PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN...

125
PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG NEM PADA INSTRUMEN SARON DAN DEMUNG SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : ROY JUSTIN HUTABARAT NIM : 130707054 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2018

Transcript of PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN...

Page 1: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR

MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG NEM PADA

INSTRUMEN SARON DAN DEMUNG

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

NAMA : ROY JUSTIN HUTABARAT

NIM : 130707054

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2018

Page 2: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI

REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG NEM PADA INSTRUMEN SARON DAN

DEMUNG

SKRIPSI SARJANA

NAMA : ROY JUSTIN HUTABARAT

NIM : 130707054

Disetujui Oleh :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Heristina Dewi, MPd. Drs. Kumalo Tarigan, M.A.

NIP. 196605271994032010 NIP. 195812131986011002

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan,

untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin

Etnomusikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2018

Page 3: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalm bidang disiplin Etomusikologi

pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU,

Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S.

NIP.19600851987031001

Panitia Ujian:

1. ( )

2. ( )

3. Dra. Heristina Dewi, MPd. ( )

4. Drs. Kumalo Tarigan, M.A. ( )

5. ( )

Page 4: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

DISETUJUI OLEH:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Medan, APRIL 2018

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI

KETUA PROGRAM STUDI

Arifninetrirosa, SST, M.A.

NIP. 196502191994032002

Page 5: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam skripsi ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Medan, April 2018

Roy Justin Hutabarat

NIM 130707054

Page 6: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

i

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul “Pertunjukan Wayang Kulit Di Desa Tembung

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang: Struktur Melodi Repertoar

Sampak dan Srepeg Nem Pada Instrumen Saron dan Demung”. Dalam penulisan

skripsi ini, penulis akan menganalisis pertunjukan Wayang Kulit di Desa Tembung

Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang. Penelitian ini membahas bagaimana proses

pertunjukan Wayang Kulit serta struktur melodi repertoar sampak dan srepeg yang

dimainkan pada instrumen saron dan demung yang menjadi kajian analisis penulis.

Saron dan demung merupakan instrumen pembawa melodi pokok dalam alat musik

gamelan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan secara

kualitatif yang dalam proses kerjanya data-data diperoleh melalui studi lapangan,

wawancara dengan informan, studi pustaka termasuk pustaka online atau blog

internet, perekaman pertunjukan, transkripsi, serta kerja laboratorium. Untuk

mendeskripsikan pertunjukan, penulis menggunakan beberapa aspek di dalam teori

yang dikemukakan oleh Murgiyanto (1996:156) serta Milton Siger (MSPI, 1996:164-

165). Sedangkan untuk menganalisis musik, yaitu repertoar sampak dan srepeg nem,

penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Willian P. Malm (1977:15).

Penulis juga menggunakan teori semiotika pragmatik yang dikemukakan oleh Charles

Sanders Peirce (Pateda, 2001:44) untuk mengetahui makna gunungan atau kayon

yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Kulit.

Pertunjukan Wayang Kulit terdiri dari tiga pathet, yakni pathet nem, sanga,

dan manyura yang mana dalam pathet nem merupakan babak perkenalan para tokoh

wayang yang mengangkat judul lakon Wahyu Cakraningrat. Dalam pertunjukannya

diiringi oleh seperangkat musik Gamelan, dengan saron dan demung sebagai

instrumen pembawa melodi pokok. Sampak dan srepeg merupakan repertoar yang

digunakan untuk mengiringi adegan perang pada pathet nem.

Kata Kunci : Wayang Kulit, Gamelan, Struktur Melodi, Sampak dan Srepeg Nem.

Page 7: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karunia yang sangat luar biasa dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

dengan baik skripsi ini yang berjudul Pertunjukan Wayang Kulit Di Desa

Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang: Struktur

Melodi Repertoar Sampak dan Srepeg Nem Pada Instrumen Saron dan Demung.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program

Studi Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Sebelumnya penulis menyadari banyak kesalahan serta segala kekurangan yang

terdapat dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis memohon maaf kepada

pembaca dengan harapan dapat memakluminya.

Dalam proses menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang telahmembantu

penulis baik dalam bentuk doa maupun motivasi. Untuk itu, penulis memberikan

apresiasi serta ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr.Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

beserta seluruh jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Arifninetrirosa, SST, M.A. sebagai Ketua Program Studi

Etnomusikologi dan Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si. sebagai Sekretaris

Program Studi Etnomusikologi.

Page 8: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

iii

3. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Etnomusikologi yang telah

banyak memberikan ilmu pengetahuan melalui bimbingan serta pengajaran

selama penulis mengikuti perkuliahan.

4. Ibu Dra.Heristina Dewi, MPd. selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs.

Kumalo Tarigan, M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan melalui arahan serta motivasi kepada penulis selama penulisan

skripsi ini.

5. Ibu Wawa selaku pegawai di Program Studi Etnomusikologi yang telah

banyak membantu penulis melalui informasi yang diberikan selama

perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi.

6. Kedua orang tua penulis yang sangat penulis cintai dan sayangi, ayahanda

Robert Hutabarat dan ibunda Riana br.Pakpahan. Terima kasih atas doa,

nasehat, pengorbanan, kerja keras, serta segala kebutuhan-kebutuhan yang

telah dipenuhi selama proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga

kepada seluruh keluarga besar yang selalu memotivasi penulis dengan

pertanyaan kapan tamat kuliah.

7. Teman spesial penulis Yohana Chrisnawaty Silitonga, yang selalu setia

menanyakan kabar skripsi penulis serta juga telah memberikan motivasi dan

semangat disaat penulis merasa jenuh dan mengalami kesulitan. Tidak lupa

juga doa yang sudah diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini dari proses yang sangat panjang.

8. Para informan penulis Bapak Sunardi, Bapak Yono, Bapak Suprapto, dan

Bapak Suripno yang telah bersedia meluangkan waktunya kepada penulis

Page 9: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

iv

untuk diwawancarai sehingga penulis mendapatkan pengetahuan serta

informasi untuk kelengkapan skripsi ini.

9. Keluarga besar PSM USU yang selalu memotivasi dan memberikan

dukungan serta semangat kepada penulis.

10. Teman-teman penulis di Etnomusikologi, khususnya stambuk 2013 yang

telah memberikan semangat serta motivasi selama di perkuliahan sampai

dengan penyelesaian skripsi ini.

Medan, April 2018

Penulis,

Roy Justin Hutabarat

NIM. 130707054

Page 10: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2 Pokok Permasalahan ............................................................................. 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ......................................................................... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ....................................................................... 11

1.4 Konsep dan Teori .................................................................................. 11

1.4.1 Konsep ......................................................................................... 11

1.4.2 Teori ............................................................................................. 13

1.5 Metode Penelitian.................................................................................. 17

1.5.1 Observasi ...................................................................................... 18

1.5.2 Kerja Laboratorium ..................................................................... 19

1.5.3 Studi Kepustakaan ........................................................................ 20

1.5.4 Wawancara ................................................................................... 20

1.6 Lokasi Penelitian ................................................................................... 21

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT JAWA DI DESA TEMBUNG

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG 2.1 Sejarah Singkat Masuknya Suku Jawa di Kabupaten Deli Serdang .... 22

2.2 Letak Geografis Kabupaten Deli Serdang............................................ 24

2.3 Sistem Kekerabatan .............................................................................. 28

2.4 Sistem Kepercayaan ............................................................................. 30

2.5 Sistem Bahasa ...................................................................................... 31

2.6 Sistem Kesenian ................................................................................... 32

2.6.1 Seni Pertunjukan Wayang ........................................................... 32

2.6.2 Seni Musik .................................................................................. 36

2.7 Sistem Mata Pencaharian ..................................................................... 37

2.8 Sanggar Mardi Lestari .......................................................................... 38

Page 11: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

vi

BAB III STRUKTUR PERTUNJUKAN WAYANG KULIT

3.1 Asal Usul Wayang Kulit...................................................................... 40

3.2 Jalannya Pertunjukan Wayang Kulit ................................................... 41

3.3 Pertunjukan Wayang Kulit .................................................................. 42

3.3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ................................................ 42

3.3.2 Pendukung Pertunjukan ............................................................. 43

3.3.2.1 Dalang ............................................................................ 44

3.3.2.2 Niyaga ............................................................................ 48

3.3.2.3 Pesinden ......................................................................... 50

3.3.2.4 Penonton ......................................................................... 51

3.3.3 Alat Musik Gamelan .................................................................. 51

3.3.3.1 Saron .............................................................................. 52

3.3.3.2 Demung .......................................................................... 54

3.3.3.3 Bonang ........................................................................... 55

3.3.3.4 Slenthem ......................................................................... 56

3.3.3.5 Gender ............................................................................ 57

3.3.3.6 Kenong ........................................................................... 58

3.3.3.7 Gambang ........................................................................ 59

3.3.3.8 Kempul ........................................................................... 60

3.3.3.9 Gong ............................................................................... 61

3.3.3.10 Kendang ....................................................................... 62

3.3.3.11 Rebab ........................................................................... 63

3.3.3.12 Kethuk dan Kempyang ................................................. 64

3.3.3.13 Cymbal dan Snare Drum .............................................. 65

3.3.4 Tema dan Alur Cerita Wayang Kulit ......................................... 66

3.3.5 Makna Gunungan atau Kayon .................................................... 75

BAB IV TRANSKRIPSI DAN ANALISIS

4.1 Proses Transkripsi .............................................................................. 79

4.2 Simbol Notasi ..................................................................................... 79

4.3 Sample Repertoar ............................................................................... 83

4.4 Tangga Nada ...................................................................................... 89

4.4.1 Tangga Nada Sampak Pada Instrumen Saron dan Demung ...... 89

4.4.2 Tangga Nada Srepeg Pada Instrumen Saron dan Demung ....... 90

4.5 Nada Dasar ......................................................................................... 91

4.6 Wilayah Nada ..................................................................................... 91

4.6.1 Wilayah Nada Sampak Pada Instrumen Saron dan Demung .... 92

4.6.2 Wilayah Nada Srepeg Pada Instrumen Saron dan Demung ...... 92

4.7 Jumlah Nada ....................................................................................... 93

4.7.1 Jumlah Nada Sampak ................................................................ 93

4.7.2 Jumlah Nada Srepeg .................................................................. 95

4.8 Jumlah Interval ................................................................................... 96

4.8.1 Jumlah Interval Sampak ............................................................ 96

4.8.2 Jumlah Interval Srepeg .............................................................. 97

Page 12: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

vii

4.9 Pola Kadensa ...................................................................................... 98

4.10 Formula Melodi ................................................................................ 99

4.11 Kontur .............................................................................................. 100

4.12 Struktur Ritem .................................................................................. 103

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 104

5.2 Saran ................................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 107

WEBSITE. .............................................................................................................. 108

DAFTAR INFORMAN .......................................................................................... 109

Page 13: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Deliserdang…………………………………………...26

Gambar 2.2 Pertunjukan Wayang Kulit……………………………………………..33

Gambar 2.3 Wayang Golek………………………………………………………….34

Gambar 2.4 Wayang Wong (Orang)…………………………………………….......35

Gambar 2.5 Wayang Beber………………………………………………………….36

Gambar 2.6 Wayang Klithik………………………………………………………...36

Gambar 2.7 Pemain Snare Drum dan Cymbal Oleh Niyaga………………………...37

Gambar 2.8 Proses Latihan Niyaga Sanggar Mardi Lestari………………………...39

Gambar 3.1 Salah Satu Sudut Panggung Wayang Kulit………………………….....43

Gambar 3.2 Lakon Wayang Kulit……………………………………………...........44

Gambar 3.3 Dalang menggunakan kertas yang berisi inti pokok cerita wayang

yang berjudul Wahyu Cakraningrat…………………………………...45

Gambar 3.4 Tokoh Raden Bratasena Gaya Jogjakarta dan Surakarta………………47

Gambar 3.5 Niyaga atau Penabuh Gamelan………………………………………...49

Gambar 3.6 Pesinden Pertunjukan Wayang Kulit…………………………………..50

Gambar 3.7 Penonton Pertunjukan Wayang Kulit......................................................51

Gambar 3.8 Saron…………………………………………………………………...53

Gambar 3.9 Bilahan Nada Saron................................................................................54

Gambar 3.10 Demung…………………………………………………………….....55

Gambar 3.11 Bonang Barung dan Bonang Penerus………………………………...56

Gambar 3.12 Slenthem……………………………………………………………...57

Page 14: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

ix

Gambar 3.13 Gender………………………………………………………………...58

Gambar 3.14 Kenong………………………………………………………………..59

Gambar 3.15 Gambang……………………………………………………………...60

Gambar 3.16 Kempul………………………………………………………………..61

Gambar 3.17 Gong…………………………………………………………………..62

Gambar 3.18 Kendang Ketipung (Depan) dan Kendang Bem (Belakang)……….....63

Gambar 3.19 Rebab………………………………………………………………....64

Gambar 3.20 Kethuk Kempyang……………………………………………………65

Gambar 3.21 Cymbal dan Snare Drum……………………………………………...66

Gambar 3.22 Tokoh Wayang Duryudana…………………………………………...70

Gambar 3.23 Dalang Membedhol Tokoh Wayang Kulit……………………………71

Gambar 3.24 Tokoh Wayang Kulit Cangik dan Limbuk……………………………72

Gambar 3.25 Raja Duryudana Beserta Para Pejabat Bawahannya………………….73

Gambar 3.26 Perang gagal antara Raja Duryudana dengan Kerajaan Seberang……74

Gambar 3.27 Kayon atau Gunungan Wayang Kulit………………………………...75

Gambar 3.28 Posisi Gunungan Wayang Kulit………………………………………76

Gambar 3.29 Dalang mengangkat gunungan Wayang Kulit………..………….…...77

Page 15: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan…………………………..27

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama......................................................30

Tabel 4.1 Jumlah Nada Sampak Pada Instrumen Saron…………………………….94

Tabel 4.2 Jumlah Nada Sampak Pada Instrumen Demung………………………….94

Tabel 4.3 Jumlah Nada Srepeg Pada Instrumen Saron……………………………...95

Tabel 4.4 Jumlah Nada Srepeg Pada Instrumen Demung…………………………...95

Tabel 4.5 Jumlah Interval Sampak Pada Instrumen Saron……………………….....96

Tabel 4.6 Jumlah Interval Sampak Pada Instrumen Demung………………………..97

Tabel 4.7 Jumlah Interval Srepeg Pada Instrumen Saron…………………………...97

Tabel 4.8 Jumlah Interval Srepeg Pada Instrumen Demung………………………...98

Page 16: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesenian merupakan hasil dari ekspresi berbagai macam ide dan pemikiran

estetika manusia dengan latar belakang tradisi atau sistem kebudayaan di daerah

kesenian itu berkembang. Kesenian berasal dari kata seni, yang diciptakan untuk

melahirkan rasa keindahan dan merupakan kreasi bentuk-bentuk simbolis dari

perasaan manusia. Salah satu jenis dari kesenian yaitu seni pertunjukan. Seni

pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat

dan waktu yang tertentu. Dalam seni pertunjukan terdapat empat unsur yang menjadi

konsep dari seni pertunjukan tersebut yaitu waktu, ruang, seniman, dan hubungan

seniman dengan penonton.

Di Indonesia berbagai bentuk penyajian seni pertunjukan sangat beragam,

yang pastinya secara kuantitatif berdasarkan kepada keberadaan suku-suku di

Indonesia saat ini. Misalnya suku Jawa, memiliki bermacam-macam seni pertunjukan

yang diselenggarakan dalam berbagai acara. Salah satu jenis pertunjukan tersebut

yaitu wayang. Dalam buku yang berjudul Kebudayaan Indonesia dan Pancasila, ada

terdapat beberapa bentuk wayang, yaitu wayang kulit, wayang wong (orang), wayang

beber, wayang golek, wayang klithik. Secara harfiah, wayang berarti bayangan, tetapi

dalam perjalanan waktu pengertian wayang itu berubah dan kini wayang dapat berarti

pertunjukan panggung atau teater, dimana sutradara ikut bermain. Sutradara dalam

Page 17: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

2

pertunjukan wayang itu dikenal sebagai dalang, yang peranannya dapat mendominasi

pertunjukan wayang tersebut (Pandam Guritno 1988:2).

Masyarakat Jawa yang tergabung dalam sebuah komunitas kesenian Jawa di

Sumatera Utara masih menyelenggarakan pertunjukan wayang walaupun dalam

konteks tertentu. Salah satu pertunjukan wayang yang biasa dimainkan yaitu wayang

kulit. Wayang kulit adalah pertunjukan berupa bayangan yang tokoh-tokohnya terbuat

dari bahan kulit binatang (belulang kerbau), berbentuk pipih, di pahat, di warnai, dan

bertangkai. Bayangan yang dihasilkan berasal dari belakang kelir (layar), sehingga

yang terlihat hanya bayangannya saja. Untuk menghasilkan bayangan itu, digunakan

lampu minyak yang disebut blencong. Tetapi seiring dengan berkembangnya zaman,

blencong tersebut dapat digantikan oleh lampu sorot yang diletakkan di sekitar

panggung, yang digantungkan dekat dengan dalang. Sebagai tempat untuk

menancapkan tokoh wayang pada saat pertunjukan berlangsung, digunakan debog

yang terbuat dari batang pisang. Pada bagian samping kiri dan kanan kelir ditancapi

wayang yang kemungkinan besar tidak digunakan dalam pertunjukan. Wayang-

wayang ini disebut wayang simpingan. Di bagian kanan adalah wayang kelompok

pandawa dan para dewa. Hal ini menandakan bahwa sisi baik atau kebenaran ada

dibagian kanan. Sedangkan di sisi kiri adalah wayang kelompok raksasa atau buto

dan para kurawa. Hal ini menunjukan bahwa sisi jahat atau buruk adalah di sebelah

kiri. Sedangkan untuk tokoh wayang yang akan dimainkan, diletakkan di atas kotak

wayang yang berada di dekat dalang.

