Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

65
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal 22 ayat 3 mengatakan bahwa Penyehatan Air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan hidup manusia. Upaya penyehatan air bertujuan untuk menjamin tersedianya air minum ataupun air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Untuk menjamin tersedianya kualitas air yang memenuhi persyaratan, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat, seperti pembangunan dan perbaikan sarana air bersih/air minum, Upaya pengawasan kualitas air dan penyuluhan–penyuluhan mengenai hubungan kesehatan dengan tersedianya air yang memenuhi persyaratan kesehatan (anonim, 1992). Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan manusia dan semua makhluk hidup. Oleh karena itu, 1

Transcript of Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Page 1: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pada pasal 22

ayat 3 mengatakan bahwa Penyehatan Air meliputi pengamanan dan

penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan hidup manusia. Upaya

penyehatan air bertujuan untuk menjamin tersedianya air minum ataupun air

bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Untuk

menjamin tersedianya kualitas air yang memenuhi persyaratan, berbagai

upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat, seperti

pembangunan dan perbaikan sarana air bersih/air minum, Upaya pengawasan

kualitas air dan penyuluhan–penyuluhan mengenai hubungan kesehatan

dengan tersedianya air yang memenuhi persyaratan kesehatan (anonim, 1992).

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan manusia dan semua

makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hiduplainnya. Air

merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat (Sutrisno, 2006). Pengelolaan sumber daya air sangat penting agar

dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang

diinginkan. Salah satu langkahnya yaitu melalui pemantauan dan interpretasi

data kualitas air yang mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi (Effendi,

2003).

1

Page 2: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran

akan kesehatan lingkungan, maka semakin meningkat pula kebutuhan air

bersih. Akan tetapi, peningkatan kebutuhan air bersih tersebut tidak

diimbangi dengan peningkatan ketersediaan air bersih. Ketersediaan air bersih

cenderung menurun, terutama kualitas air dari suatu sistem instalasi

pengolahan air yang semakin hari semakin memburuk (Amir, 2004).

Untuk meningkatkan kualitas air maka perlu dilakukan pengujian

terhadap kualitas air. Pengujian sampel air dilakukan dengan menggunakan

beberapa parameter yaitu Parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter

kimia meliputi zat organik, anorganik, dan radioaktif. Zat anorganik dapat

garam-garam, meneral dan logam. Zat anorganik berupa logam seperti

kromium, kadmium, tembaga, perak, selenium, timbal dan lain sebagainya.

kromium merupakan logam berat yang berpotensi menyebabkan

pencemaran air. Pencemaran krom dapat di sebabkan dari limbah industri

pelapisan logam, industri cat dan industri penyamakan kulit. Krom di perairan

terdapat Tiga bentuk yaitu krom divalen (II), krom trivalen (Cr III ) dan krom

heksavalen (Cr VI) (Vogel,1990). Tingkat toksisitas Cr(VI) sangat tinggi

sehingga bersifat racun terhadap semua organisme untuk konsentrasi > 0,05

ppm. Cr(VI) bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit

manusia. Sementara itu, toksisitas Cr(III) jauh lebih rendah bila dibandingkan

dengan Cr(VI) (Widowati w, 2008).

2

Page 3: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Sehubungan dengan berbagai gangguan yang dapat ditimbulkan karena

kelebihan kadar krom dalam air, maka air yang dihasilkan dari proses

pengolahan harus memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan RI. Parameter yang di ukur dalam menentukan kualitas air

diantaranya yaitu penetapan kadar krom total. Pada PKL ini Parameter krom

total dilakukan dengan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA).

B. Rumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar

belakang masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara analisis kadar Krom total dalam sampel air di

Laboratorium Fisika Kimia Air BBTKL-PP Yogyakarta ?

2. Berapa besar kadar Krom total dalam sampel air di Laboratorium Fisika

Kimia Air BBTKL-PP Yogyakarta dan bagaimana hubungannya dengan

standar persyaratan kualitas air yang telah ditetapkan oleh pemerintah ?

C. Batasan Masalah

1. Parameter analisis yang di bahas adalah penentuan krom total sampel air.

2. Instrument yang digunakan adalah Spektroskopi Serapan Atom.

3. Metode yang digunakan adalah metode kurva standar.

3

Page 4: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

D. Tujuan PKL

1. Mengetahui cara analisis kadar Krom total dalam sampel air di

Laboratorium Fisika Kimia Air BBTKL-PP Yogyakarta.

2. Mengetahui besar kadar Krom total dalam sampel air di Laboratorium

Fisika Kimia Air BBTKL-PPM Yogyakarta dan hubungannya dengan

standar persyaratan kualitas air yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

E. Manfaat PKL

Laporan PKL ini diharapkan akan berguna bagi :

1. Mahasiswa

Mengetahui proses pemeriksaan uji parameter air di laboratorium Fisika

Kimia Air BBTKL-PP Yogyakarta. Khususnya pada analisis krom total

dengan metode Spektroskopi Sertapan Atom (SSA).

2. Lembaga

Sebagai bahan referensi tentang metode analisis Krom total dalam sampel

air minum dan air limbah yang selanjutnya dapat menjadi pedoman untuk

meningkatkan metode analisis yang lebih akurat.

3. Masyarakat

Menambah wawasan mengenai potensi pencemaran Kromium sehingga

dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap pencemaran lingkungan oleh

logam berat kromium.

4

Page 5: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

BAB IIDISKRIPSI TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN

A. Lokasi BBTKL-PP Yogyakarta

Kantor BBTKL-PP Yogyakarta terletak di Jalan Wonosari Km. 7

Wiyoro Lor, Baturetno, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

B. Sejarah BBTKL-PP Yogyakarta

BBTKL-PP di Indonesia merupakan organisasi kesehatan lingkungan

yang telah dirintis sejak masa penjajahan Belanda. Pada masa tersebut, sekitar

tahun 1909, Dienst Voor de Volks Gezonddheid membentuk Technisch

Gezonddheid Werken untuk melakukan pembangunan penampung air dan

mengadakan pengawasan kualitas produksi air minum.

Pada tahun 1920, Dienst Voor de Volks Gezonddheid kembali

mendirikan Drink Water di Manggarai, Jakarta yang dipimpin langsung oleh

Prof. Ir. C.P. Mom. Drink Water ini bertugas melakukan pengujian dan

pengolahan air sungai. Namun, pada tanggal 1 Januari 1935, Drink Water

dipindahkan ke Bandung dan namanya diganti menjadi Laboratorium Voor

Technisch Hydne and Drink Water Voorzeining. Nama ini tetap digunakan

hingga zaman pendudukan Jepang.

