Permasalahan Lingkungan

16
PERMASALAHAN LINGKUNGAN OLEH RIFKI MEGA SAPUTRA 12312003

description

Berisi tentang beberapa isu permasalahan lingkungan dan tanggapannya.

Transcript of Permasalahan Lingkungan

Page 1: Permasalahan Lingkungan

PERMASALAHAN LINGKUNGAN

OLEH

RIFKI MEGA SAPUTRA

12312003

Page 2: Permasalahan Lingkungan

Sabtu, 2 April 2016 - 17:55 wib

PEKANBARU - Jumlah titik panas (hotspot) di Riau makin meningkat. Berdasarkan pantauan

satelit terra dan aqua, terdeteksi sebanyak 56. Itu menyebar di berbagai tempat dan

menimbulkan kabut asap.

Daerah terparah kebakaran hutan berada di Bengkalis. Titik api di kabupaten ini terpantau 27

titik. Kemudian di Kabupaten Meranti sebanyak 12 titik.

"Disusul dengan Kota Dumai ada delapan hotspot, Kabupaten Rohil lima titik, Pelalawan tiga

titik, Inhu empat titik, Inhil dua titik," kata Staf Analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Slamet Riadi, Sabtu (2/4/2016).

Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan juga terjadi di wilayah lain di Pulau Sumatera. Di

Provinsi Sumatera Utara terdeteksi lima titik, Kepulauan Riau ada 18 titik.

Kebakaran saat ini juga mempengaruhi kondisi udara di berbagai wilayah Riau. Kota Dumai

sudah sejak kemarin terselimuti kabut asap.

Kebakaran Hutan Meluas, Kabut Asap Selimuti Riau

Page 3: Permasalahan Lingkungan

Jarak pandang (visibility) di beberapa daerah lain seperti Pelalawan, Inhu, dan Pekanbaru juga

mengalami penurunan. "Saat ini sebagian wilayah kondisi udaranya mulai kabur," tandasnya.

(sal)

http://news.okezone.com/read/2016/04/02/340/1352316/kebakaran-hutan-meluas-kabut-

asap-selimuti-riau

Penyebab adanya kebakaran hutan di Indonesia yakni kesengajaan membakar, pembukaan

lahan baru oleh sebagian masyarakat, buruknya pengelolaan ekosistem rawa gambut,

musim kemarau panjang akibat El Nino serta lemahnya pengawasan.

Dampak kebakaran hutan terdata 24 orang meninggal dunia, lebih dari 600 ribu jiwa

terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), 60 juta jiwa terpapar asap dan sebanyak

2,61 juta hektare hutan dan lahan terbakar.

Sudah seharusnya melakukan pencegahan agar kebakaran hutan dan gambut tidak lagi

terjadi di wilayah masing-masing. Hal ini dibutuhkan keseriusan serta komitmen dari

seluruh stakeholder yang ada sehingga kebakaran hutan dan kebakaran lahan gambut

tidak lagi terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya.

Tentunya salah satu upaya yang dilakukan adalah membuka lahan tanpa bakar. Undang-

undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan pasal 26 mengamanatkan bahwa

setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/ atau mengolah lahan dengan

cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan

hidup.

TANGGAPAN

Page 4: Permasalahan Lingkungan

Gambar: tumpukan sampah di sungai Bojongsoang, Kab Bandung.

Senin, 25 April 2016 | 17:00 WIB

POJOKJABAR.com, BANDUNG BARAT – Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) dinilai telah

mengabaikan persoalan sampah di KBB, karena pengangkutan sampah di Kabupaten Bandung

Barat dinilai lamban. Akibatnya, banyak warga yang membuang sampah di sembarang tempat

atau Tempat Pembuangan Sampah (TPS) liar hingga menumpuk karena tidak diangkut.

Berdasarkan pantauan, sejumlah sampah sering terlihat menumpuk hingga mengeluarkan bau

tidak sedap di beberapa kecamatan seperti, Kecamatan Lembang, Cililin, Cihampelas,

Padalarang, dan Ngamprah.

