Perspektif Agribisnis

18
PERSPEKTIF AGRIBISNIS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DAN PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus Program FEATI (Farmers Empowerment Through Agricultural Technology Innovation) di Kabupaten Malang) Keberhasilan pembangunan dengan pendekatan agribisnis ditentukan oleh konsistensi pengelolaan antar subsistem agribisnis hulu, budidaya, agribisnis hilir, dan jasa penunjang agribisnis. Oleh karena itu, keberhasilan itu akan sangat ditentukan keharmonisan kerjasama tim sumberdaya manusia baik pada masing-masing sub sektor. Hasil studi mengungkapkan bahwa ketidakefisienan, kelambatan perkembangan dan kekurangmampuan beradaptasi dari suatu agribisnis banyak bersumber dari ketidakharmonisan kerjasama tim di agribisnis itu sendiri. Persoalan khusus di Indonesia adalah bahwa SDM agribisnis yang tersedia umumnya memiliki perbedaan dan variasi pendidikan dan pengalaman yang cukup kontras. Selain itu wawasan SDM masih terbatas pada level mikro. Menghadapi mutu SDM yang demikian perlu mengembangkan suatu sistem pengembangan mutu SDM yang terencana dan memberi akses kepada SDM yang ada untuk memiliki aspek mikro – makro – global dari agribisnis. Pemberdayaan Penyuluh Petani melalui Teknologi Informasi Pertanian, yang diterapkan di Kabupaten Malang adalah suatu proyek yang unik. Keunikannya yaitu meningkatkan aktivitas kegiatan agribisnis di pedesaan melalui perubahan pola pikir petani dari pertanian subsistem tradisional ke pertanian modern dengan tumbuhnya sikap kewirausahaan yang handal untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan petani dan mengentaskan kemiskinan. Pola pikir yaitu perilaku dan sikap petani itu diubah dengan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Dalam perkembangannya terdapat 4 faktor yang perlu mendapat perhatian oleh pengelola sehingga keberlanjutan agribisnis ini dapat berlangsung dengan baik yaitu : perubahan perilaku dan sikap petani dapat berlangsung dalam jangka

description

 

Transcript of Perspektif Agribisnis

Page 1: Perspektif Agribisnis

PERSPEKTIF AGRIBISNIS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DAN

PENGENTASAN KEMISKINAN

(Studi Kasus Program FEATI (Farmers Empowerment Through Agricultural

Technology Innovation) di Kabupaten Malang)

Keberhasilan pembangunan dengan pendekatan agribisnis ditentukan

oleh konsistensi pengelolaan antar subsistem agribisnis hulu, budidaya,

agribisnis hilir, dan jasa penunjang agribisnis. Oleh karena itu, keberhasilan itu

akan sangat ditentukan keharmonisan kerjasama tim sumberdaya manusia baik

pada masing-masing sub sektor. Hasil studi mengungkapkan bahwa

ketidakefisienan, kelambatan perkembangan dan kekurangmampuan

beradaptasi dari suatu agribisnis banyak bersumber dari ketidakharmonisan

kerjasama tim di agribisnis itu sendiri.

Persoalan khusus di Indonesia adalah bahwa SDM agribisnis yang

tersedia umumnya memiliki perbedaan dan variasi pendidikan dan pengalaman

yang cukup kontras. Selain itu wawasan SDM masih terbatas pada level mikro.

Menghadapi mutu SDM yang demikian perlu mengembangkan suatu

sistem pengembangan mutu SDM yang terencana dan memberi akses kepada

SDM yang ada untuk memiliki aspek mikro – makro – global dari agribisnis.

Pemberdayaan Penyuluh Petani melalui Teknologi Informasi Pertanian,

yang diterapkan di Kabupaten Malang adalah suatu proyek yang unik.

