X3 SatisfactionMemuaskanX31

MenyenangkanX32

X4 BenefitBiaya murahX41

CepatX42

TransparanX43

X5 RiskKeamanan data pribadiX51

KompensasiX52

Kemanan rekeningX53

X6 TrustSistem Dapat dipercayaX61

Broker tidak menipuX62

transaksi dapat dipertanggugjawabkanX63

Y Intention to useMenggunakan sebanyak mungkinY1

Terus menggunakanY2

Pindah ke online tradingY3

Tidak ingin menggunakan lagiY4

4.7.3. Analisa Data

Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian maka data yang diperoleh harus dianalisa. Pada penelitian ini metoda atau alat analisa yang digunakan adalah Strutural Equation Modeling (SEM). Menurut Umar (2010), SEM adalah sebuah teknik statistik multivariat yang mampu menganalisa variabel indikator, variabel laten, dan kekeliruan pengukuran variabel. Sedangkan menurut Heir et al, (1998) dalam Sekundera, (2006) SEM adalah sebuah teknik multivariat yang menggabungkan aspek aspek regresi berganda dan analisis faktor untuk mengestimasi hubungan saling ketergantungan secara serentak. Dengan SEM akan di uji kecocokan model (model fit) dan koefisien jalur (path coefisients). Untuk pengujian kecocokan model akan dilihat dari nilai goodnes of fit (GFI) , adjusted goodness of fit (AGFI), RMSEA (Root Mean Square Error) dan comparative fit index (CFI) serta nilai Chi square (X2) dengan menggunakan perangkat lunak AMOS 18.BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Profil Responden

Responden pada penelitian ini adalah investor idividu pada bursa efek Indonesia yang melakukan transaksi perdagangan saham secara online. Transaksi online dapat digunakan dengan fasilitas komputer yang terhubung ke internet dan memungkinkan dilakukannya transaksi dimanapun.

Untuk mengungkap profil dari responden digunakan kuesioner yang tersedia pada halaman web eSurvyePro. Jumlah data yang berhasil dikumpulkan sebanyak 159, tetapi hanya data dari 157 kuesioner yang dapat digunakan untuk analisa. Profil responden akan dijabarkan berdarsar kriteria jenis kelamin, usia , nilai transaksi rata rata, masa penggunaan, frekuensi penggunaan serta lokasi penggunaan.

5.1.1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil pengolahan data untuk melihat profil responden berdasarkan jenis kelamin diketahui populasi responden pria sangat mendominasi hasil pengambilan sample data, sehingga dapat dikatakan persepsi yang terbentuk pada penelitian ini mewakili persepsi pria. Sebanyak 116 responden (73,8%) adalah pria dan 41 responden adalah wanita (26,11%). 5.1.2. Profil Responden Berdasarkan Usia

Kelompok Usia 19 - 35 tahun merupakan kelompok mayoritas pengguna sistem ini yaitu sebesar 65,82% , posisi berikutnya yaitu responden yang berusia 35 - 50 tahun dengan jumlah responden sebanyak 19,75%. Responden usia 15 19 tahun tercatat sebanyak 8,92% dan usia diatas 50 tahun hanya terdiri dari 1,91% responden Hal ini menegaskan kembali bahwa kelompok usisa 19 - 35 tahun yang juga disebut sebagai net generation atau generasi Y (Tapscot, ,2009) memang memiliki ketertarikan akan teknologi yang lebih besar bila dibandingkan dengan generasi X yang lahir antara tahun 1965 1976 dan generasi baby boom yang lahir antara tahun 1956 1965. Sehingga responden pada penelitian ini banyak diwakili oleh investor dari generasi Y.

5.1.3. Profil Responden Berdasarkan Nilai Rata Rata Transaksi

Dari data dapat diketahui bahwa responden penelitian adalah golongan investor individu dengan nilai rata-rata transaksi yang dilakukan maksimal sebesar 10 juta Rupiah. Investor individu sering menggunakan media forum forum di Internet untuk mencari informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan melakukan transaksi saham.

Secara lengkap diketahui sebanyak 52,23% responden memiliki nilai transaksi rata-rata antara 1-10 juta Rupiah dan 24,84% responden memiliki nilai transaksi rata rata dibawah satu juta Rupiah. Jumlah responden yang memiliki nilai transaksi rata-rata antara 10 - 50 juta Rupiah sebanyak 16,56 % dan untuk responden dengan nilai transaksi rata-rata diatas 50 juta hanya sebesar 6,53%.

5.1.4. Profil Responden Berdasarkan Masa Penggunaan

Berdasarkan masa penggunaannya terlihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 71 orang (45,22%) telah menggunakan sistem perdagangan saham online selama 1 - 2 tahun , sedangankan responden yang lama penggunaannya kurang dari 1 tahun sebanyak 45 orang (28,66%). Untuk responden yang telah mengunakan sistem lebih dari 2 tahun terdapat sebanyak 41 orang (26,11%).