Menurut Kepala Bidang SDM dan Pencemaran Lingkungan Forum Komunikasi Masyarakat

Peduli Lingkungan (FKMPL) KBB Budi Setiawan menuturkan, kinerja pemerintah KBB dalam

pengangkutan sampah memang patut dipertanyakan.

Pasalnya, hingga kini sampah-sampah rumah tangga masih banyak yang berserakan di titik-titik

tertentu. Misalnya, di pinggir jalan raya, di belakang sela-sela pemukiman, dan di sisi jembatan

BBS di Cihampelas. Daerahnya pun tersebar, terutama yang padat penduduk seperti

Padalarang, Batujajar dan Cihampelas.

Pemkab Bandung Barat Lamban Angkut Sampah

Page 5: Permasalahan Lingkungan

“Karena itu, sampah jadi menumpuk karena tidak diangkut. Saya belum melihat kinerja dari

pemerintah kabupaten soal sampah ini, dan patut dipertanyakan” tutur dia kepada wartawan

belum lama ini.

Lanjutnya mengatakan, akibat adanya penumpukan sampah, ketika hujan turun, sampah

tersebut jadi hanyut ke saluran drainase, akibatnya arus air hujan di selokan pun terhambat

karena sampah yang hanyut itu. Bahkan, tidak sedikit warga yang malah memanfaatkan hujan

untuk membuang sampah ke jalan.

“Kan kalau seperti ini harus dipertanyakan, hujan malah dimanfaatkan warga untuk buang

sampah. Ya jelas banjir cileuncang terjadi,” ungkapnya.

http://jabar.pojoksatu.id/bandung/2016/04/25/pemkab-bandung-barat-lamban-angkut-

sampah/

Permasalahan sampah Kabupaten Bandung masih menjadi permasalahan utama

pemerintah setempat,yang sampai saat ini belum ada keseriusan untuk menanganinya.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tumpukan sampah di pinggir jalan dan sudut-sudut

perumahan. Selain itu tidak adanya regulasi yang tegas membuat masyarakat yang kurang

peduli lingkungan membuang sampah sembarangan, seperti di sungai. Akibatnya setiap

musim hujan, Kabupaten Bandung selalu dilanda banjir yang salah satu alasannya karena

menumpuknya sampah di sungai yang menghambat aliran air.

Solusinya, setiap warga harusnya mempunyai kesadaran penuh terhadap kebersihan

lingkungan masing-masing. Lalu, pemerintah juga harus mempunyai tindakan yang tegas

seperti denda bagi mereka yang membuang sampah sembarangan. Selain itu, pemerintah

juga harus menyediakan layanan khusus untuk mengangkut dan menampung sampah-

sampah.

Hal lain yang perlu pemerintah lakukan adalah secara giat mensosialisasikan 3R (Reduce,

Reuse, Recycle) karena jika hal tersebut terprogram dan terkoordinasi dengan baik, maka

dampak baik akan benar-benar dirasakan.

TANGGAPAN

Page 6: Permasalahan Lingkungan

ANUNG WENDYARTAKA

29 April 2016 16:45 WIB

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan

Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di tahun 2015

hampir 68 persen atau mayoritas mutu air sungai di 33 provinsi di Indonesia dalam status

tercemar berat.

Penilaian status mutu air sungai itu mendasarkan pada Kriteria Mutu Air (KMA) kelas II yang

terdapat pada lampiran Peraturan Pemerintah mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air atau PP 82/2001. Berdasarkan kriteria tersebut sekitar 24

persen sungai dalam status tercemar sedang, 6 persen tercemar ringan dan hanya sekitar 2

persen yang masih memenuhi baku mutu air.

Apabila dilihat perkembangan dari tahun sebelumnya, mutu air sungai yang tercemar berat

mengalami penurunan. Di tahun 2014 tak kurang ada 79 persen sungai statusnya tercemar

berat. Seiring dengan penurunan tersebut, persentase sungai yang dalam status tercermar

sedang dan ringan otomatis mengalami kenaikan di tahun 2015.

