PERTEMUAN XI PENALARAN DEDUKTIF

21
PERTEMUAN XI PENALARAN DEDUKTIF 1

description

PERTEMUAN XI PENALARAN DEDUKTIF. PENALARAN INDUKTIF. Adalah penalaran yang kesimpulannya memperluas premisnya . Penalaran induktif tidak dapat ditinjaun dari penalaran deduktif , karena bukan hasil penurunan dari premisnya , sehingga disimpulkan tidak valid. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of PERTEMUAN XI PENALARAN DEDUKTIF

Page 1: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

PERTEMUAN XIPENALARAN DEDUKTIF

1

Page 2: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

PENALARAN INDUKTIFAdalah penalaran yang kesimpulannya

memperluas premisnya. Penalaran induktif tidak dapat ditinjaun dari

penalaran deduktif, karena bukan hasil penurunan dari premisnya, sehingga disimpulkan tidak valid.

Konklusi penalaran induktif memang tidak dimaksudkan sekedar untuk menyuratkan apa yang telah tersirat dala preisnya, seperti dalam penalaran deduktif.

Alhasil, konklusinya tidak terjamin mutlak kebenarannya, walau semua premisnya benar.

Page 3: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Contoh : Dalam semua hari di masa lalu, matahari terbit dari Timur. Jadi, besuk matahari terbit dari Timur.

Konklusinya bukan keharusan logis dari premisnya.

Konklusinya bukan sekedar menyuratkan apa yang telah tersirat dalam premisnya.

Jika penalaran ini dianggap deduktif, maka dianggap tidak valid. Namun penalaran ini dianggap sehat, dengan hubungan kuat atau lemah.

Page 4: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

BENTUK BENTUK PENALARAN INDUKTIF

A. Generalisasi.B. Membonceng wibawa.C. Analogi.D. Induksi sebab akibat.

Page 5: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

A.GENERALISASI

Merupakan penalaran induktif yang paling sederhana.

Merupakan bentuk penalaran yang konklusinya melampaui premisnya.

Konklusinya mencakup semua anggota dari suatu himpunan yang ditarik dari sebagian anggota yang sudah diamati.

Bentuk umum penalaran :Semua X yang telah diamati adalah YJadi semua X adalah Y

Page 6: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Contoh : 10% beras dalam gudang yang telah diamati adalah gabah. Jadi 10% dari beras dalam gudang adalah gabah.

Penalaran demikian dinamakan Generalisasi Statistik .

Kemungkinan prosentase : a. Prosentase 0 disebut proposisi universal

negasi (Proposisi E) Semua beras dalam gudang bukan gabah. b. Prosentase 100 disebut proposisi universal afirmatif (Proposisi A) Semua beras dalam gudang adalah gabah.

Page 7: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Karena generalisasi selalu memberikan konklusi yang melampaui premis (fakta), bentuk penalaran jenis ini mudah menghasilkan konklusi palsu dari premis yang benar.

Untuk memperkecil kesalahan, perlu dihindari 2 khilaf induktif :

i. Khilaf generalisasi bergegas. ii. Khilaf statistik berat sebelah.

Page 8: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

i. Khilaf Generalisasi Bergegas

Manusia cenderung untuk berpikir ke arah apa yang diinginkan daripada apa yang sebenarnya terjadi.

Seseorang yang berhubungan dengan satu hal yang ia senangi, biasanya cenderung menganggap bahwa hal tersebut baik dan sebalikanya.

Oleh karenanya, agar tidak melakukan khilaf generalisasi bergegas, diperlukan data yang cukup, dan tidak hanya pada data yang sangat sedikit (hanya pada pengamatan sepintas).

Page 9: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Contoh : orang yang menyimpulkan bahwa anak muda yang berambut gondrong suka ugal-ugalan, hanya karena menyaksikan beberapa di antara mereka demikian.

Page 10: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

ii. Khilaf statistik berat sebelah Di samping jumlah data yang ada, masalah

lain yang perlu diperhatikan dalam penyimpulan adalah sejauh mana data yang digunakan mencerminkan keseluruhan kelompok yang diteliti.

Contoh : Disimpulkan bahwa wanita Jawa pada umumnya tidak bekerja kecuali sebagai ibu rumah tangga. Data diperoleh dari sejumlah wanita yang berada di berbagai kota di Jawa Timur.

