pertemuan 6

33
ZONASI DALAM KAWASAN WISATA

Transcript of pertemuan 6

Page 1: pertemuan 6

ZONASI DALAM KAWASAN WISATA

Page 2: pertemuan 6

ZONING LOKASI WISATA

• Zoning merupakan sistem pengelompokan unsur-unsur yang mempunyai peranan fungsi yang sama. Sistem ini akan memberikan pengarahan dalam menentukan letak massa bangunan secara fisik. Penetapan zoning selalu berorientasi kepada aktivitas

Page 3: pertemuan 6

Peraturan Zonasi untuk kawasan pariwisata harus memperhatikan

a. Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan

b. Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau

c. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata

d. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c

Page 4: pertemuan 6

Pengusahaan Pariwisata Alam

a. Diserahkan kepada pihak ketiga pengelolannya

b. Dilaksanakan pada sebagian kecil areal blok pemanfaatan, dan tetap memperhatikan pada aspek pelestarian

c. Tidak dibenarkan melakukan perubahan mendasar pada bentang alam dan keaslian habitat

d. Pembangunan sarana-prasarana dalam rangka pengusahaan pariwisata alam harus bercorak pada bentuk asli tradisional dan tidak menghilangkan ciri khas atau etnis setempat

Page 5: pertemuan 6

Pengusahaan Pariwisata Alam

e. Kegiatan perngusahaan pariwisata alam harus melibatkan masyarakat setempat dalam rangka pemberdayaan ekonomi

f. Pengusahaan pariwisata alam harus melaporkan semua aktivitasnya secara berkala untuk memudahkan kegiatan monitoring, pengendalian dan pembinaanya.

Page 6: pertemuan 6

Zonasi Hutan

Tidak ada akses jalan masukDan tidak boleh ada fasilitas

Tidak diperbolehkan ada pembangunan jalan kendaraan umum. Diperuntukan jalan Setapak pendakian, olahraga Berkuda, gardu pandang

Peruntukan fasilitas tidak Permanen, kemah, memancing,Bersampan, berenang, dll

Peruntukan fasilitas umum, Bangunan permanen, rekreasi, Fasilitas olah raga

Page 7: pertemuan 6

Zonasi

•Zona inti, merupakan main attraction suatu ODTW ditempatkan dan aktivitas utama harus dilengkapi dengan fasilitas utama•Zona penyangga (buffer zone) berfungsi memisahkan main attraction dengan aktivitas dan fasilitas pendukung•Zona pelayanan , suatu area dimana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung dikelompokan seperti jaringan infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan pengunjung dan sebagainya.

Page 8: pertemuan 6

Zonasi Hutan

a. Sanctuary Zone (Zona inti)

dimana masyarakat dilarang sama sekali untuk masuk di dalamnya, karena di zona ini terdapat jenis satwa yang dilindungi atau terdapat ekosistem yang sangat rentan dari pengaruh faktor luar. Luas zona ini tergantung dari perilaku jelajah satwa yang dilindungi

Page 9: pertemuan 6

Zonasi Hutan

b. Wilderness Zone (zona rimba)

dimana masyarakat dengan jumlah terbatas dan dengan tujuan khusus (pecinta alam, pendaki gunung, petualang alam) diijinkan oleh pengelola hutan untuk masuk ke dalam zona ini dengan aturan khusus agar tidak menimbulkan gangguan terhadap ekosistemnya

Page 10: pertemuan 6

Zonasi Hutan

c. Buffer zone (zona penyangga)

yang dibuat untuk perlindungan terhadap zona yang perlu secara mutlak dilindungi, yaitu zona inti, dan zona rimba, terutama sebagai jalur pelindung dari kegiatan masyarakat yang mengganggu ekosistem

Page 11: pertemuan 6

Zonasi Hutan

d. Intensive Use Zone (zona pemanfaatan)

yaitu zona dimana dimungkinkan untuk pengembangan kepariwisataan alam bagi para wisatawan. Di dalam zona ini justru dikembangkan fasilitas – fasilitas wisata alam.