Keunikannya yaitu meningkatkan aktivitas kegiatan agribisnis di pedesaan

melalui perubahan pola pikir petani dari pertanian subsistem tradisional ke

pertanian modern dengan tumbuhnya sikap kewirausahaan yang handal

untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan petani dan

mengentaskan kemiskinan. Pola pikir yaitu perilaku dan sikap petani itu diubah

dengan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Dalam perkembangannya

terdapat 4 faktor yang perlu mendapat perhatian oleh pengelola sehingga

keberlanjutan agribisnis ini dapat berlangsung dengan baik yaitu :

perubahan perilaku dan sikap petani dapat berlangsung dalam jangka

Page 2: Perspektif Agribisnis

pendek, menengah atau panjang, tergantung pada obyek atau

contoh dalam proses pembelajaran

obyek atau contoh yang diperagakan dalam kegiatan sesuai dengan

potensi lokal dan kepentingan petani agar menarik minat petani

peserta dan dapat memperpendek perubahan perilaku dan sikap petani.

kurikulum pelatihan relevan dengan aspek agribisnis, dan mampu

meningkatkan "managerial skill” petani peserta.

pelatih dan fasilitator mempunyai jiwa kewirausahaan; lebih diidamkan

adalah pelaku agribisnis yang terbukti berhasil.

Kalau kronologi proyek-proyek perbantuan Bank Dunia dan Bank

Pembangunan Asia ditelaah secara mendalam, maka FEATI adalah evolusi

dari proyek-proyek sebelumnya dengan pendekatan baru yang merupakan

improvisasi dari pendekatan lama. Setiap pendekatan baru tidak saja harus

dicoba, tetapi juga harus dinilai berdasarkan umpan balik dari lapangan.

Umpan balik yang dimaksud bukan hanya berkenaan dengan dampaknya

terhadap pembangunan pertanian di pedesaan, tetapi juga terhadap psikologi

dan sosial masyarakat petani. Pendekatan-pendekatan yang lebih efektif dan

efisien masih belum berakhir, dan pencarian itu ke depan harus dilaksanakan

oleh lembaga-lembaga pemerintah sendiri, karena transaction cost-nya akan

jauh lebih rendah.

Banyak proyek pembangunan ekonomi pedesaan dengan tujuan dan

sasaran yang bersifat top-down dengan pendekatan paternalisme hadial.

Proyek proyek demikian umumnya tidak efektif dan akhirnya gagal (Bunch,

2001) 1. Proyek yang diarahkan ke sifat bottom-up,memberikan kesempatan

serta kemampuan petani ditingkatkan melalui program pembelajaran. Akan

tetapi kalau program pembelajaran itu salah langkah, dan tidak dipersiapkan

dengan benar dan seksama, tujuan dan sasaran tidak tercapai.

Page 3: Perspektif Agribisnis

Pilar Inisiasi dan Pengembangan Agribisnis pada Kelompoktani

PAI-UN (1996)2 mendefinisikan agribisnis sebagai "kegiatan

menyeluruh mulai dari manufaktur dan penjualan sarana produksi pertanian

untuk mendukung proses produksi komoditas pertanian, diikuti oleh

pengelola hasil, penyimpanan dan distribusi produk produknya sesuai

dengan permintaan pasar, dan hal-hal yang timbul dari semua kegiatan

tersebut".

Dalam menginisiasi dan mengembangkan agribisnis konsultan/

Penyuluh lokal, pemandu atau fasilitator kegiatan petani, gabungan kelompok

tani (Gapoktan) dan Asosiasi Gapoktan atau FMA (Farmer's Managed

Activity), harus menempuh langkah-langkah berikut: (a) pemilahan klaster

agribisnis, (b) perencanaan bisnis yang tepat, (c) penelusuran peluang, (d)

orientasi kemitraan dengan analis, (e) analisis informasi pasar, (f)

perhitungan pendanaan yang diperlukan, (g) ketersediaan modal (kredit

Bank atau skema kredit yang lain), dan (h) pelaksanaan agribisnis sesuai

dengan rencana (dari Gapoktan / asosiasi Gapoktan).