Page 11: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Kesimpulan ini bisa tidak kuat, karena tidak menceminkan wanita Jawa pada umumnya, sebab sebagian besar penduduk Jawa hidup di daerah pedesaan.

Page 12: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

B. MEMBONCENG WIBAWA

Pengetahuan yang kita miliki sebenarnya tidak selalu berdasarkan kepada pengamatan fakta yang secara langsung kita lakukan.

Misalnya pengetahuan kita tentang arti suatu kata tidak diperoleh melalui pengamatan, tapi diperoleh dari buku, kamus, dan lain-lain.

Hasil penelitian orang lain yang telah terbukti kebenarannya dapat digunakan.

Jadi, kita dapat membonceng wibawa orang lain dalam menentukan kebenaran.

Page 13: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Untuk memperkecil kesalahan, perlu dihindari 2 macam khilaf:

i. Penalaran nenek bilang . ii. Penalaran menyerang pribadi.

Page 14: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Terdapat kecenderungan umum untuk menilai suatu proposisi lebih berdasarkan siapa yang mengatakan daripada apa yang dikatakannya.

Jadi dalam penalaran demikian, bukan apa yang dikatakan, melainkan siapa yang mengatakan, yang menentukan benar salahnya proposisi.

Bentuk penalaran ini adalah :A (terhormat) menyatakan XJadi (benar) X

i. Penalaran Nenek Bilang.

Page 15: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Hampir sama dengan penalaran “nenek bilang”, hanya dalam bentuk sebaliknya.

Penalaran ini menyerang pribadi pembentuknya.

Ini membawa konsekuensi yang berlawanan. Pembentuk proposisi tidak dijadikan dasar untuk membenarkan proposisinya, tetapi justru dijadikan dasar untuk menolaknya. Karena pembentuk proposisi itu dianggap tidak baik, maka proposisi yang dihasilkan harus ditolak.

ii. Penalaran Menyerang Pribadi .

Page 16: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Bentuk penalaran ini adalah :A (tercela) menyatakan XJadi tidak (benar) X

Page 17: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

C. ANALOGI

Dalam analogi, konklusinya ditarik berdasarkan dugaan bahwa sifat-sifat yang dimiliki suatu kenyataan juga dimiliki oleh kenyataan lain.

Walaupun keduanya berbeda, tapi keduanya juga mempunyai kesamaan dalam hal-hal tertentu.

Contoh : kelinci percobaan (karena adanya anggapan sifat-sifat yang sama antara tubuh kelinci dan tubuh manusia).

Page 18: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Bentuk penalaran sebagai berikut : Kenyataan X mempunyai sifat a,b,c.

Kenyataan Y mempunyai sifat a,b,c.Kenyataan X mempunyai sifat dJadi, kenyataan Y mempunyai sifat d

Page 19: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Tidak setiap penalaran analogi mempunyai daya meyakinkan yang sama.

Penalaran induktif yang lemah dapat juga dijumpai pada penalaran analogi yang diajukan oleh kaum pesimis, misalnya:Perang tidak pernah dapat menjadi sarana mencapai perdamaian. Jika anda menanam padi, maka padi pula yang akan tumbuh. Demikian juga jika menanam jagung, maka jagung pula yang akan tumbuh. Oleh karenanya, jika menanam perang, maka tidak dapat diharap perdamaian, keadilan dan persaudaraan.

Page 20: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Merupakan penalaran induktif yang memiliki daya meyakinkan yang paling besar.

Penarikan kesimpulannya didasarkan kepada pengetahuan tentang hubungan sebab akibat.

Contoh : Berdasar pengetahuan tentang hubungan antara oksigen dan nyala api, maka dari fakta korek api yang berfungsi baik dan ternyata tidak dapat dinyalakan dalam gua, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam gua tidak ada oksigen.

D. INDUKSI SEBAB AKIBAT

Page 21: PERTEMUAN  XI PENALARAN DEDUKTIF

Terdapat 2 unsur dalam induksi sebab akibat : a. Syarat yang diperlukan (necessary

condition)b. Syarat yang memadai (sufficient

condition) A adalah syarat memadai bagi B, jhj kapan saja

A hadir, maka B hadir C adalah syarat yang diperlukan bagi D, jhj

kapan saja D hadir, maka C hadir. Contoh :