PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewTa- bel VI-3 dan Grafik VI-1 menunjukkan bahwa...

147
PERTANIAN DAN PENGAIRAN VI/1

Transcript of PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewTa- bel VI-3 dan Grafik VI-1 menunjukkan bahwa...

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

VI/1

B A B VI

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

A. PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian bertujuan meningkatkan produksi pertanian dan kesejahteraan para petani. Untuk mencapai tu-juan itu selama Repelita III ditempuh usaha-usaha intensifi-kasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Di sam-ping itu juga dilaksanakan pembinaan terhadap kegiatan-kegi-atan pemasaran bahan-bahan pertanian. Usaha-usaha itu selu-ruhnya dilaksanakan secara terpadu dengan usaha-usaha pemba-ngunan daerah, khususnya yang dilaksanakan di desa-desa. Usa-ha-usaha selama Repelita III dan khususnya yang dilakukan da- lam tahun ketiga Repelita III telah memberikan hasil-hasil sebagai yang akan diuraikan dalam bab ini selanjutnya. Secaraumum pelaksanaan pembangunan pertanian dalam tahun 1981/82 menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan.

Jumlah produksi beras yang dicapai dalam tahun ketiga Repelita III, yang berjumlah 22,288 juta ton, telah melampaui sasaran produksi beras tahun kelima Repelita III, yang ber-jumlah 20,574 juta ton. Jika laju kenaikan produksi beras berlangsung secara mantap seperti yang dialami akhir-akhir ini maka Indonesia akan segera mencapai tahap swasembada be-ras dalam periode Repelita III ini.

Pada Tabel VI-1 dapat dilihat bahwa dalam tahun 1981 pro-duksi beras mencapai 22,288 juta ton, atau 10,5% diatas tahun 1980, sedangkan produksi jagung meningkat dengan 16,5% dan kacang tanah dengan 7,4%, masing-masing dari 3.991 ribu ton dan 470 ribu ton pada tahun 1980 menjadi 4.648 ribu ton dan 505 ribu ton pada tahun 1981. Dalam pada itu, sebagai akibat adanya penurunan areal panen dan hasil rata-rata per ha, pro-duksi ubi kayu dan ubi jalar masing-masing menurun, sedangkan produksi kedele meningkat dengan 5,2%.

Produksi perikanan laut pada tahun 1981 turun sebesar 0,6% dibanding tahun 1980. Sebaliknya produksi perikanan da- rat naik dengan 5,9%.

Produksi daging, telur dan susu pada tahun 1981 masing-masing naik dengan 4,4%, 6,2% dan 10,2%.

VI/3

TABEL VI - 1

PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING,1978 - 1981

(ribu ton)Jenis hasil 1978 1979 19801) 19812)

1. Beras 17.525 17.872 20.163 22.288

2. Jagung 4.029 3.606 3.991 4.6483. Ubi kayu 12.902 13.751 13.726 13.6734. Ubi jalar 2.083 2.194 2.079 2.0345. Kedelai 617 680 653 6876. Kacang tanah 446 424 470 5057. Ikan laut 1.227 1.318 1.395 1.3878. Ikan darat 420 430 455 4829. Daging 475 486 571 596

10. Telur 151 164 259 27511. Susu3) 62 72 78 8612. Karet 884 898 1.002 1.04613. Kelapa sawit/

minyak 532 642 701 74814. Kelapa/kopra 1.575 1.582 1.759 1.81215. Inti sawit 94 108 126 13516. Kopi 223 228 285 29517. Teh 91 125 106 10918. Cengkeh 21,21) 35,21) 39,21) 40,219. Lada 46 47 37 3920. Tembakau 81 87 116 11821. Gula tebu 1.516 1.601 1.831 1.91322. Kapas 0,5 0,6 6 1023. Kayu jati4) 475 575 500 57824. Kayu rimba4) 30.619 25.852 21.240 15.37625. Kayu

gergajian4) 1.513 3.434 1.784 2.500

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Dalam juta liter4) Da1am ribu m3

VI/4

Produksi perkeounan pada tahun 1981 secara keseluruhan mengalami peningkatan. Komoditi-komoditi karet, kelapa sawit/ minyak, kelapa/kopra, inti aawit, kopi, gula tebu dan rempah-rempah, kecuali lada, semuanya terus meningkat. Sedangkan teh dan lada baru pada tahun 1981 ini mengalami kenaikan, masing-masing dengan 2,8% dan 5,4%.

Produksi hasil hutan akhir-akhir ini semakin bervariasi, baik dalam jenis, sortimen maupun tingkat pengolahannya. Pro-duksi kayu jati dan kayu gergajian dalam tahun 1981 masing-masing meningkat sebesar 15,6% dan 40,1%, sedangkan produksi kayu rimba menurun sebesar 27,6%.

Perkembangan volume ekapor bahan-bahan pertanian sebagai keseluruhan sampai dengan tahun 1981 dapat dilihat di Tabel VI-2. Tabel tersebut menunjukkan bahwa volume ekspor sebagian komoditi perkebunan pada tahun 1981 lebih tinggi dari tahun 1978. Jadi volume ekapor teh, kopi dan tembakau, misalnya ternyata maaing-maaing 29%, 0,6% dan 0,7% lebih tinggi dari ekspor tahun 1978.

Volume ekspor karet, minyak sawit, kopi dan tembakau pada tahun 1981 masing-masing menurun sebesar 8,3%, 62,3%, 6,3% dan 4,8%. Sebaliknya volume ekapor teh dan lada masing-masing meningkat dengan 4,9% dan 13,3%.

Ekspor hasil perikanan tahun 1981 secara keseluruhan me-ningkat baik volume maupun nilainya. Tabel VI-22. menunjukkan bahwa ikan segar masih merupakan komoditi ekspor yang terbe- sar, meliputi 33,8% dari volume ekspor perikanan, kemudian diikuti oleh komoditi udang segar/awetan yang meliputi 30,4%.

Ekspor ternak sapi ataupun kerbau sejak tahun 1979 tidak ada.

Harga komoditi palawija di dalam negeri pada tahun 1981 cukup tinggi, sehingga ekspornya pada tahun itu menurun, ke-cuali gaplek.

Dalam sub sektor pengairan dalam tahun 1981/82 telah di-laksanakan perbaikan dan peningkatan jaringan irigasi utama seluas 58.603 ha, pembangunan jaringan irigasi baru seluas63.268 ha serta pembukaan daerah rawa dan pasang surut ma-sing-masing seluas 16.557 ha dan 44.174 ha. Dalam rangka per- baikan peningkatan dan pembangunan jaringan irigasi pada ta- hun 1981/82 telah dilaksanakan penyempurnaan dan pembangunan

VI/5

jaringan tersier seluas 220.993 ha. Selain itu telah dilaksanakan pula kegiatan pengaturan dan pengamanan sungai sertapenanggulangan akibat bencana alam gunung berapi dalam rangka usaha pengamanan daerah pemukiman dan pusat-pusat produksi pangan. Kegiatan itu meliputi areal seluas 61.906 ha.

B. PERTANIAN PANGAN

Di atas telah dikemukakan bahwa peningkatan produksi per-tanian tanaman pangan dalam Repelita III dilaksanakan melalui intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi serta pembinaan terhadap pemasaran bahan-bahan pertanian. Da- lam usaha-usaha tersebut dilaksanakan kegiatan Bimbingan Massal (Bimas), penyuluhan, penyediaan benih Varietas Unggul Ta-han Wereng (VUTW) dan earana produksi yang lain, peningkatan pemberantasan hama penyakit tanaman, dan pencetakan sawah ba- ru serta pembinaan pertanian daerah transmigrasi.

1. Padi/Beras.

Dalam tahun 1981 produksi beras Indonesia mencapai 22.288 ribu ton atau 10,5% lebih besar dari produksi tahun 1980. Ta- bel VI-3 dan Grafik VI-1 menunjukkan bahwa produksi beras di Jawa dalam tahun itu meningkat sebesar 11,5% dan produksi diwilayah-wilayah luar Jawa meningkat sebesar 8,9%. Peningkat-an produksi tersebut, sebagai tampak dari Tabel VI-4 dan Grafik VI-2 disebabkan oleh meningkatnya luas areal padi danhasil rata-rata per ha. Areal panen padi tahun 1981 meningkat seluas 371 ribu ha, atau sebesar 4,1%, yaitu dari 9.005 ribu ha pada tahun 1980 menjadi 9.376 ribu ha pada tahun 1981. Sedangkan hasil rata-rata per ha tahun 1981 meningkat dengan1,7%, dari 2,34 ton per ha tahun 1980 menjadi 2,38 ton per ha tahun 1981.

Berdasarkan data perkembangan Neraca Bahan Makanan tahun 1977, di mana konsumsi beras per kapita per tahun adalah 120,85 kg dan laju pertumbuhan konsumsi beras per tahun ada- lah 1,7%, maka konsumsi beras per kapita tahun 1981 diperki-rakan mencapai 129,31 kg. Hasil Sensus Penduduk 1980 menun-jukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah 147,384 juta orang. Dengan laju pertumbuhan 2,32% per tahun diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 1981 adalah 149,595 juta orang. Dari data tersebut diperkirakan kebutuhan konsumsi beras masyarakat Indonesia tahun 1981 berjumlah 19,344 juta ton. Produksi bersih beras tahun 1982, setelahproduksi beras sejumlah 22,288 juta ton dikurangi 10% untuk benih dan susut penyimpanan dan pengangkutan, adalah 20,059

VI/6

TABEL VI - 2

VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TEAPEPTING,1978 - 1981

(ribu ton)

Jenis Produksi 1978 1979 1980 1981 2 )

1. Karet2. Minyak sawit Teh3. Teh4. Kopi5. Lada6. Tembakau7. Udang (seger dan

awetan)8. Ikan seger9. Ku l i t ternak10. Kayu ( jadi dan r imba 3 )11. Kayu gergaj ian 3 )12. Kayu lap is 3 )13. Jagung14. Kacang tanah15. Gaplek

918,2412,3

61,6222,8

38,027,332,613,9

4,820.262,0 1 )

756,070,021,1

2,2307,8

967,3437,8

65,9230,7

25,724,934,716,8

5,819.610,0 1 )

1.224,0117,0

7,80,4

166,8

976,9 1 )

434,375,8

239,430,928,931,9 1 )

31,3 1 )

3,314.327,0 1 )

1.193,0245,0

14,94,6

386,0

896,0163,8

79,5224,2

35,027,525,928,8

5,07.871,01.111,0

540,04,81,4

386,9

1) Angka diperbaik i2) Angka sementara3) Dalam ribu m3

TABEL VI - 2

PRODUKSI BERAS,1978 - 1981

(ribu ton)

Daerah 1978 1979 1980 2 ) 1981 2 )

Jawa

Luar Jawa

Indonesia

10.607

6.918

17.525

10.678

7.194

17.872

12.526

7.637

20.163

13.971

8.317

22.288

1) Angka diperbaik i2) Angka sementara

VI/7

GRAFIK VI – 1PRODUKSI BERAS1978 - 1981

VI/8

juta ton. Hal ini berarti bahwa sisa yang tersedia untuk me-nambah cadangan berjumlah 715,0 ribu ton. Tambahan tersebut ternyata belum mencukupi untuk cadangan keamanan pangan se- besar 20% dari jumlah konsumsi beras setahun.