Page 18: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

3

Berdasarkan sejarah wayang kulit, ada dua pendapat yang mengemukakan

asal-usul wayang tersebut. Pertama, wayang kulit berasal dan lahir pertama kali di

Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Tengah yang sudah ada sejak sekitar 700 tahun yang

lalu. Pendapat ini dikemukakan oleh salah seorang niyaga sekaligus budayawan di

wilayah Kabupaten Deli Serdang, yaitu Bapak Suprapto. Beliau mempunyai alasan

yang cukup kuat, bahwa seluruh seni wayang sangat erat kaitannya dengan keadaan

sosiokultural dan kepercayaan masyarakat Indonesia, khususnya orang Jawa.

Pendapat kedua menurut buku yang berjudul “Wayang” yang menduga wayang

berasal dari India, yang dibawa bersama agama Hindu ke Indonesia. Sebagian besar

ahli yang berpendapat bahwa wayang berasal dari India adalah sarjana Inggris, negeri

Eropa yang pernah menjajah India. Alasan yang mengatakan bahwa wayang kulit

berasal dari India adalah karena bahan cerita yang digunakan, yakni Mahabharata

yang konon berasal dari India (Herry Lisbijanto 2013:10).

Sejarah kedatangan wayang kulit ke Sumatera, khususnya ke Kabupaten Deli

Serdang yaitu bersamaan dengan kedatangan orang-orang Jawa pertama kali yakni

pada abad ke-19 dengan tujuan sebagai pekerja kuli kontrak yang dilakukan oleh

pemerintah kolonial Belanda. Hal ini dilakukan karena faktor dorongan dari pribadi

mereka sendiri untuk tujuan pencarian lahan baru untuk pertanian, atau paksaan yang

dilakukan oleh kolonialisme Belanda. Orang Jawa berpindah dalam jumlah yang

besar ke tanah Sumatera, sehingga lahirlah istilah Pujakesuma yaitu singkatan dari

Page 19: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

4

Putra Jawa Kelahiran Sumatera.1 Pujakesuma itu sendiri muncul pada tahun 1980-an

dari perkumpulan suku Jawa.

Seiring berjalannya waktu, wayang kulit semakin berkembang di Sumatera

dan puncaknya terjadi pada zaman pemerintahan orde baru sekitar tahun 1970-an. Hal

itu dapat dilihat dari banyaknya peminat dari masyarakat Sumatera, khususnya

masyarakat Jawa untuk mengadakan pementasan kesenian asli mereka. Namun sejak

tahun 1990, eksistensi wayang kulit di Kabupaten Deli Serdang sudah mulai

berkurang. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pekembangan arus modernisasi yang

masuk dari berbagai daerah yang bukan berasal dari Jawa. Selain itu, pertunjukan

wayang kulit sangat sulit dijangkau oleh masyarakat dengan ekonomi menengah ke

bawah, karena biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan pertunjukan wayang

kulit cukup mahal dan juga pertunjukan tersebut sudah dianggap sebagai hiburan

kuno untuk disajikan bagi masyarakat Jawa yang berada di Kabupaten Deli Serdang.

Perkembangan wayang kulit di Kabupaten Deli Serdang saat ini seperti hidup segan

mati tak mau, hanya dipertunjukan pada acara tertentu saja seperti sunatan,

perkawinan, bersih desa, dan ruwatan. Bahkan pertunjukan wayang kulit di Deli

Serdang hanya ada di lingkungan masyarakat yang memiliki mayoritas suku Jawa,

seperti di Desa Tembung yang merupakan salah satu lokasi penelitian penulis.

Dengan memperhatikan fungsi dan keberadaan wayang kulit saat ini,

khususnya di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang,

penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan pendekatan Etnomusikologi.

1 Wawancara dengan Bapak Sunardi pada tanggal 11 Juli 2017

Page 20: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

5

Etnomusikologi merupakan suatu lapangan ilmu pengetahuan, yang mempunyai

objek penelitian seni musik, baik itu yang berupa fisik, psikologi, estetika, dan musik

dalam fenomena kebudayaan (Merriam 1964:6). Kesenian wayang kulit merupakan

salah satu hiburan bagi penduduk Deli Serdang yang memiliki nilai tinggi, karena

dalam pertunjukan tersebut mengandung banyak nasehat yang disampaikan oleh

seorang dalang. Lakon yang dibawakan dalam pertunjukan tersebut merupakan

gambaran kehidupan manusia sehari-hari, dimana didalamnya terdapat nila-nilai budi

pekerti yang dapat diambil dan dijadikan pedoman hidup. Cerita yang dipakai dalam

lakon wayang berasal dari mitos-mitos lama, legenda-legenda, cerita-cerita rakyat,

dan juga cerita-cerita dari kitab-kitab sastra yang diolah dan dipadukan dengan

kehidupan zaman sekarang.2

Dalam pertunjukan wayang kulit, diperlukan panggung pertunjukan yaitu

berupa kelir atau layar sebagai tempat bayangan yang muncul akibat cahaya dari

blencong atau lampu sorot. Selain itu, diperlukan juga tempat untuk menancapkan

wayang yang disebut dengan gedebog. Kelir terbuat dari kain berwarna putih yang

berbentuk persegi panjang, sedangkan untuk gedebog harus terbuat dari batang pisang

yang masih baru dan segar, supaya mudah ditusuk atau ditancapkan gagang wayang

tersebut. Dalam satu pertunjukan, jumlah satu set wayang kulit berkisar antara 250-

600 wayang dengan berbagai macam karakter yang sudah diukir dalam proses

pembuatannya. Tidak semua wayang tersebut dimainkan, karena tergantung dengan

kesesuaian tokoh yang digunakan dalam lakonyang dibawakan oleh dalang. Wayang

kulit yang tidak dimainkan dalam pagelaran, dijajarkan/ditancapkan di layar sebelah

2 Hasil wawancara dengan Bapak Suripno 6 Mei 2017

Page 21: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

6

kanan dan kiri kelir. Wayang tersebut disebut Simping Kiwo (untuk wayang yang

diletakkan di sebelah kiri layar) dan Simping Tengen (untuk wayang yang diletakkan

di sebelah kanan layar). Sedangkan wayang kulit yang akan dimainkan disiapkan di

atas kotak wayang. Wayang ini disebut wayang dedudah (Herry Lisbijanto 2013:15).

Pertunjukan wayang kulit berlangsung semalam suntuk, yang dimulai pada

jam 21.00 malam sampai jam 05.00 pagi atau menjelang adzan subuh. Pementasan

wayang kulit baru ada bila diminta seseorang yang mempunyai hajat seperti khitanan,

syukuran, perkawinan, atau peringatan hari tertentu oleh perorangan, instansi, atau

organisasi. Pertunjukan wayang kulit bisa dilakukan di dalam gedung, di halaman

rumah atau di tempat terbuka sesuai keadaan pengundang. Tempat untuk penonton

yang perlu menjadi perhatian karena penonton wayang kulit yang datang berasal dari

seluruh lokasi yang berdekatan dengan pagelaran tersebut bahkan ada juga

masyarakat yang berasal dari daerah lainnya ikut menyaksikan pertunjukan tersebut.

Oleh karena itu, tempat untuk penonton harus sangat luas.

Musik pengiring pada pertunjukan wayang kulit merupakan alat musik

tradisional khas Jawa yaitu Gamelan. Seperangkat Gamelan terdiri dari beberapa

instrumen pokok yakni saron, demung, gender, gambang, gong, bonang, kenong,

kendang, rebab, siter, dan slenthem yang dibawakan secara langsung di dalam

pertunjukan tanpa bentuk rekaman audio. Musik dalam pertunjukan ini memiliki

peran dan juga fungsi yaitu sebagai pengatur ritem untuk salah satu adegan dalam

pertunjukan tersebut. Dalam hal ini penulis terfokus pada adegan perang dalam

pertunjukan tersebut yang mana musik yang dimainkan yaitu sampak dan srepeg

pada pathet nem.

Page 22: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

7

Gamelan dibagi menjadi dua bagian, berdasarkan perbedaan nada (laras) yang

ada pada masing-masing gamelan tersebut, yaitu gamelan laras slendro dan gamelan

laras pelog. Laras slendro merupakan sistem urutan nada yang terdiri dari lima nada

dalam satu gembyang (oktaf), yaitu: 1 (ji), 2(ro), 3(lu), 5(mo), 6(nem). Istilah ji, ro,

lu, mo, nem tersebut merupakan nama singkatan angka dari bahasa Jawa, ji berarti siji

(satu), ro berarti loro (dua), lu berarti telu (tiga), mo berarti limo (lima), dan nem

berarti enem (enam). Selain laras slendro, dalam karawitan Jawa juga dikenal istilah

laras pelog, yakni tangga nada yang terdiri dari tujuh nada yang berbeda. Tujuh nada

tersebut yaitu 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat), 5 (mo), 6 (nem), 7 (pi). Istilah karawitan

sendiri yaitu suatu kesenian yang meliputi segala cabang seni yang mengandung

unsur keindahan, halus, serta rumit atau ngrawit (Soedarsono 1992:14).

Jika dibandingkan dengan tangga nada diatonis, susunan tangga nada pelog

kurang lebih sama dengan susunan tangga nada mayor, namun penyebutan untuk

karawitan tetap menggunakan bahasa Jawa. Dalam pertunjukan wayang kulit, laras

slendro dan laras pelog sering dimainkan pada saat adegan perang, barisan prajurit,

dan adegan lainnya yang memunculkan perasaan gembira, ramai, dan menyenangkan.

Meski demikian, untuk gending-gending tertentu laras slendro dan laras pelog juga

mampu menghasilkan suasana yang dapat menimbulkan kesedihan, kerinduan, rasa

cinta, dan lain-lain. Gending merupakan deretan nada-nada yang sudah tersusun alur

melodi musikalnya atau biasa disebut juga dengan lagu.3

3 Hasil wawancara dengan Bapak Triwahjuono Harijadi 17 Juli 2017

Page 23: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

8

Pada zaman dahulu, dalam pewayangan hanya menggunakan gamelan slendro

saja. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh mengingat tempat atau pangkat yang

mempunyai hajat tersebut tidak mengizinkan dipakainya kedua gamelan slendro dan

pelog itu. Namun, seiring dengan kemajuan zaman, hal tersebut tidak berpengaruh

lagi. Pertunjukan wayang kulit sekarang selalu menggunakan gamelan slendro dan

pelog secara bersamaan (Ki Harsono Kodrat 1982: 12). Dalam pembagian gending-

gending karawitan Jawa, khususnya wayang kulit, masing-masing gending laras

dapat dibagi menjadi tiga bagian. Gending laras slendro terdiri atas: (1) gending-

gending laras slendro pathet 6(nem); (2) gending-gending laras slendro pathet 9

(songo); dan (3) gending-gending laras slendro pathetmanyura. Selain itu, dalam

gending laras pelog terdiri dari: (1) gending-gending laras pelog pathet 5 (mo); (2)

gending-gending laraspelog pathet 6 (nem); dan (3) gending-gending laras pelog

pathet barang (7). Pengertian pathet dapat dibedakan berdasarkan dua aspek, yakni

aspek musikal serta aspek pakeliran atau pertunjukannya. Menurut Mantle Hood

dilihat dari aspek musikalnya, pathet merupakan suatu sistem yang mengatur

kedudukan dan fungsi nada (Sumber: http://idjawaid.blogspot.co.id/2016/12/pathet-

dalam-pegelaran-wayang-gaya.html). Sedangkan menurut Sri Mulyono dilihat dari

aspek pakelirannya, pathet adalah pembagian babak dalam pertunjukan wayang kulit

yang terdiri atas pathet nem, sanga, dan manyura (Lihat Buku Ragam Panggung

Dalam Bahasa Jawa 1986). Pathet nem digunakan untuk membuka pertunjukan yang

dimulai pukul 21.00. Pada pathet ini, posisi gunungan miring ke kanan. Pathet nem

mengiringi adegan istana sampai dengan adegan perang pada pukul 24.00. Setelah

adegan perang sampai dengan strat atau adegan spontan yang diimprovisasi yang

Page 24: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

9

dilakukan oleh dalang, digunakan pathet songo. Pathet sanga berakhir pada pukul

03.00. Pada pathet ini, posisi gunungan berubah ke arah tengah. Setelah itu,

pertunjukan wayang diakhiri dengan pathet manyura pada pukul 05.00 atau biasanya

sebelum adzan subuh yang mana pada bagian ini merupakan klimaks dari lakon yang

dipentaskan dalam wayang kulit tersebut. Dalam pathet manyura ini, posisi gunungan

berakhir ke arah kiri.

Pada umumnya, pertunjukan wayang kulit dibagi ke dalam tiga pathet dengan

tujuh jejer dan tujuh tindakan perang.Jejer merupakan adegan kedatonan yang

berfungsi untuk mengenalkan suatu kerajaan dalam cerita wayang tersebut (Lihat

Buku Ragam Panggung Dalam Bahasa Jawa 1986). Pathet nem memiliki tiga jejer

dan dua tindakan perang, pathet sanga memiliki dua jejer dan dua tindakan perang,

dan pathet manyura memiliki dua jejer dan tiga tindakan perang. Namun, pada

pertunjukan wayang kulit saat ini tidak terpaku terhadap pembagian jejer dan

tindakan perang tersebut. Hal ini disebabkan supaya mempersingkat waktu

pertunjukan. Namun hal itu kembali juga kepada lakon yang dibawakan oleh dalang.

Adapun hal yang menarik dari pertunjukan wayang kulit ini adalah

pertunjukannya yang berlangsung semalam suntuk namun tidak mengurangi antusias

penonton yang datang untuk menyaksikan, kemudian peran dari seorang dalang yang

bisa memainkan berbagai macam karakter tokoh wayang dalam setiap

pertunjukkannya, serta musik pengiring yang terus memainkan melodi yang selaras

dan harmoni sepanjang jalannya pertunjukan. Dalam hal ini penulis hanya memilih

melodi dua instrumen dari musik gamelan untuk dikaji secara musikal, yakni saron

dan demung.

Page 25: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

10

Adapun aspek utama yang akan penulis diskusikan di dalam penulisan ini

adalah bagaimana proses pertunjukan wayang kulit serta bagaimana struktur melodi

sampak dan srepeg oleh musik pengiringnya yakni saron dan demung yang

diselenggarakan di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

Serdang. Maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan membuat ke dalam

bentuk karya ilmiah dengan judul “Pertunjukan Wayang Kulit Di Desa Tembung

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang: Struktur Melodi

Repertoar Sampak dan Srepeg Pada Instrumen Saron dan Demung”.

1.2 Pokok Permasalahan

Sesuai dengan judul skripsi ini dan juga fokus perhatian terhadap masalah

yang akan diteliti, maka penulis menentukan dua pokok masalah yaitu sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses pertunjukan wayang kulit ?

2. Bagaimana struktur melodi sampak dan srepeg nem yang dimainkan pada

instrumen saron dan demung dalam pertunjukan wayang kulit tersebut ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan sasaran atau sesuatu yang ingin dicapai, oleh karena itu

penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pertunjukan wayang kulit dan

untuk menganalisis struktur melodi sampak dan srepeg nem pada instrumen saron

dan demung dalam pertunjukan wayang kulit tersebut.

Page 26: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

11

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini adalah:

1. Sebagai dokumentasi dan bahan literatur dalam displin Etnomusikologi yang

berkaitan tentang kesenian Jawa khususnya wayang kulit.

2. Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain, baik

mencakup teori maupun uraian tentang analisis pertunjukan wayang kulit.

3. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama

perkuliahan di Program Studi Etnomusikologi.

4. Bagi generasi muda agar dapat lebih memperhatikan, mendukung, dan

menjaga kelestarian kesenian tradisional Jawa demi kemajuan kebudayaan

Indonesia.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep merupakan ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan

klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah

atau rangkaian kata atau lambang bahasa (Soedjadi 2000:14). Menurut

Koentjaraningrat (2009:85), konsep merupakan penggabungan dan perbandingan

bagian-bagian dari suatu penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai

penggambaran lain yang sejenis, berdasarkan asas-asas tertentu secara konsisten.

Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa definisi konsep yaitu suatu hal umum

yang bertujuan untuk menjelaskan atau menyusun suatu ide atau akal pikiran yang

dinyatakan dalam suatu kata atau simbol bahasa.

Page 27: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

12

Maka, berdasarkan pengertian di atas akan menjelaskan beberapa konsep yang

berkaitan dengan tulisan ini yang mencakup: (a) analisis; (b) pertunjukan; (c) wayang

kulit; (d) melodi; (e) sampak dan srepeg.

Analisis berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu “analusis” yang berarti

melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata yaitu “ana” yang berarti kembali

dan “luein” yang berarti melepas. Sehingga pengertian analisis yaitu suatu usaha

dalam mengamati secara detail pada suatu hal atau benda dengan cara menguraikan

komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji

lebih lanjut. Dalam hal ini, proses pertunjukan serta struktur musikal saron dan

demung pada pertunjukan wayang kulit akan diamati secara detail dengan cara

menguraikan komponen-komponen yang terdapat di dalam pertunjukan wayang kulit

tersebut.

Pertunjukan adalah suatu proses yang memerlukan ruang dan waktu, yang

memiliki bagian awal, tengah, dan akhir. Struktur dasar pertunjukan terdiri dari

persiapan bagi pemain maupun penonton, pementasan, aftermath, atau yang terjadi

setelah pertujukan selesai (Richard Schechner 1997:161). Dalam hal ini, penulis akan

mendeskripsikan pertunjukan wayang kulit hanya bagian awal untuk membatasi

masalah agar tidak meluas.

Wayang kulit merupakan boneka yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu

yang dimanfaatkan untuk memerankan tokoh pada pertunjukan tradisional dan

merupakan salah satu bentuk teater yang paling tua, yang biasanya dimainkan oleh

seorang dalang (Supriyo, 2008).

Page 28: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

13

Melodi yaitu suatu kesatuan frase yang terdiri dari bunyi-bunyi dengan

urutan, interval, dan tinggi rendah yang terstruktur. Diantara unsur-unsur seni musik

yang lain, melodi dinilai sebagai unsur yang menjadi daya tarik musik itu sendiri.

