Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan...

19
Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit Disusun Oleh: Akbar kusuma Wardana (E0014014) Bagas Ariyadi W (E0014061) Hernanda Damantara (E0014193) M. Harry Fachri (E0014277) Nadito Amanu R.S (E0014285) Maulana Muhammad N (E0014256) Rintario Adi Kameswara (E0014343) Rio Cahya Nandika (E0014344)

Transcript of Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan...

Page 1: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah

Dinyatakan Pailit

Disusun Oleh:

Akbar kusuma Wardana (E0014014)

Bagas Ariyadi W (E0014061)

Hernanda Damantara (E0014193)

M. Harry Fachri (E0014277)

Nadito Amanu R.S (E0014285)

Maulana Muhammad N (E0014256)

Rintario Adi Kameswara (E0014343)

Rio Cahya Nandika (E0014344)

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Page 2: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

2015BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan sangat bergantung akan transportasi udara.

Pesawat yang sering digunakan sebagai saran transportasi kian berkembang sekitar tahun

2000. Hal ini membantu mobilitas dan pertumbuhan ekonomi semakin cepat. Berbagai

maskapai penerbangan di negara ini semakain gencar dengan promo-promo iklannya.

Pesawat-pesawat itu umumnya didatangkan dari luar negeri dengan cara leasing. Tak

sedikit pesawat impor ini dibeli dari konsumen pertama alias bekas. Bahkan ada pula yang

nyata-nyata tidak terdaftar di Indonesia dan tidak diketahui kelayakan mesinnya.

Harga murah dengan mengorbankan perawatan pesawat dan kelayakan pilot

menimbulkan masalah yang tidak bisa dianggap kecil. Puncaknya pada tahun 2007 Adam Air

mengalami kecelakaan di Perairan Majene, Manado, Sulawesi Barat. Pada kecalakaan ini

semua penumpangnya dinyatakan tewas. Di minggu kedua Maret 2008, Adam Air salah

satu  masakapai Penerbangan  melakukan delay terhadap pesawatnya. Tanpa adanya

pemberitahuan terlebih dahulu, membuat penumpang marah. Lebih parahnya lagi lima jam

kemudian pesawat yang dinyatakan ada gangguan teknis tersebut dipakai untuk

menerbangkan para penumpang, maka kemarahan penumpang semakin menjadi-jadi. Hal

tersebut menjadi sorotan media karena Airlines tersebut mengenyampingkan faktor

keselamatan. Beberapa hari kemudian terjadi kecelakaan pesawat Adam Air ketika take off di

Batam. Roda depan pesawat patah dan keluar jalur landasan. Walaupun tidak ada korban

jiwa hal tersebut meresahkan para penumpang. Top Brand 2008 Low cost carrier and

connection yang pernah didapatkan oleh maskapai tersebut kini tinggal kenangan. Bahkan isu

korupsi kian gencar terdengar dikalangan atas dan direksinya menyebabkan Adam Air

semakin terpuruk, mengalami krisis kepercayaan dan puncaknya mengalami kepailitan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana status aset PT. Adam Sky Connection Airlines (Adam Air) setelah dinyatakan

pailit?

Page 3: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

2. Bagaimana Pertanggungjawaban direksi PT. Adam Sky Connection Airlines (Adam Air)

setelah dinyatakan Pailit?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Bagaimana status PT. Adam Sky Connection (Adam Air) setelah dinyatakan pailit

Berdasarkan Undang-undang nomor 37 tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Utang, Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor

Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan

Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Dengan demikian jika ada

penagihan pembayaran utang dan telah jatuh tempo maka dapat disebut pailit. Bukan hanya

tidak mampu untuk membayar utang, tapi tidak mau membayar utang juga dapat dimintakan

pailit. Pernyataan pailit bukan hanya keluar dari para kreditur semata, akan tetapi harus ada

putusan pengadilan. Dan pengadilan akan menunjuk seorang kurator untuk mengelola harta

pailit.

Undang-undang tersebut merupakan tindak lanjut dari pasal-pasal jaminan dalam

pasal 1311 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang berbunyi “Segala kebendaan si

berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang sudah ada dan maupun

yang akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan

perseorangan”.

Saat Adam Air (Adam Sky Connection Airlines) mengalami pailit. Bermula dari

kejadian jatuhnya pesawat Adam Air tahun 2008 dan merembet berbagai masalah

selanjutnya. Klimaksnya pada tahun 2009 maskapai tersebut di putus pailit berdasarkan

Putusan Pailit PT. Adam Skyconnection Airlines Nomor

26/PAILIT/2008/PN.NIAGA.JKT.PST.