Setelah bangsa Indonesia merdeka, laboratorium ini banyak

mengalami perubahan hingga menjadi BBTKL-PP Yogyakarta. Kronologi

perubahan tersebut adalah sebagai berikut:

5

Page 6: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

1. Pada tahun 1945, nama laboratorium Voor Technisch Hydne and Drink

Water Voorzeining diganti dengan menjadi Laboratorium Kesehatan

Teknik (LKT) yang dipimpin oleh Kahar.

2. Pada bulan Mei 1946, LKT dipindahkan ke Yogyakarta karena ibu kota

Negara Republik Indonesia dipindahkan ke kota tersebut. Pada tahun

yang sama, didirikan pula LKT di Bandung dan beberapa kota yang lain di

Indonesia.

3. Pada tahun 1978, seluruh LKT di Indonesia diubah menjadi Laboratorium

Kesehatan Lingkungan (LKL) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 143/MENKES/SK/IV/1978.

4. Pada tahun 1989, seluruh LKL di Indonesia diubah menjadi Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan (BTKL) sebagai Unit Pelaksana Teknis Bidang

Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

Nomor 426/MENKES/SK/VI/89.

5. Pada tahun 2003, kantor BTKL Yogyakarta dipindahkan dari Jalan

Polowijan No. 11, Daerah Istimewa Yogyakarta ke Jalan Wiyoro Lor,

Baturetno, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Kantor ini ditempati hingga

sekarang.

6. Pada tahun 2004, status BTKL Yogyakarta ditingkatkan menjadi BBTKL-

PPM berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, Nomor 266/MENKES/SK/III/2004, tentang Kriteria Klasifikasi

6

Page 7: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pemberantasan Penyakit Menular.

7. Pada tanggal 22 November 2011, BBTKL-PPM berubah menjadi Balai

Besar Teknik Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BBTKL-PP)

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

2349/Menkes/PER/XI/2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis di Bidang Teknis Kesehatan Lingkungan dan

Pengendalian Penyakit.

C. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi BBTKL-PP Yogyakarta

BBTKL PP, BBTKL PP Kelas I, BBTKL PP Kelas II adalah Unit

Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di

bawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

BBTKL PP mempunyai tugas melaksanakan: surveilans epidemiologi,

kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan, kendali mutu, kalibrasi,

pendidikan dan pelatihan, pengembangan metode dan teknologi tepat guna,

kewaspadaan dini dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) di bidang

pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, BBTKL-PP memiliki fungsi:

1. Pelaksanaan surveilans epidemiologi.

2. Pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL).

3. Pelaksanaan laboratorium rujukan.

4. Pelaksanaan pengembangan model dan teknologi tepat guna.

7

Page 8: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

5. Pelaksanaan uji kendali mutu dan kalibrasi.

6. Pelaksanaan penilaian dan respon cepat, kewaspadaan dini,

penanggulangan KLB, wabah, dan bencana.

7. Pelaksanaan surveilans faktor risiko penyakit tidak menular

8. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.

9. Pelaksanaan kajian dan pengembangan teknologi Pengendalian penyakit,

kesehatan lingkungan, dan kesehatan matra.

10.Pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan BBTKL-PP.

D. Susunan Organisasi BBTKL-PP Yogyakarta

BBTKL-PPM dipimpin oleh seorang kepala dan dibantu oleh beberapa

satuan organisasi, antara lain:

1. Bagian Tata Usaha

Bagian tata usaha Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

program dan laporan, urusan keuangan, kepegawaian dan umum. Untuk

melaksanakan tugas tersebut, bagian tata usaha menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan penyusunan program dan pelaporan.

b. Pelaksanaan urusan keuangan, kepegawaian dan umum.

Bagian Tata Usaha dibagi menjadi 2 subbagian, antara lain:

a. Subbagian Program dan Laporan yang bertugas melakukan penyiapan

bahan, penyusunan program, dan evaluasi laporan serta informasi.

b. Subbagian Umum Mempunyai tugas melakukan keuangan, kepegawaian,

urusan tata usaha, perlengkapan dan kepegawaian.

8

Page 9: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

2. Bidang Surveilans Epidemiologi

Bidang surveilans epidemiologi mempunyai tugas melaksanakan

perencanaan dan evaluasi di bidang surveilans epidemiologi penyakit

menular dan penyakit tidak menular, advokasi dan fasilitasi kesiapsiagaan

dan penanggulangan KLB, kajian dan diseminasi informasi kesehatan

lingkungan, kesehatan matra, kemitraan dan jejaring kerja, serta pendidikan

dan pelatihan bidang surveilans epidemiologi. Untuk melaksanakan

tugasnya Bidang Surveilans Epidemologi menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan perencanaan dan evaluasi surveilans epidemiologi

penyakit menular dan penyakit tidak menular.

b. Pelaksanaan advokasi, fasilitasi KLB , wabah dan bencana.

c. Pelaksanaan kajian dan diseminasi informasi kesehatan lingkungan,

kesehatan matra dan Pengendalian penyakit menular.

d. Pelaksanaan kemitraan dan jejaring kerja bidang surveilans

epidemiologi.

e. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bidang surveilans epidemiologi.

Bidang Surveinlans Epidemiologi dibagi menjadi 2 seksi, antara lain:

a. Seksi Advokasi Kejadian Luar Biasa mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perencanaan, evaluasi dan koordinasi pelaksanaan

advokasi, dan fasilitasi kejadian luar biasa serta wabah dan bencana.

b. Seksi Pengkajian dan Diseminasi mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perencanaan, evaluasi dan koordinasi kajian,

9

Page 10: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

pengembangan dan diseminasi informasi serta pendidikan dan pelatihan

bidang surveilans epidemiologi.

