PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

23
Rancangan Perppu Tanggal 28 April 2010 Lt.6 Dikti PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARA DAN TATA KELOLA SATUAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa penjelasan Pasal 53 ayat (1) Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur landasan hukum Badan Hukum Milik Negara, telah dinyatakan tidak mengikat secara hukum oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14-21- 126-136/PUU-VII/2009 tanggal 31 Maret 2010; b. bahwa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, khususnya Pasal 66 ayat (2) yang mengakui keberadaan Badan Hukum Milik Negara sebagai badan hukum pendidikan, telah dinyatakan tidak mengikat secara hukum oleh Putusan Mahkamah Konstitusi di atas; c. bahwa sebagai akibat dari pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka 7 (tujuh) perguruan tinggi yaitu Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Sumatera Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas 1 RANCANGAN HANYA UNTUK KEPERLUAN PEMBAHASAN RAHASIA HANYA UNTUK KALANGAN INTERNAL TERBATAS

Transcript of PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

Page 1: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

Rancangan Perppu Tanggal 28 April 2010 Lt.6 Dikti

PERATURAN PEMERINTAH

PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

PENYELENGGARA DAN TATA KELOLA SATUAN PENDIDIKAN TINGGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Menimbang : a. bahwa penjelasan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur landasan hukum Badan Hukum Milik Negara, telah dinyatakan tidak mengikat secara hukum oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009 tanggal 31 Maret 2010;

b. bahwa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, khususnya Pasal 66 ayat (2) yang mengakui keberadaan Badan Hukum Milik Negara sebagai badan hukum pendidikan, telah dinyatakan tidak mengikat secara hukum oleh Putusan Mahkamah Konstitusi di atas;

c. bahwa sebagai akibat dari pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka 7 (tujuh) perguruan tinggi yaitu Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Sumatera Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Airlangga kehilangan landasan hukum sebagai Badan Hukum Milik Negara;

d. bahwa sebagai akibat kehilangan landasan hukum sebagai Badan Hukum Milik Negara, maka ketujuh perguruan tinggi sebagaimana disebutkan dalam pertimbangan huruf c juga kehilangan landasan hukum untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi;

e. bahwa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, yang semula mengatur penyelesaian

1

RANCANGANHANYA UNTUK KEPERLUAN PEMBAHASAN

RAHASIAHANYA UNTUK KALANGAN INTERNAL TERBATAS

Page 2: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

masalah yang dihadapi yayasan penyelenggara pendidikan dasar, menengah, dan tinggi karena yayasan tersebut belum disahkan atau belum disesuaikan dengan Undang-Undang Yayasan, sebagaimana diatur oleh Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan, telah dinyatakan tidak mengikat secara hukum oleh Putusan Mahkamah Konstitusi di atas;

f. bahwa sebagai akibat dari pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf e, maka terdapat ribuan yayasan penyelenggara pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang tidak berstatus badan hukum dan tidak boleh menggunakan nama yayasan serta harus dilikuidasi;

g. bahwa ribuan yayasan penyelenggara pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang tidak berstatus badan hukum dan tidak boleh menggunakan nama yayasan serta harus dilikuidasi, kehilangan landasan hukum untuk menyeleng-garakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi;

h. bahwa sebagai akibat Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan dinyatakan tidak mengikat secara hukum oleh Putusan Mahkamah Konstitusi, maka Universitas Pertahanan yang telah didirikan sebagai Badan Hukum Pendidikan Pemerintah kehilangan landasan hukum untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi;

i. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf d, huruf g dan huruf h, maka terjadi kekosongan landasan hukum bagi satuan dan penyelenggara pendidikan sebagaimana dimaksud di atas untuk menjalankan fungsi penyelenggaraan pendidikan;

j. bahwa kekosongan landasan hukum bagi satuan dan penyelenggara pendidikan dalam menjalankan fungsi penyelenggaraan pendidikan, berakibat tindakan satuan dan penyelenggara pendidikan sebagaimana dimaksud pada huruf d, huruf g dan huruf h merupakan tindakan melanggar hukum;

