Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

25
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini harus lebih ditingkatkan. Hal ini tentu harus dilakukan guna melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang mantap. Pendidikan bukan hanya proses mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik. Namun, makna pendidikan lebih luas yang juga mencakup hal pembentukan karakter dan penguatan mental bangsa. Pendidikan yang berhasil bukan hanya saat pendidikan tersebut melahirkan individu yang dapat bersaing dengan kemajuan ilmu pengetahuan secara global saja tetapi juga dapat membentuk individu menjadi lebih matang secara intelektual dan emosional. Karena pada hakikatnya, pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Akhir-akhir ini, khususnya di kota-kota besar, kita dapat melihat bingkai hasil dari kurangnya penanaman dan pendidikan karakter dalam pendidikan di Indonesia. Tawuran yang terjadi saat ini bukanlah merupakan kasus baru yang tabu. Sebagian masyarakat bahkan menganggap hal itu wajar terjadi dalam penuhnya gejolak masa remaja. Seperti yang kita

description

Tawuran merupakan salah satu permasalahan yang terjadi di kalangan pelajar. Hal ini perlu mendapat perhatian cukup besar dari berbagai pihak.

Transcript of Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

Page 1: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini harus lebih ditingkatkan. Hal

ini tentu harus dilakukan guna melahirkan generasi-generasi penerus bangsa

yang mantap. Pendidikan bukan hanya proses mentransfer ilmu dari pendidik

kepada peserta didik. Namun, makna pendidikan lebih luas yang juga

mencakup hal pembentukan karakter dan penguatan mental bangsa.

Pendidikan yang berhasil bukan hanya saat pendidikan tersebut melahirkan

individu yang dapat bersaing dengan kemajuan ilmu pengetahuan secara

global saja tetapi juga dapat membentuk individu menjadi lebih matang

secara intelektual dan emosional. Karena pada hakikatnya, pendidikan adalah

untuk memanusiakan manusia.

Akhir-akhir ini, khususnya di kota-kota besar, kita dapat melihat

bingkai hasil dari kurangnya penanaman dan pendidikan karakter dalam

pendidikan di Indonesia. Tawuran yang terjadi saat ini bukanlah merupakan

kasus baru yang tabu. Sebagian masyarakat bahkan menganggap hal itu wajar

terjadi dalam penuhnya gejolak masa remaja. Seperti yang kita tahu, tawuran-

tawuran itu hampir sebagian besar dilakukan oleh remaja dengan rentang

umur antara 13-18 tahun. Sangat disayangkan, masa remaja yang identik

dengan masa menuju pendewasaan dipenuhi dengan tindakan-tindakan

kekerasan yang brutal. Kekerasan itu dilakukan bahkan hanya karena hal–hal

sepele. Hal ini tentu saja tidak baik bagi perkembangan mereka. Bila di tahap

perkembangan ini mereka selalu berasumsi bahwa setiap permasalahan dapat

diselesaikan dengan kekerasan maka kedepannya mereka akan menjadi

individu yang kasar dan semena-mena. Individu semacam ini tentu saja tidak

dapat diharapkan bagi kemajuan bangsa.

Dampak negatif dari tawuran tersebut bisa dikatakan tidak sedikit.

Selain tidak baik untuk perkembangan remaja yang menjadi subjek tawuran,

Page 2: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

2

tawuran pun dapat merusak sarana setempat, merugikan lingkungan sekitar

dan bahkan dapat menyebabkan banyak korban berjatuhan. Korban dalam

tawuran bukan hanya korban luka-luka saja, melainkan ada pula beberapa

kasus tawuran yang memakan korban jiwa. Hal ini tentu sangat mengerikan

dan memprihatinkan bagi kita semua. Seperti yang baru-baru ini terjadi.