3. Bidang Pengembangan Teknologi dan Laboratorium

Bidang Pengembangan Teknologi dan Laboratorium mempunyai

tugas melaksanakan perencanaan dan evaluasi pengembangan dan

penapisan teknologi dan laboratorium, kemitraan dan jejaring kerja

kesehatan lingkungan, kesehatan matra, serta pendidikan dan pelatihan

bidang pengembangan teknologi dan laboratorium pengendalian penyakit,

kesehatan lingkungan dan kesehatan matra.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Pengembangan

Teknologi dan Laboratorium menyelenggarakan fungsi:

a. Pengembangan dan penapisan teknologi Pengendalian penyakit dan

kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.

b. Pengembangan laboratorium pemberantasan penyakit menular dan

kesehatan lingkungan serta kesehatan matra.

c. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan dibidang pengembangan

teknologi dan laboratorium.

d. Pendidikan dan pelatihan dibidang pengembangan teknologi dan

laboratorium bidang Pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan serta

kesehatan matra.

10

Page 11: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Bidang Pengembangan Teknologi dan Laboratorium dibagi menjadi 2

seksi, antara lain:

a. Seksi Teknologi Pengendalian Penyakit yang bertugas melakukan

penyiapan bahan perencanaan, evaluasi, koordinasi pelaksaaan

pengembangan dan penapisan teknologi pengendalian penyakit.

b. Seksi Teknologi Laboratorium yang bertugas melakukan penyiapan

bahan perencanaan, evaluasi, dan koordinasi pelaksanaan

pengembangan teknologi laboratorium.

4. Bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan mempunyai tugas

melaksanakan perencanaan dan evaluasi pelaksanaan analisis dampak

kesehatan lingkungan fisik dan kimia serta dampak lingkungan biologi,

pendidikan dan pelatihan di bidang pengendalian penyakit, kesehatan

lingkungan dan kesehatan matra .

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Analisis Dampak

Kesehatan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

a. Analisis dampak lingkungan fisik dan kimia.

b. Analisis dampak lingkungan biologi.

c. Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan dibidang analisis dampak

kesehatan lingkungan.

d. Pendidikan dan pelatihan dibidang analisis dampak kesehatan

lingkungan.

11

Page 12: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan dibagi menjadi 2 seksi,

antara lain:

a. Seksi Lingkungan Fisik dan Kimia yang bertugas melakukan penyiapan

bahan perencanaan, evaluasi, dan koordinasi pelaksaaan analisis

dampak kesehatan lingkungan fisik dan kimia dibidang Pengendalian

penyakit, kesehatan lingkungan, dan kesehatan matra.

b. Seksi Lingkungan Biologi yang bertugas melakukan penyiapan bahan

perencanaan, evaluasi, dan koordinasi pelaksaaan analisis dampak

kesehatan lingkungan biologi dibidang Pengendalian penyakit

menular,kesehatan lingkungan, dan kesehatan matra.

5. Instalasi

Instalasi merupakan fasilitas penunjang penyelenggaraan pelayanan

laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan mesyarakat serta

penunjang administrasi. Instalasi dipimpin oleh kepala sebagai jabatan non

struktural yang mempunyai tugas mengoordinasikan dan

bertanggungjawab pada penyelenggaraan kegiatan dan fasilitas pelayanan

pada instalasi. Jenis Instalasi disesuaikan dengan kebutuhan dan

pengembangan pelayana. Jumlah dan jenis instalasi ditetapkan oleh Kepala

BBTKLPP/ BTKLPP Kelas I/ BTKL PP Kelas II setelah mendapat

persetujuan tertulis dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan.

12

Page 13: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Bagian instalasi di lingkungan BBTKL-PP Yogyakarta meliputi

beberapa laboratorium yang telah berfungsi, antara lain:

a. Laboratorium Fisika Kimia Air

Laboratorium fisika kimia air mempunyai tugas mengambil, menerima,

dan menangani serta melaksanakan pemeriksaan dan analisis spesimen

kesehatan lingkungan di bidang fisika dan kimia air.

b. Laboratorium Fisika Kimia Gas dan Radiasi

Laboratorium fisika kimia gas dan radiasi mempunyai tugas menerima,

menangani, serta melaksanakan pemeriksaan dan analisis spesimen

kesehatan lingkungan berupa zat pencemar gas, udara bebas (ambient),

kebisingan, getaran, bahan-bahan radiasi, amenitas, serta mengolah dan

memberikan pelayanan teknik pemecahan masalah di bidang tersebut.

c. Laboratorium Biologi Lingkungan

Laboratorium Biologi Lingkungan mempunyai tugas mengambil,

menangani, serta melaksanakan pemeriksaan dan analisis spesimen

kesehatan lingkungan berupa bakteri, helminton, dan algae.

d. Laboratorium Fisika Kimia Padatan dan B3

Laboratorium Fisika Kimia Padatan dan B3 mempunyai tugas

mengambil dan menangani serta melaksanakan pemeriksaan dan

analisis spesimen kesehatan lingkungan berupa zat padat, bahan

berbahaya dan beracun (B3). Selain itu, laboratorium fisika kimia

padatan dan B3 mempunyai tugas mengolah dan memberikan

pelayanan teknik dan pemecahan masalah di bidang tersebut.

13

Page 14: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

e. Laboratorium Biomarker

Laboratorium Biomarker mempunyai tugas mengambil dan menangani

serta melaksanakan pemeriksaan dan analisis spesimen kesehatan

lingkungan bidang biomarker.

f. Laboratorium Virologi

Laboratorium Virologi mempunyai tugas mengambil dan menangani

serta melaksanakan pemeriksaan dan analisis spesimen kesehatan

lingkungan berupa virus.

g. Laboratorium Imunoserologi

Laboratorium imunoserologi mempunyai tugas mengambil dan

menangani serta melaksanakan pemeriksaan dan analisis spesimen

kesehatan lingkungan bidang imunoserologi.

h. Laboratorium Parasitologi

Laboratorium Parasitologi mempunyai tugas mengambil dan

menangani serta melaksanakan pemeriksaan dan analisis spesimen

kesehatan lingkungan bidang parasit.

i. Laboratorium Mikrobiologi Klinis

Laboratorium Mikrobiologi Klinis mempunyai tugas mengambil dan

menangani serta melaksanakan pemeriksaan dan analisis spesimen

kesehatan lingkungan bidang mikrobiologi.

j. Laboratorium Entomologi dan Pengendalian Vektor

Laboratorium Entomologi dan Pengendalian Vektor mempunyai tugas

mengambil dan menangani serta melaksanakan pemeriksaan dan

14

Page 15: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

analisis specimen kesehatan lingkungan bidang entomologi dan

pengendalian vektor.

k. Laboratorium Pengajian dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna

Laboratorium Pengajian dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna

mempunyai tugas mengambil dan menangani serta melaksanakan

pemeriksaan dan analisis spesimen kesehatan lingkungan dan bahan

penunjang lain dalam rangka pengajian teknologi yang sesuai serta

penerapan model skala laboratorium.

l. Laboratorium Pengendalian Mutu Pemeriksaan dan Kalibrasi Peralatan

Laboratorium Pengendalian Mutu Pemeriksaan dan Kalibrasi Peralatan

mempunyai tugas melakukan pengawasan mutu pemeriksaan

laboratorium di lingkungan BBTKL berupa pengujian, pembuatan

larutan uji, pengajian metode pemeriksaan, dan kalibrasi alat

pemeriksaan.

