Perspektif Kepemimpinan.doc
-
Upload
isnaasafitri -
Category
Documents
-
view
2.297 -
download
105
Transcript of Perspektif Kepemimpinan.doc
D. Perspektif Kepemimpinan
Bagian ini menjelaskan secara ringkas tentang perspektif kepemimpinan yang juga
dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Penjelasan
deteailnya dapat dilihat pada buku lain (Muhammad, dkk, 2005). Analisis ini memberikan
tekanan pada keunikan kepemimpinan. Namun demikian perhatian analisis lebih diarahkan
untuk mengenali karakter kepemimpinan perusahaan. Dengan demikian, analisis ini memiliki
tujuan untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan kepemimpinan dengan melihat
praktiknya pada empat macam manajemen fungsional yang berada dalam perusahaan. Model
ini lebih tepat digunakan bagi perusahaan yang sedang merencanakan perubahan atau bagi
perusahaan yang memiliki kinerja tidak sehat.
Perspektif ini berusaha menemukan keunikan karakteristik kepemimpinan yang sedang
digunakan dalam perusahaan. Untuk keperluan itu analisis dilakukan dengan melakukan
analisis praktik kepemimpinan dalam manajemen fungsional : pemasaran, keuangan, sumber
daya manusia dan operasi. Analisis pada masing-masing manajemen fungsional tersebut
diharapkan mampu melakukan pencanderaan untuk menunjukkan keunikannya. Dengan
demikian setiap perusahaan memiliki 4 (empat) macam keunikan kepemimpinan masing-
masing untuk satu jenis manajemen fungsional. Keempat macam keunikan itu kemudian
disederhanakan lagi menjadi satu keunikan kepemimpinan perusahaan. Secara sederhana
dapat dilihat pada Gambar 6.3.berikut ini.
Gambar 6.3
Kerangka Analisis
Pemasaran
?
Operasi
?
Keuangan
?Keunikan Kepemimpinan
Perusahaan
?
SDM
?
1. Kepemimpinan dalam Manajemen Pemasaran
Mengikuti pada pengelompokan keunikan yang di kemukakan oleh Miles dan Snow
(1987), keunikan kepemimpinan dalam manajemen pemasaran dapat dilihat dari sejauh mana
upaya pengembangan produk dilakukan oleh unit bisnis yang bersangkutan. Berdasarkan
pada pengelompokan in, ditemukan adanya 4 (empat) keunikan, yaitu : prospectors,
analyzers, defenders, dan reactors. Secara sederhana dapat dilihat dalam Gambar 6.4 berikut
ini.
Gambar 6.4
Karateristik Kepemimpinan dalam Manajemen Pemasaran
Prospectors pada dasarnya adalah kepemimpinan dalam manajemen pemasaran yang
berorientasi pada peningkatan volume penjualan melalui pengenalan dan pengembangan
produk baru dan peningkatan pangsa pasar. Pemasaran yang demikian selalu mencari peluang
baru secara agresf. Strategi pemasaran ini biasanya dipilih ketika industri belum dewasa atau
tegasnya industri masih berada pada tahapan yang muda yang ditandai oleh belum
berkembangnya teknologi produksi dan teknologi pemasaran serta belum terbentuknya
segmentasi pasar secara mantap. Biasanya juga belum dijumpai banyak pesaing pasar.
Manajemen secara periodic selalu mencoba melakukan redifinisi produk yang ditawarkan
pada konsumen. Oleh karena itu manajemen merasa bangga jika bisa memasuki pasar lebih
Pemasaran :PrespectorsAnalyzerDefenderReactors
DeKeunikan epemimpinan
Perusahaan
?
Keuangan
?
Operasi
?
SDM
?
awal disbanding pesaing sekalipun mungkin di kemudian hari tidak bisa menjaga
keberlangsungan kehadirannya di pasar tersebut. Tujuan utama yang hendak di capai dengan
demikian adalah kemampuan perusahaan untuk terus menerus melakukan adaptasi dengan
perubahan lingkungan, tidak semata-mata peningkatan pangsa pasar (efektivitas) dan tingkat
pengembalian investasi (efisiensi).