Dalam hal ini melodi dari instrumen saron dan demung menjadi salah satu daya tarik

dari seperangkat musik gamelan yang mengiringi pertunjukan wayang kulit itu

sendiri.

Sampak dan Srepeg adalah salah satu repertoar khusus dengan bentuk dan

struktur tersendiri dalam penyajiannya. Repertoar tersebut dimainkan pada saat

adegan perang dalam pertunjukan wayang kulit. Masyarakat Jawa umumnya

berpendapat bahwa semua jenis musik, yakni diantaranya sampak dan srepeg

termasuk ke dalam gending.4

1.4.2 Teori

Menurut Siswoyo “Dalam Mardalis (2003:42)”, teori diartikan sebagai

seperangkat konsep dan definisi yang salin berhubungan yang mencerminkan suatu

pandangan sistematik mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antar

variabel, dengan tujuan untuk menerangkan dan meramalkan fenomena. Untuk

memudahkan penelitian diperlukan pedoman untuk berfikir yaitu kerangka teori.

Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun

suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana

peneliti menyoroti masalah yang dipilih (Suyanto 2005:34). Teori yang digunakan

dalam hal ini tentunya masih relevan dengan ilmu yang digunakan dalam disiplin

4 Hasil wawancara dengan Bapak Triwahjuono Harijadi 7 Desember 2017

Page 29: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

14

ilmu etnomusikologi yaitu teori pertunjukan menurut Murgiyanto (1996:156), teori

teori weighted scale menurut William P. Malm (1977:15), dan teori semiotika yang

dikemukan oleh Charles Sanders Peirce (Petada, 2001:44).

1.4.2.1. Teori Pertunjukan

Menurut Murgiyanto (1995), kajian-kajian keilmuwan mengenai seni terbagi

kedalam rumpun-rumpun seni: (a) seni pertunjukan, yang di dalamnya terdiri lagi dari

percabangan seni musik, tari, dan teater. Bidang kajian disiplin ini meluaskan diri

sampai kepada sirkus, cabaret, olahraga, ritual, upacara, prosesi pemakaman dan lain-

lainnya, (b) seni visual atau seni rupa yang terdiri dari seni murni, seni patung,

kerajinan atau kriya, lukis, disain grafis, disain interior, disain eksterior, reklame, dan

lain-lainnya, (c) seni media rekam, yang terdiri dari: televisi, radio, komputer,

internet, dan lain-lainnya. Seni sastra umumnya menjadi bagian kajian dari ilmu

sastra dan linguistik, seni arsitektur atau seni bina menjadi bagian kajian ilmu teknik.

Namun kesemua bidang ini saling memiliki hubungan teoritis, metodologis dan

sejarah dalam ilmu pengetahuan manusia.

Seni pertunjukan berarti “tontonan yang bernilai seni,” yang disajikan sebagai

pertunjukan di depan penonton (Murgiyanto, 1996: 153). Untuk menyajikan sebuah

pertunjukan tersebut dibutuhkan unsur-unsur pendukungnya, antara lain pemain,

penonton, pesan yang disampaikan, dan cara penyampaian yang khas. Selain itu,

unsur ruang dan waktu juga menjadi hal yang sangat penting dari sebuah pertunjukan

(Murgiyanto, 1996: 156). Pada dasarnya, sebuah seni pertunjukan memiliki fungsi

yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Beberapa fungsi dari

Page 30: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

15

pertunjukan tersebut antara lain fungsi religius, fungsi sosial, fungsi pendidikan,

fungsi estetik, dan fungsi ekonomi. Fungsi-fungsi yang terdapat dalam sebuah

pertunjukan terkadang tidak hanya satu, tapi bisa lebih. Hal itu tergantung dengan

kebutuhan manusia itu sendiri. Dalam hal ini, pertunjukan wayang kulit memiliki

fungsi lebih sebagai fungsi sosial serta pendidikan.

Dalam mendeskripsikan pertunjukan wayang kulit, selain menggunakan teori

yang dikemukakan oleh Murgiyanto, penulis juga menggunakan teori Milton Siger

(MSPI, 1996:164-165) yang menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki: (1)

Waktu pertunjukan yang terbatas, (2) Awal dan akhir, (3) Acara kegiatan yang

terorganisir, (4) Sekelompok pemain, (5) Sekelompok penonton, (6) Tempat

pertunjukan dan, (7) Kesempatan untuk mempertunjukkannya (Lihat Skripsi Flora

Hutagalung 2009:11).

1.4.2.2 Teori Weighted Scale

Untuk mengkaji struktur musikal yang dimainkan pada pertunjukan wayang

kulit, penulis menggunakan teori weighted scale yang dikemukakan oleh William P.

Malm (1977:15). Aspek musikal tersebut terdiri dari: (1) tangga nada (scale), (2)

nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada-nada (frequency

of notes), (5) interval yang dipakai (prevalent interval), (6) pola-pola kadensa

(cadence patterns), (7) formula melodi (melodic formula),(8) kontur (contur).

Pendekatan seperti yang ditawarkan Nettl (1964:98), yaitu: (1) menganalisa

dan mendeskripsikan apa yang kita dengar, dan (2) menuliskan apa yang kita dengar

itu di atas kertas, dan kemudian mendeskripsikan apa yang kita lihat itu. Untuk

Page 31: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

16

mendukung analisis struktur melodi dari instrumen saron dan demung yang

dimainkan pada pertunjukan wayang kulit, penulis menggunakan metode transkripsi.

Transkripsi merupakan proses penotasian bunyi yang didengar dan dilihat. Dalam

mengerjakan transkripsi penulis menggunakan pada notasi musik yang dinyatakan

Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Notasi preskriptif adalah notasi yang

dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan

komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk

menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik

yang belum diketahui oleh pembaca. Dalam hal ini, penulis tidak hanya

mendeskripsikan pertunjukan wayang kulit, tetapi juga menganalisis struktur melodi

gending yang dimainkan instrumen saron dan demung yang digunakan sebagai salah

satu musik pengiring dalam pertunjukan tersebut. Sebelum menganalisis melodi

sampak dan srepeg yang dimainkan instrumen saron dan demung, maka terlebih

dahulu data audio yang telah direkam penulis ditranskripsi ke dalam notasi balok

dengan menggunakan pendekatan etnomusikologis. Setelah dapat diubah ke dalam

bentuk notasi yang bentuknya visual, barulah notasi tersebut dianalisis.

1.4.2.3 Teori Semiotika

Untuk mengetahui dan mendalami makna simbolik yang terdapat pada

pertunjukan wayang kulit, penulis menggunakan teori semiotika. Semiotika adalah

suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana

signs “tanda-tanda” dan berdasarkan pada sign system (code) “sistem tanda” (Segers,

2000:4). Dalam pembagiannya, semiotika dibagi kedalam tiga wilayah kajian, yakni

Page 32: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

17

semiotika semantik, semiotika sintatktik, dan semiotika pragmatik. Dalam penulisan

skripsi ini, penulis menggunakan teori semiotika pragmatik. Teori semiotika

pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang penggunaan tanda serta efek yang

dihasilkan oleh tanda tersebut (Charles Sanders Peirce dalam Pateda, 2001:44). Tanda

yang dimaksud disini yaitu penggunaan gunungan atau kayonoleh dalang dalam

pertunjukan wayang kulit.

1.5 Metode Penelitian

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode

penelitian. Metode berasal dari bahasa Yunani, yakni methodos yang berarti jalan

atau cara. Jalan atau cara yang dimaksud disini adalah sebuah upaya atau usaha dalam

meraih sesuatu yang diinginkan (Hidayat 1990:60), sedangkan penelitian adalah

upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta

dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis untuk mewujudkan

kebenaran (Mardalis 2006:24). Metode penelitian dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian pertunjukan wayang kulit

ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif,

karena penelitian ini lebih berupa kata-kata secara detail dan bukan dalam bentuk

angka-angka.

Untuk mengetahui segala permasalahan penelitian dan penulisan serta

mengaplikasikan metode penelitian kualitatif, penulis melakukan pengumpulan data

melalui pemahaman kepustakaan, selain itu penulisan juga di lakukan dalam beberapa

Page 33: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

18

tahapan disamping pengumpulan data, yaitu pemilihan sampel, kerja laboratorium,

bimbingan serta diskusi. Sebagai hasil akhir dari menganalisis data adalah membuat

laporan yang dalam hal ini adalah penulisan skripsi.

Menurut Curt Sachs (1962:16), penelitian dalam etnomusikologi dapat dibagi

menjadi dua cara, yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk

work). Data yang dikumpulkan dari lapangan akan dianalisis di laboratorium dan

hasilnya akan didapat setelah kedua metode kerja tersebut dilakukan. Pada kerja

lapangan meliputi beberapa teknik dalam pengaplikasiannya, yakni: (1) observasi; (2)

wawancara; dan (3) perekaman. Sementara dalam kerja laboratorium, data-data yang

telah dikumpulkan dari lapangan serta studi kepustakaan akan diseleksi untuk

membuang data yang tidak perlu atau menambahkan data yang masih kurang. Semua

data tersebut akan diolah dengan melakukan pendekatan etnomusikologi.

1.5.1 Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan

yang dilakukan (Ridwan 2004:104). Secara umum observasi adalah aktivitas yang

dilakukan untuk mengetahui sesuatu dari sebuah fenomena yang didasari pada

pengetahuan dan gagasan yang bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi

terkait dengan suatu fenomena atau peristiwa yang sudah atau sedang terjadi di

lingkungan yang mana dalam mendapatkan informasi-informasi tadi harus objektif,

nyata, serta harus dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal ini, penulis melakukan

pengamatan langsung ke lokasi dimana grup wayang kulit melakukan pertunjukan,

Page 34: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

19

yaitu di Jalan Rahayu Pasar VII Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Deli

Serdang. Penulis mengambil video serta gambar melalui kamera DSLR pada saat

persiapan grup wayang kulit sampai dimulainya pertunjukan tersebut. Hal ini

bertujuan untuk kelengkapan dokumentasi serta menambah wawasan pengetahuan

penulis tentang seni pertunjukan wayang kulit.

1.5.2 Kerja Laboratorium

Kerja laboratorium adalah mencari data-data dari berbagai referensi seperti

buku-buku, media cetak, skripsi-skripsi, ataupun segala tulisan yang berhubungan

dengan penelitian ini. Data-data yang telah didapat tersebut kemudian disaring sebaik

mungkin untuk dijadikan sebuah tulisan yang valid. Setelah itu, data-data tersebut

disusun secara sistematis sehingga hasilnya dapat dikembangkan sebagai bahan yang

akurat dalam pembahasan masalah yang dihadapi. Dalam tahapan tersebut, penulis

mengumpulkan data-data yang berasal dari berbagai sumber referensi untuk diolah

dengan data-data yang berasal dari lapangan agar menjadi penulisan sistematis dan

dapat diambil suatu kesimpulan. Setelah itu, data perekaman audio menjadi objek

yang diteliti oleh penulis, yang didengar dan kemudian menuliskannya kedalam

notasi balok melalui teknik transkripsi. Selanjutnya data tersebut diklasifikasi dan

dibentuk sebagai data. Data tersebut di perbaiki dan di perbarui agar tidak rancu dan

sesuai dengan objek penelitian dalam menulis skripsi ini.

Page 35: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

20

1.5.3 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan kerja lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan studi

kepustakaan untuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang pertunjukan wayang

kulit. Penulis mencari informasi dan referensi berupa buku-buku dan juga dari

beberapa skripsi yang relevan dan sangat berhubungan dengan objek penelitian

tersebut. Selain itu, dalam studi kepustakaan penulis juga melakukan survei terhadap

tulisan-tulisan di jejaring sosial internet. Data-data yang berasal dari blog internet itu

juga membantu penulis memahami latar belakang tentang pertunjukan tersebut.

1.5.4 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara untuk memperoleh informasi yang

diperlukan dalam suatu penelitian, yang dalam hal ini penulis melakukan wawancara

dengan informan di lokasi pertunjukan wayang kulit yang sedang berlangsung dan

juga wawancara di salah satu rumah dalang yaitu Bapak Sunardi yang terletak di

Jalan Bromo. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dengan salah seorang

penabuh gamelan yakni Bapak Suprapto dari Sanggar Mardi Lestari yang berada di

Jalan Batang Kuis.

Menurut Koentjaraningrat (1990:190), wawancara dapat dilakukan dengan

tiga cara, yaitu: (1) wawancara berfokus (focused interview); (2) wawancara bebas

(free interview); dan (3) wawancara sambil lalu (casual interview). Wawancara

berfokus mengutarakan pertanyaan tidak mempunyai yang tidak mempunyai struktur

tertentu, tetapi selalu berpusat pada pokok permasalahan. Wawancara bebas yaitu

tidak berpusat pada pokok permasalahan tetapi tidak beralih dari satu hal ke hal lain.

Page 36: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

21

Sedangkan wawancara sambil lalu, yaitu dimana wawancara dilakukan tanpa

persiapan sebelumnya, dan orang yang diwawancara itu kebetulan berada di suatu

tempat.

Dalam wawancara, penulis melakukan perekaman dan mencatat hasil

wawancara dengan informan yang bersangkutan. Penulis menggunakan Handphone

Merek Oppo Joy R1001 untuk merekam suara pada saat melakukan wawancara. Hal

ini juga membantu penulis didalam mengerjakan penulisan skripsi ini.

1.6 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi lokasi penelitian penulis adalah salah satu

tempat yang menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit dalam acara pesta

perkawinan yang berada di Jalan Rahayu Pasar VII Desa Tembung Kecamatan Percut

Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena

grup wayang kulit yakni Sanggar Mardi Lestari yang menjadi salah satu informan

penulis merupakan salah satu sanggar yang cukup terkenal khususnya di Kabupaten

Deli Serdang sedang melakukan pertunjukan di lokasi tersebut pada saat penulis

melakukan penelitian. Grup sanggar itu di undang ke acara tersebut sebagai hiburan

bagi tamu undangan serta masyarakat yang berada di sekitar lokasi pertunjukan.

Page 37: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

22

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT JAWA

DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

2.1 Sejarah Singkat Masuknya Suku Jawa di Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang merupakan Kabupaten yang banyak di huni oleh

berbagai suku dan etnis, baik yang berasal dari Pulau Jawa maupun dari luar Pulau

Jawa. Masyarakat Jawa merupakan salah satu kelompok etnis pendatang yang ada di

Indonesia yang di antaranya berdiam di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang. Pada awal abad ke-20 masyarakat Jawa datang dan

memasuki wilayah Sumatera Utara dengan menjadi kuli kontrak. Pada tahun 1863,

Jacobus Nienhuys, seorang pengusaha Belanda yang telah lama tinggal di Batavia,

datang ke Kabupaten Deli Serdang dan mendapatkan kontrak dari Sultan Deli untuk

menanam tembakau selama 20 tahun di Sumatera Timur. Nienhuys mulai membuka

sebuah ladang di Martubung dengan 88 orang kuli Cina dan 23 kuli Melayu (Sinar

2006:207). Hasil tembakau dari kebun Martubung ini mendapat sambutan yang baik

hal lain yang menjadi faktor utama masyarakat Jawa datang ke Sumatera Utara

adalah tidak terlepas dari perkembangan daerah Sumatera Utara sebagai daerah

perkebunan yang dikelola perusahaan perkebunan Belanda bermodal asing yang

dilengkapi dengan perangkat administrasi nya, yang disebut dengan onderneming-

onderneming yang berdiri sekitar tahun 1864 (Karl J. Pelzer, 1985:12).

Page 38: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

23

Kuli kontrak adalah struktur perburuhan yang mengharuskan pekerjanya

terikat perjanjian bekerja pada perusahaan perkebunan pemerintahan kolonial

maupun perusahaan swasta milik asing dengan syarat dan aturan tertentu. Pada masa

onderneming buruh yang dipekerjakan sebagai koeli kontrak adalah orang-orang Jawa

dan Cina yang merupakan populasi terbesar pada masa itu, kemudian orang Batak

dan India. Pada tahun 1866, Janssen dan Clemen memberikan bantuan modal kepada

Neienhuys untuk mendirikan sebuah perusahaan perkebunan tembakau yang diberi

nama Deli Maatschapij. Pada saat itu pasar tembakau di Eropa sedang meningkat

pesat, dan tembakau yang dihasilkan oleh perkebunan Deli mampu menembus

pasaran Eropa karena tembakau Deli memiliki kualitas yang sangat baik. Maka

Nienhuys memperpanjang kontraknya dengan Sultan Deli pada tanggal 8 April 1867

selama 99 tahun. Nienhuys juga membuka perkebunan tembakaunya yang lain di

Sunggal pada tahun 1869, di Sungai Besar dan Kelumpang pada tahun 1875, karena

semakin luas dan semakin bertambahnya kebun sehingga memerlukan semakin

banyak kuli (Lihat Skripsi Dina Sitopu 2003:31-32)

Setelah masa kolonial Belanda berakhir maka kontrak-kontrak mereka pun

berakhir, namun masyarakat Jawa tersebut tidak kembali ke Jawa, mereka tetap

menjadi penduduk setempat sama seperti masyarakat-masyarakat pendatang lainnya.

Kemudian mereka membentuk kelompok yang mendirikan komunitas-komunitas

bagi kelangsungan hidup sosial dan budaya mereka. Walaupun banyak orang-orang

Jawa datang ke Kabupaten Deli Serdang sebagai kuli kontrak, namun para anggota

group kesenian wayang kulit bukan berasal dari keturunan para kuli kontrak bahkan

bukan juga sebagai kuli kontrak. Kebanyakan mereka datang ke Kabupaten Deli

Page 39: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

24

Serdang berdasarkan usaha sendiri dengan dana sendiri dan bertujuan untuk mencari

pekerjaan. Semakin banyak orang Jawa menetap di Kabupaten Deli Serdang, semakin

besar pula niat mereka untuk melestarikan budayanya dengan cara memperkenalkan

kesenian tradisional mereka kepada masyarakat yang ada di Kabupaten Deli Serdang.