k. bahwa pembahasan dan pengesahan undang-undang untuk mengisi kekosongan landasan hukum bagi satuan dan penyelenggara pendidikan, sebagaimana diperintahkan oleh Pasal 53 ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, memerlukan waktu yang cukup lama;

l. bahwa tindakan melanggar hukum sebagaimana dimaksud pada huruf j berpotensi menimbulkan kekacauan dalam penyelenggaraan pendidikan dan menyebabkan ketidak-stabilan sistem pendidikan nasional yang dapat menimbulkan

2

Page 3: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

keresahan dalam masyarakat, dan pada akhirnya dapat mengganggu keselamatan Negara;

m. bahwa demi keselamatan negara, Pemerintah perlu bertindak cepat dan tepat untuk mengisi kekosongan landasan hukum sebagaimana dimaksud pada huruf i, dengan menyusun peraturan perundang-undangan yang dapat segera ditetapkan dan berkedudukan sederajat dengan Undang-Undang;

n. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf m. perlu menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Penyelenggara dan Tata Kelola Satuan Pendidikan Tinggi;

Mengingat : 1. Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARA DAN TATA KELOLA SATUAN PENDIDIKAN TINGGI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Penyelenggaraan satuan pendidikan tinggi adalah pelaksanaan kegiatan akademik dan non akademik oleh satuan pendidikan tinggi untuk memenuhi tujuan Pendidikan Nasional.

2. Penyelenggara satuan pendidikan tinggi adalah Pemerintah atau masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.

3. Satuan pendidikan tinggi adalah satuan pendidikan formal yang berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, universitas.

4. Tata kelola satuan pendidikan tinggi adalah pengaturan organisasi untuk penyelenggaraan kegiatan akademik dan non akademik oleh satuan pendidikan.

5. Kementerian adalah Kementerian Pendidikan Nasional.6. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendidikan nasional.

3

Page 4: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

BAB II

TUJUAN DAN PRINSIP

Pasal 2

Penyelenggaraan satuan pendidikan tinggi bertujuan memajukan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dengan menerapkan otonomi perguruan tinggi pada jenjang pendidikan tinggi.

Pasal 3

Penyelenggaraan satuan pendidikan tinggi didasarkan pada prinsip:a. Nirlaba, yaitu prinsip kegiatan satuan pendidikan tinggi yang bertujuan utama tidak

mencari keuntungan, sehingga seluruh sisa lebih hasil kegiatan satuan pendidikan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas dan/atau mutu layanan satuan pendidikan.

b. Otonomi perguruan tinggi, yaitu kewenangan dan kemampuan satuan pendidikan tinggi untuk menjalankan kegiatan secara mandiri baik dalam bidang akademik maupun non-akademik;

c. Akuntabilitas, yaitu kemampuan dan komitmen satuan pendidikan tinggi untuk memper-tanggungjawabkan semua kegiatan yang dijalankan kepada pemangku kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. Transparansi, yaitu keterbukaan dan kemampuan satuan pendidikan tinggi menyajikan informasi yang relevan secara tepat waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan standar pelaporan yang berlaku kepada pemangku kepentingan;

e. Penjaminan mutu, yaitu kegiatan sistemik satuan pendidikan tinggi dalam memberikan layanan pendidikan formal yang memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan secara berkelanjutan;

f. Akses yang berkeadilan, yaitu kewajiban satuan pendidikan tinggi memberikan layanan pendidikan formal kepada calon peserta didik dan peserta didik, tanpa memandang latar belakang agama, ras, etnis, gender, status sosial, dan kemampuan ekonomi.

BAB III

PENYELENGGARA SATUAN PENDIDIKAN TINGGI

Pasal 4

Penyelenggara satuan pendidikan tinggi terdiri atas:

a. Pemerintah sebagai penyelenggara satuan pendidikan tinggi yang diselenggara-kan oleh Pemerintah;

b. Masyarakat sebagai penyelenggara satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat, antara lain berupa yayasan, perkumpulan, dan badan lain sejenis yang telah berstatus badan hukum.