Kepailitan terhadap suatu subjek hukum baik orang-perorangan maupun badan

hukum dapat terjadi apabila persayaratan yang dirumuskan dalam pasal 2 ayat 1 UUK

2004 terpenuhi, antara lain:

Page 4: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

a. Minimal ada dua kreditur atau lebih. Dalam hal ini CV. Cici yang diwakili kuasa

hukumnya Lukman Arifin S.H mewakili pula kreditur lainnya. Kreditur lainnya antara

lain: Toko Global, Toko Jaya Makmur, PT. Pendawa Auto, PT. Mafati Indonesia, Toko

Bintang Warin Warna, Toko Vijaya Motor, serta karyawan-karyawan Termohon.

Dengan uraian tersebut diatas jelas terlihat bahwa syarat adanya minimal dua

kreditur atau lebih telah terpenuhi. Bahkan kreditur Adam Air yang telah diketahui

dengan jelas dalam berkas permohonan dan putusan pailit Adam Air ada lebih dari dua

kreditur sebagaimana telah disebutkan diatas, selain kreditur pemohon CV. Cici.

b. Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih

(tanpa membedakan apakah debitur memang tidak mampu membayar ataupun debitur

hanya sekedar tidak mau membayar krediturnya dengan alasan-alasan tertentu, misalnya

dalam hal kreditur tidak melaksankan prestasi sebagaimana telah dijanjikan sebelumnya).

Permohonan pailit dapat diajukan baik oleh debitur sendiri maupun oleh satu atau

lebih krediturnya. Adapun tujuan dari adanya hukum kepailitan adalah untuk kepentingan

dunia usaha dalam menyelesaikan masalah utang-piutang secara adil, cepat, terbuka, dan

efektif.

Permohonan pailit terhadap PT. Adam Sky Connection Airlines (Adam Air)

diajukan oleh beberapa krediturnya karena adanya kekhawatiran para kreditur atas

kemampuan Adam Air dalam melaksanakan pengembalian utangnya, sehubungan dengan

kinerjanya yang terus memburuk dan terjadinya peristiwa-peristiwa kritis berikut:

1) Peristiwa jatuhnya pesawat Adam Air Boeing 737-400 di perairan Majene, Sulawesi

Barat yang menyebabkan tewasnya seluruh penumpang pesawat tersebut pada tanggal

1 Januari 2007.

2) Hasil pemeringkatan yang buruk atas Adam Air oleh Pemerintah Indonesia tanggal

22 Maret 2007. Adam Air pada peringkat III yang berarti hanya memenuhi syarat

minimal keselamatan.

3) Pencabutan izin terbang berdasarkan surat bernomor AU/1724/DSKU/0862/2008

yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan, Adam Air tidak lagi diizinkan

untuk menerbangkan pesawatnya, terhitung efektif sejak pukul 00.00 tanggal 19

Maret 2008.

4) Adanya ketidakharmonisan antar pemegang saham Adam Air.

Page 5: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

Jadi sisa aset daripada PT Adam Sky Connection Airlines (Adam Air) yang

tersisa digunakan untuk membayar utang-utang kepada kreditur-kreditur yang telah

diverifikasi sebelumnya oleh Kurator atas amanah keputusan pengadilan. Kurator sendiri

diangkat setelah adanya putusan pailit. Seorang Kurator diangkat bersamaan dengan

seorang Hakim Pengawas. Tugas kurator adalah melakukan pengurusan dan/atau

pemberesan harta pailit.

Pemohon pailit diwakili oleh CV. Cici qq. Dra Luvida Eviyanti (dengan adanya

kuasa dari para kreditur lain). Selain itu kreditur Adam Air lainnya, antara lain: Toko

Global, Toko Jaya Makmur, PT. Pendawa Auto, PT. Mafati Indonesia, Toko Bintang

Warin Warna, Toko Vijaya Motor, serta karyawan-karyawan Termohon.

2. Bagaimana Pertanggungjawaban PT Adam Skyconnection Airlines (Adam Air) Setelah

Dinyatakan Pailit.

Pada prinsipnya, tanggung jawab direksi perseroan terbatas yang perusahaannya

mengalarni kepailitan adalah sama dengan tanggung jawab direksi yang perusahaannya tidak

sedang mengalami kepailitan. Pada prinsipnya direksi tidak bertanggung jawab secara

pribadi terhadap perbuatan yang dilakukan untuk dan atas narna perseroan berdasarkan

wewenang yang dimilikinya. Hal ini karena perbuatan direksi dipandang sebagai perbuatan

perseroan terbatas yang merupakan subjek hukum mandiri sehingga perseroanlah yang

bertanggung jawab terhadap perbuatannnya perseroan itu sendiri yang dalam hal ini

direpresentasikan oleh direksi. Narnun, dalam beberapa hal direksi dapat pula dimintai

pertanggungjawabannya secara pribadi dalam  kepailitan perseroan terbatas ini.