Defender pada dasarnya kepemimpinan dalam manajemen pemasaran yang berorientasi
pada mempertahankan posisi pasar yang selama ini sudah dimiliki. Perusahaan hanya
menawarkan sejumlah produk yang relati terbatas dan secara terus menerus berusaha
menawarkan kualitas jasa yang lebih baik diikuti dengan kecenderungan harga yanglebih
murah. Dengan kata lain perusahaan tidak berusaha mencari peluang bisnis baru secara
agresif. Manajemen biasanya tidak memiliki kebanggan terhadap pengembangan teknologi
dan pengembangan produk serta mengabaikan perubahan lingkungan bisnis jika tidak secara
benar-benar berkaitan langsung dengan operasi perusahaan. Pilihan ini terjadi karena
teknologi operasi sudah relatif berkembang dan di saat yang sama segmentasi pasar juga
sudah terbangun. Industri juga sudah relatif berumur di saat yang sama struktur pasar
mendekati pasar persaingan sempurna. Semua perusahaan yang berada pada industri tersebut
biasanya memiliki penguasaan pangsa pasar yang sudah tidak berubah secara signifikan.
Analyzer merupakan pilihan strategi yang terletak di antara prospector dan defender.
Uit bisnis tidak agresif dalam mencari peluang baru seperti yang dilakukan prospector, akan
tetapi pada saat yang sama tidak telalu konservatif sebagaimana yang dilakukan defender.
Unit bisnis berusaha mempertahankan sejumlah produk yang ditawarkan pada pasar akan
tetapi pada saat yang sama kadang-kadang juga secara cermat menawarkan produk baru yang
memang sangat dipercaya menjanjikan keberhasilan. Hampir tidak pernah menjadi pemain
pertama yang masuk dalam pasar, lebih sering menjadi pemain kedua atau ketiga dalam
menawarkan produk baru.
Tujuan utama yang ingin dicapai juga merupakan ombinasi antara kemampuan
perusahaan untuk melakukan adaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis dan kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan pangsa pasar serta tingkat pengembalian investasi. Kalaulah
terpaksa melakukan pilihan dua jenis tujuannya yang disebut terakhir lebih penting daripada
tujuan yang disebut pertama.
Berbeda dengan ketiga jenis strategi pemasaran yang telah dijelaskan, strategi reactor
sesungguhnya merupakan strategi yang bersifat sementara (ad hoc) dan tidak sistematis.
Tidak ada sikap yang pasti dan konsisten yang dipilih oleh manajemen ketika menghadapi
perubahan lingkungan bisnis. Oleh karena itu, unit bisnis demikian lebih sering tidak
memiliki kinerja yang baik disbanding unit bisnis yang memiliki konsistensi dalam
melakukan tanggapan terhadap perubahan lingkungan bisnis. Amat sulit melakukan deskripsi
unit bisnis yang memilih strategi reactor memasarkan produk yang dijual. Jadi pada dasarnya
reactor adalah strategi residual.
Setidaknya ada tiga sebab mengapa manajemen pemasaran terjebak dalam strategi
reactor. Pertama, manajemen memang tidak bisa melakukan artikulasi secara komperhensif
sesungguhnya strategi pemasaran apa yan diperlukan oleh unit bisnis karena manajemen
tidak mampu merumuskan visi dan arah masa depannya. Kedua ini lebih banyak terjadi,
karena manajemen tidak mampu mengimplementasikan strategi yang dipilih karena tidak ada
struktur dan proses manajerial yang mendukungnya. Ketiga, karena manajemen terperangkap
untuk secara terus menerus memilih strategi pemasaran yang selama ini telah dipakai dengan
tanpa memperdulikan bahwa lingkungan bisnisnya telah mengalami perubahan. Manajemen
merasa nyaman dengan apa yang telah dikerjakan dan menganggap hal tersebut berlaku
selamanya.
2. Kepemimpinan dalam Manajemen Keuangan
Dalam melakukan investasi, seorang manajer akan dihadapkan pada trade-off antara
risiko dan return (tingkat pengembalian). Dalam situasi pasar yang kompetitif, kenaikan
return akan selalu diikuti oleh kenaikan risiko. Dengan kata lain ada hubungan positif antara
return dan risiko. Hubungan yang sama juga terjadi antara risiko dan ekspektasi return.