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Di lingkungan BBTKLPP/BTKLPP Kelas I/BTKL PP Kelas II

dapat ditetapkan jabatan fungsional tertentu sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan

Fungsional terdiri dari sejumlah Tenaga Fungsional yang terbagi atas

berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.

Masing-masing Kelompok Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh

seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Balai.

15

Page 16: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Struktur organisasi BBTKL-PP secara lengkap dapat dilihat pada

lampiran 2. Pejabat BBTKL-PP Yogyakarta berdasarkan struktur organisasi

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Nama Pejabat BBTKL-PP Yogyakarta

Jabatan Nama

1. Kepala BBTKL-PPM YogyakartaDrs. H. Maryadi Broto Suwandi,

M.Kes.

2. Kepala Bagian Tata UsahaEddy Suwandi Saputra, S.T.,

M.Kes.

3. Kepala Bidang Surveinlans

EpidemiologiWawan Hermawan,ST,M.Kes.

4. Kepala Bidang Pengembangan

Teknologi dan LaboratoriumDra.Setyalastuti, M.Si.

5. Kepala Bidang Analisis Dampak

Kesehatan LingkunganIr.Hartiningsih, MS.

6. Kepala Subbagian Program dan

LaporanSiswati Elyna Tarigan, S.KM

7. Kepala Subbagian Umum Drs.Prayudi Afianto

8. Kepala Seksi Advokasi Kejadian

Luar BiasaDian Trikoriati, S.T., S.KM

9. Kepala Seksi Pengkajian dan

Diseminasi

Sayekti Udi Utama, S.KM.,

M.Kes.

10. Kepala Seksi Teknologi

Pemberantasan Penyakit MenularEdy Handayanto, AMd.KL

11. Kepala Seksi Teknologi

LaboratoriumIndah Nur Haeni, S.Si., M.Sc.

12. Kepala Seksi Lingkungan Fisika

dan KimiaFeri Astuti, ST, MPH.

13. Kepala Seksi Lingkungan Biologi Drs. Hendratno

16

Page 17: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

E. Tata Kerja BBTKL-PP Yogyakarta

Dalam melaksanakan tugas Kepala BBTKLPP/BTKL PP Kelas

I/BTKLPP Kelas II, Kepala Bagian/Bidang, Kepala Sub bagian/Seksi,

Kepala Instalasi dan Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan

prinsip koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi baik dalam lingkungan

masing-masing maupun dengan instansi lain diluar Balai besar dan Balai

sesuai dengan tugas masing-masing

Pelaksanaan tugas setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan

BBTKL-PPM dibantu oleh kepala satuan organisasi di bawahnya. Setiap

pimpinan satuan organisasi tersebut wajib mengawasi serta bertanggung

jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing.

Apabila terjadi penyimpangan, maka akan diambil langkah-langkah yang

diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi

petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing serta

menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya. Setiap laporan yang

diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan diolah dan

dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk

memberikan petunjuk kepada bawahan.

17

Page 18: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

F. Profil dan Keunggulan Laboratorium Fisika Kimia Air BBTKL-PP

Yogyakarta

Laboratorium Fisika Kimia Air BBTKL-PP Yogyakarta

merupakan laboratorium terbesar di lingkungan BBTKL-PP Yogyakarta

yang telah mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional

(KAN) pada tanggal 28 Januari 2005 dengan No. LP-251-IDN dan dari

Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (PUSARPEDAL).

Laboratorium ini mempunyai tugas mengambil, menerima, dan menangani

serta melaksanakan pemeriksaan dan analisis spesimen kesehatan

lingkungan di bidang fisika dan kimia air.

Kegiatan pemeriksaan dan analisis yang dilakukan di laboratorium

ini sebanyak 50 parameter yang meliputi:

1. Pemeriksaan dan analisis fisika air

Pemeriksaan dan analisis fisika air merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk menentukan beberapa sifat fisika contoh uji air.

2. Pemeriksaan dan analisis kimia air

Pemeriksaan dan analisis kimia air merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk menentukan beberapa sifat kimia contoh uji air.

Laboratorium Fisika Kimia Air BBTKL-PPM dipimpin oleh

seorang Manajer Teknik dan dibantu oleh beberapa pelaksana

laboratorium. Struktur organisasi laboratorium fisika kimia air dapat di

lihat pada lampiran.

18

Page 19: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Adapun personil Laboratorium Fisika Kimia Air BBTKL-PP Yogyakarta

sebagai berikut:

1. Rudi Priyanto, S.Si. : Deputi Manajer Teknik

2. Kristina Ery Faryanti, S.Si. : Penyelia Penguji

3. Marwinda Lestari, S.ST : Penyelia Penguji

4. Aslam Fahmiaji, A.md KL : Penyelia pengambil

5. Titin Umbarwati, Amd : Penyelia pengambil

6. Retna Widyastuti, Amd KL : Staf

7. Sri Handayani, Amd KL : Staf

8. Ika Purwanti, Amd KL : Staf

9. Ratna Murti Handayani , S.T : Staf

10. Saptiningsih : Staf

11. Siti Tsalist K, Amd AK : Staf

12. Rina Puspitasari, Amd : Staf

13. Fitri Nurhayati, Amd AK : Staf

19

Page 20: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. AIR

1. Sifat fisika Kimia Air

Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O.