BAB IV

PENDIRIAN, PERUBAHAN, DAN PENUTUPAN SATUAN PENDIDIKAN TINGGI

Pasal 5

4

Page 5: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

(1) Pendirian satuan pendidikan tinggi yang berbentuk universitas dan institut yang diselenggarakan oleh Pemerintah ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara.

(2) Pendirian satuan pendidikan tinggi yang berbentuk sekolah tinggi, politeknik, dan akademi yang diselenggarakan oleh Pemerintah ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara, dan mekanisme pendirian satuan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 6

(1) Pendirian satuan pendidikan tinggi yang berbentuk universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi yang diselenggarakan oleh masyarakat ditetapkan oleh yayasan, perkumpulan, dan badan lain sejenis yang telah berstatus badan hukum, setelah mendapat ijin tertulis dari Menteri atau Menteri Agama sesuai dengan kewenangan masing-masing.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara, dan mekanisme perolehan ijin pendirian satuan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 7

(1) Perubahan satuan pendidikan tinggi dapat dilakukan sebagai berikut:a. Perubahan nama dan/atau bentuk satuan pendidikan tinggi tertentu menjadi

nama dan/atau bentuk satuan pendidikan tinggi yang lain;b. Penggabungan 2 (dua) atau lebih satuan pendidikan tinggi menjadi 1 (satu)

satuan pendidikan tinggi baru;c. 1 (satu) atau lebih satuan pendidikan tinggi bergabung ke satuan pendidikan

tinggi lain;d. Pemecahan 1 (satu) satuan pendidikan tinggi menjadi 2 (dua) atau lebih satuan

pendidikan tinggi yang lain.(2) Perubahan satuan pendidikan tinggi yang berbentuk universitas dan institut yang

diselenggarakan oleh Pemerintah dilakukan oleh Presiden atas usul Menteri.(3) Perubahan satuan pendidikan tinggi yang berbentuk sekolah tinggi, politeknik, dan

akademi yang diselenggarakan oleh Pemerintah dilakukan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.

(4) Perubahan satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat dilakukan oleh yayasan, perkumpulan, dan badan lain sejenis yang telah berstatus badan hukum, setelah mendapat ijin tertulis dari Menteri.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai perubahan satuan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 8

(1) Penutupan satuan pendidikan tinggi yang berbentuk universitas dan institut yang diselenggarakan oleh Pemerintah dilakukan oleh Presiden atas usul Menteri.

5

Page 6: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

(2) Penutupan satuan pendidikan tinggi yang berbentuk sekolah tinggi, politeknik, dan akademi yang diselenggarakan oleh Pemerintah dilakukan oleh Menteri.

(3) Penutupan satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat ditetapkan oleh yayasan, perkumpulan, dan badan lain sejenis yang telah berstatus badan hukum yang menyelenggarakan satuan pendidikan terkait, apabila ijin pendirian satuan pendidikan tersebut dicabut oleh Menteri.

(4) Penutupan atau pencabutan ijin satuan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilakukan apabila satuan pendidikan tinggi yang bersangkutan:a. tidak lagi memenuhi syarat pendirian satuan pendidikan tinggi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; ataub. proses penyelenggaraan satuan pendidikan tinggi tidak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penutupan atau pencabutan ijin satuan

pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB V

TATA KELOLA SATUAN PENDIDIKAN TINGGI

Pasal 9

(1) Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah memiliki paling sedikit 4 (empat) jenis organ yang terdiri atas: a. Rektor/Ketua/Direktur yang menjalankan fungsi pengelolaan satuan pendidikan

tinggi; b. Senat Universitas/Institut/Sekolah Tinggi/Politeknik/Akademi yang menjalankan

fungsi pertimbangan dan pengawasan akademik; c. Satuan pengawasan yang menjalankan fungsi pengawasan bidang non-

akademik; dand. Dewan pertimbangan yang menjalankan fungsi pertimbangan non-akademik.