Keterkaitan Produsen dengan konsumen

Petani individual yang bergabung dengan Gapoktan / asosiasi

Gapoktan adalah produsen komoditas pertanian, sedangkan konsumennya

adalah masyarakat desa, kecamatan, kabupaten, dsb. Konsumen tersebut

memanfaatkannya dalam bentuk bahan mentah secara langsung seperti

beras, sayuran, buah-buahan. Hasil komoditas pertanian yang lain ada yang

dikonsumsi dalam bentuk olahannya. Jadi, industri pertanian adalah pasar

komoditas pertanian yang memberi nilai hasil pertanian lebih tinggi dari yang

dinilai oleh konsumen langsung.

Industri pertanian mempunyai selera yang berbeda dengan konsumen

bahan segar (masyarakat kebanyakan di pedesaan dan perkotaan) pada

tingkat pendapatan menengah kebawah, sebab itu perlu memahami perbedaan

karakteristik pertanian dan industri pertanian (Tabel 1)

Page 4: Perspektif Agribisnis
Page 5: Perspektif Agribisnis

Tabel 1. Perbedaan ciri utama pertanian dan industri

Penciri Pertanian Agrobisnis

• Hasil produktifitas - Sangat dipengaruhi oleh

iklim / cuaca

- Tidak dipengaruhi oleh iklim

dan cuaca • Kualitas - Tidak konsisten - konsisten

• Harga - Fltuktuatif (rendah pada

puncak panen)

- Stabil (cenderung naik secara

bertahap) • Tenaga kerja (SDM) - Tradisional - Profesional (terlatih)

Kelemahan pertanian dalam menunjang pengembangan agroindustri,

disebabkan karena tiadanya kesinambungan suplai bahan baku industri, dan

bahan baku yang tersedia kualitasnya tidak memenuhi kualitas standar dari

industri. Banyak contoh dari penutupan pabrik-pabrik pengolahan hasil

pertanian akibat dari ketidaksinambungan ketersediaan bahan baku dengan

kualitas baik dan terjamin.

Program Pelatihan bagi petani anggota Gapoktan dan pengurus

Gapoktan / Asosiasi Gapoktan bertujuan untuk menjadikan mereka sebagai

petani tangguh pula. Petani yang tangguh akan menjadikan pertanian yang

tangguh pula. Pabrik pengolahan membutuhkan jaminan ketersediaan

bahan baku dengan kualitas yang baik dari petani / Gapoktan / Asosiasi

Gapoktan, sebab itu perlunya menginisiasi kontrak pertanian (contract farming).

Mengenal Daerah Kerja Sebagai Sasaran Kegiatan

Pembangunan pertanian dan pengembangan agribisnisnya merupakan

usaha yang sangat kompleks. Ada banyak kasus kesalahan yang

mengakibatkan kegagalan dari proyek pembangunan pertanian. Di banyak

negara berkembang banyak kasus-kasus kegagalan itu disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan tentang daerah kerja-sasaran dari proyek-proyek

tersebut (Burn, 2001).

Informasi tentang daerah kerja-sasaran harus diketahui sebelum

kegiatan dimulai. Informasi yang dimaksud meliputi : lingkungan fisik, kondisi

petani dan pertanian.

Page 6: Perspektif Agribisnis

1. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik menyangkut keadaan umum yang meliputi luas,

jenis tanah, iklim (terutama pola dan distribusi hujan), konservasi tanah

dan air yang telah diterapkan dan diperlukan. Jenis tanah, topografi, iklim

dan cuaca dikelompokan dan dipetakan yang disebut Zona Agroekologi (ZAE).

Suhu, lingkungan perakaran (drainase, tekstur tanah, kedalaman solum) dan

ketersediaan hara menentukan tingkat kesesuaian tanah bagi tanaman

(kesesuaian tinggi, kesesuaian sedang atau kesesuaian marjinal) (CSR-FAO, 1983)4

Kondisi lingkungan fisik tersebut merefleksikan potensi sumberdaya

pertanian yaitu ketersediaan, hambatan (masalah) dan kendala bagi

pembangunan pertanian. Kondisi ini menentukan sebaran jenis dan

varietas tanaman budidaya (tanaman semusim, tanaman setahun dan

tanaman tahunan), jenis ternak dan sistem petemakan, jenis ikan dan system

perikanan.

