permasalahan Surodadi.doc

4
PERMASALAHAN DESA SURODADI 1. Rusaknya Bendungan Pemisah Air Tawar dengan Air Asin Permasalahan umum yang terjadi di Desa Surodadi adalah permasalahan fasilitas irigasi, yaitu rusaknya bendungan pemisah antara air tawar dengan air asin. Bendungan ini terletak di Sungai Kaligawe dan menjadi batas antara wilayah padi sawah dan tambak garam. Sebelumnya, bendungan ini telah mengalami beberapa kali perbaikan. Perbaikan terakhir dilakukan sekitar tahun 2012. Setahun kemudian bendungan tersebut rusak dengan adanya kebocoran di bagian kiri bendungan. Hal tersebut mengakibatkan bercampurnya air tawar dengan air asin sehingga petani padi sawah tidak dapat menggunakan air dari Sungai Kaligawe untuk irigasi sawah. Petani padi sawah di Desa Surodadi umumnya hanya dapat menanam padi dua kali dalam satu tahun. Jika terjadi kekeringan, biasanya terjadi gagal panen pada masa tanam yang kedua. Kebutuhan air untuk padi sawah dapat dipenuhi dari irigasi dan air hujan hanya pada saat musim hujan. Irigasi tersebut berasal dari aliran sungai dari desa sebelah, yaitu Desa Sowan Kidul yang melintasi wilayah Desa Surodadi. Debit air dari Desa Sowan Kidul memang sudah kecil sehingga hanya sedikit air yang sampai di areal persawahan Desa Surodadi. Ditambah lagi dengan rusaknya bendungan pemisah air tawar dengan air asin semakin memperparah permasalahan irigasi di Desa Surodadi. Dengan demikian kebutuhan air sawah hanya dapat dipenuhi pada saat musim hujan. Selain petani padi sawah, petani garam adalah salah satu mata pencaharian dominan yang dimiliki warga Desa Surodadi. Areal tambak garam ini berada di sebelah barat bendungan pemisah air tawar dengan air asin karena posisinya yang dekat dengan laut. Sebelumnya, hanya sedikit warga Surodadi yang bermata pencaharian sebagai petani garam. Karena intrusi air laut yang semakin parah, sehingga tanah di sebagian wilayah Surodadi yang dekat dengan laut telah diresapi oleh air laut. Areal persawahan padi kemudian berubah menjadi tambak garam karena tanaman padi tidak dapat

Transcript of permasalahan Surodadi.doc

Page 1: permasalahan Surodadi.doc

PERMASALAHAN DESA SURODADI

1. Rusaknya Bendungan Pemisah Air Tawar dengan Air Asin

Permasalahan umum yang terjadi di Desa Surodadi adalah permasalahan fasilitas irigasi, yaitu rusaknya bendungan pemisah antara air tawar dengan air asin. Bendungan ini terletak di Sungai Kaligawe dan menjadi batas antara wilayah padi sawah dan tambak garam. Sebelumnya, bendungan ini telah mengalami beberapa kali perbaikan. Perbaikan terakhir dilakukan sekitar tahun 2012. Setahun kemudian bendungan tersebut rusak dengan adanya kebocoran di bagian kiri bendungan. Hal tersebut mengakibatkan bercampurnya air tawar dengan air asin sehingga petani padi sawah tidak dapat menggunakan air dari Sungai Kaligawe untuk irigasi sawah.

Petani padi sawah di Desa Surodadi umumnya hanya dapat menanam padi dua kali dalam satu tahun. Jika terjadi kekeringan, biasanya terjadi gagal panen pada masa tanam yang kedua. Kebutuhan air untuk padi sawah dapat dipenuhi dari irigasi dan air hujan hanya pada saat musim hujan. Irigasi tersebut berasal dari aliran sungai dari desa sebelah, yaitu Desa Sowan Kidul yang melintasi wilayah Desa Surodadi. Debit air dari Desa Sowan Kidul memang sudah kecil sehingga hanya sedikit air yang sampai di areal persawahan Desa Surodadi. Ditambah lagi dengan rusaknya bendungan pemisah air tawar dengan air asin semakin memperparah permasalahan irigasi di Desa Surodadi. Dengan demikian kebutuhan air sawah hanya dapat dipenuhi pada saat musim hujan.

Selain petani padi sawah, petani garam adalah salah satu mata pencaharian dominan yang dimiliki warga Desa Surodadi. Areal tambak garam ini berada di sebelah barat bendungan pemisah air tawar dengan air asin karena posisinya yang dekat dengan laut. Sebelumnya, hanya sedikit warga Surodadi yang bermata pencaharian sebagai petani garam. Karena intrusi air laut yang semakin parah, sehingga tanah di sebagian wilayah Surodadi yang dekat dengan laut telah diresapi oleh air laut. Areal persawahan padi kemudian berubah menjadi tambak garam karena tanaman padi tidak dapat hidup pada daerah dengan salinitas tinggi. Petani padi sawah banyak yang beralih profesi menjadi petani garam.

2. Rendahnya Kesadaran Petani Garam terhadap Keberlanjutan Usaha dan Lingkungan

Pemerintah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan telah memberikan berbagai macam bantuan kepada petani garam melalui Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Bantuan tersebut berupa sarana fisik berupa jalan produksi, plasik geomembran, mesin slender dan juga berupa uang sebagai modal pengembangan usaha. Banyaknya bantuan yang telah diberikan pemerintah tak berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan warga Kecamatan Kedung, khususnya Desa Surodadi. Hal tersebut terbukti dengan predikat “kantong kemiskinan” yang ditujukan untuk Kecamatan Kedung.