(2) Nama organ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d ditetapkan oleh satuan pendidikan tinggi masing-masing.

(3) Jumlah dan jenis organ selain yang dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh satuan pendidikan tinggi masing-masing.

Pasal 10

(1) Pengelolaan satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah menggunakan tata kelola sebagai berikut:a. Rektor/Ketua/Direktur menjalankan otonomi perguruan tinggi untuk dan atas

nama Menteri dalam bidang pendidikan tinggi, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan bidang lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

b. Senat Universitas/Institut/Sekolah Tinggi/Akademi/Politeknik memberi pertim-bangan dan melakukan pengawasan otonomi perguruan tinggi bidang akademik kepada dan terhadap Rektor/ Ketua/Direktur;

c. Satuan pengawasan melakukan pengawasan pelaksanaan otonomi perguruan tinggi untuk dan atas nama Rektor/Ketua/Direktur;

d. Dewan pertimbangan memberi pertimbangan otonomi perguruan tinggi bidang non-akademik kepada Rektor/Ketua/Direktur.

6

Page 7: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

(2) Otonomi perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas kewenangan Rektor/Ketua/Direktur menentukan secara mandiri untuk satuan pendidikan tinggi yang dikelolanya antara lain dalam:a. Bidang Organisasi, yaitu:

1. rencana strategis; 2. struktur organisasi dan tata kerja;3. sistem pengendalian dan pengawasan internal; dan4. sistem penjaminan mutu internal.yang ditetapkan oleh Rektor/Ketua/Direktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Bidang Akademik, yaitu:1. norma, kebijakan dan pelaksanaan pendidikan tinggi:

a) persyaratan akademik mahasiswa yang akan diterima;b) pembukaan, perubahan, dan penutupan program studi;c) kerangka dasar dan struktur kurikulum serta kurikulum program studi;d) proses pembelajaran;e) penilaian hasil belajar;f) persyaratan kelulusan; dan g) wisuda.

2. norma, kebijakan, dan pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

c. Bidang Kemahasiswaan, yaitu:1. norma dan kebijakan kemahasiswaan;2. kegiatan kemahasiswaan intrakurikuler dan ekstrakurikuler;3. organisasi kemahasiswaan;4. pembinaan bakat dan minat mahasiswa;

d. Bidang Sumber Daya Manusia, yaitu:1. norma dan kebijakan pengelolaan sumber daya manusia;2. persyaratan dan prosedur penerimaan sumber daya manusia;3. jenis dan besar gaji serta tunjangan yang melekat pada gaji yang

diberikan di atas gaji dan tunjangan melekat yang diterima pegawai negeri sipil;

4. penugasan dan pembinaan sumber daya manusia;5. penyusunan target kerja dan jenjang karir sumber daya manusia; 6. pemberhentian sumber daya manusia,yang ditetapkan oleh Rektor/Ketua/Direktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang kepegawaian;

e. Bidang Keuangan, yaitu:1. norma dan kebijakan pengelolaan bidang keuangan;2. perencanaan dan pengelolaan anggaran jangka pendek dan jangka panjang;3. tarif setiap jenis layanan pendidikan; 4. penerimaan, pembelanjaan dan pengelolaan uang;5. melakukan investasi jangka panjang dan jangka pendek;6. melakukan pengikatan dalam Tridharma Perguruan Tinggi dengan pihak

ketiga;7. memiliki utang dan piutang jangka pendek dan jangka panjang; dan

7

Page 8: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

8. sistem pencatatan dan pelaporan keuangan,f. Bidang Sarana dan Prasarana, yaitu:

1. norma dan kebijakan pengelolaan sarana dan prasarana;2. pembelian dan tatacara pembelian sarana dan prasarana;3. pencatatan sarana dan prasarana;4. penggunaan sarana dan prasarana;dan5. penghapusan sarana dan prasarana,sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Otonomi perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, dapat dijalankan apabila satuan pendidikan tinggi menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang khas untuk satuan pendidikan tinggi.