Kendati sungai yang masuk kategori tercemar berat mengalami penurunan, namun

persentasenya masih sangat tinggi. Hal ini terutama terjadi di sungai-sungai yang terletak di

wilayah regional Sumatera (68 persen), Jawa (68 persen), Kalimantan (65 persen) dan Bali Nusa

Air Sungai di Indonesia Tercemar Berat

Page 7: Permasalahan Lingkungan

Tenggara (64 persen). Sementara itu, persentase sungai yang tercemar berat di wilayah

regional Indonesia Timur, yakni di Sulawesi dan Papua relatif lebih kecil, yakni 51 persen.

Data di atas menunjukkan bahwa kualitas air sungai di semua lokasi di negeri ini sebagian besar

dalam kondisi tercemar berat. Hal ini sangat mengkhawatirkan, mengingat air sungai hingga

saat ini merupakan sumber utama air bersih yang dikonsumsi mayoritas penduduk di

Indonesia. Sumber air yang kualitasnya buruk akan mengancam kondisi kesehatan masyarakat

maupun makhluk hidup lain yang mengkonsumsi air tersebut.

Limbah domestik

Menurut Budi Kurniawan, Kasubdit Inventarisasi dan Alokasi Beban Pencemaran Dirjen

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, sumber utama pencemar air

sungai di Indonesia sebagian besar berasal dari limbah domestik atau rumah tangga. "Selama

ini kebanyakan masyarakat salah mengira bahwa sumber utama pencemar sungai adalah

limbah industri, padahal bukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di sungai-sungai yang

dijadikan titik pantau, limbah domestik yang paling berperan sebagai pencemar air sungai,"

kata Budi.

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur pekan lalu (21/4/2016) melalui Kepala Sub Bidang

Komunikasi Dyah Larasayu dalam sebuah diskusi Festival Brantas mengatakan bahwa kondisi

air sungai Brantas sekarang ini dalam status waspada. Pencemaran airnya dalam batas ambang

mengkhawatirkan. Limbah domestik diyakini sebagai penyumbang terbesar pencemaran air

Sungai Brantas. Limbah domestik itu di antaranya tinja, bekas air cucian dapur dan kamar

mandi, termasuk sampah rumah tangga dibuang ke sungai. Selain itu, penyebab pencemaran

air Sungai Brantas adalah limbah peternakan, industri, limbah pertanian.

Akhir tahun lalu, tidak berbeda dengan yang terjadi di Sungai Brantas, Kepala Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Atih Witartih menyatakan, limbah

domestik yang dibuang ke Sungai Citarum merupakan yang terbanyak, jika dibandingkan

limbah lain seperti limbah industri, pertanian dan peternakan. Limbah domestik sumbangan

dari rumah tangga itu mencapai 70 persen. Limbah domestik memberikan kontribusi terbesar

terhadap pencemaran Sungai Citarum.

Kedua contoh di atas menunjukkan bahwa limbah domestik atau rumah tangga yang umumnya

berupa tinja, deterjen bekas cucian dapur maupun pakaian hingga sampah, baik organik

maupun anorganik, menjadi penyumbang terbesar pencemaran pada air sungai. Hasil Sensus

Penduduk tahun 2010 mengungkapkan, ada 26 persen atau 16 juta rumah tangga di Indonesia

yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar dan langsung membuang limbah tinja ke

lingkungan (sungai, kebun, dan lain-lain). Sebanyak 74 persen rumah tangga menggunakan

jamban, dan 14 persen di antaranya tidak dilengkapi dengan tangki septik. Setiap hari

Page 8: Permasalahan Lingkungan

diperkirakan sebanyak 14.000 ton tinja dan 176.000 meter kubik urine dibuang ke sumber air

yang menyebabkan75 persen sungai tercemar berat dan 70 persen air tanah di perkotaan

tercemar bakteri tinja.