2.Pertanian

Informasi dari kabupaten dalam angka dan potensi desa (Podes)

menjelaskan sumbangan masing-masing komoditas terhadap ekonomi

kabupaten dan ekonomi desa.

Informasi lingkungan fisik ZAE, kesesuaian lahan dan sebaran jenis

tanaman,direkonstruksi dalam Gambar 2. Jenis komoditas tersebut tersebar

pada berbagai ZAE. Tingkat hasil dan kualitasnya ditentukan oleh kesesuaian

tanah di lokasi, yang merupakan gabungan perinci yaitu suhu, lingkungan

perakaran dan ketersediaan hara. Berbagai komoditas itu ditanam oleh petani

individual dalam suatu sistem usaha tani (SUT) rumah tangga. Jenis-jenis

komoditas dipilih oleh petani dan tetap bertahan karena produktivitas,

stabilitas (kemantapan) dan keberlanjutannya sedang sampai tinggi, dan

mempunyai peluang pasar. Komoditas tanaman tersebut ditanam secara

bersisipan (inter cropping), bersusulan (relaycropping) atau berurutan (rotational

cropping).

Page 7: Perspektif Agribisnis

Teknologi diintroduksi ke daerah sasaran untuk meningkatkan

produktifitasnya memantapkan stabilitas dan mempertahankan

keberlanjutannya. Petani subsistem mengelola usahataninya secara individual,

menyebabkan hal itu rentan terhadap distorsi pasar.

Kondisi Internal dan Eksternal Petani

Kondisi sosial ekonomi petani menentukan tingkat dan kecepatan

adopsi teknologi dan posisi tawarnya dalam pasar. Di antara kondisi sosial

yang patut dicatat, adalah :

Page 8: Perspektif Agribisnis

Gambar 2.Zone agroekosistem (ZAE) dan kesesuaian lahan menentukan

pilihan sistem usahatani berbasis komoditas unggulan, dan menentukan

produktivitas agribisnisnya secara berkelanjutan (Fagi et.al., 1989)5

Kependidikan : pengetahuan aritmatik yang memadai untuk menjumlah,

mengalikan dan membagi berguna dalam membuat catatan usahatani;

kemampuan membaca dan bergaul akan meningkatkan pengetahuan

tentang hukum permintaan dan penawaran.

Ekonomi : sumber dan tingkat pendapatan mencerminkan ekuitabilitas untuk

digunakan dalam upaya pemerataan; tingkat pendapatan juga menentukan

investasi penghasilan, pembelanjaan dan besarnya tabungan; ada kalanya

tabungan tidak cukup untuk modal investasi, sehingga kredit masih

diperlukan, maka sumber perkreditan dan masalah yang dihadapi adalah

informasi penting; kepentingan ekonomis, tekanan ekonomis dari luar desa,

bentuk-bentuk eksploitasi dan kemungkinan terjadinya konflik harus pula

diinventarisasi.

Sosial : tatanilai dan sikap terhadap inovasi, dan pluralisme di desa, keinginan

terhadap perubahan dengan kehidupan yang lebih baik perlu diketahui;

proyek-proyek dengan sasaran senada dan tanggap / sikap mereka terhadap

eksperimentasi, pendekatan baru adalah dasar bagi perbaikan metode agar

agribisnis yang berkembang berlangsung secara lestari.

Keagamaan : tatanilai dan pantangan berdasarkan agama dan tahayul

berdasarkan budaya harus dipertimbangkan dalam kegiatan ; tokoh-tokoh

agama dan budaya yang menjadi panutan adalah narasumber, bahkan dapat

dipandang sebagai mitra penggerak dari kegiatan.

Politik : kebijakan Pemda yang menyangkut program pertanian swasta,

pendapat masyarakat petani tentang mereka, dan hubungan kemitraan

dengan mereka (produsen - perantara - konsumen) perlu dipahami;

pengaruh perpolitikan nasional dan daerah terhadap suasana berusaha di

pedesaan bisa mendorong atau menghambat pengembangan agribisnis.