Peningkatan hasil rata-rata per ha yang terjadi dalam ta- hun 1981 terutama disebabkan oleh curah hujan yang memadai, dilaksanakannya intensifikasi khusus (Insus) dan bertambah luasnya penggunaan benih Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW), pupuk dan pestisida.

Di Jawa hasil rata-rata beras per ha meningkat dari 2,62 ton.pada tahun 1980 menjadi.2,77 ton pada tahun 1981, sedang-kan di luar Jawa meningkat dari 1,81 ton menjadi 1,92 ton. Tabel VI-5 dan Grafik VI-3 memperlihatkan perkembangan hasil rata-rata beras per ha selama tahun-tahun 1978-1981.

Intensifikasi merupakan salah satu program peningkatan produksi padi (beras) yang setiap tahun ditingkatkan baik lu- as-maupun mutunya. Pada Tabel VI-6 dan Grafik VI-4 dapat di-lihat perkembangan luas panen intensifikasi tanaman padi. Lu- as panen intensifikasi pada tahun 1981 meningkat 7,4%, yaitu dari 5.516 ribu ha pada tahun 1980 menjadi 5.925 ribu ha pada tahun 1981.

Kenaikan luas panen intensifikasi tersebut di atas terja- di karena adanya peningkatan areal Inmas. Luas panen Bimas dalam kedua tahun itu menurun sebesar 7,8%, yaitu dari 1.374ribu ha pada tahun 1980 menjadi 1.267 ribu ha pada tahun1981. Bersamaan dengan itu luas Inmas naik 12,4%, dari 4.142ribu ha menjadi 4.658 ribu ha.

Untuk meningkatkan mutu intensifikasi pada Musim Tanam 1979 telah diperkenalkan Intensifikasi Khusus (Insus). Insus ini merupakan kegiatan intensifikasi yang dilakukan secara berkelompok oleh para petani yang letak sawahnya sehamparan dengan tujuan menlanfaatkan potensi lahan dengan produktivitas yang setinggi-tingginya.

Agar dapat mencapai hasil padi yang mendekati tingkat produktivitas yang setinggi-tingginya di setiap lahan, Inten-sifikasi Khusus diusahakan di atas lahan usaha tani yang pengairannya teratur dan prasarananya memadai bagi pelaksana- an peningkatan mutu intensifikasi secara masal.

Luas panen Insus tahun 1981, yang meliputi MT 1980/81 dan MT 1981, mencapai 1.710 ribu ha.

VI/9

TABEL VI – 4LUAS PANEN PADI

1978 – 1981(ribu ha)

Daerah 1978 1979 1981 2 ) 1981 2 )

Jawa

Luar Jawa

Indonesia

4.750

4.176

8.929

4.628

4.175

8.803

4.777

4.228

9.005

5.047

4.329

9.376

1) Angka diperbaik i2) Angka sementara

TABEL VI – 4HASIL RATA-RATA BERAS PER HA

1978 – 1981(ton)

Daerah 1978 1979 1981 2 ) 1981 2 )

Jawa

Luar Jawa

Indonesia

2,23

1,66

1,96

2,31

1,72

2,03

2,62

1,81

2,34

2,77

1,92

2,38

1) Angka diperbaik i2) Angka sementara

VI/10

GRAFIK VI – 2LUAS PANEN PADI

1978 - 1981

VI/11

GRAFIK VI – 3HASIL RATA-RATA BERAS PER HA,

1978 - 1981

VI/12

TABEL VI - 6LUAS PANEN INTENSIFIKASI PADI,

1978 - 1981(ribu ha)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Intensifikasi khusus

VI/13

GRAFIK VI – 4LUAS PANEN INTENSIFIKASI PADI

1978 – 1981

VI/14

(Lanjutan Grafik VI – 4)

VI/15

Untuk mengatasi masalah pangan di daerah-daerah yang ter-isolir telah dilaksanakan Operasi Khusus. Tujuan operasi khu- sus adalah meningkatkan koordinasi dan kegiatan peningkatan produksi pangan di daerah-daerah terisolir yang mempunyai potensi produksi pangan yang cukup tinggi.

Operasi khusus pertama kali dilaksanakan pada musim tanam 1980/81 di Nusa Tenggara Barat dengan luas areal 26.872 ha. Dalam musim tanam 1981 pelaksanaannya diperluas sehingga me-liputi propinsi-propinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Sumatera Selatan dan seluruhnya meliputi areal seluas 156.768 ha, terdiri dari tanaman padi dan palawija.

Selanjutnya, dalam musim tanam 1981/82 pelaksanaan opera- si khusus diperluas lagi sehingga meliputi propinsi-propinsi Nusa Tenggata Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Lampung, Bengkulu, Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Timor Timur dengan luas areal yang seluruhnya meliputi 453.023 ha.

Keadaan iklim selama tahun 1978 - 1981 sangat membantu usaha peningkatan produksi pangan. Akan tetapi masalah hama dan penyakit masih tetap merupakan tantangan. Tingkat keru-sakan padi sawah di Jawa dan Madura dalam tahun 1978 menca-pai sekitar 3,6%, meliputi areal seluas 135.453 ha. Dalamtahun 1979 kerusakan itu meningkat menjadi 7,1% dan meliputi areal seluas 273.245 ha. Dalam tahun 1980 tingkat kerusakan tersebut dapat ditekan menjadi 2,5%., luas areal yang terkena 101.238 ha. Dalam tahun 1981 tingkat kerusakan padi sawah da- pat ditekan lagi menjadi 1,2%, meliputi areal seluas 50.821 ha. Hama yang masih banyak mengganggu adalah wereng dan tikus.

Tabel VI-7 dan Grafik VI-5 menunjukkan perkembangan luas panen dan kerusakan padi sawah di Jawa dan Madura yang terjadi dalam bulan-bulan Januari-Agustus selama 4 tahun yang lalu.

Hasil beras rata-rata per ha sawah intensifikasi pada ta-hun 1981 mencapai 2,97 ton, 10,8% di atas tahun 1980. Pada tahun itu hasil beras rata-rata per ha sawah Insus mencapai 3,30 ton. Perkembangan hasil beras rata-rata sawah intensifi-kasi selama tahun 1978-1981 dapat dilihat pada Tabel VI-8 danGrafik VI-6.

Meningkatnya hasil rata-rata intensifikasi beras dalam tahun 1981 disebabkan oleh adanya usaha Insus, meningkatnya hasil guna atau efektivitas pengairan, meningkatnya kegiatan

VI/16

TABEL VI - 7LUAS PANEN DAN KERUSAKAN PADI SAWAH DI JAIiA DAN MADURA

(JANUARI s/d AGUSTUS),1978 - 1981

(ha)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

TABEL VI – 8HASIL RATA-RATA BERAS PROGRAM INTENSIFIKASI

1978 – 1981(ton per ha)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Intensifikasi khusus

VI/17

GRAFIK VI - 5LUAS PANEN DAN KERUSAKAN PADI SAWAH DI JAWA DAN MADURA

(JANUARI S/D AGUSTUS),1978 – 1981

VI/18

GRAFIK VI - 6HASIL RATA-RATA BERAS PROGRAM INTENSIFIKASI

1978 – 1981

VI/19

penyuluhan, penyediaan kredit dan penyediaan sarana pertani- an. Di samping itu peningkatan hasil rata-rata tersebut juga disebabkan oleh adanya jaminan harga hasil yang wajar sebagai berkat adanya kebijaksanaan harga dasar.

Dengan adanya penyelenggaraan kursus tani, demonstrasi plot, demonstrasi farm, siaran pertanian melalui radio, tele-visi, slide/film Serta penyebaran informasi pertanian dan di-laksanakannya pembangunan 378 unit Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Sampai akhir tahun 1981 kegiatan penyuluhan pertanian telah meningkat. Selanjutnya baik jumlah maupun mutu petugas penyuluh pertanian (PPL) terus ditingkatkan. Untuk melakSana- kan kegiatan Penyuluhan Pertanian Tanaman Pangan dalam tahun 1981/82 telah tersedia di tingkat Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) sebanyak 10.797 orang Penyuluh Pertanian La- pangan (PPL) dan 2.445 orang Penyuluh Pertanian Madya (PPM) di tingkat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) serta Penyuluh Pertanian Spesialis (PPS) sebanyak 494 orang.

Dalam rangka pelaksanaan metode latihan dan kunjungan (Laku)seorang PPL bertugas mengunjungi kelompok petani sekali 2 minggu secara teratur. Dengan metode itu seorang PPL diper- hitungkan dapat membina 16 kelompok tani/kontak tani yang masing-masing meliputi 160-320 orang petani maju. Selanjutnya masing-masing petani maju diharapkan akan dapat mempengaruhi sekitar 1.000 kepala keluarga tani lainnya.

Dalam kegiatan penyuluhan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) mempunyai peranan yang sangat penting. Di samping Seba-gai tempat bertemu PPL, BPP juga berfungsi sebagai tempat kursus tani, tempat mengembangkan kepemimpinan kontak tani, tempat latihan pamong desa dan kegiatan lainnya. Pembangunan BPP pada tahun 1981/82 di 26 propinsi direncanakan sebanyak 645 uni t .

Sebagai ternyata dari Tabel VI-9, dalam tahun 1981 peng-gunaan pupuk secara keseluruhan meningkat sebesar 22,6%. Se-makin meningkatnya penggunaan pupuk dalam sub sektor Tanaman Pangan menunjukkan bahwa kesadaran petani akan manfaat pupuk semakin besar. Kenaikan penggunaan pupuk dalam tahun 1981 terutama didorong oleh peningkatan mutu intensifikasi berkat adanya program intensifikasi khusus. Para petani peserta pro- gram itu telah menggunakan dosis penggunaan pupuk sesuai de- ngan yang direkomendasikan.

Penggunaan pestisida, khususnya penggunaan fungisida, se-lama tahun ketiga Repelita III juga meningkat. Meningkatnya

VI/20

penggunaan pestisida disebabkan oleh terjadinya serangan hama tikus di berbagai wilayah tertentu. Kecuali hama tikus dan wereng coklat, di beberapa daerah seperti di Bali, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara dalam tahun 1981/82 terjadi pening- katan hama wereng hijau dan tungro.

Kebijaksanaan penting dalam Perlindungan Tanaman Pangan antara lain meliputi pemberantasan hama/penyakit tanaman de- ngan memanfaatkan semua cara pemberantasan secara terpadu. Cara-cara yang dapat dimanfaatkan itu meliputi pemberantasan secara biologi, pemberantasan dengan menggunakan pestisida dan pelaksanaan tata tanam yang dapat menekan populasi hama sampai pada tingkat yang serendah-rendahnya.

Pengendalian wereng coklat terutama diusahakan dengan pe-nanaman padi VUTW (PB-26, PB-28, PB-29, PB-30, PB-34, Asahan, Citarum, Serayu dan Brantas) di daerah serangan wereng coklat biotype-1 dan daerah serangan baru dan penanaman padi VUTW-2 (PB-32, PB-36 dan PB-38) di daerah serangan wereng coklat biotype-2.

