PERSEPSI AUDIT EXPECTATION GAP AUDITOR · PDF fileBanyaknya kasus korupsi yang terjadi ......
Transcript of PERSEPSI AUDIT EXPECTATION GAP AUDITOR · PDF fileBanyaknya kasus korupsi yang terjadi ......
i
PERSEPSI AUDIT EXPECTATION GAP AUDITOR INTERNAL DENGAN
AUDITEE ATAS KINERJA AUDITOR INTERNAL
(Studi Pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo)
ABSTRAK
Banyaknya kritikan terhadap kinerja auditor internal menimbulkan audit expectation
gap antara masyarakat dan auditor internal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
secara empiris audit expectation gap antara persepsi auditor internal dengan auditee
terhadap kinerja auditor internal terkait independensi, kompetensi, perilaku etis,
laporan hasil audit, dan tindak lanjut audit.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah sampel
dalam penelitian ini yaitu 30 auditor internal Inspektorat Kabupaten Nagekeo dan 90
auditee terdiri atas 30 kepala SKPD, 30 kepala sekolah dan 30 kepala desa. Teknik
analisis data menggunakan Kruskal-Wallis Test.
Berdasarkan hasil pengujian data dan analisis data, dapat dinyatakan bahwa terdapat
audit expectation gap persepsi independensi, kompetensi, perilaku etis, laporan hasil
audit dan tindak lanjut audit antara auditor internal dengan auditee.
Kata Kunci: Audit Expectation Gap, Auditor Internal, Auditee, Kinerja Auditor
Internal.
ii
AUDIT EXPECTATION GAP PERCEPTION BETWEEN INTERNAL
AUDITORS WITH AUDITEES ON THE PERFOMANCE OF THE INTERNAL
AUDITORS
(Study on the Inspectorate of the district of Nagekeo)
ABSTRACT
Criticism of the performance of the internal auditor raises audit expectation gap
between the public and internal auditor. This study aims to empirically examine the
audit expectation gap between the perceptions of internal auditors with auditees on the
performance of the internal auditors related to independency, competency, ethical
behavior, the audit reports, and follow-up of audit.
The technique of collecting data used questionnaires and documentation. Sampling in
this study usied purposive sampling techniques. Number of samples in this study were
30 internal auditors and 90 auditees. Analysis used the Kruskal-Wallis Test.
Based on the results of the test data and data analysis, it can be stated that there is
audit expectation gap the perceptions independency, competency, ethical behavior, the
audit reports, and follow-up of audit between of internal auditors and auditees.
Keywords: Audit Expectation gap, Internal Auditors, Auditee, Perfomance of the
Internal Auditors.
iii
PERSEPSI AUDIT EXPECTATION GAP AUDITOR INTERNAL DENGAN
AUDITEE ATAS KINERJA AUDITOR INTERNAL
(Studi Pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo)
RINGKASAN
Keterpurukan perekonomian negara kita, ternyata telah membangkitkan kesadaran
akan pentingnya penerapan good governance dalam sistem pemerintahan. Auditor
internal memegang peranan penting dalam proses terciptanya akuntabilitas dan
transparansi pengelolaan keuangan di daerah. Namun ada kemungkinan bahwa auditor
tidak mampu memenuhi harapan masyarakat. Banyaknya kasus korupsi yang terjadi
yang menjerat beberapa pejabat daerah (Kelen, 2014; 2015a; 2015b), temuan berulang
BPK yang sebelumnya tidak terdeteksi oleh inspektorat, opini BPK atas LKPD yang
tidak mengalami peningkatan, serta rendahnya hasil tindak lanjut temuan audit
menjadi perhatian masyarakat di Kabupaten Nagekeo.
Hal ini menimbulkan pertanyaan dari publik mengenai kinerja auditor internal
sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan internal atau
yang melakukan tindakan preventif terkait dengan upaya mengurangi praktik-praktik
yang dapat merugikan masyarakat. Adanya pertanyaan, tuntutan, dan komplain
terhadap kinerja auditor internal menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap
kinerja auditor. Porter (1993) menyatakan bahwa penyebab meningkatnya kritikan
terhadap profesi audit karena adanya kesenjangan harapan audit (audit expectation
gap) terhadap kinerja auditor antara masyarakat maupun pengguna jasa auditor
terhadap auditor dan kinerja auditor seperti yang dirasakan oleh masyarakat maupun
pengguna jasa auditor. Audit expectation gap sebagai topik penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
hubungan antara auditor internal dan auditee dapat terjadi pandangan yang berbeda di
antara kedua pihak atas kinerja auditor internal terkait independensi, kompetensi,
perilaku etis, pelaporan hasil audit dan tindak lanjut audit karena perbedaan faktor-
faktor yang mempengaruhi persepsi pada masing-masing pihak. Perbedaan pandangan
tersebut adalah bahwa auditor tidak memenuhi harapan auditee.
