Persiapan-Prabedah

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Persiapan Prabedah Persiapan bedah yang baik akan memberi pengaruh baik pula terhadap kondisi pasca operasi. Persiapan sebelum bedah sangat diperlukan untuk berbagai hal, diantaranya untuk indikasi operasi, untuk evaluasi dan mengatasi kecemasan pasien, untuk kejelasan hukum dan perjanjian, serta yang terpenting adalah untuk meminimalisir komplikasi pada pasien setelah pembedahan dilaksanakan. Tidak semua operasi membutuhkan langkah-langkah persiapan yang sama. Ada operasi yang memerlukan persiapan yang mendetail dengan memerlukan waktu beberapa hari, dari persiapan fisik dengan pemeriksaan laboratorium, rontgen, jantung dan lain-lain bahkan hingga menentukan hari baik dalam pelaksanaannya. Persiapan prabedah ini erat kaitannya dengan komunikasi yang baik antara dokter dan pasien. Komunikasi antara dokter dan pasien ini dapat memastikan bahwa pasien benar-benar memahami masalah yang ada, mengapa tindakan operasi ini diambil, dan hasil operasi yang diharapkan. Waktu khusus antara dokter dan pasien serta keluarga pasien merupakan unsur penting dari persiapan prabedah. Pada saat diskusi ini juga disampaikan mengenai resiko yang dapat ditimbulkan setelah pembedahan. 1

description

pra

Transcript of Persiapan-Prabedah

Page 1: Persiapan-Prabedah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Persiapan Prabedah

Persiapan bedah yang baik akan memberi pengaruh baik pula terhadap kondisi pasca

operasi. Persiapan sebelum bedah sangat diperlukan untuk berbagai hal, diantaranya untuk

indikasi operasi, untuk evaluasi dan mengatasi kecemasan pasien, untuk kejelasan hukum

dan perjanjian, serta yang terpenting adalah untuk meminimalisir komplikasi pada pasien

setelah pembedahan dilaksanakan.

Tidak semua operasi membutuhkan langkah-langkah persiapan yang sama. Ada operasi

yang memerlukan persiapan yang mendetail dengan memerlukan waktu beberapa hari, dari

persiapan fisik dengan pemeriksaan laboratorium, rontgen, jantung dan lain-lain bahkan

hingga menentukan hari baik dalam pelaksanaannya.

Persiapan prabedah ini erat kaitannya dengan komunikasi yang baik antara dokter dan

pasien. Komunikasi antara dokter dan pasien ini dapat memastikan bahwa pasien benar-benar

memahami masalah yang ada, mengapa tindakan operasi ini diambil, dan hasil operasi yang

diharapkan. Waktu khusus antara dokter dan pasien serta keluarga pasien merupakan unsur

penting dari persiapan prabedah. Pada saat diskusi ini juga disampaikan mengenai resiko yang

dapat ditimbulkan setelah pembedahan. Persiapan prabedah ini terdiri dari tiga persiapan,

yaitu persiapan pasien, persiapan operator staf, dan persiapan alat dan ruangan.

1

Page 2: Persiapan-Prabedah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persiapan pasien

Secara umum persiapan pasien sebelum pembedahan dapat dilakukan pada ruang

perawatan dan ruang operasi. Selain itu sebelum memasuki ruang operasi pasien berada

diruangan khusus untuk pemeriksaan ulang dan dimanfaatkan untuk pemeriksaan akhir

sebelum masuk ke meja operasi, seperti pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan, dan

evaluasi dari dokter anestesi. Persiapan pasien ini terdiri dari berbagai macam untuk

mendapatkan proses dan hasil pembedahan yang baik serta mengurangi resiko terjadinya

komplikasi. Persiapan prabedah pada pasien tersebut antara lain:

2.1.1 Persiapan mental

Persiapan mental merupakan hal yang penting dalam proses persiapan operasi

karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi

fisiknya. Kecemasan merupakan reaksi normal yang dapat dihadapi dengan sikap

terbuka dan penerangan yang cukup. Tindakan pembedahan merupakan ancaman

potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi

stres fisiologis maupun psikologis. (Barbara C. Long).

Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan atau ketakutan

antara lain; sulit tidur dan tekanan darah meningkat (pada pasien hipertensi) dan

menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda (pada

wanita).

Berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam

menghadapi pembedahan antara lain : Takut nyeri setelah pembedahan (body image),

takut keganasan, takut cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain, takut

ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas, dan takut operasi

gagal.2

Page 3: Persiapan-Prabedah

Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang

sebelumnya telah disetujui. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang

penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga orang terdekat pasien.

Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien.

Keluarga dapat mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan

dengan kata-kata yang menenangkan hati dan meneguhkan keputusan pasien untuk

menjalani operasi.