2. Palawija dan Hortikultura

Pada umumnya di daerah-daerah yang tidak mempunyai pe-ngairan, produksi palawija dan hortikultura merupakan tanaman utama sehingga dengan demikian bagi para petani di daerah itu menjadi sumber pendapatan utama. Sedangkan di daerah-daerah yang sudah berpengairan, produksi palawija dan hortikultura dilakukan dalam rangka pelaksanaan diversifikasi pertanaman yang memberikan beberapa manfaat. Pertama, meningkatkan daya guna air. Kedua, menekan perkembangan hama/penyakit secara biologis; dan, ketiga, dapat membantu petani dalam memantap- kan penghasilannya sepanjang tahun.

Pada tahun 1981, berkat adanya kenaikan baik dalam luas areal panen maupun dalam hasil rata-rata per ha, sebagian be- sar produksi palawija meningkat. Kenaikan luas panen dan ha- sil rata-rata per ha itu disebabkan oleh semakin baiknya pe-manfaatan cara pemberantasan hama penyakit palawija jenis tertentu di berbagai daerah dan berkat adanya jaminan pasaran.

Perkembangan produksi, hasil rata-rata per ha dan luas panen palawija dapat dilihat pada Tabel VI-11 dan Grafik VI-7 serta Tabel VI-12 dan Grafik VI-8. Dari tabel tersebut ter-nyata bahwa produksi ubi kayu, misalnya, naik sebesar 2,9%, dari 13.726 ribu ton tahun 1980 menjadi 14.128 ribu ton tahun 1981; ubi jalar naik 7,8% dari 2.079 ribu ton menjadi 2.242

VI/21

TABEL VI - 9

PENGGUNAAN PUPUK DI PROGRAM TANAMAN PANGAN,1978 - 1981(ton zat hara)

Jenis Pupuk 1978 1979 19811) 19822)

N 478.905 550.923 787.324 936.968

P205 126.905 129.956 210.900 291.699

K20 11.76g 17.869 13.916 11.912

Jumlah: 617.579 698.748 1.012.230 1.240.579

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

TABEL VI - 10

PENGGUNAAN INSEKTISIDA, RODENTISIDA, FUNGISIDA DAN LAIN-LAIN

DI PROGRAM TANAMAN PANGAN,1978 - 1981

(ton)

Jenis pembasmi hama 1978 1979 1980 19813)

Insektisida 4.615,0 4.191,1 6.386,92) 8.943,2

Rodentisida 121,0 79,0 78,1 107,5

Fungisida 1)696,6 611,8 463,5 1.273,1

Lain-lain 150,6 268,3 363,4 -

1) Dalam kiloliter 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

VI/22

TABEL VI – 11

PRODUKSI DAN HASIL RATA-RATA BEBERAPA JENIS PALAWIJA1978 – 1981

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Kwintal/ha

VI/23

GRAFIK VI – 7PRODUKSI RATA-RATA BEBERAPA JENIS PALAWIJA

1978 – 1981

VI/24

(Lanjutan Grafik VI – 7)

VI/25

(Lanjutan Grafik VI – 7)

VI/26

TABEL VI - 12

LUAS PANEN PALAWIJA,1978 – 1981(ribu ha)

Jenis palawija 1978 1979 19801) 19812)

Jagung 3.025 2.594 2.735 2.786Ubi kayu 1.383 1.439 1412 1.396Ubi jalar 301 287 276 287Kacang tanah 506 473 506 510Kedelai 733 784 732 837

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

TABEL VI – 13

LUAS PANEN DAN PRODUKSI HORTIKULTURA,1978 - 1981

Uraian Satuan 1978 1979 19801) 19812)

Luas panen:Sayuran Ribu ha 642 660 673 686Buah-buahan Ribu ha 436 529 541 557

ProduksiSayuran Ribu ton 1.927 1.861 2.127 2.221Buah-buahan Ribu ton 2.709 3.512 4.206 3.874

Hasil rata-rataSayuran Kw/ha3) 30,00 28,20 31,80 32,38Buah-buahan Kw/ha 62,13 66,40 77,74 69,55

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara 3) Kwintal/ha

VI/27

GRAFIK VI – 8LUAS PANEN PALAWIJA

1978 – 1981

VI/28

(Lanjutan Grafik VI – 8)

VI/29

GRAFIK VI – 9LUAS PANEN DAN PRODUKSI HORTIKULTURA

1978 - 1981

VI/30

(Lanjutan Grafik VI – 9)

VI/31

ribu ton; dan produksi kedelai naik sebesar 19,1%, yaitu dari 653 ribu ton menjadi 778 ribu ton. Produksi jagung dan kacang tanah dalam tahun 1981 juga meningkat masing-masing sebesar 1,9% dan 7,0%.

Kenaikan produksi palawija merupakan akibat dari mening-katnya luas panen dan hasil rata-rata per ha yang terjadi an-tara lain berkat adanya rangsangan harga yang memadai di ba-nyak daerah.

Luas panen jagung, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai pada tahun 1981 masing-masing naik sebesar 1,9%, 3,9%, 0,8% dan 14,3% sedangkan luas panen ubi kayu sebagai akibat ada- nya sedikit gangguan hama penyakit dan iklim telah menurun dengan 1,1%.

Usaha pembinaan dan pengembangan produksi palawija masih terus digiatkan melalui

(a) Pembinaan Pengelolaan Pusat Pengembangan Pertanian Pala-wija;

(b) Pembinaan daerah yang telah melaksanakan Bimas/Inmas Pa-lawija; dan

(c) Penyebaran Varietas Unggul Palawija.

Dalam Repelita III usaha pengembangan produksi hortikul- tura ditekankan pada pengembangan buah-buahan dan sayuran di sekitar kota-kota. Penekanan itu didaaarkan atas pertimbangan bahwa pemasaran sayur-sayuran dan buah-buahan di sekitar kota akan lebih lancar sehingga petani yang bersangkutan akan langsung dapat menikmati keuntungan dari hasil pengembangan yang diselenggarakan.

Dalam Tabel VI-13 dan Grafik VI -9 dapat dilihat luas pa- nen, produksi dan hasil rata-rata hortikultura dalam tahun- tahun 1978-1981. Dari tabel tersebut ternyata bahwa luas pa- nen sayur-sayuran dalam tahun 1981 mengalami kenaikan sebesar 1,9% dan luas panen buah-buahan mengalami kenaikan sebesar 2,9%. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa produksi sayur-sayuran pada tahun 1981 meningkat sebesar 4,4%. Seba-liknya produksi buah-buahan menurun dengan 7,9%. Penurunan itu diakibatkan oleh adanya berbagai gangguan hama dan penya-kit.

Haail rata-rata sayuran naik 1,8% dari 31,80 kw/ha tahun 1980 menjadi 32,38 kw/ha tahun 1981. Sedangkan hasil rata-

VI/32

rata buah-buahan menurun sebesar 10,5% dari 77,74 kw/ha padatahun 1980 menjadi 69,55 kw/ha pada tahun 1981.

C. PETERNAKAN

Usaha peningkatan produksi peternakan pada tahun ketiga Repelita III tetap dititik beratkan pada usaha peningkatan kegiatan-kegiatan pengamanan ternak, pengembangan usaha pro- duksi dan distribusi ransuman serta obat-obatan, dan pening- katan kegiatan penyuluhan bagi para peternak. Langkah-langkah tersebut bertujuan meningkatkan populasi ternak, mempertinggi pendapatan para peternak dan memperluas kesempatan kerja.

Perkembangan populasi ternak sejak permulaan Repelita III sampai dengan tahun 1981/82 dapat dilihat dari Tabel VI-14 dan Grafik VI -10. Dari tabel tersebut tampak bahwa semua jenis ternak, kecuali kambing dan kuda, populasinya mening- kat. Sedang populasi kambing dan kuda pada tahun 1979 masih menurun. Dari tabel tersebut juga tampak bahwa populasi ayam ras pedaging/broiler, yang telah bertambah dari 25.462 ribu ekor pada tahun 1980 menjadi 28.110 ribu ekor pada tahun 1981, telah meningkat dengan prosentase yang terbesar, yaitu 10,4%.

Usaha-usaha pengembangan ayam ras petelur dan pedaging terasa sangat berhasil dengan adanya Bimas. Keberhasilan itu lebih terasa lagi dengan telah diterbitkannya Keppres No.50 Tahun 1981 yang menetapkan jumlah ternak maksimal yang diper-kenankan dalam satu usaha peternakan. Dengan adanya ketetapan itu diharapkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya akan berlangsung lebih cepat.

Usaha untuk meningkatkan populasi ternak meliputi lang- kah-langkah yang dimaksudkan untuk meningkatkan kelahiran, menekan kematian dan mengendalikan pemotongan, terutama pemo-tongan ternak betina. Langkah-langkah itu disertai kebijak- sanaan impor ternak bibit dan penyebaran/pemindahan ternak ke daerah transmigrasi dan pembinaan hijauan makanan ternak. Di samping itu telah diusahakan pula untuk meningkatkan ketram-pilan petugas pemerintah pengelola peternakan, baik pusat maupun daerah, dan ketrampilan para petani peternak.

Perkembangan produksi daging, susu dan telur selama ta- hun-tahun 1978-1981 dapat dilihat dalam Tabel VI-15 dan Grafik VI-11. Dari tabel tersebut tampak bahwa produksi da-ging, telur dan susu pada tahun 1981 masing-masing meningkat

VI/33TABEL VI - 14

POPULASI TERNAK,1978 - 1981(ribu ekor)

Jenis Ternak 1978 1979 19801) 19812)

1. Sapi 6.330 6.362 6.440 6.5162. Sapi perah 93 94 103 1133. Kerbau 2.312 2.432 2.457 2.4884. Kambing 8.051 7.659 7.691 7.7905. Domba 3.611 4.071 4.124 4.1776. Babi 2.902 3.183 3.155 3.3647. Kuda 615 596 616 6378. Ayam Kampung 108.916 114.350 126.310 132.8789. Ayam Ras petelur 6.071 7.007 22.940 24.56810. Ayam Ras

pedaging/broiler - - 25.462 28.11011. Itik 17.541 18.089 21.078 22.426

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

TABEL VI - 15PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU,

1978 – 1981

Jenis Produksi Satuan 1978 1979 19801) 19812)

Daging ribu ton 475 486 571 596

Telur ribu ton 151 164 259 275

Susu juta liter 62 72 78 86

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

VI/34

GRAFIK VI – 10POPULASI TERNAK

1978 - 1981

VI/35

(Lanjutan Grafik VI – 10)

VI/36

(Lanjutan Grafik VI – 10)

VI/37

GRAFIK VI – 11PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU,

1978 - 1981

VI/38

secara berarti, yaitu 4,4%, 6,2% dan 10,2%. Kenaikan itu an-tara lain disebabkan oleh makin meningkatnya permintaan akan ketiga jenis komoditi tersebut, sebagai akibat meningkatnyadaya beli masyarakat pada umumnya. Peningkatan produksi susu terutama disebabkan oleh terjadinya pertambahan populasi sapi perah.

Bagian terbesar dari seluruh daging yang dihasilkan dalam negeri merupakan daging sapi. Bagian terbesar dari telur yang dihasilkan, yang seluruhnya terdiri dari telur itik, telurayam kampung dan telur ayam ras, terdiri atas telur ayam kam-pung.