Setiap ada kenaikan risiko dalam suatu investasi, investor akan meminta tambahan ekspektasi
return sebagai kompensasinya. Namun jika yang dihubungkan adalah risiko dan realsasi
return, terutama jika kondisi pasar tidak sepenuhnya kompetitif, maka pola hubungannya
tidak selalu positif. Pada kasus yang terakhir ini ada empat kombinasi yang mungkin muncul
yaitu : (1) risiko tinggi-return tinggi, (2) risiko rendah-return rendah, (3) risiko rendah-return
tinggi, dan (4) risiko tinggi-return rendah. Empat kombinasi tersebut merupakan gambaran
tentang berhasil tidaknya strategi keuangan yang dipilih perusahaan.
Bagi manajer, risiko rendah atau risiko tinggi adalah sebuah pilihan. Artinya manajer
dapat memutuskan tinggi rendahnya batasan tingkat risiko yang masih dapat dia toleransi
untuk memilih sebuah proyek investasi. Sementara itu return adalah implikasi dari pilihan
investasi yang tingkat risikonya telah dipilih perusahaan. Perusahaan yang manajernya
mengambil risiko tinggi dan berhasil dalam menerapkan strategi (return-nya tinggi)
dikategorikan sebagai tipe perusahaan AGRESIF. Perusahaan yang manajernya cenderung
memilih aman dan memperoleh return yang sesuai dengan tingkat risiko yang diambil (return
rendah) disebut tipe perusahaan PASIF. Perusahaan yang manajernya cenderung memilih
aman tetapi ternyata return yang dihasilkan relatif tinggi disebut tipe perusahaan SUPERIOR.
Sedangkan perusahaan yang manajernya berani mengambil risiko namun ternyata gagal
dalam mewujudkan harapannya, berupa return yang tinggi, disebut tipe perusahaan
SUBOPTIMAL. Secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 6.5 berikut.
Gambar 6.5
Kepemimpinan dalam Manajemen Keuangan
Tipe kepemimpinan agresif merupakan gambaran perusahaan yang manajernya
memiliki sifat berani menempuh risiko demi mencapai tujuan yang lebih baik dan memiliki
kapabilitas untuk merealisasikan tujuannya tersebut. Risiko yang berani ditempuh tersebut
dapat berupa risiko bisnis dan atau risiko financial. Banyak faktor yang menggambarkan
tingginya risiko bisnis diantaranya pasar atau segemen yang dimasuki memiliki tingkat
persaingan yang sangat tinggi, harga jual dan volume penjualan dari produk yang dihasilkan
perusahaan saat fluktuatif, pendapatan perusahaan sangat tergantung pada satu jenis produk,
dari relatif tingginya pengeluaran modal (capital expenditure). Tingginya risiko financial
juga dapat berwujud dalam beberapa bentuk seperti rendahnya likuiditas perusahaan, kurang
Pemasaran
?
Keunikan Kepemimpinan
Perusahaan
?
SDM
?
Operasi
?
Keuangan :Agresif
PasifSuperior
Suboptiml
superior
solvabelnya perusahaan, tingginya beban hutang, serta terlalu besarnya porsi biaya tetap yang
harus dikeluarkan perusahaan.
Meskipun memiliki risiko tinggi, tipe perusahaan ini memiliki return yang tinggi pula.
Tingginya return ini tercermin dari relatif lebih tingginya tingkat profitabilitas perusahaan
dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. Tingkat profitabilitas meliputi tingkat
pengembalian investasi (return on investment, ROI), tingkat pengembalian kepada pemilik
modal (return on equity, ROI) dan margin laba.
Perusahaan tipe pasif memiliki ciri yang berlawanan dengan tipe agresif. Dalam
memilih risiko, manajer perusahaan tipe ini cenderung memakai strategi safety first. Jika
perusahaan berada dalam industri yang cenderung kompetitif, strategi ini tentu saja hanya
akan menghasilkan return yang ‘seadanya’. Ukuran-ukuran risiko dan return yang diuraikan
pada tipe perusahaan agesif di atas dapat juga untuk mengambarkan rendahnya risiko serta
rendahnya return pada tipe perusahaan pasif ini.