Penurunan kualitas air

Limbah domestik, limbah peternakan maupun industri yang dibuang ke sungai berpengaruh

terhadap penurunan kualitas air. Parameter penurunan kualitas air tersebut umumnya

berdasarkan kandungan fecal coli, total coliform, BOD (Biological Oxygen Demand), COD

(Chemical Oxygen Demand) dan H2S yang terdapat di dalam air sungai. Limbah tinja berperan

dalam meningkatkan kadar fecal coli atau bakteri E coli dalam air. Di kota-kota besar seperti

Jakarta, Yogyakarta di beberapa wilayahnya kandungan E coli melebihi ambang batas tak hanya

di sungai melainkan hingga ke air sumur di permukiman penduduk. Hal ini sangat

membahayakan kesehatan penduduk dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Air sungai yang tercemar oleh sampah organik biasanya akan berbau tidak sedap. Ini

disebabkan karena naiknya kadar BOD. Kebutuhan oksigen oleh mikroorganisme untuk

mengurai sampah organik akan meningkat jika volume sampah meningkat. Hal ini akan

meningkatkan kadar BOD dalam air. Jika kadar BOD tinggi atau melebihi ambang batas,

dampaknya adalah tumbuhan atau hewan-hewan yang tumbuh di air akan sulit hidup bahkan

akan mati karena kekurangan oksigen.

Untuk mengatasi pencemaran air sungai yang berasal dari limbah domestik, agar kualitas air

bisa memenuhi standar baku mutu air, perlu dilakukan langkah-langkah pengendalian

pencemaran. Langkah-langkah itu antara lain mengubah kebiasaan membuang sampah di

sungai, memantau kualitas air sungai maupun membangun instalasi pengolahan air limbah

rumah tangga (IPAL).

Dalam hal IPAL rumah tangga, Indonesia masih sangat ketinggalan dibandingkan negara-

negara lain. "Jangankan dibandingkan dengan Thailand atau Malaysia, dibandingkan dengan

negara kecil seperti Kamboja saja kita masih kalah dalam hal jumlah dan volume fasilitas

instalasi pengolahan air limbah. Padahal jumlah penduduk kita jauh lebih besar," kata Budi.

Karena itu, pembangunan unit IPAL menjadi salah satu program Kementerian LHK untuk

mengatasi pencemaran air sungai karena limbah domestik.

Tidak mudah untuk mengubah kebiasaan penduduk untuk tidak membuang sampah atau

limbah rumah tangga ke sungai-sungai. Namun, hal itu mutlak dilakukan jika tidak ingin sumber

utama air penduduk menjadi semakin tercemar dan tidak layak dikonsumsi. Jika hal itu terjadi,

maka kualitas hidup masyarakat akan semakin rendah.

http://print.kompas.com/baca/2016/04/29/Air-Sungai-di-Indonesia-Tercemar-Berat

Page 9: Permasalahan Lingkungan

Percemaran air sungai ternyata penyebab utamanya berasal dari limbah domestik seperti

pembuangan tinja dan air kencing, air sabun bekas cucian piring maupun baju, air bekas untuk

mandi, dan bahkan sampah rumah tangga.

Sebagai contoh pencemaran sungai yaitu di Sungai Citarum, yang sebagian besar alirannya di

Jawa Barat merupakan sungai paling tercemar di Indonesia bahkan di dunia.

Keadaan ini perlu dikhawatirkan karena sebagian besar sungai di Indonesia masih menjadi

sumber kehidupan, baik bagi manusia maupun makhluk hidup lain. Sehingga, apabila terjadi

pencemaran di sungai maka akan mengancam kehidupan yang bergantung kepada sungai.

Jika kita sadari sesungguhnya pencemaran yang terjadi di sungai dampaknya akan lebih besar

dari yang kita kira. Setiap sungai pastinya akan bermuara di laut, sehingga jika air sungai

tercemar maka air laut juga akan tercemar.

Oleh karena itu diperlukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut seperti

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang limbah ke sungai,

meningkatkan pengawasan pemerintah, serta pembangunan IPAL (Instalasi Pengolahan Air

Limbah).

TANGGAPAN

Page 10: Permasalahan Lingkungan

2016 / Februari / 15 01:52

Polusi udara bertanggung jawab untuk lebih dari 5,5 juta kematian dini setiap tahun, dengan

lebih dari setengahnya berasal dari Cina dan India. Para ilmuwan memperingatkan jumlah

korban kematian dini akan naik selama 20 tahun ke depan, kecuali dunia melakukan sesuatu

untuk melawan masalah ini. Studi baru ini dilakukan oleh para peneliti dari China, India,

Amerika Serikat dan Kanada, memperkirakan tingkat polusi udara di Cina dan India dampaknya

terhadap kesehatan.