Terdapat dua kelompok populasi yang digunakan dalam penelitian ini. Kelompok
populasi pertama dalam penelitian ini adalah Auditee yang terdiri dari Kepala SKPD,
Kepala Desa dan Kepala Sekolah. Kelompok populasi kedua dalam penelitian ini
adalah Auditor Internal Inspektorat Kabupaten Nagekeo. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Jumlah Sampel sebanyak 120 terdiri atas
90 auditee (30 SKPD, 30 sekolah dan 30 desa) yang menjadi obyek audit inspektorat
tahun 2014 dan 2015 dan 30 auditor internal yang memiliki sertifikat diklat auditor dan
PNS Jabatan Struktural yang ditugaskan untuk melakukan tugas audit, reviu, evaluasi
dan tugas pengawasan internal lainnya pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo.
Responden auditee dalam penelitian ini adalah pejabat eselon 2 setara dengan kepala
dinas atau kepala badan dan pejabat eselon 3 setara dengan kepala kantor atau kepala
iv
bagian serta kepala desa dan kepala sekolah berjumlah 90 orang. Data hasil penelitian
diuji dengan menggunakan Kruskal-Wallis Test.
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas menunjukan bahwa instrumen variabel
penelitian yang terdiri atas independensi, kompetensi, perilaku etis auditor internal,
laporan hasil audit dan tindak lanjut audit, seluruhnya dinyatakan valid dan reliabel.
Hasil pengujian hipotesis untuk variabel independensi auditor internal (X1) nilai
Asymp.Sig.0,001 ≤ 0,05 maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima artinya bahwa
terdapat audit expectation gap persepsi independensi antara auditor internal dengan
auditee. Hasil pengujian hipotesis untuk variabel kompetensi auditor internal (X2) nilai
Asymp.Sig.0,000 ≤ 0,05 maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima artinya bahwa
terdapat audit expectation gap persepsi kompetensi antara auditor internal dan auditee.
Hasil pengujian hipotesis untuk variabel perilaku etis auditor internal (X3) nilai
Asymp.Sig.0,000 ≤ 0,05 maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima artinya bahwa
terdapat audit expectation gap persepsi perilaku etis antara auditor internal dan auditee. Hasil pengujian hipotesis untuk variabel laporan hasil audit (X4) nilai
Asymp.Sig.0,000 ≤ 0,05 maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima artinya bahwa
terdapat audit expectation gap persepsi laporan hasil audit antara auditor internal dan
auditee. Hasil pengujian hipotesis untuk variabel tindak lanjut audit (X5) nilai
Asymp.Sig.0,000 ≤ 0,05 maka hipotesis yang diajukan (Ha) diterima artinya bahwa
terdapat audit expectation gap persepsi tindak lanjut audit antara auditor internal dan
auditee.
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori atribusi
yang berhubungan dengan persepsi auditor internal dan auditee terkait independensi,
kompetensi,perilaku etis, laporan hasil audit dan tindak lanjut audit serta menambah
referensi bagi para akademisi yang ingin melakukan penelitian tentang audit
expectation gap di lingkungan sektor publik. Bagi Pemerintah Kabupaten Nagekeo
penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam kebijakan perekrutan auditor internal dan
pelaksanaan mutasi PNS di lingkup inspektorat serta perhatian alokasi anggaran
pendidikan dan pelatihan bagi pegawai inspektorat dalam meningkatkan
kompetensinya. Hasil penelitian ini juga telah memberikan gambaran mengenai audit
expectation gap yang terjadi sehingga dapat menjadi acuan bagi Inspektorat Kabupaten
Nagekeo untuk melakukan upaya-upaya yang dapat mengurangi audit expectation gap
melalui pendidikan dan pelatihan bagi auditor serta pemberian pemahaman mengenai
auditing kepada auditee.