Tawuran antara siswa SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 70 di bundaran

Bulungan, Jakarta Selatan, Senin, 24 September 2012, menyebabkan seorang

siswa SMA Negeri 6 tewas. Korban tewas tersebut bernama Alawi, ia tewas

beberapa jam setelah dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah dengan luka

bacokan tepat di bagian dadanya.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya tawuran ini pun

beragam, mulai dari kurangnya penanaman pendidikan karakter di sekolah,

kurangnya sikronisasi antara pendidikan di rumah dan di sekolah, tontonan di

televisi yang banyak mengandung unsur kekerasan dan permusuhan, serta

masih banyak lagi faktor lainnya. Biasanya kasus tawuran ini dibebankan

kepada pihak sekolah. Pihak sekolah di anggap kurang baik melakukan

pengawasan terhadap siswa-siswanya. Padahal bukan hanya sekolah saja

yang patut bertanggung jawab penuh terhadap aksi tawuran ini, melainkan

kita sebagai makhluk yang hidup bersama dan saling membutuhkan

mempunyai kawajiban yang sama dalam menuntaskan aksi-aksi tawuran yang

terjadi.

Kasus tawuran ini cukup penting kita bahas tuntas dari mulai faktor,

penyebab umum, sampai penanganan yang tepat bahkan solusi untuk

permasalahan ini. Selain itu, keterkaitan tawuran dengan perkembangan pada

masa remaja menjadi hal yang pokok dalam pembahasan masalah ini.

Perkembangan yang dibahas bukan hanya perkembangan mereka sebagai

individu saja melainkan perkembangan mereka sebagai peserta yang sedang

menempuh pendidikan formal. Seperti yang kita ketahui, biasanya tawuran ini

dilakukan oleh remaja yang sedang menduduki bangku sekolah, terutama

Page 3: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

3

sekolah menengah. Bahkan, seringnya terjadi tawuran adalah ketika mereka

pulang sekolah dan masih mengenakan seragam sekolah asalnya.

1.2 Batasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang akan dibahas serta

keterbatasan kemampuan, waktu dan tenaga maka makalah ini hanya akan

membahas masalah mengenai keterkaitan perkembangan masa remaja dalam

lingkup pendidikan formal dengan tawuran.

1.3 Rumusan Masalah

1. Hubungan perkembangan peserta didik dengan tawuran.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tawuran.

3. Dampak yang terjadi akibat tawuran.

4. Solusi untuk menuntaskan tawuran.

1.4 Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk :

1. menekankan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia saat ini harus lebih

ditingkatkan, khususnya pada pendidikan karakter,

2. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelajar melakukan tawuran

dan keterkaitannya dengan masa perkembangan mereka,

3. menjelaskan dampak-dampak negatif yang timbul akibat tawuran,

4. memaparkan beberapa solusi untuk menangani permasalahan tawuran.

1.5 Manfaat

Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat berupa pengetahuan dan informasi baru mengenai perkembangan

masa remaja dalam lingkup pendidikan formal dengan tawuran, memperoleh

fakta dan bukti yang akurat yang disajikan sebagai salah satu rujukan untuk

bahan introspeksi bagi kita semua dalam kesenantiasaan untuk memperbaiki

dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Page 4: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

4

1.6 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah studi

pustaka.

Page 5: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang

lebih maju dan lebih dewasa, namun mereka berbeda-beda pendapat tentang

bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki. (Ani

Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22). Perkembangan ini dialami oleh setiap individu,

tak terkecuali dengan pelajar sekolah menengah. Pelajar sekolah menengah adalah

remaja berusia sekitar 13-18 tahun. Remaja berasal dari kata “adolescre” yang

berarti menuju kedewasaan. Pada masa remaja umum sekali terjadinya berbagai

gejolak dalam jiwa yang berkaitan erat dengan kebebasan dan keterhendakan

mengekspresikan diri. Bila perkembangan dalam tahap ini berjalan begitu saja

tanpa pengawasan, pembatasan dan pendidikan yang baik, remaja akan cenderung

berbuat sesuka hati dan tak ingin terkekang oleh apapun.