Usaha-usaha peningkatan produksi ternak dijalankan mela- lui kegiatan-kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi dan di-versifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan jalan Panca Usaha Ternak Potong (PUTP), Bimas Ayam, Pengembangan Usaha Sapi Perah (PUSP) dan melalui "Rural Credit Project" (RCP). Usaha- usaha tersebut dilaksanakan dengan jalan menyediakan paketkredit bagi para peternak. Paket kredit itu diberikan dalambentuk bibit, makanan ternak, obat-obatan dan sebagian kecil berupa uang tunai. Kredit diberikan dengan syarat ringan dankepada para penerimanya juga diberikan bimbingan dalam pe-ngelolaan ternak dan dalam pemasaran hasilnya.

Usaha diversifikasi diwujudkan dalam bentuk dorongan un-

tuk mengusahakan peternak yang lain daripada yang telah di-tangani secara khusus, seperti Bimas Broiler. Apabila berha-s i l d i v e r s i f i k a s i j u g a a k a n m e m b a n t u m e n i n g k a t k a n persediaan hasil ternak.

Ekstensifikasi diusahakan di daerah-daerah yang masih ja-rang penduduknya. Usaha itu terutama dilaksanakan berkaitandengan pengembangan daerah-daerah transmigrasi dan pemukiman kembali. Ekstensifikasi mempunyai peranan yang besar dalam rangka peningkatan populasi ternak dan peningkatan produksi hasil-hasilnya.

Dalam tahun-tahun 1978-1981 penyediaan sarana penyuluhan,seperti tenaga penyuluh, vaksinator dan inseminator juga di-tingkatkan. Perkembangan jumlah tenaga penyuluh, vaksinatordan inseminator tahun-tahun 1978-1981 dapat dilihat padaTabel VI-16 dan Grafik VI-12.IPada tahun 1981 jumlah tenaga PPL dan demonstrator telah ditingkatkan lagi sehingga menjadi 936 orang dan tenaga laboratorium diagnostik menjadi 312orang. Penambahan jumlah tenaga tersebut dimaksudkan agar usaha untuk meningkatkan produksi ternak dengan memanfaatkan

VI/39

faktor-faktor produksi dan tehnologi, seperti kawin buatan/ kawin suntik, dapat lebih berhasil guna. Jumlah kader peter- nak dan vaksinator sejak tahun 1979 tidak ditambah karena te- lah dianggap cukup. Sedangkan jumlah SMS/PPS dan inseminator masing-masing ditingkatkan menjadi 368 orang dan 391 orang.

Sejalan dengan usaha-usaha tersebut di atas, dalam tahuntahun yang lalu juga dilakukan distribusi bibit ternak dengan sistem kredit. Pada tahun 1981 sebagaimana tampak dari Tabel VI-17 dan Grafik VI-13, telah didistribusikan sebanyak 39.045 ekor bibit sapi, 2.946 ekor bibit kerbau, 2.471 ekor bibit kambing/domba, 2.000 ekor bibit kuda dan 275 ekor bibit babi.

Peningkatan kelahiran terutama diusahakan dengan memper-giat pelaksanaan inseminasi buatan (IB) dan pbnyediaan pejan- tan dengan mutu genetik ~yang lebih tinggi. Dalam hubungan itu dalam tahun 1981/82 telah didistribusikan sebanyak 250.339 dosis frozen semen untuk inseminasi.

Volume ekspor ternak dalam beberapa tahun yang lalu terus menurun dengan cukilp pesat; bahkan ekspor ternak kerbau sejak tahun 1978 dan sapi sejak tahun 1979 tidak ada lagi. Penuru-nan ekspor tersebut antara lain juga disebabkan oleh mening-katnya permintaan daging di dalam negeri.

Volume ekspor kulit kerbau dalam tahun 1981 berkurang de-ngan 85,5% dan ekspor tulang dan tanduk merosot 14%. Sebalik- nya volume ekspor kulit sapi, kulit kambing dan kulit domba pada tahun itu masing-masing meningkat sebesar 54,8%, 52,5% dan 39,0%.

Penurunan ekspor kulit kerbau, tulang dan tanduk tersebut disebabkan antara lain oleh meningkatnaa permintaan kulit dan tulang di dalam negeri. Peningkatan permintaan akan hasil-hasil ternak disebabkan oleh berkembangnya industri kerajinan kulit di dalam negeri.

Perincian mengenai volume ekspor ternak dan hasil ternak tersebut dapat dilihat dari Tabel VI-18.

D. PERIKANAN

Dalam Repelita III telah tertuang bahwa pembangunan perikanan ditekankan pada pengembangan perikanan rakyat dengan tujuan meningkatkan pendapatan para nelayan/petani ikan, memperluaa kesempatan kerja, mempertinggi produksi demi pening-

VI/40

TABEL VI - 16

JUMLAH TENAGA PENYULUH, INSEMINATOR DAN VAKSINATOR,1978 - 1981(orang)

Jenis Tenaga 1978 1979 1980 19812)

1. SMS/PPS1) 248 348 348368

2. PPL & demonstrator 463 655 804 9363. Kader Peternak 2.694 2.754 2.754 2.7544. Inseminator 295 335 335 3915. Laboratorium

Diagnostik 205 205 260 3126. Vaksinator 1.130 1.130 1.130 1.130

1) SMS/PPS = Subject Matter Specialist/ Penyuluh Peternakan Spesialis

2) Angka sementara

TABEL VI - 17

PENYEBARAN BIBIT TERNAK,1978 - 1981

(ekor)

Jenis Ternak 1978 1979 19801) 19812)

1. Sapi 14.812 18.471 29.167 39.0452. Kerbau 1.665 1.335 2.759 2.9463. Kambing/Domba 905 821 2.188 2.4714. Kuda - 2.122 2.272 2.0005. Babi - 140 395 275

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

VI/41

GRAFIK VI – 12JUMLAH TENAGA PENYULUH, INSEMINATOR DAN VAKSINATOR

1978 - 1981

VI/42

(Lanjutan Grafik VI – 12)

VI/43

GRAFIK VI – 13PENYEBARAN BIBIT TERNAK

1978 – 1981

VI/44

(Lanjutan Grafik VI – 13)

VI/45

katan mutu gizi pola konsumsi pangan rakyat dan untuk mening- katkan ekspor.

Untuk menunjang peningkatan usaha perikanan rakyat, dalam tahun-tahun yang lalu telah dibangun dan direhabilitasikan sejumlah pelabuhan perikanan untuk berlabuh dan memasarkan hasil bagi perahu kapal nelayan. Sampai dengan tahun 1981 te-lah dibangun pelabuhan perikanan sebanyak 24 buah. Di samping itu juga telah dibangun dan atau direhabilitasikan pangkalan pendaratan ikan (PPI) sebanyak 144 buah. Dari sebanyak 24 pe-labuhan perikanan yang dibangun tersebut sebuah merupakan pe- labuhan perikanan samudera, 2 buah pelabuhan perikanan Nusan- tara dan lain-lainnya pelabuhan perikanan pantai. Pelabuhan perikanan juga merupakan tempat penyelenggaraan penyuluhan bagi para nelayan.

Dalam rangka mengembangkan budidaya perikanan, khususnya budidaya tambak, sampai tahun 1981 telah dibangun dan atau direhabilitasikan saluran tambak, yang seluruhnya meliputi 465,5 km, di daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Sebagai akibat diusahakannya peningkatan produksi melalui intensifikasi dan ekatensifikasi kebutuhan akan benih perikan an selama ini setiap tahun bertambah.

Kebutuhan akan sarana lain, seperti cold storage, freezer dan truk-truk pendingin yang diperlukan dalam rangka pemasar- an ikan segar antar pulau, umumnya dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan milik negara. Perusahaan-perusahaan tersebut, di samping berusaha dalam bidang produksi dan pemasaran hasil produksinya sendiri, juga berkewajiban membantu pengembangan usaha perikanan rakyat di daerah sekitarnya, terutama dengan membantu pengembangan teknologi produksi dan pemasaran hasil perikanan rakyat.

Untuk membantu permodalan para nelayan pada tahun 1978/79 disediakan plafon KIK/KMKP sebesar Rp.4.898.800.000,-. Dari plafon yang disediakan itu sampai tahun 1981 telah terealisa- sikan sebesar Rp. 1.097.120.000,- atau 22,39%.

Di samping KIK/KMKP tersebut untuk para petani tambak di Jawa dan Sulawesi Selatan dan untuk petani kolam di Jawa Barat disediakan juga kredit yang berasal dari proyek perkre-ditan pedesaan. Kredit itu, yang akan disalurkan melalui BRI, juga disediakan untuk motorisasi perahu layar dan pembangunan pabrik es.

VI/46

TABEL VI - 18

VOLUME EKSPOR HASIL - HASIL TERNAK,1978 - 1981

(ton)

Jenis Hasil Ternak 1978 1979 1980 1981*)

Kulit :

Sapi 1.410,3 2.147,9 402,2 622,6Kerbau 120,6 144,2 19,3 2,8Kambing 2.294,1 2.602,7 2.332,6 3.558,0Domba 1.007,6 893,7 564,1 784,3

Tulang & Tanduk 7.879,0 9.201,4 5.190,1 4.460,8

*) Angka sementara

TABEL VI – 19PRODUKSI PERIKANAN,

1978 – 1981(ribu ton)

Jenis Hasil 1979 19801) 19812)

Ikan Laut 1.318 1.395 1.387

Ikan Darat 430 455 482

Jumlah : 1.748 1.850 1.869

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

VI/47

GRAFIK VI – 14PRODUKSI PERIKANAN

1978 – 1981

VI/48

Untuk melindungi kegiatan para nelayan tradisional terha- dap saingan yang tidak seimbang, sejak Repelita II telah dia-dakan pembagian daerah wilayah penangkapan ikan dan ketentuan-ketentuan lain untuk membatasi kegiatan pengusaha perikan- an modern. Tetapi para pengusaha kapal trawl masih sering memasuki daerah penangkapan yang diperuntukkan bagi para ne- layan tradisional. Pelanggaran seperti itu merugikan nelayan tradisional dan kadang-kadang menyebabkan timbulnya ketega- ngan-ketegangan. Demikianlah maka pada tahun 1980 telah dike-luarkan dan sejak itu dilaksanakan Keppres No. 39 Tahun 1980 yang bertujuan membatasi kegiatan kapal trawl. Pokok-pokok isi Keppres tersebut terutama ialah:

a. Mulai tanggal 1 Oktober 1980 semua kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan jaring trawl di perairan laut yang mengelilingi pulau-pulau Jawa dan Bali dilarang;

b. Kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl yang ber-domisili dan beroperasi di sekitar pulau Sumatera mulai tanggal 1 Januari 1981 dilarang beroperasi; dan

c. Mulai tanggal 1 Oktober 1980 di perairan di luar yang tersebut di a. dan b. di atas jumlah kapal perikanan yang menggunakan jaring trawl dikurangi sehingga sampai dengan tanggal 1 Juli 1980 jumlah seluruhuya tinggal 1.000 buah.