Page 12: pertemuan 6

Zonasi Pemanfaatan

1. Terdapat pintu gerbang masuk

2. Pusat informasi

3. Kantor Pengelola

4. Fasilitas kemudahan pengunjung; telekomunikasi, rumah makan, penginapan, MCK

5. Fasilitas rekreasi; olahraga, tempat bermain, shelter perisitirahatan

6. Rambu – rambu mengenai lokasi daya tarik, lokasi berbahaya dan penerangan listrik

7. Jalan di dalam kawasan pariwisata alam

8. Lokasi berkemah di zona rimba

Page 13: pertemuan 6

HUTAN KONSERVASI

• Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya

Page 14: pertemuan 6

Hutan konservasi terdiri dari

• Kawasan hutan Suaka Alam (KSA) berupa Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM);

• Kawasan hutan Pelestarian Alam (KPA) berupa Taman Nasional (TN), Taman Hutan Raya (TAHURA) dan Taman Wisata Alam (TWA); dan

• Taman Buru (TB).

Page 15: pertemuan 6

Pola pengembangan kawasan hutan untuk wisata

NoKawasan

hutan

Kelembagaan Pengusahaan Jenis Wisata

Atraksi Amenitas Aksesibilitas

1 Dekat dari kota

Ekosistem hutan dan kegiatan pengelolaan hutan

Base camp

Tinggi Perhutani bekerjasama dengan swastaHPHDinas kehutanan

Piknik, berkemah,

2 Jauh dari kota

Ekosistem hutan, kegiatan pengelolaan hutan

Base camp, pondok wisata, rumah penduduk asli

Rendah Perhutani, Dinas kehutanan

Rekreasi, tracking

3 Taman Hutan Raya

Ekosistem hutan, keanekaragaman floran dan fauna

Pondok wisata

Tinggi Pengelolaan taman

Piknik, rekreasi, berkemah, tracking, pendidikkan , penelitian

Page 16: pertemuan 6

Pola pengembangan kawasan hutan untuk wisata

NoKawasan

hutan

Kelembagaan Pengusahaan Jenis Wisata

Atraksi Amenitas Aksesibilitas

4 Lindung Ekosistem hutan, keanekaragaman floran dan fauna, sosial budaya masyarakat adat asli

Pondok wisata, rumah jaga, camp, rumah penduduk asli

Rendah Dinas perhutanan tingkat IIDinas kehutanan

Piknik, rekreasi, berkemah, tracking, hiking, adventuring, survival

5 Taman Nasional

Ekosistem hutan, keanekaragaman flora dan fauna, dan mikrobia, gejala alam, sosial budaya masyarakat asli

Camp, pondok wisata, rumah jaga, rumah penduduk asli

Rendah UPT Taman nasional bekerjasama dengan swasta

Wisata minat khusus, animal watching, hiking, adventuring, tracking, pendidkkan dan penelitian

Page 17: pertemuan 6

Pola pengembangan kawasan hutan untuk wisata

NoKawasan

hutan

Kelembagaan Pengusahaan Jenis Wisata

Atraksi Amenitas Aksesibilitas

6 Taman Wisata

Ekosistem hutan keanekaragaman flora, fauna, gejala dan proses alam, pedesaan, sosial budaya masyarakat asli

Pondok wisata, rumah penduduk asli

Tinggi Dinas kehutanan bekerjasama dengan swasta

Piknik, camping, tracking, adventuring, hiking, pendidikkan dan penelitian

7 Taman Buru

Ekosistim hutan, perilaku satwa

Pondok kerja, rumah jaga

Rendah UPT taman buru bekerjasama dengan swasta

Hunting, wisata minat khusus

Page 18: pertemuan 6

Komposisi Hutan Konservasi di Seluruh Indonesia Sampai Dengan Tahun 2002 

Jenis Hutan Konservasi

Konservasi Darat Konservasi Laut

  Unit Luas Unit Luas

Cagar Alam 169 2.683.898 8 211.555

Suaka Margasatwa

52 3.526.343 3 65.220

Taman Wisata 84 282.086 18 765.762 Taman Buru 14 225.993 - - Taman Nasional 35 11.291.754 6 3.680.936

Taman Hutan Rakyat

17 334.336 - -

          Total 371 18.344.410 35 4.723.474

Page 19: pertemuan 6

AB

CD

E

Keterangan :