Peranan dokter dan dibantu perawat dalam memberikan dukungan mental dapat

dilakukan dengan membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dijalani

sebelum operasi, memberikan informasi tentang waktu operasi, hal-hal yang akan

dialami selama proses operasi, dan menunjukkan tempat kamar operasi. Dengan

mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien menjadi lebih

siap menghadapi operasi. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas, misalnya: jika

pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan sampai kapan,

manfaatnya untuk apa. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap,

kecemasan pasien akan dapat diturunkan.

Untuk menimbulkan kenyamanan lagi, dokter memberi kesempatan pada

pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dokter

juga dapat mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal

lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.

2.1.2 Persiapan Fisik

Selain mempersiapkan mental, waktu dan biaya, pembedahan berencana juga

mewajibkan pasien untuk menyiapkan kondisi fisik demi lancarnya operasi yang akan

berlangsung. Persiapan fisik ini berhubungan dengan  kelainan atau penyakit yang akan

dibedah tersebut, dan juga persiapan fisik berkenaan dengan pembiusan, agar obat-obat

3

Page 4: Persiapan-Prabedah

bius yang nantinya diberikan tidak menimbulkan efek negatif akibat kemampuan respon

tubuh yang tidak normal lagi.

Persiapan fisik ini berkenaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien;

denyut nadi, tekanan darah, respirasi, dan suhu tubuh pasien. Dipastikan semua tanda-

tanda vital pasien dalam batasan normal. Pemeriksaan fisik lengkap antara lain status

hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik,

fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Tinggi dan berat badan pasien

diperiksa untuk memperkirakan dosis obat, terapi, cairan yang diperlukan, serta jumlah

urine selama dan sesudah pembedahan. Jantung, paru-paru, abdomen, ekstremitas,

punggung, neurologis, dan saluran nafas juga merupakan pemeriksaan fisik yang

diperlukan.

Untuk jangka pendek, setidaknya 8 jam sebelum masuk ke dalam kamar

operasi, fisik penderita diharapkan sudah fit, tidak sedang pilek, batuk atau yang

lainnya, dalam keadaan bersih hingga ke cuci rambut dan siap menanggalkan asesoris

seperti perhiasan, gigi palsu, tidak bergincu dan cat kuku mesti dihapus. Ini dilakukan

untuk mencegah kontaminasi operasi dan menunjang sterilitas proses operasi. Selain itu

pasien juga harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup

pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang

memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil.

2.1.3 Riwayat Penyakit

Jawaban pasien mengenai penyakit-penyakit sistemik yang kita ajukan tidaklah

menjamin bahwa pasien mengatakan yang sebenarnya. Ia mungkin tidak meyadari

bahwa keadaan itu terjadi. Setidaknya kita harus mengetahui riwayat kesehatan pasien

yang meliputi kesehatan umum, rasa sakit yang ada, obat-obatan dan pengobatan, alergi, 4

Page 5: Persiapan-Prabedah

dan tekanan darah. Pertanyaan yang berkenaan dengan perawatan terakhir dan dokter

yang merawat merupakan informasi tambahan yang bermanfaat.

Jika ahli laboratorium menemukan sejarah dan pemeriksaan fisik dalam keadaan

abnormal, maka operasi harus dibatalkan dan hanya dilakukan medical treatment saja

hingga kondisi fisik pasien memungkinkan untuk dilakukan operasi dengan resiko yang

seminimal mungkin. Jika seluruh hasil pemeriksaannya ditemukan dalam keadaan

normal, segera lakukan tindakan operasi.

Bagi penderita yang memiliki penyakit lain selain kasus bedah akan menjadi

perhatian khusus bagi tim bedah sebelum menjalankan tindakan operasinya. Gangguan

atau penyakit lain, akan berpengaruh terhadap kelangsungan proses operasi. Penyakit

seperti gangguan jantung, penderita diabetes, gangguan fungsi ginjal, fungsi pembekuan

darah dan lainnya jika tidak harus menjalani operasi emergensi, sedapat mungkin

dipastikan dulu bahwa penyakitnya tersebut dalam keadaan stabil. Keadaaan inilah yang

mengakibatkan seorang penderita butuh waktu relatif lama dalam masa preoperatifnya

dan juga dapat menyebabkan timbulnya resiko komplikasi pembedahan maupun pasca

pembedahan.

2.1.4 Pemeriksaan Penunjang dan Skrining

Diagnosa penyakit diharapkan sejelas mungkin sebelum pembedahan

dijalankan, sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan di luar pemeriksaan fisik untuk

menuju kepastian itu. Mungkin akan diperlukan pemeriksaan penunjang berupa

pemeriksaan laboratorium saja atau dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang yang masih

taraf sederhana sampai yang sudah canggih.

Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien,

dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien,

sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita. Untuk itu dokter

memerlukan berbagai macam pemerikasaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium

5

Page 6: Persiapan-Prabedah

yang biasa digunakan adalah pemeriksaan rutin, yang terdiri dari pemeriksaan darah

(hemoglobin, leukosit, jenis leukosit, golongan darah, perdarahan, bledding time,

clotting time, trombosit, LED), pemeriksaan urine (protein, reduksi dan sedimen),

pemeriksaan radiologi dan diagnostik berupa foto fraktur, abdomen, dan thoraks (untuk

bedah mayor) USG, EKG, CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic

Resonance Imagine) dan bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika

penyakit terkaut dengan kelainan darah.