Strategi keuangan pasif bertujuan untuk mempertahankan posisi bersaing perusahaan
yang telah mencapai posisi mapan. Pada posisi mapan, perusahaan tidak perlu lagi
meningkatkan risiko keuangan demi memperoleh return yang lebih tinggi (misal dengan
mengambil tambahan hutang untuk ekspansi) karena pada posisi ini perusahaan telah
memiliki cukup dana intern untuk membiayai proyek-proyek investasinya.risiko bisnis dari
perusahaan pada posisi mapan juga sudah relatif menurun sehingga risiko secara total
memang rendah. Tipe pasif ini biasanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan dalam tahap
dewasa.
Manajemen perusahaan tipe superior juga cenderung memilih risiko yang rendah
namun karena faktor tertentu, seperti tingkat persaingan yang rendah atau bahkan terjadi
monopoli, perusahaan ini memperoleh return yang tinggi. Tujuan strategi keuangan superior
sebenarnya sama dengan strategi keuangan pasif yaitu mempertahankan posisi bersaing yang
sekarang sudah dicapai. Namun hasil penerapan strategi pasif pada perusahaan ini masih
menjadikan perusahaan memperoleh return diatas rata-rata. Perusahaan dalam tahap akhir
pertumbuhan atau pada awal tahap dewasa ada kemungkinan termasuk dalam tipe ini.
Manajer perusahaan yang bertipe suboptimal cenderung memilih resiko yang tinggi
namun dia kurang berhasil mendapatkan return yang sebanding dengan besarnya risiko.
Strategi keuangan yang suboptimal sebenarnya bertujuan meningkatkan posisi bersaing
perusahaan dengan konsekuensi risiko perusahaan meningkat namun perusahaan dalam
realisasinya perusahaan kurang berhasil dalam mencapai target tersebut. Ada dua
kemungkinan penyebab pencanangan target peningkatan posisi bersaing ini. Pertama, karena
posisi bersaing perusahaan masih lemah sehingga perlu ditingkatkan. Kedua, karena posisi
bersaing perusahaan mulai menurun sehingga perlu upaya untuk merebutnya kembali. Kasus
pertama dialami oleh perusahaan dalam posisi daur pertumbuhan sedangkan kasus kedua
dapat terjadi pada perusahaan dalam tahap daur dewasa.
3. Sumberdaya Manusia dan Organisasi
Memahami gaya kepemimpinan dan budaya organisasi sebagai bagian dari memahami
fungsi manajemen sumberdaya manusia bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
dengan menggunakan matafora organisasi yakni menganalogikan sifat-sifat gaya
kepemimpinan dan budaya organisasi seolah-olah identik dengan sifat-sifat benda atau obyek
lain. Dalam hal ini Charles Handy (1995) mengatakan bahwa perbedaan gaya kepemimpinan
dan budaya organisasi analog perbedaan karakter dewa-dewa Yunani Kuno : Zeus, Apollo,
Athena dan Dionysus. Dewa Zeus, dikenal sebagai kepala para dewa, adalah dewa yang
paling ditakuti, disegani, dihormati dan sekaligus dicintai. Dewa Apollo adalah dewa
ketertiban dan keteraturan. Athena adalah dewa perang yang mengendalikan kekuatan dan
kelemahan. Sementara itu, Dionysus adalah dewa anggur dan nyanyian, dewa yang
menggambarkan kebersamaan dan komunalitas.
Jika karakter dewa-dewa seperti tersebut di atas diaplikasikan ke dalam gaya
kepemimpinan dan karate sebuah organisasi maka dewa Zeus misalnya, dengan simbol
jarring laba-laba, adalah metafora seorang pemimpin yang centralized dan powerful; seorang
mentor yang menuntut orang-orang sekitar belajar kepadanya seharusnya mengelola sebuah
organisasi / perusahaan. Hal yang sama, dengan karakter yang berbeda, juga berlaku bagi
dewa-dewa lainnya.