A = Hutan konservasi

B = Industri agro

C = Persawahan

D =Pemukiman

E = Kawasan Pelabuhan & Industri ramah

lingkunganF = TambakG = MangroveH = Perikanan

tangkapI = Pulau Wisata

F

G

H

I

TATA RUANG PESISIR DAN LAUT IDEAL

Page 20: pertemuan 6

PEMINTAKATAN RUANG Vertikal

Zone Penunjang

Zone Hunian

Zone Pengikat

Page 21: pertemuan 6

PEMINTAKATAN RUANG Horisontal

Zone Ruang Penunjang

Zone Ruang Efektif

Page 22: pertemuan 6

DIMENSI DAN BATAS Tapak

Berapa dimensinya

Apa Peruntukanny

a, Gedung? Tanah kosong atau yang lain

Page 23: pertemuan 6

Telaah Lingkungan StrategisKonteks Global / Nasional / Lokal

Konteks perkembangan global: Globalisasi ekonomi yang diiringi dengan persaingan antar kota-kota

di dunia sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi regional / negara masing-masing. Hal ini ditambah dengan resesi global yang saat ini terjadi—dan diperkirakan akan lama—akan berpengaruh kepada pola pembangunan, setidaknya dalam jangka menengah

Konteks perkembangan nasional: Desentralisasi dan demokratisasi tata pemerintahan mempengaruhi

efektifitas kebijakan nasional, khususnya yang terkait dengan pembangunan skala lokal. Kerja-sama antar kota menjadi penting. Sementara itu peran propinsi perlu diperjelas.

Konteks perkembangan lokal / daerah : Kapasitas daerah dalam pembangunan dan pengelolaan perkotaan

masih terbatas. Diperlukan terobosan dalam hal ini.

Page 24: pertemuan 6

Persaingan ekonomi global akan semakin menuntut kota-kota berlomba menjadi kota yang tidak hanya memiliki sarana dan prasarana memadai, tetapi juga: (i) atraktif bagi investasi, (ii) menarik untuk dikunjungi, (iii) aman dan nyaman untuk dihuni, (iv) memiliki “amenities” maupun lingkungan yang kondusif bagi meningkatnya produktifitas dan kreativitas. [Tanpa karakteristik ini, sulit bagi kota-kota kita untuk berperan secara optimal sebagai pendorong pertuimbuhan ekonomi wilayah dan meningkatkan kesejahteraan warga]

Tingginya kesenjangan kondisi ekonomi dan pembangunan fisik baik di tingkat nasional / regional (antara kota-kota) maupun di dalam kota itu sendiri (antara bagian-bagian kota).

Telaah Lingkungan StrategisKonteks Global / Nasional / Lokal

Page 25: pertemuan 6

Studi Banding untuk InspirasiKebijakan dan Strategi Perkotaan di China

Ketika China “membuka diri” di bawah Deng Xiao Ping di akhir 1970-an, dihadapi oleh kenyataan terlalu banyak penduduk di pertanian, China menerapkan kebijakan urbanisasi, tetapi melihat skala (penduduk) kota Shanghai dan Beijing sudah terlalu besar

Diterapkan kebijakan secara bertahap dan konsisten dalam kurun waktu lebih dari dua dasawarsa untuk menumbuhkan kota-kota “menengah” dan SEZs yang diprioritaskan menjadi pusat pertumbuhan yang baru (sebagian dengan fungsi-fungsi khusus seperti pusat industri manufaktur, inovasi / high-tech, sektor ekonomi khusus lain)

Diiringi kebijakan kependudukan yang hanya memungkinkan orang desa pindah ke kota-kota menengah, tapi tidak ke kota-kota besar (walau tidak sepenuhnya berhasil)

Diiringi dengan perbaikan sarana dan prasarana bagi masyarakat untuk tinggal (termasuk ruang interaksi komunitas)

Page 26: pertemuan 6

Di Brazil, pertumbuhan perkotaan juga terkonsentrasi di sepanjang pantai Timur, membentuk sebuah aglomerasi perkotaan yang sangat besar dari Rio de Janeiro, Sao Paulo, Curitiba hingga Porto Alegre di Selatan. Upaya mengurangi disparitas regional telah lama dilakukan dengan membuat jalan-jalan raya yang masuk ke daerah pedalaman serta membangun ibukota baru Brazilia di pedalaman Amazon…. Namun proses ini kurang berhasil dan berhenti pada tahun 1980-an karena berbagai faktor yang kurang mendukung (lingkungan, ekonomi, budaya dan lain-lain)

Yang kemudian dilakukan adalah mendorong kota-kota menjadi menarik dikunjungi, nyaman ditinggali (dengan sistem transportasi publik yang efisien (meskipun hanya mengandalkan “busway,” misalnya), dan membuka partisipasi warga kota sehingga terwujud kota-kota yang secara ekonomi kompetitif.