2.1.5 Konsultasi Medis

Konsultasi medis meliputi, konsultasi bedah, konsultasi anestesi, konsultasi

dengan sejawat anestesi dan spesialis lain, konsultasi untuk mendapat dan memberi

informasi tambahan, konsultasi untuk dapat menghilangkan kecemasan dan ketakutan

pasien, dan konsultasi untuk mempertimbangkan apakah pasien perlu melakukan

pemeriksaan tambahan.

Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi

berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Hal ini

diperlukan konsultasi antara dokter bedah dan dokter anestesi. Selain itu, dokter bedah

juga harus dapat berkonsultasi masalah kesehatan dan kondisi pasien terhadap dokter

bedah lain yang terkait dalam pelaksanaan pembedahan. Konsultasi yang saling

berkaitan ini bertujuan untuk mempersiapkan pasien untuk tindakan pembedahan agar

tidak menimbulkan komplikasi atau kecelakaan saat pembedahan, dan dapat membantu

untuk mempermudah dalam pengelolaan pasca operasinya.

2.1.6 Keadaan Gizi

Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,

lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan

keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum

pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi

6

Page 7: Persiapan-Prabedah

gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi

dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi

(terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka

yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa

mengakibatkan kematian. Kondisi malnutris dan obesitas atau kegemukan lebih

beresiko terhadap pembedahan dibandingkan dengan orang normal dengan gizi baik

terutama pada fase penyembuhan.

Pada orang malnutrisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang

sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain

adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat

besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein). Pada pasien yang mengalami obesitas

selama pembedahan jaringan lemak sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas

meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Pasien obesitas sering sulit dirawat

karena tambahan berat badan dapat menyebabkan pernafasan tidak optimal saat

berbaring miring, mudah mengalami hipoventilasi, dan komplikasi pulmonari

pascaoperatif.

2.1.7 Persediaan Darah

Pada persiapan ruangan juga ada pemeriksaan kelengkapan penunjang operasi,

adanya persediaan darah merupakan hal yang vital di dalam ruangan operasi. Persedian

darah ini dimaksudkan untuk menjadi cadangan apabila saat pembedahan terjadi

komplikasi atau perdarahan sekunder, sehingga dokter dapat menangani pasien dengan

efektif dan efisien.

2.1.8 Puasa

Penderita yang akan dipersiapkan operasi dengan pembiusan umum

membutuhkan puasa beberapa jam sebelum operasi dijalankan. Lamanya puasa berkisar

7

Page 8: Persiapan-Prabedah

antara 6 sampai 8 jam sebelum operasi dilakukan. Tujuan dari puasa ini adalah untuk

pengosongan lambung dan kolon agar terhindar dari aspirasi (masuknya cairan lambung

ke paru-paru) atau reflek muntah di saat penderita tidak sadar, dan untuk menghindari

kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi

pasca pembedahan. Pada pembiusan lokal masalah ini bisa diabaikan.

2.1.9 Kebutuhan Cairan Basal dan Elektrolit

Keseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan

output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang

normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar

natrium serum (normal : 135 -145 mmoll), kadar kalium serum (normal : 3,5 / 5 mmoll)

dan kadar kreatinin serum (0,70 / 1,50 mgdl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait

erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan

ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat

dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oligurianuria,

insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan

fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.

2.1.10 Antibiotik Profilaksis

Yang dimaksud dengan antibiotik profilaksis pada pembedahan ialah antibiotik

yang diberikan pada pasien yang menjalani pembedahan sebelum adanya infeksi,

tujuannya ialah untuk mencegah terjadinya infeksi akibat tindakan pembedahan yaitu

infeksi luka operasi (ILO) atau surgical site infection (SSI). Antibiotik profilaksis

biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan

1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali. Antibiotik

profilaksis harus aman, bakterisid dan efektif melawan bakteri yang menyebabkan

infeksi. Antibiotik yang dapat diberikan bermacam-macam sesuai indikasi pasien,

biasanya pada kedokteran gigi digunakan Clindamycin 300mg intravena.

8

Page 9: Persiapan-Prabedah

Faktor pasien dapat mempermudah terjadinya ILO adalah pasien obesitas,

diabetes, mengalami pembedahan kontaminasi, rawat inap pre-operatif yang panjang,

menjalani operasi yang lama (>2 jam), bakteri Staphylococcus aureus, skil yang kurang

terampil, dan pertahanan tubuh yang lemah.