Data data tersebut mengungkapkan bahwa sebagian besar responden adalah investor yang telah menggunakan sistem perdagangan saham online dengan masa penggunaan yang cukup, dan bukan investor pemula yang baru saja mengenal sistem perdagangan saham online.5.1.5. Profil Responden Berdasarkan Frekuensi Penggunaan

Diketahui 102 responden (64,97%) menggunakan sistem perdagangan saham online secara rutin, 48 responden atau sebesar 30,57% dengan frekuensi penggunaan yang tidak terlalu sering (kadang-kadang). Hanya terdapat 7 responden yang pernah menggunakan tetapi sekarang tidak menggunakan lagi.

Data ini menunjukan bahwa responden adalah tipe investor aktif yang sering melakukan transaksi dan memonitor portofolionya. 5.1.6. Profil Responden Berdasarkan Lokasi Penggunaan

Tercatat 70 responden (44,59%) memilih untuk menggunakan sistem perdagangan saham ini dimana saja, 54 responden (34,39%) memilih untuk menggunakan di rumah 29,11% dan 27 orang responden (17,20%) di kantor. Hanya 6 responden (3,82%) yang menggunakan sistem ini di galeri yang disediakan oleh perusahaan sekuritas. Dari gambaran ini dapat disimpulkan bahwa responden penelitian ini mayoritas memiliki aktivitas lain selain bertransaksi saham, karena sebanyak 61,79% menggunakan sistem ini dimana saja dan di kantor.5.2. Identifikasi Model Penggunaan analisa Structural Equation Modelling (SEM) membutuhkan proses identifikasi dari model yang akan dianalisa dan hal ini adalah mutlak untuk diperhatikan (Ghozali, 2008). Karena model yang tidak teridentifikasi (underidentifeid) tidak akan dapat diproses. Model penelitian ini memiliki 231 sample moment dan 50 parameter yang harus di estimasi, sehingga memiliki tingkat kebebasan (degree of freedom) sebesar 181. Hal ini menyatakan bahwa model overidentifeid dan dapat dianalisa lebih lanjutNoKeteranganJumlahProsentase

1Jenis Kelamin

Pria11673,89%

Wanita4126,11%

2Usia

15 -19 Tahun148,92%

19-35 tahun10964,43%

35 -50 tahun3119,75%

diatas 50 tahun31,91%

3Nilai rata-rata transaksi

diabwah 1 juta3924,84%

1 -10 juta8252,23%

10 - 50 juta2616,56%

diatas 50 jta106,37%

4Lama Penggunaan

Kurang dari 1 tahun4528,66%

1 -2 tahun7145,22%

Lebih dari 2 tahun4126,11%

5Frekwensi penggunaan

Rutin10264,97%

kadang kadang4830,57%

Tidak lagi74,46%

6Lokasi transaksi

di rumah5434,39%

di galeri seuritas63,82%

di kantor2717,20%

di mana saja7044,59%

5.3. Validitas dan Reliabilitas

Untuk menguji validitas konstruk yang terbentuk dilakukan pengujian validitas konstruk confirmatory factor analysis, yaitu dengan melihat nilai validitas convergen dan nilai rata- rata variance extracted (AVE). Menurut Ghozali (2008) kriteria validitas convergen dapat dilihat dari standardized factor loading masing-masing indikator. Nilai validitas convergen 0,5 sudah dapat dinyatakan bahwa konstruk adalah valid (Ghozali, 2008).

Dari hasil estimasi terlihat bahwa nilai factor loading X11 , X42 dan Y4 memiliki nilai dibawah 0,5, sehingga tiga indikator tersebut dinyatakan tidak valid dan harus dikeluarkan untuk proses analisa berikutnya. Indikator X11 dianggap tidak valid untuk mengukur konstruk ease of use, indikator X42 dianggap tidak valid mengukur kontruk benefit dan indikator Y4 dianggap tidak valid mengukur konstruk intention to use. Hasil perhitungan nilai AVE memperlihatkan bahwa konstruk benefit dan konstruk intention to use memiliki nilai AVE dibawah 0,5. Nilai AVE yang rendah dari kedua konstruk tersebut disebabkan karena masih ada item pada konstruk benefit dan intention to use yang memiliki nilai factor loading jauh dibawah 0,5. Nilai AVE yang diperoleh mempertegas adanya item item yang tidak valid pada konstruk benefit dan konstruk intention to use. Oleh sebab itu item tersebut harus dikeluarkan untuk proses analisa selanjutnya.

Pengujian reliabilitas konstruk dilakukan dengan melihat nilai dari construck reliability (CR) masing-masing konstruk. Menurut Ghozali (2008) pengujian konstruk dengan nilai CR memiliki hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan pengujian cronbachs alpha. Nilai CR yang lebih besar dari 0,6 menunjukan reliabilitas konstruk yang baik (Ghozali, 2008). Pada penelitian ini seluruh konstruk memiliki nilai CR diatas 0,6 sehingga dapat dinyatakan reliabel

KonstrukAVEKeteragan

SATFC0,70Valid

UFLNS0,54Valid

EOU0,57Valid

BEN0,41Tidak

RSK0,54Valid

TST0,65Valid

IU0,34Tidak

EstimateKeterangan

X31