Selain itu, ada juga beberapa organisasi yang terbentuk untuk mendukung

perkembangan kesenian mereka dan salah satu organisasi tersebut adalah Forum

Masyarakat Jawa Deli. Dalam komunitas barunya tersebut, masyarakat Jawa

mendirikan kelompok-kelompok kesenian. Kesenian yang mereka bawa dari daerah

asalnya tersebut merekajadikan sebagai penghibur dan pengusir rasa lelah setelah

seharian bekerja juga sebagai pengobat rasa rindu pada kampung halaman mereka.

Salah satu kesenian tersebut adalah seni tradisional wayang kulit.5

2.2 Letak Geografis Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah kabupaten yang ada di Sumatera

Utara. Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 1 Juli 1946, dengan ibukotanya yaitu

Lubuk Pakam. Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus

1945, Kabupaten Deli Serdang yang dikenal sekarang ini merupakan dua

pemerintahan yang berbentuk kerajaan (Kesultanan) yaitu Kesultanan Deli yang

berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan (± 38 km

dari Kota Medan menuju Kota Tebing Tinggi). Pada tanggal 14 November1956,

barulah Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom dan

namanya berubah menjadi Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang-Undang

5 Hasil Wawancara dengan Bapak Sunardi 20 Juli 2017

Page 40: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

25

Nomor 22 tahun 1948 yaitu Undang-Undang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah

dengan Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956. Untuk merealisasikannya

dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Pertimbangan

Daerah (DPD).

Kabupaten Deli Serdang terletak diantara 2°57”- 3°16” Lintang Utara serta

pada 98°33 - 99°27” Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang

di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km² (249,772 Ha)

atau merupakan 3,34% dari luas Provinsi Sumatera Utara. Secara administratif,

Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan (380

desa dan 14 kelurahan), dengan jumlah penduduk 1.021.188 jiwa (Data Statistik Deli

Serdang 2015).

Kabupaten Deli Serdang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Selat Sumatera

Sebelah Selatan : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun

Sebelah Barat : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo

Sebelah Timur : Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun

Page 41: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

26

Gambar 2.1

Peta Kabupaten Deli Serdang

(Sumber : http://dprd-Deli Serdangkab.go.id/v1/peta-deli-serdang/)

Desa Tembung adalah salah satu desa dari 20 Desa / Kelurahan yang ada di

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Percut Sei Tuan dipimpin oleh

seorang camat yang bernama TM.Zaki Taufa S.Sos MAP. Desa Tembung yang

memiliki luas 535 Ha, merupakan salah satu desa yang berkembang di pinggiran

Kota Medan. Walaupun letaknya yang berada di pinggiran Kota Medan, Desa

Tembung sudah termasuk daerah Kabupaten Deli Serdang. Bukan merupakan Kota

Madya Medan lagi.

Page 42: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

27

Dengan melihat potensi pendukung, seperti letaknya di pinggiran Kota

Medan, Desa Tembung juga dekat dengan pusat pemerintahan, serta pusat-pusat

pendidikan. Perkembangan yang tampak jelas adalah terkait dengan penggunaan

lahan, yang dahulunya adalah lahan pertanian berubah menjadi pemukiman.

Perubahan lahan pertanian menjadi pemukiman tersebut menjadikan lahan pertanian

semakin berkurang, selain itu telah banyak berdiri bangunan perkantoran, mini

market, showroom,dan tempat bimbingan belajar. Berikut merupakan tabel daftar

jumlah penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan:

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Percut Sei Tuan

No. Desa/Kelurahan Laki-Laki

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Jumlah

1. Bandar Klippa 18.621 18.143 36.764

2. Sei Rotan 13.444 12.910 26.354

3. Laut Dendang 8.060 7831 15.891

4. Amplas 4.586 4.348 8.934

5. Sampali 14.325 14.894 29.219

6. Cinta Damai 2.515 2.513 5.028

7. Pematang Lalang 856 828 1.684

8. Kolam 7.784 7.542 15.326

9. Bandar Khalipah 20.622 20.102 40.724

10. Tembung 26.933 26.933 53.868

11. Medan Estate 7.862 8.402 16.264

Page 43: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

28

12. Saentis 8.731 8.393 17.124

13. Cinta Rakyat 6.908 6.615 13.523

14. Tanjung Selamat 2.830 2.770 5.600

15. Percut 7.218 6.942 14.160

16. Sambirejo Timur 13.333 12.912 26.245

17. Tanjung Rejo 5.052 4.800 9.852

18. Bandar Setia 11.156 10.512 21.668

19. Kenangan 11.392 11.390 22.782

20. Kenangan Baru 11.700 12.416 24.116

JUMLAH 203.860 201.710 405.570

Sumber : Kantor Kecamatan Percut Sei Tuan

2.3 Sistem Kekerabatan

Penduduk Desa Tembung mayoritas terdiri dari suku Jawa, oleh karena itu

penulis menggunakan sistem kekerabatan masyarakat Jawa pada umumnya. Sistem

kekerabatan adalah hubungan seseorang dengan yang lain berdasarkan pertalian

darah.Sistem kekerabatan yang digunakan oleh masyarakat Jawa adalah kekerabatan

yang dilihat berdasarkan prinsip bilateralyaitu memperhitungkan keanggotaan

kelompok melalui garis keturunan laki-laki maupun garis keturunan perempuan,

maka seseorang dapat menjadi anggota kelompok kekerabatan dari pihak ayah dan

juga menjadi anggota kelompok kekerabatan dari pihak ibu.

Page 44: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

29

Orang-orang Jawa memiliki sistem kekerabatan, yang disebut bebrayat.

Menurut informasi Bapak Subanindyo Hadiluwih, seorang tokoh masyarakat Jawa di

Sumatera Utara yang penulis kutip dari Buku Masyarakat Kesenian di Indonesia,

bebrayat berasal dari kata brayat yang berarti keluarga. Dalam budaya Jawa brayat

berarti sistem bekeluargadalam arti luas, yaitu keluarga inti, batih, atau keluarga

budaya.Sistem kekerabatan ini dilandasi oleh sikap bergotong-royong, dengan konsep

sepi ing pamrih, rame ing gawe, artinya tidak mengharapkan balasan pamrih, dan

mengutamakan kerja bersama-sama. Dalam hal ini bentuk kelompok kekerabatan

yang paling kecil adalah keluarga batih, yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu, dan

anak-anaknya yang belum menikah, apabila keluarga batih mempunyai kerabat satu

dengan yang lain maka terbentuklah suatu kelompok kekerabatan yang disebut

dengan paseduluran:(1) sedulur tunggal kringkel merupakan saudara lahir dari ibu

dan ayah yang sama; (2) sedulur kuwalon yaitu saudara lain ayah tetapi ibunya sama,

atau sebaliknya saudara lain ibu nemun ayahnya sama, dan saudara tiri; (3) sedulur

misanan merupakan saudara satu nenek atau satu kakek, yang mencakup kandung

atau tiri; (4) sedulur mindoan adalah saudara satu buyut (orang tau kakek atau nenek)

berlaku baik untuk saudara kandung atau tiri, (5) sedulur menteluyaitu saudara satu

canggah (buyutnya ayah dan ibu) baik saudara kandung atau tiri; (6) bala yaitu yang

menurut anggapan mereka masih saudara, namun dari silsilah sudah tidak terlacak

kedudukannya, dan disebabkan oleh interaksi mereka, karena kebutuhan yang erat,

misalnya jenis pekerjaan sama, sering berkomunikasi, dan sejenisnya; (7) tanggayang

konsepnya tidak terbatas pada letak rumah yang berdekatan saja, tetapi dalam

Page 45: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

30

kepentingan tertentu mereka saling membutuhkan (Lihat Skripsi Dina Sitopu

2003:39).

2.4 Sistem Kepercayaan

Kepercayaan atau agama yang dianut oleh masyarakat Jawa di Kecamatan

Percut Sei Tuan adalah agamaIslam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan

Budha.Namun Agama Islam yang memiliki kapasitas jumlah umat yang terbesar di

Kecamatan Percut Sei Tuan. Hal ini dapat dilihat dari adanya rumah ibadah yang

mengisi di setiap lokasi dari masing-masing desa/kelurahan tersebut. Berikut akan

diuraikan statistikagama yang dianut oleh masyarakat di Kecamatan Percut Sei Tuan.

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Agama Jumlah (Jiwa)

Islam 349.184

Kristen Protestan 33.397

Kristen Katholik 11.678

Buddha 2.263

Hindu 6.912

Jumlah 405.570

Sumber : Kantor Kecamatan Percut Sei Tuan

Pada zaman dulu, para wali sembilan (pemimpin terdahulu) di Jawa Tengah

mendirikan wayang agar bisa mengembangkan agama Islam. Oleh karena itu, siapa

saja yang ingin menonton wayang harus membasuh tangan (berwudhu) terlebih

Page 46: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

31

dahulu agar bisa masuk ke dalam masjid menonton wayang kulit. Disitu diadakan

pertunjukan wayang kulit yang diperankan oleh Sunan Kalijaga dengan para penabuh

gamelan seperti Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Muria. Sunan merupakan sebutan

bagi orang Jawa yang diagungkan atau dihormati, biasanya karena kedudukan atau

jasanya di masyarakat. Hal ini yang menyebabkan pertunjukan wayang kulit saling

berkaitan dengan tradisi agama Islam.6

Masyarakat di Kecamatan Percut Sei Tuan juga memiliki suku yang beraneka

ragam yang mayoritas merupakan suku Jawa yang diikuti oleh suku Batak, Padang,

Melayu, Sunda dan Tionghoa. Para masyarakat itu umumnya merupakan para

pendatang yang merantau ke Sumatera Utara dan menjadi warga tetap di Kecamatan

Percut Sei Tuan tersebut. Khusus suku Batak dan Melayu merupakan penduduk asli

yang telah lama bertahan dan melahirkan generasi hingga sampai saat ini.

2.5 Sistem bahasa

Pada umumnya bahasa yang dipakai oleh masyarakat Kecamatan Percut Sei

Tuan Kabupaten Deli Serdang adalah bahasa Jawa karena mayoritas penduduk disana

adalah masyarakat Jawa. Namun pada saat ini, masyarakat Jawa yang ada di

Kabupaten Deli Serdang tersebut sudah jarang memakai bahasa Jawa asli. Mereka

lebih sering memakai bahasa Indonesia dengan logat Jawa-nya, karena di daerah

tersebut selain suku Jawa terdapat juga beberapa suku lain diantaranya suku Batak,

Padang, Melayu, dan sebagainya. Hal ini yang menyebabkan bahasa Jawa sudah

mulai terkontaminasi dengan bahasa-bahasa dari suku lain tersebut.

6 Hasil wawancara dengan Bapak Suprapto 9 Januari 2018

Page 47: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

32

Ada beberapa jenis gaya bahasa yang biasa digunakan dalam kehidupan

masyarakat Jawa di Kabupaten Deli Serdang, yaitu:

1. Ngoko yaitu bahasa yang pemakaiannya dihindari untuk berbicara dengan

orang yang dihormati atau orang yang lebih tua karena bersifat kasar. Gaya

bahasa ngoko dapat digunakan oleh mereka yang sudah akrab dan oleh

mereka yang merasa dirinya lebih tinggi status sosialnya daripada lawan

bicara (mitra wicara).

2. Kromo inggil yaitu suatu bentuk ragam krama yang kadar kehalusan atau

tata kramanya tinggi. Gaya bahasa kromo inggil biasa digunakan untuk

menghormati orang-orang yang lebih tua atau lebih berilmu.

3. Kromo andhap atau kromo tengah yaitu bentuk bahasa yang digunakan

untuk menghormati lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri.

4. Kawi yaitu bahasa yang pernah berkembang pada zaman kerajaan-kerajaan

Hindu-Buddha dan dipakai dalam penulisan karya-karya sastra. Bahasa

Kawi juga disebut dengan istilah bahasa Jawa Kuno.7

2.6 Sistem Kesenian

2.6.1 Seni Pertunjukan Wayang

Masyarakat Jawa memiliki berbagai macam seni pertunjukan, salah satunya

yang paling terkenal adalah wayang. Ada beberapa jenis wayang yakni wayang kulit,

wayang golek, wayang wong (orang), wayang beber, dan wayang klithik. Dari

beberapa jenis wayang tersebut, wayang kulit merupakan seni pertunjukan yang

7 Hasil wawancara dengan Bapak Suprapto 9 Januari 2018

Page 48: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

33

sering dipertunjukan dan digemari oleh masyarakat Kabupaten Deli Serdang. Hal ini

dapat dilihat di setiap acara atau perayaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat

atau Pemerintah Deli Serdang, wayang kulit menjadi sarana hiburan yang paling

sering ditampilkan.

1) Wayang kulit adalah wayang yang tokoh-tokohnya terbuat dari bahan kulit.

Wayang kulit pada umumnya bermakna bayangan, yang mana hal ini

disebabkan penonton menikmati pertunjukan wayang kulit dari belakang kelir

(layar) sehingga hanya melihat bayangannya saja. Namun berdasarkan

penelitian yang penulis lakukan, posisi dalang dalam memainkan wayang

kulit dipanggung yaitu membelakangi penonton, sehingga penonton tidak

menikmati wayang kulit melalui bayangan dari kelir saja, melainkan dapat

juga melihat dengan asli bentuk dan struktur wayang tersebut.

Gambar 2.2

Pertunjukan Wayang Kulit

(Dokumentasi Penulis)

Page 49: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

34

2) Wayang golek adalah wayang yang tokoh-tokohnya terbuat dari boneka kayu

tiga dimensi. Wayang golek dipandang lebih realistis dibanding wayang kulit,

sebab selain bentuknya menyerupai badan manusia, wayang golek juga

dilengkapi kostum yang terbuat dari kain sehingga dapat dilihat secara utuh.

Sedangkan wayang kulit hanya terbuat dari kulit yang manusianya diukir dan

dilukis sesuai dengan tokoh-tokoh dalam pewayangan.

Gambar 2.3

Pertunjukan Wayang Golek

(https://goo.gl/images/7SgSG)

3) Wayang wong (orang) adalah wayang yang tokoh-tokohnya diperankan

langsung oleh manusia. Pada dasarnya, wayang orang ini merupakan refleksi

dari wayang kulit. Pada wayang orang, semua tokoh wayang diperankan oleh

manusia sehingga pertunjukan ini bisa bergerak dan berdialog sendiri, seperti

Opera Van Java.

Page 50: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

35

Gambar 2.4

Pertunjukan Wayang Wong (Orang)

(https://goo.gl/images/bx829S)

4) Wayang beber adalah wayang yang menggunakan gulungan gambar-gambar

sebagai objek pertunjukan yang dipertunjukan dengan cara membentangkan

gulungan gambar wayang beber tersebut. Gambar-gambar itu dilukiskan pada

selembar kertas atau kain yang dibuat dari satu adegan menyusul adegan lain,

berurutan sesuai dengan narasi cerita. Gambar didalam gulungan tersebut

biasanya terdiri atas empat adegan yang digulung dalam satu gulungan. Satu

cerita wayang beber biasanya terdiri dari lima atau enam gulungan. Apabila

akan dipertunjukkan, gambar-gambar cerita itu dibentangkan dari

gulungannya. Gambar-gambar yang melukiskan cerita itu narasinya

dituturkan satu demi satu oleh seorang dalang.

Page 51: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

36

Gambar 2.5

Pertunjukan Wayang Beber

(https://goo.gl/images/x7zRJz)

5) Wayang Klithik adalah wayang yang terbuat dari kayu berbentuk pipih

seperti wayang kulit. Gagang dari wayang klithik tersebut terbuat dari

kayu sehingga jika dimainkan mengeluarkan bunyi “klithik, klithik”.

Gambar 2.6

Pertunjukan Wayang Klithik

(https://goo.gl/images/WFbGKi)

2.6.2 Seni Musik

Masyarakat Jawa memiliki jenis seni musik, baik vokal ataupun instrumen

yang disebut dengan karawitan. Kesenian karawitan ini dikemas dengan alunan

instrumen, yakni berupa Gamelan dan juga vokal yang indah sehingga enak untuk

Page 52: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

37

didengar dan juga dinikmati. Kesenian karawitan ini merupakan kesenian klasik yang

sangat terkenal di kalangan masyarakat Jawa dan Indonesia dan merupakan salah satu

warisan seni serta budaya yang kaya akan nilai historis dan juga filosofis. Pada masa

sekarang ini, seni karawitan telah mengalami berbagai perkembangan. Salah satunya

yaitu adanya alat musik modern yang tergabung dalam gamelan yakni snare drum

serta cymbal. Fungsi snare drum dan cymbal ini dapat dilihat pada saat adegan perang

yang mana di setiap dalang memainkan para tokoh wayang saat adegan tersebut,

terdapat bagian-bagian tertentu dimana snare drum dan cymbal akan dipukul. Hal ini

juga untuk menambah suasana pertunjukan agar lebih hidup.

Gambar 2.7

Pemain Snare Drum dan Cymbal Oleh Niyaga

(Dokumentasi Penulis)

2.7 Sistem Mata Pencaharian

Dalam wawancara penulis dengan Bapak Suprapto di kediamannya di jalan

pasar 3 Mabar, selain bertanya tentang pertunjukan wayang kulit penulis juga

bertanya tentang kehidupan masyarakat Jawa, salah satunya tentang mata pencaharian

Page 53: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

38

di wilayah Kabupaten Deli Serdang. Secara umum, sistem mata pencaharian

masyarakat Jawa yang melakukan transmigrasi ke Kabupaten Deli Serdang adalah

berdagang. Sebagian juga ada bekerja di bidang pertanian dan perkebunan. Tetapi

seiring berkembangnya zaman, kini masyarakat Jawa yang berprofesi sebagai

pegawai negeri juga ada di Kabupaten tersebut.