v
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM...................................................................................... i
PERSYARATAN GELAR………………….............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN…………………............................................. iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI............................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.......................................................... v
UCAPAN TERRIMA KASIH..................................................................... vi
ABSTRAK................................................................................................... ix
RINGKASAN.............................................................................................. xi
DAFTAR ISI................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian............................................................ 12
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................... 12
1.4.1. Manfaat Teoritis...............................................
12
1.4.2. Manfaat Praktis................................................
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................... 14
2.1 Teori Atribusi.................................................................. 14
2.2 Persepsi........................................................................... 15
2.3 Audit Expectation Gap.................................................... 18
2.4 Auditor Internal............................................................... 20
2.5 Kinerja Auditor............................................................... 22
2.6 Independensi................................................................... 25
2.7 Kompetensi..................................................................... 28
2.8 Perilaku Etis Auditor....................................................... 29
2.9 Laporan Hasil Audit........................................................ 30
2.10 Tindak Lanjut Audit........................................................ 34
2.11 Hasil Penelitian Sebelumnya.......................................... 37
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
PENELITIAN.........................................................................
44
3.1 Kerangka Berpikir........................................................... 44
3.2 Konsep Penelitian........................................................... 46
3.3 Hipotesis Penelitian......................................................... 48
3.3.1 Persepsi Independensi antara Auditor Internal
Dengan Auditee................................................. 48
3.3.2 Persepsi Kompetensi antara Auditor Internal
Dengan Auditee................................................... 49
vi
3.3.3 Persepsi Perilaku Etis antara Auditor Internal
Dengan Auditee.................................................. 51
3.3.4 Persepsi Laporan Hasil Audit antara Auditor
Internal Dengan Auditee ……............................ 52
3.3.5 Persepsi Tindak Lanjut Audit antara Auditor
Internal Dengan Auditee…….............................. 53
BAB IV METODE PENELITIAN........................................................ 55
4.1 Rancangan Penelitian...................................................... 55
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................... 57
4.3 Penentuan Sumber Data.................................................. 57
4.3.1 Jenis Data dan Sumber Data…......................... 57
4.3.2 Populasi dan Sampel......................................... 58
4.3.3 Responden........................................................ 60
4.4 Variabel Penelitian....................................................... 61
4.4.1 Identifikasi Variabel......................................... 61
4.4.2 Definisi Operasional Variabel.......................... 61
4.5 Instrumen Penelitian..................................................... 65
4.5.1 Metode Pengumpulan Data............................. 66
4.5.2 Uji Instrumen Penelitian................................... 67
4.5.2.1 Uji Validitas ...................................... 68
4.5.2.2 Uji Reliabilitas................................... 68
4.6 Prosedur Penelitian....................................................... 68
4.7 Analisis Data................................................................. 69
4.7.1 Statistik Deskriptif………............................... 69
4.7.2 Uji Hipotesis……………................................ 69
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 71
5.1 Deskripsi Responden....................................................... 71
5.1.1 Karakteristik Responden Auditor Internal........ 71
5.1.2 Karakteristik Responden Auditee..................... 73
5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian…. 76
5.2.1 Uji Validitas Instrument Penelitian.................. 77
5.2.2 Uji Reliabilitas Instrument Penelitian............... 79
5.3 Analisis Data……………...…........................................ 79
5.3.1 Deskripsi Variabel Penelitian……................... 79
5.3.2 Uji Hipotesis……………………..................... 86
5.3.2.1 Pengujian Hipotesis 1...................... 86
5.3.2.2 Pengujian Hipotesis 2...................... 88
5.3.2.3 Pengujian Hipotesis 3...................... 89
5.3.2.4 Pengujian Hipotesis 4...................... 90
5.3.2.5 Pengujian Hipotesis 5...................... 91
5.4 Pembahasan Hasil Hipotesis………............................... 92
5.4.1 Persepsi Independensi Antara Auditor
Internal Dengan Auditee………………….….
92
vii
5.4.2 Persepsi Kompetensi antara Auditor Internal
Dengan Auditee………………………….…..
95
5.4.3 Persepsi Perilaku Etis antara Auditor Internal
Dengan Auditee……………………….……..
97
5.4.4 Persepsi Laporan Hasil Audit antara Auditor
Internal Dengan Auditee………………….….
98
5.4.5 Persepsi Tindak Lanjut Audit antara Auditor
Internal Dengan Auditee……………………..