Kelembagaan : program-program lain yang pernah ada berpengaruh positif

Page 9: Perspektif Agribisnis

atau negatif, maka situasi ini harus diketahui; falsafah / pendekatan dari

programprogram bisa bersinergi atau bertolak belakang dengan falsafah

PMT, maka harus dicermati; meniru keberhasilan dan program-program

sebelumnya tidak ditabukan, tetapi kegagalannya jangan terulang pada PMT.

MENARIK MINAT PETANI TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI

1.Proses Pengambilan Keputusan

Inovasi teknologi ada yang bersifat renovatif dan ada yang introduktif.

Teknologi renovatif adalah yang hanya memperbaiki teknologi yang telah ada,

sedang teknologi introduktif adalah yang sama sekali baru di lokasi kegiatan.

Teknologi yang digunakan di lokasi sasaran PMT adalah yang bersifat renovatif.

Adopsi dan diseminasi teknologi oleh petani melalui satu proses

pengambilan keputusan seperti ditunjukkan dalam Gambar 3. Teknologi yang

diperkenalkan kepada petani oleh BPTP adalah teknologi yang telah matang dan

teruji kehandalannya. Namun demikian verifikasi teknologi dalam dem-plot atau

dem-farm oleh petani akan membuktikan kehandalan teknologi tersebut.

Keyakinan petani akan kehandalan teknologi tersebut menentukan keputusan

petani.

Gambar 3. Proses pengambilan keputusan oleh petani untuk mengadopsi atau

menolak teknologi yang diperkenalkan kepada mereka (Roger,1983)6

Page 10: Perspektif Agribisnis

Teknologi yang matang dan handal menurut pandangan peneliti atau

penyuluh, belum tentu menarik minat petani. Teknologi harus memenuhi syarat-

syarat tambahan sebagai berikut :

(a) Sesuai dengan potensi sumberdaya dan pola pertanian setempat serta

memenuhi kebutuhan petani,

(b) Berkenaan dengan factor-faktor yang paling membatasi produktivitas,

kemantapan dan keberlanjutan pola pertanian,

(c) Keberhasilan dan keuntungan secara financial tampak nyata dalam waktu

singkat,

(d) Mudah dipahami dan diajarkan, maka mudah pula dipraktekkan oleh petani,

(e) Lebih padat karya daripada padat modal, sehingga berpeluang menyerap

tenaga kerja,

(f) Peluang pasar terbuka dan mempunyai kedalaman pasar (daya serap

tanpa pengaruhterhadap harga) yang memadai,

(g) Semangat petani terpicu dan terpacu oleh inovasi teknologi tersebut.

2. Pilihan Komoditas dan Skala Usaha

2.1. Pilihan komoditas

Informasi dalam Kabupaten dalam Angka dan Potensi Desa (Podes) adalah

petunjuk awal untuk menentukan komoditas unggulan. Sumbangan komoditas

terhadap ekonomi kabupaten ditelusuri lebih lanjut, desa-desa mana penghasil

komoditas tersebut.

2.2. Skala usaha

Hasil komoditas pertanian dari komoditas unggulan yang dibudidayakan

ada yang dimanfaatkan untuk konsumsi rumah tangga (tanaman pangan dan

hortikultura), ada yang dijual di pasar lokal (tanaman hortikultura sayuran dan

buah-buahan) dan ada yang dijual untuk industry pertanian/agroindustri melalui

pedagang pengumpul atau langsung (dikelolah oleh Koperasi/Kelompok

Tani/Gabungan Kelompok Tani).

Page 11: Perspektif Agribisnis

Pemanfaatan hasil pertanian dan pola usahataninya mengindikasikan

skala usaha dan ciri agribisnisnya, seperti diilustrasikan dalam Gambar

4.Fasilitator/pemandu dan konsultan local harus memilah-milah model-model

agribisnis di desa. :

Skala usahatani kecil - usahatani rumah tangga, jenis komoditasnya beraneka

ragam,hasilnya untuk dikonsumsi sendiri atau dijual di pasar desa/

kecamatan, maka tidaktersentuh oleh Bank.