2.8 Sanggar Mardi Lestari

Sanggar Mardi Lestari merupakan salah satu sanggar kesenian Jawa yang

berdiri sejak 14 tahun yang lalu. Sanggar ini terletak di Pasar 10 Batang Kuis

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan para penggagasnya

mulai dari Alm. Bapak Munar, Alm. Bapak Nasib Solihin serta Bapak Suprapto yang

saat ini menjadi penasehat disanggar tersebut.

Sanggar Mardi Lestari ini bergerak dalam beberapa bidang seni pertunjukan

Jawa seperti wayang kulit, ketoprak dor, angguk, dan lain-lain serta dalam bidang

musiknya selain musik gamelan yakni musik campur sari. Dari semua jenis seni

pertunjukan tersebut, wayang kulit salah satu pertunjukan yang paling sering

ditampilkan oleh sanggar ini. Dalam panggilan permintaan dalam sebuah acara,

wayang kulit ini biasanya ditampilkan oleh sanggar Mardi Lestari untuk hiburan

dalam acara perkawinan, pentas rakyat, bersih desa, dan sebagainya.

Dalam sistem latihannya, sanggar Mardi Lestari melakukan latihan sesuai

kesepakatan bersama anggota. Biasanya latihan dilakukan hanya sekali dalam

seminggu. Akan tetapi, jika ada job atau panggilan permintaan pertunjukan dalam

suatu acara, jadwal latihan akan lebih diperbanyak dari biasanya dan jadwal

Page 54: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

39

latihannya di buat tergantung hari apa dan jam berapa yang bisa di berikan anggota

dan disesuaikan bersama. Sistem pelatihan dilakukan dengan menggunakan latihan

bersama dimana para niyaga mengikuti adegan demi adegan yang dibawakan oleh

dalang. Mereka menggunakan buku notasi musik gamelan yang mana masing-masing

instrumen telah memiliki melodi yang telah disesuaikan dengan adegan yang terjadi.

2.8 Proses Latihan

Niyaga Sanggar Mardi Lestari

(Dokumentasi Penulis)

Sanggar Mardi Lestari ini telah banyak melakukan pertunjukan tradisional

di dalam maupun di luar daerah, dengan daerah yang terdekat yaitu wilayah

Kabupaten Deli Serdang sampai daerah yang terjauh yaitu Rantau Prapat. Dalam hal

pembagian honorium jika ada melakukan pertunjukan pada sanggar, mereka

membagi rata pada setiap anggota. Hal ini agar tidak menimbulkan kesenjangan

sosial diantara anggota. Sampai saat ini, sanggar tersebut masih tetap eksis dan aktif

disetiap permintaan pertunjukan oleh berbagai kalangan.

Page 55: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

40

BAB III

STRUKTUR PERTUNJUKAN WAYANG KULIT

3.1 Asal Usul Wayang Kulit

Wayang kulit merupakan salah satu pertunjukan tradisional yang ada pada

masyarakat Jawa. Wayang kulit ini cukup dikenal masyarakat Jawa, karena

pertunjukannya yang menggunakan milik budaya asli Jawa, mulai dari bahasa,

pakaian, alat musik, dan sebagainya. Selain masyarakat Jawa, wayang kulit juga

dikenal diseluruh dunia, dimana pada 7 November 2003 UNESCO telah menobatkan

wayang sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau

warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur asli Indonesia

(http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-wayang-dan-sejarah.html).

Banyak pendapat tentang asal usul wayang kulit, tetapi menurut hasil kerja

laboratorium serta wawancara yang penulis lakukan, wayang kulit ini telah hadir

semenjak 1500 tahun sebelum Masehi atau tepatnya pada zaman kerajaan-kerajaan

Hindu dan Buddha, sedangkan untuk nama wayang sendiri berasal dari bahasa

Sansekerta yaitu “Ma Hyang”yang artinya berjalan menuju yang maha tinggi (Dewa).

Ada juga pendapat yang mengatakan wayang berasal dari bahasa Jawa yang berarti

bayangan atau yang dalam bahasa Indonesia baku adalah bayang. Hipotesa bahwa

wayang berasal dari kata-kata bayang ini didapat dari bukti bahwa para penonton

dapat menyaksikan pertunjukkan wayang dengan hanya melihat bayangan yang

digerakkan oleh dalang yang merangkap tugasnya sebagai narator. Sementara dalang

Page 56: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

41

merupakan sebuah singkatan dari kata-kata ngudhal piwulang, dimana ngudhal

berarti menyebar luaskan atau membuka dan piwulang berarti pendidikan atau ilmu.

Hal ini menegaskan posisi dalang sebagai orang yang memiliki ilmu lebih dan

membagikannya kepada para penonton pertunjukkan wayang.

Pada masa sekarang ini, pertunjukan wayang kulit sudah sangat jarang

ditampilkan untuk konteks hiburan masyarakat sehari-hari. Seiring berkembangnya

zaman, kebutuhan akan pertunjukan wayang kulit pada saat ini tergantung pada

permintaan pemesanan. Selain kurangnya peminat akibat perkembangan zaman

semakin modern, sudah jarangnya pertunjukan ini juga disebabkan karena biaya

untuk mengadakan pertunjukan tersebut sangat mahal. Oleh sebab itu, pertunjukan

wayang kulit sekarang ini lebih condong ditampilkan dalam konteks acara-acara

besar, yakni pesta rakyat, bersih desa, ruwatan, atau pun pesta pernikahan keluarga

pejabat yang diselenggarakan oleh kalangan menengah ke atas.8

3.2 Jalannya Pertunjukan Wayang Kulit

Pada saat pelaksanaan pertunjukan wayang kulit, para anggota sanggar

melakukan persiapan masing-masing seperti pemakaian kostum, kelengkapan

instrumen gamelan, serta peletakan posisi instrumen diatas panggung. Selain itu,

beberapa alat elektronik seperti microphone wireless sangat dibutuhkan oleh seorang

dalang dan sinden dalam membawakan pertunjukan wayang kulit tersebut. Meskipun

instrumen gamelan berjumlah banyak, microphone wireless tetap diperlukan karena

lokasi pertunjukan yang berada di outdoor. Hal ini supaya suara dapat didengar oleh

8 Hasil wawancara dengan Bapak Suprapto 30 Juli 2017

Page 57: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

42

penonton secara seimbang melalui sound system yang telah disediakan. Sebenarnya

tanpa peralatan tersebut pertunjukan tetap dapat berjalan, namun suara yang

dihasilkan sangat terbatas sehingga tidak dapat didengar dengan jelas oleh penonton.

Sebelum lakon wayang kulit dimulai, pertunjukan dibuka dengan ricikan

musik gamelan yang memainkan gending petalon. Gending ini umumnya bermakna

sebagai ungkapan doa. Misalnya gending Ladrang Slamet, yang dimainkan dengan

harapan acara pertunjukan wayang kulit yang digelar saat itu dapat berlangsung

selamat, baik pada saat acara berlangsung maupun sesudahnya.9

3.3 Pertunjukan Wayang Kulit

3.3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Pada umumnya pertunjukan wayang kulit ditampilkan di dalam maupun di

luar lapangan. Namun berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, pertunjukan

tersebut diadakan di luar lapangan dengan menggunakan panggung yang telah

dirancang sesuai dengan kebutuhan wayang kulit. Walaupun panggung tersebut

hanya bersifat sementara, namun konsep yang dibuat untuk panggung wayang kulit

tersebut terlihat megah dengan dekorasi yang beragam, mulai dari tenda serta dinding

yang ditutup dengan kain putih serta peletakan tanaman yang telah dirancang di

sekitar panggung tersebut seperti yang terlihat dalam gambar berikut ini.

9 Petalon berasal dari kata talu(Jawa) yang berarti memulai atau mengawali, sehingga gending petalon

berarti gending untuk mengawali sebuah acara termasuk pertunjukan wayang kulit. Gending Ladrang

Slamet merupakan bentuk lagu dalam karawitan, dimana kata Slamet berasal dari bahasa Jawa ngoko

yang dalam bahasa Indonesia berarti selamat.

Page 58: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

43

Gambar 3.1

Salah Satu Sudut Panggung Wayang Kulit

(Dokumentasi Penulis)

Pertunjukan wayang kulit diselenggarakan pada malam hari, waktu dimana

orang-orang sudah berhenti bekerja sehingga semuanya dapat menghadiri

pertunjukan tanpa gangguan pekerjaan. Meski demikian, ada juga pertunjukan

wayang kulit yang diselenggarakan pada siang hari. Namun berdasarkan penelitian

penulis di lapangan, pertunjukan tersebut digelar pada malam hari yakni pada pukul

21.00 dan berakhir pada pukul 05.00 dinihari atau sebelum adzan subuh.

3.3.2 Pendukung Pertunjukan

Dalam pertunjukan wayang kulit harus didukung oleh beberapa unsur agar

pertunjukan itu dapat berjalan dengan lancar dan menarik perhatian masyarakat untuk

ikut menyaksikan. Beberapa unsur pendukung pertunjukan tersebut antara lain

dalang, niyaga, pesinden dan penonton. Unsur-unsur tersebut sangat berkaitan satu

sama lain dalam suatu pelaksanaan pertunjukan wayang kulit.

Page 59: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

44

3.3.2.1 Dalang

Menurut Herry Lisbijanto dalam buku yang berjudul “Wayang”, Dalang

berasal dari kata Ngundhal yang berarti menceritakan atau menerangkan seluruh isi

hatinya dan Piwulang yang berarti petuah atau nasehat. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa dalang merupakan seorang pendidik atau pembimbing

masyarakat atau guru masyarakat. Dalang dalam tugasnya pada saat pertunjukan

berlangsung harus merangkap tugas-tugas para aktor, yakni memerankan seluruh

pelaku wayang yang ada dalam lakon. Selain itu, dalang juga mempunyai tugas

sebagai sutradara, yaitu bertanggung jawab atas jalannya lakon dari awal sampai

akhir (Herry Lisbijanto 2013:21).

Gambar 3.2

Lakon Wayang Kulit

(Dokumentasi Penulis)

Page 60: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

45

Dalam menjalankan tugasnya dalang selalu menuruti pakem yakni aturan-

aturan yang telah ditetapkan, baik dalam menjalankan, menceritakan maupun dalam

mengucapkan kata-kata dan dialog. Dalam menjalankan, dalang harus greget (dapat

”menghidupkan” wayang), sebet (rapi), cancut (terampil dan teratur), runtut (menurut

pakem), pangguh (serba pantas), saguh (tetap, bersemangat, tidak seenaknya), dan

nalar (logis, dapat mengatasi kesulitan-kesulitan selama pertunjukan). Dalam hal

menceritakan lakon, dalang pada saat penulis melakukan penelitian yakni Bapak

Suripno, menggunakan buku atau kertas pedalangan yang berisi tentang lakon

pertunjukan. Namun, dalang tersebut tidak melulu membawakan lakon pertunjukan

berdasarkan buku tersebut. Beliau juga terkadang melakukan improvisasi, karena

dalam buku pedalangan tersebut hanya berisi tentang inti cerita pokok saja.

Gambar 3.3

Dalang Menggunakan Kertas Berisi Inti Pokok Cerita

Yang Berjudul Wahyu Cakraningrat

(Dokumentasi Penulis)

Page 61: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

46

Pada umumnya dalang dalam membawakan suatu pertunjukan wayang harus

tutug (awal, mula, akhir harus satu), tanduk (ucapan harus terampil, benar, menurut

tempat, hidup, lengkap dan enak didengar dan mudah dipahami), nuksma

(mengekspresikan emosi secara benar), sabda (ucapan harus ekonomis dan tegas

tanpa diulang-ulang), lebda (cakap memakai bahasa, tidak mengulur atau menyingkat

waktu), wicara (lancar, tidak bengkak-bengkok), dan weweka (paham cerita dan tahu

bagaimana memainkannya dan tidak ngawur kesana kemari). Dalam hal

mengucapkan kata-kata atau dialog, dalang harus mungguh (patut atau pantas),

lungguh (mapan dan sesuai), langgut (mengekspresikan emosi), cucut (dapat lucu

tidak jorok), laras (tidak menyimpang dari pakem, cocok dengan suara wayang),

tatas (jelas, urut tidak tumpang tindih, tidak ada yang ketinggalan, serba selesai), dan

micara (pandai menyusun kata-kata, terampil dalam dialog) (Riyasudibyaprana 1953:

4-5).

Selain peran dalang yang telah disebutkan diatas, dalang tersebut juga harus

bisa memainkan wayang dengan gaya lincah, mantap, tegas, dan mempunyai greget.

Gerak tersebut disebut sabetan atau gerakan memainkan wayang kulit dengan lincah

dan baik. Semakin lincah sang dalang dalam memainkan maka semakin tinggi

kemampuan dalang tersebut. Sabetan biasanya dapat dilihat dengan jelas pada saat

adegan perang, dimana dalang tersebut memainkan wayang sambil melemparkan ke

udara sampai ditangkapnya kembali dengan baik. Semua keahlian pada seorang

dalang itu didapat dengan adanya sekolah pedalangan atau juga bisa diperoleh dari

proses belajar bersama dalang yang sudah senior dan pastinya dengan waktu yang

tidak singkat (Herry Lisbijanto 2013:22-23).

Page 62: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

47

Dalam seni membawakan lakon wayang kulit, ada beberapa gaya pedalangan

yang ditampilkan oleh para dalang yaitu gaya Surakarta, gaya Yogyakarta, gaya

Cirebon, dan lain-lain. Namun pada lakon yang dibawakan oleh Bapak Suripno,

beliau menampilkan gaya wayang kulit Surakarta. Salah satu perbedaan antara

wayang kulit gaya Surakarta dengan gaya Yogyakarta atau dari daerah lainnya yaitu

terletak pada struktur dan warna tokoh wayang kulit. Contohnya seperti gambar

berikut ini:

Gambar 3.4

Tokoh Raden Bratasena

Gaya Jogjakarta dan Surakarta

(Dokumentasi Penulis)

Page 63: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

48

3.3.2.2 Niyaga

Niyaga berasal dari kata wiyaga yang berarti semedi atau meditasi. Dalam

menjalankan tugas menabuh gamelan, seorang niyaga menabuh dengan konsentrasi

penuh dengan tujuan untuk memberi roh terhadap gending yang sedang dimainkan.

Keseriusan tersebut seperti seorang yang sedang bersemedi. Hal ini dilakukan karena

mereka menganggap bahwa bila rusak tabuhannya maka gagal pula persembahannya

terhadap Yang Maha Kuasa. Mereka menabuh dengan tujuan untuk memberikan

hormat dan persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Herry Lisbijanto 2013:17).

Sanggar Mardi Lestari umumnya menggunakan 18 orang niyaga yang terdiri

dari 2 orang pemain bonang (1 orang pemain bonang barung dan 1 orang pemain

bonang penerus), 2 orang pemain saron (1 orang pemain saron barung dan 1 orang

pemain saron penerus/peking), 1 orang pemain demung, 1 orang pemain slenthem, 1

orang pemain gender, 1 orang pemain kenong, 1 orang pemain gambang, 1 orang

pemain kempul, 1 orang pemain rebab, 1 orang pemain siter, 1 orang pemain gong, 1

orang pemain kendang, 1 orang pemain suling, 1 orang pemain kethuk, 1 orang

pemain kempyang, serta 1 orang pemain musik tambahan yakni cymbal dan snare

drum. Mereka memainkan irama gamelan dengan sangat kompak dan harmonis

dengan posisi duduk bersila. Mereka mengiringi pertunjukan wayang dari saat

dibukanya acara sampai pertunjukan selesai. Disini peran niyaga atau pemusik sangat

penting, karena disepanjang jalannya pertunjukan alunan musik gamelan terus

dimainkan agar suasana tetap hidup disaat dalang sedang melakukan dialog wayang.

Page 64: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

49

Gambar 3.5 Niyaga Atau Penabuh Gamelan

(Dokumentasi Penulis)

Setiap kali menjalankan tugas mengiringi pertunjukan wayang kulit, para

niyaga selalu berpakaian resmi yaitu berpakaian tradisional dengan baju beskap, kain

jarik dan blankon. Beskap merupakan pakaian adat pria dari budaya Jawa yang polos

dan tidak bermotif dengan pola kancing menyamping yang biasa dikenakan pada saat

acara resmi atau penting. Beskap dipadukan dengan jarik, yakni kain panjang yang

memiliki motif batik dengan beragam corak. Selain itu, para niyaga juga memakai

blankon disetiap pertunjukannya. Blankon merupakan penutup kepala dari kain batik

untuk para pria yang menjadi bagian dari pakaian tradisional masyarakat Jawa.

Page 65: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

50

3.3.2.3 Pesinden

Pesinden atau juga sering disebut dengan sinden berasal dari kata pasindhian

yang berarti kaya akan lagu atau yang melantunkan lagu. Pada pertunjukan wayang

kulit, sinden tersebut melantunkan tembang sepanjang pertunjukan akan dimulai

sampai pertunjukan selesai (Herry Lisbijanto 2013:20). Berdasarkan penelitian yang

penulis lakukan, terdapat 4 orang pesinden yang mengiringi jalannya pertunjukan

wayang kulit. Mereka terdiri atas 2 orang yang berasal dari anggota sanggar Mardi

Lestari dan 2 orang lainnya berasal dari luar yang diundang bergabung dalam

pertunjukan wayang kulit saat itu. Dalam menjalankan tugasnya, pesinden tersebut

berpakaian resmi dengan memakai busana kebaya serta rambut disanggul. Hal itu

sudah menjadi suatu keharusan bagi pesinden disetiap mengiringi pertunjukan.

Gambar 3.6

Pesinden Pertunjukan Wayang Kulit

(Dokumentasi Penulis)

Page 66: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

51

3.3.2.4 Penonton

Penonton yang datang menyaksikan wayang kulit merupakan tamu undangan

serta masyarakat setempat yang berada disekitar lokasi pertunjukan. Tidak hanya para

kaum orang tua saja yang menyaksikan jalannya pertunjukan, ada juga anak-anak dan

kaum remaja yang ikut melihat pertunjukan yang hanya digelar pada saat-saat tertentu

itu.

