Pertemuan5&6
-
Upload
amri-sandy -
Category
Education
-
view
1.970 -
download
4
Transcript of Pertemuan5&6
Bagian III
Invers Matriks
A. Matriks InversJika A matriks bujur sangkar, dan B matriks sejenis yang mempunyai ukuran sama, maka dapat ditunjukkan bahwa AB = BA = I, maka A dikatakan dapat diinvers, dan B disebut invers dari A. Jika B tidak dapat dicari maka A disebut matriks singular. ⇔ Contoh :
B = , A =
⇒ AB = = = I
21
53
−
−31
52
21
53
−
−31
52
10
01
dan
BA =
= = = I
Contoh Matriks yang tidak mempunyai Invers :
A = , (A matriks singular)
21
53
−
−31
52
10
01
+−−++−−+
3.2)5.(1)1(22.1
3.3)5.(3)1.(52.3
063
052
041
333231
232221
131211
bbb
bbb
bbb
063
052
041
0
0
0
0
0
0
B = , BA = = , BA ≠ I
Diketahui matriks :
A =
Dapat di invers jika (ad – bc) ≠ 0, dalam kasus ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
A-1 = =
AA-1 = A-1A = I ⇔ = …
dc
ba
−
−− ac
bd
bcad
1
−−−
−−
−
bcada
bcadc
bcadb
bcadd
dc
ba
−−−
−−
−
bcada
bcadc
bcadb
bcadd
Diketahui, matriks
A = , B = , AB =
A-1 = , B-1 = , (AB)-1 =
B-1A-1 = = , ∴(AB)-1 = (B-1A-1)
=
++++
=−−
−−
−−
−−−
−−
−
10
01I
bcadda
bcadbc
bcaddc
bcadcd
bcadba
bcadab
bcadbc
bcadad
119
87
31
21
32
23
−
−11
23
−
−
53
52
52
53
−
−
57
59
58
511
−
−
53
52
52
53
−
−11
23
−
−
57
59
58
511
B. Pangkat Matriks Jika A adalah matriks bujur sangkar, maka dapat didefinisikan pangkat Matriks A sebagai berikut :- A0 = I,
- An = ( n > 0)
- Jika A dapat diinvers, maka berlaku,
A-n = (A-1)n =
faktorn
AAA
faktorn
111 AAA −−−
- Aturan pangkat pada matriks bujursangkar, jika matriks A, dengan r dan s adalah bilangan asli, maka berlaku
ArAs = Ar+s, dan (Ar)s = Ars
- Jika A adalah matriks yang dapat diinvers, maka berlaku :
(a). (A-1)-1 = A
(b). (An)-1 = (A-1)n
(c). Untuk k skalar, matriks kA dapat diinvers (kA)-1 = A-1
k1
- Contoh :
A = dan A-1 =
maka,
A3 = =
A-3= =
31
21
−
−11
23
31
21
4115
3011
31
21
31
21
−
−11
23
−
−1115
3041
−
−11
23
−
−11
23
C. Ekspresi Polynomial Pada Matriks Jika A matriks bujursangkar, katakan mxm dan,
p(x) = a0 + a1x + …+ anxn
adalah bentuk polynomial, maka didefinisikan p(A) = a0I + a1A + …+ anAn
Contoh :
p(x) = 2x2 – 3x + 4 dan A =
maka, p(A) = 2A2 – 3A + 4I
= 2 - 3 + 4 =
−30
21
2
30
21
−
−30
21
10
01
130
29
D. Bentuk – bentuk Transpose
Jika suatu matriks mempunyai ukuran sama sehingga suatu operasi dapat dilakukan, maka,
(a). (AT)T = A.
(b). (A+B)T = AT + BT dan (A - B)T = AT - BT
(c). (kA)T = kAT, dengan k skalar
(d). (AB)T = BT AT
(e). Jika A adalah matriks yang dapat di invers, maka AT juga dapat di invers, sehingga
(AT)-1 = (A-1)T
Contoh :
A = , AT =
A-1 = , (A-1)T = , (AT)-1=
∴ berlaku rumus bahwa (AT)-1 = (A-1)T
−−12
35
−−
13
25
−− 52
31
−−
53
21
−−
53
21
E. Matriks Dasar (Elementary Matrices) Suatu matriks beerukuran nxn disebut matriks
dasar (elementary matrices), jika matriks itu mengalami satu kali pengolahan dasar baris (Operasi Baris Elementer) menjadi matriks Identitas (In),
Contoh :
, , ,
Matriks – matriks ini adalah matriks dasar, yang dapat diubah kebentuk matriks identitas.
− 30
01
0010
0100
1000
0001
100
010
301
100
010
001
Ada 3 tipe Notasi Operasi Baris Elementer (OBE) :1. Eij, (i ≠ j), notasi ini menunjukkan jika terjadi satu kali
operasi baris elementer dengan menukar baris i dengan j, maka matriksnya menjadi matriks identitas
(In).
2. Ei(t), (t ≠ 0), notasi ini menunjukkan OBE, jika dilakukan perkalian baris ke-i dengan t, maka matriksnya menjadi matriks identitas (In).
3. Eij (t), (i ≠ j), notasi ini menunjukkan OBE, jika penjumlahan baris ke-j dikali t dengan baris ke-i pada
matriks maka matriksnya menjadi matriks identitas (In).
Contoh 1 :
E23 = , matriks elementer ini akan menjadi
matriks Identitas (In) jika dipertukarkan baris ke–3 dengan baris ke–2.