2.1.11 Premedikasi

Sebelum operasi dilakukan, pasien akan diberikan obat-obatan premedikasi

untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk istirahat yang cukup. Obat-obatan

premedikasi ini juga berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan tubuh, mengurangi

kecemasan dan ketakutan, mengurangi mual dan muntah, mengurangi keasaman

lambung, serta berfungsi untuk memperkuat efek hipnotik pada penggunaan anestesi

umum. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah Benzodazepine,

fenotiazin, analgetik, dan untuk operasi yang cukup berat dapat diberikan valium.

Pemberian obat-obat premedikasi ini dapat menginduksi obat-obat anestesi,

memelihara, dan memberikan pemulihan yang baik. Pemberian dosis dan jenis obat

premedikasi ini dipertimbangkan dengan usia, berat badan pasien, keadaan fisik dan

psikis, serta teknik anestesi dan pembedahan yang akan dilakukan.

Dalam kasus pembedahan apabila selama praevaluasi pasien dianggap tidak layak untuk

melakukan operasi bedah, maka operasi harus ditunda sampai waktu kedepan ketika pasien

dinilai layak untuk menjalani operasi bedah tersebut, kecuali pada kasus pembedahan yang

mengancam jiwa. Oleh karena itu, demi kelancaran kinerja operasi bedah maka persiapan

pasien secara menyeluruh sebelum operasi bedah harus benar-benar dilaksanakan dengan

baik.

2.2 Persiapan Tim Bedah / Surgical Team (Dokter Dan Stafnya)

Tim bedah terdiri dari operator (dokter) dan asistennya, dokter anastesi / anesthetist,

scrub nurse dan circulating nurse.Operator bertindak sebagai kepala tim, dimana operator

memiliki tanggung jawab dan instruksinya dipatuhi oleh semua anggota tim bedah.9

Page 10: Persiapan-Prabedah

Tugas asisten adalah: a) menjaga kondisi mulut dan kawasan operasi bersih dari

darah, lendir, saliva, dan debris dengan tepat dan sesuai, b) melakukan retraksi untuk

membuka bagian yang dioperasi dengan tepat, c) memotong sutura, menggunakan mallet,

memperhatikan dinding orofaringeal dan mengingatkan dokter bedah jika terjadi perubahan

atau penyesuaian, d) meminta operator memperhatikan hal-hal yang seharusnya

diperhatikan.

Tugas dokter anastesi meliputi menjaga kadar bius yang sesuai, memperhatikan

kondisi pasien secara konstan, dan memberi tahu kepada operator jika ada reaksi yang

janggal dari pasien. Dokter anastesi harus memberi tahu operator mengenai kerusakan jalan

nafas yang disebabkan oleh tindakan bedah, sehingga operator dan asistennya dapat

mengambil langkah cepat untuk menghilangkan atau memperbaiki penyebab obstruksi

tersebut.

Tugas scrub nurse meliputi memperhatikan instrument dan kain steril, dan

persediaan yang tersedia serta layak pakai di meja operasi. Suster ini harus memberikan

instrument, sponge, dan sutura yang diminta operator. Suster harus menjaga instrument

operasi dalam keadaan layak pakai dan menyusunnya selama operasi dan terkadang diminta

untuk membantu retraksi.

Circulating nurse mengikatkan baju bedah operator dan asistennya dari belakang.

Suster ini biasanya menyesuaikan letak lampu dan meja operasi. Sebagai tambahan, suster

inilah yang membawa instrument dan perlengkapan yang dibutuhkan.

2.3 Persiapan Operator Staf

Penentu keberhasilan rencana pengontrolan infeksi di bedah mulut ialah dokter gigi.

Tindakan kontrol infeksi yang rutin yang dibuat untuk membatasi atau mengurangi

kontaminasi silang ialah cerminan langsung dari sikap dokter gigi.

Dokter bedah dental harus menyiapkan dirinya untuk prosedur pembedahan dalam

ruang operasi sama dengan cara dokter bedah umum menyiapkan dirinya untuk bekerja. 10

Page 11: Persiapan-Prabedah

Walaupun tidak mungkin untuk mensterilkan rongga mulut, ritual teknik steril sangat

penting dalam meminimalisir kemungkinan masuknya organism pathogen kedalam luka

bedah. Selain itu, keistimewaannya adalah untuk membantu menyediakan kenyamanan dan

perlindungan pada dokter bedah mulut. Persiapan prabedah untuk operator dan staff adalah

sebagai berikut:

2.3.1 Dressing operator dan asisten

Operator dan masing-masing asistennya, memakai pakaian katun bersih yang

terdiri dari celana panjang dan baju. Pakaian katun tidak menghasilkan percikan dari

elektrik statis yang dapat berkembang ketika pakaian nylon atau wool dikenakan.

Percikan elektrik statis dapat menyebabkan ledakan tragis pada ruang operasi. Clean

scrub suits, juga mengeliminasi baju penuh debu dari ruang operasi, menyediakan

kenyamanan untuk operator, dan melindungi pakaian dokter dari kerusakan.