Dalam hal terjadinya kepailitan perseroan maka tidak secara a priori  direksi

bertanggung jawab pribadi atas perseroan tersebut, namun sebaliknya direksi mesti bebas

dari tanggung jawab terhadap kepailitan perseroan terbatas. Pengaturan lebih lanjut dari

tanggung jawab direksi  dapat dilihat dari kondisi tertentu. Seperti yang telah dijelaskan

dalam UUPT berikut:

Pasal 104 ayat (2) UUPT

“Dalam hal kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi karena kesalahan atau

kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban

Page 6: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

Perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng

bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut”.

Pasal 104 ayat (4) menyebutkan:

“anggota direksi tidak bertanggung jawab atas kepalitan perseroan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) apabila dapat membuktikan:

a. kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh

tanggungjawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

Perseroan;

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas

tindakan pengurusan yang dilakukan; dan

d. telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan”

Namun demikian, bukanlah hal yang mudah untuk membuktikan bahwa direksi telah

melakukan kesalahan dan/atau kelalaian sehingga menyebabkan suatu perseroan mengalami

kebangkrutan yang berujung pada kepailitan. Fenomena seperti ini sudah sejak dahulu

terjadi, seperti di London kasus yang sangat terkenal, yakni Salomon V Salomon Co. Ltd.

Dari pengaturan ini, maka sebenarnya ada benang merah antara tanggung jawab

direksi perseroan terbatas tidak dalam pailit dan tanggung jawab direksi dalam hal

perseroan terbatas mengalami pailit. Dengan demikian, berbagai teori tanggung jawab

direksi di atas dapat dipakai pula untuk mengukur tanggung jawab direksi

dalam  hal perseroan terbatas mengalami kepailitan. Sedangkan Pasal 104 Ayat (2) UUPT

adalah merupakan implikasi yuridis dari sifat kolegialitas dari direksi dimana segenap

direksi bertanggung jawab secara renteng (joinly and severely). Sehingga bagi anggota

direksi yang berkehendak untuk melepaskan tanggung jawab renteng tersebut, maka

direksi itu wajib membuktikan hal tersebut.

Aspek kolegialitas atau disebut dengan tanggung jawab secara renteng bisa

menciptakan ketidakadilan dari anggota direksi yang tidak melakukan perbuatan tertentu

namun dapat dimintai pertanggungjawaban. Seperti pendapat dari Rudhi Prasetya yang

menyatakan bahwa:

Page 7: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

“Sebenarnya penting ketentuan dalam anggaran dasar yang mengaturmengenai lembaga rapat

direksi benar-benar diimplementasikan dan jangan sekadar dijadikan hiasan. Agar direksi

dalam  mengambil keputusan benar-benar telah dirundingkan di antara segenap anggota

direksi, yang notabene di antara mereka bertanggung jawab secara kolegial”.

Mengenai tanggung jawab direksi yang perseroannya mengalami pailit, Munir

Fuady menyatakan bahwa apabila suatu perseroan pailit, maka tak sekonyong-konyong

(tidak demi hukum) pihak direksi harus bertanggung jawab secara pribadi. Agar pihak

anggota direksi dapat dimintakan tanggung jawab pribadi ketika suatu perusahaan

pailit, haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. terdapatnya unsur kesalahan (kesengajaan) atau kelalaian dari direksi (dengan

pembuktian biasa);

b. untuk membayar utang dan ongkos-ongkos kepailitan, haruslah diambil terlebih dahulu

dari aset-aset perseroan. Bila aset perseroan tidak mencukupi, barulah diambil aset

direksi pribadi;

c. diberlakukan pembuktian terbalik (omkering van bewijslast) bagi anggota direksi yang

dapat membuktikan bahwa kepailitan perseroan bukan karena kesalahan (kesengajaan)

atau kelalaiannya.

Di samping pertanggungjawaban perdata (civil liability) tersebut, direksi dapat

dikenakan pertangungjawaban pidana (criminal liability) dalam kepailitan perseroan terbatas

ini. Ketentuan pidana ini terkait dengan tindakan organ perseroan setelah perseroan terbatas

tersebut dinyatakan pailit dan juga berkait dengan terjadinya pailit perseroan terbatas.

Ketentuan pertangungjawaban pidana terhadap direksi ini antara lain diatur dalam Pasal

398 dan 399 KUHP.