Metafora adalah sebuah simplikasi, artinya ketika kita hendak menggunakan metafora
di atas sebagai penjelas gayakepemimpinan dan budaya organisasi, barangkali yang harus
dipahami adalah dalam kenyataan hampir tidak ada orang yang sepenuhnya memiliki
karakter seperti karakter salah satu dew di atas. Kadang-kadang seseorang memiliki
kombinasi dari karakter dua dewa – Zeus dan Apollo misalnya, namun harus diakui pula
bahwa dari kombinasi dua karakter tersebut hampir pasti ada satu karakter yang lebih
dominan. Hal lain yang juga harus dipahami adalah masing-masing karakter ttentu memiliki
kekuatan, kelebihan dan sekaligus kelemahan tersendiri. Oleh karenanya setiap karakter
hanya cocok untuk suatu kondisi tertentu. Paling tidak ada 4(empat) variable yang harus
mendapat perhatian yang bisa mempengaruhi pola pengelolaan perusahaan yaitu : ukuran
besar perusahaan, siklus kehidupan organisasi, pola kerja dan karakteristik orang-orang yang
bekerja dalam perusahaan tersebut.
Kepemimpinan dilihat dari sumberdaya manusia dan organisasi secara sederhana dapat
dilihat pada Gambar 6.6 berikut.
Gambar 6.6
Karakteristik Manajemen SDM dan Organisasi
Organisasi atau perusahaan dengan karakter Zeus (dengan symbol jarring laba-laba)
adalah tipikal organisasi yang centralized dengan seorang pemimpin yang kharismatik dan
powerful yang anggota-anggotanya tidak memiliki kesetaraan dalam mengakses sumber-
sumber daya organisasi. Pemimpin yang memiliki karakter dewa Zeus adalah seorang yang
cenderung berpikiran intuitif dan menyeluruh. Sebagai orang yang berpikiran intuitif, seorang
Zeus dengan demikian lebih menyukai data yang bersifat lunak dan impresif, bukan data
keras seperti laporan tertulis, hasil statistic dan hasil analisis. Meski demikian bukan berarti
data keras tidak diperlukan, hanya saja data ini cenderung tidak dijadikan dasar dalam
Pemasaran
?
Keunikan Kepemimpinan
Perusahaan
?
Operasi
?
SDM :Zeus
ApollonianAthenianDionysian
Keuangan
?
pengambilan keputusan. Sementara itu, dalam hal melihat perkembangan perusahaan,
seorang Zeus lebih concern terhadap kemajuan perusahaan secara menyeluruh, bukan detail
bagian per bagian. Hal ini terlihat dari kecenderungan seorang Zeus yang bergerak cepat
dalam menyelesaikan sebuah permasalahan dan berganti cara jika sekiranya cara pertama
tidak mendatangkan hasil.
Zeus tidak melihat model pembelajaran logical dan analitis (model pembelajaran
klasikal) sebagai cara yang tepat. Baginya, karena pembelajaran bersifat rahasia pribadi,
bukan sesuatu yang terbuka, pantang untuk dikatakan tidak mampu. Oleh karenanya model
pembelajaran adalah dengan cara trial and error – selalu mencoba untuk menunjukkan
kemampuannya dan sekaligus belajar jika kemampuan tersebut ternyata belum menghasilkan.
Itulah sebabnya cara pembelajara lebih banyak digunakan adalah pola magang. Dengan cara
pembelajaran seperti ini, seorang pemimpin merekrut seorang staf yang masih yunior untuk
dididik (berguru) bukan semata-mata untuk menambah pengetahuan (sains) tetapi lebih
penting lagi dalam cara berperilaku dan belajar bagaimana seseorang seharusnya melakukan
sesuatu seperti yang dilakukan seniornya. Hal ini membawa implikasi tersendiri kedekatan
hubungan yang bersifat personal antara yunior dengan seniornya harus selalu terjaga. Jika
sekiranya staf yunior gagal maka bukan sekedar dia diberhentikan dari proses pembelajaran
tetapi bahkan dia sekaligus dikeluarkan dari pekerjaan. Mudahnya mengganti sumberdaya
manusia, khususnya jika organisasi gagal mencapai tujuan, karena tipikal organisasi
mengartikan perubahan sebagai perubahan manusia bukan perubahan struktur atau sistem.
Dewa Apollo adalah dewa ketertiban dan dewa keteraturan yang disimbolkan dengan
bangunan kuil zaman Yunani kuno. Bangunan kuil tampak besar dan berdiri tegak karena
kekokohan pilar-pilarnya sebagai penyangga. Pilar-pilar tersebut dengan demikian menjadi
sumber kekuatan sealigus keindahan kuil. Semakin kokoh pilar-pilar penyangganya maka
semakin kokoh pula kuil-kuilnya; sebaliknya, jika salah satu atau beberapa pilar mengalami
keretakan, patah atau rusak maka kekokohan kuil juga akan mengalami hal yang sama.