Seperti kasus yang sering terjadi di dunia remaja yang sejak dulu belum

dapat tertangani dengan baik, yaitu tawuran. Dalam kamus bahasa Indonesia

“tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang

(Lucky, 2011). Tentu saja tawuran ini sangat berkaitan dengan tindak kekerasan

yang tidak layak dilakukan. Kekerasan ini tidak dilakukan begitu saja oleh para

remaja. Pada masa remaja, perkembangan sikap cenderung mengikuti opini atau

kebiasaan lingkungan sekitarnya. Berkaitan dengan hal ini, Craig A. Anderson

dan Brad J. Bushman dalam penelitiannya Effect Of Violent Video Games On

Aggressive Behavior, Aggressive Cognitiom, Aggressive Affect, Physiological

Arousal, And Prososial Behavior menemukan bahwa video-game kekerasan

mengajukan suatu ancaman kesehatan-masyarakat terhadap anak-anak dan

remaja, khususnya para individu usia mahasiswa dimana video game kekerasan

berhubungan secara positif dengan tingkat agresi yang dipertinggi pada dewasa

muda dan anak-anak. Selain itu, video game kekerasan berhubungan secara positif

dengan mekansime-mekanisme utama yang mendasari efek-efek jangka panjang

terhadap perkembangan kepribadian yang agresif – kognisi agresif. (Widodo,

Page 6: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

6

2012). Selain video game yang menjadi permainan kegemaran para remaja,

tontonan televisi pun cukup mempengaruhi perkembangan remaja pada saat ini.

Program-program yang ditayangkan di televisi sering menampilkan hal–hal yang

kurang baik pada perkembangan remaja yang sedang gemar-gemarnya mencari

tokoh idola yang juga akan mempengaruhi perilakunya. Pengamat pendidikan

Utomo Danan Jaya seperti yang dilansir Kompas (26/9/2012), mengungkapkan,

kembali maraknya tawuran antar pelajar dipengaruhi oleh kondisi sosial

masyarakat yang terus menggerus karakter para pelajar. Generasi muda

disuguhkan informasi yang lebih banyak mempertontonkan tokoh masyarakat

yang berperilaku buruk, jauh dari ekspektasi yang seharusnya menjadi teladan.

Seharusnya tokoh masyarakat memberi contoh bagaimana cara sopan santun,

menghargai sesama, jujur, dan arif. Tetapi yang dipertunjukkan justru sebaliknya.

Saat individu memasuki masa remaja, ia mulai mengenal banyak hal di

sekitarnya. Pada masa ini pula perkembangan sosial seorang individu akan sangat

mempengaruhi pola pikir dan tingkah lakunya. Syamsu Yusuf (2007) menyatakan

bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan

sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk

menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ;

meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.

Perkembangan sosial ini menuntut setiap individu untuk berinteraksi dengan

lingkungan dan masyarakat sekitar dengan intensitas yang cukup tinggi. Ia harus

mampu menyesuaikan diri dan menentukan lingkungan yang baik untuk

tempatnya berada. Bila tidak, ia akan “terbawa-bawa” dan menjadi labil, sehingga

ia akan mudah terpengaruh untuk melakukan tindakan-tindakan negatif yang

merugikan dirinya maupun orang lain, seperti tawuran.

Selain itu, menurut Hawari (dalam Zaini, 2012) berdasarkan hasil

penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan

tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja

digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency).

Page 7: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

7

Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis

delikuensi yaitu situasional dan sistematik.

1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang

“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul

akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.

2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di

dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan

kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi.

Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang

diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa

remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana

dari pembentukan genk inilah para  remaja bebas melakukan apa saja

tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada

dilingkup kelompok teman sebayanya (Widodo, 2012).

Dampak-dampak yang muncul akibat tawuran dapat dikatakan cukup

banyak. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas

mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.

Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta

fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses

belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para

pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian

dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah

cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya

memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir

ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup

bermasyarakat di Indonesia.

Menurut Dryfoos untuk mengatasi tawuran pelajar atau kenakalan remaja

pada umumnya harus diadakan program yang meliputi unsur-unsur berikut :

a. Program harus lebih luas cakupannya daripada hanya sekedar berfokus pada

kenakalan.

Page 8: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

8

b. Program harus memiliki komponen-komponen ganda, karena tidak ada satu pun

komponen yang berdiri sendiri sebagai peluru ajaib yang dapat memerangi

kenakalan.

c. Program harus sudah dimulai sejak awal masa perkembangan anak untuk

mencegah masalah belajar dan berperilaku

d. Sekolah memainkan peranan penting

e. Upaya-upaya harus diarahkan pada institusional daripada pada perubahan

individual, yang menjadi titik berat adalah meningkatkan kualitas pendidikan

bagi anak-anak yang kurang beruntung

f. Memberi perhatian kepada individu secara intensif dan merancang program

unik bagi setiap anak merupakan faktor yang penting dalam menangani anak-

anak yang berisiko tinggi untuk menjadi nakal

Manfaat yang didapatkan dari suatu program sering kali hilang saat

program tersebut dihentikan, oleh karenanya perlu dikembangkan program yang

sifatnya berkesinambungan.