"Polusi udara adalah faktor risiko tertinggi keempat kematian secara global, dan faktor risiko

lingkungan terkemuka untuk suatu penyakit," kata profesor Michael Brauer dari University of

British Columbia. "Mengurangi polusi udara adalah cara yang sangat efisien untuk

meningkatkan kesehatan populasi,"tambah Brauer.

China, India

Laporan ini menyimpulkan bahwa Cina dan India, dua negara yang paling padat penduduknya

di dunia, juga memiliki udara paling kotor di dunia. Para ahli mengatakan partikulat kecil materi

yang dipancarkan ke atmosfer dua negara tersebut 55 persennya menyebabkan kematian

akibat polusi udara di seluruh dunia.

Pencemaran Udara Sebab dari 5,5 Juta Kematian Dini Tiap Tahun

Page 11: Permasalahan Lingkungan

Dan Greenbaum, presiden dari Health Effect Institute di Boston, sebuah organisasi nirlaba yang

menganalisis efek kesehatan dari berbagai sumber polusi udara, mengatakan bahwa hidup di

daerah dengan polusi tinggi dapat menyebabkan orang untuk memiliki peningkatan penyakit

jantung, paru-paru, dan mati prematur sebagai hasilnya. "

Greenbaum mencatat bahwa dalam ruangan memasak kontribusi signifikan terhadap polusi

udara dan biaya dalam kehidupan manusia.

"Itu adalah masalah yang sangat penting di China dan India, meskipun agak kurang di Cina, di

mana mereka telah mulai memindahkan sumber daya ke propana dan gas alam untuk tidak

lagi menggunakan batu bara," katanya.

"Tapi di India, sebuah jumlah yang sangat signifikan dari orang-orang yang sangat miskin masih

membakar kayu dan bahan bakar biomassa, kotoran sapi dan sumber-sumber lain. Dan yang

menciptakan eksposur besar di dalam ruangan untuk para ibu dan anak-anak, misalnya, yang

sedang memasak atau di dekat kompor. "

Beberapa langkah yang diambil

Di Cina, sementara itu, sumber terbesar dari polusi udara adalah pembakaran batubara,

meskipun Greenbaum mengatakan China mulai melakukan sesuatu tentang masalah secara

keseluruhan.

"Mereka sudah memperketat standar mereka untuk kendaraan baru, mereka telah

membersihkan bahan bakar mereka, dan mereka sudah benar-benar berkomitmen untuk

mengurangi batubara mereka," katanya.

Kkemajuan ekonomi di Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang juga memberikan kontribusi

terhadap tingginya tingkat polusi udara, menurut laporan tersebut.

Para ahli medis mengatakan polusi udara menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru

dan penyakit pernafasan lainnya. Hanya tekanan darah tinggi, pola makan yang buruk, dan

rokok membunuh lebih banyak orang setiap tahun dari polusi udara.

Penelitian terbaru tentang polusi udara dipresentasikan pada konferensi di sana Asosiasi

Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan di Washington.

http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/02/pencemaran-udara-sebab-dari-5-5-

juta-kematian-dini-tiap-tahun

Page 12: Permasalahan Lingkungan

Miris, apabila kita mengetahui bahwa penyebab kematian terbesar keempat disebabkan

oleh pencemaran udara. Udara merupakan salah satu factor penting dalam kehidupan

karena udara merupakan sumber respirasi.

Pada berita di atas, pencemaran udara yang terjadi di India dan China merupakan contoh

pencemaran udara yang paling parah di dunia. Selain karena penggunaan batubara sebagai

bahan pembangkit listrik, banyaknya industri yang beroperasi di kedua negara merupakan

penyebab lain yang mungkin tidak disadari. Dimana industri dari negara-negara barat lebih

banyak mendirikan pabriknya di Asia.