Demikian juga, kuil akan tampak lebih indah jika pilar-pilar tersebut tetap rapi, beraturan dan
simetris meski yang demikian, bagi seorana Zeus, kadang-kadang memberi kesan kaku dan
membosankan. Sementara itu, untuk membangun kuil yang kokoh dan indah diperlukan
perencanaan yang matang, pembagian kerja yang baik dan penataan oilar yang berimbangan
serta hubungan interkoneksi antar pilar secara baik.
Organisasi dengan karakter Apollo adalah organisasi yang diidentikkan dengan sebuah
kuil yang berkekuatan sangat bergantung pada kekuatan pilar-pilar organisasi seperti fungsi,
sistem, struktur, prosedur organisasi dan pembagian kerja. Jika misalnya ada salah satu pilar
tidak bekerja dengan baik, hampir pasti kegiatan organisasi juga tidak berjalan sempurna,
bahkan bukan tidak mungkin secara perlahan kehidupan organisasi bisa runtuh. Oleh karena
itu, jika organisasi menghadapi masalah, misal tidak mencapai tujuan, maka yang terlebih
dahulu dibenahi, diperbaiki, dan didesain ulang adalah pilar-pilarnya bukan orang-orang yang
bekerja didalamnya karena bagi organisasi Apollo, manusia diperlukan sebagai variable
ikutan yang dianggap tidak begitu menentukan keberhasilan organisasi. Atau dengan kata
lain, manusia diperlakukan semata-mata sebagai obyek bukan sebagai subyek organisasi.
Simbol dari organisasi Athena adalah jejaring (net) yang melambangkan bahwa
organisasi memiliki sumberdaya diberbagai bagian organisasi yang bisa digunakan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan organisasi dengan segera. Kekuatan organisasi Althena
dengan demikian tidak terletak pada pusat kekuasaan sepertipada organisasi Zeus atau pada
puncak pimpinan seperti pada organisasi Apollo tetapi pada simbol-simbol jejaring. Dlam hal
ini setiap simbol jejaring (group/team) diperlukan sebagai pusat komando yang memiliki
tanggungjawab yang spesifik meski tanggungjawab tersebut masih terkait dengan
tanggungjawab organisasi secara keseluruhan. Karena kegiatan organisasi Athena terpusat
pada simpul-simpul jejaring maka pada setiap simpul diperlukan seorang atau bahkan
beberapa orang ekspertis yang bertugas untuk menyelesaikan beberapa tugas. Ekspertis dan
talenta dengan dengan demikin memperoleh penghargaan yang lebih tinggi ketimbang lama
kerja, kedekatan seseorang atau senioritas. Profesional yang masih kreatif dan energik yang
mengaku dirinya sebagai marketing man, corporate planner, atau product manager biasanya
tergolong sebagai Athenian.
Dionysus adalah dewa anggur dan nyanyian dengan simbol “titik-titik yang tidak saling
terkait” mengindikasikan tidak terjadinya sub-ordinasi antara satu pihak dengan pihak lain.
Jika hal ini diaplikasikan ke dalam konsep organisasi, maka diasumsikan bahwa para pekerja
bukan sub-ordinasi dari sebuah organisasi. Oleh karenanya, dalam organisasi, dalam
organisasi model ini dituntut adanya saling percaya antara manusia (pekerja) dengan
organisasi. Para pekerja memiliki keyakinan bahwa mereka diperlakukan sebagai human
beings bukan sekedar sebagai aset perusahaan yang semata-mata direkrut untuk mengerjakan
tugas-tugas perusahaan. Mereka mau datang ke perusahaan bukan sekedar untuk
bekerja,tetapi lebih penting lagi agar mereka bisa saling bercengkerama dan saling peduli
kepada sesame. Artinya keberadaan para pekerja di dalam perusahaan hanya sekedar
berpartisipasi agar kebutuhan-kebutuhan mereka bisa terpenuhi, syukur-syukur kalau
nantinya kebutuhan (tujuan) perusahaan juga tercapai.