Gambar 3.7

Penonton Pertunjukan Wayang Kulit

(Dokumentasi Penulis)

3.3.3 Alat Musik Gamelan

Setiap pertunjukan wayang kulit selalu diiringi seperangkat alat musik

gamelan yang mengalunkan irama yang dinamis sesuai dengan suasana adegan yang

terjadi. Misalnya pada saat adegan kerajaan, irama gamelan terdengar lembut dan

juga pada saat adegan peperangan maka irama gamelan terasa menghentak mengikuti

Page 67: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

52

gerak kedua tangan dalang yang memainkan wayang. Gamelan berasal dari bahasa

Jawa yaitu “gamel” yang berarti menabuh atau memukul. Istilah gamelan mempunyai

arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan secara bersama-sama hingga

menghasilkan nada yang harmonis. Pada pertunjukan wayang kulit, terdapat beberapa

instrumen gamelan yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan tersebut. Adapun

seluruh instrumen pokok dalam musik gamelan tersebut adalah sebagai berikut:

3.3.3.1 Saron

Saron merupakan salah satu instrumen gamelan yang temasuk kedalam

kelompok balungan, yakni berbentuk bilahan yang terdiri dari 6 atau 7 bilahan,

diletakkan diatas kayu yang juga berfungsi sebagai resonator. Alat penabuh saron

terbuat dari kayu yang berbentuk seperti palu. Cara memainkan saron yaitu dengan

tangan kanan mengayunkan pemukulnya dan tangan kiri melakukan pathet. Pathet

merupakan teknik memainkan dengan cara menahan bilahan yang dipukul

sebelumnya untuk menghilangkan dengungan yang tersisa dari pemukulan tersebut.10

10

Hasil wawancara dengan Bapak Suprapto 9 Januari 2018

Page 68: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

53

Gambar 3.8

Saron

(Dokumentasi Penulis)

Dalam fungsi musikalnya pada musik gamelan, saron berfungsi sebagai

pengisi melodi pokok dalam suatu gending atau repertoar. Pada umumnya musik

gamelan tidak menggunakan nada fa dan si, karena gamelan slendro yang digunakan

pada pertunjukan wayang kulit khususnya pada bagian pathet nem tersebut memakai

sistem tangga nada pentatonik, yakni 1-2-3-5-6 dengan penyebutan notnya dalam

bahasa Jawa yakni ji-ro-lu-mo-nem. Akan tetapi, ada beberapa gending atau repertoar

yang dipaksakan memakai kedua nada tersebut tersebut. Biasanya ini memiliki arti

tersendiri pada gending tersebut atau bisa juga sebagai improvisasi dari si penabuh

gamelan. Contohnya pada gending sampak dan srepeg yang menjadi sample

transkripsi penulis, terdapat sebagian nada diluar pentatonik tersebut.

Page 69: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

54

Gambar 3.9

Bilahan Nada Saron

(Sumber: https://goo.gl/images/LfXZvE)

3.3.3.2 Demung

Sama halnya seperti instrumen saron, demung juga termasuk kedalam

kelompok balungan. Hanya saja ukuran demung lebih besar dan nada yang dihasilkan

lebih rendah satu oktaf dari pada saron. Selain itu, demung dalam pertunjukan

wayang kulit juga memiliki fungsi sama seperti saron, yakni sebagai pembawa

melodi pokok. Namun disini demung juga berperan sebagai ketukan melodi dari

gending yang dimainkan. Artinya demung memberi petunjuk terhadap saron tentang

melodi yang akan dimainkan.

Page 70: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

55

Gambar 3.10

Demung

(Dokumentasi Penulis)

3.3.3.3 Bonang

Bonang terdiri dari 2 jenis, yaitu bonang barung dan bonang penerus. Bonang

barung dan penerus memiliki fungsi yang hampir sama dalam pertunjukannya.

Bonang barung umumnya menjadi pembuka sekaligus menghiasi jalannya setiap

penyajian gending. Sedangkan bonang penerus memiki fungsi sebagai pengisi

harmoni bonang barung.

Bentuk bonang penerus dan bonang barung sama, namun ukuran bonang

penerus lebih kecil dari bonang barung. Selain itu, bonang penerus memiliki suara 1

oktaf lebih tinggi dari bonang barung serta teknik memainkannya lebih cepat dari

bonang barung. Kedua instrumen bonang ini dimainkan dengan cara dipukul

menggunakan kayu berbentuk batangan yang salah satu ujungnya dililitkan dengan

kain. Hal ini agar suara bonang terdengar nyaring.

Page 71: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

56

Gambar 3.11

Bonang Barung dan Bonang Penerus

(Dokumentasi Penulis)

3.3.3.4 Slenthem

Slenthem merupakan salah satu instrumen gamelan yang terdiri dari lembaran

logam yang tipis yang diuntai dengan tali dan direntangkan di atas tabung-tabung

yang disusun diantara kayu yang berfungsi sebagai penyangga tabung serta logam

tersebut. Fungsi slenthem sama dengan saron dan demung, yakni sebagai pembawa

melodi pokok atau pemangku lagu dalam suatu gending atau repertoar.

Page 72: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

57

Gambar 3.12

Slenthem

(Dokumentasi Penulis di kediaman Bapak Sunardi di jalan Bromo Medan)

3.3.3.5 Gender

Bentuk gender hampir mirip dengan slenthem, hanya saja ukuran gender lebih

kecil dibandingkan dengan slenthem. Jumlah bilahan gender juga lebih banyak

dibandingkan dengan slenthem. Jika slenthem menggunakan satu alat pemukul saja,

gender dimainkan dengan menggunakan dua alat pemukul. Sama halnya seperti

bonang, gender juga terbagi dalam dua jenis, yakni gender barung dan gender

penerus. Bentuk gender barung dan penerus hampir mirip, hanya bilahan gender

penerus lebih kecil dan nadanya 1 oktaf lebih tinggi daripada gender barung.

Page 73: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

58

Gambar 3.13

Gender

(Dokumentasi Penulis di kediaman Bapak Sunardi di jalan Bromo Medan)

3.3.3.6 Kenong

Kenong merupakan salah satu instrumen gamelan yang dimainkan dengan

satu alat pemukul yang fungsinya sebagai pengisi akord serta penentu batas-batas

gatra. Gatra merupakan istilah birama repertoar atau gending dalam musik Jawa.

Kalau saron, demung, serta slenthem tadi sebagai pemangku lagu atau pembawa

melodi, kenong berfungsi sebagai pemangku irama atau penegas irama. Dalam musik

gamelan, kenong yang mengatur irama gending yang dimainkan. Kenong termasuk

instrumen berpencu seperti bonang, namun ukurannya lebih besar.11

11 Hasil wawancara dengan Bapak Triwahjuono Harijadi 28 November 2017

Page 74: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

59

Gambar 3.14

Kenong

(Dokumentasi Penulis)

3.3.3.7 Gambang

Instrumen gambang dibuat dari bilah-bilah kayu yang diletakkan diatas

gerobogan atau kotak yang berfungsi sebagai resonator. Bentuk resonatornya mirip

seperti perahu.

Page 75: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

60

Gambar 3.15

Gambang

(Dokumentasi Penulis)

Pada umumnya gambang dimainkan dengan mengambil nada gembyangan

atau oktaf dalam suatu gending. Nada terendah gambang terletak padah bilah yang

panjang, sedangkan bilah terpendek merupakan nada tertinggi. Jadi, semakin panjang

bilahannya maka nada yang dihasilkan semakin rendah.

3.3.3.8 Kempul

Kempul merupakan salah satu instrumen gamelan yang berpencu, yang

terbuat dari logam. Kempul disebut juga gong kecil, yang letak posisinya digantung

dengan tali pada palang sebagai penyangga. Seluruh alat pemukul instrumen

gamelan, termasuk kempul umumnya terbuat dari kayu dan bagian yang dipukulkan

dililitkan dengan kain tebal.Fungsi dari kempul di dalam musik gamelan sebagai

Page 76: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

61

pemangku irama atau menegaskan irama melodi. Jika diselaraskan dengan kenong

dan kethuk atau kempyang, ketiga alat ini tidak pernah berbunyi secara bersamaan.

Gambar 3.16

Kempul

(Dokumentasi Penulis di kediaman Bapak Sunardi dijalan Bromo Medan)

3.3.3.9 Gong

Gong merupakan salah satu instrumen gamelan yang memiliki fungsi sebagai

pemberi tanda berakhirnya sebuah gatra dan juga sebagai pemberi tanda dimulainya

serta berakhirnya gending atau repertoar. Bentuk gong hampir sama dengan kempul,

hanya ukuran gong lebih besar daripada kempul. Namun suara yang dihasilkan dapat

lebih rendah daripada suara kempul.

Page 77: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

62

Gambar 3.17

Gong

(Dokumentasi Penulis)

3.3.3.10 Kendang

Kendang adalah salah satu instrumen gamelan yang dimainkan dengan cara

dipukul langsung membrannya dengan kedua tangan pada setiap sisinya. Membran

yang terbuat dari kulit pada kedua sisi kendang memiliki diameter yang berbeda,

yang berdiameter lebih besar biasanya disisi kanan pemain, sedangkan yang

diameternya kecil disisi kiri pemain. Fungsi kendang pada pertunjukan wayang kulit

yaitu sebagai pemimpin irama dalam gamelan atau dengan kata lain sebagai pengatur

irama gending. Pada pertunjukan wayang kulit, kendang yang dipakai ada 2 yakni

kendang yang kecil yang disebut kendang ketipung dan kendang yang paling besar

yaitu kendang bem.

Page 78: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

63

Gambar 3.18

Kendang Ketipung (depan) dan Kendang Bem (belakang)

(Dokumentasi Penulis)

3.3.3.11 Rebab

Rebab merupakan instrumen gesek berdawai dua pada musik gamelan. Rebab

terbuat dari kayu yang struktur bodynya berbentuk seperti hati dengan dilapisi

membran kulit yang tipis sebagai resonator suaranya. Rebab digesek dengan

penggesek yang dibuat dari kayu dengan rambut dari ekor kuda yang direntangkan

oleh jari si pemain.Rebab berfungsi sebagai pengisi hiasan melodi pada gending

pokok yang dimainkan saron.

Page 79: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

64

Gambar 3.19

Rebab

(Dokumentasi Penulis)

3.3.3.12 Kethuk dan Kempyang

Kethuk merupakan salah satu instrumen gamelan yang bentuknya seperti

kenong dan termasuk ke dalam jenis instrumen berpencu. Kethuk memiliki ukuran

lebih kecil dibandingkan kenong, namun lebih tinggi. Sama seperti kethuk, kempyang

juga instrumen berpencu yang bentuknya agak pendek dan melebar. Dalam letak

posisi kethuk dan kempyang, diletakkan diatas tali yang ditegangkan pada bingkai

kayu dengan posisi horizontal. Kethuk disebelah kanan dan kempyang disebelah kiri.

Dalam fungsinya, kedua instrumen ini berfungsi sebagai alat musik ritmis yang

Page 80: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

65

membantu kendang dalam menghasilkan ritme lagu yang diinginkan dalam

permainan.

Gambar 3.20

Kethuk dan Kempyang

(Dokumentasi Penulis di kediaman Bapak Sunardi dijalan Bromo Medan)

3.3.3.13 Cymbal dan Snare Drum

Cymbal dan snare drum adalah salah satu instrumen yang digunakan dalam

suatu pertunjukan tradisi Jawa, termasuk wayang kulit. Cymbal dan snare drum

merupakan bagian pada instrumen drum yang pada pertunjukan wayang kulit

digunakan untuk mengiringi adegan perang yang mana di setiap dalang memainkan

para tokoh wayang saat adegan tersebut, terdapat bagian-bagian tertentu dimana

snare drum dan cymbal akan dipukul. Hal ini untuk menambah suasana pertunjukan

agar lebih hidup.

Page 81: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

66

Gambar 3.21

Cymbal dan Snare Drum

(Dokumentasi Penulis)

3.3.4 Tema dan Alur Cerita Wayang Kulit

Dalam cerita atau lakon pertunjukan wayang kulit, terdapat unsur yang sangat

penting yang dapat menentukan keberhasilan jalannya pertunjukan tersebut, yakni

tema dan alur cerita. Tema adalah ide sebuah cerita, pengarang dalam menulis

ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi ingin mengatakan sesuatu pada

pembacanya. Sesuatu yang ingin dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan,

pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan

(Yakob Sumardjo 1994:56). Sedangkan alur merupakan rangkaian atau susunan cerita

atau peristiwa (Willy F. Sembung 1983:63). Tema yang dibawakan pada suatu

pertunjukan wayang kulit biasanya berdasarkan atas kebutuhan apa pertunjukan

tersebut diselenggarakan. Meski demikian sang dalang tetap berpedoman atas pakem

Page 82: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

67

yang ada, hanya saja membuat improvisasi pada sebagian alur ceritanya dengan

menghubungkan pada konteks pertunjukan tersebut.

Dalam pertunjukan wayang kulit, terdapat babak permulaan, pertengahan, dan

akhir yang penamaan babak ini disesuaikan dengan musik gamelan yang dominan

dalam babak-babak itu, yakni pathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura. Dalam

setiap babak terbagi lagi atas adegan-adegan atau yang biasa disebut jejer. Pada

penulisan skripsi ini, penulis hanya fokus pada pertunjukan wayang kulit bagian

pathet nem. Semua adegan wayang kulit pada pathet nem akan dijelaskan pada bab

ini. Pemilihan pathet nem ini didasari oleh karena sample kajian musikal yang

dibahas berasal dari pathet tersebut, yakni sampak dan srepeg nem. Pathet merupakan

suatu pembagian babak dalam wayang kulit yang disesuaikan dengan sistem

kedudukan dan fungsi nada. Biasanya dalam setiap pagelarannya memiliki durasi

kurang lebih 9 jam dengan tiap pathetnya masing-masing berdurasi 3 jam dan

biasanya berakhir sebelum waktu subuh tiba. Namun durasi tersebut tergantung pada

situasi dan kondisi dilapangan, termasuk juga bagaimana cara dalang membawakan

lakon pertunjukan itu.

Setiap pertunjukan wayang kulit membawakan tema lakon yang berbeda-

beda. Pada saat penulis melakukan penelitian, tema lakon yang dibawakan oleh

sanggar Mardi Lestari dengan dalang Bapak Suripno berjudul Wahyu Cakraningrat.

Cerita ini mengisahkan tentang upaya tiga orang satria yaitu Raden Lesmono

Mandrakumara (Putra Duryudana), Raden Sombo Putro (Putra Kresna) dan Raden

Abimayu (Putra Arjuna) yang berebut untuk mendapatkan kekuasaan. Ketiganya

sama-sama berambisi besar menjadi Ratu. Untuk itu, mereka harus bertarung dan

Page 83: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

68

mendapat gelar ”Wahyu Cakraningrat”. Bagi siapa yang memperoleh wahyu tersebut,

keturunannya memperoleh kemuliaan dan menguasai kerajaan di tanah Jawa. Namun

mendapatkan Wahyu Cakraningrat tidaklah mudah, karena sejumlah syarat harus

dipenuhi agar Wahyu Cakraningrat bisa sejiwa atau cocok dengan satria yang terpilih.

Adapun syarat yang harus dipenuhi adalah mampu handayani (membuat contoh yang

baik) kepada rakyat, berpegang pada kejujuran, mampu memberikan keteladanan,

mampu memberikan rasa tenteram kepada rakyat, mampu memberi rasa kasih sayang

pada rakyat, mempunyai perilaku amanah, mampu merekatkan seluruh rakyat tanpa

memandang latar belakang, agama, ras dan budaya, serta harus peduli terhadap

lingkungan. Dalam hal ini, yang berhak mendapat gelar Wahyu Cakraningrat tersebut

adalah Raden Abimayu. Hal ini karena Abimayu mampu memenuhi segala syarat-

syarat tersebut dengan tata cara yang baik, tidak dengan cara yang licik seperti kedua

satria lain, Raden Lesmono Mandrakumara dan Raden Sombo Putro. Dengan

kerendahan hatinya, Raden Abimayu berhasil mendapatkan gelar Wahyu tersebut. Ini

sekaligus juga memberi pesan moral bahwa kejahatan tidak akan bisa mengalahkan

kebaikan.

Lakon-lakon wayang bersumber pada mitos-mitos kuno atau legenda-legenda

yang diambil dari cerita Ramayana dan Mahabharata. Cerita tersebut berasal dari

bangsa Hindu yang dibawa ke Indonesia dalam berbagai bentuk karya. Lakon Wahyu

Cakraningrat berasal cerita Mahabharata yang diambil dari kitab Pustaka Raja Purwa

yang dianggap sebagai sebagai sumber lakon bagi para dalang. Pada umumnya lakon

yang dibawakan pada setiap pertunjukan wayang kulit diambil dari kitab tersebut.

Walaupun sumber cerita dari kitab tersebut berasal dari India, namun beberapa isi

Page 84: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

69

detail lakonnya telah disesuaikan dengan konteks diselenggarakannya pertunjukan

itu.

Setelah dibuka dengan gending petalon, pertunjukan wayang kulit memasuki

pathet nem dengan jejeran yang pertama. Jejer yang pertama selalu jejer yang paling

lama, karena dalam jejeran ini dimasukkan kisah-kisah politik yang terjadi saat ini.

Dalam hal ini, dalang bercerita tentang hal-hal yang berbau politik yang sedang

terjadi di Kabupaten Deli Serdang. Kebetulan pada saat itu pertunjukan wayang kulit

juga dihadiri oleh pejabat daerah. Hal ini juga yang menambah antusias para

penonton dalam mengamati cerita demi cerita yang dibawakan oleh dalang tersebut.

Namun sebelum adegan tersebut, terlebih dahulu diselipkan janturan, yakni sinopsis

atau suatu penjelasan dari dalang tentang apa yang disajikan dalam lakon tersebut.