Page 9: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

9

BAB III

PEMBAHASAN

Perkembangan secara umum dapat diartikan sebagai proses pematangan

atau proses menuju kedewasaan. Perkembangan ini berupa perubahan kualitatif

yang akan terus berlangsung selama manusia hidup. Berbeda dengan pertumbuhan

yang akan terhenti ketika sesorang memasuki usia tertentu.

Masa perkembangan remaja sering sekali disebut sebagai masa pencarian

jati diri. Hal ini karena masa remaja adalah proses menuju kedewasaan. Karakter

dan keberhasilan seseorang ketika ia dewasa akan sangat ditentukan pada masa

ini. Biasanya pada masa remaja timbul keinginan untuk bebas, mencari tahu hal

yang baru, mengekspresikan dirinya dan menunjukan keberadaan dirinya pada

orang lain. sehingga bila pada masa ini remaja dididik dengan pengarahan dan

pengawasan yang baik maka ia akan menjadi individu yang matang. Keinginan

mencari tahu hal yang baru akan membuat remaja memiliki wawasan yang luas. Ia

akan cenderung untuk menguasai bidang-bidang yang menjadi minatnya. Namun,

mencari tahu hal yang baru akan menjadi perilaku yang negatif bila seorang

remaja ingin mencari tahu hal-hal yang tidak pantas untuk usianya, seperti

narkoba, minuman keras, rokok, taktik mencuri, tawuran dan lain sebagainya.

Keinginan untuk mengekspresikan dirinya juga akan sangat kental dalam dunia

remaja sehingga ia membutuhkan tempat penyaluran kreativitas. Oleh karena itu,

keluarga di rumah maupun lingkungan di sekolah harus mampu menjadi lahan

yang nyaman bagi seorang remaja dalam penyaluran kreativitasnya sehingga

bakat dan minat yang ada dalam diri seorang individu dapat berkembang dan

menjadi keahliannya di masa yang akan datang. Sekolah harus mempunyai

fasilitas-fasilitas yang cukup untuk mendukung remaja dalam merngekspresian

dirinya ini. Harus dipahami, bahwa prestasi siswa bukan hanya berupa prestasi

akademik saja, melainkan ada pula prestasi dalam bidang seni, olahraga bahkan

bela diri sehingga sangat tidak bijak bila ada seorang siswa yang sangat lemah

dalam hal akademik namun memiliki minat dalam bidang beladiri misalnya, tidak

diarahkan dan diberi fasilitas cukup untuk mengembangkan bakatnya. Remaja

Page 10: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

10

yang merasa kebutuhan akan keinginannya mengkspresikan dirinya tidak

terpenuhi dengan baik oleh lingkungan sekitarnya inilah yang akan menjadi

remaja akan secara mandiri mencari tempat dan kawan cocok dengannya. Bila ia

sampai salah memilih lingkungan berpijaknya, ia akan mudah tergelincir ke dalam

perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Apalagi masa remaja adalah masa pencarian

identitas, ia akan pula mulai mencari tokoh idola yang akan mempengaruhi

perilakunya. Selain itu, masa remaja adalah masa yang labil hingga ia akan mudah

terbawa-bawa dan terbawa arus lingkungannya. Jika ia sampai berada dalam

lingkungan yang sering berbuat kriminal, maka ia pun kemungkinan besar akan

turut mengikutinya. Dan jika ia sampai mempunyai tokoh idola seorang mafia

cerdas karena tertarik akan kepintarannya dalam menyususn strategi, maka ia pun

akan cenderung mengikutinya bahkan mungkin pula di masa depannya ia pun

akan menjadi mafia bila ketertarikannya pada hal ini tidak diawasi dan diarahkan.