Produksi perikanan secara keseluruhan dalam tahun-tahun 1980-1981 hanya mengalami kenaikan sebesar 1%, dari 1.850 ribu ton menjadi 1.869 ribu ton. Kenaikan itu relatip kecil sebab dalam tahun-tahun itu produksi perikanan laut menurun dengan 0,6%, yaitu dari 1.395 ribu ton menjadi 1.387 ribu ton. Penurunan itu terjadi karena usaha motorisasi kapal per-ikanan dengan menggunakan alat bukan trawl dalam tahun-tahun itu belum dapat mengimbangi pengurangan produksi yang terjadi sebagai akibat penurunan hasil tangkapan kapal trawl. Dalam tahun-tahun tersebut produksi perikanan darat naik 5,9%, yai- tu dari 455 ribu ton menjadi 482 ribu ton.

Perkembangan produksi perikanan dapat diperiksa pada Ta- bel VI-19 dan Grafik VI-14.

Dalam usaha meningkatkan pendapatan para nelayan dan pro-duksi perikanan laut selama ini juga diusahakan agar penggu- naan perahu/kapal motor serta penggunaan alat-alat penangkap yang lebih produktip oleh para nelayan meningkat. Demikian- lah, maka sampai dengan tahun 1981 jumlah perahu/kapal motor terus bertambah. Dan dalam tahun itu jumlah perahu/kapal mo-

VI/49

tor telah meningkat dengan 8%, yaitu dari 44.990 buah padatahun 1980 menjadi 48.600 buah. Bersamaan dengan itu, seperti terlihat pada Tabel VI - 20, jumlah perahu tanpa motor turun sebesar 0,5%, dari 226.856 buah menjadi 225.600 buah. Mening-katnya penggunaan perahu motor oleh para nelayan sebagian be- sar disebabkan oleh meningkatnya penggunaan perahu motor tem- pel, sabagai hasil kebijaksanaan modernisasi bertahap.

Seperti telah dikemukakan di atas produksi perikanan da- rat secara keseluruhan pada tahun 1981 meningkat sebesar 5,9%. Kenaikan itu terjadi kareria produksi perairan umum me-ningkat. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya dalam tahun 1981 produksi perairan umum meningkat sebesar 2,7%, yaitu da- ri 255 ribu ton menjadi 262 ribu ton, sedang produksi peri-kanan budidaya meningkat sebesar 10%, yaitu dari 200 ribu ton menjadi 220 ribu ton. Perkembangan produksi perikanan darat dapat dilihat pada Tabel VI - 21.

Dalam periode tiga tahun Repelita III produktivitas peri-kanan laut rata-rata hanya meningkat dengan 0,7% per tahun, yaitu dari 4,9 ton per perahu/kapal pada tahun 1978 menjadi 5ton per perahu/kapal pada tahun 1981.

Ekspor hasil perikanan pada tahun 1981 mencapai 85.110 ton. Ini berarti bahwa, dibanding dengan tahun sebelumnya, pada tahun 1981 ada kenaikan volume ekspor sebesar 8,1%.

Dalam tahun 1981 ikan segar juga merupakan komoditi eks- por utama, meliputi 33,9% dari seluruh volume ekspor hasil-hasil perikanan. Tempat kedua diduduki oleh udang segar/ awetan yang meliputi 30,4% dari seluruh volume ekspor hasil-hasil perikanan. Perkembangan ekspor hasil perikanan dapat dilihat pada Tabel VI-22 dan Grafik VI-15.

Seperti dapat diikuti pada Tabel VI - 22, naiknya volume ekspor hasil-hasil perikanan dalam tahun 1981 terutama dise-babkan oleh kenaikan volume ekspor katak dan ubur-ubur. Eks-por katak meningkat dengan 70,5%, yaitu dari 1.612 ton pada tahun 1980 menjadi 2.748 ton pada tahun 1981, dan ekspor ubur-ubur meningkat dengan 39,9%, dari 1.474 ton menjadi2.063 ton.

E. PERKEBUNAN

Selama periode Repelita II dan Repelita III pembangunan perkebunan terutama ditekankan pada pembangunan perkebunan

VI/50

TABEL VI - 20

PERKEMBANGAN JUMLAH PERAHU/KAPAL MOTORDAN PERAHU TANPA MOTOR,

1978 - 1981(buah)

Jenis Perahu/Kapal 1978 1979 19801) 19812)

Perahu/Kapal Motor 25.992 32.101 44.990 48.600

Perahu Tanpa Motor 222.121 225.804 226.856 225.600

Jumlah : 248.113 257.905 271.846 274.200

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

TABEL VI - 21

PRODUKSI PERIKANAN DARAT,1978 - 1981(ribu ton)

Jenis Usaha 1978 1979 19801) 19812)

Usaha Budidaya 171 182 200 220

Tambak (88) (94) (98) (103)

Kolam (58) (59) (66) (73)Sawah (25) (29) (36) (43)

Perairan Umum 249 248 255 262

Jumlah : 420 430 455482

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

VI/51

rakyat. Usaha yang dilaksanakan juga meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Kegiatan re-habilitasi terutama dijalankan dalam bentuk peremajaan kebun- kebun yang tanamannya sudah tidak ekonomis lagi.

Usaha-usaha intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi tersebut dilaksanakan melalui sistem Unit- unit Pelaksana Proyek (UPP) dan sistem Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Melalui UPP diusahakan peningkatan kegiatan-kegiatan penyuluhan, penyediaan sarana produksi, fasilitas kredit bagi petani perkebunan dan pemberantasan hama dan penyakit. Oleh unit-unit tersebut juga dilaksanakan penganekaragaman tanaman, rehabilitasi dan pembangunan fasilitas pengolahan hasil- hasil perkebunan rakyat.

Sejak tahun 1979, dalam rangka pengembangan perkebunan karet rakyat, telah dibangun 5 buah unit besar peremajaan dan 26 unit kecil pengolahan/peremajaan. Pembangunan unit-unit tersebut dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Proyek dan lokasi- nya tersebar di daerah-daerah tingkat I di Sumatera, Kaliman- tan dan Jawa Barat.

Dalam Perkebunan Inti Rakyat (PIR), yang kadang-kadang juga disebut "NES", singkatan dari "Nucleus Estate Small-holder," perkebunan besar, di samping mengusahakan perkebunan sendiri, ditugaskan untuk membantu pembangunan perkebunan rakyat yang ada di sekitarnya. Bantuan yang diberikan berben- tuk bimbingan dalam pemanfaatan teknologi yang lebih maju dalam bidang produksi dan pembinaan dalam bidang pemasaranhasilnya.

Petani yang diikut sertakan dalam pelaksanaan sistem PIR terutama ialah para petani ladang, buruh tani dan buruh per-kebunan. Pelaksanaan sistem itu sampai sekarang baru meliputiperkebunan kelapa sawit dan karet. Luas areal yang dicakup kurang lebih 34.200 ha dan jumlah petani yang diikut sertakan kurang lebih 17.100 KK.

Pembinaan karet rakyat, di samping melalui Unit-unit Pe-laksana Proyek dan Perkebunan Inti Rakyat tersebut, juga di-laksanakan melalui proyek pengembangan karet rakyat, yang ju-ga dikenal dengan sebutan "Smallholder Rubber Development Project" (SRDP).

Ketiga sistem tersebut sampai sekarang telah dilaksanakan di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.

VI/52

TABEL VI - 22VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIKANAN,

1978 - 1981(ton)

Jenis Komoditi 1978 1979 19801) 19812)

1. Udang Segar/Awetan 32.620 34.743 31.934 25.9062. Ikan segar 13.907 16.810 31.308 28.8463. Katak 2.325 2.657 1.612 2.7484. Ikan Hias 359 399 473 3655. Ubur-ubur (diasin) 1.860 1.436 1.474 2.0636. Lainnya 12.414 12.219 11.904 25.182

Jumlah : 63.485 68.264 78.705 85.110

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

TABEL VI - 23PERKEMBANGAN PRODUKSI HASIL PERKEBUNAN TERPENTING,

1978 - 1981(ribu ton)

Jenis Komoditi 1978 1979 19801) 19812)

1. Karet 884 898 1.002 1.0462. Minyak Sawit 532 642 701 7483. Inti Sawit 94 108 126 1354. Kelapa/Kopra 1.575 1.582 1.759 1.8125. Kopi 223 228 285 2956. Teh 91 125 106 1097. Cengkeh 21,2 35,21) 39,2 40,28. Lada 46 47 37 399. Tembakau 81 87 116 11810. Gula/Tebu 1.516 1.601 1.831 1.91311. Kapas 0,5 0,6 6 10

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

VI/53

GRAFIK VI – 15VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL PERIKANAN

1978 – 1981

VI/54(Lanjutan Grafik VI – 15)

VI/55

(Lanjutan Grafik VI – 15)

VI/56

GRAFIK VI – 16PERKEMBANGAN PRODUKSI HASIL PERKEBUNAN TERPENTING

1978 - 1981

VI/57

(Lanjutan Grafik VI – 16)

VI/58

(Lanjutan Grafik VI – 16)

VI/59

Dalam tahun 1981/82 bantuan yang dimaksudkan untuk mem-perbesarusaha rehabilitasi dan perluasan areal juga diberi- kan kepada perkebunan swasta nasional. Kemampuan manajemenperusahaan-perusahaan itu banyak yang belum memadai dan per-modalan perusahaan-perusahaan tersebut banyak pula yang masih lemah. Perkebunan-perkebunan negara, yang telah melaksanakan kegiatan-kegiatan rehabilitasi secara intensip selama bebera-pa tahun, umumnya lebih maju dan lebih mantap.

Berkat dilaksanakannya usaha-usaha pembangunan tersebut di atas produksi hasil-hasil perkebunan dari tahun ke tahunberkembang terus. Perkembangan itu dapat dilihat pada Tabel VI-23 dan Grafik VI-16. Dari tabel tersebut terlihat bahwa dalam tahun 1981 produksi hasil-hasil perkebunan umumnya meningkat. Dibanding dengan tahun 1980 produksi karet dalamtahun 1981 meningkat 4,4%, minyak sawit meningkat 6,7% dan kopi meningkat 3,5%. Sedangkan produksi kelapa/kopra, teh, tembakau dan gula tebu masing-masing meningkat 3%, 2,8%, 1.,7%dan 4,5%. Pada tahun 1981 produksi kapas menunjukkan kenaikan yang sangat berarti, yaitu sebesar 66,7%.

Peningkatan produksi gula tebu yang cukup berarti terse- but disebabkan oleh adanya perluasan areal tanaman dan pe-ningkatan hasil tebu per ha. Perluasan tanaman yang ada di samping meliputi areal yang diusahakan oleh pabrik sendirijuga terjadi berkat adanya perluasan areal tebu rakyat, ter-masuk areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Sedangkan pe-ningkatan produksi per ha diperoleh sebagai hasil kegiatan-kegiatan intensifikasi dan perluasan penerapan "ratoon sys- tem" serta berkat adanya rehabilitasi dan penambahan pabrik gula.

Dalam tahun 1981 areal tebu rakyat seluruhnya meliputi 167:483 ha; yang berarti terjadi peningkatan sebesar 36,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meningkatnya areal teburakyat tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya areal tebu rakyat di Jawa Tengah dan Jawa Timur, masing-masing se-besar 62,5% dan 36,5%. Perkembangan areal tebu rakyat inten-sifikasi dapat diikuti pada Tabel VI-24 dan Grafik VI-17.