Namun hingga kini kota-kota Brazil pun masih tetap ditandai dengan kontras yang cukup tinggi antara permukiman kaya dan miskin

Studi Banding untuk InspirasiKebijakan dan Strategi Perkotaan di Brazil

Page 27: pertemuan 6

Keterpaduan antara “land-use planning” dan “transportation planning” serta “urban design” menciptakan kota yang efisien

Kota ini juga terkenal sangat environmental-friendly

Kota Curitiba, Brazil(1,8 juta penduduk)

Studi Banding untuk InspirasiInovasi TOD di Curitiba, Brazil

Page 28: pertemuan 6

Vancouver, Canada (pop. 600,000) Menerapkan kebijakan untuk membuat

kota dan sekitarnya menjadi nyaman bagi pejalan kaki melalui pemadatan (densifikasi) pusat kota dan simpul-simpul transportasi dilaksanakan secara konsisten dan terus-menerus oleh setidaknya dua walikota yang berbeda berturut-turut

Studi Banding untuk Inspirasi“Urban Retrofit” di Vancouver, Canada

Page 29: pertemuan 6

Revitalisasi transportasi air (yang terintegrasi dengan perbaikan sistem sanitasi kota dan lain-lain) menimbulkan manfaat ganda menambah pilihan sarana transportasi dan sekaligus daya tarik wisata (pemanfaatan potensi lokal)

Kota Bangkok--dimotori oleh CODI--juga menerapkan berbagai inovasi penyediaan perumahan bagi kaum miskin

Studi Banding untuk InspirasiPemanfaatan Potensi Lokal di Bangkok, Thailand

Page 30: pertemuan 6

Perencanaan kota secara “sederhana” : (1) kondisi sekarang, (2) kondisi masa datang yang diinginkan dan (3) bagaimana mencapainya

Proses yang terbuka dipamerkan selama satu bulan sebelum disyahkan. Masyarakat dapat memberi komentar secara rinci pada setiap panel ulasan saat ini, usulan masa datang dan strategi pencapaiannya

Where we are now

Where we want to be

How to get there

Hanoi -- Vietnam

Studi Banding untuk InspirasiPerencanaan Kota Hanoi, Vietnam

Page 31: pertemuan 6

Solo dan Pekalongan di Jawa Tengah adalah salah satu contoh dari kota-kota yang secara aktif berinisiatif dan menerapkan target untuk memastikan bahwa semua anggota masyarakat mendapat perumahan / permukiman yang layak

Solo juga merupakan contoh dari kota-kota yang banyak melakukan berbagai inisiatif lain bagi perbaikan kota dan masyarakatnya (termasuk dalam penanganan pedagang kaki lima (PKL) / sektor informal

Studi Banding untuk InspirasiPerumahan Kaum Miskin di Solo dan Pekalongan

Page 32: pertemuan 6

Tarakan, Kaltim, menerapkan prinsip pembangunan yang berimbang antara tujuan ekonomi, sosial (pendidikan, kesehatan, OR, dll) dan lingkungan

Banyak pula terobosan-terobosan lain yang berhasil meningkatkan perekonomian lokal dan kesejahteraan rakyat

Studi Banding untuk InspirasiPembangunan Berimbang di Tarakan, Kaltim

Page 33: pertemuan 6

Usulan Visi Pembangungan Kota

Terwujudnya kota-kota di Indonesia—termasuk kota-kota Jawa—yang nyaman (livable), berkelanjutan (sustainable), berkeadilan (just) bagi semua golongan masyarakat dan berperan sebagai pendorong (drivers) peningkatan kesejahteraan rakyat maupun pertumbuhan ekonomi regional/nasional