Dalam janturan dalang tersebut, diucapkan untuk negeri mana pun, baik negeri yang

benar-benar ideal maupun yang rajanya bukanlah seorang raja yang ideal, seperti

kerajaan Astina dibawah pemerintahan Duryudana (putra sulung Prabu Drestarastra,

yaitu Raja negara Astina).

Page 85: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

70

Gambar 3.22

Tokoh Wayang Duryudana

(Dokumentasi Penulis)

Tokoh Duryudana memiliki sifat antagonis, dungu dan menyenangi sesuatu

yang serba enak dan bergelimang dengan kemewahan. Menyusul kemudian adegan

kedatonan, yakni adegan sisipan, yang menggambarkan keadaan rumah tangga sang

raja. Pada adegan ini digambarkan bagaimana sang permaisuri yakni Dewi Banowati

telah lama menunggu-nunggu kedatangan sang raja dengan mendengarkan musik

gamelan yang indah atau dengan menikmati tari-tarian yang disajikan oleh para

penari cantik istana. Waktu raja datang diperlihatkan bagaimana sang istri dengan

tergesa-gesa menyambut kedatangan sang raja dan melayani segala keperluan sang

raja dengan taat dan kecintaan. Setelah dialog pada jejeran pertama itu selesai, dalang

membedhol, yakni mencabut tokoh wayang yang dimainkan tadi dari gedebog.

Bubarnya adegan utama diawal cerita dengan menugaskan punggawa atau prajurit

berangkat disebut dengan budhalan.

Page 86: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

71

Gambar 3.23

Dalang Membedhol Tokoh Wayang Kulit

(Dokumentasi Penulis)

Pertunjukan wayang kulit kemudian dilanjutkan dengan adegan limbukan,

dimana terdapat dua tokoh wayang dalam adegan ini yakni Limbuk dan Cangik.

Mereka berdua merupakan dua tokoh klasik dalam pewayangan, menggambarkan

orang yang setia kepada junjungannya. Cangik dan Limbuk merupakan orang biasa

atau dayang-dayang dari sang permaisuri. Oleh karena mereka berdua mengabdikan

diri dengan kesetiaan tanpa batas kepada permaisuri, mereka sudah seperti sahabat

para junjungan putri atau permaisuri.

Cangik memiliki gambaran seperti wanita tua renta yang bertubuh jelek dan

buruk rupa, begitu juga dengan limbuk yang digambarkan dengan tubuhnya yang

tambun (gemuk) dan bermuka jelek. Limbuk bersama dengan ibunya yaitu Cangik

Page 87: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

72

menjadi tempat bagi sang permaisuri mencurahkan isi hatinya, merenungkan

kehidupannya dan lain-lain.

Gambar 3.24

Tokoh Wayang Kulit Cangik dan Limbuk

(Dokumentasi Penulis)

Sesudah adegan limbukan, pertunjukan dilanjutkan dengan adegan paseban

jawi dimana dalam adegan tersebut digambarkan bagaimana keputusan raja ini

disampaikan kepada pejabat bawahan, dan bagaimana rombongan utusan raja denawa

(raksasa) itu berangkat ke tujuannya, yakni manakala ada raja seberang lain yang juga

jadi penghalang maksud raja yang pertama. Disini jejeran telah memasuki jejer yang

kedua sekaligus iringan musik gamelan memainkan repertoar srepeg nem untuk

mengiringi perjalanan rombongan utusan raja tersebut.

Page 88: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

73

Gambar 3.25

Raja Duryudana Beserta Para Pejabat Bawahannya

(Dokumentasi Penulis)

Setelah adegan tersebut, menyusul kemudian adegan perang gagal atau perang

tanpa hasil. Perang ini menggambarkan perang antara bala tentara kerajaan yang

pertama yang sedang melakukan perjalanan dengan bala tentara kerajaan yang kedua

yang menghalangi kerajaan pertama tersebut yang mana biasa disebut sebagai

kerajaan seberang. Adegan perang pada pathet nem ini bukanlah perang yang

sesungguhnya, karena hasilnya tidak konklusif. Masing-masing rombongan dari

kedua kerajaan tersebut meneruskan perjalanan tanpa ada yang menang atau kalah.

Dalam adegan tersebut, musik iringan yang dimainkan yaitu bisa srepeg atau sampak.

Namun berdasarkan repertoar yang dimainkan di lapangan, repertoar musik yang

digunakan yaitu sampak nem.

Page 89: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

74

Gambar 3.26

Perang Gagal Antara Raja Duryudana Dengan Kerajaan Seberang

(Dokumentasi Penulis)

Adegan perang gagal tersebut mengakhiri lakon pada pathet nem. Selama pathet

nem berlangsung, para pemeran tokoh utama dari lakon wahyu cakraningrat belum

diperlihatkan pada bagian pathet ini. Setelah pathet nem berakhir, masuk kepada

babak berikutnya yaitu pathet sanga. Pada pathet sanga tokoh utama wahyu

cakraningrat baru ditampilkan oleh dalang. Di pathet sanga juga tokoh punakawan

memainkan perannya, yakni Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun untuk

membatasi objek kajian agar tidak meluas, penulis hanya mendeskripsikan alur cerita

yang terjadi pada pathet nem saja.

Page 90: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

75

3.3.4 Makna Kayon atau Gunungan

Dalam pagelaran wayang kulit ada beberapa peralatan yang digunakan dalang

dalam mendukung jalannya pertunjukan, salah satunya yaitu kayon. Kayon atau yang

biasa disebut juga gunungan ini melambangkan kehidupan semua makhluk hidup

yang terdapat di alam semesta. Bentuk ukirannya sangat istimewa, isi gambarnya

yang terpenting ialah gambar sebatang pohon dan gunung atau bukit. Selain itu,

dalam ukiran gunungan tersebut terdapat gambar hewan yang menggambarkan

hewan-hewan yang terdapat di Jawa. Oleh sebab itu, kayon menjadi simbol untuk

melambangkan semua kehidupan di alam ini. Kayon diciptakan oleh Sunan Kalijaga

pada tahun 1443 Saka (Haryanto, 1988).

Gambar 3.27

Kayon Atau Gunungan Wayang Kulit

(Dokumentasi Penulis)

Page 91: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

76

Pertunjukan wayang kulit selalu diawali dan diakhiri dengan munculnya

gunungan. Menurut Ciptowardojo (1985:30), gunungan atau kayon ini memiliki tiga

fungsi pokok, yakni: 1) Dipergunakan dalam pembukaan dan penutupan, seperti

halnya layar yang dibuka dan ditutup pada pentas sandiwara; 2) Sebagai tanda untuk

pergantian jejeran (adegan/babak); dan 3) Digunakan untuk menggambarkan

melambangkan kehidupan dan keadaan alam semesta seperti pohon, angin, samudera,

gunung, halilintar, dan sebagainya. Bagi masyarakat Jawa, istilah gunungan sering

dihubungkan dengan tiruan struktur gunung atau gambar yang menyerupai bentuk

gunung. Selain itu juga dimaksudkan untuk menamai suatu rangkaian makanan sesaji

yang menggunung pada suatu upacara budaya Jawa. Gunungan secara fisik adalah

bentuk makro dari sesajian nasi tumpeng yang dibuat dalam bentuk kerucut (Sularto ,

1993:64). Hal ini dapat dikatakan saling berkaitan, karena filosofi asal dan struktur

nasi tumpeng yang berasal dari Jawa, juga sama dengan gunungan tersebut.

Gambar 3.28

Posisi Gunungan Wayang Kulit

(Dokumentasi Penulis)

Page 92: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

77

Ada tiga cara gunungan atau kayon ditancapkan, yaitu dengan posisi ke kanan

yang menandakan pertunjukan berada pada pathet nem, posisi ke tengah yang

menandakan bahwa pertunjukan berlanjut ke pathet sanga, dan posisi ke kiri yang

menandakan pertunjukan sudah berada di babak terakhir atau pathet manyura.

Selain itu, gunungan juga merupakan alat komunikasi atau kode kepada

penabuh gamelan dalam hal pergantian pathet. Misalnya ketika gamelan berbunyi

dengan irama sampak, dengan tempo tinggi, dan kemudian dalang mengangkat

gunungan sambil memukul cempala sebanyak lima kali, berarti ia memberi tanda

agar iramanya diubah menjadi ayak-ayakan. Selain itu, saat dalang menancapkan

gunungan dengan posisi miring ke tengah pada akhir musik gamelan pathet nem,

maka penabuh gender langsung siap untuk masuk ke irama pathet sanga.

Gambar 3.29

Dalang Mengangkat Gunungan Wayang Kulit

(Dokumentasi Penulis)

Page 93: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

78

BAB IV

TRANSKRIPSI DAN ANALISISIS

Dalam ilmu etnomusikologi, transkripsi adalah proses penulisan mengenai

bunyi-bunyian sebagai hasil dari pengamatan dan pendengaran suatu musik ke dalam

bentuk simbol-simbol yang disebut dengan notasi. Untuk melakukan transkripsi dari

sampak dan srepeg, penulis memakai sistem notasi deskriptif yang dikemukakan oleh

Charles Seeger. Notasi deskriptif adalah notasi yang memiliki tujuan untuk

menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik

yang belum diketahui oleh pembaca.

Pada bab ini penulis membuat transkripsi dan menganalis struktur melodi

yang dimainkan secara langsung pada pertunjukan wayang kulit oleh Grup Sanggar

Mardi Lestari, tanpa menggunakan rekaman seperti melalui kaset CD ataupun tape

recorder.Dalam hal ini, penulis hanya memilih dua sample repertoar, yakni melodi

sampak dan srepeg serta hanya menganalisis melodi dari dua instrumen dari

seperangkat gamelan yakni saron dan demung. Hal ini karena keterbatasan

kemampuan penulis untuk menganalisis seluruh repertoar serta seluruh instrumen

gamelan yang dimainkan dalam satu pertunjukan tersebut. Oleh karena itu, penulis

menjadikan repertoar sampak dan srepeg pada instrumen saron dan demung sebagai

sample untuk dikaji secara musikal.

Page 94: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

79

4.1 ProsesTranskripsi

Menurut Nettl (1964:98) ada dua pendekatan dalam menganalisis musik yaitu:

(1) menganalisa dan mendeskripsikan apa yang kita dengar, dan (2) menuliskan apa

yang kita dengar itu di atas kertas, dan kemudian mendeskripsikan apa yang kita lihat

itu. Dari dua hal ini, untuk memvisualisasikan bunyi dari struktur melodi Sampak dan

Srepegpenulis menggunakan metode transkripsi agar lebih mudah menganalisis

berbagai aspek musikal seperti tangga nada, nada dasar, interval, formula melodi, dan

lain-lain. Hal ini lebih mempermudah kita untuk mengkomunikasikan kepada pihak

lain tentang apa yang kita pikirkan dari apa yang kita dengar. Dalam pentranskripsian

ini penulis menggunakan notasi Barat. Hal ini disebabkan karena notasi Barat lebih

efektif dalam penulisan ritem, tinggi rendahnya nada, simbol-simbol nada pada garis

paranada, dan lain-lain. Berdasarkan atas apa yang sudah didengar, penulis

menuliskannya dengan menggunakan bantuan software Sibelius.

4.2 Simbol Notasi

Notasi-notasi yang digunakan dalam mentranskripsi melodi gending sampak

dan srepeg merupakan simbol-simbol notasi Barat. Berikut ini merupakan beberapa

simbol yang digunakan dalam hasil transkripsi dari gending sampak dan srepeg pada

isntrumen saron dan demung.

a. Sampak

Pada gambar berikut ini terlihat garis paranada oleh dua instrumen yakni

saron dan demung dengan masing-masing memiliki lima garis paranada dan

Page 95: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

80

empat spasi dan memiliki empat tanda mol yang menunjukkan nada dasar As

= do dan memiliki birama 4/4 dalam tanda kunci G.

b. Srepeg

Pada gambar berikut ini terlihat garis paranada oleh dua instrumen yakni

saron dan demung dengan masing-masing memiliki lima garis paranada dan

empat spasi dan memiliki empat tanda mol yang menunjukkan nada dasar

sama dengan repertoar sampak yakni dari nada dasar As = do dan memiliki

birama 4/4 dalam tanda kunci G.

1. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not ½ dan memiliki nilai 2 ketuk.

Page 96: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

81

2. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/4 dan memiliki nilai

1 ketuk.

3. Pada gambar dibawah ini merupakan simbol dari not 1/8 dan memiliki nilai

1/2 ketuk.

4. Pada gambar dibawah ini merupakan 2 simbol dari not 1/8 yang telah

digabungkan dan memiliki nilai 1 ketuk.

5. Berikut merupakan simbol not 1/4 yang didepannya diberi tanda titik

yang diartikan bahwa tanda titik tersebut memiliki nilai setengah dari not

yang ada dibelakangnya. Artinya jika not dibelakangnya bernilai ¼ maka

tanda titik tersebut bernilai 1/8 dan memiliki nilai 1 + 1/2 ketuk.

Page 97: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

82

6. Berikut merupakan simbol dari legato yang memiliki arti dapat menyambungkan

antara not yang satu dengan yang lainnya. Contohnya dapat dilihat seperti

dibawah ini yang mana not 1/8 dengan not 1/4 jika diberikan tanda legato maka

not itu bernilai 1 1/2 ketuk tanpa berhenti.

7. Pada gambar dibawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 4 ketuk.

8. Pada gambar dibawah ini merupakan tanda berhenti 1/2 ketuk.

Page 98: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

83

4.3 Sample Repertoar

Dalam tulisan ini, penulis memilih repertoar sampak dan srepeg sebagai

sample repertoar dalam proses pentranskripsian. Repertoar tersebut akan ditranskripsi

terlebih dahulu ke notasi Barat, kemudian setelah itu penulis akan menganalisis

repertoar tersebut secara detail. Repertoar sampak dan srepeg merupakan repertoar

musik tradisional yang berasal dari Jawa. Repertoar ini biasanya digunakan dalam

pertunjukan wayang kulit. Repertoar ini dipilih oleh penulis dengan alasan sebagai

berikut:

1. Karena kedua repertoar tersebut merupakan repertoar khusus, dimana

selalu dimainkan disetiap pathetnya, mulai dari pathet nem, pathet

sanga, sampai pathet manyura.

2. Karena fungsi kedua repertoar tersebut begitu central, yakni

untuk membangun suasana selama berlangsungnya pertunjukan

serta untuk mengiringi adegan yang bertempo cepat seperti adegan perang.

3. Karena pada repertoar ini melibatkan seluruh instrumen pengiring,

tidak terkecuali instrumen tambahan seperti snare drum dan

cymbal. Namun pada penulisan ini penulis hanya memilih saron

dan demung sebagai instrumen pengiring.

Page 99: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

84

Page 100: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

85

Page 101: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

86

Page 102: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

87

Pada umumnya musik Jawa menggunakan sistem notasi angka dalam

penyajian suatu repertoar, bukan notasi balok. Oleh karena itu, penulis juga akan

menyajikan ke dua sample repertoar tersebut ke dalam bentuk notasi angka. Berikut

merupakan penyajian sample sampak dan srepeg nem pada instrumen saron dan

demung dalam bentuk notasi angka :

SAMPAK NEM

Saron : 1 6 1 6│1 6 1 6│1 5 6 1│3 2 1 5│2 1 6 5│6 5 6 5│6 1 2 1│3 2 1 5│

Demung : 0 0 0 0│0 0 0 0│0 0 0 0│0 0 0 0│0 0 01.│5657 1.│6767 1.3│3 21 65 .│

Saron : 1 6 1 6│1 6 1 6│1 5 6 1│3 2 1 5│2 1 6 5│6 5 6 5│6 1 2 1│3 2 1 5│

Demung : 6216 5.│6132 1.3│3 21 21 .│6767 1.3│3 21 65 .│6216 5.│5. 01.│

5657 1.│

Saron : 1 6 1 6│1 6 1 6│1 5 6 1│3 2 1 5│2 1 6 5│6 5 6 5│6 1 2 1│3 2 1 5│

1 6 1 6│

Demung : 6767 1.3│3 21 65.│6216 5.│6132 1.3│3 21 21.│6767 1.3│3 21 65.│

6216 5.│5. 01.│

Saron : 1 6 1 6│1 5 6 1│3 2 1 5│2 1 6 5│6 5 6 5│6 1 2 1│3 2 1 5│1 6 1 6│

1 6 1 6│

Demung : 5657 1.│6767 1.3│3 21 65.│6216 5.│6132 1.3│3 21 21.│6767 1.3│

3 21 65.│6216 5.│

Page 103: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

88

Saron : 1 5 6 1│3 2 1 5│2 1 6 5 │6 5 6 5 │6 1 2 1│3 2 1 5│1 6 1 6│1 6 1 6│

1 5 6 1│

Demung : 5. 1.│5657 1.│6767 1.3│3 21 65.│6216 5.│6132 1.3│3 21 21.│

6767 1.3│ 3 21 65.│

Saron : 3 2 1 5│2 1 6 5│6 5 6 5│6 1 2 1│3 2 1 5│1 6 1 6│1 6 1 6│1 5 6 1│

3 2 1 5│

Demung : 6216 5.│5. 01.│5657 1.│6767 1.3│3 21 65.│6216 5.│6132 1.3│

3 2 21│ 6767 1.3│

Saron : 2 1 6 5│6 5 6 5│6 1 2 1│3 2 1 5║

Demung : 3 21 65│6216 5.│6767 1 .3│3 21 21 .║

SREPEG NEM

Saron : 1111 5555│2222 1111│1111 6666│6666 1111│5555 2222│1111 1111│

Demung : 4565 4565│5353 5353│4565 4565│5353 5353│4565 4565│5353 5353│

Saron : 6666 6666│1111 5555│2222 1111│1111 6666│6666 1111│5555 2222│

Demung : 4565 4565│5353 5353│4565 4565│5353 5353│4565 4565│5353 5353│

Saron : 1111 1111│6666 6666│1111 5555│2222 1111│1111 6666│6666 1111│

Demung : 4565 4565│5353 5353│4565 4565│5353 5353│4565 4565│5353 5353│

Saron : 5555 2222│1111 1111│6666 6666║

Demung : 4565 4565│5353 5353│4565 4565║

Page 104: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

89

4.4 Tangga Nada

Cara-cara untuk mendeskripsikan tangga nada yaitu dengan menuliskan nada

yang dipakai tanpa melihat fungsi masing-masing nada dalam sebuah repertoar

(Nettl 1964:145). Tangga nada tersebut kemudian digolongkan berdasarkan atas

jumlah nada yang dipakai, yaitu: Tangga nada diatonik (dua nada), tritonik (tiga

nada), tetratonik (empat nada), pentatonik (lima nada), hexatonik (enam nada), dan

heptatonik (tujuh nada). Dua nada yang memiliki jarak satu oktaf pada umumnya

dianggap satu nada saja. Berdasarkan pendapat diatas, tangga nada yang dimaksud

dalam tulisan ini yaitu nada-nada yang terdapat pada repertoar sampak dan srepeg.