101
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN…................................................ 104
6.1 Simpulan......................................................................... 104
6.2 Saran................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 107
LAMPIRAN-LAMPIRAN.......................................................................... 116
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Temuan Keuangan Per Tanggal
31 Desember 2015............................................................................. 6
4.1 Daftar Lokasi Penelitian…………………….................................... 57
4.2 Daftar Populasi dan Sampel Auditee................................................. 60
4.3 Daftar Populasi dan Sampel Auditor Internal.................................... 60
4.4 Daftar Responden ………................................................................. 61
5.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner...................................................... 71
5.2 Karakteristik Responden Auditor Internal ........................................ 73
5.3 Karakteristik Responden Kepala SKPD............................................ 74
5.4 Karakteristik Responden Kepala Sekolah......................................... 75
5.5 Karakteristik Responden Kepala Desa.............................................. 76
5.6 Rekapitulasi Uji Validitas………….................................................. 78
5.7 Hasil Uji Reliabilitas……………..................................................... 79
5.8 Penilaian Responden Mengenai Variabel Independensi................... 81
5.9 Penilaian Responden Mengenai Variabel Kompetensi..……........... 82
5.10 Penilaian Responden Mengenai Variabel Perilaku Etis.................... 83
5.11 Penilaian Responden Mengenai Variabel Laporan Hasil Audit….... 84
5.12 Penilaian Responden Mengenai Variabel Tindak Lanjut Audit….... 85
5.13 Mean Rank Variabel Independensi Auditor (X1).............................. 87
5.14 Hasil Pengujian Hipotesis 1………................................................... 87
5.15 Mean Rank Variabel Kompetensi Auditor (X2)................................ 88
5.16 Hasil Pengujian Hipotesis 2……….................................................. 88
5.17 Mean Rank Variabel Perilaku Etis Auditor (X3)............................... 89
5.18 Hasil Pengujian Hipotesis 3………................................................... 90
5.19 Mean Rank Variabel Laporan Hasil Audit (X4)................................ 90
5.20 Hasil Pengujian Hipotesis 4………................................................... 90
5.21 Mean Rank Variabel Tindak Lanjut Audit (X5)……….................... 91
5.22 Hasil Pengujian Hipotesis 5………................................................... 92
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Kerangka Berpikir................................................................................ 45
3.2 Konsep Penelitian................................................................................. 48
4.1 Rancangan Penelitian........................................................................... 56
x
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Halaman
1 Hasil Penelitian Sebelumnya.............................................................. 116
2 Daftar Auditee tahun 2014 dan 2015.................................................. 121
3 Kuesioner Penelitian........................................................................... 124
4 Hasil Uji Validitas…........................................................................... 129
5 Hasil Uji Reliabilitas........................................................................... 132
6 Hasil Uji Deskripsi Data Penelitian.................................................... 137
7 Hasil Uji Hipotesis............................................................................. 143
8 Tabulasi Data Hasil Penelitian............................................................ 144
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterpurukan perekonomian negara kita, ternyata telah membangkitkan kesadaran
akan pentingnya penerapan good governance dalam sistem pemerintahan. Good
Governance dalam bidang pemerintahan pada dasarnya merupakan pelayanan kepada
publik yang lebih efisien, sistem peradilan yang dapat diandalkan serta pemerintahan
yang lebih bertanggungjawab kepada publiknya. Tujuan terciptanya pemerintahan
yang transparan, akuntabel, serta partisipatif rasanya masih terasa sulit tercapai.
Meningkatnya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di daerah maupun pusat
serta terdapat pelanggaran hukum lainnya menghambat peningkatan kualitas
pelayanan kepada masyarakat. Namun hal ini dapat diminimalisir dan dicegah dengan
adanya pengawasan dari auditor internal maupun eksternal (Simatauw, 2014).
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan dalam mencapai suatu pemerintahan
yang transparan, akuntabel, dan partisipatif salah satunya adalah melalui pengawasan
internal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah menegaskan bahwa pengawasan internal merupakan seluruh proses
kegiatan audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa
asistensi, sosialisasi, dan konsultansi terhadap penyelengaraan tugas dan fungsi
organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah
2
dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan pemerintahan yang baik.
Pengawasan internal yang dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) mempunyai fungsi yang penting. Peraturan Pemerintah nomor 60
Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah menegaskan bahwa
pengawasan internal memiliki fungsi memberikan keyakinan yang memadai atas
ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan
tugas dan fungsi instansi pemerintah, memberikan peringatan dini dan meningkatkan
efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
pemerintah serta memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Pengawasan secara umum dilaksanakan melalui kegiatan audit. Audit bisa
memberikan hasil yang berkualitas dan memberikan nilai tambah bagi unit organisasi
yang diaudit (auditee) serta bagi masyarakat atau seluruh pihak yang berkepentingan
(stakeholders) apabila APIP mempunyai kapabilitas dan kinerja yang baik. Kinerja
auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya, dan menjadi salah satu tolok
ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu pekerjaan yang dilakukan akan
baik atau sebaliknya (Kalbers dan Forgarti, 1995). Kinerja auditor dapat dinilai kurang
baik apabila terlihat masih tingginya tingkat korupsi dan buruknya tata kelola
pemerintahan di pemerintah daerah. Sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab
dalam melaksanakan pengawasan, auditor internal perlu memiliki kinerja yang baik
sehingga mampu mencapai fungsi pengawasan internal (Simatauw, 2014).