(4) Dalam hal satuan pendidikan tinggi tidak menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum maka kewenangan pengelolaan keuangan satuan pendidikan tinggi menggunakan pola pengelolaan keuangan negara pada umumnya.

(5) Ketentuan mengenai Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang khas untuk satuan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan satuan pendidikan tinggi, dan otonomi perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam statuta masing-masing satuan pendidikan tinggi yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 11

Organ dan pengelolaan satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat menggunakan tata kelola yang ditetapkan oleh yayasan, perkumpulan, dan badan lain sejenis yang telah berstatus badan hukum yang menyelenggarakan satuan pendidikan terkait, berdasarkan prinsip penyelenggaraan satuan pendidikan tinggi sebagaimana diatur dalam Pasal 3.

BAB VI

PENDANAAN BAGI SATUAN PENDIDIKAN TINGGI

Pasal 12

(1) Pemerintah sesuai dengan kemampuan menanggung biaya investasi, biaya operasional, beasiswa, dan/atau bantuan biaya pendidikan bagi satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disalurkan dalam bentuk hibah untuk diterima oleh Rektor/Ketua/Direktur dan dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 13

(1) Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah menerima dana pendidikan yang bersumber dari peserta didik.

8

Page 9: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

(2) Pada satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pendapatan operasional Badan Layanan Umum.

(3) Dana pendidikan yang bersumber dari peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditanggung oleh peserta didik sesuai dengan kemampuan peserta didik, orang tua, atau pihak yang bertanggung jawab membiayainya.

(4) Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Pasal 14

(1) Masyarakat dapat memberikan dana pada satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah yang tidak mengikat untuk biaya investasi, biaya operasional, beasiswa dan/atau bantuan biaya pendidikan.

(2) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa sumbangan, hibah, wakaf, zakat, pembayaran nadzar, sumbangan perusahaan, dan/atau penerimaan lain yang sah.

(3) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat disalurkan dalam bentuk hibah untuk diterima oleh Rektor/Ketua/Direktur dan dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Pemerintah sesuai dengan kewenangan masing-masing memberikan kemudahan atau insentif perpajakan kepada masyarakat yang memberikan dana pada satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 15

Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dapat melakukan investasi jangka panjang dalam bentuk penyertaan modal, pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang, atau investasi langsung dengan mendirikan badan usaha berbadan hukum dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk memenuhi dana pendidikan.

BAB VII

AKSES PADA SATUAN PENDIDIKAN TINGGI

Pasal 16

(1) Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah wajib mengalokasikan tempat bagi calon peserta didik berkewarganegaraan Indonesia, yang memiliki potensi akademik tinggi dan kurang mampu secara ekonomi, paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah keseluruhan peserta didik baru.

(2) Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah wajib menyediakan beasiswa bagi peserta didik berkewarganegaraan Indonesia yang memiliki potensi akademik tinggi.

(3) Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah wajib menyediakan bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik berkewarganegaraan Indonesia yang tidak mampu secara ekonomi dan yang orang tua atau pihak yang membiayai tidak mampu secara ekonomi.

9

Page 10: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

(4) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), diberikan kepada paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah seluruh peserta didik.

(5) Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah dapat mengalo-kasikan beasiswa bagi warga negara asing dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri.

Pasal 17

(1) Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah wajib menjaring peserta didik baru program sarjana melalui pola penerimaan secara nasional paling sedikit 60% (enam puluh persen) dari jumlah peserta didik baru yang diterima untuk setiap program studi pada program pendidikan sarjana.