4.4.1 Tangga Nada Sampak Pada Instrumen Saron dan Demung

Gambar diatas menunjukan nada dasar dari repertoar sampak tersebut berasal

dari nada dasar empat mol, dengan susunan nadanya As-Bes-C-Des-Es-F-G-As.

Namun, tidak semua nada dari tangga nada dasar itu terdapat pada instrumen saron

dan demung. Adapun nada-nada yang terdapat pada kedua instrumen adalah sebagai

berikut:

Page 105: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

90

Pada gambar tersebut, peletakan nada yang pertama tidak sesuai dengan nada

dasarnya. Hal ini dilakukan karena penulisan nada-nada dimulai dari nada yang

terendah sampai yang tertinggi.

4.4.2 Tangga Nada Srepeg Pada Instrumen Saron dan Demung

Sama seperti nada dasar sampak, nada dasar srepeg juga berasal dari nada

dasar empat mol, dengan susunan nadanya As-Bes-C-Des-Es-F-G-As. Namun, juga

tidak semua nada dari tangga nada dasar itu terdapat pada instrumen saron dan

demung. Adapun nada-nada yang terdapat pada kedua instrumen adalah sebagai

berikut:

Page 106: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

91

Pada gambar tersebut, peletakan nada yang pertama tidak sesuai dengan nada

dasarnya. Hal ini dilakukan karena penulisan nada-nada dimulai dari nada yang

terendah sampai yang tertinggi.

4.5 Nada Dasar

Dalam menentukan nada dasar dari repertoar sampak dan srepeg, penulis

berpedoman dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bruno Nettl yang mengatakan

bahwa nada dasar merupakan nada yang terdapat dibagian awal atau dibagian akhir

dalam suatu komposisi. Berdasarkan hal tersebut, maka nada dasar yang terdapat

pada repertoar sampak maupun srepeg adalah As.

4.6 Wilayah Nada

Cara untuk menentukan wilayah nada adalah dengan memperhatikan nada

paling rendah sampai nada paling tinggi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh

J.A Ellis dalam Malm (1977:35) mengenai tentang perhitungan frekuensi nada

dengan memakai sistem cent, yaitu nada-nada yang berjarak 1 laras sama dengan 200

cent dan nada-nada berjarak 1/2 laras sama dengan 100 cent. Untuk mempermudah

penulis dalam mendapatkan wilayah nada repertoar sampak dan srepeg, maka melodi

repertoar sampak dan srepeg tersebut akan dimasukkan ke dalam garis paranada.

Wilayah nada repertoar sampak dan srepeg dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Page 107: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

92

4.6.1 Wilayah Nada Sampak Pada Instrumen Saron dan Demung

ES – C = 900 cent

4.6.2 Wilayah Nada Srepeg Pada Instrumen Saron dan Demung

Es – Bes = 700 cent

C – F = 500 cent

Page 108: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

93

4.7 Jumlah Nada

Dalam mendeskripsikan jumlah nada dalam suatu repertoar musik paling

tidak menyebutkan nada mana yang berfungsi sebagai nada dasar (tonal center).

seperti nada-nada yang terpenting dalam repertoar tersebut, nada-nada yang hanya

dipakai sebagai nada pendamping nada lain, dan sebagainya (Nettl 1964:146). Jumlah

nada dalam suatu repertoar musik dapat dilihat dari jumlah pemakaian nada pada

repertoar tersebut. Berdasarkan metode tersebut, penulis akan menganalisis jumlah

nada yang terdapat dalam repertoar sampak dan srepeg pada instrumen saron dan

demung.

4.7.1 Jumlah Nada Sampak

Jumlah penggunaan nada-nada repertoar sampak mulai dari nada terendah

sampai nada yang tertinggi adalah sebagai berikut:

Page 109: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

94

SARON Tabel 4.1

No. Nama Nada Jumlah Nada

1. Es 42

2. F 62

3. As 77

4. Bes 28

5. C 16

Jumlah 225

DEMUNG Tabel 4.2

No. Nama Nada Jumlah Nada

1. Es 34

2. F 62

3. G 28

4. As 63

5. Bes 36

6. C 37

Jumlah 260

Page 110: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

95

4.7.2 Jumlah Nada Srepeg

Jumlah penggunaan nada-nada repertoar srepeg mulai dari nada terendah

sampai nada yang tertinggi adalah sebagai berikut:

SARON Tabel 4.3

No. Nama Nada Jumlah Nada

1. Es 24

2. F 48

3. As 72

4. Bes 24

Jumlah 168

DEMUNG Tabel 4.4

No. Nama Nada Jumlah Nada

1. C 40

2. Des 22

3. Es 84

Page 111: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

96

4. F 22

Jumlah 168

4.8 Jumlah Interval

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain yang terdiri dari

interval naik maupun turun (Manoff 1991:50). Sedangkan jumlah interval merupakan

banyaknya interval yang dipakai dalam suatu musik atau nyanyian. Berikut ini

merupakan interval dari melodi saron dan demung pada repertoar sampak dan srepeg.

4.8.1. Jumlah Interval Sampak

SARON Tabel 4.5

Nama Interval Jumlah Interval

2M 34

3m 53

3M 1

5P 26

6M 36

7m 63

4P 4

Page 112: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

97

DEMUNG Tabel 4.6

Nama Interval Jumlah Interval

2M 48

2m 16

3M 5

3m 26

1P 20

4P 9

5P 9

6M 29

7m 94

4.8.2 Jumlah Interval Srepeg

SARON Tabel 4.7

Nama Interval Jumlah Interval

6M 6

3m 5

7m 5

1P 138

5P 12

Page 113: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

98

DEMUNG Tabel 4.8

Nama Interval Jumlah Interval

2M 42

6M 39

2m 10

3m 28

7m 33

1P 10

4.9 Pola Kadensa

Kadensa adalah suatu kerangka yang terdiri dari elemen-elemen harmonis,

ritmis, dan melodis yang menghasilkan efek kelengkapan yang bersifat sementara

seperti kadens tak sempurna atau kadens gantung serta yang bersifat permanen

(kadens lengkap, sempurna). Dalam pemilihan kedua repertoar tersebut, penulis

hanya memilih pola kadensa sampak untuk dianalisis.

Gambar diatas merupakan salah satu contoh pola kadensa dalam repertoar

sampak pada instrumen demung yang terdapat di bar 14 & 15. Dalam frasa tersebut

Page 114: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

99

diakhiri dengan nada tonal (nada dasar) repertoar sampak, yaitu nada As. Oleh karena

itu, kadens tersebut dinamakan kadens sempurna.

4.10 Formula Melodi

Ada beberapa karakter yang perlu diperhatikan untuk menentukan bentuk dari

suatu repertoar, yaitu dengan memperhatikan unsur melodi yang terkandung

berdasarkan pengulangan frasa, tanda diam, pengulangan pola ritem, transposisi serta

kesatuan dari teks yang ada dalam musik (Nettl 1964:150). Formula melodi yang

akan dibahas dalam skripsi ini terdiri atas bentuk, frasa, dan motif. Bentuk merupakan

gabungan dari beberpa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa merupakan

bagian-bagian kecil dari melodi. Motif merupakan ide melodi sebagai dasar

pembentukan melodi.

Ada beberapa jenis istilah untuk menganalisis bentuk yang dikemukakan oleh

William P.Malm yaitu:

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang diulang-ulang.

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang memakai formula melodi yang kecil

dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseleruhan nyanyian.

3. Strofic yaitu bentuk nyanyian/melodi yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian/melodi terjadi

pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-

penyimpangan melodi.

5. Progresif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang terus berubah dengan menggunakan

Page 115: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

100

materi melodi yang selalu baru.

Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Malm tentang analisis bentuk, maka

penulis menyimpulkan bahwa repertoar sampak dan srepeg merupakan bentuk melodi

repetitif, yaitu bentuk nyanyian/melodi yang diulang-ulang.

4.11 Kontur

Kontur merupakan garis melodi dalam sebuah lagu (Malm dalam Irawan

1997: 85). Malm membedakan beberapa jenis kontur yaitu:

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang

rendah ke nada yang tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada

yang tinggi ke nada yang rendah.

3. Pendulous yaitu garis melodi yang gerakannya berbentuk melengkung dari

nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke

nada yang tinggi.

4. Terraced yaitu garis melodi yang berjenjang baik dari nada yang lebih tinggi ke

nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih rendah ke nada yang

lebih tinggi.

Page 116: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

101

5. Static yaitu garis melodi yang bersifat tetap yang jarak intervalnya terbatas.

6. Disjunct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melompat dari satu nada ke

nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas seconde baik mayor maupun

minor.

7. Conjunct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada ke

nada yang lain baik naik maupun turun.

Berdasarkan jenis kontur yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis

menyimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis kontur pada repertoar sampak dan

srepeg nem, yaitu:

Kontur repertoar sampak pada instrumen saron yaitu: pendulous dan

conjunct.

Gambar di atas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi pendulous,

kemudian conjunct, lalu pendulous kembali.

Page 117: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

102

Kontur repertoar sampak pada instrumen demung yaitu:

Gambar di atas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi ascending dan

static.

Kontur repertoar srepeg pada instrumen saron yaitu:

Gambar di atas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi static, descending,

dan ascending.

Kontur repertoar srepeg pada instrumen demung yaitu:

Gambar di atas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi ascending

dan descending.

Page 118: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

103

4.12 Struktur Ritem

Sampak

1. Tempo : ±120

2. Durasi : 2 menit 38 detik

3. Meter : 4/4

Srepeg

1. Tempo : ±150

2. Durasi : 45 detik

3. Meter : 4/4

Page 119: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

104

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan atas penelitian yang penulis lakukan terhadap wayang kulit,

maka ada beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis, yaitu sebagai berikut.

Wayang kulit merupakan salah satu pertunjukan tradisional masyarakat Jawa yang

menampilkan sebuah lakon yang dibawakan oleh seorang dalang dengan diiringi

seperangkat alat musik gamelan. Pertunjukan ini diadakan dalam konteks acara

perkawinan dan pesta rakyat yang dimainkan oleh sanggar Mardi Lestari. Pertunjukan

ini berlangsung pada malam hari sampai dengan menjelang subuh. Dalam satu set

wayang kulit yang dimiliki oleh sanggar Mardi Lestari, jumlahnya kurang lebih 500

wayang. Namun di dalam pagelarannya tersebut, wayang kulit yang dimainkan oleh

dalang tidak lebih dari 50 wayang saja.

Dalam pagelarannya, posisi pertunjukan wayang kulit berada di atas

panggung dengan membelakangi penonton. Penonton hanya menyaksikan

pertunjukan tersebut dengan melihat bayangan para tokoh yang berasal lampu sorot

yang dipantulkan ke kelir yang terbentang di hadapan dalang. Berdasarkan alurnya,

wayang kulit terdiri dari 3 pathet yakni pathet nem, sanga, dan manyura. Pathet nem

merupakan babak permulaan dimana adegan yang ditampilkan masih bersifat

pengenalan terhadap tokoh wayang. Selain itu, adegan perang yang terjadi pada

pathet ini belum ada yang menang atau kalah. Oleh karena itu, perang ini disebut

perang gagal atau perang tanpa hasil.

Page 120: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

105

Dalam mengiringi adegan perang dalam pathet nem tersebut, repertoar musik

yang dimainkan yaitu sampak dan srepeg. Selain itu, instrumen yang menjadi

pembawa melodi pokok dalam seperangkat musik Gamelan yaitu saron dan demung.

Kedua repertoar tersebut menggunakan tangga nada pentatonik atau tangga nada

berjumlah lima nada yakni 1-2-3-5-6 dengan penyebutan nadanya dalam bahasa Jawa

adalah ji-ro-lu-mo-nem. Struktur melodi yang dihasilkan oleh saron dan demung

dalam repertoar sampak dan srepeg nem dari awal sampai akhir birama tersebut

mengalami pengulangan melodi atau repetitif.

5.2 Saran

Dari pembahasan serta kesimpulan yang telah dijelaskan, penulis menyadari

masih banyak sekali kekurangan di dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis

menyarankan dan mengharapkan kepada siapa saja yang ingin membahas atau

mengkaji penelitian ini agar dilakukan secara lebih mendalam lagi. sehingga dapat

bermanfaat bagi pengembangan Etnomusikologi dan sebagai dokumentasi data

mengenai kebudayaan musikal yang berkaitan dengan suku Jawa.

Pertunjukan wayang kulit di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang diharapkan dapat bertahan sejauh mungkin kedepannya,

mengingat wilayah tersebut merupakan mayoritas suku Jawa. Dengan semakin

bertambahnya umur para seniman ataupun budayawan yang ada saat ini, wayang kulit

diharapkan mampu dijaga dan dilestarikan oleh generasi masa kini agar salah satu

kesenian tradisional Jawa tersebut tidak semakin terkikis dan hilang di zaman modern

ini.

Page 121: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

106

Demikian tulisan ini diselesaikan oleh penulis, semoga tulisan ini bermanfaat

bagi yang membaca agar menjadi ilmu pengetahuan dan sumber informasi baik dalam

lingkup kebudayaan Jawa maupun hal yang lainnya khususnya di bidang ilmu

Etnomusikologi.

Page 122: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

107

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Hazim. 1991. Nilai-Nilai Etis Dalam . Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Aryandini S, Woro. 2002. dan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Banjarnahor, Erni. 2014. “Tangis Beru Si Jahe Di Desa Sukaramai, Kecamatan

Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat: Kontinuitas dan Perubahan Penyajian,

Kajian Tekstual dan Musikal. Skripsi. Medan: Jurusan Etnomusikologi,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Guritno, Pandam. 1988. , Kebudayaan Indonesia, dan Pancasila hal.2. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia.

Hariadi, Slamet. 2015. “Studi Deskriptif Ketoprak Dor Oleh Sanggar Langen Setio

Budi Lestari Pada Upacara Adat Perkawinan Jawa Di Kelurahan Jati

Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai”. Skripsi. Medan: Jurusan

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Hutagalung, Flora. 2009. “Analisis Pertunjukan Tari Piring Pada Upacara

Perkawinan Adat Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan”. Skripsi.

Medan: Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera

Utara.

Jaeni. 2014.Kajian Seni Pertunjukan Dalam Perspektif Komunikasi Seni. Bogor:

IPB Press.

Kodrat, Ki Harsono. 1982. Gending-Gending Karawitan Jawa Lengkap Slendro-

Peloghal.12. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka

Indonesia

Krijo Taruno, Suwadi. 2013. Wayang Kulit Purwa (Gaya Surakarta). Jakarta:

Penerbit CV Trias Grafika.

Lisbijanto, Herry. 2013. Wayang.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Marpaung, Yenni. 2014. “Deskipsi Struktur Tatak Nantampuk Mas dan Musik

Iringan yang Dipertunjukkan Oleh Sanggar Nina Nola Di Desa Sukaramai,

Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Medan: Jurusan

Etnomusikologi, Fakultas Imu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Moeleng, Lexy J. 1993. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT.

Remaja Rosdya Karya.

Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group

Mulyono, Sri. 1982. Asal-Usul, Filsafat, dan Masa Depannya. Jakarta: PT.

Gunung Agung.

Page 123: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

108

Nettl, Bruno. 1964. Theory and Metode In Ethnomusicology. Newyork: The Free

Press Of Glencoe.

Poedjosoedarmo, Soepomo. 1986. Ragam Panggung Dalam Bahasa Jawa. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Sitopu, Dina. 2008. “Studi Deskriptif Pertunjukan Reog Ponorogo Pada Upacara

Perkawinan Masyarakat Jawa Di Desa Kampung KolamTembung Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi. Medan: Jurusan

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Website:

http://dprd-Deli Serdangkab.go.id/v1/peta-deli-serdang/

https://goo.gl/images/7SgSGE

https://goo.gl/images/bx829S

https://goo.gl/images/x7zRJz

https://goo.gl/images/Nv2cE2

https://lastzie.wordpress.com/2009/05/26/gunungan/

http://idjawaid.blogspot.co.id/2016/12/pathet-dalam-pegelaran-wayang-gaya.html

http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/asal-usul-wayang-dan-sejarah.html

Page 124: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

109

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Triwahjuono Harijadi

Umur : 52 Tahun

Alamat : Jl.Bromo No.26 Medan

Pekerjaan : Budayawan, Relawan Pendamping Kelompok/

Sanggar komunitas budaya Jawa bersama

Komunitas Jede

2. Nama : Suprapto

Umur : 65 Tahun

Alamat : Jl.Pancing Pasar III Mabar

Pekerjaan : Budayawan, Penabuh Gamelan Sanggar Mardi

Lestari

3. Nama : Sunardi

Umur : 68 Tahun

Alamat : Jl. Bromo 26 Medan

Pekerjaan : Pensiunan BMG, Pemimpin Grup Musik

Sanggar Krido Laras

Page 125: PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG ......PERTUNJUKAN WAYANG KULIT DI DESA TEMBUNG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG: STRUKTUR MELODI REPERTOAR SAMPAK DAN SREPEG

110

4. Nama : Suripno, SH.MH

Umur : 55 Tahun

Alamat : Jl. Pasar X Tembung

Pekerjaan : Kepala Desa Bandar Klippa