3
Auditor internal memiliki kewajiban untuk menjalankan tugas sesuai dengan
standar audit dan kode etik yang telah ditetapkan. Auditor diwajibkan oleh standar
untuk selalu mempertahankan independensi, objektivitas dan selalu meningkatkan
kompetensi serta kecermatan profesional dalam menjalankan tugasnya (Yudaruddin,
2013). Auditor internal berperan membantu pemerintah daerah dalam usaha untuk
mencapai tujuannya dengan pendekatan sistematis dan disiplin dalam mengevaluasi
dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola
organisasi (Tugiman, 2006).
Auditor internal memegang peranan penting dalam proses terciptanya
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah. Namun ada
kemungkinan bahwa auditor tidak mampu memenuhi harapan semua users
(masyarakat) sehingga menimbulkan audit expectations gap antara auditor dengan
pengguna laporan keuangan terkait persepsi tanggungjawab auditor (Siddiqui et al.,
2008). Auditor tidak akan memiliki nilai tambah dan juga tidak akan efektif ketika ada
perbedaan persepsi apa yang diharapkan auditee dengan apa yang dilakukan auditor.
Profesi auditor diklaim melindungi semua pemangku kepentingan tetapi sayangnya
tidak cukup untuk memenuhi harapan mereka (Ebimobowei, 2010).
Audit expectation gap merupakan persoalan yang krusial terkait dengan fungsi
audit independen dan memiliki implikasi yang signifikan pada perkembangan standar
dan praktek audit (Lin dan Chen, 2004). Audit expectation gap dapat didefinisikan
sebagai perbedaan antara apa yang masyarakat harapkan dari auditor dalam
menjalankan tugasnya. Audit expectation gap sangat penting untuk profesi audit karena
4
semakin besar harapan yang tidak terpenuhi dari masyarakat, semakin rendah
kredibilitas terkait dengan pekerjaan auditor (Lee et al., 2009).
Fenomena audit internal saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan termasuk
berbagai penilaian dan persepsi negatif yang sering ditujukan terhadap fungsi audit
internal (Yudaruddin, 2013). Masalah mendasar adalah bagaimana masyarakat
memandang peran auditor yang dalam banyak kasus berpusat pada pencegahan fraud
dan penyimpangan dan di sisi lain auditor dan profesi audit selalu membebaskan diri
dari fakta dan persepsi publik terhadap pekerjaan mereka (Onulaka, 2014). Auditee
sering kali merasa bahwa keberadaan audit internal hanya akan mendatangkan cost
yang lebih besar dibandingkan benefit yang akan diterima. Auditor internal dianggap
belum berperan untuk dapat menjadi konsultan internal yang merupakan ekspresi
tertinggi dalam peran pengawasan internal. Seringkali usulan perubahan atau
rekomendasi dari audit internal masih dianggap menyulitkan dan merugikan auditee,
bahkan terkesan formalitas dan cenderung mengabaikan tingkat kesulitan atau kendala
yang akan dihadapi auditee nantinya atas pelaksanaan saran audit internal tersebut
(Hery, 2004).
Pemerintah Kabupaten Nagekeo terbentuk sebagai daerah otonom baru sesuai
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kabupaten Nagekeo di
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada usia yang relatif muda, banyak terjadi kasus-
kasus korupsi yang menjerat beberapa pejabat daerah yang disebabkan ketidaksesuaian
dalam substansi pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah (Kelen, 2014;
2015a; 2015b). Maraknya kasus korupsi menyebabkan opini yang berkembang di
5
masyarakat menjadi kurang baik karena auditor internal dianggap tidak mampu
melaksanakan fungsi pengawasan di daerah.
Hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Nagekeo 5 tahun terakhir terlihat adanya
temuan berulang di setiap tahun antara lain temuan pengelolaan kas daerah, persediaan
dan penataan aset tetap yang belum memadai, pengelolaan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) belum optimal, belanja barang/jasa, belanja pegawai dan belanja modal yang
belum sesuai ketentuan, maupun pertanggungjawaban belanja bantuan sosial dan
bantuan keuangan lainnya serta pengelolaan investasi yang belum tertib (BPK RI,
2015). Hal ini berdampak terhadap opini yang diraih oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Nagekeo atas LKPDnya. Opini audit merupakan faktor penting yang
menjadi tolak ukur dari efektivitas pengawasan dan penilaian kinerja pengelolaan
keuangan pemerintah daerah (Giroux, 1989). Raihan opini BPK atas LKPD Kabupaten
Nagekeo sejak tahun 2010 sampai tahun 2015 adalah Wajar Dengan Pengecualian
(WDP).
Audit akan kurang bermanfaat apabila hasil temuan dan rekomendasi yang ada
tidak ditindaklanjuti oleh pihak dari obyek pemeriksaan (Dwiputrianti, 2008). Auditor
juga harus menetapkan suatu prosedur tindak lanjut untuk memonitor dan meyakinkan
bahwa tindakan manajemen telah dilaksanakan secara efektif sesuai dengan
rekomendasi atau manajemen yang bersangkutan menerima risiko apabila tidak
menindaklanjuti rekomendasi penugasan audit. Penyelesaian tindak lanjut temuan
audit di Kabupaten Nagekeo, baik temuan BPK RI sebagai auditor eksternal maupun
temuan inspektorat daerah dan APIP lainnya belum menunjukan perkembangan yang
6
signifikan. Hasil pemantauan tindak lanjut atas temuan keuangan pemerintah
Kabupaten Nagekeo per tanggal 31 Desember 2015 dapat terlihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Temuan Keuangan
Per Tanggal 31 Desember 2015
No Temuan % Penyelesaian TL
Temuan Keuangan
1 BPK RI 54,12
2 Inspektorat Provinsi NTT 46,41
3 Inspektorat Kabupaten Nagekeo 7,68
Rata-Rata 23,94
Sumber: Inspektorat Kab.Nagekeo, 2016
Masyitoh (2014) menjelaskan bahwa semakin besar tindak lanjut hasil pemeriksaan
yang dilakukan pemerintah daerah (pemda) akan menurunkan persepsi korupsi.
Semakin banyak tindak lanjut pemeriksaan yang dilakukan maka pengelolaan
keuangan yang dilakukan pemda menjadi semakin baik sehingga opini yang diperoleh
pada periode selanjutnya semakin baik (Setyaningrum, 2015).
Banyaknya kasus korupsi yang terjadi, temuan berulang BPK yang sebelumnya
tidak terdeteksi oleh inspektorat, opini yang didapat, serta rendahnya hasil tindak
lanjut temuan audit menjadi perhatian masyarakat di Kabupaten Nagekeo. Hal ini
menimbulkan pertanyaan dari publik mengenai kinerja auditor internal pemerintah
sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan internal atau
yang melakukan tindakan preventif terkait dengan upaya mengurangi praktik-praktik
yang dapat merugikan masyarakat. Adanya pertanyaan, tuntutan, dan komplain
terhadap kinerja auditor pemerintah menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap
kinerja auditor internal pemerintah daerah. Masyarakat menuntut auditor internal
7
meningkatkan kinerjanya, karena seorang auditor harus mampu menerapkan
kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimilikinya (Marganingsih dan
Martani, 2009).
Hasil evaluasi kapabilitas APIP di Kabupaten Nagekeo pada tahun 2013 oleh
BPKP dengan menggunakan pendekatan Internal Audit Capability Model (IA-CM)
diketahui bahwa APIP di Kabupaten Nagekeo masih berada pada level 1 (Initial). Hal
ini menunjukkan rendahnya kapabilitas APIP di Kabupaten Nagekeo yang disebabkan
oleh beberapa hal antara lain, belum diterapkannya independensi dan objektivitas
APIP, lemahnya manajemen APIP, kurangnya kebutuhan formasi auditor, kurangnya
kegiatan pengembangan kompetensi sumber daya manusia, dan masih belum
diterapkannya pelaksanaan audit sesuai dengan standar audit dan kode etik (BPKP,
2013).