Molekul air terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua

atom H. Di alam air ditemukan dalam bentuk padat, cair, dan gas. Pada

tekanan atmosfer pada tekanan atmosfer air berbentuk cair, pada suhu 00C

air berbentuk padat (es). Sebaliknya, air akan berubah menjadi gas pada

suhu 100˚C. Dalam keadaan normal (murni), air bersifat netral dan dapat

melarutkan berbagai jenis zat. (Rukaesih, 2004)

Air merupakan pelarut universal, sehingga air merupakan media

transport utama bagi zat-zat makanan dan produk buangan atau sampah

yang dihasilkan proses kehidupan. Walaupun penetapan standar air yang

bersih tidak mudah, namun terdapat kesepakatan bahwa air yang bersih

tidak ditetapkan pada kemurnian air, akan tetapi didasarkan pada keadaan

normalnya. Apabila terjadi penyimpangan dari keadaan normal maka hal

itu berarti air tersebut telah mengalami pencemaran. Air dari mata air di

pegunungan dan air hujan, Keduannya dapat dianggap sebagai air yang

bersih, namun senyawa atau mineral (unsur) yang terdapat didalamnya

berlainan. Air dikatakan tercemar apabila air tersebut telah menyimpang

dari keadaan normalnya.( Wardhana, 1995).

20

Page 21: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air

meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan

yang terus-menerus meningkat, dan kualitas air untuk keperluan hidup

yang semakin menurun akibat Kegiatan industri, kegiatan domestic, dan

kegiatan lainya. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan,

dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber

daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan serta

pemantauan sumber daya air secara seksama ( Sastrawijaya, 1991).

2. Sumber-sumber Air

Menurut Effendi (2003) sumber-sumber air meliputi :

a. Air Permukaan (Surface Water)

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface

water) dan air tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang

berada di sungai, danau, waduk, rawa, dan badan air lainnya, yang

tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Perairan permukaan

diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air

tergenang (standing waters atau jentik), meliputi danau, kolam, waduk,

rawa dan sebagainya, dan badan air mengalir (flowing waters atau

lotik) salah satunya yaitu sungai.

b. Air tanah

Air tanah (ground water) merupakan air yang berada di bawah

permukaan tanah. Karakteristik utama yang membedakan air tanah

dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu

21

Page 22: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

tinggal yang sangat lama mencapai puluhan bahkan ratusan tahun,

sehingga air tanah sulit pulih kembali apabila mengalami pencemaran.

Air tanah dapat berasal dari air hujan, baik melalui proses infiltrasi

secara langsung maupun secara tidak langsung dari air sungai, danau,

rawa, dan genangan air lainnya.

Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air

meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan

yang terus-menerus meningkat, dan kualitas air untuk keperluan

domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, kegiatan

domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya

air, yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat

menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk

hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu,

diperlukan pengelolaan dan perlindungan serta pemantauan sumber

daya air secara seksama (Effendi, 2003).

3. Pencemaran Air

Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/1988

Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah masuk atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke

dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau

oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu

22

Page 23: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi

sesuai dengan peruntukkannya (pasal 1) (Rukaesih, 2004).

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 mengelompokkan

kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya sebagai

berikut (Effendi, 2003):

a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air

minum.

c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan

perikanan dan peternakan.

d. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan

pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga

air.

4. Sumber Pencemaran Air

Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum

dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung

dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari

industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak

langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air

tanah atau atmosfir berupa hujan.

23

Page 24: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Pada dasarnya sumber pencemaran air bisa berasal dari industri,

rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah yang

mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida.

Kontaminan dari atmosfir yang berasal dari aktifitas manusia yaitu

pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.

5. Bahan Pencemar Air

Bahan pencemar air dapat diklasifikasikan sebagai bahan organik,

anorganik, radioaktif. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal

manusia dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial.

Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah

sebagai limbah industri, limbah rumah tangga, dan limbah pertanian.

Pestisida, deterjen, logam berat, PCPs (polychlorinated phenols), toksin

organik, minyak, dan nutrien adalah beberapa contoh bahan pencemar air.

Pestisida digunakan pada pertanian, kehutanan dan rumah tangga. Logam

berat banyak digunakan di industri-industri kimia. PCP ditemukan sebagai

bahan pengawet kayu dan deterjen digunakan secara luas sebagai zat

pembersih di rumah tangga (Sastrawijaya, 1991).

Meningkatnya kandungan toksin organik dan nutrien dapat

mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan (sewage)

menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya

yang mengarah pada berkurangnya oksigen dan berdampak parah terhadap

seluruh ekosistem.

24

Page 25: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Pada dasarnya Bahan Pencemar Air dapat dikelompokkan menjadi:

1. Bahan pencemar organik, baik yang dapat mengalami penguraian

oleh mikroorganisme maupun yang tidak dapat mengalami

penguraian.

2. Bahan pencemar anorganik, dapat berupa logam-logam berat,

mineral (garam-garam anorganik seperti sulfat, fosfat, halogenida,

nitrat)

3. Bahan pencemar berupa zat radioaktif

B. Kromium

1. Sifat fisika dan kimia kromium

Kromium merupakan unsur logam yang berada pada golongan

VIB dengan nomor atom 24 dan berat molekul 51,996 g/mol. Krom

merupakan logam masif, berwarna putih perak, dan lunak jika dalam

keadaan murni dengan titik leleh kira-kira 1900 oC dan titik didih kira-

kira 2690 oC. Logam ini sangat tahan terhadap korosi, karena reaksinya

dengan udara menghasilkan lapisan Cr2O3 yang bersifat non-pori

sehingga mampu melindungi logam yang terlapisi dari reaksi lebih

lanjut. Dengan sifat logam yang tahan korosi, manfaat utama dari

logam kromium adalah untuk pelapis logam atau baja. Selain itu,

lapisan kromium juga menghasilkan warna yang mengkilat sehingga

logam ini memberikan manfaat sebagai alat dekoratif ( Sugiyarto,

K.H : 2010).

25

Page 26: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

2. Senyawa kromium

Senyawa-senyawa kromium mempunyai cukup banyak manfaat.

Misalnya, kromium dioksida, CrO2, yang berwarna coklat gelap,

bersifat magnetik dan konduktor listrik yang tinggi, banyak digunakan

sebagai bahan pita rekaman. Kromium(III) oksida, Cr2O3, dan kromat,

PbCrO4, dapat digunakan sebagai bahan pewarna cat, dan gelas.

Dikromat, Na2Cr2O7, dapat digunakan sebagai oksidan dalam industri

kimia. Dalam proses penyamakan, kulit yang akan disamak dibasahi

dengan larutan dikromat, kemudian direduksi dengan gas SO2 sehingga

terbentuk kromi sulfat basa Cr(OH)SO4. Kolagen adalah jenis protein

utama dalam kulit, akan bereaksi membentuk senyawa kompleks kromi,

dan senyawa ini mengakibatkan kulit menjadi bersifat liat, lentur, dan

tahan terhadap kerusakan biologis ( Sugiyarto, K.H : 2010, hal. 251).