Sifat altruisme para peerja di organisasi semacam ini sesungguhnya sangat tinggi oleh
karenanya jika mereka memperoleh pengarahan yang baik, maka sifat altruisme ini
sesungguhnya memudahkan organisasi untuk mendorong para pekerja untuk berinteraksi
dengan orang lain atau kelompok lain misalnya : pemasok, konsumen, masyarakat sekitar,
sesame teman kerja kepada dan kepada stakeholder. Sayangnya tidak mudah bagi organisasi
untuk mengarahkan mereka karena filosofi mereka adalah mereka bukan bekerja untuk
perusahaan tetapi bekerja dengan perusahaan. Mungkin cara yang dilakukan adalah memberi
kesempatan mereka untuk belajar dari pengalaman hidup agar mereka bisa menentukan arah
untuk dirinya. Seerti halnya pada organisasi Zeus, organisasi Dionysian membutuhkan
seorang figure yang bisa menciptakan harmoni di antara merea, bedanya pada organisasi
Dionysus, seoran figure harus menunjukkan kecintaan mereka pada kepentingan banyak
orang (pro people)
4. Kepemimpinan dalam Manajemen Operasi
Dengan menggunakan pendekatan biaya (cost) dan kualitas (quality), pada dasarnya
proses produksi dapat dikelompokkan pada 4 (empat) kategori strategi, yaitu (1) innovator,
(2) imitator, (3) low-cost dan (4) diferensiasi. Pengkategorian ini mengelompokkan proses
perusahaan pada sejauh mana produk-produk yang dihasilkan menempatkan pertimbangan
kualitas. Kecenderungan yang terjadi adalah terdapat perusahaan yang menjadikan biaya
rendah sebagai strategi untuk menenangkan persaingan (low-cost). Pada sisi yang lain,
terdapat perusahaan yang menempatkan bukan pada biaya akan tetapi pada keunikan produk
yang biasanya berdampak pada biaya yang relatif tinggi (diferensiasi). Dari sudut waktu
perusahaan memasuki pasar, proses produksi dapat dikategorikan pada innovator, yaitu
terdapat kecenderungan kuat perusahaan selalu berusaha untuk menjadi nomor satu dalam
memasuki pasar. Diujung yang lain, terdapat pula perusahaan yang menunggu kesuksesan
produk lain baru kemudian memutuskan masuk-tidaknya ke pasar. Secara ringkas pendekatan
ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 6.7
Karateristik Kepemimpinan dalam Manajemen Operasi
Kepemimpinan innovator ini ditandai oleh kebijakan-kebijakan dibidang operasi
dengan keseriusan dalam memenuhi kebutuhan pasar dengan produk-produk yang memiliki
kualitas tinggi. Tujuan utama yang hendak dipakai adalah menekankan pada fleksibilitas
proses produksi dengan mengacu pada kecepatan dalam memenuhi kebutuhan pasar akan
produk-produk yang berkualitas dan dengan tetap mempertimbangkan biaya proses.
Kesuksesan juga ditentukan oleh tersedianya peralatan dan teknoloi yang cenderung
fleksibel. Dengan demikian kecepatan untuk menghasilkan berbagi variasi produk dapat
terpenuhi.
Strategi innovator cocok diterapkan pada kondisi pasar yang sangat memperhatikan
kualitas produk (product-feature- sensitivies). Pertmbangan biaya bukan segalanya. Kepuasan
konsumen akan terpenuhi manakala ditemukan produk yang memiliki kualitas baik, meski
dengan biaya yang relatif lebih tinggi dari produk semisal dari produsen lain. Produk yang
dihasilkan lebih diarahkan pada produk-produk yang memiliki karateristik sesuai dengan
keinginan konsumen (customized product), bukan produk standar, meskipun dengan jumlah
produk yang dihasilkan kadang hanya dengan jumlah yang kecil. Strategi ini menuntut
adanya pertumbahan pasar yang tinggi untuk mencapai sukses.
Keuangan
?
Pemasaran
? Keunikan Kepemimpinan
Perusahaan
? Operasi :InovatorImitatorLow-cost
Deferensial
SDM
?