Dipilih yang lengannya tidak melebihi siku sehingga memungkinkan tangan

dicuci hingga ke siku. Apabila pembedahan yang dilakukan kemungkinan

menyebabkan darah atau saliva mengotori pakaian, maka dapat digunakan baju

dengan lengan panjang, baik yang dapat digunakan ulang, atau lebih baik lagi bila

digunakan yang disposable. Apabila dipakai baju yang digunakan ulang, maka

sesudah dipakai harus dicuci dengan air panas dan detergen. Pakaian klinik harus

diganti setiap hari apabila tercemar oleh darah.

Selanjutnya operator mengenakan sepasang sepatu atau boots konduktif

disposable. Saat ini peralatan Rumah Sakit yang baik memiliki lantai ruang operasi

kondiktif khusus untuk mencegah ledakan atau letupan dan seluruh personel harus

menggunakan sol sepatu konduktif atau boots konduktif khusus yang menutupi

seluruh sepatu jalanan. Hal ini mencegah elektrik statis dari akumulasi pada operator,

yang dapat menghasilkan sebuah percikan ketika dokter mendekati lingkungan

grounded.

11

Page 12: Persiapan-Prabedah

2.3.2 Persiapan tangan dan lengan

Pencucian tangan yaitu menggosok, mengawali teknik asepsis/sterilisasi,

digunakan pada bedah mulut. Pemakaian sabun anti kuman harus sesuai dengan

rekomendasi pabriknya. Biasanya diperlukan paling tidak penggosokan 5-6 menit

menggunakan sikat disposable/ yang sudah diautoklaf, baik yang sederhana atau

yang berisi sabun. Untuk prosedur non bedah, sabun biasa sudah dianggap cukup

layak oleh CDC (Centre for Disease Control). Alternative lain ialah mencuci tangan

dengan sabun antikuman (chlorhexidine gluconat 4%) selama satu menit.

Berikut ini merupakan urutan yang dilakukan dalam mempersiapkan tangan

dan lengan:

1) Persiapan, menempatkan topi untuk menutupi rambut selutuhnya, dan menempatkan

masker unutk menutupi hidung dan mulut. Gulung lengan sampai diatas siku.

Lepaskan seluruh perhiasan dan jam tangan. Kuku harus pendek dan halus.

2) Prosedur, Alirkan air dari watafel sampai suhu yang diinginkan. Cuci tangan dan

lengan bawah dengan seksama, dan bersihkan kuku jari dengan orangewood stik.

Sikat sekarang disuplai dalam container steril atau kemasain steril individu

dilengkapi dengan konsentrat germicidal dan mengandung pembersih kuku plastik.

Dimulai dengan menyikat telapak tangan, mengunakan parallel strokes. Sikat telapak

dalam tiga bagian : dari kelingking ke ibu jari sikat seluruh empat permukaan tiap

jari; kemudian balik tangan dan sikat buku-buku jari; kemudian sikat lengan dan

siku, yakinkan untk menggosok ruang interdigital secara seksama ketika menggosok

punggung masing masing jari, sampai ke pergelangan tangan. Setelah menggosok

satu tangan dan lengan, lakukan prosedur yang sama untuk tangan yang lain.

Pembilasan tangan dan lengan, secara seksama menguras mereka dari ujung jari

sampai siku. Bilas sikat. Matikan air dengan dikat dan singkirkan sikat. Berjalanlah

ke ruang operasi, angkat tangan ke atas, dan perawat akan menyediakan handuk

kering.

12

Page 13: Persiapan-Prabedah

3) Jubah ( pakaian ) dan sarung tangan, Tangan dan lengan dikeringkan dengan

handuk bersih, dan tiap anggota dari timbedah memakai jubah steril. Tangan

diberikan bedak steril oleh suster sebelum menggunakan sarung tangan steril. Teknik

aseptic yang sempurna mengharuskan sarung tangan dipasang tanpa menyentuh

permukaan luar dengan tangan. Dari poin ini operator dan semu personel steril harus

peduli bahwa lingkungan dibawah bidang operasi dipertimbangkan kontaminasinya

dan tidak boleh disentuh.

2.3.3 Triad barrier

Untuk membatasi kontaminasi silang pada dokter gigi, staf dan pasiennya,

maka digunakan triad barrier yaitu masker, sarung tangan dan kacamata pelindung.

Sarung tangan uji disposable yang non steril bisa digunakan untuk kebanyakan

prosedur bedah mulut. Apabila sterilitas sangat diperlukan, misalnya pemasangan

implan atau bahan aloplastik untuk menambah linggir (ridge), dapat digunakan

sarung tangan steril. Kekurangan sarung tangan uji ialah bahwa hanya mempunyai

satu ukuran saja atau berukuran S, M, L yang membatasi akurasi pemakaian dengan

tepat. Juga agak sedikit tebal dibandingkan sarung tangan bedah, sehingga

mengurangi sensasi taktil pada tangan. Meski demikian, keuntungan utamanya ialah

harganya yang murah.