Skala usahatani sedang - usahatani rumah tangga dengan lahan usaha agak

luas, atau usahatani rumah tangga yang bergabung dalam Kelompok Tani

(Poktan), hasilnya sebagian dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual di pasar

lokal (tembus ke pasar kabupaten sampai lintas kabupaten yang

berdekatan), ketidak pastian produksi dan pasar karena komoditasnya belum

terspesialisasi membuat usahatani demikian belum tersentuh oleh Bank.

Gambar 4. Transisi perkembangan skala agribisnis (A)' dan penciri dan cirinya (B)8

Page 12: Perspektif Agribisnis

Di desa-desa sasaran keberadaan tiga skala agribisnis tersebut harus didata dan

dievaluasi statusnya, serta dominasi dari masing-masing skala agribisnis. Tujuan

utama adalah meningkatkan pendapatan petani dan mengentaskan kemiskinan,

maka semua skala agribisnis tersebut harus mendapat pelayanan dan bimbingan

yang sama.

LANGKAH STRATEGIS MENUJU AGRIBISNIS PEDESAAN

Pemahaman tentang pengertian agribisnis dan perspektifnya,

pengetahuan tentang daerah kerja sasaran dan kiat-kiat untuk menarik minat

petani terhadap inovasi teknologi dan kelembagaan adalah acuan untuk

menyusun langkah-langkah strategis menuju agribisnis pedesaan. Langkah

strategis dibagi menjadi beberapa tahap.

Tahap 1 :Persiapan

Setelah Dinas Pertanian Kabupaten, desa-desa sasaran, informasi tentang

lingkungan fisik, pertanian dan kondisi internal dan eksternal petani

dievaluasi; desa-desa tersebut diposisikan dalam peta ZAE,

Data Kabupaten dalam Angka dan Podes memberi petunjuk tentang

komoditas pertanian unggulan berdasarkan luas pertanaman atau pcpulasi

ternak, dan sumbangannya terhadap ekonomi kabupaten umumnya dan

ekonomi desa khususnya,

Sebaran komoditas di kabupaten dan desa dilokalisasi dalam peta ZAE;

komoditas yang ditanam atau dipelihara paling luas terus-menerus

mengindikasikan bahwa lokasi sesuai, disukai oleh petani karena ada

pemasarannya.

Tahap 2: Pengenalan Pedesaan Partisipatif

• Informasi dan data sekunder yang telah dikumpulkan pada Tahap 1

diverifikasi dengan petani dengan metoda Pengenalan Pedesaan

Partisipatif atau PRA (Participatory Rural Appra i sa l ) ; hasil PRA

memantapkan atau mengklarifikasi interpretasi informasi dalam data

sekunder, dan mengetahui masalah dan kendala produksi dan

Page 13: Perspektif Agribisnis

pengembangan agribisnis, serta mencari pemecahannya, yang akan diuji/dikaji

dalam dem-plots.

Pelatihan petani (Sekolah Lapang Petani) berkenaan dengan pengelolaan

dem-plots dan penerapan teknologi, termasuk pencatatan kegiatan

sehari-hari (Farm Record Keeping); data dari FRK digunakan dalam

menganalisis untung-rugi usahatani.

Tahap 3 : Inventarisasi Klaster Agribisnis

Pra-panen - ketersediaan sarana produksi benih, bibit, bakalan (temak),

fingerlings (ikan), pupuk, pestisida (tanaman), obat-obatan/vaksin

(temak), pakan (ternak), alat pengolah tanah (tanaman),

Proses produksi - tenaga kerja tanam, pemeliharaan dan panen, alat tanam,

Panen dan pasca panen - tenaga kerja, fasilitas prosesing hasil

(penjemuran, alat dan mesin, sisa-sisa tanaman, pengemasan.