Peningkatan kritik terhadap kinerja auditor disebabkan oleh banyaknya skandal
keuangan seperti korupsi dan kegagalan auditor internal dalam melaksanakan perannya
sebagai pihak yang melakukan tindakan preventif. Profesi audit yakin bahwa
peningkatan isu-isu sosial dan kritik terhadap auditor dapat dikaitkan dengan
kesenjangan harapan audit (Fowzia, 2010). Lingkungan audit yang penuh dengan
kritikan terhadap kinerja auditor sudah merupakan karakteristik dari lingkungan audit
saat ini (Porter, 1993). Menurut Porter, penyebab meningkatnya kritikan terhadap
profesi audit karena kesenjangan harapan terhadap kinerja auditor. Kesenjangan
terhadap kinerja auditor merupakan kesenjangan antara masyarakat maupun pengguna
jasa auditor terhadap auditor dan kinerja auditor seperti yang dirasakan oleh
masyarakat maupun pengguna jasa auditor (Porter, 1993; Dana, 2011).
8
Jabbarzadeh et al., (2012) mengungkapkan bahwa permasalahan audit expectation
gap berasal dari perbedaan auditor’s features yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
audit yang dilakukan oleh auditor, yaitu dalam hal independensi, pengetahuan dan
pengalaman, kerahasiaan dan jauh dari penilaian bias. Swift dan Dando (2002)
menunjukkan bahwa kesenjangan harapan audit bisa disebabkan dari salah satu faktor
berikut antara lain: (1) kurangnya kompetensi teknis, (2) ketepatan waktu dan relevansi
komunikasi auditor, (3) kurangnya independensi, dan (4) komitmen rendah untuk
kepentingan umum. Menurut Humphrey et al. (1992) terdapat empat masalah
sehubungan dengan audit expectation gap, yaitu: (1) tanggung jawab auditor untuk
mendeteksi kecurangan, (2) independensi auditor, (3) pelaporan kepentingan publik,
dan (4) maksud atau arti laporan audit. Guy dan Sullivan (1988) menyatakan bahwa
perbedaan harapan publik dan auditor terjadi dalam hal: (1) deteksi kecurangan dan
tindakan ilegal, (2) perbaikan keefektifan audit, dan (3) pengkomunikasian hasil audit
yang lebih intensif kepada publik dan komite audit.
Kesadaran akan audit expectation gap ini bukanlah sesuatu yang tanpa alasan
karena audit expectation gap tidak sedikit membawa kerugian bagi banyak pihak.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan permasalahan audit expectation gap yang
diungkapkan, publik beranggapan bahwa auditor internal harus dapat memberikan
jaminan terhadap auditee. Masalah audit expectation gap mendesak untuk ditangani
sehingga perlu ditinjau kembali kinerja auditor internal terkait independensi,
kompetensi, perilaku etis, pelaporan dan tindak lanjut audit. Alasan-alasan tersebut
mendorong penulis untuk mengadakan penelitian ini.
9
Penelitian audit expectation gap di sektor publik masih sangat kurang bahkan
terabaikan (Chowdhury et al., 2005). Penelitian mengenai audit expectation gap
auditor internal pemerintah masih sedikit, padahal dilihat dari fenomena yang ada
auditor internal butuh perbaikan-perbaikan serta masukan-masukan dari kalangan
akademisi maupun kalangan profesional untuk memperbaiki permasalahan yang ada
sekarang ini. Kebanyakan penelitian-penelitian terdahulu lebih meneliti auditor
eksternal dari pada auditor internal sehingga penelitian ini berfokus mencari bukti
secara empiris mengenai audit expectation gap antara auditor internal dengan auditee
atas kinerja auditor internal apakah sudah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan
selama ini.
Penelitian terkait audit expectation gap sektor publik antara auditor internal
dengan auditee pernah dilakukan oleh Hutabarat dan Yuyetta (2013) yang menunjukan
bahwa tidak terdapat expectation gap antara auditor inspektorat dan para kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari sisi akuntabilitas, independensi, kompetensi,
bukti audit dan audit kinerja, namun terdapat expectation gap dari sisi materialitas audit
dan pelaporan audit. Selain itu Yudaruddin (2013) yang meneliti persepsi auditor
inspektorat dan auditee di lingkungan pemerintah kota Balikpapan menyatakan bahwa
terdapat audit expectation gap antara auditor inspektorat dengan auditee terkait
independensi, kompetensi profesional, dan pengawasan. Sedangkan Simatauw (2014)
menemukan bahwa (1) terdapat audit expectation gap antara auditor inspektorat
dengan auditee terkait pelaksanaan dan tindak lanjut audit, dan (2) tidak terdapat audit
expectation gap antara auditor inspektorat dengan auditee terkait hasil audit.
10
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat beberapa hal.
Perbedaan pertama terkait lokasi penelitian pada Inspektorat Kabupaten Nagekeo.
Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah banyaknya permasalahan yang terjadi
antara lain kasus korupsi yang menjerat beberapa pejabat daerah, temuan berulang atas
LKPD yang berimbas pada opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) untuk yang
kelima kalinya dan secara berturut-turut sejak tahun 2010-2014 dari pihak BPK RI
Perwakilan Provinsi NTT, lambatnya penyelesaian tindak lanjut atas temuan BPK
maupun APIP serta rendahnya kapabilitas APIP daerah (level initial) berdasarkan hasil
evaluasi IACM oleh BPKP Perwakilan NTT yang mengakibatkan banyaknya kritikan
terhadap kinerja Inspektorat sebagai auditor internal pemerintah.
Perbedaan kedua adalah penambahan variabel perilaku etis auditor internal.
Variabel perilaku etis auditor penting, karena demi terwujudnya pengawasan internal
yang berkualitas dan auditor internal yang profesional diperlukan suatu budaya etis
dalam profesi auditor. Perilaku etis diperlukan demi terpenuhinya prinsip-prinsip kerja
yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit sehingga dapat terwujud auditor
internal yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit.
Perbedaan ketiga adalah pemilihan partisipan. Penambahan partisipan kepala desa dan
kepala sekolah sebagai obyek dalam penelitian ini dengan pertimbangan untuk
memperluas sampel penelitian dan diharapkan mampu meminimalisir terjadinya audit
expectation gap.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai audit expectation gap dengan judul “Persepsi Audit Expectation Gap
11
Auditor Internal dengan Auditee atas Kinerja Auditor Internal (Studi Pada Inspektorat
Kabupaten Nagekeo)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berbagai fenomena yang terjadi dan adanya kritikan terkait dengan kinerja
Inspektorat Kabupaten Nagekeo selaku auditor internal menunjukkan ketidakpuasan
auditee maupun masyarakat terhadap kinerja auditor internal pemerintah. Auditor
internal membutuhkan perbaikan-perbaikan dalam menjalankan tugasnya dengan cara
mempertahankan independensi, meningkatkan kompetensi, berperilaku etis,
memberikan laporan audit yang berkualitas dan mendorong penyelesaian tindak lanjut
audit. Dari rumusan masalah yang diteliti selanjutnya dijabarkan dalam pertanyaan
penelitian adalah sebagai berikut:
1) Apakah terdapat audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee
atas kinerja auditor internal terkait independensi?
2) Apakah terdapat audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee
atas kinerja auditor internal terkait kompetensi?
3) Apakah terdapat audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee
atas kinerja auditor terkait internal perilaku etis?
4) Apakah terdapat audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee
atas kinerja auditor internal terkait laporan hasil audit?
5) Apakah terdapat audit expectation gap persepsi auditor internal dengan auditee
atas kinerja auditor internal terkait tindak lanjut audit?
12
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris:
1) Untuk membuktikan secara empiris audit expectation gap persepsi auditor
internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait independensi.
2) Untuk membuktikan secara empiris audit expectation gap persepsi auditor
internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait kompetensi.
3) Untuk membuktikan secara empiris audit expectation gap persepsi auditor
internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait perilaku etis.
4) Untuk membuktikan secara empiris audit expectation gap persepsi auditor
internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait laporan hasil audit.
5) Untuk membuktikan secara empiris audit expectation gap persepsi auditor
internal dengan auditee atas kinerja auditor internal terkait tindak lanjut audit.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian:
1) Memberikan kontribusi pada pengembangan teori atribusi yang berhubungan
dengan persepsi tentang kinerja auditor internal.
2) Menambah referensi bagi para akademisi yang ingin melakukan penelitian
tentang audit expectation gap di lingkungan sektor publik.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini bagi lembaga terkait:
13
1) Pemerintah Kabupaten Nagekeo, hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi secara empiris tentang audit expectation gap persepsi auditor
internal inspektorat dengan auditee atas kinerja auditor internal sehingga
Pemerintah Kabupaten Nagekeo dapat menggunakan penelitian ini sebagai
acuan untuk membuat suatu kebijakan terkait dengan kinerja inspektorat
yang nantinya akan memberikan nilai tambah bagi Pemerintah Kabupaten
Nagekeo.
2) Inspektorat Kabupaten Nagekeo, hasil penelitian ini dapat memberikan
kontribusi mengenai gambaran dan masukan terkait harapan dan persepsi
auditee atas kinerja inspektorat sehingga dapat dilakukan upaya-upaya
perbaikan kinerja auditor internal terkait independensi, kompetensi,
perilaku etis auditor, laporan hasil audit, dan tindak lanjut audit.