(2) Peserta didik baru yang terjaring melalui pola penerimaan secara nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk peserta didik yang tidak mampu secara ekonomi dan yang orang tua atau pihak yang membiayai tidak mampu secara ekonomi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pola penerimaan secara nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB VIII

AKUNTABILITAS DAN PENGAWASAN

Pasal 18

(1) Akuntabilitas pengelolaan dan penyelenggaraan satuan pendidikan tinggi wajib diwujudkan paling sedikit dengan:a. menyelenggarakan tata kelola satuan pendidikan tinggi berdasarkan prinsip

tata kelola satuan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3;b. menyesuaikan jumlah maksimum seluruh peserta didik dengan kapasitas

sarana dan prasarana, pendidik, tenaga kependidikan serta sumber daya lainnya;

c. tidak melakukan komersialisasi pendidikan; dand. menyusun laporan penyelenggaraan satuan pendidikan tinggi dan laporan

keuangan tepat waktu, transparan, dan akuntabel sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai akuntabilitas pengelolaan dan penyelenggaraan satuan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

BAB IX

PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Pasal 19

(1) Sumber daya manusia satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah terdiri atas pendidik dan tenaga kependidikan.

(2) Pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berstatus pegawai negeri sipil dan non-pegawai negeri sipil.

10

Page 11: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

(3) Status sebagai non-pegawai negeri sipil hanya ada pada satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

(4) Pendidik dan tenaga kependidikan non-pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membuat perjanjian kerja dengan Rektor/Ketua/Direktur.

(5) Pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperoleh remunerasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Penyelesaian perselisihan yang timbul antara pendidik atau tenaga kependidikan non-pegawai negeri sipil dengan Rektor/Ketua/Direktur didasarkan pada perjanjian kerja.

BAB X

SANKSI

Pasal 20

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan dapat ditambah dengan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Pasal 21

(1) Pelanggaran terhadap Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 17 ayat (1), dan Pasal 18 ayat (1) huruf d dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan, teguran tertulis, penundaan kenaikan pangkat, penurunan pangkat, pemberhentian dengan hormat, atau pemberhentian tidak dengan hormat.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 22

(1) Pengelolaan pendidikan yang dilakukan oleh Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Sumatera Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Airlangga yang sebelumnya adalah Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT-BHMN) dinyatakan masih tetap berlangsung sejak tanggal 31 Maret 2010 sampai masing-masing perguruan tinggi menyesuaikan tata kelola berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini.

(2) Penyesuaian tata kelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 2 (dua) tahun sejak Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini diundangkan.

(3) Pengalihan status kepegawaian Dosen dan tenaga kependidikan pada Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Sumatera Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Airlangga yang sebelumnya adalah Perguruan Tinggi Badan Hukum

11

Page 12: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

Milik Negara (PT-BHMN) yang berstatus sebagai pegawai PT-BHMN, diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan masing-masing perguruan tinggi sebagai perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 23

(1) Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah tetap mengelola satuan pendidikan sebagaimana yang dilakukan pada saat ini sampai dilakukan penyesuaian tata kelola berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini.

(2) Penyesuaian tata kelola satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 2 (dua) tahun sejak Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini diundangkan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyesuaian tata kelola satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 24

Yayasan, perkumpulan, dan badan lain sejenis yang telah berstatus badan hukum, tetap menyelenggarakan satuan pendidikan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai badan hukum nirlaba.

Pasal 25

(1) Pengelolaan pendidikan yang dilakukan oleh Universitas Pertahanan yang sebelumnya adalah Badan Hukum Pendidikan Pemerintah Universitas Pertahanan (BHPP UNHAN) dinyatakan masih tetap berlangsung sejak tanggal 31 Maret 2010 sampai Universitas Pertahanan menyesuaikan tata kelola berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini.

(2) Penyesuaian tata kelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 2 (dua) tahun sejak Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini diundangkan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan Universitas Pertahanan sebagai satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah diatur dengan Peraturan Presiden.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26

12

Page 13: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

Pada saat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penyelenggara dan tata kelola satuan pendidikan tinggi dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini.