3. Pencemaran krom

Krom terdapat di alam dalam dua bentuk oksida, yaitu Cr (VI)

atau chromium hexavalent dan Cr(III) chromium trivalent. Krommiun

heksavalen mudah larut dalam air dan membentuk divalent oxyanion

yaitu kromat (CrO42-) dan dikromat (Cr2O7

2). Tingkat toksisitas Cr (VI)

sangat tinggi sehingga bersifat racun terhadap semua organisme untuk

konsentrasi > 0,05 ppm. Cr (VI) bersifat karsinogenik dan dapat

menyebabkan iritasi pada kulit manusia. Sementara itu, toksisitas

26

Page 27: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Cr(III) jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan Cr (VI) baik

paparan akut maupun kronis (Palar H, 1994).

Pemerintah menetapakan batas maksimum untuk

menanggulangi gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan.

Standar kualitas air bersih berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI

nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 kadar krom total maksimum yang

diperbolehkan yaitu 0,05 mg/liter (Anonim, 1990).

4. Metode Uji krom

Metode pengujian krom dapat dilakukan dengan metode flame

photometri, polarografi, spektrofotometri uv, analisis pengaktifan

neutron, GC-MS, dan Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Metode SSA

sangatlah spesifik analisis untuk unsur- unsur logam yang terdapat

dalam campuran karena memakai sumber radiasi yang bersal dari atom

yang akan di analisis atau dengan campuranya (alloy) dan anoda yang

terbuat dari tungsten. Selain itu SSA memiliki sensitivitas yang tinggi

(ppm-ppb), dapat membuat matrik sesuai standar, analisis cepat,

mudah, dan murah.

C. Spektroskopi Serapan Atom

A. Prinsip dasar SSA

Spektroskopi merupakan instrumen analisis yang digunakan

untuk mengukur energi secara selektif jika energi tersebut

ditransmisikan, direfleksikan, dan diemisikan sebagai fungsi gelombang

(Khopkar, 1990). Metode spektrofotometri serapan atom didasarkan

27

Page 28: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

pada interaksi antar energi radiasi elektromagnetik dengan atom unsur

yang dianalisis.

Penyerapan sinar oleh suatu atom dapat menyebabkan eksitasi

elektron pada atom dari tingkat energi dasar (ground state) ke tingkat

energi yang lebih tinggi (exited state). Penyerapan ini menyebabkan

terjadinya pengurangan intensitas radiasi yang diberikan. Pengurangan

intensitas sebanding dengan jumlah atom yang berada pada tingkat

dasar tersebut.

Dalam analisis SSA larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala

dan unsur-unsur didalam sampel diubah menjadi uap atom sihingga

nyala mengandung unsur – unsur atom yang di analisis. Beberapa atom

akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetepi kebanyakan atom tetap

tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar ( groun state). Atom-

atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber

radiasi yang terbuat dari unsur – unsur yang akan dianalisis atau campuranya (alloy).

Panjang gelombang yang dihasilkan sama dengan panjang gelombang yang di

absorbsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer.

yakni absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui oleh sinar dan

konsentrasi uap atom dalam nyala. Kedua variable ini sulit untuk ditentukan tetapi

panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding

langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel..

28

Page 29: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Hal ini dinyatakan dalam hukum Lambert-Beer (Sastrohamidjojo,

2001).

A = -Log T = a.b.c = ε. b. c

Keterangan: A = absorbansi

a = absorptivitas (jika c dinyatakan dalam ppm)

ε = absorptivitas molar (jika c dalam mol/L)

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi larutan (ppm)

B. Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom dengan Nyala

Gambar 1 komponen utama Spektrofotometer Serapan Atom

1. Sumber Cahaya

Sebagai sumber cahaya dipergunakan lampu katoda cekung

(hollow cathode lamp). Sumber ini menghasilkan garis resonansi yang

spesifik untuk tiap-tiap unsur. Lampu ini terdiri dari katoda yang

berbentuk silinder yang dilapisi oleh logam dari unsur yang dianalisa

dalam bentuk murni sedangkan anoda dipakai wolfram. Kedua

29

Page 30: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

elektroda dimasukkan dalam tabung kaca dari silika yang diisi dengan

gas Ar, Ne, atau He dalam tekanan rendah. Untuk mempertajam

spectrum radiasi resonansi dan mengurangi terjadinya pelebaran garis

emisi, maka pada lampu katoda diberikan elektroda tambahan.

Elektroda tambahan ini adalah katoda yang dilapisi oleh unsur logam

yang mudah melepaskan elektron yang diperlukannya untuk

memborbardir katoda cekung.

2. Nyala

Nyala yang digunakan pada spektrofotometer serapan atom

harus mampu memberikan suhu > 2000 0K. Untuk mencapai suhu

setinggi ini biasanya digunakan gas pembakar dalam suatu gas

pengoksida (oksidan) seperti misalnya udara dan nitrogen oksida

(N2O).Gas pembakar yang umum digunakan adalah etana (C2H2),

hidrogen (H2) dan propana (C3H8). Berikut jenis gas pembakar

kecepatan alir, suhu, kecepatan pembakaran pada SSA :

Tabel 2. Jenis-jenis Gas Pembakar pada SSANyala Kecepatan Mengalir

(L/Menit)Suhu (K) Kecepatan

Pembakran

Gas Oksidator

Udara-Propana 0,3-0,45 8 2200 45

Udara-Asetilen 1,2-2,2 8 2450 160

Udara-Hidrogen 6 8 2300 320

N20-Propana 4 10 2900 250

N20-Asetilen 3,5-4,5 10 3200 285

N20-Hidrogen 10 10 2900 380

30

Page 31: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

(Lajunen,Lauri H,J, 1991)

3. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk memisahkan garis-garis

spektrum lainnya yang mungkin menggangu sebelum pengukuran.

Sistem monokromator terdiri dari celah masuk (entrance slit), pemilih

panjang gelombang berupa prisma atau kisi-kisi difraksi.