Berdasar temuan di lapang, beberapa petani garam penerima bantuan telah menyalahgunakan bantuan tersebut. Misalnya dana bantuan untuk modal yang sifatnya adalah pinjaman yang harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu tetapi mereka tidak

Page 2: permasalahan Surodadi.doc

mengembalikannya. Petani garam beranggapan bahwa bantuan tersebut diberikan secara cuma-cuma dan bukan bersifat pinjaman. Contoh lain, bantuan mesin yang harusnya digunakan untuk operasional produksi ada yang dijual. Warga berdalih bahwa tahun depan pemerintah akan memberikan bantuan lagi sehingga tidak apa-apa jika mesin tersebut dijual.

Adanya koperasi untuk petani garam, nelayan, dan petambak ikan di Desa Surodadi juga belum memberikan dampak optimal terhadap kesejahteraan warga Surodadi. Salah satu koperasi yang terdapat di Desa Surodadi termasuk dalam koperasi yang dapat dikatakan cukup berhasil. Namun, warga Surodadi sendiri, khususnya petani garam, nelayan, dan petambak ikan belum memahami pentingnya bergabung menjadi anggota koperasi.

Garam hasil produksi petani biasanya diangkut keluar desa dengan menggunakan truk. Truk bermuatan berat tersebut melewati jalan-jalan utama desa dan menyebabkan kerusakan yang cukup parah. Banyak petani garam yang tutup mata akan hal tersebut. Mereka mengelak bahwa kerusakan jalan disebabkan oleh para petani garam. Mereka selalu menuntut pemerintahlah yang bertanggung jawab terhadap kerusakan jalan tersebut.

3. Kurangnya Kesadaran Manajemen Ternak

Selain bermata pencaharian utama sebagai petani padi sawah dan petani garam, warga Surodadi juga beternak untuk menambah penghasilan keluarga. Ternak yang dominan dipelihara warga antara lain, kambing, ayam, dan itik. Permasalahan yang terjadi adalah ternak tersebut tidak dipelihara dengan baik. Ternak dibiarkan berkeliaran mencari makan di jalan-jalan desa dan sawah-sawah warga sehingga mengganggu aktivitas warga lainnya. Pada malam hari, seringkali ditemukan beberapa kambing yang tidur di jalan. Warga yang mempunyai ternak pun tidak dapat memberikan jawaban pasti ketika ditanyai mengenai jumlah ternaknya.

Meskipun demikian, ada beberapa warga yang telah sadar akan pentingnya manajemen ternak. Mereka membangun kandang-kandang di dekat rumahnya. Itik menjadi ternak yang dirasa cukup menguntungkan untuk diusahakan. Dengan adanya kandang ini, pemilik bisa mengontrol pakan yang baik untuk itinya sehingga dapat memberikan keuntungan yang optimal.

4. Kurangnya Kesadaran akan Kebersihan Lingkungan

Sampah menjadi salah satu masalah lingkungan yang dihadapi warga Desa Surodadi. Di sepanjang aliran sungai masih banyak ditemukan sampah. Selain di sungai, warga juga membuang sampah di selokan-selokan dekat rumah. Sekitar satu tahun yang lalu telah terjadi banjir untuk pertama kalinya di desa ini. Hal tersebut karena intensitas hujan yang turun cukup tinggi dan juga saluran-saluran air serta sungai yang dipenuhi sampah. Di beberapa titik di pinggir jalan desa, telah ada tempat khusus untuk membuang sampah. Tempat sampah tersebut adalah bantuan KKN dari UGM beberapa tahun yang lalu. Kondisinya saat ini penuh oleh tumpukan sampah, tanah, kayu, dan kotoran-kotoran lain. Tempat sampah tersebut tidak dikelola dengan baik sehingga tidak termanfaatkan sesuai fungsi seharusnya.

Page 3: permasalahan Surodadi.doc

Di sepanjang aliran Kali Gawe dan Kali Sendari dapat ditemukan WC sederhana yang dibuat dari kayu dan bambu. Masih banyak warga yang lebih memilih untuk buang air besar di sungai daripada membuat septic tank sendiri. Sebenarnya telah ada bantuan dari pemerintah berupa MCK bersama yang dibangun di dekat Masjid. MCK tersebut dalam kondisi cukup baik. Namun karena kurang perawatan, MCK tersebut menimbulkan bau tidak sedap dan kurang bersih.

5. Posyandu

Sistem Lima Meja di Posyandu belum berjalan dengan benar. Masih ada meja yang belum dilakukan sesuai prosedur sistem. Meja tersebut adalah meja 4 yang harusnya diisi dengan penyuluhan. Selain itu, manajemen administrasi tidak berjalan dengan baik. Penyebabnya adalah karena beberapa kader yang sudah tua dan tidak mau mengundurkan diri.

Masalah gizi kurang juga ditemukan di Desa Surodadi. Berdasar informasi dari Bidan Desa, terdapat tiga balita yang menderita gizi kurang. Penyebab gizi kurang yang ditemukan antara lain karena masalah ekonomi, pola asuh orang tua, dan faktor-faktor lain.