Masker dapat dengan mudah dibeli di toko. Masker dengan tali lebih mudah

digunakan untuk jangka panjang daripada yang menggunakan elastik. Keuntungan

masker elastik ialah dapat dilepas dengan cepat dan mudah bila ingin dibuka

sewaktu-waktu. Seperti halnya sarung tangan masker harus diganti setiap kali ganti

pasien.

13

Page 14: Persiapan-Prabedah

Kacamata pelindung yang terbuat dari plastic dan ringan melengkapi triad

barier tersebut. Perlindungan mata dari saliva, mikroorganisme, aerosol, dan debris

sangat diperlukan untuk operator maupun asistennya.

2.3.4 Imunisasi

Pelindung yang paling mudah digunakan dan yang paling jarang digunakan

sebagai sumber perlindungan untuk dokter gigi dan staf adalah imunisasi, misalnya

Heptavax-B untuk perlindungan terhadap hepatitis B.

2.4 Persiapan Alat dan Ruangan

Karena semua pasien yang terinfeksi tidak bisa dengan mudah diidentifikasi, baik

secara historik, pemeriksaan fisik, maupun laboratorium, maka pencegahan secara rutin

sebagai berikut harus digunakan pada semua pasien. Apabila dilakukan tindakan bedah

mulut, darah yang keluar dan meningkatnya kemungkinan tumbuhnya kuman oleh karena

pemakaian instrumen yang tajam (pemaparan parenteral), dapat dikurangi hanya dengan

tindakan kontrol yang efektif.

2.4.1 Ruangan

1) Dekontaminasi

Kebersihan saja tidaklah cukup untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

kontaminasi silang. Dekontaminasi permukaan-permukaan yang tersentuh sekresi

mulut pasien, instrumen atau tangan operator biasanya bisa diatasi dengan bahan

kimia antikuman (Tabel 1-1). Semua permukaan kerja yang terkontaminasi, pertama-

tama dilap dengan handuk pengisap untuk menghilangkan bahan-bahan organik

kemudian didesinfeksi dengan larutan pemutih (clorox diencerkan dalam

perbandingan 1:10 sampai dengan 1:100 tergantung bahan organik yang ada). Hal

tersebut dilakukan setiap hari. Pemutih adalah salah satu bahan anti-kuman yang

14

Page 15: Persiapan-Prabedah

murah dan efektif, namun perlu diperhatikan bahwa bahan ini bersifat korosif

terhadap logam khususnya alumunium.

2) Pelindung permukaan

Kertas dengan lapisan kedap air, alumunium foil atau plastik yang jernih bisa

dipergunakan sebagai penutup permukaan yang mudah tcrkontiminasi dengan darah

atau saliva, yang sulit didesinfeksi secara efektif misalnya pegangan lampu dan

kepala unit sinar-X. Penutup ini dibuka oleh personel yang menggunakan sarung

tangan pada akhir suatu tindakan pembedahan, kemudian diganti dengan yang bersih

(sesudah melepas sarung tangan atau mengganti sarung tangan). Selama prosedur

pembedahan, permukaan yang tidak terlindung misalnya pengontrol kursi atau

lampu operasi bisa diatur atau digunakan tanpa menimbulkan kontaminasi dengan

menggunakan sponge bedah 4x4 dan tangan yang memakai sarung tangan sebagai

barier tambahan. Idealnya pengontrolan dengan tangan sebaiknya dihindarkan atau

di-kurangi. Tempat kumur, dispenser untuk sabun dan pengontrol kursi sebaiknya

menggunakan peralatan yang bisa dioperasikan dengan kaki.

3) Peralatan yang tajam

Peralatan tajam yang biasanya digunakan di dalam prosedur bedah mulut dan

sering terkontaminasi darah dan saliva misalnya, jarum suntik, jarum jahit, Man

(blade) skapel, elevator periosteal, dan elevator akar, dianggap berpotensi untuk

menginfeksi dan harus ditangani dengan can khusus untuk mencegah luka yang tidak

sengaja. Untuk menghindari kontak yang tidak diperlukan, semua peralatan

disposibel ditempatkan di dalam wadah yang diletakkan sedekat mungkin dengan

tempat pengguna-annya. Jarum yang kotor jangan dibengkokkan, dipatahkan/ditutup,

atau dengan kata lain jangan dipegang dengan tangan. Untuk pengulangan suntikan

anestesi lokal, sebaiknya jarum ditempatkan terbuka di atas tempat yang steril

ketimbang harus melepas tutup jarum sekali lagi. Kunci keberhasilan penanganan

alat-alat tajam yang terkontaminasi adalah mengurangi frekuensi pemakaiannya

15

Page 16: Persiapan-Prabedah

sehingga menurunkan kesempatan terjadinya tusukan atau goresan yang tidak

disengaja. Secara umum, semua alat yang disposibel diautoklaf dulu sebelum

dibuang. Pada kasus perawatan pasien yang menular, peralatan disposibel dibungkus

rangkap dua sesegera mungkin sesudah digunakan.