4. Detektor

Alat detektor yang umum digunakan adalah tabung pelipat

ganda foton. Prinsip tabung ini adalah mengubah energi cahaya

menjadi sinyal listrik. Detektor yang biasa digunakan ialah tabung

pengganda foton (photomultiplier tube).

5. Amplifier

Frekuensi resonansi yang telah dipisahkan oleh monokromator

selanjutnya memasuki detector sehingga dihasilkan suatu sinyal ini

selanjutnya ditransmisikan melalui amplifier sebelum sampai

pencatat. Jadi fungsinya adalah memperkuat sinyal yang diterima dari

detector supaya dapat dibaca oleh pencatat.

Dalam analisis logam dengan menggunakan, system ini

sampel diatomisasi pada alat atomizer melalui nyala api dengan bahan

baker asetilen murni. Biasanya logam yang dianalisis dengan flame

SSA ini ialah Ca, Cd, Cu, Cr, Zn, Pb. Sedangkan untuk analisis Hg

dilakukan tanpa nyala tetapi larutan sampelnya direduksi lebih dahulu

dengan pencampuran dengan Stanum Klorida (SnCl2).

31

Page 32: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

C. Gangguan pada Spektrofotometer Serapan Atom

1. Gangguan Spektrum

Gangguan spectrum dalam Spektrofotometri Serapan Atom

timbul akibat terjadinya tumpang tindih antara frekuensi-frekuensi

garis resonansi unsur yang dianalisis dengan garis-garis yang

dipancarkan oleh unsur lain. Hal ini disebabkan karena rendahnya

resolusi monokromator. Adanya peristiwa absorpsi ( yang bukan

resonansi atom) dan penghamburan juga akan menghasilkan

kesalahan dalam pembacaan absorbansi. (Vogel,1994).

2. Gangguan Kimia

Gangguan kimia dapat disebabkan oleh pembentukan senyawa

refraktori. Pembentukan senyawa refraktori menyebabkan tidak

sempurnanya disosiasi zat yang dianalisis bila disemprotkan ke dalam

nyala. Biasanya gangguan kimia dapat diatasi dengan salah satu cara

berikut : Menggunakan nyala yang lebih tinggi suhunya,

Menambahkan unsur penyangga, mengestraksi unsur-unsur yang akan

dianalisis atau mengekstraksi unsur-unsur penggangu (Khopkar,

2002).

32

Page 33: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

BAB IVMETODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

a. Waktu Pelaksanaan PKL

Pemeriksaan parameter krom total dengan Spektrofotometer serapan

atom dilaksanakan pada tanggal 01 juni 2012.

b. Tempat Pelaksanan PKL

Pemeriksaan parameter krom total dilaksanakan di laboratorium

Fisika - Kimia Air BBTKL-PP Yogyakarta.

c. Metode Pelaksanaan PKL

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan parameter krom total ini

adalah metode uji dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom berdasarkan

buku petunjuk SNI 6989.17-2009.

d. Instrumen PKL

1. Alat

a. Seperangkat Spektrofotometer Serapan Atom

b. Gelas piala 250 mL

c. Pipet ukur 1 mL; 10 mL; 25 mL; labu ukur 100 mL

d. Corong gelas

e. Erlenmeyer 100 ml

f. Hot plate

33

Page 34: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

g. Kertas saring whatman 40, dengan ukuran pori θ 0.42 μm

2. Bahan

a. Akuades ( air suling )

b. Akuabides

c. HNO3 pekat

d. larutan standar logam krom, Cr 1000 ppm

e. gas asetilen

e. Prosedur pelaksanaan PKL

1. Persiapan dan pengawetan contoh uji

Bila contoh uji tidak dapat segera dianalisa, maka contoh uji

diawetkan dengan penambahan HNO3 pekat sampai pH kurang dari 2

dengan waktu simpan maksimal 6 (enam) bulan.

2. Persiapan pengujian

2a. Persiapan contoh uji

a) Dimasukan 100 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai

homogen kedalam gelas piala.

b) Tambahkan 5 mL HNO3 pekat.

c) Panaskan di pemanas listrik sampai larutan uji hampir

kering.

d) Ditambahkan 50 mL air suling, masukan ke dalam labu ukur

100 mL melalui kertas saring dan ditepatkan 100 mL dengan

air suling.

34

Page 35: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

2b. Pembuatan larutan baku krom 1000 ppm

a) 192,3 mg CrO3 dimasukkan dalam labu ukur 1000 mL

b) Ditambahkan HNO3 10 mL

c) Diencerkan sampai tanda

2c. Pembuatan larutan baku logam krom, Cr 100 ppm

a) Pipet 10 mL larutan induk logam krom, Cr 1000 ppm ke

dalam labu ukur 100 mL.

b) Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda batas .

2d. Pembuatan larutan baku logam krom, Cr 10 ppm

a) Pipet 50 mL larutan standar logam krom, Cr 100 mg/L ke

dalam labu ukur 500 mL.

b) Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.

2d. Pembuatan larutan kerja logam krom

a) Pipet 0 mL; 0,5 mL; 2 mL; 4 mL; 6 mL; 8 mL; 10 mL dan 12

mL larutan baku krom, Cr 10 mg/L masing-masing ke dalam

labu ukur 100 mL.

b) Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda sehingga

diperoleh konsentrasi logam krom 0,0 ppm; 0,05 ppm; 0,2

ppm; 0,4 ppm; 0,6 ppm; 0,8 mg/L ; 1 ppm dan 1,2 ppm.

35

Page 36: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

2e. Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi

a) Optimalkan alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

b) Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada

panjang gelombang 357,9 nm.

c) Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis

regresi .

d) Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji (sampel) yang sudah

dipersiapkan.

2f. Perhitungan

y : mx + c

Dimana :

y adalah absorbansi sampel

m adalah absortivitas (slope)

x adalah konsentrasi

36

Page 37: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

BAB VPEMBAHASAN

Krom adalah unur mineral yang dibutuhkan organisme pada konsentrasi

yang kecil, dalam konsentrasi yang lebih besar dari 0,05 ppm akan

membahayakan organisme dalam tubuh karena dapat menghambat kinerja hormon

insulin yang dapat memetabolisme glukosa menjadi energi.

Air merupakan kebutuhan semua organisme, yang dapat menyehatkan.

Agar tercapainya kualitas air yang di inginkan maka perlu pengujian kualitas air.

Salah satunya adalah Uji kandungan logam krom.