Perkembangan produksi perkebunan rakyat selama tahun 1978 sampai dengan tahun 1981 dapat dilihat dari Tabel VI-25 danGrafik VI-18. Dari tabel itu tampak bahwa pada tahun 1981 produksi gula tebu meningkat sebesar 8,0%, kelapa/kopra me-ningkat 3,0% dan cengkeh meningkat 2,6%. Bersamaan dengan itukaret dan kopi masingmasing meningkat dengan 5,0% dan 3,7%.

VI/60

TABEL VI - 24

AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI,1978/79 - 1981/82

(ha)

Lokasi 1978/79 1979/80 1980/811) 1981/822)

1. Jawa Barat 6.086 9.043 8.864 9.7352. Jawa Tengah 19.352 21.263 34.532 56.1183. DI Yogyakarta 2.509 3.910 3.088 4.4094. Jawa Timur 49.685 57.489 71.200 97.221

1)2)

Angka diperbaikiAngka sementara

TABEL VI – 25

PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT,1978 – 1981

(ribu ton)

Jenis Komoditi 1978 1979 19801) 19812)

1. Karet 612 616 705 7402. Kelapa/Kopra 1.554 1.561 1.737 1.7893. Teh 17 17 21 224. Kopi 206 209 266 2765. Cengkeh 21 35 39 406. Gula/Tebu 485 498 749 8097. Lada 46 47 37 398. Tembakau 68 73 101 1039. Kapas 0,5 0,6 6 10

1)2)

Angka diperbaikiAngka sementara

VI/61

GRAFIK VI – 17AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI

1978 – 1981

VI/62

GRAFIK VI – 18PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT 1978 – 1981

VI/63

(Lanjutan Grafik VI – 18)

VI/64

(Lanjutan Grafik VI – 18)

VI/65

Peningkatan produksi tersebut terutama diperoleh sebagai hasil terpadunya usaha unit-unit kerja yang meliputi kegiat- an-kegiatan penyuluhan, pemberantasan hama penyakit, penga- daan bibit unggul dan penyediaan fasilitas perkreditan.

Perkembangan produksi perkebunan besar swasta selama tiga tahun Repelita III sebagaimana dapat dilihat dari Tabel VI-26 dan Grafik VI-19 juga meningkat. Dalam tahun 1981 produksikaret dan minyak sawit masing-masing meningkat dengan 2,7% dan 2,0%. Gula tebu dan kelapa/kopra masing-masing mencapai kenaikan sebesar 1,7% dan 4,5%. Produksi teh dan inti sawit masing-masing naik 5,8% dan 2,8%. Hanya produksi kopi dan cengkeh yang tidak menunjukkan kenaikan.

Berkat keadaan permodalan dan manajemen yang pada umumnya sangat memadai, sehingga pemeliharaan tanaman, pemupukan dan pengolahan hasil pada umumnya terlaksanakan lebih sempurna dari perkebunan-perkebunan swasta nasional, maka produksi perkebunan besar swasta asing biasanya selalu meningkat.

Sebagaimana tampak dari Tabel VI-27 dan Grafik VI-20 selama tiga tahun Repelita III ini produksi Perkebunan Besar Negara (PNP/PTP) menunjukkan beberapa peningkatan. Tahun 1981 produksi beberapa komoditi juga meningkat. Misalnya, karetnaik 3,2%, minyak sawit naik 8,6%, inti sawit 8,9%, teh 1,5% dan gula tebu 2,1%. Meningkatnya produksi karet disebabkan oleh pemeliharaan yang lebih baik terhadap tanaman dan oleh penerapan sistem penyadapan yang menggunakan sistem stimulasi yang lebih teratur. Meningkatnya produksi minyak sawit teru- tama disebabkan oleh adanya kenaikan hasil per ha. Kenaikan hasil per ha dapat terjadi karena digunakannya bibit unggul dan dilaksanakannya pemilihan dan pengolahan hasil yang lebih sempurna.

Perkembangan volume ekspor hasil=hasil perkebunan dalam tahun-tahun 1978 - 1981 dapat dilihat dari Tabel VI-28 dan Grafik VI-21. Volume ekspor lada pada tahun 1981 meningkat secara mantap, yakni sebesar 13,3%. Sedangkan volume ekspor teh meningkat sebesar 4,9%. Terjadinya kenaikan volume ekspor kedua jenis komoditi perkebunan itu terutama disebabkan olehmeningkatnya permintaan di pasaran dunia akan komoditi,terse- but dan juga karena pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah dalam pengembangan ekspor yang cukup membantu.

Volume ekspor karet, minyak sawit, kopi dan tembakau pada tahun 1981 masing-masing mengalami penurunan sebesar 8,3%, 62,3%, 6,3% dan 4,8%. Penurunan itu disebabkan sebagian oleh

VI/66

adanya peningkatan kebutuhan dalam negeri dan sebagian oleh adanya penurunan permintaan di luar negeri sebagai akibat re- sesi dunia.

F. KEHUTANAN

Dalam Repelita III kebijaksanaan di sub sektor kehutanan dititik beratkan pada peningkatan usaha pengembangan industripengolahan beserta usaha perluasan pasaran hasil-hasilnya. Di samping itu kebijaksanaan dalam Repelita III juga ditekankan pada peningkatan usaha-usaha pelestarian, perlindungan, peng-awetan dan pembinaan hutan serta penanggulangan tanah-tanah kritis dalam rangka usaha penyelamatan hutan, tanah dan air.

Dengan perkataan lain dalam Repelita III terhadap kebi-jaksanaan di sub sektor kehutanan telah diadakan pergeseran yang dibutuhkan sesuai dengan tahap pembangunan yang tercapaipada akhir Repelita II.

Dengan semakin berkembangnya kegiatan-kegiatan pengolahan hasil hutan di dalam negeri, sumbangan sub sektor kehutanandalam rangka peningkatan kesempatan kerja dan memperbesar pendapatan negara akan semakin besar. Di samping itu sumba- ngan dalam penerimaan devisa bagi negara pun juga akan sema-kin bertambah. Tambahan pula dengan semakin ditingkatkannya pelestarian, perlindungan, pengawetan dan pembinaan hutan dan sumber alam lainnya, maka pembangunan di sub sektor kehutanan akan sungguh-sungguh dapat mewujudkan harapan masyarakat un- tuk dapat menikmati fungsi-fungsi hutan sebagaimana mestinya.

Usaha-usaha pelestarian sumber alam tersebut dilaksanakan dengan meningkatkan hasil guna pembinaan dan pengawasan eks-ploitasi hutan, antara lain dengan jalan memperketat pembe- rian ijin Hak Pengusahaan Hutan (HPH).

Produksi kayu dalam tahun-tahun 1980-1981 menurun sebesar 26,6%, yaitu dari 21.740 ribu m3 pada tahun 1980 menjadi 15.954 ribu m3 pada tahun 1981. Penurunan itu sesuai dengan kebijaksanaan yang antara lain bertujuan mengurangi/mengenda- likan ekspor kayu bulat agar dapat meningkatkan ekspor kayu olahan. Sebagai salah satu akibat penurunan produksi tersebut ekspor kayu menurun sebesar 45%. Sebagaimana tampak dari Tabel VI-29 dan Grafik VI-22 ekspor kayu telah menurun dari 14.327 ribu m3 pada tahun 1980 menjadi 7.871 ribu m3 pada tahun 1981.

VI/67

TABEL VI - 26

PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA,1978 - 1981(ribu ton)

Jenis Komoditi 1978 1979 19801) 19812)

1. Karet 110 112 111 114

2. Teh 15 16 17 183. Kopi 7 8 6 64. Minyak sawit 165 168 202 2065. Inti sawit 22 23 36 376. Gula tebu 71 73 114 1167. Kelapa/Kopra 21 21 22 238. Cengkeh 0,2 0,2 0,2 0,2

1) Angka diperbaiki

2) Angka sementara

TABEL VI - 27

PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA,1978 - 1981(ribu ton)

Jenis Komoditi 1978 1979 19801) 19812)

1. Karet 162 170 186 192

2. Minyak sawit 367 474 499 5423. Inti sawit 72 85 90 984. Teh 59 92 68 695. Gula tebu 960 1.030 968 9886. Kopi 10 11 13 137. Tembakau 13 14 15 15

1) Angka diperbaiki

2) Angka sementara

VI/68

GRAFIK VI – 10PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA

1978 – 1981

VI/69

(Lanjutan Grafik VI – 19)

VI/70

GRAFIK VI – 20PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA

1978 – 1981

VI/71

(Lanjutan Grafik VI – 20)

VI/72

TABEL VI - 28

VOLUME EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN,1978 - 1981

(ribu ton)

Jenis Komoditi 1978 1979 19801) 1981 2)

1. Karet 918,2 967,3 976,9 896,02. Minyak sawit 412,3 437,8 434,3 163,83. Kopi 222,8 230,7 239,4 224,24. Teh 61,6 65,9 75,8 79,55. Lada 38,0 25,7 30,9 35,06. Tembakau 27,3 24,9 28,9 27,5

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

TABEL VI – 29

PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU(KAYU JATI DAN KAYU RIMBA),

1978 – 1981

Uraian Satuan 1978 1979 19802} 19813)

Produksi ribu M3 r.e.1) 31.094 26.427 21.740 15.954

Ekspor ribu M3 r.e. 20.262 19.610 14.327 7.871

Persentaseekspor ter-dap produk-si persen 65,2% 74,2% 65,3% 49,3%

1) r.e. = round wood equivalent 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

VI/73

GRAFIK VI – 21VOLUME EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN

1978 – 1981

VI/74

(Lanjutan Grafik VI – 21)

VI/75

Produksi kayu jati tahun 1981 meningkat dengan 15,6%, se-, dangkan ekspornya menurun dengan 64%. Penurunan ekspor kayujati disebabkan oleh adanya usaha untuk mengalihkan ekspor kayu bulat kepada kayu olahan sesuai dengan kebijaksanaan yang disebutkan di atas. Produksi tahun 1980 - 1981 meningkat dari 500 ribu m3 r.e. menjadi 578 ribu m3 r.e., sedangkan ekspor kayu jati turun dari 38 ribu m3 menjadi 13,7 ribu m3. Dari Tabel VI - 30 dapat dilihat perkembangan produksi dan ekspor kayu jati selama tahun-tahun 1978 - 1981.

Berbagai jenis kayu Indonesia, misalnya meranti, ramin, agathis, jati, pulai dan keruing di luar negeri telah mempu- nyai pasaran yang mantap. Tetapi beberapa jenis kayu yang la-in pasarannya di luar negeri masih perlu dikembangkan dan di-promosikan. Dari Tabel VI - 31 tampak bahwa kayu meranti pada tahun 1981 menempati tempat utama dalam ekspor; meliputi 54,1% dari seluruh volume ekspor kayu. Tempat kedua diduduki kayu kapur/keruing, yang meliputi 10,8%.

Negara-negara yang mengimpor kayu dari Indonesia ialah Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura dan Italia. Jepang merupakan pengimpor yang terbesar. Dalam tahun 1981, misal-nya, ekspor kayu Indonesia ke negara itu mencapai 57% dari selutuh volume ekspor kayu Indonesia pada tahun tersebut. Perkembangan ekspor kayu negara kita ke berbagai negara dapat dilihat dari Tabel VI - 32.

Sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah untuk mengurangi ekspor kayu gelondongan (bulat) dan meningkatkan ekspor kayu konversi, ekspor kayu konversi negara kita pada tahun 1981 telah mencapai 1.930,8 ribu m3, atau sama dengan 24,5% dari seluruh ekspor kayu. Jumlah itu baik dalam arti absolut mau- pun dalam persentasenya lebih tinggi dari tahun 1980. Pada tahun 1980 ekspor kayu konversi mencapai 1.401 ribu m3, atau sama dengan 9,8% seluruh ekspor kayu tahun itu.

Akhir-akhir ini, sebagaimana telah disinggung di atas pe-ngembangan industri hasil hutan dalam negeri dititik beratkan pada pengembangan industri pengolahan kayu. Adapun tujuan ke-bijaksanaan itu ialah membantu meningkatkan perluasan kesem-patan kerja, mempertinggi nilai tambah yang, diperoleh darisetiap unit massa kayu yang diekspor dan memenuhi kebutuhan kayu di dalam negeri dengan harga yang wajar. Di samping itu kebijaksanaan itu juga bertujuan mengendalikan volume ekspor kayu bulat agar dapat memperoleh harga yang setinggi-tinggi- nya bagi setiap unit massa kayu bulat yang diekspor.

VI/76

TABEL VI – 30PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU JATI

1978 – 1981

1) r.e. = round wood equivalent2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

TABEL VI – 31PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU MENURUT JENIS

1978 – 1979(dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VI/77

GRAFIK VI – 22PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU JATI

1978 - 1981

VI/78

GRAFIK VI – 23PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU MENURUT JENIS

1978 – 1981(dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

VI/79

TABEL VI - 32

PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU INDONESIA KE BERBAGAI NEGARA TUJUAN,1978 - 1981

(dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

Negara tujuan 1978 1979 1980 19812)

1. Jepang 45,7 48,9 65,8 57,02. Korea Selatan 25,7 22,8 13,7 7,23. Taiwan 16,9 13,2 10,3 21,14. Singapura 6,9 7,2 4,5 6,95. Italia1) 2,8 5,2 3,5 0,26. Lain-lain 2,0 2,7 2,2 7,6

1) Termasuk ekspor ke Eropa lainnya2) Angka sementara

TABEL VI - 33PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU KONVERSI,

1978 – 1981

Uraian Satuan 1978 1979 1980 1981 2)

Volumeekspor ribuan M3 839,0 1.413,61) 1.401,0 1.930,8

Persentase ter-Hadap seluruheksporkayu persen 4,1% 7,2% 9,8% 24,5%

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

VI/80

GRAFIK VI – 24PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU INDONESIA KE BERBAGAI NEGARA TUJUAN

1978 – 1981( dalam % terhadap seluruh volume ekspor kayu)

VI/81

GRAFIK VI – 25PERKEMBANGAN EKSPOR KAYU KONVERSI

1978 – 1981

VI/82

TABEL VI – 34PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN TIDAK TERMASUK

INDUSTRI PULP DAN KERTASSAAMPAI DENGAN AKHIR DESEMBER 1981

*) Termasuk Veneer dan Plywood non HPH

TABEL VI – 35PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN HUTAN

1978 – 1981 *)(unit usaha)

*) keadaan pada akhir tahun

VI/83

Unit industri penggergajian dalam negeri sampai dengan akhir Desember 1981 telah berjumlah 288 buah. Dari jumlah itu sebanyak 239 unit sudah berproduksi dengan kapasitas intake sebesar 7,1 juta m3/tahun. Lainnya, sebanyak 30 unit dengan kapasitas intake sebesar 1 juta m3/tahun masih berada pada tahap konstruksi dan 19 unit dengan kapasitas intake 2,1 juta m3 baru mencapai tahap rekomendasi.

Di samping industri gergajian tersebut di negara kita ju- ga telah berkembang industri veneer/plywood. Dalam tahun 1981 jumlahnya telah mencapai 170 unit, terdiri atas 32 unit yang sudah berproduksi dengan kapasitas intake 1,8 juta m3/tahun dan 39 unit dengan kapasitas intake 1,8 juta m3/tahun yang masih pada tahap konstruksi. Yang lain, sebanyak 99 unit de- ngan kapasitas intake 4,9 juta m3/tahun, masih dalam tahap rekomendasi.

Selanjutnya gambaran mengenai perkembangan industri hasil hutan, kecuali industri pulp dan kertas, sampai dengan akhir Desember 1981 dapat dilihat pada Tabel VI - 34.

Dari Tabel VI - 35 dapat dilihat perkembangan pengusahaan hutan selama tahun-tahun 1978 - 1981. Dari tabel tersebut tampak bahwa perusahaan-perusahaan yang telah mendapat Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan pada tahun 1981 berjumlah 518 unit. Di antara perusahaan-perusahaan itu yang merupakan usa- ha nasional ada 453 unit; investasinya berjumlah US $ 1.488,6 juta ditambah Rp. 20.039,6 juta dan luas areal yang diusaha- kan meliputi 44.237.400 ha. Sedangkan yang merupakan perusa-haan-perusahaan joint enterprise ada 65 unit dengan investasiUS $ 300,8 juta ditambah Rp. 2.134,3 juta dan luas areal yang diusahakan 7.934.800 ha.

G. PENGAIRAN

Pembangunan pengairan meliputi segala kegiatan dan kebi-jaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber-sumber air dengan hasil guna dan daya GUna setinggi-tingginya terutama untuk menunjang pembangunan sektor pertanian, khususnya dalam usaha meningkatkan produksi pangan. Pembangunan pertanian menunjang usaha peningkatan produksi pangan melalui penyediaan air irigasi, program transmigrasi dan pembangunan daerah. Selanjutnya pembangunan pengairan ju- ga dimaksudkan untuk mengamankan daerah pemukiman dan produk- si pangan dari bencana banjir dan untuk menunjang pembangunan

VI/84

industri. Kegunaan dalam pembangunan industri itu dapat di-peroleh karena manfaatnya baik dalam pembangunan instalasi listrik tenaga air maupun dalam penyediaan air untuk bahan baku industri. Tambahan lagi pembangunan pengairan juga di-maksudkan untuk menjamin air baku yang memenuhi persyaratan kesehatan guna memenuhi kebutuhan rumah tangga, baik dikota- kota maupun di pedesaan.

Pembangunan pengairan dilaksanakan melalui program perba-ikan dan peningkatan irigasi yang sudah ada, pembangunan ja-ringan irigasi baru, reklamasi daerah rawa dan pengaturan dan pengamanan sungai-sungai. Selanjutnya kegiatan-kegiatan ter-sebut ditunjang dengan kegiatan-kegiatan penelitian, survai, penyelidikan dan perancangan pengembangan sumber-sumber air, termasuk air tanah. Pembangunan pengairan yang dilaksanakan selama ini telah berhasil memperluas daerah pengairan poten- sial dari 4,45 juta ha pada akhir tahun 1979 menjadi 4,56 ju- ta ha pada akhir tahun 1981. Perkembangan itu dapat dilihatdari Tabel VI-36.

Pembangunan pengairan yang dilaksanakan dalam tahun anggaran 1981/1982 telah menghasilkan rehabilitasi jaringan iri- gasi seluas 58.603 ha, pembangunan jaringan irigasi baru se-luas 63.268 ha dan pembukaan daerah pasang surut dan daerah rawa seluas 60.731 ha.

TABEL VI - 36

PERKEMBANGAN LUAS DAERAH PENGAIRAN POTENSIAL,1)1978 - 1980

(dalam ha)

Daerah 1978 19792) 1980

Jawa 2.581.110 2.611.963 2.656.317

Luar Jawa 1.775.459 1.834.013 1.909.079

Indonesia 4.356.569 4.445.976 4.565.396

1) Yang dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum 2) Angka diperbaiki

VI/85

GRAFIK VI - 26PERKEMBANGAN LUAS DAERAH PENGAIRAN POTENSIAL,

1978 - 1980

VI/86

TABEL VI - 37

HASIL PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENGAIRAN,1978/79 - 1981/82(luas areal dalam ha)

Program 1978/79 1979/801} 1980/811) 1981/812)

1. Perbaikan dan Peningkatan Irigasi 84.833 75.717 84.046 58.603

2. Pembangunan Jaringan Irigasi Baru 112.144 110.875 79.976 63.268

3. Pengembangan Daerah Rawa 83.244 70.832 77.153 60.731

Proyek Pasang Surut (75.041) (53.807) (65.329) 44.174

Proyek Pengembangan Daerah Rawa (8.203) (17.025) (11.824) 16.557

4. Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air 65.663 78.953 99.756 61.906

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VI/87

GRAFIK VI – 27HASIL PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENGAIRAN

1978/79 - 1981

VI/88

(Lanjutan VI – 27)

VI/89

TABEL VI - 38PERKEMBANGAN KUMULATIF HASIL PELAKSANAAN

PROGRAM-PROGRAM PENGAIRAN,1)1978/79 - 1981/82

Jenis Program 1978/79 1979/802) 1980/812) 1981/823)

1. Perkembangan dan Peningkatan Irigasi 1.463.913 1.539.630 1.623.676 1.682.279

2. Pembangunan Jaringan Irigasi Baru 517.188 628.063 708.039 771.307

3. Pengembangan Daerah Rawa299.073 369.905 447.058 507.789

4. Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air 723.591 802.544 902.300 964.206

1) Sejak awal Repelita I sampai dengan

2)akhir tahun fiskal yang bersangkutanAngka diperbaiki

3) Angka sementara

VI/90

GRAFIK VI –28PERKEMBANGAN KUMULATIF HASIL PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENGAIRAN,

1978/79 – 1981/82

VI/91

Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air telah berhasil menyelesaikan pengaturan dan pengamanan sungai serta penang gulangan terhadap bahaya gunung berapi yang meliputi areal seluas 61.906 ha.

Hasil-hasil pelaksanaan program-program pengairan selama tahun anggaran 1978/79 sampai dengan 1981/82 sampai akhir Maret 1982 dapat diikuti dari Tabel VI - 37.

1. Program Perbaikan dan Peningkatan Irigssi

Perbaikan dan peningkatan jaringan irigasi dalam Repelita III direncanakan meliputi areal seluas 536.000 ha. Sejak Re-pelita I sampai dengan akhir tahun-tahun 1981/82 pelaksanaan program itu telah menghasilkan rehabilitasi dan peningkatan kemampuan jaringan irigasi yang meliputi areal seluas 1.682.279 ha. Perkembangan itu dapat dilihat dalam Tabel VI-38.

Program ini antara lain meliputi proyek-proyek : Prosida, Prosijat, Proyek Irigasi Way Seputih-Sekampung, Serayu, DeltaBrantas, Simalungun, Tabo-Tabo, Pengembangan Lombok Selatan, Mbay Lembor, Kalimantong, Jeneberang, Tukad Ajung Yeh Ho, Wa-rujayeng Turi Tunggorono, irigasi Aceh Utara-Aceh Barat, dan lain-lainnya.