Tahap 4 :Pemasaran

Tataniaga dan potensi pasar dievaluasi dengan metode RMA (Rapid Market

Appraisal),

Pelatihan berjenjang - pelatihan nara sumber (training of master = TOM),

pelatihan parapelatih (training of trainers) pelatihan fasilitator dan

pelatihan petani berkenaan denganaspek agribisnis, termasuk negosiasi

kontrak dengan pihak mitra usaha.

Tahap 5 : Negosiasi

Fasilitasi pertemuan regular antara Poktan/Gapoktan/Asosiasi Gapoktan

dengan pihak mitra untuk menggalang kemitraan antara

petani/Poktan/Gapoktan/Asosiasi Gapoktan dengan mitra usaha.

Penandatangan kontrak penyediaan bahan baku industri pertanian dengan

mitra usaha.

Page 14: Perspektif Agribisnis

Tahap 6 :Kegiatan Pendukung

Pemilihan petani - penyuluh

Petani-petani terpilih ialah yang diikut sertakan dalam pelatihan-

pelatihan bernuansa agribisnis dan juga dalam magang. Syarat-syarat petani

untuk dipilih, adalah :

(1) warga desa yang perilakunya baik dan berjiwa sosial, dan telah dikenal

kredibilitasnya,

(2) mengetahui ciri-ciri khas desa, masyarakatnya, kelompok-kelompok

yang ada, sejarah dan masalahnya,

(3) mempunyai dasar-dasar persahabatan dan hubungan baik dengan

kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi dalam desa,

(4) secara naluri mengetahui cara memotivasi warga desa agar berinovasi

dengan member contoh berupa kerja keras, rajin dan berhasil.

Tugas utama dari petani penyuluh adalah membantu warga desa (petani)

memecahkan masalah-masalah melalui proses belajar dengan bekerja,

dan menggerakkan momentum peluang agribisnis.

Pelatihan bernuansa agribisnis

(1) kurikulum yang baik adalah yang berkenaan dengan satu atau dua

inovasi sederhana dan memenuhi kebutuhan yang dirasakan,

(2) kurikulum disusun dari kesimpulan wawancara petani - keberhasilan

dan kegagalan petani menjadi landasan perumusan kurikulum,

(3) kurikulum harus mampu menarik minat dan memotivasi peserta untuk

mencoba suatu inovasi, maka kurikulum harus menjawab keragu-

raguan terhadap inovasi dengan bukti nyata di lapang (dem Plots),

(4) kurikulum yang bernuansa agribisnis, adalah farm record keeping, book

keeping, hukum permintaan dan penawaran, dsb,

(5) pelatihan dengan kurikulumnya dianggap berhasil, kalau :

- bersikap orientasi pasar dalam berusahatani (perhatian terhadap

kualitas hasil dan efisiensi sistem produksi naik),

Page 15: Perspektif Agribisnis

- mampu menganalisis untung-rugi, dengan perhitungan B/C ratio,

- kesadaran untuk melestarikan lingkungan dan perlindungan dan

degradasi sumberdaya lahannya naik.

Pembangunan infrastruktur

Pembangunan infrastruktur, terutama jaringan irigasi, jalan desa (jalan

usahatani). Maka, kerjasama dan harmonisasi atau integrasi program-

program terkait merupakan keharusan.

Pengembangan kelembagaan

Banyak alasan mengapa lembaga-lembaga pedesaan begitu penting : (a)

banyak masalah pertanian yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu

lembaga, seperti pemberian kredit, pembentukan modal petani,

koordinasi proyek-proyek irigasi skala besar, pengendalian erosi,

pembasmian OPT, penyebaran inovasi teknologi, transportasi dan penjualan

produk pertanian, (b) organisasi petani lebih menjamin keberlanjutan

usaha dan meningkatkan posisi tawar, dan (c) meningkatkan daya saing.

Banyak contoh lembaga koperasi yang kehilangan kepercayaan dari

anggotanya karena salah urus, pembukuan kacau, tabungan anggota

disalahgunakan oleh pengurus.Tentu bukan kelembagaan seperti ini yang

diharapkan.