Penanganan yang perlu dilakukan yaitu menggunakan sumber energi yang lebih ramah

lingkungan seperti energi angin, energi gelombang laut, energi matahari, energi

panasbumi, dsb. Lalu kita juga perlu menyadari bahwa banyaknya pendirian pabrik di

Benua Asia bukanlah merupakan suatu kebanggaan, melainkan merupakan ancaman baru

terhadap lingkungan kita.

TANGGAPAN

Page 13: Permasalahan Lingkungan

May 1, 2016

Global Warming and the increasing Heat is something that has been haunting the United

Nations and various climate bodies all over the world. As it seems, one of the largest democracy

has also had a say in this. According to the reports, the percentage of conservative republicans

who believe the fact that Global Warming and Heat has taken on the Earth at a very high scale,

has grown by approximately 20% in the last two years. Well, this sounds slightly intriguing.

According to a national survey organized by the Yale Program on Climate Change

Communication and George Mason University’s Center for Climate Change Communication,

more that 75% of the registered voters of the nation believe that Global Warming has already

taken a lot of toll on the world. The increasing heat is only going to affect the world badly

enough beyond our thoughts.

What is quite intriguing is the fact that off the voters surveyed in the program; approximately

56% of them believe that Global Warming is an effect of various human interventions with

nature. It is the human actions that have led to this globally increasing heat, temperatures and

thus Global Warming.

The report states that, “Republicans are not a monolithic block of global warming policy

opponents, rather, liberal (and) moderate Republicans are often part of the mainstream of

public opinion on climate change, while conservative Republicans’ views are often distinctly

different than the rest of the American public.”

Global Warming and Heat concern rise: Report Suggests

Page 14: Permasalahan Lingkungan

The survey also brought out some dreadful facts. According to one stat, only 16% of the voters

are actually aware of Global warming and the increasing heat. On the other hand, 26% of the

republicans believe that the climate is changing, but they are not certain of the fact that it is

human actions that are contributing to it. The gaps present in the society are quite frightening.

There are quite a few goods things that have come out of the survey as well. The reports

suggest that approximately 84% of the voters believe that we should shift to renewable sources

of energy. Out of this 75% are republicans. Quite a percentage of the individuals also believe

that Carbon Tax should be levied on fossil fuels.

http://www.tampabayreview.com/news/rtb-global-warming-and-heat-concerns-rise-report-

suggests/4054/

Global Warming atau pemanasan global selama bertahun-tahun menjadi primadona di

headline berita kerusakan lingkungan.

Pemanasan global merupakan masalah yang dampaknya mencakup seluruh komponen

bumi yang dapat mengancam terhadap eksistensi kehidupan di bumi.

Adanya pemanasan global dapat menyebabkan mencairnya es di kutub. Jika hal tersebut

terjadi maka muka air laut akan meningkat dan pada daerah yang bertipografi rendah

dapat tenggelam.

Maka, solusi atas masalah ini harus dibicarakan secara serius antar negara-negara di dunia.

Dalam naskah Sustainable Development Goals (SDG) pada poin Goal 13 berbunyi

Goal 13. Take urgent action to combat climate change and its impacts

Hal yang perlu dilakukan oleh para pemimpin negara adalah berkomitmen terhadap

agenda yang telah dibuat bersama untuk mewujudkan SDG 2030, yang mana salah satunya

mengatasi perubahan iklim (pemanasan global). Tindakan nyata yang dapat dilakukan

seperti penggunaan sumber energi ramah lingkungan dan terbarukan, dan pembatasan

terhadap bahan bakar fosil.

TANGGAPAN

Page 15: Permasalahan Lingkungan

Sumber Gambar

http://www.footwa.com/wp-content/uploads/2011/10/The-

woods-are-lovely-dark-and-deep.jpg

https://transportinjakarta.files.wordpress.com/2015/10/kebakaran9.jpg http://clubpimble.com/uploads/headings_4102_33325.jpeg http://www.indiawaterportal.org/sites/indiawaterportal.org/files/image_11.jpg

http://www.magicbeep.com/wp-content/uploads/2016/03/Air-

Pollution.jpg

Page 16: Permasalahan Lingkungan

#SaveOur Earth