2.4.2 Alat

Langkah persiapan alat adalah sebagai berikut:

1) Menghilangkan debris

Diperlukan ruangan atau tempat terpisah untuk mempersiapkan peralatan. Bak

yang dibuka untuk menyikat alat biasanya dianggap sudah terkontaminasi dan tidak

boleh digunakan untuk mencuci tangan. Apabila bak cuci tangan yang terpisah tidak

ada, maka bak tersebut harus diguyur dan didekontaminasi dahulu dengan

menggunakan desinfektan yang terdapat dalam EPA. Orang yang menyikat peralatan

harus memakai sarung tangan yang tebal. Semua saliva, darah, atau sisa jaringan

dibersihkan sebelum dilakukan sterilisasi dan desinfeksi. Dianjurkan memakai

pembersih ultrasonic.

2) Pengemasan peralatan

Membungkus peralatan yang benar, baik menggunakan kain yang bisa dipakai

ulang, atau menggunakan bungkus sekali pakai ialah dengan dua lapis. Semua

peralatan yang berengsel harus dalam keadaan terbuka. Pengemasan ini dilengkapi

dengan pita indikator yang peka panas atau uap yang dengan perubahan warnanya bisa

menunjukkan bahwa bungkusan tersebut sudah diautoklaf. Sebaiknya alat dibungkus

dalam plastik jernih yang diklip, diplester, atau direkat dengan pita indicator. Tanggal

dilakukannya autoklaf dicatat pada bagian luar setiap bungkusan. Peralatan yang

dibungkus hanya satu lapis harus diautoklaf lagi dalam 30 hari, sedangkan yang

dibungkus rangkap dua dapat bertahan sampai enam bulan.

16

Page 17: Persiapan-Prabedah

3) Peralatan siap pakai/disposable

Sterilitas dapat dengan mudah dipastikan pada keadaan kritis alat-alat siap

pakai. Yang paling penting ialah jarum suntik yang digunakan untuk anestesi local

atau bahan yang lain. Jarum tersebut terbungkus sendiri-sendiri dan disterilkan,

sehingga dijamin ketajaman dan sterilitasnya. Pemasangan jarum pada selubungnya

jangan dilakukan dengan tangan. Apabila tidak ada alternatif lain untuk memasang

selubung jarum, maka bisa digunakan hemostat/needle holder.

Benang dan jarum jahit juga tersedia dalam bentuk siap pakai. Ini ialah yang

disebut armed suture yaitu jarum yang disatukan dengan benang jahitnya. Bilah skapel

dan kombinasi bilah tangkai juga tersedia dalam bentuk steril untuk sekali pemakaian.

Sarung tangan steril baik yang panjang maupun yang pendek menjamin adanya asepsis

dan dibungkus rangkap dua untuk menjamin bahwa pada waktu pemakaian tidak

terkontaminasi. Sebagian besar agen hemostatik, bahan pengganti tulang aloplastik,

dan material untuk implan tidak membutuhkan sterilisasi lagi.

Sponge dan bahan-bahan dressing biasanya tersedia dalam bungkusan steril

yang terpisah. Penutup yang steril, idealnya dengan pelindung plastic digunakan

apabila diperkirakan akan terjadi kontaminasi oleh darah atau saliva. Sebagian

peralatan dibungkus dengan system peel down. Dibungkus rangkap dua sehingga

memungkinkan orang yang tidak menggunakan sarung tangan membuka dan

menyerahkan isinya kepada orang lain yang sudah memakai sarung tangan atau

menaruh isinya di atas tempat yang steril. Apabila bungkusnya sobek, peralatan

tersebut sebaiknya jangan digunakan. Meskipun bisa diautoklaf, tidak ada peralatan

disposable yang boleh digunakan ulang.

4) Meja tempat instrumen steril

a. Meja instrumen diatur oleh scrub nurse.

b. Terdiri dari alat-alat yang steril dan semua instrumen yang dapat digunakan dalam

bedah mulut.

17

Page 18: Persiapan-Prabedah

c. Meja ini tidak boleh sampai terkontaminasi selama operasi sedang berjalan.

d. Meja instrumen sebaiknya di tutupi oleh kain steril.

e. Peralatan yang dibutuhkan di transfer ke rak mayo dengan penjepit instrumen yang

steril.

Untuk menentukan tingkat sterilisasi/desinfeksi yang layak, maka alat-alat

digolongkan sesuai dengan penggunaan dan aplikasinya, yaitu:

1) Alat-alat kritis

Untuk menentukan tingkat sterilisasi/desinfeksi yang layak, maka alat-alat

digolongkan sesuai dengan penggunaan dan aplikasinya. Alat-alat kritis ialah alat

yang berkontak langsung dengan daerah steril pada tubuh yaitu semua struktur atau

jaringan yang tertutup kulit/mukosa, karena semua ini mudah terserang infeksi.

Peralatan kritis harus steril sebelum digunakan. Termasuk dalam kategori ini yaitu

jarum suntik, scalpel, elevator, bur, tang, jarum jahit, dan peralatan untuk implantasi

(misalnya implan, bahan aloplastik dan bahan hemostatik). Apabila memungkinkan

sebaiknya peralatan disterilisasi dengan autoklaf.