Strategi keunggulan biaya (low cost) ditandai dengan sangat jelas oleh upaya keras
yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dengan biaya produksi yang
relatif rendah dibandingkan dengan biaya produksi yang dihasilkan oleh pesaingnya. Oleh
karena itu sasaran pokok bidang operasi yang hendak diwujudkan adalah rekayasa proses
sehingga memungkinkan diperolehnya penurunan biaya produksi dengan tetap
mempertimbangkan faktor kualitan pada batas yang dapat diterima pasar. Tujuan ini
dimungkinkan tercapai dengan adanya dukungan kebijakan operasi yang ada, yaitu
penekanan terhadap kehandalan proses produksi, penekanan pada skala ekonomis,
penggunaan teknologi dengan full otomatis dan dengan dukungan skill yang tidak terlalu
tinggi serta pengetatan pengawasan persediaan.
Kondisi pasar yang memenuhi bagi penggunaan strategi ini adalah kondisi pasar yang
sudah dewasa (mature maret). Disamping itu pasar sangat menaruh pertimbangan harga yang
cukup serius dalam pemilihan produk. Strategi Low-cost akan sangat cocok pula pada kondisi
pasar dimana produk relatif standar. Untuk memenuhi skala ekonomis yang pada akhirnya
mampu menurunkan biaya produksi, maka pasar disyaratkan memiliki demand dengan
jumlah yang cukup besar sehinga memugkinkan untuk menggunakan mass-production.
Keunggulan operasi yang dibangun untuk mewujudkan sukses strategi low cost adalah
dengan digunakannya teknoloi yang maju sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas proses
produksi. Efisiensi dan efektifitas juga diharakan diperoleh dengan melakukan vertical
integrasi dalam bentuk kemudahan akses baik dalam mendapatkan bahan baku ataupun
kemudahan dalam menyampaikan produk ke pasar.
Bertolakbelakang dengan apa yang dilakukan oleh strategi innovator, yaitu
menekankan pada kecepatan untuk mengenalkan produk baru, iminator cenderung menunggu
dalam menghasilkan produk. Apa yang dilakukan oleh iminator adalah meniru (copying)
produk yang telah masuk pasar terlebih dahulu yang dihasilkan oleh perusahaan innovator.
Tujuan yang ingin dicapai oleh strategi ini adalah mendapatkan rentur dengan meminimalkan
risiko keegelan produk yang sangat mungkin dialami oleh perusahaan yang mengenalkan
produk pertama kali. Aksi menunggu dimungkinkan juga akibat ketidakmampuan melihat
peluang yang ada di pusat. Oleh karena itu, kecenderungan dan kondisi pasar yang cocok
bagi strategi ini adalah pasar yang sudah mulai tumbuh.
Tujuan ini memungkinkan untuk dicapai dengan dukungan kebijakan bidang. Operasi
yang sangat menekankan pada keunggulan teknologi dan proses sehingga mampu mengikuti
innovator dengan biaya produksi yang lebih rendah atau dengan kualitas produk yang lebih
baik. Meskipun kebijakan yang dilakukan tidak kepentingan pengenalan dan penciptaan
produk.
Strategi diferensiasi dimaksudkan sebagai kebijakan perusahaan dibidang operasi yang
menekankan pada terciptanya sebuah produk yang memiliki keunikan tertentu yang
memungkinkan perusahaan untuk mematok harga yang lebih mahal. Keracunan yang
mungkin muncul bila membandingkan strategi ini dengan strategi innovator yang dihilangkan
dengan melihat perbedaan yang ada. Bila innovator sangat menaruh perhatian pada
penciptaan produk baru, maka strategi diferensiasi tidak sangat mempertimbangkan hal ini.
Yang penting bagi strategi ini adalah terciptanya produk dengan kualitas prima. Oleh karena
itu, dari sisi kondisi pasar, strategi ini amat cocok diterapkan pada pasar yang product-
feature- sensitivies, sebagaimana innovator, serta cocok bagi produk-produk yang tidak
terstandarisit.
Kebijakan yang dilakukan di bidang operasi untuk mendukung strategi diferensiasi
serupa dengan yang ada pada innovator, yaitu keunggulan tim rekayasa produk yang
didukung oleh teknologi dan ketarampilan aryawan yang tinggi. Dengan kebijakan ini maka
keunggulan yang hendak dibangun dalam bidang operasi adalah memilikinya keunggulan
pada rekayasa produk serta rekayasa proses.