Pasal 398 KUHP menyatakan:

"Seorang pengurus atau komisaris perseroan terbatas, maskapai andil Indonesia, atau

perkumpulan koperasi yang dinyatakan pailit  atau yang penyelesaiannya oleh

pengadilan telah diperintahkan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun

empat bulan:

1. bila yang bersangkutan turut membantu atau mengizinkan untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan anggaran dasar, yang menyebabkan

Page 8: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

seluruh atau sebagian besar dari kerugian yang diderita oleh perseroan, maskapai,

atau perkumpulan;

2. bila yang bersangkutan dengan maksud untuk menangguhkan kepailitan atau

penyelesaian perseroan, maskapai, atau perkumpulan, turut membantu atau

mengizinkan peminjaman uang dengan syarat-syarat yang memberatkan, padahal

tahu bahwa kepailitan atau penyelesaiannya tidak dapat dicegah lagi;

3. bila yang bersangkutan dapat dipersalahkan, tidak memenuhi kewajiban seperti

tersebut dalam Pasal 6 alinea pertama Kitab Undang-undang Hukum Dagang

dan Pasal 27 Ayat 1 ordonansi tentang maskapai andil indonesia, atau bahwa buku-

buku dan surat-surat yang memuat catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang disimpan

menurut pasal tadi, tidak dapat diperlihatkannya dalam keadaan tak diubah.

Sedangkan Pasal 399 KUHP menyatakan:

"Pengurus atau komisaris perseroan terbatas, Maskapai Andil Indonesia, atau

perkumpulan koperasi yang dinyatakan pailit atau yang penyelesaiannya oleh pengadilan

telah diperintahkan, diancam dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun bila yang

bersangkutan mengurangi secara curang hak-hak pemiutangan pada perseroan,

maskapai, atau perkumpulan untuk;

1. membuat pengeluaran yang tidak ada atau tidak membukukan pendapatan atau

menarik barang sesuatu dari boedel;

2. telah  memindahtangankan barang sesuatu dengan cuma-cuma atau jelas di bawah

harganya;

3. dengan suatu cara menguntungkan salah seorang pemiutang pada waktu kepailitan

atau penyelesaian, ataupun pada saat dia tahu bahwa kepailitan atau penyelesaian tadi

tidak dapat dicegah lagi;

4. tidak memenuhi kewajibannya nuntuk membuat catatan menurut Pasal 6 alinea

pertama Kitab Undang-undang Hukum Dagang atau Pasal 27 (1) ordonansi

tentang maskapai andil indonesia, dan tentang menyimpan dan memperlihatkan buku-

buku, surat-surat, dan tulisan-tulisan menurut pasal-pasal itu.

Dari ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam kedua pasal ini dapat

disimpulkan bahwa baik anggota direksi maupun komisaris perseroan terbatas dapat

dituntut secara pidana bila mereka telah menyebabkan kerugian para kreditor perseroan

Page 9: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

terbatas dan dapat dikenakan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan jika

mereka turut serta dalam atau memberi persetujuan atas perbuatan-perbuatan yang melanggar

anggaran dasar PT dan perbuatan-perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian berat sehingga

perseroan terbatas jatuh pailit, atau turut serta dalam atau memberi persetujuan atas pinjaman

dengan persyaratan yang memberatkan dengan maksud menunda kepailitan PT, atau lalai

dalam mengadakan pembukuan sebagaimana diwajibkan oleh UUPT dan anggaran dasar

PT. Selanjutnya, baik direksi maupun komisaris PT yang telah dinyatakan dalam keadaan

pailit dapat dituntut secara pidana dan dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun

bila merekayasa pengeluaran atau utang dengan maksud mengurangi secara curang hak-

hak para kreditor PT atau mengalihkan kekayaan PT dengan cuma-cuma atau dengan

harga jauh di bawah kewajaran.

Dalam kasus PT. Adam Sky Connection Airlines (Adam Air) Direksi dapat dituntut

pertanggungjawabannya sampai ke harta pribadinya karena akibat tindakan mereka yang

tidak menjalankan ketentuan seperti yang dijelaskan pada:

Pasal 104 ayat (4) menyebutkan:

“anggota direksi tidak bertanggung jawab atas kepalitan perseroan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) apabila dapat membuktikan:

a. kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh

tanggungjawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan

Perseroan;

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas

tindakan pengurusan yang dilakukan; dan

d. telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Telah menyebabkan PT Bhakti Investama menarik modalnya melalui 2 afiliasinya

karena tidak ada jaminan keuntungan jangka panjang. Dengan model perseroan yang kurang

terbuka sangat sulit bagi PT. Bhakti Investama mengakses keuangan. Selain itu di tahun 2006

terjadi penggelapan sebesar 132 milyar rupiah yang belum diusut tuntas oleh pihak Adam