Kelayakan tingkat sterilitas bisa diuji seminggu sekali dengan menggunakan

peralatan tes spora. Kontrol berikutnya untuk membuktikan bahwa autoklaf sudah

dilakukan ialah menggunakan indikator yang peka terhadap panas/uap yang

ditempelkan di luar pembungkus alat. Apabila penggunaan autoklaf tidak

memungkinkan, desinfeksi yang sangat baik dapat dicapai dengan menggunakan

bahan kimia yang terdaftar pada US Environmental Protection Agency (EPA), waktu

pemaparan tergantung pada instruksi pabrik. Diikuti dengan pembasuhan

menggunakan air steril. Cara lain untuk mensterilkan ialah dengan merendam dalam

air mendidih selama paling sedikit 10 menit.

2) Alat-alat semi kritis

18

Page 19: Persiapan-Prabedah

Peralatan semikritis ialah alat-alat yang bisa bersentuhan tapi sebenarnya tidak

dipergunakan untuk penetrasi ke membran mukosa mulut. Meskipun terkontaminasi

oleh saliva dan darah, alat tersebut biasanya tidak membawa kontaminan ke daerah

steril di dalam tubuh. Kaca mulut dan alat lain yang digunakan untuk pemeriksaan

dan tes termasuk dalam kategori ini. Handpiece digunakan untuk bedah mulut

idealnya bisa diautoklaf. Jika harus menggunakan handpiece yang lain, maka setiap

selesai pemakaian sebaiknya dilakukan pengurasan air pendingin 20-30 menit,

kemudian disikat di dalam air dan kotorannya dihilangkan dengan sabun. Kemudian

dengan hati-hati dilap dengan bahan pengisap yang mengandung bahan antikuman

yang terdaftar di EPA sebagai desinfektan rumah sakit dan mycobactericidal.

3) Alat-alat non kritis

Yaitu peralatan yang biasanya tidak berkontak dengan membrane mukosa.

Meliputi countertops, pengontrol posisi kursi, kran yang dioperasikan dengan tangan,

dan pengontrol kotak untuk melihat gambar sinar X. Apabila terkontaminasi dengan

darah, saliva atau kedua-duanya, mula-mula harus dilap dengan handuk pengisap

kemudian didesinfeksi dengan larutan antikuman yang cocok, misal 5000 ppm

(pengenceran larutan pemutih 1:10, clorox) atau 500 ppm (pengenceran 1:100

sodium hipoklorit). Harus hati-hati karena sodium hipoklorit korosif terhadap logam.

19

Page 20: Persiapan-Prabedah

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Persiapan bedah yang baik akan memberi pengaruh baik pula terhadap kondisi pasca

operasi. Persiapan sebelum bedah sangat diperlukan untuk berbagai hal, diantaranya untuk

indikasi operasi, untuk evaluasi dan mengatasi kecemasan pasien, untuk kejelasan hukum dan

perjanjian, serta yang terpenting adalah untuk meminimalisir komplikasi pada pasien setelah

pembedahan dilaksanakan. Persiapan prabedah ini terdiri dari tiga persiapan, yaitu persiapan

pasien, persiapan operator staf, dan persiapan alat dan ruangan.

Persiapan pasien terdiri dari Persiapan Mental, Persiapan Fisik, Riwayat Penyakit,

Pemeriksaan Penunjang dan Skrining, Konsultasi Medis, Keadaan Gizi, Persediaan Darah,

Puasa, Kebutuhan Cairan Basal dan Elektrolit, Antibiotik Profilaksis, dan Premedikasi.

Persiapan dokter dan staff nya terdiri dari Dressing Operator dan Asisten, Persiapan

Tangan dan Lengan, Triad Barrier, dan Imunisasi. Persiapan Alat dan ruangan terdiri dari

Dekontaminasi Ruangan, Pelindung Permukaan, Peralatan yang Tajam. Alat-alat disterilisasi

dengan cara Penghilangan Debris, Pengemasan Alat yang baik, Alat yang siap pakai dan sekali

pakai, serta mempersiapkan meja untuk alt-alat steril. Alat-alat dalam pembedahan ini terdiri dari

alat-alat kritis, alat semi kritis, dan alat non kritis yang berbeda-beda proses sterilisasinya.

3.2 Saran

20

Page 21: Persiapan-Prabedah

DAFTAR PUSTAKA

Pederson, Gordon W. 1996. Buku ajar praktis Bedah Mulut. Jakarta: penerbit buku kedokteran

EGC.

Archer W. H. 1975. Oral and Maxillofacial Surgery 5th ed. W.B. Saunders.

Sabiston.1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Pallasch TJ. 2003. Antibiotic prophylaxis. Endodontic.

Walling AD. 2005. Antimicrobial prophylaxis for surgical site infections. Am Fam Physician

21