Pasal 27

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di

Pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di

Pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

13

Page 14: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH

PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENTANG

PENYELENGGARA DAN TATA KELOLA SATUAN PENDIDIKAN TINGGI

I. UMUM

Pada tanggal 31 Maret 2010 Mahkamah Konstitusi melalui Putusan Nomor 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009 telah menyatakan bahwa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan tidak mengikat secara hukum.

Putusan tersebut telah mengakibatkan ketiadaan ketentuan yang mengatur tentang penyelenggara dan tata kelola satuan pendidikan, karena pengaturan tentang hal tersebut telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang ditetapkan pada tanggal 28 Januari 2010 tidak mengatur tentang penyelenggara dan tata kelola satuan pendidikan. Sementara itu, peraturan perundangan yang telah ada sebelum Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang mengatur penyelenggara dan tata kelola satuan pendidikan, telah dicabut oleh Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010.

Pembahasan dan pengesahan undang-undang untuk mengisi ketiadaan pengaturan tata kelola satuan pendidikan tinggi dapat berakibat tindakan satuan pendidikan tinggi merupakan tindakan melanggar hukum. Tindakan melanggar hukum tersebut berpotensi menimbulkan kekacauan dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi dan menyebabkan ketidakstabilan sistem pendidikan nasional, yang dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat, dan pada akhirnya dapat mengganggu keselamatan Negara.

Demi keselamatan negara, Pemerintah perlu bertindak cepat dan tepat untuk mengisi ketiadaan pengaturan tata kelola satuan pendidikan tinggi, dengan menyusun peraturan perundang-undangan yang dapat segera ditetapkan dan berkedudukan sederajat dengan Undang-Undang.

Berdasarkan pertimbangan di atas, perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Penyelenggara dan Tata Kelola Satuan Pendidikan Tinggi.

14

Page 15: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas.

Pasal 2Cukup jelas.

Pasal 3Cukup jelas.

Pasal 4Cukup jelas.

Pasal 5Cukup jelas.

Pasal 6Cukup jelas.

Pasal 7Cukup jelas.

Pasal 8Cukup jelas.

Pasal 9Cukup jelas.

Pasal 10Cukup jelas

Pasal 11Cukup jelas.

Pasal 12Cukup jelas.

Pasal 13Cukup jelas.

Pasal 14Cukup jelas.

Pasal 15Cukup jelas.

Pasal 16

15

Page 16: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

Cukup jelas.

Pasal 17Cukup jelas.

Pasal 18Cukup jelas.

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal 20Cukup jelas.

Pasal 21Cukup jelas.

Pasal 22Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Agar penyesuaian tata kelola satuan pendidikan tinggi pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini dapat diselesaikan dalam kurun waktu 2 (dua) tahun, maka satuan pendidikan tinggi harus menyusun terlebih dahulu perencanaan yang meliputi:a. penyesuaian tata kelola perguruan tinggi sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini; danb. pengalihan keuangan sebagai keuangan negara berdasarkan pola

pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yang khas. Ayat (3)

Cukup jelasAyat (4)

Cukup jelas

Pasal 23Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Agar penyesuaian tata kelola satuan pendidikan tinggi pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini dapat diselesaikan dalam kurun waktu 2 (dua) tahun, maka satuan pendidikan tinggi harus menyusun terlebih dahulu perencanaan yang meliputi:a. penyesuaian tata kelola perguruan tinggi sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini; danb. pengalihan keuangan sebagai keuangan negara berdasarkan pola

pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yang khas (apabila memilih pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum).

Ayat (3)Cukup jelas

16

Page 17: PERPPU Penyelenggara Dan Tata Kelola Pendidikan 28 April 2010 Lt.6

Pasal 24Cukup jelas

Pasal 25Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Agar penyesuaian tata kelola satuan pendidikan tinggi pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini dapat diselesaikan dalam kurun waktu 2 (dua) tahun, maka satuan pendidikan tinggi harus menyusun terlebih dahulu perencanaan yang meliputi penyesuaian tata kelola perguruan tinggi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini.

Ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 26Cukup jelas

Pasal 27Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR.........

17