Salah satu perilaku negatif yang akan timbul akibat kurangnya pendidikan,

pengawasan dan pengarahan pada remaja adalah tawuran. Tawuran terjadi

terkadang hanya karena masalah sepele sehingga tawuran adalah perilaku negatif

yang sangat kekanakan. Para pelaku tawuran ini akan saling serang, saling pukul,

saling tak kasihani dan bahkan saling membunuh. Ada beberapa pula pelaku

tawuran ini yang hanya ikut-ikutan, ia akan memukul siapa saja bahkan ia akan

memukul orang yang tidak dikenalnya. Remaja yang melakukan tawuran ini

biasanya adalah pelajar. Oleh karena itu, hal ini menjadi pertanyaan besar

berbagai pihak. Pelajar yang identik dengan harapan generasi penerus bangsa,

memiliki sikap akademis yang tinggi dan menghabiskan hampir seluruh waktunya

di sekolah secara tidak terkontrol melakukan tindakan yang identik dengan

kebrutalan dan kekerasan seperti itu. Seharusnya, remaja yang berstatus pelajar

yang menghabiskan seluruh waktunya di sekolah akan terbiasa dengan lingkungan

yang ideal, dimana mereka secara kontinu diberikan pengajaran setiap hari oleh

gurunya, adanya peraturan-peraturan yang akan mendisiplinkan perilaku mereka,

tempat penyaluran kreativitas yang sudah tersedia baik di sekolah serta tuntutan

untuk lulus membuat mereka harus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam

Page 11: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

11

belajar dan membiasakan diri menghindari pelanggaran peraturan agar mendapat

nilai yang baik. Hal ini tentu saja menjadi perhatian yang cukup serius bagi para

praktisi pendidikan. Apa yang kurang dengan pendidikan sekarang terus digali

oleh mereka. Sehingga bila pertanyaan besar itu dapat terjawab, akan sesegera

mungkin dicari solusi yang tepat agar masalah tawuran ini dapat ditangani dengan

baik.

Selain masih kurangnya pendidikan karakter di sekolah yang menjadi

hipotesis para ahli pendidikan akan penyebab terjadinya tawuran ini, game

kekerasan dan tontonan televisi pun kemungkinan menjadi penyebab terjadinya

degradasi moral para remaja saat ini. Game kekerasan yang identik dengan pukul

memukul, saling melukai bahkan bunuh membunuh ini secara tidak remaja sadari

akan berpengaruh terhadap perilaku mereka. Bermain game boleh saja bila ia

dapat mengambil pelajaran tentang taktik-taktik dan strategi yang ada dalam game

sehingga ia akan berkembang menjadi pribadi yang cukup cerdas dan tanggap

dalam mencari solusi. Oleh karena itu, butuh pengkontrolan dan pengarahan yang

baik pada remaja yang gemar dalam bermain game, jangan sampai mereka

menjadi pribadi yang kasar akibat pengaruh dari apa yang mereka mainkan di

game tersebut. Tontonan televisi pun pada saat ini banyak menontonkan adegan-

adegan kekerasan bahkan permusuhan-permusuhan. Ada pula beberapa acara

televisi yang mempertontonkan perilaku remaja yang tidak baik, seperti saling

ejek, saling mengintimidasi, saling bermusuhan, saling berebut pacar dan lain

sebagainya. Tontonan televisi itu justru mengindahkan prilaku anak sekolah yang

sesungguhnya dimana pada masa sekolah mereka seharusnya salig berkompetisi

dalam akademik, saling menunjukan bakat dan kreativitasnya, penanaman

kedisiplinan yang tinggi oleh pihak sekolah dan gaya berpakaian yang layak bagi

anak seusianya. Tontonan-tononan televise yang seperti inilah yang secara tidak

langsung mengikis moral-moral para pelajar kini sehingga ia akan cenderug

berbuat seperti apa yang dicontohkan oleh game dan tontonan televisi yang tidak

baik tersebut.