Air. Manajemen Adam Air yang kurang terbuka sistem keuangannya mengkhawatirkan para

investor. Sikap tertutup manajemen menjadikan 2 investor hengkang dengan menarik 50%

saham dari Adam Air. Manajemen yang gencar diisukan adanya penggelapan dana keuangan

Page 10: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

dan korupsi tesebut belum diusut tuntas. RUPS tidak pernah memutuskan suatu keputusan

yang dapat dijalankan oleh direksi, sehingga direksi melakukan apa yang menjadi tujuan

didirikan maskapai itu.

Sementara itu, keterkaitannya dengan pemegang saham perseroan tidak bertanggung

jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung

jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya. Tanggung jawab

pemegang saham yang terbatas tersebut dibuka atau diterobos menjadi tanggung jawab tidak

terbatas, hingga kekayaan pribadi manakala terjadi pelanggaran, penyimpangan atau

kesalahan dalam pengurusan perseroan (piercing the corporate veil/membuka tirai

perseroan). Piercing the corporate veil/membuka tirai perseroan akan berlaku apabila: 

1. Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi.

2. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad

buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi.

3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perduatan melawan hukum yang

dilakukan oleh perseroan.

4. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun secara tidak langsung

melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan

perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan.

Tanggung Jawab Direksi Ketika Terjadinya Kepailitan Pada Perseroan Terbatas

Menurut Doktrin Hukum Perusahaan antara lain:

a) tanggung jawab berdasarkan prinsip fiduciary duties dan duty to skill and care;

b) tanggung jawab berdasarkan doktrin manajemen ke dalam (indoormanajement rule);

c) tanggung jawab berdasarkan prinsip Ultra vires; dan

d) tanggung jawab berdasarkan prinsip piercieng the corporate veil

Tanggung Jawab Direksi Ketika Terjadinya Kepailitan Pada Perseroan Terbatas

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, adalah dalam hal kepailitan

terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar

seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara

tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta

Page 11: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

pailit tersebut;  sebaliknya anggota direksi tidak bertanggung jawab atas kepalitan perseroan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila dapat membuktikan:

a) kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b) telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh tanggungjawab

untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c) tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas

tindakan pengurusan yang dilakukan; dan

d) telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

Page 12: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan Undang-undang nomor 37 tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Utang, Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang

pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim

Pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Sisa aset daripada PT. Adam Sky Connection Airlines (Adam Air) yang tersisa digunakan

untuk membayar utang-utang kepada kreditur-kreditur yang telah diverifikasi sebelumnya

oleh Kurator atas amanah keputusan pengadilan. Pemohon pailit diwakili oleh CV. Cici qq.

Dra. Luvida Eviyanti (dengan adanya kuasa dari para kreditur lain). Selain itu kreditur Adam

Air lainnya, antara lain: Toko Global, Toko Jaya Makmur, PT. Pendawa Auto, PT Mafati

Indonesia, Toko Bintang Warin Warna, Toko Vijaya Motor, serta karyawan-karyawan

Termohon.

Dalam hal terjadinya kepailitan perseroan maka tidak secara a priori  direksi bertanggung

jawab pribadi atas perseroan tersebut, namun sebaliknya direksi mesti bebas dari tanggung

jawab terhadap kepailitan perseroan terbatas selama Direksi dapat membuktikan kalau

dirinya tidak bersalah.

Dalam kasus PT. Adam Sky Connection Airlines (Adam Air) Direksi dapat dituntut

pertanggungjawabannya sampai ke harta pribadinya karena akibat tindakan mereka yang

tidak menjalankan ketentuan kehati-hatian sehingga membuat pemegang saham menarik

sahamnya.

Page 13: Pertanggungjawaban PT. Adam Sky Connection Airlines (AdamAir) Atas Kewajibannya Setelah Dinyatakan Pailit

DAFTAR PUSTAKA

Dra. Farida Hasyim, M.Hum. 2009. Hukum Dagang. Jakarta: Sinar Grafika.

DR. Rr. Dijan Widijowati, S.H., M.H. 2013. Hukum Dagang. Yogyakarta: Andi.

Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno. 2013. Hukum Perusahaan dan Kepailitan.

Republik Indonesia, 2007 Undang-Undang Nomor 40 Tentang Perseroan Terbatas, Jakarta:

Sekretariat Negara.

Republik Indonesia, 2004 Undang-Undang Nomor 37 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Utang, Jakarta: Sekretariat Negara.