E2(-1) = , matriks ini akan menjadi matriks
identitas jika baris ke–2 dikali dengan (-1)
E23(-1) = , matriks ini akan menjadi matriks
identitas jika baris ke–3 dikali dengan (-1) dijumlahkan dengan baris ke–2 .
010
100
001
−
100
010
001
−
100
110
001
Angka 2, menunjukkan baris ke–2 yang berubah
Contoh 2 :Misalkan A = adalah hasil kali sejumlah
matriks dasar, maka proses penyederhanaannya,
⇒ ⇒ ⇒
dengan matriks – matriks dasarnya,
,
82
31
20
31
10
01
−
=−=12
012EE 211 )(
82
31
10
31
==
212
122 0
01EE )(
−=−=
10
313EE 123 )(
Skema Penyelesaian Invers Matriks menggunakan, Operasi Baris Elementer (OBE)
Ek…E2E1 A = In A = (E1-1E2
-1…E3-1)
Anxn O1
A′nxn
O2
A′′nxn
O3
I1
E1
I1
E2
I1
I4
A-1nxn
dan seterusnya Oi =Operasi Baris Elementer (OBE)
E3E2E1A = I
A = (E3E2E1)-1I = (E1-1E2
-1 E3
-1)
− 12
01
210
01
−10
31
=
10
01
82
31
10
01
210
011
12
01−
−
−=
10
31
1
12
01−
−
=1
210
01−
1
10
31−
−
=
12
01
20
01
10
31
=
22
01
=
82
31
10
31
Contoh 3 :
Carilah matriks berukuran 3x3, di mana termuat dalam A = E3(5)E23(2)E12. dan Cari juga A-1.
Jawab :
=
=
100
001
010
100
210
001
5E
100
001
010
2E5EA 3233 )()()(
==100
201
010
00
0
100
201
010
53E
5
010
01
)(
=
500
201
010
-112233
1 E2E5EA ])()([=−
-13
-123
-112 5E2EE )]([)]([][=
)()( -132312 5E2-EE=
−=
5100
0
0
00
0
E 10
01
1
210
01
12
−
=
51
52
00
0
0
00
0
1
01
1
001
10
−=
51
52
00
001
10
−=
51
52
00
0
0
E 1
01
12
F. Metode Invers Matriks dengan OBEMisalkan matriks Anxn non singular , maka,
(a). A ekuivalent baris dengan In
(b). A merupakan hasil perkalian matrik baris elementer.
Contoh : Tunjukkan bahwa A = merupakan matriks
non singular, Carilah A-1 dan uraikan bahwa A adalah hasil perkalian matriks baris elementer.
Penyelesaian :
11
21
Bentuk matriks partisi :
[A | I2] ⇔ [I2 | A-1 ]
=
10
011IA
11
22 ][
−−
−→11
01
10
21RRR 122
−
−→11
01
10
21R1R 22 )(
−
−−→
11
21
10
01R2RR 211
Ditunjukkan bahwa, A ekuivalen I2 dan merupakan matriks non singular.
A-1 =
diketahui :
sehingga,
−
−11
21
221212 IA1E1E2E =−−− )()()(
)()()( 1E1E2EA 212121- −−−=
)()()( 2E1E1EA 12221 −=
dimana, E2(-1)-1 = )()( 111
22 EE −− =
G. Penyelesaian Sistem Persamaan Linier (SPL) dengan Metode InversJika A adalah matriks yang dapat diinvers dan berukuran nxn, maka matriks b berukuran nx1, suatu sistem persamaan Ax = b mempunyai tepat satu penyelesaian, katakanlah, x = A-1b.
Contoh :
x1 + 2x2 + 3x3 = 5
2x1 + 5x2 + 3x3 = 3
x1 + 8x3 = 10
Sehingga,
Bentuk matriks dari SPL diatas ditulis Ax = b, adalah :
dengan bentuk invers :
−−
−−
−
=−
125
3513
916401A
=81
352
321
0
A
=
3
2
1
xx
x
x,
=
1735
b,
=⇔100
010
001
801
352
321
IA ][
+
+
−−
−−←
←
101
012
001
520
310
321
133
122
R-1RR
R-2RR
)(
)(
+←
−−
−−
125
012
001
100
310
321
233 R2RR )(
←
−−−−
125
012
001
100
310
321
33 R-1R )(
+
+
−−−−←
←
125
3513
3614
100
010
021
311
322
R-3RR
R3RR
)(
)(
+−−−−←
← +
125
3513
3614
100
010
021
311
322
R-3RR
R3RR
)(
)(
−+
−−−−
−←
125
3513
91640
100
010
001
211 R2RR )(
−−
−−
−
=−
125
3513
916401A
maka ,
Jadi ,
−−−−
−−=== −
2
1
1
10
3
5
125
3513
916401bAx
Atau , x1 = 1, x2= –1 , dan x3= 2
H. Penyelesaian Kuadrat Terkecil dari suatu Persamaan Andaikan bahwa sistem persamaan AX = B, tidak konsisten,
Misalnya :
x = 1
y = 2
x + y = 3, 001
hal ini, dpat dibuat konsisten dengan mengubah ke dalam bentuk persamaan,
AtAX = AtB
Sehingga bentuk persamaan diatas menjadi :
dengan persamaan AtAX = AtB,
dan persamaan normalnya menjadi, 2x + y = 4, 001 x + 2y = 5, 001
dengan x = 1, 001 dan y = 2. 001
=
11
10
01
A
=
y
xX,
=
001,321
B,
110
101
y
x
=
001,321
110
101
11
10
01
y
x
=
001,5
001,4
21
12