Page 12: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

12

Perkembagan sosial pada masa remaja akan sangat menonjol di kehidupan

mereka. Remaja yang sebelumnya melewati tahap perkembangan mereka sebagai

anak-anak yang masih memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada orang tua

dan keluarga mereka ketika beranjak menuju remaja akan ada banyak hal baru di

sekitar mereka. Mereka akan mulai mengenal banyak orang dengan berbagai

karakter dan mereka pun akan mulai mencari teman sekawannya untuk melewati

hari-hari mereka bersama. Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh

kesempatan lebih luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-

teman sebaya nya, sekalipun dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur

yang relatif besar tidak menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan

hubungan-hubungan dalam suasana bermain. Remaja juga makhluk sosial yang

pasti membutuhkan kehadiran orang lain di sekitanrnya. Sedangkan sebagai

makhluk sosial manusia termasuk remaja harus tunduk pada hal-hal lain di luar

dirinya, baik itu nilai, norma dan hukum. Dan dalam kehidupan sehari-hari pun

manusia tidak bisa lepas dari pengaruh orang lain, manusia perlu penilaian dan

penghargaan dari orang lain, serta ada kebutuhan sosial untuk hidup berkelompok

dengan orang lain. Bila pada proses perkembangan sosial ini, remaja tidak

diarahkan dengan baik, maka ia akan bergaul dan bersosialisasi dengan

lingkungan yang tidak baik. Misalnya, bila mereka salah bergaul dengan orang-

orang yang brutal dan menjunjung tinggi aksi kekerasan, mereka akan secara

sadar atau tidak akan turut pula dalam arus kebrutalan dan kekerasan itu. Dalam

kasus tawuran, ada beberapa di antara remaja yang ikut tawuran hanya karena

bentuk solidaritas mereka terhadap teman yang sakit hati oleh pihak tertentu. Hal

ini tentu saja bukanlah bentuk solidaritas yang positif. Bagaimanapun sikap balas

dendam dan ikut-ikutan dalam dunia remaja ini harus ditangani dengan baik.

Lingkungan keluarga menjadi tombak dalam perkembangan anak. Selain

itu, figur orang tua dalam hal ini cukup penting. Karena orang tua adalah orang

yang paling dekat dengan seorang individu. Hadirnya sosok orang tua dalam

kehidupan remaja harus menjadi teladan dan pengarah yang baik sehingga

perkembangan remaja dapat terarah dan menjadi pribadi yang baik. Seorang anak

Page 13: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

13

yang berkepribadian baik dia akan selalu bisa menempatkan dirinya, baik di

lingkungan keluarganya, di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya, di

lingkungan pendidikannya, maupun di lingkungan masyarakat umum, sehingga

dia bisa diterima, di hormati, dan dihargai oleh orang lain apakah itu orang yang

lebih tua, teman sebaya maupun yang lebih muda. Di lingkungan sekolah

kepribadian seorang anak atau siswa akan terlihat dari sikap dan perilakunya.

Kepribadian yang baik dirumah akan terbawa ke sekolah ataupun lingkungan

masyarakat lainnya, demikian pula sebaliknya. Jadi didikan orang tua sangat

mempengaruhi pembentukan kepribadian seorang anak. Oleh sebab itu dapat kita

simpulkan bahwa lingkungan keluarga adalah pembentuk kepribadian awal

seorang anak, sedangkan dalam proses kematangan kepribadiannya ada faktor

lingkungan dan faktor-faktor lain yang turut membentuk dan mengisi kepribadian

seorang anak.

Harus disadari penuh bahwa dampak dari tawuran ini tidak sedikit.

Dampak tawuran bukan hanya akan dirasakan oleh pelaku tawuran saja, tetapi

juga akan dirasakan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar. Tawuranpun

akan merusak fasilitas umum, seperti halte, angkutan umum dan fasilitas lainnya.

Tawuran yang biasanya dilakukan pelajar pada saat pulang sekolah juga akan

menyeret nama sekolah asal mereka. Karena sebagian besar kasus tawuran yang

terjadi adalah saat mereka masih mengenakan seragam sekolah asalnya. Belum

lagi bila ada korban yang luka-luka atau bahkan meninggal. Dan dampak yang

paling besar dan mengkhawatirkan adalah pada pengaruh perkembangan

psikologis remaja dimana dalam tawuran ini tentu saja mengajarkan pengalaman-

pengalaman kekerasan, pemusuhan, saling dendam dan benci, tak adanya sikap

toleransi dan saling memaafkan serta sikap kebrutalan yang seharusnya sangat

jauh dari kehidupan pelajar. Bila ini terus dibiarkan, para pelajar akan berasumsi

bahwa kekerasan adalah cara paling efektif dalam pemecahan masalah. Hal inilah

yang menjadi dampak terbesar yang akan memiliki konsekuensi jangka panjang

terhadap dunia pendidikan Indonesia.