Daerah-daerah irigasi yang direhabilitasi maupun diting-katkan kemampuan irigasinya meliputi Ciujung, Cisadane, Cire- bon, Rentang, Pemali Comal, Pekalen Sampean dan Sadang.

Jaringan irigasi yang telah selesai dibangun perlu segera dapat berfungsi dan dapat dimanfaatkan dengan effektif. Untuk itu maka diusahakan penyempurnaan dan pembangunan jaringan tersier dan pembuang untuk areal seluas 126.773 ha. Dalamrangka usaha itu proyek irigasi Jatiluhur, yang seluruhnya meliputi areal seluas kurang lebih 341.000 ha, pada tahun 1981/82 telah melaksanakan pembangunan jaringan saluran utamadan jaringan saluran tersier, masing-masing meliputi areal seluas 9:500 ha dan 18.000 ha.

2. Program Pembangunan Jaringan Irigasi Baru

Dalam Repelita III direncanakan pembangunan jaringan irigasi baru yang meliputi areal seluas 700.000 ha, terdiri dari pembangunan irigasi sedang kecil, sederhana, tersier danjaringan irigasi khusus. Sampai dengan akhir tahun 1978/79

VI/92

pelaksanaan program ini telah menghasilkan lahan beririgasi seluas 517.188 ha. Sejak itu, sampai dengan akhir tahun 1981/ 82, dengan pelaksanaan program ini lahan beririgasi telah berhasil ditambah sehingga menjadi 771.302 ha. Perkembangan luas areal yang telah dibuka melalui pelaksanaan program ini tampak dari Tabel VI-37.

Proyek-proyek irigasi sedang kecil dan sederhana dimak- sudkan untuk menghasilkan bangunan-bangunan irigasi yang su- dah dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu sekitar 1 sampai 3 tahun. Tambahan pula proyek itu juga dimaksudkan untuk men- jangkau tempat-tempat yang lokasinya terpisah-pisah dan ma- sing-masing terpencil. Dengan demikian proyek-proyek itu mem-peroleh prioritas utama. Dalam tahun 1981/82 hasil proyek- proyek tersebut diperkirakan telah akan mampu mengairi lahan beririgasi seluas 16.935 ha.

Untuk melaksanakan pembangunan prasarana irigasi baru yang besar yang memerlukan penanganan yang khusus telah di-persiapkan proyek-proyek khusus. Proyek-proyek itu antaralain meliputi irigasi Krueng Jrue, Gumbasa, Kedu Selatan, Kali Progo, Krueng Baro, Jambu Aye-Langkahan, Batang Gadis,Panti Rao, Belitung, Way Jepara, Way Umpu/Pengubuan, Ciletuk-Cilandak, Lodoyo, Kali Progo, Dumoga, Teluk Lada dan Semboja. Sebagai hasil dari pelaksanaan proyek-proyek tersebut dalam tahun 1981/82 diperkirakan telah dapat dibuka areal seluas46.33 ha.

Agar supaya jaringan irigasi yang sudah dibangun dapat segera dimanfaatkan, telah diselesaikan pembuatan jaringan tersier untuk areal seluas 94.220 ha.

Di bawah ini disajikan gambaran singkat mengenai hasil pelaksanaan dari beberapa proyek irigasi khusus:

a) Proyek Irigasi Dumoga di Sulawesi Utara.,Pelaksanaan proyek ini meliputi kegiatan pembangunan jaringan saluran utama dan jaringan saluran tersier yang seluruhnya diharapkan akan dapat mengairi areal seluas 13.807 ha dan direncanakan akan selesai pada tahun 1985. Jaringan utama dan tersier, yang pembangunannya telah da-pat diselesaikan dalam tahun. 1981/82 diperkirakan meli- puti areal masing-masing seluas-5.000 ha dan 1.147 ha.

VI/93

b) Proyek Irigasi Krueng Jrue di Aceh.Apabila telah selesai area! seluas 10.555 ha diperkirakan akan dapat diairi oleh proyek ini. Dalam tahun 1981/82 telah diselesaikan pembangunan jaringan tersier yang me- liputi areal kira-kira seluas 960 ha.

c) Proyek Irigasi Kali Progo di Yogyakarta.Proyek irigasi Kali Progo meliputi kegiatan-kegiatan pem-bangunan irigasi baru dan rehabilitasi jaringan yang su- dah ada. Proyek ini mencakup pembangunan saluran drainase dan pengaturan pencegahan banjir Kali Bogowonto dan Kali Opak. Pembangunan dan rehabilitasi jaringan yang dalam tahun 1981/82 diperkirakan telah diaelesaikan meliputi areal seluas 27.857 ha serta jaringan tersier seluas 11.501 ha.

d) Proyek Irigasi Way Jepara di Lampung.Proyek ini meliputi pembangunan jaringan saluran utama, jaringan saluran tersier dan pencetakan sawah. Pelaksana- annya hampir selesai dan apabila telah selesai diharapkan akan dapat mengairi areal seluas 8.481 ha. Dalam tahun 1981/82 proyek ini diperkirakan telah menyelesaikan ja- ringan tersier seluas 1.250 ha.

3. Program Pengembangan Daerah RawaSampai dengan akhir tahun 1978/79 pelaksanaan Program Pe-

ngembangain Daerah Rawa telah berhasil memperluas areal per-tanian di daerah rawa dan pasang surut menjadi 299.073 ha dan sampai akhir tahun berikutnya menjadi 369.905 ha. Selanjutnya sampai dengan akhir tahun 1981/82 denganl pelaksanaan program ini di daerah rawa dan pasang surut telah berhasil dikembang- kan areal pertanidn seluas 507.789 ha.

Dalam rangka pelaksanaan Program Pengembangan Daerah Rawa selama Repelita III direncanakan dibuka areal reklamasi pa- sang surut seluas 400.000 ha dan reklamasi rawa seluas 135.000 ha. Program ini meliputi proyek-proyek pengembangan pengairan pasang surut di Riau, Sumatera Utara, Jambi, Suma- tera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan/Tengah dan proyek-proyek reklamasi rawa di daerah-daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lam-pung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan. Timur,dan Kali-mantan Selatan.

VI/94

4. Program Penyelematan Hutan, Tanah dan Air

Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air merupakan salah satu program penunjang pembangunan pengairan yang ditujukan untuk mengamankan daerah produksi; daerah pemukiman yang padat dan jalur-jalur pengangkutan terhadap gangguan bencana banjir. Tambahan pula program itu juga bertujuan untuk me-ngamankan sungai-sungai yang merupakan sumber-sumber air bagi jaringan irigasi yang sudah ada. Usaha yang dilakukan ber-kenaan dengan pelaksanaan program itu ialah pengaturan dan pengamanan sungai, yang kegiatannya meliputi pengerukan dasar sungai, perluasan aliran, pembuatan sudetan, perlindungan dan perluasan tebing, pembuatan tanggul, pembuatan saluran ban-jir, pembuatan pintu-pintu banjir dan lain-lainnya. Di sam- ping itu dalam rangka pengamanan terhadap banjir diusahakan juga penyediaan bahan-bahan, peralatan dan tenaga. Latihan-latihan juga diselenggarakan baik bagi penduduk setempat maupun bagi tenaga-tenaga yang khusus bertugaa mengendalikan banjir.

Program pengaturan dan pengamanan sungai dalam Repelita III diperkirakan akan meliputi areal seluas lebih kurang 770.000 ha. Yang telah direalisasikan pelaksanaannya pada tahun anggaran 1981/82 meliputi areal seluas kira-kira 61.906 ha.

Dalam program ini ada proyek-proyek pengaturan dan pe-ngamanan sungai yang dikelola secara khusus. Proyek-proyek itu meliputi bengawan Solo, Cimanuk, Citanduy, Sungai Pemali Comal, Cisanggarung, Sungai Arakundo, Wampu Ular, Kali Bran- tas dan Pengendalian Banjir Jakarta. Di samping untuk pengen- dalian banjir, proyek-proyek itu juga dimaksudkan untuk me-nunjang sektor industri, seperti untuk pembangunan tenaga listrik, penyediaan air bagi keperluan industri, dan untuk meng- amankan daerah produksi pertanian.

Dalam rangka menanggulangi bencana alam akibat gunung berapi, seperti Gunung Merapi, Gunung Kelud, Gunung Semeru dan Gunung Agung, dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pembu-atan kantong-kantong pasir dan penguatan tebing guna mencegah terjadinya tanah longsor.

5. Program Penelitian Pertanian dan PengairanUntuk menunjang pelaksanaan program-program tersebut di

atas, dalam tahun 1980/81 juga dilaksanakan kegiatan peneli-tian-penelitian yang diadakan antara lain meliputi kegiatan-kegiatan survai dan penyelidikan yang diperlukan dalam rang-

VI/95

ka mempersiapkan perencanaan teknis bangunan pengairan, pe-rencanaan pengembangan wilayah sungai dan perencanaan penge- lolaan lingkungan pengairan, danau-danau dan waduk-waduk. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan juga pemasangan instalasi jaringan hidro-metrologi dan observasi hidrologi proyek-proyek pengairan.

Pembangunan pertanian yang terus meningkat memerlukan du-kungan penelitian untuk mendapatkan berbagai alternatip dalam usaha mempercepat tercapainya tujuan pembangunan. Hasil-hasil yang telah dicapai dalam tahun 1981/82 adalah :

a. Dalam bidang penelitian pangan telah dihasilkan tiga va- ritas padi unggul, yaitu PB 50, PB 52 dan PB 54. Di sam- ping itu telah dihasilkan pula varitas padi yang diberi nama Cipunegara, Barito, Krueng Aceh dan Batang Agam. Un- tuk palawija telah dihasilkan satu varitas unggul jagung yang diberi nama Parikesit. Di samping itu telah dihasil- kan pula beberapa varitas unggul ubi jalar dan beberapavaritas unggul kedele.

b. Dalam bidang hortikultura telah diketahui cara pemberan- tasan penyakit Citrus Vein Phloem. Degeneration (CVPD), cara baru untuk mempercepat perbanyakan bibit nenas, umbi belah pada pisang, pemuliaan bibit durian dan pengkecam-bahan bibit duku. Di samping itu telah diketahui pula cara pengepakan dan penyimpanan buah-buahan.

c. Penelitian peternakan telah menghasilkan vaksin pencegah- an dan pemberantasan penyakit ngorok pada sapi dengan ke-kebalan yang lebih lama melalui pemberian dosis pengobat- an yang lebih rendah dan pemakaian yang lebih mudah.

d. Dalam bidang perikanan telah diketemukan sumber-sumber potensi baru untuk peningkatan penangkapan, pendugaan potensi sumber daya perikanan laut dan telah digunakan metoda akustik yang biayanya lebih murah dan pelaksanaan- nya lebih cepat.

e. Penelitian perkebunan dalam rangka peningkatan produksi terutama ditujukan terhadap beberapa komoditi penting, seperti karet, kelapa sawit, coklat, tebu, kelapa, tem-bakau dan cengkeh.

f. Telah dilaksanakan survai tanah untuk menunjang trans- migrasi pertanian tadah hujan, pembangunan pabrik gula, pendayagunaan daerah rawa/pasang surut, pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan reklamasi tanah kritis.

VI/96