Uji logam krom dapat dilakukan dengan berbagai metode yaitu flame

photometri, polarografi, spektrofotometri uv, analisis pengaktifan neutron, GC-

MS. Pada percobaan ini digunakan metode Spektroskopi Serapan Atom ( SSA)

sesuai dengan SNI 6989.17-2004 dimana metode ini sangat mudah dilakukan,

cepat dalam analisis, murah, dan sensitivitas tinggi.

Prinsip dasar SSA adalah adalah penyerapan energi oleh suatu atom

logam, sehingga atom yang menyerap akan mengalami eksitasi dan kembali

dalam keadaan dasar (ground state ) dengan memancarkan energi.

Prinsip kerja pada penentuan krom total adalah pembuatan kurva larutan

standar dan analisis sampel uji. Penentuan kurva larutan standar dilakukan dengan

membuat larutan standar 0 ppm, 0,05 ppm, 0,2 ppm, 0,4 ppm, 0,6 ppm, 0,8 ppm,

1 ppm, 1,2 ppm yang dibuat dari larutan standar 10ppm. Dimana larutan

standar10 ppm dibuat dari larutan standar 100ppm. Dan larutan standar 100 ppm

37

Page 38: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

dibuat dari larutan standar 1000 ppm. Kemudian diukur absorbansi larutan standar

yang telah dibuat dengan Spektroskopi Serapan Atom (SSA) menggunakan

blanko aquabideS+ asam nitrat (HNO3). Kemudian dibuat kurva kalibrasi

hubungan konsentrasi larutan standar versus absorbansi. Berikut adalah hasil

absorbansi larutan standart dan kurva kalibrasi :

Tabel 3. Absorbansi Larutan StandarStandar(ppm) Absorbansi

0 0,000

0,05 0,0002

0,2 0,0007

0,4 0,00013

0,6 0,0021

0,8 0,0027

1 0,0034

1,2 0,0040

Gambar 2. Grafik Kurva Kalibrasi Larutan Standar

38

Page 39: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

Dalam analisis sampel uji, larutan sampel diaspirasikan dalam nyala dan

unsur yang terdapat dalam sampel diubah menjadi uap atom sehinnga nyala

mengandung unsur yang akan dianalisis. Dalam nyala atom akan mengalami

eksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai

atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom dalam keadaan dasar akan

menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur yang

akan di analisis. Sumber radiasi berasal dari lampu katoda berongga yang silindris

terbuat dari unsur yang akan ditentukan atau campurannya (alloy) dan anoda

terbuat dari tungsten.

Penyerapan radiasi oleh Atom mengakibatkan elektron mengalami

eksitasi dari keadaan dasar (ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi

(exited state). Radiasi yang dihasilkan sama dengan radiasi yang diabsorsi oleh

atom nyala dalam bentuk panjang gelombang. absorbansi ini mengikuti hukum

Lambert–Beer yakni absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang

dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala. Namun kedua variable ini

sulit ditentukan akan tetapi panjang nyala dapat di buat konstan, sehingga

absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasianalit dalam sampel larutan uji.

Kedaan eksitasi hanya terjadi dalam waktu yang singkat kemudian elektron akan

mengalami deeksitasi dalam keadaan dasar dengan memancarkan kembali radiasi

kemudian di tangkap oleh monokromator yang akan memisahkan spektru radiasi

sehingga diperoleh spektum yang sama. Selanjutnya spektrum akan ditangkap

oleh detektor dan diubah dalam bentuk sinyal listrik, sinyal di transmisikan

melalui amplifier dan diperkuat sebelum akan terekam oleh recorder. Metter akan

39

Page 40: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

menerjemahkanya ke dalam bentuk data absorbansi. Hasil Analisi sampel uji

dilakukan pada beberapa sampel uji dan di peroleh sebagai berikut :

Table 4. Hasil Analisis Contoh UjiNo. uji Absorbansi Konsentrasi (ppm)

Blanko 0,000 0

5679 0,0011 0,3235

5667 0,000 0

5673 0,000 0

5606 0,0001 0,0294

5799 0,0000 0

4807 0,0007 0,2058

5678 0,0030 0,8823

5763 0,0036 1,0588

5679 0,0011 0,3235

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.416/Men.Kes/Per/IX/1990 kadar krom total maksimum dalam air bersih

adalah 0,05 ppm. Dari hasil yang diperoleh terdapat sampel uji yang memenuhi

standar baku air bersih yaitu sampel uji 5667, 5673, dan 5799 dan yang tidak

memenuhi standar baku mutu air bersih yaitu pada sampel uji 5679, 4807, 5678,

5763 dan 5763. Sampel yang memiliki kadar lebih dari 0,05 ppm dapat dikatakan

tidak memenuhi stndar kualitas air bersih. Untuk dapat digunakan sebagai air

bersih maka perlu penanganan lanjut agar efek toksik dapat diminimalisir.

40

Page 41: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil PKL yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

metode uji kadar kromium total dapat dianalisis dengan Spektroskopi

Serapan Atom (SSA).

Pemerintah telah menetapakn peraturan bahwa kadar krom dalam

sampel air maksimal adalah 0,05 ppm berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.416/Men.Kes/Per/IX/1990 . Dari data

yang dihasilkan terdapat sampel yang belum memenuhi standar kualitas air

bersih yaitu sampel uji no 5679, 4807, 5678, dan 5763.

B. Saran

41

Page 42: Bab i,II,III,Vi,Vi Fix

1. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Pelaksanaan PKL harus benar-benar diperhatikan terutama pada saat

penentuan tempat dan pelaksanaan PKL agar sesuai dengan bidang

studi yang ditekuni, dan tidak mengganggu jadwal akademik kampus

serta tidak mempersulit mahasiswa dalam pengurusan surat-surat

permohonan PKL.

2. Balai Besar Teknik lingkungan dan Pencegahan Penyakit Yogyakarta,

Demi terwujudnya visi dan misi BBTKL-PP Yogyakarta perlu diadakan

kerja sama dengan pihak universitas dengan diupayakan adanya bentuk

sosialisasi akademik untuk mahasiswa terkait pentingnya ilmu

kesehatan lingkungan serta pengetahuan kimia tentang cara

pemeriksaan air.

3. Untuk Mahasiswa PKL

Dalam melaksannakan PKL mestinya harus sudah mengusai teknik

analisis baik konvensional maupun modern yang sangat bermanfaat

dalam kegiatan PKL dan dunia kerja kedepannya.

42