Mengingat banyaknya dampak yang akan timbul bila tawuran ini terus

dibiarkan, maka harus ada upaya-upaya untuk meminimalisir bahkan

Page 14: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

14

menuntaskan permasalahan tawuran ini. Upaya tersebut harus dilakukan oleh

pribadi (dalam hal ini adalah pelajar), keluarga, sekolah dan masyarakat.

Upaya yang dapat dilakukan oleh diri sendiri:

1. Menambah kedekatan dengan yang Maha Kuasa dan menyadari seutuhnya

bahwa manusia hidup di dunia adalah untuk menjaga bumi dan saling

memberi kasih sayang semasa makhluk yang ada di bumi.

2. Menanamkan kuat dalam diri bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang

bermanfaat bagi orang lain.

3. Menghindari sikap-sikap permusuhan dan mengembangakan sikap saling

memaafkan.

4. Dapat memilah tontonan yang baik bagi perkembangan pribadi.

5. Belajar sungguh-sungguh untuk menggapai cita-cita.

Upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga antara lain:

1. Menciptakan suasana yang aman dan nyaman di rumah

2. Memberikan batasan yang tepat pada anak saat menonton televisi

3. Memotivasi anak untuk belajar dengan baik

4. Bersikaplah agar dapat menjadi teman curhat untuk anak sehingga kita

dapat mengetahui keadaan apa yang sedang dialami oleh anak.

5. Menyediakan fasilitas yang cukup untuk perkembangan minat dan bakat

anak

6. Memeriksa secara kontinu kehadiran dan prestasi anak di sekolah

7. Berkomunikasi dengan pihak sekolah tentang perkembangan anak

Upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat antara lain:

1. Melakukan pengawasan yang baik pada perilaku-perilaku remaja di

lingkungan sekitar

2. Bila terjadi tawuran, segera hadirkan pihak yang dapat melerai tawuran

3. Menyediakan banyak kelompok diskusi di lingkungan sekitar

Page 15: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

15

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perkembangan pada masa remaja adalah proses menuju kedewasaan. Pada masa ini, remaja akan merasakan banyak gejolak dalam jiwa akan kehendakan untuk bebas dan mengekspresikan dirinya. Bila pada masa ini, remaja tidak diawasi dan diarahkan dengan baik maka perkembangan remaja tidak akan terkontrol. Ia akan cenderung berbuat sesuka hati dan semena-mena. Salah satu contoh kurangnya pengawasan pada remaja adalah terjadinya tawuran antar pelajar. Biasanya tawuran sering terjadi pada siswa yang duduk di sekolah menengah. Tawuran ini tentu saja menjadi permasalahan yang cukup berat bagi pendidikan di Indonesia. Selain karena dampak fisik yang timbul akibat tawuran cukup banyak, tawuran pun dapat menimbulkan dampak psikis yang berjangka panjang pada remaja dan kemajuan pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, butuh upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh berbagai pihak dalam menyelesaikan tuntas permasalahan tawuran ini.

Page 16: Permasalahan Tawuran Pelajar Di Indonesia

16

DAFTAR PUSTAKA

Lucky, Iftitah. (2011). Makalah Tawuran Pelajar. [Online]. Tersedia: http://iftitahnj.blogspot.com/2011/06/makalah-tawuran-pelajar.html. [1 Februari 2013]

Yusuf, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Widodo. (2012). Makalah Tawuran Pelajar. [Online]. Tersedia: http://widodoakirazu.blogspot.com/2012/09/tawuran-pelajar.html [3 Februari 2013]

Zaini, Fawaid. (2012). Efektivitas Pendidikan Karakter dalam Menekan Munculnya Tawuran Antar Siswa. [Online]. Tersedia: http://telenteyan.blogspot.com/2012_10_01_archive.html. [2 Februari 2013]