Kelembagaan yang diidamkan di desa sasaran PMT adalah yang memenuhi cirri-

ciri berikut:

(a) lembaga yang benar-benar hidup bukan hanya berbentuk

organisasi,

(b) tetapi anggotanya merasa turut memiliki, saling percaya dan

usahanya dikelola dengan kompeten,

(c) semangat kerjasama terbina dan terpelihara, karena keberadaan

lembaga terasa manfaatnya,

(d) secara finansial sehat karena anggaran dikelola secara transparan,

(e) lembaga-lembaga tersebut mirip dengan lembaga-lembaga setempat,

artinya tidak keluar dari tatanan sosial budaya setempat.

Page 16: Perspektif Agribisnis

Sumberdaya manusia (SDM) adalah modal utama untuk mencapai

keberhasilan pengembangan agribisnis di pedesaan.SDM yang tangguh mampu

mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia di desa.

5 prinsip program dengan menempatkan pembinaan SDM sebagai

prioritas utama, agar mampu memecahkan masalah secara mandiri melalui

proses pembelajaran, dan berkembangnya agribisnis tercapai secara efektif

(Gambar 5).

Gambar 5. Dengan Prinsip-prinsip pogram yang benar dan perencanaan serta

pelaksanaan yang baik, tujuan dan sasaran akan tercapai

Page 17: Perspektif Agribisnis

Menghadapi masa depan, paradigma agribisnis adalah menghasilkan apa yang

dituntut oleh pasar / konsumen atau pendekatan sisi permintaan / demand side

approach. Artinya preferensi konsumen yang berkembang atau dikembangkan

merupakan dari diferensiasi teknologi pengolahan, teknologi budidaya,

teknologi pembibitan, teknologi pakan dan lainnya. Dengan kata lain bila dimasa

lalu kegiatan budidaya yang menentukan subsistem agribisnis hilir, maka

dengan paradigma agribisnis, subsistem agribisnis hilir-lah yang menjadi

penggerak utama / primer mover bagi kegiatan budidaya dan subsistem

agribisnis hulu.

Dengan konsep kemampuan bersaing yang demikian berarti kemampuan

menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan selera konsumen merupakan

syarat utama agar berdaya saing. Karena mutu akhir dari suatu produk

merupakan resultante dari teknologi maka diperlukan pengembangan teknologi

secara simultan dan konsisten.

Pada masa lalu paradigma penyuluhan terbatas pada peningkatan kemampuan

pada kegiatan budidaya dalam produksinya, maka dalam paradigma baru

berubah menjadi peningkatan kemampuan seluruh pelaku agribisnis sampai

pada lembaga penyedia jasanya. Oleh sebab itu kegiatan penyuluhan tidak

hanya meliputi kemampuan teknis dan manajerial saja tetapi aspek kemampuan

kerjasam tim / teamwork.

Beberapa strategis dalam upaya penyuluhan yakni 1). Pembinaan konsumen

produk dalam memperluas dan memperbesar pasar. Peranan penyuluh adalah

membina konsumen agar menghargai mutu produk, meluruskan persepsi

konsumen tentang nilai gizi, dan memberikan informasi yang lengkap dalam

mengambil keputusan dan menciptakan nilai dikalangan konsumen. 2).

Pembinaan pelaku ekonomi subsistem agribisnis hilir mampu menyajikan atribut

yang dibutuhkan konsumen pada segmen pasar. Peranan penyuluh adalah

menyampaikan produk pada waktu, tempat, bentuk yang sesuai dengan nilai

konsumen. 3). Mengkomunikasikan informasi perubahan pasar produk yang

terjadi.

Page 18: Perspektif Agribisnis

Sehingga dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan penyuluh

diperlukan peningkatan pendidikan / pengetahuan para penyuluh baik

pendidikan formal maupun informal, selain itu perlu pertemuan teknis

penyuluhan secara reguler antara penyuluh yang membina di subsistem

agribisnis hilir dengan subsistem lain adalah sangat penting dilakukan secara

simultan mulai dari hulu hingga hilir.